CRS Fitri Yeni G1A221119
CRS Fitri Yeni G1A221119
Epydidimitis
Oleh:
Pembimbing:
Epydidimitis
Oleh :
Fitri Yeni, S.Ked
G1A221119
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan CASE REPORT SESSION
yang berjudul “Epydidimitis” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program
Profesi Dokter di Radiologi di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Hj. Erni Zainuddin,
Sp.Rad.K-RA yang telah bersedia meluangkan waktudan pikirannya untuk
membimbing penulis selama menjalani Program Profesi Dokter di Bagian
Radiologi di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Laporan CRS
ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
laporan kasus ini. Penulis mengharapkan semoga Laporan CRS ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri pada buah zakar sebelah kiri + 2 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
± 2 minggu SMRS os mengeluhkan nyeri pada buah zakar
sebelah kiri. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan
memberat terutama saat os melakukan aktivitas berat, berkendara,
duduk dalam jangka waktu yang lama. Nyeri berkurang jika os
istirahat dan berbaring. BAB dan BAK Normal.
+ 1 hari SMRS os datang ke IGD RS Raden Mattaher
dengan keluhan badan terasa lemas. Os juga mengeluhkan mual dan
muntah sebanyak 2 kali muntah berupa makanan yang dimakan,
demam (-). os memiliki riwayat penyakit kencing manis dan
dilakukan pengecekan kadar gula darah didapatkan GDS 420
sehingga os dirawat di RSUD Raden Mattaher dan os menggunakan
kateter.
± 3 hari dirawat dirumah sakit os kembali mengeluhkan nyeri
pada buah zakar sebelah kiri, nyeri dirasakan menjalar hingga ke
testis kanan dan kaki. Os mengatakan sebelumnya kateter yang
terpasang tidak sengaja sedikit tertarik sehingga os meminta kateter
3
tersebut dilepas akibat nyeri pada buah zakar. BAK normal tidak
terdapat lendir atau darah, tidak ada nyeri saat BAK, BAB Normal
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
HR : 84 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 37,4 C
SpO2 : 98 %
4
Kulit
• Warna : normal
• Efloresensi :-
• Jaringan Parut :-
• Turgor : kembali cepat
• Lainnya : petekie (-), purpura (-)
Kepala
• Bentuk Kepala : normocephal
• Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
• Ekspresi : normal
• Simetris Muka : simetris
Mata
• Konjungtiva : anemis (-/-)
• Sklera : sklera ikterik (-/-)
• Pupil : isokor
• Lensa : normal
Hidung
• Bentuk : Simetris
• Sekret : (-)
• Septum : deviasi (-)
• Selaput Lendir : (-)
• Sumbatan : (-)
• Pendarahan : (-)
5
Mulut
• Bibir : kering (-), Sianosis (-)
• Lidah : atrofi papila lidah (-)
• Gusi : anemis (-), perdarahan (-)
Telinga
• Bentuk : simetris
• Sekret : (-)
Leher
• KGB : tidak ada pembesaran
• Kelenjar Tiroid : tidak membesar
• Deviasi trakea : tidak ada
Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri,
fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan dan kiri
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS V linea
midklavikularis sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea
midklavikularis sinistra, 1 jari, kuat angkat
Perkusi :
o Batas kiri jantung ICS V linea midklavikularis sinistr
o Batas kanan jantung ICS V linea parasternal dextra
o Batas atas jantung ICS II linea parasternal dextra
6
Auskultasi : S1, S2: reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, Kulit: turgor normal, ikterus (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Perkusi : Shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Alat Kelamin :
Look:
o Scrotum terlihat eritem, bengkak (-)
o Pus/ sekret (-), jejas/benjolan pada skrotum (-)
Feel:
o Nyeri saat palpasi (-)
o Penebalan pada epididymis (+) kiri
o KGB teraba (-)
o Benjolan di scrotum/inguinal (-)
Move:
o Scrotum : nyeri saat digerakkan (-)
o Pasien merasa lebih nyaman bila posisi scrotum
ditinggikan (phren sign +)
Ekstremitas
• Superior :
- Look: jejas (-)
- Feel: Akral hangat, CRT <2 detik, edem (-)
- Move: ROM aktif
• Inferior :
- Look: jejas (-)
- Feel: Akral hangat, CRT <2 detik, edem (-)
7
- Move: ROM aktif
Rangsang meningen
Kaku kuduk :+
Brudzinsky I : +
Brudzinsky II : +
Kernig :+
Lasegue :-
Reflex Fisiologi
Patella : (+/+)
Achilles : (+/+)
Refleks Patologis
8
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Jenis
Hasil Nilai Normal Satuan
Pemeriksaan
Darah Lengkap (13/07/2022)
Hemoglobin 16,6 13,4-17,1 gr/dL
Hematokrit 46,5 34,5-54 %
Eritrosit 5,29 4,0-5,0 106/uL
MCV 87,9 80-96 fL
MCH 31,5 27-31 Pg
MCHC 35,8 32-36 g/dL
Trombosit 214. 150-450 103/uL
PCT 0,130 0,150-0,400 %
MPV 6,07 7,2-11,1 fL
PDW 19,8 9-13 fL
9
Elektrolit
Natrium 132,9 135-147 mmol/L
Kalium 4,37 3,5 – 5 mmol/L
Urine Rutin
Warna Kuning Kuning muda TN
Kejernihan Keruh Jernih TN
PH 6.5 4-8.5
Keton +1 Negative TN
Keton +1 Negative TN
Bilirubin +1 Negative TN
Eritrosit +3 Negative TN
Urobilinogen +1 Normal TN
Sedimen urin
Leukosit 0-1 0-3
Eritrosit 19-20 0-2 TN
10
Foto Thorax AP
Interpretasi
Cor : besar dan bentuk baik, kontur baik
Aorta dan mediastinum superior tak melebar
Trachea ditengah
Paru. : corakan bronkovaskular agak meningkat dan tampak infiltrat
di
perihiler kanan kiri
Sinus costofrenicus dan diafragma kanan kiri baik
Tulang-tulang normal
Kesan :
Cor : normal
Pulmo : infiltrat perihiler
11
USG Dopller testis
Interpretasi
Kanan:
Testis dan epididimis kanan baik, ekhostruktur homogen,
massa/SOL (-), vascularisasi baik
Kiri:
Tampak epidydimis kiri agak membesar dengan ekhogenitas
hypoekhoik inhomogen, vascularisasi meningkat.
Testis kiri baik, echogenitas baik, massa/SOL (-)
Kesan:
Epydidimitis kiri
Testis kanan kiri dan epydidimis kanan baik
12
Diagnosa
Epydidimitis sinistra
2.6 Tatalaksana
Nonmedikamentosa:
• Pengurangan aktivitas.
• Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring tot
al selama dua sampai tiga hari untuk mencegah regangan
berlebihan pada skrotum.
• Kompres es/kompresdingin pada skrotum untuk mengurangi
rasa sakit.
• Mencegah penggunaan instumentasi pada urethra
Medikamentosa :
• Inj. Cefrizoxime 2x1
• Inj. Kanamicin 2x500mg
• Inj. Ketorolac 3x30mg
• Doxisiclin 2x100mg
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Organ reproduktif pada pria dibagi menjadi dua bagian yaitu organ-
organ reproduktif internal dan eksternal. Kedua bagian tersebut saling
berhubungan satu sama lain.1
a. Organ-organ Reproduktif Internal
Organ-organ reproduktif internal terdiri dari gonad yang
menghasilkan menghasilkan sperma dan hormon reproduktif dan
14
kelenjar-kelenjar aksesoris yang menyekresikan produk produk esensial
1
untuk pergerakan sperma dan sekresi kelenjar. Organ reproduktif
internal terdiri dari:1
1) Testis
Testis memiliki dua fungsi yaitu sebagai penghasil sperma dan juga
merupakan organ endokrin. Testis terletak menggantung pada urat-
urat spermatik di dalam skrotum, sepasang kelenjar yang berbentuk
oval. Testis dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat dan terdiri
dari banyak saluran yang menggulung. Saluran tersebut adalah
tubulus seminiferus berfungsi tempat sperma terbentuk. Diantara
tubulus seminiferus, tersebar el-sel leydig yang berfungsi
menghasilkan testosteron dan androgen lainnya.1
15
didalam penis. Uretra membentang melalui penis dan membuka ke
luar pada ujung penis.1
3) Kelenjar Aksesoris
Kelenjar aksesoris yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar
prostat, dan kelenjar bulbouretra/cowper menghasilkan sekresi yang
berkombinasi dengan sperma untuk membentuk semen, cairan yang
diejakulasikan.2
• Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis merupakan kelenjar yang panjangnnya 5-10 cm
berupa kantong seperti huruf S berbelok-belok. Vesikula seminalis
dibatasi oleh epitel yang menyekresikan zat mukoid yang
mengandung fruktosa dan prostaglandin.2
• Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah vesika urinaria melekat pada
dinding bawah vesika urinaria di sekitar uretra bagian atas. Prostat
mengeluarkan sekret cairan yang bercampur sekret dari testis.
Kelenjar prostat menyekresikan cairan alkali yang encer seperti susu
yang mengandung asam sitrat, kalsium, dan beberapa zat lain.2
Produk dari kelenjar prostat langsung masuk ke dalam uretra melalui
beberapa saluran kecil.1
16
• Kelenjar Bulbouretra
Kelenjar bulbouretra adalah sepasang kelenjar kecil di sepanjang
uretra di bawah prostat. Kelenjar bulbouretra menetralisir suasana
asam dalam saluran uretra.2
17
Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan pembentukan dan perkembangan
sperma yang berlangsung secara terus menerus dan dalam jumlah besar pada
laki-laki dewasa. Untuk menghasilkan ratusan sperma setiap hari,
pembelahan dan pematangan sperma terjadi di sepanjang tubulus
seminiferus yang menggulung di dalam kedua testis. 1
Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum yang
berukuran kecil yang dinamakan spermatogenia yang terletak dalam dua
sampai tiga lapisan di pinggir luar epitel tubulus, lalu sel ini mengalami
proliferasi dan berdiferensiasi membentuk sperma. 2
Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa
spermatogenia menjadi spermatosit, kemudian mengalami meiosis
membentuk dua spermatosit yang mengandung 23 kromosom (Syaifuddin,
2006: 269). Spermatid mengalami perubahan ekstensif sehingga
berdeferensiasi (sel-sel sertoli menyedikan nutrien) menjadi sperma. Proses
pematangan spermatid menjadi sperma yang terdiri dari kepala, leher, badan
dan ekor disebut spermiasi.2
Urutan Proses spermatogenesis lebih runutnya diantaranya: 2
o Spermatogonium (tahap 1)
o Spermatosit primer (tahap 2)
o Spermatosit sekunder (tahap 3)
o Spermatid (tahap 4)
o Spermatozoa (tahap 5)
18
pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma terutama
pembelahan meosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
Pengeluaran testeron bertambah nyata pada pubertas dengan
pengembangan sifat sifat kelamin sekunder yaitu tumbuhnya
jenggot, suara lebih berat dan pembesaran genetalia.2
• LH (Luteinizing Hormone)
Liutenizing hormon disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior
dan berfungsi menstimulasi sel-sel leydig untuk mensekresi
testosteron.2
• FSH (Folicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresikan oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior
dan berfungsi menstimulasi sel sel sertoli. Perubahan spermatogonia
menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh FSH
dari kelenjar hipofisis anterior.2
B. Definisi Epidymitis
Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada
epididimis. Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk kurva (koil)
yang menempel di belakang testis dan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sperma yang matur. Epididimitis adalah suatu kondisi medis
yang dalam hal ini terdapat peradangan pada epididimis (suatu struktur
melengkung di bagian belakang testis yang fungsinya sebagai pengangkut,
tempat penyimpanan, dan pematangan sel sperma yang berasal dari testis).
Kondisi ini mungkindapat sangat menyakitkan,dan skrotum bisa menjadi me
rah, hangat, dan bengkak. Ini mungkin akut (tiba-tiba menyerang) namun
jarang menjadi kronis.3
C. Epidemiologi
Epididimitis diderita 1 dari 144 klien laki-laki (0,69 %) pada usia
18-50 tahun atau sekitar 600.000 kasus pada laki-laki usia 18-35 tahun di
Amerika Serikat. Epididimitis dideritaterutama oleh laki-laki usia 16-
30 tahun dan usia 51-70 tahun. Dilaporkan baru-baru ini terdapat kasus
19
meningkatnya penyakit ini di Amerika Serikat yang dihubungkan dengan
meningkatnya laporan kasus Chlamydia dan Gonorrhoeae. 4
Epididimitis dapat terjadi pada pria dari segala usia, meskipun
kebanyakan kasus epididimitis terjadi pada pria berusia 20 sampai 39 tahun
dan paling sering dikaitkan dengan penyakit lewat hubungan seks. Klamidia
trachomatis dan Neisseria gonore account untuk sekitar 50% kasus
epididymitis terkait dengan klamidia dan gonore pada laki-laki kurang dari
39 tahun. Setelah berusia 39 tahun, etiologis yang paling umum yang
bertanggung jawab atas epididimitis adalah Escherichia coli dan bakteri
kologia lainnya yang terdapat dalam saluran gastrointestinal. Pada pria
sebelum kedewasaan seksual, epididimitis mungkin masih disebabkan oleh
infeksi bakteri, tetapi lebih umum bahwa epididimitis terjadi sebagai akibat
dari proses peradangan, seperti aktivitas berulang seperti olahraga
(misalnya, berlari, melompat). Meskipun langka, epididimitis zat kimia
mungkin terjadi sebagai hasil dari berolahraga atau berhubungan seks
dengan kandung kemih penuh, menghasilkan aliran urin retrograde. Selain
itu, epididimitis bisa terjadi karena pengobatan tertentu, yaitu amiodarone
yang digunakan untuk pengobatan disrhythmia jantung. Terakhir, infeksi
virus, seperti virus gondok, dapat mengakibatkan epididimitis atau
epididymo-orchitis.4
Epididimitis adalah penyebab yang paling umum dari nyeri skrotum
akut pada orang dewasa. Lebih dari 600.000 pria terkena dampaknya setiap
tahun di amerika serikat.4
D. Etiologi
Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia, se
hingga penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi :5
• Infeksi bakteri non spesifik
Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus,
Klebsiella) menjadi penyebab umum terjadinya epididimitis pada
anak-anak, dewasa dengan usialebih dari 35 tahun dan
homoseksual. Ureaplasmaurealyticum, Corynebacterium,Mycoplas
20
ma, dan Mima polymorpha juga dapat ditemukan pada golongan
penderita tersebut. Infeksi yang disebabkan
oleh Haemophilus influenza dan Nmeningitides sangatjarang terjadi.5
• Virus
Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada
epididimitis yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya
pyuria. Mumps merupakan virus yang sering menyebabkan
epididimitis selain Coxsackie virus A dan Varicella. 5
• TB (Tuberculosis)
Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberculosis sering terjadi di
daerah endemis TB dan menjadi penyebab utama terjadinya TB
urogenitalis.5
21
• Vaskulitis (seperti Henoch-Schönlein purpura pada anak-anak)
sering menyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi
sistemik.5
• Prostatitis
Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri dapat mnyebar ke skrotum
menyebabkan timbulnya epididimitis dengan rasa nyeri yang hebat,
pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh terasa sangat nyeri. Gejala
yang juga sering menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah antara
penis dan anus serta punggung bagian bawah, demam dan menggigil.
Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang membengkak
dan terasa nyeri jika disentuh.5
22
Terjadi epididimitis akibat tindakan kateterisasi maupun
pemasangan instrumentasi dipicu oleh adanya infeksi pada urethra
yang menyebar hingga ke epididimis. 5
E. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya epididymitis pada semua laki-laki adalah
sebagai berikut:6
- Aktivitas seksual yang aktif
- Aktivitas fisik yang berat
- Pengendara sepeda atau sepeda motor
- Duduk yang lama
Faktor risiko terjadinya epididymitis pada laki-laki lebih tua dari
35 tahun atau pada anak laki-laki prepubertas adalah sebagai
berikut:6
- Riwayat ayat operasi traktus urinarius
- Obstruksi prostat pada laki-laki yang lebih tua dari 35 tahun
- Stenosis meatus atau katup urethra posterior pada anak laki-laki
prepubertas
F. Patofisiologi
Epididimitis merupakan suatu infeksi epididimis yang biasanya
turun dari prostat atau saluran urine yang terinfeksi. Kondisi ini dapat
juga terjadi sebagai komplikasi dari Gonorrhoeae. Pada pria dibawah 35
tahun penyebab utama epididimitis adalahChlamydia trachomatis.
Infeksi mulai menjalar dari bagian atas melalui urethra dan duktus
ejakulatorius kemudian berjalan sepanjang vas deferens ke epididimis.
23
Rasa nyeri dirasakan pada unilateral dan rasa sakit pada kanalis
inguinalis sepanjang jalur vas deferens kemudian mengalami nyeri
dan pembengkakan pada skrotum dan daerah lipatan paha. Epididimis
menjadi bengkak dan sangat sakit, suhu tubuh meningkat, menggigil,
demam dan urine dapat mengandung nanah (pyuria) dan bakteri
(bakteriuria). 7
Patofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas, dimana
diperkirakanterjadinya epididimitis disebabkan oleh aliran balik dari
urin yang mengandung bakteri, dari uretra pars prostatika menuju
epididimis melalui duktus ejakulatoriusvesika seminalis, ampula dan
vas deferens. Oleh karena itu, penyumbatan yang terjadidi prostat dan
uretra serta adanya anomali kongenital pada bagian genito-urinaria
sering menyebabkan timbulnya epididimitis karena tekanan tinggi
sewaktu miksi.Setiap kateterisasi maupun instrumentasi seperti
sistoskopi merupakan faktor resikoyang sering menimbulkan
epididimitis bakterial.Infeksi berawal di kauda epididimis dan biasanya
meluas ke tubuh dan huluepididimis. Kemudian mungkin terjadi orkitis
melalui radang kolateral. Tidak jarang berkembang abses yang dapat
menembus kulit dorsal skrotum. Jarang sekaliepididimitis disebabkan
oleh refluks dari jalan kemih akibat tekanan tinggi intraabdomen
karena cedera perut.Epididimitis merupakan suatu infeksi epididimis
yang biasanya turun dari prostat atau saluran urine yang terinfeksi.
Kondisi ini dapat juga terjadi sebagaikomplikasi dari Gonorrhoeae.
Pada pria dibawah 35 tahun penyebab utamaepididimitis
adalahChlamydia trachomatis. Infeksi mulai menjalar dari bagian
atasmelalui urethra dan duktus ejakulatorius kemudian berjalan
sepanjang vas deferens keepididimis. Rasa nyeri dirasakan pada
unilateral dan rasa sakit pada kanalis inguinalissepanjang jalur vas
deferens kemudian mengalami nyeri dan pembengkakan
padaskrotum dan daerah lipatan paha. Epididimis menjadi bengkak dan
sangat sakit, suhutubuh meningkat, menggigil, demam dan urine dapat
mengandung nanah (pyuria) dan bakteri (bakteriuria).7
24
Gambar 3. Patofisologi epidydimitis.7
G. Klasifikasi
Epididimitis dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronis,
tergantung pada lamanya gejala.8
• Epididimitis akut
Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak
hanya dalam beberapa hari (kurang dari enam minggu). Epididimitis
akut biasanya lebih berat daripada epididimitis kronis.8
• Epididimitis kronis
Epididimitis yang telah terjadi selama lebih dari enam minggu,
ditandai oleh peradangan bahkan ketika tidak adanya suatu infeksi.
Pengujian diperlukan untuk membedakan antara epididimitis kronis
dengan berbagai gangguan lain yangdapat menyebabkan nyeri
25
skrotum konstan, termasuk di dalamnya kanker testis, urat skrotum
membesar (varikokel), dan kista dalam epididimis. Selain itu, saraf-
saraf di daerah skrotum yang terhubung ke perut kadang-kadang
menyebabkan sakit mirip hernia. Kondisi ini dapat berkembang
bahkan tanpa adanya penyebab yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan perawatan yang mungkin agak
lama. Hal ini dikarenakan terdapat hipersensitivitas struktur tertentu,
termasuk saraf dan otot, yang dapat menyebabkan atau berkontribusi
pada epididimitis kronis.8
H. Manifestasi klinis
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga
berasal dari sumber infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari
sumber infeksi asli seperti duh urethra dan nyeri atau itching pada urethra
(akibat urethritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi yang meningkat,
dan rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang
disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi miksi
yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat
infeksi pada prostat yang disebut Prostatitis), demam dan nyeri pada
region flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut Pielonefritis).6
Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri
mulai timbul pada bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat
akan menyebar ke seluruh testis, skrotum dan kadang ke daerah inguinal
disertai peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya mengenai
salah satu skrotum saja dan tidak disertai dengan
mual dan muntah. Selain itu bisa juga disertai dengan pembengkakan dan
kemerahan testicular dan/atau scrotal dan urethral discharge. Gejala lain
yang mungkin ditemukan antara lain benjolan di testis, pembengkakan
testis pada sisi epididimis yang terkena, pembengkakan selangkangan
pada sisi yang terkena, nyeri testis ketika buang air besar, keluar nanah
26
dari urethra, nyeri ketika berkemih, nyeri ketika berhubungan seksual
atau ejakulasi, darah di dalam semen, dan nyeri selangkangan.6
I. Kriteria diagnosis
Epididimitis akan sulit untuk membedakan dari torsio testis (kondisi
ketika saluran spermatika ke kedua testis memotong suplai darah).
Keduanya dapat terjadi pada waktu yang sama. Epididimitis biasanya
memiliki bentuk serangan bertahap. Pada pemeriksaan fisik, testis
biasanya ditemukan berada dalam posisi normal vertikal, ukuran yang
sama dengan pasangannya, dan tidak naik tinggi. Temuan khas adalah
kemerahan, hangat, dan pembengkakan skrotum, dengan kelembutan
belakang testis, jauh dari tengah (ini adalah posisi normal dari epididimis
relatif terhadap testis). Refleks kremaster, apabila sebelumnya normal,
akan tetap terlihat normal. Ini adalah tanda yang berguna untuk
mebedakannya dari torsio testis.6
Analisis urine kemungkinan normal atau tidak normal.
Sebelum munculnya teknik-teknik canggih pencitraan medis, eksplorasi
bedah adalah standar perawatan. Saat ini USG Doppler adalah tes yang
lebih disukai. Hal ini dapat menunjukkan peningkatan aliran darah (juga
dibandingkan dengan sisi normal), sebagai lawan dari torsio testis.
Pengujian tambahan mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi
penyebab yang mendasari. Pada anak-anak, sebuah kelainan saluran
kemih sering ditemukan. Pada pria aktif secara seksual, tes untuk
penyakit menular seksual dapat dilakukan. Ini mungkin termasuk
mikroskop dan pembiakan dari sampel urine, Gram strain dan pembiakan
dari cairan atau swab dari saluran kemih, tes amplifikasi asam nuklir
(untuk memperkuat dan mendeteksi DNA atau asam nukleat mikroba
lainnya) atau tes untuk sifilis dan HIV.6
27
Pemeriksaan fisik
• Pada inspeksi ditemukan skrotum bisa menjadi merah dan bengkak. Ini
mungkin akut (tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis, dan
terdapat pembesaran skrotum dan isinya, dan terdapat nanah pada urine.6
• Pada palpasi ditemukan testis pada posisi normal vertikal, ukuran kedua
testis sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis.
Setelah beberapa hari, epididimis dan testis tidak dapat teraba terpisah
karena bengkak yang juga meliputi testis. Akan teraba pembesaran atau
penebalan dari epididimis secara keseluruhan, di kauda atau di kaput
yang mengindikasikan kuman penyebab infeksi. Ditemukan juga rasa
nyeri yang terlokalisir di epididimis dengan suhu yang sedikit meningkat
karena aliran darah meningkat di daerah tersebut. Kulit skrotum teraba
panas, kenyal, merah, dan bengkak karena adanya edema dan infiltrate.
Funikulus spermatikus juga turut meradang menjadi bengkak dan nyeri. 6
• Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal.6
• Phren sign bernilai positif dimana nyeri
dapat berkurang bila skrotum diangkat ke atas karena pengangkatan ini
akan mengurangi regangan pada testis. Namun pemeriksaan ini kurang
spesifik. 6
• Pembesaran kelenjar getah bening di regio inguinalis.6
• Pada pemeriksaan colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis
kronis yaitu adanya pengeluaran secret atau nanah setelah dilakukan
masase prostat.6
• Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan.6
• Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital
pada traktus urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dan
lain-lain.6
Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium6
28
• Pemeriksaan darah lengkap dimana ditemukan leukosit meningkat d
engan shift to the left (10.000-30.000/ µl).
• Sperma analisa dimana terdapat leukosit > 1 juta/ml
• Kultur semen sebagai konfirmasi untuk mendapatkan kuman penyeb
ab dari epididimitis.
• Kultur urine dan pewarnaan gram untuk kuman penyebab infeksi.
• Analisa urine untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak.
• Tes penyaringan untuk Chlamydia dan Gonorrhoeae.
• Kultur darah bila dicurigaitelah terjadi infeksi sistemik pada
penderita
b. Pemeriksaan radiologis
• Colour Doppler Ultrasonography6
- Pemeriksaan ini memiliki rentang tentang kegunaan yang luas
dimana pemeriksaan ini lebih banyak digunakan untuk
membedakan epididimitis dengan penyebab akut skrotum
lainnya.
- Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran
anatomi klien (seperti ukuran bayi berbeda dengan dewasa).
- Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk
melihat aliran darah pada arteri testikularis. Pada epididimitis,
aliran darah pada arteri testikularis cenderung meningkat.
- Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mngetahui adanya abses
skrotum sebagai komplikasi dari epididimitis.
- Epididimitis kronis daapt diketahui melalui pembesaran testis
dan epididimis yang disertai penebalan tunika vaginalis dimana
hal ini akan menimbulkan gambaran echo yang heterogen pada
ultrasonografi.
- Prosedur Pemeriksaan9
a. Persiapan Pasien
29
Pada pemeriksaan USG skrotum, tidak ada
persiapan khusus untuk pasien.9
b. Persiapan Alat
Alat yang perlu dipersiapkan adalah Pesawat
Ultrasound dengan Transducer Linear khusus small parts
dengan frekuensi menengah keatas seperti 5 MHz, 7.5
MHz, atau 8 MHz. Curved Linear Transduceryang biasa
digunakan untuk pemeriksaan abdomen juga bisa digunakan
bila ukuran dari testis sudah terlalu membengkak
contohnya pada kasus Hydrocel.9
30
Gambar 5. Prinsip desain Transducer; (a) Sectoral transduce, (b) Linear
Transducer, dan (c) Convex transducer.9
Scanning Technique
a. Posisi Pasien
Pasien berposisi supine dengan kaki rapat. Letakkan kertas tisu
atau linen dibelakang skrotum agar posisinya menjadi lebih ke
depan. Angkat penis pasien keatas kearah abdomen lalu tutupi
dengan linen atau selimut. 9
Hasil Gambaran
a. Gambaran Normal dan Sonoanatomi
Pada hasil gambaran sonograf normal, testis memiliki
struktur echo yang halus serta rata menyeluruh dan terletak
pada kedua kantong skrotum. Diantara testis dengan skrotum
terdapat sedikit cairan yang bervariasi volumenya pada tiap
orang. Cairan tersebut akan membentuk gambaran
menyerupai bulan sabit yang anechoic. Pada tengan testis akan
terlihat sebuah struktur hyperechoic panjang, struktur itu adalah
Mediastinum dari testis. 9
31
Gambar 6. Gambaran Sonoanatomi Longitudial Aspek Longitudina.9
32
Gambar 7. Gambaran Sonoanatomi Longitudial Aspek tranversal.9
tuberkulosis.10
33
• Nuclear Scintigraphy6
- Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan
dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah
yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.
- Pada epididimitis akut akan terlihat gambaran
peningkatan penangkapan kontras.
- Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100 % dalam menentukan
daerah iskemia akibat infeksi.
- Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis neg
atif palsu.
- Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan
sulit dalam melakukan interpretasi.
J. Diagnosis banding
Diagnosis banding epididimitis meliputi :
• Orchitis
Orchitis adalah peradangan pada testis. Orkitis berbeda dari
infeksi traktus genitalia lain dalam dua hal, yaitu : jalur utama
infeksi adalah hematogen dan virus adalah organisme penyebab
orkitis yang paling sering. Infeksi diklasifikasikan sebagai orkitis
viral , orkitis bacterial piogenik, atau orkitis granulomatosa.Virus
penyebab tersering pada orchitis adalah virus gondong atau Mumps.
Virus lain yang dapat menyebabkan orkitis dan memberikan
gambaran klinis yang sama adalah Coxsakie B,
mononukleosis. Orkitis bakteri piogenik disebabkan oleh
bakteri (Brucellosis ,Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa) dan infeksi parasit (malaria,
34
filariasis, skistosomasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi
riketsia yang ditularkan dari epididimis.6
35
• Torsio testis
Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus
yangterpelintir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari
vaskularisasi vena atauarteri ke testis dan epididimis. Torsio testis
merupakan suatu keadaan yang termasuk gawat darurat dan butuh
segera dilakukan tindakan bedah. Kondisi ini, jika tidak segera
ditangani dengan cepat dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri
maka dapatmenyebabkan infark dari testis yang selanjutnya akan
diikuti oleh atrofi testis.6
Torsio testis juga merupakan kegawat daruratan urologi yang
paling seringterjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka
kejadian 1 diantara 400 orang dibawah 25 tahun dan paling banyak
diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Torsio testis
harus selalu dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan nyeri akut
pada skrotum dan kondisi tersebut juga harus dibedakan dari
keluhan-keluhan nyeri pada testis lainnya agar tidak terjadi
kesalahan diagnosis yang dapat berujung pada kesalahan terapi.6
• Tumor testis
Pembesaran testis yang tidak nyeri, biasanya terjadi pada usia 20-50
tahun dan sering disertai dengan limfadenopati6
36
Tabel 1. Diagnosis banding pada nyeri akut skrotum.11
K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan
medis dan bedah, yaitu:
a. Penatalaksanaan medis
Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi.
Antibiotik yang sering digunakan adalah:11
• Fluoroquinolones, namun penggunaannya telah dibatasi
karena terbukti resisten terhadap kuman Gonorrhoeae.
• Cefalosporin (Ceftriaxon).
• Levofloxacin atau Ofloxacin untuk mengatasi infeksi
Chlamydia, pada kasus yang disebabkan oleh organisme
enterik (seperti E. coli) dan digunakan pada klien yang alergi
penisilin.
37
• Doxycycline, Azithromycin, dan Tetrasiklin digunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri non gonokokal lainnya.
• Pada anak-anak, Fluoroquinolones dan Doxycycline
sebaiknya dihindari. Bakteri yang menyebabkan infeksi
saluran kemih sering menjadi penyebab epididimitis pada
anak. Kotrimoksasol atau penisilin yang cocok (misalnya
Sefaleksin) dapat digunakan. Jika ada penyakit menular
seksual, pasangannya juga harus dirawat.
38
• Epididymotomy
Tindakan ini dilakukan pada klien dengan epididimitis akut s
upurativa.
L. Komplikasi
Komplikasi dari epididimitis adalah:4
• Abses dan pyocele pada scrotum
• Infark pada testis
• Epididimitis kronis dan orchalgia
• Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun
obstruksi dari duktus epididimis
• Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism
• Fistula kutaneus
• Penyebaran infeksi ke organ lain atau sistem tubuh
M. Pencegahan
Pada saat menjalani pembedahan, seringkali diberikan antibiotik
profilaktik (sebagai tindakan pencegahan) kepada orang-orang yang
memiliki risiko menderita epididimitis.
Epididimitis akibat penyakit menular seksual bisa dicegah dengan cara t
idak melakukan.hubungan seksual diluar nikah. Apabila epididimitis ya
ng diderita disebabkan oleh STD (Sexual Transmitted Disease),
pasangan atau partner klien juga perlu mendapatkan perawatan.
Lakukan hubunagn seksual yang aman, seperti seks monogamy (dengan
1 orang saja), dan penggunaan kondom akan membantu untuk
melindungi dari STD yang dapat menyebabkan epididimitis. Apabila
klien menderita ISK kambuhan atau faktor risiko lain yang bisa
menyebabkan epididimitis, bisa disikusikan dengan dokter untuk
menentukan cara lain untuk mencegah kekambuhan dari epididimitis
tersebut.6
39
N. Prognosis
Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang
tepat dan adekuat serta melakukan hubungan seksual yang aman dan
mengobati partner seksualnya. Kekambuhan epididimitis pada seorang
klien adalah hal yang biasa terjadi.4
40
BAB IV
ANALISA KASUS
41
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil derah lengkap
dalam batas normal, namun pada urinalisa didapatkan urin berwarna kuning
dengan kekeruhan yaitu keruh, glukosa +4 dan terdapat peningkatan eritrosit
19-20 melebihi batas normal 1-2 didalam urin. Pada pemeriksaan
makroskopik dimulai dengan tes warna dan kekeruhan. Urine normal segar
tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen
urokrom dan urobilin. Intensitas warna urine sesuai dengan konsentrasi
urine. Urine encer hampir tidak berwarna dan urine pekat berwarna kuning
tua atau sawo matang. Kekeruhan urine biasanya terjadi karena kristalisasi
atau pengendapan urat dalam urine asam atau fosfat dalam urine basa.
Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan seluler berlebihan atau protein
dalam urine. Glukaso +4 pada pasien diakibatkan pasien mengalami
Diabetes melitus disebabkan oleh defisiensi insulin yang menyebabkan
kelebihan glukosa, yang melebihi ambang ginjal dan diekskresikan dalam
urine. Berat jenis urine pasien diabetes melitus akan sangat tinggi, karena
molekul glukosa sangat besar.12
Peningkatan jumlah eritrosit dalam urine disebut hematuria.
Hematuria yang darahnya terlihat jelas secara visual dimana urine tampak
keruh dan berwarna merah hingga coklat disebut hematuria makroskopis
(gross haematuria). Hematuria yang eritrositnya terlihat meningkat di
bidang pengamatan mikroskopis disebut hematuria mikroskopis
peningkatan jumlah eritrosit dalam urine dapat menandakan berbagai
kondisi saluran kemih dan sistemik, meliputi:12
• Penyakit ginjal seperti glomerulonephritis, nefritis lupus, nefritis
interstitial yang berhubungan dengan reaksi obat, kalkulus, tumor,
infeksi akut.
• Penyakit infeksi saluran kemih bawah dan akut, kalkulus, tumor,
striktur, dan sistitis hemoragik setelah terapi siklofosfamid.
• Penyakit ekstra renal apendisitis akut, salpingiti diverticulitis,
episode demam akut, malaria, subakut endokarditis bakteri
• Reaksi toksik karena obat, seperti sulfonamide, salisilat,
methenamine, dan terapi antikoagulan
42
Pada pemeriksaan radiologi cor dan pulmo dalam batas normal. Pada
pemeriksaan USG Doppler testis didapatkan tampak epidydimis kiri agak
membesar dengan ekhogenitas hypoekhoik inhomogen, vascularisasi
meningkat. Testis kiri baik, echogenitas baik, massa/SOL (-). Kesan:
Epydidimitis kiri. Testis kanan kiri dan epydidimis kanan baik. Mode
Doppler pada kasus ini akan menghasilkan hipervaskularisasi.
Hipervaskularisasi ini adalah bahwa testis mengalami Hyperaemia
yaitu naiknya tingkat asupan oksigen suatu jaringan.9
Medikamentosa :
• Inj. Cefrizoxime 2x1
• Inj. Kanamicin 2x500mg
• Inj. Ketorolac 3x30mg
• Doxisiclin 2x100mg
43
BAB V
KESIMPULAN
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Campbell, N.A., Jane B. R., Lisa A. U., Michael L. C., Steven A.W.,
Peter V. M., and Robert B. J.. Biologi Edisi Kedelapan Jilid III.
Jakarta: Erlangga. 2010.
2. Guyton, A. C., Hall, J. E., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC; 2014.
3. Purnomo, Basuki B. Dasar-Dasar Urologi edisi ketiga.Jakarta :
Sagung Seto 2011.
4. Rupp TJ, Leslie SW. Epididymitis. [Updated 2022 Jul 19]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2022Jan.Availablefrom:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430814/
5. Thomas HT. Timothy SL, Diana H. Epididymitis and Orchitis An
overview. American Academy of family physician; 2009
6. Abdul, M. Epididymo-Orchitis. Jakarta: Universitas Kristen krida
wacana; 2020
7. A, Sylvia., M, Lorraine.Patofisiologi Edisi 6 Vo 2 Konsep Klinis
Proses- Proses Penyakit. Jakarta : EGC; 2015
8. McConaghy JR, Panchal B. Epididymitis: An overview. Am Fam
Physician. 2016
9. Gibral,U. Teknik Pemeriksaan Usg Skrotum Pada Kasus Epididymo-
Orchitis Di Rumah Sakit Mayapada. Jakarta: Jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes;2020
10. Sorine M, Anca C, Chiorean A, Botar C. Dopler aplication in
testicular and scrotal disease. Department of radiologi:
https://www.researchgate.net/institution/Iuliu-Haieganu-University-
of-Medicine-and-Pharmacy; 2020
11. John R. Mcconaghy, Bethany Panchal. Epididymitis: An Overview.
Am Fam Physician. 2016;94(9):723-726
12. Amalia, Nurul Izzah And Widada, Subrata Tri And Supriyanta,
Bambang. Perbedaan Jumlah Sedimen Eritrosit Pada Urine Berat
45
Jenis Tinggi Yang Disentrifugasi Dan Didiamkan. skripsi thesis,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta; 2019)
46