Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH LATIHAN LADDER DRILLS TERHADAP

KELINCAHAN PEMAIN TIM FUTSAL

THE BROTHER

PROPOSAL

Oleh

Selvianus Salmon Lily


NIM 1701150089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN

DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

SEPTEMBER 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Olahraga adalah aktivitas sehari-hari yang sangat penting di kalangan

kehidupan masyarakat dan sudah dijadikan kebutuhan bagi setiap manusia

untuk membentuk jasmani dan rohani yang sehat, dalam hal ini terbukti

bahwa sepadat apapun kegiatan yang dilakukan, kegiatan ini harus

disempatkan. Perkembangan olahraga sampai saat ini telah memberikan

kontribusi yang sangat positif dan nyata bagi peningkatan kebugaran,

kesehatan dan kesegaran di kehidupan masyarakat.

Futsal adalah salah satu cabang olahraga yang cukup banyak di gemari

oleh banyak kalangan terkhususnya oleh para kaula muda. Istilah ‘futsal’

bersal dari kata spanyol atau portugis, football (sepak bola) dan sala

(ruangan), yang jika digabung artinya menjadi sepak bola dalam ruangan.

dimana futsal juga adalah permainan olahraga yang dilakukan dalam waktu

2 x 20 menit atau selama 40 menit. Permainan futsal adalah cabang olahraga

yang dimana dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing beranggota

lima orang dengan tujuanya memasukan bola ke gawang lawan, dengan

memainkan bola dengan kaki dan anggota tubuh lain selain tangan kecuali

kiper. Setiap pemain memiliki lima pemain utama dan masing-masing regu

diizinkan memiliki sembilan pemain cadangan. Olahraga futsal terbentuk

dari olahraga sepakbola, meskipun memiliki kesamaan dalam permainan,

futsal memiliki beberapa perbedaan dengan sepak bola yakni dari segi

lapangan, peraturan, alat dan jumlah pemain bahkan dari segi teknik.
Secara teknik seorang pemain futsal dapat berbelok secara tiba-tiba,

bahkan bisa memutar badan 180 derajat, melompat dan melakukan kontak

fisik dengan lawan secara terus menerus karena ukuran lapangan yang kecil.

Apalagi jika berbicara tentang pemain futsal profesional, tentu saja secara

automatis sangat membutukan teknik, taktik, mental dan kondisi fisik yang

bagus. Semua hal tersebut tentu saja membutuhkan latihan yang teratur dan

terprogram dengan baik. Ada beberapa Teknik-teknik dalam permainan

futsal yang perlu kita ketahui yaitu, passing, control, bola lambung,

menggiring, shooting, dan heading. Selain itu teknik kelincahan sangat di

perlukan dalam permainan futsal. Permainan futsal membutuhkan teknik

dan strategi yang baik, agar bisa menciptakan penyerangan dan berbuah

menjadi gol. Untuk meraih kemenangan tentunya tidak semudah

membalikan telapak tangan. Dalam bidang yang cukup sempit, tentunya

permainan futsal dibutuhkan pergerakan yang lincah, agar dapat

menghadapi lawan dengan baik dan bisa menghindari segala situasi pada

saat menyerang maupun bertahan.

Menurut Brown (dalam Rasyono dan Zulmi, 2018), Ladder drill

merupakan alat yang berbentuk tangga dengan posisi vertikal, alat ini sering

digunakan untuk meningkatkan kelincahan serta komponen fisik lainya.

Menurut Jay Dawes (dalam Rasyono dan Zulmi, 2018), pelatih biasanya

menggunakan latihan tangga untuk membantu atlet mengembangkan

kecepatan kaki, kontrol tubuh dan kesadaran kinestetik. Ladder drills paling

banyak dibuat dari anak tangga yang terpasang ke tali nilon untuk

membentuk kotak, biasanya kotak kira-kira 12 sampai 18 inci (30-46 cm).


Menurut Aagarad (dalam Permadi, 2018) fungsi ladder drill adalah

meningkatkan konsentrasi dan koordinasi kaki supaya berjalan dengan baik.

Selain itu latihan ladder drill membantu kita dalam improvisasi berbagai

aspek gerakan, meningkatkan keseimbangan, daya tahan otot, waktu reaksi

dan koordinasi antara berbagai bagian tubuh, dan agar pemain dapat

mengubah arah lebih cepat, meski dalam kecepatan tinggi (saat sprint).

Selain manfaat fisik, latihan dengan alat ini juga dapat meningkatkan sistem

saraf dan kelompok otot yang terkait.

Kelincahan adalah suatu kemampuan tubuh untuk merubah arah atau

posisi tubuh yang dilakukan bersama-sama untuk menjaga supaya tidak

kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubunnya. Menurut

Wahjoedi (dalam, Sucipto dkk, 2016), kelincahan (agility) adalah

kemampuan tubuh untuk mengubah arah secara cepat tanpa adanya

gangguan keseimbangan atau kehilangan keseimbangan. Kelincahan

memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan futsal terutama

dalam menghindari sergapan lawan pada saat melakukan dribbling, maupun

digunakan untuk memasukkan bola ke gawang lawan sehingga mendapat

angka. Kemampuan tubuh untuk meliuk-liuk menghindari sergapan lawan

sangat diperlukan olah pemain sepakbola.

Jika komponen fisik sudah terpenuhi pada setiap individu pemain.

Maka akan lebih mudah untuk mempraktek permainan futsal yang baik.

Dalam olahraga futsal untuk mencapai kelincahan yang baik dalam bermain

futsal tentunya harus dengan latihan. Latihan merupakan salah satu hal yang

paling utama dalam permainan futsal. Sebuah hasil yang maksimal dalam
pertandingan futsal ditentukan oleh latihan yang terprogram dengan baik

meliputi seluruh komponen fisik dalam latihan, seperti kelincahan, untuk

meningkatkan hal tersebut tentunya harus dengan latihan yang terstruktur

dan terprogram, serta tidak lupa juga keinginan yang tinggi dari kita sendiri,

ataupun dari lingkungan.

Berdasarkan hasil pra-observasi terhadap klub The Brothers yang

merupakan sebuah klub melakukan latihan sebanyak 3 kali dalam seminggu.

Jumlah pemain dalam klub The Brothers adalah sebanyak 15 orang. Hasil

pengamatan penulis terhadap latihan The Brothers adalah beberapa pemain

sering terlambat kembali pada posisi, lambat ketika mengisi posisi yang

kosong, dan lambat ketika menhadapi serangan balik lawan. Untuk

membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh para pemain, penulis akan

mencoba menerapkan pendekatan latihan ladder drill, karena melihat

kelemahan–kelemahan yang terjadi pada proses latihan berlangsung seputar

kurangnya kelincahan para pemain ketika berlatih.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, makan penulis

akan melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Latihan Ladder Drill

Terhadap Kelincahan Pemain Tim Futsal The Brother”


1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1.1.1. Bagaimana Pengaruh Latihan Ladder Drell Terhadap Kelincahan

Pemain Tim Futsal The Brother?

1.1.2. Bagaimana kelincahan pemain tim futsal The Brother?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1.1.3. Untuk mengetahui pengaruh latihan ladder drill terhadap

kelincahan pemain tim futsal The Brother.

1.1.4. Untuk mengetahui kelincahan pemain tim futsal the brother.

1.4 Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan peneltian di atas, penelitian ini bermanfaat untuk:

1.4.1. Bagi klub

Menambah salah satu referensi program latihan untuk meningkatkan

kelincahan .

1.4.2. Bagi pemain

Dapat meningkatakan kelin pemaicahan dengan cara latihan yang rutin,

agar bermain futsal yang baik pada saat pertandingan.

1.4.3. Bagi pelatih

Bagi pelatih sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan bentuk

latihan yang baru agar dapat meningkatkan kelincahan bagi pemain.


1.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat,

variabel bebasnya adalah latihan ladder, sedangkan variabel terikatnya

adalah kelincahan.

15.1. Ladder Drills

Ladder drills adalah suatu bentuk latihan melompat

menggunakan satu atau dua kaki dengan melompati tangga yang

lentur dan diletakkan dilantai atau tanah. Ladder Drills diberikan

dalam bentuk program latihan sebanyak 8 kali pertemuan.

15.2. Kelincahan

Menurut James (dalam Ismoyo, 2014), kelincahan adalah

kemampuan mengubah arah secara cepat dan efektif, sambil bergerak

atau berlari hampir dengan kecepatan penuh,


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Permainan Futsal

Menurut Saryono (2006) futsal merupakan aktivitas permainan

invasi (invasion games) beregu yang dimainkan lima lawan lima orang

dalam durasi waktu tertentu yang dimainkan pada lapangan, gawang

dan bola yang relatif lebih kecil dari permainan sepakbola yang

mensyaratkan kecepatan gerak, menyenangkan dan aman dimainkan

serta kemenangan regu ditentukan oleh jumlah terbanyak mencetak

gol ke gawang lawannya.

Murhananto (dalam Saryono, 2006) bahwa futsal adalah sangat

mirip dengan sepakbola hanya saja dimainkan oleh lima lawan lima

dalam lapangan yang lebih kecil, gawang yang lebih kecil dan bola

yang lebih kecil serta relatif berat. Dalam permainan futsal,

pergerakan pemain yang terus menerus juga menyebabkan pemain

harus terus melakukan operan (passing).

Futsal adalah permainan yang membutuhkan kecepatan.

Semakin cepat permainan tim anda, akan semakin memperbesar

peluang untuk menang. Gunakan sentuhan one-two dengan rekan

anda. Jangan terlalu sering membawa bola, karena hanya akan

menguras tenaga anda. Anda hanya perlu mengoper dan berlari

mengisi ruang kosong. Jangan pernah menunggu bola, bergeraklah

aktif.
Dari berbagai pendapat di atas peneliti dapat diidentifikasikan

futsal adalah permainan sepakbola mini yang dapat dimainkan di luar

maupun dalam ruangan. Permainan futsal lebih kurang 90%

merupakan permainan passing. Futsal dimainkan lima lawan lima

orang yang membutuhkan keterampilan dan kondisi fisik yang prima

determinasi yang baik, karena kedua tim bergantian saling menyerang

satu sama lain dalam kondisi lapangan yang cenderung sempit dan

waktu yang relatif singkat. Serta kemenangan ditentukan oleh jumlah

gol terbanyak.

A. Peraturan Permainan Futsal

1) Bola

Futsal menggunakan bola khusus yang lebih berat dan lebih

kecil daripada bola dalam sepakbola. Ukuran bola futsal adalah

ukuran 4. Bahan yang digunakan untuk bola sendiri adalah kulit

atau bahan lain yang sesuai dan sudah termasuk dalam peraturan.

Diameter bola tidak boleh lebih dari 64 cm dan tidak boleh kurang

dari 62 cm. Berat bolanya yang digunakan tidak boleh kurang dari

400 gram dan tidak boleh lebih dari 440 gram. Dimensi bola yang

digunakan dalam permainan yaitu yang memiliki diameter 62-64

cm dan berat 400-440 gram serta tekanan 0,4-0,6 atmosfer (400-

600 gram/cm3 ) (Jaya, 2008).

2) Lapangan
Futsal dimainkan dalam lapangan yang berbentuk bujur

sangkar dengan ukuran panjang 25-42 dan lebar 15-25. Batas

daerah dalam lapangan futsal ditandai dengan garis sesuai

peraturan dalam futsal. (Lhaksana, 2011).

Gambar 1. Lapangan Futsal


(Sumber: https://www.sportstars.id/read/ukuran-lapangan-futsal-
standar-nasional-dan-internasional-2m61Py)

Sebuah gol dinilai terjadi ketika seluruh dari bola melewati

garis gawang, antara dua tiang vertikal dan di bawah tiang

horizontal, kecuali bola tersebut telah dilempar, dibawa atau secara

sengaja didorong oleh tangan atau lengan oleh seorang pemain dari

sisi penyerang termasuk penjaga gawang (Jaya, 2008).

3) Gawang

Menurut Jaya (2008) ukuran gawang pada olahraga futsal

adalah lebar gawang 3 (tiga) m serta tinggi gawang 2 (dua) m.

Untuk permukaan lapangan yang disarankan adalah kayu atau

lantai parkit.
4) Jumlah Pemain

Satu pertandingan dimainkan oleh dua tim, masing-masing

terdiri tidak lebih lima (5) pemain, salah satu di antaranya adalah

penjaga gawang. Jumlah pemain pengganti maksimal yang

diperkenankan adalah 7 (tujuh) orang.

5) Perlengkapan Pemain

Dasar perlengkapan wajib dari seorang pemain adalah:

a) Celana pendek

b) Baju diberi nomor yang harus tampak pada bagian

belakang baju. Warna nomor harus berbeda secara jelas

dengan warna bajunya.

c) Kaos kaki

d) Pelindung tulang kering, secara keseluruhan di tutup

oleh kaos kaki. Terbuat dari bahan yang cocok (karet,

plastik atau bahan sejenis).

e) Sepatu, model sepatu yang diperkenankan terbuat dari

kain atau kulit lunak untuk latihan atau sepatu

gimnastik dengan sol karet atau bahan yang sama.

Penggunaan sepatu adalah kewajiban/wajib.

f) Khusus penjaga gawang diperkenankan memakai celana

panjang. Setiap penjaga gawang memakai warna yang

mudah membedakannya dari pemain lain serta wasit.


6) Wasit

Setiap pertandingan dikontrol oleh dua orang wasit di dalam

lapangan yang memiliki wewenang penuh untuk memegang teguh

peraturan permainan dan pencatat waktu sedangkan wasit ketiga

mereka duduk di luar lapangan (garis tengah) di sisi yang sama

dengan daerah pergantian pemain, bertugas mencatat pelanggaran

dan waktu.

7) Lamanya Permainan

Pertandingan futsal dilakukan dengan waktu 2 X 20 menit

dengan jeda antar babak 5 menit dan menggunakan sistem waktu

bersih. Setiap tim berhak untuk meminta waktu keluar (time out)

setiap babaknya satu kali selama 1 menit. Pergantian dalam futsal

bebas dan tidak usah menunggu dan lapor wasit terlebih dahulu

saat akan melakukan pergantian pemain, cukup di area pergantian

(Jaya, 2008).

8) Pelanggaran Terakumulasi

Lima kesalahan terakumulasi yang pertama oleh masing-

masing tim selama setiap paruh yang dicatat dalam ringkasan

pertandingan. Para pemain tim lawan boleh dapat membentuk

dinding untuk mempertahankan tendangan bebas, seluruh pemain

lawan paling kurang berjarak 5 meter dari bola hingga bola dalam

permainan, gol dapat dicetak/tercipta langsung dari tendangan

bebas ini. Dimulai dengan pelanggaran terakumulasi yang keenam

dicatat oleh kedua tim pada setiap paruh: Para pemain tim lawan
tidak dapat tidak boleh membentuk dinding untuk mempertahankan

tendangan bebas.

9) Tendangan ke Dalam (kick in)

Tendangan ke dalam adalah cara untuk memulai permainan

kembali. Gol tidak dapat disahkan langsung dari tendangan ke

dalam. Tendangan ke dalam diberikan, jika keseluruhan bagian dari

bola melewati garis samping, baik di tanah maupun di udara, atau

menyentuh langit-langit. Dilakukan dari tempat di mana bola

melewati garis samping. Tendangan sudut merupakan cara untuk

memulai permainan kembali. Gol dapat tercetak secara langsung

dari tendangan sudut, tetapi hanya pada tim lawan. Tendangan

sudut diberikan, jika keseluruhan bagai dari bola, terakhir kali

disentuh seorang pemain tim bertahan, melewati garis gawang, di

tanah atau di udara, dan gol tidak tercetak/tercipta.

B. Teknik Dasar Olahraga Futsal

Dilihat dari kebutuhan teknik serta taktik, olahraga futsal hampir

sama dengan sepakbola. Shooting dalam futsal juga dengan punggung

kaki walaupun jamak dijumpai menggunakan ujung sepatu. Passing

dengan kaki bagian dalam atau luar. Namun perbedaan yang mencolok

adalah saat melakukan kontrol bola atau stop ball. Jika dalam

sepakbola banyak menggunakan kaki bagian dalam atau bagian luar,

jika dalam olahraga futsal akan lebih efektif dengan kaki bagian

bawah. Dengan permukaan lapangan keras dan setiap pemain yang


dituntuk untuk cepat mengalirkan bola dan tidak boleh melakukan

kontrol jauh dari penguasaan, metode kontrol dengan telapak kaki atau

kaki bagian bawah dirasa paling pas. Dalam olahraga futsal, tingkat

kematangan teknik dari seorang pemain akan sangat menentukan hasil

akhir. Proses permainan yang berjalan cepat dan sentuhan bola yang

lebih banyak dan lebih sering dari sepakbola tentu mustahil jika hanya

mengandalkan kemampuan fisik saja. selain itu, dengan waktu standar

20 menit 1 babaknya dan menggunakan waktu bersih serta pergantian

bebas tentu akan memudahkan para pemain jika sudah merasa sangat

capek dan membutuhkan proses recovery untuk beberapa saat sebelum

bermain kembali. Seperti halnya dalam sepakbola pada olahraga futsal

ada beberapa teknik yang digunakan dalam permainan.

Menurut Jaya (2008) beberapa teknik tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Keterampilan Dasar Mengumpan (Passing)

Passing merupakan salah satu keterampilan dasar permainan futsal

yang sangat dibutuhkan oleh pemain, karena dengan lapangan yang rata

dan ukuran yang kecil dibutuhkan passing yang keras dan akurat.

Menurut Lhaksana (2011), di lapangan yang rata dan ukuran lapangan

yang kecil dibutuhkan passing yang keras dan akurat karena bola yang

meluncur sejajar dengan tumit pemain. Untuk penguasaan passing,

diperlukan penguasaan gerakan sehingga sasaran yang diinginkan

tercapai.
Keberhasilan mengumpan ditentukan oleh kualitasnya, tiga hal

dalam kualitas mengumpan: (1) keras, (2) akurat, dan (3) mendatar.

Menurut Lhaksana (2011) dalam melakukan passing:

a) Pada saat melakukan passing, kaki tumpu berada disamping

bola, bukan kaki untuk mengumpan.

b) Gunakan kaki bagian dalam untuk melakukan passing.

c) Kunci atau kuatkan tumit agar saat sentuhan dengan bola

lebih kuat.

d) Kaki dalam dari atas diarahkan ke tengah bola (jantung) dan

ditekan ke bawah agar bola tidak melambung

e) Diteruskan dengan gerakan lanjutan, di mana setelah

melakukan passing ayunan kaki jangan dihentikan.

Gambar 2. Teknik Dasar Mengumpan


(Sumber: Wirawan, 2009)

2) Keterampilan Dasar Menahan Bola (Controlling)

Menurut Lhaksana (2011), keterampilan control (menahan bola)

haruslah menggunakan telapak kaki (sole). Dengan permukaan

lapangan yang rata, bola akan bergulir cepat sehingga para pemain

harus dapat mengontrol dengan baik. Apabila menahan bola jauh dari
kaki, lawan akan mudah merebut bola. Menurut Susworo, dkk (2009),

controlling adalah kemampuan pemain saat menerima bola sampai

pemain tersebut akan melakukan gerakan selanjutnya terhadap bola.

Gerakan selanjutnya tersebut seperti mengumpan, menggiring ataupun

menembak ke gawang. Sesuai dengan karakteristik permainan futsal,

maka teknik controlling yang dominan digunakan adalah dengan kaki,

meskipun dapat dilakukan dengan semua anggota badan selain tangan.

Menurut Lhaksana (2011) hal yang harus dilakukan dalam

melakukan menahan bola: (1) Selalu melihat datangnya arah bola, (2)

Jaga keseimbangan pada saat datangnya bola, (3) Sentuh atau tahan

menggunakan telapak kaki, agar bolanya diam tidak bergerak dan

mudah dikuasai.

Gambar 3. Teknik Dasar Mengontrol Bola


(Sumber: Wirawan, 2009)
3) Keterampilan Dasar Mengumpan Lambung (Chipping)

Menurut Lhaksana (2011), keterampilan chipping sering dilakukan

dalam permainan futsal untuk mengumpan bola di belakang lawan atau

dalam situasi lawan bertahan satu lawan satu. Teknik ini hampir sama

dengan teknik passing. Perbedaannya terletak pada saat chipping

menggunakan bagian atas ujung sepatu dan perkenaannya tepat di

bawah bola. Menurut Susworo, dkk (2009), chipping adalah gerakan

menendang bola yang lebih mengutamakan akurasi tendangan tanpa

menggunakan kekuatan dan kecepatan tendangan. Gerakan menendang

bola yang dimaksud lebih cenderung sebagai gerakan menyendok bola.

Menurut Lhaksana (2011) chipping dapat dilakukan untuk mengumpan

maupun untuk memasukkan bola ke gawang lawan, gerakannya sebagai

berikut: a) Pada saat melakukan passing, kaki tumpu di samping bola

dengan jari-jari kaki lurus menghadap arah yang akan dituju, bukan

kaki yang akan melakukan. b) Gunakan kaki bagian ujung kaki bagian

atas untuk mengumpan lambung. c) Konsentrasikan pandangan pada

bola tepat di bawah bola menyentuhnya. d) Kunci atau kuatkan tumit

agar saat melakukan sentuhan dengan bola lebih kuat. e) Diteruskan

gerakan lanjutan, dimana setelah sentuhan dengan bola dalam

mengumpan lambung ayunan kaki jangan dihentikan.


Gambar 4. Teknik Dasar Mengumpan Lambung

(Sumber: Wirawan, 2009)

4) Keterampilan Dasar Menggiring Bola (Dribbling)

Dribbling adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki semua

pemain karena semua pemain harus menguasai bola saat bergerak,

berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan (Mielke, 2007).

Menurut Lhaksana (2011), dribbling merupakan kemampuan yang

dimiliki setiap pemain dalam menguasai bola sebelum diberikan kepada

temannya untuk menciptakan peluang dalam mencetak gol.

Menurut Jaya (2008) dribbling merupakan tendangan bola terputus-

putus atau pelan-pelan. Menurut Lhaksana (2011), teknik dribbling

sebagai berikut: a) Dalam melakukan dribbling, sentuhan bola harus

menggunakan telapak kaki secara berkesinambungan. b) Fokus

pandangan setiap kali sentuhan dengan bola. c) Bola digulirkan bola ke

depan tubuh. d) Jaga keseimbangan pada saat menggiring bola. e) Atur

jarak bola sedekat mungkin.


Gambar 5. Teknik Dasar Menggiring Bola

(Sumber: Wirawan, 2009)

5) Keterampilan Dasar Menembak (Shooting)

Shooting merupakan ketrampilan dasar yang harus dikuasai oleh

setiap pemain. Menurut Lhaksana (2011), shooting merupakan cara

untuk menciptakan gol. Ini disebabkan seluruh pemain memiliki

kesempatan untuk menciptakan gol dan memenangkan pertandingan

atau permainan. Shooting dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu

shooting menggunakan punggung kaki dan ujung sepatu atau ujung

kaki. Menurut Susworo, dkk., (2009), shooting adalah tendangan kearah

gawang untuk menciptakan gol. Menurut Lhaksana (2011) shooting

memiliki ciri khas laju bola yang sangat cepat dan keras serta sulit

diantisipasi oleh penjaga gawang, teknik shooting sebagai berikut: a)

Teknik Shooting menggunakan Punggung kaki 1) Pada saat melaukan

shooting, kaki tumpu disamping bola dengan jari-jari kaki lurus

menghadap karah gawang. 2) Gunakan bagian punggung kaki untuk

melakukan shooting. 3) Konsentrasi pandangan ke arah bola tepat di

tengah-tengah bola pada saat punggung kaki menyentuh bola. 4) Kunci


atau kuatkan tumit agar saat sentuhan dengan bola lebih kuat. 5) Posisi

badan agak dicondongkan ke depan, apabila badan tidak dicondongkan

kemungkinan besar perkenaan bola di bagian bawah dan bola akan

melambung tinggi. 6) Diteruskan dengan gerakan lanjutan, dimana

setelah melakukan shooting ayunan kaki jangan dihentikan. b) Shooting

Menggunakan Ujung Sepatu Teknik ini sama halnya dengan teknik

shooting menggunakan punggung kaki, bedanya pada saat melakukan

shooting perkenaan kaki tepat di ujung sepatu atau ujung kaki.

Gambar 6. Shooting Menggunakan Punggung Kaki

(Sumber: Wirawan, 2009)

Gambar 7. Shooting Menggunakan Ujung Kaki

(Sumber: Wirawan, 2009)


6) Keterampilan Dasar Menyundul Bola (Heading)

Menurut Komarudin (2011), salah satu keterampilan dasar yang

dapat digunakan di semua posisi dan sudut lapangan yaitu menyundul

bola yang umumnya dilakukan dengan kepala. Menyundul bola ini

dapat dilakukan untuk mengoper dan mengarahkan bola ke teman,

menghalau bola di daerah pertahanan, mengontrol bola atau

mengendalikan bola dan melakukan sundulan untuk mencetak gol.

Ditinjau dari posisi tubuhnya menyundul bola dapat dilakukan sambil

berdiri, melompat dan sambil meloncat. Pentingnya menyundul bola

dalam permainan futsal tidak seperti dalam permainan sepakbola

konvensional, tetapi ada situasi ketika pemain perlu menggunakan

teknik menyundul bola dari serangan lawan dan dalam menciptakan

gol.

Gambar 8. Teknik Dasar Menyundul

(Sumber: Wirawan, 2009)


2.1.1 Hakikat Latihan

A. Pengertian Latihan

Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas

untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan

menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan

cabang olahraga (Sukadiyanto, 2011). Pengertian latihan yang berasal dari

kata exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk

meningkatkan kualitas fungsi organ tubuh manusia, sehingga

mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya

(Sukadiyanto, 2011). Sukadiyanto (2011) menambahkan latihan yang

berasal dari kata training adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan

berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik, menggunakan metode,

dan aturan, sehingga tujuan dapat tercapai tepat pada waktunya. Latihan

merupakan cara seseorang untuk mempertinggi potensi diri, dengan

latihan, dimungkinkan untuk seseorang dapat mempelajari atau

memperbaiki gerakan-gerakan dalam suatu teknik pada olahraga yang

digeluti. Singh (dalam Permadi, 2018) menyatakan latihan merupakan

proses dasar persiapan untuk kinerja yang lebih tinggi yang prosesnya

dirancang untuk mengembangkan kemampuan motorik dan psikologis

yang meningkatkan kemampuan seseorang.

Berdasarkan pada berbagai pengertian latihan di atas, dapat

disimpulkan bahwa latihan adalah suatu bentuk aktivitas olahraga yang

sistematik, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah

kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk


meningkatkan keterampilan berolahraga dengan menggunakan berbagai

peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraga masing-

masing.

Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau

dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan

(Sukadiyanto, 2011). Prinsip-prinsip latihan menurut Sukadiyanto (2011),

yaitu:

a) Prinsip kesiapan (Readiness) Pada prinsip kesiapan, materi dan

dosis latihan harus disesuaikan dengan usia dan tingkatan

olahragawan. Sebab kesiapan setiap olahragawan akan berbeda

antara yang satu dengan yang lain meskipun di antaranya

memiliki usia yang sama.

b) Prinsip kesadaran (Awareness) Dalam prinsip kesiapan, pelatih

mendidik atlet untuk dapat menyadari betapa pentinggnya

berlatih selain karena tuntutan kompetisi yang diikuti atau yang

akan diikuti, dan juga kesadaran tentang kreativitas sehinga

dapat berpartisipasi aktif dalam pelatihan itu sendiri.

c) Prinsip individual Antara atlet yang satu dan atlet yang lain

memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Beberapa

faktor yang dapat menyebabkan perbedaan terhadap

kemampuan seseorang dalam merespon beban yang diberikan

oleh pelatih, di antaranya adalah faktor keturunan, kematangan,

gizi, waktu istirahat dan tidur, lingkungan, sakit cedera, dan

motivasi.
d) Prinsip adaptasi Pemberian latihan sangat perlu memperhatikan

prinsip adaptasi, tidak bisa semata-mata pelatih memberikan

latihan yang terlalu keras dan mendadak karena akan

menyebabkan over traning pada atlet. Latihan harus bertahap

dan terus ditingkatkan melalui proses latihan agar tubuh dapat

beradaptasi dengan baik pada program latihan yang diberikan

pelatih.

e) Prinsip beban lebih (Overload) Prinsip beban lebih dapat

dicapai dengan cara pembebanan berada pada atau sedikit di

atas ambang rangsang atlet agar tercipta super kompensasi bagi

atlet. Pembebanan yang terlalu berat akan mengakibatkan

tubuh tidak dapat beradaptasi dengan baik, dan bila beban

terlalu ringan maka tidak akan berpengaruh terhadap

peningkatan kualitas seseorang. Pembebanan diungkapkan

Sukadiyanto (2011) berkaitan dengan tiga faktor, yaitu

frekuensi, intensitas, dan volume. Penambahan frekuensi dapat

dilakukan dengan cara menambah sesi latihan. Untuk intensitas

latihan dapat dilakukan dengan penambahan beban latihan.

Untuk durasi dapat dilakukan dengan cara menambah jumlah

jam latihan dalam satu sesi.

f) Prinsip progresif Prinsip progresif artinya pelaksanaan latihan

dilakukan secara bertahap dari mudah ke sukar, dari sederhana

ke kompleks, dari umum ke khusus, dari bagian ke


keseluruhan, dari ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas

yang dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan.

g) Prinsip spesifikasi (kekhususan) Setiap cabang olahraga

memiliki cara kerja dan karakter masing-masing. Oleh karena

itu pemberian latihan akan berbeda-beda sifatnya antara cabang

olahraga yang satu dan yang lain dengan pertimbangan: (1)

spesifikasi kebutuhan energi; (2) spesifikasi bentuk dan gerak

latihan; (3) spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot yang

digunakan; dan (4) waktu dan periodisasi latihan.

h) Prinsip variasi Latihan yang baik merupakan latihan yang

disusun secara variatif agar atlet yang dilatih tidak mengalami

kejenuhan, kebosanan, dan kelelahan secara psikologis lainnya.

Hal ini bertujuan agar atlet tertarik berlatih sehingga tujuan dari

latihan tersebut dapat tercapai.

i) Prinsip latihan jangka panjang (Long term training) Meraih

prestasi yang optimal dalam suatu cabang olahraga dibutuhkan

proses latihan yang konsisten dalam waktu yang panjang.

Pengaruh dari beban latihan yang diberikan oleh pelatih tidak

serta merta dapat diadaptasi mendadak tapi memerlukan waktu

dan dilakukan dalam proses yang bertahap dan berkelanjutan.

Selain itu untuk dapat meraih prestasi yang optimal diperlukan

latihan gerak yang berulang-ulang dalam proses yang panjang

untuk mendapatkan gerakan yang otomatis.


j) Prinsip berkebalikan (Reversibility) Prinsip berkebalikan

(reversibility) artinya bila olahragawan berhenti dari latihan

dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu yang lama, maka

kualitas organ tubuh akan mengalami penurunan fungsi secara

otomatis. Hal ini ditandai penurunan tingkat kebugaran rata-

rata 10% setiap minggunya. Selain itu pada komponen

biomotorik kekuatan (strength) akan mengalami penurunan

secara bertahap yang diawali pada proses pengecilan otot

(atropi).

B. Tujuan Latihan

Sukadiyanto (2011) menyatakan bahwa tujuan latihan secara umum

adalah membantu para pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat

menerapkan dan memiliki kemampuan konseptual dan keterampilan dalam

membantu mengungkap potensi olahragawan mencapai puncak prestasi.

Rumusan dan tujuan latihan dapat bersifat untuk latihan dengan durasi

jangka panjang ataupun durasi jangka pendek. Untuk latihan jangka

panjang merupakan sasaran atau tujuan latihan yang akan dicapai dalam

waktu satu tahun ke depan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki dan

memperhalus teknik dasar yang dimiliki. Untuk latihan jangka pendek

merupakan sasaran atau tujuan latihan yang dicapai dalam waktu kurang

dari satu tahun. Untuk tujuan latihan jangka pendek kurang dari satu tahun

lebih mengarah pada peningkatan unsur fisik. Tujuan latihan jangka

pendek adalah untuk meningkatkan unsur kinerja fisik, di antaranya


kecepatan, kekuatan, ketahanan, kelincahan, power, dan keterampilan

kecabangan (Sukadiyanto, 2011).

Selain itu, Sukadiyanto (2011) menyatakan bahwa tujuan latihan secara

garis besar terdapat beberapa aspek, antara lain:

a. Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh,

b. Mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik khusus,

c. Menambah dan menyempurnakan teknik, mengembangkan dan

menyempurnakan strategi, taktik, dan pola bermain,

d. Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam

berlatih dan bertanding. Selain latihan memiliki tujuan untuk

jangka panjang dan jangka pendek. Sebuah sesi latihan memiliki

sebuah tujuan umum yang mencakup berbagai aspek dalam diri

olahragawan. Seorang pelatih dalam membina atlet pasti memiliki

sebuah tujuan yang khusus maupun umum. Menurut Irianto (dalam

Permadi, 2018) Dalam latihan terdapat beberapa sesi latihan

khusus yang bertujuan untuk meningkatkan beberapa aspek. Sesi

latihan psikis bertujuan untuk meningkatkan maturasi emosi.

Pendapat lain dikemukakan Harsono (dalam Permadi, 2018) bahwa

tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk

membantu atlet untuk meningkatkan keterampilan dan prestasinya

semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada 4 (empat) aspek latihan

yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu; (1)

latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik, dan (4) latihan mental.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan


dan sasaran latihan adalah arah atau hasil akhir dari sebuah latihan. Tujuan

dan sasaran latihan dibagi menjadi dua, yaitu tujuan dan sasaran jangka

panjang dan jangka pendek. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran

tersebut, memerlukan latihan teknik, fisik, taktik, dan mental.

C. Frekuensi, Intensitas, Time, Tipe (FITT)

Latihan Seorang guru atau pelatih mampu memahami dan menyusun

rencana program (sesi) olahraga/aktivitas jasmani bagi anak sekolah.

Selain itu juga dapat memahami karakteristik dasar anak dasar, serta

mampu menentukan (FITT) frekuensi, intensitas, time/waktu dan

tipe/bentuk aktivitas jasmani sesuai dengan karakteristik dasar anak dalam

rangka meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan dan

kebugarannya. Frekuensi menurut Tohar (dalam Permadi, 2018) adalah

ulangan gerak beberapa kali atlit harus melakukan gerak setiap gerak

setiap giliran. Frekuensi dapat juga diartikan beberapa kali latihan perhari

atau beberapa hari latihan perminggu. Jumlah treatment (perlakuan) yang

diberikan untuk latihan sebanyak 16 kali latihan, dengan frekuensi latihan

yang diberikan dalam penelitian ini adalah tiga kali perminggu selama

enam minggu, sehingga tidak terjadi kelelahan dengan lama latihan enam

minggu. Intensitas adalah takaran yang menunjukan kadar/tingkatan

pengeluaran energi seorang olahragawan dalam aktivitas jasmani baik

dalam latihan maupun pertandingan. Jadi intensitas secara sederhana dapat

dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang anak dengan

penuh semangat untuk mencapai tujuan. Namun usaha yang dilakukan


harus sesuai dengan kemampuan anak. Menurut Suharto (dalam Permadi,

2018) menyatakan bahwa intensitas latihan merupakan komponen

kualitatif yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu

unit waktu tertentu. Intensitas latihan dapat diklasifikasikan tinggi

rendahnya berdasarkan beberapa indikator, antara lain: (1) berdasarkan

persentase kecepatan dan kekuatan yang digunakan dalam latihan, (2)

berdasarkan jumlah denyut nadi dalam mereaksi beban latihan. Suharto

(dalam Permadi, 2018), waktu (time) juga sangat penting yaitu untuk

menentukan lamanya latihan. Waktu yang efektif dilakukan minimal 12

kali pertemuan. Latihan fisik pada intensitas yang lebih besar maka waktu

yang dibutuhkan lebih pendek, dan jika intensitas latihan fisik lebih kecil

maka waktu latihan yang dibutuhkan lebuh lama, agar menghasilkan

latihan yang lebih baik.

2.1.2 Ladder Drill

A. Pengertian Ladder Drill

Ladder drills atau tangga latihan adalah salah satu alat untuk melatih

kelincahan yang berbentuk tangga yang diletakkan di permukaan tanah

atau lapangan yang berfungsi untuk melatih otot kaki. Tangga latihan

merupakan beberapa alat peraga yang paling umum di seluruh dunia, dan

alat ini membantu atlet dalam berbagai macam gerakan yang melatih

kecepatan dan kelincahan dengan koordinasi kaki yang baik. Latihan ini

juga mengajarkan pemain untuk mengambil langkah-langkah yang tepat

dengan menggunakan kecepatan dan kelin-cahan yang dimiliki. Latihan


menggunakan tangga latihan merupakan salah satu variasi latihan dari

sekian banyak variasi yang ada. Variasi yang ada dalam bentuk latihan

fisik disertai keterampilan gerak yang fungsinya melatih kecepatan,

kelincahan kaki dan sinkronisasi gerak secara seimbang (Permadi, 2018)

Kebanyakan bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan adalah

dalam bentuk berlari, tetapi latihan ladder adalah latihan untuk

meningkatkan kekuatan otot dan kelincahan dalam bentuk lompatan dan

berlari. Umumnya ketika berlari menggunakan otot-otot tungkai bawah

saja, namun pada latihan ladder menggunakan otot-otot tungkai atas dan

bawah. Latihan ladder memiliki tiga konsep aplikasi yaitu jumping on

ladder, latihan ini berfungsi untuk meningkatkan fleksibilitas, koordinasi

gerakan kaki, dan memperkuat stabilitas lutut. Steping on the ladder

berfungsi untuk meningkatkan kelincahan, melatih keseimbangan dan

stabilitas lutut, bouncing on the ladder merupakan latihan untuk melatih

koordinasi mata dengan kaki dan seluruh tubuh, meningkatkan

keseimbangan serta stabilisasi lutut, dengan teknik aplikasi atlet lompat

tiga kotak ke depan dan mundur dua kotak, lalu lanjut kembali melompat

tiga kotak ke depan dan seterusnya (dalam Permadi, 2018).

B. Bentuk dan Ukuran Ladder Drill

Ladder adalah salah satu bentuk latihan fisik yang fungsinya melatih

kelincahan kaki dan sinkronisasi gerak secara seimbang. Untuk berlatih

gerak ini yang dibutuhkan adalah alat berupa tali lentur yang meyerupai

anak tangga yang berukuran 50 cm x 520 cm, dengan jarak antar bilah 50
cm, dan kemudian di letakkan pada bidang datar atau lantai (Ismoyo,

2014). Latihan Ladder drills membantu kita dalam improvisasi berbagai

aspek gerakan, meningkatkan keseimbangan, daya tahan otot, waktu reaksi

dan koordinasi antara berbagai bagian tubuh, dan agar pemain dapat

mengubah arah lebih cepat, meski dalam kecepatan tinggi saat sprint

Selain manfaat fisik, latihan dengan alat ini juga dapat meningkatkan

sistem saraf dan kelompok otot yang terkait. Latihan menggunkaan alat

ladder drill dapat diterapkan pada semua cabang olahraga, dan karenanya

telah menjadi salah satu program pelatihan yang cukup populer di dunia

olahraga (Ismoyo, 2014).

C. Manfaat Ladder Drill

Latihan ladder merupakan latihan anaerobic dalam bentuk berlari.

Secara umum berlari akan menimbulkan kontraksi otot. Namun, berlari di

lapangan yang luas sangat berbeda dengan berlari dilintasan ladder.

Berlari dilintasan ladder membutuhkan keseimbangan yang bagus,

konsentrasi yang tinggi dan koordinasi yang tinggi atau dengan kata lain

dibutuhkan adaptasi neuromuscular karena saat bergerak dari kotak satu

ke kotak lainnya atau gerakan yang kompleks dengan cepat dan tanpa

kehilangan keseimbangan. Latihan ini sangat efektif untuk melatih

kemampuan atau skill dalam waktu bersamaan, karena dapat digabungkan

dengan pola latihan yang diinginkan. Latihan ladder dengan mudah

menempatkan pola latihan koordinasi (coordination), keseimbangan

(balance), kecepatan reaksi (reaction time), kecepatan (speed), tenaga


ledak (explosive power) kelincahan (agility), ketahanan cardiovaskuler,

dan cardiopulmonal, kekuatan otot, daya tahan otot, dan fleksibilitas

dalam waktu bersamaan, tergantung mana yang akan diprioritaskan untuk

gerakan dominan olahraga apapun (Dabukke, 2015).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Sugiyono

(2016), metode penelitian kuantitatif sering disebut metode tradisional

karena metode ini sudah cukup mentradisi sebagai metode untuk penelitian.

Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-

angka dan analisis menggunakan statistik. Metode penelitian kuantitatif

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

3.2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen korelasional, dimana

penelitian ini mengenai hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimental

merupakan penelitian yang yang bertujuan mengetahui akibat yang

terdapat pada subjek penelitian (Arikunto, 2013).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian One Group Pretest

Posttest Design, yaitu desain penelitian yang terdapat pretest sebelum

diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan, Dengan demikian

dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan

diadakan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2016). Penelitian ini akan


membandingkan hasil pretest dan posttest kemampuan dribbling pemain

Futsal The Brother.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pemain futsal The Brother yang berjumlah 16.

3.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2016), sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut

Arikunto (2013), apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan “penelitian

populasi”. Karena populasinya berjumlah 16 orang, maka penulis

mengambil 16 orang tersebut sebagai sampel dalam penelitian ini.

3.4. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2016), instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam


penelitian ini adalah tes. Alat bantu yang digunakan untuk mengukur

kecepatan dribbling adalah dengan menggunakan stopwatch,

sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur kelincahan

dribbling dalam penelitian ini adalah instrumen yang dibuat oleh

Bobby Charlton (Ismoyo, 2014)).

Sedangkan untuk mengukur kelincahan, intrumen yang

digunakan adalah zig zag run test yang dikemukakan Brian

Mackenzie dalam bukunya 101 Perfomance Evaluation Tests (2005).

Berikut gambar zig zag run test :

Gambar 10. Lapangan Untuk Tes Kelincahan


(Sumber : Ismoyo, 2014)

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

latihan dengan alat ladder drill sebagai variabel bebas dan

kelincahan sebagai variabel terikat. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan tes dan pengukuran. Metode latihan

ladder drill yang dilakukan divariasikan.


3.5. Teknik Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji

prasyarat. Pengujian terhadap data hasil pengukuran yang berhubungan

dengan hasil penelitian bertujuan untuk membantu dalam hal analisis agar

menjadi lebih baik. Untuk itu dalam penelitian ini akan dihitung normalitas

dan penghitungan homogenitas data.

3.5.1. Interval Kelas

Interval kelas dibuat berdasarkan rumus yang dimodifikasi

sebagai berikut :

No Interval Kategori

1 X > M + 1,5 SD Baik Sekali

2 M + 0,5 SD < X ≤ M + Baik

3 M - 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Sedang

4 M - 0,5 SD < X ≤ M - 1,5 SD Kurang

5 X ≤ M - 1,5 SD Kurang Sekali

Tabel 1. Kelas Interval

Keterangan : M : Nilai rata-rata (Mean)


X : Skor
S : Standar Deviasi
3.6. Uji Prasyarat Analisis

3.6.1. Uji Pers Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan karena pengujian hipotesis dengan

regresi dan korelasi (Pengujian dengan statistik parametris)

persyaratannya adalah setiap variabel yang akan dianalisis harus

berdistribusi Normal.

Uji normalitas yang digunakan adalah kolmogorov-Smirnov.

Kriteria normalitas adalah kriteria dari Santoso dan Tjiptono yaitu

Nilai sig atau signifikansi atau nilai probalitas <0,05 distribusi adalah

tidak normal dan jika nilai sig atau signifikansi atau nilai probalitas

>0,05 distribusi adalah normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data adalah uji prasayarat tentang kelayakan

data untuk dianalisis dengan menggunakan uji statistik tertentu. Uji ini

berkaitan dengan penggunaan uji statistik parametrik, seperti uji

komparatif dan uji independent sampel t test dan sebagainya.

3.6.2. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Analisis data

penelitian dilakukan dengan membandingkan data hasil pretest dan

posttest setelah perlakuan. Apabila nilai t hitung lebih lebih kecil dari

nilai t tabel maka Ho (hipotesis nol) diterima dan jika nilai t hitung

lebih besar dari nilai t tabel maka Ho ditolak.


Rumus yang digunakan uji- t adalah:

∑D
t =
(N∑ ∑D2)( D)2
N −1

Keterangan: D = Jumlah perbedaan setiap pasangan (X1-X2-X3).


D² = Jumlah perbedaan kuadrat setiap pasangan.
N = Banyak sampel.

a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis Deskriptif penelitian yang akan di uji adalah sebagai

berikut :

1) Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan latihan ladder drill

terhadap kelincahan pemain tim futsal The Brother

2) Ha : Ada pengaruh yang signifikan latihan ladder drill terhadap

kelincahan pemain tim futsal The Brother


DAFTAR PUSTAKA

Agus Susworo D.M, Saryono, & Yudanto. 2009. Tes Futsal FIK Jogja. Jurnal
Iptek dan Olahraga, VOL. 11, No. 2. Yogyakarta: FIK UNY.

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Jaya 2008. Gaya Hidup, Peraturan dan Tips-Tips Permainan Futsal. Yogyakarta:
Pustaka Timur.

Dabukke, A.B. (2015). Efektifitas Latihan Kelincahan Dengan Ladder Drill Dan
Zigzag Terhadap Kemampuan Memggiring Bola Siswa SSB Baturetno
Usia 10-12 Tahun. S1 hesis. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Yogyakarta :
Perpustakaan FIK.

Dimyati, J. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya: Pada


Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ismoyo, F. (2014). Pengaruh Latihan Variasi Speed Ladder Drill Terhadap


Kemampuan Dribbling, Kelincahan Dan Kordinasi Siswa SSB
Angkatan Muda Tridadi Kelompok Umur 11-12 Tahun. Skripsi, tidak
diterbitkan, Yogyakarta: Pendidikan Kepelatihan Olahraga.

Komarudin. (2011). Dasar Gerak Sepakbola. Diktat Pembelajaran. Yogyakarta:


FIK UNY.

Lhaksana, J. (2011). Taktik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion

Permadi, W. 2018. Pengaruh Latihan Variasi Ladder Drill Terhadap Kemampuan


Passing Dan Dribbling Pada Peserta Ekstrakulikuler Futsal Di Smk
Negeri 1 Seyegan Tahun 2018. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta

Rasyono, Reli Afri Zulmi. 2018. Pengaruh Latihan Ladder Drill Terhadap
Peningkatan Kelincahaan Pemain SSB Bukit Tengah. Universitas
Sriwijaya: E-Jornal

Saryono. 2006. Futsal Sebagai Salah Satu Permainan Alternatif Untuk


Pembelajaran Sepak Bola Dalam Pendidikan Jasmani. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia. 2006. Volume 3. Nomor 3. Universitas
Negri Yogyakarta

Sucipto H, Soegiyanto K.S, Rahayu S. 2016. Manajemen Pembelajaran


Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SMP-SMA Semesta
Bilingual Boarding School Semarang. Universitas Negeri Semarang:
Journal Of Physical Education And Sports

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukadiyanto. (2010). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta:


FIK UNY

Wirawan, A. (2009). Teknik Dasar Modern Futsal. Jakarta: Pena Pundi Aksara

https://www.sportstars.id/read/ukuran-lapangan-futsal-standar-nasional-dan-
internasional-2m61Py (diakses pada 16 Agustus 2022, pukul 21:00
WITA)

Anda mungkin juga menyukai