Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEBERADAAN PASAR BERDASARKAN TEORI

CHTYSTALLER DAN PENGARUH TERHADAP


PERKEMBANGAN KOTA PALU

DOSEN PENGAMPU

Ardiansyah Winarta S.T, M.Si

DISUSUN OLEH :

F 231 21 122 Aldino Raisson

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN
2021/2022
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan wilayah semakin kedepan akan


semakin berubah. Dinamika pembangunan terjadi yang sangat cepat dan pesat
menuntut pemerintah untuk membuat tindakan antisipasi akan perubahan yang
berjalan serta dampak yang akan mengikutinya. Perkembangan wilayah ini akan
diikuti oleh peningkatan berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, serta utilitas dan
fasilitas pendukungnya. Hal itu tentunya akan memberikan kontribusi terhadap
upaya kegiatan penataan ruang, terutama pada aspek perencanaan ruang guna
mengantisipasi segala bentuk kecenderungan perkembangan tersebut. Peran
perencanaan tata ruang sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi yang
seimbang dan berkesinambungan antara kebutuhan dan ketersediaan yang meliputi
seluruh aspek kehidupan masyarakat menuju tujuan yang ingin dicapai.
Perencanaan memiliki makna untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik di masa
depan dengan memperhatikan kecenderungan dan dinamika perkembangan yang
ada di masa lalu dan masa kini. Dalam perencanaan terdapat unsur-unsur yang
perlu diperhatikan yang meliputi unsur keinginan dan cita-cita; unsur tujuan dan
motivasi; unsur sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi) unsur upaya
hasil guna dan daya guna; serta unsur ruang dan waktu (Sujarto, 1991). Dengan
memperhatikan unsur-unsur yang terkait dalam aspek perencanaan tersebut,
diharapkan hasil proyeksi dan peramalan kedepan dapat lebih bersifat komprehensif,
obyektif, efisien dan efektif.

Pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah seharusnya memperhatikan


penataan ruang, karena menjadi arahan dan batasan dalam kegiatan pembangunan.
Pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah masih sering dilakukan tanpa
mengikuti rencana tata ruang sehingga tidak mempertimbangkan daya dukung
lingkungan dan memperhatikan kerentanan wilayah terhadap terjadinya bencana
alam.
ISI

Pembangunan perekonomian Kota Palu menunjukkan kemajuan yang berarti,


dimana pada tahun 2015 dengan penilaian terbaru tahun dasar 2010, menunjukkan
angka pertumbuhan ekonomi sebesar 8,10% dengan total PDRB atas harga berlaku
tahun dasar 2010 sebesar 13.174.202 juta rupiah. Indikator ini memperlihatkan
bahwa serangkaian kebijakan mendasar yang telah digariskan oleh pemerintah untuk
meningkatkan kinerja sektor-sektor ekonomi telah menunjukkan hasil yang signifikan
dalam pembangunan di Kota Palu. (Kota Palu Dalam Angka 2016).

Sementara itu terdapat beberapa kabupaten yang berada di sekitar wilayah


Kota Palu, dimana kawasan yang sangat dekat dari perbatasan adalah wilayah
Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong. PDRB
Kabupaten Donggala pada tahun 2015 atas dasar harga berlaku mencapai 7.281.673
juta rupiah dengan angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Donggala di tahun 2015
mencapai 6,16 %. Secara umum, perekonomian Kabupaten Parigi Moutong.

menunjukkan adanya kemajuan, walaupun percepatan pembangunan bersifat


fluktuatif, namun angka pertumbuhan ekonomi dengan berdasar harga konstan
2010 pada tahun 2015 mencapai 7,30 % dari angka pertumbuhan ekonomi 6,79 %
pada tahun 2014.

Keberadaan Kota Palu sebagai pusat pertumbuhan diharapkan dapat memberi


efek positif dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kabupaten
Donggala, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Sigi sebagai wilayah penyangga
(hinterland). Seberapa besar kontribusi Kota Palu sebagai pusat pertumbuhan
terhadap wilayah-wilayah pinggirannya perlu diteliti untuk mengetahui bagaimana
kawasan hinterland ikut tumbuh sejalan dengan perkembangan Kota Palu sebagai
pusat pertumbuhannya.

berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang


diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Untuk menjawab
permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis
data, yaitu (1). Analisis Skalogram, digunakan untuk mengetahui kelayakan Kota
Palu sebagai pusat pertumbuhan jika ditinjau dari ketersediaan fasilitas. (2). Indeks
Sentralitas Marshall, untuk mengetahui seberapa besar kemampuan pelayanan Kota
Palu ditinjau dari jumlah dan cakupan fasilitas tersebut. (3). Model Gravitasi,
digunakan untuk mengetahui seberapa besar interaksi dan keterkaitan antara pusat
pertumbuhan dengan kawasan penyangganya. (4). Analisis shift share digunakan
untuk mengetahui potensi sektor perekonomian daerah dan pergeseran sektor
perekonomian di wilayah Kota Palu dan sekitarnya.

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di Kota Palu sehingga sektor unggulan


pusat pertumbuhan tidak memberi pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Donggala. Angka differential shift Kabupaten Donggala adalah
45.202.324 juta, artinya pertumbuhan sektor tersebut lebih rendah dibanding
pertumbuhan sektor yang sama di Kota Palu sehingga dapat dikatakan daya saing
ekonomi Kabupaten Donggala rendah bila dibandingkan dengan Kota Palu sebagai
pusat pertumbuhannya.

Adapun relasinya ke teori Christaller ke Pasar yaitu pendistribusian pusat


pelayanan pasar sudah cenderung tersebar di berbagai wilayah kota Palu namun,
polanya tidak berbentuk segi enam (heksagon). Jumlah area pasar tempat pusat
perbelanjaan dapat mengontrol wilayah-wilayah yang ada di Kota Palu (tempat
central), teori Christaller mengansumsikan bahwa tempat-tempat central
didistribusikan diatas bidang yang seragam dengan kepadatan penduduk dan daya
beli yang konstan bahkan disetiap kecamatan terdapat pasar, baik pasar kecil
maupun pasar besar. Biaya transportasinya juga bervariasi secara linear.

Konsumen pun bertindak rasional meminimalisir biaya transportasi dengan


mengunjungi lokasi terdekat yang menawarkan barang atau jasa yang diinginkan.
Gambar diatas merupakan gambaran tempat-tempat central menurut
Christaller, adapun warna biru adalah lambang atau simbol dari pasar, Adapun titik
hijau dimaknai dengan permukiman namun, pola diatas tidak relevan di Kota Palu
karena letak pasar yang posisinya tidak cukup tertata apalagi mengikuti gambar
diatas. Namun, perkembangan ekonomi di Kota Palu cukup berkembang walaupun
teori Christaller tidak relevan dengan letak pasar-pasar di Kota Palu.

Dan juga teori ini memiliki beberapa hal yang perlu menjadi catatan:

• Teori ini dapat digunakan di daerah atau suatu pemukiman yang memilki
topografi datar.
• Teori ini mengasumsikan bahwa setiap orang yang terdapat di suatu daerah
memilki aspek yang sama, baik dari segi selera maupun pendapatan.
• Teori ini mengasumsikan bahwa setiap orang akan membeli barang
kebutuhannya di tempat terdekat dari asalnya.
• Teori ini dapat digunakan jika pasar yang terdapat dalam suatu daerah adalah
pasar persaingan sempurna, dimana permintaan dan penawaran suatu barang
atau jasa memiliki sifat yang cenderung dominan dalam penentuan harga di
pasar persaingan sempurna.

Teori Christaller juga mengansumsikan satu pasar melayani 1/3 wilayah yang
ada di pinggiran-pinggiran kota. Kondisi perdagangan di Kota Palu PDRB-nya
sektor perdagangan Kota Palu menjadi sektor kedua terbesar yang menyumbang
PDRB Kota Palu setelah sektor konstruks. Sementara itu, pada rilis Sensus
Ekonomi 2016, di Kota Palu terdapat 20.166 jumlah perdagangani jumlah usaha
perdagangan di Kota Palu terhadap Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 13,89
persen. Jumlah yang sangat banyak mengingat di Sulawesi Tengah terdapat 13
Kabupaten dan Kota.

Fluktuasi nilai sektor perdagangan di Kota Palu akan sangat memengaruhi


nilai perdagangan di Provinsi Sulawesi Tengah. Dapat dilihat bahwa pergerakan
sektor perdagangan Kota Palu dan Sulawesi Tengah mempunyai trend positif
yang sama dengan angka satu digit. Disisi lain, berdasarkan publikasi BPS,
selama 3 tahun terakhir nilai perdagangan Kota Palu menyumbang 17 persen

perdaganga Provinsi Sulawesi Tengah


KESIMPULAN

Adapun kesimpulannya, relevansi dari teori Christaller dengan letak pasar di


Kota Palu tidak cocok namun untuk persebarannya bisa dibilang pasar-pasar di
Kota Palu sudah tersebar sehingga warga bisa berpikir rasional untuk mendatangi
pasar yang paling terdekat dari tempat tinggal mereka.

Tak mengherankan apabila kontribusi perdagangan di Kota Palu tergolong


besar terhadap Provinsi Sulawesi Tengah mengingat Palu sebagai gerbang utama
perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah. Fasilitas Pelabuhan yang melayani kapal
besar dan bandara udara yang menghubungkan antar pulau membuat arus
komoditas barang yang melewati Kota Palu semakin besar. Peluang tersebut
dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian pihak untuk mengambil keuntungan
dalam pola distribusi barang perdagangan.

Fakta tersebut didukung dari data jumlah barang, bagasi, dan paket pos yang
tercatat di bandara udara Mutiara Sis Al Jufri. Pada tahun 2015, jumlah cargo
dan pos yang dibongkar sebanyak 2.359 ton, naik 12 persen dari tahun
sebelumnya. Sementara itu, jumlah kargo yang di muat pada tahun 2015 sebesar
2.355 ton, naik18 persen dari tahun sebelumnya. Fenomena yang sama terjadi di
Pelabuhan Pantoloan.

Tingginya aktivitas bongkar muat menunjukkan nilai ekspor impor barang


antar wilayah yang melewati Kota Palu. Fenomena tersebut memunculkan

peluang bagi pedagang untuk memanfaatkan momen tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

https://palukota.bps.go.id/news/2017/07/04/24/vitalnya-perdagangan-
dantantangan-e-commerce-kota-palu.html

https://www.masdayat.net/2021/11/teori-tempat-sentral-hanya-dapat.html?m=1

https://www-britannica-com.translate.goog/topic/central-place-theory

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_Tempat_Sentral

Anda mungkin juga menyukai