SKRIPSI
Oleh:
NIM: 1808201108
2022
ABSTRAK
Pernikahan Merupakan akad yang sakral untuk mewujudkan keluarga yang kekal dan
bahagia. Upaya mewujudkan semua itu diawali dengan adanya kesiapan calon pengantin,
salah satunya pendewasaan usia pernikahan.Batas usia pernikahan dalam Undang-Undang
Perkawinan No. 16 Tahun 2019 bahwa usia calon mempelai sekurang-kurangnya 19
(sembilan belas) tahun baik laki-laki maupun perempuan. Namun, sebab faktor-faktor
tertentu yang dipandang mendesak sehingga pernikahan dibawah usia yang ditentukan ini
dapat dilegalkan melalui pengajuan permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama.
Dispensasi nikah memunculkan dilema tersendiri terkait masalah perkawinan anak di
Indonesia, yaitu melegalkan perkawinan anak dan atau pelanggaran hak-hak anak.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dari pertanyaan yang menjadi rumusan
masalah: “Apa yang menjadi faktor Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan dalam
pemberian dispensasi nikah terkait batasan usia pada masa pandemi”. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan dengan cara interview dan
dokumentasi kemudian dianalisis dengan metode deskriptif analisis.
Hasil dari penelitian ini: Analisis Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan Dalam
Pemberian Dispensasi Nikah Terkait Batasan Usia Pada Masa Pandemi Covid-19. Faktor
penyebab tingginya perkara dispensasi nikah adalah terbitnya Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 hampir secara bersamaan dengan pandemi Covid, perempuan mengalami
kehamilan sebelum menikah. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Kuningan dalam
memberikan dispensasi nikah terkait batasan usia pada masa pandemi covid adalah
mengalami kehamilan sebelum menikah,Orang Tua berkeinginan menikahkan calon
mempelai serta siap membimbing secara rohani dan jasmani, kesiapan calon mempelai
melangsungkan pernikahan, tidak ada halangan menurut hukum untuk melangsungkan
pernikahan dan kedua calon mempelai saling mencintai. Pemberian putusan Majelis Hakim
Pengadilan Agama Kuningan dalam memberikan dispensasi nikah terkait batasan usia pada
masa pandemi Covid belum mengacu kepada konsep terbaik bagi anak.
Kata Kunci: Dispensasi Nikah, Pernikahan Dini dan Pertimbangan Majelis Hakim.
ii
ABTRACT
Marriage is a sacred contract to create an eternal and happy family. Efforts to realize
all that begins with the readiness of the bride and groom, one of which is the maturity of the
age of marriage. The age limit for marriage in the Marriage Law no. 16 of 2019 that the age
of the prospective bride and groom is at least 19 (nineteen) years, both male and female.
However, due to certain factors that are deemed urgent, marriages under the specified age
can be legalized by submitting a request for a marriage dispensation to the Religious Court.
Marriage dispensation raises its own dilemma regarding the issue of child marriage in
Indonesia, namely legalizing child marriage and or violating the rights of children.
This study aims to answer the questions that become the formulation of the problem:
"What is the consideration of the Panel of Judges of the Kuningan Religious Court in
granting marriage dispensation related to the age limit during the pandemic". This study uses
qualitative research, the data collected by means of interviews and documentation and then
analyzed by descriptive analysis method.
The results of this study: Analysis of the Consideration of the Panel of Judges of the
Kuningan Religious Court in Providing Marriage Dispensation Regarding Age Restrictions
During the Covid Pandemic. The factor causing the high number of marriage dispensation
cases related to the age limit at the Kuningan Religious Court during the covid pandemic was
the publication Law Number 16 of 2019 simultaneously with the Covid pandemic and women
experience pregnancy before marriage. The consideration of the Panel of Judges of the
Kuningan Religious Court in giving a marriage dispensation related to the age limit during
the covid pandemic is experiencing pregnancy before marriage, both parents are willing to
marry off the prospective bride and groom and are ready to guide spiritually and physically,
the readiness of the prospective bride to marry, there are no legal obstacles to married and
the bride and groom love each other. The decision of the Kuningan Religious Court Panel of
Judges in providing a marriage dispensation related to the age limit during the Covid
pandemic did not refer to the best concept for children.
iii
iv
v
vi
vii
viii
KATA PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada orang-orang yang sangat kucintai dan kusayangi.
Bapak Alm. Tanto Ahmadi dan Mama Iin Kurniasih tercinta sebagai tanda bakti, hormat dan
rasa terimakasih yang tiada terhingga. Mama dan Bapak yang telah memberikan segala
dukungan dan cinta kasih yang tiada henti dan tiada mungkin kubalas hanya dengan selembar
kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi awal untuk
membuat Mama dan Bapak merasa bahagia karena sesuatu yang telah kucapai. Khususnya
Mama terimakasih telah memberikanku kecukupan harta untuk menyelesaikan pendidikanku
ini di tengah keadaan ekonomi kita yang sulit karena pandemi covid. Untuk Bapak
terimakasih kuucapkan telah memberikanku semangat dalam menempuh pendidikan ini
walau Bapak tidak bisa menemaniku di hari kelulusan, tapi Aku yakin Bapak menyaksikan
kelulusanku dari atas sana dengan bangga. Untuk kalian berdua kuucapkan terimakasih.
Skripsi ini kupersembahkan juga untuk diriku sendiri, terimakasih sudah berjuang
melawan rasa malas untuk menyelesaikan skripsi ini. Walau banyak sekali cobaan dalam
menyelesaikan skripsi ini baik berupa kesusahan materi hingga gangguan kesehatan, namun
akhirnya aku sampai di titik menyelesaikan Tugas Akhir ini. Sekali lagi terimakasih semoga
diri semakin kuat.
Untuk teman-teman seperjuangan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari‟ah dan
Ekonomi Islam angkatan 2018, yang selalu menyemangati dan memotivasiku. Sahabat-
sahabatku yang kucintai yang sama sedang berjuang menyelesaikan skripsi Nony, Nia, Evi,
Laras, Chyntia, Opy, Ame, Nadia dan Ratih yang turut menyumbangkan inspirasi, ide, waktu
dan motivasi serta dukungan-dukungan lainnya selama dibangku kuliah maupun saat
penelitian. Skripsi ini kupersembahkan untuk orang yang kukasihi, Dhoni Gustanto yang
sama berjuang menyelesaikan skripsi, terimakasih untuk semua dukungan baik berupa
motivasi ataupun materi.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan skripsi ini dan tidak dapat
disebutkan satu persatu, peneliti mengucapkan banyak terimakasih dan semoga segala
kebaikan semua dibalas oleh Allah SWT. Aamiin.
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya
telah memberikan kekuatan lahir batin kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. sebagai suri tauladan yang baik bagi seluruh makhluk.
Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan serta
bantuan berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, Penulis
menyampaikan terimakasih kepada Bapak/Ibu, terutama:
xi
9. Sahabat-sahabatku tercinta yang sama sedang berjuang menyelesaikan pendidikan
Dhoni, Nony, Nia, Evi, Laras, Nadia, Opy, Ame dan Ratih. Yang telah memberikan
masukan, saran, serta motivasi.
10. Teman-teman program studi Hukum Keluarga Islam 2018 yang telah memotivasi dan
memberikan saran kepada Penulis.
Dan semua pihak yang tidak mungkin Penulis sebutkan satu persatu yang juga
ikut andil dalam membantu Penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak yang perlu diperbaiki lebih
dalam. Oleh karena itu, kritik dan saran Penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi
ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi Penulis dan bagi
setiap pembaca tanpa terkecuali. Semoga setiap bantuan do‟a, motivasi yang telah
diberikan kepada Penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin
xii
DAFTAR ISI
xiii
4. Fungsi dan Tujuan Putusan Majelis Hakim ............................................... 36
C. Pandemi Covid ................................................................................................. 37
xiv
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 71
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 71
B. Saran .................................................................................................................... 72
xv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Keputusan bersama yang dikeluarkan oleh Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di
sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya.
A. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian
dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda
sekaligus.
Berikut ini daftar huruf Arab yang dimaksud dan transliterasinya dengan huruf latin:
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ج Jim J Je
xvi
خ Kha Kh ka dan ha
د Dal D De
ر Ra R Er
س Sin S Es
غ Gain G Ge
ؼ Fa F Ef
ؽ Qaf Q Ki
ؾ Kaf K Ka
xvii
ؿ Lam L El
ـ Mim M Em
ف Nun N En
و Wau W We
ﮬ Ha H Ha
ي Ya Y Ye
B. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
ﹷ Fathah A A
ﹻ Kasrah I I
ﹹ Dammah U U
xviii
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat
Contoh:
C. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
...ى..
َ .َا Fathah dan alif atau ya ā a dan garis di atas
...ى
ِ Kasrah dan ya ī i dan garis di atas
xix
...ُو Dammah dan wau ū u dan garis di atas
Contoh:
D. Ta’ Marbutah
Ta‟ marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah,
Ta‟ marbutah mati atau yang mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah “h”.
3. Kalau pada kata terakhir dengan ta‟ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan
kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta‟ marbutah itu
Contoh:
- َضةَُالَطْ َف ِاؿ
َ َرْؤ raudah al-atfāl/raudahtul atfāl
xx
E. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda,
tanda syaddah atau tanda tasydid, ditransliterasikan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
Contoh:
- َنػََّزَؿ nazzala
- َِ
البر al-birr
F. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, namun
dengan bunyinya, yaitu huruf “l” diganti dengan huruf yang langsung mengikuti
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Baik diikuti oleh huruf syamsiyah maupun qamariyah, kata sandang ditulis terpisah
Contoh:
- َالر ُج ُل
َّ ar-rajulu
xxi
- َالْ َقلَ ُم al-qalamu
- َُ َّم
س ْ الش asy-syamsu
- َل ُؿ
َ َاْل
ْ al-jalālu
G. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan sebagai apostrof. Namun hal itu hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Sementara hamzah yang terletak di awal
Contoh:
H. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fail, isim maupun huruf ditulis terpisah. Hanya kata-
kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata
lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan, maka penulisan kata tersebut
Contoh:
ِ َّ وَإِ َّفَاهللَفَػهوَخيػر
- َ ْ َالرا ِزق
َي َُْ َُ َ َ Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn/
Wa innallāha lahuwa khairurrāziqīn
- اها
َ َم ْر َس
ُ اَو َْ ِبِ ْس ِمَاهلل
َ ََمَر َاه Bismillāhi majrehā wa mursāhā
xxii
I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi
ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam
EYD, di antaranya: huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan
permulaan kalimat. Bilamana nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh:
َي ِ ِّ َهللَر ِ ْ
- َ ْ بَالْ َعالَمَ اْلَ ْم ُد Alhamdu lillāhi rabbi al-`ālamīn/
Alhamdu lillāhi rabbil `ālamīn
- ََالرِحْي ِم
َّ الر ْْح ِن
َّ Ar-rahmānir rahīm/Ar-rahmān ar-rahīm
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya
memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada
Contoh:
J. Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid. Karena itu peresmian pedoman
transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.
xxiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Annisa Ulya, “Usia Ideal Perkawinan Perspektif Kompilasi Hukum Islam”, (Skripsi, Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Raden Intan Lampung, 2018), 58.
1
2
2
Pasal 7 Ayat (1)Undang-Undang No.16 tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3
Pasal 1 ayat (1)Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
3
4
Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang No.16 tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
4
7
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Buku Saku Pedoman Mengadili Permohonan
Dispensasi Kawin, (Jakarta:Mahkamah Agung Republik Indonesia bersama Indonesia Judicial
Research Society (IJRS), 2020), 7.
8
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Buku Saku Pedoman Mengadili Permohonan
Dispensasi Kawin, 8.
6
dengan maksud dan tujuan. Hal ini dikarenakan dangkalnya ilmu pengetahuan
masyarakat mengenai resiko pernikahan anak.
Peneliti menemukan data bahwa pernikahan dini di Jawa Barat naik
selama pandemi, salah satunya tertulis didalam artikel yang diterbitkan oleh
Universitas Padjajaran yang berjudul Pernikahan Dini di Masa Pandemi,
didalamnya menjelaskan bahwa Jawa Barat salah satu provinsi penyumbang
angka perkawinan bawah umur tertinggi di Indonesia berdasarkan data Badan
Perencanaan dan Pembangunan Nasional tahun 2020.9 Berdasarkan uraian
diatas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Pengadilan Agama
Kuningan karena Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kota yang
termasuk kedalam Provinsi Jawa Barat, peneliti juga menilai bahwa
pertimbangan Majelis Hakim merupakan salah satu indikator penting dalam
menekan angka perkawinan anak. Penelitian ini berkaitan dengan Majelis
Hakim Pengadilan Agama Kuningan Dalam Mengabulkan Permohonan
Dispensasi Nikah Terkait Batasan Usia Pada Masa Pandemi Covid-19.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah Kajian
Penelitian ini mengkaji tentang analisis Majelis Hakim Pengadilan
Agama Kuningan dalam pemberian dispensasi nikah pada masa pandemi
covid-19. Penelitian ini tergolong kepada wilayah kajian Hukum
Keluarga Islam Dalam Yurisprudensi Peradilan Agama.
b. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang
menggunakan data kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif. Dalam
9
Kantor Komunikasi Publik, “Pernikahan Dini di Indonesia Meningkat di Masa
Pandemi,” https://www.unpad.ac.id/2020/07/pernikahan-dini-di-indonesia-meningkat-di-masa-
pandemi/. Diakses 30 Oktober 2021.
7
2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masalah ini tidak melebar dengan kedangkalan teori
yang tidak memadai, maka batasan pembahasan dalam tulisan ini
disesuaikan dengan Analisis Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan
dalam pemberian dispensasi nikah terkait batasan usia pada masa pandemi
covid-19. Tulisan ini membahas tentang analisis Majelis Hakim Pengadilan
Agama Kuningan terkait batasan usia hanya pada masa pandemi covid-19.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan
masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
a. Apa Faktor yang menyebabkan tingginya perkara dispensasi nikah terkait
batasan usia pada masa pandemi covid-19 di Pengadilan Agama
Kuningan?
b. Apa Faktor Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan dalam
memberikan dispensasi nikah terkait batasan usia pada masa pandemi
covid-19?
c. Apakah Pemberian Dispensasi Nikah Terkait Batasan Usia Merujuk
Dalam Konsep Terbaik Bagi Anak?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor penyebab tingginya perkara dispensasi nikah
terkait batasan usia di Pengadilan Agama Kuningan.
2. Untuk mengetahui Faktor Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan
dalam pemberian dispensasi nikah terkait batasan usia pada masa pandemi
covid-19.
3. Untuk mengetahui pemberian dispensasi nikah terkait batasan usia merujuk
dalam konsep terbaik bagi anak.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini penulis berharap akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoritis
a. Menambah pengetahuan bagi penulis sekaligus sebagai pelaksanaan
tugas akademik yaitu untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian
seminar proposal.
b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang majelis hakim
pengadilan agama dalam pemberian dispensasi perkawinan dalam masa
pandemi.
2. Manfaat secara praktis
a. Menjadi bahan masukan maupun referensi bagi pemerintah pusat atau
daerah untuk majelis Hakim pengadilan agama dalam memberikan
dispensasi nikah di waktu yang akan datang.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
9
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting.10 Kompilasi Hukum Islam definisi dari perkawinan adalah
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannnya merupakan ibadah,11
sedangkan definisi perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No.1
Tahun 1974 bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
priadengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia yang kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.12
Perkawinan dari beberapa pengertian diatas maka penulis memahami
bahwa perkawinan adalah akad yang sangat kuat dengan tujuan membentuk
keluarga yang kekal dan bahagia, sehingga perlu adanya kesiapan dari calon
mempelai, salah satunya pendewasaan usia perkawinan. Seperti memenuhi
batas usia yang telah diatur dalam Undang-Undang Perkawinan maupun
Kompilasi Hukum Islam yaitu 19 (sembilan belas) tahun bagi calon mempelai
laki-laki maupun perempuan.
Peneliti menemukan dampak negatif dari pernikahan dini diantaranya
dari sisi kesehatan, pendidikan, ataupun kehilangan masa remajanya. Dari sisi
kesehatan yang sangat berisiko adalah perempuan, hamil disaat usia masih
muda sangat berbahaya ntuk kesehatan rahim maupun persalinan. Adapun dari
sisi pendidikan tentunya dengan menikah muda akan mengorbankan
pendidikan, yang seharusnya di usia muda masih berhak mendapatkan
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016),
60.
11
Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam Bab 2 tentang Dasar-Dasar Perkawinan.
12
Pasal 7 Ayat 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
10
F. Literatur Review
Penelitian terdahulu (Literatur Review) dibuat dengan tujuan untuk
menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini dan berisi penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Studi tentang dispensasi nikah sudah
banyak dilakukan oleh mahasiswa, secara umum mereka meninjau efektifitas
undang-undang yang mengatur permohonan dispensasi nikah. Berdasarkan
hasil penelusuran Peneliti, ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan judul penelitian penulis saat ini antara lain sebagai berikut:
1. Hasil penelitian Kamarudin dan Ita Sofia (2020) yang berjudul Dispensasi
Nikah Dalam Perspektif Hukum Islam, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Metode penelitian ini menggunakan
12
17
Kamarusdiana, Ita Sofia, “Dispensasi Nikah Dalam Perspektif Hukum Islam, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam,” Jurnal: Sosial dan Budaya Syar’i
7:1 (Februari 2020): 1-16.
13
18
Sonny Dewi Judiasih dkk, “Dispensasi Pengadilan : Telaah Penetapan Pengadilan Atas
Permohonan Perkawinan Di Bawah Umur,” Jurnal: Hukum Acara Perdata 3:2 (Desember 2017):
1-17.
19
Dany Nur Madinah, “Dispensasi Kawin Di Pengadilan Agama Banjarnegara Kelas 1A
Pasca Perubahan Undang-Undang Perkawinan,” (Skripsi, Fakultas Syariah IAIN Purwokerto,
2021), 26.
14
20
Abdul Halim, “Study Kasus Pemberian Dispensasi Nikah Oleh Hakim Pengadilan Agama
Pekanbaru,” (Skripsi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2021), 1.
21
Ahmad Muqaffi, “Problematika Pemberlakuan Dispensasi Nikah Dalam Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan Terhadap Upaya Pencegahan Pernikahan Anak,” (Skripsi, UIN Antasari Banjarmasin,
2021), 1.
15
G. Metodologi Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif dalam
penulisan penelitian ini. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.22
Penelitian hukum normatif juga didefinisikan oleh Peter Mahmud Marzuki
dalam bukunya yang berjudul Penelitian Hukum bahwa penelitian hukum
normatif adalah suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-
prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi.23 Dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif
penulis berharap mampu menganalisis Majelis Hakim dalam mengabulkan
permohonan dispensasi kawin dalam masa pandemi covid-19.
22
Soerjono Soekanto & Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003), 13.
23
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana Prenada,2010), 35.
24
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 2.
25
Syafnidawati, “Penelitian Kualitatif,” https://raharja.ac.id/2020/10/29/penelitian-
kualitatif/#:~:text=Penelitian%20kualitatif%20adalah%20penelitian%20yang,sesuai%20dengan%
20fakta%20di%20lapangan. Diakses 13 Oktober 2021.
16
2. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.Data dalam
penelitian ini tergolong menjadi dua jenis yaitu, sumber data primer dan
sekunder.
a. Data primer adalah suatu data yang berasal dari pihak yang bersangkutan
atau langsung diperoleh dari responden yaitu pihak pengusaha dan aparat
pemerintahan.26 Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil
wawancara mendalam dengan ketua pengadilan, observasi langsung dan
dokumentasi.
b. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dan subyek penelitiannya. 27 Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku, jurnal dan
sumber data lainnya yang berhubungan dengan pembahasan judul
proposal ini.
26
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 1.
27
Saifudi Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D, 224.
17
29
Muryanto, “Dokumentasi: Pengertian dan Reduksi Pemaknaannya Kini,”
https://sambiroto.ngawikab.id/2020/11/dokumentasi-pengertian-dan-reduksi-pemaknaannya-kini/.
Diakses 16 November 2021.
30
Ahmad Rijali “Analisis Data Kualitatif”, Jurnal: Alhadharah, 17:33 (Juni 2018):1-84.
18
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Kuningan, tepatnya di Jl.
Perjuangan No.63, Ancaran, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan,
Provinsi Jawa Barat.
H. Sistematika Penulisan
Supaya mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini, maka
peneliti menyusun penulisan skripsi ini dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bab Kesatu: Pendahuluan
Memberi gambaran isi dan bentuk penelitian yang berisi latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, penelitian terdahulu, kerangka berfikir, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
2. Bab Kedua: Tinjauan Umum Tentang Dispensasi Perkawinan
Menguraikan landasan teori yang di dalamnya berisikan sub bab
berikut, Dispensasi Perkawinan dari mulai pengertian, dasar hukum,
prosedur hingga manfaat dispensasi perkawinan, putusan Majelis Hakim
baik tujuan serta akibat putusan, dan pandemi Covid.
3. Bab Ketiga: Gambaran Umum Pengadilan Agama Kuningan
19
A. Dispensasi Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan secara umum berasal dari kata kawin, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia pengertian kawin adalah perjodohan laki-laki dan
perempuan menjadi suami istri atau membentuk keluarga dengan lawan
jenis.31 Definisi perkawinan dalam hukum positif salah satunya dijelaskan
dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.32
Perkawinan atau pernikahan berasal dari bahasa arab yaitu kata nikah
dan zawaj, kedua kata ini lebih dikenal dan dipakai dalam kehidupan sehari-
hari serta banyak terdapat dalam Al-Qur‟an dan Hadist. Menurut istilah kata
nikah berarti bergabung, hubungan kelamin dan juga bisa berarti sebagai
akad. Imam Syafi‟i berpendapat bahwa kata nikah berarti akad dalam arti
yang hakiki dan juga dapat berarti hubungan kelamin dalam arti yang
majazi, pengertian kata nikah dalam arti majazi ini sebenarnya memerlukan
penjelasan diluar dari kata nikah itu sendiri. Dikatakan dalam kitab al-
Mahally bahwa Imam Syafi‟i juga berpendapat pengertian nikah secara
terminologi adalah akad atau perjanjian yang mengandung maksud
membolehkan hubungan kelamin dengan menggunakan lafadz na-ka-ha
atau za-wa-ja, definisi tersebut melihat kepada hakikat dari akad apabila
dihubungkan dengan kehidupan yang berlaku setelahnya.33
31
Suharsono dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux, (Semarang:
Widya Karya, 2011), 230.
32
Pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
33
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media,
2009), 35-37.
20
21
34
Zaeni Asyhadie, dkk. Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia, (Depok: PT
Raja Grafindo Persada, 2020), 32.
35
Zaeni Asyhadie, dkk. Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia, 33.
22
36
Suharsono dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux, 124.
37
Afif Zakiyudin, “Menakar Potensi Dispensasi Nikah Pasca Revisi UU Perkawinan”,
https://pa-kajen.go.id/v3/artikel/menakar-potensi-dispensasi-nikah-pasca-revisi-uu-perkawinan.
Diakses 13 Desember 2021.
23
“Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta
dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua
orang tua pihak pria maupun pihak wanita”.39
38
Ningsih, “Dispensasi Nikah.” http://www.pa-pulangpisau.go.id/berita/arsip-artikel-
pengadilan/1710-dispensasi-nikah Diakses 10 Desember 2021.
39
Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
24
Perkara Anak dan Orang Tua atau Wali terdapat perbedaan agama,
maka permohonan dispensasi kawin diajukan ke Pengadilan sesuai dengan
agama anak.41 Apabila calon mempelai masih dibawah batas usia
perkawinan, maka permohonan dispensasi kawin untuk masing-masing
calon mempelai diajukan ke Pengadilan yang sama sesuai dengan domisili
salah satu Orang Tua atau Wali dari kedua calon suami atau isteri.42
40
Pasal 6 Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin
41
Pasal 7 Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin.
42
Pasal 8 Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin.
25
43
Pasal 5 Ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman
Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin.
44
https://pa-baturaja.go.id/index.php/layanan-publik/prosedur-berperkara/syarat-
mengajukan-perkara Diakses 23 Desember 2021.
45
Pasal 5 Ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman
Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin.
46
Pasal 9 Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin.
26
47
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Buku Saku Pedoman Mengadilii Permohonan
Dispensasi Kawin, (Jakarta: Mahkamah Agung Republik Indonesia bersama Indonesia Judicial
Research Society (IJRS), 2020), 59.
48
Pasal 10 Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin.
27
49
Pasal 12 Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin.
50
Pasal 13 Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin.
51
Pasal 20 Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin.
28
52
Pasal 17 Peraturan Mahkamah Agung No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin.
53
Martha Eri Safira, Hukum Acara Perdata, (Ponorogo: CV. Nata Karya, 2017), 131.
54
Suharsono dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux, 398.
29
55
Laila M. Rasyid dan Herinawati, Hukum Acara Perdata (Sulawesi: Unimal Press, 2015),
97.
56
Laila M. Rasyid dan Herinawati, Hukum Acara Perdata, 98.
57
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Cahaya Atma
Pustaka, 2013), 240.
30
58
Yulia, Hukum Acara Perdata, (Sulawesi: Unimal Press, 2018), 87.
31
59
Yulia, Hukum Acara Perdata, 81-82.
32
60
Yulia, Hukum Acara Perdata, 84.
33
Kekuatan Pembuktian
Putusan hakim merupakan persangkaan, sesuatu yang telah diputuskan
Hakim harus dianggap benar sesuai bunyi KUHPerdata Pasal 1916 ayat
(2). Putusan Hakim yang telah dituangkan dengan tulisan termasuk
dalam akta autentik yang dibuat oleh pejabat yang berwenang,
ditandatangani dan dapat dijadikan sebagai alat bukti bagi kedua belah
pihak yang berperkara. Kekuatan pembuktian perkara putusan perdata
diserahkan kepada pertimbangan Majelis Hakim.62
Kekuatan Eksekutorial
Putusan Hakim merupakan sebuah kekuatan untuk dilaksanakan secara
paksa bagi pihak yang tidak menjalankan putusan secara sukarela atau
dengan kata lain kekuatan eksekutorial adalah kekuatan untuk
dilaksanakannya susuatu yang tertuang dalam putusan secara paksa
61
Yulia, Hukum Acara Perdata, 86.
62
Endang Hadrian dan Lukman Hakim, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Yogyakarta:
Deepublish, 2020), 54.
34
63
Yulia, Hukum Acara Perdata, 88.
64
Yulia, Hukum Acara Perdata, 87.
35
yang tercantum dalam putusan adalah benar terdaftar dan diputus oleh
pengadilan tersebut.
3. Nama Pengadilan yang Memutus Perkara
Nama pengadilan tempat diputusnya perkara juga dicantumkan
dalam susunan isi surat putusan guna menunjukan bahwa benar putusan
telah dijatuhkan di Pengadilan yang tertulis.
4. Identitas Para Pihak
Identitas para pihak yang dicantumkan dalam surat putusan yaitu
meliputi nama, umur, pekerjaan, alamat kantor atau domisili kuasa
apabila perkara dikuasakan.
5. Tentang Duduk Perkara
Duduk perkara pada dasarnya berisikan dalil gugatan dan alat-alat
bukti yang diajukan oleh para pihak di persidangan.
6. Tentang Hukumnya
Pertimbangan hukum biasanya memuat hal-hal seperti pokok
persoalan, analisis yuridis, petitum penggugat, pertimbangan Hakim
secara yuridis dengan melihat pada pendapat doktina, alat bukti serta
yurisprudensi. Pertimbangan hukum sangat menentukan hasil dari
putusan Hakim, sehingga pertimbangan hukum harus disikapi secara
baik, cermat dan teliti. Apabila pertimbangan hukum ini tidak disikapi
dengan baik, cermat dan teliti maka putusan dabat dibatalkan oleh
Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung.
7. Amar Putusan atau Diktum
Amar putusan merupakan aspek penting sekaligus isi dari surat
putusan.
8. Tanggal Musyawarah atau Diputuskan Perkarakan
Tanggal musyawarah atau diputuskannya perkara haruslah
dilakukan secara terpisah dengan tanggal putusan yang diucapkan dalam
persidangan terbuka untuk umum.
9. Keterangan Tentang Hadir atau Tidaknya Pihak-pihak Pada Saat Putusan
Dijatuhkan
36
65
Laila M. Rasyid dan Herinawati, Hukum Acara Perdata, 102-109.
66
Dewi Atiqah, “Peran Hakim Dalam Mewujudkan Asas Keadilan Kepastian Hukum dan
Kemanfaatan Putusan” http://pa-purwodadi.go.id/index.php/sub-bag-keuangan/pedoman/26-
halaman-depan/artikel/358-peran-hakim-dalam-mewujudkan-asas-keadilan-kepastian-hukum-dan-
kemanfaatan
putusan#:~:text=Putusan%20hakim%20diperlukan%20guna%20memeriksa,perkara%20yang%20
diajukan%20ke%20pengadilan.&text=Putusan%20hakim%20merupakan%20gambaran%20kesada
ran,bagi%20setiap%20orang%20yang%20berperkara Diakses 15 Februari 2022.
67
Siska Trisia, “Manfaat Penyederhanaan Format Putusan Bagi Pencari Keadilan”,
http://mappifhui.org/2018/05/21/manfaat-penyederhanaan-format-putusan-bagi-pencari-
keadilan/#:~:text=Putusan%20berfungsi%20sebagai%20%E2%80%9Csumber%20pembelajaran,p
erkara%20yang%20diajukan%20ke%20persidangan Diakses 16 Maret 2022.
37
dari perkara yang diajukan ke Pengadilan oleh para pihak dengan maksud
ingin mendapat keadilan.
C. Pandemi Covid 19
Virus corona ditemukan pada bulan desember 2019 di Wuhan China,
kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (
SARS- COV2), lalu menyebabkan penyakit Corona-virus Disease-2019
(COVID-19). Penelitian menujukan bahwa homologi antara COVID-19 dan
coronavirus pada kelelawar-SARS memiliki kemiripan lebih dari 85%.
COVID-19 dapat ditemukan pada sel epitel pernapasan manusia setelah 96
jam. Sementara mengisolasi serta mengkultur vero E6 dan Huh-7 garis sel
membutuhkan waktu sekitar 6 hari. Organ yang paling terpengaruh oleh virus
ini adalah paru-paru, karena COVID-19 mengakses sel inang melalui enzim
ACE2. Kepadatan ACE2 pada setiap jaringan berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit pada jaringan itu , serta beberapa ahli berpendapat bahwa
penurunan aktivitas ACE2 bersifat protektif. Serta seiring perkembangan
penyakit alveolar, memungkinkan terjadinya kegagalan pernafasan hingga
terjadinya kematian.68
Diduga sejak 31 Desember 2019 pertama kali dilaporkan kasus seorang
individu asal China yang terinfeksi virus Covid. Virus ini menyebar dengan
sangat pesat dan tak terkendali hingga menuju ke berbagai negara bahkan
Indonesia. Seluruh kegiatan manusia seakan lumpuh seketika dalam berbagai
aspek seperti pendidikan, ekonomi hingga kesehatan. Banyak sekali kerugian
yang ditimbulkan oleh pandemi Covid yang sangat mengegerkan dunia ini.69
Awal penyebaran virus Covid di Indonesia Pemerintah mengumumkan secara
resmi kepada masyarakat mengenai kasus pertama virus Covid terjadi pada
tanggal 2 maret 2020. Dua warga Indonesia dinyatakan positif Covid setelah
melakukan kontak langsung dengan warga Negara Jepang yang sedang
68
Kementerian Dalam Negeri, Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-19 Bagi
Pemerintah Daerah Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis dan Manajemen, (Jakarta: Tim Kerja
KEMENDAGRI, 2020), 4.
69
Cut Rita Zahara dkk, Cara Publik Berdamai Dengan Covid-19, (Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press, 2020), 53.
38
70
Moch Halim Sukur dkk, “Penanganan Pelayanan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid-19
Dalam Perspektif Hukum Kesehatan”, Jurnal:Journal Incio Legis 1:1 (Oktober 2020): 1-17.
71
https://data.covid19.go.id/public/index.html. Diakses 20 Februari 2022.
39
aktifitasnya dari dalam rumah, mulai dari Work From Office (bekerja dari
rumah) hingga kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara online,
sehingga membuat masyarakat membeli kebutuhan rumah untuk memenuhi
kebutuhannya selama lockdown berlangsung karena tidak boleh melakukan
kegiatan di luar rumah.
Langkah lain dari upaya pemerintah menekan angka penularan virus
Covid adalah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yaitu pemerintah
membatasi kegiatan-kegiatan umum seperti jual beli di pasar, atau melarang
pengendara yang keluar masuk antar kota hingga membatasi kegiatan-kegiatan
keagamaan.
PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) adalah salah
satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah hampir sama dengan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) yaitu pemerintah membatasi kegiatan
masyarakat yang berhubungan dengan ruang publik, hanya saja PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dilakukan pada jam-jam
tertentu contohnya kegiatan angkutan umum hanya dapat berlangsung dari jam
05.00 sampai 16.00 WIB.
Kebijakan pemerintah yang saat ini sedang dilangsungkan adalah
masyarakat wajib melakukan vaksin sebanyak tiga kali, masyarakat akan
mendapatkan kartu vaksin dan kartu tersebut yang bisa menjadi syarat
masyarakat pergi ke ruang publik, misalnya untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar maka guru atau siswa diwajibkan vaksin terlebih dahulu, begitupun
untuk pergi ke kantor atau swalayan. Berbagai upaya pencegahan yang
dilakukan dari Pemerintah ini berhasil menekan angka Covid-19 di Indonesia,
yang menunjukan bahwa Covid-19 saat ini menunjukan data yang menurun.
Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini memiliki kolerasi
dengan dispensasi perkawinan dibawah umur dengan seiring maraknya artikel
yang mengungkapkan bahwa angka perkawinan dibawah umur yang
dikabulkan pada masa pandemi Covid-19 ini naik pesat. Faktor pasti dari
meningkatnya angka perkawinan dibawah umur ini belum diketahui secara
jelas, namun beberapa artikel ternama membenarkan data pernikahan dibawah
umur yang semakin naik pada masa pandemi Covid-19.
40
72
Universitas Padjadjaran, “Pernikahan Dini di Indonesia Meningkat di Masa Pandemi”,
https://www.unpad.ac.id/2020/07/pernikahan-dini-di-indonesia-meningkat-di-masa-pandemi/
Diakses 20 Februari 2022.
BAB III
41
42
73
https://www.pa-kuningan.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/sejarah-pengadilan,
Diakses 20 Februari 2022.
43
74
https://www.pa-kuningan.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/visi-dan-misi.
Diakses 25 Februari 2022.
44
URL: https://www.pa-kuningan.go.id/
Telp. 0232-871652
Fax. 0232-8883031
Email: pakuningan@gmail.com75
75
https://www.pa-kuningan.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/alamat-pengadilan.
Diakses 15 Februari 2022.
45
76
https://www.pa-kuningan.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/wilayah-yurisdiksi
Diakses 25 Februari 2022.
46
77
https://www.pa-kuningan.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/fungsi-dan-tugas-
pengadilan. Diakses 25 Februari 2022.
48
78
https://www.pa-kuningan.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/unit-pelaksana-
teknis-kesekretariatan. Diakses 25 Februari 2022.
79
https://www.pa-kuningan.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/statistik-pengadilan.
Diakses 20 Maret 2022.
49
1. Izin Poligami 8
4. Harta Bersama 13
5. Penguasaan Anak 4
8. Hibah 7
9. Kewarisan 4
11. Perwalian 16
13. Lain-lain 6
Jumlah 6.512
1. Izin Poligami 1
4. Harta Bersama 4
6. Dispensasi Kawin 73
7. Kewarisan 2
9. Perwalian 3
11. Lain-lain 1
Jumlah 1.025
1. Januari 42
2. Februari 39
3. Maret 54
4. April 40
5. Mei 35
53
6. Juni 79
7. Juli 21
8. Agustus 38
9. September 35
10. Oktober 34
11. November 31
12. Desember 19
Jumlah 467
1. Januari 42
2. Februari 39
Jumlah 73
54
80
Salinan Putusan Perkara Dispensasi Nikah Terkait Batasan Usia Pada Masa Pandemi
Covid.
55
6) Bahwa anak para Pemohon dan calon suaminya tersebut tidak ada
larangan untuk melakukan pernikahan dan tidak ada hubungan darah dan
tali sepersusuan;
7) Bahwa anak para Pemohon berstatus belum menikah dan tidak dalam
pinangan orang lain, dan calon suaminya berstatus belum menikah, dan
keduanya telah akil baligh serta anak para Pemohon sudah siap untuk
menjadi istri atau ibu rumah tangga;
8) Bahwa calon suami anak para Pemohon telah bekerjasebagai buruh
dengan penghasilan sebulan sekitar Rp3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah).81
3. Petitum Putusan
Berdasarkan duduk perkara diatas maka para Pemohon mohon agar
Ketua Pengadilan Agama Kuningan segera memeriksa dan mengadili
perkara yang diajukan Pemohon, selanjutnya menjatuhkan penetapan yang
amarnya berbunyi sebagai berikut
PRIMER
1) Mengabulakan permohonan para Pemohon;
2) Memberikan dispensasi nikah kepada anak para Pemohon yang bernama
Wulandari untuk menikah dengan seorang laki-laki bernama Nanang;
3) Menetapkan biaya menurut hukum;
SUBSIDER
4. Amar Putusan
Berdasarkan alasan-alasan diatas maka para Pemohon mohon agar
Ketua Pengadilan Agama Kuningan Segera memeriksa dan mengadili
perkara ini, selanjutnya menjatuhkan penetapan yang amarnya berbunyi
sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan para Pemohon
81
Salinan Putusan Perkara Dispensasi Nikah Terkait Batasan Usia Pada Masa Pandemi
Covid.
82
Salinan Putusan Perkara Dispensasi Nikah Terkait Batasan Usia Pada Masa Pandemi
Covid Pengadilan Agama Kuningan No. 254/Pdt.P/2021/PA.Kng.
57
83
Salinan Putusan Perkara Dispensasi Nikah Terkait Batasan Usia Pada Masa Pandemi
Covid Pengadilan Agama Kuningan No. 254/Pdt.P/2021/PA.Kng.
BAB IV
58
59
84
Joglo Abang, “UU 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan”, https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-16-2019-perubahan-uu-1-1974-
perk.awinan Diakses 01 Maret 2022.
85
Hasil Interview Bersama Bapak Zulkifli Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan
pada Tanggal 22 Desember 2021.
60
86
Khoirul Abror, Pernikahan Wanita Hamil Akibat Zina, (Lampung: LP2M, 2017), 103.
87
M. Quraish Shihab, Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab: Seputar Tafsir Al-Qur’an,
(Bandung: Mizan, 2001), 140.
61
Kuningan. Seperti contoh perkara dispensasi nikah terkait batasan usia pada
masa pandemi covid-19 yang diambil oleh peneliti merupakan faktor hamil
diluar nikah.88
Hamil diluar nikah ini manjadi alasan atau ketakutan para Orang Tua
sehingga membolehkan bahkan memaksa putra/putrinya melaksanakan
perkawinan dibawah umur, tanpa mempertimbangkan risiko-risiko buruk
lainnya seperti terputusnya pendidikan anak, kemiskinan berantai,
Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT dan banyak dampak negatif
lainnya. Melihat perkawinan dibawah umur ini lebih banyak dampak
negatifnya daripada positifnya, sehingga perlunya kesadaran dari berbagai
lapisan masyarakat untuk menyadari dampak negatif dari perkawinan
dibawah umur ini. Banyak hal yang dapat mengatasi hamil diluar nikah
selain dengan menikahkan anaknya yaitu dengan lebih menjaga pergaulan
anak atau memilih pendidikan anak dengan memasukan anak ke Pondok
Pesantren sehingga anak lebih paham tentang ilmu agama dan dapat
menghindari perbuatan maksiat seperti zina.
Beliau menuturkan tatkala sudah terjadi hamil diluar nikahpun Majelis
Hakim tetap memberi saran agar menunda perkawinan sampai memenuhi
batas usia calon pengantin atau sampai anak lahir, namun kebanyakan orang
tua tetap ingin menikahkan anaknya dalam keadaan hamil dan belum
memenuhi kriteria batasan usia perkawinan sehingga mengharuskan
mengajukan perkara dispensasi nikah terkait batasan usia ke Pengadilan
Agama.
Peneliti memahami bahwa kebanyakan kasus hamil diluar nikah
khususnya di Pengadilan Agama Kuningan ini dipengaruhi oleh pergaulan
bebas remaja. Semua hal-hal pornografi baik berupa gambar, tulisan hingga
video dapat diakses dengan mudah di internet melalui gadget masing-
masing yang saat ini hampir semua remaja sudah memiliki gadget.
Penggunaan media sosial saat ini dapat menjadi pisau bagi pemakainya,
semuanya tergantung pemakai menggunakan pisau itu untuk apa entah itu
88
Hasil Interview Bersama Bapak Zulkifli Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan
pada Tanggal 22 Desember 2021.
62
hal baik atau hal buruk. Tentunya penggunaan media sosial ini harus
diimbangi dengan ilmu pengetahuan khususnya agama agar tidak terjerumus
kepada hal-hal yang tidak diinginkan.
89
https://ibnumajjah.wordpress.com/2012/06/04/pacaran-dalam-timbangan-syariat/
Diakses 18 Maret 2022.
90
Hasil Interview Bersama Bapak Zulkifli Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan
pada Tanggal 22 Desember 2021.
91
Hafidz Muftisany, Bahaya Mengintai Pacaran, (Karanganyar: INTERA, 2021), 11.
63
seringkali tak kenal umur terkadang usia dibawah umur sudah dijodohkan
dengan pasangannya yang lebih tua dan hal inilah yang menjadi
permasalahan.
Majelis Hakim menuturkan bahwa tidak sedikit kasus dispensasi
perkawinan terkait batasan usia yang diajukan ke Pengadilan Agama
Kuningan dengan alasan dijodohkan oleh kedua Orang Tua. Peneliti menilai
bahwasanya masih banyak Orang Tua yang tidak sadar akan madhorot
perkawinan dibawah umur. Pada kasus ini kebanyakan karena Orang Tua
sudah memiliki umur yang tua sehingga khawatir tidak dapat menyaksikan
anaknya menikah. Kekhawatiran tidak menyaksikan anak menikah ini lebih
dipentingkan daripada kekhawatiran anaknya kesulitan menghadapi situasi
perkawinan dibawah umur.93
Peneliti sering mendengar bahwa perjodohan hanya ada di zaman Siti
Nurbaya namun tak bisa dipungkiri di zaman sekarang juga masih banyak
Orang Tua yang melakukan perjodohan anak-anaknya, perjodohan itu entah
merujuk kepada kebahagiaan anak ataupun kebahagiaan Orang Tua. Orang
Tua senantiasa mengatakan bahwa pilihannya selalu benar tetapi di sisi lain
pilihan anakpun belum tentu salah, sehingga dalam kasus ini sudah
seharusnya anak diberi kesempatan yang sama untuk memilih jodohnya,
karena bagaimanapun anaklah yang menjalani pernikahan bukan Orang Tua.
Fatalnya perjodohan itu jika Orang Tua berkehendak harus melangsungkan
pernikahan meskipun masih dibawah umur.
Peneliti menilai bahwasanya permasalahan perkawinan dibawah umur
ini bukan lagi pada Kantor Urusan Agama yang menikahkan, bahkan bukan
di Pengadilan Agama yang mengabulkan permohonan dispensasi nikah,
namun permasalahannya berada pada adat Orang Tua yang berkehendak
menjodohkan anaknya atau menikahkan anaknya dibawah usia seharusnya
seperti yang diatur dalam Undang-Undang.
93
Hasil Interview Bersama Bapak Zulkifli Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan
pada Tanggal 22 Desember 2021.
65
94
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia , 210.
66
ilegal dapat dijerat pasal 194 Undang-Undang Kesehatan yaitu pidana penjara
paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 1 miliar.95
Kehamilan sebelum menikah ini menjadi salah satu pertimbangan
Majelis Hakim dalam memutuskan perkara dispensasi nikah terkait batasan
usia. Tentunya sebelum memberikan putusan perkara dispensasi nikah terkait
batasan usia ini Majelis Hakim berupaya memberi nasihat kepada Pemohon
dengan memberi berbagai pertimbangan agar bersabar menunggu anak dewasa
supaya lebih siap untuk berumah tangga, namun Pemohon tetap untuk
melanjutkan perkara dan bisa dikabulkan untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
Peneliti memahami bahwa meskipun kehamilan diluar pernikahan
merupakan hal yang tabu di Indonesia, namun tidak dapat dipungkiri hal ini
banyak terjadi. Kehamilan sebelum menikah dianggap sebagai aib keluarga,
maka dari itu perempuan yang hamil harus segera dinikahi untuk menghapus
aibnya. Maka tidak heran apabila banyak Orang Tua yang memilih untuk
menikahkan anaknya yang belum cukup umur untuk melangsungkan
pernikahan selain untuk meminta pertanggungjawabaan pihak laki-laki juga
untuk menutupi aib keluarga.
Mengutip dari Kompilasi Hukum Islam mengenai kawin hamil,
bahwasanya apabila seorang wanita hamil di luar nikah maka dapat dikawinkan
dengan pria yang menghamilinya. Perkawinan tersebut dapat dilangsungkan
tanpa menunggu terlebih dahulu kelahiran anaknya dan ketika melangsungkan
perkawinan pada saat hamil, maka tidak perlu dilangsungkan perkawinan ulang
setelah anak lahir.96 Hal ini menunjukan bahwa hukum membolehkan menikah
dalam keadaan hamil dengan syarat kedua calon mempelai tidak memiliki
hubungan yang dilarang menurut hukum.
Pertimbangan Majelis Hakim yang kedua adalah kedua Orang Tua calon
mempelai bersedia menikahkan anaknya serta siap membimbing secara rohani
dan Jasman. Dalam perkara dispensasi nikah terkait batasan usia ini Pemohon
95
Diana Kusumasari, “Ancaman Pidana Terhadap Pelaku Aborsi Ilegal”,
https://www.hukumonline.com/klinik/a/penerapan-hukum-pidana-dalam-aborsi-ilegal-cl840
Diakses 04 Maret 2022.
96
Pasal 53 Kompilasi Hukum Islam tentang Kawin Hamil.
67
97
Pasal 8 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1947 tentang Perkawinan.
69
98
Pasal 39 Kompilasi Hukum Islam tentang Larangan Kawin.
70
tidak memiliki halangan menikah di mata hukum dan kedua mempelai saling
mencintai.99
99
Hasil Interview Bersama Bapak Zulkifli Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan
pada Tanggal 22 Desember 2021.
71
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian Peneliti mendapatkan pokok-pokok pembahasan yang
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Faktor penyebab tingginya perkara dispensasi nikah di Pengadilan Agama
Kuningan terkait batasan usia pada masa pandemi Covid-19 adalah sebagai
berikut:
a. Undang-Undang No. 16 Tahun 2019
b. Kehamilan Sebelum Menikah
c. Sudah Pacaran Lama
d. Dijodohkan Orang Tua
2. Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan dalam memutus perkara
dispensasi nikah terkait batasan usia sebagai berikut:
a. Kehamilan sebelum menikah
b. Kedua Orang Tua berkeinginan menikahkan calon mempelai serta siap
membimbing secara rohani dan jasmani
c. Kesiapan calon mempelai melangsungkan pernikahan
d. Tidak ada halangan menurut hukum untuk melangsungkan pernikahan
e. Kedua calon mempelai saling mencintai
3. Pemberian putusan dispensasi nikah terkait batasan usia di Pengadilan
Agama Kuningan pada masa pandemi Covid-19 ini diharapkan merujuk
pada konsep terbaik bagi anak, namun hasil penelitian yang didapat Peneliti
menunjukan bahwa putusan Majelis Hakim Pengadilan Agama Kuningan
terkait batasan usia pada masa pandemi Covid-19 belum sepenuhnya
merujuk pada konsep terbaik bagi anak.
72
73
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas Peneliti dapat memberi saran sebagai
berikut:
1. Melihat faktor-faktor tingginya angka pernikahan dibawah umur membuat
semua pihak bertanggungjawab dalam menekan angka pernikahan
dibawah umur, khususnya dalam mengedukasi diri sendiri dan umumnya
orang lain mengenai dampak dari pernikahan dini serta pencegahannya.
2. Dengan tujuan awal dibuatnya Undang-Undang No. 16 tahun 2019
mengenai batas usia pernikahan adalah menekan angka pernikahan
dibawah umur, seharusnya dispensasi nikah ini tidak menjadi dilema lagi
di tengah masyarakat apabila Pengadilan Agama Kuningan benar-benar
mempertimbangan dalam memberikan dispensasi nikah ini hanya kepada
pihak yang benar-benar membutuhkan.
3. Pengadilan Agama Kuningan diharapkan dapat memberi pertimbangan
dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah merujuk pada konsep
terbaik bagi anak, bukan hanya sekedar terpenuhinya persyaratan perkara.
4. Peneliti menyarankan agar semua lapisan masyarakat mampu menyadari
akan bahayanya pernikahan dini, sehingga timbulnya kesadaran bahwa
dispensasi nikah ini bukan jalan legalisasi untuk tetap melangsungkn
pernikahan dini.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abror, Khoirul. Pernikahan Wanita Hamil Akibat Zina, Lampung: LP2M, 2017.
Arikunto, Suharsimi. Metode Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Asyhadie, Zaeni. Dkk. Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia,
Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2020.
Azwar, Saifudi. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Rasyid, Laila M. dan Herinawati, Hukum Acara Perdata, Sulawesi: Unimal Press,
2015.
Safira, Martha Eri. Hukum Acara Perdata, Ponorogo: CV. Nata Karya, 2017.
Shihab, M. Quraish. Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab: Seputar Tafsir Al-Qur’an,
Bandung: Mizan, 2001.
74
75
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2016.
Suharsono dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Lux,Semarang: Widya Karya, 2011.
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada
Media, 2009.
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam , Bandung: Citra Umbara, 2018.
Yulia, Hukum Acara Perdata, Sulawesi: Unimal Press, 2018.
Zahara, Cut Riza dkk. Cara Publik Berdamai Dengan Covid-19, Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press, 2020.
C. Putusan
Putusan Pengadilan Agama Kuningan Nomor 254/Pdt.P/2021/PA.Kng
D. Peraturan Perundang-Undangan
E. Internet
Abang, Joglo. “UU 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan”, https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-16-2019-
perubahan-uu-1-1974-perk.awinan Diakses 01 Maret 2022.
77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
Dokumentasi
Pedoman Wawancara
Tanya : Saya menemukan data bahwa pernikahan terkait batasan usia atau pernikahan
dibawah umur di Jawa Barat selama pandemi Covid sangat naik, bagaimana di
Kabupaten Kuningan apakah sama mengalami kenaikan?
Jawab : Iya benar di Kuningan juga mengalami kenaikan angka pernikahan dini selama
pandemi Covid.
Tanya : Apa faktor yang menyebabkan tingginya perkara dispensasi nikah terkait batasan
usia di Pengadilan Agama Kuningan pada masa pandemi Covid ?
Jawab : Adapun faktor-faktor penyebab tingginya perkara dispensasi nikah terkait
batasan usia di Pengadilan Agama Kuningan pada masa pandemi Covid
diantaranya waktu pengesahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 yang hampir
bersamaan dengan pandemi, perempuan mengalami kehamilan sebelum menikah,
sudah lama menjalin ikatan pacaran, dan dijodohkan Orang Tua. Faktor alasan
tertinggi diajukannya dispensasi nikah terkait batasan usia di Pengadilan Agama
Kuningan adalah hamil diluar nikah.
Tanya : Apa faktor yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Agama
Kuningan dalam memberikan dispensasi nikah terkait batasan usia pada masa
pandemi Covid?
Jawab : Sudah lama pacaran, orang tua rantau, dan hamil duluan.
Tanya : Permohonan disensasi nikah terkait batasan usia di Pengadilan Agama Kuningan
pada masa pandemi Covid banyak yang diterima atau ditolak?
Jawab : Lebih banyak yang diterima daripada di tolak.