Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENGANTAR BISNIS

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
1 September, 2022

Nama : Yuni amelda cantika warapsari


Nim : 220904501008
Kelas : 02 B
SOAL
Carilah kasus atau situasi terkait dengan kondisi pada salah satu perusahaan perusahaan milik
pemerintah. Kasus tersebut meliputi;

• Kondisi bisnisnya
• Kondisi karyawannya
• Kondisi produk/usahanya
• Kondisi keuangannya

PT. PERTAMINA
Pertamina adalah perusahaan milik negara (BUMN) terbesar di Indonesia dalam hal pendapatan
dan labanya. Perusahaan ini aktif di sektor hulu dan hilir industri minyak dan gas. Sektor hulu
meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas dan energi panas bumi, sementara kegiatan hilir
mencakup pengolahan, pemasaran, perdagangan dan pengiriman.

Situasi PT. Pertamina pada pandemi covid 19


1. Kondisi bisnis PT. Pertamina pada saat pandemi covid 19
Pada kasus covid 19 PT. Pertamina menjadi salah satu perusahaan yang mendapatkan dampak
negatif yaitu menurunnya produksi minyak Indonesia dalam beberapa tahun terakhir yang juga
merefleksikan kinerja Pertamina. Meskipun perusahaan ini yang melalui anak usahanya yaitu
Pertamina EP - mengelola lebih dari 141,000 km persegi konsesi ladang minyak dan gas di seluruh
negeri, akan tetapi rasio produksinya per kilometer persegi masih rendah dibandingkan dengan
perusahaan minyak lain yang aktif di Indonesia, yang menunjukkan pertamina kurang optimal
dalam pemanfaatan cadangan minyaknya.
Sebagai bentuk untuk membangun kembali namanya sebagai pemain minyak & gas yang
berpengaruh bahkan sampai di global, Pertamina telah mengubah fokusnya untuk merangsang
pertumbuhan melalui belanja modal yang besar selama beberapa tahun ke depan. Perusahaan
berusaha memperoleh hak eksplorasi blok minyak baru di luar negeri di Timur Tengah, Thailand,
Burma dan Vietnam yang sudah memiliki blok di Sudan, Qatar, Irak, Malaysia, Australia dan Libya
serta meningkatkan produksi blok minyak dalam negeri dengan menggunakan teknologi yang
lebih canggih serta dengan mengakuisisi blok baru ataupun yang sudah ada.
Pertamina sukses melakukan transformasi dengan membentuk Holding Migas dengan 6
Subholding, yakni Subholding Upstream, Subholding Refining and Petrochemical, Subholding
Commercial and Trading, Subholding Gas, Subholding Integrated Marine Logistics, dan
Subholding New and Renewable Energy. Sepanjang tahun 2020, PT Pertamina (Persero) telah
melakukan berbagai upaya menghadapi tantangan dampak pandemi yang mempengaruhi
penurunan permintaan BBM, harga minyak dunia, serta nilai tukar Rupiah. Melalui implementasi
transformasi, efisiensi, dan akuntabilitas secara konsisten, pertamina berusaha adaptif sehingga
dapat menjaga kelancaran operasional, termasuk menjalankan penugasan Pemerintah, serta
mempertahankan kinerja keuangan yang positif pada akhir tahun.

Pertamina menetapkan anggaran belanja modal perusahaan (Capital Expenditure/Capex)


mencapai USD 10,7 miliar pada tahun 2021 atau dua kali lipat dari prognosa realisasi Capex tahun
lalu yang senilai USD 4,7 miliar. Dari total USD 10,7 miliar, 46% bagian tersebut akan
didedikasikan untuk kegiatan hulu migas sebagai upaya memastikan peningkatan produksi serta
cadangan migas sehingga dapat berdampak pada penurunan impor minyak mentah
nasional. 36% lainnya akan dialokasikan untuk melanjutkan pengembangan kilang & petrokimia,
sedangkan 18% akan diserap untuk kegiatan bisnis lainnya, termasuk melanjutkan
pengembangan energi baru dan terbarukan.

2. Kondisi karyawan PT. Pertamina pada saat pandemi covid 19

PT. Pertamina terus konsisten menjamin ketersediaan energi sampai ke seluruh pelosok negeri
di tengah pandemi Covid-19 demi menjaga ketersediaan bahan bakar minyak, elpiji (LPG), dan
gas bumi bagi masyarakat, termasuk berbagai penugasan seperti program BBM 1 Harga.

Untuk menjamin hal tersebut, Pertamina tetap mengoperasikan aktivitas hulu migas sampai
hilir dan distribusi, bersama-sama dengan 1,2 juta orang tenaga kerja baik dari Pertamina mitra
bisnis di seluruh ekosistem bisnis proses Pertamina. Sehingga harus menghadapi tekanan bisnis
yang berat sepanjang pandemi, Pertamina berusaha untuk tidak melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK), tatkala perusahaan migas global lainnya maupun industri lain melakukan
PHK besar-besaran.
Pandemi Corona memberikan dampak negatif terhadap semua sektor industri, tak terkecuali
kepada PT. Pertamina (Persero). Perusahaan milik negara ini pun menjalankan banyak strategi
agar tidak mengambil kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) seperti yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan lain.
3. Kondisi produk/usaha PT. Pertamina pada saat pandemi covid 19

Di tengah tantangan pandemi COVID-19 yang melanda dunia di tahun 2020, PT Pertamina
(Persero) optimis dan tetap konsisten menjaga operasional perusahaan serta ketahanan energi,
sehingga dapat mencapai target kinerja yang positif di akhir tahun. Pada tahun 2020 Pertamina
menghadapi triple shock yakni penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi
BBM di dalam negeri serta pergerakan nilai tukar dollar yang berdampak pada rupiah sehingga
terjadi selisih kurs yang cukup signifikan.

Optimisme Pertamina untuk mencapai kinerja positif di akhir tahun 2020 terlihat dari
keberhasilan pencapaian kinerja positif pada laba operasi di bulan Juni 2020 sebesar USD 443
juta dan EBITDA sebesar USD 2,61 milyar yang menunjukkan kegiatan operasional Pertamina
tetap berjalan dengan baik. Pertamina telah melakukan sejumlah inisiatif untuk perbaikan
internal dengan tetap melakukan penghematan sampai 30%. Tak hanya itu, Pertamina juga
melakukan skala prioritas rencana investasi, renegosiasi kontrak eksisting serta refinancing untuk
mendapatkan biaya bunga yang lebih kompetitif.

Dalam rangka pemenuhan energi nasional, Pertamina terus menggenjot kegiatan pengolahan,
terutama produksi BBM yang lebih berkualitas dan lebih ramah lingkungan. Kilang langit biru
yang telah beroperasi lebih dari satu tahun telah terbukti dapat meningkatkan produksi BBM
jenis Pertamax sehingga menurunkan impor mencapai USD 700 juta per tahun. Pada tahun 2021
Pertamina menargetkan produksi listrik sebesar 4,5 ribu GwH melalui pengembangan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg). Pertamina juga melanjutkan peran dalam ekosistem
baterai Electric Vehicle serta pengembangan DME.

4. Kondisi keuangan PT. Pertamina pada saat pandemi covid 19

Meski sepanjang tahun 2020 seluruh sektor ekonomi global dan industri minyak dunia
terdampak kondisi pandemi Covid-19, dibarengi dengan menurunnya kebutuhan energi dan
anjloknya harga minyak dunia, PT Pertamina berhasil mencatat kinerja keuangan yang positif
pada tahun 2020 dengan mampu mencetak laba bersih konsolidasian (Audited) sebesar USD1,05
Miliar atau sekitar Rp15,3 triliun.

Kinerja keuangan positif tersebut juga ditunjukkan dengan EBITDA sebesar USD7,6 Miliar
dengan EBITDA Margin 18,3%. Hal ini menunjukkan kondisi keuangan Pertamina aman dan
mampu bertahan di tengah krisis ekonomi global. Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia,
Pertamina melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja, sesuai dengan arahan
Menteri BUMN, yaitu melakukan transformasi, optimasi, efisiensi, dan akuntabilitas secara
konsisten di seluruh lini perusahaan sehingga pendapatan konsolidasian di akhir 2020 dapat
mencapai USD41,47 Miliar.
Sementara itu, pendapatan dari penjualan ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak
oleh Pertamina pada 2020 senilai US$ 3,83 miliar atau mengalami kenaikan 5,76% dari US$ 3,62
miliar pada 2019. Penurunan pada total pendapatan Pertamina juga terjadi karena penggantian
biaya subsidi dari pemerintah yang pada 2020 hanya US$ 3,42 miliar. Penggantian tersebut
tercatat mengalami penurunan 29,68% dibandingkan 2019 yang mencapai US$ 4,87 miliar. Meski
total pendapatan turun, Pertamina mampu mencatatkan jumlah beban pokok penjualan dan
beban langsung pada 2020 senilai US$ 34,51 miliar. Beban yang menggerus profitabilitas
Pertamina tersebut, turun hingga 25,99% dibandingkan 2019 senilai US$ 46,63 miliar Alhasil, laba
bruto Pertamina pada 2020 tercatat senilai US$ 6,95 miliar. Pada tahun 2020, Pertamina
mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 41,47 miliar, turun 24,33% dibandingkan tahun
2019 sebesar US$ 54,79 miliar. Namun, perseroan berhasil menekan beban usaha lebih besar
lagi, yakni menjadi US$ 34,52 miliar atau turun 25,97% dari tahun 2019 sebesar US$ 46,63 miliar.
Dengan demikian, Pertamina berhasil membukukan laba bersih US$ 1,05 miliar. Capaian laba
tersebut turun 58% jika dibandingkan 2019 yang mencapai US$ 2,5 miliar. Kinerja keuangan
positif tersebut juga ditunjukkan dengan realisasi EBITDA sebesar US$ 7,6 miliar dengan EBITDA
margin 18,3%. Hal ini menunjukkan kondisi keuangan Pertamina aman dan mampu bertahan di
tengah krisis ekonomi global.

Pertamina adalah perusahaan milik negara (BUMN) terbesar di Indonesia dalam hal pendapatan dan
labanya

Anda mungkin juga menyukai