Anda di halaman 1dari 5

RESUME

TOPIK “ABORTUS INSIPIENS”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang diampu oleh
Ni Ketut Somoyani, SST., M.Biomed

Oleh :
Nama : Evi Damayanti Margaretha

Nomor Urut : 14 (Kelas B)

Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan Alih Jenjang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PRODI AFILIASI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2022
Abortus Insipiens

1. Pengertian Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah perdarahan intrauterine sebelum kehamilan lengkap


20 minggu dengan dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi.
Kehamilan ini tidak dapat dipertahankan lagi. Abortus insipiens merupakan abortus
yang sedang berlangsung atau dapat dikatakan abortus yang sedang mengancam dengan
serviks telah mendatar, ostium uteri yang telah membuka dan ketuban yang teraba, akan
tetapi hasil konsepsi masih dan dalam proses pengeluaran.

2. Diagnosis dan Gejala Abortus Insipiens

Abortus insipien dapat didiagnosa dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut.

A. Anamnesis
a) Amenorea, disertai dengan PP test (+)
b) Volume darah yang keluar lebih banyak
c) Crampy lower abdominal pain, atau nyeri perut bagian bawah
B. Pemeriksaan ginekologi
a) Dilatasi os cervix, namun belum ada jaringan yang keluar
b) Teraba selaput ketuban atau hasil konsepsi
c) Tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri saat perabaan adneksa dan kavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
C. Tanda dan gejala
a) Perdarahan banyak kadang – kadang keluar gumpalan
b) Terjadinya kontraksi uterus yang menyebabkan pembukaan serviks
c) Kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
d) Penipisan serviks derajat sedang
e) Kram perut menetap meskipun diberikan analgesic

3. Faktor Predisposisi Abortus


Abortus insipiens dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik dari faktor janin, faktor
ibu, dan faktor ayah.

a) Faktor janin

Faktor janin merupakan penyebab yang sering terjadi pada abortus spontan.
Kelainan yang menyebabkan abortus spontan tersebut yaitu kelainan telur (blighted
ovum), kerusakan embrio dengan adanya kelainan kromosom, dan abnormalitas
pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).

b) Faktor ibu
Abortus insipiens juga dapat disebabkan karena faktor kesehatan ibu antara lain
sebagai berikut, misalnya ibu mengalami stress, kesehatan ibu yang belum
sepenuhnya pulih misalnya karena jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu pernah
memiliki riwayat abortus sebelumnya, adanya mioma atau gangguan ginekologi
pada ibu, gangguan hormonal, adanya penyakit penyerta atau infeksi yang diderita
oleh ibu, penggunaan obat – obatan, konsumsi alkohol, merokok, obesitas, faktor
usia atau status gizi ibu yang kurang baik dan faktor dari luar seperti trauma pada
kehamilan akibat kecelakaan.

c) Faktor ayah
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus
insipiens. Kemungkinan yang paling sering ditemukan antara lain faktor hubungan
seksual yang diduga dapat memicu resiko perdarahan pada kehamilan ibu yang
sedang berlangsung.

4. Penanganan Abortus Insipiens


Manajemen atau penanganan pada abortus insipien antara lain sebagai berikut.
a) Pecahnya selaput ketuban yang terjadi pada paruh pertama kehamilan menjadi
sangat kecil, sehingga kehamilan harus diterminasi dengan cara diinduksi dengan
pemberian oksitosin (oksitosin 10 unit dalam 500 cc D5% dimulai 8 tetes per menit
dan naikkan sesuai kontraksi uterus, hati – hati terjadinya kontraksi yang hipertonik
sehingga harus dipantau ketat untuk memacu uterus sehingga produk kehamilan
dapat keluar.
b) Alternatif lain dengan pemberian misoprostol 200-600 mcg oral atau vaginal yang
menyebabkan terjasinya perlunakan serviks dan kontraksi uterus sehingga
menyebabkan keluarnya produk kehamilan. Bila produk kehamilan belum keluar,
maka pemberian misoprostol dapat diulang dengan interval 6 – 7 jam.
c) Bila produk kehamilan yang keluar tidak lengkap lanjutkan dengan kuretase
d) Pasca kuretase diberikan metilergometrin maleat 3 x1 tablet per hari selama 5 hari
dan antibiotika
e) Pada keadaan serviks yang berdilatasi disertai perdarahan yang masif, sebaiknya
dilakukan kuretase, dengan perlindungan infus disertai drip oksitosin 10 – 20 IU
dalam RL/NaCl. Pemberian infus dapat dimulai dengan kristaloid dengan
pemberian cairan meliputi maintenance dan ditambah jumlah perdarahan aktif.
f) Pemeriksaan gol darah, rhesus, darah rutin bila kehilangan darah dalam jumlah
banyak agar dapat segera dilakukan intervensi yang tepat dengan resusitasi cairan
ataupun tranfusi darah
DAFTAR PUSTAKA

Abeysena. 2009. Risk Factors For Spontaneous Abortion. Journal of the College of
Community Physicians of Sri Lanka Volume 14, No 1 June, 2009. page 14-19

Junita, Elvira. 2013. Hubungan Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus di
RSUD Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal vol 1 No 2 2013.

Lestariningsih. 2008. Analisis Faktor Kejadian Abortus. Jurnal Maternity and


Neonatal. Vol 1 No. 2. 2013

Putri & Supanji Raharja. 2018. Hubungan Usia, Jumlah Kehamilan, Dan Riwayat
Abortus Spontan Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di Rumah
Sakit Umum Aghisna Medika Kabupaten Cilacap. http://eprints.ums.ac.id
Rahmani. 2013. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Abortus Di Rs Prikasih Jakarta Selatan
Pada Tahun 2013. http://repository.uinjkt.ac.id

Anda mungkin juga menyukai