Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN MASTER OF TRAINING (MOT) 2.

Logika berfikir yng matang (positif thinking)


BPL HMI 3. Menguasai minimal 25 % dari materi yang akan disampaikan oleh instruktur (pemateri)
4. Siap mental dan fisik, relaks
MEMFASILITASI 5. Wibawa dan memiliki percaya diri yang tinggi

Memfasilitasi berasal dari kata bahasa Inggris “facilitation” yang akar katanya berasal dari bahasa 6. Berbicara :
latin “facilis” yang artinya membuat sesuatu menjadi mudah. Secara umum pengertian  Intonasi suara lepas dan jelas
“facilitation” (fasilitasi) : suatu proses “mempermudah” sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.  Tempo berbicara sedang
Dapat pula diartikan sebagai “melayani dan memperlancar aktivitas belajar peserta pelatihan untuk  Sopan dan terarah
mencapai tujuan berdasarkan pengalaman”. Sedangkan orang yang “mempermudah” disebut dengan  Jangan sering mengulangi sebuah kata
fasilitator (pemandu). 7. Menguasai forum / peserta
 Tatap wajah peserta satu demi satu
NILAI-NILAI DALAM MEMFASILITASI :  Pandangan ke segala arah
 DEMOKRASI. 8. Metode training,
Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut ambil bagian dalam proses belajar  Latihan Kader -I :
dimana dia menjadi peserta tanpa prasangka. Untuk jangka waktu selama fasilitator  Penyampaian bersifat penyadaran, penanaman dan penjelasan.
bekerjasama dengan peserta tidak ada struktur organisasi secara hirarkis yang berfungsi.  PBM : penceramah menyampaikan materi dan peserta bertanya hal-hal tertentu.
 TANGGUNG JAWAB.
Setiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya masing-masing, pengalaman-pengalaman  Latihan Kader-II :
dan tingkah lakunya sendiri. Hal ini mencakup pula pada tanggung jawab atas partisipasi  Penyampaian bersifat analisis, pengembangan dan bersifat praktis.
seseorang di dalam sebuah pelatihan. Fasilitator harus sensitif terhadap bagaimana dan  PBM : penceramah menyajikan materi, peserta membahas.
seberapa besar para peserta bersedia dan mampu memikul tanggung jawab pada setiap sesi  Latihan Kader-III :
pelatihan. Melalui pengalaman, para peserta dapat belajar memikul tanggung jawab yang
semakin besar.  Penyajian bersifat analisis problematik dan alternatif.
 KERJASAMA.  Konsep belajar mengajar, penceramahan bersifat masalah, kemudian
Fasilitator dan para peserta bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama mereka. Orang peserta membahas.
mungkin akan mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang dilakukan oleh  Session khusus dalam bentuk praktek lapangan.
seseorang terhadap sebuah kelompok. Sedangkan fasilitasi / memandu adalah sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang bersama dengan sebuah kelompok. MEMBUKA SESI
 KEJUJURAN. 1. Forum jangan dibuka sebelum suasana kondusif
Fasilitator harus jujur terhadap peserta dan terhadap dirinya sendiri menyangkut apa saja yang 2. Meminta salah seorang peserta untuk membaca Al-Quran di setiap sesi (untuk LK-I, harus
menjadi kemampuan fasilitator. Fasilitator harus mewakili dirinya sendiri secara adil dan tidak disepakati dahulu dalam kontrak)
berusaha untuk berbuat terlalu jauh melampaui kemampuannya sendiri dalam peranan sebagai 3. Jika pemateri belum hadir, isi forum dengan mengevaluasi materi sebelumnya, diskusi,
fasilitator. permainan, atau minta masukan dari peserta. Jangan biarkan forum menjadi vakum
 KESAMAAN DERAJAT. 4. ketukan palu
Setiap anggota pelatihan mempunyai sesuatu yang dapat disumbangkan pada sesama peserta  membuka, menerima dan memulai forum dengan basmalah, 1 x ketukan.
pelatihan dan perlu diberikan kesempatan yang adil untuk melakukan hal itu. Fasilitator perlu  Menutup, mengakhiri dan menyerahkan forum kepada MOT lainnya dengan hamdalah ,
menyadari bahwa dia dapat belajar dari para peserta sebesar apa yang mereka bisa pelajari dari 1 x ketukan
fasilitator.  Kalimat :
“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim forum saya buka”
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH MOT “Dengan mengucapkan alhamdulillahirabbil’alamin forum saya serahkan kepada MOT
1. Memiliki motivasi yang tinggi terhadap perkaderan dan training berikutnya”

1
“Dengan mengucapkan alhamdulillahirabbil’alamin forum saya score sampai pukul…” 1. Latihan Kader -I (Basic Training).
“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim forum saya terima”
 Memiliki kesadaran menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
 Jumlah ketukan :  Mampu meningkatkan prestasi akademis.
“Saya Score sampai pukul …, 2x ketukan  Memiliki kesadaran akan tanggung jawab keummatan dan kebangsaan
“Saya score 2x5 menit” 2x ketukan  Memiliki kesadaran berorganisasi.
“Saya score 1x5 menit” 1x ketukan
Menerima, menyerahkan forum 1x ketukan 2. Latihan Kader -II (Intermediate Training).
 Memiliki kesadaran intelektual yang kritis, dinamis, progresif, inovatif dalam
KADER (A.S. HORNBY) memperjuangkan misi HMI.
Cadre is :
 Memiliki kemampuan manajerial dalam berorganisasi.
 A small group of people
 Who are specially choosen and trained
 For a particular purposes
3. Latihan Kader -III (Advance Training).
 Memiliki kemampuan kepemimpinan yang amanah, fathonah, shiddiq, dan tabligh
PERKADERAN
serta mampu menerjemahkan dan mentransformasikan pemikiran konsepsional dalam
 Usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis selaras dengan pedoman
dinamika perubahan sosial.
perkaderan HMI.
 Memiliki kemampuan untuk mengorganisir masyarakat dan mentransformasikan
 Sehingga memungkinkan seorang anggota HMI mengaktualisasikan potensi dirinya
nilai-nilai perubahan untuk mencapai masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
menjadi seorang kader Muslim-Intelektual-Profesional,
 Yang memiliki kualitas insan cita.
EVALUASI TRAINING
Pembobotan :
TARGET PERKADERAN
 LK-I : Kognitif 30%, Afektif 50%, Psikomotorik 20%
 Terciptanya kader muslim-intelektual-profesional yang berakhlakul karimah.  LK-II : Kognitif 40%, Afektif 30%, Psikomotorik 30%
 Serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh.  LK-III : Kognitif 40%, Afektif 20%, Psikomotorik 40%
 Dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
BE TRAINER MEMPESONA, TERPESONAKAN TRAINER !
TUJUAN TRAINING FORMAL M = Motivator (pemberi motivasi)
1. Latihan Kader-I (Basic Training). E = Entertainer (penghibur)
“Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan peranannya M = Moral Buffer (penyangga moral)
dalam berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai kader umat dan kader bangsa“. P = Personal Identificator (Dapat mengidentifikasi pribadi dan karakter peserta).
E = Educator (pendidik)
2. Latihan Kader-II (Intermediate Training). S = Soft Supervisor (pengawas yang lembut)
“Terbinanya kader HMI yang mempunyai kemampuan intelektual dan mampu mengelola O =Opener Of Mind (pembuka wawasan, dapat membuka wacana dan pola fikir peserta ke arah
organisasi serta berjuang untuk meneruskan dan mengemban misi HMI”. yang lebih luas dan universal).
N = Near Friend (teman dekat)
3. Latihan Kader-III (Advance Training). A = Advisor (penasehat)
“Terbinanya kader pemimpin yang mampu menterjemahkan dan mentransformasikan pemikiran
konsepsional secara profesional dalam gerak perubahan sosial”. T = Teacher (guru)
E = Enlighter (pencerah)
TARGET TRAINING PERJENJANG R = Rewarder (pemberi balasan -reward- atas keberhasilan)

2
K = Key Learner (pembelajar kunci)
A = Artist of Live
N = Norm References (sumber norma)
SISTEM MONITORING, EVALUASI, DAN TEKNIK PERENCANAAN TINDAK LANJUT
 MONITORING Atau TANDUR
Kegiatan yang berfungsi sebagai kontrol terhadap pelaksanaan training yang digunakan untuk
mengevaluasi kegiatan. Tumbuhkan
 Langsung. Minat
Kegiatan monitoring yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang dimonitor atau –
meminjam istilah orde baru – disebut waskat (pengawasan melekat). Rayakan
 Tidak langsung. Alami
Kegiatan monitoring yang dilakukan secara tidak langsung, tetapi dengan cara meminta data
sekunder (laporan kegiatan)
Ulangi Namai
 EVALUASI
Kegiatan yang berfungsi sebagai penilaian terhadap keberhasilan training.
Aspek-aspek yang dievaluasi : Demonstrasikan
 Manajemen Training
 Pemandu (MOT)  MOT hendaknya merayakan keberhasilan peserta/memberikan reward atas keberhasilannya, sekecil
 Instruktur (Penceramah, pemateri) apapun itu, minimal dengan acungan jempol, senyuman, tepuk tangan, ucapan “luar biasa” dan
 Peserta. sebagainya.

 RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)


Perencanaan suatu kegiatan pasca training. METODOLOGI DISKUSI
 Pengelola Latihan
Rencana tindak lanjut yang dilakukan oleh pengelolal latihan pada dasarnya adalah langkah- DISKUSI merupakan kegiatan pertukaran pendapat beberapa orang sehingga dapat menemukan titik
langkah perbaikan terhadap training agar lebih baik. persoalan, kemudian secara bersama-sama memecahkan persoalan tersebut.
 Peserta
Rencana tindak lanjut yang dilakukan oleh peserta pada dasarnya adalah langkah-langkah TUJUAN DARI DISKUSI ATAU SIDANG adalah membawa serangkaian maklum (hal-hal yang
untuk melakukan follow up training. diketahui) kepada rangkaian majhul (yang belum diketahui) untuk membuka ketidaktahuan itu
menjadi sebuah maklumat (putusan) baru.
PENTING !
Dalam memfasilitasi training hendaknya MOT jangan melupakan alur pikir. Sebuah diskusi atau sidang kadang terjatuh dalam permasalahan berputar-putar atau berpanjang-
panjang (tasasul wa daurat). Sebagaimana halnya yang sering terjadi dalam diskusi dan persidangan
Alami yang dilakukan di HMI. Alih-alih adu kekuatan argumentasi, persidangan baik itu di LK, Konfercab,
bahkan kongres lebih menunjukkan aspek adu otot dan suara. Mengapa hal itu terjadi, jawabannya
mudah, sebab hasil diskusi yang keluar bukan melalui kekuatan logika dan melalui proses kerja
Terapkan Ungkapkan akal yang benar.

Sebuah diskusi yang dimuati oleh tuntunan menang-kalah, berhasil-gagal, atau harga diri bukanlah
Simpulkan Analisis diskusi. Sebuah diskusi atau persidangan haruslah lahir dari kesadaran hati dan pemikiran yang

3
jernih, sehingga setiap orang siap menerima konsekuensi kebenaran atau kesalahan dengan jiwa Hukum dari RECENCY : suatu yang dipelajari terakhir merupakan yang paling diingat oleh peserta.
yang besar dan tanggung jawab intelektual. Maka, penting bagi fasilitator untuk :
 Membuat ringkasan sesering mungkin
Beberapa syarat diskusi yang baik :  Pesan-pesan kunci/inti selalu ditekankan lagi di akhir sesi.
1. Berbeda  Membuat kaji ulang (review) di setiap sesi.
Apabila tidak ada perbedaan atau pertentangan maka diskusi tidak perlu ada  Usahakan agar setiap sesi yang diberikan tidak lebih dari 20 menit, jika lebih
2. Lingua Franca (Kerangka Bahasa) fasilitator sebaiknya membagi sesi tersebut ke dalam beberapa bagian, dengan beberapa jeda
Lingua franca berfungsi untuk menentukan “apa” atau batasan yang hendak didiskusikan. Hal (ice breaking), jeda dapat juga digunakan sebagai sesi evaluasi dan review.
sederhana namun kadang membuat diskusi jadi tidak jelas arahannya.  Upayakan agar peserta tetap “sadar” kemana arah dan perkembangan belajar
Berbicara tentang “apa” yang sebetulnya hendak kita diskusikan, sebenarnya kita memberi mereka.
batasan/kerangkeng mengenai materi yang hendak didiskusikan. Batasan inilah yang kita
mengenalnya sebagai definisi. Lalu apa itu defenisi dari defenisi ? Defenisinya defenisii adalah  APPROPRIATENESS (kesesuaian)
proses menyebutkan kelompok (tajdid) dan pembeda sesuatu agar dapat dikenali. Misal ketika Hukum dari appropriateness : pelatihan dan segala sesuatu yang terkait dengannya harus
Anda hendak berdiskusi tentang apa itu sepeda atau marxisme maka Anda harus membuat defenisi disesuaikan dengan kebutuhan peserta. Peserta akan mudah kehilangan motivasi jika fasilitator
sepeda dan marxisme terlebih dahulu. gagal untuk mengupayakan agar materi relevan dengan kebutuhan peserta. Juga fasilitator harus
terus menerus memberi kesempatan kepada peserta untuk mengetahui keterkaitan antara informasi
Sepeda : alat transportasi darat yang beroda dua dan bergerak dengan cara dikayuh. yang baru dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah diperoleh peserta.
Marxisme : hasil pemikiran Karl Marx Maka penting bagi fasilitator untuk :
 Mengidentifikasi kebutuhan peserta dengan jelas.
Alat transportasi darat dan hasil pemikiran adalah kelompok dalam defenisi, sementara beroda  Menggunakan deskripsi, contoh-contoh yang akrab dengan peserta.
dua dikayuh serta Karl Marx adalah pembeda.
 MOTIVATION
3. Kebenaran dan Pembenaran Hukum dari motivation : peserta harus mempunyai keinginan untuk belajar, siap untuk belajar,
Sebagaimana diketahui sebelumnya, bahwasanya alasan manusia berdiskusi adalah gerak fitrah dan mempunyai alasan untuk belajar. Jika fasilitator gagal menggunakan hukum appropriateness
dalam mencapai kesempurnaan, menambah, dan menguji keyakinan untuk terus mendapatkan (kesesuaian), akan membuat materi tidak relevan dengan kebutuhan peserta, sehingga peserta akan
keyakinan yang lebih kuat. Oleh karenanya dapat dipastikan bahwa secara hanif manusia selalu kehilangan motivasi..
mencintai dan mencari kebenaran. Jika “tidak” minimal pembenaran. Sebagaimana contoh dari Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan :
preposisi :  Material harus bermakna dan berharga bagi peserta juga fasilitator.
“Kita tidak akan maju dipimpin Gus Dur, sebab untuk maju saja Gus Dur harus dituntun”. (dikutip  Yang termotivasi bukan hanya peserta, tapi juga fasilitator. Bila fasilitator
dari pernyataan Alvien Lie-nya PAN) tidak termotivasi akan tidak menarik dan bahkan tidak mencapai tujuan yang diinginkan.
Ini adalah pembenaran bukan kebenaran, karena pernyataan pertama (cacat politik) tidak ada  Fasilitator perlu mengidentifikasi satu kebutuhan kenapa peserta datang ke
hubungannya dengan cacat tubuh. Dengan kata lain dalam diskusi ini, Alvien Lie bodoh. pelatihan.

Oleh karena begitu pentingnya mencari nilai benar dalam kehidupan manusia di muka bumi ini,  PRIMACY (menarik perhatian di awal sesi)
maka kebenaran harus mengandung nilai-nilai yang sifatnya antara lain ; universal, argumentatif, Hukum dari primacy : hal-hal yang pertama bagi peserta biasanya dipelajari dengan baik, demikian
ilmiah dan manusiawi. pula dengan kesan pertama.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan :
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA / TRAINING PARTISIPATIF  Karena permulaan sesi sangat penting, maka buatlah ia semenarik mungkin dan
[RAMP2FAME] beri muatan informasi yang penting di dalamnya.
 Yakinkan peserta akan memperoleh hal-hal yang tepat pada saat fasilitator
 RECENCY pertama kali meminta melakukan sesuatu.

4
 2 WAY COMMUNICATION (komunikasi 2 arah) Saya dengar dan saya lupa
Hukum dari 2 WAY COMMUNICATION : proses pelatihan meliputi komunikasi dengan Saya lihat maka saya ingat
peserta, bukan pada peserta. Berbagai bentuk penyajian sebaiknya menggunakan prinsip Saya lakukan dan saya alami maka saya paham
komunikasi 2 arah atau timbal balik. Ini tidak harus bermakna bahwa seluruh materi harus (Confucius, 450 SM)
menggunakan metode diskusi, tetapi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara fasilitator dan
peserta.  EXERCISE (latihan)
Hukum dari latihan : sesuatu yang diulang-ulang adalah yang paling diingat. Yang terbaik adalah
 FEEDBACK (umpan balik) jika fasilitator menambah latihan atau mengulang pelajaran dengan berbagai cara yang berbeda.
Hukum dari feedback : fasilitator dan peserta membutuhkan informasi satu sama lain. Fasilitator Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan :
perlu mengetahui bahwa peserta mengikuti dan tetap menaruh perhatian pada apa yang  Semakin sering peserta mengulang sesuatu, semakin mereka mengingat informasi yang
disampaikan. Waspada, terlalu banyak penguatan negatif kepada peserta mungkin akan diberikan.
menjauhkan fasilitator memperoleh respon yang diharapkan.  Dengan memberikan pertanyaan berulang-ulang kita meningkatkan latihan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan :  Peserta mengulang latihannya sendiri, tetapi mencatat tidak termasuk didalamnya.
 Peserta harus diuji secara berkala untuk umpan balik fasilitator.  Buatlah selalu ringkasan saat menyimpulkan sesi.
 Pada saat peserta ditest, mereka juga harus memperoleh umpan balik tentang Menurut sebuah penelitian peserta akan melupakan ¼ dari yang mereka pelajari
kondisi mereka sesegera mungkin. dalam 6 jam, 1/3 dalam 24 jam dan sekitar 9 % dalam 6 minggu.
 Umpan balik tidak harus positif. Dalam hal ini fasilitator dapat melakukan
dynamic system. LANDASAN TEOLOGIS PERKADERAN HMI
 Perhatikan benar-benar peserta yang memberi umpan balik positif maupun negatif
(melakukan kesalahan). Sesungguhnya ketauhidan manusia adalah fitrah (QS. Ar-Ruum : 30) yang diawali dengan
perjanjian primordial dalam bentuk pengakuan kepada Tuhan sebagai Zat Pencipta (QS. Al-A’raf :
 ACTIVE LEARNING (belajar aktif) 172). Bentuk pengakuan tersebut merupakan penggambaran ketaklukan manusia kepada zat yang lebih
Hukum dari active learning : peserta belajar lebih giat jika mereka secara aktif terlibat proses tinggi. Kesanggupannya menerima kontrak primordial tersebut mendapatkan konsekuensi logis
pelatihan. Ingatkan peserta akan slogan “belajar sambil bekerja”, learning by doing. dengan peniupan ruh Tuhan ke dalam jasad manusia yang pada akhirnya harus
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan : dipertanggungjawabkan terhadap apa yang dilakukannya di dunia kepada pemberi mandat
 Gunakan pelatihan/praktek selama memberikan instruksi. kehidupan.
 Gunakan banyak pertanyaan selama memberikan instruksi. Peniupan ruh Tuhan sekaligus menggambarkan refleksi sifat-sifat Tuhan kepada manusia. Maka
 Sebuah kuis cepat dapat digunakan supaya peserta lebih aktif. seluruh potensi Ilahiyah secara ideal dimiliki oleh manusia. Prasyarat inilah yang memungkinkan
 Jika peserta dibiarkan duduk dalam jangka waktu lama tanpa berpartisipasi atau manusia menjadi khalifah di muka bumi. Seyogyanya tugas kekhalifahan manusia di muka bumi
diberi pertanyaan-pertanyaan, kemungkinan mereka akan mengantuk/kehilangan perhatian. berarti menyebarkan nilai-nilai Ilahiah dan sekaligus menginterpretasikan realitas sesuai dengan
perspektif Ilahiyah tersebut. Namun proses materialisasi manusia melalui jasad menimbulkan
 MULTIPLE-SENSE LEARNING konsekuensi baru dalam wujud reduksi nilai-nilai Ilahiyah. Manusia hidup dalam realitas fisik
Hukum dari Multiple-Sense Learning : belajar akan jauh lebih efektif jika peserta menggunakan yang dalam konteks ini manusia hanya “mengada” (being). Hanya dengan “kesadaran” (cosciousness)-
lebih dari satu indranya. lah manusia menemukan realitas “menjadi” (becoming).
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan : Manusia yang “menjadi” adalah manusia yang mempunyai kesadaran akan aspek transenden
 Jika fasilitator menginformasikan sesuatu kepada peserta, cobalah untuk sebagai realitas tertinggi. Dalam hal ini konsepsi syahadat akan ditafsirkan sebagai monoteisme
menunjukkan dengan baik. radikal. Kalimat syahadat pertama berisi negasi yang seolah meniadakan semua yang berbentuk tuhan.
 Gunakan sebanyak mungkin indera peserta jika itu perlu sebagai sarana Kalimat kedua lalu menjadi affirmasi sekaligus penegasan atas zat Yang Maha Tunggal (Allah).
belajar, tapi jangan sampai lupa sasaran yang ingin dicapai. Menjiwai konsepsi di atas, maka perjuangan kemanusiaan adalah melawan segala sesuatu yang
 Ketika menggunakan multiple-sense learning, fasilitator harus yakin bahwa tidak membelenggu manusia dari yang di-tuhan-kan. Itulah thaghut dalam perspektif Qur’an.
sulit bagi kelompok untuk mendengarkannya, melihat dan menyentuh apapun yang dia Dalam menjalani fungsi kekhalifahannya, maka internalisasi sifat Allah dalam diri manusia harus
inginkan. menjadi sumber inspirasi. Dalam konteks ini tauhid menjadi aspek progresif dalam menyikapi

5
persoalan-persoalan mendasar manusia. Karena Tuhan adalah pemelihara kaum yang lemah (rabbul 1. Master menyampaikan perkembangan training pada instruktur yang akan memberikan
mustadh’afin), maka meneladani Tuhan juga berarti keberpihakan terhadap kaum mustadh’afin. materi, kemudian mempersilahkan mengisi materi apabila waktunya sudah masuk. Bilamana
Pemahaman ini akan mengarah pada pandangan bahwa ketauhidan adalah nilai-nilai yang bersifat Instruktur sudah melewati batas waktu yang ditentukan, Master dapat mengingatkan
transformatif, nilai-nilai yang membebaskan, nilai yang berpihak dan nilai-nilai yang bersifat secara tertulis dan tidak menyolok/mengundang perhatian trainee.
revolusioner. Spirit inilah yang harus menjadi paradigma dalam sistem perkaderan HMI. 2. Selama instruktur berada dalam lokasi maupun luar lokasi Master agar mengesankan
sikap akrab dan ukhuwah Islamiah terhadap instruktur terutama dimata instruktur dan panitia.
KODE ETIK MOT 3. Memanfaatkan waktu yang tersedia untuk berdiskusi (informal) dengan instruktur, baik
 Terhadap diri sendiri segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan perkaderan maupun topik – topik umum yang
1. Pakaian MOT pria adalah : pakaian rapi, kemeja dengan krah, celana dasar, lengkap dengan aktual dan sosial budaya serta akar falsafahnya.
sabuk dan sepatu , serta mengenakan emblim kecil di dada dan muts himpunan. 4. Pada session berikutnya, Master dapat memantapkan materi yang disampaikan oleh
2. Pakaian MOT putri adalah : busana muslimah dengan kerudung menutupi dada, rok dan Instruktur terdahulu tanpa keluar dari pola yang ada. Dalam hal terjadi kekeliruan oleh instruktur
kaus kaki, tidak ketat dan tidak transparan. Memakai sepatu dan perhiasan seperlunya dalam menyampaikan atau menyangkut materi, dapat dilakukan netralisasi tanpa menjatuhkan
saja. Begitu pula make up dengan secukupnya atau berusaha dengan penampilan wajar. instruktur.
3. Sedapat mungkin full time di medan training atau hanya meninggalkan medan training apabila ada  Terhadap Trainee
keperluan penting sekali. Sebelumnya pada saat dihubungi panitia supaya segera memberikan 1. Master menunjukkan rasa penghargaan dan persaudaraan pada trainee, misalnya mulai
kejelasan bersedia atau tidak. Dalam hal telah memberikan kesediaan kemudian berhalangan, agar pada penyebutan nama yang benar, memperhatikan asal-usul, bersabar mengikuti jalan
membantu panitia mencari rekan gantinya. berfikirnya memahami latar belakangnya dan seterusnya.
4. Membawa bahan bacaan/buku (literatur) yang berhubungan dengan kebutuhan training serta Al 2. Master tidak menunjukkan sikap atau tindakan yang membawa kesan pilih kasih. Master
Quran dan terjemahannya. supaya tidak mendatangi asrama trainee putri selama tidak ada alasan yang penting sekali.
5. Seandainya pada saat training berlangsung, “calonnya” sedang berada di medan training, 3. Master cukup menunjukkan senyum atau rasa geli yang wajar kalau menyaksikan
hendaknya tetap bertingkah laku wajar untuk tidak menimbulkan image yang mengganggu tindakan – tindakan trainee yang bersifat lucu, aneh dan sejenisnya.
sosialisasi nilai yang ditawarkan kepada trainers. 4. Master apabila terpaksa menjatuhkan sanksi terhadap trainee, hendaknya dengan cara
mendidik dan tehnik yang tidak berakibat menimbulkan antipati. Sementara Master yang lain
 Terhadap asisten MOT (team master) hendaknya mengimbangi dengan membuat suasana kembali akrab dan bergairah.
1. Tim Master menjaga kerahasiaan kondite/penilaian terhadap trainee, agar tidak diketahui 5. Pada dasarnya Master harus menyesuaikan diri dengan kesepakatan ketertiban trainee
oleh yang tidak bersangkutan, setelah melakukan penghitungan prestasi trainee secara teliti. dan memberi contoh sholat berjamaah maupun aktifitas mesjid lainnya kepada trainee dan
2. Mengadakan pembagian tugas yang seimbang pada setiap session bagi sesama master, panitia.
baik pada pertemuan pra training maupun pada saat training berlangsung. 6. Diskusi (secara informal) dapat dilakukan di luar lokasi dengan trainee yang sifatnya
3. Memimpin kegiatan studi Al Quran (setelah magrib) bagi trainee secara khusus menurut melayani hasrat ingin tahu dari trainee dengan menyesuaikan dengan penggarapan dalam lokasi.
tingkat kemampuannya. Trainee yang sudah faseh dan tajwidnya betul dapat dijadikan asisten 7. Apabila suatu saat di medan training Master “terpikat” secara feeling kepada salah
pada acara tersebut. seorang trainee lawan jenisnya, hendaknya selalu bertindak dewasa sehingga tidak perlu
4. Memilihkan ayat-ayat Al Quran untuk dibacakan pada pembukaan acara, sesuai dengan menunjukkan tingkah laku yang dapat mengundang “pergunjingan” negatif.
konteks / berhubungan langsung dengan materi acara yang akan dimasuki.
5. Mengambil alih tanggung jawab mengisi materi, apabila instruktur yang bertungas  Terhadap Panitia
betul-betul berhalangan sedangkan waktu untuk mencari penggantinya sudah tidak 1. Master selalu berusaha memahami kondisi dan permasalahan yang dihadapinya, dengan
mungkin lagi. memberi bimbingan maupun dorongan–dorongan/penghargaan moril. Gaya berkomunikasi
6. Pada saat selesai training langsung menyelesaikan laporan training secara rapi dan “instruktif” sewajarnya tidak dilakukan, melainkan hanya dengan gaya persuasi, yaitu
lengkap untuk segera dijilid, termasuk laporan evaluasi penilaian terhadap instruktur yang merundingkan persoalan/tugas bersama yang perlu disukseskan.
bertugas. 2. Hal-hal yang menyangkut fasilitas kesekretariatan training (alat tulis kertas dan sejenisnya)
maupun konsumsi yang diperlukan hanya sebatas kemampuan panitia, tidak sampai memberatkan.
 Terhadap Instruktur 3. Menyesuaikan pengaturan acara (di dalam atau di luar lokasi) dengan persiapan teknis yang
selesai dikerjakan Panitia, dengan lebih dulu melakukan pemeriksaan.

6
4. Waktu–waktu yang luang dari panitia dimanfaatkan untuk melakukan diskusi tentang topik Memberi daripada diberi… Mencintai daripada dicintai…
yang bersifat memperdalam persepsi dan wawasan berfikir panitia, baik soal perkaderan maupun
soal umum. Karena dengan menolong aku ditolong
Dengan menghibur aku dihibur…
 Terhadap sesama anggota LPL (korps instruktrur) Dengan memaafkan aku dimaafkan…
1. Rekan anggota Korps Instruktur yang tidak bertugas (formal) dan datang ke medan Dengan memberi aku diberi…
training, diajak untuk ikut mempelajari jalannya training serta tukar fikiran untuk mendapatkan Dengan mencintai aku dicintai
hasil yang maksimal mengatasi kasus-kasus yang timbul.
2. Dalam keadaan situasi training yang memerlukan bantuan untuk mempertahankan Dan dengan mencintai-Mu aku hidup abadi…
target training, maka rekan anggota korps yang berkunjung dapat dimintai bantuan sebagai tenaga
“khusus”. (Iip Wijayanto)

 Terhadap Alumni yang berkunjung


1. Alumni (terutama yang pernah ikut mengelola training) yang berkunjung ke medan training,
kalau mungkin diperkenalkan dengan trainee disertai dialog singkat tanpa merubah manual
training.
2. Terhadap alumni tersebut, Master melakukan diskusi intensif mengenai perkembangan
perkaderan (metode dan teknik yang diterapkan) , serta menginventarisir input pemikiran yang
relevan.

 Terhadap masyarakat
1. Master bertanggung jawab memelihara nama baik Himpunan kepada masyarakat
sekitarnya selama training berlangsung
2. Master mengatur kegiatan – kegiatan yang bersifat pengabdian masyarakat, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang mungkin digarap, di samping mengkomunikasikan Mission
Himpunan pada Tokoh – tokoh masyarakat.



If you are thinking a year ahead, sew a seed,


If you are thinking ten years ahead, plant a tree,
If you are thinking a hundred years ahead, educate the people.

Doa Moral…

Tuhan, Semoga aku lebih ingin menolong


daripada ditolong… Menghibur daripada dihibur…
Memaafkan daripada dimaafkan…

Anda mungkin juga menyukai