c6 - Laprak PMP BTP
c6 - Laprak PMP BTP
Disusun Oleh :
Kelompok C6
Risti Hiya Labibah (2013411128)
Romaila Evi Yuningsih (2013411131)
Salu Ganda Putri NA (2013411135)
Syafira Widiasih (2013411142)
Veronica Risda Nofiyani (2013411146)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Pengawasan Mutu Pangan yaitu laporan praktikum tentang Label Pangan.
Adapun laporan praktikum tentang “Bahan Tambahan Pangan pada Uji Rhodamine
dalam Kerupuk Udang”, telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu penulis
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu penulis dalam
pembuatan laporan ini.
Penulis berharap, laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca, menambah
pengetahuan dan mempermudah percobaan yang hendak dilakukan.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan laporan
praktikum ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
demi kesempurnaan makalah laporan praktikum ini untuk ke depannya.
Kelompok C6
DAFTAR ISI
1.2 Tujuan
Adapun an dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan Rhodamin B pada
sampel Bahan Makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih secara
benar jika akan digunakan dalam pangan. Berikut ini adalah penggolongan BTP (Depkes RI,
2007):
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan. Contoh
pewarna alami : Karamel (gula yang digosongkan), beta karoten (ekstrak umbi wortel), dan
kurkumin (ekstrak umbi kunyit).
2. Pemanis Buatan Sering ditambahkan kedalam pangan sebagai pengganti gula karena
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami (gula) yaitu:
a) Rasanya lebih manis
b)Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
c) Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah sehingga cocok
untuk penderita penyakit gula (diabetes).
d) Harganya lebih murah
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dapat memperbaiki
tampilan makanan. Secara garis besar, pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan
sintetis. Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade).
Ironisnya, di Indonesia terutama industri kecil dan industri rumah tangga makanan masih banyak
menggunakan pewarna nonmakanan atau pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil (Mudjajanto,
2006). Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan padaindustri
tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan
melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85.
Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya,
BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk. sambak botol, dan
sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga
adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada
awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai
keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani,
2013)
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa
klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk
mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield-
Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat
anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila
resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan
konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah.
Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan
bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila
masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan
sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen
(Nizma, 2013)
2.3 Definisi Rhodamine
Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal bewarna kehijauan,
dalam bentuk larutan pada konsentrasi berwarna merah keunguan dan konsentrasi rendah
berwarna merah terang, termasuk golongan pewarna xanthenes basa, dan terbuat dari
metadietilaminofenol dan ftalik anhidrid suatu bahan yang tidak bisa dimakan serta sangat
berfluoresensi. Rhodamine B memiliki berbagai nama lain, yaitu: Tetra ethyl rhodamin,
Rheonine B, D & C Red No. 19, C.I. Basic Violet 10, C.I. No 45179, Food Red 15, ADC
Rhodamine B, Aizan Rhodamone dan Briliant Pink B. Sedangkan nama kimianya adalah N – [9-
(carboxyphenyl) – 6 - (diethylamino) - 3H – xanten – 3 - ylidene] – N-ethyleyhanaminium
clorida. Rumus molekul dari rhodamine B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar
479 g/mol. Sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru- biruan dan
berfluorensi kuat.
Di dalam Rhodamine B sendiri terdapat ikatan dengan klorin (CL yang dimana senyawa
klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Reaksi untuk
mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna.disini dapat digunakan Reaksi Frield-
Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Reaksi antara ftalat
anhidrida dengan resorsinol, sedangkan dengan keberadaan seng klorida menghasilkan
fluorescein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan
menghasilkan Rhodamine B.
Selain terdapat ikatan Rhodamine B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan
konjugasi dari Rhodamine B inilah yang menyebabkan Rhodamine B berwarna merah.
Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamine B dan Klorin membuat adanya kesimpulan
bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamine B menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk
kedalam tubuh manusia. atom CL yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat
halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogenik.
Rhodamine B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air.
Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co,
Au, Mg, dan Th, dan titik leburnya pada suhu 1650C .
2.4 Metabolisme Rhodamine
Rhodamine B secara ekstensif diabsorbsi oleh traktus gastrointestinal dan dimetabolisme
pada anjing, kucing, dan tikus dengan hanya 3-5% dari dosis Rhodamine B yang dimasukkan
dapat ditemukan dalam bentuk aslinya/tanpa perubahan di urin dan feces. Perjalanan
metabolisme Rhodamine B hingga bisa menjadi salah satu penyebab kerusakan organ secara
sistemik disebabkan oleh sifatnya yang polar, akibat sifat polarnya tersebut, Rhodamine B yang
tak termetabolisme oleh hepar akan menyebar mengikuti aliran darah dengan berinteraksi dengan
asam amino dalam globin darah, menciptakan globin adduct.
Pengertian adduct adalah suatu bentuk kompleks saat senyawa kimia berikatan dengan
molekul biologi. Tujuan utama penentuan level adduct adalah sebagai salah satu parameter
resiko paparan senyawa mutagenik dan karsinogenik.
Bahan Praktikum :
- Air 50 ml
- Kerupuk nasi uduk 15 g
- Rhodamin
3.4 Diagram Alir
4.1 Hasil
Dari Hasil penelitian identifikasi pewarna Rhodamin B pada kerupuk udang didapatkan
hasil sebagai berikut :
Menujukkan bahwa uji Rhodamin pada sampel kerupuk udang dengan hasil negatif yang di
tandai dengan tidak adanya perubahan warna pada sampel yaitu sampel tetap berwarna kuning
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah ditunjukan bahwa uji kromatografi Rhodamin B pada
sampel kerupuk udang berwarna kuning memperoleh dengan hasil (-) negatif yang ditandai
dengan warna kuning tidak ada perubahan. Menurut analisa peneliti berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar produsen kerupuk beralih menggunakan pewarna makanan
yang diperbolehkan seperti antosianin, kurkumin, karmin, caramel, eritrosin, tartrazin. Produsen
juga tidak ingin merugikan para konsumen jika menggunakan Rhodamin B padakerupuk yang
dijual. Mereka tidak lagi menggunakan pewarna Rhodamin B dikarenakan pihak dinas kesehatan
telah menurunkan izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) sebagai jaminan produsen untuk
tidak menggunakan pewarna sintetis dan bebas dari Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya.
Menurut peneliti dari hasil penelitian sebagian besar sampel yaitu negatif. Data UPT
Laboratorium menjelaskan bahwa kebanyakan produsen telah memakai pewarna buatan yang
diperbolehkan yaitu pewarna Eritrosin CI 45430 dan Ponceau 4R CI 16255, sehingga produsen
jarang memakai pewarna Rhodamin B untuk bahan campuran pewarna pada makanan. Eritrosin
CI 45430 dan Ponceau 4R CI 16255 yaitu pewarna merah sintetis yang diperbolehkan oleh
Kemenkes dengan kadar yang ditentukan, Pewarna ponceau 4R dan Eritrosin termasuk pewarna
sintetis yang aman dan diizinkan penggunaannya tetapi memiliki batas maksimum
penggunaannya 200 mg/kg. Pada zat pewarna sintetis maupun alami yang digunakan dalam
industri makanan harus memenuhi standar nasional dan internasional. Penyalahgunaan zat
pewarna melebihi ambang batas maksimum atau penggunaan secara ilegal zat pewarna yang
dilarang digunakan dapat mempengaruhi kesehatan konsumen, seperti timbulnya keracunan akut
dan bahkan kematian. Pada tahap keracunan kronis, dapat terjadi gangguan fisiologis tubuh
seperti kerusakan syaraf, gangguan organ tubuh dan kanker (Chrislia, 2017).
Produsen dan pedagang jajanan makanan secara sengaja mencampurkan beberapa warna
tunggal untuk yang memperoleh warna diinginkan sehingga menghasilkan penampilan yang
menarik. Meskipun merupakan pewarna yang diizinkan penggunaannya untuk makanan, namun
prinsip penggunaannya tetap dalam jumlah yang tidak melebihi keperluan untuk memperoleh
efek yang diinginkan (Winarno, 1991). Pemakaian bahan pewarna sintetis dalam pangan
walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat
suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan, dan mengembalikan warna dari bahan
dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan dan bahkan mungkin memberi dampak negatif terhadap kesehatan
manusia.
Pengggunaan pewarna sintetis oleh para pedagang makanan tradisional di pasar- pasar
atau di kantin atau kios pada makanan disebabkan kurangnya pengetahuan terhadap bahaya
pewarna sintetis yang dilarang. Selain itu pertimbangan hargarelatif murah sehingga para
pedagang menggunakan pewarna yang tidak diizinkan tersebut. Sebelum analisa sampel uji,
dilakukan pemeriksaan uji Rhodamin B sampel sudah memiliki warna yang terlalu terang dan
sedikit mencolok, biasanya makanan yang diberi pewarna khusus makanan tidak berwarna
terlalu mencolok. Hal ini sesuai teori bahwa ciri-ciri pangan yang mengandung Rhodamin B
meliputi warna terlihat cerah (kemerahan atau merah terang) sehingga tampak menarik, dalam
bentuk larutan banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen terdapat sedikit rasa
pahit, muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya, dan aroma tidak alami sesuai
pangan, serta saat diolah, tahan terhadap pemanasan (Cahyani, 2015).
Pemeriksaan warna secara visual menunjukan hasil negatif apabila tidak berwarna atau
tidak terbentuknya warna merah muda atau perubahan warna pada sampel secara visual
sedangkan pemeriksaan warna secara visual yang memperlihatkan warna merah muda
menunjukan hasil positif Rhodamin B (Putri, Dhafir, dan Laenggeng, 2017).
Eritrosin merupakan salah satu bahan pewarna merah untuk makanan dan dapat juga
digunakan untuk pewarna bakteri. Glikoprotein yang terdapat di dalam plak dapat diserap oleh
zat pewarna ini sehingga plak dapat terlihat. Pemilihan warna ini karena warna merah lebih
mudah dilihat pada gigi bila dibandingkan dengan warna lain. namun dikarenakan eritrosin
merupakan turunan triiodine dari fluorescein maka dengan kandungan yodium yang tinggi dapat
menyebabkan kanker tiroid apabila tertelan dalam jumlah yang banyak (Maritje, 2016)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk,
termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas
pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk
Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA) sejak
tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang mengandung Ponceau 4R.
Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi
(Maritje, 2016).
Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Rhodamin B adalah bahan
kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil dan plastik. Untuk makanan,
rhodamin B dan metanil yellow sering dipakai mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi,
kembang gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni goreng, minuman ringan, cendol, manisan, gipang,
dan ikan asap. Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel
alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam
bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah.
Rhodamin B sering disalah gunakan untuk pewarna pangan (kerupuk, makanan ringan, es-es dan
minuman yang sering dijual di sekolah) serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian
konsumen. Rhodamin B(C28N31N2O3Cl) adalah bahan kimia sebagai pewarna dasar untuk
berbagai kegunaan, semula zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang
untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya yang berfluoresensi dalam sinar
matahari (Leksono, 2012).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil identifikasi pewarna Rhodamin B pada kerupuk Udang berwarna
yang dijual di pasaran dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sampel krupuk udang memiliki
hasil negatif.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat lebih berhati – hati atau lebih teliti dalam memilih kerupuk
sebelum dikonsumsi, dikarenakan adanya zat pewarna Rhodamin B yang ditambahkan dalam
kerupuk tersebut.
http://eprints.undip.ac.id/
http://www.atlm.web.id/2016/11/laporan-praktikum-analisa-rhodamin-b.html?m=1
https://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/1633/1/KTI%20BRIAN%20EKA%20WIDARYANTO%20WORD%20%2814131004
4%29.pdf
http://scholar.unand.ac.id/43409/2/BAB%201.pdf
LAMPIRAN
Alat dan Bahan
Langkah-langkah
Hasil