II.
III.
IV.PART
ONE V. PELATIHAN KADER
VI. Taruna Melati I
-pk tm i-
0 KERANGKA UMUM
Pelatihan Kader Dasar Taruna Melati I adalah proses awal atau dasar
1
lanjut. PK TM I menekankan pada dua aspek proses, yaitu pertama,
pemahaman dan pengamalan Islam secara riil dan kedua, pengenalan diri.
2
III. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN
Tujuan khusus Pelatihan Kader Dasar Taruna Melati I adalah :
1. Terjadinya proses transformasi kesadaran keimanan dan ke-Islaman
kader yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari
kesadaran pribadi, kelompok dan masyarakat.
2. Terjadinya proses kesadaran akan dasar-dasar ke-IRM-an dan Ke-
Muhammadiyah-an sebagai gerakan Islam serta sosial sebagaimana
dalam maksud dan tujuan organisasi.
V. KUALIFIKASI PESERTA
Pada dasarnya Pelatihan Kader Taruna Melati I ini ditujukan bagi
semua anggota IRM. Akan tetapi, prosedur pelatihan menuntut maksimal 30
orang. Oleh karena itu, jika pendaftar melebihi dari 30 orang, maka harus
diadakan kualifikasi peserta, sebaiknya sebelum satu minggu atau satu bulan
sebelum acara pelatihan berlangsung. Kualifikasi peserta ditentukan oleh
pengelola pelatihan (Tim Fasilitator) setempat dengan mempertimbangkan
pada:
1) Meminimalisir kesenjangan pengetahuan antar peserta.
2) Paket materi ditentukan berdasarkan hasil kualifikasi rata-rata
peserta.
3) Jika terdapat peserta yang diskualifikasi, maka harus didaftar
sebagai anggota dan dikelola dalam forum lain untuk mengikuti
pelatihan kader dasar selanjutnya.
3
4) Jika peserta kekurangan, maka peserta diskualifikasi
diperbolehkan mengikuti forum dan jika memiliki perkembangan
yang baik secara langsung bisa menjadi peserta
1. Proses Belajar
Proses belajar dalam pelatihan ini menggunakan azas
pendidikan orang dewasa (androgogy) dan paedagogi serta
mengikuti pendekatan partisipatori. Latihan yang menggunakan
metode andragogi dengan pendekatan partisipatori ini menempatkan
peserta sebagai orang yang telah memiliki bekal pengetahuan,
pengalaman, keterampilan serta bertindak berdasarkan kesadaran
sendiri dan kesadaran kelompoknya. Pengalaman dan potensi yang
ada pada peserta adalah sumber yang perlu digali dalam proses
pelatihan tersebut.
Pelatih dalam hal ini adalah sebagai fasilitator yang memiliki
kemampuan untuk menggali gagasan, mengkodifikasi masalah, dan
mensistematisasi masalah peserta berdasarkan metodologi pelatihan
serta menciptakan kondisi bagaimana peserta menyelesaikan
masalahnya sendiri. Di samping itu fasilitator harus mampu
menciptakan suasana belajar di antara sesama peserta dan mampu
memotivasi peserta agar berperan aktif dalam atau selama proses
4
belajar untuk meningkatkan pengalaman dan penghayatan terhadap
suatu materi yang dibahas.
5
Berfungsi untuk meningkatkan keterampilan tertentu
melalui pengalaman berbuat dengan jalan “melakukan sesuatu”
dalam kondisi tidak nyata.
f. Diskusi Pleno :
Berfungsi sebagai arena saling pemantapan pengalaman,
saling tukar pengalaman dan analisa hasil karya pribadi atau
kelompok serta terwujudnya kesimpulan bersama.
g. Studi kasus :
Berfungsi sebagai arena saling tukar informasi dan
memecahkan masalah bersama
h. Curah pendapat / sharing :
Berfungsi membangkitnya keberanian peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
i. Ice Breaker
Berfungsi untuk memecahkan kejenuhan pada saat pelatihan
berlangsung.
j. Praktek Lapangan
Berfungsi untuk menguji dan mengolah kemampuan forum
peserta dengan praktek di lapangan.
3. Media Belajar
Media belajar yang dipergunakan untuk kelancaran pelatihan
kader TM I dengan pendidikan partisipatori adalah:
a. Bahan/materi yang berhubungan dengan pokok bahasan
b. Poster/gambar
c. Flip Chart
d. Alat permainan/game
6
e. Alat untuk simulasi
f. Lembar tugas, pengamatan
g. Buku pegangan
h. Alat tulis menulis, dll.
2. Tugas
a. Menyusun kerangka kerja dan jadwal pelatihan
7
b. Menyusun kepanitiaan pelatihan
c. Menetapkan fasilitator pelatihan
d. Bersama fasilitator menyiapkan materi, media dan sarana yang
akan digunakan dalam penyajian materi latihan.
e. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi proses kegiatan
pelatihan sejak awal sampai akhir
f. Melakukan pendampingan pasca-training
X. KURIKULUM Materi
Kurikulum Pelatihan dalam buku ini hanya salah satu contoh dari
kurikulum yang disajikan dalam pelatihan. Dalam pelaksanaannya
penyelenggara menyusun sesuai analisis kebutuhan (need assessment) dengan
mengacu pada SPI.
8
05 Tauhid Ceramah dan
Apresiasi Empatetik
06 Muatan Lokal Menyesuaikan
9
01 MKCH Muhammadiyah Ceramah dan disko
02 Muhammadiyah dan Masalah Lima Ceramah dan
simulasi
03 Paradigma Gerakan IRM Ceramah dan disko
04 Kepribadian IRM Ceramah dan
dinamika kelompok
05 Muatan Lokal menyesuaikan
10
01 Bakti Lingkungan Kunjungan
02 Studi Tokoh Kunjungan Rumah
03 Muatan Lokal Menyesuaikan
11
berkaitan dengan pengembangan wacana dan aktivitas warga belajar
untuk mencapai target PK TM I.
c. Memfasilitasi dan mendampingi proses kursus-kursus pasca
pelatihan seperti, Kursus Al-Islam, Kursus Ke-IRM-an, Kursus Ke-
Muhammadiyahan, dll., yang mendukung bagi pancapaian target PK
TM I.
3. Aktivitas Pendampingan
Kegiatan pendampingan dapat dilakukan dengan cara:
a. Temu warga belajar untuk memberikan perkembangan informasi
masing-masing sebagaimana dalam rencana follow up.
b. Kursus periodik dengan tema sebagaimana yang disepakati oleh
kelompok warga belajar dalam rangka mengembangkan wacana
dan menambah kemampuan sebagaimana tujuan dan target PK
TM I.
c. Bakti Lingkungan yaitu mengagendakan: Kerja Bakti, Studi Hadap
Masalah, pendidikan populer, dll., kepada masyarakat sebagai
wahana seruan dan kesadaran moral kader dasar.
12
follow up dan dilaporkan melalui yudisium. Adapun parameter
keberhasilannya akan diukur melalui :
13
dapat tercapai. Bahan evaluasinya mencakup semua materi
pelatihan yang diberikan.
14
Pada saat pelatihan berlangsung, penyelenggara memantau jalannya
pelatihan, menyiapkan daftar hadir dan menyiapkan konsumsi pada saat
istirahat. Selama pelaksanaan pelatihan sebaiknya dibuat foto dokumentasi
untuk kejadian-kejadian yang mempunyai nilai dokumentasi yang baik,
misalnya pada saat simulasi, diskusi, acara pembukaan dan penutupan
pelatihan.
Untuk kelancaran proses pelatihan diharapkan penyelenggara bekerja
sama dengan Majelis Dikdasmen atau Majelis PKSDI Muhammadiyah
setempat.
XIV. PELAPORAN
Panitia penyelenggara harus membuat laporan yang mencakup
kegiatan-kegiatan persiapan, pelaksanaan/proses sampai dengan pelatihan
itu selesai dilaksanakan, paling lambat 2 minggu setelah selesai pelatihan
Laporan tersebut disampaikan kepada Pimpinan IRM dan
Muhammadiyah setingkat, kepada pemberi dana/sponsor dengan
ditembuskan kepada Pimpina di atasnya.
XVII. PENUTUP
Buku kedua yang berisi tentang Pelatihan Kader Madya Taruna
Melati I yang dilengkapi dengan modul ini merupakan pegangan bagi
fasilitator dan pendamping tingkat I. Pada pelaksanaannya dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi daerah tersebut berdasarkan analisis kebutuhan
(need assessment) kader setempat.
15
Buku pertama ini wajib digunakan melalui metodologi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu harus digunakan secara disiplin dan
konsisten. Sifatnya yang lentur menuntut masing-masing level pimpinan dan
fasilitator kreatif mengelola pelatihan dengan tetap berpegang pada target
dan tujuan masing-masing level pelatihan kader.
Material :
Puzzle sahabat
Waktu :
60 menit
Prosedur :
1. Fasilitator memperkenalkan diri
2. Fasilitator membagikan potongan puzzle
3. Setiap peserta kemudian diminta untuk menyusun puzzle tersebut
sesuai dengan potongan yang benar sehingga tersusun nama-nama
sahabat.
4. Fasilitator menggali pengalaman pertama saat mengikuti permainan
5. Fasilitator menarik garis merah dari pengalaman peserta
16
SESI PENGENALAN DIRI
Tujuan :
Peserta mampu mengenali dirinya sebagai bahan untuk membangun
konsep diri pribadi
Material :
1. Worksheet ‘pengenalan diri’
2. pidol/pensil warna/crayon
3. Kartu ‘Diri saya’
Waktu :
140 menit
Prosedur :
1. Fasilitator meminta peserta untuk mengisi lembar kerja ‘Saya adalah….’
(10’)
2. Setelah selesai, fasilitator menanyakan pengalaman peserta dalam
mengisi kertas kerja apakah sangat mudah, mudah, sulit atau sangat sulit.
(5’)
3. Fasilitator memproses pengalaman tadi hingga tercapai kesimpulan
perlunya pengenalan diri (10’)
4. Cerkat pengenalan diri(20’)
5. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok-kelompok kecil (8-10 orang)
untuk praktek pengenalan diri dengan cara pengungkapan diri dan
menerima umpan balik (45’).
6. Berdasarkan pengalaman dan masukan dari praktek pengenalan diri,
trainer meminta peserta untuk menyusun ulang tentang dirinya dan
menuliskan pada kartu yang sudah disediakan (5’)
7. Fasilitator menutup sesi dengan penguatan tentang pentingnya
pengenalan diri (5’)
17
SESI SENI MEMIMPIN DIRI SENDIRI
Tujuan :
1. Peserta mengetahui urgensi dan cara memimpin diri sendiri.
2. Peserta membuat agenda pengembangan pribadi
Material :
1. Puzzle hadits
2. Lego
Waktu :
80 menit
Prosedur :
1. Peserta dibagi-bagi dalam kelompok-kelompok kecil
2. Setiap kelompok diminta untuk memilih salah seorang anggota kelompok
yang akan bertugas sebagai pembangun menara lego. Sedangkan anggota
kelompok yang lain bertugas sebagai penggoda dan motivator. (5’)
3. Waktu permainan 15 menit untuk membangun menara setinggi dan
sekokoh mungkin
4. Fasilitator menggali pengalaman peserta terutama yang bertugas
membangun menara. Apa yang dirasakan? Kenapa berhasil atau gagal?
Dst! (titik tekan penggalian pada upaya pribadi untuk menjadi pemenang
permainan). (20’)
5. Fasilitator mengajak peserta untuk sejenak melihat pada visi misi
hidupnya, fasilitator menekankan bahwa tujuan tidak akan berarti apa-
apa bila tidak dilaksanakan. Terlaksana atau tidaknya sebuah tujuan
sangat tergantung bagaimana seorang individu mengelola dirinya untuk
melaksanakan tujuan tsb. (5’).
6. Fasilitator mengajak peserta untuk menarik benang merah dengan
pengalaman dalam bermain (10’)
7. Cerita singkat tentang menjadi pemimpin untuk diri sendiri (20’).
18
8. Peserta dalam setiap kelompok diminta untuk menyusun puzzle berupa
penggalan hadits “setiap orang adalah pemimpin untuk drinya sendiri”,
sebagai sebuah peneguhan (5’)
Waktu :
60 menit
Prosedur :
1. Pada Peserta dibagikan lembaran refleksi diri dan meminta untuk diisi.
2. Beberapa peserta diminta untuk membacakan pekerjaannya.
3. Fasilitator menerangkan pentingnya visi dan misi dalam kehidupan
seseorang
4. Peserta diminta untuk memperbaiki visi dan misinya
5. Peserta diminta mengisi proklamasi diri
SESI ASERTIF
Tujuan :
1. Peserta mengetahui pentingnya bersikap asertif
2. Peserta mampu mengaplikasikan sikap asertif
3. Peserta membuat agenda pengembangan pribadi
Material :
Bahan Bacaan
Waktu :
30 menit
19
Prosedur :
1. Ceramah tentang asertivitas
2. Role play sebuah kasus
3. Diskusi hasil role play
Material :
Kertas Kwarto
Waktu :
30 menit
Prosedur :
1. Peserta diminta untuk menuliskan diri idealnya
2. Peserta diminta menuliskan diri nyatanya
3. Peserta diajak untuk melihat hasil pekerjaannya, apakah senjang atau
sudah sesuai atau ada kesenjangan sedikit
4. Ceramah tentang konsep diri dan bagaimana membangunnya
20
VII. PART
TWO
VIII. PELATIHAN KADER
IX. Taruna Melati II
-pk tm Ii-
21
XVIII. KERANGKA UMUM
Pelatihan Kader Taruna Melati II adalah proses transisi dari
22
pelatihan, dan keempat, follow up. Masing-masing proses memiliki tahapan
dan mekanismenya sendiri-sendiri yang disesuaikan berdasarkan target dan
tujuan tiap pelatihan dan jenjang pengkaderan IRM.
Pelatihan Kader Muda Taruna Melati II menggunakan model pelatihan
yang lebih menekankan pada aspek penyadaran, yaitu penyadaran akan
pentingnya berkelompok untuk menggerakkan Islam serta keberanian akan
beraktualisasi diri. Dengan demikian proses pelatihan ditekankan pada
proses humanizing dan kreatifitas kelompok untuk mencapai target dan
tujuan.
23
1. Al-Islam
2. Ke-Muhammadiyahan
3. Ke-IRM-an
4. Psikologi Massa
5. Komunikasi Efektif
6. Sosial Masyarakat
7. Kepemimpinan
8. Muatan Lokal
24
XXIV. PROSES, METODE DAN MEDIA PELATIHAN
1. Proses Belajar
Proses belajar dalam pelatihan ini menggunakan azas
pendidikan orang dewasa (androgogy) dan mengikuti pendekatan
partisipatori. Latihan yang menggunakan metode andragogi dan
dengan pendekatan partisipatori ini menempatkan peserta sebagai
orang yang telah memiliki bekal pengetahuan, pengalaman,
keterampilan serta bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri dan
kesadaran kelompoknya. Pengalaman dan potensi yang ada pada
peserta adalah sumber yang perlu digali dalam proses pelatihan ini.
Pelatih dalam hal ini adalah sebagai fasilitator yang memiliki
kemampuan untuk menggali gagasan, mengkodifikasi masalah, dan
mensistematisasi masalah peserta berdasarkan metodologi pelatihan
dan menciptakan kondisi bagaimana peserta menyelesaikan
masalahnya sendiri. Di samping itu fasilitator harus mampu
menciptakan suasana belajar di antara sesama peserta dan mampu
memotivasi peserta agar berperan aktif dalam proses belajar untuk
meningkatkan pengalaman dan penghayatan terhadap suatu materi
yang dibahas.
2. Metode Belajar
Metode belajar yang digunakan dalam pelatihan ini diantaranya:
a. Pemanasan
Metode ini berfungsi untuk membina suasana forum yang
hangat dan menyenangkan untuk menarik perhatian peserta
terhadap topik yang dibahas.
b. Ceramah dan tanya jawab
25
Merupakan metode yang memberikan penjelasan atau
deskripsi lisan secara sepihak (pemateri) tentang materi
pembelajaran tertentu. Fungsinya agar peserta mengetahui dan
memahami materi pelatihan dengan jalan mendengarkan. Sedang
tanya jawab merupakan suatu cara untuk mengetahui apakah
penjelasan sudah jelas atau belum.
c. Diskusi kelompok
Berfungsi sebagai arena saling bertukar informasi dan
memecahkan masalah serta arena cipta dan daya analisa dalam
musyawarah untuk mufakat.
d. Bermain peran (role play):
Berfungsi sebagai penumbuh spontanitas dan ekspresi serta
mengembangkan daya analisa dan pengamatan peserta.
e. Simulasi
Berfungsi untuk meningkatkan keterampilan tertentu
melalui pengalaman berbuat dengan jalan “melakukan sesuatu”
dalam kondisi tidak nyata.
f. Diskusi Pleno
Berfungsi sebagai arena saling pemantapan pengalaman,
saling tukar pengalaman dan analisa hasil karya
pribadi/kelompok serta terwujudnya kesimpulan bersama
g. Studi kasus
Berfungsi sebagai arena saling tukar informasi dan
memecahkan masalah bersama
h. Curah pendapat / sharing :
Berfungsi membangkitnya keberanian peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
26
i. Ice Breaker
Berfungsi untuk memecahkan kejenuhan pada saat pelatihan
berlangsung.
j. Praktek Lapangan
Berfungsi untuk menguji dan mengolah kemampuan forum
peserta dengan praktek di lapangan.
3.Media Belajar
Media belajar yang dipergunakan untuk kelancaran pelatihan
kader Taruna Melati II dengan pendidikan orang dewasa melalui
pelatihan partisipatori adalah:
a. Bahan/materi yang berhubungan dengan pokok bahasan.
b. Poster/gambar
c. Flip Chart
d. Alat Permainan/Game
e. Alat untuk Simulasi
f.Lembar Peraga, judul, tujuan, dan waktu
g. Lembar Tugas, pengamatan
h. Buku Pegangan
i. Alat Tulis Menulis
27
a. Perjalanan datang dan pulang
b. Pembukaan dan penutupan (2 sks)
c. Belajar dan berlatih (67 sks)
XXVI.PENYELENGGARAN PELATIHAN
1. Penanggung Jawab
Penyelenggara pelatihan adalah Pimpinan Daerah Ikatan Remaja
Muhamamdiyah bidang KPSDM di masing-masing Kabupaten/Kota.
Pelatihan ini juga dapat dilaksanakan bersama-sama antara Pimpinan
Daerah terdekat. Bidang KPSDM membentuk panitia penyelenggara
terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Pembantu dan dalam
proses pengelolaan pelatihan bekerja sama dengan Tim Fasilitator dan
Pendampingan Kader PD IRM atau PW IRM.
2. Tugas
Menyusun kerangka kerja dan jadwal pelatihan
Menyusun kepanitiaan pelatihan
Menetapkan fasilitator pelatihan
Bersama fasilitator menyiapkan materi, media dan sarana yang
akan digunakan dalam penyajian materi latihan
Melaksanakan pemantauan dan evaluasi proses kegiatan
pelatihan sejak awal sampai akhir
Melakukan pendampingan pasca-training
28
penyelenggara menyusun sesuai analisis kebutuhan dengan mengacu pada
SPI.
29
Jama’ah Tabligh,
dll.
05 Muatan Lokal Menyesuaikan
30
03 Teknik Negosiasi dan Persuasi Bermain peran
04 Kepemimpinan Kelompok permainan
05 Asertif Penugasan
31
Kader Dasar TM II dapat diikuti melalui Pelatihan Fasilitator dan
Pendamping II. Adapun contoh dari susunan manual acara dapat dipelajari
melalui PFP I dan II atau dalam PKD TM I.
2. Pendayagunaan
Pendamping pasca pelatihan agar mengikuti prosedur dalam
melaksanakan pendampingan sebagai berikut:
a. Melakukan aktifitas pendampingan dengan berinteraksi baik
langsung maupun tidak langsung kepada warga belajar secara
kontinyu berdasarkan tujuan dan target PK TM II.
b. Mendorong warga belajar membentuk jaringan informasi
berdasarkan agenda yang telah disepakati (leaflet, buletin,
jaringan) berkaitan dengan pengembangan wacana dan
aktivitas warga belajar untuk mencapai target PK TM II.
c. Memfasilitasi dan mendampingi proses kursus-kursus pasca
pelatihan seperti, Kursus Politik, Kursus Filsafat, Kursus
32
Jurnalisme Kritis, Kursus HAM, Kursus Studi Tokoh dll., yang
mendukung bagi pancapaian target PK TM II.
3. Aktivitas Pendampingan
Kegiatan pendampingan dapat dilakukan dengan cara:
a. Temu warga belajar untuk memberikan perkembangan
informasi masing-masing sebagaimana dalam rencana follow
up.
b. Kursus periodik dengan tema sebagaiman yang disepakati
oleh kelompok warga belajar dalam rangka mengembangkan
wacana dan menambah kemampuan sebagaimana tujuan dan
target PK TM II.
c. Bakti Lingkungan yaitu mengagendakan: kerja bakti, advokasi,
resolusi konflik, pendidikan populer, dll., kepada masyarakat
sebagai wahana seruan dan kesadaran moral kader muda.
33
1. Evaluasi Pra Pelatihan
Evaluasi ini diberikan setelah dilakukannya need assessment dan
sosialisasi. Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mendapatkan atau
menilai kebutuhan materi dalam pelaksanaan pelatihan. Adapun
evaluasi pra pelatihan antara lain meliputi:
a. Menilai calon warga belajar bedasarkan analisis kebutuhan
kader yang disesuaikan dengan kapasitas kemampuan kader
dalam meyerap materi dan kebutuhan calon warga belajar.
b. Uji rencana materi dan metodologi pelatihan melalui
workshop fasilitator dengan Pimpinan setempat yang telah
memiliki kualifikasi fasilitator.
34
Untuk dapat mengukur kesempurnaan penilaian maka,
dibutuhkan instrumen sbb:
Pree Test (tes awal) & Post Test (tes akhir).
Catatan Harian Peserta
Lembar Evaluasi Materi
Sosiogram
35
misalnya pada saat simulasi, diskusi acara pembukaan dan penutupan
pelatihan.
Untuk kelancaran proses pelatihan diharapkan penyelenggara bekerja
sama dengan Majelis Dikdasmen dan atau Majelis PKSDI Muhammadiyah
setempat.
XXXIII. PELAPORAN
Panitia penyelenggara harus membuat laporan yang mencakup
kegiatan-kegiatan persiapan, pelaksanaan/proses sampai dengan pelatihan
itu selesai dilaksanakan, paling lambat 2 minggu setelah selesai pelatihan
Laporan teresebut disampaikan kepada Pimpinan IRM dan
Muhammadiyah setingkat, kepada pemberi dana/sponsor dengan
ditembuskan kepada Pimpinan di atasnya.
36
XXXV. PENUTUP
XXXVI. Buku kedua yang berisi tentang Pelatihan Kader Taruna
Melati II yang dilengkapi dengan modul ini merupakan pegangan bagi
fasilitator dan pendamping tingkat I. Pada pelaksanaannya dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi daerah tersebut berdasarkan analisis kebutuhan
kader setempat.
XXXVII. Buku kedua ini wajib digunakan melalui metodologi yang
dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu harus digunakan secara
disiplin dan konsisten. Sifatnya yang lentur menuntut masing-masing level
pimpinan dan fasilitator kreatif mengelola pelatihan dengan tetap berpegang
pada target dan tujuan masing-masing level pelatihan kader.
Lampiran MODUL:
37
Kumpulan Modul Pelatihan ini memuat beberapa contoh modul
pelatihan, dalam pelaksanaannya, fasilitator mempuanyai keleluasaan
menyusun sesuai alur dan materi pelatihan.
Sesi Perkenalan
Tujuan :
Menumbuhkan suasana yang kondusif selama pelatihan berlangsung:
saling percaya, kooperatif, nyaman, dan aman secara fisik dan psikis
Material :
1. Bingo paper
2. Ambiguous picture
Waktu :
60 menit
Prosedur :
1. Fasilitator mengawali pertemuan dengan perkenalan singkat (nama
masing-masing peserta) (5’)
2. Fasilitator membagikan bingo paper pada setiap peserta.
3. Peserta diminta untuk mencari orang yang mempunyai
sifat/kebiasaan/hobby seperti yang tertulis daalam kotak bingo.
4. Bila bertemu dengan peserta lain yang sesuai, peserta tersebut harus
meminta tanda tangan dan namanya untuk dituliskan di kotak bingo.
5. Peserta saling berlomba untuk mengisi kotak bingo secara vertikal
maupun horizontal. Pemenangnya adalah peserta yang paling cepat
membentuk sebuah garis vertikal dan sebuah garis horizontal. (15’)
6. Fasilitator menggali pengalaman peserta selama berlangsungnya
permainan. (5’)
7. Fasilitator menayangkan transparansi ambiguious picture
8. Fasilitator menanyakan tentang gambar tersebut pada peserta
9. Fasilitator menggali jawaban-jawaban peserta. (5’)
10. Fasilitator memperlihatkan dan memproses pengalaman peserta baik
pengalaman bermain dan mengamati gambar berkaitan dengan masalah
persepsi terhadap pelatihan (10’)
38
Baca Al Qur’an Suka warna Bepergian Ngontrak Suka nge-net
tiap hari rumah/kost
biru naik motor
E E
E
E E
berbahasa
E
E
inggris
E E E
sinetron dunia
E
anak E
E E
E
E E E E
E E E E
E
39
Sesi Kontrak Pelatihan
Tujuan :
1. Memahami motivasi, harapan dan arah peserta dalam mengikuti
pelatihan
2. Menyamakan persepsi peserta tentang pelatihan
3. Merumuskan tujuan bersama
4. Merumuskan komitmen bersama
5. Membangun kerjasama selama pelatihan berlangsung
Material :
1. Pohon harapan
2. Buah harapan
3. Jadwal pelatihan
4. Experiential Learning Cycle
5. Potongan kertas kecil-kecil
Waktu :
50 menit
Prosedur :
1. Fasilitator menggali pemahaman awal peserta tentang pelatihan. (5’)
2. Fasilitator memberikan orientasi tentang pelatihan; tujuan, materi, waktu
dst. (10’)
3. Fasilitator menjelaskan tentang proses belajar yang akan dialami selama
pelatihan dengan menggunakan Experiential Learning Cycle. (5’)
4. Setelah peserta memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pelatihan, peserta diminta menuliskan harapannya terhadap pelatihan
pada buah harapan yang sudah dibagikan. Harapan hendaknya dibuat
serealistis mungkin dengan waktu pelatihan 3 hari. (3’)
5. Fasilitator meminta peserta menempelkan buahnya pada pohon harapan.
6. Fasilitator mengambil sampel buah harapan peserta dan membahasnya
sehingga menjadi buah harapan bersama. (3’)
40
7. Fasilitator mengajak peserta untuk berpikir dan merumuskan apa yang
akan dilakukan atau cara apa yang akan ditempuh untuk meraih buah
harapan tsb. Tuliskan pada kertas anak tangga. (3’)
8. Fasilitator mengajak peserta untuk menyepakati komitmen-komitmen tsb
sebagai milik bersama (5’)
9. Fasilitator meminta peserta menuliskan kendala-kendala yang sekiranya
ada yang akan menghambat dalam mengikuti pelatihan pada potongan
kertas yang disediakan (5’)
10. Fasilitator meminta peserta untuk fokus selama pelatihan berlangsung
dan membuang seluruh kendala yang masih tersisa dengan melipat
kertas itu dan menyimpannya sementara ke dalam kotak masalah
11. Fasilitator memberikan peneguhan tentang tujuan pelatihan yaitu
mardhotillah dengan mengajak peserta untuk merenungi QS 42 : 20, 92 : 4
– 10; 98 : 8 serta mengingatkan mereka tentang komitmen yang telah
dibangun bersama dan diakhiri dengan membacakan QS Ash shaff : 2 – 3
(10’)
41
Sesi Teknik Komunikasi
Tujuan :
1. Warga belajar atau peserta mampu memahami pentingnya ketrampilan
komunikasi interpersonal.
2. Warga belajar atau peserta mampu meningkatkan ketrampilan
komunikasi interpersonalnya.
Material :
Kertas Bergambar
Waktu :
120 menit
Prosedur :
1. Tiga orang warga belajar atau peserta diminta untuk maju kedepan.
2. Masing-masing diminta untuk membrikan instruksi pada warga belajar
atau peserta untuk menggambar ‘petani’.
3. Warga belajar atau peserta pertama memberikan iinstruksi dengan
bahasa lisan saja. ( 3’)
4. Warga belajar atau peserta kedua memberikan instruksi pada peserta
dengan lisan dan bahasa tubuh. (3’)
5. Warga belajar atau peserta ketiga memberikan instruksi dengan lisan dan
non lisan. Saat itu warga belajar atau peserta diperbolehkan untuk
bertanya hal-hal yang kurang jelas. (3’)
6. Fasilitator meminta peserta membandingkan hasil 3 kali menggambar.
Lihat mana yang palng mirip aslinya. Mengapa?
7. Cerita singkat komunikasi Efektif.
8. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing dipandu seorang
trainer untuk melakukan role play ‘komunkas efektif’
9. Pembahasan role play dlakukan dalam kelompok baru dibawa ke kelas
klasikal.
42
Sesi Problem Solving
Tujuan :
1. Peserta menguasai konsep teknik pengambilan keputusan yang baik.
2. Peserta mampu mengaplikasikannya.
Material :
Tali tambang yang panjang
Waktu :
120 menit
43
Sesi Pendengar Aktif
Tujuan :
1. Peserta menguasai konsep teknik pendengar yang aktif.
2. Peserta mampu mengaplikasikannya
Material :
-
Waktu :
45 menit
Prosedur :
1. Peserta diminta untuuk berpasang-pasangan dua-dua.
2. Satu orang peserta menjadi pendengar yang satunya menjadi pembicara.
3. Pembicara diminta untuk bercerita tentang sesuatu hal, dan pasangannya
diminta untuk mendengarkan.
4. Setelah selesai, pendengar diminta untuk mengulang cerita yang
pembicara.
5. Kepada peserta yang menjadi pembicara ditanyakan apakah
pengulangan cerita oleh pasangannya sudah sesuai dengan maksud
ceritanya.
6. Fasilitator memproses pengalaman beberapa sampel pasangan.
7. Cerita singkat pendengar aktif.
44
1. Peserta menguasai konsep teknik berpikir positif.
2. Peserta mampu mengaplikasikannya
Material :
Kertas Bergambar
Waktu :
60 menit
XXXVIII.
XXXIX. Prosedur
1. Peserta diminta melihat gambar ambigu dan dieksplorasi jawabannya.
2. Fasilitator memproses jawaban peserta dan mengaitkannya dengan
persepsi.
3. Kepada peserta dibagikan lembar pikiranku yang berisi pikiran yang
melintas ketika menghadapi situasi yang diceritakan.
4. Peserta diminta melihat hasilnya dan diajak untuuk memetakan mana
positif mana negatif.
5. Cerita singkat tentang berpikir positif.
6. Peserta diajak untuk mengubah pikiran negatif menjadi positif.
45
X.
XI.
XII.
XIII.
XIV. PART
Three XV. PELATIHAN
XVI. FASILITATOR & PENDAMPINGAN I
-pFP i-
46
I. KERANGKA UMUM
Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan (PFP) adalah pelatihan yang
mengkhusus pada perencanaan pengkaderan, pengelolaan pengkaderan, dan
pendampingan pasca training pengkaderan IRM. Oleh karena itu, dalam PFP
para kader yang telah memenuhi kualifikasi dilatih untuk tiga kemampuan
utama, yaitu, pertama, memahami seluk-beluk subjek warga belajar, kedua,
memahami seluk-beluk isi materi pelatihan, dan ketiga, memahami dan dapat
berperan sebagai fasilitator dan pendamping PK TM I.
Sebagai konsekuensinya PFP diisi dengan tiga kawasan materi
pelatihan, yaitu pertama, pengetahuan tentang psikologi warga belajar atau
psikologi masyarakat, skala porsinya 25%. Kedua, pendalaman tentang seluk-
beluk materi proses pelatihan, 25% juga dan ketiga, pengetahuan serta
keterampilan sebagai fasilitator pelatihan dan pendamping pasca pelatihan
mencakup 50%.
Dengan memperhatikan model materi pelatihan tersebut metode PFP
tidak mengandalkan kuliah dan tanya jawab, akan tetapi akan lebih diwarnai
oleh brainstorming, workshop, permainan, bermain peran, simulasi, praktek
lapangan dan lain-lain.
47
IV. KUALIFIKASI MATERI
Materi dalam Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan ini,
dikualifikasikan sebagai berikut:
1. Psikologi Belajar
2. Komunikasi
3. Ke-Fasilitator-an
4. Pendampingan
5. Ke-Training-an
6. Muatan Lokal
V. KUALIFIKASI PESERTA
Pada dasarnya Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan I ini ditujukan
bagi semua kader IRM yang telah mengikuti PK TM II sebagaimana
dijelaskan dalam penjenjangan pengkaderan IRM. Akan tetapi, prosedur
pelatihan menuntut maksimal 25 orang. Oleh karena itu, jika pendaftar
melebihi dari 25 orang, maka harus diadakan kualifikasi peserta sebelum satu
minggu atau satu bulan sebelum acara pelatihan berlangsung. Kualifikasi
peserta ditentukan oleh pengelola pelatihan (tim fasilitator) setempat dengan
mempertimbangkan pada:
1. Meminimalisir kesenjangan pengetahuan antar peserta.
2. Paket materi ditentukan berdasarkan hasil need assessment dan
kualifikasi potenisal atau kecenderungan rata-rata peserta
3. Jika terdapat peserta yang di diskualifikasi, maka harus didaftar
sebagai anggota dan dikelola dalam forum lain untuk mengikuti
pelatihan kader dasar selanjutnya.
4. Jika peserta kekurangan, maka peserta yang di diskualifikasi
diperbolehkan mengikuti forum dan jika memiliki
perkembangan yang baik secara langsung bisa menjadi peserta
pelatihan.
48
Need Assesment: menganalisa (menilai) kebutuhan. Contoh: sebelum
melakukan pelatihan perlu dilakukan kegiatan menilai kebutuhan yang
menjadi dasar dilakukannya pelatihan.
49
untuk meningkatkan pengalaman dan penghayatan terhadap suatu
materi yang dibahas.
2. Metode Belajar
Metode belajar yang digunakan dalam pelatihan ini diantaranya:
a. Pemanasan
Metode ini berfungsi untuk membina suasana forum yang
hangat dan menyenangkan untuk menarik perhatian peserta
terhadap yang terhadap topik yang dibahas.
b. Ceramah dan tanya jawab
Suatu cara memberikan informasi kepada peserta yang
berfungsi untuk menjelaskan sesuatu secara sepihak
(fasilitator/pemateri) tentang materi pembelajaran tertentu. Sedang
tanya jawab merupakan suatu cara untuk mengetahui apakah
penjelasan sudah jelas atau belum.
c. Diskusi kelompok:
Berfungsi sebagai arena saling bertukar informasi dan
memecahkan masalah serta arena cipta dan daya analisa dalam
musyawarah untuk mufakat.
d. Bermain peran (role play):
Berfungsi sebagai penumbuh spontanitas dan ekspresi serta
mengembangkan daya analisa dan pengamatan peserta
e. Simulasi :
50
Berfungsi untuk meningkatkan keterampilan tertentu melalui
pengalaman berbuat dengan jalan “melakukan sesuatu” dalam
kondisi tidak nyata.
f. Diskusi Pleno :
Berfungsi sebagai arena saling pemantapan pengalaman, saling
tukar pengalaman dan analisa hasil karya pribadi/kelompok serta
terwujudnya kesimpulan bersama
g. Studi kasus :
Berfungsi sebagai arena saling tukar informasi dan
memecahkan masalah bersama
h. Curah pendapat / sharing :
Berfungsi membangkitnya keberanian peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
i. Ice Breaker
Berfungsi untuk memecahkan kejenuhan pada saat pelatihan
berlangsung.
j. Praktek Lapangan
Berfungsi untuk menguji dan mengolah kemampuan forum
peserta dengan praktek di lapangan.
3. Media Belajar
Media belajar yang dipergunakan untuk kelancaran Pelatihan
Fasilitator dan Pendampingan dengan pendidikan partisipatori adalah:
51
e. Alat untuk simulasi
f. Lembar peraga, judul, tujuan, dan waktu.
g. Lembar tugas, pengamatan
h. Buku pegangan
i. Alat tulis menulis
2. Tugas
52
c. Menetapkan fasilitator pelatihan
d. Bersama fasilitator menyiapkan materi, media dan sarana yang
akan digunakan dalam penyajian materi latihan
X. KURIKULUM materi
Kurikulum ini dapat disesuaikan berdasarkan need assessment
pengkaderan. PFP I dan II merupakan pelatihan bertingkat. Yang
membedakan dalam materi ini adalah faktor kedua yaitu tentang aspek seluk
beluk warga belajar dan aspek seluk beluk pendalaman materi pengkaderan
IRM di masing-masing level. Sedangkan masalah kefasilitatoran diberikan
secara bertingkat berdasarkan analisis kebutuhan perencanaan, pengelolaan
dan pendampingan pengkaderan.
N POKOK
LATIHAN METODE WAKTU
O BAHASAN
53
3. Mencari Sasaran Fungsi Mencari sasaran Simulasi, 90’
Remaja
mengungkapkan perasaan
Praktek 90’
Berbicara dengan publik
54
Prinsip Kerjasama
Jumlah
menit
55
1. Pengukuhan Tim Follow Up
Pimpinan menetapkan surat keputusan bagi pendamping pasca
pelatihan berdasarkan usulan dari warga belajar.
2. Pendayagunaan
Pendamping pasca pelatihan agar mengikuti prosedur dalam
melaksanakan pendampingan sebagai berikut:
a. Melakukan aktifitas pendampingan dengan berinteraksi baik
langsung maupun tidak langsung kepada warga belajar secara
kontinyu berdasarkan tujuan dan target PFP I dan II.
b. Mendorong warga belajar membentuk jaringan informasi
berdasarkan agenda yang telah disepakati (leaflet, buletin,
jaringan) berkaitan dengan pengembangan wacana dan
aktivitas warga belajar untuk mencapai target PFP I dan II.
c. Memfasilitasi dan mendampingi proses workshop evaluasi SPI
pasca pelatihan serta merencanakan pengkaderan dari level
dasar sampai madya. Di samping itu juga mendorong warga
belajar untuk melakukan kursus-kursus periodik sebagai
upaya pengkayaan wacana dan kemampuan yang mendukung
tercapainya target dan tujuan PFP I dan II.
3. Aktivitas Pendampingan
Kegiatan pendampingan dapat dilakukan dengan cara:
56
b. Kursus periodik dengan tema sebagaiman yang disepakati
oleh kelompok warga belajar dalam rangka mengembangkan
wacana dan menambah kemampuan sebagaimana tujuan
dan target PFP I dan II.
57
a. Menilai calon warga belajar bedasarkan analisis kebutuhan
kader yang disesuaikan dengan kapasitas kemampuan kader
dalam meyerap materi dan kebutuhan calon warga belajar.
b. Uji rencana materi dan metodologi pelatihan melalui
workshop fasilitator dengan Pimpinan setempat yang telah
memiliki kualifikasi fasilitator.
58
Sosiogram
59
XIV. PELAPORAN
Panitia penyelenggara harus membuat laporan yang mencakup
kegiatan-kegiatan persiapan, pelaksanaan/proses sampai dengan pelatihan
itu selesai dilaksanakan, paling lambat 2 minggu setelah pelatihan selesai.
Laporan teresebut disampaikan kepada Pimpinan IRM dan
Muhammadiyah setingkat, kepada pemberi dana/sponsor dengan
ditembuskan kepada Pimpinan di atasnya.
BELAJAR
Petunjuk:
1. Pada bagian yang terisi angka, lingkarilah angka yang tepat menurut
60
Nama : ____________________________________________
Sekolah : ____________________________________________
1. Pengetahuan sebelumnya 0 1 2 3 4 5
Anda sekarang
61
5. Pokok-pokok materi latihan
2. _________________
3. _________________
4. _________________
1. ______________
2. ______________
3. ______________
4.
62
Petunjuk:
Pada bagian yang berisi angka, lingkarilah angka yang tepat menurut Anda.
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
tercapai tercapai
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
pendampingan
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
63
pelatihan.
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
dewasa.
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
dalam pelatihan.
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- --8 -- -- 9 -- -- 10
Petunjuk:
Pada bagian yang terisi angka, lingkarilah angka yang tepat menurut Anda.
64
Perhatikan skala pencapaian 0 – 10 yang digunakan.
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
tercapai tercapai
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
65
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
0 -- -- 1 -- -- 2 -- -- 3 -- -- 4 -- -- 5 -- -- 6 -- -- 7 -- -- 8 -- -- 9 -- -- 10
XVII. PENUTUP
Buku kelima yang berisi tentang Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan I & II
yang dilengkapi dengan modul ini merupakan pegangan bagi fasilitator dan
pendamping. Pada pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
daerah tersebut berdasarkan analisis kebutuhan (Need Assesment) fasilitator dan
pendamping setempat.
Buku kelima ini wajib digunakan melalui metodologi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu harus digunakan secara disiplin dan
konsisten. Sifatnya yang lentur menuntut masing-masing level pimpinan dan
fasilitator kreatif mengelola pelatihan dengan tetap berpegang pada target dan tujuan
masing-masing level pelatihan fasilitator dan pendampingan.
PENJELASAN UMUM
Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan (PFP) dilihat dari segi
pesertanya adalah suatu proses pendidikan untuk orang dewasa. Oleh karena
itu, asumsi pendidikan/pelatihan untuk ini pun haruslah asumsi
pendidikan/pelatihan bagi orang dewasa.
Salah satu asumsi penting dalam konteks ini berkisar sekitar unsur
“pengalaman” di dalam proses belajar, dalam pengertian bahwa orang
dewasa itu telah membawa pengalamannya sendiri-sendiri, sebesar apapun
66
kapasitasnya.
Selain itu, salah satu asumsi penting yang berhubungan dengan
proses belajar orang dewasa mencakup aspek “konsep diri”. Konsep diri itu
berubah dari “ketergantungan total” di masa kanak-kanak menjadi “berdiri
sendiri” di masa dewasa.
Seperti demikian, maka upaya “pengarahan diri sendiri”
sesungguhnya adalah salah satu ciri yang perlu ada atau diadakan di dalan
proses pelatihan orang dewasa.
Kegiatan Kontrak Belajar ini adalah bagian upaya untuk memberikan
kesempatan kepada peserta guna mengarahkan dirinya sendiri dengan jalan
secara jernih merumuskan sendiri apa sebenarnya yang diharapkan juga
merumuskan sendiri apa wujud partisipasi mereka mereka di dalam kegiatan
pelatihan ini, agar pelatihan dapat berjalan sesuai rencana.
Sesuai dengan nama sesinya, “Kontrak Belajar”, maka Fasilitator pun
perlu menjelaskan secara singkat apa program pelatihan serta prosedur
maupun metode yang digunakan dalam pelatihan. Dengan demikian ,
“frekuensi” peserta dan Fasilitator diharapkan dapat menjadi sama.
PROSEDUR
1. Fasilitator memberikan kata pembuka serta penjelasan singkat tentang
modul latihan selama kurang lebih 10 menit.
2. Fasilitator membagikan kertas manila ukuran setengah kwarto sebanyak
dua lembar kepada setiap peserta.
3. Fasilitator meminta setiap peserta menulis di dalam lembar kertas manila
yang pertama apa yang ia harapkan dengan mengikuti Pelatihan
Instruktur (maksimal menggunakan 5 kata). Dalam lembar kertas manila
yang kedua ia menuliskan apa yang dapat ia lakukan/sumbangkan agar
Pelatihan Instruktur dapat berjalan baik (maksimal lima kata).
4. Peserta diminta membagi diri atas beberapa kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 4 sampai 5 peserta.
5. Di dalam kelompok peserta mengumpulkan apa yang telah dituliskan
dalam lembar kertas manila, dan merumuskannya sebagai kesimpulan
kelompok (ada dua jenis kesimpulan sesuai lembar kerta manila tiap
perserta). Kesimpulan ditulis di dalam plastik transparan. Waktu yang
diperlukan kurang lebih 15 menit.
6. Dalam klas umum setiap kelompok melaporkan hasil kerjanya secara
67
singkat.
7. Fasilitator bersama peserta membuat kesimpulan akhir berdasarkan
laporan hasil kerja kelompok.
8. Fasilitator memberi penjelasan singkat tentang program Pelatihan
Instruktur.
9. Fasilitator meminta peserta mengisi lembar "kontrak belajar"
PERALATAN PENDUKUNG
1. Lembar isian "kontrak belajar"
2. Kertas manila yang di potong setengah kwarto (2 x jumlah peserta)
3. OHP lengkap dengan spidol dan plastik.
XVII.
XVIII.
XIX.
XX.
XXI.
Topik : Ekspresi Hasil Belajar
Waktu : 90 menit
PENJELASAN UMUM
Suatu kegiatan pelatihan tidak dapat tidak adalah suatu proses
belajar, dimana peserta diharapkan mengalami perubahan yang searah
dengan tujuan pelatihan. Dalam konteks ini, ada atau tidakkah perubahan itu
tidak hanya dapat dinilai oleh orang luar, akan tetapi dalam porsi yang lebih
besar justru lebih dirasakan oleh peserta sendiri. Peserta, asal ia mencoba
jujur terhadap dirinya, akan mampu mengukur sejauhmana ia mengalami
perubahan setelah mengikuti pelatihan.
Kegiatan Ekspresi Hasil Belajar ini adalah bagian dari upaya untuk
memberikan kesempatan kepada peserta guna merumuskan sendiri apa
sebenarnya yang telah diperolehnya dari kegiatan pelatihan, seberapa jauh ia
telah mengalami perubahan setelah mengikuti pelatihan. Dimensinya adalah
kesadaran diri, “sadar bahwa dirinya tahu” atau “sadar bahwa dirinya tidak
tahu”.
68
TUJUAN LATIHAN UMUM
Peserta secara jerni menilai apa yang diperolehnya selama Pelatihan
Untuk Pelatih, serta beberapa jauh ia telah mengalami perubahan.
PROSEDUR
1. Fasilitator memberikan penjelasan singkat tentang model latihan.
2. Fasilitator membagikan lembar EKB kepada para peserta dan meminta
mereka mengisinya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 10 menit.
3. Fasilitator membagi perserta atas kelompok kecil, dan meminta setiap
kelompok mentabulasi hasilnya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 10
menit.
4. Dalam klas umun setiap kelompok diminta menjelaskan hasil tabulasi
disertai analisis singkat.
5. Satu-dua orang peserta diminta mengemukakan pendangannya csecara
kualitatif tentang jalanya pelatihan.
6. Fasilitator menjelaskan secara umum hasil tabulasi Catatan Harian
Peserta, dan memberikan kata penutup.
PERALATAN PENDUKUNG
1. Lembar isian dan lembar tabulasi
2. Plastik transparan yang sudah disiapkan sebagai blangko isian.
3. OHP dan spidol.
69
Topik : Metode Pelatihan I (Kawasan Dengar dan Lihat)
Waktu : 180 menit
PENJELASAN UMUM
Ada satu adagium yang sering dikatakan orang untuk menunjukkan
pentingnya proses/metode: “Kendati lagunya bagus, jika penyanyinya jelek,
kesannya tetap jelek. Tetapi sebaliknya, kendatipun lagunya jelek, asal
dinyanyikan oleh penyanyi yang baik, kesannya tetap baik”.
Isi pesan pun demikian. Kendatipun isi atau materi itu sedemikian
bagusnya, akan tetapi jika disampaikan dengan metode yang jelek, akibatnya
akan cenderung jelek, dalam arti tidak dipahami, dan bahkan dalam tingkat
tertentu malah dapat menimbulkan antipati.
Dengan demikian peran metode dalam suatu pelatihan atau training
sangatlah penting. Suatu aktivitas training yang mengabaikan unsur metode,
pada akhirnya hanyalah berubah menjadi aktivitas proforma, yang penting ada
kegiatan.
Kita mengenal banyak sekali jenis metode latihan. Akan tetapi, dilihat
dari segi medianya, metode latihan dapat dibagi dalam tiga kawasan besar,
yaitu, pertama, telling (“dengar”), yang menyangkut pemberian informasi
tentang pikiran-pikiran, konsep-konsep, teori-teori, ajaran-ajaran, dan
sebagainya; kedua, showing (“lihat”), di samping disampaikan secara lisan juga
dipertunjukkan, dan ketiga, doing (“tindakan”), peserta diberi kesempatan
mencoba melakukan sesuatu.
Jika diingat bahwa peserta pelatihan, baik PKSK maupun PKSB
70
adalah mereka yang telah dewasa atau berangkat dewasa, maka metode
dalam kawasan “tindakan” lebih tepat untuk itu. Misalnya “role play”,
“simulasi”, “game”, “konferensi”, “diskusi kasus”, dan lain-lain. Hal ini tidak
berarti metode dalam kawasan “dengar” dan “lihat” tidak penting. Metode
dalam dua kawasan ini tetap penting, asal saja dilakukan variasi sedemikian
sehingga unsur “tindakan” masuk juga ke dalamnya. Dengan kata lain, ketiga
kawasan metode tersebut digunakan secara bersama-sama.
Hal yang penting dalam pemanfaatan metode latihan adalah dasar
penentuan metode tersebut. Paling sedikit ada enam hal yang perlu
dipertimbangkan sebelum kita memilih metode di dalam suatu aktivitas
pelatihan. Keenam hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tujuan latihan. Jika tujuannya hanya untuk memberi informasi teoritik,
misalnya, maka tidak perlu digunakan role play. Cukup kita gunakan
presentasi yang didukung oleh media tertentu, semisal OHP, slide
projector, ditambah diskusi pendalaman.
2. Sifat materi. Jika materi bersifat sangat teknis dengan bahan yang
terbatas, maka metode ceramah yang divariasikan dengan diskusi dan
didukung alat peraga, cukup memadai.
3. Kondisi peserta. Metode adalah cara untuk menyampaikan informasi
dari seseorang kepada orang lain. Dengan demikian metode
berhubungan langsung dengan manusia, yang berarti pula dengan
kondisi manusia. Dengan demikian, pertimbangan kondisi peserta
mutlak diperlukan. Jika peserta berlatarbelakang pendidikan yang cukup
tinggi, maka metode konferensi, studi kasus, sindikat, tepat untuk
digunakan.
4. Kemampuan pelatih. Jika pelatih belum begitu menguasai suatu metode,
maka tidak ada alasan baginya untuk memaksakan diri menggunakan
metode tersebut.
5. Peralatan yang tersedia. Metode tertentu perlu didukung oleh peralatan.
Jika untuk menggunakan suatu metode tertentu peralatan pendukung
tidak tersedia, maka seyogyanya metode lain yang digunakan.
6. Waktu yang tersedia. Waktu merupakan faktor yang perlu
diperhitungkan. Jika waktu yang tersedia hanya 30 menit, maka metode
konferensi jelas tidak dapat digunakan.
Dalam Workshop I ini peserta pertamakalai akan diajak untuk
meresapi keterbatasan metode dalam kawasan “dengar” jika tidak didukung
oleh “lihat” maupun “tindakan”, untuk kemudian peserta diminta
merumuskan bentuk-bentuk variasi agar metode dalam kawasan “dengar”
maupun “lihat” itu dapat digunakan secara “enak” dan “perlu”. Dengan
demikian, workshop ini akan berjalan dalam dua tahap, yaitu.
71
Tahap I: Meresapi efektifitas penggabungan dan variasi metode.
Pada tahap ini kepada para peserta diperlihatan secara demonstratif
metode.
72
selama lima menit. Kemudian peserta yang ditunjuk sebagai pengulas
bertindak mewakili ahli yang rekamannya diperdengarkan untuk berdiskusi
dengan seluruh peserta.
Metode Studi Kasus (case study). Kepada peserta diajukan satu kasus yang
merupakan kejadian aktual, baik berupa ceritera lisan, tulisan, film pendek,
rekaman, yang biasanya diakhiri dengan pertanyaan Fasilitator, “bagaimana
pendapat Anda?”. Sifat diskusi adalah analisis kasus untuk mencari
pemecahan. Metode ini digunakan terutama untuk mendorong peserta
berpikir secara aktif, serta untuk memperdalam pemahaman. Metode ini
sering sekali digabung dengan metode forum.
Metode Studi Peristiwa (incident study). Mirip studi kasus, tetapi kasusnya
belum tersusun rapih. Yang dikemukakan adalah peristiwanya. Misalnya,
“ada siswa yang sering sekali tertidur di dalam klas”, tanpa disertai
keterangan mengapa ia tertidur, siapa orang tuanya, apa masalah pribadi
yang dihadapinya, dan sebagainya.
Metode Permainan Peran (role play). Metode ini sebenarnya termasuk dalam
kawasan “tindakan”. Ia dirumuskan sebagai bagian dari learning by doing.
Akan tetapi, sering sekali metode ini digabungkan dengan metode dalam
kawasan “dengar” dan “lihat”, karena itu ia dijelaskan dalam modul ini.
Dalam metode permainan peran, peserta dihadapkan kepada masalah
hubungan antarmanusia, untuk melatih mereka bereaksi terhadap orang lain.
Dalam metode ini peserta diminta berperan bukan sebagai dirinya. Misalnya
seorang peserta diminta berperan sebagai konselor sekolah, yang lain sebagai
konselor sebaya, dan lainnya lagi sebagai pengguna napza.
Metode Simulasi. Mirip dengan metode permainan peran, hanya saja di dalam
simulasi peserta berperan sebagai dirinya sendiri untuk keadaan tertentu.
73
Akan tetapi, jika simulasi dimaksudkan untuk meniru suatu peristiwa
tertentu, maka ia dilaksanakan mirip dengan role play. Misalnya simulasi
sidang kabinet, simulasi prosedur konseling bagi siswa bermasalah dengan
napza, dan sebaginya.
Metode In Basket Training. Peserta dihadapkan pada sejumlah tugas, dokumen,
jadwal, nota, dan sebagainya. Peserta kemudian diminta menentukan urutan
prioritas dengan menganalisis setumpuk tugas yang dihadapinya itu. Metode
ini memerlukan dukungan lembar kerja berupa pilihan tugas, dokumen,
surat, jadwal, nota, dan sebagainya. In Basket Training sangat bermanfaat
untuk melatih peserta memecahkan masalah, melatih pengambilan inisiatif,
serta melatih peserta mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
PROSEDUR
1. Fasilitator memberikan penjelasan singkat tentang modul latihan.
2. Peserta dibagi atas dua kelompok. Kelompok pertama ditreatment
dengan metode “dengar” saja, sedangkan kelompok kedua ditreatment
dengan metode “lihat”, dengan sedikit menyentuh kawasan “tindakan”.
Untuk kelompok pertama maupun kedua, treatment dilakukan sekitar 20
menit.
3. Dilakukan diskusi untuk membandingkan hasil treatment tersebut
selama 30 menit.
4. Peserta kemudian dibagi dalam beberapa kelompok yang lebih kecil dan
diminta mendiskusikan serta merupuskan bagaimana bentuk-bentuk
variasi metode sehingga menarik. Diskusi diarahkan untuk merumuskan
variasi metode bagi penyajian materi dalam PKSK maupun PKSB.
5. Dalam klas umum fasilitator mempersilahkan tiap kelompok melaporkan
hasil kerjanya, serta dilakukan pembahasan umum.
6. Fasilitator memberikan catatan penutup.
PERALATAN PENDUKUNG
1. Bahan permainan, terutama kertas.
2. OHP, lengkap dengan spidol dan plastik.
74
Topik : Metode Pelatihan II (Belajar Sambil Bermain)
Waktu: 210 menit
PENJELASAN UMUM
Asumsi lama pendidikan sering menempatkan peserta didik dalam
posisi “botol kosong”, karena itu tugas pendidik adalah menuangkan air ke
dalam botol tersebut hingga penuh. Asumsi ini kemudian dikritik tajam oleh
berbagai kalangan, apakah ahli pendidikan, atau praktisi pendidikan di
lapangan. Belakangan, dua pengeritik asumsi botol kosong, Ivan Illich dan
Paulo Freire, semakin meramaikan perbincangan seputar asumsi itu.
Para penganjur pendekatan “andragogi” juga menolak sama sekali
asumsi botol kosong dalam memandang manusia dewasa. Manusia, si peserta
didik, menurut para penganjur pendekatan andragogi, adalah ibarat botol
yang isinya berbeda-beda, tetapi tetap telah berisi. Mereka datang dengan
pengalamannya sendiri-sendiri dan siap dididik. Salah seorang penganjur
pendekatan andragogi, Malcolm Knowles, mengedepankan empat asumsinya
yang sangat terkenal tentang pembelajaran orang dewasa.
1. Perubahan Konsep Diri. Kematangan konsep diri bergerak dari
“ketergantungan total” menuju “pengarahan diri sendiri”. Pada tahap
terakhir ini orang membutuhkan penghargaan dari orang lain sebagai
manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri.
2. Peranan Pengalaman. Manusia sebagai subyek didik mempunyai
pengalaman yang berbeda.
3. Kesiapan Belajar. Anak-anak belajar karena perkembangan biologis atau
tuntutan akademis, sedangkan orang dewasa belajar karena
membutuhkan.
4. Orientasi Belajar. Anak-anak sudah dikondisikan untuk memiliki orientasi
belajar yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan orang dewasa
cenderung memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan
75
problem hidup.
Berdasarkan asumsi pembelajaran di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa orang dewasa lebih senang belajar sambil melakukan sesuatu (learning
by doing). Membiarkan peserta training duduk berjam-jam hanya untuk
mendengarkan ceramah akan sangat membosankan mereka. Oleh karena itu
biarkan mereka melakukan sesuatu untuk kemudian mereka simpulkan
sendiri. Kalau kesimpulan tersebut berhubungan dengan nilai tertentu,
misalnya dasar negara, agama, barulah Fasilitator memberikan masukan
seperlunya.
Di dalam dunia pertrainingan ada moto yang terkenal, “saya dengar,
saya lupa”, “saya lihat, saya ingat”, “saya lakukan, saya paham”. Dengan
moto itu kemudian dikembangkan metode “bermain” atau game dalam dunia
pertrainingan. Belajar sambil bermain adalah satu model dari sekian metode
pelatihan untuk mengoptimalkan proses belajar agar menjadi mudah,
menarik, tidak membosankan, dan mencapai sasaran seperti moto di atas
(edutainment).
Sebagaimana Workshop I, Workshop II ini melewati dua tahap
kegiatan, yaitu:
76
yang dapat diaplikasikan dalam penyampaian materi pada
singkat kepada peserta pada salah satu ujung, kemudian meminta peserta itu
Peserta terakhir yang menerima pesan diminta menyebut apa isi informasi.
sebuah gosip.
77
mengambar sesuatu, tetapi cukup membuat satu coretan kecil. Gambar itu
kepada orang pertama. Dalam praktek gambar yang sudah lengkap berbeda
kelompok terdiri dari lima peserta. Kepada setiap peserta diberikan lima
apa pun kepada temannya. Setelah itu dilakukan diskusi untuk menarik
pengertian.
78
penggabungan kawasan “dengar”, “lihat”, dan “tindakan”, dalam satu
saat spidol ditangkap lagi oleh fasilitator, peserta harus berhenti bertepuk
tangan. Gerakan ini diulangi beberapa kali dengan tempo yang semakin
kejadian, dan bila dalam cerita tersebut ada angka yang disebut, maka peserta
dengan nomor itu harus berdiri dan menriakkan namanya secara keras. Lalu
lima bulan lalu dipersiapkan, akan tetapi praktis baru tiga bulan ini panitia
bekerja. Bahkan, baru satu bulan terakhir ini persiapan dimatangkan. Pada
mulanya panitia berharap peserta berjumlah sekitar tiga puluh lima orang.
79
Ternyata yang bisa aktif cuma dua puluh tiga orang., itu pun dua orang
PROSEDUR
tugas peserta.
kelompok.
80
dapat digunakan untuk membicarakan materi “Integrasi dan Kerjasama
menit.
PERALATAN PENDUKUNG
1. Bahan permainan.
PENJELASAN UMUM
sejak pukul 08.00 sampai 12.00 ada ceramah. Pukul 13.00 sampai 15.00 juga
81
ceramah. Pukul 16.00 sampai 17.30 juga diisi dengan ceramah. Eeeh, pukul
19.30 sampai 22.00 masih juga diisi ceramah. Hari kedua sampai dengan
ini kan sekadar pekan ceramah, di mana unsur trainingnya? Kalaupun ada
unsur training, maka itu cuma sekadar latihan melawan ngantuk dan bosan.
dalam training unsur latihanlah yang harus dominan; entah latihan berdebat,
telah disinggung di atas, ialah bahwa training itu bukan pekan ceramah.
Akan tetapi dari segi proses ke arah pencapaian tujuan, pekan ceramah
82
Pendekatan terhadap isi atau materi pendidikan mensyaratkan
bahwa isi training dan metode training adalah dua hal yang sama
dalam training atau pelatihan adalah isi atau materi itu saja.
1. Isi Training/Pelatihan.
mereka terdiri dari bagian atau unsur yang terpisah, akan tetapi mereka
dari hal-hal yang bersifat umum atau filosofis-teoritis menuju hal-hal yang
83
unsur kebijaksanaan lembaga, dan c) unsur teknis-praktis. Segi-segi filosofis-
tentang berbagai hal yang sedang menjadi titik pusat perhatian dalam
pelatihan, disamping berbagai telaah empiris yang ada. Sementara itu, segi-
2. Metode Training/Pelatihan.
rencana pelatihan ialah training adalah salah satu sub-sistem dari sistem
bagi seluruh proses peningkatan kualitas SDM, dan perencanaan meso, yaitu
84
paling sedikit terdiri dari empat hal utama, yaitu; 1) rumusan tujuan secara
waktu.
materi selama satu paket training. Lazimnya, satu waktu training dibagi
dalam tiga bagian. Bagian I, katakanlah hari I training, yang pertama harus
training belumlah berada pada gelombang yang sama. Agar interaksi dapat
85
frekuensinya sama barulah proses interaksi itu dapat berjalan baik. Bagian II,
Bagian III, adalah proses kristalisasi. Harus ada waktu untuk merenungkan
apa yang telah diperoleh selama training. Lazimnya, Bagian III diletakkan di
sekitar pukul 12.00 s.d. 16.00 adalah waktu kritis dari segi daya tahan peserta.
Kalau tidak terlalu mendesak , maka dalam interval waktu seperti itu
metode ceramah.
suatu manual pelatihan untuk suatu traing khusus, yaitu “pelatihan konselor
PROSEDUR
86
1. Fasilitator memberikan penjelasan singkat tentang modul pelatihan
plastik transparan.
PERALATAN PENDUKUNG
1. Alat tulis
87
88
Topik : Manajemen II (Penyelenggaraan Pelatihan)
PENJELASAN UMUM
pertanyaan kedua dan ketiga, kendati pun tetap penting, akan tetapi ia lebih
pertanyaan pertama. Oleh karena itu, dua kunci pokok sebagai pegangan bagi
tetapi, sebelum secara sederhana dibicarakan dua kunci pokok tersebut perlu
89
“cermin besar” di mana peserta mengaca diri mereka. Oleh karena itu dua
“pemahaman siapa peserta”, serta apa masalah klas yang mungkin timbul”.
(1) (2)
(3) (4)
Peserta pelatihan dengan tipologi (2) adalah peserta yang paling siap
90
Masalah klas dalam suatu pelatihan baru menjadi rumit jika ada
malah diam sama sekali karena menganggap apa yang diperoleh dalam
Tahap I
91
itu.
Tahap II
umpan balik dari Fasilitator kepada peserta. Ini berarti bahwa peserta
kemampuannya sendiri.
92
dirinya sendiri. Ada beberapa jenis pertanyaan yang perlu dipahami
seorang instruktur:
iv. Pertanyaan hipotetis; “Apa yang akan terjadi jika…….?’, “Prediksi apa
bersalah?’, “Mana yang Anda anggap paling tepat antara ….dan …?”,
dan sebagainya.
vi. Pertanyaan proyektif; “Jika Anda menghadapi situasi seperti ini apa
Tahap III
93
Tahap II.
konselor sekolah, dimana peserta adalah utusan dari SMU di satu kabupaten.
Yang perlu diragakan adalah sesi awal dari suatu pelatihan konselor sekolah.
PROSEDUR
94
PERALATAN PENDUKUNG
3. Alat tulis
95
Topik : Latihan Alam (Pengakraban)
Waktu: 60 menit
PENJELASAN UMUM
dewasa itu lebih senang belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Di dalam Pelatihan Untuk Pelatih kali ini, salah satu model permainan yang
luar ruangan, juga diperkenalkan. Di dalam pelatihan ini, permainan itu kita
96
sebut “Latihan Alam”.
bentuk ice breaking di alam terbuka, yaitu Permainan Angka dan Nama. Mula-
mula peserta diminta berhitung berurutan dari nomor satu sampai seterusnya
dilakukan uji coba dengan menyebut angka tertentu dan peserta yang
bahwa ia akan menceritakan suatu kejadian, dan bila dalam cerita tersebut
ada angka yang disebut, maka peserta dengan nomor itu harus berdiri dan
akan tetapi praktis baru tiga bulan ini panitia bekerja. Bahkan, baru satu bulan
berjumlah sekitar tiga puluh lima orang. Ternyata yang bisa aktif cuma dua
puluh tiga orang., itu pun dua orang mundur sebelum pembukaan …….” Dan
97
Peserta semakin akrab dengan sesamanya, serta menyadari
PROSEDUR
mendapat giliran.
PERALATAN PENDUKUNG
1. Bahan latihan.
98
99
Topik : Latihan Alam I (Umpan Balik)
Waktu: 60 menit
PENJELASAN UMUM
dewasa itu lebih senang belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Di dalam Pelatihan Instruktur kali ini, salah satu model permainan yang
uar ruangan, juga diperkenalkan. Di dalam pelatihan ini, permainan itu kita
100
Peserta dapat menyadari dirinya sendiri, dalam pengertian penyadari
PROSEDUR
15 orang ..
untuk mengutarakan secara singkat dua atau tiga sifat yang disenangi
pada diri peserta yang duduk ditengah. Begitu seterusnya, sampai semua
101
PERALATAN PENDUKUNG
1. Bahan latihan
2. Alat Tulis.
Waktu: 60 menit
PENJELASAN UMUM
dewasa itu lebih senang belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Di dalam Pelatihan Untuk Pelatih kali ini, salah satu model permainan yang
luar ruangan, juga diperkenalkan. Di dalam pelatihan ini, permainan itu kita
dua buah pos yang telah ditentukan, disertai permainan di setiap pos.
102
PROSEDUR
12. Di Pos II, peserta menyusun mozaik, tetapi sudah dapat berkomunikasi.
menit.
14. Penulisan hikmah perjalanan dengan kata kunci “team work” dan
“komunikasi”.
PERALATAN PENDUKUNG
1. Bahan latihan
2. Alat Tulis.
103
Prinsip Partisipatori Training
(Materi disampaikan pada “Training of Trainer SPI Hijau” oleh PW IRM
belajar. Dalam bentuk yang demikian maka warga belajar tidak lagi
subjek yang belajar, sehingga penekanan dalam pelatihan ini adalah bagaimana
diajar, sebab dalam pengalaman belajar tersebut, warga belajar akan terbekali
104
pengajarnya, sehingga suatu masalah akan kurang mampu lagi diselesaikan
secara mandiri.
warga belajar itu sendiri. Warga belajar diupayakan dilihat sebagai orang
yang punya potensi untuk cerdas, baik dalam intelektual, emosional, spiritual
Dari hal tersebut di atas, maka sekarang menjadi tugas pelatih dalam
belajar agar mampu berperan aktif dalam atau selama proses belajar
berlangsung.
105
belajar maka seorang fasilitator harus memiliki kemampuan menggali
training
kita mengharapkan warga belajar aktif justru yang kita dapati adalah peserta
yang pasif dan justru dalam kondisi yang demikian fasilitator kembali
menjadi pemeran utama (aktif) dan warga belajar yang menjadi penonton
(pasif).
106
tidak aktif dalam suatu pelatihan.
berpartisipatori training.
~. Tingkat
kecerdasan
warga
belajar.
Kondisi
~ Sikap
organ-organ
warga belajar
khusus warga
~ Minat Situasi dan
belajar
warga belajar kondisi
seperti
~ Motivasi pelatihan,
tingkat
wargaFaktor-faktor
belajar yang dapat dalam hal ini
kesehatan, mempengaruhi peserta~ fasilitator
dalam
~ Kondisi semua yang
107 indera partisipatori training. ~ Panitia
kejiwaan termasuk
pendengar, ~ Sesama
Aspek Warga
Aspek Lingkungan infrastruktur
Lingkungan
indera warga belajar
fisiologis belajar saat
psikologis sosial pelatihan
non social dan
penglihatan
Faktor internal wargaitu.
belajar Faktor eksternal warga belajar
juga lingkungan
108
Selain metode sebagai salah satu komponen penting dalam kberhasilan
partisipatori training.
Sebagai referensi tambahan dari apa yang telah dipahami oleh saudara
training yang menjadi fokus pembicaraan kita hari ini. Teori tersebut
berkenaan dengan nama Contectual Teaching and Learning (CTL) dimana teori
CTL ini berstandar internasional dan menjadi salah satu teori pembelajaran
109
Contectual Teaching and Learning merupakan suatu teori
teaching and learning yang terbangun dalam 7 pilar landasan fisolofi yang
berpilar dengan sesuatu yang ia telah ketahui atau telah ada pengalaman
bagi warga belajar dalam berpikir dan bertindak secara aktif. Disini pola
pikir dan tindakan warga belajar sebagai respon atas apa yang diberikan
Fasilitator : Adik –adik kader itu berasal dari bahasa latin yaitu
110
Warga Belajar : (Mendengar kata bingkai dengan sendirinya akan melirik
Fasilitator : Kira-kira bagi adik-adik apa sich fungsi bingkai itu bagi
foto ????
daerah B?
2. Inquiri (Menemukan)
111
menemukan sendiri solusi-solusi dari berbagai masalah yang
fasilitas ataupun stimulus bagi warga belajar tanpa harus fasilitator yang
berperan aktif mencari solusi dari permasalahan yang dialami oleh warga
belajar.
3. Questionin (Bertanya)
membuat dan menyusun berbagai pertanyaan jelas dan singkat dan relevan
diwajibkan untuk menjawab hasil pertanyaan yang telah dibuat oleh warga
belajar tersebut. Bisa saja pertanyaan terebut justru dijawab sendiri oleh
112
Perhatikan tabel kerja dibawah ini :
113
kelompok.
5. Modeling (Pemodelan)
6. Reflection (Refleksi)
kembali apa yang telah dipelajari. Reflection ini juga dapat digunakan oleh
114
mengambil tindakan selanjutnya. Reflection tersebut biasanya
tahap proses pelatihan atau yang lebih dikenal sebagai evaluasi proses.
Dalam hal ini yang harus dipahami oleh fasilitator bahwa antara need
assesment, materi dan metode merupakan hal yang sangat korelatif dan
terbangun dalam satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dalam prinsip
partisipatori training.
115
menggambarkan rasa malas dan bosan, sesekali mereka juga nampak
obyektifitas analisa dan penilaian tersebut maka akan lebih mudah dalam
mendapatkan pemecahannya.
116
materi dan metodenya
yang disajikan.
117