PENDAHULUAN
Pengembangan sistem informasi sering disebut sebagai proses pengembangan sistem (System
Development). Pengembangan sistem didefinisikan sebagai menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang ada. Alasan adanya
pengembangan sistem informasi yaitu adanya permasalahan seperti adanya ketidakberesan dan
pertumbuhan organisasi, selain itu untuk meraih kesempatan- kesempatan, dan adanya instruksi
(pimpinan, pemerintah). Sebenarnya untuk menghasilkan sistem informasi tersebut terdiri dari:
System Analysis yaitu upaya mendapatkan gambaran bagaimana sistem bekerja dan masalah-
masalah apa saja yang ada pada sistem.
System Development yaitu langkah-langkah mengembangkan sistem informasi yang baru
berdasarkan gambaran cara kerja sistem dan permasalahan yang ada.
Metode yang paling dikenal disebut juga sebagai System Development Life Cycle
(SDLC) atau sering juga disebut sebagai Water Fall Method.
Alternatif metode lainPrototyping : CASE tools, Joint Application Design (JAD), Rapid
Application Development (RAD), Agile Methodologies, eXtreme Programming.
Pencarian asal muasal proses pemecahan masalah secara sistematis mengarah pada John Dewey,
seorang profesor ilmu filosofi di Columbia University. Dalam sebuah buku di tahun 1910, Dewey
mengidentifikasikan tiga rangkaian pertimbangan yang terlihat dalam pemecahan sebuah kontroversi
scara memadai.
1. Mengenali kontroversi.
2. Mempertimbangkan klaim-klaim alternatif
3. Membentuk suatu pertimbangan.
Dewey tidak mempergunakan istilah pendekatan sistem, namun ia menyadari adanya sifat
berurutan dari pemecahan masalah hingga mengidentifikasi suatu masalah, mempertimbangkan
berbagai cara untuk memecahkannya, dan terakhir memilih solusi yang terlihat paling baik. Kemudian
Dewey juga mengidentifikasi bahwa sifat proses yang berurutan ini dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan yang lain hingga membentuk sebuah metode perulangan tahapan yang
serupa yang kemudian dinamakan dengan siklus hidup pengembangan sistem (SDLC).
System Development Lifecycle (SDLC) merupakan metode pengembangan sistem paling tua
sekaligus paling cocok untuk pengembangan sistem yang besar. Tetapi SDLC tidak sesuai atau tidak
terlalu disarankan untuk small scale project karena banyak memerlukan sumber daya, tidak fleksibel,
sulit untuk melakukan perubahan aplikasi dengan pengambilan keputusan yang cepat. SDLC lebih dari
sekedar fase tetapi merupakan prinsip manajemen, perencanaan dan pengawasan, pengorganisasian dan
penjadwalan, dan penyelesaian masalah.
System development life cycle (SDLC) menyediakan keseluruhan framework untuk
mengelola proses pengembangan sistem. Dua Pendekatan Pengembangan SDLC yaitu:
B. SDLC Tradisional
Tidak dibutuhkan waktu lama bagi seorang pengembang sistem yang pertama untuk mengetahui
bahwa terdapat beberapa tahapan pekerjaan pengembangan yang perlu dilakukan dalam urut - urutan
tertentu jika suatu proyek ingin memiliki kemungkinan berhasil yang paling besar. Tahapan-tahapan
tersebut adalah:
Perencanaan
Analisis
Desain
Implementasi
Penggunaan
SDLC sering disebut sebagai pendekatan air terjun (Waterfall approach) karena pekerjaan-
pekerjaan tersebut mengikuti satu pola teratur dan dilaksanakan dari atas ke bawah dan memiliki aliran
satu arah-menuju ke penyelesaian proyek. Ketika sebuah sistem telah melampaui masa manfaatnya dan
harus diganti, satu siklus hidup baru akan dimulai dengan diawali oleh tahap perencanaan.
C. Prototyping
Para pengembang selalu melakukan looping kembali dan mengerjakan ulang untuk mendapatkan
sebuah sistem yang dapat memuaskan penggunanya yang proyek-proyek tersebut cenderung berlanjut
hingga berbulan bahkan bertahun yang hampir selalu melebihi anggarannya. Sebagai tanggapan atas
keterbatasan tersebut, para pengembang sistem memutuskan untuk menerapkan suatu teknik yang telah
terbukti efektif dalam pekerjaan lain yaitu prototype. Prototype adalah satu versi dari sebuah sistem
potensial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan
berfungsi dalam bentuk yang telah selesai. Proses membuat prototype ini disebut prototyping.
Jenis-Jenis Prototipe
Satu pertanyaan umum yang sering kali di tanyakan masyarakat ketika pertama kali mendengar
tentang prototipe komputer adalah, "Apakah prototype akan menjadi sistem aktual nantinya?"
Jawabannya adalah "tergantung". Terdapat dua jenis prototipe: evolusioner dan persyaratan.
Prototipe evolusioner (evolutionery prototype) terus-
menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari
sistem yang baru. Prototipe ini kemudian dilanjutkan produksi. Ketika persyaratan ditentukan,
prototipe persyaratan telah mencapai tujuannya dan proyek lain akan dimulai untuk
pengembangan sistem baru. Oleh karena itu, suatu prototipe persyaratan tidak selalu menjadi
sistem aktual.
Rekayasa Terbalik
Rekayasa terbalik adalah proses menganalisis sistem yang sudah ada untuk mengidentifikasi
unsur-unsur dan saling keterhubungan di antara unsur-unsur tersebut sekaligus untuk membuat
dokumentasi pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari pada yang telah ada pada saat ini.
Rekayasa Ulang
Rekayasa ulang adalah merancang ulang sebuah sistem seluruhnya dengan tujuan mengubah
fungsionalitasnya. Akan tetapi, bukanlah pendekatan yang “bersih”, karena pengetahuan dari
sistem yang ada saat ini tidak sepenuhnya diabaikan. Pengetahuan tersebut diperoleh pertama
kali dengan melakukan rekayasa ulang.
Sebuah work breakdown structure (WBS) mengidentifikasikan aktivitas - aktivitas proyek yang
akan membutuhkan sumber daya. Contoh WBS adalah grafik Gantt dan diagram jaringan. Kebutuhan
sumber daya (resource requirement) mencantumkan sumber daya tertentu yang akan dibutuhkan dan
berapa jumlahnya.
H. Pengembangan Berfase
Satu metodologi pengembangan ystem yang dewasa ini digunakan oleh banyak perusahaan
adalah kombinasi dari SDLC tradisional, prototyping, dan RAD dengan mengambil fitur-fitur yang
terbaik dari masing-masing metodologi.
Kurangnya Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau
tidaknya penerapan sistem informasi. Jika suatu pengembangan dan penerapan sistem informasi
tidak didukung dengan perencanaan yang memadai, maka dapat menyebabkan tidak
terpenuhinya keinginan dan kepentingan berbagai pihak di perusahaan. Bila tidak didukung
dengan perancanaan yang memadai penerapan sistem informasi dapat menjadi hal yang sia-sia.
Pertumbuhan organisasi
Kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data semakin meningkat, perubahan
prinsip akuntansi yang baru menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru, karena sistem
yang lama tidak efektif lagi dan tidak dapat memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang
dibutuhkan manajemen.
Bila dalam operasi sistem yang sudah dikembangkan masih timbul permasalahan permasalahan
yang tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan sistem, maka perlu dikembangkan kembali suatu
sistem untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke proses yang pertama. Siklus ini disebut dengan
Siklus Hidup suatu Sistem. Siklus Hidup Pengembangan Sistem dapat didefinisikan sebagai
serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem informasi untuk
mengembangkan dan
mengimplementasikan sistem informasi. Siklus hidup pengembangan sistem informasi saat ini terbagi
atas 6 (enam) fase, yaitu:
1. Perencanaan sistem.
2. Analisis sistem.
3. Perancangan sistem secara umum / konseptual.
4. Evaluasi dan seleksi sistem.
5. Perancangan sistem secara detail.
6. Pengembangan Perangkat Lunak dan Implementasi sistem.
7. Pemeliharaan / Perawatan Sistem.