PROSES MANUFAKTUR
Pengelasan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1.4 Manfaat
a) Mengetahui cara atau teknik mengelas
b) Meningkatkan keterampilan untuk melaksanakan proses pengelasan dasar
dengan baik dan benar
c) Mengetahui jenis elektroda yang sesuai untuk jenis pengelasan tertentu.
d) Mengetahui arus yang digunakan untuk setiap pengelasan.
BAB II
TEORI DASAR
a. Nyala Oksiasetilen
Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen.
o
Suhu nyalanya bisa mencapai 3500 C. Pengelasan bisa dilakukan dengan atau
tanpa logam pengisi. Oksigen berasal dari proses hidrolisa atau pencairan udara.
Oksigen disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2)
dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai berikut :
Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh
melebihi 100 kPa dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi
dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan
gas asetilen. Tabung asetilen mapu menahan tekanan sampai 1,7 MPa.
Pada nyala gas oksiasetilen bisa diperoleh 3 jenis nyala yaitu nyala netral,
reduksi dan oksidasi. Nyala netral diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
b. Pengelasan Oksihidrogen
o
Nyala pengelasan oksihidrogen mencapai 2000 C, lebih rendah dari
oksigen-asetilen. Pengelasan ini digunakan pada pengelasan lembaran tipis dan
paduan dengan titik cair yang rendah.
o
oksiasetilen hingga 1200 C kemudian ditekankan. Ada dua cara penyambungan
yaitu sambungan tertutup dan sambungan terbuka.
Pada sambungan tertutup, kedua permukaan yang akan disambung
ditekan satu sama lainnya selama proses pemanasan. Nyala menggunakan nyala
ganda dengan pendinginan air. Selama proses pemanasan, nyala tersebut diayun
untuk mencegah panas berlebihan pada sambungan yang dilas. Ketila suhu yang
tepat sudah diperoleh, benda diberi tekanan. Untuk baja karbon tekanan
permulaan kurang dari 10 MPa dan tekanan upset antara 28 MPa. (Asyari, Diktat
Proses Produksi)
2
sambungan berkisar antara 50 sampai 60 MVA/m dengan tenggang waktu
sekitar 10 detik. Tekanan yang diberikan berkisar antara 30 sampai 55 MPa.
Ada tiga faktor yang perlu diperhatikan sesuai dengan rumus : jumlah
2
panas = A Ω t, dimana A adalah arus pengelasan (dalam Ampere), Ω tahanan
listrik antara elektroda (ohm) dan t waktu. Untuk memperoleh hasil lasan yang
baik ketiga faktor tersebut perlu diperhatikan dengan cermat dimana besarannya
tergantung dari tebal, jenis bahan serta ukuran serta jenis elektroda yang
digunakan. Proses pengelasan resistansi listrik meliputi : las titik, las
proyeksi, las kampuh, las tumpul, las nyala dan las perkusi.
a. Las Titik
Las titik adalah pengelasan memakai metode resistansi listrik dimana pelat
lembaran dijepit dengan dua elektroda. Ketika arus dialirkan maka terjadi
sambungan las pada posisi jepitan. Siklus pengelasan titik dimulai ketika
elektroda menekan pelat dimana arus belum dialirkan. Waktu proses ini disebut
waktu tekan. Setelah itu arus dialirkan ke elektroda sehingga timbul panas pada
pelat di posisi elektroda sehingga terbentuk sambungan las. Waktu proses ini
disebut waktu las.
Gambar 2.3 Diagram alat las titik
Setelah itu arus dihentikan namun tekanan tetap ada dan proses ini disebut
waktu tenggang. Kemudian logam dibiarkan mendingin sampai sambungan
menjadi kuat dan tekanan di hilangkan dan pelat siap dipindahkan untuk
selanjutnya proses pengelasan dimulai lagi untuk titik yang baru.
b. Pengelasan Proyeksi
Pengelasan ini mirip dengan pengelasan titik hanya bagian yang dilas dibuat
proyeksi/tonjolan terlebih dahulu. Ukuran tonjolan mempunyai diameter yang
sama dengan tebal pelat yang dilas dengan tinggi tonjolan lebih kurang 60% dari
tebal pelat. Hasil pengelasan biasanya mempunyai kualitas yang lebih baik dari
pengelasan titik.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan
tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan
menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan
logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan
dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik
yang terjadi antara benda kerja dan elektrode. Elektrode atau logam pengisi
dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi
sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektrode dan benda kerja
sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar
timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan
suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektrode logam, yaitu elektrode polos, elektrode fluks dan
elektrode berlapis tebal. Elektrode polos terbatas penggunaannya, antara lain
untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu
pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada
kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-
oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang
paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersial.
o
panas yang bisa mencapai suhu 6100 C. Logam lasan dapat ditambahkan dama
bentuk batang/kawat las. Skema dari pengelasan jenis ini diperlihatkan pada
gambar berikut :
Gambar 2.8 Las busur hidrogen atomik
Cara Kedua :
Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas dengan cara
mengayunkan ke kiri atas. (perhatikan gambar)
c) terlalu lambat, menghasilkan alur yang lebar (lihat gambar). Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar yang dilas
tipis
Spesifikasi kawat las terbungkus untuk Stainless Steel diatur dalam AWS
A5.4. Tiga (3) digit pertama adalah nomor tipe AISI dari stainless steel.Kemudian
diikuti dengan garis dan 2 angka.Contoh : E316-16,E308-16,E309-16 dan lain-
lain.
Keterangan :
1. Logam Las (Weld Metal) adalah daerah dimana terjadi pencairan logam dan
dengan cepat kemudian membeku.
3. H A Z merupakan daerah yang dipengaruhi panas dan juga logam dasar yang
bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami
siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat, sehingga terjadi perubahan
struktur akibat pemanasan.
4. Logam Induk (Parent Metal) merupakan logam dasar dimana panas dan suhu
pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan sifat.
Daerah HAZ merupakan daerah paling kritis dari sambungan las, karena
selain mengalami perubahan struktur mikro juga mengalami perubahan sifat
mekanik pada daerah itu karena dipengaruhi lamanya pendinginan dan
komposisi kimia logam induk itu sendiri.
Pada proses pengelasan terjadi suatu siklus termal las yaitu proses
pemanasan dan pendinginan yang terjadi pada daerah lasan atau dapat
dikatakan proses perubahan panas yang bersifat lokal, tidak seperti proses
perubahan panas pada umumnya. Untuk melihat fenomena proses tersebut
dapat dilihat pada grafik siklus termal las pada Gambar 2.9. sebagai berikut.
Gambar 2.20 Siklus termal las (Wiryosumarto, 2004)
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa bila kecepatan pendinginan naik
berarti waktu pendinginan dari suhu austenit turun, struktur akhir yang terjadi
berubah campuran ferit-perlit ke campuran ferit-perlit-bainit-martensit, ferit-
bainit martensit, kemudian bainit-martensit dan akhirnya pada kecepatan yang
tinggi sekali struktur akhirnya adalah martensit (Wiryosumarto, 2000).
Daerah sambungan las terdiri dari tiga bagian yaitu: daerah logam las,
daerah HAZ dan logam induk yang tak terpengaruhi panas seperti ditunjukan
pada Gambar 2.12. Daerah logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu
pengelasan mencair dan kemudian membeku. Komposisi kimia logam las terdiri
dari komponen logam induk dan bahan tambah dari elektroda yang
menyebabkan terjadinya struktur yang tidak homogen. Struktur mikro di logam
las dicirikan dengan adanya struktur berbutir panjang (columnar grains). Struktur
ini berawal dari logam induk dan tumbuh ke arah tengah daerah logam las untuk
arah pembekuan yang diperlihatkan pada Gambar 2.10. sebagai berikut.
Gambar 2.22 Arah pembekuan dari logam las
Menurut Abson dan Pargeter (1986), struktur mikro dari las biasanya
kombinasi dari struktur mikro terdiri dari :
4. Bainit, merupakan ferit yang tumbuh dari batas butir austenit dan
terbentuk pada suhu 400-500 ̊C.
a. Mesin las
Mesin las atau travo berfungsu sebagai alat utama dalam proses
pengelasan. Mesin las ini terdapat kabel utama, tombol power,
pengatur tekanan arus.
b . Palu terak
Palu terak berfungsi untuk membersihkan terak yang ada pada specimen
benda kerja.
f . Elektroda las
Elektroda las berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari tang
elektroda ke busur yang terbentuk setelah bersentuhan dengan benda
kerja. Elektroda juga berfungsi memberikan gas perlindungan pada
spesimen, membentuk lapisan terak, mencrgah proses pendinginan dan
mengontrol stabilitas busur.
i . Tang
Tang berfungsi untuk memindahkan benda kerja yang panas pada
saat pengelasan.
Gambar 3.9 Tang
c. Sepatu
Berfungsi sebagai pelindung kaki dari benda yang jatuh misalnya
spesimen las dan benda yang dapat membahayakan.
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengelasan.
1. Plat setebal 3 mm sebagai bahan yang akan dilas dengan arus 80A dan
tegangan 12 volt
2. Mesin las (welding machine).
3. Elektroda RD 460 AWS A5. E 6013,ø 2,6 x 350 mm
4. Penjepit spesimen las.
5. Palu las
1. Head input ( P )
P=V . I . cos ᾱ
Dimana :
V= Tegangan ( volt )
2. Kekuatan las.
Pὀ=2. h·L . ᾱ
Dimana :
h= Tebal las
L= Panjang pengelasan ( mm )