Anda di halaman 1dari 17

119 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm.

119-135

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan


Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta

Sarah Jessica1 dan Ayub Ilfandi2


1,2
Universitas Telkom
ABSTRAK

Salah satu bandara yang memiliki aktivitas cukup padat di Indonesia adalah Bandara Internasional
Soekarno – Hatta. PT Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta melakukan
pengembangan Terminal 3 untuk menangani lonjakan penumpang yang terjadi tiap periode libur panjang.
Namun, beberapa saat setelah beroperasi, masyarakat dan media kerap melaporkan beberapa keluhan terhadap
fasilitas sarana dan prasarana di Terminal 3 seperti listrik mati, banjir, dan kritik dari publik figur Indonesia.
Pelaporan dari masyarakat dan media menuntut adanya tindakan nyata dari seorang praktisi public relations
PT Angkasa Pura II. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teknik in-depth interview, observasi, dan dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui bagaimana aktivitas public relations PT Angkasa Pura II dalam menangani pemberitaan negatif
pada awal pembukaan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, diketahui bahwa PT Angkasa Pura II telah menjalankan aktivitas public relations dengan 5
tahapan krisis untuk mengetahui daur hidup krisis diantaranya (1) tahap pre-crisis, (2) tahap warning, (3)
tahap acute crisis, (4) tahap clean-up, dan (5) tahap post-crisis. Selain itu public relations PT Angkasa Pura
II juga melakukan tindakan korektif sebagai upaya mengelola krisis diantaranya (1) identifikasi krisis, (2)
analisa krisis, (3) isolasi krisis, (4) pilihan strategi, dan (5) program pengendalian. Dimana dengan melakukan
tindakan terhadap suatu krisis berarti PT Angkasa Pura II telah bertanggung jawab terhadap stakeholdernya
sekaligus untuk melihat sejauh mana perkembangan krisis itu dalam masyarakat.

Kata-kata Kunci: Public relations; aktivitas public relations; krisis; tahapan krisis; pengelolaan krisis

The Activity Of Public Relations Of Angkasa Pura II In Handling Negative News


Terminal 3 Soekarno – Hatta Airport

ABSTRACT

One of the busiest airport in Indonesia is the Soekarno - Hatta International Airport. PT Angkasa Pura II
as the developer of the Soekarno - Hatta International Airport develops Terminal 3 to handle the surge of
passengers who happen in every long holiday period. However, sometimes after the operation, the public
and the media often reported several complaints against facilities and infrastructure facilities in Terminal
3 as power of failure, flood, and criticism of public figures Indonesia. Reporting from the public and media
demands a real action of a public relations practitioner of PT Angkasa Pura II.The method used in this
research is descriptive qualitative method by using the technique of in-depth interviews, observation, and
documentation. The objective of this study is to determine how the public relations activities of PT Angkasa
Pura II in addressing the negative news in the beginning of the opening of Terminal 3 Soekarno - Hatta.
Based on the results of research and discussions, it is known that PT Angkasa Pura II has been running a
public relations activity with 5 stages of crisis to know the life cycle of crisis including: (1) the stage of pre-
crisis, (2) phase warning, (3) the stage of acute crisis, (4 ) clean-up stage, and (5) post-crisis phase. Besides
public relations, PT Angkasa Pura II also performs corrective actions as an attempt to manage the crisis
including: (1) identification of the crisis, (2) analysis of the crisis, (3) isolation of the crisis, (4) the choice
of strategy, and (5) control program. Taking action against a crisis means PT Angkasa Pura II has been
responsible for its stakeholders as well as to see the extent of the crisis in society.

Keywords: Public relations; public relations activities; crisis; stages of crisis; crisis management

Korespondensi: Sarah Jessica, S.I.Kom. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis,
Universitas Telkom, Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung 40257. Email: sarjessca@gmail.com

Submitted: January 2016, Accepted: June 2017, Published: February 2018


ISSN: 2528-6927 (printed), ISSN: 2541-3678 (online). Website: http://jurnal.unpad.ac.id/profesi-humas
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 120

PENDAHULUAN
Hatta menduduki peringkat ke-8 di Asia

Bandara atau bandar udara merupakan sebagai bandara tersibuk. Berdasarkan

fasilitas untuk pesawat terbang dan helicopter Airport Council International (ACI) dengan

dapat lepas landas dan mendarat. Fungsi menghitung jumlah pergerakan penumpang

bandara itu sendiri adalah sebagai tempat yang mencapai 54 juta sepanjang tahun 2015.

penumpang atau barang untuk naik atau turun Kesibukan bandara yang paling dekat dengan

dari pesawat terbang. Bagi sebuah Negara pusat ekonomi Indonesia ini disumbang oleh

bandara menjadi aspek penting karena dapat lonjakan penumpang yang terjadi tiap periode

menghubungkan antar wilayah, antar pulau, libur panjang. Sedangkan, daya tampung

dan antar negara. Indonesia sebagai negara keseluruhan terminal keberangkatan Bandara

kepulauan memerlukan alat transportasi Internasional Soekarno-Hatta hanya sekitar 22

pesawat udara sekaligus bandar udara juta penumpang. PT Angkasa Pura II sebagai

sebagai akomodasi untuk menyamaratakan perusahaan pengelola Bandara Internasional

pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah yang Soekarno–Hatta mengembangkan Terminal

bukan kota metropolitan, mempercepat arus 3 (T3) untuk menanggulangi hal tersebut.

lalu lintas penumpang, kargo dan pelayanan Pembangunan T3 dimulai sejak Agustus 2012.

di setiap pelosok Indonesia. Selain itu, bandar Pengembangan T3 diestimasikan daya

udara juga merupakan infrastruktur yang tampung penumpang total di T3 akan mencapai

penting untuk sektor pariwisata. Tidak hanya 25 juta penumpang per tahun. Terminal 3 baru

sektor pariwisata, bandar udara (bandara) ini akan mengusung konsep Art & Culture

yang tadinya hanya menjadi tempat sekedar yang dimana akan dipasang beberapa lukisan

menunggu bagi para penumpang yang akan dan patung Garuda. Selain itu, Terminal 3 akan

berangkat atau datang dengan pesawat udara menggunakan kecanggihan teknologi modern.

sekarang sebagian masyarakat dapat membuka Seiring akan dioperasikannya Terminal 3

peluang bisnis atau usaha karena tersedianya Bandara Internasional Soekarno-Hatta, PT

ruang commercial (commercial space) untuk Angkasa Pura II (Persero) telah melakukan

membuka gerai. beberapa kegiatan sosialisasi T3 yang

Salah satu bandara tersibuk di Indonesia melibatkan masyarakat khususnya para netizen.

adalah Bandara Internasional Soekarno- Kegiatan sosialisasi tersebut diantaranya:

Hatta. Bandara Internasional Soekarno- kunjungan komunitas iphonesia, kunjungan

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
121 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135

Alvin Lie bersama detik.com, kunjungan keluhan terhadap fasilitas sarana dan prasarana

blogger dan traveller, kunjungan Jakarta Photo di Terminal 3 seperti listrik mati, banjir, dan

Club & Majalah Venue, dan Terminal 3 Fashion kritik dari publik figur Indonesia. Pelaporan

Show (PT Angkasa Pura II with Liputan 6). dari masyarakat dan media menuntut adanya

Pengoperasian Terminal 3 Bandara tindakan nyata dari seorang praktisi public

Internasional Soekarno-Hatta pada awalnya relations.

direncanakan beroperasi pada tanggal 15 Juni Aktivitas PR memiliki peranan penting

2016 namun diundur menjadi tanggal 20 Juni untuk menangani krisis tersebut. Jika tidak

2016 karena belum memenuhi persyaratan langsung ditanggapi dengan tepat, segala

terkait standar keselamatan, keamanan, dan bentuk pelaporan tersebut akan membentuk

pelayanan penerbangan sipil. Menurut Yudhi opini publik yang tidak sesuai dengan fakta di
Sari selaku Direktur Bandar Udara Kementerian lapangan. Hal tersebut akan berdampak negatif

Perhubungan yang dilansir dephub.go.id bagi citra perusahaan. Oleh karena itu, peneliti

(2016) hasil tersebut didapat setelah tim dari akan meninjau lebih lanjut mengenai aktivitas

Kementrian Perhubungan melakukan verifikasi public relations PT Angkasa Pura II dalam

dan uji coba kehandalan peralatan keselamatan, menangani pemberitaan negatif pada awal

keamanan, serta pelayanan di Terminal 3. Hal pembukaan Terminal 3 Bandara Internasional

penting yang masih belum memenuhi standar Soekarno-Hatta.

yaitu pada sistem kelistrikan terminal, hasil uji


METODE PENELITIAN
coba pada sistem listrik cadangan menunjukan

empat unit genset yang tersedia belum bisa Metode yang digunakan peneliti dalam
menjangkau peralatan – peralatan di terminal. melakukan penelitian ini yaitu metode
Yudhi Sari mengatakan pada saat menggunakan penelitian deskriptif, sementara kualitatif
jaringan utama PLN, sistem berjalan dengan merupakan pendekatan untuk menentukan
baik. Namun, saat uji coba menggunakan jenis penelitian. Sesuai dengan jenis penelitian
genset sistem tidak berjalan. Ini menyebabkan ini, peneliti berusaha memahami makna dari
berbagai fasilitas di terminal tidak berfungsi. suatu fenomena berdasarkan pandangan para
Maka dari itu, Terminal 3 baru dapat beroperasi informan. Penelitian kualitatif adalah penelitian
pada tanggal 9 Agustus 2016. yang dimaksudkan untuk memahami fenomena
Beberapa saat setelah beroperasi, media tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
dan masyarakat kerap melaporkan beberapa secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 122

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks Soekarno-Hatta Gedung 600, Tangerang

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan Banten.

metode alamiah (Moleong dalam Iqbal, 2014). Teknik pengumpulan data adalah bagian

Peneliti menggunakan paradigma post- instrumen pengumpulan data yang menentukan

positvis karena memandang aktivitas public berhasil atau tidak suatu penelitian. Tanpa

relations yang dilakukan oleh divisi public mengetahui teknik pengumpulan data,

relations PT Angkasa Pura II dalam menangani maka peneliti tidak akan mendapatkan data

pemberitaan negatif pada awal pembukaan yang semestinya dan yang telah ditetapkan

Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno- (Sugiyono, 2013: 62).

Hatta sebagai kausalitas yang memiliki sebab- Dalam penelitian ini, untuk memperoleh

akibat dan probabilitas. Namun, tidak hanya data peneliti menggunakan sumber data.
dipandang sebagai kontruksi realitas melainkan Sumber data adalah salah satu yang paling vital

dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. dalam penelitian. Jika terjadi kesalahan dalam

Subjek penelitian ini adalah divisi public menggunakan atau memahami sumber data,

relations PT Angkasa Pura II (Persero). Divisi maka data yang diperoleh bisa tidak sesuai dari

public relations PT Angkasa Pura II (Persero) yang diharapkan (Bungin, 2013: 129). Terdapat

merupakan divisi dibawah unit Head Corporate dua jenis sumber data yang biasanya digunakan

Secretary & Legal dipilih peneliti sebagai yaitu: Data primer adalah data yang didapatkan

subjek karena divisi public relations tersebut secara langsung oleh peneliti melalui informan

bertanggung jawab terhadap pemberitaan penelitian atau sumber pertama di lapangan.

Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno- Peneliti mendapatkan data primer dengan

Hatta. Objek dalam penelitian ini adalah cara observasi dan wawancara. Observasi atau

aktivitas public relations yang dilakukan oleh pengamatan adalah kegiatan untuk menghimpun

divisi public relations PT Angkasa Pura II dalam data penelitian, data penelitian tersebut dapat

menangani pemberitaan negatif pada awal diamati oleh peneliti. Biasanya dalam penelitian

pembukaan Terminal 3 Bandara Internasional kualitatif harus mempersiapkan materi

Soekarno-Hatta. pengamatan terlebih dahulu dan instrumen

Waktu yang digunakan dalam penelitian yang akan digunakan (Bungin, 2013: 143). Di

ini selama bulan Agustus 2016 – Januari 2017. lapangan banyak data yang akan ditemui oleh

Lokasi penelitian bertempat di kantor PT peneliti dan banyak juga yang tidak diperlukan

Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional karena tidak terkait atau tidak menjawab

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
123 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135

rumusan masalah penelitian (Mukhtar, 2013: dalam proses triangulasi, ketiga data yang telah

111). Maka dari itu, peneliti memerlukan materi dihimpun melalui observasi, wawancara dan

sebagai panduan penelitian observasi agar dokumentasi, ketiga data harus dapat saling

lebih memudahkan peneliti untuk menemukan menguatkan antara yang satu dengan lainnya.

sasarannya dan lebih mendalami subjek dan Dengan demikian, dapat ditemukan dan ditarik

situasi sosial yang diteliti. Proses memperoleh makna dari setiap informasi atau data yang

keterangan untuk tujuan penelitian dengan ditemukan di lapangan (Mukhtar, 2013: 119).

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara Analisis data yang dilakukan dalam

pewawancara dengan responden atau orang penelitian ini menggunakan teori menurut Miles

yang diwawancarai. Wawancara yang dilakukan dan Huberman (1984) (dalam Sugiyono, 2014:

dalam penelitian ini dengan menggunakan 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan oleh analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

peneliti sesuai dengan rumusan dan pertanyaan dan berlangsung secara terus menerus sampai

penelitian yang dijawab melalui proses tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Empat

wawancara (Bungin, 2013: 133). aktivitas dalam analisis data yang dilakukan

Data sekunder merupakan data yang dalam pendekatan ini, yaitu pengumpulan data,

diperoleh dari sumber kedua atau sumber data reduction, data display, dan conclusion

sekunder. Data sekunder bisa didapatkan drawing/verification.

melalui studi kepustakaan, buku, jurnal ilmiah, Teori yang digunakan pada penelitian ini:

literatur, dokumentasi dan arsip kantor PT Aktivitas public relations. Aktivitas public

Angkasa Pura II. Peneliti mendapatkan data relations adalah mendukung tujuan umum

sekunder dengan cara data dokumentasi. Metode dari suatu manajemen perusahaan serta

pengumpulan data yang sebagian besar fakta menciptakan dan mempertahankan identitas

dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dan citra perusahaan (Ruslan, 2007: 94) yaitu:

dokumentasi. Sebagian besar data berbentuk 1). Menciptakan identitas dan citra perusahaan

surat, catatan, harian, arsip, foto, video, (building corporate identities and image, public

hasil rapat, cinderamata, jurnal kegiatan, dan relations berupaya menciptakan citra yang

sebagainya. Data pendukung ini merupakan satu positif dengan berbagai aktivitas atau kepedulian

kesatuan dengan data observasi dan wawancara sosial terhadap masyarakat di sekitarnya

yang sebelumnya telah dilakukan. Sehingga untuk menumbuhkan pemahaman, pengertian,

saat peneliti menyusun laporan penelitiannya dan kesadaran (awareness) dan pengetahuan

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 124

(knowledge) publik terhadap perusahaan atau masukan kepada pihak manajemen

yang diwakilinya. 2). Mengatasi suatu krisis mengenai berbagai masalah komunikasi yang

yang terjadi public relations dalam mengatasi penting, seperti teknis untuk mengatasinya.

sebuah krisis dengan membentuk manajemen 4). Menyediakan berbagai informasi kepada

khusus untuk menghadapi kemungkinan khalayak perihal kebijakan organisasi, kegiatan,

terjadinya suatu krisis (Management of PR produk jasa, dan pegawainya selengkap

crisis) dimulai dari bagaimana menangani mungkin demi menciptakan suatu pengetahuan

keluhan (handling of complaint), protes yang maksimal dalam rangka menjangkau

dan sebagainya. Kemudian public relations pengertian khalayak.

membentuk tim untuk menghadapi krisis, Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis

dari krisis kepercayaan (crisis of confidence), (kpion), yang berarti “keputusan”. Ketika krisis

krisis manajemen (perusahaan yang tengah terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang

mengalami suatu krisis), atau proyek yang harus dilakukan. Bergerak ke kiri, atau bergeser

menimbulkan kecelakaan sehingga konsumen ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau

atau masyarakatnya menjadi korban. melarikan diri (Nova, 2009: 54).

Selain itu, menurut Frank Jefkins dalam Selain itu, definisi krisis yang diungkapkan

bukunya Public relations (2004: 31-32) oleh Rusady Ruslan (2007: 97) adalah “The

seorang public relations memiliki tugas khusus crisis is turning point of better or worse.

yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut: Time of acute danger or difficulty”. Artinya

1). Menciptakan dan memelihara suatu citra suatu krisis yang terjadi merupakan titik

yang baik dan tepat atas perusahaan atau penentu untuk menghadapi tahap selanjutnya,

organisasinya, baik yang berhubungan dengan apakah akan pulih kembali atau sebaliknya

kebijakan perusahaan atau organisasinya serta menghadapi resiko yang buruk dan mengalami

produk, jasa, maupun dengan pegawainya. masa gawat pada suatu perusahaan dan produk,

2). Mengawasi pendapat eksternal mengenai barang atau jasa, tengah menghadapi suatu

segala sesuatu yang berkaitan dengan citra, kisis kepercayaan dan citra (crisis of confidence

kegiatan, reputasi maupun kepentingan- and lost off image). Sedangkan menurut Fisher

kepentingan organisasinya dan menyampaikan (2001) krisis merupakan puncak konflik, ketika

semua informasi yang penting langsung kepada ketegangan dan kekerasan terjadi hebat diantara

pihak manajemen untuk segera ditanggapi kedua belah pihak (Suherli, 2014).

atau ditindaklanjuti. 3). Memberi nasihat Krisis public relations adalah peristiwa,

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
125 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135

rumor, atau informasi yang membawa pengaruh risiko. Selain itu, perusahaan tidak mempunyai

buruk terhadap reputasi, citra, dan kredibilitas perencanaan menghadapi krisis.

perusahaan. Kebanyakan perusahaan berpikir Tahap paling penting dalam daur hidup

krisis PR hanya menyerang perusahaan besar, krisis. Di dalamnya, suatu masalah untuk

padahal krisis bisa menyerang siapa saja, baik pertama kalinya dikenali, dapat dipecahkan dan

individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang

dan di mana saja (Nova, 2009: 54). menuju kepada kerusakan yang menyeluruh.

Praktisi public relations memiliki peranan Krisis dapat dengan mudah muncul pada tahap

penting untuk menangani krisis karena ini karena ketakutan menghadapi ‘badai’ atau

mengingat masa krisis dapat berdampak negatif ‘masalah’ dan menganggapnya tidak ada. Reaksi

terhadap citra perusahaan. Dapat dikatakan yang umum terjadi pada tahap ini adalah kaget

public relations adalah fungsi manajemen atau menyangkal dan pura-pura merasa aman.

yang strategis. Agar fungsi strategis tersebut Tahap ini krisis mulai terbentuk dan media

berjalan dengan baik, sebaiknya posisi public juga publik mulai mengetahui adanya masalah.

relations berada dibawah pimpinan puncak Dalam tahap ini, perusahaan tidak dapat

agar memiliki wewenang yang memungkinkan berdiam diri karena sudah mulai menimbulkan

fungsinya dapat dijalankan secara efektif kerugian. Saat inilah berbagai dokumen

mengingat dampak negatif dan kerugian besar dan modul untuk menghadapi krisis harus

bahkan citra perusahaan akan terganggu ketika dikeluarkan dan digunakan. Di saat seperti

terjadinya krisis. Firsan Nova dalam bukunya ini juga dapat diketahui apakah para staf telah

Crisis Public Relations (Nova, 2009: 95) dibekali pengetahuan mengenai manajemen

memaparkan lima tahapan dalam siklus hidup krisis atau tidak. Jika tidak, maka sudah

krisis yang harus dikenali dan dipahami adalah terlambat bagi manajemen untuk memulainya

sebagai berikut: dan menyelesaikan masalahnya.

Tahap pre-crisis (sebelum krisis), kondisi Tahap clean-up (pembersihan): Saat

sebelum sebuah krisis muncul disebut pre- masalah melewati tahap warning tanpa

crisis. Benih krisis sudah ada sehingga jika diselesaikan maka kerusakan perusahaan mulai

muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis timbul. Inilah waktunya untuk memulihkan

dapat terjadi. Benih mulai tumbuh pada tahap perusahaan dari kerugian dan/atau setidaknya

ini biasanya tidak diperhatikan karena beberapa menyelamatkan apa saja yang tersisa, baik sisa

aspek dalam perusahaan memang penuh produk (jika dapat diaplikasikan), reputasi, citra

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 126

perusahaan, kinerja, dan lini produksi. dilakukan baik secara parsial maupun integral

Tahap post-crisis (sesudah krisis): Inilah sampai analisis integral yang kait mengait.

tahap yang telah disebutkan sebelumnya, yakni Dalam tahap ini dibutuhkan kemampuan

perusahaan seharusnya bereaksi saat suatu krisis membaca permasalahan yang baik. Beberapa

muncul ke tahap warning. Jika sejak awal tidak pertanyaan yang diajukan untuk menetapkan

dihentikan, krisis akan terjadi. Jika perusahaan penanggulangan krisis, yakni: a). Apa penyebab

memenangkan kembali kepercayaan publik terjadinya krisis itu –What, b). Kenapa krisis itu

dan dapat beroperasi kembali dengan normal, bisa terjadi –Why, c). Di mana dan kapan krisis

maka secara formal dapat dikatakan krisis telah tersebut terjadi -Where and When, d). Sejauh

berakhir. mana krisis tersebut berkembang-How Far, e).

Ketika krisis terjadi, maka tugas pertama Bagaimana krisis itu terjadi –How, f). Siapa-
para anggota manajemen krisis adalah siapa yang mampu mengatasi krisis tersebut,

mengidentifikasi dan menentukan langkah- perlu dibentuk tim penanggulangan krisis -Who.

langkah apa saja yang harus dilakukan. Menurut 3). Isolasi krisis layaknya seperti penyakit dan

Kasali (2000: 231-234) adapun langkah- untuk mencegah krisis menyebar luas maka

langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis harus diisolasi, dikarantinakan sebelum

krisis adalah sebagai berikut: 1). Identifikasi tindakan serius dilakukan, 4). Pilihan strategi

krisis. Public relations perlu melakukan sebelum mengambil langkah pengendalian

penelitian untuk dapat mengidentifikasi suatu krisis, perusahaan perlu melakukan penetapan

krisis. Bila krisis terjadi dengan cepat, maka strategi yang akan diambil.

penelitian harus dilakukan secara informal Ada tiga strategi yang dapat dilakukan

dan kilat, harus diusahakan kesimpulan atas untuk menangani krisis yaitu: a). defensive

identifikasi krisis yang terjadi ditarik pada strategy (strategi defensif) dengan langkah-

hari yang sama saat data dikumpulkan. Oleh langkah sebagai berikut: mengulur waktu, tidak

sebab itulah dibutuhkan praktisi humas yang melakukan apa-apa, membentengi diri dengan

cakap dan peka dalam mengumpulkan data kuat, b). adaptive strategy (strategi adaptif)

yang diperlukan. 2). Analisa krisis sebelum dengan langkah-langkah yang mencakup hal-

melakukan komunikasi. Public relations hal yang lebih luas sebagai berikut: mengubah

officer harus melakukan analisis dari data yang kebijakan, modifikasi operasional, kompromi,

telah diperoleh, maka tugas public relations meluruskan citra, c). dynamic strategy (strategi

selanjutnya adalah menganalisis krisis yang dinamis), strategi ini sudah bersifat agak

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
127 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135

makro dan dapat mengakibatkan berubahnya daripada kenyataan yang terjadi di lapangan.

karakter perusahaan. Pilihannya adalah: merger Mengacu pada pengertian tersebut, hasil

dan akuisisi, investasi baru, menjual saham, penelitian yang didapatkan dari wawancara

meluncurkan produk baru/ menarik peredaran dengan PR Senior Officer dan PR Junior

produk lama, melempar isu baru untuk Officer hal yang dilakukan PT Angkasa Pura II

mengalihkan perhatian. sebelum krisis muncul yaitu melakukan press

Program pengendalian merupakan conference bersama Garuda Indonesia untuk

langkah penerapan yang dilakukan menuju membahas operasional sekaligus melakukan

strategi generik yang dirumuskan. Umumnya simulasi pengoperasian Terminal 3 Bandara

startegi generik dapat dirumuskan jauh hari Internasional Soekarno-Hatta. Terlihat bahwa

sebelum krisis muncul, yakni sebagai panduan krisis yang terjadi terhadap PT Angkasa Pura II
(guidance) agar para eksekutif dapat mengambil datang secara tiba-tiba, tidak terduga dan tidak

langkah yang pasti dengan strategi generik, diharapkan. Pihak perusahaan tidak memiliki

program pengendalian biasanya disusun di waktu untuk melakukan riset terlebih dahulu

lapangan ketika krisis muncul. Impelementasi maupun perencanaan.

pengendalian diterapkan pada: Perusahaan Berdasarkan hasil analisis yang peneliti

(beserta cabang), industri (gabungan usaha lakukan dikaitkan dengan teori konsep tahapan

sejenis), komunitas, divisi-divisi perusahaan. krisis maka benih krisis muncul secara tiba-

tiba yang terjadi pada tanggal 9 Agustus 2016


HASIL DAN PEMBAHASAN
bertepatan dengan soft launching Terminal 3

Tahap pre-crisis adalah kondisi sebelum Bandara Soekarno Hatta. Dan memang benar

sebuah krisis muncul. Benih krisis sudah ada seperti teori itu ungkapkan bahwa karena

sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil krisis yang tiba-tiba sehingga perusahan

saja, krisis dapat terjadi. Benih mulai tumbuh tidak mempunyai perencanaan dalam

pada tahap ini biasanya tidak diperhatikan menghadapinya.

karena beberapa aspek dalam perusahaan Menurut Nova (2009: 96) tahap warning

memang penuh risiko. Selain itu, perusahaan (peringatan) merupakan tahap paling penting

tidak mempunyai perencanaan menghadapi dalam daur krisis. Di dalamnya, suatu

krisis (Nova, 2009: 95). Senada dengan Yogi masalah untuk pertama kalinya dikenali,

(2016) bahwa krisis citra sebuah perusahaan dapat dipecahkan dan diakhiri selamanya,

adalah krisis citra berkembang jauh lebih besar atau dibiarkan berkembang menuju kepada

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 128

kerusakan yang menyeluruh. Krisis dapat saat seperti ini juga dapat diketahui apakah

dengan mudah muncul pada tahap ini karena para staf telah dibekali pengetahuan mengenai

ketakutan menghadapi ‘badai’ atau ‘masalah’ manajemen krisis atau tidak. Jika tidak,

dan menganggapnya tidak ada. Reaksi yang maka sudah terlambat bagi manajemen untuk

umum terjadi pada tahap ini adalah kaget atau memulainya dan menyelesaikan masalahnya

menyangkal dan pura-pura merasa aman. (Nova, 2009: 96).

Sehubungan dengan hasil penelitian, bentuk Terkait dengan hasil penelitian yang

peringatan yang paling terlihat yaitu hujan deras didapatkan dari wawancara dengan PR

yang menimbulkan adanya genangan air di area Manager, PR Senior Officer, dan PR Junior

lobby kedatangan. Karena kejadian begitu tiba- Officer bahwa perusahaan mencoba mengenali

tiba dan perusahaan tidak memiliki waktu untuk permasalahan yang paling mendasar yang
melakukan perencanaan sehingga pada saat itu menyebabkan munculnya pemberitaan

PT Angkasa Pura II yang di bantu oleh tim negatif. Setelah mengenali permasalahannya,

teknis langsung bereaksi untuk mengembalikan perusahaan medokumentasikan seluruh

air ke posisi yang sebenarnya. pemberitaan yang terdapat di media baik media

Berdasarkan hasil analisis yang peneliti cetak, media televisi, media online, serta media

lakukan dikaitkan dengan teori tahap warning, sosial.

memang benar bahwa tahap warning merupakan Jika pemberitaan yang beredar tidak sesuai

tahap paling penting dalam daur hidup krisis dengan fakta di lapangan perusahaan berhak

juga sebagai peringatan untuk perusahaan melakukan klarifikasi yang memanfaatkan

dalam mengenali suatu krisis karena ketika sumberdaya perusahaan dan media yang

PT Angkasa Pura II tidak langsung bereaksi dimiliki perusahaan atau yang disebut kanal-

saat kejadian dapat menyebabkan kerusakan kanal korporasi. Hal ini sesuai dengan peran

menyeluruh terhadap perusahaan. Humas, yang dimana menurut Widodo (2009)

Tahap acute crisis adalah tahap krisis yaitu Humas harus bisa memerankan dirinya

mulai terbentuk dan media juga publik mulai sebagai penyampai informasi yang memiliki

mengetahui adanya masalah. Dalam tahap ini, penguasaan atas materi yang disajikan

perusahaan tidak dapat berdiam diri karena kepada media yang merupakan salah satu

sudah mulai menimbulkan kerugian. Saat inilah stakeholdersnya.

berbagai dokumen dan modul untuk menghadapi Selanjutnya, upaya Humas dalam

krisis harus dikeluarkan dan digunakan. Di melakukan aktivitas media relations menurut

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
129 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135

Anandalina dan Sunarto (2013), sebaiknya terulang lagi.

Humas dapat memahami dan melayani media, Selaras dengan teori tersebut PT Angkasa

membangun reputasi, menyediakan salinan Pura II di tahap clean-up (pembersihan) yang

yang baik, menyediakan sarana verifikasi, dan dilakukan perusahaan yaitu mengapresiasi

membangun hubungan personal yang kokoh. netizen di media sosial yang telah memberikan

Jika dianalisis, dapat dikatakan bahwa masukan ke perusahaan, hal tersebut dilakukan

tahap akut yang dilakukan oleh Public relations agar citra perusahaan menjadi lebih baik lagi.

PT Angkasa Pura II merupakan salah satu Selain itu, perusahaan mengeluarkan press

cara penanganan yang cepat agar perusahaan release di website perusahaan serta ke media

tidak mengalami kerugian. Dimana dengan untuk meluruskan pemberitaan negatif yang

mendokumentasikan pemberitaan di media, beredar di masyarakat sekaligus menerangkan

memanfaatkan sumber daya perusahaan dan kejadian yang sebenarnya.

media yang dimiliki perusahaan atau disebut Jika dianalisis berdasarkan hasil penelitian

kanal–kanal korporasi sebagai bentuk public yang dikaitkan dengan teori bahwa PT Angkasa

relations PT Angkasa Pura II telah dibekali Pura II telah melewati tahap warning sehingga

pengetahuan mengenai manajemen krisis. kerusakan yang timbul pun langsung segera

Menurut Nova (2009: 96) tahap clean-up diatasi dengan mengapresiasi netizen di media

adalah tahap dimana masalah telah melewati sosial serta mengeluarkan press release untuk

tahap warning tanpa diselesaikan maka meluruskan pemberitaan negatif.

kerusakan perusahaan mulai timbul. Inilah Tahap Post-crisis adalah tahap yang telah

waktunya untuk memulihkan perusahaan dari disebutkan sebelumnya, yakni perusahaan

kerugian dan/atau setidaknya menyelamatkan seharusnya bereaksi saat suatu krisis muncul

apa saja yang tersisa, baik sisa produk (jika ke tahap warning. Jika sejak awal tidak

dapat diaplikasikan), reputasi, citra perusahaan, dihentikan, krisis akan terjadi. Jika perusahaan

kinerja, dan lini produksi. Saat pemulihan memenangkan kembali kepercayaan publik

perusahaan harus menghadapi hal–hal yang dan dapat beroperasi kembali dengan normal,

terkait dengan hukum media, tekanan publik, maka secara formal dapat dikatakan krisis telah

dan litigasi. Tetapi, hikmah yang dapat diambil, berakhir (Nova, 2009: 97). Jika dihubungkan

yakni perusahan dapat melihat bagaimana suatu dengan teori tahap post crisis, memang benar

krisis akan timbul, bagaimana menghadapi bahwa PT Angkasa Pura II sudah bereaksi di

krisis dan memastikan krisis tidak akan pernah tahap warning dengan langsung menyelesaikan

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 130

permasalahan yang terdapat di Terminal 3 nyawa atau menghilangkan nyawa para

Bandara Internasional Soekarno–Hatta yang penumpang pengguna jasa bandara. Langkah

dibantu oleh tim teknis. Selanjutnya, pihak selanjutnya yang dilakukan pihak perusahaan

perusahaan melakukan kegiatan yang terdapat yaitu mempunyai standby statement hal ini

di event calender mereka yang salah satu diperlukan perusahaan ketika perusahaan

kegiatannya adalah Adventure Race to Terminal disuguhi banyak pertanyaan dari media maupun

3. Di kegiatan ini selain mengembalikan masyarakat, sehingga dengan adanya standby

kepercayaan publik juga sebagai kegiatan statement perusahaan dapat dengan cepat

yang mempromosikan Terminal 3 Bandara menjawab pertanyaan kemudian dari jawaban

Internasional Soekarno-Hatta. Untuk dapat itu dirangkum yang dibuat ke dalam bentuk

mengidentifikasi suatu krisis, public relations press release. Kemudian dari hasil penelitian
perlu melakukan penelitian. Bila krisis terjadi juga, public relations PT Angkasa Pura II

dengan cepat, maka penelitian harus dilakukan mengaktifkan tim krisis yang kalau dianalisis

secara informal dan kilat, harus diusahakan dapat dikatakan bahwa dengan adanya tim

kesimpulan atas identifikasi krisis yang krisis mendukung kegiatan para karyawan di

terjadi ditarik pada hari yang sama saat data perusahaan selama masa krisis terjadi

dikumpulkan. Oleh sebab itulah dibutuhkan Menurut Ruslan (2007: 76) analisa krisis

praktisi humas yang cakap dan peka dalam merupakan langkah pengembangan dengan

mengumpulkan data yang diperlukan (Kasali, menggunakan formula 5W + 1H untuk

2000: 232). mengungkapkan dan menganalisis secara

Terkait dengan teori identifikasi krisis mendalam sistematis, informatif dan deskriptif

diatas maka memang benar, public relations PT krisis yang terjadi melalui suatu laporan yang

Angkasa Pura II telah melakukan identifikasi mendalam (in-depth reporting). Pada saat

terhadap suatu krisis. Terbukti dari hasil praktisi atau masa akut krisis, bisa dianalisis

penelitian, langkah awal yang dilakukan melalui beberapa pertanyaan yang diajukan

perusahaan yakni mencari tahu tipe krisis untuk menetapkan penanggulangan suatu krisis.

termasuk tipe krisis kecil, sedang atau tinggi. Mengacu pada pengertian tersebut, hasil

Adapun tipe krisis saat kejadian termasuk penelitian di atas didapatkan bahwa PT Angkasa

ke dalam tipe krisis sedang atau menengah. Pura II melakukan analisis data yang diperoleh

Dikatakan tipe krisis sedang atau menengah di lapangan dengan cara menyiapkan standby

karena saat kejadian tidak sampai mengancam statement, standby statement merupakan

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
131 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135

sebuah rangkaian statement-statement yang perusahaan langsung dapat menginformasikan

sudah dipersiapkan perusahaan, press release, kepada media untuk menahan para reporternya

dan press conference yang kemudian segala agar tidak memberitakan krisis tersebut terus

informasi dan fakta di lapangan tersebut menerus.

disampaikan kepada masyarakat atau Jika dianalisis, dapat dikatakan bahwa

penumpang pengguna jasa bandara melalui public relations PT Angkasa Pura II melakukan

media. Selain itu, public relations PT Angkasa kerja sama dengan tim teknis bandara juga

Pura II juga harus selalu update informasi ke media adalah salah satu bentuk isolasi krisis.

media baik secara formal maupun informal Dalam langkah pengendalian krisis, perusahaan

agar informasi antara perusahaan dengan media perlu melakukan penetapan strategi yang akan

berkesinambungan dalam artian jika perusahaan diambil. Tiga strategi pengendalian krisis

diberitakan kurang baik atau negatif media dapat menurut Kasali (2000: 232-233) diantaranya:

memberikan informasi bahwa perusahaan telah (1) Strategi Defensif, (2) Strategi Adaptif, dan

melakukan sesuatu serta memberikan solusi (3) Strategi Dinamis.

dari krisis yang terjadi. Krisis layaknya seperti Sejalan dengan teori tersebut PT Angkasa

penyakit dan untuk mencegah krisis menyebar Pura II mengambil langkah strategi seperti

luas maka krisis harus diisolasi, dikarantinakan memberikan update informasi ke masyarakat

sebelum tindakan serius dilakukan (Kasali, seperti kegiatan yang telah dilakukan selama

2000: 232). menangani krisis kemudian perusahaan

Sehubungan dengan hasil penelitian, mengeluarkan press release untuk menimbulkan

langkah isolasi krisis yang dilakukan public citra positif. Selain itu, perusahaan dibantu

relations PT Angkasa Pura II untuk mencegah konsultan untuk meredam pemberitaan negatif

krisis menyebar luas yaitu dengan langsung dan menggantikannya menjadi pemberitaan

bekerjasama dengan tim teknis untuk yang bersifat positif berguna dalam meluruskan

mengeringkan lokasi yang disebabakan oleh citra perusahaan.

genangan air. Setelah proses pengeringan, Pihak public relations PT Angkasa Pura

perusahaan memberitahu kepada media bahwa II mengambil strategi adaptif yang langkah –

masalah sudah dapat teratasi. Selain itu, dari hasil langkahnya mencakup hal-hal: (1) mengubah

penelitian yang disesuaikan dengan teori pihak kebijakan, (2) modifikasi operasional, (3)

perusahaan juga melakukan kerjasama dengan kompromi, (4) meluruskan citra. Dan yang salah

media agar ketika terjadi krisis di perusahaan, satu diterapkan PR PT Angkasa Pura II adalah

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 132

meluruskan citra dengan cara mengeluarkan stakeholdernya dan untuk melihat sejauh mana
press release serta dibantu konsultan untuk perkembangan krisis itu di masyarakat.
meredam pemberitaan negatif.
SIMPULAN
Menurut Ruslan (2007: 76-78) dalam

langkah program pengendalian perusahaan Simpulan yang diperoleh peneliti setelah


telah mempunyai strategi umum sebelum melakukan penelitian ini yaitu aktivitas public
krisis muncul dan melakukan evaluasi krisis relations yang dilakukan oleh PT Angkasa
yang terjadi. Tujuannya adalah untuk melihat Pura II dalam menangani pemberitaan negatif
sejauh mana perkembangan krisis itu di dalam pada awal pembukaan Terminal 3 Bandara
masyarakat. Internasional Soekarno – Hatta yaitu tahapan
Jika dikaitkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Public relations PT Angkasa
peneliti dengan para informan bahwa program Pura II dalam menangani krisis adalah (a)
pengendalian yang dilakukan melalui proses tahap pre-crisis PT Angkasa Pura II melakukan
evaluasi oleh PT Angkasa Pura II yaitu dengan press conference bersama Garuda Indonesia
meningkatkan kesiapan dalam menghadapi untuk membahas operasional sekaligus
krisis kapanpun krisis itu terjadi kemudian melakukan simulasi pengoperasian Terminal
perusahaan lebih aktif lagi menggunakan 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. (b)
monitoring tools untuk melihat tone- tahap warning, bentuk peringatan yang terlihat
tone pemberitaan, selanjutnya perusahaan yaitu hujan deras yang menimbulkan adanya
menjadikan krisis yang belum pernah terjadi genangan air di area lobby kedatangan. (c)
sebelumnya dalam lampiran baru atau krisis tahap acute crisis, perusahaan mengenali
baru yang nantinya dapat menjadi pedoman permasalahan yang paling mendasar yang
crisis communication untuk anggota public menyebabkan munculnya pemberitaan
relations perusahaan. negatif. Setelah mengenali permasalahannya
Jika dianalisis, dapat dikatakan bahwa perusahaan mendokumentasikan seluruh
program pengendalian yang dilakukan oleh pemberitaan yang terdapat di media baik
PT Angkasa Pura II merupakan salah satu media cetak, media televisi, media online, serta
bentuk strategi umum yang dimiliki perusahaan media sosial. Perusahaan melakukan klarifikasi
sebelum krisis muncul. Dimana dengan terhadap pemberitaan yang tidak tepat dengan
melakukan evaluasi terhadap suatu krisis berarti memanfaatkan sumber daya perusahaan dan
perusahaan telah bertanggung jawab terhadap media yang dimiliki perusahaan atau disebut
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
133 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135

kanal–kanal korporasi. (d) tahap clean up, yang kemudian segala informasi dan fakta

perusahaan melakukan pembersihan dengan di lapangan tersebut disampaikan kepada

mengapresiasi netizen di media sosial yang masyarakat atau penumpang pengguna jasa

telah memberikan masukan ke perusahaan, hal bandara melalui media. (c) isolasi krisis,

tersebut dilakukan agar citra perusahaan menjadi perusahaan bekerjasama dengan tim teknis

lebih baik lagi. Kemudian mengeluarkan press untuk mengeringkan lokasi yang disebabkan

release di website perusahaan serta ke media oleh genangan air. Setelah proses pengeringan,

untuk memberikan informasi terkait kejadian perusahaan memberitahu kepada media bahwa

di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno- masalah sudah teratasi. Selain itu, pihak

Hatta. (e) tahap post-crisis, perusahaan perusahaan juga melakukan kerja sama dengan

melaksanakan kegiatan yang terdapat di event media agar ketika terjadi krisis di perusahaan,

calender yang bekerja sama dengan unit-unit perusahaan langsung dapat menginformasikan

di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno- kepada media untuk menahan para reporternya

Hatta salah satunya adalah Adventure Race to agar tidak memberitakan krisis tersebut terus

Terminal 3 kemudian perusahaan melakukan menerus. (d) pilihan strategi, perusahaan

media monitoring, memunculkan press release melakukan strategi dengan memperbarui

terkait prestasi perusahaan. Selain itu, publik informasi ke masyarakat seperti kegiatan

figur memposting kembali mengenai sarana di yang telah dilakukan selama menangani krisis

Terminal 3 yang pernah dikritik olehnya. kemudian perusahaan mengeluarkan press

Selain itu upaya mengelola krisis yang release untuk menimbulkan citra positif. Selain

dilakukan Public relations PT Angkasa Pura II itu, perusahaan dibantu oleh konsultan untuk

dalam menangani krisis adalah (a) identifikasi meredam pemberitaan negatif dimana konsultan

krisis, perusahaan berkoordinasi dengan Senior tersebut dapat mengubah pemberitaan negatif

Manager Terminal 3 kemudian menentukan tipe menjadi positif yang berguna meluruskan citra

atau kategori krisis yang dihadapi. (b) analisa perusahaan. (e) program pengendalian, yang

krisis, perusahaan melakukan analisis data yang dilakukan melalui proses evaluasi oleh PT

diperoleh dengan cara menyiapkan standby Angkasa Pura II (Persero) dengan meningkatkan

statement. Standby statement merupakan kesiapan dalam menghadapi krisis yang terjadi

sebuah rangkaian statemen-statement yang dan selanjutnya perusahaan lebih aktif lagi

sudah dipersiapkan perusahaan, mengaktifkan menggunakan monitoring tools untuk melihat

tim krisis, press release, dan press conference tone-tone pemberitaan, selanjutnya perusahaan

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 134

menjadikan krisis yang belum pernah terjadi memperhatikan reaksi masyarakat pada media

sebelumnya dalam lampiran baru atau krisis sosial (netizen). Reaksi yang cepat dan tepat

baru yang nantinya dapat menjadi pedoman akan dapat membatasi dampak negatif dari krisis

crisis communication untuk anggota public yang dihadapi (damage limitation). Seperti yang

relations perusahaan. didapati pada penelitian ini, perusahaan yang

Adapun saran dari penelitian yang diteliti memperlihatkan kesiapan mereka dalam

dilakukan oleh peneliti bagi kalangan akademis memberikan respon terhadap adanya keluhan

dan kalangan praktisi, yaitu sebagai berikut: pengunjung terhadap fasilitas yang disediakan

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti perusahaan. Respons yang dilakukan pada

merekomendasikan kepada akademisi atau media sosial oleh perusahaan ini dinilai cepat

peneliti selanjutnya yang akan membahas dan tepat sehingga dapat membatasi dampak
mengenai aktivitas public relations untuk buruk terhadap citra perusahaan.

meninjau dan meneliti kasus-kasus terbaru dan


DAFTAR PUSTAKA
dengan ruang lingkup krisis yang berbeda. Pada

setiap tahun biasanya akan timbul krisis-krisis Anandalina, C. G. & Sunarto. (2013). Aktivitas
public relations pt. agung podomoro land,
baru yang bisa menimpa perusahaan besar di
tbk, dalam menjalankan media relations
Indonesia, untuk itu disarankan kepada peneliti untuk meningkatkan publisitas. Jurnal
berikutnya untuk meneliti dan melalukan Komunikasi Universitas Tarumanagara,
Vol. 5, No. 1, 77-86.
perbandingan terhadap peran praktisi PR
Biro Komunikasi dan Informasi Publik. (2016).
pada perusahaan tersebut dalam menghadapi Belum penuhi standar, pengoperasian
krisis yang dialami. Juga menarik untuk terminal 3 ultimate ditunda. Diakses
dari http: //www.dephub.go.id/welcome/
membandingkan pendekatan media relations
r e a d P o s t / b e l u m - p e n u h i - s t a n d a r, -
yang dilakukan masing-masing perusahaan pengoperasian-terminal-3-ultimate-
besar di Indonesia pada saat menghadapi sebuah ditunda. Pada tanggal 8 September 2016,
13: 17 WIB.
krisis.
Bungin, B. (2013). Penelitian kualitatif
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti komunikasi, ekonomi, kebijakan publik dan
merekomendasikan kepada praktisi public ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Creswell, J. W. (2014). Penelitian kualitatif
relations untuk lebih bersiap diri dalam
& desain riset: memilih di antara lima
menangani krisis. Salah satu bentuk kesiapan pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
praktisi PR untuk menghadapi sebuah potensi Iqbal, F. (2014). Komunikasi dalam adaptasi
budaya. Jurnal Komunikasi Profektif. Vol.
krisis adalah dengan selalu waspada dan

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
135 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135

7, No. 2, 65-76. aplikasi (edisi revisi). Jakarta: Rajawali


Jefkins, F. (2004). Public relations. Jakarta: Pers.
Erlangga. Suherli, U. R. (2015). Peran humas dalam
Kasali, R. (2000). Manajemen public relations: mengelola konflik. Jurnal Komunikasi
konsep dan aplikasinya di indonesia. Profektif. Vol. 8, No. 1, 79-91.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif,
Mukhtar. (2013). Metode penelitian deskriftif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.
kualitatif. Jakarta: GP Press Group. Widodo, H. B. (2009). Peran humas pemerintah
Nova, F. (2009). Crisis public relations: strategi daerah dalam kasus penambangan pasir
pr menghadapi krisis, mengelola isu, besi di kabupaten kulon progo. Jurnal Ilmu
membangun citra dan reputasi perusahaan. Komunikasi. Vol. 7, No. 2, 189-197.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Yogi, G. P. (2016). Emergency response plan
Ruslan, R. (2007). Manajemen public relations garuda indonesia. Jurnal PRofesi Humas.
dan media komunikasi: konsepsi dan Vol. 1 No. 1, 65-77.

Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)

Anda mungkin juga menyukai