NIM : A031181021
System Development Life Cycle (SDLC) adalah suatu pendekatan yang memiliki tahap
atau bertahap untuk melakukan analisa dan membangun suatu rancangan sistem dengan
menggunakan siklus yang lebih spesifik terhadap kegiatan pengguna (Kendall & Kendall, 2006).
Metode SDLC adalah metode yang menggunakan pendekatan sistem yang disebut
pendekatan air terjun ( waterfall approach ) dimana setiap tahapan sistem akan dikerjakan secara
berurut menurun dari perencanaan, analisa, desain, implementasi, dan perawatan ( Aji
Supriyanto, 2005: 272 )
Tahapan SDLC
Setiap pengembang mempunyai strategi yang berlainan, namun demikian pada dasarnya
siklus hidup pengembangan sistem informasi terdapat 5 (lima) tahapan, yaitu :
Perencanaan sistem merupakan tahap paling awal yang memberikan pedoman dalam
melakukan langkah selanjutnya. Perencanaan sistem menyangkut estimasi dari kebutuhan-
kebutuhan fisik, tenaga kerja dan dana yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan sistem
ini serta untuk mendukung operasinya setelah diterapkan.Perencanaan sistem dapat terdiri dari
perencanaan jangka pendek meliputi periode 1 sampai 2 tahun dan perencanaan jangka panjang
meliputi periode sampai dengan 5 tahun. Perencanaan sistem biasanya ditangani oleh staff
perencanaan sistem, bila tidak ada dapat juga dilakukan oleh departemen sistem.
b. Menentukan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan dan dilakukan oleh komite
pengarah.
Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang
utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan
mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang
terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-
perbaikan.
Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan didalam tahap
ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya. Didalam tahap analisis sistem
terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh Analis Sistem yaitu :
Tahap perancangan sistem ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk memenuhi kebutuhan
kepada pemakai sistem, untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang
lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya yang terlibat. Tahap
perancangan sistem merupakan tahap penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem
baru. Untuk sistem berbasis komputer biasanya dalam rancangan ada spesifikasi jenis peralatan
yang akan digunakan. Adapun langkah-langkah dalam tahap perancangan sistem ini meliputi :
Tahap implementasi sistem merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap untuk
dioperasikan. Tahap ini termasuk juga kegiatan menulis kode program jika tidak digunakan
paket perangkat lunak aplikasi.Implementasi sistem merupakan kegiatan untuk memperoleh dan
mengintegrasikan sumberdaya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang
bekerja. Adapun langkah-langkah dalam tahap ini meliputi :
b. Audit sistem. Penelitian apakah sistem baru memenuhi kriteria kinerja. Studi ini disebut
“penelaahan setelah penerapan” (postimplementation).
Berikut ini adalah contoh Metodologi atau model pengembangan sistem, baik yang terstruktur
maupun yang berbasis obyek :
Agile Model
b. Bisa melakukan reviw pelanggan mengenai software yang dibuat lebih awal.
d. Besar kerugian baik secara material atau imaterial tidak terlalu besar jiak terjadi
kegagalan
Metodologi Waterfall
Metodologi Waterfall merupakan model klasik yang sederhana dengan aliran sistem yang
linier. Output dari setiap tahap merupakan input bagi tahap berikutnya. Model ini pertama
kali diperkenalkan oleh Winston Royce tahun 1970, sekarang model ini lebih dikenal
dengan Liner Sequential Model. Karakteristik dari metodologi waterfall ini meliputi
beberapa bagian, yaitu:
- Setiap fase dikerjakan terlebih dahulu sampai selesai, jika sudah selesai baru mulai
menuju fase berikutnya.
c. Design : Tahap penerjemahan dari keperluan atau data yang telah dianalisis ke dalam
bentuk yang mudah dimengerti oleh programmer. Tiga atribut yang penting dalam proses
perancangan yaitu : struktur data, arsitektur perangkat lunak dan prosedur rinci /
algoritma.
Metode ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong kuno, daripada
menggunakan pendekatan asal-asalan. Selain itu, metode ini juga masih masuk akal jika
kebutuhan sudah diketahui dengan baik.
- Pada kenyataannya, jarang mengikuti urutan sekuensial seperti pada teori. Iterasi sering
terjadi menyebabkan masalah baru.
- Pelanggan harus sabar, karena pembuatan perangkat lunak akan dimulai ketika tahap
desain sudah selesai. Sedangkan pada tahap sebelum desain bisa memakan waktu yang
lama.
Metodologi Prototype
Model ini dikembangkan karena adanya kegagalan yang terjadi akibat pengembangan
project / aplikasi menggunkan sistem waterfall. Kegagalan yang terjadi biasanya
dikarenakan adanya kekurang pahaman atau bahkan sampai kesalah pahaman pengertian
developer aplikasi mengenai user requirement yang ada. Tahapan metodologi prototype
antara lain :
a. Pengumpulan Kebutuhan dan perbaikan : Menetapkan segala kebutuhan untuk
pembangunan perangkat lunak.
b. Disain cepat : Tahap penerjemahan dari keperluan atau data yang telah dianalisis ke
dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh user.
d. Evaluasi Pelanggan Terhadap Prototipe : Program yang sudah jadi diuji oleh
pelanggan, dan bila ada kekurangan pada program bisa ditambahkan.
e. Prototype : Perbaikan program yang sudah jadi, sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Kemudian dibuat program kembali dan di evaluasi oleh konsumen sampai semua
kebutuhan user terpenuhi.
f. Produk Rekayasa : Program yang sudah jadi dan seluruh kebutuhan user sudah
terpenuhi.
- Hasil produk yang lebih akurat (lebih sesuai dengan permintaan user),
- Untuk pengembangan lebih lanjut (jika terjadi perubahan), developer hanya perlu
mengubah prototype,
- Jika customer sudah ”puas”, prototype dibuat menjadi system secara sempurna untuk
dijadikan ’Final Product’.
- Proses bisa jadi berlanjut terus menerus tanpa henti (mengikuti keinginan customer),