Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIS KLINIS

RS MATA PASURUAN

ANISOMETROPIA
ICD 10 : H52.3

Pengertian (Definisi) Pedoman praktis klinis penatalaksanaan kelainan refraksi


anisometropia dimana terdapat perbedaan derajat
kelainan refraksi pada kedua mata lebih dari 3 dioptri.
Dapat kedua mata miopia, kedua mata hipermetropia atau
satu mata miopia dan mata yang lain hipermetropia
1. Menanyakan kepada penderita adakah penglihatan
Anamnesis
kabur
2. Menanyakan kepada penderita adakah sakit kepala
3.Menanyakan kepada penderita adakah gejala Astenopia
(keadaan lelah, panas pada mata, berair, mata sakit,
rasa tertekan)
1. 4. Menanyakan kepada penderita adakah gangguan
melihat ruang (dimensi)
1. Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan Fisik
Dengan metode Trial and Error dengan menggunakan
kartu Snellen
2. Pemeriksaan objektif
1. Dengan alat retinoskopi atau alat
autorefraktokeratometer
1. Anamnesis: Penglihatan kabur, sakit kepala, astenopia
Kriteria Diagnosis
dan gangguan melihat ruang
2. Pemeriksaan subjektif: didapatkan kelainan refraksi
lebih dari 3 dioptri antara kedua mata
Pemeriksaan objektif: didapatkan kelainan refraksi lebih
dari 3 dioptri antara kedua mata
Diagnosis Anisometropia (H52.3)

1. Miopia
Diagnosis Banding
2. Hipermetropia
3. Astigmatisme
4. Ambliopia
Strabismus
Pemeriksaan Penunjang Funduskopi
1. Pemberian kacamata dengan perbedaan ukuran kedua
Terapi
mata tidak lebih dari 3 dioptri I-A/A (Lee JY et al,
2013)
2. Lensa kontak II-B/B (Winn B et al, 1988)
Bedah refraktif II-B/B (Althomali TA, 2013)
1. Menjelaskan kepada penderita ,jika diberikan
Edukasi
kacamata maka koreksi salah satu mata kemungkinan
tidak sesuai dengan koreksi sebenarnya, karena
perbedaan maksimal ukuran kacamata kedua mata
adalah 3 dioptri
2. Menjelaskan kepada penderita ,jika menginginkan
penglihatan yang lebih optimal dapat dipertimbangkan
pemakaian lensa kontak berikut cara perawatan dan
resiko komplikasi
1. Menjelaskan kepada penderita ada kemungkinan
resiko timbul komplikasi ambliopia dan strabismus
Ad Vitam : dubia ad bonam
Prognosis
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia

Tingkat Evidens IV

Tingkat Rekomendasi C
Tim Dokter
Penelaah Kritis

Indikator Medis 1. Keluhan penderita


2. Tajam penglihatan
1. Abrams D. 1993. Duke Elder’s Practice of Refraction.
Kepustakaan
10th edition.Churcill Livingstone. London.pp45-51
2. Althomali TA., 2013. Posterior chamber toricphakic IOL
implantation for the management of pediatric
anisometropic amblyopia. Journal of Refractive
Surgery 2012; 29(6); 396-400
3. Atebara NH, Asbell PA, Azar DT. 2011. Clinical
Optics . In Basic and Cinical Science Corse. American
Academy of Ophthalmology. Pp103-120
4. Carlson N.1996. In Refractive Management of
Ametropia (ed Brookman KE). Butterworth Heinemann
Elsevier. USA.pp45-71
5. Grosvenor T. 2007. Primary Care Optometry. 5th
edition. Butterworth Heinemann Elsevier.
Missouri.pp68-73
6. Lee JY., Seo JY., Baek SU., 2013. The Effects of
Glasses for Anisometropia on stereopsis. American
Jornal of Ophthalmology 2013.
7. Levartovsky S, Oliver M, Gottesman N, Shimshoni M.
1998. British Journal of Ophthalmology :82 :55-58
8. Riordan-Eva P, WhitcherJP. 2007. Vaughn & Asburry’s
general ophthalmology, 17th edition. The McGrawHill
Companies
9. Sloane AE, Garcia GE. 1979. Manual of Refraction.
3rd edition. Little Brown n Company. USA.pp31-37
10. Winn B., AckerleyRG., Brown CA et al.,1988.
Reduced anisekonia in axial anisometropia with
contact lens correction. Ophthalmic Physiological
Optics 1988;8(3); 341-4

Ditetapkan di Pasuruan
Pada tanggal
Direktur RS MATA PASURUAN

________________________

Anda mungkin juga menyukai