Anda di halaman 1dari 3

MASHURI SALEH

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

WHEN

1968-1973

WHERE

Di Indonesia

WHY

 Saat bersekolah, Mashuri Saleh sangat aktif berorganisasi, seperti Kepanduan Bangsa
Indonesia (KBI) dan Persatuan Pemuda Taman Siswa.
 Di Surakarta, saat Revolusi Kemerdekaan 1945-1949, Mashuri bergabung dalam Ikatan
Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) Surakarta.
 Kemampuannya mengerahkan dan memimpin pelajar-pelajar di Surakarta membuatnya
terpilih sebagai Komandan Batalion 55 Tentara Pelajar (TP) Surakarta.
 Setelah masa revolusi kemerdekaan berakhir, Mashuri melanjutkan pendidikan di Fakultas
Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM).
 Dalam bidang sosial pendidikan Mashuri mengabdikan diri menjadi guru Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA).
 Saat Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB) dibentuk pada tahun 1958 ia bergabung
sebagai anggota Badan Pertimbangan. Pada tahun 1960-1965
 Ia menjadi Ketua Penasehat Penguasa Perang Pusat (Peperu).
 Ia menjadi pengacara sekaligus Ketua Pengurus Persatuan Sarjana Hukum Indonesia
(Persahi).
 Sebagai alumnus UGM ia diminta menjadi Ketua Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada
(KAGAMA).
 Mashuri bekerja di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan kemudian menjabat
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Dirjen PTIP) selama dua periode
berturut-turut 1966-1967 dan 1967-1968.
 Diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam
Kabinet Pembangunan I (1968-1973).
 Dalam Kabinet Pembangunan II (1973-1978) ia dipercaya sebagai Menteri Penerangan.
 Pada tahun 1977-1982 Mashuri menjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan
Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat (MPR/DPR) dari Golkar dan kemudian diangkat sebagai
anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) (1982-1986).

HOW

Selama menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri mengeluarkan


banyak kebijakan, baik di dalam maupun di luar negeri. Ia percaya bahwa pendidikan
Indonesia sangat membutuhkan pemikiran ulang karena pendidikan yang ada pada saat itu
masih didasarkan pada sistem Eropa, sehingga tidak cocok untuk Indonesia.

KEBERHASILAN

Dalam bidang pendidikan:

 Kerja sama dengan Ford Foundation


Ia melakukan pendekatan dan pertemuan dengan Ford Foundation pada tahun 1968.
Ia juga meminta dukungan Dr. Kartomo, seorang ekonomi Amerika yang terlatih, serta para
intelektual lain. Ia kemudian menghubungi Frank Miller, perwakilan Ford Foundation di
Jakarta, agar memberi bantuan atas rencana yang digagasnya. Atas usaha tersebut pada
1969 didirikanlah kantor staf Ford di Jakarta. Salah satu bentuk kerjasama dengan Ford
Foundation dalam bidang pendidikan ialah bantuan kepada panitia Seminar Sejarah Nasional
yang kedua tahun 1970. Panitia yang diketuai oleh sejarawan UGM Sartono Kartodirjo
tersebut disahkan oleh Mashuri dan bertugas menyusun buku sejarah nasional. Mereka
dikirim ke Amerika dan Belanda untuk melakukan studi pustaka. Mereka pun resmi
berhubungan dengan Ford Foundation pada tahun 1971
 Asas Pendidikan
Sistem Pendidikan Pembangunan menggunakan asas Life-Long Education, yang di dalamnya
berarti pendidikan yang diberikan seumur hidup yang membuat lingkungan pendidikan
keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi satu keseluruhan lingkungan pendidikan untuk
menjamin proses pendidikan yang sesuai dengan harapan.
 Pembagian jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan pun dibagi menjadi Taman Kanak-kanak (2 tahun), Sekolah Dasar (8
tahun), Sekolah Lanjutan (4 tahun), Sarjana Muda (4 tahun), dan Sarjana (2 tahun).
 Pembangunan sekolah
Ia membuka tiga Sekolah Tinggi Menengah (STM) Pembangunan di Jakarta, Semarang, dan
Yogyakarta dalam kurun waktu 1971-1971.
 Pembentukan kurikulum
Dalam kurun waktu 1972-1973 ia berhasil menyusun kurikulum dan metode mengajar untuk
semua mata pelajaran di tingkat Sekolah Dasar, silabus dan program kurikulum Sekolah
Menengah Pembangunan, serta kurikulum untuk 17 fakultas atau jurusan di Perguruan
Tinggi.
 Pencetakan buku pelajaran
Buku pelajaran untuk tingkat Sekolah Dasar pun berhasil dicetak dalam Proyek Paket Buku
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebanyak 12.431.000 buah. Buku-buku tersebut
dibagikan secara Cuma-Cuma kepada sekolah dan madrasah baik negeri maupun swasta.
 Penghapusan ujian negara dan ijazah serta menggantikannya dengan ujian sekolah dan Surat
Tanda Tamat Belajar.

Dalam bidang organisasi, kebudayaan, dan olahraga :

 Menyederhanakan lima Direktorat Jenderal menjadi tiga Direktorat Jenderal.


 Membentuk Inspektorat Jenderal serta Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan.
 Penyerahan wewenang di bidang tata-usaha kepegawaian kepada pejabat pejabat tertentu
dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan dilengkapi dengan undang-
undang, peraturan pemerintah, serta peraturan-peraturan lain dalam bidang kepegawaian.
 Mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) menggantikan Ejaan Soewandi
pada tanggal 23 Mei 1972. Ia menandai pergantian ejaan tersebut dengan mencopot nama
jalan yang melintas di depan kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: dari Djl.
Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.
 Pada tanggal 7 September 1966 diadakan pertemuan antara Pemerintah Indonesia dan
Pemerintah Malaysia, termasuk menghidupkan kembali kerja sama bidang kebahasaan.
Pada tanggal 27 Juni 1967 ditandatangani kesepakatan di bidang ejaan dengan melahirkan
Ejaan Melayu-Indonesia (Ejaan Melindo).
 Pada tahun 1971 diselenggarakan kejuaraan tim Golf Amatir Asteng XI. Mashuri hadir dalam
pembukaan kejuaraan tersebut.

KEGAGALAN

 Menetapkan “Kebebasan Ilmiah” dan “Kebebasan Mimbar” bagi perguruan tinggi,


keputusan tersebut bertentangan dengan kehendak Presiden Soekarno.
 Mashuri juga sempat mengemukakan gagasan yang sensasional, yaitu menghapus gelar
kesarjanaan, kecuali doktor dan profesor. Ide tersebut muncul karena ia beranggapan bahwa
kualitas sarjana di Indonesia pada saat itu sangat rendah. Rencana kebijakantersebut menuai
pro dan kontra dari para mahasiswa.

NILAI PEMBELAJARAN

Bernalar kritis

Karena beliau mampu membuat sistem pendidikan Indonesia menjadi lebih baik dengan
pembentukan kurikulum baru, pembangunan sekolah dan membagi buku-buku
pembelajaran secara gratis. Bahkan beliau juga menulis banyak buku-buku yang membahas
tentang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai