Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA


PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR :

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI SERTA SEDASI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA PROVINSI JAWA BARAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA


PROVINSI JAWA BARAT
Menimbang ; 1. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit perlu adanya kebijakan mengenai layanan anestesia
dan layanan sedasi.
2. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit perlu adanya kebijakan mengenai pelaku sedasi selain
dokter anestesi.
3. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu standar pelayanan
anestesia perlu adanya kebijakan mengenai layanan
persiapan anestesia sebagai acuan bagi tenaga anestesi
dalam memberikan layanan.
4. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu standar pelayanan
anesthesia perlu adanya kebijakan mengenai layanan
anestesia pada kedaruratan.
5. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu standar pelayanan
anestesia perlu adanya kebijakan mengenai indikator medis
anestesia sebagai peringatan bagi tenaga anestesi dalam
memberikan layanan bila hasil analisis data terdapat indikasi
mengenai kemungkinan adanya masalah dalam pelayanan
medis.
6. Bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan staf rumah sakit
yang bermutu perlu adanya kebijakan mengenai rekurtmen
Staf Anestesiologi.
7. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam poin 1 sampai 5 perlu ditetapkan dengan suatu surat
keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan
Kerja Provinsi Jawa Barat.
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktek
Kedokteran Peraturan Menteri.
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


3. Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
779/Menkes/SK/VIII/2008 tanggal19 Agustus 2008 tentang
Standar Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi Rumah
Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/MENKES/PER/III/2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif di Rumah Sakit
6. Keputusan mentri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/251/2015 tentang PedomanNasional
Pelayanan Kedokteran Anestesiologi dan Terapi Intensif
Menetapkan :

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KESEHATAN KERJA PROVINSI JAWA BARAT TENTANG
PELAYANAN ANESTESI SERTA SEDASI DI RUMAH SAKIT
Kesatu : UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA PROVINSI JAWA
BARAT.

Memberlakukan kebijakan Pelayanan Anestesi Di Rumah Sakit


Umum Daerah Kesehatan Kerja Provinsi Jawa Barat
sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini dan lampiran
Kedua :
tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Kebijakan ini dijadikan acuan untuk Pelayanan Anestesi di


Ketiga : Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja Provinsi Jawa
Barat.

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan
dilakukan perbaikan dan perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :
Bandung
Pada Tanggal :

DIREKTUR
RSUD KESEHATAN KERJA
PROVINSI JAWA BARAT
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

drg. Tintin Farihatini, M.Sc.P.H


NIP. 19660801 199403 2 008

LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD KESEHATAN KERJA


NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI DI RSUD
KESEHATAN
KERJA

PANDUAN PELAYANAN ANESTESI SERTA SEDASI

1. Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tindakan medis yang dilakukan
oleh dokter spesialis anestesiologi dalam kerja sama tim meliputi penilaian pra
operatif (pra-anestesia), intra anestesia dan pasca anestesi serta pelayanan lain
sesuai bidang anestesiologi antara lain terapi intensif, gawat darurat dan
penatalaksanaan nyeri.
2. Tim pengelola pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tim yang
dipimpin oleh dokter spesialis anestesiologi dengan anggota dokter peserta
program pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan/atau dokter lain dan
perawat anestesi dan/atau perawat.
3. Dokter spesialis anestesiologi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui
atau lulusan luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Izin Praktek (SIP).
4. Dokter lain yaitu dokter spesialis lain dan/atau dokter yang telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan di bidang anestesiologi atau yang telah bekerja di
pelayanan anestesiologi dan terapi intensif minimal 1 (satu) tahun.
5. Kepala Instalasi Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah seorang dokter yang
diangkat oleh Kepala Rumah Sakit.
6. Perawat anestesi adalah tenaga keperawatan yang telah menyelesaikan
pendidikan dan ilmu keperawatan anestesi.
7. Perawat adalah perawat yang telah mendapat pelatihan anestesia.
8. Kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan perawat anestesi dan perawat dalam
ruang lingkup medis dalam melaksanakan instruksi dokter.
9. Kewenangan klinik adalah proses kredensial pada tenaga kesehatan yang
dilakukan di dalam rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan medis
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

tertentu sesuai dengan peraturan internal rumah sakit.


10. Kredensial adalah penilaian kompetensi/kemampuan (pengetahuan, ketrampilan,
perilaku professional) profesi didasarkan pada kriteria yang jelas untuk
memverifikasi informasi dan mengevaluasi seseorang yang meminta atau
diberikan kewenangan klinik.
11. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu,
berdasarkan standar kompetensi, standar pelayanan kedokteran dan pedoman
nasional yang disusun, ditetapkan oleh rumah sakit sesuai kemampuan rumah
sakit dengan memperhatikan sumber daya manusia, sarana, prasarana dan
peralatan yang tersedia.
12. Pelayanan pra-anestesi adalah penilaian untuk menentukan status medis pra
anestesi dan pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang
memperoleh tindakan anestesi.
13. Pelayanan intra anestesi adalah pelayanan anestesi yang dilakukan selama
tindakan anestesia meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara kontinu.
14. Pelayanan pasca-anestesia adalah pelayanan pada pasien pasca anestesia
sampai pasien pulih dari tindakan anestesia.
15. Pelayanan kritis adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi pasien sakit kritis.
16. Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien yang
berisiko mengalami henti jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka
panjang.
17. Pelayanan anestesia rawat jalan adalah subspesialisasi dari anestesiologi yang
dikhususkan kepada perawatan, pra operatif, intraoperatif, dan pasca operatif
pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan rawat jalan.
18. Pelayanan anestesia regional adalah tindakan pemberian anestetik untuk
memblok saraf regional sehingga tercapai anestesia di lokasi operasi sesuai
dengan yang diharapkan.
19. Pelayanan anestesia regional dalam obstetrik adalah tindakan pemberian
anestesia regional pada wanita dalam persalinan.
20. Pelayanan anestesia/analgesia di luar kamar operasi adalah tindakan pemberian
anestetik/analgesik di luar kamar operasi.
21. Pelayanan penatalaksanaan nyeri adalah pelayanan penanggulangan nyeri,
terutama nyeri akut kronik dan kanker dengan prosedur intervensi (interventional
pain management).
22. Pengelolaan akhir kehidupan adalah pelayanan tindakan penghentian atau
penundaan bantuan hidup
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

RUANG LINGKUP
1. Layanan Sedasi
2. Pelaku sedasi selain dokter anestesi
3. Persiapan Anestesi
4. Layanan Anestesi
5. Layanan Anestesi pada Kedaruratan
6. Pemantauan Selama Anestesia
7. Pemantauan Pasca Anestesia
8. Sistem Skor Pemulangan pasien Pasca-Anestesia pada Layanan Anestesi
9. Rekam Medis Anestesia
10. Indikator Medis Anestesi
11. Layanan Anestesi Diluar Jam Kerja
12. Rekrutmen Staf Anestesi
13. Layanan Anestesia lokal

LAYANAN SEDASI
1. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan sedasi harus melalui proses
kunjungan penilaian pra-sedasi.
2. Kunjungan Pra-Sedasi (KPS) mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang serta analisa hasil konsultasi untuk memilih teknik
sedasi yang digunakan, perencanaan pengelolaan selama sedasi dan
pengelolaan pasca sedasi.
3. Hasil penilaian dari KPS menjadi dasar dalam perencanaan proses sedasi
yang aman dan sesuai.
4. DPJP Anestesiologi melakukan kunjungan pre sedasi dan melakukan
penilaian pra-sedasi.
5. Sebelum dilakukan tindakan sedasi, dilakukan persiapan sedasi meliputi
persiapan puasa, persiapan alat dan obat khusus, sarana pemantauan yang
dibutuhkan, dan persiapan ruang rawat khusus bila diperlukan.
6. Sedasi ringan adalah suatu keadaan dimana terjadi sedikit penurunan tingkat
kesadaran sehingga pasien masih tetap dapat mempertahankan patensi jalan
nafasnya dan merespon terhadap stimulasifisik serta perintah verbal secara
terus menerus. Sedasi ringan dapat diberikan pada prosedur terapetik,
diagnostik dan pembedahan. Obat, dosis obat, dan teknik yang dilakukan
pada sedasi ringan tidak ditujukan untuk mengakibatkan hilangnya kesadaran
pasien.
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

7. Sedasi moderat adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kesadaran


dan respon pasien terhadap cahaya, stimulasi fisik dan verbal mulai
terganggu, namun pasien masih dapat menjaga patensi jalan nafasnya sendiri
(dapat menjaga jalan nafasnya dari aspirasi sekret). Pada sedasi moderat
terjadi perubahan ringan dari respon ventilasi namun fungsi kardiovaskular
masih tetap dipertahankan dalam keadaan normal. Pada sedasi moderat
terdapat gangguan orientasi lingkungan serta gangguan fungsi motorik ringan
sampai sedang. Sedasi moderat dapat diberikan pada prosedur terapetik,
diagnostik dan pembedahan. Obat, dosis obat, dan teknik yang dilakukan
pada sedasi ringan tidak ditujukan untuk mengakibatkan hilangnya kesadaran
pasien secara penuh.
8. Sedasi dalam adalah suatu keadaan penurunan kesadaran pasien dimana
respon ventilasi sudah mulai terganggu. Nafas spontan sudah mulai tidak
adekuat dan pasien tidak dapat mempertahankan patensi jalan nafasnya
(hilangnya sebagian atau seluruh refleks protektif jalan nafas). Pada sedasi
dalam terjadi penurunan fungsi kardiovaskular, gangguan respon terhadap
stimuli nyeri, gangguan fungsi motorik secara moderat dan tonus otot
menurun. Tindakan sedasi dalam membutuhkan alat monitoring yang lebih
lengkap dari sedasi ringan maupun sedasi moderat.
9. Harus terdapat proses komunikasi antara dokter, pasien dan keluarga pasien
sedangkan pada kasus kedaruratan disesuaikan dengan kondisi saat itu.
10. Pengelolaan pasca sedasi yang tepat.
11. Semua proses sedasi harus tercatat atau didokumentasikan secara terpisah
didalam status anestesia.

PELAKU SELAIN DOKTER ANESTESI


1. Pelayanan anestesi dan sedasi hanya dilakukan oleh DPJP anestesiologi.
2. Pada kondisi tertentu, layanan sedasi dapat dilakukan oleh dokter non
anestesiologi atau perawat yang memenuhi persyaratan dan skill yang telah
ditentukan.
3. Setiap layanan sedasi yang dilakukan oleh non anestesiologi, harus selalu
dikoordinasi dengan Bagian/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif.
4. Pada pelaku sedasi non anestesiologi
a. Pelaku sedasi adalah seseorang yang memberikan dan mengawasi
sedasi. Pelaku sedasi adalah dokter, namun dapat juga dilakukan oleh
perawat yang sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

teknik sedasi yang aman serta memiliki sertifikat Bantuan Hidup Dasar
(BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut (BHL)
b. Asisten pelaku sedasi adalah perawat yang memiliki STR atau pekerja
kesehatan yang bekerja dibawah pelaku sedasi yang memiliki wewenang
seperti perawatan estesi. Asisten pelaku sedasi bertanggung jawab
terhadap monitoring, penilaian kesadaran, dan tata laksana jalan nafas
selama dilakukannya prosedur sedasi. Apabila asisten pelaku sedasi
adalah seorang perawat yang memiliki STR, maka ia dapat memberikan
dosis sedasi pertama dan dosis rumatan dibawah pengawasan pelaku
sedasi. Asisten pelaku sedasi harus memiliki sertifikasi BHD/BHL yang
dikeluarkan rumah sakit. Pengawasan dan pemantauan sedasi berada
dibawah tanggung jawab pelaku sedasi, kecuali tindakan sedasi tersebut
juga melibatkan praktisi yang berkompeten lainnya yakni dokter
anestesiologi atau dokter yang telah menjalani pelatihan pemberian
sedasi.
c. Direktur Rumah Sakit : memiliki tanggung jawab menyediakan infrastruktur
untuk mendukung sedasi yang aman, termasuk menyediakan pelayanan
diluar jam kerja

PERSIAPAN ANESTESI

1. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan anestesia dan sedasi harus
melalui proses kunjungan pra-anestesia dan proses penilaian pra-induksi.
2. DPJP Anestesiologi melakukan kunjungan pre-anestesia dan melakukan
penilaian pra-induksi.
3. Hasil kunjungan pra-anestesia menjadi dasar untuk menentukan proses
perencanaan anestesia dan sedasi yang aman dan sesuai.
4. Hasil kunjungan pra-anestesia dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
dalam menginterpretasi temuan hasil pemantauan selama proses
pembedahan.
5. Kunjungan pra-anestesia dapat dilakukan di poliklinik preoperatif, ruang rawat
inap dan ruang lain bila dibutuhkan.
6. Kunjungan pra-anestesia dapat dilakukan beberapa saat sebelum pasien
masuk ruang rawat, atau menjelang tindakan, atau beberapa saat sebelum
tindakan terutama pada kasus kedaruratan atau kasus obstetrik.
7. Penilaian pra-induksi dilakukan sesaat sebelum dilakukan induksi di kamar
bedah atau ruang tindakan lainnya.
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

8. Penilaian pra-induksi berfokus pada stabilitas kondisi fisiologis pasien dan


kesiapan untuk menjalani prosedur anestesia.
9. Pada kasus kedaruratan, kunjungan pra-anestesia dan penilaian pra-induksi
dapat dilakukan bersamaan dengan persiapan pembedahan pasien.
10. Harus terdapat proses komunikasi antara dokter, pasien dan keluarga pasien
sedangkan pada kasus kedaruratan disesuaikan dengan kondisi saat itu.
11. Semua hasil kunjungan pra-anestesia dan penilaian pra-induksi harus tercatat
atau didokumentasikan secara terpisah didalam status anestesia.

LAYANAN ANESTESI

1. Layanan anestesi dilakukan oleh staff Departemen Anestesiologi dan Intensive Care
yang mencakup pelayanan :
a. Layanan sedasi
b. Layanan anesthesia
c. Penanganan nyeri (pain management)
d. Layanan resusitasi (layanan resusitasi)
e. Layanan terapi intensif (intensive care)
2. Layanan anestesia diberikan berdasarkan undang-undang praktek kedokteran
nomer 29 tahun 2004 pasal 26.
3. Layanan anestesia yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien
sesuai dengan undang-undang praktek kedokteran nomer 29 tahun 2004
pasal 52.
4. Layanan anestesi dilakukan berdasarkan pedoman pelayanan medis
departemen sesuai dengan undang-undang praktek kedokteran nomer 29
tahun 2004 pasal 44.
5. Layanan anestesia yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan layanan
anestesia dan sedasi dari disiplin terkait.
6. Layanan anestesi yang diberikan harus sesuai dengan bentuk layanan anestesia
yang dimiliki oleh Departemen Anestesiologi dan Intensive Care / SMF Anestesi
di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja
7. Layanan anestesia dilakukan oleh staff Departemen Anestesiologi dan Intensive Care /
SMF Anestesi yang memiliki SIP di Rumah Sakit Umum daerah Kesehatan Kerja
sebagai DPJP anestesia.
8. Layanan anestesia yang dilakukan oleh perawat harus berada dibawah
supervisi DPJP anestesi dan sesuai dengan tingkat kompetensi yang dimiliki.
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

9. Setiap tindakan anestesia yang dilakukan oleh DPJP harus melalui proses
komunikasi dan pemberian informasi serta mendapat persetujuan dari pasien
atau keluarga pasien
10. Layanan anestesi dilakukan di kamar bedah dan luar kamar bedah termasuk
ruang resusitasi, ruang tindakan invasif, ruang radiologi, ruang rawat khusus
(HCU, Perinatologi), ruang rawat inap, rawat jalan, dan ruang lain bila
dibutuhkan.
11. Setiap layanan anestesi harus didokumentasikan dalam rekam medis dan status
anestesia

LAYANAN ANESTESI PADA KEDARURATAN

1. Layanan anestesi kedaruratan dilakukan oleh staff Bagian/SMF Anestesiologi


dan Terapi Intensif yang memiliki SIP di Rumah Sakit Umum Daerah
Kesehatan Kerja sebagai DPJP anestesi.
2. Layanan anestesi kedaruratan dilakukan berdasarkan pedoman pelayanan
medis Bagian/SMF.
3. Pelayanan anestesi kedaruratan dilakukan oleh DPJP Anestesiologi.
4. Pasien kegawat daruratan harus mendapatkan prioritas utama dari layanan
anestesia serta layanan-layanan lain yang berhubungan dengan tindakan
anestesia tersebut dengan tujuan untuk menyelamatkan nyawa pasien.
5. Layanan anestesi kedaruratan yang dilakukan oleh DPJP harus
dikomunikasikan dan diedukasikan ke keluarga pasien baik sebelum, selama
dan sesudah tindakan anestesia dilakukan, kecuali pada keadaan darurat
yang mengancam nyawa.
6. Layanan anestesi kegawat daruratan dilakukan di kamar bedah dan luar
kamar bedah termasuk ruang resusitasi, ruangan tindakan invasif, ruang
radiologi, HCU, ruang rawat inap dan rawat jalan.
7. Setiap tindakan yang dilakukan harus didokumentasikan dalam rekam medis
dan status anesthesia pasien serta ditanda tangani oleh DPJP Anestesiologi
yang ikut menangani pasien.

PEMANTAUAN SELAMA ANESTESI

1. Tindakan pemantauan selama anestesia dimulai sebelum induksi anestesia dilakukan.


2. Tindakan pemantauan selama anestesia dilakukan pada semua tindakan anestesia,
seperti anestesia umum, anestesia regional, monitored anesthesia care, dan tindakan
anestesia di luar kamar bedah.
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

3. Pemantauan selama anestesia dilakukan oleh dokter anestesia atau perawat anestesi
yang telah dinyatakan kompeten untuk melakukan pemantauan selama anestesia.
4. Tindakan pemantauan standard meliputi pemantauan jalan nafas, ventilasi,
oksigenasi,kardiovaskular dan temperatur.
5. Hasil pemantauan dicatat pada rekam medis anestesia pasien.

PEMANTAUAN PASCA ANESTESI

1. Semua pasien pasca anesthesia harus menjalani tatalaksana pasca anestesia


yang tepat sesuai kondisi pasien.
2. Komplikasi yang terjadi di ruang pulih harus segera ditangani oleh DPJP anestesi
dan perawat ruang pulih, dan bila memerlukan tindakan lebih lanjut dilakukan
oleh dokter bedah yang bersangkutan.
3. Pasien diharapkan tidak lebih dari 6 jam berada di ruang pulih, pada kondisi
tertentu, pasien dapat dipindahkan keunit khusus yang dapat memberikan
layanan pasca anestesia sesuai kondisi pasien.
4. Penentuan kondisi dan criteria layak discharge keruang rawat biasa atau pulang
untuk rawat jalan dilakukan oleh DPJP anestesi yang bertugas.
5. Semua hasil pemantauan tanda vital, pemberian obat, cairan, tindakan, maupun
jenis komplikasi yang terjadi beserta penanganannya selama pasien berada di
ruang pulih harus ditulis secara lengkap di rekam medis pasien oleh
DPJP/perawat ruang pulih yang bertugas.
6. Instruksi pasca bedah oleh dokter bedah dan instruksi pasca anesthesia harus
ditulis secara lengkap sebelum pasien keluar dari ruang pulih.

SISTEM PEMULANGAN PASIEN


PASCA ANESTESI DAN PASCA SEDASI

1. Kriteria yang digunakan untuk menilai waktu pemulangan/ discharge pasca


anesthesia dan sedasi menggunakan skor SSPPP (Sistem Skor Pemulangan
Pasien Pasca-anestesia)
2. Wewenang untuk memutuskan pemulangan/ discharge pasien pasca anesthesia
dan sedasi dapat dilakukan oleh DPJP Anestesiologi.
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

3. Pemulangan/ discharge pasien pasca anesthesia dan sedasi dapat dilakukan


oleh perawat ruang pulih atau staf medis lain yang mempunyai kualifikasi yang
setara dengan berdasarkan skor SSPPP
4. Hasil penilaian skor SSPPP harus didokumentasikan dalam status anesthesia.
5. Untuk pasien tertentu, dapat dipindahkan ke unit khusus yang dapat memberikan
layanan pasca anestesia/ pasca sedasi sesuai kondisi pasien.

REKAM MEDIS ANESTESI


1. Pembuatan Rekam Medis Anestesia merupakan hal yang wajib dalam setiap
tindakan anesthesia umum, anestesia regional, pemberian sedasi dan Monitored
Anesthesia Care.
2. Rekam Medis Anestesia dibuat di tempat tindakan anesthesia dan dilakukan oleh
dokter spesialis anestesiologi atau perawat anestesi.
3. Rekam Medis Anestesia harus memuat identitas pasien dan data demografisnya,
diagnosis, jenis tindakan medis yang direncanakan dan yang dilakukan, teknik
dan obat-obat anestesia, pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi dan ventilasi,
keseimbangan cairan masuk dan keluar, jenis cairan, darah atau produk darah
yang diberikan, pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan intraoperatif, dan
sebagainya.
4. Rekam Medis Anestesia harus memuati dentitas dokter yang melakukan
tindakan medis, dokter pelaku anestesia dan perawat anestesi.
5. Rekam Medis Anestesia harus memuat juga kejadian-kejadian khusus selama
prosedur dilaksanakan.
6. Rekam Medis Anestesia harus dibuat dengan jujur dan apaadanya.
7. Rekam Medis Anestesia harus ditandatangani oleh dokter pelaku anestesia yang
bertanggung jawab.

INDIKATOR MEDIS ANESTESIOLOGIS


Pasal 12
1. Indikator medis bukan sebagai standar yang pasti melainkan dirancang sebagai
peringatan bagi bagian/SMF bila hasil analisis data terdapat indikasi mengenai
kemungkinan adanya masalah dalam pelayanan medis.
2. Dalam menetapkan indikator medis harus memperhatikan objektifitas indikator,
informasi yang dapat dipercaya dan diandalkan tentang mutu layanan kesehatan,
relevan dengan kepentingan pelayanan anestesia, bersifat spesifik sesuai
departemen terkait dan dapat diterima serta bermanfaat bagi departemen yang
terkait.
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

3. Indikator medis digunakan untuk mengukur suatu proses atau outcome


pelayanan medis
4.
LAYANAN ANESTESI DILUAR JAM KERJA
1. Setiap layanan anestesia diluar jam kerja dilakukan oleh DPJP berdasarkan
penjadwalan yang sudah dibuat.
2. Layanan anestesi dan sedasi dilakukan oleh DPJP Anestesiologi
3. Layanan anestesi diluar jam kerja dapat dilakukan di dalam dan luar kamar
bedah termasuk ruang resusitasi, ruang tindakan invasif, ruang radiologi,
rawat inap dan ruang lainnya bila dibutuhkan tindakan resusitasi.
4. Setiap layanan anestesi yang dilakukan diluar jam kerja harus melalui proses
perencanaan dan persiapan kecuali pada kondisi yang mengancam nyawa
dapat dilakukan secara simultan.

REKRUTMEN STAF ANESTESI


1. Rekrutmen dan Pemilihan Staf Medis di tingkat Konsultan harus dilakukan
secara tertib dan terencana berdasarkan pengajuan kebutuhan rekruitmen dari
Divisi/Peer Group.
2. Semua proses penerimaan dilakukan oleh Komite Penerimaan Staf yang
dibentuk pada tingkat departemen.
3. Tahapan penerimaan terdiri dari:
a. Proses Pre-interview
b. Pra Seleksi
c. Seleksi
d. Proses Pasca Wawancara
e. Induksi (Masa Percobaan Staf)

LAYANAN ANESTESIA LOKAL


1. Setiap pasien dengan pembedahan dengan local anestesi harus dilakukan
pemantauan kondisi fisiologis pasien secara kontinyu selama pembedahan dan
segera setelah pembedahan.

2. Sistim pemantauan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi pasien dan


tindakan yang akan dilakukan.

3. Pemantauan kondisi fisiologis pasien dilakukan oleh tim bedah.

4. Hasil pemantauan selama pembedahan dapat menjadi dasar untuk pengelolaan


pasca bedah dan juga dapat menjadi panduan untuk tindakan asuhan
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

keperawatan, tindakan medis, dan kebutuhan untuk pemeriksaan diagnostic dan


penunjang lainnya

5. Semua hasil pemantauan harus tercatat dalam rekam medis pasien, ceklist
asuhan keperawatan perioperatif dan form laporan operasi.

SUMBER ANESTESI DARI LUAR


1. Rumah Sakit tidak bekerjasama dengan instansi atau perorangan dalam
memberikan pelayanan anestesi di RS.
2. DPJP Anestesi & Terapi Intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja
adalah dokter spesialis anestesi yang berstatus pegawai Rumah Sakit Umum Daerah
Kesehatan Kerja
3. Jika diperlukan tenaga ahli anestesi dan atau sumber lain dari luar rumah sakit,
yang tidak dapat dipenuhi oleh tenaga Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan
Kerja , maka Direktur dapat melakukan kerjasama atas rekomendasi dari Komite
Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kesehatan Kerja.

PELAYANAN ANESTESI DIBAWAH INSTALASI BEDAH SENTRAL DENGAN


TANGGUNG JAWAB PELAYANAN ANESTESI BERSIFAT MANDIRI

1. Pelayanan bedah dan pelayanan anestesi secara administratif dibawah instalasi


bedah sentral.
2. Pelayanan anestesi dan sedasi dilapangan merupakan tanggung jawab anestesi
dan bersifat mandiri.

PENUTUP
1. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah
Sakit Umum daerah Kesehatan Kerja ini hendaknya dijadikan acuan bagi rumah sakit
dalam pengelolaan penyelenggaraan dan penyusunan standar prosedur operasional
pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di masing-masing rumah sakit.
2. Penyelenggaraan pelayanan anestesi dibagi menjadi 4 (empat) klasifikasi
berdasarkan pada kemampuan pelayanan, ketersediaan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana serta peralatan yang disesuaikan dengan
kelas rumah sakit.
3. Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama pimpinan rumah sakit agar mutu
pelayanan anestesiologi dan keselamatan pasien dapat senantiasa ditingkatkan dan
dipertahankan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
anestesiologi

Ditetapkan di : Bandung
Pada Tanggal :
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KESEHATAN KERJA
Jl.Raya Rancaekek KM 27 No. 612 Nanjungmekar Rancaekek Kab. Bandung
Telp. (022) 7798778 Fax (022) 7798778 Bandung
Website: bkkm.jabarprov.go.id, email : bkkmprovjabar@yahoo.com, bkkmprovjabar@gmail.com
BANDUNG – 40394
_____________________________________________________________________________________________

Plt. DIREKTUR
RSUD KESEHATAN KERJA
PROVINSI JAWA BARAT

drg. Tintin Farihatini, M.Sc.P.H


NIP. 19660801 199403 2 008

Anda mungkin juga menyukai