Anda di halaman 1dari 4

MICHAEL ALESSANDRO KEVIN WIBOWO

E13.2021.00188

TUGAS 4

FISIKA MEDIS E13301 (KELAS RABU PAGI)

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

2022/2023
Homeostasis, menurut Caulde Bernarde (1880-an), berasal dari kata homeo (lingkungan
internal) dan stasis (konstan), sedangkan menurut Water B. Cannon (1929), homeostasis
merupakan cara pengaturan dari suatu lingkungan internal yang pada dasarnya konstan.
Oleh karena itu, homeostasis dapat diartikan secara kontekstual sebagai upaya
mempertahankan lingkungan internal dalam rentang yang cenderung sempit. Semisal pada
seorang yang tengah berlari, terjadilah proses homeostasis. Apabila dia berlari di
lingkungan yang panas, tubuhnya akan kehilangan cairan (penguapan keringat) sehingga
cairan tubuhnya akan menjadi lebih terkonsentrasi yang akhirnya akan dikenali oleh
reseptor internal mengenai perubahan konsentrasi internal dan akan memunculkan rasa
haus hingga orang tersebut akan berusaha mencari minuman. Minuman yang dimasukkan
ke dalam tubuh akan mengurangi konsentrasi cairan tubuh tersebut dan sebagai salah satu
mekanisme homeostasis tubuh yang bekerja dalam perpindahan cairan intraseluler,
ekstraseluler, interstisial, dan intravaskuler.

Bagaimana homeostasis lingkungan dalam tersebut tetap stasis atau konstan? Perlu
diketahui bahwa cairan intersisial (lingkungan dalam) tersebut haruslah konstan guna
menjaga homeostasis. Hal ini dapat terlihat melalui fungsi semua organ secara bersama-
sama, seperti paru-paru yang mengambil oksigen udara luar, ginjal yang mempertahankan
kadar garam dan ion agar tetap konstan, serta sistem digesti yang mencerna makanan
(nutrisi). Terdapat beberapa faktor yang dikendalikan oleh homeostasis, seperti nutrien,
gas, produk sisa, pH, garam, elektrolit, suhu, volume dan tekanan. Tubuh manusia dapat
dibilang cerdas karena tubuh sudah menetapkan nilai dari kadar suatu zat dalam cairan
tubuh dengan range tertentu sehingga saat suatu zat berada pada nilai yang ditentukan
dalam jangka lama, tubuh akan mengalami kerusakan. Peranan dari homeostasis adalah
mencari cara untuk menjaga rentang nilai normal tersebut dapat dipertahankan.

Semua sistem dalam tubuh sesungguhnya ikut ambil peran dalam menjaga kestabilan ini,
seperti transportasi (peredaran darah), perolehan sumber nutrien (digesti; pencernaan),
pembuangan sisa metabolisme (ekskresi), pengendalian oleh saraf dan hormon (regulasi
tubuh, reproduksi, dan lain sebagainya. Sistem transportasi akan mengedarkan darah oleh
pembuluh darah menuju organ-organ dengan anggapan istirahat 1 putaran dimana keadaan
saat tubuh sedang aktif terjadi edaran darah sebanyak 6 putaran per menitnya. Bagian inilah
yang menjadi sorotan utama, yaitu bagaimana cairan itu bergerak dari pembuluh kapiler ke
dalam sel. Zat yang berada di dalam plasma darah akan bertukar dengan cairan interstisial
yang akan masuk ke dalam sel. Beralih ke oksigen sebagai “sumber nutrisi terpenting”
melalui sistem respirasi, penyerapan makanan melalui sistem digesti, metabolisme
makanan melalui hati (hepar; liver), serta sistem muskuloskeletal (otot dan tulang; gerak)
untuk mencari makanan.

Bagaimana cara membuang residu metabolisme dalam tubuh ini? Ada beberapa organ yang
berperan pada pembuangan ini, seperti paru-paru yang mengeluarkan karbondioksida
sebagai hasil akhir terbesar dalam metabolisme, ginjal yang mengeluarkan asam urat dan
urea sebagai sisa metabolisme sel serta kelebihan jumlah air dan ion, serta kulit yang
mengeluarkan air dan mineral berupa keringat. Komponen-komponen yang diatur
homeostasis adalah komponen fungsi regulasi, yaitu sistem saraf dan sistem hormon.
Sistem saraf yang dimaksudkan meliputi sistem saraf sensoris (pancaindera), sistem saraf
motorik (pelaksana keinginan; otot; tulang; dll.), sistem saraf pusat (otak; ensefalon,
sumsum tulang belakang; medulla spinalis), dan sistem saraf otonom (mengontrol organ-
organ vital di bawah alam sadar), sementara sistem hormon yang dimaksudkan adalah
hormon yang mampu mengatur metabolisme dalam tubuh kita, seperti tiroid, paratiroid,
insulin, glucagon, adrenalin, dan lain sebagainya. Lalu, ada sistem reproduksi sebagai salah
satu fungsi yang diatur homeostasis dimana sistem ini berperan dalam berlangsungnya
kehidupan, pergantian generasi yang tua menjadi muda, serta akan meninggi selama usia
reproduksi (secara awam bisa dibilang sebagai hawa nafsu).

Cara homeostasis diatur melalui sistem-sistem pengontrol tubuh, antara lain sistem genetik
serta kontrol fungsi setiap organ dan antarorgan. Sistem kontrol genetik akan membantu
fungsi intraseluler dan ekstraseluler secara utuh, pengontrolan organ hanya spesifik pada
organ yang ditujukan, serta pengontrolan antarorgan akan menggabungkan pekerjaan dari
beberapa sistem organ, seperti sistem repirasi dan sistem saraf yang meregulasikan
konsentrasi karbondioksida pada cairan ekstraseluler serta hepar dan pankreas yang
mengatur kadar gula darah.

Bisa diperhatikan dalam pengaturan kadar oksigen dan karbondioksida pada sistem
respirasi. Fungsi penyangga dari kadar oksigen dilakukan oleh haemoglobin (Hb) dimana
Hb akan mengikat oksigen dari paru-paru dan oksigen akan dilepaskan jika kadar oksigen
di interstisium rendah. Perubahan kadar karbondioksida, sisa utama dari oksidasi sel, yang
meningkat akan merangsang pusat pernafasan membuat pernafasan menjadi lebih cepat dan
dalam sehingga kandungan tersebut dapat dikeluarkan. Apabila kadr karbondioksida ini
dibiarkan menumpuk, reaksi oksidatif ini akan dipaksa untuk berhenti dan jumlah
karbondioksida yag terbentuk akan berkurang. Pengaturan tekanan darah arteri juka diatur
oleh homeostasis, dimana manusia memiliki baroreseptor pada arteri carotid dan arkus
aorta. Saat terjadi peningkatan tekanan darah, baroreseptor akan tertekan dan akan ada
impus yang dikirimkan ke pusat kardiovaskular sehingga terjadi penurunan impuls simpatis
sehingga pemompaan jantung melambat, pembuluh darah melebar, dan tekanan darah akan
menurun.

Peranan sistem kontrol akan mencegah kerusakan tubuh. Suhu yang naik sebanyak 7 oC
akan mematikan sel, pH di bawah 6,9 atau di atas 8,0 dapat menyebabkan kematian, kadar
ion K+ yang terlalu rendah (hipokalemia) dan tinggi (hiperkalemia) secara berturut-turut
akan menyebabkan kelumpuhan dan depresi jantung, kekurangan ion Ca2+ (hipokalsema)
menimbulkan tetani, kekurangan glukosa (hipoglikemia) akan membuat mental kacau
hingga pingsan, dan sebagainya. Pengontrolan dilakukan melalui mekanisme negative
feedback, yang berarti akan muncul umpan balik yang berlawanan dengan stimulus awal
(karbondioksida yang ada dalam tubuh akan menurun dengan cara membuka ventilasi agar
kadar karbondioksida tersebut berkurang dari banyak menjadi sedikit, memunculkan
reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh sehingga tekanan darah yang tinggi bisa menurun, dll.)
dengan tujuan agar bisa mengembalikan ke kadar bernilai normal. Adapun kondisi tubuh
bisa mendapat positive feedback, dimana A dan B akan saling merangsang satu sama lain.
Efek umpan balik positif yang berlebihan ini akan menjadi suatu hal yang berbahaya karena
bisa memicu syok hingga mengakibatkan kematian, tetapi ada pula kegunaan dari umpan
balik ini, seperti merangsang keseimbangan baru (pembekuan darah, gestasi; melahirkan,
dll.)

Anda mungkin juga menyukai