Anda di halaman 1dari 98

KOMINFO

Berkomunikasi
di Ruang Publik
Implementasi Kehumasan Pemerintah

Freddy H Tulung
Berkomunikasi di Ruang Publik

Berkomunikasi
di Ruang Publik
Implementasi Kehumasan Pemerintah

Freddy H Tulung
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI

Cetakan Kedua 2014

Editor
Ismail Cawidu
Dedet Surya Nandika

Tim Penulis
Rosmiati
Teguh Imawan
Ahmed Kurnia
Andi Superi
Irvina Falah

Tim Riset
Dimas Aditya N
Suminto Yuliarso
Yudi Syahrial
Lia Ulisari

Desain Grafis
Danang Firmansyah

Berkomunikasi di Ruang Publik

Daftar

Isi

Kata Pengantar

iii

Melayani Hak Tahu Publik

Public Relations dan Kehumasan Pemerintah

10

Mengelola Opini Publik

17

Visi, Misi, Tujuan Kehumasan Pemerintah

26

Kerangka Kebijakan Kehumasan Pemerintah

31

TIK dan Kehumasan Pemerintah

39
45

Implementasi Kehumasan Pemerintah


Strategi Kehumasan Pemerintah

46

Problematika dan Peran Kehumasan Pemerintah

48

Tujuan Kehumasan Pemerintah

51

Penggunaan Beragam Media

54

Tata Kelola Kehumasan Pemerintah

63

Perumusan Agenda Setting dan Penyiapan Materi Publikasi

65

Optimalisasi Jaringan Diseminasi Informasi Publik

68

Agenda Bersama Mengembangkan Kehumasan Pemerintah

82

Referensi

89
Berkomunikasi di Ruang Publik

ii

P
Kata Pengantar
iii

Berkomunikasi di Ruang Publik

uji syukur kepada Tuhan Yang Maha


Kuasa atas selesainya penyusunan
buku Berkomunikasi di Ruang
Publik: Implementasi Kehumasan
Pemerintah.
Buku tentang kehumasan dalam perspektif
pemerintah ini merupakan isi dari buah
pikiran Freddy H Tulung yang kini menjabat
sebagai Direktur Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi
dan Informatika RI.
Dunia kehumasan memang telah sejak
lama menghadirkan kemungkinan lain
dalam memandang hubungan dan cara

berkomunikasi antara
suatu organisasi
dengan pemangku kepentingannya.
Setidaknya terdapat tiga kekhasan
komunikasi publik dalam kehumasan, yakni
saling memahami sebagai tujuan, komunikasi
dua arah sebagai proses, dan kejujuran
sebagai prinsip kerja.
Paradigma kehumasan tersebut selaras
dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang
baik (Good Governance) yang menekankan
transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi
masyarakat.
Namun demikian, beragam referensi
tentang kehumasan yang banyak beredar
saat ini cenderung membahas perspektif

dunia korporasi.
Melalui buku ini, kami berharap
dapat memperkaya khasanah pemikiran
kehumasan di Indonesia, terutama pada aras
praktisi pemerintah.
Mudah-mudahan buku ini juga bisa
memberi manfaat, khususnya bagi seluruh
anggota Badan Koordinasi Kehumasan
Pemerintah (BAKOHUMAS), praktisi dan
pemerhati bidang kehumasan, dan umumnya
bagi masyarakat Indonesia.
Kami sampaikan terima kasih sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan buku ini sehingga
dapat hadir di tengah-tengah kita.
Salam
Ismail Cawidu
Editor

Berkomunikasi di Ruang Publik

iv

Pejabat Humas Pemerintah harus


bisa menyampaikan kebijakan dan
program Pemerintah dengan jelas
dan sederhana sehingga mudah
dipahami masyarakat.
Pejabat humas bukan sekedar
harus bisa menyampaikan sebuah
kebijakan atau program melainkan
latar belakang mengapa tindakan
itu diambil, apa tujuannya dan apa
pentingnya bagi masyarakat.
Hanya dengan cara seperti ini
masyarakat bisa memahami,
menerima, mendukung serta
berperanserta dalam kebijakan
dan program yang dijalankan
pemerintah

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

8
1

Berkomunikasi di Ruang Publik

Melayani Hak Tahu Publik

emerintahan yang demokratis


selayaknya memiliki pemimpin
serta para aparat penyelenggara
negara yang mampu berkomunikasi
dengan rakyatnya. Dalam konsep negara
demokratis, pemerintah adalah pelayan
publik dan bertugas untuk menjalankan
kepentingan publik di antaranya melayani
kepentingan publik di bidang informasi yang
merupakan pemenuhan hak publik untuk
tahu (the right to know).
Hak untuk memperoleh informasi
merupakan hak asasi manusia seperti yang
dijamin oleh konstitusi UUD 1945 pasal
28F, yang isinya: Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk
mengembangkan
pribadi
dan
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan infomasi
dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
Atas dasar ini para penyelenggara
pemerintahan/ negara melalui praktisi
kehumasan pemerintah harus mampu
mengelola informasi untuk kepentingan
publik. Manajemen informasi publik harus
menjadi sistem yang dapat diandalkan
seluruh
lembaga
pemerintah
dalam
berkomunikasi dengan publiknya. Secara
sederhana manajemen informasi publik
adalah proses dan prosedur yang dilakukan
Berkomunikasi di Ruang Publik

10

Berkomunikasi di Ruang Publik

lembaga pemerintah dalam menyebarkan


informasi yang harus, perlu, dan ingin
diketahui publik.
Penyebaran informasi harus menjangkau
khalayak sasaran atau masyarakat seluruh
wilayah Indonesia yang menjadi target
sasaran eduksi publik. Bagan Fokus Strategis
Edukasi Publik memperlihatkan kepada kita
betapa beragamnya kondisi masyarakat
pengakses informasi.
Ada sasaran khalayak edukasi publik
masih pada situasi dan kondisi yang belum
terakses informasi. Ada pula masyarakat

yang sudah terakses informasi, tetapi belum


bisa optimal memanfaatkannya. Juga ada
sebagian masyarakat yang terakses informasi
dan telah mampu memanfaatkan informasi
tersebut dengan baik.
Bila
dihitung
proporsi
persentase
khalayak sasaran edukasi publik, sebesar
20% masyarakat dapat dikatakan masih
pada taraf mendengar dan melihat, yaitu
masyarakat daerah terpencil pedesaan yang
belum terakses oleh infrastruktur informasi
dan komunikasi.
Sementara itu, sekitar 55% masyarakat dan

Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring melakukan sosialisasi Peringatan


Dini Bencana Alam Gempa melalui pemutaran film dan media pertunjukan rakyat
bersama Gubernur Provinsi Banten Ratu Atut Chosiyah dan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif. Tujuan sosialisasi memberikan informasi yang
benar kepada masyarakat.
Berkomunikasi di Ruang Publik

11

umumnya tinggal di kawasan perkotaan


sudah mengerti dan menghayati
penggunaan informasi. Namun, kalangan
masyarakat ini masih belum optimal
memanfaatkan
informasi
sehingga
cenderung mengakses konten yang
konsumtif, hedonis, dan narsis.
Dan, sebanyak 25% masyarakat di
metropolitan yang mampu mengamalkan
dengan baik kebutuhan informasinya.
Mereka ini mampu memilih dan memilah
informasi yang edukatif, memberdayakan,
mencerahkan, dan/atau menanamkan rasa
cinta bangsa dan negara.
Itulah sebabnya Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono memiliki ekspektasi
yang tinggi atas peran kehumasan lembaga
pemerintah (Government Public Relations)
dalam menyampaikan informasi tentang

Berkomunikasi di Ruang Publik

Fokus Strategis Edukasi Publik


Masyarakat Terakses
Informasi Tapi tidak
bisa mengoptimalkan

55%
Masyarakat Tidak
Terakses Informasi

Masyarakat
Terakses dan dapat
memanfaatkan
dengan baik

Konten konsumtif, hedonis, narsis

20%

25%

Mengerti - Hayati
Mendengar - Melihat

Mengamalkan
Media sebagai
sarana edukasi
publik

Masyarakat Pengakses Informasi


Terpencil

Rural

Sub Urban

Urban

Metropolitan

kebijakan publik. Pejabat Humas Pemerintah


harus bisa menyampaikan kebijakan dan
program Pemerintah dengan jelas dan
sederhana sehingga mudah dipahami
masyarakat.
Lebih lanjut, kata Presiden SBY,
pejabat humas bukan sekadar harus bisa
menyampaikan sebuah kebijakan atau
program, melainkan latar belakang mengapa
tindakan itu diambil, apa tujuannya, dan apa
pentingnya bagi masyarakat.
Hanya dengan cara seperti ini masyarakat
bisa memahami, menerima, mendukung
serta berperan serta dalam kebijakan dan
program yang dijalankan, tegas presiden
saat memberikan pengarahan pada acara
Pertemuan Tahunan Badan Koordinasi
Kehumasan Pemerintah (Bakohumas), tahun
2007 di Denpasar.
Berkomunikasi di Ruang Publik

13

Pernyataan Presiden Susilo Bambang


Yudhoyono itu tentu menjadi tantangan yang
harus dijawab khususnya oleh Direktorat
Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik
(Ditjen IKP) Kementerian Komunikasi dan
Informatika yang salah satu tugas dan

14

Berkomunikasi di Ruang Publik

fungsinya adalah melaksanakan peran


kehumasan pemerintah. Dalam kehumasan
pemerintah inilah Ditjen IKP melaksanakan
diseminasi
informasi
publik
tentang
kebijakan, rencana program, dan kinerja
Pemerintah secara lintas sektoral secara

komprehensif disampaikan dengan efektif


yang dapat menjangkau seluruh warga
sebagai pemangku kepentingan. Kehumasan
pemerintah dilakukan untuk membangun
kepercayaan publik yang saat ini mengalami
perubahan sosial politik dalam proses
konsolidasi demokrasi.
Memberikan informasi tentang kebijakan
publik semata ternyata tidak cukup, tapi
perlu latar belakang yang komprehensif
yang dapat menjelaskan mengapa kebijakan
itu diputuskan.
Di masa lalu, penyampaian informasi
hanya berlandaskan pada: apa yang mau
disampaikan, siapa yang menyampaikan,
kapan menyampaikannya, dan dimana
menyampaikannya.
Kini, pokok penyampaian informasi
kebijakan publik yang dilakukan oleh humas

pemerintah harus mengacu pada: apa,


mengapa, siapa mengatakan apa atau
melakukan apa, bagaimana mengatakannya
atau melakukannya, apa implikasi serta
manfaatnya kepada publik. Serta mengapa
publik harus peduli atau mendukung
kebijakan tersebut.
Itu sebabnya peran humas pemerintah
tidak lagi sekadar membuat pernyataan
belaka, tetapi juga membuat pernyataan
yang memiliki akuntabilitas. Termasuk
tentunya dalam melakukan distribusi
informasi yang kini tidak lagi melalui proses
dengan istilah sosialisasi, tetapi dengan cara
internalisasi. (Jackson and Nelson, 2003).
Dengan cara itulah kebijakan publik
mendapatkan legitimasi dari warga yang
ditunjukkan dalam bentuk dukungan
publik.
Berkomunikasi di Ruang Publik

16

Berkomunikasi di Ruang Publik

Public Relations dan


Kehumasan Pemerintah

engertian umum tentang Public


Relations mengalami evolusi yang
semula adalah kegiatan komunikasi
satu arah yang berbasiskan kegiatan
propaganda dan komunikasi persuasif. Kini
pengertian itu berubah menjadi kegiatan
komunikasi dua arah, yang mengedepankan
kaidah pertukaran (exchange), timbal balik
(reciprocity) dan kesepahaman bersama
(mutual understanding), termasuk manajemen
perubahan. (Cutlip, Center, Broom, 2006).
Dalam konteks yang lebih luas, Public
Relations (PR) memiliki unsur perencanaan
untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi

manajemen sebagai bagian dari PR menjadi


titik sentral untuk mencapai tujuan yang
memerlukan strategi dan taktik yang terukur
dan memiliki akuntabilitas. Tentu saja
kegiatan tersebut dalam bingkai melayani
kepentingan publik.
Peran kegiatan kehumasan pemerintah
adalah
mengkomunikasikan
dan
menginformasikan kepada publik tentang
rencana kerja, kinerja, dan capaian hasil
yang dilakukan Pemerintah. Selain peran
komunikator, humas pemerintah juga
harus mampu menjalankan peran sebagai
fasilitator, mediator, dan negosiator yang
Berkomunikasi di Ruang Publik

10

menjembatani kepentingan penyelenggara


negara dan kepentingan publik. Dengan
begitu peran humas pemerintah selain
melaksanakan fungsi diseminasi
informasi juga menyerap aspirasi
dan reaksi publik, sehingga
tercipta saling pengertian antara
publik dengan penyelenggara
negara.
Manajemen
informasi
menjadi
bagian
dalam
pelaksanaan
kehumasan
pemerintah yang harus dikelola
oleh
aparat
birokrasi
yang
telah terlatih dan memiliki
kapasitas
keilmuan
serta
berpengalaman dalam praktik
PR yang memadai. Filosofi dari
praktik PR sendiri selalu berusaha

11

Berkomunikasi di Ruang Publik

untuk mengutamakan kepentingan publik.


Seperti yang dikutip dari Rex F. Harlow
(Ruslan, 1998) tentang definisi PR :

Public Relations
is distinctive management function
which helps establish and maintain
mutual lines of communication, understanding,
acceptance and cooperation between an organization
and its publics; involves the management of problems
or issues; helps management to keep informed on and
responsive to public opinion; defines and emphasizes the
responsibility of management to serve the public interest;
helps management keep abreast of and effectively utilize
change, serving as an early warning system to help
anticipate trends; and uses research and sound
and ethical communication as its principal
tools..

Maksudnya PR adalah fungsi manajemen


unik
yang
membantu
membangun
dan
memelihara/menjaga
komunikasi,
pengertian, penerimaan, dan kerjasama
mutual antara organisasi dan publiknya;
melibatkan manajemen masalah atau
isu; membantu manajemen untuk tetap
mendapat informasi dan responsif terhadap
opini publik; menetapkan dan menekankan
tanggung jawab manajemen untuk melayani
kepentingan publik; membantu manajemen
tetap mengikuti dan menggunakan dengan
efektif perubahan, sehingga tersedia sebagai
sistem peringatan dini untuk membantu
mengantisipasi tren; dan menggunakan riset
dan komunikasi etis sebagai alat prinsipil.
Sementara
Frank
Jefkins
(2004)
mengemukakan pendapatnya bahwa PR
adalah suatu aktivitas yang terorganisir untuk

menciptakan saling pengertian dengan


publik internal maupun eksternal.
Jefkins menambahkan bahwa PR adalah
semua bentuk komunikasi yang terencana,
baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu
organisasi dengan semua khalayaknya dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang
berlandaskan pada saling pengertian.
Dengan demikian, PR yang efektif
dapat menciptakan dan membangun citra
individual dan organisasi termasuk lembaga
pemerintah. Beberapa elemen dalam praktek
PR yang efektif adalah:
1.
Usaha
yang
terencana
dengan
menjalankan fungsi manajemen.
2. Hubungan antara organisasi dengan
publiknya.
3.
Evaluasi
terhadap
pelaksanaan
kehumasan dan opini publik.
4. Kebijakan, prosedur dan tindakan
Berkomunikasi di Ruang Publik

12

organisasi dalam hubungannya dengan


kebijakan organisasi kehumasan.
5.
Langkah
yang
dilakukan
untuk
memastikan bahwa kebijakan, prosedur
dan tindakan yang diambil dapat
memenuhi kepentingan publik dan
bertanggung jawab secara sosial.
6. Eksekusi tindakan atau menjalankan
program komunikasi yang efektif dan
efisien.
7. Pengembangan hubungan, niat baik
pengertian dan pemahaman dan
penerimaan sebagai hasil akhir yang
dicari dari aktivitas PR.
Aktivitas praktisi kehumasan pemerintah
adalah memastikan warga mendapat manfaat
dari kebijakan atau layanan publik yang telah
ditetapkan pemerintah selaku penyelenggara
negara.

13

Berkomunikasi di Ruang Publik

Jadi, kehumasan pemerintah adalah


sebuah aktivitas PR yang bekerja untuk dan
atas nama pemerintah yang menyediakan
informasi yang bersifat edukatif (educating),
inspiratif (inspiring), memberikan pencerahan
(enlightning),
dan
memberdayakan
(empowering) warga dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Di sisi lain, peran kehumasan pemerintah
juga harus mampu menjadi jembatan
komunikasi dalam hal menyerap aspirasi
warga untuk kemudian diteruskan dan
menjadi masukkan untuk para penyelenggara
pemerintahan/ negara.
Dengan demikian kehumasan pemerintah
melayani dua pihak, yaitu: penyelenggara
pemerintahan/
negara
dan
warga/
masyarakat. Penyelenggara kehumasan
pemerintah harus mampu menyediakan

Sejumlah santri Pondok Pesantren


Darul Ulum Tambak Beras, Jombang,
Jawa Timur membaca koran dinding

laporan yang lengkap, komprehensif, akurat,


dan berkelanjutan kepada publik mengenai
informasi mengenai kebijakan, program kerja,
kinerja, dan capaian pemerintah dan juga
sekaligus memberikan akses yang mudah
sebagai saluran aspirasi untuk masyarakat
Berkomunikasi di Ruang Publik

14

menyampaikan masukkan (feedback) dalam


bentuk saran atau kritik kepada pemerintah.
Maka menjadi penting bahwa harus ada
sasaran (objective) yang jelas dan dicapai
kehumasan pemerintah yang kemudian
menjadi pegangan yang memandu kerja di
pemerintahan. Sasaran yang bertumpu pada
kepentingan dan kesejahteraan publik serta
secara umum adalah memastikan bahwa
prinsip good governance dipraktikkan di
lembaga pemerintahan.
Tentu saja adalah wajar bagi pemerintah
untuk berkomunikasi dengan publik melalui
kehumasan pemerintah.
Dengan demikian teknik PR mutakhir
menjadi bagian dan alat penting dalam
kinerja kehumasan pemerintah, termasuk
perencanaan anggaran dan sumber daya,
serta perencanaan strategis dan penilaian

15

Berkomunikasi di Ruang Publik

kinerja, termasuk monitoring dan evaluasi.


(Lee, 2007).
Secara
umum
peran
kehumasan
pemerintah dirumuskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan komunikasi interaktif,
beretika,
berkelanjutan
untuk
memperoleh dukungan publik atas
kebijakan,
program,
dan
kinerja
Pemerintah.
2. Mengukur dan memperkirakan opini
publik, menganalisa, dan menentukan
dampaknya serta memberikan saran
kepada pemerintah.
3. Menyediakan informasi publik terus
menerus, tepat waktu dan terbaru.
4. Menyediakan cara terbaik dalam
mengkomunikasikan kebijakan, program
kerja, dan kinerja pemerintah.

5. Mengolah umpan balik dari publik dan


meneruskannya
kepada
pemimpin
pemerintahan.
6. Mengevaluasi implementasi strategi
komunikasi informasi publik.
Melalui
peran
kehumasan
pemerintah maka praktik PR yang
sesuai dan pantas, justru meningkatkan
hubungan pemerintah dengan warga
dan berakibat pada warga yang dapat
berpartisipasi dan berkontribusi terhadap
kehidupan demokrasi.
Akhirnya melalui kehumasan pemerintah
dapat menciptakan iklim demokrasi yang
sehat dan merangsang partisipasi warga
dalam proses pengambilan keputusan dalam
kebijakan publik.

Berkomunikasi di Ruang Publik

23

Mengelola Opini Publik


Sudah menjadi watak media yang
memang kritis terhadap Pemerintah. Secara
umum media kurang tertarik kepada berita
capaian pembangunan dan lebih memilih
melaporkan kegagalan dan kelemahan
pemerintah terhadap pelaksanaan kebijakan.
Hal ini tentu tak lepas dari peran media
sebagai alat kontrol sosial sehingga timbul
pemeo bad news is good news.
Namun begitu media tetap merupakan
mitra bagi praktisi kehumasan pemerintah
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
berkomunikasi dengan khalayaknya melalui
publisitas.
Seiring dengan munculnya pemberitaan
yang negatif dari kalangan media terhadap

17

Berkomunikasi di Ruang Publik

kinerja Pemerintah telah meningkatkan


tekanan pada praktisi kehumasan pemerintah
untuk mengasah keahlian mereka dalam
mengimbangi pemberitaan atau informasi
yang dirasakan tidak adil (fair), tidak
berimbang (balance) dan dikhawatirkan
dapat menurunkan tingkat legitimasi
Pemerintah.
Seorang petugas dari Dishubkominfo
Singkawang sedang menggunakan mobil
unit bantuan Kementerian Kominfo untuk
memberikan informasi kepada masyarakat
di Jalan RA. Kartini, Singkawang,
Kalimantan Barat

Berkomunikasi di Ruang Publik

25

26

Berkomunikasi di Ruang Publik

Anak-anak Sekolah Dasar


memanfaatkan fasilitas internet
yang ada pada MPLIK - atas

Petugas mempersiapkan sarana


komunikasi dan informasi berupa
Mobile Pusat Layanan Informasi
Kecamatan (MPLIK) - kiri

Dengan demikian praktisi kehumasan


pemerintah harus mampu berkomunikasi
dengan menggunakan cara dan bahasa
media yang ringkas, sederhana, mudah
dipahami, serta mencari mitra media dan
public opinion maker yang peduli dengan
masalah pembangunan. Tantangan praktisi
kehumasan pemerintah adalah bekerja untuk
menciptakan lingkungan opini publik yang
bersahabat (favorable).
Praktisi kehumasan pemerintah juga harus
mempertimbangkan publik internasional
dalam menjalankan aktivitasnya. Karena
sebuah negara tidak akan dapat terlepas dari
hubungannya dengan negara lain beserta
kebijakan-kebijakan yang mengikatnya.
Dalam meraih perhatian publik internasional
maka praktisi kehumasan pemerintah patut
mempertimbangkan penggunaan media
Berkomunikasi di Ruang Publik

20

yang dapat diterima secara internasional


karena komunikasi yang dilakukan tidak
hanya kepada masyarakat Indonesia sendiri
namun juga kepada khalayak di luar negeri.
Indonesia sebagai negara berkembang
harus bersaing menghadapi teknik-teknik
kehumasan milik negara modern yang
didukung standar kreativitas dan produksi
serba canggih.
Perencanaan yang strategis dibutuhkan
Pemerintah untuk menjalankan kegiatan
kehumasan eksternal dalam memperkenalkan

Direktur Jenderal Informasi dan


Komunikasi Publik Kementerian Kominfo
Freddy H Tulung melakukan sosialisasi
Hasil Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN
ke-19 Dalam Rangka Mewujudkan ASEAN
Community 2015 di Kalangan Generasi
Muda di Jakarta.

28

Berkomunikasi di Ruang Publik

Indonesia di mata internasional atau


mempopulerkan
aspek-aspek
tertentu
seperti pariwisata dan keunggulan produk
ekspor.
Jika sudah memasuki ranah internasional

maka aktivitas kehumasan pemerintah dapat


disebut international government public
relations. Praktek kehumasan pemerintah
sendiri telah banyak dilakukan pemerintahan
negara lain untuk mempengaruhi kebijakan
Berkomunikasi di Ruang Publik

22

internasional
negara
lainnya
begitu
juga dengan opini dan tindakan publik.
International government public relations
dapat meningkatkan pemahaman akan
budaya dan mempromosikan tujuan
kebijakan luar negeri Indonesia melalui
diplomasi publik.

23

Berkomunikasi di Ruang Publik

Aktivitas kehumasan pemerintah terkait


erat dengan pengelolaan opini publik.
Praktisi kehumasan pemerintah dapat
mengelola opini publik dengan cara mendidik
dan mempersuasi, di antaranya:
1. Menetralisasi media yaitu mengubah
opini
publik
menjadi
lebih

Menkominfo meninjau Media Center


penyelenggaraan KTT ASEAN ke-18 di JCC
Senayan Jakarta.
menguntungkan
pemerintah
melalui
suatu
kampanye
atau public relations transfer process.
2. Mempersuasi
media
untuk
mengkristalisasi opini publik yang
belum terbentuk atau opini publik yang
memiliki potensi bedampak pada
kebijakan Pemerintah.
3. Mempersuasi media agar opini publik
yang sudah ada dapat menguntungkan
dan
diupayakan
tetap
bertahan.
Opini publik (Cutlip, Center, Broom, 2006)
terbentuk melalui tahapan berikut:
1. Mengangkat ke permukaan suatu isu
melalui agenda setting bekerja sama
dengan media. Kehumasan pemerintah

bertindak sebagai power maker atau


news maker.
2. Melemparkan isu atau topik tersebut
kemudian diperdebatkan dan diupayakan
untuk mencari solusi.
3. Mengarahkan atau menggiring isu publik
ke arah yang dapat diterima oleh publik.
Secara umum kehumasan pemerintah
dapat memberikan kontribusi dalam:
1. Implementasi kebijakan publik.
2. Mendampingi media dalam meliput
aktivitas pemerintah.
3. Melaporkan kepada masyarakat tentang
aktivitas lembaga pemerintahan/
kenegaraan.
4. Meningkatkan kohesi internal di
kalangan pemerintahan.
5. Mendapatkan dukungan dari publik.
Berkomunikasi di Ruang Publik

24

Karena beratnya tantangan yang dihadapi


maka praktisi kehumasan pemerintah harus
dapat bertindak proaktif yaitu:
1. Mampu mengatasi setiap timbulnya
kemungkinan yang dapat merugikan
atau posisi yang tidak menguntungkan

32

Berkomunikasi di Ruang Publik

citra Pemerintah.
2. Berperan sebagai pencari solusi (problem
solver) ketika menghadapi kesulitan.
3. Menganggap kesulitan yang timbul
menjadi suatu tantangan (opportunity)
untuk diselesaikan.

Prinsip Kerja
Kehumasan Pemerintah
Melayani publik sesuai sasaran khalayak.
Komunikasi Lancar, Informasi Benar.
Mengembangkan informasi
yang mendidik, mencerahkan,
memberdayakan, dan menanamkan rasa
cinta NKRI (nasionalisme).
Berkeseimbangan.
Berkesinambungan.
Berjejaring.

Visi, Misi, Tujuan


Kehumasan Pemerintah

Visi

Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi


Publik, Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam melaksanakan peran
kehumasan pemerintah adalah:
Terwujudnya
masyarakat
informasi
yang sejahtera melalui penyelenggaraan
komunikasi dan informatika yang efektif dan
efisien dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Berkomunikasi di Ruang Publik

26

Misi

1. Meningkatkan kapasitas layanan informasi


dan pemberdayaan potensi masyarakat dalam

informatika pemerintah dan masyarakat.


6. Mendorong peranan media massa dalam rangka

rangka mewujudkan masyarakat berbudaya

meningkatkan

informasi.

bertanggung jawab serta memberikan nilai tambah

2. Meningkatkan daya jangkau infrastruktur pos,


komunikasi dan informatika untuk memperluas

informasi

yang

beretika

dan

pembangunan bangsa.
7. Meningkatkan

kualitas

pengembangan

dalam

kemandirian dan daya saing bidang komunikasi

mengurangi

kesenjangan

rangka

dan

aksesibilitas masyarakat terhadap informasi


rangka

dalam

penelitian

menciptakan

dan informatika.

informasi.
layanan

8. Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia

publik dan industri aplikasi telematika dalam

(SDM) bidang komunikasi dan informatika dalam

rangka meningkatkan nilai tambah layanan dan

rangka meningkatkan literasi dan profesionalisme.

3. Mendorong

peningkatan

aplikasi

9. Meningkatkan peran serta aktif Indonesia dalam

industri aplikasi.
4. Mengembangkan standarisasi dan sertifikasi

berbagai fora internasional di bidang komunikasi

dalam rangka menciptakan iklim usaha yang

dan informatika dalam rangka meningkatkan citra

konstruktif dan kondusif di bidang industri

positif bangsa dan negara.


10. Meningkatkan

komunikasi dan informatika.


5. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan serta
pemberdayaan

27

lembaga

komunikasi

Berkomunikasi di Ruang Publik

dan

kualitas

pengawasan

menuju

terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good


governance).

Berkomunikasi di Ruang Publik

35

Tujuan
1. Tersedianya
layanan
komunikasi
dan informatika yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat
(telekomunikasi, internet, pos dan media
massa) di seluruh desa di Indonesia.
2. Tercapainya penetrasi penyiaran radio
dan televisi sebesar 100% populasi,
dan penetrasi broadboand sebesar 50%
populasi.
3. Terselenggaranya layanan elektronik
pemerintahan
di
seluruh
kantor
pemerintah
kota/kabupaten/provinsi/
kementerian untuk keperluan layanan
informasi, interaksi dan transaksi yang
dipergunakan untuk minimal 100%
kegiatan layanan.

29

Berkomunikasi di Ruang Publik

4. Tersedianya informasi publik di seluruh


unit pemerintah pusat dan daerah yang
dapat diakses oleh masyarakat.
5. Tersedianya
sistem
pengamanan
pelayanan komunikasi dan informatika
nasional untuk membangun ketahanan
masyarakat.
6. Tercapainya minimum 50% kandungan
lokal dalam sarana dan prasarana
komunikasi dan informatika.
7. Tercapainya sertifikasi 50% tenaga kerja
TIK berbasis standar kompentensi kerja.
8. Tersedianya
layanan
komunikasi
dan informatika yang mendukung
peningkatan citra Indonesia di dunia
internasional.

Berkomunikasi di Ruang Publik

37

Kerangka Kebijakan
Kehumasan Pemerintah
Kini tidak ada lagi sentralisasi kekuasaan
dan dominasi komunikasi politik di ruang
publik. Seluruh warga dapat menyampaikan
aspirasinya melalui saluran komunikasi yang
beragam, mulai dari saluran komunikasi
media tradisional, media konvensional
hingga media baru yang berbasis internet.
Cara
warga
masyarakat
(publik)
telah berubah dalam berinformasi dan
berkomunikasi, karena perubahan platform
dan revolusi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Jarak yang memisahkan
ruang publik dan ruang privat semakin
menyempit,
bahkan
kabur
akibat

31

Berkomunikasi di Ruang Publik

perkembangan TIK.
Media swasta lebih kerap menampilkan
konten yang kurang memberi apresiasi
terhadap capaian-capaian yang dilakukan
oleh penyelenggara pemerintahan/negara
dalam pembangunan.
Di era modern dan demokratis ini tugas,
peran, dan fungsi kehumasan pemerintah
adalah memberikan layanan informasi
sebagai pemenuhan Hak Tahu Publik
dan mewujudkan keterbukaan informasi.
Kehumasan pemerintah juga memberikan
alternatif sebagai penyeimbang informasi di
tengah lautan informasi yang dikembangkan

Berkomunikasi di Ruang Publik

39

oleh media swasta.


Sayangnya, dalam menjalankan tugas,
peran, dan fungsi kehumasan pemerintah
kurang didukung oleh akses informasi,
anggaran, dan infrastruktur yang memadai.
Pada
akhirnya
lembaga
kehumasan
pemerintah seolah-olah menjadi pemadam
kebakaran dari debat opini publik melalui
media massa. Bahkan tidak berkembang
sama sekali karena secara kebijakan top
leader tidak ditempatkan sebagai bagian
yang penting. Tak jarang praktisi kehumasan
pemerintah hanya difungsikan sebagai
dokumentasi, protokol, dan pengumpul
kliping media massa.
Seharusnya
praktisi
kehumasan
pemerintah menyadari bahwa masyarakat
bangsa kita adalah masyarakat majemuk
yang terajut menjadi satu melalui berbagai

33

Berkomunikasi di Ruang Publik

pertumbuhan alami dan dikelola dengan


berbagai kebijakan di bidang politik,
ekonomi, dan sosial-budaya.
Namun demikian dalam aspek informasi
masih ada perbedaan dalam hal akses
sehingga muncul dikotomi antara elite
informasi yang memiliki akses ke media
massa dan masyarakat pinggiran yang tidak
paham terhadap debat dan kurang diberi
akses informasi.
Disinilah tantangan layanan informasi
harus dikembangkan praktisi kehumasan
pemerintah untuk menjembatani perbedaaan
tersebut, serta mengelola informasi dan
menyediakan akses yang berkualitas.
Konsekuensinya perlu adanya perubahan
cara berpikir praktisi kehumasan pemerintah
dalam era komunikasi publik yang sedang
berubah. Pemerintah bukan lagi menjadi

Berkomunikasi di Ruang Publik

41

sumber utama informasi. Praktisi kehumasan


pemerintah
dituntut
menggunakan
pendekatan baru yang lebih berpihak pada
kepentingan dan kebutuhan publik.
Upaya memberi akses informasi kepada
publik bukanlah hal yang mudah, karena
pengelola
media
massa
cenderung
mengangkat
isu-isu
publik
dengan
narasumber dari kalangan elite. Padahal
media harusnya mengangkat hajat hidup
orang banyak dan memberi ruang pada
hak tiap warga negara untuk mengontrol
jalannya pemerintahan. Tanpa media/pers,
masyarakat tidak dapat mempengaruhi
proses pengambilan kebijakan. Tanpa pers,
pemerintah juga sulit menangkap realitas
dan aspirasi yang berkembang di masyarakat
(Sudibyo, 2002).
Bagaimanapun
fungsi
pelayanan

35

Berkomunikasi di Ruang Publik

informasi publik, saat ini dalam batas-batas


tertentu diperankan oleh media massa,
lembaga swadaya masyarakat, dan kelompok
komunitas.
Namun harus diakui dalam proses
komunikasi
kebijakan
dan
program
pemerintah
yang
dilakukan
elemenelemen masyarakat tersebut terdapat tiga
kecenderungan yaitu:
Pertama, dalam banyak kasus media
massa, kalangan LSM, dan kelompok
komunitas
tidak
mengkomunikasikan
kebijakan
dan
program
pemerintah
dan negara secara akurat, lengkap, dan
seimbang.
Kedua, keterbatasan ruang atau waktu
media massa membawa konsekuensi
keterpinggiran konten informasi kebijakan
dan program pemerintahan/negara. Ruang

Sebuah Komunitas Kampung Media


di Dusun Paok Dandak, Desa Durian,
Kecamatan Janapria, Lombok Tengah,
Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Berkomunikasi di Ruang Publik

36

media massa cenderung diisi oleh hiburan


ketimbang dengan informasi mengenai
kebijakan dan program pemerintahan/
negara.
Ketiga, secara geografis masih banyak
daerah-daerah di Indonesia yang belum
terjangkau media cetak, media penyiaran,
dan media online.
Kondisi dan situasi tersebut harus
ditanggulangi
kehumasan
pemerintah
dengan cara memastikan jangkauan,
penyebaran, dan pelayanan informasi ke
seluruh wilayah dan lapisan masyarakat.
Untuk merealisasikan pemerataan akses
informasi tersebut, kehumasan pemerintah
perlu menyediakan paket-paket informasi
yang mudah, murah, menarik, cepat, dan
akurat.

37

Berkomunikasi di Ruang Publik

Kampung Media berupaya


mendorong setiap warga mengakses
informasi yang bermanfaat.

Berkomunikasi di Ruang Publik

38

TIK dan Kehumasan Pemerintah


Kemampuan kehumasan pemerintah
untuk menjawab tantangan dalam memenuhi
pelayanan informasi ke seluruh wilayah dan
lapisan masyarakat menjadi mungkin karena
faktor kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) modern.
Kemajuan TIK semakin canggih dengan
munculnya gadget baru yang memungkinkan
semua orang berhubungan dengan siapa
saja (many to many), di mana saja (dengan
menggunakan mobile media) dan kapan
saja (real time). Humas pemerintah perlu
mengikuti dan memanfaatkan fenomena
ini sehingga tidak ketinggalan menghadapi
kecepatan arus informasi yang berkembang

39

Berkomunikasi di Ruang Publik

dalam masyarakat.
Seiring dengan itu maka kehumasan
pemerintah tidak dapat lagi menggunakan
cara-cara
konvensional.
Kehumasan
pemerintah perlu beradaptasi sebagaimana
institusi swasta yang menggunakan media
berbasis internet untuk mengelola reputasi
positif.
Sementara itu, publik dalam berinformasi
dan berkomunikasi telah memanfaatkan
perangkat TIK yang memiliki banyak
aplikasi untuk memproduksi, berbagi, dan
berkolaborasi informasi.
Kini setiap warga negara memiliki
kesempatan untuk menjadi reporter dan

produser informasi. Begitu pula halnya


dengan praktisi kehumasan pemerintah
dapat berbuat hal yang sama untuk
memeratakan jangkauan dan meningkatkan

kualitas
layanan informasi kepada
masyarakat.
Dengan memanfaatkan TIK praktisi
kehumasan pemerintah semakin mudah
Berkomunikasi di Ruang Publik

40

mengajak partisipasi publik dalam proses


perumusan, pelaksanaan, dan pengawasan
kebijakan publik.
Praktisi kehumasan pemerintah dalam
rangka optimalisasi pelibatan publik dapat
memanfaatkan fitur-fitur media berbasis
internet. Di sinilah peran praktisi kehumasan
pemerintah memanfaatkan jejaring internet
dan e-reporting yang dapat berkomunikasi
dan berinteraksi langsung kepada warga di
situs web atau melalui e-mail dan teknologi
digital lainnya (Lee, 2007).
Pemanfaatan dan pemberian akses
informasi yang terbaik dan tepat tersebut
merupakan salah satu cara memperkuat
masyarakat sipil (civil society) menuju
masyarakat yang demokratis. Masa depan
demokrasi adalah proses yang tiada
henti; elemen-elemen demokrasi akan

41

Berkomunikasi di Ruang Publik

muncul dan berkembang dalam berbagai


tingkatan dan tahapan dengan tingkat
kecepatan yang berbeda-beda di setiap
negara. Perubahan demokrasi juga bergerak
menuju arah yang berbeda, bisa menjadi
semakin demokratik dan bisa juga semakin

tidak demokratik. (Diamond, 1999).


Dalam proses konsolidasi demokrasi
terdapat dua tantangan besar, yaitu
adanya ketidakseimbangan informasi dan
ketidakmerataan akses informasi kepada
masyarakat.
Berkomunikasi di Ruang Publik

42

Secara asasi penyediaan alternatif


informasi dan pemerataan informasi menjadi
sangat penting dalam konsolidasi demokrasi.
Oleh karena itu, kehumasan pemerintah
juga perlu memberi ruang akses kepada
publik sekaligus untuk lebih memahami dan
merespon aspirasi publik secara cepat dan
akurat.

Kehumasan pemerintah dalam merespon


kebutuhan dan aspirasi publik dapat
memvariasikan penggunaan media (media
cetak, media penyiaran, media online, dan
sebagainya) serta memaksimalkan perangkat
kemajuan TIK, seperti misalnya Facebook,
Twitter, Youtube, dan aplikasi media sosial
lainnya.

Indeks Demokrasi ASEAN 2011

Semakin tinggi nilai, semakin baik kualitas demokrasi

43

Berkomunikasi di Ruang Publik

Esensi kehumasan
pemerintah adalah
mampu mengatakan yang
benar itu benar,
yang salah itu salah,
namun
mengkomunikasikan
yang salah itu
dengan cara yang benar.
Freddy H. Tulung
Berkomunikasi di Ruang Publik

51

Implementasi
Kehumasan Pemerintah

45

Berkomunikasi di Ruang Publik

Strategi Kehumasan Pemerintah


Perkembangan informasi dan wacana
di masyarakat, baik secara langsung atau
melalui media massa, bagaikan deret ukur,
solid dan fokus. Sementara itu, penanganan
dan pengelolaan informasi atau isu publik
oleh kehumasan pemerintah cenderung
seperti deret hitung, kurang solid, dan belum
fokus. Kondisi ini menuntut penanganan dan
respon yang sistematis dan terukur.
Dari segi substansi, boleh dikata informasi
yang berkembang di masyarakat
kurang mengedepankan
nilai-nilai kebersamaan
(shared value) sebagai
bangsa
seperti

mutual understanding, mutual respect,


mutual interest, mutual benefit, egalitarian,
inklusivitas,
humanitarian
sehingga
berpotensi menimbulkan disinformasi bagi
masyarakat dan dapat menurunkan tingkat
legitimasi Pemerintah/Negara.
Dalam
konteks
penyebaran
dan
pemerataan informasi publik ke seluruh
lapisan masyarakat dibutuhkan aktivitas
pelancaran arus informasi publik. Salah
satu elemen bagi terciptanya pelancaran
arus informasi publik adalah penetapan
agenda
setting,
terciptanya
jaringan
komunikasi, koordinasi antar lembagalembaga pemerintahan di pusat dan daerah
Berkomunikasi di Ruang Publik

46

dalam penyediaan dan pelayanan informasi


publik, serta terciptanya program komunikasi
yang terkoordinasi dan berkelanjutan antara
lembaga publik dengan masyarakat.
Mengingat
kondisi
pengetahuan
masyarakat yang beragam dan jangkauan
geografis yang sangat luas, pemerintah
(pusat) secara bertahap mempersiapkan
sarana-sarana dan saluran-saluran komunikasi
dan informasi yang mendukung pemanfaatan
teknologi informasi untuk peningkatan kualitas
penyebarluasan informasi.
Penyebarluasan informasi publik yang
efektif perlu melibatkan publik pemanfaatan
berbagai sarana dan media komunikasi
pemerintah sehingga masyarakat mengetahui,
memahami, dan mendukung program dan
kebijakan
pembangunan
pemerintahan/
kenegaraan.

47

Berkomunikasi di Ruang Publik

Problematika dan Peran


Kehumasan Pemerintah
Dalam
implementasi
kehumasan
pemerintah, paling tidak dijumpai tiga
persoalan yang berkembang dalam realitas
kepemerintahan dan kenegaraan. Secara
umum, ada kesan bahwa seolah-olah
pemerintah/negara baru bekerja karena
adanya tekanan media atau tekanan opini
publik.
Pemberitaan negatif secara terus menerus
dapat membentuk opini publik seolaholah pemerintah tidak bekerja. Akibatnya,
masyarakat memandang buruk terhadap
kinerja pemerintah. Dalam jangka panjang,
hal itu dapat menimbulkan ketidakpercayaan
masyarakat kepada pemerintahan/negara.

Pokok persoalan pertama adalah aspek


mensinergikan informasi publik. Poinnya
adalah bagaimana agar pemerintah jangan
menari-nari di atas tabuhan gendang orang
lain. Diperlukan sinergitas informasi publik
yang sifatnya lintas kementerian/lembaga
atau isu lintas sektoral/cross cutting issues.
Pada saat media swasta secara serempak
mengangkat sebuah isu spesifik dan terus
menerus kepada publik, perlu rasanya
pemerintah juga secara bersama-sama
merespon isu media tersebut dalam satu
kesatuan sudut pandang sebagai agenda
setting pemerintah atau negara yang
disepakati bersama.
Berkomunikasi di Ruang Publik

48

Persoalan kedua adalah bagaimana


membentuk opini publik dengan pembuatan
agenda setting versi pemerintah. Dalam ruang
publik berlaku prinsip bahwa media adalah
ruang publik. Barang siapa yang paling
banyak mengisi ruang publik, ia memenangi
opini publik dan menguasai agenda publik.
Mengimbangi agenda setting di ruang
publik sangat dibutuhkan pada saat begitu
kuatnya tren penilaian subjektif yang apriori
terhadap kinerja lembaga pemerintah atau
negara. Tidak heran muncul anggapan,
bahwa kinerja kurang menonjol gaungnya di
ruang publik.
Kesuksesan pemerintah/negara kurang
diangkat media atau kurang memperoleh
porsi di media massa secara memadai atau
baik. Fakta memperlihatkan bahwa sebanyak
83% pemberitaan media massa bersumber

49

Berkomunikasi di Ruang Publik

dari kalangan pemerintahan/kenegaraan,


akan tetapi 67% agenda berita ditentukan
atau dibingkai oleh media. Framing atau
pembingkaian itu acapkali mengarah pada
penggambaran yang kurang menguntungkan
bagi kalangan pemerintah/kenegaraan.
Akhirnya, pemerintah dituntut untuk
melakukan optimalisasi jaringan komunikasi
dan informasi nasional. Sarana komunikasi
dan diseminasi yang dimiliki pemerintah
sudah saatnya dioptimalkan dengan berbagai
cara demi mendukung tercapainya tujuan
kehumasan pemerintah/negara.
Semua
jaringan
komunikasi
dan
diseminasi diberdayakan untuk satu tujuan:
government by publicity. Melalui jaringan
tersebut semua kebijakan dan kinerja
pemerintah dipublikasikan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk diketahui dan
memperoleh dukungan publik.

Tiga Problematika dan Peran


Kehumasan Pemerintah

Membentuk opini
publik dengan pembuatan
agenda setting untuk
pemerintah

Mensinergikan
Informasi
Publik

Optimalisai Jaringan
Komunikasi dan
Informasi Nasional

Kehumasan
Pemerintah

Humas
perlu
bersinergi
dalam
membentuk
agenda
setting
dengan
menentukan tema sentral isu nasional untuk
melengkapi informasi-informasi sektoral.
Karena itu, paradigma kerja kehumasan

pemerintah harus dua arah. Konsekuensinya


humas pemerintah/negara harus lebih
mendengarkan masyarakat; memfasilitasi
prasarana dan sarana komunikasi masyarakat,
dan membangun komunikasi dialogis.
Berkomunikasi di Ruang Publik

50

Tujuan Kehumasan Pemerintah


Dalam rangka mengimbangi pemberitaan
media, Humas Pemerintah harus pro-aktif dan
antisipatif sehingga informasi media menjadi
lebih proporsional. Sikap demikian, selaras
dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang
baik (Good Governance) yang menekankan
transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi
masyarakat.
Esensi kehumasan pemerintah adalah
telling the government to the public.
Menceritakan presiden dan pemerintah
kepada rakyatnya. Yang benar itu benar, yang
salah itu salah, namun mengkomunikasikan
yang salah itu dengan cara yang benar.

51

Berkomunikasi di Ruang Publik

Tujuan kehumasan pemerintah tersebut


merupakan anak tangga meraih peningkatan
citra positif lembaga pemerintahan atau
kenegaraan. Gambaran baik sedemikian
itu hanya diraih apabila aparat pemerintah
atau aparat negara mampu memenuhi hak
tahu publik dan secara memuaskan dapat
mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam
perumusan, pelaksanaan, dan pengawasan
kebijakan publik.
Dengan demikian, paradigma tersebut
membuat kerja kehumasan pemerintah
berlandaskan kaidah-kaidah:
o Menyampaikan
kebenaran,
humas

Tujuan Kehumasan Pemerintah

Kehumasan
Pemerintah

Mengakomodasi
aspirasi masyarakat
dalam perumusan
kebijakan publik

menyampaikan berita yang benar.


o Menjelaskan kepada rakyat, humas harus
merencanakan dan melaksanakan kegiatan
komunikasi secara terus menerus.
o Menggunakan bahasa yang tepat, efektif
dan positif.
o Menggunakan aneka sarana komunikasi
dan perkembangan teknologi informasi.
Intinya, humas pemerintah harus bisa
menyampaikan kebijakan dan program
pemerintah dengan jelas dan sederhana
sehingga mudah dipahami masyarakat. Ia

Meningkatkan
citra positif
lembaga

bukan sekadar harus bisa menyampaikan


sebuah kebijakan atau program, melainkan
latar belakang mengapa tindakan itu
diambil, apa tujuannya, dan apa pentingnya
bagi masyarakat. Hanya dengan cara seperti
ini masyarakat bisa memahami, menerima,
mendukung serta berperan serta dalam
kebijakan dan program yang dijalankan.
Kesemuanya itu perlu adanya koordinasi
antar lembaga komunikasi dan informasi,
serta kehumasan pemerintah dalam rangka
pelaksanaan program melalui kemitraan, baik
Berkomunikasi di Ruang Publik

52

bottom up (masyarakat dan pemerintah)


maupun horizontal (antar masyarakat).
Kehumasan pemerintah perlu terus
bersinergi di antara kementerian/lembaga
dalam menginformasikan kinerja atau
capaian pembangunan.

53

Berkomunikasi di Ruang Publik

Penggunaan Beragam Media


Untuk mencapai tujuan kehumasan
pemerintah, mau tidak mau, kata kunci
tindakan yang penting dilaksanakan segera
adalah meningkatkan jumlah coverage
informasi yang ada sekarang ini dengan
melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
konten-konten informasi untuk diarahkan
mendukung
kebijakan
dan
program
penyelenggara pemerintahan/negara.
Paling tidak ada enam (6) jenis media
yang digunakan dalam berkomunikasi dan
berinformasi dalam kerangka melaksanakan
sosialisasi, edukasi, dan edukasi isu-isu
strategis bangsa/negara/publik kepada
seluruh lapisan masyarakat. Selama ini,

Ditjen IKP Kemkominfo telah memanfaatkan


beragam media untuk menyebarluaskan
informasi
kepada
masyarakat
dan
berkomunikasi di ruang publik, yakni
media cetak, media penyiaran, media tatap
muka, media luar ruang, media tradisional
(pertunjukan rakyat), dan media online/
media dalam jaringan.
Pilihan jenis media yang digunakan dalam
menyampaikan isi pesan informasi publik
disesuaikan dengan latar belakang dan
kondisi nyata khalayak sasaran (status sosial
ekonomi, geografis/wilayah tempat tinggal,
demografis-sosiografis, ataupun psikografis
terhadap isu-isu publik aktual).
Berkomunikasi di Ruang Publik

54

Media Cetak,

adalah sarana penyebaran informasi


kepada pihak lain dengan menggunakan
teks, gambar, foto, grafis, bagan, atau
gabungan hal-hal tersebut. Sebagai contoh
ragam media cetak adalah koran, majalah,
tabloid, poster, leaflet, brosur, atau buku.

Media Penyiaran,

adalah sarana diseminasi informasi yang


dikemas sebagai program atau acara siaran
kepada khalayak luas (pemirsa/pendengar)
berupa audio (suara) dan/atau audio-visual
yang dipancarkan melalui Lembaga Penyiaran
Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, Lembaga
Penyiaran Komunitas. Media penyiaran
berupa radio ataupun televisi, baik yang
bersifat lokal, nasional, maupun berjaringan.

55
62

Berkomunikasi
Berkomunikasi
di Ruang
di Ruang
Publik
Publik

Media
Tatap Muka,

adalah penyampaian informasi secara


langsung
kepada
sasaran
khalayak.
Penyebaran dan/atau penyerapan informasi
media tatap muka dapat berupa Forum
Komunikasi, Pertemuan, Jumpa Pers, Media
Gathering, Seminar, Workshop, Diskusi, dan
sebagainya.

57

Berkomunikasi di Ruang Publik

Media Luar Ruang,

adalah sarana penyampaian informasi


dengan memanfaatkan area publik yang
sering diakses masyarakat. Isi pesan media
luar ruang bersifat singkat dan memikat
dapat berupa baliho, banner, spanduk,
umbul-umbul, videotron, Plasma, ataupun
eksibisi/pameran tematik.

Berkomunikasi di Ruang Publik

65

66

Berkomunikasi di Ruang Publik

Media
Pertunjukan Rakyat,

adalah medium penyampai informasi


menggunakan
pergelaran
kelompok
pertunjukan rakyat atau sejenisnya yang
komunikatif dengan sasaran khalayak.
Contohnya, sandiwara, wayang, campur sari,
lawak, mahidin, petta puang, randai, lenong,
reog, berbalas pantun, bonres, ketoprak,
ludruk, dan lain-lain.

Berkomunikasi
Berkomunikasi
di Ruang
di Ruang
Publik
Publik

60

Media Online/
Internet,

adalah sarana diseminasi informasi yang


bersifat digital, multimedia (konvergensi)
dengan karakteristik yang bersifat jaringan
(terhubung ke seluruh penjuru dunia) dengan
menggunakan perangkat komputer, gadget,
perangkat penyiaran, dan internet.
Media modern ini dapat diamati dari
pemanfaatan website, portal, blog, jejaring
sosial, atau yang aplikasinya populer dengan
nama facebook, twitter, wordpress, youtube,
skype, portal kantor berita nasional Antara,
portal berita Infopublik.org, dan lain-lain.

68

Berkomunikasi di Ruang Publik

Secara keseluruhan, cakupan strategi


Kehumasan
Pemerintah
mampu
mengidentifikasi tiga persoalan utama di
ruang publik yang harus dikelola dalam
rangka mencapai tujuan, yaitu untuk
memenuhi hak tahu publik, mengakomodasi
aspirasi masyarakat, dan meningkatkan citra
positif lembaga pemerintah/negara.
Legitimasi pemerintahan akan mampu
diraih dengan memproduksi informasi
publik
yang
edukatif,
mencerahkan,
memberdayakan, dan menanamkan rasa
cinta Tanah Air dalam kerangka NKRI.
Agar tujuan ini tercapai, maka perlu
dilakukan peningkatan jumlah informasi dan
coverage informasi dengan cara intensifikasi
dan
ekstensifikasi
informasi
untuk

mendukung program penyelenggaraan


negara dengan memanfaatkan berbagai
jenis media.
Strategi
Kehumasan
Pemerintah
merupakan panduan pengelolaan informasi,
tata kelola komunikasi publik, dan
pengelolaan kehumasan pemerintah.
Efektivitas strategi memerlukan adanya
dukungan berupa kelembagaan, yaitu
tatanan sejumlah perangkat kelembagaan
untuk mencapai tujuan.
Keberhasilan strategi juga bergantung
pada komitmen para pihak/pemangku
kebijakan, adanya kewenangan/legalitas,
akses/koordinasi, SDM cukup dan cakap,
serta sarana dan prasarana informasi dan
komunikasi publik.

Berkomunikasi di Ruang Publik

62

Tata Kelola Kehumasan Pemerintah


Agenda setting informasi pemerintahan/
kenegaraan dan penyebarluasan informasi
di ruang publik dikelola secara komprehensif
untuk memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat. Informasi yang telah dikemas
dalam materi publikasi tersebut disampaikan
kepada publik/masyarakat melalui sejumlah
simpul jaringan/saluran komunikasi.
Pilihan informasi yang dikemas dan
didiseminasikan tersebut berasal dari:
Laporan Kementerian; Laporan Lembaga
Pemerintah Non Kementerian (LPNK),

63

Berkomunikasi di Ruang Publik

Laporan Monitoring media, dan Laporan


Khusus lainnya. Sebelumnya, informasiinformasi tersebut diklasifikasikan dan
dikemas berdasarkan kriteria tertentu
menjadi isu strategis nasional.
Dalam
penyelenggaraan
pelayanan
informasi dan komunikasi publik, setiap
simpul jaringan diseminasi informasi yang
mendukung terciptanya pertukaran informasi
dua arah antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, serta masyarakat dalam
negeri maupun ke luar negeri.

Isu Strategis

Klasifikasi

EVALUASI

Perumusan Agenda Setting dan Penyiapan Materi Publikasi

Jaringan Diseminasi Informasi Publik


Bakohumas

Media Massa

Media Publik

Media Center

Kemitraan

Diseminasi

LAPORAN
1. Laporan Monitoring Media
2. Laporan Kementerian
3. Laporan LPNK
4. Laporan Media Center Daerah
5. Laporan Khusus

Agenda Setting

Tata Kelola Kehumasan Pemerintah

Pemanfaatan Media: Cetak, Penyiaran, Tatap Muka,Luar Ruang, Pertunjukan Rakyat,Online

PUBLIK - MASYARAKAT
Berkomunikasi di Ruang Publik

64

Perumusan Agenda Setting dan


Penyiapan Materi Publikasi
Pola pelaksanaan layanan informasi dan
komunikasi publik mengacu pada manajemen
komunikasi publik yang di dalamnya terdapat
strategi pelayanan dan tata kelola pelayanan
informasi dan komunikasi publik. Dalam
manajemen itu, terdapat dua tahap yang
harus dilalui, yaitu (1) penetapan agenda
setting berdasarkan perkembangan terbaru
kemudian melakukan analisis data yang ada
untuk menentukan strategi komunikasi yang
mencakup sumber, pesan, media, khalayak,
dan efek (2) mekanisme diseminasi melalui
beberapa simpul diseminasi informasi.
Agenda setting kebijakan adalah proses

65

Berkomunikasi di Ruang Publik

dan mekanisme penetapan jenis informasi


tentang hasil kinerja pemerintahan yang
penting dan perlu untuk disampaikan
kepada masyarakat. Pemilihan isu strategis
bertujuan untuk memberikan kontribusi
kepada masyarakat sehingga tersedia
alternatif dan pengayaan informasi yang
beredar di masyarakat. Mekanisme yang
dilakukan untuk mendapatkan isu strategis
kebijakan pemerintah (capaian kinerja K/L)
vis a vis agenda setting media.
Dalam penetapan agenda setting,
strategi komunikasi yang mencakup tahapan
umum desain komunikasi dapat sekaligus

Penentuan Isu Strategis (Agenda Setting)


Hasil Resonansi
Agenda Media
VS Kebijakan
Pemerintah Melalui
Media Monitoring

Agenda
Setting
Media Massa
[Tone Cenderung
Negatif/-]

-/+
+/-/+
+/-

Laporan
Lembaga
Internasional

Laporan
Capaian
Kinerja
Kementerian
KIB II
[Tone Cenderung
Negatif/-]

ditentukan. Tahapan itu mencakup (1)


memetakan target khalayak (2) isi pesan
dan strategi pengemasan pesan (3) memilih
media (4) menetapkan komunikator dan (5)
menetapkan target dampak.

Memetakan Target Khalayak


Target khalayak kegiatan komunikasi cukup
beragam seperti organisasi masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, perguruan
tinggi, organisasi profesi, media massa,
sektor swasta, dan masyarakat luas.
Disamping itu, target khalayak juga
perlu menyasar kementerian/lembaga,
pemerintahan daerah, dan badan publik
agar terbentuk kesepahaman yang sama
terhadap isu-isu strategis yang dibahas.
Isi Pesan
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara
efektif banyak ditentukan oleh penentuan
strategi merancang pesan. Strategi
merancang pesan mencakup:
o Signing: cermat menggunakan bahasa
verbal dan non verbal, tulisan dan
gambar sesuai khalayak sasaran dan
Berkomunikasi di Ruang Publik

66

dampak yang ingin dicapai.


o Framing: cermat menonjolkan inti
pesan yang akan disampaikan sesuai
khalayak sasaran dan dampak yang
ingin dicapai.
o Priming: cermat mengatur konteks
waktu dan tempat dalam menyampaikan
pesan sesuai khalayak sasaran dan
dampak yang ingin dicapai
Memilih Media
Media komunikasi yang digunakan
mencakup media penyiaran, media
cetak, media baru/online/internet, media
tatap muka, media luar ruang, dan
media tradisional/pertunjukan rakyat.
Pemanfaatan media tersebut disesuaikan
dengan tujuan komunikasi, target sasaran,
dan isi pesan.

67

Berkomunikasi di Ruang Publik

Menetapkan Komunikator/Narasumber

Komunikator bertindak menyampaikan


isi pesan kepada khalayak. Oleh karena
itu, komunikator harus memiliki kriteria
memadai yang mencakup kewenangan/
otoritas, kredibilitas, integritas, kompeten,
kedekatan dengan komunitas, atraktif/
menarik, dan antusias.
Menetapkan Target Dampak
Dampak yang diharapkan dengan
kehadiran
layanan
informasi
dan
komunikasi publik mencakup:
o Aspek kognitif/awareness: terbentuknya
kesadaran dan pengetahuan mengenai
isi pesan.
o Aspek afektif/sikap: terbentuknya sikap
yang mendukung isi pesan
o Aspek konatif/perilaku: terbentuknya
perilaku yang mendukung isi pesan.

Optimalisasi Jaringan Diseminasi


Informasi Publik
Agenda
setting
pemerintah/negara
yang siap dipublikasikan diteruskan atau
disampaikan ke publik melalui lima simpul
jaringan diseminasi informasi publik yang
telah dibentuk. Optimalisasi jaringan
penyampaian informasi publik dilakukan
melalui
kegiatan-kegiatan
komunikasi
di ruang publik melalui berbagai simpul
jaringan.
1. Simpul Badan Koordinasi Kehumasan
(Bakohumas).
Anggota Bakohumas
adalah para Humas Kementerian/LPNK,
Humas BUMN, maupun humas pemerintah
daerah. Bakohumas beranggotakan
Berkomunikasi di Ruang Publik

68

Jaringan BAKOHUMAS
Jalur

BAKOHUMAS

Pentas

Jumlah

Kementerian

34

LPNK (28) dan Lembaga Non


Struktural (88)

116

BUMN

150

Apabila dikalkulasi potensi jangkauan ke


publik melalui website seluruh Bakohumas,
maka sebesar 8,3 juta pengakses akan
menerima informasi publik pemerintah yang
bernilai positif.

Pemerintah Daerah
Media tatap Muka
Jejaring Sosial

824 HUMAS

Hits Website BAKOHUMAS = 8.3 Juta/Hari

Fungsi Humas
Menyampaikan
materi isu sektoral

69

Berkomunikasi di Ruang Publik

Humas K/L 1

Isu
Sektoral

Isu Lintas
Sektoral

Fungsi Humas
Menyampaikan
materi isu lintas
sektoral secara
terkoordinasi

Badan Koordinasi
Hubungan Masyarakat
(BAKOHUMAS)
Kementerian/LPNK

HUMAS Berfungsi
Virtual Spin Doctor

sekitar 824 humas dari 34 kementerian atau


setingkat, 28 LPNK, 88 lembaga non struktural,
33 provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota.
Diharapkan
Bakohumas
selain
mempublikasikan informasi publik yang
bersifat sektoral, juga menyampaikan materi
isu lintas sektoral secara terkoordinasi.

Reposisi

Agenda Setting

524

Humas K/L 2

Isu
Sektoral

Isu Lintas
Sektoral

Humas K/L 3

Isu
Sektoral

Isu Lintas
Sektoral

Humas K/L 4

Isu
Sektoral

Isu Lintas
Sektoral

Penggunaan Media
Luar Ruang - Tradisional - Cetak - Penyiaran - Tatap Muka - Media Online

PUBLIK

Jaringan Media Massa


Pentas

Media Massa

2. Simpul Media Massa. Penyampaian pesan


informasi publik kepada publik dapat
memanfaatkan media massa --media
yang memungkinkan informasi langsung
tersebar ke orang banyak/massa-- untuk
mengoptimalisasikan
jangkauan
ke
publik, utamanya publik yang mampu
membaca dan kalangan terdidik.
Simpul jaringan media massa ini
dalam kegiatan diseminasi informasi
publik dapat berupa aktivitas penerbitan
surat kabar, pemutaran film, program
acara radio dan televisi yang secara khusus
dikemas untuk mencapai masyarakat yang
sangat luas. Adapun dari segi kecepatan
dan kedalaman informasi publik, simpul
media massa dapat menyediakan slot
pemberitaan, talkshow, running text,

adlibs, dan sejenisnya.


Bila simpul jaringan media massa dari
yang tradisional hingga modern sifatnya
secara optimal pemakaiannya untuk
diseminasi informasi, maka teridentifikasi
7.211 saluran dengan coverage sasaran
khalayak sebanyak 67.9 juta orang.

7.211 Saluran
67,9 Juta Khayalak

Jalur

Jumlah

Media Pertunjukan
Rakyat

4.000

Media Cetak

900

Media Penyiaran TV/


Radio Nasional

11

Media Penyiaran TV/


Radio Lokal (ATLI/JRKI)

2.300

Media tatap Muka

N.A.

Jejaring Sosial

43,1 Juta Facebook *)


19,5 Juta Twitter **)
5,3 Juta Blog ***)
*) checkfacebook, 20 Januari 2012
**) AWorld of Tweet 2012
***) Stratego-corp 2012

Berkomunikasi di Ruang Publik

70

78

Berkomunikasi di Ruang Publik

3.

Simpul Jaringan Media Publik.


Media publik merupakan media yang
dikelola dengan menggunakan anggaran
negara. Simpul jaringan media publik
memiliki 50.000 saluran.
Jaringan penyebaran komunikasi ini
tersebar dalam jalur-jalur komunikasi
berbasis portal berita seperti Lembaga
Kantor Berita Nasional dan Infopublik.
org, juga diseminasi informasi publik
melewati jalur TVRI dan RRI nasional,
tabloid Komunika dan jurnal Dialog
yang dicetak dalam oplah tertentu untuk
sarana penyebaran informasi publik berisi
isu-isu strategis.
Untuk mendapatkan versi digital dari
produk cetak Ditjen Informasi dan
Komunikasi Publik silakan kunjungi
www.infopublik.org
Berkomunikasi di Ruang Publik

72

4. Simpul Jaringan Media Center. Media


Center adalah pusat atau sarana
pengelolaan komunikasi dan informasi
berbasis
teknologi
atau
berbasis
internet (online) yang digunakan untuk
menghimpun, mengolah, menyediakan,
menyebarluaskan informasi pemerintahan
pusat dan pemerintahan provinsi/
kabupaten/kota kepada masyarakat
serta menampung umpan balik dari
masyarakat atas kebijakan pemerintah.
Media Center dibentuk sebagai salah
satu upaya dukungan dalam pertukaran
informasi antara instansi pusat dan
daerah. Upaya ini adalah salah satu
bagian upaya pemerintah memastikan
bahwa setiap warga negara mendapatkan
informasi tentang kebijakan-kebijakan
lembaga negara secara tepat, cepat, dan

73

Berkomunikasi di Ruang Publik

akurat melalui kerjasama antar instansi


pemerintah/swasta/lembaga.
Sejak 2007 Ditjen IKP Kemkominfo
telah
melakukan
koordinasi
dan
kerjasama pembangunan dan penguatan
Media Center. Hingga tahun ini, ada
sebanyak 130 Media Center di 33 provinsi
dan 97 kabupaten/kota, serta 4 lembaga/
organisasi.
Pengelolaan dan pemanfaatan Media
Center dapat dikembangkan sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan
setiap daerah Provinsi, Kabupaten
dan Kota. Pengembangan tersebut
tidak lepas dari situasi riil yang sedang
dihadapi atau menurut para stakeholder
daerah terkait cukup berpotensi terjadi
di wilayah kewenangannya. Maka dari
itu, penerapan Media Center dapat
Berkomunikasi di Ruang Publik

74

82

Berkomunikasi di Ruang Publik

dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu


Media Center Peristiwa Khusus dan
Media Center Situasi Krisis.
Media Center Peristiwa Khusus adalah
pusat informasi yang diselenggarakan
untuk mendukung kelancaran dan

kesuksesan kegiatan-kegiatan khusus


pada tingkat nasional, regional dan
internasional. Misalnya Media Center
Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010,
ASEAN Regional Forum Disaster Relief
Exercise (ARF DiREx) 2011 di Manado,
Berkomunikasi di Ruang Publik

76

Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN 2011 di


Bali, Sail Morotai-Belitong 2011 dan lain
sebagainya.
Sementara itu, Media Center Situasi
Krisis terkait permasalahan korban jiwa
dan dampak kerugian atau kerusakan
yang timbul. Situasi krisis tersebut dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu krisis akibat
bencana alam dan akibat konflik sosial,
politik dan keamanan.

Media
Center
Situasi
Krisis
menekankan pada diseminasi secara
cepat, tepat dan akurat semua informasi
yang berkaitan dengan perkembangan
situasi krisis dan penanganan pascakrisis.

77

Berkomunikasi di Ruang Publik

Pada situasi krisis atau tanggap darurat,


media center ini harus didirikan sesegera
mungkin pada kesempatan pertama oleh
pengelola media center di mana peristiwa
situasi krisis tersebut terjadi.
Sebagai contoh media center daerah
yang pernah berkolaborasi dengan
Kementerian Komunikasi dan Informatika
RI adalah pendirian media center ketika
terjadi bencana tsunami Nanggroe Aceh
Darussalam tahun 2004, gempa bumi
Yogyakarta DIY dan Padang Sumatera
Barat tahun 2006, dan erupsi Gunung
Merapi di DIY dan Jawa Tengah tahun
2010.

Kemitraan

5. Simpul Jaringan Kemitraan Komunikasi. Optimalisasi simpul jaringan kemitraan


Kerjasama diseminasi informasi dengan
komunikasi mampu mengantarkan informasi
membangun dan mengembangkan
publik kepada 84.7 juta sasaran khalayak,
jaringan mitra-mitra strategis. Misalnya
dengan bekal sebanyak 146.880 saluran
organisasi
masyarakat
(ormas)
komunikasi.
Jaringan Kemitraan
keagamaan,
berbasis
pekerjaan,
Pentas
Jalur
Jumlah
Mitra
organisasi profesi; lembaga sosial, LSM/
Ormas
20 Juta
Muslimat NU
10 Juta
Aisyiyah Muhammadiyah
NGO,
perguruan
tinggi/akademisi,
15 Juta
Fortindo
16
Juta
Masyarakat Nelayan
dunia usaha, asosiasi telekomunikasi,
15 Juta
KNPI
Kelompok Informasi Masyarakat (KIM),
Lembaga/
17 Juta
Pramuka
LSM/NGO
70 Ribu
Karang Taruna
10
Ribu
OSIS SMA
Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK)
29
BNN
200 Stasiun
JRKI-Radio Komunitas
dan Mobile PLIK (MPLIK).
Perguruan
50
Perguruan Tinggi

Kemitraan
merupakan
bentuk
Tinggi
200
BEM Nusantara
kerjasama yang saling memerlukan, saling
Dunia Bisnis/
20.000
Kadin
Usaha
125
PRSSNI, ARSLI, ATVLI
memperkuat dan saling menguntungkan
10
ATVSI
Dunia Profesi
33
PWI PUsat
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan,
150
Media Watch
5,2
Juta
Blogger
dan kepercayaan antara Pemerintah
Asosiasi Telko 28
Kelompok
dengan lembaga-lembaga komunikasi
Pusat
5.600
Kelompok Informasi Masyarakat
7 Jalur
layanan
5.748
PLIK (Pusat Layanan Internet Kecamatan)
dalam rangka diseminasi informasi.
84,7 Juta Khalayak
Informasi
1.907
Mobile PLIK
146.880 saluran

32.800

Desa Berdering

Berkomunikasi di Ruang Publik

78

86

Berkomunikasi di Ruang Publik

Berkomunikasi di Ruang Publik

87

Pada dasarnya, kehumasan pemerintah


mengandaikan adanya hubungan
harmonis antara pemerintah dengan
masyarakat.
Oleh karena itu, strategi dan tatakelola
kehumasan pemerintah merupakan
tanggung jawab bersama.
Pemerintah selaku penyedia informasi
dan masyarakat sebagai pengakses
dan pengguna informasi untuk
digunakan mendukung kegiatan
yang produktif menuju masyarakat
informasi.
Freddy H. Tulung
88

Berkomunikasi di Ruang Publik

Agenda Bersama Mengembangkan


Kehumasan Pemerintah
Peran serta publik dalam komunikasi
publik bukan semata-mata sebagai sasaran
khalayak atau penerima informasi semata.
Yang tidak kalah pentingnya, pelaku
kehumasan pemerintah wajib melibatkan
masyarakat/publik
dalam
perumusan,
pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan
publik. Proses kebijakan publik sedemikian
itu memiliki peluang memperoleh legitimasi
atau pengakuan dari masyarakat.
Oleh karena itu, pengembangan desain
peran serta publik harus diraih oleh pelaku
kehumasan pemerintah. Agar lebih efektif,
peran serta publik dapat mengacu pola

berikut: pelibatan publik penguatan akses


pemberdayaan komunitas pengembangan
kontribusi swasta.
1. Pelibatan Publik. Pelayanan informasi
dan komunikasi publik memerlukan
keterlibatan lembaga pemerintah dan
lembaga penyiaran (publik, swasta,
komunitas) dan lembaga kemasyarakatan
di bidang komunikasi dan informasi.
Pemanfaatan lembaga kemasyarakatan,
termasuk media tradisional, media
komunitas, dan media kemasyarakatan
lain
membantu
percepatan
dan
ketepatan penyebaran informasi.
Berkomunikasi di Ruang Publik

82

90

Berkomunikasi di Ruang Publik

2. Penguatan

Akses. Penguatan akses


publik dilakukan melalui penguatan
simpul-simpul
komunitas
peduli
informasi dan komunikasi publik dan
pembentukan jaringan layanan informasi
dan komunikasi publik.
3. Pemberdayaan
Komunitas.
Tiga
tahap pengembangan informasi dan
komunikasi publik basis komunitas,
pertama,
menyiapkan
sumberdaya
manusia
melalui
pelatihan
dan
pembentukan komunitas pengawal
konten informasi publik melalui media
yang diterima warga komunitas. Kedua,
penguatan kualitas budaya komunitas
dengan memberi aneka keterampilan
teknis dan sejenisnya. Ketiga, memberikan
nilai tambah keberlangsungan komunitas
dalam pemanfaatan perangkat berbasis

teknologi informasi dan komunikasi


untuk meningkatkan nilai ekonomi
kehidupannya.
4. Pengembangan Kontribusi Swasta.
Upaya terpadu pelayanan informasi dan
komunikasi publik perlu melibatkan
kemitraan sektor swasta melalui
Corporate Social Responsibility (CSR)
dan jenis-jenis pendanaan lainnya. CSR
belum dimanfaatkan secara signifikan
guna mendukung program pelayanan
informasi dan komunikasi yang lebih
baik.
Kehumasan Pemerintah efektif bila
melibatkan
partisipasi
masyarakat,
berakselerasi dengan perkembangan
teknologi informasi, dan tersedianya
konten informasi positif dalam berbagai
format dan kemasan publikasi. Pada
Berkomunikasi di Ruang Publik

84

dasarnya,
kehumasan
pemerintah
mengandaikan adanya hubungan harmonis
antara
pemerintah/negara
dengan
masyarakat/warga.
Oleh karena itu, strategi dan tatakelola
kehumasan pemerintah merupakan tanggung
jawab

bersama,

pemerintah

selaku

penyedia informasi dan masyarakat/


publik/warga sebagai pengakses
dan pengguna informasi untuk
digunakan mendukung kegiatan
yang

produktif

menuju

masyarakat informasi.
Tantangan,
hambatan,

dan

ancaman,
gangguan

dalam menyampaikan informasi


publik dan komunikasi publik
dalam bingkai kerja kehumasan

85

Berkomunikasi di Ruang Publik

pemerintah merupakan realitas yang akan


dihadapi.
Pada

tataran

agenda

settings

perlu

dipastikan secara baik mewadahi mekanisme


kesepakatan

untuk

menetapkan

sektoral yang diangkat

isu-isu

menjadi isu lintas

sektoral atau isu nasional. Bagaimana kita


bersama mampu menjaga Kementerian/
Lembaga/BUMN/Pemda memberi akses dan
secara kontinyu mengirimkan data/informasi
yang

dibutuhkan.

komitmen
Pemda

Serta,

mengharuskan

Kementerian/Lembaga/BUMN/

mengunggah

informasi

melalui

media diseminasi masing-masing.


Pada

tataran

diseminasi

informasi,

diperlukan jaminan Kementerian/Lembaga/


BUMN mampu mempublikasikan informasi
yang

diperkuat

dengan

komitmen

Berkomunikasi di Ruang Publik

86

Bakohumas dan Media Center Propinsi/Kabupaten/


Kota. Bagaimana mengkonsistenkan Kementerian/
Lembaga/BUMN mendiseminasikan agenda setting
(isu lintas sektoral) melalui seluruh media yang dimiliki,
untuk melengkapi isu sektoralnya. Dan tidak kalah
pentingnya adalah membuat komitmen pembiayaan
secara bersama untuk publikasi/sosialisasi/edukasi isu
lintas sektoral yang disepakati.
Akhirnya, pada tatataran SDM & infrastruktur
memang dibutuhkan dukungan SDM yang cukup
dan cakap. Ditambah dengan dukungan infrastruktur
jaringan media Kementerian/Lembaga/BUMN dalam
rangka konektivitas dan sinergitas pemasyarakatan
agenda setting.
Bagaimana dalam situasi dan kondisi seperti itu, kita
bersama tetap optimistis dalam melihat masa depan.
Masa depan bersama sebagai bangsa Indonesia.

87

Berkomunikasi di Ruang Publik

Cutlip, Scott M., Center, Broom. 2006. Effective


Public Relations. New Jersey: Prentice Hall.

Referensi

Diamond, Larry. 1999. Developing Democracy:


Toward Consolidation. Maryland: The John
Hopkins University Press.
Dwiyanto, Agus. (ed.). 2005. Mewujudkan Good
Governance melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Jackson, Ira., Jane Nelson. 2003. Profits with
Principles. New York: Broadway Business
Jefkins, Frank. 2004. Public Relations. Jakarta:
Erlangga
Kasali, Rhenald. 2000. Manajemen
Cetakan ketujuh. Jakarta: Grafiti Pers.

Humas.

Kesepakatan Bersama Menteri Dalam Negeri,


Menkominfo dan Men PAN tentang Revitalisasi
Fungsi Humas pada Instansi Pemerintah,
Kesekretariatan Lembaga Negara, Pemerintahan
Daerah dan BUMN/D.

89

Berkomunikasi di Ruang Publik

Lee. 2007. Review of Government Public Relations.


United Kingdom: London Chamber of Commerce
and Industry.
Pedoman Umum Media Center, 2011. Direktorat
Komunikasi Publik, Direktorat Jenderal Informasi
dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi
dan Informatika RI.
Permen Kominfo No. 17 Tahun 2009 tentang
Diseminasi Informasi Nasional.
Permen Kominfo No. 7 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pengembangan Kemitraan Media
(PPKM).
Permen Kominfo No. 8 Tahun 2010 tentang
Pengembangan dan Pemberdayaan Lembaga
Komunikasi Sosial.
Permen Kominfo No.22 Tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal di Bidang Komunikasi
dan Informatika.

Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan


Informatika 2011-2014.
Ruslan, Rosady. 1998. Praktik dan Solusi Public
relations: Dalam Situasi Krisis dan Pemulihan
Citra. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rusli, Alexander (ed). 2004. Telematika Indonesia:
Kebijakan dan Perkembangan. Jakarta: Tim
Koordinasi Telematika Indonesia Kementerian
Komunikasi dan Infomasi Republik Indonesia.
Sudibyo, Agus. 2002. Politik Media
Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LkiS

dan

Tim Peneliti FISIP-UNS. 2003. Studi Evaluatif


Penyediaan dan Penyebaran Informasi Kebijakan
Publik. Laporan Akhir. Kerjasama dengan Lembaga
Informasi Nasional. Jakarta: Lembaga Informasi
Nasional.
Sumber Foto : Antarafoto
Infopublik

Arsip Ditjen IKP

Berkomunikasi di Ruang Publik

90

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PENYEDIAAN INFORMASI

Anda mungkin juga menyukai