Full
Full
SKRIPSI
Oleh :
Felicia Putri Hernat
NIM : 088114007
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh :
Felicia Putri Hernat
NIM : 088114007
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Persembahan
This is a tribute,
my
unpretentious
dedication.
I dedicated this
to Papi and
Mami.
Winston Churchill
“Inaction breeds doubt and fear. Action breeds confidence and courage. If
you want to conquer fear, do not sit home and think about it.Go out and get
busy! ”
Dale Carnegie
Twenty years from now you will be more disappointed by the things
that you didn’t do than by the ones you did so. So throw off the
bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in
your sails.
EXPLORE. DREAM. DISCOVER!
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat, cinta,
ijin dan penyertaanNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tipis Densitometri pada Pemisahan Kloramfenikol dan Lidokain HCl sebagai Zat
terselesaikan oleh karena kritikan, saran, diskusi, arahan, dan bimbingan dari
1. Rita Suhadi, M.Sc., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Sanata Dharma periode 2010-2014 atas teladan dan dedikasi yang diberikan.
3. Christine Patramurti, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan
semangatnya.
5. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si. selaku dosen penguji atas bimbingan dan
arahannya.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. dan Phebe Hendra, M.Si., Apt. Ph.D.
ini.
7. Siswanto Tanuatmojo atas waktu luang yang disediakan untuk berdiskusi via
internet dan terima kasih atas keterbukaan, keramahan bapak yang mengiringi
9. Semua dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas
10. Prasilya dan Regina Clarissa sebagai rekan kerja dalam penelitian ini. Terima
ini.
Instrumental. Terima kasih atas diskusi, semangat, dan keceriaan selama kita
bekerja bersama-sama.
12. Bimo Adithya, Parlan, Kunto, Fransiskus Otok dan segenap staf laboran yang
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Teman angkatan 2008 yang bersedia mengisi sebagian cerita hidupku. Terima
14. Teman-teman kost Gracia, Lia, Fenny, Puji dan teman-teman UKM Kempo
yang selalu memberikan kepada saya limpahan saran, semangat, kasih, dan
kebersamaan.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan,
semangat, dan doa yang menyertai penulis dari awal penelitian sampai akhir
menerima saran yang membangun dari semua pihak. Penulis dengan segala
kerendahan hati mengharapkan skripsi ini memberi manfaat bagi para pembaca.
Akhir kata, penulis mempersembahkan skripsi ini dengan demi majunya ilmu
pengetahuan farmasi.
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... i
PRAKATA……………………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xv
INTISARI………………………………………………………………………. xix
ABSTRACT……………………………………………………………………... xx
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1. Permasalahan……………………………………………………………… 3
2. Keaslian penelitian…………………………………...…………………… 3
3. Manfaat penelitian………………………………………………………… 4
B. Tujuan………………………………………………...……………………... 4
A. Kloramfenikol……………………………………...………………………... 5
B. Lidokain Hidroklorida……………………………………………………….. 6
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Tinjauan umum……………………...……………………………………. 8
2. Sistem KLT…………………………………...…………………………... 9
4. Penilaian kromatogram……………………………...……………………. 11
F. Densitometri………………………………………………………...……….. 16
G. Landasan Teori……………………………………………………...……….. 17
H. Hipotesis…………………………………………………………...………... 18
B. Variabel Penelitian………………………………...………………………… 20
C. Definisi Operasional…………………………………………………………. 21
D. Bahan Penelitian……………………………………………………...……... 21
E. Alat penelitian…………………………………………………...…………... 22
4. Preparasi sampel……………………………...…………………………… 23
HCl…………………………...…………………………………………… 23
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Analisis Hasil………………………………………………………………... 25
1. Bentuk puncak…………………………………………………………...... 25
2. Faktor retardasi………………………………………………………...….. 26
3. Resolusi………………………………………………………………........ 26
HCl……..…………………………………………………………………. 30
densitometri………..................................................................................... 34
heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5)…………………………. 38
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan……………………………………………………...................... 51
B. Saran………………………………………………………………………..... 51
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 52
LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 56
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………….. 90
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel II. Jenis dan perbandingan komposisi fase gerak dan nilai indeks
Tabel IV. Tabel nilai Rf dan As larutan baku kloramfenikol dan lidokain
Tabel V. Tabel nilai Rf, As, Rs dan AUC larutan baku campuran
(3,75:19,75:5:1,5) ……...…………………………………….. 48
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
hidroksi-α-(hidroksimetil)-p)nitrofenetilasetamida)……. 5
asetoksilidida monohidroklorida………………………... 6
puncak…………………………………………………... 13
puncak…………………………………………………... 13
lidokain hidroklorida…………………………………..... 31
gelombang pengamatan.……………………………….... 33
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5)...………... 38
Gambar 17. Puncak baku kloramfenikol 300 ng, 600 ng dan puncak
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:6:1,5)… 40
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)… 42
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).... 44
Gambar 22. Reaksi asam basa antara lidokain HCl dengan dietilamin
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).... 47
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran III. Spektrum Baku Kloramfenikol dan Lidokain HCl pada 200-
400 nm…….………………………………………………….. 59
Digunakan ……....….……..………..………..…….……….… 65
(8,75:16,75)…………...…...……………..………………….... 66
(3,75:19,75:6:1,5)…………………………..……….……........ 72
(3,75:19,75:5:1,5)…………………………...…………….…… 75
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran XII. Densitogram Hasil Elusi dan Pemisahan Sampel Sediaan Obat
heksan:Toluena:Metanol:Dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)………. 81
Lampiran XIII. Perhitungan Peak Asymmetry Factor (As), Resolusi (Rs), Nilai
(3,75:19,75:5:1,5)…………………………………………….... 84
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri otitis
eksterna dan media adalah kombinasi kloramfenikol dan lidokain HCl dalam
sediaan obat tetes telinga Colme® (Anonim5, 2009). Prevalensi otitis eksterna dan
media relatif banyak di Indonesia oleh karenanya penjaminan mutu obat menjadi
perhatian penting agar pasien mendapatkan manfaat dari pengobatan yang aman.
dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kloramfenikol sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, aseton dan dalam
1%
276 nm, E1cm 200 (Clarke, 1986). Larutan topikal lidokain hidroklorida
tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Lidokain HCl
bersifat sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Lidokain dalam etanol memiliki λmaks
1%
263 nm, E1cm 13,5 dan λmaks 278 nm, E1cm
1%
2,2 (Clarke, 1986).
1
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
280 nm. Penelitian mengenai lidokain dilakukan oleh Kiszka dan Madro (2002)
metode pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain HCl sebagai zat aktif
dalam sediaan obat tetes telinga Colme®. Dalam sediaan ini terkandung 2 zat aktif
kadar zat. Metode KLT densitometri digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif dalam waktu yang bersamaan dan dapat mengukur beberapa senyawa
tidak hanya senyawa tunggal (Martono, 1996). Hal ini menjadi alasan penulis
untuk mencari metode analisis alternatif agar dapat digunakan secara regular
dalam uji kualitas obat tetes telinga yang mengandung kloramfenikol dan lidokain
HCl. Terdapat perbedaan analit dan perbedaan instrumen analisis yang dilakukan
diadakan analisis diperlukan optimasi kondisi atau sistem analisis agar tercapai
pemisahan optimal dari campuran kloramfenikol dan lidokain HCl sehingga dapat
puncak (Rohman, 2009). Bentuk puncak yang baik yakni sempit, runcing, dan
retardarsi (Rf), nilai resolusi (Rs), dan koefisien variansi (KV) nilai As, Rf, dan Rs.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2009). Nilai resolusi harus bernilai lebih besar sama dengan 1,5, reprodusibilitas
nilai As, Rf, dan Rs yang diperoleh dari pemisahan ditunjukkan dengan KV ≤ 2%
1. Permasalahan
bentuk puncak simetris, sempit, dan runcing (nilai As berada dalam kisaran 0,95-
1,10), nilai Rf antara 0,2-0,8, nilai Rs ≥ 1,5, dan KV dari nilai As, Rf, dan Rs ≤ 2 %
dalam pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain HCl sebagai zat aktif
dalam sediaan obat tetes telinga Colme® menggunakan metode KLT densitometri
2. Keaslian penelitian
dilakukan oleh Kiszka dan Madro (2002) dalam penelitiannya “The Usefulness
baku kloramfenikol dan lidokain HCl sebagai zat aktif di dalam obat tetes
3. Manfaat penelitian
densitometri mengenai jenis dan komposisi fase gerak yang optimum sebagai
metode alternatif pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sediaan obat
kondisi pemisahan kloramfenikol dan lidokain HCl yang optimal agar mampu
telinga Colme®.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan komposisi fase gerak
yang dapat memberikan bentuk puncak simetris, sempit, dan runcing (nilai As
berada dalam kisaran 0,95-1,10), nilai Rf antara 0,2-0,8, nilai Rs ≥ 1,5, dan KV
dari nilai As, Rf, dan Rs ≤ 2 % dalam pemisahan campuran kloramfenikol dan
lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme® menggunakan metode KLT
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kloramfenikol
Kloramfenikol (D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-(β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-
dalam pelarut yang sesuai. Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket.
berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih
kekuningan. Kloramfenikol sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dalam propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat (Direktorat Jendral
adalah antibiotik yang mengikat subunit ribosom 50S sehingga efek primernya
5
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Lidokain Hidroklorida
C14H22N2O.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket. Lidokain HCl memiliki berat molekul 207,80 g/mol.
Pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau dan sedikit pahit. Lidokain HCl
memiliki kelarutan sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam
kloroform, tidak larut dalam eter (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
1%
nm, E1cm 2,2 (Clarke, 1986). Lidokain adalah senyawa basa lemah dengan nilai
pKa 7,86 yang bersifat polar (Malenović, Ivanović, Medenica, dan Jančić, 2004).
tipe amida yang menghalangi rasa nyeri, gatal, terbakar pada kulit dan selaput
lendir (Tan, 2010). Anestetik lokal memiliki mekanisme aksi blokade konduksi
saraf impuls pada tempat aplikasi sehingga menghasilkan mati rasa (Anonim2,
2002).
Tetesan (guttae) adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat atau
sediaan obat atau bahan obat dan sediaan obat terlarut, teremulsi, atau tersuspensi,
ditakar berdasar jumlah tetesan, digunakan untuk diminum dan diisikan ke dalam
auriculares) adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam
telinga. Kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan menggunakan pembawa bukan air.
Pembawa dalam obat tetets telinga harus mempunyai kekentalan yang cocok
propilenglikol sebagai pembawa dalam obat tetes telinga, juga dapat digunakan
kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4%. Penggunaannya yakni 1 sampai 2 tetes,
3 sampai 4 kali sehari. Obat ini termasuk kategori obat telinga antiinfeksi dan
Otitis eksterna adalah infeksi saluran telinga yang bisa menyerang seluruh
saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul
(furunkel). Gejala yang timbul adalah gatal, nyeri, keluarnya cairan busuk, dan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tengah yang dapat bersifat akut ataupun kronik. Penyakit ini diawali dengan
infeksi akibat sakit tenggorokan, flu, atau masalah pernafasan lain yang menyebar
telinga.
1. Tinjuan umum
Pengembangan kromatogram terjadi ketika fase gerak melewati lokasi bercak dan
terbagi ke dalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau suatu pori).
Sampel melintasi plat dengan bantuan aksi kapilaritas fase gerak (Dean, 1995).
tipis (KLT) pada tahun 1938 yang disebut juga sebagai kromatografi kolom
terbuka. Metode ini sederhana, pemisahannya cepat, dan sensitif. Kelebihan lain
penarikan yang diinduksi oleh dipol (Rohman, 2009). Pada adsorben polar,
pelarut yang polar diadsorbsi lebih kuat dibanding yang kurang polar. Hal ini
berlaku sebaliknya pada adsorben non polar. Kompetisi terjadi antara substansi
diadsorbsi dibanding fase gerak. Hal sebaliknya, jika fase gerak lebih kuat
distribusinya (D) dan besarnya D ditentukan afinitas relatif solut pada kedua fase.
Nilai D adalah perbandingan konsentrasi solut dalam fase diam (Cs) dan dalam
fase gerak (Cm). Semakin besar nilai D maka migrasi solut semakin lambat dan
2. Sistem KLT
adalah silika gel, bubuk selulosa, tanah diatom, dan kieselguhr (Khopkar, 1990).
Mekanisme sorpsi desorpsi yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorbsi
(Rohman, 2009). Gel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom
silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Pada
permukaan gel silika, atom silikon berlekatan pada gugus –OH (Clark, 2007).
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Fase Gerak. Sistem paling sederhana dari fase gerak KLT adalah
elusi tertentu agar pemisahan optimal. Berikut adalah petunjuk dalam memilih dan
2) daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga nilai Rf solut
3) pemisahan dengan fase diam polar seperti silika gel akan ditentukan pula oleh
polaritas fase gerak yang menentukan kecepatan migrasi solut (Rohman, 2009).
Untuk pemilihan fase gerak dalam kromatografi lapis tipis adsorbsi harus
1) semua substansi yang dikromatografi harus agak larut dalam fase gerak. Jika
2) Tingkat adsorbsi menengah. Jika substansi terikat terlalu kuat pada permukaan
3) Substansi yang dikromatografi dan solven tidak boleh beraksi satu sama lain
(Gasparic, 1978).
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual
terutama jika sampel yang ditotolkan lebih dari 15 µl. Parameter aplikasi yang
2009). Volume sampel yang dapat diaplikasikan sebagai titik adalah 0,5-5 µl
4. Penilaian kromatogram
Faktor retardasi (retardation factor atau Rf) adalah jarak yang ditempuh
senyawa berbeda dalam kondisi kromatografi yang sama, senyawa dengan nilai Rf
yang lebih besar bersifat kurang polar karena berinteraksi kurang kuat terhadap
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adsorben polar dari plat KLT (Anonim6, 2010). Nilai Rf berguna untuk
(1)
perubahan temperatur, dan lain sebagainya. Bentuk bercak hasil pemisahan juga
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kelebihan jumlah sampel yang ditotolkan,
Gaussian dalam arah aliran fase gerak. Profil ini berbentuk puncak atau pita secara
perlahan akan melebar dan sering membentuk profil yang asimetrik karena solut
kolom tidak bersamaan akibat diversi selama perjalanan. Fenomena ini dapat
dengan difusi ketika berada di dalam fase gerak. Difusi terjadi dengan arah yang
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sama dan berlawanan dengan aliran fase gerak. Fenomena ini dapat dijelaskan
dengan gambar 5.
c. Transfer massa. Terjadi antara fase gerak, fase gerak stagnan, dan fase
diam. Profil konsentrasi dalam fase diam tertinggal sedikit dibanding profil
konsentrasi dalam fase gerak yang akan mengakibatkan adanya pelebaran puncak.
Desorpsi yang lambat juga menghasilkan puncak yang asimetris atau condong.
Distribusi aliran fase gerak yang mengalir di antara partikel fase diam dalam
gerakan laminar. Keceparan alir fase gerak lebih cepat jika melalui pusat saluran
dibanding fase gerak di dekat artikel fase diam (Rohman, 2009). Fenomena ini
Gambar 4. Ilustrasi pengaruh difusi Eddy pada pelebaran puncak (Honrath, 1995)
Gambar 5. Ilustrasi pengaruh difusi longitudinal pada pelebaran puncak (Scott, 2008)
Gambar 6. Ilustrasi pengaruh transfer massa pada pelebaran puncak (Scott, 2008)
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Profil konsentrasi solut yang bermigrasi akan simetris jika rasio distribusi
ditunjukkan oleh isoterm sorpsi yang linear berupa plot konsentrasi solut dalam
fase diam (Cs) tehadap konsentrasi solut dalam fase gerak (Cm). Adanya puncak
asimetri dapat disebabkan oleh ukuran sampel yang dianalisis terlalu besar,
interaksi yang kuat antara solut dengan fase diam dapat menyebabkan solut sukar
Gambar 7. Isoterm sorpsi dan profil puncak. (a). isoterm linear (b). puncak tailing (c).
puncak fronting (Gandjar dan Rohman, 2007)
factor atau As. Asimetri puncak diukur pada 10% tinggi puncak. Nilai untuk
Gambar 8. Menentukan puncak asimetris dan faktor pengekoran (Snyder, Kirkland, dan
Glajch, 1997)
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 puncak yang saling berdekatan. Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5
karena akan memberikan pemisahan puncak yang baik (base line resolution)
2Rf
Rs (2)
(W 1 W 2)
(max Rf1 dan max Rf2) serta lebar puncak masing-masing komponen yang
dipisahkan (W1 dan W2). W1 dihitung dari selisih nilai end Rf1 dikurangi start Rf1.
W2 dihitung dari selisih nilai end Rf2 dikurangi start Rf2. Pemisahan dua senyawa
secara berulang pada sampel- sampel yang diambil dari campuran yang homogen.
Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien
relatif (RSD) atau koefisien variansi (KV) 2 % atau kurang (Riyadi, 2009).
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Densitometri
dari substansi yang dipisahkan dengan KLT. Densitometri adalah metode analisis
bercak hasil pemisahan KLT. Densitometri mengevaluasi bercak analit hasil KLT
dalam kadar kecil secara kuantitatif. Bercak dideteksi dengan sumber sinar dalam
celah (slit) yang dapat diatur panjang dan lebarnya. Sinar yang dipantulkan atau
berdasarkan perbedaan antara sinyal optik daerah yang tidak mengandung bercak
dengan daerah yang mengandung bercak dalam lempeng yang sama (Rohman,
2009).
model refleksi dan transmitan (Sherma dan Fried, 1996). Model refleksi
lampu yang berbeda sebagai sumber cahaya UV/Vis. Lampu halogen dan tungsten
dalam sinyal tertentu. Kekurangan dari model ini adalah pengaruh posisi bercak
perbedaan konsentrasi profil sampel dan standar. Begitu pula perlakuan terhadap
plat setelah dikromatografi juga menyebabkan adanya variasi (Sherma dan Fried,
1996).
plat. Sinyal ini merupakan fungsi banyaknya molekul yang mengabsorbsi cahaya
dari lampu. Kelebihan model ini adalah fluktuasi transmisi akibat perbedaan
posisi dari bercak maupun akibat gradien konsentrasi dapat diabaikan. Model ini
juga lebih sensitif dibanding model refleksi karena semua molekul dalam bercak
mempengaruhi sinyal, tidak hanya molekul yang berada pada permukaan dalam
model refleksi. Kekurangan metode ini bahwa adanya interferensi latar belakang
L
L
MC
F (MF)
MC
(MF)
P P
a b
F
Gambar 10. Ilustrasi skematis model deteksi. (a). refleksi dan (b). transmisi. L=lamp,
D=detector, F=cut-off filter (for fluorescence), P=plate, MF=monochromatic filter,
MC=monochromator (Sherma dan Fried, 1996)
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Landasan Teori
nyeri infeksi bakteri otitis eksterna dan media. Salah satu produk yang
mengandung kombinasi kloramfenikol dan lidokain HCl adalah obat tetes telinga
Colme®. Kloramfenikol adalah basa yang sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, propilen glikol, aseton dan dalam etil asetat. Kloramfenikol dalam tetes
telinga mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0%
C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket. Kloramfenikol dalam air
1%
nm, E1cm 200. Larutan topikal lidokain HCl mengandung C14H22N2O.HCl tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket. Lidokain HCl adalah suatu garam yang sangat mudah larut dalam air dan
dalam etanol, larut dalam kloroform, tidak larut dalam eter. Lidokain dalam etanol
jenis dan komposisi fase gerak akan berpengaruh terhadap pemisahan senyawa
dengan metode ini. Parameter dalam pemisahan senyawa yang dituju dengan
metode KLT densitometri adalah bentuk puncak yang simetris, sempit, dan
runcing dengan nilai As berada dalam kisaran 0,95-1,10, nilai Rf antara 0,2-0,8,
H. Hipotesis
menghasilkan bentuk puncak yang simetris, sempit, dan runcing dengan nilai As
berada dalam kisaran 0,95-1,10, nilai Rf antara 0,2-0,8, nilai Rs ≥ 1,5, dan KV dari
nilai As, Rf, dan Rs ≤ 2 % pada pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain
HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme® menggunakan metode KLT
BAB III
METODE PENELITIAN
analitik yang pada subjek uji diberikan perlakuan yaitu jenis dan komposisi fase
gerak.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
dan n-heksana:toluena:metanol:dietilamin.
2. Variabel tergantung
kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme® yang
dilihat dari bentuk puncak termasuk nilai As, nilai Rf, nilai Rs, dan KV dari nilai
pro analysis.
20
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Definisi Operasional
1. Kloramfenikol dan lidokain HCl merupakan senyawa aktif yang berada dalam
2. Sistem kromatografi lapis tipis (KLT) yang digunakan adalah sistem KLT fase
normal dengan fase diam silika gel dan fase gerak n-heksana:etil asetat
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).
bentuk puncak termasuk peak asymmetry factor (As), nilai faktor retardasi (Rf),
nilai resolusi (Rs), dan KV dari nilai As, Rf, dan Rs.
D. Bahan Penelitian
etanol p.a. (E. Merck), n-heksana p.a. (E. Merck), etil asetat p.a. (E. Merck),
toluena p.a. (E. Merck), dietilamin p.a. (E. Merck), metanol p.a. (E. Merck),
lempeng KLT silika gel 60 F254 (E. Merck), obat tetes telinga Colme®.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (OHAUS
Carat Series PAJ 1003, max 60/120 g, min 0,001 g, d = 0,01/0,1 mg, e = 1 mg),
densitometer (CAMAG TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No. 160602),
dilarutkan dalam etanol sampai batas tanda sehingga diperoleh larutan stok
sebanyak 1,5 ml, dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 ml, dan dilarutkan dalam
etanol sampai batas tanda sehingga diperoleh konsentrasi 300 ppm. Larutan baku
lidokain HCl dimasukkan dalam labu takar 5,0 ml dan dilarutkan dalam etanol
sampai batas tanda sehingga diperoleh larutan stok lidokain HCl 3000 ppm.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Larutan stok baku kloramfenikol 1000 ppm diambil sebanyak 1,5 ml dan
dimasukkan dalam labu takar 5,0 ml bersama lebih kurang 15 mg baku lidokain
HCl kemudian dilarutkan dalam etanol sampai batas tanda 5,0 ml.
4. Preparasi sampel
Preparasi sampel dilakukan dua kali yakni preparasi larutan sampel untuk
a. Larutan sampel untuk analisis lidokain HCl. Satu sampel obat tetes
dipipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml, dilarutkan dalam etanol sampai
ml, dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml, dan dilarutkan dalam etanol sampai
HCl
Larutan baku kloramfenikol 300 ppm dan lidokain HCl 3000 ppm
masing-masing ditotolkan sebanyak 1 µl, 2 µl, dan 3 µl pada lempeng silika gel
berukuran 7x12 cm. Semua penotolan dilakukan pada jarak 1 cm antar totolan.
Plat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan fase
spektra absorbsi masing-masing seri jumlah pada daerah panjang gelombang 200-
masing-masing seri jumlah kloramfenikol-lidokain HCl 300 ng-3000 ng, 600 ng-
volume yang tertera pada tabel II dan dicampur dalam labu takar 50 ml. Fase
Tabel II. Jenis dan perbandingan komposisi fase gerak dan nilai indeks polaritas fase gerak
Fase gerak (ml) N-heksana Toluena Metanol Dietilamin Etil Indeks
p.a. (IP = p.a. (IP = p.a. (IP = p.a. (IP = 1,8) asetat Polaritas
0,1) 2,4) 5,1) p.a. (IP (IP)
= 4,4)
Komposisi I 8,75 - - - 16,25 2,895
Komposisi II 3,75 19,75 - 1,50 - 2,019
Komposisi III 3,75 19,75 6,00 1,50 - 2,615
Komposisi IV 3,75 19,75 5,00 1,50 - 2,533
lidokain HCl sebagai zat aktif dalam obat tetes telinga Colme®. Larutan baku
µl, dan 3 µl pada lempeng silika gel berukuran 20x12 cm. Semua penotolan
kromatografi yang telah dijenuhi oleh masing-masing jenis dan fase gerak yang
dikeluarkan, ditunggu kering dan bercak analit dideteksi pada panjang gelombang
dan lidokain HCl masing-masing ditotolkan sebanyak 1 µl, 2 µl, dan 3 µl pada
lempeng silika gel berukuran 20x12 cm. Tiga replikasi larutan sediaan obat tetes
lempeng silika gel tersebut. Semua penotolan dilakukan pada jarak 1 cm antar
totolan. Plat dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi oleh
fase gerak dan jarak elusi hasil optimasi. Lempeng silika gel dikeluarkan,
ditunggu kering dan bercak analit dideteksi pada panjang gelombang pengamatan
dari nilai peak asymmetry factor (As), faktor retardasi (Rf), dan resolusi (Rs)
puncak hasil pemisahan yang didapat dari 3 kali replikasi larutan sediaan obat
G. Analisis Hasil
sediaan obat tetes telinga Colme® dinilai dari densitogram hasil pemisahan dengan
variasi jenis dan komposisi fase gerak. Parameter pemisahan yang baik dilihat dari
bentuk puncak, faktor retardasi, resolusi, koefisien variansi nilai As, Rf, dan Rs.
1. Bentuk puncak
Bentuk puncak yang simetris ditentukan dari nilai faktor asimetri puncak
Gambar 11. Menentukan puncak asimetris dan faktor pengekoran (Snyder, Kirkland, dan
Glajch, 1997)
di mana: As = faktor asimetris puncak
B = lebar setelah puncak pada ketinggian 10% dari bawah
A = lebar sebelum puncak pada ketinggian 10% dari bawah
2. Faktor retardasi
Rf = a/b (3)
3. Resolusi
2Rf
Rs (4)
(W 1 W 2)
4. Koefisien variansi
Nilai % koefisien variansi dari nilai peak asymmetry factor (As), faktor
retardasi (Rf), dan resolusi (Rs) puncak dihitung dengan cara sebagai berikut:
SD
% KV x100% (5)
x
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
termasuk jenis dan komposisi fase gerak. Optimasi menjadi hal yang penting
karena efektifitas metode KLT sangat ditentukan oleh optimalnya suatu prosedur
analitik yang memungkinkan pemisahan suatu analit terhadap yang lain. Variasi
jenis dan komposisi fase gerak akan memberikan perbedaan nilai indeks polaritas.
Jenis dan komposisi fase gerak yang akan dioptimasi dalam penelitian ini
tercantum dalam tabel II. Pemilihan komposisi fase gerak didasarkan pada
heksana:toluena:dietilamin (65:20:5).
sehingga memiliki kepolaran yang paling sesuai dengan kepolaran senyawa yang
akan dipisahkan. Fase gerak dengan kepolaran yang optimal mampu memutus
sebagian ikatan senyawa dengan fase diam, senyawa dapat terlarut dalam fase
28
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gerak yang akan membawanya secara serentak dan terpisah dengan senyawa
lainnya.
Larutan baku dibuat dari baku kloramfenikol, baku lidokain HCl, dan
baku campuran kloramfenikol dan lidokain HCl. Larutan baku dibuat dengan
memastikan adanya analit yang dituju dalam sampel dengan menilai kesamaan Rf
keadaan sampel sediaan obat tetes telinga Colme® yang terdiri dari campuran
senyawa aktif kloramfenikol dan lidokain HCl. Optimasi dilakukan pada larutan
baku campuran karena apabila keadaan sistem yang optimal telah tertetapkan pada
campuran baku maka kondisi yang serupa juga dapat diaplikasikan pada sampel
kenaikan respon detektor terhadap jumlah senyawa analit yang dinyatakan dengan
luas area di bawah puncak analit (Area Under Curve/AUC). Larutan baku
lidokain HCl 3000 ppm. Masing-masing larutan baku dibuat dengan seri rendah,
menengah, dan tinggi (kloramfenikol 300 ng, 600 ng, 900 ng, dan lidokain HCl
3000 ng, 6000 ng, 9000 ng). Pembuatan seri jumlah ini dilakukan dengan
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memvariasikan volume penotolan yakni untuk seri jumlah rendah, menengah, dan
kloramfenikol dan lidokain HCl 5:2 dalam volume sediaan obat tetes telinga
untuk konsentrasi serendah itu (0,8% b/v). Lidokain HCl dalam etanol memiliki
lidokain HCl adalah 317,53 l/mol.cm. Nilai ε untuk memberikan absorbansi yang
dapat terbaca adalah minimal 1000 l/mol cm yang dinyatakan sebagai absorbansi
lemah. Lidokain HCl dalam sampel terdapat dalam jumlah yang kecil sehingga
ketika dideteksi dengan densitometer tidak terbaca sebagai puncak. Puncak yang
HCl
panjang gelombang yang akan digunakan dalam deteksi bercak kloramfenikol dan
lidokain HCl oleh densitometer. Densitometer akan mampu membaca puncak dari
kedua analit dalam satu kali deteksi. Pengukuran untuk mencari panjang
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(UV). Syarat senyawa yang dapat dianalisis dengan panjang gelombang tersebut
harus memiliki gugus kromofor dan auksokrom (Rohman dan Gandjar, 2007).
ini merupakan gugus kromofor dan auksokrom yang terdapat pada struktur
Gambar 12. Gugus kromofor dan gugus auksokrom kloramfenikol dan lidokain
hidroklorida
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
281 nm
B3
B2
B1
A3
A2
A1
263
nm
Gambar 13. Pola spektra absorbsi seri larutan baku kloramfenikol dan lidokain HCl pada
panjang gelombang 200-400 nm
A1. Spektra absorbsi baku kloramfenikol 300 ng (seri bawah)
A2. Spektra absorbsi baku kloramfenikol 600 ng (seri menegah)
A3. Spektra absorbsi baku kloramfenikol 900 ng (seri atas)
B1. Spektra absorbsi baku lidokain HCl 3000 ng (seri bawah)
B2. Spektra absorbsi baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
B3. Spektra absorbsi baku lidokain HCl 9000 ng (seri atas)
diperoleh dari densitogram (gambar 13) adalah 281 nm. Menurut Clarke (1986)
serapan maksimal kloramfenikol dalam air adalah 278 nm. Hasil pengukuran yang
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Pergeseran panjang gelombang
gelombang serapan maksimal (λmaks) sebesar 263 nm. Serapan maksimal lidokain
dalam etanol adalah 263 nm (Clarke, 1986). Hal ini menunjukkan tidak ada
gelombang literatur.
100,0
[AU]
80,0
60,0
40,0
0,0
200 250 300 [nm] 400
Gambar 14. Pola spektra absorbsi larutan baku kloramfenikol 600 ng dan lidokain 6000 ng
pada pengukuran panjang gelombang pengamatan
Tabel III. Data pengukuran panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan lidokain
HCl
Baku Panjang gelombang pengamatan
Baku kloramfenikol 300 ng dan lidokain HCl 3000 ng 242 nm
Baku kloramfenikol 600 ng dan lidokain HCl 6000 ng 242 nm
Baku kloramfenikol 900 ng dan lidokain HCl 9000 ng 242 nm
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baku lidokain HCl pada masing-masing seri jumlah 300 ng, 600 ng, dan 900 ng
untuk kloramfenikol dan pada masing-masing seri jumlah 3000 ng, 6000 ng, dan
9000 ng untuk lidokain HCl. Berdasarkan data tabel III maka panjang gelombang
pengamatan yang digunakan adalah 242 nm. Penggunaan panjang gelombang 242
dan puncak lidokain HCl dengan tinggi yang hampir berbanding dengan
kloramfenikol.
pengamatan 242 nm. Pelarut pada baku dan sampel adalah etanol. Kromatografi
yang terjenuhkan oleh fase gerak. Puncak baku yang muncul dalam densitogram
digunakan untuk analisa reprodusibilitas data As, Rf, dan Rs sebagai respon untuk
kloramfenikol dan lidokain HCl adalah fase normal yang artinya fase diam
bersifat lebih polar dibandingkan fase gerak yang digunakan. Suatu zat dapat
dipisahkan dari zat lain dengan KLT bila zat memiliki interaksi dengan fase diam
dan fase gerak. Beberapa jenis dan komposisi fase gerak dan pengaruhnya
terhadap baku kloramfenikol dan lidokain HCl dipaparkan dalam tabel IV.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Tabel nilai Rf dan As larutan baku kloramfenikol dan lidokain HCl pada berbagai
komposisi fase gerak
Komposisi Baku Rf As Keterangan
fase gerak
kloramfeni lidokain kloramfeni lidokain
kol HCl kol HCl
n-heksana: Baku 0,23 Puncak 0,67 Puncak Bentuk puncak
etilasetat kloramfenikol mengekor mengekor kloramfenikol
(8,75:16,25) 300 ng dan runcing, namun
lidokain HCl tidak simetris
3000 ng (nilai As di
bawah 0,95).
Baku 0,24 Puncak 1 Puncak Puncak lidokain
kloramfenikol mengekor mengekor HCl mengekor.
600 ng dan
lidokain HCl
6000 ng
Baku 0,24 Puncak 0,75 Puncak
kloramfenikol mengekor mengekor
900 ng dan
lidokain HCl
9000 ng
n- Baku 0,01 0,47 - 1 Kloramfenikol
heksana:tolu kloramfenikol tidak terelusi.
ena:dietilami 300 ng dan Bentuk puncak
n lidokain HCl lidokain HCl
(3,75:19,75: 3000 ng simetris dan
1,5) runcing.
Baku 0,01 0,47 - 1
kloramfenikol
600 ng dan
lidokain HCl
6000 ng
Baku 0,01 0,47 - 1
kloramfenikol
900 ng HCl
dan lidokain
HCl 9000 ng
n- Baku 0,32 0,49 1,67 1 Bentuk puncak
heksana:tolu kloramfenikol kloramfenikol
ena:metanol: 300 ng dan tidak simetris,
dietilamin lidokain HCl lebar, dan tidak
(3,75:19,75: 3000 ng halus. Puncak
6:1,5) lidokain HCl
Baku 0,32 0,48 1,25 1 simetris.
kloramfenikol
600 ng dan
lidokain HCl
6000 ng
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV memaparkan bentuk puncak, nilai Rf, dan As dari puncak hasil
elusi baku kloramfenikol dan lidokain HCl secara KLT dengan deteksi
densitometer pada beberapa jenis dan komposisi fase gerak. Perbedaan jenis dan
komposisi fase gerak menyebabkan perbedaan bentuk puncak, nilai Rf, dan As
karena adanya perbedaan indek polaritas fase gerak. Penjelasan di bawah akan
Vovk dan Simonovska (2005) sebagai fase gerak untuk pemisahan kloramfenikol
A B
Gambar 15. Puncak baku kloramfenikol 600 ng dan puncak baku lidokain HCl 6000 ng
dengan fase gerak n-heksana:etil asetat (8,75:16,75)
A. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
C. Puncak yang dihasilkan pada jalur plat silika gel tanpa totolan baku setelah dielusi
baik yakni 0,95-1,10. Puncak lidokain HCl tidak terelusi sempurna, masih
mengekor. Hal ini menunjukkan bahwa lidokain HCl terikat lebih kuat terhadap
fase diam dibanding fase gerak. N-heksana akan menurunkan polaritas fase gerak
sehingga senyawa akan terikat lebih kuat ke fase diam karena lidokain HCl
bersifat relatif polar. Fase gerak tidak memiliki elution strength dan kepolaran
yang cocok untuk mengelusi bercak lidokain HCl dan membawanya sebagai
bercak bulat utuh agar terdeteksi sebagai puncak yang simetris. Puncak di akhir
fase diam (gambar 15 C) merupakan kontaminan dari fase diam atau fase gerak
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang ikut menyerap sinar UV sehingga terbaca sebagai puncak. Puncak tersebut
bukan merupakan puncak baku karena memiliki bentuk, AUC, dan Rf yang sama
untuk tiap jalur pengembangan di fase diam yang digunakan. Berdasarkan hasil
elusi maka fase gerak ini tidak digunakan dalam penelitian ini untuk pemisahan
baku kloramfenikol dan lidokain HCl setelah dielusi dan gambaran plat KLT di
A B
Gambar 16. Puncak baku kloramfenikol 600 ng dan puncak baku lidokain HCl 6000 ng
dengan fase gerak n-heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5)
A. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
C. Puncak yang dihasilkan pada jalur plat silika gel tanpa totolan baku setelah dielusi
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
simetris (As 1) yang terbaca pada Rf 0,47 (masuk ke dalam kisaran Rf 0,2-0,8).
0,01. Nilai As puncak kloramfenikol tidak dapat ditentukan karena totolan belum
terelusi untuk terdeteksi sebagai puncak pada jarak pengembangan 10 cm. Tidak
modifikasi fase gerak atau dengan meningkatkan jarak elusi. Usaha yang pertama
(Gandjar dan Rohman, 2007). Bercak hasil pemisahan yang berada dalam 1/5 dari
puncak di belakang analit dan bercak yang berada dalam 4/5 dari jarak elusi akan
puncak baku. Puncak tersebut adalah serapan yang disebabkan oleh pengotor pada
hasil modifikasi untuk meningkatkan kepolaran fase gerak dari 2,019 menjadi
2,615 dengan penambahan 6,0 ml metanol yang memiliki indeks polaritas 5,1.
Metanol dapat melarutkan baik kloramfenikol dan lidokain HCl. Metanol perlu
A1 A2
Gambar 17. Puncak baku kloramfenikol 300 ng, 600 ng, dan puncak baku lidokain HCl 6000
ng dengan fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:6:1,5)
A1. Baku kloramfenikol 300 ng (seri bawah)
A2. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
lidokain HCl sehingga masuk dalam kisaran Rf 0,2-0,8. Puncak lidokain HCl hasil
elusi dengan fase gerak ini menghasilkan puncak yang simetris dengan nilai As 1.
Hasil elusi totolan kloramfenikol menampakkan puncak yang lebar, tidak halus,
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan tidak memenuhi persyaratan nilai As, berada di luar range 0,95-1,10. Hal ini
dapat disebabkan kepolaran fase gerak yang tidak sesuai dengan kepolaran
kloramfenikol.
Puncak kloramfenikol yang melebar, tidak halus, dan asimetris ini dapat
disebabkan karena kelarutan kloramfenikol yang besar pada fase gerak akibat
senyawa pada fase diam yang paling optimal. Kesetimbangan ini dapat dicapai
bila fase gerak yang digunakan memungkinkan hal demikian, dalam artian bahwa
kloramfenikol harus agak larut dalam fase gerak namun tidak terlalu larut agar
dapat cukup untuk diadsorbsi fase diam. Fase gerak ini tidak dapat digunakan
hasil modifikasi untuk menurunkan indeks polaritas fase gerak III dari 2,615
menjadi 2,533. Berikut adalah densitogram baku kloramfenikol dan lidokain HCl
setelah dielusi:
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A B
Gambar 18. Puncak baku kloramfenikol 600 ng dan puncak baku lidokain HCl 6000 ng
dengan fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
A. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
kloramfenikol dan lidokain HCl terhadap fase gerak lebih besar dibanding fase
diam sehingga senyawa dapat terelusi dan terpisah dalam kecepatan migrasi serta
merupakan fase gerak yang optimal. Hasil elusi (gambar 18) menunjukkan bentuk
puncak yang simetris, sempit, dan runcing dengan nilai As berada dalam kisaran
0,95-1,10 dan nilai Rf yang berada dalam kisaran 0,2-0,8 yakni Rf 0,26 untuk baku
senyawa dengan fase diam dan fase gerak. Terdapat interaksi antara kloramfenikol
dan lidokain HCl dengan fase diam sehingga diperlukan fase gerak dengan
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepolaran yang sesuai untuk memutus sebagian interaksi ini. Berikut adalah
O
O H
Si O
O Cl O H
Cl
CH
H H2C
O
Si O
O CH
NH OH
O CH
O H
Si O
O H
Si O
N O
O
O H O
Si O
O CH3
H3C
H
O Si O N H
O
O C
H
O Si O CH2
O
N
H
O Si O
banyak dengan fase diam silika dibandingkan lidokain sehingga setelah elusi
dengan fase gerak, nilai Rf lidokain akan lebih besar dibanding kloramfenikol.
interaksi hidrogen dengan metanol. Gugus non polar dari kloramfenikol dan
Dari gambar interaksi (gambar 21 dan 22) dapat dilihat bahwa interaksi yang
terjadi antara lidokain HCl dengan penyusun fase gerak terbesar yakni toluena
adalah lebih banyak dibanding kloramfenikol. Lidokain, bersifat lebih non polar
dibanding kloramfenikol, akan terlarut dan terbawa oleh fase gerak lebih cepat
(Quin, 2000), dalam fase gerak akan membentuk molekul lidokain basa sesuai
H H
C2H5 N C2H5
O
H O CH3 H3C
CH2
O
H
N C CH O Cl
O O
HN C C Cl
H H
H O CH3 H3C
CH3 H3C O H
H
H C2H5 N C2H5
C2H5 N C2H5
CH3 CH3
H2 HN C2H5 H2 Cl H
N C2H5
NH C C NH Cl + NH C C N +
C2H5 C2H5
O O
CH3 CH3
H
C2H5 N C2H5
CH3 H3C O H
CH3
H O
H2
N C C N
CH3
CH3
C2H5
CH3 H3C O H NH
C2H5
H
C2H5 N C2H5
Gambar 22. Reaksi asam basa antara lidokain HCl dengan dietilamin dan interaksi lidokain
dengan fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
Interaki van der Waals
Interaksi hidrogen
rendah, menengah, dan tinggi) serta larutan sampel sebanyak tiga kali replikasi.
Sampel yang digunakan adalah sediaan obat tetes telinga Colme® volume 8 ml
yang terdiri dari zat aktif kloramfenikol 10% dan lidokain HCl 4% dengan
pembawa propilen glikol. Sediaan kental ini dipipet untuk mengambil sejumlah
volume sampel.
artinya sampel ditotolkan dan dielusi seperti perlakuan baku untuk melihat apakah
jenis dan komposisi fase gerak yang ditetapkan optimal pada baku juga dapat
tahapan selanjutnya yakni validasi metode dan pada akhirnya penetapan kadar
analit dari sediaan untuk dianalisis kadarnya. Preparasi sampel dilakukan dua kali
yaitu preparasi untuk analisis lidokain HCl dan preparasi lanjut untuk analisis
sampel yang telah dicampur secara homogen, agar cuplikan yang dianalisis
lidokain HCl. Berdasarkan seri jumlah yang digunakan dalam tahap optimasi,
menampakkan puncak yang baik. Puncak nomor 2 dalam sampel (gambar 23 C2)
memiliki nilai Rf yang mirip dengan baku lidokain HCl sehingga puncak tersebut
yang terlalu banyak sehingga fase gerak tidak mampu mengelusi kloramfenikol
secara serentak.
ppm menjadi 600 ppm yang siap ditotolkan sebanyak 1 µl pada plat yang berbeda
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan seri jumlah yang digunakan dalam tahap optimasi, jumlah minimal
yang baik. Puncak dalam sampel (gambar 23 C1) memiliki nilai Rf yang mirip
jumlah lidokain HCl yang terlalu kecil untuk dapat dideteksi sebagai puncak.
Hasil elusi larutan baku campuran kloramfenikol dan lidokain HCl serta
larutan sampel sediaan obat tetes telinga Colme® adalah sebagai berikut:
A B C1
D
C2
Gambar 23. Hasil pemisahan baku campuran kloramfenikol 600 ng dan lidokain HCl 6000
ng, serta pemisahan sampel obat tetes telinga Colme® dengan fase gerak n-
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
A. Baku kloramfenikol 600 ng (seri menengah)
B. Baku lidokain HCl 6000 ng (seri menengah)
C1. Puncak kloramfenikol dalam sampel obat tetes telinga Colme® (plat I)
C2. Puncak lidokain HCl dalam sampel obat tetes telinga Colme® (plat II)
D. Puncak yang dihasilkan pada jalur plat II silika gel tanpa totolan sampel setelah dielusi
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
fase diam atau fase gerak yang ikut menyerap sinar UV sehingga terbaca sebagai
puncak. Berikut adalah penjabaran hasil elusi baku campuran kloramfenikol dan
lidokain HCl serta larutan sampel sediaan obat tetes telinga Colme®:
Tabel V. Tabel nilai Rf, As, Rs dan AUC larutan baku campuran kloramfenikol dan lidokain
HCl serta sampel Colme® dengan fase gerak n-heksana:toluena:metanol:dietilamin
(3,75:19,75:5:1,5)
Baku campuran
Sampel
Parameter
Replikasi
runcing. Puncak kloramfenikol dan lidokain HCl terpisah dengan nilai resolusi
yang memenuhi baseline resolution lebih dari 1,5 dan nilai Rf puncak
kloramfenikol dan lidokain HCl berada antara 0,2-0,8. Tiga seri jumlah yakni seri
respon terbaca dari nilai AUC yang meningkat. Tiga seri jumlah ini dipilih dengan
melihat respon detektor terhadap sinyal atau puncak analit yang paling optimal.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Puncak yang dihasilkan tidak terlalu kecil sehingga tidak terganggu oleh noise
alat, puncak yang dihasilkan juga tidak terlalu besar sehingga memunculkan
puncak yang hampir sebanding antara kloramfenikol dan lidokain HCl. Seri
larutan baku tersebut dinyatakan sebagai seri jumlah. Tiga seri jumlah ini dapat
digunakan sebagai acuan dan batasan pengarahan seri jumlah larutan baku yang
digunakan dalam tahap validasi metode dan penetapan kadar. Tiga seri jumlah ini
kloramfenikol dan lidokain HCl di dalam sediaan obat tetes telinga Colme® agar
memberikan hasil pemisahan optimal serupa dengan hasil yang digambarkan dari
tahapan optimasi.
Jarak elusi yang digunakan adalah 10 cm karena pada jarak elusi tersebut
dapat diperoleh pemisahan yang telah baik yakni nilai Rs ≥ 1,5 sehingga tidak
diperlukan jarak elusi yang lebih panjang yakni 15 cm. Jarak elusi 10 cm
digunakan untuk semua percobaan baik pada baku maupun sampel dengan
beberapa fase gerak yang akan dioptimasi. Hal ini bertujuan memastikan bahwa
perbedaan Rf yang muncul dari puncak kloramfenikol dan lidokain HCl adalah
karena akibat perbedaan jenis dan komposisi (indeks polaritas fase gerak) yang
nilai Rf tiap puncak, dan nilai resolusi (Rs) tiap replikasi sampel. Nilai As puncak
kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel adalah 1 dengan nilai KV 0% dari
adalah 0,23 dan 0,48 dengan nilai KV 0% dari tiga replikasi. Nilai Rs puncak
kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel adalah 2,83 dengan nilai KV 0%
BAB V
A. Kesimpulan
CAT. No. 027.6485 SER. No.160602, fase diam silika gel, fase gerak n-
menghasilkan parameter optimum yaitu bentuk puncak yang simetris, sempit, dan
runcing dengan nilai As 1, nilai Rf kloramfenikol 0,23, nilai Rf lidokain HCl 0,48,
B. Saran
lidokain HCl dalam sediaan obat tetes telinga Colme® dengan menggunakan
heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5).
51
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Bartzatt, R., 2003, Two Lead Drug Designs Based on Chloramphenicol As The
Parent Structure, Which Express Alkylation Activity With Potential For
Clinical Applications, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12831508,
diakses tanggal 10 September 2011.
Dean, J., 1995, Analytical Chemistry Handbook, Mc Graw-Hill Inc., USA, pp.
5.92 –5.93, 5.106.
Djaafar, Z. A., 2005, Masalah Infeksi Kronis Telinga Tengah dan Tatalaksana
Bedah Mikro Telinga di Indonesia, http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=167, diakses tanggal 27
Februari 2011.
Gandjar I.G. dan Rohman A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 333-337, 359.
Gasparic, J. dan Churacek, J., 1978, Laboratory Handbook of Paper and Thin-
Layer Chromatography, Ellis Horwood Limited, England, pp. 56-57.
Harjadi, W., 1986, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Percetakan PT. Gramedia, Jakarta,
hal. 70-71.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press,
Jakarta, hal.128-129, 155-156.
Malenović, A., Ivanović, D., Medenica M., dan Jančić, B., 2004, Application of
The Response Surface Methodology for RP-HPLC Analysis of Lidocaine
and Cetrimonium Bromide, acta.chem-soc.si/51/51-3-559.pdf, diakses
tanggal 2 Juli 2011.
Quin, L.D., 2000, A Guide to Organophosphorus Chemistry, John Wiley & Sons,
United States of America, pp. 79.
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hal. 2-3, 47, 49-50, 53-54.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., dan Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method
Development, 2nd ed., JohnWiley and Sons, Inc., New York, pp. 210, 488,
690.
Tan, H.T., dan Rahardja, K., 2010, Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari-hari : Cara menangani sendiri gangguan sehari-hari dengan
terutama obat-obat bebas sederhana (Self Care), PT Elex Media
Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta, hal. 135.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, hal. 939.
Zivanovic, L., Kustrin, S.A., Vasiljevic, M., dan Nemcova, I., 1995, Comparision
of High-Performance and Thin-Layer Chromatographic Methods for the
Assay of Lidocaine, www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses tanggal 2 Maret 2011.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. n-heksana:etilasetat (8,75:16,75)
8,75 16,75
Indek polaritas = x0,1 x 4,4 2,895
25 25
b. n-heksana:toluena:dietilamin (3,75:19,75:1,5)
3,75 19,75 1,5
Indek polaritas = x0,1 x2,4 x1,8 2,019
25 25 25
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:6:1,5)
Indek polaritas =
3,75 19,75 6 1,5
x0,1 x2,4 x5,1 x1,8 2,6153
31 31 31 31
d. n-heksana:toluena:metanol:dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
Indek polaritas =
3,75 19,75 5 1,5
x0,1 x2,4 x5,1 x1,8 2,5325
30 30 30 30
0,0099g
Konsentrasi stok = 990 ppm
10,0ml
Konsentrasi baku yang dibuat adalah 300 ppm
C1.V1 = C2.V2
990 ppm. 1,5 ml = C2. 5 ml
C2 = 297 ppm
Seri bawah kloramfenikol :
Volume penotolan = 1 l
297ng
297 ppm = 0,297 mg
ml 1l
Seri menengah kloramfenikol:
Volume penotolan = 2 l
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
594ng
297 ppm = 0,297 mg
ml 2l
Seri atas kloramfenikol:
Volume penotolan = 3 l
891ng
297 ppm = 0,297 mg
ml 3l
b. Perhitungan seri baku lidokain HCl
0,0151g
Konsentrasi stok = 3020 ppm
5,0ml
Konsentrasi baku yang dibuat adalah 3000 ppm
Seri bawah lidokain HCl :
Volume penotolan = 1 l
3020ng
3020 ppm = 3,020 mg
ml 1l
Seri menengah lidokain HCl:
Volume penotolan = 2 l
6040ng
3020 ppm = 3,020 mg
ml 2l
Seri atas lidokain HCl:
Volume penotolan = 3 l
9060ng
3020 ppm = 3,020 mg
ml 2l
Perhitungan data penimbangan replikasi 2 dan 3 mengikuti cara yang sama
dengan penyesuaian jumlah bahan yang ditimbang.
Lampiran 12. Densitogram Hasil Elusi dan Pemisahan Sampel Sediaan Obat
Tetes Telinga Colme® dengan Fase Gerak Optimum N-
heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
a. Densitogram kloramfenikol replikasi 1
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13. Perhitungan Peak Asymmetry Factor (As), Resolusi (Rs), Nilai
Koefisien Variansi (% KV) As, Rf, dan Rs Hasil Pemisahan Campuran
Kloramfenikol dan Lidokain HCl dengan Fase Gerak Optimum N-
heksana:Toluena:Metanol:Dietilamin (3,75:19,75:5:1,5)
a b
Sampel 1
2(max Rf 1 max Rf 2)
Resolusi =
(endRf 1 startRf 1) (endRf 2 startRf 2)
2(0,24 0,47)
Resolusi = 3,07
(0,28 0,22) (0,51 0,42)
Nilai Rf dan Rs larutan baku campuran kloramfenikol dan lidokain HCl serta
sampel Colme®
Replikasi Baku/sampel Rf Rs
(seri menengah)
Baku kloramfenikol 900 ng 0,24 3, 07
(seri atas)
Baku lidokain HCl 9000 ng 0,47
(seri atas)
Lidokain HCl
Kloramfenikol mengekor
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
g. Plat hasil elusi campuran kloramfenikol dan lidokain HCl dalam preparasi
sediaan obat tetes telinga Colme® untuk analisis kloramfenikol
Kloramfenikol
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS