Anda di halaman 1dari 111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI


PADA PEMISAHAN KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN HCl
SEBAGAI ZAT AKTIF DALAM SEDIAAN OBAT TETES TELINGA
COLME®

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Felicia Putri Hernat
NIM : 088114007

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DENSITOMETRI


PADA PEMISAHAN KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN HCl
SEBAGAI ZAT AKTIF DALAM SEDIAAN OBAT TETES TELINGA
COLME®

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Felicia Putri Hernat
NIM : 088114007

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Halaman Persembahan

This is a tribute,
my
unpretentious
dedication.

I dedicated this
to Papi and
Mami.

I’d like to share


this bliss with
Ria Putri
Hernat and
Okevanrianus
Putra Hernat.

“Success is going from failure to failure without losing enthusiasm.”

Winston Churchill

“Inaction breeds doubt and fear. Action breeds confidence and courage. If
you want to conquer fear, do not sit home and think about it.Go out and get
busy! ”
Dale Carnegie

Twenty years from now you will be more disappointed by the things
that you didn’t do than by the ones you did so. So throw off the
bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in
your sails.
EXPLORE. DREAM. DISCOVER!

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat, cinta,

ijin dan penyertaanNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “Optimasi Metode Kromatografi Lapis

Tipis Densitometri pada Pemisahan Kloramfenikol dan Lidokain HCl sebagai Zat

Aktif dalam Sediaan Obat Tetes Telinga Colme®”.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan oleh karena kritikan, saran, diskusi, arahan, dan bimbingan dari

berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rita Suhadi, M.Sc., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma periode 2006-2010 yang memberikan kesempatan kepada saya untuk

menuntut ilmu di fakultas ini.

2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma periode 2010-2014 atas teladan dan dedikasi yang diberikan.

3. Christine Patramurti, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan

waktunya dalam memberikan arahan, kritik, saran, dan kesediaan beliau

membuka wawasan saya. Terima kasih atas pendampingannya dari awal

sampai akhir penelitian dan penyusunan penulisan skipsi.

4. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji atas bimbingan, diskusi,

semangatnya.

5. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si. selaku dosen penguji atas bimbingan dan

arahannya.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. dan Phebe Hendra, M.Si., Apt. Ph.D.

atas waktu yang diluangkan untuk memberikan masukan selama penulisan

ini.

7. Siswanto Tanuatmojo atas waktu luang yang disediakan untuk berdiskusi via

internet dan terima kasih atas keterbukaan, keramahan bapak yang mengiringi

langkah penelitian ini.

8. dr. Fenty selaku dosen pendamping akademik atas pendampingan dan

perhatiannya terhadap perkembangan saya selama masa perkuliahan ini.

9. Semua dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas

ilmu, pengalaman, semangat dan persahabatan berharga yang dibagikan.

10. Prasilya dan Regina Clarissa sebagai rekan kerja dalam penelitian ini. Terima

kasih atas kesabaran, kerjasama, persahabatan, canda, dan semangat selama

ini.

11. Sari Tambunan, Theresia Wijayanti, Winarti H. Wibowo, Novi Chairio,

Helena Angelina Kurniawan, Citra Dewi Aryani, Ayesa Syenina, Dina

Christiana Dewi, Amelia Ernesta, Agnes Susianti, Florentina Sunaryo, Sandra

Ruby sebagai teman seperjuangan dalam satu lantai laboratorium Analisis

Instrumental. Terima kasih atas diskusi, semangat, dan keceriaan selama kita

bekerja bersama-sama.

12. Bimo Adithya, Parlan, Kunto, Fransiskus Otok dan segenap staf laboran yang

senantiasa siap membantu dan meluangkan waktunya dalam penyediaan

bahan dan alat selama penelitian.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13. Teman angkatan 2008 yang bersedia mengisi sebagian cerita hidupku. Terima

kasih atas semua kebersamaan, dan bantuan selama perkuliahan.

14. Teman-teman kost Gracia, Lia, Fenny, Puji dan teman-teman UKM Kempo

yang selalu memberikan kepada saya limpahan saran, semangat, kasih, dan

kebersamaan.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan,

semangat, dan doa yang menyertai penulis dari awal penelitian sampai akhir

terselesaikannya penulisan skripsi.

Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi oleh

karena keterbatasan wawasan dan kemampuan. Penulis membuka diri untuk

menerima saran yang membangun dari semua pihak. Penulis dengan segala

kerendahan hati mengharapkan skripsi ini memberi manfaat bagi para pembaca.

Akhir kata, penulis mempersembahkan skripsi ini dengan demi majunya ilmu

pengetahuan farmasi.

Penulis

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ……….. vi

PRAKATA……………………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… x

DAFTAR TABEL……………………………………………………………… xiv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xvii

INTISARI………………………………………………………………………. xix

ABSTRACT……………………………………………………………………... xx

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1

1. Permasalahan……………………………………………………………… 3

2. Keaslian penelitian…………………………………...…………………… 3

3. Manfaat penelitian………………………………………………………… 4

B. Tujuan………………………………………………...……………………... 4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………………………….. 5

A. Kloramfenikol……………………………………...………………………... 5

B. Lidokain Hidroklorida……………………………………………………….. 6

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Obat Tetes Telinga……………………………………………...…………… 7

D. Colme® Ear Drop………………………………………………...………….. 7

E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ……………………………...…………….. 8

1. Tinjauan umum……………………...……………………………………. 8

2. Sistem KLT…………………………………...…………………………... 9

3. Aplikasi penotolan sampel…………………..…………………………… 11

4. Penilaian kromatogram……………………………...……………………. 11

F. Densitometri………………………………………………………...……….. 16

G. Landasan Teori……………………………………………………...……….. 17

H. Hipotesis…………………………………………………………...………... 18

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….. 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………...…………………… 20

B. Variabel Penelitian………………………………...………………………… 20

C. Definisi Operasional…………………………………………………………. 21

D. Bahan Penelitian……………………………………………………...……... 21

E. Alat penelitian…………………………………………………...…………... 22

F. Tata Cara Penelitian…………………………………………...……………... 22

1. Pembuatan larutan baku kloramfenikol………………………...…….…… 22

2. Pembuatan larutan baku lidokain HCl……….…………...…………….… 22

3. Pembuatan larutan campuran baku kloramfenikol dan lidokain HCl…….. 23

4. Preparasi sampel……………………………...…………………………… 23

5. Penentuan panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan lidokain

HCl…………………………...…………………………………………… 23

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Optimasi metode KLT densitometri………………..……………………... 24

G. Analisis Hasil………………………………………………………………... 25

1. Bentuk puncak…………………………………………………………...... 25

2. Faktor retardasi………………………………………………………...….. 26

3. Resolusi………………………………………………………………........ 26

4. Koefisien variansi ………………………………………………………… 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………. 28

A. Jenis dan Komposisi Fase Gerak……………………………………………. 28

B. Pembuatan Larutan Baku……………………………………………………. 29

C. Optimasi Metode Pemisahan Kloramfenikol dan Lidokain HCl dalam

Sediaan Obat Tetes Telinga Colme® dengan KLT Densitometri……………. 30

1. Penentuan panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan lidokain

HCl……..…………………………………………………………………. 30

2. Optimasi fase gerak untuk pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl

dalam sediaan obat tetes telinga Colme® dengan KLT

densitometri………..................................................................................... 34

a. Hasil elusi kloramfenikol dan lidokain HCl dengan fase gerak n-

heksana:etilasetat (8,75:16,75) ……………………………................. 36

b. Hasil elusi kloramfenikol dan lidokain HCl dengan fase gerak n-

heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5)…………………………. 38

c. Hasil elusi kloramfenikol dan lidokain HCl dengan fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:6:1,5) ………………. 40

d. Hasil elusi dan pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl dengan

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)…. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………... 51

A. Kesimpulan……………………………………………………...................... 51

B. Saran………………………………………………………………………..... 51

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 52

LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 56

BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………….. 90

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai sifat pelarut……………………………………………... 11

Tabel II. Jenis dan perbandingan komposisi fase gerak dan nilai indeks

polaritas fase gerak ………………...………………………… 24

Tabel III. Data pengukuran panjang gelombang pengamatan

kloramfenikol dan lidokain HCl……………………………… 33

Tabel IV. Tabel nilai Rf dan As larutan baku kloramfenikol dan lidokain

HCl pada berbagai komposisi fase gerak……………………... 35

Tabel V. Tabel nilai Rf, As, Rs dan AUC larutan baku campuran

kloramfenikol dan lidokain HCl serta sampel Colme® dengan

fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin

(3,75:19,75:5:1,5) ……...…………………………………….. 48

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kloramfenikol (D-treo-(-)-2,2-dikloro-N-(β-

hidroksi-α-(hidroksimetil)-p)nitrofenetilasetamida)……. 5

Gambar 2. Struktur lidokain hidroklorida (2-(dietilamino)-2’,6’-

asetoksilidida monohidroklorida………………………... 6

Gambar 3. Struktur gel silika……………………………………….. 10

Gambar 4. Ilustrasi pengaruh difusi Eddy pada pelebaran puncak…. 13

Gambar 5. Ilustrasi pengaruh difusi longitudinal pada pelebaran

puncak…………………………………………………... 13

Gambar 6. Ilustrasi pengaruh transfer massa pada pelebaran

puncak…………………………………………………... 13

Gambar 7. Isoterm sorpsi dan profil puncak………………………... 14

Gambar 8. Menentukan puncak asimetris dan faktor pengekoran….. 14

Gambar 9. Pemisahan dua senyawa………………………………… 15

Gambar 10. Ilustrasi skematis model deteksi………………………... 17

Gambar 11. Menentukan puncak asimetris dan faktor pengekoran….. 26

Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom kloramfenikol dan

lidokain hidroklorida…………………………………..... 31

Gambar 13. Pola spektra absorbsi seri larutan baku kloramfenikol

dan lidokain HCl pada panjang gelombang 200-400 nm.. 32

Gambar 14. Pola spektra absorbsi larutan baku kloramfenikol 600 ng

dan lidokain 6000 ng pada pengukuran panjang

gelombang pengamatan.……………………………….... 33

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 15. Puncak baku kloramfenikol 600 ng dan puncak baku

lidokain HCl 6000 ng dengan fase gerak n-heksana:etil

asetat (8,75:16,75) ……………………………………… 37

Gambar 16. Puncak baku kloramfenikol 600 ng dan puncak baku

lidokain HCl 6000 ng dengan fase gerak n-

heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5)...………... 38

Gambar 17. Puncak baku kloramfenikol 300 ng, 600 ng dan puncak

baku lidokain HCl 6000 ng dengan fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:6:1,5)… 40

Gambar 18. Puncak baku kloramfenikol 600 ng dan puncak baku

lidokain HCl 6000 ng dengan fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)… 42

Gambar 19. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam……………… 43

Gambar 20. Interaksi lidokain dengan fase diam…………………….. 43

Gambar 21. Interaksi kloramfenikol dengan fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).... 44

Gambar 22. Reaksi asam basa antara lidokain HCl dengan dietilamin

dan interaksi lidokain dengan fase gerak n-

heksana:toluena: metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)... 45

Gambar 23. Hasil pemisahan baku campuran kloramfenikol 600 ng

dan lidokain HCl 6000 ng, serta pemisahan sampel obat

tetes telinga Colme® dengan fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).... 47

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Sertifikat Analisis Baku Kloramfenikol ..……………………... 57

Lampiran II. Sertifikat Analisis Baku Lidokain Hidroklorida ...……………. 58

Lampiran III. Spektrum Baku Kloramfenikol dan Lidokain HCl pada 200-

400 nm…….………………………………………………….. 59

Lampiran IV. Perhitungan Kepolaran Fase Gerak ………..………..……….. 62

Lampiran V. Data Penimbangan Bahan...….……..………..………..…...…. 63

Lampiran VI. Sistem Kromatografi Lapis Tipis Densitometri yang

Digunakan ……....….……..………..………..…….……….… 65

Lampiran VII. Densitogram Hasil Elusi Kloramfenikol dan Lidokain HCl

dengan Fase Gerak N-heksana:Etilasetat

(8,75:16,75)…………...…...……………..………………….... 66

Lampiran VIII. Densitogram Hasil Elusi Kloramfenikol dan Lidokain HCl

dengan Fase Gerak N-heksana:Toluena:Dietilamin


69
(3,75:19,75:1,5)…………………....…...……………………...

Lampiran IX. Densitogram Hasil Elusi Kloramfenikol dan Lidokain HCl

dengan Fase Gerak N-heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin

(3,75:19,75:6:1,5)…………………………..……….……........ 72

Lampiran X. Densitogram Hasil Elusi Kloramfenikol dan Lidokain HCl

dengan Fase Gerak N-heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin

(3,75:19,75:5:1,5)…………………………...…………….…… 75

Lampiran XI. Densitogram Hasil Elusi Baku Campuran Kloramfenikol dan

Lidokain HCl dengan Fase Gerak Optimum N-

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

heksana:Toluena: Metanol:Dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)…...... 77

Lampiran XII. Densitogram Hasil Elusi dan Pemisahan Sampel Sediaan Obat

Tetes Telinga Colme® dengan Fase Gerak Optimum N-

heksan:Toluena:Metanol:Dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)………. 81

Lampiran XIII. Perhitungan Peak Asymmetry Factor (As), Resolusi (Rs), Nilai

Koefisien Variansi (% KV) As, Rf, dan Rs Hasil Pemisahan

Campuran Kloramfenikol dan Lidokain HCl dengan Fase

Gerak Optimum N-heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin

(3,75:19,75:5:1,5)…………………………………………….... 84

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI

Kombinasi kloramfenikol dan lidokain hidroklorida terdapat dalam obat


tetes telinga Colme®. Penjaminan mutu obat menjadi perhatian penting agar
pasien mendapatkan manfaat dari pengobatan yang aman. Salah satu usaha
penjaminan mutu adalah penetapan kadar zat aktif berhubungan dengan aktivitas
farmakologi. Pada penelitian ini digunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT)
densitometri untuk pemisahan, analisis kualitatif, dan analisis kuantitatif
kloramfenikol dan lidokain HCl dalam waktu yang bersamaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum dari
KLT densitometri sehingga dapat menghasilkan pemisahan optimal dari campuran
dan penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan obat
tetes telinga Colme®. Penelitian ini merupakan jenis rancangan penelitian
eksperimental analitik yang pada subjek uji diberikan perlakuan yaitu jenis dan
komposisi fase gerak. Sistem KLT yang digunakan adalah fase normal
menggunakan fase diam silika gel dan fase gerak n-heksana:etil asetat, n-heksana:
toluena:dietilamin, dan n-heksana:toluena:metanol:dietilamin dengan variasi
komposisi. Pembacaan dilakukan pada panjang gelombang 242 nm.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi yang optimum adalah fase gerak n-
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5) dengan jarak elusi 10 cm.
Kondisi tersebut memberikan parameter pemisahan yang baik yakni bentuk
puncak simetris, sempit, dan runcing (nilai As 1), nilai Rf puncak kloramfenikol
dan lidokain HCl adalah 0,23 dan 0,48, nilai Rs 2,83, dan KV dari nilai Rf, As, dan
Rs 0%.

Kata kunci : kloramfenikol, lidokain hidroklorida, kromatografi lapis tipis


densitometri

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Combinations of chloramphenicol and lidocaine hydrochloride exist in


®
Colme ear drop. Quality assurance becomes an essence since patient have to get
the benefit of the safe medication. One kind of quality assurance involves the
active substances quantification related to the pharmacological effect. The
quantification of active substances in mixture requires the separation of the
substance from others. Thin layer chromatography (TLC) densitometry is method
used for separation and also for qualitative and quantitative analysis of substances
in simultant.
The objective of this study is to determine optimal condition to produce
the optimal separation and determination between chloramphenicol and lidocaine
hydrochloride in Colme® ear drop. This study is an analytical experimental study
in which the test subjects are subjected by treatments consisted of different types
and compositions of mobile phase. The optimization of TLC-UV densitometric
method was performed on normal phase silica gel plate using n-hexane:ethyl
acetate, n-hexane:toluene:diethylamine, n-hexane:toluene:methanol:dietihyamine
with various compositions as the developing solvent. Detection was carried out at
242 nm.
The optimum system was confirmed by n-
hexane:toluene:methanol:dietihyamine (3,75:19,75:5:1,5) as developing solvent
with 10 cm elution distance. The system gives symmetry, narrow, and pointed
shaped peak (As 1), Rf for chloramphenicol is 0,23, Rf for lidoacine HCl is 0,48, Rs
2,83, and CV of As, Rf, and Rs 0%.

Keywords : chloramphenicol, lidocaine hydrochloride, thin layer chromatography


densitometry

xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri otitis

eksterna dan media adalah kombinasi kloramfenikol dan lidokain HCl dalam

sediaan obat tetes telinga Colme® (Anonim5, 2009). Prevalensi otitis eksterna dan

media relatif banyak di Indonesia oleh karenanya penjaminan mutu obat menjadi

perhatian penting agar pasien mendapatkan manfaat dari pengobatan yang aman.

Kloramfenikol dalam tetes telinga mengandung tidak kurang dari 90,0%

dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket.

Kloramfenikol sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, aseton dan dalam

etil asetat (United States Pharmacopeial Convention, 1995). Kloramfenikol dalam

air memiliki λmaks 278 nm, E1cm


1%
298 dan dalam natrium hidroksida memiliki λmaks

1%
276 nm, E1cm 200 (Clarke, 1986). Larutan topikal lidokain hidroklorida

mengandung lidokain hidroklorida C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 95,0% dan

tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Lidokain HCl

bersifat sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Lidokain dalam etanol memiliki λmaks

1%
263 nm, E1cm 13,5 dan λmaks 278 nm, E1cm
1%
2,2 (Clarke, 1986).

Penelitian mengenai kloramfenikol dilakukan Vovk dan Simonovska

(2005) dalam mengembangkan dan memvalidasi metode kuantifikasi residu

kloramfenikol pada peralatan farmasetika dengan metode KLT densitometri pada

1
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

280 nm. Penelitian mengenai lidokain dilakukan oleh Kiszka dan Madro (2002)

dalam mengembangkan metode KLT untuk pemisahan dan identifikasi lidokain,

kokain, dan benzoilecgonine. Penelitian yang akan dilakukan adalah optimasi

metode pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain HCl sebagai zat aktif

dalam sediaan obat tetes telinga Colme®. Dalam sediaan ini terkandung 2 zat aktif

sehingga digunakan metode KLT densitometri untuk pemisahan dan penetapan

kadar zat. Metode KLT densitometri digunakan untuk analisis kualitatif dan

kuantitatif dalam waktu yang bersamaan dan dapat mengukur beberapa senyawa

tidak hanya senyawa tunggal (Martono, 1996). Hal ini menjadi alasan penulis

untuk mencari metode analisis alternatif agar dapat digunakan secara regular

dalam uji kualitas obat tetes telinga yang mengandung kloramfenikol dan lidokain

HCl. Terdapat perbedaan analit dan perbedaan instrumen analisis yang dilakukan

dibandingkan penelitian terdahulu menyebabkan perlu dilakukan optimasi metode

analisis baru sehingga memungkinkan penetapan kadar dengan baik. Sebelum

diadakan analisis diperlukan optimasi kondisi atau sistem analisis agar tercapai

pemisahan optimal dari campuran kloramfenikol dan lidokain HCl sehingga dapat

dilanjutkan tahap analisis kuantitatif dengan densitometri.

Kualitas pemisahan dengan kromatografi dapat dikontrol dengan

melakukan serangkaian uji kesesuaian sistem meliputi resolusi dan simetrisitas

puncak (Rohman, 2009). Bentuk puncak yang baik yakni sempit, runcing, dan

simetris (nilai As berada dalam kisaran 0,95-1,10). Parameter lain dalam

pemisahan senyawa dengan metode KLT densitometri meliputi nilai faktor

retardarsi (Rf), nilai resolusi (Rs), dan koefisien variansi (KV) nilai As, Rf, dan Rs.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Nilai Rf solut terletak antara 0,2-0,8 akan memaksimalkan pemisahan (Rohman,

2009). Nilai resolusi harus bernilai lebih besar sama dengan 1,5, reprodusibilitas

nilai As, Rf, dan Rs yang diperoleh dari pemisahan ditunjukkan dengan KV ≤ 2%

(Snyder, Kirkland dan Glajch, 1997).

1. Permasalahan

Bagaimanakah jenis dan komposisi fase gerak yang dapat memberikan

bentuk puncak simetris, sempit, dan runcing (nilai As berada dalam kisaran 0,95-

1,10), nilai Rf antara 0,2-0,8, nilai Rs ≥ 1,5, dan KV dari nilai As, Rf, dan Rs ≤ 2 %

dalam pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain HCl sebagai zat aktif

dalam sediaan obat tetes telinga Colme® menggunakan metode KLT densitometri

fase diam silika gel 60 F254?

2. Keaslian penelitian

Penelitian pengembangan dan validasi metode kuantifikasi residu

kloramfenikol dilakukan oleh Vovk dan Simonovska (2005) dalam penelitiannya

“Development and Validation of A Thin Layer Chromatographic Method for

Determination of Chloramphenicol Residues on Pharmaceutical Equipment

Surfaces” dengan metode KLT densitometri. Plat dikembangkan horizontal

dengan menggunakan fase gerak n-heksana:etil asetat (35:65 v/v). Penelitian

pengembangan metode identifikasi lidokain, kokain, dan benzoilecgonine

dilakukan oleh Kiszka dan Madro (2002) dalam penelitiannya “The Usefulness

of The Thin Layer Chromatography Method in The Identification of Cocaine and

Its Metabolite Benzoylecgonine in Autopsy Material” dengan KLT densitometri

dan fase gerak n-heksana:toluena:dietilamin (65:20:5 v/v).


4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penelitian yang akan dilakukan adalah optimasi pemisahan campuran

baku kloramfenikol dan lidokain HCl sebagai zat aktif di dalam obat tetes

telinga Colme® dengan menggunakan metode KLT densitometri. Belum adanya

sistem KLT densitometri untuk pemisahan dan kuantifikasi kloramfenikol dan

lidokain HCl yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat metodologis. Hasil penelitian diharapkan memberikan

sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi KLT

densitometri mengenai jenis dan komposisi fase gerak yang optimum sebagai

metode alternatif pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sediaan obat

tetes telinga Colme®.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi

kondisi pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl yang optimal agar mampu

menetapkan kadarnya sehingga menjamin keamanan pemakaian sediaan obat tetes

telinga Colme®.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan komposisi fase gerak

yang dapat memberikan bentuk puncak simetris, sempit, dan runcing (nilai As

berada dalam kisaran 0,95-1,10), nilai Rf antara 0,2-0,8, nilai Rs ≥ 1,5, dan KV

dari nilai As, Rf, dan Rs ≤ 2 % dalam pemisahan campuran kloramfenikol dan

lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme® menggunakan metode KLT

densitometri fase diam silika gel 60 F254.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kloramfenikol

Kloramfenikol (D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-(β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-

p)nitrofenetilasetamida) dalam tetes telinga adalah larutan steril kloramfenikol

dalam pelarut yang sesuai. Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 90,0%

dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket.

Kloramfenikol memiliki berat molekul 323,13 g/mol. Pemerian hablur halus

berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih

kekuningan. Kloramfenikol sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dalam propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat (Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

Kloramfenikol dalam air memiliki λmaks 278 nm, E1cm


1%
298 dan dalam

natrium hidroksida memiliki λmaks 276 nm, 1%


E1cm 200 (Clarke, 1986).

Kloramfenikol memiliki nilai momen dipol 5,804 (Bartzatt, 2003). Kloramfenikol

adalah antibiotik yang mengikat subunit ribosom 50S sehingga efek primernya

adalah inhibisi pembentukan ikatan peptida (Anonim1, 1986).

Gambar 1. Struktur kloramfenikol (D-treo-(-)-2,2-dikloro-N-(β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-


p)nitrofenetilasetamida) (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995)

5
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Lidokain Hidroklorida

Larutan oral topikal lidokain hidroklorida (2-(Dietilamino)-2ꞌ,6ꞌ-

asetoksilidida monohidroklorida) mengandung lidokain hidroklorida

C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah

yang tertera pada etiket. Lidokain HCl memiliki berat molekul 207,80 g/mol.

Pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau dan sedikit pahit. Lidokain HCl

memiliki kelarutan sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam

kloroform, tidak larut dalam eter (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1995).

Lidokain dalam etanol memiliki λmaks 263 nm, E1cm


1%
13,5 dan λmaks 278

1%
nm, E1cm 2,2 (Clarke, 1986). Lidokain adalah senyawa basa lemah dengan nilai

pKa 7,86 yang bersifat polar (Malenović, Ivanović, Medenica, dan Jančić, 2004).

Lidokain Hidroklorida (lidokain HCl atau otopain) adalah anestetik lokal

tipe amida yang menghalangi rasa nyeri, gatal, terbakar pada kulit dan selaput

lendir (Tan, 2010). Anestetik lokal memiliki mekanisme aksi blokade konduksi

saraf impuls pada tempat aplikasi sehingga menghasilkan mati rasa (Anonim2,

2002).

Gambar 2. Struktur lidokain hidroklorida (2-(dietilamino)-2ꞌ,6ꞌ-asetoksilidida


monohidroklorida (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995)
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Obat Tetes Telinga

Tetesan (guttae) adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat atau

sediaan obat atau bahan obat dan sediaan obat terlarut, teremulsi, atau tersuspensi,

ditakar berdasar jumlah tetesan, digunakan untuk diminum dan diisikan ke dalam

wadah bertakaran ganda. Untuk tetesan tertentu yang digunakan di telinga,

dinamakan tetes telinga (otoguttae) (Voigt, 1994).

Menurut Farmakope Indonesia (1995), obat tetes telinga (guttae

auriculares) adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam

telinga. Kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan menggunakan pembawa bukan air.

Pembawa dalam obat tetets telinga harus mempunyai kekentalan yang cocok

hingga obat mudah menempel. Pada umumnya digunakan gliseril dan

propilenglikol sebagai pembawa dalam obat tetes telinga, juga dapat digunakan

etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak nabati.

D. Colme Ear Drop®

Kloramfenikol dan lidokain HCL terdapat dalam Colme® volume 8 ml

produksi Interbat (Anonim5, 2009). Tetes telinga Colme® mengandung

kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4%. Penggunaannya yakni 1 sampai 2 tetes,

3 sampai 4 kali sehari. Obat ini termasuk kategori obat telinga antiinfeksi dan

antiseptik untuk indikasi otitis ekserna dan media (Anonim3, 2006).

Otitis eksterna adalah infeksi saluran telinga yang bisa menyerang seluruh

saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul

(furunkel). Gejala yang timbul adalah gatal, nyeri, keluarnya cairan busuk, dan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gangguan pendengaran (Subarkah, 2010). Otitis media adalah inflamasi telinga

tengah yang dapat bersifat akut ataupun kronik. Penyakit ini diawali dengan

infeksi akibat sakit tenggorokan, flu, atau masalah pernafasan lain yang menyebar

ke telinga tengah (Perlstein, 2011). Menurut National Institute on Deafness and

Other Communication Disorders (2010), penyakit ini umumnya disebabkan oleh

bakteri yang terjadi ketika sejumlah cairan terperangkap di belakang gendang

telinga.

E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

1. Tinjuan umum

Di tahun 1903, Tswett menemukan teknik kromatografi untuk

menguraikan suatu campuran (Khopkar, 1990). Kromatografi adalah metode

penentuan macam komponen terpisah (analisa kualitatif) dan menentukan jumlah

komponen-komponen tersebut (analisa kuantitatif) (Harjadi, 1986).

Pengembangan kromatogram terjadi ketika fase gerak melewati lokasi bercak dan

fase diam (permukaan partikel-partikel atau di dalam pori-pori partikel maupun

terbagi ke dalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau suatu pori).

Sampel melintasi plat dengan bantuan aksi kapilaritas fase gerak (Dean, 1995).

Ismailoff dan Schraiber mengembangkan teknik kromatografi lapisan

tipis (KLT) pada tahun 1938 yang disebut juga sebagai kromatografi kolom

terbuka. Metode ini sederhana, pemisahannya cepat, dan sensitif. Kelebihan lain

adalah mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.

Untuk analisa kuantitatif dapat digunakan plot fotodensitometer (Khopkar, 1990).


9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Adsorpsi merupakan penyerapan pada permukaan yang melibatkan

interaksi-interaksi elektrostatik seperti ikatan hidrogen, penarikan dipol-dipol, dan

penarikan yang diinduksi oleh dipol (Rohman, 2009). Pada adsorben polar,

pelarut yang polar diadsorbsi lebih kuat dibanding yang kurang polar. Hal ini

berlaku sebaliknya pada adsorben non polar. Kompetisi terjadi antara substansi

yang dikromatografi dan pelarut pada permukaan adsorben. Semakin polar

substansi yang dikromatografi dibanding pelarut, semakin kuat substansi

diadsorbsi dibanding fase gerak. Hal sebaliknya, jika fase gerak lebih kuat

diadsorbsi maka fase gerak akan menggantikan molekul yang dikromatografi

sehingga dapat dielusi bersama fase gerak (Gasparic, 1978).

Kecepatan migrasi solut melalui fase diam ditentukan oleh perbandingan

distribusinya (D) dan besarnya D ditentukan afinitas relatif solut pada kedua fase.

Nilai D adalah perbandingan konsentrasi solut dalam fase diam (Cs) dan dalam

fase gerak (Cm). Semakin besar nilai D maka migrasi solut semakin lambat dan

sebaliknya. Jika perbedaan perbandingan distribusi solut cukup besar maka

campuran-campuran solut akan mudah dan cepat dipisahkan (Rohman, 2009).

2. Sistem KLT

a. Fase Diam. Biasanya sering digunakan sebagai materi pelapisnya

adalah silika gel, bubuk selulosa, tanah diatom, dan kieselguhr (Khopkar, 1990).

Mekanisme sorpsi desorpsi yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorbsi

(Rohman, 2009). Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom

silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Pada

permukaan gel silika, atom silikon berlekatan pada gugus –OH (Clark, 2007).
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 3. Struktur gel silika (Habtemariam, 2006)

b. Fase Gerak. Sistem paling sederhana dari fase gerak KLT adalah

campuran 2 pelarut organik yang diatur komposisinya sehingga memiliki daya

elusi tertentu agar pemisahan optimal. Berikut adalah petunjuk dalam memilih dan

mengoptimasi fase gerak:

1) fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi,

2) daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga nilai Rf solut

terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan,

3) pemisahan dengan fase diam polar seperti silika gel akan ditentukan pula oleh

polaritas fase gerak yang menentukan kecepatan migrasi solut (Rohman, 2009).

Untuk pemilihan fase gerak dalam kromatografi lapis tipis adsorbsi harus

dipenuhi aturan berikut:

1) semua substansi yang dikromatografi harus agak larut dalam fase gerak. Jika

substansi terlalu larut maka substansi tidak cukup untuk diadsorbsi.

2) Tingkat adsorbsi menengah. Jika substansi terikat terlalu kuat pada permukaan

adsorben maka substansi akan berada tetap di tempat penotolan. Sebaliknya,

jika substansi diadsorbsi secara lemah memungkinkan tidak adanya pemisahan.

3) Substansi yang dikromatografi dan solven tidak boleh beraksi satu sama lain

(Gasparic, 1978).
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut adalah tabel yang menampilkan indek polaritas pelarut:

Tabel I. Nilai sifat pelarut


(Anonim4, 2007)
Titik
ε° UV Indek Refractive Viskositas
Solven ε° SiO2 didih
Al2O3 cutoff Polaritas Index (cP, 20 °C)
(°C)
N-heksana 0,03 0,01 195 0,1 68,9 1,375 0,313
Etil asetat 0,38-0,48 0,58 256 4,4 77,1 1,37 0,46-0,47
Toluena 0,23 0,29 285 2,4 101,6 1,496 0,59
Metanol 0,73 0,95 205 5,1 64,7 1,329 0,6

3. Aplikasi penotolan sampel

Hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan KLT adalah

penotolan sampel. Penotolan sampel dalam jumlah banyak secara manual

membutuhkan waktu lama dan menghasilkan reprodusibilitas yang rendah.

Penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual

terutama jika sampel yang ditotolkan lebih dari 15 µl. Parameter aplikasi yang

direkomendasikan dalam penotolan sampel otomatis pada KLT tujuan

densitometri adalah diameter bercak 2 mm untuk volume sampel 0,5 µl,

konsentrasi sampel 0,02-0,2% dan banyaknya sampel 1-10 µg untuk KLT

konvensional, 0,1-1 µg untuk KLT kinerja tinggi. Untuk memperoleh

reprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 µl (Rohman,

2009). Volume sampel yang dapat diaplikasikan sebagai titik adalah 0,5-5 µl

pada KLT konvensional (Sherma, 1996).

4. Penilaian kromatogram

Faktor retardasi (retardation factor atau Rf) adalah jarak yang ditempuh

senyawa dibagi dengan jarak yang ditempuh solven. Ketika membandingkan

senyawa berbeda dalam kondisi kromatografi yang sama, senyawa dengan nilai Rf

yang lebih besar bersifat kurang polar karena berinteraksi kurang kuat terhadap
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adsorben polar dari plat KLT (Anonim6, 2010). Nilai Rf berguna untuk

mengidentifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan

dengan nilai Rf dari senyawa standar (Clark, 2007).

(1)

Nilai Rf pada KLT dipengaruhi oleh banyak faktor seperti contohnya

aktivitas lapisan, ketebalan, keseragaman, jarak elusi, jumlah sampel yang

diaplikasikan, solven, kehadiran substansi lain, ukuran dan bentuk chamber,

perubahan temperatur, dan lain sebagainya. Bentuk bercak hasil pemisahan juga

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kelebihan jumlah sampel yang ditotolkan,

penguapan kontinu dari fase gerak selama pengembangan, kehadiran substansi

lain, perubahan temperatur, dan lain sebagainya (Gasparic, 1978).

Solut individual hasil pemisahan kromtografi akan membentuk profil

Gaussian dalam arah aliran fase gerak. Profil ini berbentuk puncak atau pita secara

perlahan akan melebar dan sering membentuk profil yang asimetrik karena solut

melanjutkan migrasi ke fase diam. Pelebaran pucak kromatografi disebabkan oleh

difusi eddy, difusi longitudinal atau aksial, dan transfer massa.

a. Difusi Eddy. Keadaan di mana beberapa molekul meninggalkan

kolom tidak bersamaan akibat diversi selama perjalanan. Fenomena ini dapat

dijelaskan dengan gambar 4.

b. Difusi longitudinal atau aksial. Spesies solut menyebar ke segala arah

dengan difusi ketika berada di dalam fase gerak. Difusi terjadi dengan arah yang
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sama dan berlawanan dengan aliran fase gerak. Fenomena ini dapat dijelaskan

dengan gambar 5.

c. Transfer massa. Terjadi antara fase gerak, fase gerak stagnan, dan fase

diam. Profil konsentrasi dalam fase diam tertinggal sedikit dibanding profil

konsentrasi dalam fase gerak yang akan mengakibatkan adanya pelebaran puncak.

Desorpsi yang lambat juga menghasilkan puncak yang asimetris atau condong.

Distribusi aliran fase gerak yang mengalir di antara partikel fase diam dalam

gerakan laminar. Keceparan alir fase gerak lebih cepat jika melalui pusat saluran

dibanding fase gerak di dekat artikel fase diam (Rohman, 2009). Fenomena ini

terlihat pada gambar 6.

Gambar 4. Ilustrasi pengaruh difusi Eddy pada pelebaran puncak (Honrath, 1995)

Gambar 5. Ilustrasi pengaruh difusi longitudinal pada pelebaran puncak (Scott, 2008)

Gambar 6. Ilustrasi pengaruh transfer massa pada pelebaran puncak (Scott, 2008)
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Profil konsentrasi solut yang bermigrasi akan simetris jika rasio distribusi

solut (D) konstan selama kisaran konsentrasi keseluruhan puncak, seperti

ditunjukkan oleh isoterm sorpsi yang linear berupa plot konsentrasi solut dalam

fase diam (Cs) tehadap konsentrasi solut dalam fase gerak (Cm). Adanya puncak

asimetri dapat disebabkan oleh ukuran sampel yang dianalisis terlalu besar,

interaksi yang kuat antara solut dengan fase diam dapat menyebabkan solut sukar

terelusi sehingga dapat menyebabkan terbentuknya puncak yang mengekor

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Gambar 7. Isoterm sorpsi dan profil puncak. (a). isoterm linear (b). puncak tailing (c).
puncak fronting (Gandjar dan Rohman, 2007)

Parameter yang menyatakan bentuk puncak adalah peak asymmetry

factor atau As. Asimetri puncak diukur pada 10% tinggi puncak. Nilai untuk

puncak asimetris As adalah 1. Nilai As 0,95-1,10 masih dikatakan baik.

Gambar 8. Menentukan puncak asimetris dan faktor pengekoran (Snyder, Kirkland, dan
Glajch, 1997)
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Resolusi (Rs) adalah parameter yang menggambarkan rentang pemisahan

2 puncak yang saling berdekatan. Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5

karena akan memberikan pemisahan puncak yang baik (base line resolution)

(Gandjar dan Rohman, 2007).

2Rf
Rs  (2)
(W 1  W 2)

Dari persamaan (2) dapat diketahui bahwa yang sangat berpengaruh

terhadap pemisahan suatu komponen adalah Rf maksimum masing-masing solut

(max Rf1 dan max Rf2) serta lebar puncak masing-masing komponen yang

dipisahkan (W1 dan W2). W1 dihitung dari selisih nilai end Rf1 dikurangi start Rf1.

W2 dihitung dari selisih nilai end Rf2 dikurangi start Rf2. Pemisahan dua senyawa

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 9. Pemisahan dua senyawa (Sherma dan Fried, 1996)

Presisi merupakan ukuran derajat kesesuaian antara hasil uji individual

diukur melalui penyebaran hasil individual rata-rata jika prosedur diterapkan

secara berulang pada sampel- sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien

variansi). Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku

relatif (RSD) atau koefisien variansi (KV) 2 % atau kurang (Riyadi, 2009).
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Densitometri

Salganicoff, Polak, Goodall, Goldman, dan Ebel berhasil

mengembangkan densitometer sebagai alat untuk pengukuran kuantitatif in situ

dari substansi yang dipisahkan dengan KLT. Densitometri adalah metode analisis

instrumental berdasarkan interaksi radiasi elekromagnetik dengan analit berupa

bercak hasil pemisahan KLT. Densitometri mengevaluasi bercak analit hasil KLT

dalam kadar kecil secara kuantitatif. Bercak dideteksi dengan sumber sinar dalam

celah (slit) yang dapat diatur panjang dan lebarnya. Sinar yang dipantulkan atau

ditransmisikan diukur dengan fotosensor. Banyaknya analit yang terbaca adalah

berdasarkan perbedaan antara sinyal optik daerah yang tidak mengandung bercak

dengan daerah yang mengandung bercak dalam lempeng yang sama (Rohman,

2009).

Secara umum, densitometri terbagi menjadi 2 model pembacaan yakni

model refleksi dan transmitan (Sherma dan Fried, 1996). Model refleksi

mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan dari permukaan dengan menggunakan

lampu yang berbeda sebagai sumber cahaya UV/Vis. Lampu halogen dan tungsten

untuk menghasilkan cahaya visibel sedangkan lampu xenon menghasilkan cahaya

UV. Lampu merkuri umumnya digunakan untuk menghasilkan cahaya dalam

kisaran UV dan visibel. Monokromator digunakan untuk menghasilkan cahaya

monokromatik. Cahaya yang direfleksikan kemudian diukur dengan

photomultiplier, fotodioda, dan fotoresistor. Hasil dari detektor dikonversikan ke

dalam sinyal tertentu. Kekurangan dari model ini adalah pengaruh posisi bercak

terhadap sinyal yang dihasilkan. Kesalahan yang signifikan juga disebabkan


17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perbedaan konsentrasi profil sampel dan standar. Begitu pula perlakuan terhadap

plat setelah dikromatografi juga menyebabkan adanya variasi (Sherma dan Fried,

1996).

Model transmitan mengukur absorbansi substansi dalam kisaran visibel.

Detektor fotometrik mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan pada sisi

plat. Sinyal ini merupakan fungsi banyaknya molekul yang mengabsorbsi cahaya

dari lampu. Kelebihan model ini adalah fluktuasi transmisi akibat perbedaan

posisi dari bercak maupun akibat gradien konsentrasi dapat diabaikan. Model ini

juga lebih sensitif dibanding model refleksi karena semua molekul dalam bercak

mempengaruhi sinyal, tidak hanya molekul yang berada pada permukaan dalam

model refleksi. Kekurangan metode ini bahwa adanya interferensi latar belakang

yang dominan (Sherma dan Fried, 1996).

L
L

MC
F (MF)
MC
(MF)

P P

a b
F

Gambar 10. Ilustrasi skematis model deteksi. (a). refleksi dan (b). transmisi. L=lamp,
D=detector, F=cut-off filter (for fluorescence), P=plate, MF=monochromatic filter,
MC=monochromator (Sherma dan Fried, 1996)
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

G. Landasan Teori

Kombinasi kloramfenikol dan lidokain HCl membantu mengurangi rasa

nyeri infeksi bakteri otitis eksterna dan media. Salah satu produk yang

mengandung kombinasi kloramfenikol dan lidokain HCl adalah obat tetes telinga

Colme®. Kloramfenikol adalah basa yang sukar larut dalam air, mudah larut dalam

etanol, propilen glikol, aseton dan dalam etil asetat. Kloramfenikol dalam tetes

telinga mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0%

C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket. Kloramfenikol dalam air

memiliki λmaks 278 nm, E1cm


1%
298 dan dalam natrium hidroksida memiliki λmaks 276

1%
nm, E1cm 200. Larutan topikal lidokain HCl mengandung C14H22N2O.HCl tidak

kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada

etiket. Lidokain HCl adalah suatu garam yang sangat mudah larut dalam air dan

dalam etanol, larut dalam kloroform, tidak larut dalam eter. Lidokain dalam etanol

memiliki λmaks 263 nm, E1cm


1%
13,5 dan λmaks 278 nm, E1cm
1%
2,2.

Metode KLT densitometri dapat memisahkan dan mengevaluasi bercak

analit hasil pemisahan KLT. Bercak analit dikuantifikasi berdasarkan interaksi

radiasi elekromagnetik dengan analit. Dengan memvariasikan dan mengoptimasi

jenis dan komposisi fase gerak akan berpengaruh terhadap pemisahan senyawa

dengan metode ini. Parameter dalam pemisahan senyawa yang dituju dengan

metode KLT densitometri adalah bentuk puncak yang simetris, sempit, dan

runcing dengan nilai As berada dalam kisaran 0,95-1,10, nilai Rf antara 0,2-0,8,

nilai Rs ≥ 1,5, dan KV dari nilai As, Rf, dan Rs ≤ 2 % .


19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

H. Hipotesis

Penggunaan jenis dan komposisi fase gerak yang optimum akan

menghasilkan bentuk puncak yang simetris, sempit, dan runcing dengan nilai As

berada dalam kisaran 0,95-1,10, nilai Rf antara 0,2-0,8, nilai Rs ≥ 1,5, dan KV dari

nilai As, Rf, dan Rs ≤ 2 % pada pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain

HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme® menggunakan metode KLT

densitometri fase diam silika gel 60 F254.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis rancangan penelitian eksperimental

analitik yang pada subjek uji diberikan perlakuan yaitu jenis dan komposisi fase

gerak.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis dan perbandingan

komposisi fase gerak yaitu n-heksana:etil asetat, n-heksana:toluena:dietilamin,

dan n-heksana:toluena:metanol:dietilamin.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah pemisahan puncak

kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme® yang

dilihat dari bentuk puncak termasuk nilai As, nilai Rf, nilai Rs, dan KV dari nilai

As, Rf, dan Rs.

3. Variabel pengacau terkendali

a. Kemurnian pelarut yang digunakan, untuk mengatasinya digunakan pelarut

pro analysis.

b. Kemurnian bahan baku yang digunakan, untuk mengatasinya digunakan

bahan baku yang telah terjamin kualitasnya oleh Certificate of Analysis.

20
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Definisi Operasional

1. Kloramfenikol dan lidokain HCl merupakan senyawa aktif yang berada dalam

sediaan obat tetes telinga Colme®.

2. Sistem kromatografi lapis tipis (KLT) yang digunakan adalah sistem KLT fase

normal dengan fase diam silika gel dan fase gerak n-heksana:etil asetat

(8,75:16,75), n-heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5), n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:6:1,5), dan n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).

3. Optimasi dilakukan dengan mengubah-ubah jenis dan komposisi fase gerak.

4. Parameter pemisahan optimum komponen dengan KLT densitometri adalah

bentuk puncak termasuk peak asymmetry factor (As), nilai faktor retardasi (Rf),

nilai resolusi (Rs), dan KV dari nilai As, Rf, dan Rs.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku kloramfenikol

(Chemo Lugano Branch, No. batch 8000225001, kemurnian 99,1%), baku

lidokain HCl (Megafine Pharma, No. batch ALH/449/10, kemurnian 99,20%),

etanol p.a. (E. Merck), n-heksana p.a. (E. Merck), etil asetat p.a. (E. Merck),

toluena p.a. (E. Merck), dietilamin p.a. (E. Merck), metanol p.a. (E. Merck),

lempeng KLT silika gel 60 F254 (E. Merck), obat tetes telinga Colme®.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (OHAUS

Carat Series PAJ 1003, max 60/120 g, min 0,001 g, d = 0,01/0,1 mg, e = 1 mg),

densitometer (CAMAG TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No. 160602),

autosampler (Linomat 5 No. 170610), perangkat lunak WinCats (V.1.4.4),

mikropipet Scorex, bejana kromatografi, dan alat-alat gelas.

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan larutan baku kloramfenikol

a. Pembuatan larutan stok. Baku kloramfenikol ditimbang seksama lebih

kurang 10 mg. Baku kloramfenikol dimasukkan dalam labu takar 10 ml dan

dilarutkan dalam etanol sampai batas tanda sehingga diperoleh larutan stok

kloramfenikol 1000 ppm.

b. Pembuatan seri larutan baku. Larutan stok baku kloramfenikol dipipet

sebanyak 1,5 ml, dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 ml, dan dilarutkan dalam

etanol sampai batas tanda sehingga diperoleh konsentrasi 300 ppm. Larutan baku

siap untuk ditotolkan.

2. Pembuatan larutan baku lidokain HCl

Baku lidokain HCl ditimbang seksama lebih kurang 15 mg. Baku

lidokain HCl dimasukkan dalam labu takar 5,0 ml dan dilarutkan dalam etanol

sampai batas tanda sehingga diperoleh larutan stok lidokain HCl 3000 ppm.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Pembuatan larutan campuran baku kloramfenikol dan lidokain HCl

Larutan stok baku kloramfenikol 1000 ppm diambil sebanyak 1,5 ml dan

dimasukkan dalam labu takar 5,0 ml bersama lebih kurang 15 mg baku lidokain

HCl kemudian dilarutkan dalam etanol sampai batas tanda 5,0 ml.

4. Preparasi sampel

Preparasi sampel dilakukan dua kali yakni preparasi larutan sampel untuk

analisis lidokain HCl dan kloramfenikol.

a. Larutan sampel untuk analisis lidokain HCl. Satu sampel obat tetes

telinga Colme® dikeluarkan isinya dan dihomogenkan. Sebanyak 0,75 ml sampel

dipipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml, dilarutkan dalam etanol sampai

batas tanda (campuran A). Larutan ini siap untuk ditotolkan.

b. Larutan sampel untuk analisis kloramfenikol. Campuran A diambil 0,2

ml, dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml, dan dilarutkan dalam etanol sampai

batas tanda. Larutan ini siap untuk ditotolkan.

5. Penentuan panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan lidokain

HCl

Larutan baku kloramfenikol 300 ppm dan lidokain HCl 3000 ppm

masing-masing ditotolkan sebanyak 1 µl, 2 µl, dan 3 µl pada lempeng silika gel

berukuran 7x12 cm. Semua penotolan dilakukan pada jarak 1 cm antar totolan.

Plat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan fase

gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5). Pengembangan

dilakukan setinggi 10 cm. Lempeng silika gel dikeluarkan dan dikeringkan.

Penentuan panjang gelombang pengamatan dilakukan dengan merekam pola


24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

spektra absorbsi masing-masing seri jumlah pada daerah panjang gelombang 200-

400 nm menggunakan densitometer. Menentukan overlapping spektra absorbsi

masing-masing seri jumlah kloramfenikol-lidokain HCl 300 ng-3000 ng, 600 ng-

6000 ng, dan 900 ng-9000 ng.

6. Optimasi metode KLT densitometri

a. Pembuatan fase gerak. Masing-masing fase gerak diambil sebanyak

volume yang tertera pada tabel II dan dicampur dalam labu takar 50 ml. Fase

gerak yang digunakan untuk optimasi adalah sebagai berikut:

Tabel II. Jenis dan perbandingan komposisi fase gerak dan nilai indeks polaritas fase gerak
Fase gerak (ml) N-heksana Toluena Metanol Dietilamin Etil Indeks
p.a. (IP = p.a. (IP = p.a. (IP = p.a. (IP = 1,8) asetat Polaritas
0,1) 2,4) 5,1) p.a. (IP (IP)
= 4,4)
Komposisi I 8,75 - - - 16,25 2,895
Komposisi II 3,75 19,75 - 1,50 - 2,019
Komposisi III 3,75 19,75 6,00 1,50 - 2,615
Komposisi IV 3,75 19,75 5,00 1,50 - 2,533

b. Optimasi pemilihan fase gerak pemisahan baku kloramfenikol dan

lidokain HCl sebagai zat aktif dalam obat tetes telinga Colme®. Larutan baku

kloramfenikol dan baku lidokain HCl masing-masing ditotolkan sebanyak 1 µl, 2

µl, dan 3 µl pada lempeng silika gel berukuran 20x12 cm. Semua penotolan

dilakukan pada jarak 1 cm antar totolan. Plat dikembangkan dalam bejana

kromatografi yang telah dijenuhi oleh masing-masing jenis dan fase gerak yang

akan dioptimasi. Pengembangan dilakukan setinggi 10 cm. Lempeng silika gel

dikeluarkan, ditunggu kering dan bercak analit dideteksi pada panjang gelombang

pengamatan hasil poin 4 menggunakan densitometer.

c. Reprodusibilitas dari fase gerak hasil optimasi. Larutan baku

kloramfenikol, larutan baku lidokain HCl, larutan campuran baku kloramfenikol


25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan lidokain HCl masing-masing ditotolkan sebanyak 1 µl, 2 µl, dan 3 µl pada

lempeng silika gel berukuran 20x12 cm. Tiga replikasi larutan sediaan obat tetes

telinga Colme® yang telah dipreparasi juga ditotolkan sebanyak 1 µl pada

lempeng silika gel tersebut. Semua penotolan dilakukan pada jarak 1 cm antar

totolan. Plat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi oleh

fase gerak dan jarak elusi hasil optimasi. Lempeng silika gel dikeluarkan,

ditunggu kering dan bercak analit dideteksi pada panjang gelombang pengamatan

hasil poin 4 menggunakan densitometer. Parameter optimum dihitung nilai KV

dari nilai peak asymmetry factor (As), faktor retardasi (Rf), dan resolusi (Rs)

puncak hasil pemisahan yang didapat dari 3 kali replikasi larutan sediaan obat

tetes telinga Colme®.

G. Analisis Hasil

Hasil optimasi metode pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl dalam

sediaan obat tetes telinga Colme® dinilai dari densitogram hasil pemisahan dengan

variasi jenis dan komposisi fase gerak. Parameter pemisahan yang baik dilihat dari

bentuk puncak, faktor retardasi, resolusi, koefisien variansi nilai As, Rf, dan Rs.

1. Bentuk puncak

Bentuk puncak yang simetris ditentukan dari nilai faktor asimetri puncak

(As) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:


26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 11. Menentukan puncak asimetris dan faktor pengekoran (Snyder, Kirkland, dan
Glajch, 1997)
di mana: As = faktor asimetris puncak
B = lebar setelah puncak pada ketinggian 10% dari bawah
A = lebar sebelum puncak pada ketinggian 10% dari bawah

2. Faktor retardasi

Nilai Rf dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Rf = a/b (3)

di mana: Rf = faktor retardasi


a = jarak rambat bercak yang dihasilkan oleh fase gerak
b = jarak rambat elusi fase gerak (Clark, 2007).

3. Resolusi

Nilai resolusi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

2Rf
Rs  (4)
(W 1  W 2)

di mana: Rs = nilai resolusi


Z1= max Rf 1
Z2 = max Rf 2
W1= selisih nilai end Rf1 dikurangi start Rf1
W2 = selisih nilai end Rf2 dikurangi start Rf2 (Gandjar dan Rohman, 2007).

4. Koefisien variansi

Nilai % koefisien variansi dari nilai peak asymmetry factor (As), faktor

retardasi (Rf), dan resolusi (Rs) puncak dihitung dengan cara sebagai berikut:

SD
% KV  x100% (5)
x
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di mana: % KV = koefisien variansi


SD = standard deviasi
x = rata-rata nilai (Riyadi, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis dan Komposisi Fase Gerak

Optimasi metode pemisahan berarti memeriksa dan memperkirakan

faktor-faktor yang mempengaruhi sistem kromatografi. Faktor-faktor tersebut

termasuk jenis dan komposisi fase gerak. Optimasi menjadi hal yang penting

karena efektifitas metode KLT sangat ditentukan oleh optimalnya suatu prosedur

analitik yang memungkinkan pemisahan suatu analit terhadap yang lain. Variasi

jenis dan komposisi fase gerak akan memberikan perbedaan nilai indeks polaritas.

Perbedaan nilai indeks polaritas akan mempengaruhi pemisahan oleh karenanya

perlu dilakukan optimasi jenis dan komposisi fase gerak.

Jenis dan komposisi fase gerak yang akan dioptimasi dalam penelitian ini

tercantum dalam tabel II. Pemilihan komposisi fase gerak didasarkan pada

penelitian sebelumnya yaitu penelitian pengembangan dan validasi metode

kuantifikasi residu kloramfenikol yang dilakukan oleh Vovk dan Simonovska

(2005) dengan fase gerak n-heksana:etil asetat (35:65) dan penelitian

pengembangan metode identifikasi lidokain, kokain, dan benzoilecgonine yang

dilakukan oleh Kiszka dan Madro (2002) dengan fase gerak n-

heksana:toluena:dietilamin (65:20:5).

Modifikasi fase gerak bertujuan untuk mengubah polaritas fase gerak

sehingga memiliki kepolaran yang paling sesuai dengan kepolaran senyawa yang

akan dipisahkan. Fase gerak dengan kepolaran yang optimal mampu memutus

sebagian ikatan senyawa dengan fase diam, senyawa dapat terlarut dalam fase

28
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gerak yang akan membawanya secara serentak dan terpisah dengan senyawa

lainnya.

B. Pembuatan Larutan Baku

Larutan baku dibuat dari baku kloramfenikol, baku lidokain HCl, dan

baku campuran kloramfenikol dan lidokain HCl. Larutan baku dibuat dengan

pelarut etanol. Larutan baku tunggal dibuat sebagai pembanding untuk

memastikan adanya analit yang dituju dalam sampel dengan menilai kesamaan Rf

baku dan sampel. Pembuatan larutan baku campuran bertujuan mensimulasi

keadaan sampel sediaan obat tetes telinga Colme® yang terdiri dari campuran

senyawa aktif kloramfenikol dan lidokain HCl. Optimasi dilakukan pada larutan

baku campuran karena apabila keadaan sistem yang optimal telah tertetapkan pada

campuran baku maka kondisi yang serupa juga dapat diaplikasikan pada sampel

untuk memperoleh pemisahan dan bentuk puncak yang dinilai optimal.

Larutan baku dibuat dengan 3 seri jumlah dengan tujuan melihat

kenaikan respon detektor terhadap jumlah senyawa analit yang dinyatakan dengan

luas area di bawah puncak analit (Area Under Curve/AUC). Larutan baku

campuran disiapkan dengan pencampuran baku kloramfenikol dan baku lidokain

HCl sehingga pada akhir larutan diperoleh perbandingan konsentrasi

kloramfenikol:lidokain HCl adalah 1:10, di mana kloramfenikol 300 ppm dan

lidokain HCl 3000 ppm. Masing-masing larutan baku dibuat dengan seri rendah,

menengah, dan tinggi (kloramfenikol 300 ng, 600 ng, 900 ng, dan lidokain HCl

3000 ng, 6000 ng, 9000 ng). Pembuatan seri jumlah ini dilakukan dengan
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memvariasikan volume penotolan yakni untuk seri jumlah rendah, menengah, dan

tinggi dilakukan penotolan 1, 2, dan 3 µl.

Pembuatan larutan baku seharusnya mengikuti perbandingan konsentrasi

kloramfenikol dan lidokain HCl 5:2 dalam volume sediaan obat tetes telinga

Colme® 8 ml namun berdasarkan orientasi lidokain HCl tidak dapat terdeteksi

untuk konsentrasi serendah itu (0,8% b/v). Lidokain HCl dalam etanol memiliki

λmaks 263 nm, E1cm


1%
13,5 dan λmaks 278 nm, E1cm
1%
2,2 (Clarke, 1986). Nilai ε

lidokain HCl adalah 317,53 l/mol.cm. Nilai ε untuk memberikan absorbansi yang

dapat terbaca adalah minimal 1000 l/mol cm yang dinyatakan sebagai absorbansi

lemah. Lidokain HCl dalam sampel terdapat dalam jumlah yang kecil sehingga

ketika dideteksi dengan densitometer tidak terbaca sebagai puncak. Puncak yang

terlalu kecil dapat terganggu oleh noise alat dan plat.

C. Optimasi Metode Pemisahan Kloramfenikol dan Lidokain HCl dalam

Sediaan Obat Tetes Telinga Colme® dengan KLT Densitometri

1. Penentuan panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan lidokain

HCl

Penentuan panjang gelombang pengamatan bertujuan menentukan

panjang gelombang yang akan digunakan dalam deteksi bercak kloramfenikol dan

lidokain HCl oleh densitometer. Densitometer akan mampu membaca puncak dari

kedua analit dalam satu kali deteksi. Pengukuran untuk mencari panjang

gelombang pengamatan dilakukan menggunakan fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penentuan panjang gelombang pengamatan dilakukan dengan deteksi

masing-masing baku kloramfenikol dan lidokain HCl. Deteksi dilakukan pada

panjang gelombang 200-400 nm yang termasuk panjang gelombang ultraviolet

(UV). Syarat senyawa yang dapat dianalisis dengan panjang gelombang tersebut

harus memiliki gugus kromofor dan auksokrom (Rohman dan Gandjar, 2007).

Gugus kromofor akan memberikan serapan ketika dipaparkan sinar UV sehingga

terbaca sebagai puncak dalam densitogram. Gugus auksokrom berperan dalam

pergeseran panjang gelombang dan intensitas serapan maksimal senyawa. Berikut

ini merupakan gugus kromofor dan auksokrom yang terdapat pada struktur

kloramfenikol dan lidokain HCl:

Gambar 12. Gugus kromofor dan gugus auksokrom kloramfenikol dan lidokain
hidroklorida
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berikut adalah spektra absorbsi baku kloramfenikol dan lidokain HCl:

281 nm

B3

B2

B1

A3
A2
A1
263
nm

Gambar 13. Pola spektra absorbsi seri larutan baku kloramfenikol dan lidokain HCl pada
panjang gelombang 200-400 nm
A1. Spektra absorbsi baku kloramfenikol 300 ng (seri bawah)
A2. Spektra absorbsi baku kloramfenikol 600 ng (seri menegah)
A3. Spektra absorbsi baku kloramfenikol 900 ng (seri atas)
B1. Spektra absorbsi baku lidokain HCl 3000 ng (seri bawah)
B2. Spektra absorbsi baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
B3. Spektra absorbsi baku lidokain HCl 9000 ng (seri atas)

Panjang gelombang serapan maksimal (λmaks) dari kloramfenikol yang

diperoleh dari densitogram (gambar 13) adalah 281 nm. Menurut Clarke (1986)

serapan maksimal kloramfenikol dalam air adalah 278 nm. Hasil pengukuran yang

didapat menunjukkan adanya pergeseran sebesar 3 nm antara panjang gelombang

hasil pengamatan dan literatur. Pergeseran panjang gelombang hasil penelitian

adalah sebesar 1 nm dari pergeseran yang diijinkan yakni 278±2 nm (Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Pergeseran panjang gelombang

diakibatkan oleh perbedaan kondisi pengujian saat penelitian dengan kondisi

pengujian literatur seperti instrumen analisis. Dalam percobaan digunakan


33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

densitometer untuk mengukur λmaks kloramfenikol sedangkan dalam literatur

digunakan spektrofotometer UV.

Lidokain HCl, dilihat dari densitogram (gambar 13), memiliki panjang

gelombang serapan maksimal (λmaks) sebesar 263 nm. Serapan maksimal lidokain

dalam etanol adalah 263 nm (Clarke, 1986). Hal ini menunjukkan tidak ada

pergeseran panjang gelombang yang diperoleh dibanding dengan panjang

gelombang literatur.

Setelah diperoleh spektra absorbsi masing-masing senyawa, maka dapat

ditentukan panjang gelombang pengamatan yakni dengan melihat spektra

overlapping dari kedua senyawa seperti berikut:

100,0

[AU]
80,0

60,0

40,0

Wavelength : 242,0 [nm] 20,0


Signal : 21,3 [AU]

0,0
200 250 300 [nm] 400
Gambar 14. Pola spektra absorbsi larutan baku kloramfenikol 600 ng dan lidokain 6000 ng
pada pengukuran panjang gelombang pengamatan

Tabel III. Data pengukuran panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan lidokain
HCl
Baku Panjang gelombang pengamatan
Baku kloramfenikol 300 ng dan lidokain HCl 3000 ng 242 nm
Baku kloramfenikol 600 ng dan lidokain HCl 6000 ng 242 nm
Baku kloramfenikol 900 ng dan lidokain HCl 9000 ng 242 nm
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada penelitian ini panjang gelombang pengamatan yang digunakan

merupakan hasil perpotongan antara spektra absorbsi baku kloramfenikol dan

baku lidokain HCl pada masing-masing seri jumlah 300 ng, 600 ng, dan 900 ng

untuk kloramfenikol dan pada masing-masing seri jumlah 3000 ng, 6000 ng, dan

9000 ng untuk lidokain HCl. Berdasarkan data tabel III maka panjang gelombang

pengamatan yang digunakan adalah 242 nm. Penggunaan panjang gelombang 242

nm mempertimbangkan penampilan puncak kloramfenikol agar tidak terlalu besar

dan puncak lidokain HCl dengan tinggi yang hampir berbanding dengan

kloramfenikol.

2. Optimasi fase gerak untuk pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl

dalam sediaan obat tetes telinga Colme® dengan KLT densitometri

Optimasi dilakukan dengan KLT densitometri pada panjang gelombang

pengamatan 242 nm. Pelarut pada baku dan sampel adalah etanol. Kromatografi

teknik ascending digunakan dengan jarak pengembangan 10 cm dalam chamber

yang terjenuhkan oleh fase gerak. Puncak baku yang muncul dalam densitogram

digunakan untuk analisa reprodusibilitas data As, Rf, dan Rs sebagai respon untuk

mendefinisikan kondisi yang optimal.

Sistem kromatografi yang digunakan dalam analisis pemisahan

kloramfenikol dan lidokain HCl adalah fase normal yang artinya fase diam

bersifat lebih polar dibandingkan fase gerak yang digunakan. Suatu zat dapat

dipisahkan dari zat lain dengan KLT bila zat memiliki interaksi dengan fase diam

dan fase gerak. Beberapa jenis dan komposisi fase gerak dan pengaruhnya

terhadap baku kloramfenikol dan lidokain HCl dipaparkan dalam tabel IV.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel IV. Tabel nilai Rf dan As larutan baku kloramfenikol dan lidokain HCl pada berbagai
komposisi fase gerak
Komposisi Baku Rf As Keterangan
fase gerak
kloramfeni lidokain kloramfeni lidokain
kol HCl kol HCl
n-heksana: Baku 0,23 Puncak 0,67 Puncak Bentuk puncak
etilasetat kloramfenikol mengekor mengekor kloramfenikol
(8,75:16,25) 300 ng dan runcing, namun
lidokain HCl tidak simetris
3000 ng (nilai As di
bawah 0,95).
Baku 0,24 Puncak 1 Puncak Puncak lidokain
kloramfenikol mengekor mengekor HCl mengekor.
600 ng dan
lidokain HCl
6000 ng
Baku 0,24 Puncak 0,75 Puncak
kloramfenikol mengekor mengekor
900 ng dan
lidokain HCl
9000 ng
n- Baku 0,01 0,47 - 1 Kloramfenikol
heksana:tolu kloramfenikol tidak terelusi.
ena:dietilami 300 ng dan Bentuk puncak
n lidokain HCl lidokain HCl
(3,75:19,75: 3000 ng simetris dan
1,5) runcing.
Baku 0,01 0,47 - 1
kloramfenikol
600 ng dan
lidokain HCl
6000 ng
Baku 0,01 0,47 - 1
kloramfenikol
900 ng HCl
dan lidokain
HCl 9000 ng
n- Baku 0,32 0,49 1,67 1 Bentuk puncak
heksana:tolu kloramfenikol kloramfenikol
ena:metanol: 300 ng dan tidak simetris,
dietilamin lidokain HCl lebar, dan tidak
(3,75:19,75: 3000 ng halus. Puncak
6:1,5) lidokain HCl
Baku 0,32 0,48 1,25 1 simetris.
kloramfenikol
600 ng dan
lidokain HCl
6000 ng
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Baku 0,33 0,49 1,25 1


kloramfenikol
900 ng dan
lidokain HCl
9000 ng
n- Baku 0,25 0,46 1 1 Bentuk puncak
heksana:tolu kloramfenikol kloramfenikol
ena:metanol: 300 ng dan dan lidokain
dietilamin lidokain HCl HCl simetris
(3,75:19,75: 3000 ng dan runcing.
5:1,5)
Baku 0,25 0,47 1 1
kloramfenikol
600 ng dan
lidokain HCl
6000 ng
Baku 0,26 0,47 1 1
kloramfenikol
900 ng dan
lidokain HCl
9000 ng

Tabel IV memaparkan bentuk puncak, nilai Rf, dan As dari puncak hasil

elusi baku kloramfenikol dan lidokain HCl secara KLT dengan deteksi

densitometer pada beberapa jenis dan komposisi fase gerak. Perbedaan jenis dan

komposisi fase gerak menyebabkan perbedaan bentuk puncak, nilai Rf, dan As

karena adanya perbedaan indek polaritas fase gerak. Penjelasan di bawah akan

membahas hasil elusi kloramfenikol dan lidokain HCl dengan masing-masing

modifikasi jenis dan komposisi fase gerak.

a. Hasil elusi kloramfenikol dan lidokain HCl dengan fase gerak n-

heksana:etilasetat (8,75:16,75). Penggunaan fase gerak ini berdasarkan penelitian

Vovk dan Simonovska (2005) sebagai fase gerak untuk pemisahan kloramfenikol

terhadap senyawa lain. Berikut adalah densitogram baku kloramfenikol dan

lidokain HCl setelah dielusi:


37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A B

Gambar 15. Puncak baku kloramfenikol 600 ng dan puncak baku lidokain HCl 6000 ng
dengan fase gerak n-heksana:etil asetat (8,75:16,75)
A. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
C. Puncak yang dihasilkan pada jalur plat silika gel tanpa totolan baku setelah dielusi

Komposisi fase gerak I ini tidak menghasilkan puncak baku

kloramfenikol dan lidokain HCl yang memenuhi persyaratan asimetrisitas yang

baik yakni 0,95-1,10. Puncak lidokain HCl tidak terelusi sempurna, masih

terdapat bercak lidokain HCl di area penotolan (Rf = 0) sehingga bercak

mengekor. Hal ini menunjukkan bahwa lidokain HCl terikat lebih kuat terhadap

fase diam dibanding fase gerak. N-heksana akan menurunkan polaritas fase gerak

sehingga senyawa akan terikat lebih kuat ke fase diam karena lidokain HCl

bersifat relatif polar. Fase gerak tidak memiliki elution strength dan kepolaran

yang cocok untuk mengelusi bercak lidokain HCl dan membawanya sebagai

bercak bulat utuh agar terdeteksi sebagai puncak yang simetris. Puncak di akhir

fase diam (gambar 15 C) merupakan kontaminan dari fase diam atau fase gerak
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang ikut menyerap sinar UV sehingga terbaca sebagai puncak. Puncak tersebut

bukan merupakan puncak baku karena memiliki bentuk, AUC, dan Rf yang sama

untuk tiap jalur pengembangan di fase diam yang digunakan. Berdasarkan hasil

elusi maka fase gerak ini tidak digunakan dalam penelitian ini untuk pemisahan

kloramfenikol dan lidokain HCl.

b. Hasil elusi kloramfenikol dan lidokain HCl dengan fase gerak n-

heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5). Penggunaan fase gerak ini

berdasarkan penelitian Kiszka dan Madro (2002) yang mengembangkan metode

pemisahan lidokain, kokain, dan benzoilecgonine. Berikut adalah densitogram

baku kloramfenikol dan lidokain HCl setelah dielusi dan gambaran plat KLT di

bawah sinar UV 254 nm setelah dielusi:

A B

Gambar 16. Puncak baku kloramfenikol 600 ng dan puncak baku lidokain HCl 6000 ng
dengan fase gerak n-heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5)
A. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
C. Puncak yang dihasilkan pada jalur plat silika gel tanpa totolan baku setelah dielusi
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Komposisi fase gerak II membawa totolan lidokain HCl sebagai puncak

simetris (As 1) yang terbaca pada Rf 0,47 (masuk ke dalam kisaran Rf 0,2-0,8).

Fase gerak tidak mampu mengelusi kloramfenikol sehingga Rf totolan adalah

0,01. Nilai As puncak kloramfenikol tidak dapat ditentukan karena totolan belum

terelusi untuk terdeteksi sebagai puncak pada jarak pengembangan 10 cm. Tidak

terelusinya kloramfenikol dapat disebabkan karena komposisi fase gerak memiliki

kepolaran yang tidak cocok dengan kepolaran senyawa sehingga kloramfenikol

akan terikat lebih kuat kepada fase diam.

Berdasarkan hasil di atas maka perlu dilakukan usaha untuk

meningkatkan Rf kloramfenikol. Usaha-usaha yang dapat ditempuh meliputi

modifikasi fase gerak atau dengan meningkatkan jarak elusi. Usaha yang pertama

ditempuh adalah modifikasi fase gerak dengan pertimbangan efisiensi waktu

analisis dan pemakaian plat KLT. Untuk meningkatkan nilai Rf kloramfenikol

diperlukan peningkatan banyaknya interaksi kloramfenikol dengan fase gerak

sehingga dapat terelusi naik ke range Rf 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan

(Gandjar dan Rohman, 2007). Bercak hasil pemisahan yang berada dalam 1/5 dari

jarak elusi akan memberikan tempat atau kesempatan kemungkinan munculnya

puncak di belakang analit dan bercak yang berada dalam 4/5 dari jarak elusi akan

memberikan cukup tempat untuk kemungkinan munculnya puncak setelah analit.

Pada gambar densitogram di atas (gambar 16 C) diperoleh puncak selain

puncak baku. Puncak tersebut adalah serapan yang disebabkan oleh pengotor pada

fase diam ataupun fase gerak.


40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Hasil elusi kloramfenikol dan lidokain HCl dengan fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:6:1,5). Fase gerak ini merupakan

hasil modifikasi untuk meningkatkan kepolaran fase gerak dari 2,019 menjadi

2,615 dengan penambahan 6,0 ml metanol yang memiliki indeks polaritas 5,1.

Metanol dapat melarutkan baik kloramfenikol dan lidokain HCl. Metanol perlu

ditambahkan karena fase gerak n-heksana:toluena:dietilamin belum memiliki

indeks polaritas yang sesuai dengan polaritas kloramfenikol. Berikut adalah

densitogram baku kloramfenikol dan lidokain HCl setelah dielusi:

A1 A2

Gambar 17. Puncak baku kloramfenikol 300 ng, 600 ng, dan puncak baku lidokain HCl 6000
ng dengan fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:6:1,5)
A1. Baku kloramfenikol 300 ng (seri bawah)
A2. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)

Komposisi fase gerak III meningkatkan nilai Rf kloramfenikol dan

lidokain HCl sehingga masuk dalam kisaran Rf 0,2-0,8. Puncak lidokain HCl hasil

elusi dengan fase gerak ini menghasilkan puncak yang simetris dengan nilai As 1.

Hasil elusi totolan kloramfenikol menampakkan puncak yang lebar, tidak halus,
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan tidak memenuhi persyaratan nilai As, berada di luar range 0,95-1,10. Hal ini

dapat disebabkan kepolaran fase gerak yang tidak sesuai dengan kepolaran

kloramfenikol.

Puncak kloramfenikol yang melebar, tidak halus, dan asimetris ini dapat

disebabkan karena kelarutan kloramfenikol yang besar pada fase gerak akibat

penambahan metanol yang terlalu banyak. Hal ini mengakibatkan interaksi

kloramfenikol terhadap fase diam berkurang. Untuk pencapaian puncak yang

simetri, runcing, dan sempit diperlukan kesetimbangan sorpsi dan desorpsi

senyawa pada fase diam yang paling optimal. Kesetimbangan ini dapat dicapai

bila fase gerak yang digunakan memungkinkan hal demikian, dalam artian bahwa

kloramfenikol harus agak larut dalam fase gerak namun tidak terlalu larut agar

dapat cukup untuk diadsorbsi fase diam. Fase gerak ini tidak dapat digunakan

untuk pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl sehingga perlu dilakukan

modifikasi lanjut yakni dengan mengurangi volume metanol untuk mengurangi

kepolaran fase gerak.

d. Hasil elusi kloramfenikol dan lidokain HCl dengan fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5). Fase gerak ini merupakan

hasil modifikasi untuk menurunkan indeks polaritas fase gerak III dari 2,615

menjadi 2,533. Berikut adalah densitogram baku kloramfenikol dan lidokain HCl

setelah dielusi:
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A B

Gambar 18. Puncak baku kloramfenikol 600 ng dan puncak baku lidokain HCl 6000 ng
dengan fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
A. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)

Komposisi fase gerak IV memiliki kepolaran yang paling optimal untuk

dapat mengelusi kloramfenikol secara serentak, begitu juga halnya dengan

lidokain HCl sehingga menghasilkan puncak simetris dan runcing. Interaksi

kloramfenikol dan lidokain HCl terhadap fase gerak lebih besar dibanding fase

diam sehingga senyawa dapat terelusi dan terpisah dalam kecepatan migrasi serta

menghasilkan nilai Rf yang berbeda.

Berdasarkan hasil optimasi yang dilakukan, dari keempat komposisi fase

gerak, komposisi fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin

(3,75:19,75:5:1,5) memenuhi kriteria puncak yang paling baik sehingga

merupakan fase gerak yang optimal. Hasil elusi (gambar 18) menunjukkan bentuk

puncak yang simetris, sempit, dan runcing dengan nilai As berada dalam kisaran

0,95-1,10 dan nilai Rf yang berada dalam kisaran 0,2-0,8 yakni Rf 0,26 untuk baku

kloramfenikol dan Rf 0,47 untuk baku lidokain HCl.

Pemisahan antara senyawa dapat terjadi karena adanya interaksi antara

senyawa dengan fase diam dan fase gerak. Terdapat interaksi antara kloramfenikol

dan lidokain HCl dengan fase diam sehingga diperlukan fase gerak dengan
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepolaran yang sesuai untuk memutus sebagian interaksi ini. Berikut adalah

gambaran interaksi kloramfenikol dan lidokain HCl dengan fase diam:

O
O H
Si O

O Cl O H
Cl
CH
H H2C
O
Si O
O CH
NH OH
O CH

O H
Si O

O H
Si O

N O
O

O H O
Si O

Gambar 19. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam


Interaksi hidrogen

O CH3
H3C
H
O Si O N H

O
O C
H
O Si O CH2

O
N
H
O Si O

Gambar 20. Interaksi lidokain dengan fase diam


Interaksi hidrogen
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kloramfenikol bersifat lebih polar dan memiliki interaksi hidrogen lebih

banyak dengan fase diam silika dibandingkan lidokain sehingga setelah elusi

dengan fase gerak, nilai Rf lidokain akan lebih besar dibanding kloramfenikol.

Gugusan polar dari kloramfenikol dan lidokain HCl akan mengadakan

interaksi hidrogen dengan metanol. Gugus non polar dari kloramfenikol dan

lidokain HCl mengadakan interaksi hidrofobik dengan toluena dan n-heksana.

Dari gambar interaksi (gambar 21 dan 22) dapat dilihat bahwa interaksi yang

terjadi antara lidokain HCl dengan penyusun fase gerak terbesar yakni toluena

adalah lebih banyak dibanding kloramfenikol. Lidokain, bersifat lebih non polar

dibanding kloramfenikol, akan terlarut dan terbawa oleh fase gerak lebih cepat

dibanding kloramfenikol sehingga Rf lidokain akan lebih besar dibanding

kloramfenikol. Penambahan dietilamin, suatu senyawa basa dengan pKb 2,9

(Quin, 2000), dalam fase gerak akan membentuk molekul lidokain basa sesuai

dengan reaksi pada gambar 22.


H
C2H5 N C2H5
CH3 H3C O H

H H
C2H5 N C2H5
O

H O CH3 H3C
CH2
O
H
N C CH O Cl
O O
HN C C Cl
H H

H O CH3 H3C
CH3 H3C O H
H
H C2H5 N C2H5
C2H5 N C2H5

Gambar 21. Interaksi kloramfenikol dengan fase gerak n-


heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
Interaki van der Waals
Interaksi hidrogen
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

CH3 CH3

H2 HN C2H5 H2 Cl H
N C2H5
NH C C NH Cl + NH C C N +
C2H5 C2H5
O O

CH3 CH3

H
C2H5 N C2H5

CH3 H3C O H

CH3

H O
H2
N C C N
CH3

CH3
C2H5
CH3 H3C O H NH

C2H5
H
C2H5 N C2H5
Gambar 22. Reaksi asam basa antara lidokain HCl dengan dietilamin dan interaksi lidokain
dengan fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
Interaki van der Waals
Interaksi hidrogen

Penentuan reprodusibilitas nilai Rf senyawa dilakukan dengan pemisahan

baku campuran kloramfenikol dan lidokain HCl (untuk masing-masing seri

rendah, menengah, dan tinggi) serta larutan sampel sebanyak tiga kali replikasi.

Sampel yang digunakan adalah sediaan obat tetes telinga Colme® volume 8 ml

yang terdiri dari zat aktif kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4% dengan

pembawa propilen glikol. Sediaan kental ini dipipet untuk mengambil sejumlah

volume sampel.

Dalam tahapan optimasi, sampel digunakan untuk tujuan kualitatif

artinya sampel ditotolkan dan dielusi seperti perlakuan baku untuk melihat apakah

jenis dan komposisi fase gerak yang ditetapkan optimal pada baku juga dapat

digunakan untuk memisahkan kloramfenikol dan lidokain HCl dari sampel


46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sediaan. Digunakannya sampel dalam tahapan optimasi bertujuan untuk

meyakinkan bahwa kondisi optimal yang diperoleh dapat digunakan untuk

tahapan selanjutnya yakni validasi metode dan pada akhirnya penetapan kadar

analit dalam sediaan.

Preparasi sampel diperlukan untuk memperoleh keseluruhan zat aktif

analit dari sediaan untuk dianalisis kadarnya. Preparasi sampel dilakukan dua kali

yaitu preparasi untuk analisis lidokain HCl dan preparasi lanjut untuk analisis

kloramfenikol. Preparasi sampel dimulai dengan mengambil sejumlah volume

sampel yang telah dicampur secara homogen, agar cuplikan yang dianalisis

menggambarkan keadaan keseluruhan analit dalam sediaan, kemudian diencerkan

(campuran A). Totolan 1 µl dari campuran A memiliki jumlah teoritis 6000 ng

lidokain HCl. Berdasarkan seri jumlah yang digunakan dalam tahap optimasi,

jumlah minimal 3000 ng sampai jumlah maksimal 9000 ng lidokain HCl

menampakkan puncak yang baik. Puncak nomor 2 dalam sampel (gambar 23 C2)

memiliki nilai Rf yang mirip dengan baku lidokain HCl sehingga puncak tersebut

adalah puncak lidokain HCl. Preparasi sampel untuk menampilkan puncak

lidokain HCl menghasilkan puncak simetris dan runcing sedangkan puncak

kloramfenikol mengekor. Totolan sampel mengandung jumlah kloramfenikol

yang terlalu banyak sehingga fase gerak tidak mampu mengelusi kloramfenikol

secara serentak.

Campuran A kemudian diambil dan diencerkan dengan etanol. Tujuan

pengerjaan tersebut adalah untuk memperkecil konsentrasi kloramfenikol 15000

ppm menjadi 600 ppm yang siap ditotolkan sebanyak 1 µl pada plat yang berbeda
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

agar menampakkan puncak kloramfenikol 600 ng yang tidak terlalu besar.

Berdasarkan seri jumlah yang digunakan dalam tahap optimasi, jumlah minimal

300 ng sampai jumlah maksimal 900 ng kloramfenikol menampakkan puncak

yang baik. Puncak dalam sampel (gambar 23 C1) memiliki nilai Rf yang mirip

dengan baku kloramfenikol sehingga puncak tersebut adalah puncak

kloramfenikol. Preparasi sampel untuk menampilkan puncak kloramfenikol

menghasilkan puncak simetris dan runcing. Densitogram hanya menampilkan satu

puncak yakni kloramfenikol karena preparasi sampel tahap ini menyebabkan

jumlah lidokain HCl yang terlalu kecil untuk dapat dideteksi sebagai puncak.

Hasil elusi larutan baku campuran kloramfenikol dan lidokain HCl serta

larutan sampel sediaan obat tetes telinga Colme® adalah sebagai berikut:

A B C1

D
C2

Gambar 23. Hasil pemisahan baku campuran kloramfenikol 600 ng dan lidokain HCl 6000
ng, serta pemisahan sampel obat tetes telinga Colme® dengan fase gerak n-
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
A. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
C1. Puncak kloramfenikol dalam sampel obat tetes telinga Colme® (plat I)
C2. Puncak lidokain HCl dalam sampel obat tetes telinga Colme® (plat II)
D. Puncak yang dihasilkan pada jalur plat II silika gel tanpa totolan sampel setelah dielusi
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Puncak di akhir fase diam (gambar 23D) merupakan kontaminan dari

fase diam atau fase gerak yang ikut menyerap sinar UV sehingga terbaca sebagai

puncak. Berikut adalah penjabaran hasil elusi baku campuran kloramfenikol dan

lidokain HCl serta larutan sampel sediaan obat tetes telinga Colme®:

Tabel V. Tabel nilai Rf, As, Rs dan AUC larutan baku campuran kloramfenikol dan lidokain
HCl serta sampel Colme® dengan fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin
(3,75:19,75:5:1,5)
Baku campuran
Sampel
Parameter
Replikasi

Seri rendah Seri menengah Seri tinggi


Kloram Lidokai Kloramfe Lidokai Kloramfe Lidokai
Kloramfe Lidokai
fenikol n HCl nikol 600 n HCl nikol 900 n HCl
nikol n HCl
300 ng 3000 ng ng 6000 ng ng 9000 ng
As
1 1 1 1 1 1 1 1
1 Rf 0,24 0,46 0,24 0,46 0,24 0,46 0,23 0,48
Rs 3,38 3,38 2,93 2,83
AUC 1560,7 3941,5 2389,9 6745,5 3421,9 9598,1 2717,8 6421,6
As
1 1 1 1 1 1 1 1
2 Rf 0,24 0,46 0,24 0,47 0,24 0,47 0,23 0,48
Rs 3,14 3,07 3,07 2,83
AUC 1511,1 3773,9 2487,9 6863,1 3556,8 9594,8 2840,0 6391,4
As
1 1 1 1 1 1 1 1
3 Rf 0,24 0,46 0,24 0,47 0,24 0,48 0,23 0,48
Rs 3,43 3,54 3,29 2,83
AUC 1452,8 3649,1 2602,1 6642,9 3662,6 9315,6 2624,6 6531,8

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel V, semua hasil pemisahan

menampakkan bentuk puncak kloramfenikol dan lidokain HCl simetris dan

runcing. Puncak kloramfenikol dan lidokain HCl terpisah dengan nilai resolusi

yang memenuhi baseline resolution lebih dari 1,5 dan nilai Rf puncak

kloramfenikol dan lidokain HCl berada antara 0,2-0,8. Tiga seri jumlah yakni seri

rendah, menengah, dan tinggi yang digunakan dalam tahapan optimasi

menunjukkan adanya peningkatan respon detektor densitometer. Peningkatan

respon terbaca dari nilai AUC yang meningkat. Tiga seri jumlah ini dipilih dengan

melihat respon detektor terhadap sinyal atau puncak analit yang paling optimal.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Puncak yang dihasilkan tidak terlalu kecil sehingga tidak terganggu oleh noise

alat, puncak yang dihasilkan juga tidak terlalu besar sehingga memunculkan

puncak yang hampir sebanding antara kloramfenikol dan lidokain HCl. Seri

larutan baku tersebut dinyatakan sebagai seri jumlah. Tiga seri jumlah ini dapat

digunakan sebagai acuan dan batasan pengarahan seri jumlah larutan baku yang

digunakan dalam tahap validasi metode dan penetapan kadar. Tiga seri jumlah ini

juga dapat digunakan sebagai acuan pengarahan konsentrasi zat aktif

kloramfenikol dan lidokain HCl di dalam sediaan obat tetes telinga Colme® agar

memberikan hasil pemisahan optimal serupa dengan hasil yang digambarkan dari

tahapan optimasi.

Jarak elusi yang digunakan adalah 10 cm karena pada jarak elusi tersebut

dapat diperoleh pemisahan yang telah baik yakni nilai Rs ≥ 1,5 sehingga tidak

diperlukan jarak elusi yang lebih panjang yakni 15 cm. Jarak elusi 10 cm

digunakan untuk semua percobaan baik pada baku maupun sampel dengan

beberapa fase gerak yang akan dioptimasi. Hal ini bertujuan memastikan bahwa

perbedaan Rf yang muncul dari puncak kloramfenikol dan lidokain HCl adalah

karena akibat perbedaan jenis dan komposisi (indeks polaritas fase gerak) yang

digunakan dan bukan karena jarak elusi yang digunakan.

Optimalnya jenis dan komposisi fase gerak dinilai dari analisis

reprodusibilitas bentuk puncak densitogram termasuk peak asymmetry factor (As),

nilai Rf tiap puncak, dan nilai resolusi (Rs) tiap replikasi sampel. Nilai As puncak

kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel adalah 1 dengan nilai KV 0% dari

tiga replikasi. Nilai Rf puncak kloramfenikol dan lidokain HCl berturut-turut


50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adalah 0,23 dan 0,48 dengan nilai KV 0% dari tiga replikasi. Nilai Rs puncak

kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel adalah 2,83 dengan nilai KV 0%

dari tiga replikasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metode KLT densitometri dengan instrumen Camag TLC Scanner 3

CAT. No. 027.6485 SER. No.160602, fase diam silika gel, fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5), dan jarak elusi 10 cm

menghasilkan parameter optimum yaitu bentuk puncak yang simetris, sempit, dan

runcing dengan nilai As 1, nilai Rf kloramfenikol 0,23, nilai Rf lidokain HCl 0,48,

nilai Rs 2,83, dan KV dari nilai Rf, As, dan Rs 0%.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disimpulkan bahwa metode

KLT densitometri dapat digunakan untuk memisahkan campuran kloramfenikol

dan lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme®.

B. Saran

Perlu dilakukan validasi metode dan penetapan kadar kloramfenikol dan

lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme® dengan menggunakan

metode KLT densitometri dengan perbandingan komposisi fase gerak n-

heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).

51
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 1986, Drug InformationTM 86, American Society of Hospital


Pharmacists, Inc., United States of America, pp.8:12.08, 24:04.

Anonim2, 2002, Handbook of Nonprescription Drugs An Interactive Approach to


Self-Care, 13th Edition, American Pharmaceutical Association, Washington,
DC, pp.760.

Anonim3, 2006, MIMS Ofiicial Drug Reference for Indonesian Medical


Profession, 104th ed., CMPMedica, Jakarta, hal. 408.

Anonim4, 2007, Properties of Solvents on Various Sorbents,


http://www.sanderkok.com, diakses tanggal 9 Maret 2011.

Anonim5, 2009, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008 Badan Pengawas


Obat dan Makanan Republik Indonesia, CV. Sagung Seto, Jakarta, hal. 757.

Anonim6, 2010, TLC : Retention Factor, http://orgchem.colorado.edu, diakses


tanggal 11 Maret 2011.

Bartzatt, R., 2003, Two Lead Drug Designs Based on Chloramphenicol As The
Parent Structure, Which Express Alkylation Activity With Potential For
Clinical Applications, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12831508,
diakses tanggal 10 September 2011.

Clark, J., 2007, Kromatografi Lapis Tipis, diakses dari http://www.chem-istry.org,


diakses tanggal 9 Maret 2011.

Clarke, E. G. C., 1986, Isolation and Identification of Drug in Pharmaceuticals


Body Fluid and Post-Material, The Pharmaceutical Press, London, pp. 246,
329.

Dean, J., 1995, Analytical Chemistry Handbook, Mc Graw-Hill Inc., USA, pp.
5.92 –5.93, 5.106.

Dibbern, H.W., Muller, R.M., Wirbitzki, E., 2002, UV and IR Spectra


Pharmaceutical Substances (UV and IR) and Pharmaceutical and Cosmetic
Excipients (IR)¸ Editio Cantor Verlag, German, pp 469.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope


Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
hal.189-191, 497.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Djaafar, Z. A., 2005, Masalah Infeksi Kronis Telinga Tengah dan Tatalaksana
Bedah Mikro Telinga di Indonesia, http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=167, diakses tanggal 27
Februari 2011.

Gandjar I.G. dan Rohman A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 333-337, 359.

Gasparic, J. dan Churacek, J., 1978, Laboratory Handbook of Paper and Thin-
Layer Chromatography, Ellis Horwood Limited, England, pp. 56-57.

Habtemariam, S., 2006, Chromatographic Principles and Theory,


http://www.herbalanalysis.co.uk/Adsorption.html, diakses tanggal 22 Juni
2011.

Harjadi, W., 1986, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Percetakan PT. Gramedia, Jakarta,
hal. 70-71.

Honrath, R.E.,1995, Mass Transpor Process, http://www.cee.mtu.edu, diakses


tanggal 11 Maret 2011.

Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press,
Jakarta, hal.128-129, 155-156.

King, M.W., 2011, Protein Synthesis, http://themedicalbiochemistrypage.org,


diakses tanggal 28 Februari 2011.

Kiszka, M. dan Madro, R., 2002, The Usefulness of The Thin-Layer


Chromatography Method in The Identification of Cocaine and Its
Metabolite Benzoylecgonine in Autopsy Material,
http://www.forensicscience.pl/component/option,com_jbook/task,view/Item
id,9/catid,36/id,236/lang,en/, diakses tanggal 3 Juli 2011.

Malenović, A., Ivanović, D., Medenica M., dan Jančić, B., 2004, Application of
The Response Surface Methodology for RP-HPLC Analysis of Lidocaine
and Cetrimonium Bromide, acta.chem-soc.si/51/51-3-559.pdf, diakses
tanggal 2 Juli 2011.

Martono, 1996, Penentuan Kadar Kurkumin secara Kromatografi Lapis Tipis


Densitometri, Buletin ISFI Yogyakarta, Vol. 2, No. 4, April 1996, 11-21.

National Institute on Deafness and Other Communication Disorders, 2010, Ear


Infections in Children, www.nidcd.nih.gov, diakses tanggal 27 Februari
2010.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

National Physical Laboratory, 2010, UV-visible Spectroscopy,


www.kayelaby.npl.co.uk/chemistry/3_8/3_8_7.html, diakses tanggal 4 Juli
2011.

Perlstein, D., 2011, Otitis Media (Middle Ear Infection or Inflammation),


www.medicinenet.com, diakses tanggal 27 Februari 2011.

Quin, L.D., 2000, A Guide to Organophosphorus Chemistry, John Wiley & Sons,
United States of America, pp. 79.

Riyadi, W., 2009, Validasi Metode Analisis, www.chem-is-try.org, diakses


tanggal 11 Maret 2011.

Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hal. 2-3, 47, 49-50, 53-54.

Scott, R.P.W., 2008, Principles and Practices of Chromatography,


http://www.chromatography-online.org, diakses tanggal 11 Maret 2011.

Sherma, J. dan Fried, B., 1996, Handbook of Thin-Layer Chromatography, 2nd


ed., Marcel Dekker Inc., New York, pp. 56, 57, 132, 287-289.

Snyder, L.R., Kirkland, J.J., dan Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method
Development, 2nd ed., JohnWiley and Sons, Inc., New York, pp. 210, 488,
690.

Subarkah, A., 2010, Otitis Eksterna, www.klinikindonesia.com, diakses tanggal


23 Februari 2011.

Tan, H.T., dan Rahardja, K., 2010, Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari-hari : Cara menangani sendiri gangguan sehari-hari dengan
terutama obat-obat bebas sederhana (Self Care), PT Elex Media
Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta, hal. 135.

United States Pharmacopeial Convention, 1995, The United States Pharmacopeia,


25th edition, United States Pharmacopeial Convention Inc., Rockville, pp.
335, 887.

Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, hal. 939.

Vovk, Irena, Simonovska, Breda, 2005, Development and Validation of a Thin-


Layer Chromatographic Method for Determination of Chloramphenicol
Residues on Pharmaceutical Equipment Surfaces,
http://business.highbeam.com/408580/article 1G1-180065937/development-
and-validation-thinlayer-chromatographic, diakses tanggal 2 Maret 2011.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Zivanovic, L., Kustrin, S.A., Vasiljevic, M., dan Nemcova, I., 1995, Comparision
of High-Performance and Thin-Layer Chromatographic Methods for the
Assay of Lidocaine, www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses tanggal 2 Maret 2011.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1. Sertifikat Analisis Baku Kloramfenikol


58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Sertifikat Analisis Baku Lidokain Hidroklorida


59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Spektrum Baku Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida


pada 200-400 nm
a. Spektrum baku kloramfenikol

Track Baku λmaks


1 Kloramfenikol seri 283 nm
bawah
2 Kloramfenikol seri 281 nm
menengah
3 Kloramfenikol seri atas 281 nm
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Spektrum baku lidokain HCl

Track Baku λmaks


1 Lidokain HCl seri bawah 263 nm
2 Lidokain HCl seri menengah 264 nm
3 Lidokain HCl seri atas 263 nm
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Panjang gelombang overlapping kloramfenikol konsentrasi 300 ppm 1


mikro (seri bawah) dan lidokain HCl konsentrasi 3000 ppm 1 mikro (seri
bawah)

Wavelength : 242,0 [nm]


Signal : 19,2 [AU]

d. Panjang gelombang overlapping kloramfenikol konsentrasi 300 ppm 2


mikro (seri menengah) dan lidokain HCl konsentrasi 3000 ppm 2 mikro
(seri menengah)

Wavelength : 242,0 [nm]


Signal : 21,3 [AU]
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

e. Panjang gelombang overlapping kloramfenikol konsentrasi 300 ppm 3


mikro (seri atas) dan lidokain HCl konsentrasi 3000 ppm 3 mikro (seri
atas)

Wavelength : 242,0 [nm]


Signal : 21,3 [AU]

Lampiran 4. Perhitungan Kepolaran Fase Gerak


Indek Polaritas
N-heksana 0,1
Etil asetat 4,4
Toluena 2,4
Metanol 5,1
Dietilamin 1,8

a. n-heksana:etilasetat (8,75:16,75)
 8,75   16,75 
Indek polaritas =  x0,1   x 4,4   2,895
 25   25 

b. n-heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5)
 3,75   19,75   1,5 
Indek polaritas =  x0,1   x2,4    x1,8   2,019
 25   25   25 
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:6:1,5)
Indek polaritas =
 3,75   19,75  6   1,5 
 x0,1   x2,4    x5,1   x1,8   2,6153
 31   31   31   31 

d. n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
Indek polaritas =
 3,75   19,75   5   1,5 
 x0,1   x2,4    x5,1   x1,8   2,5325
 30   30   30   30 

Lampiran 5. Data Penimbangan Bahan


Replikasi Bobot Kloramfenikol (g) Bobot Lidokain HCl (g)
1 0,0099 0,0151
2 0,0100 0,0150
3 0,0099 0,0150
a. Perhitungan seri baku kloramfenikol

0,0099g
Konsentrasi stok =  990 ppm
10,0ml
Konsentrasi baku yang dibuat adalah 300 ppm
C1.V1 = C2.V2
990 ppm. 1,5 ml = C2. 5 ml
C2 = 297 ppm
 Seri bawah kloramfenikol :

Volume penotolan = 1 l
297ng
297 ppm = 0,297 mg 
ml 1l
 Seri menengah kloramfenikol:

Volume penotolan = 2 l
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

594ng
297 ppm = 0,297 mg 
ml 2l
 Seri atas kloramfenikol:

Volume penotolan = 3 l
891ng
297 ppm = 0,297 mg 
ml 3l
b. Perhitungan seri baku lidokain HCl

0,0151g
Konsentrasi stok =  3020 ppm
5,0ml
Konsentrasi baku yang dibuat adalah 3000 ppm
 Seri bawah lidokain HCl :

Volume penotolan = 1 l
3020ng
3020 ppm = 3,020 mg 
ml 1l
 Seri menengah lidokain HCl:

Volume penotolan = 2 l
6040ng
3020 ppm = 3,020 mg 
ml 2l
 Seri atas lidokain HCl:

Volume penotolan = 3 l
9060ng
3020 ppm = 3,020 mg 
ml 2l
Perhitungan data penimbangan replikasi 2 dan 3 mengikuti cara yang sama
dengan penyesuaian jumlah bahan yang ditimbang.

Lampiran 6. Sistem Kromatografi Lapis Tipis Densitometri yang Digunakan


65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Densitogram Hasil Elusi Kloramfenikol dan Lidokain HCl


dengan Fase Gerak N-heksana:Etilasetat (8,75:16,75)
a. Densitogram kloramfenikol seri rendah (300 ppm 1 mikroliter)

b. Densitogram kloramfenikol seri menegah (300 ppm 2 mikroliter)


67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Densitogram kloramfenikol seri atas (300 ppm 3 mikroliter)

d. Densitogram lidokain HCl seri bawah (3000 ppm 1 mikroliter)


68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

e. Densitogram lidokain HCl seri menengah (3000 ppm 2 mikroliter)

f. Densitogram lidokain HCl seri atas (3000 ppm 3 mikroliter)


69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

g. Blanko hasil elusi jalur tanpa totolan baku

Lampiran 8. Densitogram Hasil Elusi Kloramfenikol dan Lidokain HCl


dengan Fase Gerak N-heksana:Toluena:Dietilamin (3,75:19,75:1,5)
a. Densitogram kloramfenikol seri rendah (300 ppm 1 mikroliter)
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Densitogram kloramfenikol seri menengah (300 ppm 2 mikroliter)

c. Densitogram kloramfenikol seri atas (300 ppm 3 mikroliter)


71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Densitogram lidokain HCl seri rendah (3000 ppm 1 mikroliter)

e. Densitogram lidokain HCl seri menegah (3000 ppm 2 mikroliter)

f. Densitogram lidokain HCl seri atas (3000 ppm 3 mikroliter)


72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

g. Blanko hasil elusi jalur tanpa totolan baku

Lampiran 9. Densitogram Hasil Elusi Kloramfenikol dan Lidokain HCl


dengan Fase Gerak N-heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin
(3,75:19,75:6:1,5)
a. Densitogram kloramfenikol seri rendah (300 ppm 1 mikroliter)
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Densitogram kloramfenikol seri menengah (300 ppm 2 mikroliter)

c. Densitogram kloramfenikol seri atas (300 ppm 3 mikroliter)

d. Densitogram lidokain HCl seri rendah (3000 ppm 1 mikroliter)


74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

e. Densitogram lidokain HCl seri menegah (3000 ppm 2 mikroliter)

f. Densitogram lidokain HCl seri atas (3000 ppm 3 mikroliter)

g. Blanko hasil elusi jalur tanpa totolan baku


75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10. Densitogram Hasil Elusi Kloramfenikol dan Lidokain HCl


dengan Fase Gerak N-heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin
(3,75:19,75:5:1,5)
a. Densitogram kloramfenikol seri rendah (300 ppm 1 mikroliter)

b. Densitogram kloramfenikol seri menengah (300 ppm 2 mikroliter)

c. Densitogram kloramfenikol seri atas (300 ppm 3 mikroliter)


76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Densitogram lidokain HCl seri rendah (3000 ppm 1 mikroliter)

e. Densitogram lidokain HCl seri menegah (3000 ppm 2 mikroliter)

f. Densitogram lidokain HCl seri atas (3000 ppm 3 mikroliter)


77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 11. Densitogram Hasil Elusi dan Pemisahan Baku Campuran


Kloramfenikol dan Lidokain HCl dengan Fase Gerak Optimum N-
heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
a. Densitogram kloramfenikol dan lidokain HCl seri rendah (300 ppm 1
mikroliter dan 3000 ppm 1 mikroliter) replikasi 1

b. Densitogram kloramfenikol dan lidokain HCl seri menengah (300 ppm 2


mikroliter dan 3000 ppm 2 mikroliter) replikasi 1
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Densitogram kloramfenikol dan lidokain HCl seri atas (300 ppm 3


mikroliter dan 3000 ppm 3 mikroliter) replikasi 1

d. Densitogram kloramfenikol dan lidokain HCl seri rendah (300 ppm 1


mikroliter dan 3000 ppm 1 mikroliter) replikasi 2
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

e. Densitogram kloramfenikol dan lidokain HCl seri menengah (300 ppm 2


mikroliter dan 3000 ppm 2 mikroliter) replikasi 2

f. Densitogram kloramfenikol dan lidokain HCl seri atas (300 ppm 3


mikroliter dan 3000 ppm 3 mikroliter) replikasi 2
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

g. Densitogram kloramfenikol dan lidokain HCl seri rendah (300 ppm 1


mikroliter dan 3000 ppm 1 mikroliter) replikasi 3

h. Densitogram kloramfenikol dan lidokain HCl seri menengah (300 ppm 2


mikroliter dan 3000 ppm 2 mikroliter) replikasi 3
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i. Densitogram kloramfenikol dan lidokain HCl seri atas (300 ppm 3


mikroliter dan 3000 ppm 3 mikroliter) replikasi 3

Lampiran 12. Densitogram Hasil Elusi dan Pemisahan Sampel Sediaan Obat
Tetes Telinga Colme® dengan Fase Gerak Optimum N-
heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
a. Densitogram kloramfenikol replikasi 1
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Densitogram kloramfenikol replikasi 2

c. Densitogram kloramfenikol replikasi 3

d. Densitogram lidokain HCl replikasi 1


83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

e. Densitogram lidokain HCl replikasi 2

f. Densitogram lidokain HCl replikasi 3


84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

g. Blanko hasil elusi jalur tanpa totolan sampel

Lampiran 13. Perhitungan Peak Asymmetry Factor (As), Resolusi (Rs), Nilai
Koefisien Variansi (% KV) As, Rf, dan Rs Hasil Pemisahan Campuran
Kloramfenikol dan Lidokain HCl dengan Fase Gerak Optimum N-
heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)

a b

10% tinggi puncak

tinggi puncak = 1,5 cm


10% tinggi puncak = 0,15 cm
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Perhitungan nilai Peak Asymmetry Factor (As)


Diketahui : .
a = 0,2 cm
b = 0,2 cm
b 0,2 cm
As   1
a 0,2 cm
Nilai As larutan baku campuran kloramfenikol dan lidokain HCl serta sampel
Colme®
Replikasi Baku/sampel As

I, II, dan III Baku kloramfenikol 300 ng 1


(seri rendah)
Baku lidokain HCl 3000 ng
(seri rendah)
Baku kloramfenikol 600 ng 1
(seri menengah)
Baku lidokain HCl 6000 ng
(seri menengah)
Baku kloramfenikol 900 ng 1
(seri atas)
Baku lidokain HCl 9000 ng
(seri atas)

Sampel 1

b. Perhitungan nilai resolusi (Rs) antara puncak kloramfenikol dan lidokain


HCl
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Diketahui : Rf kloramfenikol = 0,24


: Rf lidokain HCl = 0,47
: end Rf kloramfenikol = 0,28
: start Rf kloramfenikol = 0,22
: end Rf lidokain HCl = 0,51
: start Rf lidokain HCl = 0,42

2(max Rf 1  max Rf 2)
Resolusi =
(endRf 1  startRf 1)  (endRf 2  startRf 2)
2(0,24  0,47)
Resolusi =  3,07
(0,28  0,22)  (0,51  0,42)
Nilai Rf dan Rs larutan baku campuran kloramfenikol dan lidokain HCl serta
sampel Colme®
Replikasi Baku/sampel Rf Rs

I Baku kloramfenikol 300 ng 0,24 3,38


(seri rendah)
Baku lidokain HCl 3000 ng 0,46
(seri rendah)
Baku kloramfenikol 600 ng 0,24 3,38
(seri menengah)
Baku lidokain HCl 6000 ng 0,46
(seri menengah)
Baku kloramfenikol 900 ng 0,24 2,93
(seri atas)
Baku lidokain HCl 9000 ng 0,46
(seri atas)

Sampel kloramfenikol 0,23 2,83


lidokain HCl 0,48

II Baku kloramfenikol 300 ng 0,24 3,14


(seri rendah)
Baku lidokain HCl 3000 ng 0,46
(seri rendah)
Baku kloramfenikol 600 ng 0,24 3,07
(seri menengah)
Baku lidokain HCl 6000 ng 0,47
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(seri menengah)
Baku kloramfenikol 900 ng 0,24 3, 07
(seri atas)
Baku lidokain HCl 9000 ng 0,47
(seri atas)

Sampel kloramfenikol 0,23 2,83


lidokain HCl 0,48

III Baku kloramfenikol 300 ng 0,24 3,43


(seri rendah)
Baku lidokain HCl 3000 ng 0,46
(seri rendah)
Baku kloramfenikol 600 ng 0,24 3,54
(seri menengah)
Baku lidokain HCl 6000 ng 0,47
(seri menengah)
Baku kloramfenikol 900 ng 0,24 3,29
(seri atas)
Baku lidokain HCl 9000 ng 0,48
(seri atas)

Sampel kloramfenikol 0,23 2,83


lidokain HCl 0,48

c. Perhitungan nilai koefisien variansi (% KV) As hasil pemisahan campuran


kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme®
Diketahui : nilai As kloramfenikol dan lidokain HCl replikasi 1 = 1
: nilai As kloramfenikol dan lidokain HCl replikasi 2 = 1
: nilai As kloramfenikol dan lidokain HCl replikasi 3 = 1
SimpanganBaku 0
% KV = x100%   0%
NilaiRfRat a  Rata 1

d. Perhitungan nilai koefisien variansi (% KV) Rf hasil pemisahan campuran


kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme®
Diketahui : nilai Rf kloramfenikol replikasi 1 = 0,23
: nilai Rf kloramfenikol replikasi 2 = 0,23
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

: nilai Rf kloramfenikol replikasi 3 = 0,23


SimpanganBaku 0
% KV = x100%   0%
NilaiRfRat a  Rata 0,23

Diketahui : nilai Rf lidokain HCl replikasi 1 = 0,48


: nilai Rf lidokain HCl replikasi 2 = 0,48
: nilai Rf lidokain HCl replikasi 3 = 0,48
SimpanganBaku 0
% KV = x100%   0%
NilaiRfRat a  Rata 0,48

e. Perhitungan nilai koefisien variansi (% KV) Rs hasil pemisahan campuran


kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme®
Diketahui : nilai Rs kloramfenikol dan lidokain HCl replikasi 1 = 2,83
: nilai Rs kloramfenikol dan lidokain HCl replikasi 2 = 2,83
: nilai Rs kloramfenikol dan lidokain HCl replikasi 3 = 2,83
SimpanganBaku 0
% KV = x100%   0%
NilaiRfRat a  Rata 2,83

f. Plat hasil pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain HCl dalam


preparasi sediaan obat tetes telinga Colme® sampel untuk analisis lidokain
HCl

Lidokain HCl

Kloramfenikol mengekor
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

g. Plat hasil elusi campuran kloramfenikol dan lidokain HCl dalam preparasi
sediaan obat tetes telinga Colme® untuk analisis kloramfenikol

Kloramfenikol
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul Optimasi Metode Kromatografi


Lapis Tipis Densitometri pada Pemisahan
Kloramfenikol dan Lidokain HCl dalam Sediaan Obat
Tetes Telinga Colme® memiliki nama lengkap Felicia
Putri Hernat. Penulis dilahirkan di Pontianak pada
tanggal 12 September 1990 sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara, dari pasangan Hermanius The Soi Hui dan
Natalia K. Ngiam Lie Tjhiu. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh penulis adalah menyelesaikan
pendidikannya di SD Gembala Baik II Pontianak (1996-
2002), SMP Santo Petrus Pontianak (2002-2005), SMA
Santo Petrus Pontianak (2005-2008). Penulis
melanjutkan pendidikannya di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2008. Selama menempuh
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma penulis terlibat dalam
berbagai kegiatan dan organisasi, antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
(BEMF) Farmasi sebagai koordinator divisi Penelitian dan Pengembangan
(LITBANG) tahun 2010-2011 dan sebagai gubernur tahun 2011-2012. Di bidang
akademik, penulis pernah menjadi asisten dosen praktikum Kimia Dasar dan
praktikum Kimia Organik. Penulis adalah peraih juara III untuk ajang Olimpiade
Nasional MIPA tingkat KOPERTIS V yang diselenggarakan oleh DIKTI tahun
2010, delegasi KOPERTIS V untuk ON MIPA tingkat nasional tahun 2010, juara
VIII tingkat nasional dalam lomba karya tulis ilmiah Scientific Fair yang diadakan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro tahun 2010, delegasi universitas
untuk ajang Association of Christian Universities and Colleges in Asia (ACUCA)
tahun 2010 di Korea Selatan, dan juara III Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES)
tingkat Kopertis V tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai