Anda di halaman 1dari 2

XI.

PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA

A. Pembentukan Tim Kerja Budaya Kerja Sekolah

Tuntutan tentang peningkatan kualitas lulusan pendidikan vokasi terus


berkembang seiring perkembangan dunia industry, apalagi sudah memasuki era Revolusi
Industri 4.0. Pendidikan dan proses belajar di pendidikan vokasi harus dirancang agar
menyerupai tempat kerja di dunia industri dan atau dunia usaha, baik peralatannya, sarana
prasarana pendukungnya, keterampilan penggunaan alat kerja dan mesin produksi,
maupun budaya kerjanya.

Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam
kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap
menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai
kerja atau bekerja. Triguno. 2003. Daniel Goelman mengadakan penelitian sejak tahun
1990-an yang memfokuskan pada apa yang membedakan antara orang sukses dengan
orang yang gagal di bidang karier. Dari riset tersebut ditemukan bahwa 15% dari 13
kesuksesan karier seseorang disebabkan oleh keahlian teknis sementara sisanya 85%
disebabkan oleh kecerdasan emosional atau soft skills.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai sekolah tingkat menengah yang


berupaya untuk memberikan lulusan yang siap bekerja. Hal tersebut sejalan dengan UU
Nop20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. SMK memberikan wadah bagi
peserta didiknya untuk menempuh jenjang pendidikan yang menyiapkan kompetensi
sebagai bekal di dunia kerja. SMK dituntut untuk mampu menghasilkan lulusan sesuai
dengan tuntutan dunia kerja dan masyarakat (Widarto, 2019: 25). Budaya kerja
merupakan suatu kegiatan dimana menghilangkan pemborosan untuk menuju pekerjaan
yang lebih produktif dan efesien. Pemberian kompetensi di dunia kerja industri bukan
hanya dalam bentuk hardskill tetapi juga softskill. Hal tersebut sesuai dengan kriteria
keterampilan siswa SMK yang dibutuhkan pada abad ke-21. Pembelajaran abad ke-21
menuntut lulusan peserta didik agar memiliki lifepand career,skills, learning and
innovation skills, dan informasi, media, dan ketrampilan teknologi (Kuntari Eri Murti,
2015:5). Life and career skills merujuk agar peserta didik mampu memiliki keterampilan
hidup dan karir. Keterampilan dapat dilihat dari kemampuan peserta didik untuk
menyesuaian diri dengan lingkungan kerja.

Sebagai sekolah yang bekerja sama dengan Iduka, SMK Negeri 1 Parigi perlu
mengimplemetasikan penerapan budaya kerja disekolah. Penyesuaian diri peserta didik
dalam dunia kerja tidak dapat luput dari budaya kerja yang diberikan dari lingkungan
sekolah. Pembentukan budaya kerja didasarkan pada tata nilai kerja yang dibutuhkan.
Tata nilai tersebut kemudian terlihat pada peraturan maupun tata tertib dari sekolah.
Peraturan tersebut mengatur tentang tindakan-tindakan positif yang harus dilakukan oleh
warga sekolah, terutama siswa. Tindakan positif yang harus dilakukan oleh siswa secara
terus menerus akan membentuk pola pembiasaan. Pola positif tersebut akan membentuk
karakter peserta didik yang mampu berkembang menjadi budaya kerja individu.

Anda mungkin juga menyukai