Anda di halaman 1dari 3

4 KATEGORI DAM HAJI BESERTA

JENIS PELANGGARANNYA
Imam An-Nawawi menyebutkan empat kategori dam haji bagi jamaah yang melanggar
larangan ihram. Hal ini sebagaimana jumlah ringkasan dam yang disebutkan An-
Nawawi dalam kitabnya dengan mengutip pendapat Imam Rafi’i.

Empat kategori ini adalah tartib dan taqdir; tartib dan ta’dil; takhyir dan ta’dil; serta
takhyir dan ta’dil.

Dengan pembagian seperti di atas, Imam Rafi‘i ingin memberikan kemudahan bagi kita
untuk mengetahui mana yang tartib dan mana yang takhyir. Serta mana yang taqdir dan
mana yang ta’dil.
‫مفعىن الرتتيب انه جيب ادلم وال جيوز العدول إىل غريه إال إذا جعز عنه ومعىن التخيري انه جيوز‬
‫العدول إىل غريه‬
“Makna tartib adalah bahwa diharuskan bagi jamaah haji (yang melanggar larangan)
untuk membayar denda dan tidak diperbolehkan menggantinya dengan denda lain yang
setara kecuali orang tersebut tidak mampu membayarnya. Sedangkan makna takhyir
adalah boleh mengganti dengan denda lain yang setara.”

‫مفعىن التقدير ان الرشع قدر البدل املعدول إليه ترتيبا أو ختيريا أي مقدرا ال يزيد وال ينقص ومعىن‬
‫التعديل انه امر فيه ابلتقومي والعدول إىل غريه حبسب القمية‬
“Makna taqdir adalah sesungguhnya syariat telah menetapkan denda pengganti yang
setara, baik secara berurutan maupun dengan memilih, yakni taqdir bisa juga berarti
telah ditetapkan dendanya tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Sedangkan makna
ta’dil adalah bahwasanya syariat memerintahkan untuk mencari denda lain dengan
takaran yang setara berdasarkan nilai (harga).”

Penjelasan keempat kategori dam atau denda tersebut sebagai berikut.

Pertama, Tartib dan Taqdir.

Yakni menyembelih seekor kambing. Jika tidak mampu atau tidak menemukan kambing
untuk disembelih, bisa digantikan dengan berpuasa 10 hari, dengan ketentuan 3 hari
dilaksanakan selama pelaksanaan ibadah haji dan 7 hari sisanya dilaksanakan di
kampung halaman. Jika tidak sanggup untuk berpuasa, baik dengan alasan sakit atau
alasan syar’i yang lain, maka bisa digantikan dengan membayar 1 mud/hari (1 mud=
675 gr/0.7 liter) seharga makanan pokok.

Dam kategori pertama ini diperuntukkan bagi jamaah haji yang melakukan haji
tamattu’, haji qiran, dan beberapa pelanggaran wajib haji seperti: tidak berniat (ihram)
dari miqat makani, tidak mabit di Muzdalifah tanpa alasan syar’i, tidak mabit di Mina
tanpa alasan syar’i, tidak melontar jumrah dan tidak melaksanakan thawaf wada.
Kedua, Tartib dan Ta’dil.

Yaitu jika seorang muhrim melakukan hubungan suami-istri sebelum tahallul awal
(dalam ibadah haji) serta sebelum seluruh rangkaian umrah selesai (dalam ibadah
umrah).

Adapun dendanya adalah menyembelih seekor unta. Jikalau tidak mampu, maka boleh
diganti dengan menyembelih seekor sapi atau lembu. Dan jika tidak mampu, diganti
dengan menyembelih 7 ekor kambing. Jika masih tidak mampu, maka diganti dengan
memberi makan fakir miskin senilai seekor unta. Bila masih juga tidak mampu, maka
diganti dengan berpuasa sebanyak hitungan mud (1 mud/75 gr/0.7 liter per hari) dari
makanan yang dibeli seharga seekor unta.

Denda ini harus ditunaikan sejak pelanggaran terjadi dengan ketentuan semua amalan
haji/umrahnya tetap harus diselesaikan. Tetapi diwajibkan mengulang haji/umrahnya
karena haji/umrahnya tidak sah.

Seorang muhrim yang tertahan (gagal) melaksanakan haji karena suatu halangan yang
merintangi di tengah jalan setelah ia berihram juga termasuk kategori palanggaran ini.

Sedangkan dendanya adalah menyembelih seekor kambing dan langsung menggunting


rambut sebagai tahallul atas ihramnya. Jika tidak mampu, bisa diganti dengan memberi
makan kepada fakir miskin senilai harga kambing. Jika itu juga tidak mampu, maka bisa
juga diganti dengan berpuasa sebanyak hitungan jumlah mud (1 mud/675 gr/0.7 liter per
hari) yang dibeli dengan harga seekor kambing. Denda ini dilaksanakan di tempat ia
tertahan atau setelah kembali ke kampung halaman.

Ketiga, Takhyir dan Ta’dil.

Yakni denda untuk muhrim yang berburu/membunuh binatang buruan ketika berada di
Tanah Haram atau Halal setelah ihram; atau muhrim yang menebang atau mencabut
pepohonan di Tanah Haram Mekah (kecuali pepohonan yang sudah kering).

Denda ketiga ini boleh dengan memilih salah satu dari denda berikut: menyembelih
binatang yang sebanding dengan binatang yang diburu; memberi makan dengan nilai
harga binatang yang sebanding dan dibagikan kepada fakir miskin Mekah; atau
berpuasa sejumlah bilangan mud yang senilai dengan binatang sebanding (1 mud/675
gr/0.7 liter = 1 hari).

Keempat, Takhyir dan Taqdir.

Yakni pelanggaran berupa membuang/mencabut/menggunting rambut atau bulu dari


anggota tubuh; memakai pakaian yang dilarang dalam ihram (pakaian yang berjahit,
topi dan beberapa pakaian dilarang lain); atau mengecat/memotong kuku dan memakai
wangi-wangian.
Adapun denda keempat ini juga diperbolehkan memilih salah satu dari denda berikut:
menyembelih seekor kambing; atau bersedekah kepada 6 orang fakir miskin (tiap orang
2 mud); atau berpuasa 3 hari.
Bagi jamaah yang melakukan perkosaan, percumbuan atau melakukan hubungan suami
istri selepas tahallul awal juga termasuk kategori pelanggaran dam keempat. Sedangkan
dendanya bisa dengan menyembelih seekor unta; atau bersedekah seharga seekor unta;
atau berpuasa sebanyak hitungan setiap mud makanan yang dibeli seharga satu ekor
unta.

Anda mungkin juga menyukai