Anda di halaman 1dari 13

PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN

FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI 2021 KOMUNITAS

LEMBAR KERJA-2
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

Kelompok : A1-1
Daftar Kelompok:
No NAMA NIM
1 Brigifa Frisca Espanola 202210101001
2 Shafa Aqilla Alfanny Setyono 202210101010
3 Nita Aulia Dewi 202210101013
4 Nikmatul Imamah 202210101014
5 Diana Akmaliyah Jamil 202210101016

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 1


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

A. PERHITUNGAN DOSIS DAN VOLUME PEMBERIAN


No Pemberian Mencit ke- Berat badan (g) Dosis Diazepam (mg) Volume pemberian (mL)
1 Per-oral 1 20,5 0,5125 0,205
2 22 0,55 0,22
3 24 0,6 0,24
4 21 0,525 0,21
5 22,2 0,555 0,222
2 Intraperitoneal 1 26,8 0,67 0,268
2 20,5 0,5125 0,205
3 23,2 0,58 0,232
4 27,3 0,6825 0,273
5 21,9 0,5475 0,219
3 Subkutan 1 25 0,625 0,25
2 26,4 0,66 0,264
3 22 0,55 0,22
4 27,1 0,6675 0,271
5 20,8 0,52 0,208
Tuliskan cara perhitungannya!

Dosis Diazepam
Dosis Diazepam mencit = 25 mg/KgBB
= 25 mg/1000 g
1. Per-oral
a. Mencit 1
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam peroral = 20,5 g × 1000 𝑔 = 0,5125 mg
b. Mencit 2
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam peroral = 22 g × 1000 𝑔 = 0,55 mg
c. Mencit 3
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam peroral = 24 g × 1000 𝑔 = 0,6 mg
d. Mencit 4
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam peroral = 21 g x 1000 𝑔
= 0,525 mg
e. Mencit 5
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam peroral = 22,2 g x 1000 𝑔
= 0,555 mg
2. Intraperitoneal
a. Mencit 1
25 𝑚𝑔 𝑥 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam intraperitoneal = 1000 𝑔
= 26,8 𝑔

x = 0,67 mg

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 2


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

b. Mencit 2
25 𝑚𝑔 𝑥 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam intraperitoneal = 1000 𝑔
= 20,5 𝑔
x = 0,5125 mg
c. Mencit 3
25 𝑚𝑔 𝑥 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam intraperitoneal = 1000 𝑔
= 23,2 𝑔
x = 0,58 mg
d. Mencit 4
25 𝑚𝑔 𝑥 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam intraperitoneal = 1000 𝑔 = 27,3 𝑔
x = 0,6825 mg
e. Mencit 5
25 𝑚𝑔 𝑥 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam intraperitoneal = 1000 𝑔
= 21,9 𝑔
x = 0,5475 mg
3. Subkutan
a. Mencit 1
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam subkutan = 25 g × 1000 𝑔 = 0,625 mg
b. Mencit 2
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam subkutan = 26,4 g × 1000 𝑔 = 0,66 mg
c. Mencit 3
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam peroral = 22 g × 1000 𝑔
= 0,55 mg
d. Mencit 4
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam subkutan = 27,1 g × 1000 𝑔
= 0,6775 mg
e. Mencit 5
25 𝑚𝑔
Dosis terapi diazepam subkutan = 20,8 g × 1000 𝑔
= 0,52 mg

Volume Pemberian Diazepam


Stok Diazepam = 5 mg/2 ml
1. Per-oral
a. Mencit 1
0,5125 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam peroral = 2 ml × 5 𝑚𝑔
= 0,205 ml
b. Mencit 2
0,55 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam peroral = 2 ml × 5 𝑚𝑔
= 0,22 ml
c. Mencit 3
0,6 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam peroral = 2 ml × 5 𝑚𝑔
= 0,24 ml

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 3


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

d. Mencit 4
0,525 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam peroral = 2 ml x 5 𝑚𝑔
= 0,21 ml
e. Mencit 5
0,555 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam peroral = 2 ml x 5 𝑚𝑔
= 0,222 ml
2. Intraperitoneal
a. Mencit 1
0,67 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam intraperitoneal = 2 ml x 5 𝑚𝑔
= 0,268 ml
b. Mencit 2
0,5125𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam intraperitoneal = 2 ml x 5 𝑚𝑔
= 0,205 ml
c. Mencit 3
0,58 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam intraperitoneal = 2 ml x 5 𝑚𝑔
= 0,232 ml
d. Mencit 4
0,6825 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam intraperitoneal = 2 ml x 5 𝑚𝑔
= 0,273 ml
e. Mencit 5
0,5475 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam intraperitoneal = 2 ml × 5 𝑚𝑔
= 0,219 ml
3. Subkutan
a. Mencit 1
0,625 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam subkutan = 2 ml × 5 𝑚𝑔
= 0,25 ml
b. Mencit 2
0,66 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam subkutan = 2 ml × 5 𝑚𝑔
= 0,264 ml
c. Mencit 3
0,55 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam subkutan = 2 ml × 5 𝑚𝑔
= 0,22 ml
d. Mencit 4
0,6775 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam subkutan = 2 ml × 5 𝑚𝑔
= 0,271 ml
e. Mencit 5
0,52 𝑚𝑔
Volume pemberian diazepam subkutan = 2 ml × 5 𝑚𝑔
= 0,208 ml

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 4


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

B. HASIL PERCOBAAN
Data seluruh kelompok (kelas)
Mencit Waktu Per-oral Subcutan Intraperitoneal
no- pemberian Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu
diazepam righting righting righting righting righting righting
reflex reflex reflex reflex reflex reflex
hilang kembali hilang kembali hilang kembali
1 07.15 08.18 08.34 07.45 09.40 07.18 10.22
2 07.25 08.24 08.53 08.27 09.02 07.41 08.50
3 07.35 09.35 09.45 08.18 09.56 07.43 10.51
4 07.45 09.05 09.40 08.09 08.48 07.50 10.15
5 07.55 08.42 08.50 08.44 10.23 07.56 10.06

C. HASIL ANALISIS STATISTIK DAN INTERPRETASINYA


Hasil Uji Homogenitas

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 5


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

Hasil Uji Normalitas

Hasil Uji one way anova

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 6


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

Hasil Uji Posthoc

D. PEMBAHASAN
Pada praktikum pengaruh cara pemberian, dilakukan pengujian terhadap hewan uji
mencit untuk mengetahui cara pemberian obat terhadap absorpsi obat dalam tubuh. Hewan
uji mencit cocok digunakan dalam pengujian ini karena metabolisme mencit berlangsung
secara cepat. Selain itu, hewan uji mencit memiliki bobot yang kecil, yaitu sekitar 20-30
gram, sehingga mempermudah praktikan dalam melaksanakan praktikum. Diazepam dengan
dosis 25 mg/kg BB dan stok sediaan 5 mg/2ml merupakan obat yang digunakan dalam
praktikum ini. Menurut Pusat Informasi Obat Nasional (2015), diazepam merupakan obat
antiansietas atau antikonvulsan golongan benzodiazepine yang diindikasikan jangka pendek
pada pasien insomnia, putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot,
dan psikoneurosis. Penggunaan diazepam dapat menyebabkan hipersensitivitas dan
glaukoma sudut sempit akut.
Cara pemberian obat dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat yang juga
berpengaruh onset dan durasi. Onset merupakan waktu sejak obat diberikan hingga obat
mencapai MEC, dapat diartikan juga konsentrasi minimal obat untuk memberikan efek
terapetik. Sedangkan, durasi merupakan waktu obat sejak mencapai MEC hingga obat tidak
bisa memberikan efek terapetik lagi atau lamanya efek yang diharapkan dari suatu obat
dapat bertahan, dapat diartikan sudah berada di bawah MEC. Hal ini berhubungan dengan
kecepatan dan kelengkapan absorbsi obat. Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari
tempat pemberian ke dalam darah. Kecepatan absorbsi obat berpengaruh terhadap
onsetnya yang dikarenakan perbedaan masing-masing jalur pemberian akan mendapatkan

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 7


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

perlakuan tersendiri dan berbeda pada setiap organ tubuh. Secara teoritis dapat dijelaskan
bahwa urutan onset dari yang paling cepat antara lain:
a. Intraperitoneal, mengandung banyak pembuluh darah sehingga obat langsung masuk
ke pembuluh darah.
b. Subkutan, mengandung lemak yang cukup banyak.
c. Peroral, akan mengalami rute yang paling panjang untuk mencapai reseptor karena
melalui saluran cerna yang memiliki banyak faktor penghambat protein plasma.
Sebagai contoh pada pemberian secara peroral akan melalui metabolisme terlebih
dahulu sebelum dilanjutkan ke tahapan sekresi dan menuju target organ suatu obat
sehingga inilah yang menyebabkan onsetnya lama karena harus melalui proses adsorpsi.
Sedangkan pada pemberian secara intraperitoneal akan langsung disekresi oleh tubuh.
Dimana dapat disimpulkan bahwa cara pemberian secara intraperitoneal lebih cepat
daripada subkutan dan peroral. Sedangkan kelengkapan absorbsi obat berpengaruh terhadap
durasinya yaitu lengkap atau tidaknya obat yang berikatan dengan reseptor dan apakah ada
faktor penghambatnya.
Untuk urutan durasi dari yang terlama yaitu cara pemberian intraperitoneal, cara
pemberian subkutan, dan cara pemberian peroral. Hal ini disebabkan karena semakin cepat
waktu absorbsi suatu obat maka dosis yang diserap oleh tubuh juga akan semakin banyak
yang akan menimbulkan efek yang lebih panjang pula. Secara teoritis dapat dijelaskan bahwa
urutan durasi dari yang paling cepat antara lain :
a. Peroral, karena melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang dan banyak
faktor penghambat, maka konsentrasi obat yang terabsorbsi juga semakin sedikit
dengan efek obat yang lebih cepat.
b. Subkutan
c. Intraperitoneal
Dari hasil pengamatan, diperoleh hasil onset dan durasi berbeda dari setiap cara
pemberian. Berdasarkan teoritis onset yang paling cepat adalah intraperitoneal, subkutan,
dan peroral yang sudah sesuai dengan teoritis maupun hasil percobaan. Sedangkan
berdasarkan teoritis durasi yang paling cepat adalah peroral, intraperitoneal dan subkutan
yang juga sudah sesuai dengan hasil percobaan.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa rute
pemberian obat diazepam berpengaruh terhadap reflek balik badan mencit, sehingga
berpengaruh juga terhadap onset dan durasi kerja obat diazepam.
a. Onset yang paling cepat adalah onset pada rute pemberian intraperitoneal.
b. Onset yang paling lama adalah onset pada rute pemberian per-oral.
c. Durasi yang paling cepat adalah durasi pada rute pemberian per-oral.
d. Durasi yang paling lama adalah durasi pada rute pemberian intraperitoneal.

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 8


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

F. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. “Diazepam”. Pusat Informasi Obat Nasional.
http://pionas.pom.go.id/monografi/diazepam. Diakses tanggal 15 September 2021
09.29.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Noviana, N, dan Vitri, N. 2017. Farmakologi. Jakarta: Pusdikanes.
Nugroho, A.E. 2018. Farmakologi : Obat-Obat Penting Pembelajaran Ilmu Farmasi dan
Dunia Kesehatan Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

G. PERTANYAAN
1. Apakah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi absorpsi obat dari saluran cerna?
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi absorpsi obat dari saluran cerna sebagai
berikut.
a. Tujuan pemberian obat
- efek pemberian obat bersifat lokal/sistemik
- pemberian obat berjangka pendek/panjang
- efek yang ditimbulkan dari obat lambat/cepat
b. Sifat fisikokimia obat
- stabilitas sediaan obat dalam lambung/usus
- lipofilisitas obat
- wujud zat dalam obat
- derajat ionisasi kandungan obat
c. Rute pemberian obat
- intravaskular adalah rute pemberian obat ke dalam pembuluh darah
tanpa melalui proses absorbsi, misalnya rute pemberian intravena dan
intraarteri.
- ekstravaskular adalah rute pemberian obat ke dalam pembuluh darah
melalui proses absorbsi terlebih dahulu, misalnya rute pemberian oral,
intraperitoneal, subkutan, dan intramuskular.
d. Metode absorbsi
- transport aktif adalah metode absorbsi obat yang tidak memerlukan
energi karena proses difusi obat berpindah dari kadar konsentrasi
tinggi ke kadar konsentrasi rendah selama kedua sisi membran belum
seimbang.
- transport pasif adalah metode absorbsi obat yang memerlukan energi
yang digunakan untuk menggerakkan obat agar berpindah dari kadar
konsentrasi rendah ke kadar konsentrasi tinggi.

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 9


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

e. Faktor yang berpengaruh terhadap absorbsi obat


- waktu kontak permukaan yang akan diabsorbsi
- luas permukaan total tempat pengabsorbsian obat
- pengaliran darah ke tempat pengabsorbsian obat
f. Kecepatan absorbsi obat
- Obat terabsorbsi secara cepat dan mencapai level pengobatan dalam
tubuh jika pembatas obat aktif dan sirkulasi sistemik sedikit.
- Obat terabsorbsi secara lambat karena nyeri dan stress yang
menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga pergerakan saluran
cerna juga berkurang atau disebut dengan retensi gaster.
- Obat terabsorbsi secara lambat juga dikarenakan makanan tinggi
lemak dan padat, sehingga waktu absorbsi obat lebih lama dan
pengosongan lambung terhambat.

2. Jelaskan bagaimana cara pemberian obat dapat mempengaruhi onset dan durasi
obat?
Onset merupakan waktu ketika obat mulai menimbulkan efek farmakologis
sedangkan durasi obat adalah lama obat memberikan efek farmakologis. Cara
pemberian obat dapat memengaruhi onset dan durasi obat. Hal tersebut dikarenakan
adanya perbedaan cara pemberian obat dapat mengakibatkan perbedaan kecepatan
absorbsi obat. Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Semakin cepat obat diabsorbsi maka semakin cepat pula obat tersebut
memberikan efek farmakologisnya. Apabila diinginkan kerja yang cepat maka harus
dipilih cara pemberian obat dengan onset yang singkat. Hal tersebut dapat terjadi
karena obat tidak melalui fase absorbsi, misalnya cara pemberian obat secara
intravena, intraarteri dan inhalasi. Obat-obat yang diberikan secara per oral pada
umumnya mempunyai onset yang lama karena harus melewati fase absorbsi.

3. Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing cara pemberian obat?


→ Keuntungan pemberian obat secara per-oral :
Pemberiaan obat relatif aman, mudah, lazim, praktis, bentuk sediaan tidak mahal
atau ekonomis dan tidak perlu sterilisasi. Pemberian obat secara per oral juga
menguntungkan pasien karena mampu meminimalkan ketidaknyamanan pasien yaitu
efek samping kecil, minim infeksi jaringan, dan bisa di recall jika ada salah konsumsi
obat.
→ Kerugian pemberian obat secara per-oral :
Pemberian obat secara oral memiliki beberapa kelemahan terutama ketika bentuk
sediaan seperti tablet dan kapsul yang dapat menyebabkan kesulitan menelan, dan
pemberian obat memiliki rasa yang tidak enak, yang menyebabkan ketidakpatuhan

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 10


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

pada pasien terutama pada anak dan usia lanjut terutama mereka yang tidak memiliki
akses ke air minum. Selain itu obat yang diberikan secara oral memiliki kelemahan zat
aktif obat mengalami first pass effect, dimana memerlukan waktu yang cukup lama
untuk mencapai efek farmakologis yang diinginkan.
→ Keuntungan pemberian obat secara subkutan :
Pemberiannya dapat diberikan dalam kondisi sadar maupun tidak sadar, diperlukan
latihan yang lebih sederhana, absorbsi cepat obat larut air dan mencegah kerusakan
sekitar saluran cerna.
→ Kerugian pemberian obat secara subkutan :
Pemberian obat secara subkutan dapat menimbulkan rasa sakit dan kerusakan kulit,
jika volume obat besar maka tidak dapat memakai cara sukutan ini, dan
bioavailabilitasnya yang bervariasi sesuai dengan lokasinya.
→ Keuntungan pemberian obat secara intraperitoneal :
Pemberiannya obat dapat diberikan dengan disuntikkan dalam rongga peritoneum
yang akan diabsorbsi cepat sehingga reaksi obat akan dapat dengan cepat terlihat.
→ Kerugian pemberian obat secara intraperitoneal :
Pemberian obat secara intraperitoneal lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan
oleh pasien sendiri. Selain itu, ada pula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril)
dan bahaya merusak pembuluh atau syaraf jika tempat injeksi tidak di pilih dengan
tepat.
4. Jelaskan profil obat Diazepam!
→ Diazepam (Obat Sedatif-hipnotik)

7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1
4-benzodiazepin-2-on
C16H13CIN2O

A. Golongan :
Benzodiazepin
B. Kemurnian :
Diazepam mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
C16H13CIN2O dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 11


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

C. Pemerian :
- serbuk hablur,
- hampir putih sampai kuning, dan
- praktis tidak berbau.
D. Kelarutan :
- praktis tidak larut dalam air,
- larut dalam etanol, dan
- mudah larut dalam kloroform.
E. Jarak lebur :
Jarak lebur berkisar antara 131°C dan 135°C
F. Wadah dan penyimpanan :
Wadah dan penyimpanan diazepam dalam wadah tertutup rapat dan tidak
tembus cahaya.
G. Indikasi :
- pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia,
- tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam,
spasme otot.
H. Dosis :
- oral: ansietas 2 mg 3 kali/hari, dinaikkan bila perlu sampai 15-30
mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk Lansia atau debil dosis
setengahnya. Insomnia yang disertai ansietas 5-15 mg sebelum tidur.
- Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat (ke dalam vena
yang besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit) untuk
ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, dan putus
alkohol akut: 10 mg di ulangi bila perlu setelah tidak kurang dari 4 jam.
- melalui Rektal sebagai larutan untuk ansietas akut dan agitasi: 10 mg
(lansia 5 mg) diulang setelah lima menit bila perlu. Untuk ansietas
apabila pemberian oral tidak dapat dilakukan obat diberikan melalui
rektum sebagai supositoria: 10-30 mg (dosis lebih tinggi terbagi).

Telah diperiksa:
Tanggal: Nilai Laporan

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 12


PETUNJUK PRAKTIKUM BAGIAN FARMASI KLINIK DAN
2021
FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI KOMUNITAS

(
………………………………
………….)

Semester Gasal 2021/2022 Fakultas Farmasi Universitas Jember 13

Anda mungkin juga menyukai