Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAWASAN MUTU PANGAN


BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTP)
UJI RHODAMIN PADA KERUPUK UDANG

Dosen pengampu : Reni Indriyani, SKM, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok C6
Risti Hiya Labibah (2013411128)
Romaila Evi Yuningsih (2013411131)
Salu Ganda Putri NA (2013411135)
Syafira Widiasih (2013411142)
Veronica Risda Nofiyani (2013411146)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI D III GIZI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Pengawasan Mutu Pangan yaitu laporan praktikum tentang Label Pangan.
Adapun laporan praktikum tentang “Bahan Tambahan Pangan pada Uji Rhodamine
dalam Kerupuk Udang”, telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu penulis
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu penulis dalam
pembuatan laporan ini.
Penulis berharap, laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca, menambah
pengetahuan dan mempermudah percobaan yang hendak dilakukan.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan laporan
praktikum ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
demi kesempurnaan makalah laporan praktikum ini untuk ke depannya.

Bandar Lampung, 31 Agustus 2022

Kelompok C6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................
1.2 Tujuan ................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
2.1 Definisi Makanan dan Minuman ......................................................................
2.2 Bahan Tambahan Pangan .................................................................................
2.3 Definisi Rhodamine ............................................................................................
2.4 Metabolisme Rhodamine ...................................................................................
2.5 Efek Rhodamine terhadap kesehatan ..............................................................
2.6 Ciri-Ciri pangan Mengandung Rhodamin ......................................................
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ..............................................................
3.1 Judul Praktikum ...............................................................................................
3.2 Tempat Praktikum ............................................................................................
3.3 Waktu Praktikum .............................................................................................
3.4 Alat dan Bahan ..................................................................................................
3.5 Prosedur Praktikum .........................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
4.1 Hasil Pengamatan .............................................................................................
4.2 Pembahasan .......................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
5.1 Kesimpulan .........................................................................................................
5.2 Saran ...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rhodamin B adalah senyawa kimia sintetis berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan
atau berwarna merah keunguan dan tidak berbau. Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetis
yang sering digunakan sebagai pewarna kertas dan kain. Rhodamin B juga digunakan sebagai zat
untuk mengikat dan mengendalikan ion logam. Rhodamin B memiliki dampak buruk terhadap
kesehatan baik dampak yang bersifat akut maupun kronis. Rhodamin B dapat bersifat toksik
apabila tertelan. Rhodamin B yang berkontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi. Rhodamin
B yang berkontak dengan kulit juga dapat mengiritasi dan masuk ke sistemik apabila terabsorpsi.
Rhodamin B jika terhirup dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan memicu reaksi
alergi. Dampak kronis dari paparan jangka panjang rhodamin B dapat memicu kanker.
Banyaknya dampak negatif pada kesehatan yang ditimbulkan menyebabkan pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang melarang penggunaan rhodamin B sebagai Bahan Tambahan
Pangan (BTP). BTP adalah bahan atau campuran bahan yang bukan merupakan bagian dari
bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat pangan
antara lain bahan pewarna, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI no. 28 tahun 2004, rhodamin B termasuk ke dalam pewarna yang
dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan.
Kerupuk adalah suatu jenis makanan kering yang terbuat dari bahan-bahan yang
mengandung pati cukup tinggi. Pengertian lain menyebutkan bahwa kerupuk merupakan jenis
makanan kecil yang mengalami pengembangan volume membentuk produk yang porus dan
mempunyai densitas rendah selama proses penggorengan. Demikian juga produk ekstrusi akan
mengalami pengembangan pada saat pengolahannya. Pengembangan kerupuk merupakan proses
ekspansi tibatiba dari uap air dalam struktur adonan sehingga diperoleh produk yang volumenya
mengembang dan porus. Pada dasarnya kerupuk mentah diproduksi dengan gelatinisasi pati
adonan pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan dicetak dan dikeringkan. Pada proses
penggorengan akan terjadi penguapan air yang terikat dalam gel pati akibat peningkatan suhu
dan dihasilkan tekanan uap yang mendesak gel pati sehingga terjadi pengembangan dan
sekaligus terbentuk rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah digoreng (Wahyuningtyas,
2014).
Di masyarakat beredar kerupuk berwarna yang dicurigai menggunakan zat pewarna yang
dilarang untuk makanan (zat pewarna untuk tekstil). Hal ini disebabkan karena zat pewarna
tersebut mudah didapatkan, warna menarik serta lebih tahan lama sehingga banyak konsumen
yang menyukainya dan harganya lebih murah serta memberikan keuntungan yang lebih besar
kepada produsen.
Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna
tekstil, tetapi tidak boleh digunakan di dalam produk pangan karena diduga dapat menyebabkan
iritasi saluran pernafasan, kulit, mata, saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati, serta
dalam jangka panjang kanker dan tumor. Pada kenyataannya rhodamin B masih digunakan
dalam berbagai produk olahan pangan. Pewarna Rhodamin B banyak digunakan pada produk
makanan dan minuman industri rumah tangga, antara lain kerupuk, makanan ringan, pefinen,
sirup, minuman kemasan, es doger, dan manisan (Restu, 2017). Bagi produsen kerupuk lebih
baik menggunakan pewarna alami seperti air rebusan buah naga, bunga rosella, dan stroberry
sebagai pengganti pewarna Rhodamin B. Konsumen di harapkan dapat mengetahui bahaya akan
pewarna sintetis seperti Rhodamin B untuk tidak membeli jenis kerupuk yang mempunyai warna
terlalu mencolok dan terdapat gumpalan warna yang tidak homogeny pada permukaan kerupuk,
karena pada dasar nya pewarna makanan dapat menggunakan pewarna – pewarna alami yang
aman untuk kesehatan.

1.2 Tujuan
Adapun an dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan Rhodamin B pada
sampel Bahan Makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Makanan dan Minuman


Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,
yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan yang kita butuhkan tidak hanya untuk
pertumbuhan dan perkembangan fisik saja, namun demikian makanan dan minuman dapat pula
membahayakan kesehatan manusia karena dapat berperan sebagai perantara berbagai penyakit,
untuk mendapatkan makanan dan minuman yang terjamin baik dari segi kualitas, maupun
kuantitas diperlukan adanya tindakan diantranya adalam sanitasi makanan dan minuman
(Elisabet, 2010).

2.2 Bahan Tambahan Pangan


Bahan Tambahan Pangan adalan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti
gumpal, pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang
Pangan).

Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih secara
benar jika akan digunakan dalam pangan. Berikut ini adalah penggolongan BTP (Depkes RI,
2007):
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan. Contoh
pewarna alami : Karamel (gula yang digosongkan), beta karoten (ekstrak umbi wortel), dan
kurkumin (ekstrak umbi kunyit).

2. Pemanis Buatan Sering ditambahkan kedalam pangan sebagai pengganti gula karena
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami (gula) yaitu:
a) Rasanya lebih manis
b)Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
c) Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah sehingga cocok
untuk penderita penyakit gula (diabetes).
d) Harganya lebih murah

Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dapat memperbaiki
tampilan makanan. Secara garis besar, pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan
sintetis. Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade).
Ironisnya, di Indonesia terutama industri kecil dan industri rumah tangga makanan masih banyak
menggunakan pewarna nonmakanan atau pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil (Mudjajanto,
2006). Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan padaindustri
tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan
melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85.
Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya,
BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk. sambak botol, dan
sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga
adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada
awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai
keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani,
2013)
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa
klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk
mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield-
Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat
anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila
resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan
konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah.
Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan
bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila
masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan
sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen
(Nizma, 2013)
2.3 Definisi Rhodamine
Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal bewarna kehijauan,
dalam bentuk larutan pada konsentrasi berwarna merah keunguan dan konsentrasi rendah
berwarna merah terang, termasuk golongan pewarna xanthenes basa, dan terbuat dari
metadietilaminofenol dan ftalik anhidrid suatu bahan yang tidak bisa dimakan serta sangat
berfluoresensi. Rhodamine B memiliki berbagai nama lain, yaitu: Tetra ethyl rhodamin,
Rheonine B, D & C Red No. 19, C.I. Basic Violet 10, C.I. No 45179, Food Red 15, ADC
Rhodamine B, Aizan Rhodamone dan Briliant Pink B. Sedangkan nama kimianya adalah N – [9-
(carboxyphenyl) – 6 - (diethylamino) - 3H – xanten – 3 - ylidene] – N-ethyleyhanaminium
clorida. Rumus molekul dari rhodamine B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar
479 g/mol. Sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru- biruan dan
berfluorensi kuat.
Di dalam Rhodamine B sendiri terdapat ikatan dengan klorin (CL yang dimana senyawa
klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Reaksi untuk
mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna.disini dapat digunakan Reaksi Frield-
Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Reaksi antara ftalat
anhidrida dengan resorsinol, sedangkan dengan keberadaan seng klorida menghasilkan
fluorescein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan
menghasilkan Rhodamine B.
Selain terdapat ikatan Rhodamine B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan
konjugasi dari Rhodamine B inilah yang menyebabkan Rhodamine B berwarna merah.
Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamine B dan Klorin membuat adanya kesimpulan
bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamine B menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk
kedalam tubuh manusia. atom CL yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat
halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogenik.
Rhodamine B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air.
Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co,
Au, Mg, dan Th, dan titik leburnya pada suhu 1650C .
2.4 Metabolisme Rhodamine
Rhodamine B secara ekstensif diabsorbsi oleh traktus gastrointestinal dan dimetabolisme
pada anjing, kucing, dan tikus dengan hanya 3-5% dari dosis Rhodamine B yang dimasukkan
dapat ditemukan dalam bentuk aslinya/tanpa perubahan di urin dan feces. Perjalanan
metabolisme Rhodamine B hingga bisa menjadi salah satu penyebab kerusakan organ secara
sistemik disebabkan oleh sifatnya yang polar, akibat sifat polarnya tersebut, Rhodamine B yang
tak termetabolisme oleh hepar akan menyebar mengikuti aliran darah dengan berinteraksi dengan
asam amino dalam globin darah, menciptakan globin adduct.
Pengertian adduct adalah suatu bentuk kompleks saat senyawa kimia berikatan dengan
molekul biologi. Tujuan utama penentuan level adduct adalah sebagai salah satu parameter
resiko paparan senyawa mutagenik dan karsinogenik.

2.5 Efek Rhodamine terhadap kesehatan


Di Indonesia, berdasarkan Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/per/IX/1988 dan Dirjen
Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No.00366/C/II/1990 menyatakan bahwa Rhodamine B
termasuk dalam 30 zat pewarna berbahaya yang tidak boleh terdapat dalam obat, makanan dan
kosmetik . Rhodamine B merupakan zat warna yang berbahaya yang disalahgunakan dalam
mewarnai berbagai makanan dan minuman. Analisis yang menggunakan metode destruksi yang
dilanjutkan dengan metode spektrofometri, diketahui bahwa sifat racun Rhodamine B tidak
hanya disebabkan senyawa organik tetapi disebabkan juga oleh kontaminasi senyawa anorganik
terutama timbal dan arsen. Dengan terkontaminasinya senyawa anorganik (timbal dan arsen)
menyebabkan Rhodamine B berbahaya jika digunakan sebagai pewarna pada makanan dan
minuman.
Selain itu di dalam Rhodamine B sendiri terdapat ikatan dengan klorin (CL yang dimana
senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya.Paparan dari
Rhodamine B dapat menyebabkan iritasi bila terkena mata,iritasi kulit dan kemerahan bila
terkena kulit. Sifat ini hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang berkaitan di dalam struktur
Rhodamine B. Penyebab lain dari Klorin sangat berbahaya jika dikonsumsi karena Klorin
merupakan senyawa radikal, senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur
Rhodamine kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah
bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena
merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan
berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu
kanker pada manusia.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin sendiri adalah gas
beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek toksik klorin berasal dari kekuatan
mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi
dengan air dan sel-sel yang berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asamhipoklorit (HClO).
Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun reaksi klorin dengan air
sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan manusia, bahan-bahan lain yang hadir
dalam air dapat menghasilkan disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan
manusia. Klorit yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam renang
pun berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia. Beberapa
dari hasil penelitian uji toksisitas menunjukan Rhodamine B memiliki LD 50 , lebih dari
2000mg/kg, dan dapat menimbulkan iritasi kuat pada membrane mukosa.17 Rhodamine B
bersifat karsinogenik dan genotoksik
Uji toksisitas Rhodamine B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan injeksi
subkutan dan secara oral. Rhodamine B dapat menyebabkan karsinogenik pada tikus ketika
diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma lokal. Sedangkan secara IV didapatkan LD50 89,5
mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal, dan lien diikuti perubahan
anatomi berupa pembesaran organnya. Sedangkan dosis lethal LD50 peroral sebesar 887mg/kg.

2.6 Ciri-Ciri pangan Mengandung Rhodamin


Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling,
agar agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup, minuman, dan lainlain. Ciri-ciri pangan
yang mengandung rhodamin B antara lain :
1. Warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok.
2. Terkadang warna terlihat tidak homogen (rata)
3. Ada gumpalan warna pada produk
4. Bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit.
Biasanya Produk pangan yang mengandung Rhodamin B tidak mencantumkan kode, label,
merek, atau identitas lengkap lainnya (Putriningtyas, 2017).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Judul Praktikum


“Uji BTP Rhodamin Pada Kerupuk Udang”

3.2 Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Politeknik Kesehatan Tanung Karang.

3.3 Waktu Praktikum


Praktikum dilaksanakan pukul 9.15-11.40 WIB.

3.3 Alat dan Bahan Praktikum


Alat Praktikum :
- Pipet tetes
- Beaker glass
- Gelas ukur
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Spatula
- Mortar dan alu

Bahan Praktikum :
- Air 50 ml
- Kerupuk nasi uduk 15 g
- Rhodamin
3.4 Diagram Alir

Siapkan 25 gram sample (kerupuk


nasi uduk)

Sample dipotong kecil-kecil

Hancurkan sample hingga halus


menggunakan mortar alu

Masukkan sample ke beaker glass


dan tambahkan 50 ml aquades

Masukkan bahan yang sudah


dicampur aquades sebanyak 10 ml
ke dalam gelas ukur

Setelah homogen masukkan ke


dalam tabung reaksi masing-masing
sebagai kontrol dan sample

Kemudian tambakan rhodamin


sebanyak 1 tetes dalam tabung
sample dan dikocok hingga homogen

selanjutnya tambahkan rhodamin


sebanyak 3 tetes dan diamkan dalam
waktu 5-15 menit

Jika sample positif menggunakan


BTP (pewarna buatan) maka akan
berwarna merah muda
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari Hasil penelitian identifikasi pewarna Rhodamin B pada kerupuk udang didapatkan
hasil sebagai berikut :

Menujukkan bahwa uji Rhodamin pada sampel kerupuk udang dengan hasil negatif yang di
tandai dengan tidak adanya perubahan warna pada sampel yaitu sampel tetap berwarna kuning

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah ditunjukan bahwa uji kromatografi Rhodamin B pada
sampel kerupuk udang berwarna kuning memperoleh dengan hasil (-) negatif yang ditandai
dengan warna kuning tidak ada perubahan. Menurut analisa peneliti berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar produsen kerupuk beralih menggunakan pewarna makanan
yang diperbolehkan seperti antosianin, kurkumin, karmin, caramel, eritrosin, tartrazin. Produsen
juga tidak ingin merugikan para konsumen jika menggunakan Rhodamin B padakerupuk yang
dijual. Mereka tidak lagi menggunakan pewarna Rhodamin B dikarenakan pihak dinas kesehatan
telah menurunkan izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) sebagai jaminan produsen untuk
tidak menggunakan pewarna sintetis dan bebas dari Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya.

Menurut peneliti dari hasil penelitian sebagian besar sampel yaitu negatif. Data UPT
Laboratorium menjelaskan bahwa kebanyakan produsen telah memakai pewarna buatan yang
diperbolehkan yaitu pewarna Eritrosin CI 45430 dan Ponceau 4R CI 16255, sehingga produsen
jarang memakai pewarna Rhodamin B untuk bahan campuran pewarna pada makanan. Eritrosin
CI 45430 dan Ponceau 4R CI 16255 yaitu pewarna merah sintetis yang diperbolehkan oleh
Kemenkes dengan kadar yang ditentukan, Pewarna ponceau 4R dan Eritrosin termasuk pewarna
sintetis yang aman dan diizinkan penggunaannya tetapi memiliki batas maksimum
penggunaannya 200 mg/kg. Pada zat pewarna sintetis maupun alami yang digunakan dalam
industri makanan harus memenuhi standar nasional dan internasional. Penyalahgunaan zat
pewarna melebihi ambang batas maksimum atau penggunaan secara ilegal zat pewarna yang
dilarang digunakan dapat mempengaruhi kesehatan konsumen, seperti timbulnya keracunan akut
dan bahkan kematian. Pada tahap keracunan kronis, dapat terjadi gangguan fisiologis tubuh
seperti kerusakan syaraf, gangguan organ tubuh dan kanker (Chrislia, 2017).

Produsen dan pedagang jajanan makanan secara sengaja mencampurkan beberapa warna
tunggal untuk yang memperoleh warna diinginkan sehingga menghasilkan penampilan yang
menarik. Meskipun merupakan pewarna yang diizinkan penggunaannya untuk makanan, namun
prinsip penggunaannya tetap dalam jumlah yang tidak melebihi keperluan untuk memperoleh
efek yang diinginkan (Winarno, 1991). Pemakaian bahan pewarna sintetis dalam pangan
walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat
suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan, dan mengembalikan warna dari bahan
dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan dan bahkan mungkin memberi dampak negatif terhadap kesehatan
manusia.

Pengggunaan pewarna sintetis oleh para pedagang makanan tradisional di pasar- pasar
atau di kantin atau kios pada makanan disebabkan kurangnya pengetahuan terhadap bahaya
pewarna sintetis yang dilarang. Selain itu pertimbangan hargarelatif murah sehingga para
pedagang menggunakan pewarna yang tidak diizinkan tersebut. Sebelum analisa sampel uji,
dilakukan pemeriksaan uji Rhodamin B sampel sudah memiliki warna yang terlalu terang dan
sedikit mencolok, biasanya makanan yang diberi pewarna khusus makanan tidak berwarna
terlalu mencolok. Hal ini sesuai teori bahwa ciri-ciri pangan yang mengandung Rhodamin B
meliputi warna terlihat cerah (kemerahan atau merah terang) sehingga tampak menarik, dalam
bentuk larutan banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen terdapat sedikit rasa
pahit, muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya, dan aroma tidak alami sesuai
pangan, serta saat diolah, tahan terhadap pemanasan (Cahyani, 2015).

Pemeriksaan warna secara visual menunjukan hasil negatif apabila tidak berwarna atau
tidak terbentuknya warna merah muda atau perubahan warna pada sampel secara visual
sedangkan pemeriksaan warna secara visual yang memperlihatkan warna merah muda
menunjukan hasil positif Rhodamin B (Putri, Dhafir, dan Laenggeng, 2017).

Eritrosin merupakan salah satu bahan pewarna merah untuk makanan dan dapat juga
digunakan untuk pewarna bakteri. Glikoprotein yang terdapat di dalam plak dapat diserap oleh
zat pewarna ini sehingga plak dapat terlihat. Pemilihan warna ini karena warna merah lebih
mudah dilihat pada gigi bila dibandingkan dengan warna lain. namun dikarenakan eritrosin
merupakan turunan triiodine dari fluorescein maka dengan kandungan yodium yang tinggi dapat
menyebabkan kanker tiroid apabila tertelan dalam jumlah yang banyak (Maritje, 2016)

Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk,
termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas
pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk
Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA) sejak
tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R.
Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi
(Maritje, 2016).

Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Rhodamin B adalah bahan
kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil dan plastik. Untuk makanan,
rhodamin B dan metanil yellow sering dipakai mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi,
kembang gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni goreng, minuman ringan, cendol, manisan, gipang,
dan ikan asap. Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel
alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam
bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah.
Rhodamin B sering disalah gunakan untuk pewarna pangan (kerupuk, makanan ringan, es-es dan
minuman yang sering dijual di sekolah) serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian
konsumen. Rhodamin B(C28N31N2O3Cl) adalah bahan kimia sebagai pewarna dasar untuk
berbagai kegunaan, semula zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang
untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya yang berfluoresensi dalam sinar
matahari (Leksono, 2012).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil identifikasi pewarna Rhodamin B pada kerupuk Udang berwarna
yang dijual di pasaran dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sampel krupuk udang memiliki
hasil negatif.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih berhati – hati atau lebih teliti dalam memilih kerupuk
sebelum dikonsumsi, dikarenakan adanya zat pewarna Rhodamin B yang ditambahkan dalam
kerupuk tersebut.

5.2.2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang


identifikasi pewarna sintetis lainnya yang dilarang oleh pemerintah yang beredar di masyarakat.

5.2.3. Bagi Institusi

Diharapkan Dosen melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan melakukan


kegiatan penyuluhan tentang bahaya pewarna sintetis.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/

http://www.atlm.web.id/2016/11/laporan-praktikum-analisa-rhodamin-b.html?m=1

https://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/1633/1/KTI%20BRIAN%20EKA%20WIDARYANTO%20WORD%20%2814131004
4%29.pdf

http://scholar.unand.ac.id/43409/2/BAB%201.pdf
LAMPIRAN
Alat dan Bahan
Langkah-langkah

Hasil

Anda mungkin juga menyukai