Anda di halaman 1dari 38

MEMBACA DAN MENGIDENTIFIKASI

KOMPONEN ELEKTRONIKA
PASIF &
AKTIF

Muhammad Saddam Nulhakim


Jaka Putra Pratama
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang


senantiasa melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan modul ini.

Pembahasan modul ini diharapkan dapat memahami untuk melakukan


sesuai dengan penugasan SKKNI. Modul ini masih memiliki banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun. Mudah – mudahan modul ini dapat memberikan manfaat,
terutama penulis sendiri.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

RUJUKAN SKKNI

K3 dan 5K

Komponen Elektronika Pasif

Resistor

Kapasitor

Induktor

Komponen Elektronika Aktif

Dioda

Transistor

Thyristor

IC (Intergrated Circuit)

Pengukuran Komponen Elektronika Pasif

Cara pengukuran hambatan

Cara mengukur kapasitansi

Cara mengukur induktor

Mengidentifikasi dan Pengukuran Komponen Elektronika Aktif

Dioda

Transistor

Thyristor

IC
MERUJUK KE SKKNI NO 211 TAHUN 2019
TENTANG
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL
INDONESIA KATEGORI INDUSTRI PENGOLAHAN
GOLONGAN POKOK INDUSTRI KOMPUTER, BARANG
ELEKTRONIK DAN OPTIK BIDANG ELEKTRONIKA
PROTOTIPE DAN PEMROGRAMAN

KODE UNIT : C.26EPP00.016.1


JUDUL UNIT : Membaca dan Mengidentifikasi
Komponen Elektronika Pasif

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan pada


pekerjaan membaca dan mengidentifikasi
komponen resistor, kapasitor dan induktor
(RLC) untuk mengetahui kebutuhan
komponen dalam rangkaian elektronika.
Teori hukum-hukum RLC dipelajari untuk
digunakan dalam rangkaian elektronika.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan aktifitas 1.1 Peralatan dan instrumen ukur elektronika


pekerjaan dipersiapkan sesuai kebutuhan.
1.2 Tabel dan komponen-komponen
elektronika pasif diidentifikasi untuk
keperluan pembacaan.

2. Membaca dan 2.1 Resistor diidentifikasi berdasarkan


mengidentifikasi fungsi, jenis dan bahan pembuatannya.
komponen resistor 2.2 Resistor dibaca nilai hambatannya
berdasarkan kode warna dan tanda lain.
2.3 Resistor dibaca besar resistansinya
menggunakan multimeter/LCR meter.
3. Membaca dan 3.1 Kapasitor diidentifikasi berdasarkan
mengidentifikasi fungsi, jenis dan bahan pembuatannya.
komponen kapasitor 3.2 Nilai kapasitor dibaca berdasarkan
tulisan dan kode warna.
3.3 Kapasitor dibaca besar kapasitansinya
menggunakan LCR meter.
4. Membaca dan 4.1 Induktor diidentifikasi berdasarkan
mengidentifikasi komponen fungsi, jenis dan bahan pembuatannya.
induktor 4.2 Nilai Induktor dibaca berdasarkan
tulisan dan kode warna.
4.3 Induktor dibaca besar induktansinya
menggunakan LCR meter.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berkaitan dengan dasar-dasar
komponen pasif dalam rangkaian elektronika.

1.2 Identifikasi dilakukan dengan peralatan ukur berupa


multimeter dan LCR meter.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
2.1.1 Multimeter
2.1.2 Kaca pembesar
2.1.3 Tang set
2.1.4 Protoboard
2.1.5 LCR meter
2.1.6 Power supply
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Komponen resistor
2.2.2 Komponen kapasitor
2.2.3 Komponen induktor
2.2.4 Kabel jumper

3. Peraturan
yang
diperlukan
(Tidak ada.)

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Dalam pelaksanaannya, peserta/asesi harus dilengkapi
dengan peralatan/perlengkapan, dokumen, bahan serta
fasilitas asesmen yang dibutuhkan serta dilakukan pada
tempat kerja/TUK yang aman.
1.2 Perencanaan dan proses asesmen ditetapkan dan
disepakati bersama dengan mempertimbangkan aspek-
aspek tujuan dan

konteks asesmen, ruang lingkup, kompetensi, persyaratan


peserta, sumber daya asesmen, tempat asesmen serta
jadwal asesmen.
1.3 Metode asesmen yang dapat diterapkan meliputi
kombinasi metode tes lisan, tes tertulis, observasi -
tempat kerja/demonstrasi/simulasi, verifikasi
bukti/portofolio dan wawancara serta metode lain yang
relevan.

2. Persyaratan
kompetensi
(Tidak
ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Memahami prinsip-prinsip K3 dan
5K
3.1.2 Memahami standar-standar penggunaan peralatan
kerja
3.1.3 Memahami dasar-dasar kelistrikan dan elektronika
3.1.4 Memahami penggunaan peralatan ukur elektronika
3.1.5 Memahami teori tentang komponen pasif
dan hukum - hukum RLC
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan peralatan kerja
3.2.2 Menggunakan peralatan ukur elektronika
3.2.3 Teknik mengukur

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Teliti dalam pengidentifikasian komponen pasif
4.2 Cermat dalam menggunakan peralatan ukur elektronika
4.2 Disiplin dalam menerapkan K3

5. Aspek kritis
5.1 Ketelitian dalam melakukan identifikasi komponen
elektronika pasif yang disertai dengan kecermatan dalam
menggunakan alat ukur dan teknik ukur yang tepat
dalam proses identifikasi
KODE UNIT : C.26EPP00.017.1
JUDUL UNIT : Membaca dan Mengidentifikasi
Komponen Elektronika Aktif

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan


keterampilan untuk membaca dan
mengidentifikasi komponen dioda,
transistor, thyristor dan IC (Integrated
Circuit) untuk mengetahui kebutuhan
komponen aktif dalam rangkaian
elektronika. Penggunaan komponen aktif
pada rangkaian dapat diukur menggunakan
piranti ukur elektronika.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan aktifitas 1.1 Peralatan dan instrumen ukur elektronika


pekerjaan dipersiapkan sesuai kebutuhan.

1.2 Tabel dan komponen elektronika aktif


diidentifikasi untuk keperluan
pembacaan.
1.3 Datasheet komponen dipersiapkan sesuai
daftar komponen yang akan dibaca dan
diidentifikasi.
2. Membaca dan 2.1 Komponen dioda diidentifikasi
mengidentifikasi berdasarkan jenis, simbol, fungsi dan
komponen dioda bahan pembuatannya.
2.2 Prinsip kerja dioda pada rangkaian
diidentifikasi berdasarkan fungsinya.
2.3 Penggunaan dioda pada rangkaian dapat
diukur menggunakan piranti ukur
elektronika.
3. Membaca dan 3.1 Komponen transistor diidentifikasi
mengidentifikasi berdasarkan simbol, jenis, fungsi dan
komponen transistor, bahan pembuatannya.
FET dan MOSFET 3.2 Kaki-kaki transistor ditentukan
menggunakan peralatan ukur
multimeter.
3.3 Penggunaan transistor pada rangkaian dapat
diukur menggunakan piranti ukur
elektronika.
3.4 Transistor dikelompokkan kedalam
masing-masing tipenya yaitu junction
transistor (NPN dan PNP) dan field effect
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
transistor (FET) maupun metal oxcide
semiconductor-FET (MOSFET).
4. Membaca dan 4.1 Komponen thyristor diidentifikasi
mengidentifikasi berdasarkan datasheet komponen.
komponen thyristor 4.2 Komponen thyristor dijelaskan
penggunaanya pada rangkaian elektronika.
4.3 Komponen thyristor diidentifikasi
prinsip kerjanya pada rangkaian.

5. Membaca dan 5.1 Komponen IC diidentifikasi


mengidentifikasi berdasarkan datasheet komponen.
komponen integrated 5.2 Komponen IC diidentifikasi
circuit (IC) penggunaanya pada rangkaian elektronika.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berkaitan dengan dasar-dasar
komponen aktif dalam rangkaian elektronika.
1.2 Identifikasi komponen dioda mencakup identifikasi jenis,
bahan pembuatan serta penggunaannya didalam rangkaian
dan tidak terbatas pada penggolongannya seperti dioda
zener, dioda bridge.
1.3 Identifikasi komponen transistor mencakup identifikasi
jenis, tipe (NPN maupun PNP), bahan pembuatan serta
penggunaannya didalam rangkaian dan tidak terbatas
pada penggolongannya seperti FET, junction-FET,
MOSFET.
1.4 Identifikasi komponen thyristor mencakup identifikasi
jenis, bahan pembuatan serta penggunaannya didalam
rangkaian dan tidak terbatas pada penggolongannya
seperti DIAC, TRIAC, SCR dan lain- lain.
1.5 Identifikasi komponen IC mencakup identifikasi jenis,
bahan pembuatan serta penggunaannya didalam rangkaian
dan tidak terbatas pada fungsinya.

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan

2.1.1 Multimeter
2.1.2 Kaca pembesar
2.1.3 Osiloskop
2.1.4 Power supply
2.1.5 Tang set
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Komponen dioda
2.2.2 Komponen transistor
2.2.3 Komponen thyristor
2.2.4 Komponen IC
2.2.5 Kabel jumper
2.2.6 Datasheet komponen

3. Peraturan yang diperlukan (tidak ada)


4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Dalam pelaksanaannya, peserta/asesi harus dilengkapi
dengan peralatan/perlengkapan, dokumen, bahan serta
fasilitas asesmen yang dibutuhkan serta dilakukan pada
tempat kerja/TUK yang aman.
1.2 Perencanaan dan proses asesmen ditetapkan dan
disepakati bersama dengan mempertimbangkan aspek-
aspek tujuan dan konteks asesmen, ruang lingkup,
kompetensi, persyaratan peserta, sumber daya asesmen,
tempat asesmen serta jadwal asesmen.
1.3 Metode asesmen yang dapat diterapkan meliputi
kombinasi metode tes lisan, tes tertulis, observasi
tempat

kerja/demonstrasi/simulasi, verifikasi
bukti/portofoliodan
wawancara serta metode lain yang relevan.

2. Persyaratan
kompetensi
(Tidak
ada.)

3. Pengetahuan dan keterampilan yang


dibutuhkan

3.1 Pengetahuan

3.1.1 Memahami prinsip-prinsip K3 dan


5K

3.1.2 Memahami standar-standar penggunaan peralatan kerja

3.1.3 Memahami dasar-dasar kelistrikan dan elektronika

3.1.4 Memahami penggunaan peralatan ukur elektronika

3.1.5 Memahami teori tentang komponen aktif

3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan peralatan kerja

3.2.2 Menggunakan peralatan ukur elektronika

3.2.3 Teknik mengukur

4. Sikap kerja yang diperlukan

4.1 Teliti dalam mengidentifikasi komponen aktif

4.2 Cermat dalam menggunakan peralatan ukur elektronika

4.2 Disiplin dalam menerapkan K3

5. Aspek kritis

5.1 Ketelitian dalam melakukan identifikasi komponen


elektronika aktif yang disertai dengan kecermatan dalam
menggunakan alat ukur dan teknik ukur yang tepat
dalam proses identifikasi
K3 dan 5K
K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan upaya menghindari
kemungkinan adanya musibah serta penyakit yang diakibatkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja.
Menurut American Society of safety and Engineering (ASSE) K3
adalah bidang kegiatan yang bertujuan untuk menghindari seluruh jenis
kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
Secara umum keselamatan kerja bisa dikatakan sebagai ilmu dan
penerapannya yang berkaitan dengan mesin, perlengkapan kerja, pesawat,
bahan dan proses pengolahannya, lingkungan kerja serta cara kerja untuk
menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar
dari kecelakaan dan kerugian yang lain.
Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam
lingkungan kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1) HAZARD (Sumber Bahaya), Suatu kondisi yang memungkinkan / dapat
menimbulkan kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat
kemampuan pekerja yang ada
2) DANGER (Tingkat Bahaya), Peluang bahaya sudah tampak (keadaan
bahaya sudah ada namun bisa dicegah dengan berbagai tindakan preventif.
3) RISK, prediksi tingkat keparahan jika terjadi bahaya dalam siklus tertentu
4) INCIDENT, Timbulnya kejadian yang berbahaya (kejadian yang tidak
diinginkan, yang dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energi
yang melebihi ambang batas badan/struktur
5) ACCIDENT, Kondisi bahaya yang disertai adanya korban dan atau
kerugian (manusia/benda)
Budaya kerja 5K adalah keteraturan, kerapihan, kebersihan, kelestarian
dan kedisiplinan. Konsep ini dimulai dari diri sendiri dan selanjutnya
untuk diterapkan pada unit kerjanya.
Melakukan 5K ini penting sepanjang melakukan pekerjaan, karena
dapat memberikan keamanan dan tingkat efisien kerja yang tinggi,
sehingga tidak ada tenaga yang terbuang sia – sia, maka dari itu hal ini
harus diperhatikan juga
Pada saat pengukuran dan mengidentifikasi komponen elektronika ini, terdapat
alat – alat keselamatan kerja, terutama apabila berurusan dengan rangkaian aktif,
peralatannya yaitu:

1) Alas kaki

Alas kaki penting, supaya kaki kita tidak bersentuhan langsung dengan
lantai, karena manusia adalah konduktor yang baik, sehingga apabila tidak
memakai alas kaki, maka listrik akan teralirkan dari badan sampai ke
lantai atau ground. Alat ini juga untuk menghindari apabila terdapat
genangan air yang terdapat arus.

2) Sarung tangan

Apabila pada saat melakukan pengecekan rangkaian aktif, sumber


yang mengalir pada rangkaian yang akan di check memiliki arus yang
cukup tinggi, disarankan menggunakan sarung tangan agar tidak
terkenanya sengatan listrik.

Komponen Elektronika Pasif


A. Resistor

Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk


menghambat atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu
rangkaian elektronika. Resistor termasuk komponen pasif pada rangkaian
elektronika. Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai namanya bersifat
resistif dan termasuk salah satu komponen elektronika dalam kategori
komponen pasif. Satuan atau nilai resistansi suatu resistor di sebut Ohm
dan dilambangkan dengan simbol Omega (Ω). Hukum Ohm menyatakan
bahwa resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir
melaluinya. Selain nilai resistansi (Ohm), resistor juga memiliki nilai yang
lain seperti nilai toleransi dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya.
Semua nilai yang berkaitan dengan resistor tersebut penting untuk
diketahui dalam perancangan suatu rangkaian elektronika oleh karena itu
pabrikan resistor selalu mencantumkan dalam kemasan resistor tersebut.

Gambar 2.1 Resistor

Pada gambar 2.1 merupakan contoh dari komponen resistor, resistor


memiliki beberapa jenis yang digunakan dalam rangkaian. Sehingga hambatan ini
tidak hanya memberikan suatu kondisi yang tetap, tetapi ada yang dapat berubah –
ubah untuk menyesuaikan kebutuhan. Berikut juga terdapat beberapa jenis resistor
yang sering digunakan, yaitu:

1) Fixed Resistor
Pada resistor ini biasanya sudah memiliki ukuran yang tetap
berdasarkan warna atau kode angka yang terdapat pada badan komponen
ini, komponen ini biasanya berbentuk seperti tabung dengan memiliki 2
kaki komponen. Komponen ini biasanya digunakan pada semua jenis
rangkaian, karena sifatnya yang selalu tetap, biasanya terdapat pada bagian
rangkaian yang tidak perlu adanya perubahan hambatan

Gambar 2,2 Fixed Resistor

2) Variable Resistor

Pada resistor ini sering disebut juga sebagai potensio meter,


resistor ini cukup unik, karena hambatan pada komponen ini dapat diubah
ubah, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Komponen ini
biasanya digunakan pada speaker untuk menaikkan dan menurunkan
volume, variable power supply untuk menaikkan dan menurunkan
tegangan yang diinginkan.
Resistor ini memiliki tiga kaki komponen, pada pemasangannya,
kaki bagian tengah dipasangkan dengan sumber +, lalu salah satu kaki
bagian lainnya dihubungkan dengan ground dan kaki yang terakhir tidak
perlu dihubungkan pada rangkaian apapun. minimal kaki yang terhubung
pada rangkaian adalah 2 buah, yaitu bagian tengah dan sisanya bebas,
dapat menggunakan kiri ataupun yang kanan, menyesuaikan dengan
keadaan. Berikut contoh variable resistor gambar 2.3 .
Gambar 2.3 Varible Resistor

3) Thermistor

Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat


dipengaruhi oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan Singkatan
dari “Thermal Resistor”. Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor
NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive
Temperature Coefficient). Resistor ini biasanya dipakai apabila
membutuhkan sensor hambatan yang dipengaruhi oleh suhu.

Gambar 2.4 Thermistor

4) LDR (Light Dependent Resistor)

LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai
Resistansinya dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya.
Resistor ini biasanya digunakan pada lampu jalan, pada saat cahaya mulai
gelap, maka resistor ini akan kembali pada ukurannya, sehingga
menghambat kembali
Gambar 2.5 LDR (Light dependent Resistor)

B. Kapasitor

Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen


Elektronika Pasif yang dapat menyimpan energi atau muatan listrik dalam
sementara waktu. Fungsi-fungsi Kapasitor (Kondensator) diantaranya
adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai
perata arus pada rectifier dan juga sebagai Filter di dalam Rangkaian
Power Supply (Catu Daya),

Gambar 2.6 Kapasitor

Kapasitor ini menggunakan satuan farad dalam menyebutkan kapasitas


yang dapat ditampung, kapasitor ini terbagi menjad 2 jenis, yaitu:

1) Fixed Kapasitor

Kapasitor ini sesuai dengan jenisnya, nilainya akan tetap sesuai


dengan spesifikasinya, kapasitor ini biasanya digunakan pada rangkaian
yang akan digunakan dengan jangka lama tanpa mengubah kapasitansinya.
Bentuk dari kapasitor ini terdapat berbagai jenis, berikut gambar dan
simbol fixed resistor ada pada gambar 2.7 dibawah ini.

Gambar 2.7 Fixed Kapasitor

2) Variable Kapasitor

Komponen jenis ini seperti dengan namanya, kapasitansinya dapat


diubah sesuai kehendak kita, sehingga dapat menawarkan berbagai ukuran
kapasitansi, biasanya digunakan pada gelombang frekuensi radio, salah
satu jenis kapasitor ini ada yang diubahnya harus menggunakan obeng
min, biasanya digunakan pada rangkaian yang tidak akan terlalu sering di
ubah – ubah ukuran kapasitansinya, contoh variable kapasitor ada pada
gambar 2.8 dibawah ini.
Gambar 2.8 Variable Kapasitor

C. Induktor

Induktor juga merupakan komponen Elektronika Pasif yang sering


ditemukan dalam Rangkaian Elektronika, terutama pada rangkaian yang
berkaitan dengan Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga dengan Coil
adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan
Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor dapat
menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet
yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang
relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum
Induksi Faraday.

Gambar 2.9 Induktor


Berdasarkan bentuk dan bahan intinya, induktor terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:

1) Air core inductor, jenis yang menggunakan bahan inti udara


2) Iron core inductor, jenis yang menggunakan material besi sebagai
bahan intinya
3) Ferrite core inductor, jenis yang menggunakan ferit sebagai bahan
intinya
4) Variable core inductor, jenis yang bisa diubah nilai induksinya. Pada
umumnya, intinya terbuat dari bahan ferit yang bisa diputar
5) Torrodial core inductor, jenis yang menggunakan inti berbentuk
lingkaran atau ring
6) Laminated core inductor, jenis yang intinya terbuat dari beberapa jenis
lempengan logam. Lempengan ini dipasang secara paralel dan masing
– masing terdapat isolator

Komponen Elektronika Aktif

A. Dioda

Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk


menghantarkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari
arah sebaliknya. Dioda terdiri dari 2 elektroda yaitu anoda dan katoda,
yang dimana anoda ini hanya menerima arus positif dan diteruskan, katoda
hanya menerima arus negative dan diteruskan. Dibawah gambar 2.10,
salah satu jenis dioda, yaitu dioda LED.

Gambar 2.10 Dioda LED


Dioda ini memiliki cukup banyak jenis, karena dapat dimanfaatkan dalam
berbagai rangkaian dengan baik, karena prinsip kerjanya yang cukup membantu
banyak hal. Jenis - jenis dioda yaitu:

1) Dioda Bridge

Dioda bridge merupakan dioda yang memiliki fungsi untuk


menyearahkan arus bolak balik atau Alternating Current menjadi arus DC
atau Direct Current, hal ini biasanya digunakan pada rangkaian converter
AC to DC yang akan digunakan pada alat – alat elektronik yang
menggunakan tegangan DC, salah satu contoh dioda bridge ini ada pada
adaptor laptop atau HP.

Gambar 2.11 Contoh rangkaian dioda bridge

Gambar 2.11 merupakan salah satu contoh rangkaian dioda bridge yang
biasanya digunakan dalam converter. Rangkaian ini masih dapat sering ditemukan
dalam peralatan elektronika sehari – hari.

2) Dioda Zener

Dioda zener merupakan dioda yang dirancang khusus agar dapat beroperasi dalam
rangkaian reverse bias, biasanya digunakan untuk menstabilkan arus listrik, sebab
arus listrik memang lebih baik dalam keadaan stabil. Dioda ini akan terus menolak
aliran arus arah sebaliknya, selama tegangan balik tetap rendah, maka dari itu,
dioda ini memiliki tegangan breakdown, apabila tegangan yang didapat pada
dioda ini mencapai kondisi tegangan breakdown, maka arus akan dialirkan atau
dihubungkan, ukuran batasan tegangan breakdown ini memiliki banyak jenis,
mulai dari satuan volt bahkan hingga ratusan volt. Dioda ini juga, masih dapat
sering ditemukan dalam alat elektronik sehari – hari, dikarenakan fungsinya yang
cukup simple dan berguna.

Gambar 2.12 Dioda Zener

3) Dioda LED

Dioda LED merupakan salah satu dioda yang dapat memancarkan cahaya, dioda
ini memiliki beberapa jenis warna dan ukuran, semakin besar ukuran dioda ini,
maka semakin besar tegangan yang dibutuhkan untuk menyalakan komponen ini.

Gambar 2.13 Dioda LED

4) Dioda Normal/Rectifier

Dioda rectifier atau normal adalah dioda yang dikontruksi dasar pertemuan P dan
N (PN Junction), seperti pada namanya rectifier, dioda ini dapat digunakan
sebagai penyearah dari tegangan AC ke DC yang biasanya digunakan pada power
supply atau pencatu daya.
Gambar 2.14 Dioda normal/rectifier

5) Dioda Foto

Dioda foto merupakan dioda yang dapat mengubah cahaya menjadi arus listrik,
sehingga disaat dioda ini terkena cahaya, maka akan terbukanya aliran dari katoda
menuju katoda, komponen ini memiliki 2 kaki komponen. Penggunaan komponen
ini pun sudah banyak digunakan dalam alat elektronika, salah satunya adalah
sensor cahaya pada kamera.

Gambar 2.15 Dioda foto

6) Dioda Laser

Dioda laser merupakan salah satu dioda yang dapat memancarkan


cahaya seperti dioda LED, perbedaan dengan dioda LED yaitu dioda ini
memancarkan cahaya laser, yang mana sinar laser ini merupakan sinar
radiasi spektrum inframerah berkecepatan tinggi. Penggunaan dioda laser
ini biasanya terdapat pada rangkaian scanner, perangkat blueray dan laser
pemotong. Laser ini akan semakin mahal apabila intensitas cahaya dan
daya yang dibutuhkan tinggi.

Gambar 2.16 Dioda laser

7) Dioda Varactor

Dioda Varactor merupakan dioda yang terbuat dari semikonduktor,


tetapi dapat difungsikan sebagai kapasitor juga, karena memiliki kapasitif
yang nilai kapasitasnya dapat berubah – ubah sesuai dengan kontrol
tegangan yang diberikan. Penggunaan dioda ini biasanya digunakan pada
rangkaian osilator radio dan televisi.

Gambar 2.17 Dioda varactor

8) Dioda Tunnel

Dioda tunnel merupakan dioda berkecepatan tinggi yang sering


digunakan pada rangkaian gelombang mikro atau microwave.
Semikonduktor pada dioda ini diproses menggunakan efek mekanika
kuantum yang disebut dengan tunnel. Dioda ini biasanya digunakan pada
perangkat osiloskop, televisi dan oven mikrowave frekuensi gelombang
radio.

Gambar 2.18 Dioda tunnel

9) Dioda Schottky

Dioda Schottky ini mirip dengan dioda pada biasanya, hanya saja tegangan
forward yang dimiliki dioda ini lebih rendah dari jenis dioda lainnya, hampir
sekitar 0,6V atau 0,7V, bahan utama dari dioda ini adalah kromium, platinum dan
tungsten. Dioda ini biasanya digunakan pada power supply switching dan
rangkaian detektor radio frekuensi tinggi

Gambar 2.19 Dioda Schottky

B. Transistor

Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki berbagai


macam fungsi seperti sebagai penguat, pengendali, penyearah, osilator,
modulator dan lain sebagainya. Transistor merupakan salah satu
komponen semikonduktor yang paling banyak ditemukan dalam
rangkaian-rangkaian elektronika. Boleh dikatakan bahwa hampir semua
perangkat elektronik menggunakan Transistor untuk berbagai kebutuhan
dalam rangkaiannya. Perangkat-perangkat elektronik yang dimaksud
tersebut seperti Televisi, Komputer, Ponsel, Audio Amplifier, Audio
Player, Video Player, konsol Game, Power Supply dan lain-lainnya.

Gambar 2,20 Transistor

Transistor terbagi menjadi 2 jenis yaitu bipolar BJT dan Efek Medan (field
effect transistor).

1) Transistor Bipolar (BJT)

Transistor Bipolar adalah Transistor yang struktur dan prinsip kerjanya


memerlukan perpindahan muatan pembawanya yaitu electron di kutup negatif
untuk mengisi kekurangan electon atau hole di kutub positif.   Bipolar berasal dari
kata “bi” yang artinya adalah “dua” dan kata “polar” yang artinya adalah “kutub”.
Transistor Bipolar juga sering disebut juga dengan singkatan BJT yang
kepanjangannya adalah Bipolar Junction Transistor.

2) Transistor medan efek (field effect transistor)

Transistor Efek Medan atau Field Effect Transistor yang disingkat


menjadi FET ini adalah jenis Transistor yang menggunakan listrik untuk
mengendalikan konduktifitasnya. Yang dimaksud dengan Medan listrik
disini adalah Tegangan listrik yang diberikan pada terminal Gate (G)
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan pada terminal Drain (D) ke
terminal Source (S).

Transistor ini pun terbagi menjadi 3, yaitu:

a) JFET (junction field effect transistor)

Transistor Efek Medan atau Field Effect Transistor yang disingkat


menjadi FET ini adalah jenis Transistor yang menggunakan listrik untuk
mengendalikan konduktifitasnya. Yang dimaksud dengan Medan listrik
disini adalah Tegangan listrik yang diberikan pada terminal Gate (G)
untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan pada terminal Drain (D) ke
terminal Source (S).

b) MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect


Transistor)

Transistor Efek Medan yang menggunakan Isolator (biasanya


menggunakan Silicon Dioksida atau SiO2) diantara Gerbang (Gate) dan
Kanalnya. MOSFET ini juga terdiri dua jenis konfigurasi yaitu MOSFET
Depletion dan MOSFET Enhancement yang masing-masing jenis
MOSFET ini juga terbagi menjadi MOSFET Kanal-P (P-channel) dan
MOSFET Kanal-N (N-channel). MOSFET terdiri dari tiga kaki terminal
yaitu Gate (G), Drain (D) dan Source (S).

c) UJT (Uni Junction Transistor)

jenis Transistor yang digolongkan sebagai Field Effect Transistor


(FET) karena pengoperasiannya juga menggunakan medan listrik atau
tegangan sebagai pengendalinya. Berbeda dengan jenis FET lainnya, UJT
mememiliki dua terminal Basis (B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor. UJT
digunakan khusus sebagai pengendali (switch) dan tidak dapat
dipergunakan sebagai penguat seperti jenis transistor lainnya.

C. Thyristor

Thyristor adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai saklar


(switch) atau pengendali yang terbuat dari bahan semikonduktor. Thyristor
yang secara ekslusif bertindak sebagai saklar ini pada umumnya memiliki
dua hingga empat kaki terminal. Secara umum komponen ini digunakan
apabila terdapat rangkaian yang membutuhkan switch untuk mengganti –
ganti jalur arus melewati rangkaian.

Gambar 2.21 Thyristor

Thyristor pun memiliki beberapa jenis yang terbagi, yaitu:

1) SCR (Silicon Controlled Rectifier)

SCR adalah jenis Thyristor yang memiliki tiga kaki terminal yang
masing-masing terminal dinamai dengan GATE, ANODA dan KATODA.
Secara struktur, SCR terdiri dari 4 lapis semikonduktor yaitu PNPN yang
terminal pengendalinya terdapat pada lapisan P (Positif).

2) SCS (Silicon Controlled Switch)

SCS merupakan jenis Thyristor yang memiliki 4 kaki terminal


yaitu terminal GATE, ANODE GATE, ANODE dan CATHODE. Sama
seperti SCR, SCS atau Silicon Controlled Switch juga berfungsi sebagai
Saklar.

3) TRIAC (Triode from Alternating Current)

TRIAC adalah Thyristor yang berkaki terminal tiga yang masing-


masing terminalnya dinamai dengan GATE, MI1 dan MI2. Setelah dipicu
(trigger) menjadi ON, TRIAC mampu menghantarkan arus listrik dari
kedua arah. Oleh karena itu, TRIAC sering disebut juga dengan
Bidirectional Triode Thyristor.

D. IC (Intergrated Circuit)

Integrated Circuit atau disingkat dengan IC adalah Komponen


Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan, ribuan bahkan jutaan
Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang diintegrasikan menjadi
suatu Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Bahan utama
yang membentuk sebuah Integrated Circuit (IC) adalah Bahan
Semikonduktor. Silicon merupakan bahan semikonduktor yang paling
sering digunakan dalam Teknologi Fabrikasi Integrated Circuit (IC).
Dalam bahasa Indonesia, Integrated Circuit atau IC ini sering
diterjemahkan menjadi Sirkuit Terpadu.

Gambar 2.22 IC (Intergrated Circuit)


Pengukuran Komponen Elektronika Pasif

A. Cara Mengukur Hambatan

1) Pilih lipatan ukuran [Ω] meter yang diinginkan untuk dapat digunakan
untuk mengukur.
2) Pasang ujung probe hitam ke salah satu kaki resistor lalu pasangkan juga
ujung probe merah pada kaki yang lainnya.
3) Maka jarum pada display akan mulai bergerak untuk menunjukkan
arahnya.
4) Apabila menginginkan pembacaan pada jarumnya lebih mudah, pilih
lipatan [Ω] meter menjadi lebih tinggi/ lebih rendah, sampai jarumnya
dapat menunjukkan ke bagian ukuran tertentu agar mudah terbaca.

Resistor merupakan komponen yang berfungsi untuk menghambat


atau menahan arus listrik, komponen ini sudah menjadi sangat umum
digunakan dalam setiap rangkaian dan pasti selalu ada karena
dibutuhkannya penurunan arus pada bagian tertentu.

Berikut adalah cara mengukur resistansi pada resistor menggunakan


Multimeter Analog:

5) Pindahkan selector dari OFF menuju ke bagian ohm meter.


6) Pasang probe merah ke bagian terminal [+] dan pasang probe hitam ke
bagian terminal [COM].
Gambar 3.1 cmengukur hambatan

Contoh cara membaca papan skala pada multimeter analog, yaitu:

1) Apabila pada selektor memilih x100


2) Lalu pada papan skala menunjukkan angka 20
3) Kalikan selektor dengan hasil papan skala
4) Maka akan didapatkan hasilnya yaitu 2000 Ω atau 2kΩ

Gambar 3,2 Papan skala multimeter

B. Cara mengukur Kapasitansi

Berikut ini adalah Cara menguji Kapasitor Elektrolit


(ELCO) dengan Multimeter Analog :
1) Atur posisi skala Selektor ke Ohm (Ω) dengan skala x1K
2) Hubungkan Probe Merah (Positif ) ke kaki Kapasitor Positif
3) Hubungkan Probe Hitam (Negatif) ke kaki Kapasitor Negatif
4) Periksa Jarum yang ada pada Display Multimeter Analog,
5) Kapasitor yang baik : Jarum bergerak naik dan kemudian
kembali lagi.
6) Kapasitor yang rusak : Jarum bergerak naik tetapi tidak
kembali lagi.
7) Kapasitor yang rusak : Jarum tidak naik sama sekali.
Cara mengukur Kapasitor dengan Multimeter Digital
yang memiliki fungsi Kapasitansi Meter cukup mudah, berikut
ini caranya :
1) Atur posisi skala Selektor ke tanda atau Simbol Kapasitor
2) Hubungkan Probe ke terminal kapasitor.
3) Baca Nilai Kapasitansi Kapasitor tersebut.

Gambar 3.3. multimeter analog

C. Cara mengecek induktor

Induktor memiliki satuan yang digunakan untuk menyatakan


ukurannya yaitu henry, pengukuran induktor ini hanya dapat
menggunakan LCR meter

1) Langkah awal, nyalakan terlebih dahulu LCR meter


2) Selanjutnya pilih gunakan selector lalu pilih pada bagian satuan henry
3) Misalkan, selector disetting pada 200mH
4) Selanjutnya pasangkan kedua probe pada masing – masing kaki induktor,
pemasangan dapat bolak – balik, karena tidak ada kutub positif dan negarif
pada induktor
5) Lalu, periksa pada layar LCR meter, akan muncul ukuran komponen
induktor yang sedang diukur

Gambar 3.4 Pengukuran induktor dengan LCR meter

Mengidentifikasi dan Pengukuran Komponen Elektronika Aktif

A. Dioda

Pengukuran pada dioda, hanya dapat diukur pada rangkaian aktif, cara
mengukur tegangan dioda pada rangkaian aktif dengan voltmeter, yaitu:
1) Pilih maksimal ukuran DC volt yang terdapat pada multimeter
menggunakan selector, misalkan selector diarahkan ke angka 10V.
2) Pasangkan probe positif ke kaki anoda dan pasangkan probe negatif ke
kaki katoda pada dioda
3) Saat melakukan pembacaan pada display, lihat pada bagian yang tengah
dan memiliki ukuran maksimal 10V, lalu lihat pada angka berapa jarum
menunjukkan tegangan DC.
4) Apabila jarum pada display menunjukkan angka 8V, maka hasilnya adalah
8V DC

Cara check kondisi dioda dengan multimeter:

1) Pilih pada selektor pada bagian satuan ohm (bebas lipatan berapa saja)
2) Pasangkan probe positf pada katoda dan probe negatif pada anoda
3) Apabila jarum bergerak, maka dioda tersebut telah rusak atau jebol
B. Transistor

Pengukuran pada transistor, hanya dapat diukur menggunakan


rangkaian aktif, cara mengukur tegangan transistor terbagi menjadi 2,
yaitu PNP dan NPN, perbedaan ini hanya akan dibedakan pada saat
pemasangan probe, cara mengukur tegangan transistor pada rangkaian
aktif, yaitu:

1) Pilih maksimal ukuran DC volt yang terdapat pada multimeter


menggunakan selector, misalkan selector diarahkan ke angka 10V.
2) Apabila transistor tersebut tipe NPN, maka pasang probe positif pada
basis, lalu pasang probe negatif pada colector
3) Saat melakukan pembacaan pada display, lihat pada bagian yang tengah
dan memiliki ukuran maksimal 10V, lalu lihat pada angka berapa jarum
menunjukkan tegangan DC.
4) Apabila jarum pada display menunjukkan angka 6V, maka hasilnya adalah
6V DC
C. Thyristor
Thyristor memiliki fungsi sebagai switch, sehingga pengecekan pada kaki
komponen ini sangat penting, apabila terdapat kaki komponen yang terdapat
short/hubungan singkat, maka thyristor tersebut telah rusak, berikut cara contoh
cara mengukur SCR menggunakan multimeter, yaitu:

1) Atur posisi saklar Multimeter ke R atau Ohm (Ω) x10.000

2) Hubungkan Probe Hitam Multimeter (Negatif) ke kaki Anoda SCR dan


Probe Merah Multimeter (Positif) ke kaki Katoda SCR.
3) Baca hasil pengukuran di layar Multimeter, hasil pengukurannya harus
menunjukan nilai resistansi yang tinggi.
*Jika hasil pengukurannya menunjukan nilai resistansi yang sangat
rendah, maka SCR tersebut dinyatakan hubung singkat (Short)/rusak.
4) Hubungkan Probe Merah Multimeter (Positif) ke kaki Anoda SCR dan
Probe Hitam Multimeter (Negatif) ke kaki Katoda SCR.
5) Baca hasil pengukuran di layar Multimeter, hasil pengukurannya juga
harus menunjukan nilai resistansi yang tinggi.
*Jika hasil pengukurannya menunjukan nilai resistansi yang sangat
rendah, maka SCR tersebut dinyatakan hubung singkat (Short)/rusak.

Gambar 3.5 Pengukuran pada SCR dengan multimeter analog

D. IC
Pada pembacaan datasheet pada IC ataupun komponen lain,
membutuhkan beberapa urutan yang baik, agar tidak ada informasi yang
terlewat sehingga dapat menemukan data yang diperlukan dengan efektif,
berikut contoh cara membaca datasheet, yaitu:

1) Misalkan datasheet yang akan dibaca adalah IC LM124/LM324/LM2902


2) Jika pada bagian awal terdapat tulisan deskripsi terlebih dahulu, maka baca
pada bagian itu terlebih dahulu, karena pada bagian ini akan
memperkenalkan IC sebagai pembuka.

Gambar 3.6 deskripsi IC LM124/LM324/LM2902

3) Jika data yang dicari adalah berupa tegangan maksimal atau minimal,
carilah tabel pada datasheet, biasanya akan memberikan informasi
mengenai tegangan maksimal dan minimal dan suhu

Tabel 3.1 datasheet IC LM124/LM324/LM2902


4) Jika data yang dicari berupa frekuensi, maka carilah grafik yang
menunjukkan frekuensi dan peningkatan tegangan secara bersamaan,
bagian ini mungkin sedikit sulit, tapi satu – satunya sumber yang dapat
dipakai.

Grafik 3.1 datasheet IC LM124/LM324/LM2902

Anda mungkin juga menyukai