Anda di halaman 1dari 23

SURVEILANS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2
Tanggal terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL (dr. Lusi Nurlina Nasution,MKM)
Direktur

- Penilaian kualitas penggunaan antibiotik sebaiknya dilakukan


secara

prospektif oleh minimal tiga reviewer (dokter ahli infeksi, apoteker,

dokter yang merawat).


PENGERTIAN
- Kualitas penggunaan antibiotik dinilai dengan menggunakan data

yang terdapat pada Rekam Pemberian Antibiotik (RPA), catatan


medik

pasien dan kondisi klinis pasien.

TUJUAN 1. Perbaikan kebijakan atau penerapan program edukasi yang


lebih tepat
2. terkait kualitas penggunaan antibiotik

KEBIJAKAN Kualitas penggunaan antibiotik dinilai dengan menggunakan data


yang terdapat pada Rekam Pemberian Antibiotik (RPA), catatan
medik pasien dan kondisi klinis pasien sesuai dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan Nomor :
tentang Pedoman Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan
PROSEDUR 1. Untuk melakukan penilaian, dibutuhkan data diagnosis, keadaan
klinis pasien, hasil kultur, jenis dan regimen antibiotik yang
diberikan.
2. Untuk setiap data pasien, dilakukan penilaian sesuai alur pada
Gyssens.
3. Hasil penilaian dikategorikan sebagai berikut: golongan narkotik.

SURVEILANS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2
Kategori 0 = penggunaan antibiotik tepat/bijak
PROSEDUR
Kategori I = penggunaan antibiotik tidak tepat waktu

Kategori IIA = penggunaan antibiotik tidak tepat dosis

Kategori IIB = penggunaan antibiotik tidak tepat interval pemberian

Kategori IIC = penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute


pemberian

Kategori IIIA = penggunaan antibiotik terlalu lama

Kategori IIIB = penggunaan antibiotik terlalu singkat

Kategori IVA = ada antibiotik lain yang lebih efektif

Kategori IVB = ada antibiotik lain yang kurang toksik/lebih aman

Kategori IVC = ada antibiotik lain yang lebih murah

Kategori IVD = ada antibiotik lain yang spektrum antibakterinya


lebih

sempit

Kategori V = tidak ada indikasi penggunaan antibiotik

Kategori VI = data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat

dievaluasi

- Unit Laboratorium
UNIT TERKAIT
- Instalasi Farmasi (Apoteker klinis dan PPRA)
- Staf Medis (Dokter Penanggungjawab Pelayanan)
Penilaian kualitas penggunaan antibiotik (Gyssens Flowchart)

mulai
tidak

Data lengkap VI Stop


Ya tidak

AB diindikasikan V Stop

Ya Ya

Alternatif lebih IV/a


efektif

tidak
Ya

Alternatif lebih IV/b


tidak toksik

tidak
Ya
Alternatif lebih IV/c
murah
tidak
Ya
Spektrum IV/d
alternatif lebih
sempit
tidak
tidak tidak
Pemberian terlalu Pemberian terlalu
lama singkat Dosis IIa
tepat
Ya tidak Ya
Ya
III/a III/b tidak
Interval IIb
tepat

Ya
tidak
Rute IIc
tepat
Ya

tidak
Waktu I
tepat
Ya

Tidak termaksud
HV

0
SURVEILANS KUANTITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2
Tanggal terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL (dr. Lusi Nurlina Nasution,MKM)
Direktur

- Kuantitas penggunaan antibiotik adalah jumlah penggunaan

antibiotik di rumah sakit yang diukur secara retrospektif dan


prospektif

melalui studi validasi. Transaksi yang dimaksud adalah reagen–


PENGERTIAN
reagen

kimia yang diperlukan dalam kegiatan unit laboratorium.

- Defined Daily Dose (DDD) adalah asumsi dosis rata-rata per hari

penggunaan antibiotik untuk indikasi tertentu pada orang dewasa.

TUJUAN 1. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah surveilans


kuantitatif
2. penggunaan antibiotik.

KEBIJAKAN Kualitas penggunaan antibiotik dinilai dengan menggunakan data


yang terdapat pada Rekam Pemberian Antibiotik (RPA), catatan
medik pasien dan kondisi klinis pasien sesuai dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan Nomor :
tentang Pedoman Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan
PROSEDUR 1. Kumpulkan data semua pasien yang menerima terapi antibiotik
2. Kumpulkan lamanya waktu perawatan pasien rawat inap (total
Length Of Stay, LOS semua pasien)
3. Hitung jumlah dosis antibiotik (gram) selama dirawat
4. Hitung DDD 100 patient-days:
.

SURVEILANS KUANTITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2
DDD 100 patient = (jumlah gram AB yang digunakan oleh pasien) x 100
PROSEDUR
Standar DDD WHO dalam gram (total LOS)

- Instalasi Farmasi (Apoteker klinis dan PPRA)


UNIT TERKAIT
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BIJAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSU MELATI
1/3
Tanggal terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL (dr. Lusi Nurlina Nasution,MKM)
Direktur

Antibiotik merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang


digunakan untuk menangani suatu penyakit infeksi. Penggunaan
PENGERTIAN antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan spektrum sempit
pada indikasi yang ketat dengan dosis adekuat, interval dan lama
pemberian yang tepat.
TUJUAN 1. Terlaksananya pemberian antibiotik yang bijak di Rumah Sakit
Umum Melati Perbaungan
2. Penurunan resistensi antibiotik di Rumah Sakit Umum Melati
Perbaungan

KEBIJAKAN Kualitas penggunaan antibiotik dinilai dengan menggunakan data


yang terdapat pada Rekam Pemberian Antibiotik (RPA), catatan
medik pasien dan kondisi klinis pasien sesuai dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan Nomor :
tentang Pedoman Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan
PROSEDUR 1. Antibiotik empiris diberikan di Rumah Sakit Umum Melati
Perbaungan berdasarkan :
1.1 Pedoman umum penggunaan antibiotik Kemkes 2011
1.2 Panduan praktek klinik dan clinical pathway yang sudah
ditetapkan
1.3 Formularium Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan
2. Antibiotik empiris diberikan setelah pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan kultur dan tes kepekaan antibiotik
3. Pemberian dengan indikasi, yaitu :
3.1. Sudah ditegakkan diagnosis infeksi yang tepat dengan

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BIJAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RSU MELATI 2/3


Tanggal terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL (dr. Lusi Nurlina Nasution,MKM)
Direktur

PROSEDUR mengacu secara klinis, mikrobiologi, hematologi, kimia,


serologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.
3.2. Tidak memberikan antibiotik pada penyakit non infeksi
dan infeksi non bakterial.
3.3. Pemberian antibiotik awal merupakan antibiotik lini I dan
spektrum sempit.
3.4. Beberapa antibiotik hanya boleh diresepkan oleh dokter
dan diberikan oleh farmasi, jika ada hasil kultur atau telah
mendapat usulan dari spesialis mikrobiologi klinik
(mekanisme automatic stop order). Antibiotik tersebut
memiliki kekhasan dalam mengatasi kuman resisten atau
memicu resistensi seperti Vancomycin dan Linezolid untuk
MRSA, Ceftazidime untuk Pseudomonas MDRO, golongan
Carbapenem untuk MDRO, Cephalosporin generasi III untuk
kuman bentuk batang gram negatif dan Tigecycline untuk
Acinetobacter MDRO.
3.5 Automatic stop order dilakukan dengan cara:
3.5.1 Setiap ada resep antibiotik terutama antibiotik
khusus, farmasi akan meminta hasil salinan kultur dan
pola kepekaan antibiotik yang telah disetujui oleh spesialis
mikrobiologi klinik.
3.5.2 Salinan tersebut akan diteruskan ke komite farmasi
dan dikonsultasikan ke tim PPRA ataupun komite PPI
yang akan bekerja lewat IPCO (Infection Prevention
Control Officer). Hasil konsultasi disampaikan ke dokter
penanggung jawab pasien.
3.5.3 Berkas akan diteruskan ke direktur medik dan
pelayanan untuk mendapatkan pengesahan.
3.5.4 Jika telah disetujui maka antibiotik dapat diberikan
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BIJAK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

3/3

PROSEDUR 3.6 Penggunaan antibiotik akan dievaluasi setiap 6 bulan


menggunakan kriteria Gyssens dan disusun peta medan
kuman.
4. Pemilihan jenis antibiotik berdasarkan:
4.1 Peta medan kuman Rumah Sakit Umum Melati
Perbaungan
4.2 Hasil kultur dan tes sensitifitas antibiotik
4.3 Usulan spesialis mikrobiologi klinik

- Instalasi Farmasi (Apoteker klinis dan PPRA)


UNIT TERKAIT
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSU MELATI
1/4
Tanggal terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL (dr. Lusi Nurlina Nasution,MKM)
Direktur

Penggunaan antibiotik rasional adalah suatu uapya otorisasi rumah


sakit dalam membuat suatu sistem terukur dan terstandarisasi dalam
penggunaan antibiotik rasional dirumah sakit.
Kebijakan tersebut mencangkup :
1. Kebijakan Manajemen Rumah Sakit dalam Standarisasi
PENGERTIAN Penggunaan Antibiotik yang rasional
2. Upaya untuk membentuk keterpaduan dalam penggunaan
antibiotik rasional berdasarkan keilmuan berbasis bukti
3. Standarisasi penggunaan antibiotik untuk pelayanan pasien yang
optimal berkorelasi dengan program pengendalian infeksi rumah
sakit, terutama dalam menghadapi kasus MDR.

TUJUAN Kebijakan Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit dilaksanakan


untuk optimalisasi pelayanan kesehatan dirumah sakit terutama
dalam manajemen penyakit infeksi dari berbagai multidisiplin
sehingga menjadi acuan dalam pengendalian infeksi dan
keselamatan pasien.

KEBIJAKAN 1. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087 / Menkes / SK /
VIII / 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit.

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL

RSU MELATI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/4
5. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
KEBIJAKAN
6. Permenkes RI Nomor 2406/ Menkes/Per/XII/2011 tentang
pedoman Umum Penggunaan Antibiotik

PROSEDUR 1. Pemeriksaan kuman secara periodik


2. Melaksanakan kewaspadaan Universal
3. Pencegahan MDR Antibiotik dengan pemantauan pasien berat
yang dirujuk dengan penggunaan antibiotik sebelumnya
4. Pemeriksaan kultur kuman dengan metoda yang terukur
5. Tersedianya pemeriksaan untuk MDR Pseudomonas dan MDR
Klebsiella Karbapenemase
6. Isolasi pasien pada tempat khusus untuk MRSA
7. Melaksanakan prinsip Pencegahan MDR Antibiotik dengan :
a. Pemeriksaan spesimen mikrobiologi ; spesimen diambil dari
darah, urine, sputum, pus atau cairan serebrospinalis tergantung
diagnosis yang dicurigai
b. Jika dicurigai bakteri ; diberikan antibiotika emperik
berdasarkan pertimbangan klinis, pola kultur dan resistensi lokal
c. Setelah ada hasil pemeriksaan mikrobiollogis diberikan
antibiotika definitif sesuai kultur dan resistensi
8. Melaksanakan strategi Kebijakan MDR Antibiotika dengan :
a. Menangani patogen sebagai Infeksi bukan kolonisasi
b. Memberikan terapi berdasarkan data lokal mengenai kepekaan
kuman
c. Menggunakan antimikroba sebagai monoterapi atau kombinasi
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL

RSU MELATI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

3/4

PROSEDUR d. Mengoptimalkan terapi berdasarkan farmakokinetik dan


farmakodinamik
e. Mempertimbangkan komorbiditas dan fungsi organ
f. Mencegah transmisi
g. Mempersingkat durasi terapi
h. Memperkuat sistem pengawasan rumah sakit mengenai
penggunaan antibiotik
i. Paradigma pemberian antibiotik secara empirik pasien rawat
inap dengan deeskalasi antibiotika.

Klasifikasi Pemberian Antibiotika :


No Lini Jenis Antibiotik Penanggung Jawab
1 Lini 1 Amoksisilin Dokter Umum
Eritromisin
Trimetropin
Sulfametoksazol
Doxicyclin
Ampicilin injeksi
2 Lini 2 Amoxiclav Dokter Umum
Ceftriaxone Dokter Spesialis
Cefixime
Ampicillin
Sulbactam
Ciprofloxacin
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL

RSU MELATI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

4/4

PROSEDUR 3 Lini 3 Ceftazidim Dokter Spesialis


Ceferazone Dokter Spesialis
IPCO
Sulbactam
Setiap departemen
Levofloxacin
Fosfomycin
Moxifloxcacin
Aztreonam
4 Lini 4 Tygecillin Dokter Spesialis
IPCO
Meropenem
Setiap Departemen /
Doripenem
ICU
Imipenem
Berdasarkan hasil
Vancomycin
klinis dan hasil
Linezolid kultur dan
Tiecoplanin persetujuan dari Tim
Kebijakan
Ertapenem Antibiotika pada
kasus yang khusus
UNIT TERKAIT - Instalasi Gawat Darurat
- Instalasi Rawat Jalan
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Kamar Bedah
PEMBERIAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/7
Tanggal terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL (dr. Lusi Nurlina Nasution,MKM)
Direktur

Pemberian antibiotik adalah cara pemberian anti bakteri


PENGERTIAN (bakteriostatik maupun bakterisid) yang sesuai dengan kemungkinan
jenis bakteri penyebab penyakit.

TUJUAN Menurunkan angka kesakitan

KEBIJAKAN Kualitas penggunaan antibiotik dinilai dengan menggunakan data


yang terdapat pada Rekam Pemberian Antibiotik (RPA), catatan
medik pasien dan kondisi klinis pasien sesuai dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan Nomor :
tentang Pedoman Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan
PROSEDUR Antibiotik diberikan sesuai dengan Drug of Choice dari tiap-tiap
jenis penyakit (sesuai diagnosa).
Cara pemberian antibiotik untuk Poli Gigi
Golongan Peniccilin dan derivatnya
 Diberikan dalam dosis terbagi tiap 8 jam selama 5 hari
(kecuali belum sembuh/ada kasus baru).
Kotrimoxksazol diberikan dalam dosis terbagi tiap 12 jam minimal 5
hari. Kloramfenikol diberikan dalam dosis terbagi tiap 6 – 8 jam
selama 10 – 14 hari.
Metronidazole diberikan dalam dosis terbagi tiap 8 jam selama 5
hari.
Golongan Quinolon
 Ciprofloxacin diberikan dalam dosis terbagi tiap 12 jam
selama 5 hari.
PEMBERIAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/7
Amoxicillin
PROSEDUR
Indikasi :

 Infeksi telinga, hidung dan tenggorok seperti otitis media


yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae,
Stafilokokus yang tidak memproduksi penisilinase dan
Haemophillus Influenza.  Infeksi saluran kencing yang
disebabkan oleh Escherichia coli, Proteus mirabilis dan
Streptococcus faecalis.
 Infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh
Streptokokus, Stafilokokus dan Escherichia coli.
 Infeksi saluran napas dan bronchitis kronis yang disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae, Stafilokokus yang tidak
memproduksi penisilinase dan Haemophillus Influenzae.
 Gonorhea, infeksi akut saluran kencing yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae.
 Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh Shigella,
Salmonella (termasuk S. typhosa).
 Profilaksis terhadap infeksi pada tindakan pencabutan gigi,
contoh: endokarditis.
 Dosis :

1. Oral
 Dewasa : 250 – 500 mg tiap 8 jam
 Bayi BB < 6 kg : 25 – 50 mg tiap 8 jam.
 Bayi BB 6 – 8 kg : 50 – 100 mg tiap 8 jam.
 Anak BB < 20 kg : 20 – 40 mg/kg/hari dalam dosis terbagi
tiap 8 jam.
 Anak BB > 20 kg : sama dengan dewasa.

2. Suntikan IM :
 Dewasa : 500mg tiap 8 jam
 Anak : 50 – 100 mg/kg/hari3.

3. Suntikan IV atau infus :


 Dewasa : 1 gr tiap 6 jam
 Anak : 50 – 100 mg/kg/hari

Cara Pemberian :
 Lama Pengobatan : pengobatan diteruskan paling sedikit 48 –
72 jam setelah gejala hilang atau setelah bakteri terberantas.

PEMBERIAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

3/7

PROSEDUR Untuk infeksi betastreptokokus haemolitik perlu diobati


paling sedikit 10 hari untuk mencegah demam rematik dan
glomerulonefritis.
 Amoxicillin cukup aman diberikan pada wanita hamil atau
menyusui.
Phenoximethyl Penicillin
Indikasi :
 Faringitis, Skarlatina.
 Demam reumatik.
 Profilaksis sebelum tonsilektomi atau ekstraksi gigi pada kasus
demam reumatik.
 Otitis media akut dan mastoiditis.
 Endokarditis : yang disebabkan Streptococcus viridans yang
sensitif terhadap penisillin.
 Fuso – Spirochaeta : infeksi ringan, misalnya gingivo stomatitis.
 Profilaksi terhadap infeksi karena Streptococcus pyogenes group
A.
 Profilaksis terhadap kambuhnya demam reumatik.
 Profilaksis terhadap pembedahan pada pasien dengan kelainan
katup jantung.
cth. Terhadap tindakan pencabutan gigi → pencegahan
komplikasi endokaeditis bacterial subakut karena bakteremia
selintas.
Dosis :
1. Oral
 Dewasa : 250 – 500 mg tiap 6-8 jam, dosis dapat dinaikkan
sampai 750 mg tiap 6-8 jam pada infeksi berat.
 Anak sampai 1 tahun : 62,5 mg tiap 6-8 jam
 Anak 1 – 5 tahun : 125 mg tiap 6-8 jam
 Anak 6 – 12 tahun : 250 mg tiap 6-8 jam
Chloramfenicol
Indikasi :
 Infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi

PEMBERIAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

4/7

PROSEDUR
Infeksi berat yang disebabkan oleh Salmonella, Haemophilus
influenzae (terutama infeksi meningeal)
 Infeksi mata konjungtivitis bacterial.

Dosis :
 50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
 Bayi (<2 minggu) : 25 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

Cara Pemberian :
 Bayi dan anak dengan gangguan proses metabolic : kurangi dosis oral
dan IV sampai 25 mg/kg/hari, diikuti dengan pemeriksaan kadar
kloramfenikol dalam darah. Kadar terapeutik : 15 – 25 μg/ml.
 Infeksi mata superficial yang mengenai konjungtifa dan /atau kornea :
oleskan sedikit salep mata pada konjungtifa bagian bawah, lebih
sering bila perlu, teruskan pengobatan siang dan malam dalam 24 jam
pertama, sesudah itu interval pemberian dapat dijarangkan.
Pengobatan diteruskan paling sedikit 48 jam setelah mata tampak
normal.
 Keamanan pada wanita hamil belum terbukti dan hati – hati bila
diberikan pada ibu menyusui.

Ciprofloxacin

Ciprofloxasin merupakan anti infeksi yang efektif terhadap bakteri yang


resisten terhadap antibiotika lain misalnya Aminoglikosida, Penisilina,
Sefalosporin dan Tetrasiklina, serta efektif terhadap bakteri gram
negative dan gram positif.

Indikasi :
 Infeksi saluran kemih termasuk prostatitis.
 Infeksi saluran pernafasan kecuali pneumonia oleh
Streptococcus
 Infeksi kulit dan jaringan lunak
 Infeksi tulang dan sendi
 Infeksi saluran pencernaan termasuk demam tifoid dan
paratifoid.
 Uretritis dan servisitis gonoroe.

PEMBERIAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

5/7

PROSEDUR Dosis dan Cara Pemberian :


 Infeksi ringan/sedang saluran kemih : sehari 2 X 250 mg
 Infeksi berat saluran kemih : sehari 2 X 500 mg
 Infeksi ringan / sedang saluran nafas : sehari 2 X 500 mg
 Infeksi berat saluran nafas : sehari 2 X 750 mg
 Infeksi saluran pencernaan : sehari 2 X 500 mg
 Pada gonoroe akut, cukup pemberian dosis tunggal sehari
250 mg.
 Dosis untuk pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu bila
Creatinine Clearance kurang dari 20 ml/menit maka dosis
normal yang dianjurkan harus diberikan sehari sekali atau
dikurangi separuh bila diberikan sehari 2X
Cotrimoxazole
Indikasi :
 Infeksi saluran pernafasan, saluran kemih dan ginjal,saluran
pencernaan dan jaringan kulit serta jaringan lunak yang
disebabkan oleh Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Haemophillus Influenzae, Neisseriae, Eschericia coli,
Proteus mirabilis, P. vulgaris, Bordetella, Salmonella,
Klebsiela-Aerobacter, Shigella, Vibrio cholerae, Brucella,
Pseudomonas pseudomallei, P.cepacia, Serratia marcescens,
Pneumocystis carinii, Yersinia dan Nocardia
 Uretritis gonorkokal
 Tipus dan paratipus, serta keadaan karier
 Disentri basiler
 Kolera (sebagai pengobatan tambahan terhadap perbaikan
cairan dan elektrolit)
 Osteomielitis akut dan kronik
 “South American” blastomycosis
PEMBERIAN ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

6/7
PROSEDUR Dosis :
1. Oral
 Dewasa : 160 mg Trimethoprim + 800 mg Sulfamethoxazole,
2 X sehari ( pagi dan sore ), pada kasus yang lebih berat
dosis dapat dinaikkan 50% lebih tinggi
 Anak (6 – 12 tahun) : 80 mg Trimethoprim + 400 mg
Sulfamethoxazole, 2 X sehari ( pagi dan sore )
 Anak (6 bulan – 5 tahun) : 40 mg Trimethoprim + 200 mg
Sulfamethoxazole, 2 X sehari ( pagi dan sore )
 Bayi ( 2 – 6 bulan) : 20 mg Trimethoprim + 100 mg
Sulfamethoxazole

Cara Pemberian dan penyesuaian dosis


 Dosis anak – anak tersebut setara dengan dosis Trimethoprim
6 mg dan Sulfamethoxazole 30 mg/kg BB.
 Pada infeksi yang berat pada anak-anak, dosis dapat
dinaikkan 50% lebih tinggi.
 Pada infeksi akut, Kotrimoksazol harus diberikan sekurang-
kurangnya 5 hari atau sampai penderita 2 hari bebas gejala.
 Kontraindikasi untuk ibu hamil dan menyusui.

Metronidazole

Indikasi :
 Trichomoniasis simptomatik, setelah trichomonas dipastikan
oleh pemeriksaan laboratorium
 Trichomoniasis asimptomatik, disertai endoservisitis,
servisitis atau erosi servikal.
 Pengobatan untuk pasangan (asimptomayik) dari penderita
yang sedang diobati.
 Amoebiasis dan giardiasis intestinal.
 Abses hati amebic.
PEMBERIAN ANTIBIOTIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RSU MELATI
7/7

Dosis :
1. Oral
 Untuk kasus Trichomoniasis simptomatik dan
asimptomatik :Dewasa : 250 mg 3X sehari selama 7 hari.
Bila penderita tidak hamil 2 gr dosis tunggal, atau terbagi
dalam 2 dosis dari masing – masing 1 gr, selama 1 hari
 Untuk amoebiasis intestinal dan abses hati : Dewasa : 750
mg 3X sehari selama 8 – 10 hari.
Anak : 30 – 50 mg/kg/24 jam , dalam dosis terbagi 3 selama
PENGERTIAN 10 hari
 Untuk giardiasis intestinal :
Dewasa dan anak 15 mg/kg BB/24 jam dalam dosis terbagi
selama 5 hari.
Cara Pemberian :
 Pengobatan ulang : tunggu sampai 4 – 6 minggu dan
pastikan kembali diagnosis dengan pembiakan sebelum
pengobatan ulang diberikan.
 Kontra indikadi untuk ibu hamil dan menyusui.

UNIT TERKAIT INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM


PERBAUNGAN
PROTAP ANTIBIOTIKA TERAPI EMPIRIS

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2
Tanggal terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL (dr. Lusi Nurlina Nasution,MKM)
Direktur

Penggunaan antibiotika pada kasus infeksi yang belum diketahui


PENGERTIAN jenis bakteri penyebabnya dengan jangka waktu pemberian 48 -72
jam.

TUJUAN Menghambat pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab


infeksi sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.

KEBIJAKAN PERMENKES RI Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang


Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika
PROSEDUR 1. Indikasi:
Jika ditemukan sindrome klinis yang mengarah pada keterlibatan
bakteri tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi. Dokter
harus mempertimbangkan :
a. Kondisi klinis pasien.
b. Pemeriksaan laboratorium ‘Darah Lengkap’ menunjukan adanya
infeksi bakteri( Leukocyt, Netrophil dan PMN Meningkat, khusus
untuk bayi IT rasio > 2,5)
c. Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotika disesuaikan dengan
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika (Permenkes RI Nomor
2406/Menkes/Per/ XII/2011) atau berdasarkan data pola resistensi
bakteri di RSTN Kabupaten Boalemo
d. Ketersediaan Antibiotik.
e. Kemampuan Antibiotika untuk menembus ke jaringan / organ
yang terinfeksi’
f. Untuk infeksi yang berat yang diduga disebabkan oleh
polimikroba dapat digunakan antibiotik kombinasi.
PROTAP ANTIBIOTIKA TERAPI EMPIRIS

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2
2. Lakukan pemeriksaan kultur sebelum pemberian antibiotika, jika
PROSEDUR
dalam kondisi tertentu dimana kultur tidak dapat dikerjakan maka
lakukan pemeriksaan dengan pengecatan gram sehingga pemilihan
antibiotik akan lebih terarah.

2. Pemberian antibiotika oral harus menjadi pilihan pertama dalam


pengobatan infeksi. Untuk infeksi yang sedang sampai berat dapat
dipertimbangkan pemberian secara parentral ( Cunha, BA., 2010)

3. Lama pemberian antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu


48 – 72 jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkkan data
mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya
( IFIC., 2010, Tim PPRA Kepmenkes RI 2010 ).

4. Lakukan Evaluasi penggunaan antibiotika empiris seperti tabel


dibawah ini:

Hasil Klinis Sensitivitas Tindak lanjut


Kultur
+ Membaik Sesuai Lakukan sesuai
prinsip “De-Eskalasi
+ Membaik Tidak sesuai Evaluasi, Diagnosis,
dan Terapi
+ Tetap/ memburuk Sesuai Evaluasi, Diagnosis,
dan Terapi
+ Tetap/ memburuk Tidak sesuai Evaluasi, Diagnosis,
dan Terapi
- Membaik 0 Evaluasi, Diagnosis,
dan Terapi
- Tetap/memburuk 0 Evaluasi dan Terapi
- Unit Laboratorium
UNIT TERKAIT
- Instalasi Farmasi (Apoteker klinis dan PPRA)
- Unit Rawan Jalan, Unit Rawat Inap, OK, ICU, IGD, HD
RESTRIKSI ANTIBIOTIK

RSU MELATI No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2
Tanggal terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL (dr. Lusi Nurlina Nasution,MKM)
Direktur
Antibiotik yang penggunaannya dibatasi / dihemat dan memerlukan
PENGERTIAN
persetujuan tim ahli
TUJUAN 1. Penggunaan antibiotik secara bijak
2. Mencegah terjadinya resistensi antimikroba
3. Menurunkan morbiditas dan mortalitas
KEBIJAKAN SK Direktur Nomor

PROSEDUR 1. Mencocokan / menyesuiakan antibiotik yang digunakan


dengan panduan penggunaan antibiotik, FORNAS,
Formularium RS yang di berlakukan
2. DPJP menulis resep antibiotik restriksi (MEROPENEM,
MOXIFLOXACIN) dirawat inap dengan persetujuan ketua
tim PPRA dan sesuai hasil kultur antibiotik
3. Penggunaan antibiotik restriksi di ICU dapat digunakan
tanpa persetujuan ketua tim PPRA
4. Penggunaan antibiotik restriksi di ICU harus sesuai dengan
hasil kultur
5. Pengendalian lama pemberian antibiotik dilakukan dengan
automatic stop order sesuai dengan indikasi

UNIT TERKAIT 1. DPJP


2. TIM PPRA
3. Unit Rawat Inap
4. Unit Rawat Jalan
5. ICU
6. Instalasi Farmasi

Anda mungkin juga menyukai