Anda di halaman 1dari 9

Mengukur Output Nasional dan Pendapatan Nasional

Ilmu Ekonomi makro mengandalkan data, banyak di antaranya yang dikumpulkan oleh pemerintah
Untuk mempelasari perekonomian kata beth data output total pendapatan tatal konumai total, dan
semacamnya Kebanyakan data ekonomi makro berasal dari laporan data produk dan pendapatan
nasional yang men deskripsikan komponen pendapatan nasional dalam perekonomian Di AS laporan
data ini dihasilkan olch Bro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS.

Laporan data produk dan pendapatan nasional lebih dari sekedar menyampaikan data tentang kinerja
perekonomian Laporan laporan data itu juga memberikan kerangka konseptual yang digunakan oleh
para ekonom makro untuk memikirkan tentang bagaimana bagian-bagian perekonomian saling
menyesuaikan. Ketika para ekonom memikirkan ekonomi makro, kategori dan kosakata yang mereka
gunakan berasal dari laporan data pendapatan dan produk nasional. Laporan data pendapatan dan
produk nasional bisa dianalogikan dengan diagram mekanis atau kabel-kabel pada suatu mesin mobil.
Diagram ini tidak menerangkan cara kerja mesin tersebut, melainkan mengidentifikasi bagian-bagian
penting dari suatu mesin dan menunjukkan hubungan-hubungannya. Mencoba memahami ekonomi
makro tanpa memahami akuntansi pendapatan nasional seperti mencoba memperbaiki mesin tanpa
diagram mekanis dan tanpa mengetahui nama bagian mesin tersebut.

PRODUK DOMESTIK BRUTO


Konsep kunci dalam laporan data produk dan pendapatan nasional adalah produk domestik bruto (GDP,
gross domestic product). GDP adalah nilai pasar total output suatu negara. GDP merupakan nilai pasar
semua barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor-faktor
produksi yang berlokasi dalam suatu negara. GDP AS pada tahun 2004-nilai semua output yang
dihasilkan oleh faktor-faktor produksi di Amerika Serikat tahun 2004-adalah $11.734.3 miliar. Sentralnya
GDP sebagai konsep kerja tidak bisa disalahartikan. Sebagaimana suatu perusahaan individual perlu
mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan operasinya tiap tahun, demikian pula perekonomian secara
keseluruhan perlu menilai dirinya sendiri. GDP, sebagai ukuran produksi total suatu perekonomian,
memberikan bagi kita “buku rapor” ekonomi suatu negara.

BARANG DAN JASA AKHIR


Pertama, perhatikan bahwa definisi GDP mengacu pada barang dan jasa akhir Bany harang yang
diproduksi dalam suatu perekonomian tidak dikelompokkan sebagai batang akur, melainkan sebagai
barang perantara Barang perantara diproduksi oleh suatu per usahaan untuk digunakan dalam proses
berikutnya oleh perusahaan lain. Sebagan coreo ban yang dijual pada produsen mobil adalah barang
perantara. Nilai barang perant ava an jasa rang dan produks indak dihitung dalam GDP Mengapa barang
perantara tidak dihitung dalam GDP Anggaplah bahwa dalam memproduksi sebuah mobil, General
Motors (GM) membayar 5200 pada Goodyear untul ban GM menggunakan han-ban ini (bersama
komponen lain) untuk merakit sebuah mobi yang dijual seharga $24.000. Nilai mobil tersebut (termasuk
bannya) adalah $24.000, bukan $24.000 5200. Harga akhir mobil itu telah mencerminkan nilai semua
komponennya Menghitung nilai ban yang dijual pada produsen mobil maupun nila mobil yang dinal
pada konsumen dalam GDP akan mengakibatkan perhitungan ganda (double counting). Perhitungan
ganda juga bisa dihindari dengan hanya menghitung nilai yang ditambahkan rantara diproduksi
erusahaan kan sprodus pada suatu produk oleh tap perusahaan dalam proses produksinya, Nilai tambah
(value added) selama beberapa tahap produksi adalah selisih antara nilai barang sewaktu meninggalkan
tahap produksi dan biaya barang itu sewaktu memasuki tahap itu. Nilas tambah diilustrasikan dalam
Tabel 19.1. Empat tahap produksi satu galon bensin adalah (1) pengeboran minyak, (2) penyulingan, (3)
pengiriman, dan (4) penjualan eceran Dalam tahap pertama, nilai tambal adalah nilai penjualan. Dalam
tahap kedua, penyuling member minyak dari pengebor, menyulingnya menjadi bensin, dan menjualnya
pada pengirim Penyuling membayar pengebor $1.00 per galon dan menagih pengirim $1,30. Nilai
tambah oleh penyuling adalah $0.30 per galon. Pengirim kemudian menjual bensin tersebut pada
pengecer senilai $1,60. Nilai tambah pada tahap produksi ketiga adalah $0.30. Akhirnya, pengecer
menjual bensin pada konsumen senilai $2.00. Nilai tambah pada tahap keempat adalah $0,40, dan nilai
tambah total dalam proses produksi adalah $2.00, sama dengan nilai penjualan pada tingkat eceran.
Menambahkan nilai penjualan total pada tiap tahap produksi ($1,00 + $1.30 + $1,60 + $2,00 = $5.90)
malah menjadikan nilai galon bensin terlalu tinggi. h Seush arang nggalkan produksi ang au Dalam
menghitung GDP, kita bisa menjumlahkan nilai tambah pada tiap tahap produksi atau kita bisa
mengambil nilai penjualan akhir. Kita tidak menggunakan nilai penjualan total dalam perekonomian
untuk mengukur jumlah output yang telah diproduksi

PENGECUALIAN BARANG BEKAS DAN TRANSAKSI KERTAS


GDP hanya dihubungkan dengan produksi baru, atau saat ini. Output lama tidak dihitung dalam GDP
saat ini karena telah dihitung sebelumnya pada saat diproduksi. Perhitungan ganda terjadi jika kita
menghitung penjualan barang bekas dalam GDP saat ini. Jika seseorang menjual mobil bekas pada kita,
transaksinya tidak dihitung dalam GDP, karena tidak ada produksi baru yang terjadi. Demikian pula,
sebuah rumah dihitung dalam GDP hanya pada saat dibangun, bukan tiap kali dijual kembali. Singkatnya
GDP mengabaikan semua transaksi di mana uang atau barang berpindah tangan, kecuali jika ada barang
dan jasa baru yang diproduksi. Penjualan saham dan obligasi tidak dihitung dalam GDP. Pertukaran ini
merupakan transfer kepemilikan aset, baik secara elektronis maupun melalui pertukaran kertas, dan
tidak berhubungan dengan produksi saat ini. Akan tetapi, bagaimana jika Anda menjual saham atau
obligasi lebih dari nilai awal yang Anda bayarkan? Laba dari pasar saham atau obligasi tidak ada
hubungannya dengan produksi saat ini, sehingga tidak dihitung dalam GDP. Akan tetapi, jika Anda
membayar fee pada pialang untuk menjual saham milik Anda pada orang lain, fee ini dihitung dalam
GDP, karena pialang melakukan suatu jasa bagi Anda. Jasa ini adalah bagian produksi saat ini. Hati-hati
membedakan antara pertukaran saham dan obligasi untuk mendapatkan uang (atau untuk
mendapatkan saham dan obligasi lain), yang tidak melibatkan produksi saat ini, dan fee melakukan
pertukaran seperti itu, yang jelas melibatkan produksi saat ini.

PENGECUALIAN OUTPUT YANG DIPRODUKSI DI LUAR NEGERI OLEH FAKTOR PRODUKSI YANG DIMILIKI
DALAM NEGERI GDP
adalah nilai output yang diproduksi oleh faktor produksi yang terletak dalam suatu negara. Tiga faktor
produksi dasar adalah tanah, tenaga kerja, dan modal. Tenaga kerja warga negara AS diperhitungkan
sebagai faktor produksi yang dimiliki dalam negeri untuk Amerika Serikat. Output yang diproduksi oleh
warga negara di luar negeri-misalnya, warga negara AS yang bekerja untuk perusahaan asing-tidak
dicatat dalam GDP AS karena outp tidak dihasilkan di dalam negara Amerika Serikat. Demikian pula, laba
yang dihasilkan. luar negeri oleh perusahaan AS tidak diperhitungkan dalam GDP AS. Akan tetapi, outp
yang diproduksi oleh orang asing yang bekerja di Amerika Serikat diperhitungkan dalam GDP AS karena
output tersebut dihasilkan dalam Amerika Serikat. Demikian pula ll yang dihasilkan di Amerika Serikat
oleh perusahaan yang dimiliki asing diperhitungkan Kadang-kadang bermanfaat pula memiliki ukuran
output yang diproduksi oleh lak dalam GDP AS. produksi yang dimiliki oleh warga suatu negara tanpa
memandang di mana output terb diproduksi. Ukuran ini disebut produk nasional bruto (GNP, gross
national product) Bagi sebagian besar negara, termasuk Amerika Serikat, selisih antara GDP dan GNP
kecil. Pada tahun 2004, GNP Amerika Serikat adalah $11.788,0 miliar, yang mendekati S 734,3 miliar dari
GDP negara itu. Selisih antara GDP dan GNP bisa saja rumit. Perhatikan pabrik Honda di Mary Ohio.
Pabrik ini dimiliki oleh Honda Corporation, sebuah perusahaan lepang, tapi sebag besar pekerja yang
dipekerjakan di pabrik itu adalah pekerja AS, Meskipun semua pabrik itu dimasukkan dalam GDP AS,
hanya sebagiannya yang dimasukkan dalam GNP AS Upah yang dibayarkan pada pekerja AS adalah
bagian GNP AS, sedangkan laba pabrik tida termasuk GNP AS. Laba pabrik dihitung dalam GNP Jepang
karena output ini diproduk oleh faktor produksi yang dimiliki oleh Jepang (dalam kasus ini modal
Jepang). Akan tetap laba tidak dihitung dalam GDP Jepang karena tidak dihasilkan di Jepang.

MENGHITUNG GDP
GDP bisa dihitung dengan dua cara. Salah satunya adalah menjumlahkan semas jumlah total yang
dibelanjakan pada semua barang akhir selama periode tertentu Im adalah pendekatan pengeluaran
dalam menghitung GDP. Pendekatan lainnya adalah menjumlahkan pendapatan upah, sewa, bunga, dan
laba-yang diterima oleh semua faktor produksi dalam menghasilkan barang akhir. Ini adalah pendekatan
pendapatan dalam menghitung GDP. Kedua metode ini menghasilkan nilai GDP yang sama, dengan
alasan yang kita bahas pada bab sebelumnya: Tiap pembayaran (pengeluaran) oleh seorang pembeli
pada saat yang sama adalah penerimaan (pendapatan) untuk penjual. Kita bisa mengukur pendapatan
yang diterima maupun pengeluaran yang dilakukan dan kemudian mendapatkan output total yang
sama. Anggaplah perekonomian terdiri dari hanya satu perusahaan dan output total per usahaan
tersebut tiap tahun adalah $1 juta. Karena jumlah total yang dibelanjakan pada output tahun ini adalah
$1 juta, GDP tahun ini adalah S1 juta. (Ingat: Pendekatan pengeluaran menghitung GDP berdasarkan
jumlah total yang dibelanjakan pada barang dan jasa akhir dalam perekonomian.) Akan tetapi, setiap
dolar GDP pasti dibayarkan pada seseorang atau tetap menjadi hak pemilik perusahaan sebagai laba.
Dengan menggunakan pendekatan pendapatan, kita menjumlahkan upah yang dibayarkan pada
karyawan perusahaan, bunga yang dibayar pada orang yang meminjamkan uang pada perusahaan, dan
upah vang dibayar pada orang yang menyewa tanah, bangunan, atau peralatan pada perusahaan, lika
kita menambahkan pendapatan semua faktor produksi, termasuk laba bagi pemilik. mendapatkan GDP
juga senilai $1 juta.
PENDEKATAN PENGELUARAN
Dalam bab sebelumnya kita mempelajari empat kelompok utama dalam perekonomian rumah tangga,
perusahaan, pemerintah, dan negara lain di dunia. Juga ada empat kategori.
Kategori Pengeluaran:
 Pengeluaran konsumsi pribadi (C): belanja rumah tangga atas barang konsumen
 Investasi swasta dalam negeri bruto (7): belanja oleh perusahaan dan rumah Kategori
pengeluaran tangga atas modal bars, seperti pabrik, peralatan, persediaan, dan struktur
perumahan baru
 Konsumsi dan investasi bruto pemerintah (G)
 Ekspor neto (EXIM) belanja neto oleh negara lain di dunia, atau ekspor (EX) manus impor (IM).
Pendekatan pengeluaran menghitung GDP dengan menjumlahkan keempat komponen belanis ini.
Dalam bentuk persamaan GDP = C+1+G+LEX - IM) GDP AS adalah $11.734.3 miliar pada tahun 2004.
Empat komponent pendekatan pengeluaran diperlihatkan pada Tabel 19.2. bersama berbagai
kategorinya. Pengeluaran Konsumsi Pribadi (C) Bagian terbesar dari GDP meliputi pengeluaran konsumsi
pribadi (C) Tabel 19.2 memperlihatkan bahwa pada tahun 2004, jumlah pengeluaran konsumsi pribadi
meliput: 70,0 persen GDP. Im adalah pengeluaran oleh konsumen atas barang dan s Ada tiga kategori
utama pengeluaran konsumen barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa. Barang tahan lama
seperti mobil, perabotan, peralatan rumah tangga, relatif bertahan dalam jangka panung Barang tidak
tahan lama, seperti makanan. pakaian, bensin, dan rokok, dihabiskan dengan segera Pembayaran jasa-
sesuatu yang kita tidak meliputi produksi hal finik-meliputi pengeluaran untuk layanan dokter. beli yang
pengacara, dan lembaga pendidikan. Seperti diperlihatkan oleh Tabel 19.2. pada tahun 2004
pengeluaran barang tahan lama meliputi 8.4 persen GDP. barang tidak tahan lama sebesar 20.2 persen,
dan jasa 41,4 persen.

Investasi Swasta Dalam Negeri Bruto (1) Inves, menurut istilah imo choos mengacu pada pembelian
modal baru-perumahan, pabrik, peralatan, dan persediaan. Penggunaan ekonomis istilah ini bertolak
belakang dengan penggunaan tiap hari, di mana investas sering diartikan pembelian saham, obligasi,
atau reksadana Investasi total dalam modal oleh sektor swasta disebut investasi swasta dalam negeri
bruto (1). Pengeluaran oleh perusahaan untuk mesin, alat-alar, pabra, dan seterusnya membentuk
investasi nonperumahan. Karena im adalah barang yang dibela oleh perusahaan untuk penggunaan
akhir, barang ini adalah bagian dari penjualan ahe dan dihitung dalam GDP. Pengeluaran rumah baru
dan bangunan apartemen membentuk Investasi perumahan. Komponen ketiga investasi swasta bruto,
perubahan persediaan bisnis, adalah jumlah perubahan persediaan perusahaan selama suatu periode.
Persedesn bisnis bisa dipandang sebagai barang yang diproduksi oleh perusahaan saat ins tapi
dimaksudkan untuk dijual kemudian. Pada tahun 2004, investasi swasta bruto meliputi 16.4 persen dari
GDP. Dari jumlah ini, 10.2 persen adalah investasi nonperumahan, 5,7 persen adalah investasi
perumahan, dan 0,5 persen adalah perubahan persediaan bisnis. Perubahan Persediaan Bisnis
Kadangkala mahasiswa dibingungkan karena persedin dihitung sebagai modal, sedangkan perubahan
persediaan dihitung sebagai bagian inves swasta dalam negeri bruto. Meskipun demikian, secara
konseptual ini masuk akal. Persediaan yang dimiliki suatu perusahaan memiliki nilai, dan memiliki suatu
tujuan, atau memberikan jasa, bagi perusahaan. Persediaan jelas memiliki nila. Pikirkan tentang
persediaan penyalur mobil baru atau toko pakaian, atau stok komputer yang baru diproduksi tapi tidak
terjual dan menunggu pengiriman. Semua ini memiliki nilai. Akan tetapi, jasa apa yang diberikan oleh
persediaan? Perusahaan menyimpan sto persediaan karena sejumlah alasan. Salah satunya adalah
memenuhi permintaan yang tak terduga. Perusahaan tidak bisa memastikan kuantitas yang akan
mereka jual dari waktu ke waktu. Penjualan naik-turun. Untuk mempertahankan nama baik di mata
pelanggannya, perusahaan harus mampu menanggapi peningkatan penjualan yang tak terduga. Satu-
satunya cara melakukan hal itu adalah dengan menyimpan persediaan. Beberapa perusahaan
menggunakan persediaan untuk memberikan jasa langsung bagi pelanggan fungsi utama toko eceran.
Toko bahan makanan memberikan suatu jasa kenyamanan. Toko itu sendiri tidak memproduksi
makanan sama sekali. Toko ini hanya menyusun dan menempatkan beragam barang dan meletakkannya
di pajangan sehingga konsumen yang memiliki beragam selera bisa datang dan berbelanja di satu
tempat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal yang sama berlaku pula untuk toko pakaian
atau peralatan. Untuk memberikan jasanya, toko seperti ini perlu pencahayaan, counter, mesin kasir,
bangunan, dan banyak persediaan. Stok modal terdiri atas pabrik, peralatan, dan persediaan; akumulasi
persediaan adalah bagian dari perubahan stok modal, atau investasi. Ingat bahwa GDP bukanlah nilai
pasar penjualan akhir total selama suatu periode GDP adalah nilai pasar produksi total. Hubungan
antara produksi total dan penjualan total adalah:
GDP = penjualan akhir + perubahan persediaan bisnis

PENDEKATAN PENDAPATAN Sekarang kita beralih ke perhitungan GDP dengan menggunakan


pendekatan pendapatan, yang melihat GDP dalam hal siapa yang menerimanya sebagai pendapatan,
bukan siapa yang membelinya. m The Kita memulainya dengan konsep pendapatan nasional, yang
didefinisikan di Tabel 19.3. Pendapatan nasional adalah jumlah delapan butir pendapatan. Kompensasi
karyawan, yang terbesar dari delapan butir tersebut, meliputi upah dan gaji yang dibayarkan pada
rumah tangga oleh perusahaan dan pemerintah, serta berbagai tambahan atas upah dan gaji seperti
kontribusi yang dilakukan perusahaan atas dana pensiun pribadi dan asuransi sosial. Pendapatan
perusahaan perseorangan adalah pendapatan bisnis yang tidak berbentuk perseroan. Pendapatan sewa,
suatu butir minor, adalah pendapatan yang diterima oleh pemilik properti dalam bentuk sewa. Laba
perseroan terbatas, butir terbesar kedua dari delapan butir ini adalah pendapatan korporasi.
Bunga neto adalah bunga yang dibayarkan oleh bisnis. (Bunga yang dibayar oleh rumah tangga dan
pemerintah tidak dihitung dalam GDP karena tidak diasumsikan mengalir dari produksi barang dan jasa.)
Butir keenam, pajak tak langsung dikurangi subsidi, meliputi pajak seperti pajak penjualan, bea cukai,
dan ongkos lisensi dikurangi subsidi yang dibayar oleh pemerintah, di mana pemerintah tidak menerima
barang atau jasa sebagai imbalannya. (Subsidi merupakan pajak negatif.) Oleh karena itu nilai pajak tak
langsung dikurangi subsidi adalah pendapatan neto yang diterima oleh pemerintah. Pembayaran
transfer bisnis neto adalah pembayaran transfer neto oleh bisnis pada pihak lain sehingga menjadi
pendapatan pihak Pin. Butir terakhir adalah surplus perusahaan pemerintah, yang merupakan
pendapatan perusahaan-perusahaan pemerintah. Tabel 19.3 memperlihatkan bahwa butir ini negatif
pada tahun 2004. Perusahaan pemerintah mengalami kerugian neto. Per Sa Sa Pendapatan nasional
adalah pendapatan total negara, tapi bukan GDP belaka. Tabel 19.4 memperlihatkan hal-hal yang
terlibat dalam memperoleh GDP dari pendapatan nasional. Tabel 19.4 mula-mula memperlihatkan
bahwa ketika beralih dari produk domestik bruto (GDP) ke produk nasional bruto (GNP), kita perlu
menambahkan penerimaan pendapatan faktor dari negara lain di dunia dan mengurangkan pembayaran
pendapatan faktor nasional pada negara lain di dunia. Pendapatan nasional adalah pendapatan warga
suatu negara, bukan pendapatan penduduk negara itu, sehingga kita perlu berawal dari GDP sebelum
beralih ke GNP. Hal ini, seperti telah dibahas sebelumnya, adalah penyesuaian kecil. Kemudian kita perlu
mengurangkan depresiasi dari GNP, yang merupakan penyesuaian besar. GNP dikurangi depresiasi
disebut dengan produk nasional netto (NNP). Mengapa depresiasi dikurangkan? Untuk melihat
sebabnya, kembalilah ke contoh sebelumnya pada bab ini, di mana perekonomian hanya terbentuk dari
satu perusahaan dan output total (GDP) untuk tahun itu adalah 51 juta. Asumsikan bahwa setelah
perusahaan membayar upah, bunga, dan sewa, perusahaan masih punya $100.000. Asumsikan pula
bahwa stok modal terdepresiasi senilai S40.000 selama tahun itu. Pendapatan nasional meliputi laba
perseroan terbatas (lihat Tabel 19.3), dan dalam menghitung laba perseroan, depresiasi $40.000
dikurangkan dari S100.000, yang menyisakan laba $60.000. Ketika kita menghitung GDP dengan
menggunakan pendekatan pengeluaran, depresiasi tidak dikurangkan. Kita hanya menambahkan
konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor neto. Dalam contoh sederhana kita, jumlahnya
tepat $1 juta. Karena itu, kita harus mengurangkan depresiasi dari GDP (sebenarnya GNP, jika ada sektor
luar negeri) untuk mendapatkan pendapatan nasional. Tabel 19.4 memperlihatkan bahwa pendapatan
nasional dan produk nasional neto adalah sama kecuali jika ada perbedaan statistik.

GDP NOMINAL VS RIIL


Sejauh ini, kita telah melihat GDP yang diukur dengan nilai uang saat ini, atau harga saat ini vang kita
bayarkan untuk barang dan jasa. Ketika suatu variabel diukur dengan uang saat ini, hal ini
mendeskripsikan nilai nominal. GDP nominal adalah GDP yang diukur dengan nilai uang saat ini-semua
komponen GDP dinilai pada harganya saat ini. Dalam banyak penerapan ilmu ekonomi makro, GDP
nominal bukanlah ukuran Baran Bara Total produksi yang sangat disukai. Mengapa? Asumsikan hanya
ada satu barang-katakanlah. pizza. Pada tiap tahun 1 dan 2, 100 unit (potong) pizza dihasilkan. Oleh
sebab itu, produksi tetap sama pada tahun 1 dan tahun 2. Anggaplah harga pizza meningkat dari $1,00
per potong pada tahun 1 menjadi $1.10 per potong pada tahun 2. GDP nominal pada tahun I adalah
$100 (100 unit x $1.00 per unit), dan GDP nominai pada tahun 2 adalah $110 (100 unit x $1.10 per unit).
GDP nominal meningkat sebesar $10, meskipun tidak ada lebih banyak potongan pizza yang dihasilkan.
Jika kita menggunakan GDP nominal untuk mengukur pertumbuhan, kita bisa keliru mengganggap
bahwa produksi tumbuh, padahal yang terjadi hanyalah peningkatan tingkat harga (inflasi). de ta Jika
hanya ada satu barang dalam perekonomian-contohnya pizza-akan mudah mengukur produksi dan
membandingkan nilai satu tahun dengan tahun lain. Kita akan menambahkan semua potong pizza yang
diproduksi tiap tahun. Dalam contoh, produksi adalah 100 pada kedua tahun. Jika jumlah pizza
meningkat menjadi 105 pada tahun 2, kita akan mengatakan produksi meningkat sebesar 5 potong
antara tahun 1 dan tahun 2, yang merupakan peningkatan 5 persen. Sayangnya, ada lebih dari satu
barang dalam perekonomian. Berikut ini adalah pembahasan tentang bagaimana BEA (Biro Analisis
Ekonomi AS) menyesuaikan GDP nominal atas perubahan harga. Sewaktu Anda membaca pembahasan
ini, camkan bahwa penyesuaian ini tidaklah mudah. Bahkan dalam perekonomian yang hanya terdiri
atas apel dan jeruk pun, tidak akan jelas bagaimana menambahkan apel dan jeruk untuk mendapatkan
keseluruhan ukuran output. Padahal, tugas BEA adalah menjumlahkan ribuan barang, masing-masing
harganya berubah dari waktu ke waktu. Dalam pembahasan berikut ini, kita akan menggunakan konsep
bobot, baik bobot harga maupun bobot kuantitas. Apakah bobot itu? Paling mudah mendefinisikan
istilah ini dengan suatu contoh. Anggaplah dalam kuliah ilmu ekonomi Anda ada ujian akhir dan dua tes
lain. Jika ujian akhir meliputi setengah dari kelulusan dan dua tes lain masing masing berpengaruh
seperempat dari kelulusan, "bobot"-nya adalah setengah, seperempat, dan seperempat. Jika sebaliknya
ujian akhir mempengaruhi 80 persen dari kelulusan dan dua tes lain hanya 10 persen masing-masing,
bobotnya adalah 0,8, 0,1, dan 0,1. Semakin penting suatu butir dalam suatu kelompok, semakin besar
bobotnya.

MENGHITUNG GDP RIIL


GDP nominal yang disesuaikan dengan perubahan harga disebut GDP riil. Semua persoalan utama yang
terlibat dalam menghitung GDP riil bisa dibahas dengan menggunakan perekonomian tiga barang
sederhana dan kurun waktu 2 tahun. Tabel 19.6 menampilkan semua data yang akan kita butuhkan.
Tabel tersebut memperlihatkan data harga dan kuantitas untuk periode 2 tahun dan tiga barang. Barang
tersebut diberi label A, B, dan C, dan tahun diberi label 1 dan 2. P menunjukkan harga, dan Q
menunjukkan kuantitas.
MENGHITUNG GDP DEFLATOR
Sekarang kita beralih dari GDP rill, suatu ukuran kuantitas, menuju GDP deflator, suatu kuran harga.
Salah satu tujuan para pengambil kebijakan adalah mempertahankan per bahan dalam semua tingkat
harga keseluruhan tetap kecil. Karena alasan ini, pengambil kebijakan tidak hanya memerlukan ukuran
yang baik tentang bagaimana output riil berubah, api juga ukuran yang baik tentang bagaimana tingkat
harga keseluruhan berubah. GDP Jeflator adalah ukuran tingkat harga keseluruhan. Kita bisa
menggunakan data dalam Tabel 19.6 untuk memperlihatkan bagaimana GDP deflator dihitung oleh BEA.
Pada Tabel 19.6, harga barang A turun dari 50,50 pada tahun 1 menjadi 50,40 pada tahun 2; harga
barang B naik dari 50,30 menjadi $1,00; dan harga barang C naik dari S0,70 menjadi $0,90. Jika kita
tertarik hanya pada terjadinya perubahan harga individual, ini sudah mencakup semua informasi yang
kita perlukan. Akan tetapi, jika kita tertarik pada bagaimana tingkat harga keseluruhan berubah, kita
perlu memberi bobot harga individual dengan suatu cara. Bobot yang akan digunakan adalah kuantitas
yang diproduksi, tapi kuantitas yang mana-pada tahun 1 atau pada tahun 2? Persoalan yang sama
muncul di sini terkait bobot kuantitas seperti halnya bobot harga dalam menghitung GDP riil. Mula-mula
kita gunakan prosedur bobot tetap dan tahun I sebagai tahun dasar, yang berarti menggunakan
kuantitas tahun 1 sebagai bobot. Kemudian pada Tabel 19.6, harga "bundel (gabungan)" dalam tahun 1
adalah $12,10 (kolom 5), sedang harga bundel pada tahun 2 adalah $18,40 (kolom 7). Kedua kolom
menggunakan kuantitas tahun 1. Harga bundel meningkat dari $12,10 menjadi $18,40, dengan
peningkatan sebesar 52,1 persen. Kemudian gunakan prosedur bobot tetap dan tahun 2 sebagai tahun
dasar, yang berarti menggunakan kuantitas tahun 2 sebagai bobot. Dengan demikian harga bundel pada
tahun 1 adalah $15,10 (kolom 6), dan harga bundel pada tahun 2 adalah $19,20 (kolom 8). Kedua kolom
menggunakan kuantitas tahun 2. Harga bundel meningkat dari $15,10 menjadi $19,20, dengan
peningkatan sebesar 27,2 persen.

MASALAH BOBOT TETAP


Untuk memahami alasan BEA beralih ke prosedur baru, pertimbangkanlah sejumlah masalah dalam
penggunaan bobot harga tetap untuk menghitung GDP riil Pertama, bobot harga 1987, bobot harga
terakhir yang digunakan BEA sebelum mengganti prosedur, cenderung kurang akurat untuk, katakanlah
kurun 1950-an. Banyak perubahan struktural telah terjadi dalam perekonomian AS pada 40 hingga 50
tahun terakhir, dan sepertinya tidak mungkin bahwa harga tahun 1987 adalah bobot yang baik untuk
digunakan pada kurun 1950-an. Masalah lain adalah bahwa penggunaan bobot harga tetap tidak
memperhitungkan tanggapan dalam perekonomian terhadap pergeseran penawaran. Katakanlah cuaca
yang buruk menyebabkan produksi jeruk yang lebih rendah pada tahun 2. Dalam diagram permintaan
dan penawaran jeruk, hal ini berhubungan dengan pergeseran kurva penawaran ke kiri, yang
menyebabkan peningkatan harga jeruk dan penurunan kuantitas yang diminta. Sewaktu konsumen
bergerak naik pada kurva permintaan, mereka mengganti jeruk. Jika kemajuan teknologi pada tahun 2
menghasilkan cara yang lebih murah untuk memproduksi komputer, hasilnya adalah pergeseran kurva
penawaran komputer ke kanan, yang menyebabkan penurunan harga komputer dan peningkatan
kuantitas yang diminta. Konsumen beralih ke komputer. (Anda seharusnya bisa menggambarkan
diagram penawaran dan permintaan untuk kedua kasus ini.) Tabel 19.6 memperlihatkan kecenderungan
ini. Kuantitas barang A naik antara tahun 1 dan 2 dan harga turun (kasus komputer), sedangkan
kuantitas barang B turun dan harga naik (kasus jeruk). Kurva penawaran komputer bergeser ke kanan
dari waktu ke waktu, terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi. Hasilnya adalah penurunan besar
dalam harga komputer dan peningkatan besar dalam kuantitas yang diminta. Untuk melihat mengapa
tanggapan ini menyebabkan masalah penggunaan bobot harga tetap, perhatikan data pada Tabel 19.6.
Karena harga barang A lebih tinggi pada tahun 1, peningkatan produksi barang A diberi bobot lebih jika
kita menggunakan tahun 1 sebagai tahun dasar daripada jika kita menggunakan tahun 2 sebagai tahun
dasar. Selain itu, karena harga barang B lebih rendah pada tahun 1, penurunan produksi barang B diberi
bobot lebih rendah jika kita menggunakan tahun 1 sebagai tahun dasar. Efek ini membuat perubahan
keseluruhan dalam GDP riil lebih besar jika kita menggunakan bobot harga tahun 1 dibanding jika kita
menggunakan bobot harga tahun 2. Menggunakan bobot harga tahun 1 menyebabkan diabaikannya
jenis tanggapan substitusi yang dibahas pada paragraf sebelumnya dan menyebabkan hal yang
dipandang banyak ekonom sebagai estimasi perubahan GDP yang terlalu besar. Pada masa lalu, BEA
cenderung memindahkan tahun dasar ke tahun berikutnya tiap 5 tahun, yang menyebabkan estimasi
pertumbuhan GDP tahun sebelumnya direvisi ke bawah. Mengubah estimasi pertumbuhan GDP tahun
sebelumnya tidak disukai hanya karena perubahan terhadap tahun dasar baru. Prosedur BEA yang baru
menghindari banyak masalah bobot tetap seperti ini.

KETERBATASAN KONSEP GDP


Beberapa masalah serius muncul ketika kita mencoba menggunakan GDP sebagai ukuran kebahagiaan
atau kesejahteraan, selarang kita akan menunjukkan beberapa keterbatasan konsep GDP sebagai
ukuran kesejateraan.

GDP DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


Jika tingkat kejahatan turun, masyarakat akan lebih baik, tapi penurunan kejahatan bukanlah
peningkatan output dan tidak tercermin dalam GDP. Ini juga bukan peningkatan waktu luang Tapi,
besarnya keinginan rumah tangga akan waktu luang ekstra (alih-alih terpaksa memiliki waktu luang
karena kurangnya lapangan pekerjaan dalam perekonomian), peningkatan waktu luang juga berarti
peningkatan kesejahteraan sosial. Lagipula, beberapa peningkatan dalam kesejahteraan sosial
berhubungan dengan penurunan GDP. Peningkatan waktu luang selama waktu penggunaan tenaga kerja
penuh (full employment), misalnya, menyebabkan penurunan GDP karena lebih sedikit waktu yang
digunakan untuk memproduksi output. Sebagian besar aktivitas nonpasar dan rumah tangga, seperti
pekerjaan rumah dan mengasuh anak, tidak dihitung dalam GDP, meskipun memperlihatkan produksi
riil. Akan tetapi, jika saya memutuskan untuk mengirim anak saya ke tempat penitipan anak atau
mempekerjakan seseorang untuk membersihkan rumah saya atau menyetir mobil untuk saya, GDP akan
meningkat. Gaji staf penitipan anak, petugas bersih-bersih, dan sopir, dihitung dalam GDP, tapi waktu
yang saya habiskan untuk melakukan hal tersebut sendiri tidak dihitung. Perubahan kecil pengaturan
kelembagaan, meskipun tidak ada produksi output yang lebih banyak, bisa memperlihatkan perubahan
dalam GDP. Lagipula, GDP jarang mencerminkan kerugian atau penyakit sosial. Aturan akuntansi GDP
tidak menyesuaikan produksi yang mencemari lingkungan. Semakin besar produksi, semakin besar pula
GDP, terlepas dari berapa banyak polusi yang dihasilkan. GDP juga tidak ada kaitannya dengan distribusi
output bagi para individu dalam masyarakat. GDP tidak membedakan, misalnya, kasus di mana sebagian
besar output sampai ke tangan sedikit orang dengan kasus di mana output dibagi merata dalam
masyarakat. Kita tidak bisa menggunakan GDP untuk mengukur efek kebijakan redistribusi (yang
mengambil pendapatan beberapa orang dan memberikannya kepada orang lain).

PEREKONOMIAN BAWAH TANAH


Banyak transaksi yang hilang dalam perhitungan GDP, meskipun pada prinsipnya seharusnya dihitung
Sebagian besar transaksi ilegal hilang kecuali jika dicuci menjadi bisnis yang sah. Pendapatan yang
dihasilkan tapi tidak dilaporkan sebagai pendapatan untuk tujuan pajak biasanya hilang, meskipun
beberapa penyesuaian dilakukan dalam perhitungan GDP untuk memperhitungkan pendapatan yang tak
dilaporkan Bagian perekonomian yang seharusnya dihitung dalam GDP tapi tidak dihitung kadangkala
disebut dengan perekonomian bawah tanah. kan Penghindaran pajak biasanya dipandang sebagai
insentif utama bagi orang untuk berpartisipasi dalam perekonomian bawah tanah. Penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perekonomian bawah tanah AS yang meliputi dari 5 persen hingga 30
persen dari GDP, bisa disejajarkan dengan ukuran perekonomian bawah tanah di sebagian besar negara
Eropa dan mungkin jauh lebih kecil dibandingkan ukuran perekonomian bawah tanah di negara-negara
Eropa Timur Estimasi perekonomian bawah tanah Italia berkisar dari 10 persen hingga 35 persen dari
GDP Italia. Pada ujung terendah skala ini, estimasi untuk Swiss meliputi 3 persen hingga 5 persen.
Mengapa kita harus peduli dengan perekonomian bawah tanah? Jika kita melihat GDP hanya
mencerminkan bagian aktivitas ekonomi, bukan ukuran lengkap tentang produksi perekonomian, GDP
akan menyesatkan. Tingkat pengangguran, misalnya, mungkin lebih rendah dibanding yang diukur
secara resmi jika ada orang yang bekerja dalam per ekonomian bawah tanah tapi tidak melaporkan fakta
ini pada pemerintah. Juga, jika ukuran perekonomian bawah tanah beragam di antara negara seperti
kenyataannya-kita bisa keliru ketika membandingkan GDP antarnegara. Sebagai contoh, GDP Italia akan
jauh lebih tinggi jika kita mempertimbangkan sektor bawah tanah sebagai bagian perekonomian,
sedangkan GDP Swiss akan berubah sangat sedikit.

PENDAPATAN NASIONAL BRUTO PER KAPITA


Melakukan perbandingan antarnegara sulit halnya karena perbandingan seperti ini perlu dilakukan
dengan mata uang tunggal, umumnya dalam dolar AS. Mengubah angka GNP Jepang menjadi dolar
memerlukan konversi dari yen menjadi dolar. Karena tingkat kurs bisa berubah sangat dramatis dalam
periode waktu yang pendek, konversi seperti ini sulit dilakukan. Baru-baru ini Bank Dunia menggunakan
sistem pengukuran baru untuk perbandingan internasional. Konsep pendapatan nasional bruto (GNI,
gross national income) adalah GNP yang dikonversi ke dalam dollar dengan menggunakan rata-rata
tingkat kurs mata uang selama beberapa tahun yang disesuiakan dg tingkat inflasi.

Anda mungkin juga menyukai