III Angkatan II
KEHIDUPAN PRIBADI
Anies Baswedan dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei 1969. Dalam
keluarga, ia mempunyai dua saudara kandung yang menjadi adik-adiknya, diantaranya Ridwan
Baswedan dan Abdillah Baswedan. Dia dibesarkan di Yogyakarta dan orang tuanya bekerja
sebagai akademisi. Ayahnya, Rasyid Baswedan adalah mantan dosen di Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia, sedangkan ibunya, Aliyah Rasyid adalah guru besar di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Anies merupakan tokoh
berketurunan Arab, sekaligus cucu dari Abdurrahman Baswedan, seorang jurnalis, diplomat,
dan pejuang kemerdekaan Indonesia.
Keluarga inti Anies Baswedan
Anies menikah dengan Fery Farhati Ganis pada tanggal 11 Mei 1996. Pasangan ini
dikaruniai empat orang anak, diantaranya Mutiara Annisa, Mikail Azizi, Kaisar Hakam, dan
Ismail Hakim. Ia memenuhi undangan dari Salman Abdul Aziz untuk menunaikan ibadah
haji pertama kalinya bersama dengan istrinya, Fery Farhati dan ibunya, Aliyah Rasyid pada
September 2017.
Pada 1 Desember 2020, Anies menjalani karantina mandiri di rumah dinasnya di
daerah Taman Suropati, Menteng, Menteng, Jakarta Pusat setelah dirinya terkonfirmasi positif
COVID-19. Ia telah menjalani tes usap antigen pada 29 November 2020 dengan hasil negatif
COVID-19, namun keesokan harinya ketika menjalani tes usap PCR dan hasilnya positif
COVID-19. Kemudian, ia mengumumkan bahwa dirinya telah dinyatakan positif COVID-19
melalui media sosial dengan siaran langsung. Di akhir tahun 2020, tepatnya 29 Desember 2020,
ia dinyatakan negatif COVID-19 sesuai dengan hasil tes usap pada sehari sebelumnya.
MASA MUDA
Anies mulai mengenyam pendidikan awal pada usia 5 tahun dan bersekolah di Taman
Kanak-kanak Masjid Syuhada, Kota Yogyakarta. Menginjak usia enam tahun, Anies
bersekolah di SD Negeri Percobaan 2, Kabupaten Sleman. Di masa kecilnya, Anies dikenal
sebagai anak yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Setelah menyelesaikan jenjang
sekolah dasar, ia melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama dan diterima di SMP
Negeri 5 Yogyakarta. Anies bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di
sekolahnya dan menduduki jabatan pengurus bidang Hubungan Masyarakat yang terkenal
dengan sebutan "seksi kematian", karena tugasnya mengabarkan kematian. Anies juga pernah
ditunjuk menjadi ketua panitia tutup tahun semasa sekolah menengah pertama.
Menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Pertama, Anies meneruskan
pendidikannya di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi hingga terpilih
menjadi Wakil Ketua OSIS dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus pelajar
Ketua OSIS seluruh Indonesia. Alhasil, ia terpilih menjadi Ketua OSIS seluruh Indonesia pada
tahun 1985. Pada tahun 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS
dan tinggal selama setahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat. Program ini
membuatnya menempuh masa SMA selama empat tahun dan baru lulus pada tahun
1989. Sekembalinya ke Yogyakarta, Anies mendapat kesempatan berperan di bidang
jurnalistik. Dia bergabung dengan program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia
cabang Yogyakarta dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional.
Menginjak jenjang perguruan tinggi, Anies diterima masuk di Fakultas
Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tahun 1989. Dia tetap aktif
berorganisasi, bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam dan menjadi salah satu anggota
Majelis Penyelamat Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Universitas Gadjah Mada. Anies
menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa di fakultasnya dan ikut membidani kelahiran
kembali Senat Mahasiswa setelah dibekukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dia terpilih menjadi Ketua Senat Universitas melalui kongres pada 1992 dan membuat
beberapa gebrakan dalam lembaga kemahasiswaan. Anies membentuk Badan Eksekutif
Mahasiswa sebagai lembaga eksekutif dan memposisikan senat sebagai lembaga legislatif yang
disahkan oleh kongres pada tahun 1993. Masa kepemimpinannya juga ditandai dengan
dimulainya gerakan berbasis riset, sebuah tanggapan atas tereksposnya kasus Badan
Penyangga dan Pemasaran Cengkeh yang menyangkut Hutomo Mandala Putra, putra dari
Presiden Soeharto. Dia turut menginisiasi demonstrasi melawan penerapan Sistem Dana Sosial
Berhadiah pada bulan November 1993 di Yogyakarta.
Pada tahun 1993, Anies mendapat beasiswa dari Japan Airlines Foundation untuk
mengikuti kuliah musim panas di Universitas Sophia, Tokyo dalam bidang kajian Asia.
Beasiswa ini ia dapatkan setelah memenangkan sebuah lomba menulis bertemakan
lingkungan. Hingga pada akhirnya, Anies lulus dari Universitas Gadjah Mada tahun 1995.
Setelah lulus kuliah, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi
Universitas Gadjah Mada, sebelum mendapat beasiswa Fulbright dari American Indonesian
Exchange Foundation (bahasa Indonesia: Yayasan Pertukaran Pelajar Indonesia–Amerika)
untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan
ekonomi di School of Public Affairs, Universitas Maryland pada tahun 1997. Ia juga
dianugerahi William P. Cole III Fellow di universitasnya, dan lulus pada bulan Desember
1998
Sesaat setelah lulus dari Maryland, Anies kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan
kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University pada tahun 1999. Dia
bekerja sebagai asisten peneliti di Office of Research, Evaluation, and Policy Studies di
kampusnya, dan meraih beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya
diberikan kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun
2004. Disertasinya yang berjudul Regional Autonomy and Patterns of Democracy in
Indonesia menginvestigasi efek dari kebijakan desentralisasi terhadap daya respon dan
transparansi pemerintah daerah serta partisipasi publik, menggunakan data survei dari 177
kabupaten dan kota di Indonesia. Dia lulus pada tahun 2005.
PEMIKIRAN
1. Melunasi Janji Kemerdekaan
Dalam perspektif Anies Baswedan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 negara ini
tak hanya sedang bercita-cita, melainkan sedang berjanji. Menurutnya Republik ini dibangun
dengan ikatan janji, ia menyebutnya Janji Kemerdekaan. Janji kemerdekaan itu diantaranya
janji perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan dan peran global pada setiap anak bangsa.
Menurutnya masih banyak masyarakat yang belum dilunasi janji kemerdekaannya. Baginya
pelunasan janji itu tidak hanya tanggung jawab konstitusional negara dan pemerintah,
melainkan tanggung jawab moral setiap anak bangsa yang telah mendapat pelunasan janji
yakni telah terlindungi, tersejahterakan, dan tercerdaskan. Untuk melunasi janji kemerdekaan
tersebut, maka Anies Baswedan memiliki beberapa pemikiran dan inisiatif yang ia wujudkan
dengan beberapa pihak yang bersama-sama bersedia turun tangan.
2. Tenun Kebangsaan
Salah satu janji kemerdekaan yang banyak mendapat perhatian saat ini adalah soal janji
perlindungan untuk setiap warga negara. Hal ini terkait dengan beberapa tindakan yang
mendiskriminasikan minoritas. Menurut Anies Baswedan Republik ini dirancang untuk
melindungi setiap warga negara. Ia mengilustrasikan Republik ini sebagai sebuah tenun
kebangsaan yang dirajut dari kebhinekaan suku, adat, agama, keyakinan, bahasa, geografis
yang sangat unik. Kekerasan atas nama apapun akan merusak tenun tersebut.
Dalam soal perlindungan terhadap warga negara atas kekerasan yang kerap terjadi
menurut Anies Baswedan harus dilihat sebagai warga negara menyerang warga negara lainnya,
terjadi bukan soal mayoritas lawan minoritas. Menurutnya negara tidak bisa mengatur
perasaan, pikiran, ataupun keyakinan warga negaranya. Namun, negara sangat bisa mengatur
cara mengekspresikannya. Dialog antar pemikiran setajam apapun boleh, namun begitu
berubah jadi kekerasan maka pelakunya berhadapan dengan negara dan hukum.
3. Pendidikan Sebagai Eskalator Ekonomi
Janji kemerdekaan untuk pencerdasan warga negara diwujudkan Anies dalam beberapa
inisiatif. Menurut Anies Baswedan selama empat atau lima dekade terakhir, pendidikan
menjadi eskalator sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Ia mencontohkan, kelas menengah
atas Indonesia saat ini adalah kelas menengah ke bawah dulunya. Karena pendidikan
khususnya pendidikan tinggi-lah status sosial ekonomi dapat naik.
Berbeda dengan beberapa dekade lalu, kini eskalator ini tidak bisa lagi dinaiki semua
orang karena tingginya biaya pendidikan dan akses pendidikan yang terbatas. Untuk mengatasi
maslaha tersebut, Anies Baswedan menelurkan beberapa insiatif pendidikan yang menciptakan
perubahan positif di masyarakat
a. Indonesia Mengajar
Indonesia Mengajar didasari oleh salah satu janji kemerdekaan negara ini dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Banyak masyarakat di daerah yang belum dapat menikmati janji tersebut. Salah satu
permasalahan terbesar pendidikan di daerah yakni distribusi guru yang tidak merata.
Indonesia Mengajar mengirimkan memiliki dua tujuan utama. Pertama adalah
mengirim anak-anak muda terbaik bangsa yang disebut sebagai Pengajar Muda (PM) untuk
mengajar selama satu tahun di Sekolah Dasar di desa-desa terpencil di penjuru negeri. Tak
hanya mengajar para PM juga berinteraksi langsung dengan pemangku kepentingan di daerah
dan masyarakat.
Kedua, menciptakan calon pemimpin yang memiliki pemahaman akar rumput dan
kompetensi global. Dengan bekal pendidikan dan organisasi yang dimiliki oleh para PM
ditambah interaksinya dengan masyarakat akar rumput selama satu tahun membuat PM
memberikan pengalaman kepemimpinan nyata dan pemahaman empatik yang tinggi bagi yang
melaluinya. Dimulai pada tahun 2010 kini Indonesia Mengajar telah memberangkatkan lebih
dari 200 PM ke 17 kabupaten yang tersebar dari barat sampai timur Indonesia
b. Indonesia Menyala
Program Indonesia Menyala berawal dari hasil pengamatan sejumlah Pengajar Muda
sejak mereka ditempatkan pada November 2010. Mereka melihat bahwa mayoritas anak didik
mereka kekurangan bahan bacaan yang bermutu. Melihat kebutuhan tersebut dan kesadaran
atas pentingnya buku untuk teman-teman di pelosok, maka program Indonesia Menyala
diluncurkan pada 15 April 2011.
Indonesia Menyala membentuk perpustakaan-perpustakaan yang bertempat di
wilayah penempatan Pengajar Muda. Perpustakaan Indonesia Menyala terdiri dari dua bentuk
yakni perpustakaan tetap dan perpustakaan berputar. Perpustakaan tetap yaitu perpustakaan
yang berisikan buku yang hanya digunakan di satu sekolah penempatan. Sedangkan,
perpustakaan berputar, berbentuk sebuah tas yang dibawa keliling oleh Pengajar Muda untuk
dibaca oleh masyarakat sekitar. Indonesia Menyala menghilangkan sekat besar akses
terhadap bacaan yang terbatas pada masyarakat masyarakat pedesaan di Indonesia, sehingga
semakin meneguhkan bahwa pendidikan adalah hak yang harus diterima setiap masyarakat.
c. Kelas Inspirasi
Kelas Inspirasi mengundang para profesional yang sukses karena pendidikan untuk turun
tangan berbagi cerita dan pengalaman kerja selama satu hari pada hari yang disebut dengan
Hari Inspirasi. Tujuan Kelas Inspirasi ada dua yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa
untuk belajar dari para profesional, serta agar para profesional, khususnya kelas menengah
secara lebih luas dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan
kita.
Dengan Kelas Inspirasi diharapkan terjalin relasi yang dapat terus menerus sekolah dan
kelas menengah pelihara. Hal ini sebagai wujud jendela komunikasi antara profesional sebagai
kelas menengah dan dunia pendidikan di SD negeri sebagai salah satu area yang perlu
diadvokasi dan dikembangkan terus menerus. Sehingga dengan itu diharapkan mampu
mendorong kalangan profesional untuk berperan aktif dalam pendidikan melalui kegiatan
serupa
4. Kualitas manusia Indonesia
Salah satu janji kemerdekaan adalah janji kesejahteraan. Menurut Anies Baswedan titik
berangkat kesejahteraan bukan seperti dalam perspektif lama yakni Sumber Daya Alam (SDA),
titik berangkatnya adalah kesadaran bahwa garda terdepan untuk meraih kemenangan adalah
kualitas manusia. Ia menggunakan istilah kualitas manusia bukan kualitas sumber daya
manusia. Hal tersebut dikarenakan karena manusia Indonesia tidak boleh dipandang semata-
mata sebagai sumber daya. Kualitas manusia ini hanya bisa diraih lewat pendidikan yang
berkualitas. Pendidikan berkualitas itu sebab utamanya bukan karena gedung, buku, kurikulum
atau bahasa yang berkualitas. Untuk mendorong hal tersebut menurutnya kepemimpinan yang
dibutuhkan adalah kepemimpinan yang menggerakkan manusia Indonesia. Kepemimpinan
yang menginspirasi, bukan mendikte. Kepemimpinan yang bersifat patron-client tidak lagi
cocok untuk kondisi Indonesia saat ini. Yang lebih cocok menurut Anies adalah kepemimpinan
yang mampu membuat orang bergerak, turun tangan dan berkontribusi untuk menyelesaikan
masalah.
5. Pemahaman Akar Rumput Dan Kompetensi Global
Salah satu janji kemerdekaan adalah janji berperan dalam tingkat global. Menurut
Anies Baswedan dahulu pada saat Sumpah Pemuda misalnya seorang Jawa atau Sunda menjadi
Indonesia tanpa kehilangan Jawa atau Sundanya, sekarang kesadaran seperti itu adalah bahwa
kita juga warga dunia. Menurutnya kesadaran yang saat ini diperlukan adalah kesadaran
melampaui Indonesia (beyond Indonesia). Kepada para mahasiswa Anies sering mengatakan
kompetitor mereka bukan lagi dari Universitas yang berada di negeri ini. Kompetitor
mahasiswa itu adalah lulusan Melbourne, AS, Tokyo, dan lain-lain yang memiliki kemampuan
bahasa, ilmu pengetahuan, dan jaringan internasional. Menurutnya yang penting untuk dimiliki
saat ini adalah kompetensi yang bersifat global dan pemahaman akan permasalahan akar
rumput yang nyata terjadi di masyarakat. Istilah yang kerap ia kemukakan adalah grass roots
understanding and world class competence (pemahaman akar rumput dan kompetensi tingkat
dunia.
PENGHARGAAN
1. Nasional
Harian Rakyat Merdeka menganugerahkan The Golden Awards pada peringatan Hari Ulang
Tahun (HUT) harian ini yang ke 14 pada Juni 2013. Anies dipilih atas inspirasinya di bidang
pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar. Selain Anies tokoh yang mendapatkan
penghargaan ini adalah Johan Budi SP (Juru Bicara KPK) dan Ignasius Jonan (Dirut
PT KAI). Pada Agustus 2013, Anies Baswedan mendapatkan Anugerah Integritas Nasional
dari Komunitas Pengusaha Antisuap (Kupas) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia. Penilaian ini didasari atas survey yang dilakukan pada 2012 tentang persepsi
masyarakat terhadap sejumlah tokoh nasional. Anies terpilih bersama beberapa tokoh lain
seperti Komaruddin Hidayat, Abraham Samad, serta Mahfud MD. Menurut Ketua Kupas Ai
Mulyadi Mamoer, mereka yang terpilih adalah mereka yang jujur, bertanggungjawab, visioner,
disiplin, bisa bekerja sama, adil dan peduli. Dompet Dhuafa memberikan penghargaan Dompet
Dhuafa Award 2013 kepada Anies Baswedan pada Juli 2013. Penghargaan ini diberikan kepada
tokoh-tokoh yang dinilai telah memberikan inspirasi kebajikan bagi masyarakat dan
berkontribusi bagi bangsa. Anies Baswedan menerima penghargaan kategori pendidikan. Ia
dipilih karena usahanya melunasi janji kemerdekaan di bidang pendidikan melalui Gerakan
Indonesia Mengajar. Selain Anies Baswedan beberapa tokoh menerima penghargaan ini antara
lain, Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden), Warsito Purwo (Ketua Umum Masyarakat dan
Ilmuwan Teknologi Indonesia), serta Irma Suryati (penggerak kaum difabel). Anies Baswedan
juga menerima penghargaan Tokoh Inspiratif dalam Anugerah Hari Sastra Indonesia.
Penghargaan ini diberikan pada saat perayaan Hari Sastra Nasional pada 3 Juli 2013 di Balai
Budaya Pusat Bahasa, Rawamangun, Jakarta. Anies mendapat penghargaan kategori tokoh
inspiratif. Anies dirasa memiliki track record serta kepedulian dalam memperjuangkan
kemajuan untuk Indonesia.
2. Internasional
Tanda kehormatan