Anda di halaman 1dari 15

PRINSIP-PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

NEGARA

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah administrasi kelembagaan islam

Dosen Pengampu:

Dr.H. Aden Rosadi, M.Ag, CLA

Oleh:

Gita Raudhatul Zanah 1203010056


Siti Sarah Ummi Kulsum 1203010147
Syafa Sandana Salsabila 1203010151
Ridan Nur Farid 1213010142

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas karunia dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Prinsip-Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Administrasi Negara” tepat pada waktu yang ditentukan. Adapun makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Kelembagaan yang diampu oleh
Bapak Dr Aden Rosadi, M,Ag, CLA. di Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syari’ah
dan Hukum di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dalam penyajian materi maupun dalam susunan penulisannya. Namun
demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menerima
semua masukan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 24 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1

1.3. Tujuan Pembahasan....................................................................................................................1

BAB II..................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN...................................................................................................................................2

2.1. Pengertian Administrasi..............................................................................................................2

2.1.1.Pengertisn Administrasi Secara Umum.................................................................................2

2.2. Prinsip- Prinsip Administrasi Negara....................................................................................3

2.3. Prinsip-Prinsip Hukum Islam dalam Ketatanegaraan Indonesia.........................................7

BAB III...............................................................................................................................................10

PENUTUP..........................................................................................................................................10

3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................10

3.2. Saran.........................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Administrasi sebagai suatu kegiatan bersama terdapat dimana-mana selama ada manusia
yang hidup dan bekerja sama dalam kelompok. Jika kita melihat sebuah pabrik bekerja
menghasilkan semacam benda sebagai produknya, maka disitu kita melihat ada administrasi.
Jika kita melihat suatu lembaga yang melatih dan memberikan suatu pelajaran yang akhirnya
mereka mendapat sertifikat dari proses pendidikan itu, maka disitu ada administrasi. Jika kita
melihat sekelompok orang bersama-sama memuja sesuatu sebagai perlambang kekuatan yang
dianggap maha kuasa atau mengurus kebutuhan rohani lainnya secara teratur, maka disitu
terdapat pula administrasi. Demikianlah seterusnya jika ada kegiatan sekelompok orang
secara teratur untuk mencapai tujuan tertentu sebagai tujuan bersama, maka disitu ada
administrasi.

Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menjelaskan terkait dengan prinsip atau asas
dalam penyelenggaraan administrasi negara yang terdiri dari Prinsip Hirarki , Prinsip
Kesatuan Komando, Prinsip Spesialisasi Fungsional, Prinsip Rentang Kendali dan Prinsip
Desain Organisasi Rasional

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengam Administrasi secara umum?
2. Apa yang dimaksud dengan prinsip- prinsip administrasi negara?
3. Apa saja yang termasuk prinsip- prinsip dasar penyelenggara administrasi negara?
4. Bagaimana Prinsip-Prinsip Hukum Islam dalam Ketatanegaraan Indonesia?

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui administrasi secara umum
2. Untuk mengetahui prinsip- prinsip administrasi negara
3. Untuk mengetahui prinsip- prinsip dasar penyelenggara administrasi negara

1
4. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Hukum Islam dalam Ketatanegaraan Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Administrasi

2.1.1. Pengertian Administrasi secara Umum


Sondang P. Siagian (1973) mendefinisikan Administrasi adalah keseluruhan
proses kerja sama antara dua orang atau lebih yang didasarkan pada rasionalitas tertentu
untuk mencapai tujuan yang lebih ditentukan sebelumnya.

The Liang Gie mengatakan “Administrasi secara luas adalah serangkaian


kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu” (1980:9). Administrasi secara luas dapat disimpulkan pada
dasarnya semua mengandung unsur pokok yang sama yaitu adanya kegiatan tertentu,
adanya manusia yang melakukan kerjasama serta mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.

John M. Pfiffer dan Robert V, Administrasi Negara adalah suatu proses yang
bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan–kebijaksanaan pemerintah,
pengarahan kecakapan dan teknik–teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan
arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang.

Wilson 1987, administrasi sebagai ilmu. Pemikiran tentang supremasi


kepemimpinan pejabat politik atas birokrasi itu timbul dari perbedaan fungsi antara
politik dan administrasi, dan adanya asumsi tentang superioritas fungsi – fungsi politik
administrasi. Slogan klasik pernah juga ditawarkan manakala fungsi politik berakhir
maka fungsi administrasi itu mulai, when politic end, administration begin – Wilson
1941.

Dwight Waldo, Administrasi Negara Mengandung 2 (dua) pengertian, yakni :

1. Administrasi Negara adalah organisasi dan manajemen dari manusia dan benda
guna mencapai tujuan-tujuan pemerintah.

2
2. Administrasi Negara adalah suatu seni dan ilmu yang dipergunakan untuk mengatur
urusan-urusan negara.

2.2. Prinsip- Prinsip Administrasi Negara


Prinsip-prinsip administrasi merupakan sebuah pendekatan lama yang
nampaknya perlu untuk kembali dipertimbangkan secara seksama oleh Pemerintah
Indonesia terutama dalam hal ini Kementrian Pembedayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi. Sebab terkadang desain reformasi birokrasi yang disusun ternyata
tidak menjawab kebutuhan perubahan yang diinginkan karena dasar-dasar keorganisasian
ternyata tidak pernah dibentuk secara utuh dan menyeluruh dalam Birokrasi Indonesia.

1. Prinsip Hirarki

Prinsip hirarki melukiskan mengenai penataan yang tepat terhadap


keterampilan pegawai, pemberian penghargaan terhadap pegawai dan penempatan
kewenangan dalam organisasi. Pegawai Negeri Sipil, Tenaga Kontrak dan Tenaga
Honorer dalam lingkungan organisasi pemerintah memiliki keterampilan yang
beragam. Dalam pendekatan klasik dikemukakan bahwa penempatan personil
organisasi hendaknya memperhatikan aspek keterampilan pegawai tersebut (Vasu,
Stewart dan Garson, 1998).
Oleh karenanya, pihak yang bertanggungjawab terhadap penilaian kinerja
pegawai seperti Badan Kepagawaian Negara atau Badan Kepegawaian Daerah
hendaknya melakukan penelaahan terhadap tingkat keterampilan pegawai yang
dimilikinya. Proses ini dimulai dari pemilihan pegawai (seleksi) kemudian pelatihan
dan penempatan pegawai.
Penataan rangkaian proses kepegawaian tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan standar kriteria kepegawaian yang jelas. Hal terpenting dari proses
standarisasi ini adalah ditetapkan dalam bentuk aturan formal yang pelaksanaanya
dikendalikan dan diawasi secara intensif oleh atasan organisasi guna menghindari
ketidakpatuhan pegawai.
Guna memperkuat kontrol agar aturan standarisasi dapat dipatuhi maka hirarki
organisasi disusun dalam penataan struktur atasan dan bawahan yang jelas disertai
dengan rantai komando yang tegas. Pendekatan klasik menysaratkan agar rentang
kendali organisasi juga diperkecil dalam bentuk struktur hirarki yang tidak terlalu

3
panjang sehingga kontrol terhadap aturan berjalan secara efektif (Vasu, Stewart dan
Garson, 1998).

4
2. Prinsip Kesatuan Komando

Prinsip kesatuan komando merupakan penekanan terhadap pentingnya


mengefektifkan komunikasi dan mereduksi distorsi instruksi yang disampaikan atasan
kepada bawahannya. Sehingga sebaiknya pada setiap level organisasi hanya ada satu
pejabat yang menyampaikan perintah kepada bawahan. Sebab jika seorang pegawai
melayani lebih dari satu atasan maka pegawai tersebut akan kebingungan dan pada
akhirnya tidak efesien dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya.
Dalam tulisan Ripley dan Franklin (1982) dipertegas bahwa kegagalan
implementasi kebijakan salah satunya terletak pada proses komunikasi yang tidak
efektif dalam organisasi pemerintah. Oleh karenanya, prinsip kesatuan komando akan
meningkatkan efektivitas proses komunikasi dalam birokrasi pemerintah guna
mensukseskan implementasi kebijakan publik.

3. Prinsip Spesialisasi Fungsional

Pekerjaan utama pemerintah adalah menyediakan pelayanan publik dan barang


publik yang berkualitas bagi masyarakat. Pekerjaan besar ini tentunya memiliki kadar
kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karenanya, perlu dilakukan pembagian kerja
dalam organisasi pemerintah berdasarkan jenis kerja yang spesifik. Dalam konteks
organisasi pemerintah yang melakukan pembagian kerja tersebut adalah Badan
Perencanaan Nasional atau Badan Perencanaan Daerah. Kedua lembaga pada level
pemerintahan yang berbeda tersebut diharapkan dapat menelaah dan menderivasi
pekerjaan utama pemerintah menjadi jenis-jenis kerja yang spesifik.
Dalam konteks desentralisasi yang tengah berjalan di Indonesia saat ini maka
volume pekerjaan pemerintah pusat pada dasarnya tidaklah terlalu besar. Sebab
sebagian besar kewenangan telah dilimpahkan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah. Sehingga tata lembaga pemerintah pusat seharusnya jauh lebih
sederhana dan lebih ramping dibandingkan pemerintah daerah.
Pada level pemerintah daerah khususnya tingkat Kabupaten/Kota maka dapat
ditinjau secara mendalam oleh Badan Perencana Daerah setempat terkait dengan
jumlah penduduk yang harus dilayani, kemudian kebutuhan Barang Publik dan Jenis
Pelayanan Publik yang perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat daerah
tersebut. Berdasarkan tinjauan tersebut kemudian disusunlah spesialisasi urusan-
urusan ke dalam dinas-dinas di lingkungan pemerintah daerah. Sehingga penyusunan

5
dinas didasarkan pada pertimbangan spesialisasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Guna memperkuat pelaksanaan desentralisasi secara kongkret, maka
kewenangan pajak daerah khususnya pada tingkat Kabupaten/Kota hendaknya
disesuaikan dengan potensi pajak yang dimiliki daerah setempat agar pelaksanaan
otonomi daerah dapat berlangsung dengan baik.
4. Prinsip Rentang Kendali

Hampir senada dengan prinsip kesatuan komando, prinsip rentang kendali


menekankan bahwa sebaiknya seorang atasan memiliki jumlah bawahan yang tidak
terlalu banyak sehingga pengendalian dan pengawasan terhadap bawahan dapat
berjalan efektif.

Prinsip-prinsip manajemen yang ditawarkan Gulick & Urwick pada


prinsipnya menawarkan organisasi yang jenjang hirarkisnya tidak terlalu panjang.
Sehingga rentang kendali menjadi sempit dan lebih mudah untuk mengendalikan
berjalannya aktivitas organisasi. Struktur organisasi pemerintah di Indonesia
cenderung gemuk. Hal ini dapat ditinjau pada Gambar 2 yang hanya
mengilustrasikan struktur salah satu lembaga dari sekian banyak lembaga di
lingkungan pemerintah daerah. pelaksanaan prinsip rentang kendali organisasi yang
konsisten dapat menekan gejolak-gejolak yang muncul dari sisi pertimbangan politis
terutama keinginan-keinginan untuk membangun struktur baru yang menambah
lamban gerak birokrasi pemerintah. Kerampingan organisasi akan membantu
memperpendek rentang pengambilan keputusan dan otorisasi dokumen-dokumen
pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat. Dengan demikian, birokrasi menjadi
lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

5. Prinsip Desain Organisasi Rasional

Prinsip desain organisasi rasional merupakan cara yang ditempuh dalam


menyusun organisasi yakni berdasarkan pada pertimbangan rasional seperti
tujuan,klien yang dilayani, tempat, proses dan tujuan pelayanan. Organisasi yang
didesain berdasarkan tujuan misalnya Pengadilan untuk melaksanakan siding-sidang
terkait dengan perkara kriminal. Sedangkan organisasi yang didesain berdasarkan
klien yang dilayani misalnya Klinik Pemulihan Ketergantungan Narkoba pada rumah

6
Sakit miliki pemerintah yang secara khusus ditujukan untuk melayani pasien
ketergantungan narkoba.
Kemudian organisasi yang dibentuk berdasarkan kedudukan atau tempat
contohnya adalah Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Selanjutnya
organisasi yang dibentuk berdasarkan proses seperti misalnya Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi (PPATK) yang dapat difungsikan untuk menelusuri transaksi
keuangan pada rekening pejabat publik. Dan terakhir adalah organisasi yang didesain
berdasarkan tujuan pelayanan misalnya Dinas Pendidikan yang bertujuan untuk
penyelenggaraan pendidikan di tingkat daerah.
Selain memperhatikan aspek desain yang didasarkan pada aspek rasionalitas,
desain struktur organisasi juga perlu untuk mendapatkan perhatian khusus. Terutama
hal ini berhubungan dengan aspek maksimalisasi prefektif proses komunikasi yang
efektif sehingga instruksi-instruksi yang disampaikan oleh pemimpin organisasi dapat
dijalankan oleh bawahan secara akurat. Hirarki organisasi hendaknya tidak terlalu
panjang sehingga instruksi organisasi dapat disampaikan tanpa harus melalui proses
komunkasi yang panjang. Guna menciptakan struktur yang ramping maka
pemerkayaan pekerjaan dapat dilakukan khususnya terkait dengan pekerjaan-
pekerjaan sejenis yang dapat dikoordinasikan secara simultan. Artinya spesialisasi
fungsional yang menjadi salah satu prinsip administrasi dijalankan dengan
memperhatikan tingkat kesejenisan pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seorang
pegawai sehingga struktur organisasi tidak perlu terlalu berjenjang panjang.
Lingkungan organisasi pemerintah saat ini semakin kompleks, dinamis dan
sulit untuk diprediksi. Tentunya hal ini berkonsekuensi terhadap desain organisasi
yang harus disusun oleh pemerintah. Untuk membangun organisasi yang responsif
maka struktur organisasi yang ramping dan fleksibel merupakan pilihan yang
rasional. Sebab struktur yang ramping dan fleksibel memungkinkan pembelajaran
organisasi berjalan secara lebih dinamis mengikuti perkembangan lingkungan
organisasinya.
Prinsip-prinsip administrasi merupakan sebuah pendekatan lama yang
nampaknya perlu untuk kembali dipertimbangkan secara seksama oleh Pemerintah
Indonesia terutama dalam hal ini Kementrian Pembedayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi. Sebab terkadang desain reformasi birokrasi yang disusun
ternyata tidak menjawab kebutuhan perubahan yang diinginkan karena dasar-dasar

7
keorganisasian ternyata tidak pernah dibentuk secara utuh dan menyeluruh dalam
Birokrasi Indonesia.

2.3. Prinsip-Prinsip Hukum Islam dalam Ketatanegaraan Indonesia


Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang berada di Asia Tenggara
yang menduduki peringkat ke-4 sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia
dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Dengan banyaknya populasi penduduk
Islam di Indonesia, maka implementasi konstitusi Indonesia secara otomatis
bersinggungan dengan hukum Islam secara tidak langsung. Prinsip-prinsip hukum Islam
yang bersinggungan dengan konstitusi Indonesia, antara lain:

Pertama, prins ip tauhid dengan Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 yang menyebutkan
“Negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa”.1 Prinsip tauhid ini dapat dilihat dengan
jelas pada kalimat tersebut yang mengutamakan Tuhan sebagai dasar negara. Dimana,
prinsip tauhid dalam hukum islam merupakan pedoman hukum Islam dan
pelaksanaannya merupakan ibadah. Akan tetapi, prinsip Islam disini hanya
bersinggungan tidak bersinggungan seutuhnya dikarenakan Indonesia tidak hanya
terdapat agama Islam melainkan banyak agama lainnya.

Kedua, prinsip keadilan dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
“Segala warga negaraabersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. 2 Prinsip
keadilan dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menjunjung tinggi nilai keadilan di mata
hukum. Tidak hanya dimata hukum saja, prinsip keadilan mencangkup banyak aspek
dalam kehidupan.

Ketiga, prinsip kebebasan dengan dengan Pasal 28 UUD 1945 yang berisi
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkannpikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undangundang”. Prinsip ini menjunjung tinggi
kemerdekaan dan kebebasan tanpa paksaan. Dengan mengedepankan kebebasan dan
kemerdekaan, prinsip ini bersinggungan erat dengan Pasal 28 UUD 1945. Keempat,
prinsip persamaan dengan Pasal 28D UUD 1945 yang berbunyi: “(1) Setiap orang berhak

1
Ashadi L. Diab, “Hukum Islam dan Ketatanegaraan (Sebuah Transformasi Hukum dalam
Masyarakat)”, Jurnal Al-‘Adl, Volume 9, Nomor 2 (Juli 2016): 4, diakses tanggal 25 September
2022,DOI: 10.31332/aladl.v9i2.674
2
Diab, Op.Cit.,25

8
atasspengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuannyang sama dihadapan hukum. (2) Setiapporang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungannkerja. (3) Setiap
wargaa negara berhak memperolehhkesempatan yang sama dalam pemerintahan. (4)
Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.”

Konstitusionalisme merupakan suatu istilah yang tidak dapat dilupakan pada


pembahasan mengenai konstitusi. Konstitusi dan konstitusionalisme merupakan 2 hal
yang berhubungan. Apabila konstitusi berarti pembentukan atau penyusunan suatu
negara, konstitusionalisme memiliki arti paham pembatasan kekuasaaan dan jaminan hak
rakyat melalui konstitusi.3 Konstitusionalisme merupakan paham yang telah ada sebelum
keberadaan gagasan konstitusi sehingga dapat disimpulkan bahwa konstitusi merupakan
sarana bagi paham konstitusionalisme agar dapat dimengerti. Terdapat 3 karakteristik
untuk dapat dikatakan sebagai konstitusi antara lain: Jaminan HAM, pembentukan
susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental dan pembatasan kekuasaan. Dalam
hal ini, jaminan Hak Asasi Manusia (HAM) terdapat pada UUD 1945, tepatnya dalam
Bab XA tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Prinsip hukum Islam yang
bersinggungan dengan Bab XA adalah prinsip persamaan atau kesetaraan dan hak asasi
manusia. Prinsip persamaan pada hukum Islam terdiri dari persamaan pada seluruh
bidang termasuk dalam bidang politik, bidang hukum serta bidang sosial. Perdamaian
pada bidang hukum menghasilkan jaminan terhadap perlakuan dan perlindungan hukum
yang setara bagi segala orang tanpa melihat kedudukan asalnya(original position).
Prinsip persamaan dan prinsip kebebasan dapat dilihat dari terdapatnya ketentuan
mengenai hak dan kebebasan warga negara (constitutional rights and freedoms of
citizens).

Bab XA UUD 1945 mengatur terkait Hak Asasi Manusia, hak-hak yang diatur di
bab ini antara lain: hak untuk hidup; hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturu
nan melalui perkawinan yang sah; hak kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
dan lain sebagainya. Melalui Bab XA ini, kita dapat melihat terdapatnya prinsip
persamaan dalam hukum Islam, yaitu keduanya menentang adanya perbudakan dan
menjunjung tinggi kesetaraan antar sesama manusia. Contoh konkrit lainnya mengenai
adanya prinsip persamaan pada konstitusi Indonesia berada pada Pasal 27 ayat (1), Pasal
3
Kamus Besar Mahasa Indonesia (KBBI) online, “Konstitusionalisme,”
https://kbbi.web.id/konstitusionalisme, diakses tanggal 25 September 2022

9
28D ayat (1) UUD 1945 mengenai kesetaraan antara pria dan wanita (kesetaraan gender)
dengan Q.S. Al Baqarah ayat (228).42 Keberadaan prinsip persamaan ini merupakan
akibat dari kekuatannya implementasi konstitusi Indonesia dengan hukum Islam.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Prinsip-prinsip administrasi merupakan sebuah pendekatan lama yang nampaknya
perlu untuk kembali dipertimbangkan secara seksama oleh Pemerintah Indonesia terutama
dalam hal ini Kementrian Pembedayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Sebab
terkadang desain reformasi birokrasi yang disusun ternyata tidak menjawab kebutuhan
perubahan yang diinginkan karena dasar-dasar keorganisasian ternyata tidak pernah dibentuk
secara utuh dan menyeluruh dalam Birokrasi Indonesia.

Dan sistem administrasi islam dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok, yang
diantaranya:

1. Prinsip Hirarki
2. Prinsip Kesatuan Komando
3. Prinsip Spesialisasi Fungsional
4. Prinsip Rentang Kendali
5. Prinsip Desain Organisasi Rasional

Indonesia merupakan negara yang berada di Asia Tenggara yang menduduki peringkat
ke-4 sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia dengan mayoritas penduduk
beragama Islam. Dengan banyaknya populasi penduduk Islam di Indonesia, maka
implementasi konstitusi Indonesia secara otomatis bersinggungan dengan hukum Islam
secara tidak langsung.

3.2. Saran
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi pedoman bagi
kami, terutama bagi para pemakalah dan pembaca makalah ini. Kemudian kami berharap
kepada pembaca supaya bisa menyempurnakan makalah kami dengan menambah referensi-
referensi lain dan tentunya referensi yang lebih relevan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Gulick, L. dan L. Urwick, eds. (1937). Papers on the Science of Administration. New
York: Institute of Public Administration, Columbia University

Dooren, V.W., G. Bouckaert dan J. Halligan. (2010). Performance Management In The


Public Sector. London and New York: Routledge

Diab, Ashadi L. “Hukum Islam dan Ketatanegaraan (Sebuah Transformasi Hukum


dalam Masyarakat)”. Jurnal Al-‘Adl. Volume 9, Nomor 2 (Juli 2016): 4-14.
diakses tanggal 25 September 2022, DOI:10.31332/aladl.v9i2.674

12

Anda mungkin juga menyukai