A. Uji Asumsi
analisis selanjutnya. Ada tiga macam uji asumsi yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu uji normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas.
1. Uji Normalitas
bantu program komputer SPSS versi 21. Kaidah yang digunakan untuk
mengetahui normal tidaknya data adalah jika nilai p>0,05 maka sebaran
76
77
(p>0,05). Oleh karena nilai signifikansi ketiga data variabel > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa ketiga data yang diuji pada penelitian ini
2. Uji Linearitas
mengetahui apakah tiga variabel yang sudah ditetapkan dalam hal ini,,
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Simpulan data dapat
dikatakan linear apabila memiliki taraf signifikansi linearitas lebih kecil dari
0,05 (p<0,05). Hasil uji linearitas antara variabel partisipasi politik daring
3. Uji Multikolinearitas
dilakukan dengan menguji nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada model
diperoleh hasil bahwa nilai VIF sebesar 1,302 atau < 5, sehingga dapat
multikolinearitas.
B. Uji Hipotesis
1. Hipotesis Mayor
Hipotesis mayor yang akan diuji dalam penelitian ini adalah ada
hubungan antara efikasi politik (X1) dan kepercayaan politik (X2) dengan
bantuan SPSS versi 21. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai
2. Hipotesis Minor
bahwa semakin tinggi efikasi politik mahasiswa, maka semakin tinggi pula
yang dapat ditarik dari hasil tersebut adalah “tidak ada hubungan positif
politik mahasiswa, maka semakin tinggi pula partisipasi politik daring yang
(p<0,05). Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis ini adalah “ada
sehingga hipotesis minor yang kedua yang diajukan dalam penelitian ini
diterima.
3. Koefisien Determinasi
21.0, diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,052. Koefisien ini
C. Analisis Deskriptif
penelitian berada pada kategori rendah yang ditandai dengan skor rata-
rata partisipasi politik daring sebesar 39,10 dan berada pada kategori
rendah.
82
skala diperoleh data skor tertnggi adalah 56 dan skor terendah 14.
berada pada kategori rendah yang ditandai dengan skor mean efikasi
politik yang diperoleh sebesar 36,74 dan berada pada kategori tinggi. Hal
kategori tinggi.
83
berdasarkan skala diperoleh data skor teringgi adalah 104 dan skor
berada pada kategori tinggi yang ditandai dengan skor mean kepercayaan
politik sebesar 69,04 dan berada pada kategori tinggi. Hal ini
kategori tinggi.
D. Pembahasan
(Gallego & Oberski, 2012; Matulessy & Samsul, 2013) dan kepercayaan
dipengaruhi oleh varian lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa tidak ada
korelasi positif antara efikasi politik dengan partisipasi politik daring atau
dalam kata lain, semakin tinggi efikasi politik yang dimiliki oleh
politik daring. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian bahwa
85
memberi pengaruh kedalam sistem politik yang ada serta yakin bahwa
& Samsul, 2013; Hoffman & Thomson, 2009; Karp & Banducci, 2008;
dan perilaku seseorang dalam bidang politik. Individu yang berasal dari
tegaknya nilai-nilai tersebut dalam bidang politik, (4) faktor situasi atau
Rahayu & Wijaya (2017) tentang kasus citra politik calon presiden dan wakil
maupun teman-teman.
atau tema merupakan prediktor kuat terhadap partisipasi politik daring pada
apabila memenuhi tiga persyaratan: (1) isu tersebut dapat ditangkap oleh
warganet, (2) isu tersebut dianggap penting oleh warganet, (3) warganet
negatif. Sejak tahun 1970-an, isu dalam studi dinamika politik dibedakan
87
menjadi dua, yaitu position issues dan valence issues (Yustiningrum &
Ichwanuddin, 2015). Position issues merupakan isu dimana partai atau politisi
mewakili posisi dan memiliki tujuan yang bukan hanya berbeda, tetapi juga
adalah soal pro dan kontra membahas politik di tempat ibadah. Sementara
demokrasi. Selain itu, minat politik (political interest) juga menjadi faktor
politik juga menjadi variabel lain yang dapat memberi pengaruh terhadap
dikemukakan oleh Helal & Abo Hamza (2015) bahwa efikasi politik bukan
berada pada kisaran mean 36,74 dan masuk dalam kategori tinggi.
mahasiswa tinggi sebagai pengaruh dari tingkat efikasi politik yang tinggi
ketiadaan kendali yang dapat dipegang oleh generasi muda ini tidak
melalui media virtual tidak akan membuat perubahan pada negara, namun
mereka juga akan berpikir bahwa perubahan negara tidak akan terjadi,
ditolak, antara lain alat ukur yang kurang valid, teori untuk penyusunan
oleh peran efikasi politik didalamnya bersumber dari teori dan hasil
maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi politik daringnya. Begitu pun
oleh faktor kepercayaan politik yang tinggi pula (Wahyudi, et al., 2013;
yang dihasilkan oleh sebuah sistem, seperti politisi, institusi, dan sistem
tinggi terhadap perubahan sosial politik yang lebih baik bagi masyarakat.
dilakukan untuk memberi respon atau reaksi atas kondisi tertentu (realitas
melalui internet, debat atau diskusi terbuka dengan para pengguna media
politik, dan ekonomi global secara moderat (Antara, 2015). Banyak politisi
mereka, baik dalam jangka panjang dan pendek, melalui komunikasi atau
atau Instagram.
generasi muda sangat menyukai prototipe politisi yang memiliki etos kerja
tinggi dan tidak banyak berbicara. Hal tersebut dicontohkan melalui figur
Kamil, Sri Mulyani, dan lain sebagainya. Akan tetapi, responsivitas aktor
(Antara, 2015).
93
Hasil penelitian ini secara tidak langsung sesuai dengan apa yang
sikap terhadap institusi atau sistem politik. Sikap merupakan konsep yang
dibentuk oleh tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan perilaku. Dalam
penilaian tentang objek sikap tadi (Wibowo, 2012). Dalam hal ini,
partisipasi politik.
1) Alat ukur yang digunakan hanya angket atau skala, sehingga kurang
2) Jumlah skala yang terdiri dari tiga macam skala menyebabkan subjek
3) Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala yang disusun oleh
kemampuan peneliti.