Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS ZAT GIZI

ANALISIS FOOD ADDTITIVES PERASA

Disusun Oleh:

Joya Amanda Putri

2011221024

Kelas Gizi A2

Dosen Pengampu:

Dr. Deni Elnovriza, STP,M.Si

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS
A. Pengertian Perasa/Perisa
Perisa makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memberikan,
menambah atau mempertegas rasa makanan. Perisa digolongkan dalam 2 kelompok
yaitu perisa sintetik dan perisa alami. Perisa sintetik merupakan perisa buatan yang
banyak digunakan oleh masyarakat, seperti MSG (Monosodium Glutamat). Perisa
sintetik seperti MSG ini sangat berbahaya untuk dikonsumsi, terutama dalam kadar
yang berlebihan (Setiawati, 2008). Perisa makanan merupakan bahan tambahan
pangan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa makanan. Perisa
digolongkan dalam 2 kelompok yaitu perisa sintetik dan perisa alami. Perisa sintetik
merupakan perisa buatan yang banyak digunakan oleh masyarakat, seperti MSG
(Monosodium Glutamat). Perisa sintetik seperti MSG ini sangat berbahaya untuk
dikonsumsi, terutama dalam kadar yang berlebihan (Setiawati, 2008).
Perisa adalah bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat, dengan
atau tanpa ajudan perisa (flavouring adjunct) yang digunakan untuk memberi flavour,
dengan pengecualian rasa asin, manis dan asam. Ajudan Perisa (flavouring adjunct)
adalah bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan, pelarutan, pengenceran,
penyimpanan, dan penggunaan perisa. Flavour adalah gabungan karakteristik bahan
yang berupa sensasi rasa dan aroma. Senyawa Perisa adalah senyawa kimia tertentu
yang mempunyai sifat flavour. Senyawa Perisa Alami adalah senyawa perisa yang
diperoleh melalui proses fisik, mikrobiologis atau enzimatis dari bahan tumbuhan atau
hewan, yang diperoleh secara langsung atau setelah melalui proses pengolahan.
Preparat Perisa adalah bahan yang disiapkan atau diproses untuk memberikan flavour
yang diperoleh melalui proses fisik, mikrobiologis atau enzimatis dari bahan pangan
tumbuhan maupun hewan yang diperoleh secara langsung atau setelah melalui proses
pengolahan.

B. fungsi dan pengaruhnya pada gizi dan kesehatan


 meningkatkan daya tarik pangan
 menstandardisasi perisa produk akhir
 menguatkan perisa awal yang lemah
 menggantikan perisa yang hilang selama pengolahan
 menutupi karakter-karakter yang tidak menyenangkan
 meningkatkan nilai ekonomis produk.
 Membantu memantau apakah bahan tambahan makanan ini akan berinteraksi
dalam makanan tertentu untuk mengurangi pembusukan, meningkatkan rasa,
dll.
 Menentukan konsentrasi aditif makanan yang optimal.
 Mengoptimalkan konsentrasi aditif makanan untuk penampilan perasa dan
aroma yang diinginkan.
 Meningkatkan stabilisasi emulsi perasa dan bahan tambahan makanan lainnya.
 Menentukan karakteristik ukuran partikel dan bentuk partikel untuk aliran
tepung dan makanan kering serta bahan tambahan makanan lainnya.
 Memahami sifat visko-elastis untuk pemrosesan makanan.
C. metode analisis zat perasa
1. Pengujian Kualitatif Bahan Pengawet dan Bahan Pemanis Sintetik (SNI 01-
2891-1992)
 prinsip
Bahan pengawet organik yang banyak digunakan yaitu asam benzoate, ester
asam P-hidroksi benzoat, asam salisilat dan lain-lain. Sedangkan bahan
pemanis sintetik yang banyak digunakan yaitu sakarin, dulsin dan siklamat.
 bahan dan alat yang dibutuhkan
Pereaksi
1. NaOH 10%
2. HCl ( 1 + 3 )
3. Eter
4. BaCl2
5. NaNO2
6. NH3
7. FeCl3 0.5%
8. HNO3
9. Anisaldehid
10. Petroleum eter
11. H2 SO4 ( 1 + 3 )
12. KMnO4 5%
13. NaOH padat
14. KNO2 10%
15. CuSO4 1%
Peralatan
1.Labu Pemisah
2. Pinggan porselin
3. Pipet Mohr dan Volumetrik 10 ml, dan 25 ml
4. Penangas air
5. Buret 50 ml
6. Gelas ukur 10 dan 100 ml
7. Waring blender
 cara/prosedur kerja
Persiapan sampel
 Padatan atau semi padatan
1) Hancurkan 50 – 100 gram sampel dengan 300 – 400 ml air dalam
waring blender 2. Tambahkan NaOH 10% sampai larutan menjadi
alkalis (basa)
2) Biarkan selama 2 jam kemudian saring.
 Cairan
1) Ambil 50 – 100 ml sampel, tambahkan NaOH 10% sampai alkalis.
2) Saring dengan kapas. Jika sampel berkadar gula tinggi, encerkan
sampai total padatan terlarut 10 – 15%.
Pengujian Siklamat (Sikloheksilsulfamat)
1) 2 gram BaCl2 ke dalam 100 ml filtrate dari persiapan sampel, biarkan
2 menit, kemudian saring.
2) Asamkan filtrate dengan 10 ml HCl dan tambahkan 0.2 gram NaNO2 .
Terbentuknya endapan putih BaSO4 menunjukkan adanya
sikloheksilsulfamat
3) Hancurkan 50 – 100 gram sampel dengan 300 – 400 ml air dalam
waring blender 2. Tambahkan NaOH 10% sampai larutan menjadi
alkalis (basa)
4) Biarkan selama 2 jam kemudian saring.
Cairan
1) Ambil 50 – 100 ml sampel, tambahkan NaOH 10% sampai alkalis.
2) Saring dengan kapas. Jika sampel berkadar gula tinggi, encerkan
sampai total padatan terlarut 10 – 15%.
Pengujian Siklamat (Sikloheksilsulfamat)
1) Tambahkan 2 gram BaCl2 ke dalam 100 ml filtrate dari persiapan
sampel, biarkan 2 menit, kemudian saring.
2) Asamkan filtrate dengan 10 ml HCl dan tambahkan 0.2 gram NaNO2 .
Terbentuknya endapan putih BaSO4 menunjukkan adanya
sikloheksilsulfamat

Persiapan Pengujian Benzoat, Salisilat, Sakarin, Dulsin

1) Pipet 100 ml atau lebih filtrate dari persiapan sampel, masukkan ke


dalam labu pemisah.
2) Tambahkan HCl (1+3) sampai asam (gunakan kertas lakmus sebagai
indikator). Tambahkan lagi 5 – 10 ml HCl (1+3)
3) Ekstrak dengan 75 – 100 ml eter. Jika perlu ekstrak kembali lapisan
air dengan eter lagi.
4) Cuci ekstrak eter sebanyak 3 kali, masing-masing dengan 5 ml air.
Masukkan ekstrak eter ke dalam cawan porselin.
5) Uapkan eter dalam penangas air. Residu yang dihasilkan mengandung
asam benzoat atau eternya, asam salisilat, sakarin, dulsin dan atau
bahan terekstrak lainnya.
6) Larutkan residu yang diperoleh dalam air. Jika perlu panaskan sampai
80 – 85o C selama 10 menit.
7) Larutan yang diperoleh dibagi 3 untuk pengujian selanjutnya (disebut
larutan A, B, dan C).
a. Pengujian Asam Benzoat

Ke dalam larutan A tambahkan beberapa tetes NH3 sampai larutan menjadi


basa
Hilangkan kelebihan NH3 dengan penguapan

Larutkan kembali residu dengan air panas, saring jika perlu

Tambahkan beberapa tetes, FeCl3 netral 0.5%. Terbentuknya endapan


Ferribenzoat yang berwarna salmon menunjukkan adanya asam benzoat.

b. Pengujian Asam Salisilat


Ke dalam larutan B tambahkan 1 tetes FeCl3 netral 0.5%. Jika ada asam
salisilat maka larutan akan berwarna ungu.
c. Pengujian asam p-Hidroksibenzoat dan esternya, Sakarin, Dulsin
1. Tambahkan basa (NH3 atau NaOH) ke dalam larutan C sampai menjadi
alkali. 2. Ekstrak larutan dengan menggunakan eter dalam labu pemisah.
Dari hasil ekstraksi ini akan diperoleh 2 lapisan yaitu lapisan eter (D) dan
lapisan air (E).

C1. Pengujian Dulsin

1) Ekstrak eter (D) dibagi dua, tempatkan masing-masing ke dalam pinggan


porselin. Uapkan eter diatas penangas air.
2) Pada pinggan porselin pertama, basahkan residu dengan HNO3 , dan
tambahkan 1 tetes air. Terbentuknya endapan jingga atau merah bata
menunjukkan adanya Dulsin.
3) Kenakan gas HCl selama 5 menit ke dalam residu kering pada pinggan
kedua, kemudian tambahkan 1 tetes anisaldehid. Jika mengandung dulsin
akan terbentuk warna merah jingga sampai merah darah.

C2. Pengujian Sakarin dan asam p-Hidroksibenzoat

1) Lapisan air yang diperoleh (E) diasamkan dengan HCl, kemudian


diekstrak dengan petroleum eter. Akan terbentuk 2 lapisan. Lapisan air
digunakan untuk pengujian sakarin dan asam p-hidroksibenzoat.
2) Ekstrak lapisan air yang diperoleh dengan eter, uapkan eter dari ekstrak
eter yang diperoleh.
3) Residu yang tinggal dirasakan manis atau tidak dengan indra pencipta, jika
manis menunjukan adanya sakarin (bila kadar sakarin yang ada 20 mg/kg
sampel biasanya dapat diuji dengan cara ini).
4) Larutkan residu dalam 15 ml air. Larutan dibagi dua (kita sebut larutan F
(10 ml) dan larutan G (5 ml).
5) Untuk menguji adanya sakarin :
- ke dalam 10 ml larutan F tambahkan 2 ml H2 SO4 encer (1+3), panaskan
sampai mendidih. - tambahkan sedikit berlebih larutan KMnO4 5% sampai
terbentuk warna merah jambu yang persisten, dinginkan.
-tambahkan kurang lebih 1g NaOH, saring dan masukkan filtrat ke dalam
pinggan porselin. Uapkan sampai kering.
- panaskan pada suhu 210 – 215c dalam tanur selama 20 menit, larutkan
residu dalam air.
- pindahkan larutan ke dalam labu pemisah, asamkan dan ekstrak dengan
eter. Uapkan eter.
-larutkan residu dalam air, tambahkan satu tetes FeCl3 netral 0.5%.
Terbentuknya warna violet menandakan adanya asam salisilat yang
dibentuk dari sakarin.
6) Untuk menguji adanya asam p-Hidroksibensoat :
- netralkan 5 ml larutan G dengan NH3
-uji dengan pereaksi Million. Terbentuknya warna merah mawar
menunjukkan adanya asam p-Hidroksibensoat.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ir. Rina Yenrina, M.Si. 2015. Metode Analisis Bahan Pangan dan Komponen
Bioaktif. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.

PERKA BPOM. 2016. Perisa

Hermansyah, Ricky, Wignyanto Mulyadi, Arie Febrianto. 2012. Pembuatan Tepung


Pewarna Alami dari Limbah Pengolahan Daging Rujungan (Kajian Konsentrasi
Dekstrin, Suhu Pengeringan dan Analisis Biaya Produksi). Industria: Jurnal Teknologi
dan Manajemen Agroindustri

https://www.foodreview.co.id/blog-5669738-Tujuan-Penggunaan-Perisa.htm

Anda mungkin juga menyukai