Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Jual Beli Barang Ilegal

Secara Online

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

MUHAMAD KATAMI

D1A 118 166

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2022
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Jual Beli Barang Ilegal

Secara Online

Oleh :

MUHAMAD KATAMI

D1A 118 166

Menyetujui :

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

Dr. Abdul Atsar SH., MH. Yudhin Setiawan SH.,M.Hum


NIP. 19810 216202012 1001 NIP. 19790 521200604 1001
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
A. Judul 1
B. Latar Belakang 1
C. Rumusan Masalah 7
D. Tujuan Dan Manfaat 7
E. Ruang Lingkup Penelitian 8
F. Orisinalitas Penelitian 8
G. Tinjauan Pustaka 11
1. Tinjauan Umum Pelaku Usaha dan Konsumen 11
a. Pelaku Usaha 11
b. Konsumen 15
2. Tinjauan Umum Jual-Beli Online 18
H. Metode Penelitian 20
1. Jenis Penelitian 20
2. Metode Pendekatan 20
3. Jenis Data Dan Bahan Hukum 21
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum 22
5. Analisis Data 23
I. Jadwal Penelitian 24
DAFTAR PUSTAKA 25
J. Kerangka Skripsi 27
1

A. Judul : Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Jual Beli Barang Ilegal

Secara Online

B. Latar Belakang

Masa saat ini merupakan suatu masa dimana perkembangan zaman

berjalan dengan sangat cepat, segala informasi dapat kita ketahui dengan

mudah seolah dunia dibuat tanpa adanya batasan jarak akibat dari adanya

kemajuan zaman ini. Tidak hanya menuntut perkembangan dari manusia saja

namun juga kepada bidang-bidang tertentu dalam kehidupan ini. Dalam hal ini

khususnya di bidang teknologi dan jual beli. Dalam kehidupan sehari-hari

seiring dengan berjalannya waktu, yang menyebabkan secara tidak langsung

manusia harus mengikuti dari adanya perkembangan waktu yang cukup pesat

tersebut, sehingga terjadinya proses globalisasi yang menyebabkan kemajuan

terhadap suatu negara.

Tentunya dengan adanya globalisasi ini menyebabkan kemajuan

yang cukup pesat, beranjak dari sifat yang tradisional menjadi kedalam sebuah

masyarakat yang modern, semua hal berjalan dengan cepat seolah kehidupan

dikejar oleh adanya waktu yang berjalan dan menjadikan antara daerah yang

satu dengan daerah lainnya menjadi seperti tidak ada batasan, hal itu terjadi

dalam suatu bidang kehidupan yakni baik dalam suatu dunia pendidikan,

teknologi dan informasi, profesi, serta tidak luput juga hal yang selalu kita

hadapi dalam setiap harinya yakni terkait dengan perkembangan dalam suatu

bidang ekonomi, transaksi online dalam hal ini nantinya akan dapat
2

memudahkan semua orang dalam hal melakukan suatu transaksi jual beli yang

dilaksanakan secara daring atau online yang berasal dari berbagai benua dan

dunia, agar terciptanya suatu kemajuan bagi masyarakat secara global yakni

dengan adanya kemajuan pada bidang teknologi dan ekonomi terkait dengan

adanya transaksi online ini.1 Hal ini juga yang menyebabkan sebagian individu

dapat melakukan suatu komunikasi dan melakukan suatu hubungan bisnis

secara online, maka pelaksanaannya pun dalam hal ini dapat dilakukan sangat

efisien tentunya akan mempermudah, tanpa perlu melakukan suatu pertemuan

secara langsung seorang konsumen dapat menemukan suatu barang yang ingin

dicarinya, sehingga konsumen dapat dengan mudah menerima suatu informasi

dengan adanya perkembangan teknologi internet ini yang berhubungan dengan

perkembangan ekonomi.2

Mudahnya individu untuk terhubung dengan adanya perkembangan

teknologi terkhusus pada perkembangan teknologi internet menyebabkan

mudahnya seseorang untuk melakukan suatu tindakan transaksi secara online

maka dari itu suatu kegiatann terkait dengan transaksi jual beli online sudah

sangat marak terjadi di Indonesia dan belahan dunia lainnya. Perdagangan

terlaksana secara online dengan mempermudah penjualan antar negara stau

dengan negara lainnya sehingga tidak perlu bertemu secara konvensional.3

1
Putra, I Made Dwija Di and Ida Ayu Sukihana. “Tanggung Jawab Penyediaan Aplikasi
Jual Beli Online Terhadap Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen”. Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 1, No. 10 (2018): 1-15.
2
Erlinawati, Mira, and Widi Nugrahaningsih. "Implementasi Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap Bisnis Online”. Serambi Hukum 11, No.
01 (2017): 27-40.
3
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Sinar Grafika,
2014)
3

Dewasa ini di Negara Indonesia sudah banyak berkembang suatu

perusahaan start up yang beredar, hal ini merupakan sebagai langkah untuk

mewadahi dampak dari perkembangan teknologi transaksi jual beli secara

online ini agar memudahkan proses transaksi tersebut maka diberdirikanlah

suatu website E-commerce terkait penunjang dalam pelaksanaan transaksi

online tersebut.4 E-commerce sendiri sejatinya merupakan suatu istlah yang

berasal dari Electronic Commerce atau sebagai suatu cara dalam rangka

penggunaan internet dalam melakukan suatu transaksi online yakni menaungi

terkait dengan marketplace, media yang digunakan secara online inilah yang

menjadi pernghubungan antara pelaku usaha dengan pembelinya atau

konsumennya untuk mencapai suatu hal yang diingankan bersama yakni

terjadinya suatu kesepakatan antar pihak.

Eksistensi penggunaan wadah e-commerce sebagai marketplace

untuk melakukan suatu transaksi dengan pembelian suatu barang tertentu tentu

sangat digemari karena penggunaannya yang sangat mudah dan efisien dengan

penggunaan media berbasis online selain itu pada masa kini menjadi suatu

lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Fakta menyedihkannya saat ini dunia

sedang terkena suatu badai yang meneyrag seluruh dunia yakni Pandemi

Covid-19 dan terjadinya Pembatasan Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat Jawa

Bali yang menyebabkan sulitnya untuk beraktivitas tertentu dan banyak

ditutupnya berbagai aktivitas dan ruang publik untuk mencegah dari penularan

4
Wirawan, Made Agus Arya, I. Ketut Westra, and I. Nyoman Darmadha. "Analisis
Perjanjian Jual Beli Melalui Media Elektronik”. Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 6, No. 8
(2018): 2-4.
4

virus ini, sehingga keadaan ini memaksa kita untuk beradaptasi dengan

permasalahan yang ada dan menyebabkan sebisa mungkin agar segala sesuatu

dilaksanakan melalui work from home. Adanya transaksi online ini terasa

sangat begitu efisien dikarenakan kita tentunya dapat menghemat waktu kita

karena tidak diperlukan lagi dalam hal membeli suatu barang yang kita

perlukan atau bahkan kita butuhkan, kita tidak harus bahkan tidak perlu untuk

mengunjungi tempat dari penjual tersebut, tentunya hal ini tidak akan

mengganggu aktivitas atau pekerjaan kita setiap harinya.

Hal ini juga berdampak kepada para pembisnis dimana para penjual

tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk menyediakan suatu offline store,

dengan tidak perlu menyediakan offline store maka dalam hal ini para

pembisnis juga dapat menghemat pengeluarannya dengan tidak perlu

menyediakan karyawan. Keuntungan lainnya para pembisnis dapat

mengembangkan profit penjualannya yakni dengan mudah dapat

menyebarluaskan produk yang dijual ke seluruh pelosok Indonesia dengan

persaingan harga yang kompetitif dengan penjual lainnya, tanpa harus perlu

terjun langsung ke setiap daerah dilakukannya pemasaran yang dimana hal ini

menyebabkan penghematan waktu dan biaya. Namun tidak jarang pula

penjualan suatu produk di situs online ini menyebabkan dampak yang buruk

seperti produk yang tidak sesuai dengan produk aslinya.5

5
Ratna P, Ni Nyoman Nadia, and Ni Ketut Supasti Dharmawan. “Pelanggaran Merek
Terkenal Melalui Jual Beli Barang di Media Jejaring Sosial Facebook”. Kertha Semaya : Journal
Ilmu Hukum Vol. 01, No. 01 (2013): 2-4
5

Tentunya setiap hal mengandung unsur dampak nantinya yang dapat

ditimbulkan, yakni dibalik keefesienan dan kemajuan yang dihadirkan oleh

adanya suatu e-commerce ini tentu menyebabkan hadirnya para pihak yang

tidak bertanggungjawab terhadap perbuatan yang dilakukannya dimana

terjadinya kemudahan dalam mengakses suatu produk sehingga secara dengan

mudahnya dapat ditirukan dan menjadikan penyebaran suatu produk palsu

untuk tercapainya suatu tujuan dengan keuntungan lebih banyak dengan suatu

strategi penjualan harga yang sangat murah dan mudah untuk dijangkau.

Sehingga hal ini berdampak pada timbulnya suatu persepsi pada masyarakat

luas untuk mengkonsumsi suatu produk yang palsu dengan keuntungan harga

miring dan ekonomis dibanding membeli suatu barang orisinil yang dengan

harag dapat dikatakan relatif lebih mahal.

Barang palsu atau tidak jarang kita dengar dengan sebutan KW tidak

hanya melanggar dari hak cipta suatu merek dagang (trademark) bagi suatu

perusahaan tetapi juga hal ini akan menyebabkan terkhusus bagi pembeli yang

membeli barang palsu tersebut dengan memberikan sebuah informasi tentang

produk secara tidak benar atau dengan kondisi daripada keaslian suatu produk

yang dijual6, sehingga menghasilkan ketidaksesuaian produk dengan

spesifikasi yang diberikan di dalam situs belanja e-commerce mendapatkan

suatu perlindungan merupakan hak mutlak yang didapatkan oleh seorang

konsumen7, hal tersebut diatur sebagai bentuk perlindungan terhadap


6
Widyantari, Ni Putu Trisna and A.A. Ngurah Wirasila. “Pelaksanaan Ganti Kerugian
Konsumen Berkaitan dengan Ketidaksesuaian Produk Pada Jual Beli Online”. Kertha Semaya:
Journal Ilmu Hukum 7, No. 8 (2019): 1-15
7
Putri, Ni Made Santi Adiyani, I Made Sarjana dan I Made Dedy Priyanto. “Pelaksanaan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di Kota
6

konsumen, diatur dalam UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen atau yang termaktub dengan UUPK.

Berkaitan dengan perlindungan konsumen tersebut hendaknya

dengan kemudahan akses yang diberikan oleh e-commerce hendaknya para

pelaku usaha mengingat bahwa para konsumen tentunya memiliki suatu

haknya yang tertuang pada Pasal 4 Huruf a UUPK.8 Terkait suatu jual beli

barang illegal secara online dalam situs platform e-commerce ini maka para

pelaku usaha hendaknya bertanggungjawab atas perbuatan hukum yang telah

dilakukannya.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas dan mengacu dari penelitian

sebelumnya, maka dilakukan penelitian dengan judul “Tanggung Jawab

Pelaku Usaha Terhadap Jual Beli Barang Ilegal Secara Online”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada suatu permasalahan yang telah diuraikan dalam

latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah penelitian ini yakni :

1. Bagaimana bentuk tanggung jawab pelaku usaha terhadap jual beli barang

illegal secara online?

Denpasar”. Jurnal Kertha Semaya Fakultas Hukum Universitas Udayana (2017): 3-5
8
Renouw Dian Mega Erianti. Perlindungan Hukum E-Commerce, (Jakarta : Yayasan
Taman Pustaka, 2017) , 16.
7

2. Bagaimana bentuk suatu perlindungan hukum kepada konsumen terhadap

jual beli barang illegal secara online ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap

jual beli barang illegal secara online.

b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk suatu perlindungan hukum kepada

konsumen terhadap jual beli barang illegal secara online.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk

pengembangan ilmu hukum pada umumnya, dan khususnya untuk

mengetahui bagaimana tanggung jawab tanggung jawab pelaku usaha

terhadap jual beli barang illegal secara online.

b. Manfaat praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan

sumbangan pemikiran yang dapat menambah wawasan akademisi,

praktisi dan mengembangkan daya pikir, serta mengetahui kemampuan

penulis dengan menerapakan ilmu yang diperoleh.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang terlalu luas mengenai

permasalahan yang di bahas, maka penelitian ini hanya membatasi lingkup

kajiannya sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penulisan proposal

penelitian ini. Adapun ruang lingkup masalah yang ingin dikaji dalam
8

penelitian ini yaitu Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Jual Beli Barang

Illegal Secara Online.

F. Orisinilitas Penelitian

Untuk mengetahui orisinalitas penelitian yang penyusun lakukan,

dalam hal ini akan dicantumkan penelitian terlebih dahulu yang satu tema

pembahasan. Penelitian dalam bentuk skripsi pernah dilakukan oleh beberapa

mahasiswa berikut ini:

No. Nama dan Judul Rumusan Masalah Persamaan Perbedaan

Skripsi

1. Arbiandi Hidayat
1. 1. Bagaimanakah Persamaan dalm Perbedaan dalam

Oktaviandi, hubungan antara proposal ini ialah proposal ini ialah

Fakultas Hukum reseler dengan sama-sama saya membeahas

Universitas konsumen membahas tentang tanggung

Mataram 2. 2. Bagaimanakah tentang tanggung jawab pelaku

2017,Tanggung tangung jawab jawab dalam usaha terhadap

Jawab Reseller reseler dengan bentuk transaksi jual beli barang

Terhadap konsumen online illegal secara

Konsumen online sedangkan

Dalam System proposal yang

Jual Beli Online. dibahas oleh

abriandi yaitu

tanggung jawab

pelaku usaha
9

yang merupakan

tangan kedua

dari pelaku

usaha utama

2. Maulana Syarif,3. 1. Apakah Persamaan dalam Perbedaan

Fakultas Hukum penyebab proposal ini yaitu proposal saya

Universitas terjadinya sma-sama dengan proposal

Mataram peredaran obat membahas maulana yaitu

2021,Tanggung dan makanan tentang jual beli maulana

Jawab Balai illegal di kota barang illegal dan membahas

Besar mataram? tanggung jawab tentang jual beli

Pengawasan 4. 2. Bagaimana para penjual barang illegal

Obat Dan tanggung jawab tersebut secara lansung

Makanan BBPOM dalam sedangkan

(BBPOM) penanganan proposal saya

Terhadap kasus-kasus obat membahas

Peredaran Obat dan makanan tentang proses

Dan Makanan ilegal yang berada transaksi jual

Ilrgal Di Kota di pasaran beli melalui

Mataram. platform sosial

media
10

3. Anggi Sama-sama Perbedaannya


5. 1. Bgaimana
Paramudita membahas adalah barang
tanggung jawab
Fakultas Hukum tentang tanggung yang diperjual
produk (product
Universitas jawab pelaku belikan yaitu
liability) menurut
Mataram usaha barang legal dan
Undang-Undang
2021,Tanggung illegal
no 8 tahun 1999
Jawab Produk
tentang
(product
perlindungan
liability) Dalam
konsumen?
Hukum

Perlindungan 6. 2. Bagaimana

Konumen bentuk tanggung

Terhadap Barang jawab dan ganti

Cacat Produk. kerugian produsen

atau oelaku usaha

terhadap barang

cacat produk

konsumen

G. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Tentang Pelaku Usaha dan Konsumen

a. Pelaku Usaha

1. Pengertian Pelaku Usaha


11

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlndungan Konsumen Pasal 1 angka 3 meyebutkan bahwa pelaku

usaha adalah setiap orang-perorang atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan

dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum

negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama melalui

perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi. Dalam penjelasannya menyatakan bahwa pelaku usaha yang

termaksud dalam pengertian ini adalah perusahaan, koperasi, BUMN,

korporasi, importer, pedagang, distributor, dan lain-lain.

Dalam defenisi pelaku usaha yang dimaksudkan dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1

angka 3 sama dengan cakupan yang diklaim oleh negara-negara eropa

khususnya belanda, karena pelaku usaha dapat berupa badan hukum

atau orang perorang.

Dalam Pasal 3 Directive Product Liability Directive (selanjutnya

disebut Directive) sebagai pedoman bagi negara Masyarakat Ekonomi

Eropa (MEE) Mendefenisikan Pelaku usaha/produsen adalah :9

1. Produsen berarti pembuat produk akhir, produsen dari setiap bahan


mentah, atau pembuat dari suatu suku cadang dan setiap orang yang
memasang nam, merek atau suatu tanda pembedaan yang lain pada
peroduk, mejadikan dirinya sebagai produsen.
2. Tanpa mengurangi tanggung gugat produsen, maka setiap orang yang
mengimpor suatu produk untuk dijual, dipersewakan, atau untuk
leasing, atau setiap bentuk pengedaran dalam usaha perdagangannya

9
Ahmad Miru dan Sutarman, Hukum perlindungan konsumen, Jakarta : Rajawali Pers,
2017, hlm 9
12

dalam Masyarakat Eropa, akan dipandang dalam arti produsen dalam


arti Directive ini, dan akan bertanggung gugat sebagai produsen.
3. Dalam hal suatu produsen tidak dikenal identitasnya, maka setiap
leveransir/supplier akan bertanggung gugat sebagai produsen,
kecuali ia memberitahukan orang yang menderiata kerugian dalam
waktu yang tidak terlalu lama mengenai identitas produsen atau
orang yang menyerahkan produk itu kepadanya. Hal yang sama akan
berlaku dalam kasus barang/produk yang diimpor, jika produk yang
bersangkutan tidak menunjukan identitas importir sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2, sekalipun nama produsen dicantumkan.

b) Hak, Kewajiban, Tanggung Jawab, Larangan dan Sanksi Terhadap

Pelaku Usaha

1. Hak Pelaku Usaha

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun Tentang

Perlindungan Konsumen menyebutkan enam hak pelaku usaha

diataranya:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan

kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan

konsumen yang beretikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang

dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur oleh ketentuan perUndang-Undangan

lainnya.
13

Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diberikan

kepada konsumen tidak atau kurang memadai menurut harga yang

berlaku pada umumnya atas barang dan/atau jasa yang sama.

Menyangkut hak yang terdapat pada huruf b, c, dan d,

sesungguhnya merupakan hak-hak yang lebih banyak

berhubungan dengan aparat pemerintah dan/atau Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen/dan pengadilan dalam

tugasnya elakuan pnyelesaian sengketa. Selanjutnya tentang hak-

hak yang diatur dalam Undang-Undang lainnya, seperti hak-hak

yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang

Larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Undang-

Undang Pangan, dan Undang-Undang lainnya.

2. Kewajiban Pelaku Usaha

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh

mereka yang mengembannya, dalam hal ini Kewajiban Pelaku

Usaha beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usaha merupakan

salah satu asas yang dikenal dalam hukum perikatan. Ketentuan ini

diatur dalam Pasal 1338 ayat 3 BW. Untuk itu, dalam menjamin

terciptanya upaya perlindungan konsumen yang efektif maka,

Undang-Undang Perlindungan Konsumen secara ekplisit


14

menentukan dalam Bab III Pasal 7 terkait kewajiban-kewajiban

yang harus dilaksanakan oleh Pelaku Usaha.

Ada enam kewajiban pelaku usaha disebutkan dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlndungan

Konsumen Pasal 7 diataranya:

a. Beretikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan

penjelasan penggunaan, pebaikan, dan pememeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang

dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau

diperdagangkan.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila

barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen

tidak sesuai dengan perjanjian.

b. Konsumen

1. Pengertian Konsumen
15

Menurut Hondius, para ahli hukum pada umumnya sepakat

mengartikan konsumen sebagai, pemakai produksi terakhir dari

benda dan jasa. Dengan rumusan itu, Hondius ingin membedakan

antara konsumen bukan pemakai terakhir (konsumen antara) dan

konsumen pemakai terakhir. Untuk menghindari kerancuan

pemakaian istila konsumen yang mengaburkan dari maksud yang

sesungguhnya, pengertian konsumen dapat terdiri dari tiga

pengertian, yaitu :

1. Konsumen adalah sitiap orang yang mendapatkan barang dan/atau

jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu.

2. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang

dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdaganggkan/komersial.

3. Konsumen akhir adalah setiap orang alami (naturlijke persoon)

yang mendapatkan barang dan/atau jasa, yang digukanakan untuk

kebutuhan hidup pribadinya, dan keluarganya dan/atau rumah

tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

Lebih jelas dalam Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 butir 2 dan Pasal 1 butir 2

Kepmenperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 menyebutkan:

“setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan”.


16

Untuk lebih memahami konsumen dalam pengertiannya berikut

ini disampaikan Unsur-unsur Konsumen dalam Undang-Undang

Nomor. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:10

1. Setiap Orang, subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap

orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Istila

“orang” sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya

individu yang lazim disebut natuurlijke person atau termasuk juga

badan hukum (recht person).

2. Pemakai, sesuai dengan bunyi Pasal 1 angka (2) UUPK, kata

“pemakai” menekankan, konsumen adalah konsumen akhir

(ultimate consumer).

3. Istilah “pemakai” dalam hal ini tepat digunakan dalam ketentuan

rumusan tersebut, sekaligus menunjukan, barang dan/atau yang

dipakai tidak sertamerta hasil dari transaksi jual beli.

4. Barang dan/atau Jasa, saat ini penggunaan istila produk sudah

berkonotasi pada pengertian barang atau jasa. Dalam dunia

perbankan istila pruduk digunakan juga untuk menamakan jenis-

jenis layanan perbankan. Barang dalam UUPK adalah setiap

benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun

tidak bergerak dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan,

yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, dan atau

dimanfaatkan oleh konsumen.

10
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum perlindungan konsumen, Jakarta : Sinar Grafika,
2018, hal 29
17

5. Yang Tersedia dalam Masyarakat, barang dan/atau jasa yang

ditawarkan kepada masyarakat harus tersedia dipasaran.

6. Bagi Kepantingan Diri Sendiri, Keluarga, Orang Lain, Makhluk

Hidup Lain, unsur yang diletakkan dalam defenisi itu mencoba

memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak

sekedar tidak hanya ditujukan untuk keluarga, tetapi juga barang

dan/atau jasa itu diperuntukan bagi orang lain, dan bahkan untuk

makhluk hidup lainnya.

7. Barang dan/atau Jasa itu tidak untuk Diperdagangkan, pengertian

konsumen dalam UUPK ini dipertegas yankni konsumen akhir.

Batasan ini seudah dipakai di berbagai negara.

2. Tinjauan Umum Tentang Jual-Beli Online

Teknologi internet mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

perekonomian dunia. Internet membawa perekonomian dunia memasuki babak

baru yang lebih popular dengan istilah digital economics atau perekonomian

digital. Makin banyak kegiatan perekonomian dilakukan melalalui media

internet. Misalnya, semakin banyak mengandalakan jual beli sitem online (e-

commerce) sebagai media transaksi.11

E-commerce pada dasarnya merupakan suatu kontak transaksi

perdagangan antara penjual dengan menggunakan media internet jadi proses

11
Riyeke Ustadiyanto, Framework E-Commerce, Andi, Yogyakarta, 2002. Hlm. 11
18

pemesanan barang, pembayaran transaksi hingga pengiriman barang

dikomunikasikan melalui internet.

E-commerce juga dapat diartikan sebagai suatu proses berbisnis dengan

mamakai teknologi elektronik yang menghubungkan antara perusahaan,

konsumen dan masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik dan

pertukaran/penjualan barang, servis, dan informasi secara elektronik.12

Elektronik commerce atau disingkat dengan E-commerce adalah

kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (costumers) , maufaktur

(manufactur), services providers dan pedagang perantara (intermediateries)

dengan menggunakan jaringan-jaringan computer (computer network) yaitu

internet. Penggunaan sarana internet merupakan suatu kemajuan teknologi

yang dapat dikatakan menunjang secara keseluruhan spektrum kegiatan

komersial.13

E-Commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran

barang dan jasa melalui system elektronik seperti internet atau televisi, www,

atau jaringan computer lainya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana

elektronik, pertukaran data elektronik, system manajemen inventori otomatis,

dan system pengumpulan data otomatis.

Industri teknologi informasi melihat kegiatan e-commerce ini sebagai

aplikasi dan penerapan dari e-bisnis (e-bussines) yang berkaitan dengan

transaksi komersial, seperti: transfer dana secara elektronik, SCM (Supply

12
Munir Fuadi, Hukum Kontrak (Dari Sudur Pandang Hukum Bisnis) , Citra Aditya,
Bandung, 2010, hlm. 47
13
Abdul Halim Barakatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce Study System
Keamanan dan Hukum di Indonesia, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 10
19

Chain Management), atau pemasaran online (online marketing), pemrosesan

transaksi online (online transaction processing), pertukaran data elektronik

(electronic data interchange/EDI), dll.

E-commerce merupakan bagian dari e-business, dimana cakupan e-

business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup juga

pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dll.

Selain teknologi jaringan www, e-commerce juga memerlukan teknologi basis

data atau pangkalan data (databases), surat elektronik (e-mail) dan bentuk

teknologi non-komputer yang lain seperti halnya system pengiriman barang,

dan alat pembayaran untuk e-dagang ini.14

H. Metode Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian hukum tidak dapat terlepas dengan

penggunaan metode penelitian. Karena setiap penelitian apa saja pasti

menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan di angkat. Penelitian

(research) berarti pencarian kembali. Pencarian yang dimaksud adalah

pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah), karena hasil dari

pencarian ini akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu.

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris. Penelitian

empiris adalah penelitian hukum yang mengandalkan observasi dan

14
Wikipedia Bahasa Indonesia, Perdagangan Elektronik, id.wikipedia.org. Di akses Pada
Tanggal 19 September 2022 Pukul 11:00 WITA
20

eksperimen dalam membuktikan kebenaran. Obeservasi dan eksperimen

merupakan cara untuk membuktikan hipotesis. Bukti yang didapatkan

melalui observasi dan eksperimen itulah yang di sebut empiris, yaitu bukti

yang dapat diindra. Ilmu-ilmu empiris terwujud dalam ilmu-ilmu alamiah

dan ilmu-ilmu sosial.15

2. Metode Pendekatan

Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini di gunakan

pendekatan:

15
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, rev.ed. cetakan ke-14, Prenadamedia
Group, Jakarta, 2019, hlm.23
21

a. Pendekatan PerUndang-Undangan (Statute Aprroach)

Dalam metode pendekatan perUndang-Undangan peneliti perlu

memahami hierarki, dan asas-asas dalam peraturan perUndang-

Undangan. 16

b. Pendekatan Konseptual (Conseptual Aprroach)

Pendekatan konseptual dilakukan manakala peneliti tidak beranjak

dari aturan hukum yang ada. Hal itu dilakukan karena memang belum

atau tidak ada aturan hukum untuk masalah yang dihadapi.

c. Pendekatan Sosiologis (Sosilogis Approach)

Pendekatan ini dilakukan dalam kerangka pelacakan sejarah

lembaga hukum dari waktu ke waktu. Pendekatan ini sangat

membantu peneliti untuk memahami filosofi dari aturan hukum, dari

waktu ke waktu.

3. Jenis Data dan Bahan Hukum

Jenis data yang di gunakan oleh peneliti dalam Menyusun penelitian

ini adalah:

a) Bahan hukum primer, yang merupakan bahan-bahan hukum yang

mempunyai kekuatan yang mengikat, yaitu peraturan perUndang-

Undangan yang terkait dengan ketenagakerjaan, terdiri dari:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen

2. Bahan hukum sekunder di atas memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum


16
Peter Mahmud Marzuki, Ibid., hlm.137
22

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa

bahan hukum primer yaitu buku-buku, makalah-makalah dan hasil-

hasil penelitian.

c) Bahan hukum tersier, merupakan bahan-bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber dan jenis data diatas, maka Teknik dan alat

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Teknik pengumpulan bahan hukum dan data yang diperoleh dengan

Teknik studi dokumen, yaitu data yang diperoleh dengan

mengumpulkan bahan kepustakaan yang berupa peraturan perUndang-

Undangan dokumen resmi, literatur, dan karyatulis yang berhubungan

dengan materi penelitian, dengan cara menelusuri, membaca dan

menelaah buku literatur serta dari peraturan perUndang-Undangan

yang berkaitan dengan pokok permasalahan dan pembahasan yang

bersifat ilmiah.

b. Data lapangan (primer), yaitu data yang diperoleh dengan

menggunakan teknik wawancara. Responden adalah pihak-pihak

yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian, seseorang

yang diminta untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan langsung atau tidak langsung, lisan, tertulis ataupun berupa


23

perbuatan yang di ajukan oleh peneliti ketika menjawab wawancara..

Sedangkan wawancara atau sering disebut interview merupakan salah

satu cara memperoleh data yang akurat, wawancara dilakukan dengan

informan.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data

dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan

tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh badan

hukum. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif yaitu  merupakan sebuah metode penelitian yang

memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan sejara deskriptif. Jenis

penelitian deskriptif kualitatif kerap digunakan untuk menganalisis

kejadian, fenomena, atau keadaan secara sosial.


24

I. Jadwal Penelitian

September Oktober November Desember


No Uraian Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan                                
Pengumpulan
2 Bahan                                
Hukum
Penyusunan  
3                              
Proposal
Bimbingan
4                                
Proposal
Ujian
5                                
Proposal
Revisi Hasil
6 Ujian                                
Proposal
Pelaksanaan
7                                
Penelitian
Penyusunan
8 Hasil                                
Penelitian
Bimbingan
9 Hasil                                
Penelitian
Seminar
10 Hasil                                
Penelitian
Revisi Hasil
11                                
Penelitian
12 Yudisium                                

DAFTAR PUSTAKA
25

1. Buku

Abdul Halim Barakatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce


Study System Keamanan dan Hukum di Indonesia, Pustaka Belajar,
Yogyakarta, 2005

Ahmad Miru dan Sutarman, Hukum perlindungan konsumen, Jakarta :


Rajawali Pers, 2017.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum perlindungan konsumen, Jakarta :


Sinar Grafika, 2018

Erlinawati, Mira, and Widi Nugrahaningsih. "Implementasi Undang-


Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap
Bisnis Online”. Serambi Hukum, 2017

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta:


Sinar Grafika, 2014)

Munir Fuadi, Hukum Kontrak (Dari Sudur Pandang Hukum Bisnis) ,


Citra Aditya, Bandung, 2010

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, rev.ed. cetakan ke-14,


Prenadamedia Group, Jakarta, 2019

Riyeke Ustadiyanto, Framework E-Commerce, Andi, Yogyakarta,


2002.

Renouw, Dian Mega Erianti. Perlindungan Hukum E-Commerce,


Jakarta:Yayasan Taman Pustaka, 2017

2. Jurnal

Ratna P, Ni Nyoman Nadia, and Ni Ketut Supasti Dharmawan.


“Pelanggaran Merek Terkenal Melalui Jual Beli Barang di Media Jejaring
Sosial Facebook”. Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum Vol. 01, No. 01
(2013
Putra, I Made Dwija Di and Ida Ayu Sukihana. “Tanggung Jawab
Penyediaan Aplikasi Jual Beli Online Terhadap Konsumen Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”.
Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 1, No. 10 (2018): 1-15.

Putri, Ni Made Santi Adiyani, I Made Sarjana dan I Made Dedy


Priyanto. “Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa Konsumen Oleh Badan
26

Penyelesaian Sengketa Konsumen di Kota Denpasar”. Jurnal Kertha


Semaya Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2017

Wirawan, Made Agus Arya, I. Ketut Westra, and I. Nyoman Darmadha.


"Analisis Perjanjian Jual Beli Melalui Media Elektronik”. Kertha Semaya:
Journal Ilmu Hukum 6, No. 8 (2018)
Widyantari, Ni Putu Trisna and A.A. Ngurah Wirasila. “Pelaksanaan
Ganti Kerugian Konsumen Berkaitan dengan Ketidaksesuaian Produk Pada
Jual Beli Online”. Kertha Semaya: Journal Ilmu Hukum 7, No. 8 (2019)

3. Internet

Erizka Permatasari, S.H.


http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4be012381c490/sanksi-
hukum. Diakses pada Hari Kamis Tanggal 15 September 2022

Wikipedia Bahasa Indonesia, Perdagangan Elektronik,


id.wikipedia.org. Di akses Pada Tanggal 19 September 2022 Pukul 11:00
WITA

4. Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen
27

K. Kerangka Skripsi

1.1 BAB I Pendahuluan

Pada bagian ini terdapat penjelasan latar belakang masalah,

indefikasi masalah, pembahasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, ruang lingkup penelitian dan orisinalitas penelitian.

1.2 BAB II Tinjauan Pustaka

Mebahas mengenai landasan, konsep-konsep, dan teori-teori

serta kerangka pikiran yang akan dijadikan landasan dalam

penelitian.

1.3 BAB III Metode penelitian

Membahas tentang jenis penelitian, metode pendekatan, jenis

dan sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum.

1.4 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi uraian hasil penelitian dan uraian pembahasan hasil

penelitian.

1.5 BAB V Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran dari

permasalahan yang sedang dikaji.

1.6 Bagian Akhir

Bagian akhir berisi daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai