Anda di halaman 1dari 11

Kurangnya Lahan Terbuka Hijau dan Vegetasi di Lingkungan Permukiman Berbasis

Ekologi

Aziz Hermawan

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bandar Lampung


Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.26, Labuhan Ratu, Kedaton, Kota Bandar Lampung, Lampung
35142

ABSTRAK

Lahan terbuka hijau dan Vegetasi sangat dibutuhkan untuk lingkungan permukiman guna
meningkatkan mutu lingkungan permukiman perkotaan yang ekologis. Peningkatan polusi udara
dari kendaraan bermotor dan suhu udara merupakan dampak dari kurangnya lahan terbuka hijau
yang tersedia serta vegetasi pada lingkungan permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
tingkat ekologi pada lingkungan permukiman di kota bandar lampung. Pada penelitian ini metode
yang digunakan adalah analisis data yang didapatkan melalui data survey pada lokasi penelitian.
Lokasi yang akan disurvey berada di Permukiman way halim Jl. Tj. Raya. Pada lokasi ini
mempunyai beberapa titik minimal lahan terbuka hijau dan vegetasi.

1. PENDAHULUAN
Lahan terbuka hijau dan vegetasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu hidup
masyarakat perkotaan di lingkungan permukiman. Lahan terbuka hijau sangat dibutuhkan terhadap
lingkungan permukiman sebagai area resapan air hujan serta vegetasi sebagai penghasil oksigen
alami dan buffering polusi udara. Oleh sebab itu, supaya tercapai mutu ekologi sebagai aspek
keberlanjutan pada lingkungan perlu adanya lahan terbuka hijau dan vegetasi yang memadai.
Berikut adalah beberapa dampak dari kurangnya lahan terbuka hijau dan vegetasi :

Menigkatnya polusi udara sehingga terjadi peningkatan kadar karbondioksida yang dihasilkan
dari aktivitas kendaraan bermotor.
Dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir di lingkungan permukiman dikarenakan
kurangnya lahan terbuka hijau dan vegetasi.
Kondisi lingkungan hidup yang kurang baik mempengaruhi mutu hidup masyarakat
dilingkungan permukiman. Kurangnya ruang terbuka hijau dapat menyebabkan gangguan
psikologis dan Kesehatan masyarakat. Penelitian kelayakan permukiman berbasis ekologis
bertujuan untuk mengetahui tingkat ekologi yang tersedia di lingkungan permukiman di Jl. Tj.
Raya, Way Halim, Kota Bandar Lampung.

Betapa pentingnya setiap stakeholder pembangunan kota untuk menerapkan konsep-konsep


permukiman yang berwawasan lingkungan, sehingga tujuan dapat tercapai yaitu:
Mewujudkan bumi ini sebagai tempat yang aman dan nyaman bagi generasi sekarang dan yang
akan datang. ((Dwira N. Aulia 2005)
2. TINJAUAN TEORI
2.1. Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam
bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya
lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.

Ketika prinsip dasar ekologi sudah diterapkan pada suatu kawasa, maka kelestarian fungsi
lingkungan akan berkelanjutan. Dengan demikian dalam mengukur keberlanjutan pemanfaatan
ruang terbuka hijau digunakan interaksi, interdepensi, keragaman dan harmoni. (Caesandra 2016)

2.2. Vegetasi
vegetasi memiliki pengertian yang luas menurut para ahli, berikut ini adalah beberapa
pengertian vegetasi:

1. Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada
suatu tempat membentuk suatu kesatuan dimana individu- individunya saling tergantung
satu sama lain yang disebut sebagai komunitas tumbuh-tumbuhan. (Soerianegara dan
Indrawan, 1978).
2. Vegetasi adalah kumpulan tumbuhan-tumbuhan yang biasanya terdiri dari berbagai jenis
yang hidup bersama-sama disuatu tempat dan diantaranya individu-individu tersebut
terdapat interaksi yang erat baik antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun faktor
lingkungannya. Marsono (1977)
3. Vegetasi adalah susunan dari spesies tumbuh-tumbuhan dan unit lain yang berbeda dari
berbagai kelompok yang berbeda-beda yang tumbuh bersama-sama di alam. Polunin
(1960).
4. Vegetasi adalah susunan semua jenis tumbuhan disuatu wilayah dan hubungannya dengan
pola sebaran jenis baik secara parsial maupun temporal. Barbour dan Pitts (1980).
5. Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan disuatu wilayah atau
daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daera dari segi penyebaran tumbuhan
yang ada baik secara ruang maupun waktu. Suatu tipe vegetasi kadangkala dibagi lagi
menjadi beberapa komunitas yang predominan disebut sosiasi yaitu sekumpulan beberapa
jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama disuatu lingkungan. Soetikno (1990).

2.3. Kriteria Pemukiman Ekologis

Berdasarkan GEN (Global Ecovillage Network) sebuah permukiman dengan pendekatan ekologis
memiliki acuan yang menjadi standar penilaian. Penilaian ini mencakup pada dimensi
keberlanjutan (ecological) termasuk didalamnya pola konsumsi ekonomi dan dimensi social.
Permukiman yang ekologis terbentuk karena komunitas local berpartisipasi dalam proses mengolah
dan memberdayakan lingkungan sekitarnya. (Novendra 2014)

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan analisis. Metode pengumpulan data berdasarkan hasil observasi secara digital
melalui internet dan mendapatkan data temuan. dan melakukan dokumentasi-dokumentasi.
Kemudian dari dokumentasi tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan.
4. Hasil Bedah Jurnal
Kajian menyeluruh dari beberapa studi penelitian dan dengan tema jurnal atau artikel yang
sudah ditentutkan. Tema yang dipakai pada kajian literatur ini adalah “Permukiman Ekologis”.

Kelayakan permukiman

Mutu hidup masyarakat

Ekologis

Ruang terbuka hijau

0 1 2 3 4 5 6
7 8
Serie
s1

Tabel 1. Diagram berdasarkan


subtopik

(Sumber : Analisis
Kelompok)

Pada 20 jurnal yang telah di kumpulkan dan di kaji oleh kelompok dengan tabulasi dapat
disimpulkan bahwa terdapat 4 poin sub topik yaitu :

1. Kelayakan Permukiman
2. Mutu hidup masyarakat
3. Ekologis
4. Ruang terbuka hijau

Dari 4 sub topik di atas yang paling sering di jumpai mengenai “Ekologis”, sub topik
ini membahas paling tidak 5 jurnal yang memiliki topik tersebut di dalamnya. Pencapaian aspek
ekologis lingkungan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat di area
permukiman. 6 dari 20 jurnal membahas tentang topik “Kelayakan Permukiman”, yang mana
pada beberapa jurnal yang membahas tentang sarana dan prasarana pada area permukiman untuk
mencapai tingkat kelayakan area permukiman untuk ditinggali. Pada sub topik “Mutu Hidup
Masyarakat” terdapat di 4 jurnal dari 20 jurnal yang di bahas. Pada Topik mutu hidup masyarakat
membahas mengenai kualitas hidup masyarakat yang baik di area permukiman yang di tinggali.

Sub topik “Ruang Terbuka Hijau” terdapat di 5 jurnal dari 20 jurnal yang dibahas,
topik ini membahas mengenai ketersediaan ruang terbuka hijau yang mempengaruhi psikologis
masyarakat kota, karena ruang terbuka hijau sangat mempengaruhi suhu udara, area resapan dan
area bermain yang tersedia. Poin-poin diatas yang telah disebutkan tadi merupakan beberapa
pengaruh masalah yang ada pada sebuah hunian dan juga dapat menjadi sebuah acuan atau
menjadi referensi dalam membangun atau merencanakan hunian yang sehat layak huni.

4.1. Metode

METODE
12

10

0
Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Metode Gabungan

Series 1 Series 2 Series 3

Tabel 2. Diagram berdasarkan Metode

(Sumber : Analisis Kelompok)

Dapat dilihat tabel diatas dari 20 jurnal yang telah di bedah menghasilkan 3 metode
Kualitatif, kuantitatif dan metode gabungan. Metode yang sering di pakai yaitu Metode
Kualitatif, yang mana metode ini adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).

4.2. Tujuan
20 jurnal yang di bahas memiliki kesamaan dalam tujuan dalam prioritas penataan
permukiman berbasis ekologi bagi masyarakat yaitu menyediakan ruang terbuka hijau, sarana
dan prasarana, serta aspek ekologi untuk menjadi referensi masyarakat dalam menciptakan
lingkungan permukiman yang layak untuk ditinggali. Beberapa tujuan dari jurnal yang diambil
sebagai berikut :
1) Dalam Jurnal “Konsep Pembangunan Permukiman Berwawasan Lingkungan” yang ditulis
oleh (Ayat and Jonizar 2020) memiliki tujuan mencari tahu persepsi masyarakat dan
memberikan sebuah penataan permukiman yang ideal dengan memperhatikan aspek
ekologi lingkungan
2) Jurnal “Rehabilitasi Perumahan dan Permukiman Swadaya Penunjang Wisata Berbasis
Kelayakan Huni” yang di tulis oleh (Misbahuddin, Wunas, and Arifin 2018)
mengidentifikasi fasilitas yang mendukung untuk sebuah permukiman ekologis di pesisir
pantai.
3) Jurnal yang memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan permukiman yang ekologis
terdapat pada jurnal “Permukiman Penduduk Perkotaan“ yang ditulis oleh (Pasya 2012)
TUJUAN

Meningkatkan interaksi antara manusia,


lingkungan dan alam.

Menciptakan Kawasan permukiman


ramah lingkungan

Menghasilkan permukiman yang bersifat


berkelanjutan dan ekologis

Menentukan arahan yang tepat dalam


penataan lingkungan permukiman

Pengembangan permukiman yang


Berbasis kesesuaian lahan dengan
keseimbangan ekologis

Menjaga cara hidup masyarakat

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5


4 4,5
1 2 3 4 5 6

Tabel 3. Diagram berdasarkan Tujuan

(Sumber : Analisis Kelompok)

20 jurnal yang di bahas dengan tema “Permukiman Ekologi” memiliki bermacam


macam tujuan tetapi yang paling sering di temui adalah junal dengan tujuan untuk
meningkatkan interaksi antara manusia, lingkungan, dan alam. Terdapat 6 jurnal yang lain dari
20 jurnal yang dibahas mengenai sebuah permukiman yang bersifat keberlanjutan dan
ekologis.
4.3. Variabel

VARIABEL
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Mutu hidup Karakteristik Kelayakan Sarana dan Arahan
masyarakat permukiman permukiman prasarana permukiman
ekologis ekologis
Series 1 Series 2 Series 3

Tabel 4. Diagram Berdasarkan Variabel

(Sumber : Analisis Kelompok)

4.4. Temuan

Temuan dari hasil observasi tabulasi yang dilakukan pada 20 jurnal tersebut menemukan 5
temuan yaitu :

1) Memberi wadah dan fasilitas yang dapat meningkatkan mutu hidup dan penghidupan
masyarakat seperti ruang terbuka hijau sebagai wadah interaksi warga dan greenhouse
sebagai wadah budidaya tanaman.
2) Permukiman berbasis ekologi diharapkan dapat mengurangi berbagai bencana alam agar
keseimbangan hidup tetap terjaga.
3) Peremajaan permukiman kumuh merupakan kegiatan untuk memperbaiki dan untuk
memperbaharui suatu kawasan kota yang memiliki mutu lingkungannya rendah.
4) Permukiman ekologis diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan.
5) Penataan permukiman perkotaan berbasis ekologi diharapkan agar dapat sesuai dengan
kemampuan lahan serta dapat menjamin keseimbangan ekologis.
Temuan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya perencanaan penataan permukiman yang
berbasis ekologi bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan tempat
tinggal. Hal ini diharapkan dapat menjaga keberlanjutan lingkungan dan ekologi dimasa mendatang
dengan pendekatan aspek ekologi pada permukiman.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


di Permukiman di Jl. Tj. Raya, Way Halim Permai, Kota Bandar Lampung merupakan salah
satu kelurahan yang terletak di pinggirian kota atau tidak jauh dari kota. Pada daerah ini terdapat
beberapa titik kurang tersedia lahan terbuka hijau dan vegetasi. Berikut adalah dokumentasi-
dokumentasi pada Permukiman di Jl. Tj. Raya, Way Halim, Kota Bandar Lampung.

Gambar 1 Permukiman di Jl. Tj. Raya, Way Halim Permai, Kota Bandar Lampung.
Gambar 2 Kondisi Ekisting Permukiman di Jl. Tj. Raya, Way Halim Permai, Kota Bandar
Lampung

Kondisi permukiman yang tidak terdapat GSB sebagai area hijau pada bangunan sehingga letak
rumah langsung kejalan. Hal ini menyebabkan kurangnya vegetasi dan meningkatkan suhu udara
panas pada lingkungan permukiman.
Gambar 3 Kondisi Ekisting Permukiman di Jl. Tj. Raya, Way Halim Permai, Kota Bandar
Lampung
Kondisi rumah yang terlalu mepet ke jalan menyebabkan peningkatan tingkat kumuh pada
lingkungan dan dapat menyebabkan banjir karena sirkulasi dan resapan air hujan kurang memadai.

Gambar 4 Kondisi Ekisting Perum Wana,, Beringin Raya, Kec. Kemiling, Kota Bandar Lampung

Kondisi Permukiman yang padat menyebabkan kurangnya lahan terbuka hijau dan vegetasi. Hal ini,
mengakibatkan peningkatan tingkat stres pada psikologi masyarakat terhadap kenyamanan.
Gambar 5 Kondisi Ekisting Perum Wana,, Beringin Raya, Kec. Kemiling, Kota Bandar Lampung

Lahan terbuka yang ada di area permukiman ini tidak terdapat vegetasi dan di fungsikan sebagai
lokasi parkir kendaraan bermotor. Sehingga, kualitas udara dan ekologi di lingkungan permukiman
di Jl. Tj. Raya, Way Halim Permai, Kota Bandar Lampung belum tercapai dengan baik. Hal ini,
menyebabkan peningkatan kadar karbondioksida yang dapat mengganggu Kesehatan masyarakat.

6. KESIMPULAN
Pada penelitihan yang dilakukan di Permukiman Way Halim, kota Bandar Lampung dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan ruang terbuka hijau dan vegetasi sangat jauh dari kriteria
permukiman ekologis. Sehingga, terdapat beberapa masalah seperti :
1) Polusi udara dilingkungan permukiman meningkat.
2) Tekanan suhu panas pada lingkungan permukiman sangat tinggi.
3) Rawan terjadi bencana banjir dikarenakan kurangnya ruang terbuka hijau sebagai area resapan air
hujan dan kondisi selokan yang kurang memadai.
4) Kurangnya udara segar dikarenakan tidak terdapat vegetasi yang mampu menghasilkan oksigen
dan menyerap karbondioksida pada lokasi permukiman.
DAFTAR PUSTAKA
(Dwira N. Aulia, 2005). 2005. Permukiman Yang Berwawasan Lingkungan Tinjauan Dwira N.
Aulia. https.//www.scholar.com/Permukiman yang Berwawasan Lingkungan.
Ayat, Matsuri, and Jonizar Jonizar. 2020. “Konsep Pembangunan Permukiman Berwawasan
Lingkungan.” Bearing : Jurnal Penelitian dan Kajian Teknik Sipil 6(2): 86–96.
Caesandra, Violla. 2016. “T A T A L O K A The Level of Sustainability of Multifunction Public
Spaces in Slum Area.” MONTH 2016: PP-PP. https/www.scholar.com/T A T A L O K A The
Level of Sustainability of Multifunction Public Spaces in Slum Area.
Misbahuddin, Fauziah Ahmad, Shirly Wunas, and Mimi Arifin. 2018. “Rehabilitasi Perumahan Dan
Permukiman Swadaya Penunjang Wisata Berbasis Kelayakan Huni Di Pesisir Pantai Tanjung
Bayang Makassar.” Jurnal Penelitian Enjiniring 22(2): 166–74.
Novendra, Tommy. 2014. STUDI KONSEP EKOLOGIS AREA PERMUKIMAN KAWASAN
PARIWISATA PANTAI 1. http://www.kotajogja.com/images/bukuSTATISTIK
KEPARIWISATAAN_2013.pdf.
Pasya, Gurniwan Kamil. 2012. “Pemukiman Penduduk Perkotaan.” 12: 12–19.

Anda mungkin juga menyukai