Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

CORONA VIRUS DISEASE 2019

Dosen Pengampu:

Ns. Rostiodertina Girsang M.kep

Disusun Oleh:

Abdul Faqih Almarif 21.11.001


Agus Pangestu 21.11.004
Desi Ratna Sari 21.11.019
Dinda Agustina Hutagaol 21.11.023
Dwi Putri Oktavia 21.11.025
Imelda Lestri 21.11.043
Marta Lena Hasibuan 21.11.061
Mika Irenita Sembiring 21.11.067
Monika 21.11.071
Risnawati 21.11.095
Sri Rahayu Br Ginting 21.11.109
Theresia Efrat Simangunsong 21.11.117

PRODI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai
CORONAVIRUS 19 ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Covid 19. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang wabah penyakit Coronavirus disease 19 bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu N.s Rostiodertina Girsang M.kep
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang wabah penyakit akibat Coronavirus Disease 19 ini.

Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami harga dem kesempurnaan makalah ini

Deli Tua, September 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Pokok Pembahasan.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

A. Pengertian......................................................................................................................6

B. Cara Corona Virus Menyebar.....................................................................................6

C. Patofisiologi Covid-19...................................................................................................9

D. Gejala Klinis................................................................................................................17

E. Asuhan Keperawatan Pasien Covid-19.....................................................................19

BAB III PENUTUP................................................................................................................22

C. Kesimpulan..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit pada
hewan ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih melawan Virus Corona hingga saat
ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Virus Corona terus bertambah dengan
beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan
pencegahan terus dilakukan demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip Flu.

kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember
2019.Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan
tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang
dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia
kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga
menjadi penyakit radang paru.

Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual
berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi seperti ular, kelelawar,
dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang tersebut, Virus Corona bukan kali ini saja
memuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip Flu, Virus Corona
berkembang cepat hingga mengakibatkan infeks yang lebih parah dan gagal organ.

4
B. Pokok Pembahasan

a. Proses penyebaran Covid-19


b. Patofisiologi Covid-19
c. Gejala Klinis
d. Asuhan keperawatan pada pasien Covid-19
e. Cara pencegahan Covid-19

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Virus Corona adalah bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit pada
hewan ataupun juga pada manusia. Di Indonesia, masih melawan Virus Corona hingga saat
ini, begitupun juga di negara-negara lain. Jumlah kasus Virus Corona terus bertambah dengan
beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tidak sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan
pencegahan terus dilakukan demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip Flu.

kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember
2019. Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan
tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang
dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia
kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga
menjadi penyakit radang paru.

Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual
berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi seperti ular, kelelawar,
dan berbagai jenis tikus. Dengan latar belakang tersebut, Virus Corona bukan kali ini saja
memuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip Flu, Virus Corona
berkembang cepat hingga mengakibatkan infeks yang lebih parah dan gagal organ.

B. Cara Corona Virus Menyebar

6
Virus Covid-19 menyebar melalui hewan dan amanusia sebagai inang. Transmisi pertama
melalui agen Zoonosis dari hewan ke manusia. Transmisi ke 2 dari manusia ke manusia
(Sahin et.,2020). Kemudian yang sedang di teliti adalah transmisi ke 3 dari manusia ke
hewan, khususnya hewan peliharaan seperti kucing dan anjing di dalam rumah. Pusat
penebaran Covid-19 di berbagai negara dengan kasus tertinggi mempunyai iklim subtropika
dan terjadi di musim dingin dan musim semi. SARS juga terjadi di musim dingin hingga
musim semi tahun 2002. Covid-19 dapat menyebar melalui droplet, fomite, dan aerosol dari
penderita (Shain et al.,2022). Fomite adalah objek atau media yang dapat membawa virus,
seperti pakaian, peralatan dan furniture. Covid-19 dapat menempel di berbagai media dan
dapat bertahan hidup hingga beberapa jam hingga hari pada suhu 21-23℃ dan 40-
65℅kelembaban (Tabel 1)

Resetor ACE2 yang diikuti oleh protein spike virus Covid-19 tidak hanya trdapat di alveoli
paru paru, tetapi juga terdapat di ginjal, usus, dan pembuluh darah(Sahin at al.,2020;Towlwr
at al.,2020). Ketik sudah berhasil masuk kedalam sel inang, virus akan bereplikasi dan
bertranskripsi menggunakan ribosom sel inang untuk mensintesis protein protein yang
dibutuhkan untuk membentuk virus virus baru (lambier at al.,2003;shain et al.,2003) selama
replikasi akan dihasilkan kopi RNA(-) dari genome virus dan akan meenjadi template untuk
membuat genome RNA(+) (Luk et al.,2019; Sahin et al.m2020). selama transkripsi, bagaian
7-9 RNA sub-genomik, termasuk kedalamnya bagaian yang mengkode semua protein
structural, dihasilkan oleh transkripsi yang berlangsung secara terus menerus. Nucleocapsid
virus digabungkan di dalam sitolasma sel inang , dan kemudian dimasukkan ke dalam lumen
etikulum endoplasma. Virion atau virus virus baru akan di lepaskan dari sel inang yang
terinfeksi secara eksositosis. Pelepasan virus-virus baru ini dapat menginfeksi sel sel ginjal,
hati, usus, dan sel T limfosit, dan juga menginfeksi saluran pernfasan di paru paru, dimana

7
terjadi gejala utama dari Covid-19 (Lambier et al.,2003;Shain et al., 2020).

Karena COVID-19 adalah penyakit baru, banyak aspek mengenai bagaimana penyebarannya
sedang diteliti. Penyakit ini menyebar selama kontak dekat, seringkali oleh tetesan kecil yang
dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara. Tetesan ditularkan, dan menyebabkan infeksi
baru, ketika dihirup oleh orang-orang dalam kontak dekat (1 hingga 2 meter, 3 hingga 6
kaki). Mereka diproduksi selama bernafas, namun karena mereka relatif berat, mereka
biasanya jatuh ke tanah atau permukaan.

Berbicara dengan suara keras melepaskan lebih banyak tetesan dari pada pembicaraan
normal. Sebuah penelitian di Singapura menemukan bahwa batuk yang tidak tertutup dapat
menyebabkan tetesan mencapai 4,5 meter (15 kaki). Sebuah artikel yang diterbitkan pada
bulan Maret 2020 berpendapat bahwa saran tentang jarak tetesan mungkin didasarkan pada
penelitian tahun 1930-an yang mengabaikan efek dari udara yang dihembuskan lembab yang
hangat di sekitar tetesan dan bahwa batuk atau bersin yang tidak terbuka dapat berjalan
hingga 8,2 meter (27 kaki) .

Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih dapat menginfeksi orang lain,
jika mereka menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau
mulut mereka dengan tangan yang tidak dicuci. Pada permukaan, jumlah virus aktif
berkurang dari waktu ke waktu hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. Namun, secara
eksperimental, virus dapat bertahan di berbagai permukaan selama beberapa waktu,
(misalnya tembaga atau kardus selama beberapa jam, dan plastik atau baja selama beberapa
hari). Permukaan mudah didekontaminasi dengan desinfektan rumah tangga yang
membunuh virus di luar tubuh manusia atau di tangan. Khususnya, bagaimanapun
desinfektan atau pemutih tidak boleh ditelan atau disuntikkan sebagai tindakan perawatan
atau pencegahan, karena ini berbahaya atau berpotensi fatal.

Dahak dan air liur membawa sejumlah besar virus. Beberapa prosedur medis dapat
menyebabkan virus ditransmisikan lebih mudah dari biasanya untuk tetesan kecil seperti itu,
yang dikenal sebagai transmisi udara .

8
Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah timbulnya gejala, meskipun
penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari sebelum gejala muncul (penularan secara
asimptomatik) dan pada tahap selanjutnya dari penyakit. Beberapa orang telah terinfeksi dan
pulih tanpa menunjukkan gejala, tetapi ketidakpastian tetap dalam hal penularan tanpa gejala.
Meskipun COVID-19 bukan infeksi menular seksual , dicium, hubungan intim, dan rute oral
feses diduga menularkan virus.

C. Patofisiologi Covid-19
Covid-19 disebabkan oleh SARS-CoV2 atau 2019-nCoV, merupakan genus β corona
virus(Liu et al., 2020)(Gandhi, Lynch, & del Rio, 2020). Virus ini ditularkan penderita
melalui droplet atau partikel aerosol yang masuk ke saluran napas melalui aktivitas batuk,
menyanyi(Wei et al., 2020), prosedur nebulizer atau intubasi(Patients, Taylor, Lindsay, &
Halcox, 2020). Ventilasi yang buruk mempercepat penularannya. Virus mampu bertahan
pada stainless steel 5,6 jam dan plastik 6,8 jam(Patients et al., 2020). Virus yang melekat
pada sel inang secara refleks mengikat reseptor seluler ACE2 (angiotensin-converting enzym
2)(Mcmurray, Pfeffer, Ph, & Solomon, 2020) (Sahin, 2020) Ikatan yang terbentuk sepuluh
kali lebih kuat dibandingkan SARS-CoV(Sun, Lu, Xu, Sun, & Pan, 2020), kemudian masuk
ke sitoplasma, setelah terjadi pengkodean, poliprotein dipecah oleh protease dan
chymotrypsin diaktifkan. Kompleks yang dihasilkan mendorong produksi RNA melalui
replikasi dan transkripsi, ditumbuhkan ke lumen retikulum endoplasma. Virion kemudian
dilepaskan dari sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus yang dilepaskan dapat
menginfeksi sel-sel ginjal, sel-sel hati, jantung, intestin, dan limfosit T, serta saluran respirasi
terbawah. Menimbulkan gejala dan tanda utama Covid-19(Sahin, 2020). Masa inkubasi 114
hari, umumnya terjadi 3-7 hari(Guan et al., 2020)(Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri,
2020).

Biomarker darah menunjukan limpopenia (respon pertahanan host dari invasi virus),
leukositosis (infeksi bakteri), neutropilia (infeksi bakteri dan badai sitokin), trombositopenia
(peningkatan penggunaan trombosit) (Frater, Zini, D’Onofrio, & Rogers, 2020)(Yang et al.,
2020)(Go et al., 2020). Biomarker infeksi ditandai terjadinya peningkatan CRP,
procalsitonin, aminotransperases, LDH, creatinin, troponin jantung, D-Dimer atau Fibrin
Degradation Product. Penurunan albumin, waktu protrombin memanjang, APTT (activated
Partial Thromboplastin) memanjang (Frater et al., 2020)(Yang et al., 2020)(Bowles et al.,
2020).

9
10
ada pemeriksaan histologi post mortem terjadi perubahan paru-paru, hati, dan jantung.
Alveolar bilateral difus dengan eksudat fibromyxoid seluler. Paru-paru menunjukkan
deskuamasi yang jelas dari pneumosit dan pembentukan membran hialin, menunjukkan
sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Jaringan paru-paru juga menunjukkan eksudasi
seluler dan fibromyxoid, deskuamasi pneumosit dan edema paru. Infiltrat inflamasi
mononuklear interstitial, didominasi oleh limfosit, terlihat di kedua paru-paru. Sel-sel
syncytial berinti banyak dengan pneumosit yang diperbesar atipikal ditandai dengan nukleus
besar, sitoplasma granular amfofilik, dan nukleolus yang menonjol diidentifikasi dalam ruang
intra-alveolar, menunjukkan perubahan seperti sitopatik virus (World Health Organization
(WHO)-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019, 2020). Pembuluh darah paru
mengalami endothelialitis trombosis dan microangiopathy (Ackermann et al., 2020)

Pasien terinfeksi menunjukan peningkatan leukosit, pernafasan yang abnormal, suara


kedua paru kasar, batuk berdahak, dan demam. Pada Covid-19 berat mengalami komplikasi
edema pulmonal, emboli pulmonal, cardiac aritmia, liver injury, injury ginjal, coagulopathy,
rhabdhomyolysis, demam tinggi, trombositopenia, dan shock (Mehta et al., 2020)(Li, Geng,
Peng, Meng, & Lu, 2020).

Respon gejala klinis yang terjadi pada Covid-19 dikelompokan berdasarkan data mayor dan
minor menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Bersihan jalan napas tidak efektif


Merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten ditandai dengan batuk tidak efektif atau
mampu batuk, sputum berlebih/obstruksi jalan napas, wheezing, ronkhi kering dan
disertai kemungkinan adanya data minor sulit bicara, ortopnea, gelisah, bunyi napas
menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah(PPNI, 2016), suara napas
krepitasi(Bastola et al., 2020). Pada klien Covid-19 ditemukan sputum berlebihan
33,4% pada covid ringan dan 37,8% pada covid berat. Batuk 67,8% menempati urutan
kedua setelah demam(Guan et al., 2020). Virus menyebar dan menyerang melalui
mukosa pernapasan, memicu serangkaian respons imun dan menginduksi sitokin
(IL1B, IL1RA, IL7, IL8, IL9, IL10, FGF dasar, GCSF, GMCSF, IFN-γ, IP10, MCP1,
MIP1A, MIP1B, PDGF, TNFα), menyebabkan perubahan komponen imun seperti
leukosit darah tepi dan limfosit.(Song et al., 2020)(Go et al., 2020). Biomarker paling
berpotensi menyebabkan inflamasi dan kerusakan pada paru adalah IL-6(Ulhaq ZS;
GV, 2020). Pada kasus pertama Covid-19 di Wuhan ditemukan hidung
tersumbat/nasal kongestif(Kim et al., 2020). Infeksi 2019-nCoV memiliki tanda dan
gejala saluran pernapasan atas yang menonjol (rhinorhea, bersin, atau sakit
tenggorokan), menunjukkan bahwa sel terletak di jalan napas bawah(Go et al., 2020).

11
2. Gangguan penyapihan ventilator
Merupakan ketidakmampuan beradaptasi dengan pengurangan bantuan ventilator
mekanik yang dapat menghambat dan memperlama proses penyapihan ditandai
dengan data mayor frekuensi napas meningkat, penggunaan otot bantu napas, gasping,
upaya bantuan napas dan batuan ventilator tidak sinkron, napas dangkal, agitasi dan
nilai gas darah arteri abnormal.
Kasus terpasang invasif mekanikal ventilator di kota Washington pada Februari 2020
sebanyak 75%(18 kasus) dari total 24 kasus. Didapatkan sekresi purulen sedang dan
tebal sebesar 14 kasus melalui pengamatan selama 7 hari pertama sejak terpasang
ventiator. Lama penyapihan pada hari ke-10, terdapat 11 kasus yang
diekstubasi(Bhatraju et al., 2020). Tiga jam setelah intubasi menunjukan perubahan
mediator inflamasi sitokin, trakea eritema, edema dan ulcer(Puyo & Dahms, 2012).
Terjadi peningkatan hipersekresi sekitar endotrakeal tube. Kerusakan neuromuskuler
pada otot pernafasan memperlama masa penyapihan(Helms et al., 2020)(Puyo &
Dahms, 2012).

3. Gangguan pertukaran gas


Merupakan kelebihan atau kekurangan oksigen dan atau eleminasi karbondioksida
pada membran alveolus-kapiler, ditandai dengan dispnea, PCO2 meningkat/menurun,
PO2 menurun, takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan atau
adanya data minor pusing, penglihatan kabur, sianosis, diaforesis, gelisah, napas
cuping hidung, pola napas abnormal, warna kulit pucat atau kebiruan dan kesadaran
menurun(PPNI, 2016). Kondisi ini disebabkan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
dan perubahan membran alveoli(PPNI, 2016). Pasien Covid-19 dapat menjadi kritis

12
setelah satu minggu sejak mulai timbulnya gejala(Martinez, 2020). Badai sitokin
terjadi pada Covid-19 berat, perubahan jaringan paru ditemukan infiltrat paru
bilateral, edema pulmonal, dan hipoksemia(Martinez, 2020). Penurunan saturasi
oksigen mencapai 87% diakibatkan oleh kerusakan difusi alveolar (Diffuse Alveolar
Demage) yang berakhir dengan ARDS (Sise, Baggett, Shepard, Stevens, & Rhee,
2020)(Fu, Cheng, & Wu, 2020)(Geng et al., 2020).

4. Pola nafas tidak efektif


Merupakan keadaan inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat, dibuktikan dengan data mayor penggunaan otot bantu pernafasan, fase
ekspirasi memanjang, pola napas abnormal dan kemungkinan data minor ortopnea,
pernapasan cuping hidung, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun,
tekanan ekspirasi/inspirasi menurun, ekskursi dada berubah(PPNI, 2016). Dipsnea
ditemukan pada 40% pada Covid19 (Martinez, 2020). Pola napas berubah akibat
kerusakan otot napas, nyeri dada(Cuong et al., 2020)(Sun et al., 2020)

5. Risiko gangguan sirkulasi spontan

(Karisma, 2020) Merupakan kondisi berisiko mengalami ketidakmampuan untuk


mempertahankan sirkulasi yang adekuat untuk menunjang kehidupan. Faktor risiko
kekurangan volume cairan, hipoksia, trombosis jantung, trombosis paru. Kondisi

13
klinis terkait perdarahan.(PPNI, 2016). Perdarahan pada paru disebabkan kerusakan
epitel kapiler paru, rupture vaskular, tromboemboli dan perdarahan paru(McGonagle,
O’Donnell, Sharif, Emery, & Bridgewood, 2020).

Gambar 4. Peran sitokin terhadap kerusakan vaskuler dan perdarahan pada paru(McGonagle,
O’Donnell, et al., 2020).

14
Respon inflamasi pada Covid-19 menyebabkan perubahan penanda terjadinya infeksi, D-
dimer lebih besar dari 1 μg / mL telah diidentifikasi dengan jelas sebagai faktor risiko untuk
hasil yang buruk pada infeksi SARS-CoV-2(Tang, Li, Wang, & Sun, 2020)

Pasien dengan infeksi virus dapat berkembang gejala ringan sedang dan berat. Gejala
berat terjadi ketika disfungsi organ yang diawali dampak hebat badai sitokin dan sepsis.
Sepsis adalah salah satu penyebab paling umum dari DIC; perkembangan hasil DIC ketika
monosit dan sel-sel endotel diaktifkan ke titik sitokin melepaskan cedera menyusul, dengan
ekspresi faktor jaringan dan sekresi faktor von Willebrand. Sirkulasi trombin bebas, tidak
terkontrol oleh antikoagulan natrium, dapat mengaktifkan trombosit dan merangsang
fibrinolisis(Fourrier, 2003) Pada tahap akhir Covid-19, kadar penanda terkait fibrin (Ddimer
dan FDP) secara moderat atau nyata meningkat pada semua kematian, yang menunjukkan
peningkatan mendapatkan aktivasi koagulasi yang umum dan kondisi hiperfibrinolisis
sekunder(Tang et al., 2020)

6. Hipertermia

Merupakan kondisi suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal disertai kemungkinan adanya tanda minor kulit merah,
kejang, takhikardi, takipnea dan kulit terasa panas(PPNI, 2016).

Demam merupakan gejala paling dominan. Demam saat pasien masuk terjadi pada
43,8% kasus, klien yang datang ke rumah sakit sebagian tanpa disertai demam, kemudian
selama di rumah sakit meningkat 88,7% (Guan et al., 2020). Peningkatan aktivitas sitokin
mengeluarkan TNFα, IFN-γ, IL 1, IL4, IL6 pada kadar yang tepat mengaktifkan imunitas
seluler dan imunitas nonspesifik(Wahyuniati & Maulana, 2015).

Pada Covid-19 mengalami peningkatan sehingga memicu vasculosum of the lamina


terminalis (OVLT) di hipotalamus meningkatkan sintesis prostaglandin (PGE2) sehingga
suhu tubuh meningkat(Walter, Hanna-Jumma, Carraretto, & Forni, 2016).

15
7. Anxietas
(Karisma, 2020) Kondisi emosi dan pengalaman subjektifitas individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman ditandai dengan data mayor merasa
bingung, merasa khawatir akibat kondisi yang dihadapi, sulit konsentrasi, tampak
gelisah, tegang dan sulit tidur disertai kemungkinan data minor frekuensi napas dan
nadi meningkat, muka pucat, palpitasi, merasa tak berdaya. Kondisi klinis yang terkait
seperti penyakit kronis progresif, akut, hospitalisasi, kondisi prognosis belum jelas.
Respon umum terdampak Covid-19 adalah ketakutan akan mati, diasingkan,
kehilangan mata pencarian, terpisah, bosan, kesepian, tidak berdaya(MHPSS
Reference Group, 2020). Covid-19 meningkatkan kecemasan karena proses penyakit
akut, karantina, depresi, sindrom pasca trauma(Fardin, 2020)(Brooks et al., 2020).

Covid-19 memiliki karakteristik patogenesis tanda dan gejala dari yang ringan, sedang
sampai dengan berat. Data dikelompokkan sebagai data mayor dan minor sesuai Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia. Hasil pengelompokan memperlihatkan sedikitnya terdapat
diagnosis keperawatan sebagai berikut:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

2. Gangguan penyapihan ventilator

3. Gangguan pertukaran gas

4. Pola nafas tidak efektif

16
5. Risiko gangguan sirkulasi spontan

6. Hipertermia

7. Anxietas

Pada clinical practice, diagnosis keperawatan disesuaikan kembali dengan respon tanda dan
gejala yang muncul pada kasus.

D. Gejala Klinis
Menurut WHO Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk
kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa pasien
meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan
warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul
secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan.

Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu
perawatan khusus. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19 menderita sakit parah
dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi
medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau
kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Namun, siapa pun
dapat terinfeksi COVID-19 dan mengalami sakit yang serius. Orang dari segala usia yang
mengalami demam dan/atau batuk disertai dengan kesulitan bernapas/sesak napas,
nyeri/tekanan dada, atau kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak harus segera
mencari pertolongan medis.

Gejala klinis COVID-19sangat beragam, mulai dari asimptomatik, gejala sangat


ringan, gejala berat, hingga kondisi yang mengharuskan untuk mendapat perawatan
khusus seperti kegagalan respirasi akut (Huang et al., 2020).Gejala klinis yang biasanya
terjadi pada kasus COVID-19adalah demam, batuk kering dan sesak napas.
Berdasarkan penelitian pada pasien, gejala yang paling sering muncul adalah
demam (98%), batuk (76%), dan myalgiaatau kelemahan (44%), sakit kepala 8%, batuk
darah 5%, dan diare 3% (Huang et al., 2020).

a. Diagnosa
1. Antigen-Antibodi
Pemeriksaan ini memiliki keunggulan yaitu hasil pemeriksaan yang cepat
namun disisi lain, hasil pemeriksaannya tidak bisa dijadikan pedoman utama
dalam mendiagnosa pasien karena pemeriksaan ini hanya melihat ada
atau tidaknya respon imun terhadap virus. Waktu dalam melakukan
pemeriksaan juga sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan (Guo et al., 2020).

17
2. Pemeriksaan RT-PCR Pemeriksaan ini merupakan gold standarddalam
mendiagnosa COVID-19dengan menggunakan sampel bahan swab nasofaring
atau orofaring, sputum. Beberapagen targetuntuk mendeteksi SARS-CoV-
2adalah gen E, N, S dan RdRp. Pasien dinyatakan positif COVID-19apabila
ditemukan urutan unik dari RNA viruspada pemeriksaan RT-PCR(WHO, 2020).

b. TATALAKSANA
Hingga saat ini belum ditemukan tatalaksana psasti untuk pasien COVID-19,
tatalaksana yang dapat dilakukan adalah terapi sesuai dengan gejala yang
muncul dan dengan oksigen. Namun beberapa penelitian mengatakan
beberapa jenis obat dinilai ampuh untuk digunakan sebagai tatalaksana
COVID-19. Berikut merupakan jenis obat yang telah dilakukan penelitian :
1. Lovinapir dan Ritonavir
Penelitian yang dilakukan Chu, et almenunjukkan hasil bahwa pasien yang
diberi tatalaksana obat tersebut menurunkan angka kematian. Obat ini juga
memiliki kemampuan dalam menginhibisi replikasi virus (Cascella, 2020).
2. Remdesivir
Hasil penelitian menunjukkan remdesivirdapat menginhibisi infeksi virus, obat
ini efektif dalam menurunkan angka kematian pada kasus berat (Cascella,
2020).

3. Kloroquin dan HidroksiklorokuinKloroquin


merupakan obat yang dapat menghambat infeksi virus, obat ini termasuk
kedalam obat keras sehingga penggunaannya harus dibawah pantauan
dokter (Cascella, 2020).
4. Plasma Konvaselen
Plasmapasien yang telah sembuh dari COVID-19memiliki efek terapeutik
karena telah mempunyaiantibodi terhadap SARS-CoV-2. Penelitian yang
dilakukan menunjukkan terdapat lima serial kasus pasien yang mendapat
terapi Plasma Konvaselenmenunjukkan perbaikan klinis pada keseluruhan
pasien (Shen et al., 2020).

18
E. Asuhan Keperawatan Pasien Covid-19

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang


dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang
pasien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan pasien. Pengkajian yang
komprehensif atau menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah dan mendukung
pada identifikasi masalah-masalah pasien. Masalah-masalah ini dengan menggunakan
data penkajian sebagai dasar formulasi yang dinyatakan sebagai diagnosa
keperawatan [ CITATION Din17 \l 1057 ]

Adapun Pada pasien yang dicurigai COVID-19 (memiliki 3 gejala utama


demam, batuk dan sesak) perlu dilakukan pengkajian:

• Riwayat perjalanan: Petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci riwayat perjalanan
pasien saat ditemukan pasien demam dan penyakit pernapasan akut.

• Pemeriksaan fisik: Pasien yang mengalami demam, batuk dan sesak napas dan telah
melakukan perjalanan ke Negara atau Daerah yang telah ditemukan COVID-19 perlu
dilakukan isolasi kurang lebih 14 hari.

2. Diagnosisi Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,


atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan sejalan dengan diagnosis medis sebab
dalam mengumpulkan data-data saat melakukan pengkajian keperawatan yang
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit
dalam diagnosa medis [ CITATION Din17 \l 1057 ].

Hasil pengkajian dan respon yang diberikan pasien, paling banyak diagnosis keperawatan
yang diangkat pada COVID-19 adalah

 Infeksi berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari patogen akibat paparan


COVID-19
 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
 Pola napas tidak efektif terkait dengan adanya sesak napas
 Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui Tujuan dan kriteria
hasil
 Cegah penyebaran infeksi
 Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya
 Kontrol suhu tubuh
 Frekuensi napas kembali normal
 Kecemasan menurun
3. Intervensi Keperawatan
Pada tahap ini perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Perencanaan keperawatan

19
adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan
prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan
pada
pasien/klien berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan [ CITATION Din17 \l
1057 ]. Berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan COVID-19

 Monitor vital sign: Pantau suhu pasien; infeksi biasanya dimulai dengan suhu tinggi;
monitor juga status pernapasan pasien karena sesak napas adalah gejala umum
covid19. Perlu juga untuk dipantau saturasi oksigen pasien karena sesak napas
berhubungan dengan kejadian hipoksia
 Maintain respiratory isolation: Simpan tisu di samping tempat tidur pasien; buang
sekret dengan benar; menginstruksikan pasien untuk menutup mulut saat batuk atau
bersin (menggunakan masker) dan menyarankan pengujung (siapa saja yang
memasuki ruang perawatan) tetap menggunakan masker atau batasi/hindari kontak
langsung pasien dengan pengunjung.
 Terapkan hand hygiene: Ajari pasien dan orang yang telah kontak dengan pasien cuci
tangan pakai sabun dengan benar
 Manage hyperthermi: Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi untuk
mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan metabolisme
 Edukasi: Berikan informasi tentang penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses
penyakit, komplikasi, dan perlindungan dari virus.

4. Evaluasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi [ CITATION Din17 \l 1057 ]. Tujuan keperawatan dapat
dipenuhi jika dibuktikan dengan:

 Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi


 Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan penatalaksanaanya
 Suhu tubuh pasien kembali normal
 Pernapasan pasien normal
 Kecemasan pasien berkurang

5. Komplikasi Covid-19

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa
komplikasi berikut ini:
• Pneumonia (infeksi paru-paru)
• Infeksi sekunder pada organ lain
• Gagal ginjal
• Acute cardiac injury
20
• Acute respiratory distress syndrome
• Kematian
Pada beberapa orang, penyakit ini dapat berkembang menjadi pneumonia ,
kegagalan multi-organ , dan kematian . Manifestasi neurologis termasuk kejang ,
stroke , ensefalitis , dan sindrom Guillain-Barré . Komplikasi yang berhubungan
dengan kardiovaskular mungkin termasuk gagal jantung , aktivitas listrik yang
tidak teratur , pembekuan darah , dan peradangan jantung .
Pada beberapa orang, COVID-19 dapat mempengaruhi paru-paru yang
menyebabkan pneumonia . Pada mereka yang paling parah terkena dampaknya,
COVID-19 dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan
pernapasan akut (ARDS) yang menyebabkan kegagalan pernapasan, syok septik ,
atau kegagalan multi-organ. Komplikasi yang terkait dengan COVID-19 termasuk
sepsis , pembekuan abnormal , dan kerusakan pada jantung, ginjal, dan hati.
Abnormalitas pembekuan, khususnya peningkatan waktu protrombin , telah
dijelaskan pada 6% dari mereka yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19,
sementara fungsi ginjal abnormal terlihat pada 4% dari kelompok ini. Sekitar 20-
30% orang yang hadir dengan COVID-19 menunjukkan peningkatan enzim hati
( transaminase ). Cedera hati seperti yang ditunjukkan oleh penanda darah
kerusakan hati sering terlihat pada kasus yang parah.

6. Cara Pencegahan Covid-19


Sekarang sudah ditemukan Vaksin COVID-19 untuk itu dalam pencegahan
penyebaran Covid-19 dan sebagai proteksi diri hendaklah Vaksin di puskesmas
ataupun pos vaksin di stiap daerah . Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik
adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi
virus ini, yaitu:
• Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari
orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan
mendesak.
• Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian,
termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
• Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar
rumah atau di tempat umum.
• Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
• Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
• Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau
pilek.
• Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian
buang tisu ke tempat sampah.
• Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang
dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:

21
• Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk
sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan
kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
• Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
• Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi
dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
• Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda
sampai Anda benar-benar sembuh.
• Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
• Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
• Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau
sedang bersama orang lain.
• Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah.
Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter di rumah
sakit, seperti melahirkan, operasi, cuci darah, atau vaksinasi anak, perlu ditangani
secara berbeda dengan beberapa penyesuaian selama pandemi COVID-19.
Tujuannya adalah untuk mencegah penularan virus Corona selama Anda berada di
rumah sakit. Konsultasikan dengan dokter mengenai tindakan terbaik yang perlu
dilakukan.

BAB III

PENUTUP

C. Kesimpulan
Covid-19 merupakan penyakit menular melalui udara dan permukaan benda yang menyerang
saluran pernafasan yang sudah banyak memakan korban jiwa. Maka dari itu cegah penularan
covid-19 dan melakukan vaksinasi agar terhindar dari penularan dan mengurangi penyebaran
Covid-19 dan Keperawatan merupakan salah satu tenaga Kesehatan yang memegang peranan
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan merupakan tulang punggung di fasilitas
pelayanan karena jumlahnya lebih banyak dibandingkan tenaga kesehatan lain. Perawat
memiliki peran sebagai caregiver yang merupakan peran utama dimana perawat akan terlibat
aktif dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Selain itu, perawat juga

22
berperan sebagai edukator yang bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien
yang menjalani isolasi, keluarga, dan masyarakat umum

DAFTAR PUSTAKA

JHU), J. H. U. (2020). Center for Systems Science and Engineering (CSSE).

Ackermann, M., Verleden, S. E., Kuehnel, M., Haverich, A., Welte, T., Laenger, F., …
Jonigk, D. (2020). Pulmonary Vascular Endothelialitis, Thrombosis, and Angiogenesis in
Covid-19. New England Journal of Medicine, 1–9.

Albarello, F., Pianura, E., Di Stefano, F., Cristofaro, M., Petrone, A., Marchioni, L., …
Ippolito, G. (2020). 2019-novel Coronavirus severe adult respiratory distress syndrome in
two cases in Italy: An uncommon radiological presentation. International Journal of
Infectious Diseases, 93( PG -),
192–197.

23
Bastola, A., Sah, R., Rodriguez-Morales, A. J.,
Lal, B. K., Jha, R., Ojha, H. C., … Pandey, B. D. (2020). The first 2019 novel coronavirus
case in Nepal. The Lancet Infectious Diseases, 20(3), 279–280.

Bhatraju, P. K., Ghassemieh, B. J., Nichols, M.,


Kim, R., Jerome, K. R., Nalla, A. K., …
Mikacenic, C. (2020). Covid-19 in Critically Ill Patients in the Seattle Region — Case Series.
New England Journal of Medicine,
2012–2022.

BNPB. (2020). Data sebaran covid-19 di


Indonesia. Retrieved from www.covid19.go.id/

Bowles, L., Platton, S., Yartey, N., Dave, M., Lee, K., Hart, D. P., … MacCallum, P. (2020).
Lupus Anticoagulant and Abnormal Coagulation Tests in Patients with Covid-19.
The New England Journal of Medicine, 1–2.

Brooks, S. K., Webster, R. K., Smith, L. E., Woodland, L., Wessely, S., Greenberg, N., &
Rubin, G. J. (2020). The psychological impact of quarantine and how to reduce it: rapid
review of the evidence. The Lancet, 395(10227), 912–920.

Cuong, L. Van, Thi, H., Giang, N., Linh, L. K., Shah, J., Sy, L. Van, … Huy, N. T. (2020).
Correspondence The first Vietnamese case of COVID-19. The Lancet Infectious
Diseases, 3099(20), 19–20.

Fardin, M. A. (2020). COVID-19 and Anxiety: A Review of Psychological Impacts of


Infectious Disease Outbreaks. Archives of Clinical Infectious Diseases, 15(COVID-19),
11–13.

Fourrier, F. (2003). Disseminated intravascular coagulation. Sang Thrombose Vaisseaux,


15(6), 333–339.

24
Frater, J. L., Zini, G., D’Onofrio, G., & Rogers, H. J. (2020). COVID-19 and the clinical
hematology laboratory. International Journal of Laboratory Hematology, (2), 0–3.

Fu, Y., Cheng, Y., & Wu, Y. (2020). Understanding SARS-CoV-2-Mediated Inflammatory
Responses: From Mechanisms to Potential Therapeutic Tools. Virologica Sinica, 12250.

Gandhi, R. T., Lynch, J. B., & del Rio, C. (2020). Mild or Moderate Covid-19. New England
Journal of Medicine, 1–9.

Geng, Y.-J., Wei, Z.-Y., Qian, H.-Y., Huang, J., Lodato, R., & Castriotta, R. J. (2020).
Pathophysiological Characteristics and Therapeutic Approaches for Pulmonary Injury and
Cardiovascular Complications of Coronavirus Disease 2019. Cardiovascular Pathology, 47,
107228.

Go, Y. Y., Kim, Y., Cheon, S., Nam, S., Ku, B., Kim, M., & Cho, H. (2020). Clinical features
of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet (London,
England), 395(January), 497–506.

Guan, W., Ni, Z., Hu, Y., Liang, W., Ou, C., He, J., … Zhu, S. (2020). Clinical
Characteristics of Coronavirus Disease 2019 in China. New England Journal of Medicine, 1–
13.

Helms, J., Kremer, S., Merdji, H., Clere-Jehl, R., Schenck, M., Kummerlen, C., … Meziani,
F. (2020). Neurologic Features in Severe SARS-CoV-2 Infection. New England
Journal of Medicine, 1–2.

Karisma, A. (2020). Anestesi Pada Pasien


Hipertensi.

Kim, J. Y., Choe, P. G., Oh, Y., Oh, K. J., Kim, J., Park, S. J., … Oh, M. D. (2020). The first
case of 2019 novel coronavirus pneumonia imported into korea from wuhan, china:
Implication for infection prevention and control measures. Journal of Korean Medical
Science, 35(5), 1–4.

Li, X., Geng, M., Peng, Y., Meng, L., & Lu, S. (2020). Molecular immune pathogenesis and
diagnosis of COVID-19. Journal of

25
Pharmaceutical Analysis, 10(2), 102–108.

Liu, J., Zheng, X., Tong, Q., Li, W., Wang, B., Sutter, K., … Yang, D. (2020). Overlapping
and discrete aspects of the pathology and pathogenesis of the emerging human pathogenic
coronaviruses SARS CoV, MERS CoV, and 2019 nCoV. Journal of
Medical Virology, (February), 1–4.

Martinez, F. J. (2020). Severe Covid-19. The New England Journal of Medicine, 1–10.

McGonagle, D., O’Donnell, J., Sharif, K., Emery, P., & Bridgewood, C. (2020). Immune
Mechanisms of Pulmonary Intravascular
Coagulopathy (PIC) in COVID-19 Pneumonia. The Lancet Rheumatology,
2019(20), 1–9.

McGonagle, D., Sharif, K., O’Regan, A., & Bridgewood, C. (2020). The Role of
Cytokines including Interleukin-6 in COVID19 induced Pneumonia and Macrophage
Activation Syndrome-Like Disease.
Autoimmunity Reviews, (March), 102537.

Mcmurray, J. J. V, Pfeffer, M. A., Ph, D., & Solomon, S. D. (2020). Special Report Renin –
Angiotensin – Aldosterone System Inhibitors in Patients with Covid-19. 1653– 1659.

Mehta, P., McAuley, D. F., Brown, M., Sanchez, E., Tattersall, R. S., & Manson, J. J. (2020).
COVID-19: consider cytokine storm syndromes and immunosuppression. The Lancet,
395(10229), 1033–1034.

MHPSS Reference Group. (2020). Catatan Tentang Aspek Kesehatan Jiwa dan Psikososial
Wabah Covid-19 Versi 1.0.
IASC, pp. 1–20.
Patients, L., Taylor, D., Lindsay, A. C., & Halcox,
J. P. (2020). Aerosol and Surface Stability of
SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-

26
1. The New England Journal of Medicine, 0–
3.

Pedersen, S. F. & Y. C. H. (2020). CoV-2: a storm is raging. Journal Clinical


Investigation, 2202–2203.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III(revisi). Jakarta: DPP PPNI.

Puyo, C. A., & Dahms, T. E. (2012). Innate immunity mediating inflammation secondary to
endotracheal intubation. Archives of Otolaryngology - Head and Neck Surgery, 138(9), 854–
858.

Sahin, A. R. (2020). 2019 Novel Coronavirus (COVID-19) Outbreak: A Review of the


Current Literature. Eurasian Journal of Medical Investigation, 4(1), 1–7.

Sise, M. E., Baggett, M. V, Shepard, J.-A. O., Stevens, J. S., & Rhee, E. P. (2020). Case 17-
2020: A 68-Year-Old Man with Covid-19 and Acute Kidney Injury. The New England
Journal of Medicine, 1–10.

Song, F., Shi, N., Shan, F., Zhang, Z., Shen, J., Lu, H., … Shi, Y. (2020). Emerging 2019
novel coronavirus (2019-NCoV) pneumonia.
Radiology, 295(1), 210–217.

Sukmana, M., Aminuddin, M., & Nopriyanto, D. (2020). Indonesian Government Response
In COVID-19 Disaster Prevention. East
African Scholars Journal of Medical
Sciences, 3(3), 81–86.

Sun, P., Lu, X., Xu, C., Sun, W., & Pan, B. (2020). Understanding of COVID-19 based on
current evidence. Journal of Medical Virology, (February), 10–13.

27
Tang, N., Li, D., Wang, X., & Sun, Z. (2020). Abnormal coagulation parameters are
associated with poor prognosis in patients with novel coronavirus pneumonia. Journal of
Thrombosis and Haemostasis, 18(4),
844–847.

Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri. (2020). Pedoman Umum Menghadapi Pandemi
Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah :
Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis dan Manajemen. Journal of Chemical
Information and Modeling.

Ulhaq ZS; GV, S. (2020). Interleukin-6 as a potential biomarker of Covi-19 progression.


Med Mal Infect, (January), 19–20.

Wahyuniati, N., & Maulana, R. (2015). Peran Interleukin-10 Pada Infeksi Malaria. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 15(2), 96–103.

Walter, E. J., Hanna-Jumma, S., Carraretto, M., & Forni, L. (2016). The pathophysiological
basis and consequences of fever. Critical Care, 20(1), 1–10.

Wei, W. E., Li, Z., Chiew, C. J., Yong, S. E., Toh, M. P., & Lee, V. J. (2020).
Presymptomatic Transmission of SARS-CoV-2-Singapore. Morbidity and Mortality Weekly
Report, 69(14), 411–415.

WHO. (2020). Q&A on coronaviruses (COVID-


19).

World Health Organization (WHO)-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019.


(2020). Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 ( COVID-
19 ).

Wu, J., Liu, J., Zhao, X., Liu, C., Wang, W., Wang, D., … Li, L. (2020). Clinical
Characteristics of Imported Cases of COVID-19 in Jiangsu Province: A
Multicenter Descriptive Study. Clinical

28
Infectious Diseases : An Official Publication of the Infectious Diseases Society of America.

Yang, W., Cao, Q., Qin, L., Wang, X., Cheng, Z.,
Pan, A., … Yan, F. (2020). Clinical characteristics and imaging manifestations of the 2019
novel coronavirus disease (COVID-19):A multi-center study in Wenzhou city, Zhejiang,
China. Journal of Infection, 80(4), 388–393.
https://www.who.int

29

Anda mungkin juga menyukai