119-135
Salah satu bandara yang memiliki aktivitas cukup padat di Indonesia adalah Bandara Internasional
Soekarno – Hatta. PT Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta melakukan
pengembangan Terminal 3 untuk menangani lonjakan penumpang yang terjadi tiap periode libur panjang.
Namun, beberapa saat setelah beroperasi, masyarakat dan media kerap melaporkan beberapa keluhan terhadap
fasilitas sarana dan prasarana di Terminal 3 seperti listrik mati, banjir, dan kritik dari publik figur Indonesia.
Pelaporan dari masyarakat dan media menuntut adanya tindakan nyata dari seorang praktisi public relations
PT Angkasa Pura II. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teknik in-depth interview, observasi, dan dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui bagaimana aktivitas public relations PT Angkasa Pura II dalam menangani pemberitaan negatif
pada awal pembukaan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, diketahui bahwa PT Angkasa Pura II telah menjalankan aktivitas public relations dengan 5
tahapan krisis untuk mengetahui daur hidup krisis diantaranya (1) tahap pre-crisis, (2) tahap warning, (3)
tahap acute crisis, (4) tahap clean-up, dan (5) tahap post-crisis. Selain itu public relations PT Angkasa Pura
II juga melakukan tindakan korektif sebagai upaya mengelola krisis diantaranya (1) identifikasi krisis, (2)
analisa krisis, (3) isolasi krisis, (4) pilihan strategi, dan (5) program pengendalian. Dimana dengan melakukan
tindakan terhadap suatu krisis berarti PT Angkasa Pura II telah bertanggung jawab terhadap stakeholdernya
sekaligus untuk melihat sejauh mana perkembangan krisis itu dalam masyarakat.
Kata-kata Kunci: Public relations; aktivitas public relations; krisis; tahapan krisis; pengelolaan krisis
ABSTRACT
One of the busiest airport in Indonesia is the Soekarno - Hatta International Airport. PT Angkasa Pura II
as the developer of the Soekarno - Hatta International Airport develops Terminal 3 to handle the surge of
passengers who happen in every long holiday period. However, sometimes after the operation, the public
and the media often reported several complaints against facilities and infrastructure facilities in Terminal
3 as power of failure, flood, and criticism of public figures Indonesia. Reporting from the public and media
demands a real action of a public relations practitioner of PT Angkasa Pura II.The method used in this
research is descriptive qualitative method by using the technique of in-depth interviews, observation, and
documentation. The objective of this study is to determine how the public relations activities of PT Angkasa
Pura II in addressing the negative news in the beginning of the opening of Terminal 3 Soekarno - Hatta.
Based on the results of research and discussions, it is known that PT Angkasa Pura II has been running a
public relations activity with 5 stages of crisis to know the life cycle of crisis including: (1) the stage of pre-
crisis, (2) phase warning, (3) the stage of acute crisis, (4 ) clean-up stage, and (5) post-crisis phase. Besides
public relations, PT Angkasa Pura II also performs corrective actions as an attempt to manage the crisis
including: (1) identification of the crisis, (2) analysis of the crisis, (3) isolation of the crisis, (4) the choice
of strategy, and (5) control program. Taking action against a crisis means PT Angkasa Pura II has been
responsible for its stakeholders as well as to see the extent of the crisis in society.
Keywords: Public relations; public relations activities; crisis; stages of crisis; crisis management
Korespondensi: Sarah Jessica, S.I.Kom. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis,
Universitas Telkom, Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung 40257. Email: sarjessca@gmail.com
PENDAHULUAN
Hatta menduduki peringkat ke-8 di Asia
fasilitas untuk pesawat terbang dan helicopter Airport Council International (ACI) dengan
dapat lepas landas dan mendarat. Fungsi menghitung jumlah pergerakan penumpang
bandara itu sendiri adalah sebagai tempat yang mencapai 54 juta sepanjang tahun 2015.
penumpang atau barang untuk naik atau turun Kesibukan bandara yang paling dekat dengan
dari pesawat terbang. Bagi sebuah Negara pusat ekonomi Indonesia ini disumbang oleh
bandara menjadi aspek penting karena dapat lonjakan penumpang yang terjadi tiap periode
menghubungkan antar wilayah, antar pulau, libur panjang. Sedangkan, daya tampung
dan antar negara. Indonesia sebagai negara keseluruhan terminal keberangkatan Bandara
pesawat udara sekaligus bandar udara juta penumpang. PT Angkasa Pura II sebagai
bukan kota metropolitan, mempercepat arus 3 (T3) untuk menanggulangi hal tersebut.
lalu lintas penumpang, kargo dan pelayanan Pembangunan T3 dimulai sejak Agustus 2012.
udara juga merupakan infrastruktur yang tampung penumpang total di T3 akan mencapai
penting untuk sektor pariwisata. Tidak hanya 25 juta penumpang per tahun. Terminal 3 baru
sektor pariwisata, bandar udara (bandara) ini akan mengusung konsep Art & Culture
yang tadinya hanya menjadi tempat sekedar yang dimana akan dipasang beberapa lukisan
menunggu bagi para penumpang yang akan dan patung Garuda. Selain itu, Terminal 3 akan
berangkat atau datang dengan pesawat udara menggunakan kecanggihan teknologi modern.
ruang commercial (commercial space) untuk Angkasa Pura II (Persero) telah melakukan
Salah satu bandara tersibuk di Indonesia melibatkan masyarakat khususnya para netizen.
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
121 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135
Alvin Lie bersama detik.com, kunjungan keluhan terhadap fasilitas sarana dan prasarana
blogger dan traveller, kunjungan Jakarta Photo di Terminal 3 seperti listrik mati, banjir, dan
Club & Majalah Venue, dan Terminal 3 Fashion kritik dari publik figur Indonesia. Pelaporan
Show (PT Angkasa Pura II with Liputan 6). dari masyarakat dan media menuntut adanya
2016 namun diundur menjadi tanggal 20 Juni untuk menangani krisis tersebut. Jika tidak
2016 karena belum memenuhi persyaratan langsung ditanggapi dengan tepat, segala
terkait standar keselamatan, keamanan, dan bentuk pelaporan tersebut akan membentuk
pelayanan penerbangan sipil. Menurut Yudhi opini publik yang tidak sesuai dengan fakta di
Sari selaku Direktur Bandar Udara Kementerian lapangan. Hal tersebut akan berdampak negatif
Perhubungan yang dilansir dephub.go.id bagi citra perusahaan. Oleh karena itu, peneliti
(2016) hasil tersebut didapat setelah tim dari akan meninjau lebih lanjut mengenai aktivitas
dan uji coba kehandalan peralatan keselamatan, menangani pemberitaan negatif pada awal
empat unit genset yang tersedia belum bisa Metode yang digunakan peneliti dalam
menjangkau peralatan – peralatan di terminal. melakukan penelitian ini yaitu metode
Yudhi Sari mengatakan pada saat menggunakan penelitian deskriptif, sementara kualitatif
jaringan utama PLN, sistem berjalan dengan merupakan pendekatan untuk menentukan
baik. Namun, saat uji coba menggunakan jenis penelitian. Sesuai dengan jenis penelitian
genset sistem tidak berjalan. Ini menyebabkan ini, peneliti berusaha memahami makna dari
berbagai fasilitas di terminal tidak berfungsi. suatu fenomena berdasarkan pandangan para
Maka dari itu, Terminal 3 baru dapat beroperasi informan. Penelitian kualitatif adalah penelitian
pada tanggal 9 Agustus 2016. yang dimaksudkan untuk memahami fenomena
Beberapa saat setelah beroperasi, media tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
dan masyarakat kerap melaporkan beberapa secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 122
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks Soekarno-Hatta Gedung 600, Tangerang
metode alamiah (Moleong dalam Iqbal, 2014). Teknik pengumpulan data adalah bagian
positvis karena memandang aktivitas public berhasil atau tidak suatu penelitian. Tanpa
relations yang dilakukan oleh divisi public mengetahui teknik pengumpulan data,
relations PT Angkasa Pura II dalam menangani maka peneliti tidak akan mendapatkan data
pemberitaan negatif pada awal pembukaan yang semestinya dan yang telah ditetapkan
Hatta sebagai kausalitas yang memiliki sebab- Dalam penelitian ini, untuk memperoleh
akibat dan probabilitas. Namun, tidak hanya data peneliti menggunakan sumber data.
dipandang sebagai kontruksi realitas melainkan Sumber data adalah salah satu yang paling vital
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. dalam penelitian. Jika terjadi kesalahan dalam
Subjek penelitian ini adalah divisi public menggunakan atau memahami sumber data,
relations PT Angkasa Pura II (Persero). Divisi maka data yang diperoleh bisa tidak sesuai dari
public relations PT Angkasa Pura II (Persero) yang diharapkan (Bungin, 2013: 129). Terdapat
merupakan divisi dibawah unit Head Corporate dua jenis sumber data yang biasanya digunakan
Secretary & Legal dipilih peneliti sebagai yaitu: Data primer adalah data yang didapatkan
subjek karena divisi public relations tersebut secara langsung oleh peneliti melalui informan
Hatta. Objek dalam penelitian ini adalah cara observasi dan wawancara. Observasi atau
aktivitas public relations yang dilakukan oleh pengamatan adalah kegiatan untuk menghimpun
divisi public relations PT Angkasa Pura II dalam data penelitian, data penelitian tersebut dapat
menangani pemberitaan negatif pada awal diamati oleh peneliti. Biasanya dalam penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian yang akan digunakan (Bungin, 2013: 143). Di
ini selama bulan Agustus 2016 – Januari 2017. lapangan banyak data yang akan ditemui oleh
Lokasi penelitian bertempat di kantor PT peneliti dan banyak juga yang tidak diperlukan
Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional karena tidak terkait atau tidak menjawab
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
123 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135
rumusan masalah penelitian (Mukhtar, 2013: dalam proses triangulasi, ketiga data yang telah
111). Maka dari itu, peneliti memerlukan materi dihimpun melalui observasi, wawancara dan
sebagai panduan penelitian observasi agar dokumentasi, ketiga data harus dapat saling
lebih memudahkan peneliti untuk menemukan menguatkan antara yang satu dengan lainnya.
sasarannya dan lebih mendalami subjek dan Dengan demikian, dapat ditemukan dan ditarik
situasi sosial yang diteliti. Proses memperoleh makna dari setiap informasi atau data yang
keterangan untuk tujuan penelitian dengan ditemukan di lapangan (Mukhtar, 2013: 119).
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara Analisis data yang dilakukan dalam
pewawancara dengan responden atau orang penelitian ini menggunakan teori menurut Miles
yang diwawancarai. Wawancara yang dilakukan dan Huberman (1984) (dalam Sugiyono, 2014:
dalam penelitian ini dengan menggunakan 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan oleh analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
peneliti sesuai dengan rumusan dan pertanyaan dan berlangsung secara terus menerus sampai
penelitian yang dijawab melalui proses tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Empat
wawancara (Bungin, 2013: 133). aktivitas dalam analisis data yang dilakukan
Data sekunder merupakan data yang dalam pendekatan ini, yaitu pengumpulan data,
diperoleh dari sumber kedua atau sumber data reduction, data display, dan conclusion
melalui studi kepustakaan, buku, jurnal ilmiah, Teori yang digunakan pada penelitian ini:
literatur, dokumentasi dan arsip kantor PT Aktivitas public relations. Aktivitas public
Angkasa Pura II. Peneliti mendapatkan data relations adalah mendukung tujuan umum
sekunder dengan cara data dokumentasi. Metode dari suatu manajemen perusahaan serta
pengumpulan data yang sebagian besar fakta menciptakan dan mempertahankan identitas
dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dan citra perusahaan (Ruslan, 2007: 94) yaitu:
dokumentasi. Sebagian besar data berbentuk 1). Menciptakan identitas dan citra perusahaan
surat, catatan, harian, arsip, foto, video, (building corporate identities and image, public
hasil rapat, cinderamata, jurnal kegiatan, dan relations berupaya menciptakan citra yang
sebagainya. Data pendukung ini merupakan satu positif dengan berbagai aktivitas atau kepedulian
kesatuan dengan data observasi dan wawancara sosial terhadap masyarakat di sekitarnya
saat peneliti menyusun laporan penelitiannya dan kesadaran (awareness) dan pengetahuan
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 124
yang diwakilinya. 2). Mengatasi suatu krisis mengenai berbagai masalah komunikasi yang
yang terjadi public relations dalam mengatasi penting, seperti teknis untuk mengatasinya.
sebuah krisis dengan membentuk manajemen 4). Menyediakan berbagai informasi kepada
crisis) dimulai dari bagaimana menangani mungkin demi menciptakan suatu pengetahuan
membentuk tim untuk menghadapi krisis, Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis
dari krisis kepercayaan (crisis of confidence), (kpion), yang berarti “keputusan”. Ketika krisis
krisis manajemen (perusahaan yang tengah terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang
mengalami suatu krisis), atau proyek yang harus dilakukan. Bergerak ke kiri, atau bergeser
menimbulkan kecelakaan sehingga konsumen ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau
Selain itu, menurut Frank Jefkins dalam Selain itu, definisi krisis yang diungkapkan
bukunya Public relations (2004: 31-32) oleh Rusady Ruslan (2007: 97) adalah “The
seorang public relations memiliki tugas khusus crisis is turning point of better or worse.
yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut: Time of acute danger or difficulty”. Artinya
1). Menciptakan dan memelihara suatu citra suatu krisis yang terjadi merupakan titik
yang baik dan tepat atas perusahaan atau penentu untuk menghadapi tahap selanjutnya,
organisasinya, baik yang berhubungan dengan apakah akan pulih kembali atau sebaliknya
kebijakan perusahaan atau organisasinya serta menghadapi resiko yang buruk dan mengalami
produk, jasa, maupun dengan pegawainya. masa gawat pada suatu perusahaan dan produk,
2). Mengawasi pendapat eksternal mengenai barang atau jasa, tengah menghadapi suatu
segala sesuatu yang berkaitan dengan citra, kisis kepercayaan dan citra (crisis of confidence
kegiatan, reputasi maupun kepentingan- and lost off image). Sedangkan menurut Fisher
kepentingan organisasinya dan menyampaikan (2001) krisis merupakan puncak konflik, ketika
semua informasi yang penting langsung kepada ketegangan dan kekerasan terjadi hebat diantara
pihak manajemen untuk segera ditanggapi kedua belah pihak (Suherli, 2014).
atau ditindaklanjuti. 3). Memberi nasihat Krisis public relations adalah peristiwa,
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
125 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135
rumor, atau informasi yang membawa pengaruh risiko. Selain itu, perusahaan tidak mempunyai
perusahaan. Kebanyakan perusahaan berpikir Tahap paling penting dalam daur hidup
krisis PR hanya menyerang perusahaan besar, krisis. Di dalamnya, suatu masalah untuk
padahal krisis bisa menyerang siapa saja, baik pertama kalinya dikenali, dapat dipecahkan dan
individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang
dan di mana saja (Nova, 2009: 54). menuju kepada kerusakan yang menyeluruh.
Praktisi public relations memiliki peranan Krisis dapat dengan mudah muncul pada tahap
penting untuk menangani krisis karena ini karena ketakutan menghadapi ‘badai’ atau
mengingat masa krisis dapat berdampak negatif ‘masalah’ dan menganggapnya tidak ada. Reaksi
terhadap citra perusahaan. Dapat dikatakan yang umum terjadi pada tahap ini adalah kaget
public relations adalah fungsi manajemen atau menyangkal dan pura-pura merasa aman.
yang strategis. Agar fungsi strategis tersebut Tahap ini krisis mulai terbentuk dan media
berjalan dengan baik, sebaiknya posisi public juga publik mulai mengetahui adanya masalah.
relations berada dibawah pimpinan puncak Dalam tahap ini, perusahaan tidak dapat
agar memiliki wewenang yang memungkinkan berdiam diri karena sudah mulai menimbulkan
fungsinya dapat dijalankan secara efektif kerugian. Saat inilah berbagai dokumen
mengingat dampak negatif dan kerugian besar dan modul untuk menghadapi krisis harus
bahkan citra perusahaan akan terganggu ketika dikeluarkan dan digunakan. Di saat seperti
terjadinya krisis. Firsan Nova dalam bukunya ini juga dapat diketahui apakah para staf telah
Crisis Public Relations (Nova, 2009: 95) dibekali pengetahuan mengenai manajemen
memaparkan lima tahapan dalam siklus hidup krisis atau tidak. Jika tidak, maka sudah
krisis yang harus dikenali dan dipahami adalah terlambat bagi manajemen untuk memulainya
sebelum sebuah krisis muncul disebut pre- masalah melewati tahap warning tanpa
crisis. Benih krisis sudah ada sehingga jika diselesaikan maka kerusakan perusahaan mulai
muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis timbul. Inilah waktunya untuk memulihkan
dapat terjadi. Benih mulai tumbuh pada tahap perusahaan dari kerugian dan/atau setidaknya
ini biasanya tidak diperhatikan karena beberapa menyelamatkan apa saja yang tersisa, baik sisa
aspek dalam perusahaan memang penuh produk (jika dapat diaplikasikan), reputasi, citra
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 126
perusahaan, kinerja, dan lini produksi. dilakukan baik secara parsial maupun integral
Tahap post-crisis (sesudah krisis): Inilah sampai analisis integral yang kait mengait.
tahap yang telah disebutkan sebelumnya, yakni Dalam tahap ini dibutuhkan kemampuan
perusahaan seharusnya bereaksi saat suatu krisis membaca permasalahan yang baik. Beberapa
muncul ke tahap warning. Jika sejak awal tidak pertanyaan yang diajukan untuk menetapkan
dihentikan, krisis akan terjadi. Jika perusahaan penanggulangan krisis, yakni: a). Apa penyebab
memenangkan kembali kepercayaan publik terjadinya krisis itu –What, b). Kenapa krisis itu
dan dapat beroperasi kembali dengan normal, bisa terjadi –Why, c). Di mana dan kapan krisis
maka secara formal dapat dikatakan krisis telah tersebut terjadi -Where and When, d). Sejauh
Ketika krisis terjadi, maka tugas pertama Bagaimana krisis itu terjadi –How, f). Siapa-
para anggota manajemen krisis adalah siapa yang mampu mengatasi krisis tersebut,
mengidentifikasi dan menentukan langkah- perlu dibentuk tim penanggulangan krisis -Who.
langkah apa saja yang harus dilakukan. Menurut 3). Isolasi krisis layaknya seperti penyakit dan
Kasali (2000: 231-234) adapun langkah- untuk mencegah krisis menyebar luas maka
langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis harus diisolasi, dikarantinakan sebelum
krisis adalah sebagai berikut: 1). Identifikasi tindakan serius dilakukan, 4). Pilihan strategi
penelitian untuk dapat mengidentifikasi suatu krisis, perusahaan perlu melakukan penetapan
krisis. Bila krisis terjadi dengan cepat, maka strategi yang akan diambil.
penelitian harus dilakukan secara informal Ada tiga strategi yang dapat dilakukan
dan kilat, harus diusahakan kesimpulan atas untuk menangani krisis yaitu: a). defensive
identifikasi krisis yang terjadi ditarik pada strategy (strategi defensif) dengan langkah-
hari yang sama saat data dikumpulkan. Oleh langkah sebagai berikut: mengulur waktu, tidak
sebab itulah dibutuhkan praktisi humas yang melakukan apa-apa, membentengi diri dengan
cakap dan peka dalam mengumpulkan data kuat, b). adaptive strategy (strategi adaptif)
yang diperlukan. 2). Analisa krisis sebelum dengan langkah-langkah yang mencakup hal-
melakukan komunikasi. Public relations hal yang lebih luas sebagai berikut: mengubah
officer harus melakukan analisis dari data yang kebijakan, modifikasi operasional, kompromi,
telah diperoleh, maka tugas public relations meluruskan citra, c). dynamic strategy (strategi
selanjutnya adalah menganalisis krisis yang dinamis), strategi ini sudah bersifat agak
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
127 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135
makro dan dapat mengakibatkan berubahnya daripada kenyataan yang terjadi di lapangan.
karakter perusahaan. Pilihannya adalah: merger Mengacu pada pengertian tersebut, hasil
dan akuisisi, investasi baru, menjual saham, penelitian yang didapatkan dari wawancara
meluncurkan produk baru/ menarik peredaran dengan PR Senior Officer dan PR Junior
produk lama, melempar isu baru untuk Officer hal yang dilakukan PT Angkasa Pura II
startegi generik dapat dirumuskan jauh hari Internasional Soekarno-Hatta. Terlihat bahwa
sebelum krisis muncul, yakni sebagai panduan krisis yang terjadi terhadap PT Angkasa Pura II
(guidance) agar para eksekutif dapat mengambil datang secara tiba-tiba, tidak terduga dan tidak
langkah yang pasti dengan strategi generik, diharapkan. Pihak perusahaan tidak memiliki
program pengendalian biasanya disusun di waktu untuk melakukan riset terlebih dahulu
(beserta cabang), industri (gabungan usaha lakukan dikaitkan dengan teori konsep tahapan
sejenis), komunitas, divisi-divisi perusahaan. krisis maka benih krisis muncul secara tiba-
Tahap pre-crisis adalah kondisi sebelum Bandara Soekarno Hatta. Dan memang benar
sebuah krisis muncul. Benih krisis sudah ada seperti teori itu ungkapkan bahwa karena
sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil krisis yang tiba-tiba sehingga perusahan
saja, krisis dapat terjadi. Benih mulai tumbuh tidak mempunyai perencanaan dalam
karena beberapa aspek dalam perusahaan Menurut Nova (2009: 96) tahap warning
memang penuh risiko. Selain itu, perusahaan (peringatan) merupakan tahap paling penting
krisis (Nova, 2009: 95). Senada dengan Yogi masalah untuk pertama kalinya dikenali,
(2016) bahwa krisis citra sebuah perusahaan dapat dipecahkan dan diakhiri selamanya,
adalah krisis citra berkembang jauh lebih besar atau dibiarkan berkembang menuju kepada
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 128
kerusakan yang menyeluruh. Krisis dapat saat seperti ini juga dapat diketahui apakah
dengan mudah muncul pada tahap ini karena para staf telah dibekali pengetahuan mengenai
ketakutan menghadapi ‘badai’ atau ‘masalah’ manajemen krisis atau tidak. Jika tidak,
dan menganggapnya tidak ada. Reaksi yang maka sudah terlambat bagi manajemen untuk
umum terjadi pada tahap ini adalah kaget atau memulainya dan menyelesaikan masalahnya
Sehubungan dengan hasil penelitian, bentuk Terkait dengan hasil penelitian yang
peringatan yang paling terlihat yaitu hujan deras didapatkan dari wawancara dengan PR
yang menimbulkan adanya genangan air di area Manager, PR Senior Officer, dan PR Junior
lobby kedatangan. Karena kejadian begitu tiba- Officer bahwa perusahaan mencoba mengenali
tiba dan perusahaan tidak memiliki waktu untuk permasalahan yang paling mendasar yang
melakukan perencanaan sehingga pada saat itu menyebabkan munculnya pemberitaan
PT Angkasa Pura II yang di bantu oleh tim negatif. Setelah mengenali permasalahannya,
air ke posisi yang sebenarnya. pemberitaan yang terdapat di media baik media
Berdasarkan hasil analisis yang peneliti cetak, media televisi, media online, serta media
memang benar bahwa tahap warning merupakan Jika pemberitaan yang beredar tidak sesuai
tahap paling penting dalam daur hidup krisis dengan fakta di lapangan perusahaan berhak
dalam mengenali suatu krisis karena ketika sumberdaya perusahaan dan media yang
PT Angkasa Pura II tidak langsung bereaksi dimiliki perusahaan atau yang disebut kanal-
saat kejadian dapat menyebabkan kerusakan kanal korporasi. Hal ini sesuai dengan peran
Tahap acute crisis adalah tahap krisis yaitu Humas harus bisa memerankan dirinya
mulai terbentuk dan media juga publik mulai sebagai penyampai informasi yang memiliki
mengetahui adanya masalah. Dalam tahap ini, penguasaan atas materi yang disajikan
perusahaan tidak dapat berdiam diri karena kepada media yang merupakan salah satu
berbagai dokumen dan modul untuk menghadapi Selanjutnya, upaya Humas dalam
krisis harus dikeluarkan dan digunakan. Di melakukan aktivitas media relations menurut
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
129 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135
Humas dapat memahami dan melayani media, Selaras dengan teori tersebut PT Angkasa
yang baik, menyediakan sarana verifikasi, dan dilakukan perusahaan yaitu mengapresiasi
membangun hubungan personal yang kokoh. netizen di media sosial yang telah memberikan
Jika dianalisis, dapat dikatakan bahwa masukan ke perusahaan, hal tersebut dilakukan
tahap akut yang dilakukan oleh Public relations agar citra perusahaan menjadi lebih baik lagi.
PT Angkasa Pura II merupakan salah satu Selain itu, perusahaan mengeluarkan press
cara penanganan yang cepat agar perusahaan release di website perusahaan serta ke media
tidak mengalami kerugian. Dimana dengan untuk meluruskan pemberitaan negatif yang
media yang dimiliki perusahaan atau disebut Jika dianalisis berdasarkan hasil penelitian
kanal–kanal korporasi sebagai bentuk public yang dikaitkan dengan teori bahwa PT Angkasa
relations PT Angkasa Pura II telah dibekali Pura II telah melewati tahap warning sehingga
pengetahuan mengenai manajemen krisis. kerusakan yang timbul pun langsung segera
Menurut Nova (2009: 96) tahap clean-up diatasi dengan mengapresiasi netizen di media
adalah tahap dimana masalah telah melewati sosial serta mengeluarkan press release untuk
kerusakan perusahaan mulai timbul. Inilah Tahap Post-crisis adalah tahap yang telah
kerugian dan/atau setidaknya menyelamatkan seharusnya bereaksi saat suatu krisis muncul
apa saja yang tersisa, baik sisa produk (jika ke tahap warning. Jika sejak awal tidak
dapat diaplikasikan), reputasi, citra perusahaan, dihentikan, krisis akan terjadi. Jika perusahaan
kinerja, dan lini produksi. Saat pemulihan memenangkan kembali kepercayaan publik
perusahaan harus menghadapi hal–hal yang dan dapat beroperasi kembali dengan normal,
terkait dengan hukum media, tekanan publik, maka secara formal dapat dikatakan krisis telah
dan litigasi. Tetapi, hikmah yang dapat diambil, berakhir (Nova, 2009: 97). Jika dihubungkan
yakni perusahan dapat melihat bagaimana suatu dengan teori tahap post crisis, memang benar
krisis akan timbul, bagaimana menghadapi bahwa PT Angkasa Pura II sudah bereaksi di
krisis dan memastikan krisis tidak akan pernah tahap warning dengan langsung menyelesaikan
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 130
dibantu oleh tim teknis. Selanjutnya, pihak selanjutnya yang dilakukan pihak perusahaan
perusahaan melakukan kegiatan yang terdapat yaitu mempunyai standby statement hal ini
di event calender mereka yang salah satu diperlukan perusahaan ketika perusahaan
kegiatannya adalah Adventure Race to Terminal disuguhi banyak pertanyaan dari media maupun
kepercayaan publik juga sebagai kegiatan statement perusahaan dapat dengan cepat
Internasional Soekarno-Hatta. Untuk dapat itu dirangkum yang dibuat ke dalam bentuk
mengidentifikasi suatu krisis, public relations press release. Kemudian dari hasil penelitian
perlu melakukan penelitian. Bila krisis terjadi juga, public relations PT Angkasa Pura II
dengan cepat, maka penelitian harus dilakukan mengaktifkan tim krisis yang kalau dianalisis
secara informal dan kilat, harus diusahakan dapat dikatakan bahwa dengan adanya tim
kesimpulan atas identifikasi krisis yang krisis mendukung kegiatan para karyawan di
terjadi ditarik pada hari yang sama saat data perusahaan selama masa krisis terjadi
dikumpulkan. Oleh sebab itulah dibutuhkan Menurut Ruslan (2007: 76) analisa krisis
praktisi humas yang cakap dan peka dalam merupakan langkah pengembangan dengan
Terkait dengan teori identifikasi krisis mendalam sistematis, informatif dan deskriptif
diatas maka memang benar, public relations PT krisis yang terjadi melalui suatu laporan yang
Angkasa Pura II telah melakukan identifikasi mendalam (in-depth reporting). Pada saat
terhadap suatu krisis. Terbukti dari hasil praktisi atau masa akut krisis, bisa dianalisis
penelitian, langkah awal yang dilakukan melalui beberapa pertanyaan yang diajukan
perusahaan yakni mencari tahu tipe krisis untuk menetapkan penanggulangan suatu krisis.
termasuk tipe krisis kecil, sedang atau tinggi. Mengacu pada pengertian tersebut, hasil
Adapun tipe krisis saat kejadian termasuk penelitian di atas didapatkan bahwa PT Angkasa
ke dalam tipe krisis sedang atau menengah. Pura II melakukan analisis data yang diperoleh
Dikatakan tipe krisis sedang atau menengah di lapangan dengan cara menyiapkan standby
karena saat kejadian tidak sampai mengancam statement, standby statement merupakan
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
131 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135
sudah dipersiapkan perusahaan, press release, kepada media untuk menahan para reporternya
dan press conference yang kemudian segala agar tidak memberitakan krisis tersebut terus
penumpang pengguna jasa bandara melalui public relations PT Angkasa Pura II melakukan
media. Selain itu, public relations PT Angkasa kerja sama dengan tim teknis bandara juga
Pura II juga harus selalu update informasi ke media adalah salah satu bentuk isolasi krisis.
media baik secara formal maupun informal Dalam langkah pengendalian krisis, perusahaan
agar informasi antara perusahaan dengan media perlu melakukan penetapan strategi yang akan
berkesinambungan dalam artian jika perusahaan diambil. Tiga strategi pengendalian krisis
diberitakan kurang baik atau negatif media dapat menurut Kasali (2000: 232-233) diantaranya:
memberikan informasi bahwa perusahaan telah (1) Strategi Defensif, (2) Strategi Adaptif, dan
dari krisis yang terjadi. Krisis layaknya seperti Sejalan dengan teori tersebut PT Angkasa
penyakit dan untuk mencegah krisis menyebar Pura II mengambil langkah strategi seperti
luas maka krisis harus diisolasi, dikarantinakan memberikan update informasi ke masyarakat
sebelum tindakan serius dilakukan (Kasali, seperti kegiatan yang telah dilakukan selama
langkah isolasi krisis yang dilakukan public citra positif. Selain itu, perusahaan dibantu
relations PT Angkasa Pura II untuk mencegah konsultan untuk meredam pemberitaan negatif
krisis menyebar luas yaitu dengan langsung dan menggantikannya menjadi pemberitaan
bekerjasama dengan tim teknis untuk yang bersifat positif berguna dalam meluruskan
genangan air. Setelah proses pengeringan, Pihak public relations PT Angkasa Pura
perusahaan memberitahu kepada media bahwa II mengambil strategi adaptif yang langkah –
masalah sudah dapat teratasi. Selain itu, dari hasil langkahnya mencakup hal-hal: (1) mengubah
penelitian yang disesuaikan dengan teori pihak kebijakan, (2) modifikasi operasional, (3)
perusahaan juga melakukan kerjasama dengan kompromi, (4) meluruskan citra. Dan yang salah
media agar ketika terjadi krisis di perusahaan, satu diterapkan PR PT Angkasa Pura II adalah
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 132
meluruskan citra dengan cara mengeluarkan stakeholdernya dan untuk melihat sejauh mana
press release serta dibantu konsultan untuk perkembangan krisis itu di masyarakat.
meredam pemberitaan negatif.
SIMPULAN
Menurut Ruslan (2007: 76-78) dalam
kanal–kanal korporasi. (d) tahap clean up, yang kemudian segala informasi dan fakta
mengapresiasi netizen di media sosial yang masyarakat atau penumpang pengguna jasa
telah memberikan masukan ke perusahaan, hal bandara melalui media. (c) isolasi krisis,
tersebut dilakukan agar citra perusahaan menjadi perusahaan bekerjasama dengan tim teknis
lebih baik lagi. Kemudian mengeluarkan press untuk mengeringkan lokasi yang disebabkan
release di website perusahaan serta ke media oleh genangan air. Setelah proses pengeringan,
untuk memberikan informasi terkait kejadian perusahaan memberitahu kepada media bahwa
di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno- masalah sudah teratasi. Selain itu, pihak
Hatta. (e) tahap post-crisis, perusahaan perusahaan juga melakukan kerja sama dengan
melaksanakan kegiatan yang terdapat di event media agar ketika terjadi krisis di perusahaan,
calender yang bekerja sama dengan unit-unit perusahaan langsung dapat menginformasikan
di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno- kepada media untuk menahan para reporternya
Hatta salah satunya adalah Adventure Race to agar tidak memberitakan krisis tersebut terus
terkait prestasi perusahaan. Selain itu, publik informasi ke masyarakat seperti kegiatan
figur memposting kembali mengenai sarana di yang telah dilakukan selama menangani krisis
Selain itu upaya mengelola krisis yang release untuk menimbulkan citra positif. Selain
dilakukan Public relations PT Angkasa Pura II itu, perusahaan dibantu oleh konsultan untuk
dalam menangani krisis adalah (a) identifikasi meredam pemberitaan negatif dimana konsultan
krisis, perusahaan berkoordinasi dengan Senior tersebut dapat mengubah pemberitaan negatif
Manager Terminal 3 kemudian menentukan tipe menjadi positif yang berguna meluruskan citra
atau kategori krisis yang dihadapi. (b) analisa perusahaan. (e) program pengendalian, yang
krisis, perusahaan melakukan analisis data yang dilakukan melalui proses evaluasi oleh PT
diperoleh dengan cara menyiapkan standby Angkasa Pura II (Persero) dengan meningkatkan
statement. Standby statement merupakan kesiapan dalam menghadapi krisis yang terjadi
sebuah rangkaian statemen-statement yang dan selanjutnya perusahaan lebih aktif lagi
tim krisis, press release, dan press conference tone-tone pemberitaan, selanjutnya perusahaan
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135 134
menjadikan krisis yang belum pernah terjadi memperhatikan reaksi masyarakat pada media
sebelumnya dalam lampiran baru atau krisis sosial (netizen). Reaksi yang cepat dan tepat
baru yang nantinya dapat menjadi pedoman akan dapat membatasi dampak negatif dari krisis
crisis communication untuk anggota public yang dihadapi (damage limitation). Seperti yang
Adapun saran dari penelitian yang diteliti memperlihatkan kesiapan mereka dalam
dilakukan oleh peneliti bagi kalangan akademis memberikan respon terhadap adanya keluhan
dan kalangan praktisi, yaitu sebagai berikut: pengunjung terhadap fasilitas yang disediakan
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti perusahaan. Respons yang dilakukan pada
merekomendasikan kepada akademisi atau media sosial oleh perusahaan ini dinilai cepat
peneliti selanjutnya yang akan membahas dan tepat sehingga dapat membatasi dampak
mengenai aktivitas public relations untuk buruk terhadap citra perusahaan.
setiap tahun biasanya akan timbul krisis-krisis Anandalina, C. G. & Sunarto. (2013). Aktivitas
public relations pt. agung podomoro land,
baru yang bisa menimpa perusahaan besar di
tbk, dalam menjalankan media relations
Indonesia, untuk itu disarankan kepada peneliti untuk meningkatkan publisitas. Jurnal
berikutnya untuk meneliti dan melalukan Komunikasi Universitas Tarumanagara,
Vol. 5, No. 1, 77-86.
perbandingan terhadap peran praktisi PR
Biro Komunikasi dan Informasi Publik. (2016).
pada perusahaan tersebut dalam menghadapi Belum penuhi standar, pengoperasian
krisis yang dialami. Juga menarik untuk terminal 3 ultimate ditunda. Diakses
dari http: //www.dephub.go.id/welcome/
membandingkan pendekatan media relations
r e a d P o s t / b e l u m - p e n u h i - s t a n d a r, -
yang dilakukan masing-masing perusahaan pengoperasian-terminal-3-ultimate-
besar di Indonesia pada saat menghadapi sebuah ditunda. Pada tanggal 8 September 2016,
13: 17 WIB.
krisis.
Bungin, B. (2013). Penelitian kualitatif
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti komunikasi, ekonomi, kebijakan publik dan
merekomendasikan kepada praktisi public ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Creswell, J. W. (2014). Penelitian kualitatif
relations untuk lebih bersiap diri dalam
& desain riset: memilih di antara lima
menangani krisis. Salah satu bentuk kesiapan pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
praktisi PR untuk menghadapi sebuah potensi Iqbal, F. (2014). Komunikasi dalam adaptasi
budaya. Jurnal Komunikasi Profektif. Vol.
krisis adalah dengan selalu waspada dan
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)
135 PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat, Volume 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 119-135
Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta
(Sarah Jessica dan Ayub Ilfandi)