Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara

kecerdasan emosional dan learning organization PT. Daya Beton Mandiri. Sampel

dalam penelitian ini adalah karyawan 2020/2021 berjumlah 61 orang.

Deskripsi data penelitian yang menggambarkan data dari jawaban

responden mengenai hubungan kecerdasan emosional dan learning organization

PT. Daya Beton Mandiri yang dihitung menggunakan bantuan program SPSS

25.00 for Windows dapat dilihat pada tabel berikut ini:

a. Kecerdasan emosional

Hasil analisis distribusi frekuensi untuk variabel kecerdasan emosional

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Kecerdasan Emosional

Interval Kecenderungan Skor Kategori F Persentase


X ≥ M + 1,5 SD ≥ 17 Sangat Tinggi 17 27,9%
M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD 15 – 17 Tinggi 25 21,4%
M – 0,5 SD < X < M + 0,5 SD 14 – 15 Sedang 25 21,4%
M – 1,5 SD < X < M – 0,5 SD 25 – 14 Rendah 25 21,4%
X ≤ M – 1,5 SD ≤ 25 Sangat Rendah 5 8,2%
Total 61 100%

Berdasarkan tabel di atas terdapat 17 karyawan dengan presentase 27,9% memilih

tingkat kecerdasan emosional yang sangat tinggi, 25 karyawan dengan presentase 21,4%

memilih tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, 25 karyawan dengan presentase

21,4% memilih tingkat kecerdasan emosional yang sedang, 25 karyawan dengan

presentase 21,4% yang memilih tingkat kecerdasan emosional yang rendah dan 5

karyawan dengan persentase 8,2% memilih tingkat sangat rendah. Maka berdasarkan data

di atas diperoleh presentase kecerdasan emosional tertinggi yaitu 27,9% berada pada
1
kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional karyawan di PT. Daya

Beton Mandiri Samarinda tergolong sangat tinggi dengan jumlah karyawan 21 orang.

b. Learning Organization

Berdasarkan hasil uji deskriptif dapat diketahui bahwa dari variabel learning

organization diperoleh nilai Mean (rata-rata) 100.75, Std. Deviation 12.362. Selanjutnya

dilakukan pengkategorian jumlah skor pada skala lima dalam bentuk tabel 8 sebagai

berikut:

Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Learning Organization


Interval Kecenderungan Skor Kategori F Persentase
X ≥ M + 1,5 SD ≥ 286 Sangat Tinggi 4 5,7%
M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD 162 – 286 Tinggi 21 33,2%
M – 0,5 SD < X < M + 0,5 SD 39 – 162 Sedang 19 33,0%
M – 1,5 SD < X < M – 0,5 SD 84 – 39 Rendah 7 12,3%
X ≤ M – 1,5 SD ≤ 84 Sangat Rendah 10 16,4%
Total 61 100%

Berdasarkan tabel di atas terdapat 4 karyawan dengan presentase 5,7% memilih

tingkat learning organization yang sangat tinggi, 21 karyawan dengan presentase 33,2%

memilih tingkat learning organization yang tinggi, 19 karyawan dengan presentase

30,0% memilih tingkat learning organization yang sedang, 7 karyawan dengan

presentase 12,3% yang memilih tingkat learnin

g organization yang rendah dan 10 karyawan dengan presentase 16,4% yang

memilih tingkat learning organization yang sangat rendah. Maka berdasarkan data di atas

diperoleh presentase learning organization tertinggi yaitu 33,2% berada pada kategori

tinggi. Dapat disimpulkan bahwa learning organization karyawan di PT. Daya Beton

Mandiri Samarinda tergolong tinggi dengan jumlah karyawan 21 orang

2
2. Uji Prasyarat Analisis

Analisis data dilakukan dengan menggunakan korelasi. Sebelum melakukan

analisis data untuk mencari pengaruh antar variabel yang dipakai untuk

penelitian,dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi: uji linieritas dan uji

normalitas. Pelaksanaan uji prasyarat analisis dilakukan dengan SPSS 25.00 for

Windows.

3. Uji Linieritas

Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat linier atau tidak. Kriteria pengujian linieritas adalah jika

nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05, maka hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat adalah linier. Hasil rangkuman uji linieritas disajikan berikut ini:

Tabel 6. Hasil Uji Linieritas

Variabel Sig. Keterangan


X Y 0,000 Linier
Sumber: Hasil SPSS25.00 for Windows 2012

Hasil uji linieritas pada tabel di atas dapat diketahui bahwa semua variabel

memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (sig<0,05), hal ini

menunjukkan bahwa semua variabel penelitian adalah linier.

4. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah sampel yang

diselidiki berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujian normalitas adalah

jika nilai taraf signifikan lebih besar 0,05 (P>5%) maka dinyatakan berdistribusi

normal. Hasil rangkuman ji normalitas disajikan berikut ini:

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas

Variabel Sig Keterangan


Kecerdasan emosional 0,000 Normal
Prestasi belajar 0,167 Normal
Sumber: Hasil SPSS for Windows 2012

3
5. Hasil Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara

kecerdasan emosional nyaring dengan Learning Organization Karyawan PT.

Daya Beton Mandiri Samarinda. Analisis data yang dilakukan untuk pengujian

hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis kolerasi. Di bawah ini akan dibahas

hasil analisis kolerasi yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS 25.00

for windows.

6. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dengan menggunakan rumus korelasi rxy bertujuan untuk

membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional

nyaring dengan Learning Organization Karyawan PT. Daya Beton Mandiri

Samarinda. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur koefisien kolerasi antara dua

variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkap kolerasi atau hubungan

antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Penjelasan hasil analisis

korelasi dengan menggunakan rumus korelasi rxy adalah sebagai berikut:

Hasil korelasi disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Rangkuman Hasil Korelasi Kecerdasan emosional

Dengan Learning Organization

Variabel Rhitung rtabel Sig.


X Y
0,744 0,254 0,000
Sumber: Hasil SPSS 25.00 for Windows 2012

Hasil uji korelasi antara variabel yang satu dengan variabel yang lain r hitung

sebesar 0,744 dan r tabel 0,254 dengan tingkat signifikansi 0,000, karena r hitung >

rtabel (0,744>0,254), hipotesis yang bahwa “Ada hubungan yang signifikan antara

kecerdasan emosional dengan Learning Organization” terbukti”.

4
B. Pembahasan

Menurut hasil penelitian yang telah diuraikan pada sub sebelumnya diketahui

bahwa terdapat pengaruh positif kecerdasan emosional (X) terhadap learning

organization (Y) pada karyawan PT. Daya Beton Mandiri Samarinda. Hasil analisis

menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Jumlah pengaruh yang

diberikan kecerdasan emosional terhadap learning organization adalah sebesar 55,3%

dalam hal ini learning organization dipengaruhi oleh kecerdasan emosional.

Pada dasarnya iklim emosional sangat mempengaruhi dinamika organisasi seperti

ide/gagasan dan kreativitas, kesiapan dan kemampuan beradaptasi untuk berubah, dan

fasilitasi proses pembelajaran. Oleh karena itu kecerdasan emosional mempengaruhi

kinerja, baik individu itu sendiri maupun organisasi. Ada dimensi-dimensi kecerdasan

emosional di mana keterampilan dasar kecerdasan emosional akan menjadi lebih penting

dalam kerja sama, dalam membantu orang untuk belajar bersama dengan cara bekerja

lebih efektif. Sebagai pengetahuan layanan berbasis dan modal intelektual menjadi lebih

penting bagi perusahaan, meningkatkan cara kerja orang bersama-sama akan menjadi

cara utama untuk memanfaatkan modal intelektual, membuat perbedaan kompetitif yang

kritis. 

Karyawan yang cerdas secara emosional cenderung menginginkan hasil yang

bermanfaat bagi orang lain dan juga diri mereka sendiri (Schutte, 2001). Oleh karena itu,

learning organization lebih efektif jika didukung oleh kecerdasan emosional karyawan

dalam batas operasi yang jelas (Scott-Ladd dan Chan, 2004). Berbagai dimensi

kecerdasan emosional akan mempengaruhi kemampuan karyawan untuk berhasil

mengelola perubahan dan mempengaruhi perilaku mereka selama perubahan dan

kesadaran emosi serta manajemen emosional berkontribusi terhadap learning

5
organization (Jordan, 2004). Tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi memiliki

reputasi untuk memberikan kontribusi yang besar terhadap hasil kinerja yang lebih tinggi

dan hubungan antar kelompok, dan merupakan prasyarat untuk learning organization

(Dissanayaka, 2011).

Kecerdasan emosional yang dimiliki dalam penelitian ini disebabkan karena

karaywan mampu mengendalikan diri terhadap emosi, memiliki rasa empati terhadap

rekan kerja dan juga inovatif dalam mencari solusi permasalahan, hal tersebut sejalan

dengan penelitianyang dilakukan oleh Singh (2007) yang studinya menggunakan

kecerdasan emosional sebagai variabel independen dan pembelajaran organisasi sebagai

variabel dependen, kecerdasan emosional karyawan adalah positif dan secara signifikan

terkait dengan proses pembelajaran organisasi. Lebih lanjut ia menyimpulkan bahwa

karyawan yang memiliki tingkat kecerdasan emosional di atas rata-rata dan proses

pembelajaran organisasi dicirikan oleh inovasi, implementasi, dan keberlangsungan ide-

ide baru, proses, struktur, dan sebagainya lebih dari memuaskan. Penelitian Singh (2007)

menunjukkan bahwa menerapkan kecerdasan emosional mendukung para manajer dan

karyawan untuk mengidentifikasi dan mengetahui emosi mereka dan mengatur hubungan

dengan diri sendiri dan orang lain. Karyawan yang meningkatkan keterampilan

kecerdasan emosional mereka, akan memperkuat kapasitas dan produktivitas

pembelajaran mereka di tempat kerja.

Berdasarkan analisa deskriptif kecerdasan emosional diketahui karyawan memiliki

persepsi positif terhadap kemampuan diri dan emosi mereka. Hal ini menunjukkan para

karyawan memandang diri mereka sudah cukup mampu dalam mengendalikan diri, emosi

dan juga aspek-aspek yang ada dalam kecerdasan emosional. Sehingga tidak mengalami

kesulitan saat terlibat di dalam perusahaan dan terus menerus berupaya menciptakan

6
sesuatu yang benar-benar mereka inginkan dengan cara mengubah sistem secara efektif,

meningkatkan kapasitas dirinya, mentransfer pengetahuan yang diperolehnya sehingga di

antara para karyawan selalu terjalin belajar bersama, berani mengambil resiko dalam

menciptakan dan mencoba sesuatu yang baru, serta secara bersama mengubah perilaku

dalam merefleksikan pengetahuan dan pemahamannya.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moshabaki &

Shojaei (2010) dalam studi mereka yang meneliti mengenai hubungan kecerdasan

emosional manajer dan iklim organisasi dengan learning organization menyatakan bahwa

hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional manajer dan iklim

organisasi dengan learning organization. Rafiq (2011) dalam penelitiannya pada 200

karyawan dari beberapa bank swasta Islamabad/Rawalpindi mendeteksi hubungan positif

yang signifikan antara kecerdasan emosi, kemampuan learning organization dan

dimensinya dan menyatakan bahwa karyawan yang cerdas secara emosional

memfasilitasi kemampuan learning organization.

Berdasarkan analisa deskriptif learning organization diketahui karyawan memiliki

persepsi positif terhadap keinginan untuk terus menerus memperluas kemampuan mereka

dan terus menerus belajar akan hal baru guna menghadapi perubahan lingkungan demi

mencapai kesuksesan diri dan organisasi. Sejalan dengan Dissanayaka (2011) dalam

penelitiannya pada 70 karyawan tingkat manajerial bank domestik Sri Lanka menyatakan

bahwa karyawan memiliki tingkat kecerdasan emosional di atas rata-rata dan proses

learning organization ditandai oleh inovasi, implementasi, dan keberlangsungan yang

banyak memuaskan. Penelitian tersebut menggambarkan bahwa kecerdasan emosional

berhubungan positif dan signifikan dengan learning organization. Hal tersebut tentunya

diharapkan dapat menciptakan kesuksesan pula bagi organisasi itu sendiri.

7
8

Anda mungkin juga menyukai