Anda di halaman 1dari 261

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENULIS NASKAH

DRAMA DENGAN TEKNIK TRANSFORMASI CERITA


PENDEK BERMUATAN NILAI GOTONG ROYONG
UNTUK PESERTA DIDIK SMP

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh :

Arini Nurfitriani

2101416037

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
LOGO

ii
HALAMAN JUDUL

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENULIS NASKAH


DRAMA DENGAN TEKNIK TRANSFORMASI CERITA
PENDEK BERMUATAN NILAI GOTONG ROYONG
UNTUK PESERTA DIDIK SMP

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

iv
PENGESAHAN KELULUSAN

v
PERNYATAAN

vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto:

1. Tidak perlu terlalu yakin bahwa semua rencana akan berjalan sempurna,
bukan hanya manusia yang berencana.
2. Jika Anda jengkel terhadap semua gesekan, bagaimana cermin Anda akan
dipoles. (Jalaluddin Rumi)

Persembahan :
Skripsi ini saya pesembahkan untuk
Mak dan Bapak.

vii
PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengembangan Buku
Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek
Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk Peserta Didik SMP” dengan baik.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan khususnya kepada Mulyono, S.Pd.,
M.Hum. atas waktu dan tenaga beliau untuk membimbing penyusunan skripsi ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa, penulis juga berterima kasih
kepada :
1. Prof. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas
Negeri Semarang;
2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian;
3. Dr. Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah memberikan kemudahan untuk segala urusan dalam
penyusunan skripsi;
4. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu,
motivasi, dan dukungan dalam proses studi di Universitas Negeri Semarang;
5. Suseno, S.Pd., M.Hum., Muhamad Burhanudin, S.S., M.A., dan Sri
Winarni, S.Pd. yang telah memberikan penilaian dan saran terhadap produk
buku pengayaan yang dikembangkan;
6. Kepala SMP Negeri 11 Semarang dan SMP Negeri 38 Semarang yang telah
mengizinkan diadakannya penelitian di sekolah tersebut;
7. Pendidik bahasa Indonesia SMP Negeri 11 Semarang dan SMP Negeri 38
Semarang yang bersedia menjadi responden;
8. Peserta didik kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang dan SMP Negeri 38
Semarang yang telah membantu proses penelitian;
9. teman-teman rombel 2 PBSI 2016 yang senantiasa bertukar semangat
selama proses penulisan skripsi;

viii
10. teman-teman sebimbingan yang telah berjuang bersama;
11. Semua pihak yang mendukung dan tidak apat saya sebutkan namanya.

Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat dalam dunia akademik, baik
dalam pembelajaran pada jenjang SMP maupun pada penelitian selanjutnya yang
masih berkaitan dengan penelitian pengembangan buku pengayaan menulis naskah
drama ini.

Semarang, Juli 2020

Penulis

ix
ABSTRAK

Nurfitriani, Arini. 2020. Pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama


dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong
untuk peserta didik SMP. Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Mulyono,
S.Pd., M.Pd.

Kata kunci : buku pengayaan, naskah drama, teknik transformasi cerita pendek,
nilai gotong royong

Pembelajaran menulis naskah drama di SMP masih memerlukan materi


pendamping buku teks berupa buku pengayaan. Melalui buku pengayaan, peserta
didik diharapkan menguasai teori menulis naskah drama dan terampil menulis
naskah drama. Langkah menulis naskah drama dalam buku pengayaan
menggunakan teknik tranformasi cerita pendek. Selain itu, buku pengayaan dimuati
nilai gotong royong guna meningkatkan kepribadian peserta didik.

Tujuan penelitian meliputi (1) mendeskripsikan kebutuhan pengembangan


buku pengayaan menulis naskah drama, (2) menjelaskan kriteria pengembangan
buku pengayaan menulis naskah drama, (3) mendeskripsikan prototipe buku
pengayaan menulis naskah drama, (4) mendeskripsikan hasil validasi prototipe
buku pengayan menulis naskah drama, dan (5) menjelaskan hasil perbaikan produk
buku pengayaan menulis naskah drama.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian research and development


yang dikembangkan oleh Sugiyono, yaitu (1) potensi dan masalah, (2)
pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, dan (5) revisi desain.
Penelitian ini menggunakan teknik kuisioner untuk mengumpulkan data kebutuhan
dan data validasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif.

Hasil penelitian meliputi (1) pendidikdan dan peserta didik membutuhkan


buku pengayaan menulis naskah drama sebagai alternatif sumber materi, kriteria
buku yang diharapkan adalah mudah dipelajari dan disertai contoh; (2) kriteria
pengembangan buku pengayaan meliputi aspek materi, penyajian, bahasa, dan
grafika. (3) prototipe buku terdiri atas beberapa bagian, yaitu bentuk fisik buku,
sampul buku, bagian awal buku, bagian isi buku, dan bagan akhir buku; (4)
presetase nilai aspek materi buku adalah 86%, aspek penyajian 83,3%, aspek bahasa
89,5%, aspek grafika 80%, dan kelengkapan buku 90,2%. Dengan demikian rata-

x
rata hasil nilai adalah 86,3% yang termasuk dalam kriteria sangat layak; (5)
perbaikan prototipe buku pengayaan menulis naskah drama dilakukan pada aspek
materi, penyajian, bahasa, dan grafika.

Saran kepada pendidik dan peserta didik adalah untuk menggunakan buku
pengayaan menulis naskah drama yang dikembangkan sebagai sumber belajar
menulis naskah drama dan peneliti bidang bahasa Indonesia perlu melakukan
penelitian lanjutan guna menguji keefektivan buku pengayaan ini.

xi
DAFTAR ISI

LOGO…..................................................................................................................ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... v
PERNYATAAN ................................................................................................ vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
PRAKATA ...................................................................................................... viii
ABSTRAK.......................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... ..........9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................10
1.4 Kegunaan hasil penelitian................................................................................10
II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................. 12
2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 22
2.2.1 Buku Pengayaan............................................................................................22
2.2.1.1 Pengertian Buku Pengayaan ................................................................... 22
2.2.1.2 Jenis Buku Pengayaan ............................................................................ 23
2.2.1.3 Karakteristik buku pengayaan................................................................. 24
2.2.1.4 Komponen Buku Pengayaan ................................................................... 25
2.2.2 Menulis Naskah Drama ............................................................................. 29
2.2.2.1 Pengertian Menulis Naskah Drama ......................................................... 29

xii
2.2.2.2 Pengertian Drama ................................................................................... 31
2.2.2.3 Karakteristik Drama ............................................................................... 31
2.2.2.4 Unsur Drama .......................................................................................... 32
2.2.3 Teknik Transformasi Cerita Pendek dalam Menulis Naskah Drama ........... 36
2.2.4 Gotong Royong.............................................................................................39
2.2.3.1 Pengertian Gotong Royong ..................................................................... 39
2.2.3.2 Karakter dalam Gotong Royong ............................................................. 39
2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 42
III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian .......................................................................... 44
3.1.1 Jenis Penelitian..............................................................................................44
3.1.2 Desain penelitian...........................................................................................44
3.1.2.1 Potensi dan masalah ............................................................................... 44
3.1.2.2 Pengumpulan data .................................................................................. 45
3.1.2.3 Desain produk ........................................................................................ 45
3.1.2.4 Validasi Desain ...................................................................................... 46
3.1.2.5 Revisi Produk ......................................................................................... 46
3.2 Wujud Data Penelitian ................................................................................. 48
3.3 Sumber Data Penelitian ................................................................................ 48
3.3.1 Sumber Data Kebutuhan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
untuk Peserta Didik SMP ........................................................................ 48
3.3.2 Sumber Data Uji Validitas Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
untuk Peserta Didik SMP ........................................................................ 50
3.4 Asumsi Penelitian ...................................................................................... 50
3.4.1 Asumsi keunggulan buku pengayaan ......................................................... 50
3.4.2 Asumsi keterbatasan buku pengayaan ........................................................ 51
3.5 Instrumen penelitian .................................................................................. 51
3.5.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ................................................................... 51
3.5.1.1 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian ..................................................... 52

xiii
3.5.1.2 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan Menulis
Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek untuk Peserta
Didik SMP ............................................................................................. 53
3.5.1.3 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan
Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek untuk
Peserta Didik SMP ................................................................................. 54
3.5.1.4 Kisi-Kisi Angket Validasi Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah
Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek untuk Peserta Didik
SMP ....................................................................................................... 56
3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 58
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data Kebutuhan Pendidik dan Peserta Didik Terhadap
Pengembangan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama ....................... 58
3.6.1.1 Pengumpulan Data Kebutuhan Pendidik ................................................. 59
3.6.1.2 Pengumpulan Data Kebutuhan Peserta Didik .......................................... 59
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data Validasi Prototipe Buku Pengayaan Menulis
Naskah Drama............................................................................................59
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 60
3.7.1 Teknik Analisis Data Kebutuhan Pendidik dan Peserta didik Terhadap
pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama .......................... 60
3.7.2 Teknik Analisis Data Validasi Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah
Drama .................................................................................................... 60
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 H asil Penelitian ........................................................................................... 62
4.1.1 Kebutuhan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik
Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk
Peserta Didik SMP .....................................................................................62
4.1.1.1 Hasil Analisis Angket Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan
Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek
Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk Peserta Didik SMP.................... 63

xiv
4.1.1.2 Hasil Analisis Angket Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan
Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek
Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk Peserta Didik SMP.................... 88
4.1.2 Kriteria Penyusunan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
untuk Peserta Didik SMP ...................................................................... 112
4.1.2.1 Aspek Materi atau Isi Buku .................................................................. 112
4.1.2.2 Aspek Penyajian ................................................................................... 113
4.1.2.3 Aspek Bahasa ....................................................................................... 113
4.1.2.4 Aspek Grafika ...................................................................................... 113
4.1.3 Desain Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik
Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk
Peserta Didik SMP ...................................................................................114
4.1.3.1 Prototipe Sampul Buku Pengayaan ....................................................... 114
4.1.3.2 Bentuk Fisik Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama......................... 116
4.1.3.3 Isi Buku................................................................................................ 117
4.1.4 Hasil Validasi Produk dan Saran Perbaikan terhadap Buku Pengayaan
Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek
Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk Peserta Didik SMP.................. 129
4.1.4.1 Hasil Validasi terhadap Aspek Materi dalam Bab I Mengenai Naskah
Drama .................................................................................................. 130
4.1.4.2 Hasil Validasi terhadap Aspek Materi dalam Bab II Mengenai Menulis
Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek .................. 131
4.1.4.3 Hasil Validasi terhadap Aspek Materi dalam Bab III Mengenai Nilai
Gotong Royong .................................................................................... 133
4.1.4.4 Hasil Validasi terhadap Aspek Materi dalam Bab IV Mengenai Naskah-
naskah Drama Bermuatan Nilai Gotong Royong ................................... 134
4.1.4.5 Hasil Validasi terhadap Aspek Penyajian Prototipe Buku Pengayaan .... 136
4.1.4.6 Hasil Validasi terhadap Aspek Bahasa Prototipe Buku Pengayaan ........ 137
4.1.4.7 Hasil Validasi terhadap Aspek Grafika Prototipe Buku Pengayaan ....... 138
4.1.4.8 Hasil Validasi terhadap Aspek Kelengkapan Prototipe Buku .................139

xv
4.1.4.9 Rekapitulasi Hasil Validasi Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah
Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai
Gotong Royong untuk Peserta didik SMP ............................................. 141
4.1.4.10 Saran Perbaikan Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong
Royong untuk Peserta didik SMP ......................................................... 142
4.1.5 Hasil Perbaikan Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong
Royong untuk Peserta Didik SMP......................................................... 143
4.1.5.1 Perbaikan Aspek Materi ....................................................................... 143
4.1.5.2 Perbaikan Aspek Penyajian................................................................... 146
4.1.5.3 Perbaikan Aspek Bahasa ....................................................................... 148
4.1.5.4 Perbaikan Aspek Grafika ...................................................................... 149
4.1.5.5 Perbaikan Aspek Kelengkapan Buku .................................................... 152
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 152
4.2.1 Prospek Pemakaian Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
untuk Peserta Didik SMP dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama 153
4.2.2 Keunggulan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik
Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk
Peserta Didik SMP.................................. ............................................... 154
4.2.3 Kekurangan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik
Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk
Peserta Didik SMP .............................................................................. 155
4.2.4 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 155
V PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................................... 157
5.2 Saran.......................................................................................................... 159
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 160
LAMPIRAN ................................................................................................... 164

xvi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir.............................................................................42


Bagan 3.1 Langkah Penelitian............................................................................47

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian ...............................................52


Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Kebutuhan Pendidik...............................................53
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Kebutuhan Peserta Didik........................................ 55
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Validasi.................................................................. 56
Tabel 3.5 Kriteria Kelayakan Produk................................................................61
Tabel 4.1 Data Ketersediaan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama di
Sekolah................................................................................................64
Tabel4.2 Data Kebutuhan Pendidik Terhadap Aspek Materi Buku
Pengayaan.........................................................................................66
Tabel 4.3 Data Kebutuhan Pendidik Terhadap Aspek Penyajian Buku
Pengayaan.. ............ .......................... .............................................74
Tabel 4.4 Data Kebutuhan Pendidik Terhadap Aspek Bahasa Buku
Pengayaan.........................................................................................79
Tabel 4.5 Data Kebutuhan Pendidik Terhadap Aspek Grafika Buku
Pengayaan.........................................................................................81
Tabel 4.6 Data Harapan Pendidik Terkait Buku Pengayaan Menulis Naskah
Drama.............................................................................................. 87
Tabel 4.7 Data Ketersediaan Buku Pengayaan Naskah Drama di Sekolah..... 89
Tabel 4.8 Data Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Aspek Materi Buku
Pengayaan ...............................................................................................92
Tabel 4.9 Data Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Aspek Penyajian Buku
Pengayaan .............................................................................................100
Tabel 4.10 Data Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Aspek Bahasa Buku
Pengayaan ..............................................................................................105
Tabel 4.11 Data Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Aspek Grafika Buku
Pengayaan ............................................................................................. 107
Tabel 4.12 Data Harapan Peserta Didik Terkait Buku Pengayaan Menulis
Naskah Drama....................................................................................... 111

xviii
Tabel 4.13 Penilaian Materi Bab I Prototipe Buku Pengayaan ........................130
Tabel 4.14 Penilaian Materi Bab II Prototipe Buku Pengayaan..................... 132
Tabel 4.15 Penilaian Materi Bab III Prototipe Buku Pengayaan ...................133
Tabel 4.16 Penilaian Materi Bab IV Prototipe Buku Pengayaan................... 135
Tabel 4.17 Penilaian Aspek Penyajian Buku Pengayaan ...............................136
Tabel 4.18 Penilaian Aspek Bahasa Buku Pengayaan ...................................137
Tabel 4.19 Penilaian Aspek Grafika Prototipe Buku Pengayaan ..................138
Tabel 4.20 Penilaian Aspek Kelengkapan Prototipe Buku Pengayaan..........140
Tabel. 4.21 Rekapitulasi hasil validasi prototipe buku...................................141

xix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 sampul buku....................................................................................115


Gambar 4.2 Bentuk Buku...................................................................................116
Gambar 4.3. Prototipe Halaman Judul ...............................................................117
Gambar 4.4 Halaman Hak Cipta.........................................................................118
Gambar 4.5 Halaman Prakata.............................................................................118
Gambar 4.6 Halaman Petunjuk Penggunaan Buku.............................................119
Gambar 4.7 Halaman Daftar Isi .........................................................................119
Gambar 4.8 Halaman Judul Bab ....................................................................... 121
Gambar 4.9 Pengantar Materi ............................................................................122
Gambar 4.10 Materi Bab I .................................................................................123
Gambar 4.11 Rangkuman Bab I .......................................................................123
Gambar 4.12 Materi Bab II ..............................................................................124
Gambar 4.13 Evaluasi Bab II ........................................................................... 124
Gambar 4.14 Rangkuman Bab II .....................................................................125
Gambar 4.15 Materi Bab III ............................................................................125
Gambar 4.16 Evaluasi Bab III .........................................................................126
Gambar 4.17 Rangkuman Bab III ...................................................................126
Gambar 4.18 Naskah Drama ............................................................................127
Gambar 4.19 Daftar Pustaka ...........................................................................128
Gambar 4.20 Glosarium ..................................................................................128
Gambar 21. Halaman Biodata Penulis .............................................................129
Gambar 4.22 Penjabaran Karakteristik Naskah Drama ..................................143
Gambar 4.23 Penambahan Unsur Konflik .....................................................144
Gambar 4.24 Perbaikan Materi Teknik Transformasi ...................................145
Gambar 4.25 Penambahan Cara Memberi Muatan Nilai Gotong Royong......145
Gambar 4.26 Perbaikan Halaman Petunjuk Penggunaan Buku......................146
Gambar 4.27 Perbaikan Penyajian Rangkuman .............................................147
Gambar 4.28 Penambahan Contoh Naskah Drama ........................................147
Gambar 4.29 Perbaikan Evaluasi ...................................................................148

xx
Gambar 4.30 Perbaikan Bahasa ....................................................................149
Gambar 4.31 Perbaikan Sampul ...................................................................150
Gambar 4.32 Perbaikan Layout ....................................................................151
Gambar 4.33 Perbaikan Glosarium ..............................................................152

xxi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Kebutuhan Peserta Didik SMP Negeri 11 Semarang .................165


2. Angket Kebutuhan Peserta Didik SMP Negeri 38 Semarang .................173
3. Angket Kebutuhan Pendidik SMP Negeri 11 Semarang .......................182
4. .Angket Kebutuhan Pendidik SMP Negeri 38 Semarang .......................190
5. Angket Validasi Pendidik .......................................................................198
6. Angket Validasi Dosen ...........................................................................209
7. Angket Validasi Dosen ...........................................................................220
8. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ....................................................231
9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMP Negeri 11
Semarang ...............................................................................................232
10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMP Negeri 38
Semarang ................................................................................................233
11. Lembar Bimbingan .................................................................................234
12. Sertifikat UKDBI ...................................................................................236
13. Sertifikat TOEFL ...................................................................................237
14. Dokumentasi Pengumpulan Data di SMP Negeri 11 Semarang ............238
15. Dokumentasi Pengumpulan Data di SMP Negeri 38 Semarang ............239

xxii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam
sistem pendidikan Indonesia. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat bidang,
meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Membaca dan menulis tentu
sudah tidak asing lagi karena sering dikaitkan dengan kegiatan literasi, meski
sebenarnya literasi bukan sebatas itu.
Keterampilan berbahasa tertinggi yang mesti dikuasai peserta didik adalah
menulis. Menurut Tarigan (2008:4) menulis merupakan kegiatan yang dibutuhkan
serta salah satu ciri orang terpelajar. Pembelajaran bahasa Indonesia memfasilitasi
siswa untuk melakukan proses kreatif dalam menulis, bisa juga dinamakan sebagai
menulis kreatif. Menulis kreatif adalah kegiatan mengungkapkan gagasan penulis
melalui proses kreatif. Menulis kreatif bisa digunakan untuk meningkatkan daya
imajinasi peserta didik. Hal ini selaras dengan pendapat Sukirno (2009:3) tujuan
menulis kreatif adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca, bisa juga
untuk menceritakan, melaporkan, melukiskan suatu objek yang dapat
menumbuhkan imajinasi serta menarik makna baru secara tersirat.

Menulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia terbagi atas menulis fiksi
dan menulis nonfiksi. Setiap peserta didik tentu memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda. Ada peserta didik yang lebih mampu menulis karya sastra, ada juga peserta
didik yang memiliki kemampuan untuk menulis teks kebahasaan. Menulis sastra
dianggap lebih bebas dan tidak terikat dengan berbagai peraturan sehingga
membebaskan peserta didik dalam mengungkapkan gagasan maupun imajinasinya.
Hal ini selaras dengan pendapat Wicaksono (2014:3) karya sastra, baik cerpen,
puisi, drama, maupun novel disusun berdasarkan imajinasi pengarang yang dalam
penulisannya tidak lepas dari keadaan dalam masyarakat.

1
2

Pembelajaran menulis naskah drama merupakan pembelajaran


menyenangkan dan penting bagi peserta didik. Hal tersebut dikarenakan
pembelajaran memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk mengasah
daya imaji serta kemampuan menyusun dialog tiap babak dalam naskah drama.
Peserta didik diharapkan mampu menyusun rangkaian peristiwa, ekspresi tokoh,
watak tokoh, latar tempat dan suasana yang ada dalam naskah drama. Hal ini selaras
dengan pendapat Wicaksono (2014:116) yang perlu diperhatikan oleh penulis
ketika menyusun naskah drama adalah penyusunan dialog. Unsur tokoh,
perkembangan cerita, dan perkembangan suasana yang dilakukan oleh penulis
sangat berpengaruh terhadap kekuatan dialog, begitu pula pemilihan kata.
Menurut Sukirno (2009:142) menulis naskah drama bertujuan untuk
mengenalkan cerita hidup seseorang, menyampaikan pesan kepada pembaca,
memperkenalkan budaya atau keyakinan dalam masyarakat, mengingat jasa
pendahulu, menghargai dan meneladani watak tokoh yang didramakan,
menentukan karakter masyarakat tertentu, sebagai objek penelitian, dan
memanfaatkan naskah drama untuk usaha demi mendapat keuntungan. Jadi,
pembelajaran menulis naskah drama sangat baik digunakan untuk meningkatkan
daya berpikir kritis peserta didik.
Beberapa peserta didik tidak mudah mencapai kompetensi dalam menulis
naskah drama. Salah satu faktor belum tercapainya kompetensi tersebut adalah
kurangnya sumber belajar yang menunjang pembelajaran. Berdasarkan observasi
yang dilakukan di SMP Negeri 11 Semarang dan SMP Negeri 38 Semarang,
diketahui bahwa hanya ada beberapa buku yang digunakan saat pembelajaran. Buku
yang digunakan adalah buku teks bahasa Indonesia kelas VIII SMP kurikulum 2013
edisi revisi 2017 dan lembar kerja siswa. Hal ini juga sudah tertera pada angket
kebutuhan pendidik yang menyatakan bahwa pendidik belum menggunakan buku
pengayaan untuk membelajarkan materi menulis naskah drama. Perpustakaan
memang sudah menyediakan buku karya sastra, namun belum ada buku tentang
menulis naskah drama atau kumpulan naskah drama.
3

Buku teks terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut terdiri


atas sembilan bab, meliputi teks berita, teks iklan dan sarana komunikasi, teks
eksposisi, teks puisi, teks eksplanasi, teks ulasan, teks persuasi, teks drama, serta
tentang buku fiksi dan nonfiksi. Pada materi naskah drama terdapat beberapa
kekurangan perihal kesesuaian dan kemutakhiran materi. Kemutakhiran ini
berdasarkan naskah drama yang termuat dalam buku tersebut. Terdapat empat
naskah drama yang termuat, namun hanya ada dua naskah drama yang
mencantumkan tahun terbit cerita. Kesesuaian buku teks ini terlihat dari
kelengkapan isi yang telah cukup memberi penjelasan tentang jenis drama dan
unsur naskah drama. Unsur naskah drama dijelaskan hanya ada lima, yaitu alur,
penokohan, dialog, latar, dan bahasa.
Buku teks lain yang memuat materi naskah drama diantaranya berjudul
Marbi: Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII yang diterbitkan
oleh Erlangga pada tahun 2016 dan Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 yang
diterbitkan oleh Yudhistira pada tahun 2017. Buku terbitan Erlangga sudah cukup
jelas menjlaskan dua jenis drama yaitu drama tradisional dan drama modern.
Pemaparan materi diawali dengan penyajian naskah drama, kemudian dijelaskan
uraian singkat drama tradisional dan drama modern. Buku tersebut memang sudah
menyebutkan langkah menulis naskah drama, namun sebatas disebutkan tanpa
diberikan penerapan langsung. Selain itu, buku terbitan Erlangga ini tidak
memaparkan teknik menulis naskah drama yang bervariasi.
Buku yang diterbitkan oleh Yudhistira sudah menjelaskan unsur-unsur
naskah drama. Pola penyajian materi sama dengan pola yang digunakan oleh
Erlangga, yaitu diawali peyajian contoh naskah drama selanjutnya diberikan
penjelasan terkait drama. Langkah-langkah menulis naskah drama belum termuat
dalam buku, hanya ada penjelasan perihal apa saja yang perlu ada dalam naskah
dan pementasan drama. Selain itu, pemaparan unsur drama sudah lengkap.
Ada beberapa pendamping yang juga mengulas tentang menulis naskah
drama untuk peserta didik SMP, salah satunya adalah Panduan Lengkap Menulis
Kreatif karya Didik Komaidi yang diterbitkan oleh Sabda Media, buku berjudul
Pembelajaran Menulis Kreatif dengan Strategi Belajar Akselerasi karya Sukirno
4

diterbitkan oleh UM Purworejo Press, buku Menulis dan Mementaskan Naskah


Drama karya Aminudin diterbitkan oleh Trans Mandiri Abadi, adapula Belajar
Menulis Drama karya Mawadah diterbitkan oleh Regina Eka Utama.
Buku Pembelajaran Menulis Kreatif dengan Strategi Belajar Akselerasi
karya Sukirno memang sudah cukup mengulas tentang drama, baik pengertian,
jenis, manfaat membaca atau menyimak dan menulis naskah drama, tujuan menulis
naskah drama, serta struktur naskah drama. Buku tersebut juga telah memuat cara
mengidentifikasi unsur pembangun naskah drama. Langkah atau cara menulis
naskah drama juga sudah cukup dijelaskan dalam oleh Sukirno. Sukirno
mengungkapkan bahwa langkah menulis naskah drama meliputi, mengembangkan
tema drama menjadi kerangka karangan drama, mengembangkan kerangka drama
menjadi naskah drama. Contoh naskah drama yang disajikan dalam buku ini sudah
cukup bervariasi hanya tema dan muatan kurang cocok untuk siswa SMP.
Buku kedua berjudul Panduan Lengkap Menulis Kreatif karya Didik
Komaidi tidak mengulas secara mendalam langkah menulis naskah drama. Komaidi
mengungkapkan bahwa naskah drama susunan dan bentuknya berbeda dengan
naskah cerita pendek maupun novel. Menurutnya naskah drama tidak menceritakan
peristiwa secara langsung melainkan didasarkan ucapan para tokoh. Buku tersebut
juga memuat unsur-unsur fundamental dalam naskah drama, berupa penciptaan
latar, penciptaan tokoh yang hidup, penciptaan konflik, penulisan adegan, yang
kemudian keseluruhan disusun dalam skenario.
Aminudin sudah cukup jelas dalam menyampaikan unsur naskah drama
hanya saja bahasa yang digunakan juga mudah dipahami. Belum diulas tentang
struktur naskah drama. kelemahan terbesar buku Menulis dan Mementaskan Drama
ini adalah contoh naskah drama yang kurang sesuai apabila digunakan oleh siswa
Sekolah Menengah Pertama juga belum ada muatan nilai khusus dalam buku
tersebut.
Mawadah dalam bukunya Menulis Naskah Drama sudah cukup menjelaskan
tentang kaidah penulisan naskah drama. Unsur pembangun naskah drama tidak
dijelaskan secara lengkap, hanya membahas empat unsur saja. Mawadah juga sudah
menuliskan tentang teknik-teknik menulis naskah drama, hal ini memudahkan
5

peserta didik dalam menulis naskah drama. Kekurangan buku ini berada pada
bahasa yang digunakan dalam naskah drama, dirasa kurang sesuai untuk
membangun karakter peserta didik.
Empat buku pengayaan tersebut masih kurang apabila digunakan sebagai
pendamping buku teks pembelajaran, selain bahasa yang kurang pas digunakan
untuk siswa SMP, contoh yang diberikan juga kurang beragam. Desnita (2015)
mengungkapkan buku pengayaan tidak hanya bermanfaat bagi peserta didik dan
masyarakat, tetapi juga untuk calon pendidik yang perlu memiliki bekal
pengetahuan serta pengalaman untuk mengembangkan materi pengayaan. Dalam
penyusunan buku pengayaan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, hal
ini selaras dengan pendapat Tri Jayanti (2015) bahwa buku pengayaan yang
didasarkan pada kebutuhan peserta didik dapat dijadikan upaya dalam
mengoptimalkan kompetensi peserta didik serta memberi variasi pengetahuan.
Buku pengayaan menulis naskah drama yang masih sedikit dan belum
banyak digunakan oleh pendidik sangat berpengaruh pada ketercapaian
kompetensi. Buku pengayaan menulis naskah drama ini penting untuk membantu
peserta didik mengenal naskah drama dengan sederhana. Peserta didik juga
diharapkan lebih mudah menulis naskah drama dengan adanya buku pengayaan
menulis naskah drama karena dalam buku tersebut tersedia berbagai contoh naskah
drama yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
Menulis naskah drama dianggap sulit untuk dilakukan karena peserta didik
cenderung kurang bisa menentukan tema. Ada beberapa teknik yang biasa
digunakan dalam menulis naskah drama, meliputi teknik menulis naskah drama
teknik transformasi cerita pendek, menulis naskah drama berdasarkan peristiwa
nyata, dan menulis meniru model (copy the master). Teknik yang mudah digunakan
oleh peserta didik adalah dengan menulis naskah drama teknik transformasi cerita
pendek.
Teknik transformasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengubah satu
bentuk karya sastra menjadi bentuk yang lain tanpa mengubah isi. Ada beberapa
karya satra yang bisa ditransformasikan menjadi naskah drama, yaitu novel,
legenda, fabel, dan cerita pendek. Karya satra tersebut bisa ditransformasikan
6

menjadi naskah drama karena memiliki keutuhan alur. Menulis naskah drama
teknik transformasi cerita pendek bermakna mengubah bentuk cerita pendek
menjadi naskah drama berdasarkan unsur intrinsik yang ada. Hal ini selaras dengan
pendapat Nurgiyantoro (1998:18) bahwa transformasi merupakan suatu
pengubahan terhadap keadaan dengan mengambil dan memunculkan kembali
unsur-unsur karya yang ingin diubah. Pemunculan unsur-unsur tersebut dalam fiksi
bisa dilakukan secara implisit atau eksplisit. Tarsinih (2016) mengungkapkan
transformasi dalam menulis naskah drama bermakna memunculkan atau memindah
unsur legenda, cerpen, novel, atau puisi dalam unsur naskah drama dengan
memunculkan kebaruan.
Teknik ini tepat untuk mengatasi masalah peserta didik yang kesulitan
menulis naskah drama karena terkendala menentukan topik. Peserta didik hanya
perlu mengubah bentuk cerita pendek menjadi naskah drama. Sebelum menuliskan
peristiwa dalam cerita pendek menjadi naskah drama, peserta didik harus terlebih
dahulu memahami unsur intrinsik cerita pendek tersebut. Selaras dengan pendapat
Mawadah (2010:39) bahwa untuk mengubah cerita pendek menjadi naskah drama
peserta didik terlebih dahulu mesti melalui beberapa langkah, meliputi 1)
Menghayati cerita pendek, 2) Mengidentifikasi tokoh dan perwatakan, 3)
Menganalisis konflik, 4) Menyusun dialog sesuai konflik, dan 5) Mendeskripsikan
latar.
Seorang pendidik diharapkan mampu untuk membantu menumbuhkan sikap
positif peserta didik, bukan sekadar memberikan materi pelajaran. Presiden Joko
Widodo pernah berpidato perihal pergeseran nilai akibat modernisasi dan
perkembangan teknologi, pendidikan karakter perlu terus diajarkan kepada peserta
didik yang mana sangat bergantung pada peran pendidik. Demi mewujudkan cita-
cita tersebut maka tersusunlah gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Salah satu nilai yang ada dalam Penguatan Pendidikan Karakter adalah nilai gotong
royong. Pada kenyataannya banyak kejadian yang menunjukkan memudarnya nilai
gotong royong di negara ini.
Lestari Ning Purwanti dalam buku Penguatan Pendidikan Karakter karya
tahun 2018 telah mengulas tentang lima nilai karakter yang harus diajarkan kepada
7

peserta didik, meliputi nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan
integritas. Buku tersebut telah mengulas dengan cukup dalam perihal setiap nilai,
bahkan sudah ada contoh penerapan dari nilai-nilai gotong royong tersebut.
Meski masyarakat Indonesia telah mengetahui bahwa dasar negara adalah
Pancasila dan gotong royong termasuk dalam sila yang tertera, masih ada beberapa
kejadian yang tidak sesuai dengan prinsip gotong royong, berikut diantaranya
Pada bulan Februari 2019 tersebar video seorang peserta didik diketahui
telah mendorong dan menantang gurunya untuk berkelahi. Ristu Hanafi dalam
detik.com mengungkapkan peristiwa tersebut lantaran Sujianto mengambil telepon
genggam peserta didik agar tidak digunakan sewaktu dilaksanakan kegiatan
Ulangan Tengah Semester. Ada dua peserta didik yang menolak untuk
mengumpulkan dan malah menggunakannya untuk bermain. Peserta didik tersebut
justru memaksa gurunya untuk mengembalikan telepon genggam tersebut. Sang
guru enggan mengembalikan sehingga peserta didik tersebut mendorongnya. Selain
itu, peserta didik tersebut justru mengambil tas berisi laptop milik Sujianto yang
ada di meja. Sujianto lantas mengembalikan ponsel tersebut karena khawatir tas
tersebut dibanting.
Kembali terjadi aksi tawuran antara suporter PSM Makasssar dan Persija
Jakarta pada Agustus 2019. Polisi mengambil tindakan penembakan gas air mata
setelah terjadi kerusuhan karena PSM memenangkan pertandingan. Suporter Persija
lantas melempar kepada pendukung PSM yang sedang berjoget dan membuat emosi
tersulut. Kafe tempat kejadian tersebut berlangsung mengalami kerusakan, ada juga
mobil di parkiran kafe yang mengalami kerusakan kaca belakang. (Kompas.com)
September 2019 lalu kembali terjadi aksi demo yang mengakibatkan korban
jiwa. Demo tersebut bertujuan untuk menolak Rancangan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (RKHUP) dan revisi Undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi. Aksi tersebut dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat Indonesia dari
berbagai daerah pada Senin, 23 September 2019. Telah ada 232 korban aksi demo
tersebut, terhitung sampai Rabu 25 September 2019. Bukan hanya mahasiswa yang
menjadi korban, ada warga sipil, wartawan, bahkan aparat keamanan. Salat satu
wartawan yang ikut dipukul saat kejadian tersebut bernama Darwin. Darwin
8

mengaku dipukul oleh polisi di bagian kepala hingga menimbulkan luka meski
sudah menunjukkan kartu identitasnya sebagai wartawan. (Kompas.com)
Berdasarkan permasalahan di lapangan, diketahui bahwa nilai gotong royong
yang ada dalam masyarakat semakin menurun. Pengenalan nilai gotong royong
perlu dilakukan kepada peserta didik agar tidak melakukan hal yang bisa merugikan
diri dan orang lain. Peneliti tertarik untuk menambahkan muatan nilai gotong
royong dalam pembelajaran untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama karena
bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang nilai gotong royong dan
mengamalkannya. Banyak yang berpikir bahwa nilai gotong royong sekadar tolong
menolong dan bekerja sama, padahal nilai gotong royong lebih dari itu, berkaitan
dengan nilai menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama,
musyawarah, tolong menolong, solidaritas, empati, anti driskriminasi, anti
kekerasan, dan sikap kerelawanan.
Jenjang Sekolah Menengah Pertama dipilih karena pada masa tersebut
adalah usia pubertas yang memiliki pengaruh besar terkait karakter peserta didik,
utamanya aspek moral, emosional, dan sosial. Baik dan buruknya sikap yang akan
dimiliki peserta didik bergantung pada perilaku yang mereka temukan pada dunia
nyata yang tidak bisa mereka tiru. Pendapat tersebut selaras dengan Kurniawan
(2013:18) bahwa usia 2 hingga 13 tahun adalah fase perkembangan manusia,
mencakup perkembangan fisik, lingual, sosial, intelektual, moral, dan emosional.
Pada fase perkembangan, peserta didik menganggap aspek moral sebatas baik dan
buruk secara sederhana yaitu berdasarkan hukuman dan hadiah. Pemahaman aspek
sosial sebatas pada pertemanan yang hanya membawa kesenangan sehingga peserta
didik belum bisa menemukan teman sejati. Emosi peserta didik cenderung labil,
sedikit tersinggung bisa membuat mereka marah dan menangis.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenjang Sekolah
Menengah Pertama memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter
peserta didik. Adapun pembelajaran yang akan digunakan adalah pembelajaran
menulis naskah drama. Menulis naskah drama dipilih karena naskah drama
memiliki sifat yang mampu membuat peserta didik berekspresi dan berimajinasi
dengan segala latar dan dialog yang ada di dalamnya. Kegiatan menulis sesuai
9

pendapat Sukirno (2009:142) bermanfaat untuk meningkatkan khasanah budaya,


mengungkapkan jati diri pelaku cerita, sebagai hiburan, dan menambah nilai-nilai
yang bermanfaat untuk penulis.
Dengan demikian diperlukan buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong yang akan sangat
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, disusun beberapa rumusan masalah


memfokuskan pada pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong guna
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis naskah drama serta nilai
gotong royong peserta didik. Rumusan masalah tersebut meliputi

1) Bagaimana analisis kebutuhan peserta didik dan pendidik Sekolah


Menengah Pertama terhadap pengembangan buku pengayaan menulis
naskah drama?
2) Bagaimana kriteria penyusunan buku pengayaan menulis naskah drama
dengan teknik transformasi cerita pendek dengan teknik bermuatan nilai
gotong royong untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama?
3) Bagaimana desain prototipe buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek dengan teknik bermuatan nilai gotong
royong untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama?
4) Bagaimana penilaian ahli terhadap prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai
gotong royong untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama?
5) Bagaimana perbaikan prototipe buku pengayaan menulis naskah drama
denagn teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong
untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama berdasarkan penilaian ahli?
10

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan diadakan penelitian adalah
1) Mendeskripsikan analisis kebutuhan pendidik dan peserta didik terhadap
pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong.
2) Medeskripsikan kriteria penyusunan buku pengayaan menulis naskah
drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong
royong untuk peserta didik Sekolah menengah pertama.
3) Mendeskripsikan desain prototipe buku pengayaan menulis naskah drama
dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong
untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama.
4) Mendeskripsikan penilaian ahli terhadap prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai
gotong royong untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama.
5) Mendeskripsikan perbaikan prototipe buku pengayaan menulis naskah
drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong
royong untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama.

1.4 Kegunaan hasil penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bahan ajar untuk
menulis naskah drama berbasis transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong
royong. Buku pengayaan menulis naskah drama bermuatan nilai gotong royong
diharapkan dapat memiliki kebermanfaatan dalam dunia pendidikan khususnya
dalam pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama.

Selain manfaat teoritis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis berupa:

1) Bagi Pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memudahkan pendidik dalam
hal mencari bahan referensi dalam pembelajaran drama, baik apresiasi
maupun kreasi drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan
nilai gotong royong pada peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Selain
11

itu pendidik juga bisa menggunakan produk hasil penelitian sebagai sumber
dalam menanamkan nilai gotong royong untuk peserta didik.

2) Bagi Peserta Didik


Buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi
cerita pendek bermuatan nilai gotong royong diharapkan dapat dijadikan
sumber belajar bagi peserta didik pada saat pembelajaran menulis naskah
drama. Selain itu peserta didik diharapkan tergugah hatinya untuk mau
melakukan gotong royong terhadap sesama setelah membaca buku ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka


Suatu penelitian memerlukan penelitian lain sebagai acuan. Beberapa
peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian terkait pengembangan buku
pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek
bermuatan nilai gotong royong diantaranya Jayanti (2015),Waraulia (2015), Aita
(2016), Kusumawati (2016), Putri (2016), Tarsinih (2016), Aji (2017), Winarni
(2017), Utomo (2018), Yuliyanti (2018), Gufroni (2019), Khaerudin (2019,
Saputra (2019), dan Sari (2019).
Penelitian yang dilakukan Jayanti (2015) berjudul “Pengembangan Buku
Pengayaan Menulis Cerita Biografi Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Bagi Peserta Didik Kelas VIII SMP” menekankan pada pengoptimalan kompetensi
peserta didik dan pemberian wawasan yang bervariasi khususnya dalam hal menulis
karena dapat digunakan sebagai sarana berkomunikasi secara tidak langsung. Selain
itu, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan karakter yang dimiliki peserta
didik SMP sehingga tidak sekadar memiliki kecerdasan secara otak. Penelitian
Jayanti dilakukan dalam enam tahapan, meliputi 1) survei pendahuluan, 2) awal
pengembangan, 3) desain prototipe, 4) penilaian prototipe, 5) revisi, dan 6) uji coba
terbatas.
Sumber data adalah pendidik dan peserta didik untuk mengetahui kebutuhan
akan buku pengayaan menulis teks biografi. Selain itu, diperlukan hasil penilaian
prototipe dan data hasil uji coba. Hasil penelitian Jayanti berupa buku pengayaan
menulis teks biografi bermuatan nilai-nilai pendidikan karakter dan setelah
dilakukan penilaian buku yang dikembangkan dinilai efektif dan dapat digunakan
dalam pembelajaran menulis teks biografi.
Persamaan penelitian Jayanti (2015) dengan penelitian ini terletak pada
jenjang pendidikan peserta didik dan acuan dari penambahan nilai karakter dalam
buku pengayaan yaitu nilai-nilai pendidikan karakter dari Kementrian Pendidikan.
Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah jenis teks yang dipilih, Jayanti

12
13

memilih teks biografi sedangkan penelitian ini berfokus pada teks drama.
Perbedaan lain adalah dalam penelitian ini diperinci bahwa nilai yang akan
dicantumkan adalah nilai karakter gotong royong. Langkah penelitian yang
dilakukan Jayanti hingga uji coba terbatas sedangkan penelitian ini terhenti pada
tahap revisi produk.
Penelitian yang dilakukan oleh Waraulia (2015) berjudul “Pengembangan
Buku Ajar Menulis Cerpen Berorientasi Pembentukan Karakter Kelas VIII SMP N
2 Mantingan Ngawi” dilakukan pada bulan Januari sampai Juli 2015. Proses yang
dilakukan dalam penelitian meliputi (1) observasi, guna meneliti dan
mengumpulkan informasi; (2) perencanaan, dengan mencatat permasalahan peserta
didik dalam menulis cerita pendek, menentukan buku ajar, serta pretest;
(3) pengembangan format produk awal, penyusunan buku ajar menulis cerita
pendek untuk diujikan kepada validator bahasa Indonesia dan validator desain
grafis; (4) uji coba awal, dengan data hasil observasi, wawancara, dan angket untuk
dikumpulkan dan dianalisis; (5) revisi produk, dilakukan sesuai hasil uji coba awal;
(6) uji coba lapangan guna menghasilkan data kuantitatif hasil belajar; (7) revisi
produk dilandari hasil uji coba lapangan; (8) uji lapangan yang melibatkan subjek
penelitian, disertai observasi, wawancara, dan penyampaian angket; dan (9) revisi
akhir. Hasil analisis buku mencapai angka 91,66% oleh validator ahli pembelajaran
dan 87,5 % untuk ahli desain grafis, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
buku tersebut sangat baik dan layak diujicobakan.
Penelitian Waraulia (2015) memiliki persamaan dengan penelitian ini,
yaitu menghasilkan buku pengayaan menulis teks sastra yang bermuatan nilai
karakter untuk peserta didik, Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis
nilai karakter yang dicantumkan dalam buku tersebut, Waraulia menyisipkan nilai
budaya sedangkan penelitian ini membahas nilai karakter gotong royong. Selain itu,
tahapan yang dilakukan oleh Waraulia lengkap ada sembilan tahap, sedangkan
penelitian ini hanya ada lima tahap, tanpa dilakukan uji coba lapangan.
Aita (2016) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Menulis Cerpen dengan Teknik Transformasi Lagu Siswa kelas X SMK Ibrahimy
1 Sukorejo Situbondo Tahun Pelajaran 2015/2016” Penelitian pengembangan ini
14

terdiri atas sembilan tahapan, meliputi 1) penelitian dan pengumpulan informasi,


2)perencanaan, 3) pengembangan prototipe, 4) uji coba, 5) revisi hasil uji coba, 6)
uji lapangan, 7) validasi ahli dan praktisi, 8) penyempurnaan, serta 9)
penyebarluasan. Penelitian dilakukan dengan uji coba untuk mengetahui kelayakan
produk, meliputi aspek isi, penyajian materi, bahasa, dan kegrafikaan. Tahap uji
coba ada dua kali yaitu validasi dan uji coba lapangan. Adapun subjek uji coba
penelitian dan pengembangan meliputi ahli bahan ajar, teknologi pembelajaran, ahli
bahasa, praktisi, media, dan peserta didik.
Hasil produk penelitian Aita (2016) berupa bahan ajar membaca kritis
kreatif teks sastra untuk peserta didik kelas IX SMP. Setelah dilakukan analisis
data, (1) Kesesuaian isi dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar sebanyak
94%,(2) keakuratan materi sebanyak 100%, (3) 96% dalam hal pendukung materi,
dan (4) 94% dalam keakuratan materi. Hasil tersebut bermakna bahwa pada aspek
isi bahan ajar yang dikembangkan telah layak serta dapat digunakan di lapangan.
Penilaian isi yang dilakukan oleh praktisi juga sudah layak dengan nilai rata-rata
94%. Isi buku menurut peserta didik sudah layak dengan nilai sebesr 96% dan
kegiatan pembelajaran sebanyak 95%. Penilaian dalam segi bahasa juga sudah baik
dan layak dengan niai rata-rata sebanyak 89%. Dalam aspek penyajian bahan ajar
sudah layak yaitu dengan rata-rata 85%. Kegrafikaan buku pengayaan sudah baik
dan layak dengan perolehan nilai 79,3%.
Penelitian Aita (2016) memiliki relevansi dalam hal teks yang diteliti yaitu
teks sastra, penggunaan teknik berupa teknik transformasi, serta jenjang pendidikan
sasaran penelitian, peserta didik SMP. Adapun perbedaan dengan penelitian yang
telah dilakukan Aita (2016) terletak pada jenis teks sastra yang dipilih dan tahaan
yang dilakukan. Selain itu, produk yang dihasilkan dari penelitian Aita berupa
bahan ajar membaca kritis kreatif sedangkan produk penelitian yang dilakukan
peneliti adalah buku pengayaan menulis. Aita melakukan uji validitas kepada
peserta didik, peneliti tidak melakukan uji validitas kepada peserta didik.
Kusumawati (2016) dalam “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah
Drama melalui Media Kartu Gambar dengan Metode Picture and Picture”
mengungkapkan bahwa menulis naskah drama dapat membantu peserta didik dalam
15

menuliskan ide dan imajinasinya. Media pembelajaran yang digunakan dalam


penelitian ini adalah kartu gambar dan menggunakan model pembelajaran picture
and picture. Dilakukan dua kali siklus pembelajaran. Wawancara dengan siswa
setelah dilakukan pembelajaran menghasilkan kesimpulan bahwa siswa memiliki
minat dalam pembelajaran menulis naskah drama hanya saja kesulitan dalam
menyusun gambar dan mengembangkan dialog.
Relevansi dengan penelitian Kusumawati terletak pada keterampilan
berbahasa dan jenis teks yang diteliti, yaitu keterampilan menulis naskah drama.
Perbedaan dengan penelitian Kusumawati adalah metode dan teknik yang
digunakan dalam menulis naskah drama, Kusumawati menggunakan metode
picture and picture sedangkan penelitian ini menggunakan teknik transformasi
cerita pendek.
Putri (2016) dalam “Pembelajaran Ekonomi Inovatif Berbasis
Kebersamaan, Kekeluargaan, dan Gotong Royong : Model Pembelajaran Rewang”
mengungkapkan bahwa pembelajaran menggunakan konsep rewang memiliki
beberapa manfaat, salah satunya mengajarkan peserta didik untuk memiliki nilai
sosial, pendidik juga menekankan pada pentingya kerja sama sesama peserta didik
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Menurutnya seorang pendidik
sebaiknya mengangkat nilai kearifan lokal daerah setempat, misalnya rewang guna
membuat peserta didik terbiasa dengan kerja kelompok.
Pelaksanaan penelitian ini adalah dengan mengelompokkan siswa serta
memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagi tugas sesuai dengan
kemampuan masing-masing anggota, setelah pekerjaan selesai maka siswa hasil
tersebut akan ditampilkan. Hasil dari inovasi pembelajaran ini adalah peserta didik
bisa memahami pentingnya kerja sama antar anggota. Pembelajaran ekonomi yang
menggunakan konsep rewang membuat peserta didik lebih memahami makna
kebersamaan, gotong royong, dan menolong tanpa pamrih.
Relevansi dengan penelitian yang dilakukan Putri adalah melakukan
penelitian guna menambah pemahaman peserta didik terkait nilai gotong royong.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Putri adalah hasil akhir dari penelitian,
hasil penelitian Putri dapat langsung dilihat dalam proses pembelajaran dan nilai
16

peserta didik, sedangkan hasil penelitian ini berupa produk buku pengayaan
bermuatan nilai karakter gotong royong.
Tarsinih (2016) telah melakukan penelitian dengan “Analisis Naskah
Robohnya Surau Kami dan Penggunaannya untuk Menyusun Model Menulis
Naskah Drama di Universitas Wiralodra Indramayu” Dalam penelitian tersebut
dilakukan analisis terhadap naskah robohnya surau kami guna menyusun model
untuk menulis naskah drama. Alasan lain yang melatarbelakangi adanya penelitian
ini adalah teknik transformasi terhadap novel untuk dijadikan sebagai film.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik analisis dan studi kepustakaan.
Sedangkan teknik analisis data adalah kualitatif yang dibagi dalam tiga tahap, yaitu
deskipsi teks asal, penguraian unsur pembangun teks awal, dan transformasi dalam
naskah drama disertai dengan pengungkapan resespsi sastra.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarsinih (2016) berupa transformasi
alur cerpen menjadi naskah drama (pemaparan, awal konflik, puncak konflik,
penurunan konflik, hingga penyelesaian), transformasi latar dalam cerpen berupa
penempatan tokoh dalam setting drama yaitu panggung baik waktu maupun tempat,
dan transformasi nilai. Simpulan dari penelitian Tarsinih adalah cerpen Robohnya
Surau Kami dapat ditransformasikan menjadi naskah drama dalam segi alur, latar,
penokohan, tema, bahkan nilai yang terkandung. Selain itu, terlihat struktur karya
sastra yang berbeda setelah dilakukan proses transformasi cerita pendek menjadi
naskah drama.
Persamaan dengan penelitian Tarsinih adalah dalam aspek penggunaan
teknik dalam menulis naskah drama, yaitu transformasi cerpen menjadi naskah
drama. Perbedaan terletak pada hasil penelitian, Tarsinih dalam penelitiannya
menghasilkan analisis naskah drama sedangkan penelitian ini menghasilkan produk
berupa buku pengayaan menulis naskah drama. Selain itu, sasaran penelitian
Tarsinih adalah mahasiswa sedangkan sasaran penelitian ini adalah peserta didik.
Aji (2017) dalam penelitiannya berjudul “Pengembangan Bahan Ajar
Memerankan Drama Berbasis Legenda untuk Kelas VII SMP di Daerah Jawa”
mengungkapkan bahwa legenda dapat dijadikan naskah drama tradisional melalui
strategi alih wahana. Strategi ini diimplementasikan dalam tiga kegiatan
17

pembelajaran, berupa alih wahana penokohan, alih wahana dialog dan alih wahana
latar. Penelitian yang dilakukan oleh Aji menghasilkan tiga data, meliputi data dari
uji ahli, data uji praktisi, dan data uji lapangan. Nilai total dari uji kelayakan segi
penyaian materi, penyajian isi, kebahasaan, kegiatan pembelajaran, serta
kegrafikaan adalah 87,6. Dengan demikian disimpulkan bahwa bahan ajar yang
telah diteliti layak digunakan.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan Aji (2017) adalah penyajian
contoh teks, unsur intrinsik, maupun penyusunan naskah drama sehingga
membantu peserta didik dalam memahami materi tentang menyusun naskah drama.
Selain itu, penelitian Aji dan penelitian ini hampir serupa dalam hal mengubah
bentuk dari suatu teks menjadi naskah drama tanpa mengubah isi cerita. Adapun
perbedaan dengan penelitian tersebut dalam hal KD yang diambil, berupa KD
menulis naskah drama dan KD mementaskan naskah drama. Perbedaan lain berupa
dasar penyusunan teks yang mana penelitian yang dilakukan Aji (2017)
memberikan muatan legenda yang ada di daerah Jawa. Data yang diperoleh dalam
penelitian Aji meliputi uji ahli, uji lapangan, dan uji praktisi sedangkan data
penelitian ini berupa uji lapangan dan uji ahli.
Penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan Winarni
(2017) berjudul “Developing Character Education-Based Drama Textbook to
increase the Ability to Play Drama”. Winarni mengungkapkan pembelajaran
sekarang tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada peserta didik dengan
demikian diterapkan paradigma baru, pembelajaran kontekstual.
Persamaan dengan penelitian Winarni adalah mengembangkan buku
pengayaan pembelajaran drama untuk bisa menanamkan karakter peserta didik.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah kompetensi yang ingin dicapai. Winarni
menyusun buku pengayaan memerankan drama sedangkan penelitian ini
mengembangkan buku pengayaan menulis naskah drama.
Utomo (2018) dalam “Internalisasi Nilai Karakter Gotong Royong dalam
Pembelajaran IPS untuk Membangun Modal Sosial Peserta Didik” mengungkapkan
seiring perubahan sosial dalam masyarakat mempengaruhi menurunnya modal
sosial dalam masyarakat, salah satu cara menumbuhkan kembali modal sosial ialah
18

melalui penguatan kembali nilai gotong royong. Pada tahap evaluasi pembelajaran
diterapkan penugasan berbasis proyek untuk menyelesaikan soal yang diberikan
oleh pendidik. Hal tersebut bertujuan untuk mengasah nilai gotong royong berupa
peduli sosial, kerja sama, serta tanggung jawab.
Persamaan dengan penelitian Utomo ialah disusun untuk mewujudkan
nawacita yaitu revolusi karakter dengan gerakan PPK khususnya nilai gotong
royong.Perbedaan dengan penelitian Utomo terletak pada mata pelajaran yang
dibelajarkan, yaitu IPS dan Bahasa Indonesia. Selain itu, Utomo juga terfokus untuk
mengajarkan nilai gotong royong melalui model-model pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik.
Penelitian Yuliyanti (2018) berjudul “Pengembangan Kesenian Tembang
Dolanan pada Pembelajaran IPS SD untuk Mengenalkan Nilai Gotong Royong”
dilakukan dalam dua tahap yaitu (1) pembuatan produk dan (2) Uji coba produk,
dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu pravalidasi oleh dosen pembimbing dan
validasi pakar. Validasi pakar dilakukan oleh dua orang yang masing-masing
memberikan presentasi nilai 93,5% dan 89,65%. Rata-rata perhitungan presentase
kevalidan adalah 92,475% yang menunjukkan bahwa lirik yang dikembangkan
untuk memperkenalkan nilai gotong royong kepada peserta didik adalah sangat
layak.
Penelitian Yuliyanti memiliki relevansi fokus nilai karakter, nilai gotong
royong. Yuliyanti berpendapat masyarakat perkotaan yang mudah kehilangan nilai
gotong royog ini apalagi pada era globalisasi. Perbedaan penelitian Yuliyanti
dengan penelitian ini terletak pada sarana yang digunakan. Yuliyanti mengenalkan
gotong royong melalui tembang dolanan sedangkan penelitian ini menggunakan
naskah drama sebagai sarana untuk mengenalkan nilai gotong royong kepada
peserta didik. Jenjang peserta didik juga berbeda, yaitu SMP dan SD.
Ghufroni (2019) dalam penelitiannya berjudul “Pengembangan Bahan Ajar
Bermain Drama dengan Model Pembelajaran SAVI Pada Siswa SMA”
mengungkapkan pembelajaran drama di sekolah maupun perguruan tinggi masih
kurang memuaskan disebabkan kurang efektifnya strategi pembelajaran. Model
yang digunakan dalam pembelajaran masih menuntut pendidik untuk lebih aktif
19

dalam menyampaikan materi pembelajaran. Ghufroni menggunakan jenis


penelitian research and development untuk menghasilkan bahan ajar dalam
pembelajaran mementaskan naskah drama. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian tersebut meliputi wawancara, angket kebutuhan, serta
angket uji validasi. Analisa data dalam penelitian tersebut dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dari angket yang telah diberikan kepada peserta didik dan
pendidik.
Persamaan dengan penelitian ini adalah memilih naskah drama untuk
dikembangkan. Selain itu, teknik analisis kebutuhan yang dilakukan Ghufroni
sama dengan penelitian ini, yaitu menggunakan data angket yang telah diberikan
kepada peserta didik dan pendidik kemudian dianalisis. Perbedaannya adalah
keterampilan berbahasa yang dipilih serta jenjang pendidikan. Penelitian Ghufroni
lebih terfokus pada pembelajaran bermain drama daripada pembelajaran menulis
naskah drama jenjang pendidikan yang dipilih adalah SMA, sedangkan penelitian
ini membahas pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama untuk peserta
didik SMP.
Khaerudin (2019) dalam penelitiannya berjudul “Pengembangan Bahan
Ajar Menulis Drama Berdasarkan Pengalaman Pengarang Sebagai Bahan Ajar
Drama di SMP/MTs” beranggapan bahwa tahapan proses kreatif menulis naskah
drama adalah pencarian ide, menganalisis konflik atau masalah, penyusunan alur,
penyajian cerita, dan pesan atau amanat yang terkandung. Khaerudin menggunakan
desain penelitian research and development yang mengembangkan bahan ajar
menulis naskah drama berisi langkah menganalisis naskah drama, memahami
kebahasaan naskah drama, serta menulis naskah drama.
Ada tiga tahap penelitian yang dilakukan oleh Khaerudin, dimulai dengan
studi pendahuluan, dilanjutkan pengembangan bahan ajar, serta uji bahan ajar.
Setelah dilakukan uji validitas materi pembelajaran, ada beberapa revisi yang perlu
dilakukan, diantaranya (1) pemberian ilustrasi pada sampul yang mewakili materi;
(2) penambahan konsep di awal pelajaran; (3) pemberian instruksi yang digunakan
untuk mengidentifikasi dan menganalisis unsur drama; (4) penambahan uraian
perihal mengaitkan pengalaman untuk dijadikan naskah drama; (5) rujukan atau
20

sumber referensi perlu ditambah; (6) membubuhkan tabel berisikan struktur drama;
(7) penyajian langkah menulis naskah drama disertai contoh; (8) pemberian
penjelasan contoh pengalaman yang bisa dijadikan dasar suatu naskah drama;
(9) penambahan lagkah revisi naskah drama; (10) diperlukan pedoman dalam
proses kreatif menulis naskah drama; (11) penambahan latian menulis naskah
drama; (12) pemberian contoh naskah drama yang sesuai tingkat pendidikan peserta
didik; (13) melakukan revisi bahasa; serta (14) penambahan materi menulis kreatif
drama. Setelah dilakukan berbagai uji validitas, diketahui bahwa hasil penelitian
tersebut sudah bisa diadikan sebagai pendukung dalam meningkatkan keterampilan
peserta didik dalam menulis naskah drama, meski masih perlu dilakukan pengkajian
terkait keefektivan bahan ajar.
Persamaan penelitian Khaerudin dengan penelitian ini terletak pada hasil
penelitian yaitu bahan ajar dan buku yang bisa digunakan dalam menunjang
pembelajaran menulis naskah drama. Perbedaan dengan penelitian ini dalam hal
muatan, Khaerudin memfokuskan teknik penyusunan naskah drama adalah
pengalaman pengarang, sedangkan penelitian ini terfokus pada teknik transformasi
cerita pendek bermuatan nilai gotong royong guna meningkatkan kepribadian
peserta didik.
Saputra (2019) dalam skripsinya berjudul “Pengembangan Buku Pengayaan
Menulis Naskah Drama Bermuatan Nilai Kearifan Lokal untuk Peserta Didik Kelas
VIII SMP” mengungkapkan bahwa dalam buku pengayaan menulis naskah drama
bermuatan nilai kearifan lokal memuat materi drama dan langkah menulis naskah
drama disertai contoh dengan mencantumkan pendapat ahli, juga terdapat materi
kearifan lokal. Penelitian yang dlakukan Saputra belum terfokus pada satu teknik
dalam menulis naskah drama.
Relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra adalah
menghasilkan produk penelitian berupa buku pengayaan menulis naskah drama,
sasaran dari dua penelitian ini adalah peserta didik SMP. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah muatan nilai yang dicantumkan dalam masing-masing buku
pengayaan menulis naskah drama, Saputra mengembangkan buku pengayaan
21

menulis naskah drama dengan muatan nilai kearifan budaya lokal, sedangkan nilai
yang dimuat dalam penelitian ini adalah nilai gotong royong.
Penelitian lain yang berkaitan dengan teknik transformasi dilakukan oleh
Sari (2019) dengan judul “Transformasi Mite ‘Misteri Gang Keramat’ Menjadi
Naskah Drama Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP
Muhammadiyah 05 Medan Tahun Ajaran 2019/2020” Sari (2019) beranggapan
mite merupakan jenis sastra lama yang berkaitan dengan asal mula alam, manusia,
maupun bangsa serta berkaitan dengan hal gaib. Sari memilih satu mite yang
berasal dari Sumatera Utara berjudul “Misteri Gang Keramat” untuk
dtransformasikan menjadi naskah drama. Unsur yang ditransformasikan berupa
alur tokoh, latar, amanat, dan gaya bahasa. Tujuan transformasi mite Misteri Gang
Keramat adalah agar masyarakat mengetahui asal mula mite itu.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan data lisan mite
yang ada di masyarakat, dalam segi bentuk, makna, dan fungsi. Sumber data adalah
masyarakat yang berada di sekitar Gang Keramat. Teknik analisis data yang
digunakan Sari adalah teknik interaktif, meliputi pengumpulan, reduksi, penyajian
data, serta penarikan simpulan. Pada hasil penelitian Sari (2019) mengungkapkan
transformasi mite menjadi naskah drama diharapkan bisa memberikan kemudahan
dalam penyebaran mite. Setelah dilakukan transformasi, mite menjadi lebih mudah
dipahami karena tidak lagi monoton. Selain itu, dapat disimpulkan transformasi
yang dilakukan pada mite bisa dijadikan sebagai bahan ajar pada peserta didik SMP.
Persamaan penelitian Sari dengan penelitian ini adalah sama-sama
mentransformasikan satu bentuk sastra menjadi naskah drama. Selain itu, peserta
didik yang menjadi sasaran penelitian adalah peserta didik SMP. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2019) terletak pada jenis teks asal yang
digunakan sebagai dasar transformasi menjadi cerita pendek, serta nilai yang ada
dalam teks tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa sudah ada banyak penelitian
terkait pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek, dari objek kajian, jenis penelitian, teknik menulis,
jenjang pendidikan, maupun muatan nilai. Penelitian-penelitian tersebut sangat
22

bermanfaat sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini. Meski demikian,
belum ada penelitian yang mengembangkan buku pengayaan menulis naskah drama
bermuatan nilai gotong royong. Oleh karena itu penelitian berjudul “Pengembangan
Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita
Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong” ini dapat menjadi inovasi baru dalam
pengembangan buku pengayaan naskah drama.

2.2 Landasan Teori


Pada landasan teori akan dibahas perihal 1) hakikat buku pengayaan, 2)
hakikat drama, dan 3) nilai gotong royong. Berikut penjabarannya:
2.2.1 Buku Pengayaan
Pada bagian ini akan diulas tentang (1) pengertian buku pengayaan, (2) jenis
buku pengayasan, (3) karakteristik buku pengayaan, dan (4) komponen buku
pengayaan. Hal-hal tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
2.2.1.1 Pengertian Buku Pengayaan
Tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan 2008 bahwa buku pengayaan
adalah buku berisi materi yang bisa memperkaya materi dalam buku teks
pendidikan dasar, menengah, serta perguruan tinggi. Sitepu (2014:16)
mengungkapkan penyusunan tujuan, materi pokok, dan metode penyajian buku
pengayaan tidak seutuhnya didasarkan pada kurikulum.
Hartono (2016:12) mengungkapkan bahwa buku pengayaan ialah paparan
materi pembelajaran yang digunakan sebagai pengayaan belajar peserta didik. Buku
pengayaan berisi teori dari tiap pokok materi, ditulis berdasarkan kurikulum yang
berlaku serta bertujuan untuk menambah kajian teoretis tentang pokok materi yang
ada dalam silabus.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2008:5) menyatakan buku pengayaan
adalah buku yang di dalamnya termuat materi untuk menambah yang sudah ada
dalam buku teks pembelajaran jenjang dasar dan menengah. Fungsi buku
pengayaan adalah untuk meningkatkan daya pikir peserta didik dan menambah
wawasan mereka terhadap lingkungan masa kini. Penyajian buku pengayaan juga
perlu ditata dengan menyenangkan agar peserta didik tertarik. Buku pengayaan
23

dapat memperluas wawasn pengetahuan, menambah keterampilan, serta


kepribadian peserta didik.
Buku pengayaan adalah buku yang bersifat menambah wawasan baik bagi
peserta didik maupun pendidik, di luar buku teks. Buku pengayaan harus bisa
dipahami oleh peserta didik meski tanpa pendampingan dari pendidik.
2.2.1.2 Jenis Buku Pengayaan
Berdasarkan Pusat Kruikulum dan Perbukuan (2018:5) peran buku
pengayaan meliputi tiga hal, yaitu untuk menambah pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, dan meningkatkan kepribadian peserta didik. Adapun penjabaran dari
jenis buku pengayaan tersebut dijelaskan oleh Pusat Perbukuan (2008:8) sebagai
berikut
1) Buku Pengayaan Pengetahuan
Buku pengayaan pengetahuan harus bisa dipertanggungjawabkan
secara keilmuan, dari segi konsep dasar maupun perkembangan ilmu.
Dalam penulisan buku pengayaan pengetahuan, penulis bebas
menggunakan gaya dan stratgi pengungkapan gagasan. Adapun konsep
penulisan buku pengayaan pengetahuan adalah sistematis, terbuka, dan
objektif. Sistematis bermakna materi yang disajikan mesti memiliki
kesatuan dengan ilmu lain, dari segi isi ataupun wilayah garapan. Terbuka
berarti materi tersebut harus dapat dielaskan secara ilmiah. Objekif
bermakna materi yang tersaji harus bisa diertanggungjawabkan secara
material.
Penyusunan buku pengayaan pengetahuan semestinya didasarkan
pada aspek kognitif yang dirasa perlu dikembangkan. Aspek kognitif
tersebut apabila dilihat dari segi edukasi harus meemiliki nilai positif bagi
pengembangan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman
pembaca. Buku pengayaan pengetahuan ialah buku yang disusun untuk
remaja gua menambah pengetahuan dan pemahamannya secata lahir
maupun batin. Buku ini mampu memberikan tambahan pengetahuan, baik
berkaitan langsung dengan materi yang dibelajarkan dalam pendidikan
maupun di luar itu. Fungsi buku pengayaan pengetahuan adalah
24

memperkaya pengetahuan pembaca dan meningkatkan wawasan pembaca


berkait ilmu pengetahuan, teknlogi, dan seni.
2) Buku pengayaan keterampilan
Buku pengayaan keterampilan bermakna buku yang memuat materi
yang bisa menambah kemampuandasar para pembaca guna meningkatkan
aktivitas praktis dan mandiri. Buku ini memuat materi yang bisa
meningkatkan dan mengembangkan keterampilan menghitung,
menghubungkan, serta mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga
bisa bekerja secara praktis. Buku pengayaan kepribadian disusun sebagai
bacaan bagi peserta didik, para pendidik, pengelola pendidikan dan anggota
masyarakat lainnya yang memiliki minat memperkaya kemampuan
dasarnya.
3) Buku pengayaan kepribadian
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang bisa meningkatkan
kualitas kepribadian, pengalaman batin, dan sikap pembaca. Buku ini
diharapkan mampu membantu pembaca dalam pembentukan kepribadian
yang dewasa, stabil, mantap, berwibawa, dan menjadi teladan bagi
sesamanya setelah membaca buku tersebut yang telah terdapat uraian dan
contoh yang lengkap. Fungsi buku pengayaan kepribadian adalah sebagai
bacaan bagi pendidik, peserta didik pengelola pedidikan dan masyarakat
lainnya sehingga dapat meningkatkan dan memerkaya kepribadian.
2.2.1.3 Karakteristik buku pengayaan
Menurut Pusat Perbukuan (2008:65) karakteristik buku pengayaan sebagai
buku nonteks pelajaran adalah sebagai berikut :
1) Buku yang bisa digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan, bukan buku
acuan wajib peserta didik dalam pembelajaran.
2) Menyajikan materi yang bisa memperkaya buku teks pelajaran, sebagai
sumber informasi ilmu pengetahuan dan teknologi secara luas, atau sebagai
panduan bagi pembaca.
3) Buku tidak diterbitkan secara berseri berdasarkan tingkatan kelas.
25

4) Materi dalam buku nonteks tidak berkaitan langsung dengan sebagian atau
satu Standar Kompetensi.
5) Semua jenjang pendidikan dan tingkat kelas maupun masyarakat umum bisa
memanfaatkan materi buku nonteks pelajaran.
6) Penyajian buku tidak terikat oleh ketentuan proses dan ssistematika belajar.
2.2.1.4 Komponen Buku Pengayaan
Pusat Perbukuan (2008:67-) mengungkapkan komponen utama dalam
pengembangan buku pengayaan sebagai buku nonteks pelajaran meliputi 1) materi
atau isi, 2) penyajian materi, 3) bahasa dan/atau ilustrasi, serta 4) kegrafikaan.
Penjelasan dari ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut
1) Komponen materi
Materi yang dikembangkan tidak dibatasi oleh pencapaian
kompetensi dasar dan indikator serta konsistensi struktur buku nonteks.
Meski dibebaaskan, penulisan materi juga memiliki kriteria. Adapun
kriteria tersebut adalah
kriteria umum penyususnan buku nonteks adalah perlu memerhatikan
materi yang akan dituliskan dalam buku, yaitu
a) materi yang bisa mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional
b) materi yang selaras atau tidak bertentangan dengan ideologi dan
kebijakan politik negara.
c) Materi yang menghindari SARA, bias Jender, dan pelanggaran HAM.
Kriteria Khusus dalam penyusunan materi buku nonteks pelajaran,
meliputi:
a) Ditulis sesuai perkembangan ilmu yang sahih dan akurat
b) Penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi di Indonesia
secara optimal.
c) Isi buku yang mengembangkan kecakapan akademik, sosial, dan
kejuruan.
d) Membangun karakteristik kepribadian bangsa Indonesia yang
diidamkan secara maksimal.
26

Penyusunan materi dalam buku pengayaan menggunakan sumber


yang sesuai dengan kondisi Indonesia, yaitu kondisi fisik dan nonfisik
kekayaan alam Indonesia. Penulis diharapkan mempunyai wawasan tentang
sumber daya alam Indonesia sehingga melalui buku yang dibuatnya mampu
menumbuhkan rasa memiliki sumber daya tersebut bagi pembaca. Penulisan
buku pengayaan keterampilan harus diiringi pertimbangan agar nantinya
buku tersebut bisa memotivasi para pembaca untuk mengasah keterampilan
mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain juga untuk
menumbuhkan kesadaran dalam hal pengembangan kewirusahaan.
Penyusunan materi buu pengayaan kepribadian harus memuat sikap
keramahan, semangat, konsistensi, kejujuran dan kestabilan emosi.
2) Komponen Penyajian
Penyajian materi dalam buku nonteks pelajaran harus sistematis,
runtut, mudah dipahami dan lugas. Penyajian materi buku pengayaan
pengetahuan harus mempertimbangkan pengembangan kecakapan
kreativitas, akademik, dan kemampuan berinovasi. Penyajian materi buku
pengayaan kepribadian semestinya bisa mendorong pembaca agar tertarik
mencari bacaan lain dan mencoba uraian kegiatan yang disajikan dalam
buku tersebut.
Penyajian materi dalam buku dilakukan dengan sistematis, lugas
mudah dipahami dan harus memerhatikan penyajian materi yaitu a)
familiar, menyenangkan dan mudah dilakukan dan b) mampu
menumbuhkan pengembangan kreativitas dan aktivitas pisik serta psikis
pembaca. Untuk menyusun materi buku pengayaan keterampilan yang
familiar dan mudah dilakukan bisa dilakukan dengan penambahan manfaat
kegiatan. Selain itu untk menyajikan materi yang bisa mendorong pembaca
dalam hal mengembangkan kreativitas dan aktivitas pisik serta psikis adalah
dengan melengkapi materi buku dengan langkah kerja.
3) Komponen Bahasa dan/atau Ilustrasi
Hal yang perlu diperhatikan dalam aspek penggunaan bahasa
dan/atau ilustrasi ketika menyusun buku nonteks adalah
27

a) Apabila disajikan ilustrasi, baik berupa gambar, tabel,serta lambang


harus sesuai dan proporsional.
b) Penggunaan simbol harus sesuai ketetapan dan dapat digunakan secara
menyeluruh.
c) Penggunaan bahasa, berupa ejaan, kata, kalimat, serta paragraf harus
lugas, tepat, dan jelas.
Kaidah bahasa juga dibahsa oleh Sitepu (2014:111-116) yaitu
berupa a) kelengkapan kalimat, rangkaian kata yang menggambarkan
makna kalimat secara lengkap, setidaknya terdiri atas subjek dan predikat;
b) susunan kata, menggunakan hukum diterangkan dan menerangkan,
bermakna kata pertama diterangkan oleh kata selanjutnya; c) penulisan kata
depan, terkait penulisan “di”, “ke”, serta “dari”, yang mana kata “di” dan
“ke” juga bisa menjadi awalan, f) kata berulang, kata yang memiliki makna
lebih dari satu atau banyak, ditulis menggunakan garis pemisah (-).
Penggunaan diagram dan ilustrasi juga dibahas oleh Sitepu
(2014:150-159) meliputi a) fungsi ilustrasi, yaitu untuk meningkatkan
motivasi dan minat, menjelaskan konsep, meningkatkan daya ingat, dan
membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam membaca; b)
penggunaan warna ilustrasi, untuk estetika yang menimbulkan daya tarik
dan motivasi, warna ilustrasi harus fungsional; dan c) tabel dan grafik,
membuat teks lebih efisien, tabel dapat berisi informasi sederhana hingga
rumit serta bisa ata berupa angka, data berupa kata, maupun keduanya,
sedangkan grafik bisa ditampilkan dengan beragam bentuk yang
pemakaiannya dapat membuat isi buku lebih akurat dan menarik.
4) Komponen Grafika
Komponen grafika yang dimaksud adalan desain sampul buku dan
tipografi isi buku. Penulis bisa menyarankan desain sampul buku berkaitan
dengan tipografi dan tata letak, serta ilustrasi sederhana dan menarik yang
mewakili isi buku. Selain itu, penulis bisa mengusulkan desain isi buku,
yaitu tentang harapan penulis terkait isi buku yang memperhatikan tata letak
berupa kekonsistenan, keharmonisan, dan penggunaan tipografi. Penyajian
28

ilustrasi juga bisa disarankan oleh penulis apabila dalam buku tersebut
menuntut adanya ilustrasi.
Hartono (2016:61-63) mengungkapkan aspek grafika buku meliputi
ukuran buku, kriteria kertas, pencetakan, warna, ilustrasi, dan ukuran huruf.
Penjelasan dari aspek tersebut ialah
a) Penggunaan kertas disesuaikan keakuratan, tingkat keputihan kertas
dan gramatur, selain itu bahan kulit harus disesuaikan dengan jumlah
halaman.
b) Ukuran meliputi ukuran buku dan ukuran huruf. Ukuran buku
disesuaikan dengan tujuan penggunaan dan kemudahan dalam
penyampaian materi, umumnya ukuran yang digunakan adalah A4 (210
x 297mm), A5 (148 x 210 mm), dan B5 (176 x 250mm) untuk jenjang
SMP/MTs dan SMA/MA bentuk buku adalah vertikal, sedangkan untuk
ukuran A4 bisa vertikal bisa horizontal. Ukuran huruf/format huruf
berkaitan dengan keterbacaan, jenis huruf yang digunakan untuk
peserta didik berusia sembilan tahun sampai dewasa adalah serif (huruf
berkait), meliputi Benguiat bk, Times New Roman, Garamond,
Century, dan Bookman Old Stl. Ukuran huruf untuk peserta didik SMP
adalah 10-11 pt.
c) Desain kulit buku herus konsisten dan harmonis dengan isi, selain itu
ilustrasi harus sesuai dengan materi isi.
d) Desain isi berkaitan dengan kelengkapan isi, penggunaan huruf serta
ilustrasi yang jelas.
e) Pencetakan terkait dengan tebal tidaknya warna cetakan, kepekatan
cetakan, konsistensi cetakan, kebersihan hasil cetakan dan ada tidaknya
bayangan dari cetakan.
f) Penyelesaian dan jilid meliputi pelipatan kateren, pemotongan sudut
buku, penjilidan yang disesuaikan dengan fungsi buku, kemudahan
buku ketika dibuka, dan pelapisan warmish pada kulit buku.
Selain komponen di atas, menurut Hartono (2016:119) masih ada
komponen lain yang perlu diperhatikan alam penyusunan buku, yaitu 1)
29

wawasan kebangsaan dan 2) integrasi nilai budaya, karakter bangsa,


kewirausahaan, serta nasionalisme.
2.2.2 Menulis Naskah Drama
2.2.2.1 Pengertian Menulis Naskah Drama
Tarigan (2006:3) mengungkapkan menulis adalah keterampilan berbahasa
untuk komunikasi dan digunakan tanpa bertemu langsung dengan orang lain. Ketika
menulis, seorang penulis harus terampil dalam menggunakan grafolegi, kosa kata,
maupun struktur bahasa. Keterampilan seseorang dalam menulis bisa didapatkan
dengan latihan dan praktik yang teratur.
Rusyana (dalam Mawadah 2010:3) berpendapat bahwa menulis adalah
bentuk pengungkapan gagasan, perasaan, hasil penginderaan, argumen, serta
perasaan melalui bahasa. Berkaitan dengan hal tersebut Andayani (2015:191)
menambahkan menulis adalah kemampuan untuk mencurahkan gagasan dengan
pola tertentu kepada pembaca. Dengan menulis seorang bisa mendapatkan
kesenangan, menyampaikan informasi, meyakinkan, maupun mengekspresikan
perasaannya.
Menulis adalah kegiatan yang dilakukan dengan pola tertentu bertujuan
meyakinkan, mendapatkan kesenangan, maupun menyampaikan informasi berupa
gagasan, argumen, penginderaan, perasaan maupun imajinasi kepada orang lain
tanpa bertatap muka secara langsung.
Terjadi proses kreatif ketika menulis yang menjadi latar adanya istilah
menulis kreatif. Sukirno (2009:3) mengungkapkan menulis kreatif menuliskan
gagasan dengan berdasarkan pikiran dan perasaan berbentuk karangan atau teks.
Mawadah (2010:22) menambahkan bahwa menulis kreatif adalah penafsiran
kehidupan, penulis ingin menyampaikan suatu hal kepada pembaca, yang mana
karya kreatif adalah pendapat evaluatif terhadap kehidupan.
Trianto (dalam Mawadah 2010:22) mengungkapkan bahwa tulisan kreatif
memiliki sifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif diartikan bahwa dengan menulis
kreatif, penulis bisa merasa senang dan menikmati serta menuliskan kembali secara
kritis karya-karya kreatif orang lain, bisa pula memanfaatkannya dalam kehidupan
nyata. Ekspresif bermakna dengan menulis kreatif seseorang bisa mengekpresikan
30

juga mengungkapkan pengalaman maupun hal yang dirasakannya untuk


disampaikan kepada orang lain melalui karyanya.
Dalam menulis kreatif seorang penulis dituntut bisa mengembangkan
imajinasi dan daya kreatifnya. Hal ini selaras dengan pendapat Titik (2012: 34)
bahwa seorang penulis kreatif bisa menulis berdasarkan idenya atau berdasarkan
pendapat orang lain yang dikembangkan dengan baik. Pengembangan imajinasi
bergantung pada kemampuan pribadi.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut menulis kreatif adalah proses
menafsirkan kehidupan untuk disampaikan kepada pembaca dalam bentuk teks
yang bisa disusun berdasarkan pikiran dan perasaan penulis maupun dengan
menuliskan kembali karya-karya orang lain disertai pengembangan yang
disesuaikan dengan imajinasi penulis.
Bentuk menulis kreatif adalah menulis fiksi dan nonfiksi. Menulis kreatif
dalam penelitian ini adalah penulisan fiksi. Titik (2012:37) mengungkapkan bahwa
menulis fiksi sangat bergantung pada pengembangan imajinasi penulis dan tidak
benar-benar ada dalam masyarakat. Penulisan fiksi meliputi menulis cerita pendek,
novel, puisi dan drama. Pendapat yang sedikit berbeda diungkapkan Wicaksono
(2014:3) karya sastra ditulis berdasarkan imajinasi pengarang dengan segala realitas
yang ada dalam masyarakat.
Menurut Kokasih (2012:3) karya sastra berdasarkan bentuk dibedakan
menjadi empat macam, meliputi 1) prosa, sastra yang dituliskan secara naratif
dengan bahasa yang bebas, 2) puisi, sastra yang ditulis secara ingat, padat, indah,
serta terikat oleh aturan berupa jumlah larik, kata, maupun rima, 3) prosa liris,
sastra berupa puisi namun isinya cerita, bisa juga prosa yang dijadikan puisi, dan 4)
drama, sastra yang ditulis dengan bahasa bebas dan menggunakan dialog.
Menulis drama bermakna proses utuh secara keseluruhan, berupa
penciptaan latar, tokoh, konflik, penulisan adegan (Mawadah, 2010:34). Pendapat
tersebut selaras dengan Titik (2012:38) yang mengungkapkan bahwa dalam drama,
unsur terbesar adalah dialog, setelahnya baru penjelasan tentang latar, penokohan
dan situasi. Berkaitan dengan pendapat tersebut Sukirno (2009:142) menambahkan
tujuan penulisan naskah drama adalah guna menggenalkan cerita kepada orang lain,
31

menyampaikan amanat, atau bisa juga untuk mengenalkan kebudayaan kepada


pembaca atau penonton drama.
2.2.2.2 Pengertian Drama
Drama menurut Waluyo (2002:2) dihadapkan dalam dua kemungkian, yaitu
drama naskah dan drama pentas, drama naskah dapat disejajarkan dengan prosa dan
puisi serta bisa digunakan sebagai bahan studi sastra, dipentaskan, serta dapat
dipagelarkan dalam media audio.
Aminudin (2009: 6) mengungkapkan bahwa drama merujuk kepada karya
tulis digunakan untuk teater, situasi yang memiliki konflik serta solusi, karya sastra
berupa dialog untuk pentas. Berkaitan dengan pendapat sebelumnya Kosasih
(2012:132) menambahkan bahwa drama adalah karya sastra yang memiliki tujuan
untuk melukiskan kehidupan dengan cara menyampaikan permasalahan dan emosi
melalui dialog dan lakuan.
Drama yang memiliki dua dimensi, sastra dan seni menyebabkan
pertimbangan dalam diri pengarang dan sutradara. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa dimensi naskah drama dan pementasan drama merupakan
kesatuan yang padu dan totalitas. (Hasanudin 2015: 9)
Berdasarkan uraian di atas, drama adalah karya sastra yang dapat berupa
naskah atau pentas, disusun berdasarkan konflik dalam masyarakat disertai dengan
solusi.
2.2.2.3 Karakteristik Drama
Menurut Nuryanto (2017:8-9) ada tujuh karakteristik drama, yaitu
1) Ketidakleluasaan pengarang dalam mengembangkan imajinasinya karena
harus menuliskan peristiwa yang bisa diterima oleh akal.
2) Terdapat penyusunan teks drama lebih intens dibandingkan teks lain karena
harus disesuaikan dengan aspek perilaku maupun ujaran tokoh di dalamnya.
3) Drama pentas lebih mampu menyentuh emosional pemirsa dibandingkan
genre sastra lain.
4) Ciri khusus drama terletak pada dialog yang membentuk suatu kesatuan.
5) Konflik merupakan unsur penting dalam drama yang biasanya tergambar
dalam dialog.
32

6) Drama memiliki hakikat tersendiri dibandingkan fiksi dan puisi.


7) Karena bisa disajikan dalam bentuk pentas, drama memberikan kesempatan
pemirsa untuk menyaksikan peristiwa-peristiwa secara konkret.
2.2.2.4 Unsur Drama
Dasar terbentuknya naskah drama adalah konflik yang dialami manusia
dalam kehidupan nyata. Dalam menuliskan naskah drama, sama halnya jenis teks
lain memperhatikan unsur pembangun dari naskah tersebut. Adapun beberapa
pendapat tentang unsur naskah drama adalah sebagai berikut.
Waluyo (2002:6) mengungkapkan unsur pembangun naskah drama meliputi
(1) plot, (2) penokohan dan perwatakan, (3) dialog, (4) tema/ nada dasar cerita, (5)
setting, (6) amanat, (7) petunjuk teknis, dan (8) drama sebagai interpretasi
kehidupan. Menurut Aminudin (2010: 16) unsur drama meliputi (1) dialog, (2)
penokohan, (3) plot atau konflik, (4) latar, (5) gaya bahasa, dan (6) amanat.
Pendapat lain diungkapkan oleh Mawadah (2012:27) yang berisi naskah drama
memiliki unsur berupa (1) penokohan dan perwatakan, (2) tema, (3) latar, (4)
rangkaian cerita, dan (5) penggunaan gaya bahasa.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur drama berupa
1) Tema
Waluyo (2002:24) mengatakan tema ialah ide pokok dalam drama,
berhubungan dengan premis drama tersebut juga pandangan yang
diungkapkan pengarang. Berkaitan dengan pendapat tersebut, Wiyanto
(2004:23) menambahkan bahwa tema bisa dikembangkan dengan baik agar
bisa digunakan untuk menarik perhatian para pembaca. Mawadah (2010:28)
menambahkan, tema adalah gagasan dasar yang melandasi pemaparan
cerita, berbeda dengan nilai moral maupun amanat.
Pendapat-pendapat tersebut didukung oleh Nurgiyantoro (2015:115-
118) bahwa tema adalah makna dasar yang menjadi penopang bagi suatu
karya sastra, bersifat abstrak dan tersirat serta muncul secara berulang.
Suatu karya senantiasa sejalan dengan tema yang ditentukan, konflik dan
alur cerita akan diusahakan menggambarkan tema tersebut. Tema secara
33

tidak sengaja disembunyikan dari pembaca karena sebenarnya tema


tersebutlah yang bisa menjadi daya tarik cerita.
Berdasarkan uraian di atas tema ialah ide pokok atau gagasan utama
yang mendasari terciptanya suatu cerita, dikembangkan sebaik mungkin
agar menarik perhatian pembaca maupun penonton, serta tercermin dalam
alur cerita.
2) Tokoh dan Penokohan
Waluyo (2002:14) menjelaskan penokohan dan perwatakan
berhubungan erat, daftar tokoh adalah susunan tokoh yang berperan dalam
drama itu, pengarang juga sudah menjelaskan perwatakan tokoh tersebut
melalui penjabaran nama, jenis kelamin, umur, jabatan, tipe fisik, dan
keadaan kejiwaannya. Menurut Aminudin (2010:16) tokoh adalah
keseluruhan ciri jiwa tokoh dalam drama, tokoh-tokoh tersebut mempunyai
bermacam watak disesuaikan dengan kemungkinan watak yang ada dalam
diri manusia, baik, licik, jahat, penyabar, ragu, pemurung, periang,
pemberani, licik, jujur, atau campuran dari bermacam watak tersebut.
Selaras dengan pendapat tersebut Baldic (dalam Nurgiyantoro
2015:247) mengungkapkan bahwa tokoh adalah pelaku dalam fiksi dan
drama sedangkan penokohan ialah pemunculan tokoh dalam fiksi baik
secara langsung maupun tidak langsung dan bisa ditafsirkan kualitas dirinya
oleh pembaca. Nurgiyantoro (2015:248-249) mengungkapkan bahwa tokoh
memiliki peran penting dalam menyampaikan amanat maupun pesan moral
kepada pembaca. Sedangkan penokohan berkitan dengan penggambaran,
penempatan, serta perwatakan tokoh.
Berdasarkan uraian di atas, tokoh adalah orang atau pelaku dalam
suatu cerita yang memiliki watak seperti manusia dalam kehidupan nyata
serta berperan menyampaikan amanat kepada pembaca atau pemirsa.
Penokohan dimaknai sebagai penggambaran tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita atau drama baik secara fisik maupun sifat tokoh tersebut.
34

3) Latar
Waluyo (2002:23) menjelaskan latar (setting) biasanya terdiri atas
tiga dimensi yaitu layar tempat, waktu, dan ruang. Mawadah (2010:28)
menambahkan unsur yang termasuk dalam latar cerita berupa peristiwa,
objek, suasana, benda, maupun situasi tertentu, dalam drama latar berfungsi
untuk menghidupkan cerita serta mengungkapkan gagasan tertentu secara
tidak langsung. Berkaitan pendapat tersebut Aminudin (2010:22)
menambahkan latar ialah waktu, tempat, dan suasana terjadinya adegan.
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015:302) mengungkapkan bahwa
latar merujuk pada pengertian tempat, waktu, dan keadaan sosial terjadinya
peristiwa dalam cerita. Pendapat ini didukung oleh Nurgiyantoro
(2015:303-322) bahwa latar membuat pondasi cerita menjadi jelas dan
konkret sehingga pembaca akan mendapatkan kesan realistis cerita tersebut.
Adapun unsur latar dibedakan menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu,
serta latar sosial budaya. Latar tempat bisa berupa tempat nyata, inisial,
maupun tempat yang tidak benar adanya. Latar waktu adalah tentang kapan
peristiwa yang ada dalam cerita terjadi, biasanya dikaitkan dengan kejadian
nyata. Latar sosial budaya berkaitan dengan perilaku masyarakat, misalnya
adat istiadat, tradisi, maupun kebiasaan hidup.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa latar atau setting ialah
salah satu unsur pembangun drama yang menjabarkan tempat, waktu, dan
suasana saat peristiwa di dalam drama terjadi serta memiliki peran untuk
memberikan gambaran kepada penonton atau pembaca sehingga seolah
kejadian tersebut terlihat nyata.
4) Alur
Aminudin (2010:23) mengatakan alur adalah rangkaian peristiwa
yang berdasar dari konflik yang terus berkembang dari sederhana,
kompleks, hingga pada penyelesaian konflik. Mawadah (2010:30) alur
adalah jalinan kisah bisa juga dikatakan sebagai kerangka dari awal hingga
akhir yang berupa rangkaian konflik antar tokoh yang berkembang karena
35

adanya kontradiksi, bisa disebabkan oleh watak dari dua tokoh tersebut yang
bertentangan.
Abrams (dalam Nurgiyantoro 2015:167) mengemukakan bahwa alur
adalah struktur penyajian peristiwa yang ada dalam cerita guna mencapai
efek yang diinginkan. Pendapat ini didukung oleh Nurgiyantoro (2015:168)
bahwa alur merupakan urutan peristiwa yang sebelumnya telah dipilih
berdasarkan hubungan sebab akibat, peristiwa tersebut bisa diungkapkan
melalui tingkah laku maupun perilaku tokoh cerita.
Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam drama yang tersusun
dengan memperhatikan prinsip sebab akibat, bermula dari konflik tokoh-
tokoh bertentangan.
5) Amanat
Waluyo (2002:28) mengemukakan bahwa amanat yang harus dicari
oleh pembaca ataupun penonton drama tersebut, amanat ini harus memiliki
alternatif. Berkaitan dengan pendapat tersebut, Wiyanto (2004:24)
menambahkan bahwa pesan moral disembunyikan oleh penulis sehingga
menimbulkan nama sandiwara sebagai sebutan lain drama. Menurut
Kosasih (2012:41) amanat adalah pesan tersirat di balik susunan kata dan
tema yang disusun pengarang untuk disampaikan kepada pembaca.
Nurgiyantoro (2015:429-430) menambahkan bahwa pesan moral
berkaitan dengan anggapan umum tentang baik buruknya perbuatan, sikap,
akhlak, budi pekerti, dan sebagainya. Moral suatu cerita disusun
berdasarkan ideologi pengarang dan tercermin dalam tingkah laku maupun
sikap para tokoh.
Berdasaran pendapat-pendapat di atas, amanat adalah pesan yang
ingin disampaikan pengarang secara tersirat kepada pembaca atau penonton,
tercermin melalui tingkah laku para tokoh.
6) Dialog
Menurut Aminudin (2009:20) dialog merupakan bahasa utama
dalam sebuah drama. Melalui dialog pembaca dan penonton bisa
menangkap hal-hal tersirat dalam suatu lakon drama. Penggunaan bahasa
36

dalam dialog drama berkaitan dengan kemampuan pengarang merangkai


bahasa dan memanfaatkan kelebihan serta kekurangan dalam bahasa tulis.
Bekaitan dengan pendapat tersebut, Sumaryanto (2019:14)
menambahkan dialog haruslah disesuaikan dengan karakter tokoh dan
mampu menggambarkan alur suatu cerita. Dialog juga harus bisa
memberikan gambaran tentang peristiwa yang sudah terjadi di luar
panggung dan juga pikiran dan perasaan tokoh. (Sumaryanto, 2019:14)
Dialog adalah percakapan dua tokoh atau lebih dalam drama yang di
dalamnya bisa menunjukkan alur drama tersebut serta mengandung makna
maupun kejadian tersirat.
7) Petunjuk teknis
Petunjuk teknis dalam drama sering disebut sebagai teks samping
(Waluyo, 2002:29) berfungsi sebagai petunjuk bagi pemeran tentang jeda
pembicaraan, pembicaraan pribadi dan sebagainya.
2.2.3 Teknik Transformasi Cerita Pendek dalam Menulis Naskah Drama
Ada beberapa teknik menulis naskah drama yang biasanya dilakukan yaitu
menulis berdasarkan pengalamanan pribadi, menulis naskah drama berdasarkan
cerita pendek, serta menulis naskah drama dengan teknik copy the master. Teknik
menulis naskah drama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
transformasi cerita pendek. Teknik transformasi masih berkaitan dengan teknik alih
wahana.
Alih wahana menurut Damono (2018:9-13) terdiri atas istilah wahana yang
bermakna media untuk mengungkapkan suatu hal, bisa pula dimaknai sebagai alat
yang digunakan untuk memindahkan sesuatu. Hal yang bisa dipindahkan dalam
pengertian ini berupa pikiran, perasaan, pesan, maupun suasana. Alih wahana
dimaknai sebagai kegiatan mengubah satu jenis wahana ke wahana lain. Wahana
yang dimaksudkan oleh Damono adalah karya seni, sehingga dapat dikatakan
bahwa alih wahana adalah proses pengubahan berbagai jenis pengetahuan menjadi
seni. Istilah yang berkaitan dengan hasil proses alih wahana adalah ekranisasi
(pengalihan wahana dari karya seni pada umumnya sastra menjaadi film),
dramatisasi (pengubahan karya seni menjadi pertunjukan drama), novelisasi
37

(pengalihan wahana seni film menjadi novel), dan musikalisasi (pengalihan wahana
karya seni biasnya berupa puisi menjadi puisi).
Proses pementasan naskah drama disebut sebagai alih wahana oleh Sapardi
Djoko Damono. Damono (2018:147) mengungkapkan bahwa pementasan drama
dari bentuk naskah drama lebih mudah dilakukan daripada pengalihan wahana dari
novel menjadi tontonan. Proses alih wahana suatu naskah drama menjadi
pementasan drama cenderung lebih konsisten karena telah diusahakan dialog yang
dilafalkan tokoh ketika pentas sama dengan apa yang ada dalam naskah.
Setelah mengetahui pengertian dan istilah yang ada dalam alih wahana,
pembahasan selanjutnya terkait teknik transformasi. Nurgiyantoro (1998:18)
mengungkapkan transformasi adalah perubahan suatu keadaan yang bisa dilakukan
dengan pengambilan atau pemindahan unsur satu karya untuk kemudian
dimunculkan dalam unsur karya sastra hasil perubahan. Unsur tersebut bisa
dimunculkan secara eksplisit maupun implisit karya baru yang dihasilkan.
Berkaitan pendapat tersebut Sari (2019) menambahkan transformasi adalah
pemindahan suatu bentuk bisa dengan disertai penghilangan, penambahan, maupun
penggantian unsur.
Maelasari (2018) bependapat transformasi naskah drama bermakna
mengambil atau memindah unsur puisi, novel, legenda, atau cerpen dalam unsur-
unsur naskah drama, disertai perubahan. Berkaitan dengan pendapat tersebut,
Damono (2018:150) menambahkan bahwa proses transformasi yang penting
dilakukan dalam penulisan naskah drama adalah bagaimana pengungkapan ide
melalui bahasa tulis bisa ditransfer dalam tindakan tokoh.
Berdasarkan uraian tersebut, transformasi karya sastra menjadi naskah
drama adalah suatu proses pengubahan suatu karya sastra untuk menjadi naskah
drama disertai penambahan, pengurangan, maupun penggantian unsur-unsur karya
satra tersebut. Hal yang diubah dalam proses transformasi adalah bentuk karya
sastra, bukan isi. Jadi dalam melakukan transformasi bisa dilakukan penambahan,
pengurangan, maupun penggantian unsur-unsur karya sastra yang ditransformasi.
Dapat dikatakan bahwa transformasi menulis naskah drama dengan teknik alih
wahana saling berkaitan. Alih wahana bermakna mengalihkan atau mengubah suatu
38

bentuk karya seni menjadi karya seni lainnya, tidak terbatas pada karya sastra saja.
Dalam mengubah suatu cerpen menjadi pementasan drama, diperlukan media yaitu
naskah drama.
Karya sastra yang bisa ditransformasikan menjadi naskah drama yaitu cerita
pendek, novel, legenda, dan fabel. Karya-karya sastra tersebut bisa diubah menjadi
naskah drama karena memiliki keutuhan alur. Pada penelitian ini karya yang
ditransformasikan menjadi naskah drama adalah cerita pendek. Cerita pendek yang
digunakan merupakan cerita pendek yang termuat dalam media masa dan antologi
cerita pendek. Kriteria pokok cerita pendek yang digunakan adalah bermuatan nilai
gotong royong, hal ini untuk memudahkan peserta didik dalam mengubahnya
menjadi naskah drama. Selanjutnya, cerita pendek tersebut harus sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik, baik dari segi bahasa maupun konflik yang
ada.
Dalam pentransformasian cerita pendek menjadi naskah drama harus
dilakukan secara lengkap, baik dari segi tokoh, unsur penunjang pementasan,
tindakan tokoh, dan lainnya (Aminudin, 2009:37). Aminudin juga mengatakan
bahwa dalam mentransformasikan cerpen menjadi naskah drama dilakukan dalam
empat tahap yaitu 1) menentukan tokoh, 2) menentukan latar, 3) penyusunan
kerangka, dan 4) pembuatan naskah drama.
Berbeda dengan Aminudin, Mawadah (2010:39) menyebutkan ada lima
tahap yang harus dilakukan dalam melakukan transformasi cerita pendek menjadi
naskah drama, meliputi 1) penghayatan isi cerita pendek, 2) pengidentifikasian
tokoh dan penokohan, 3) pengidentifikasian konflik, 4) penyusunan dialog, dan 5)
penentuan deskripsi latar.
Berdasarkan dua pendapat tersebut, disimpulkan langkah yang digunakan
dalam mentransformasikan cerita pendek menjadi naskah drama sebagai berikut
1) Memahami isi cerita pendek
2) Mentransformasi tokoh dan penokohan
3) Menentukan konflik
4) Mentransformasi latar cerita pendek menjadi latar konflik
5) Mengubah alur cerita pendek menjadi alur naskah drama
39

6) Menulis naskah drama.


7) Menyunting naskah drama

2.2.4 Gotong Royong


2.2.3.1 Pengertian Gotong Royong
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2017:9) mengemukakan bahwa
dalam gotong royong tercermin sikap menghargai semangat berkerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan bersama, mejalin komunikasi, dan memberi
pertolongan pada yang membutuhkan. Pendapat tersebut didukung oleh Purwanti
(2018:178) yang mengemukakan gotong royong adalah mengerjakan suatu hal
dengan bersama-sama guna mendapat hasil yang diinginkan, tindakan ini
mencerminkan semangat bekerja sama untuk menyelesaikan masalah, menjalin
pesahabatan, memberi bantuan pada pihak yang membutuhkan.
Gotong royong bermakna saling bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, menjalin komunikasi dan persaudaraan, berdiskusi guna menyelesaikan
masalah bersama, dan memberikan bantuan kepada pihak yang membutuhkan.

2.2.3.2 Karakter dalam Gotong Royong


Purwanti (2018:180) mengungkapkan ada sebelas nilai pembangun karakter
gotong royong, diantaranya
1) Menghargai
Bermakna menghormati keberadaan orang lain juga harkat
martabatnya, menghargai hasil usaha, pemikiran, dan ciptaannya.
Mengharagai juga bermakna tidak merasa orang lain lebih rendah, membuat
orang merasa berharga, rendah hati, saling percaya, dan tidak sombong.
2) Kerja sama
Berarti usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok guna
mencapai tujuan bersama, subnilai ini berkaitan dengan kerja tim yang akan
menjadi dukungan dan motivasi bagi individu yang tergabung dalam tim.
Kerja sama yang baik akan mempererat hubungan, menambah semangat
persatuan, mempersingkat waktu, meningkatkan semangat, dan
40

meringankan pekerjaan. Nilai yang terkandung dalam kerja sama adalah


menghargai pemikiran orang lain, kebersaman, kepedulian, serta tanggung
jawab.
3) Inklusif
Inklusif berarti sikap yang memandang positif perbedaan sehingga
menimbulkan dorongan untuk belajar tentang perbedaan itu dan
mendapatkan sisi baik yang bermanfaat untuk kehidupan. Sikap ini
mendambakan kebersamaan meski menyadari adanya perbedaan,
menukung terciptanya toleransi, saling menghormati, keadilan, kesetaran,
dan saling berjuang untuk mengatasi kesulitan bersama.
4) Komitmen atas keputusan bersama
Bermakna berteguh jiwa terhadap diri dan orang lain atas keputusan
yang telah disetujui bersama. Komitmen ini mengikat seseorang atas
tindakannya yang berpengaruh terhadap orang lain berkaitan dengan
keputusan yang telah disepakati. Komitmen mengandung kesetiaan,
keteguhan dalam bersikap, toleransi, serta tidak mudah terpengaruh.
5) Musyawarah Mufakat
Musyawarah ialah proses perundingan guna memperoleh keputusan
bersama dari suatu masalah. Mufakat adalah hasil kesepatan dari proses
perundingan bersama. Disimpulkan bahwa musyawarah mufakat adalah
proses perundingan untuk mencapai keputusan bersama dari suatu
permasalahan. Musyawarah mufakat mengandung nilai-nilai saling
menghargai pendapat orang lain, menimbulkan sikap berkomitmen atas
keputusan bersama, menghilangkan perselisihan, menumbuhkan semangat
gotong royong.
6) Tolong Menolong
Tolong menolong sudah ada dari masyarakat tradisional, masyarakat
tersebut saling bantu dan bergantian dalam menggarap sawah. Sikap ini
bermakna saling membantu dan bekerja sama untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Selain itu, sikap tolong menolong memiliki beberapa manfaat
41

yaitu mempererat hubungan, meringankan pekerjaan, menimbulkan


kerukunan, meringankan biaya, dan saling bertukar ide.
7) Solidaritas
Solidaritas bermakna rasa kesatuan, rasa simpati, dan saling
membantu serta rasa peduli untuk orang lain. Munculnya sikap solidaritas
ini disebabkan adanya kebersamaan dalam kurun waktu tertentu. Solidaritas
berkaitan dengan harga diri seseorang juga harga diri kelompok. Solidaritas
mengandung nilai persaudaraan, kepedulian, kepekaan akan lingkungan,
dan rela berkorban.
8) Empati
Dimaknai sebagai kemampuan seseorang dalam mengenali,
mengartikan, dan merasakan perasaan orang lain yang berhubungan dengan
pikiran dan kepercayaannya.
9) Anti Diskriminasi
Berarti tindakan menentang perbedaan perlakuan, perilaku tidak
adil, serta segala bentuk ketimbangan antar individu. Anti diskriminasi
mengandung rasa syukur, rasa persamaan derajat antar manusia, rasa
keadilan, keikhlasan, serta keinginan untuk membantu yang lemah.
10) Anti kekerasan
Bermakna tindakan disengaja untuk membangun suasana belajar
tanpa menyebabkan kesengsaraan maupun kerusakan dari segi fisik,
psikologis, finansial, seksual, ataupun spiritual. Nilai karakter yang
terkandung dalam karakter anti kekerasan meliputi perdamaian, rasa
menghargai orang lain, kesabaran, keteguhan hati, serta pengendalian diri.
11) Kerelawanan
Bermakna ikhlas memberikan waktu, tenaga, pikiran, harta, dan lain
sebagainya kepada orang lain guna mewujudkan tanggung jawab sosial
tanpa pamrih, baik dalam hal imbalan, kedudukan, karier, kepentingan,
ataupun kuasa. Nilai karakter yang terkandung dalam kerelawanan meliputi
keikhlasan, kasih sayang, rasa syukur, dan kerelaan.
42

2.3 Kerangka Berpikir


Tujuan lain dari pembelajaran selain untuk mencapai kompetensi adalah
untuk meningkatkan karakter peserta didik. Pada kenyataannya, dukungan untuk
mencapai kedua hal itu masih kurang. Seperti yang telah diketahui bahwa salah satu
faktor yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan pembelajaran adalah buku
pelajaran yang sesuai. Sesuai dalam artian harus mudah dipahami peserta didik
sehingga bisa dipelajari tanpa bantuan pendidik. Buku tersebut juga mesti bisa
membantu meningkatkan karakter peserta didik. Dalam pembelajaran terkadang
pendidik hanya mencari sumber dari internet bukan buku yang benar-benar sesuai.
Melihat fenomena lunturnya jiwa gotong royong, kurang menghargai,
kurang peduli yang kini dimiliki peserta didik maka muatan nilai gotong royong
perlu diberikan kepada peserta didik, salah satunya dalam buku pengayaan. Peserta
didik juga perlu mengetahui beberapa jenis nilai gotong royong yang harusnya
mereka miliki. Nilai ini akan cocok apabila dituangkan dalam naskah drama.
Apabila tertuang dalam naskah drama, pendidik cenderung lebih mudah
menyampaikan materi karena bisa menggunakan beberapa teknik membelajarkan
naskah drama yang menyenangkan bagi peserta didik. Pada dasarnya ada peserta
didik kesulitan menulis naskah drama, sehingga buku pengayaan menulis naskah
drama akan sangat membantu. Dalam buku pengayaan tersebut juga akan dijelaskan
teknik transformasi yang bisa memudahkan peserta didik dalam menulis naskah
drama.
43

Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut dapat dijabarkan sebagai


berikut dalam bentuk bagan
Bagan 2.1 Kerangka berpikir PengembanganBuku Pengayaan

Analisis Kebutuhan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama


Bermuatan Nilai Gotong Royong

Peserta didik
Pendidik
Lunturnya sikap gotong royong
Penggunaan sumber belajar dan kurangnya buku pedoman
yang masih terbatas
menulis naskah drama.

Kriteria buku pengayaan menulis naskah drama dengan


teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong
royong

Prototipe buku pengayaan menulis naskah drama


dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan
nilai gotong royong

Penilaian Penilaian
Dosen Ahli Pendidik

Buku pengayaan menulis naskah drama dengan


teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai
gotong royong
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Reseach and development, yaitu
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk dan menguji keefektifannya
(Sugiyono, 2017:207). Putra (2015:67) beranggapan research and development
memang bertujuan mencari kebaruan dan keuggulan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengembangkan produk yang bisa digunakan sebagai pendamping
pembelajaran. Ruang lingkup penelitian adalah pengembangan buku pengayaan
menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai
bagi peserta didik SMP, adapun produk yang dihasilkan berupa buku pengayaan
menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai
gotong royong bagi peserta didik SMP.
3.1.2 Desain penelitian
Langkah-langkah penelitian Research and development menurut Sugiyono
(2017:409) meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain
produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk,
(8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal. Penelitian ini
dilakukan sampai langkah kelima, hal ini dilakukan dengan pertimbangan aspek
waktu dan biaya. Meski demikian, tujuan penelitian ini sudah tercapai. Langkah
penelitian diperinci sebagai berikut:
3.1.2.1 Potensi dan masalah
Pada tahap ini dilakukan suatu proses mendapatkan potensi dan masalah
yang nantinya bisa diteliti lebih dalam. Potensi merupakan segala sesuatu yang
memiliki poin tambah apabila didayagunakan. Potensi juga bisa diperoleh dari
masalah yang ada. Masalah bisa diperoleh melalui berbagai metode, misalnya

44
45

wawancara, observasi, angket, dan studi pustaka. Potensi masalah penelitian ini
diperoleh dengan cara observasi dan studi pustaka.
Berdasarkan observasi, materi menulis naskah drama sudah banyak
ditemukan. Ada materi khusus menulis naskah drama, hanya penyajian kurang tepat
karena tidak ditunjukkan langkah menulis secara nyata.
Metode studi pustaka berhasil menemukan potensi masalah lain, yaitu
teknik yang digunakan dalam menulis naskah drama. Teknik transformasi cerita
pendek banyak digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama. Teknik
transformasi cerita pendek dinilai efektif untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam menulis naskah drama.
Selain dua masalah tersebut, nilai gotong royong juga dijadikan sebagai
potensi masalah. Hal ini dikarenakan pembelajaran menulis naskah drama di
sekolah yang diobservasi belum terintegrasi nilai gotong royong.
Berdasarkan potensi masalah tersebut, bisa dikembangkan suatu buku
pengayaan menulis naskah drama yang disusun menggunakan teknik transformasi
cerita pendek serta ditambahkan muatan nilai gotong royong.
3.1.2.2 Pengumpulan data
Setelah mendapatkan potensi masalah, perlu dilakukan pengumpulan data
guna dijadikan bahan perencanaan produk yang diharapkan bisa mengatasi masalah
tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner. Metode ini berupa
penyebaran angket kebutuhan dan angket validasi desain pengembangan buku
pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek
bermuatan nilai gotong untuk peserta didik SMP.
Data kebutuhan diperoleh dari pendidik dan peserta didik di dua Sekolah
Menengah Pertama yang berbeda, yaitu SMP Negeri 38 Semarang dan SMP Negeri
11 Semarang. Data angket validasi desain buku pengayaan menulis naskah drama
diperoleh dari dosen ahli materi menulis naskah drama dan pendidik bahasa
Indonesia.
3.1.2.3 Desain produk
Perencanaan desain produk dilakukan setelah mendapatkan data. Produk
yang dikembangkan berupa buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
46

transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong bagi peserta didik SMP.
Desain produk disusun berdasarkan data kebutuhan terhadap buku pengayaan
menulis naskah drama. Pengembangan desain produk dilakukan dengan
memperhatikan lima aspek, yaitu (1) ketersediaan buku pengayaan, (2) aspek
kebutuhan materi atau isi, (3) aspek penyajian, (4) aspek bahasa, dan (5) aspek
grafika.
3.1.2.4 Validasi Desain
Pada tahap ini dilakukan validasi terhadap desain produk yang telah
dikembangkan oleh dosen ahli materi menulis naskah drama dan pendidik bahasa
Indonesia. Validasi dilakukan guna menemukan kekurangan dari desain produk
buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek
bermuatan nilai gotong royong bagi peserta didik SMP yang dikembangkan. Hasil
validasi akan digunakan sebagai acuan dalam perbaikan produk buku pengayaan
yang dikembangkan.
3.1.2.5 Revisi Produk
Langkah terakhir dari penelitian ini adalah memperbaiki desain produk.
Revisi produk menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek
bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik SMP ini dilakukan dengan
mengacu pada hasil validasi yang dilakukan oleh dosen ahli materi menulis naskah
drama dan pendidik bahasa Indonesia. Saran yang diberikan validator harus
dipertimbangkan dengan baik dalam melakukan perbaikan terhadap produk.
Berikut adalah langkah penelitian ini apabila disajikan dalam bagan
47

Bagan 3.1 Tahap Penelitian


Tahap 1
Potensi dan Masalah
Mencari potensi dan masalah yang berkaitan dengan topik penelitian
melalui metode observasi dan studi pustaka.

Tahap 2
Pengumpulan Data
Mengumpulkan informasi dengan metode angket, yaitu angket
kebutuhan dan angket validasi terhadap buku pengayaan menulis naskah
drama .

Tahap 3
Desain Produk
Perancangan prototipe produk buku pengayaan menulis naskah
drama dengan didasarkan pada hasil analisis kebutuhan pendidik dan
peserta didik.

Tahap 4
Validasi Desain
Prototipe buku pengayaan menulis naskah drama divalidasi oleh
dosen ahli materi menulis naskah drama dan pendidik bahasa Indonesia.

Tahap 5
Memperbaiki prototipe buku pengayaan menulis naskah drama
sesuai hasil validasi.
48

3.2 Wujud Data Penelitian


Wujud data penelitian pengembangan buku pengayaan menulis naskah
drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong
untuk peserta didik SMP adalah sebagai berikut
1.) Data kebutuhan terhadap buku menulis naskah drama berupa skor
kecenderungan pilihan jawaban pendidik dan peserta didik yang diperoleh
berdasarkan angket. Terdapat empat aspek kebutuhan yaitu, aspek materi buku
pengayaan, aspek penyajian, aspek kebahasaan, dan aspek grafika. Data ini
digunakan sebagai dasar penyusunan prototipe buku pengayaan menulis naskah
drama.
2.) Data hasil validasi produk berupa skor penilaian dan saran perbaikan
prototipe buku pengayaan oleh dosen ahli dan pendidik selaku validator, data
digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki prototipe buku pengayaan. Data
validasi meliputi aspek materi, aspek penyajian, aspek kebahasaan, aspek
kegrafikaan, aspek kelengkapan, dan saran perbaikan terhadap buku penyajian
buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita
pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik SMP.

3.3 Sumber Data Penelitian


Sumber data penelitian ini meliputi (1) sumber data kebutuhan terhadap
buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek
bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik SMP dan (2) sumber data uji
validasi prototipe buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik SMP.
Berikut uraiannya
3.3.1 Sumber Data Kebutuhan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
untuk Peserta Didik SMP
Sumber data kebutuhan buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta
didik SMP adalah peserta didik dan pendidik. Berikut penjelasannya
49

1.) Peserta didik


Peserta didik yang menjadi sumber data kebutuhan buku pengayaan
menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan
nilai gotong royong bagi peserta didik SMP adalah peserta didik dari dua
sekolah, yaitu SMP Negeri 11 Semarang dan SMP Negeri 38 Semarang.
Pemilihan dua sekolah tersebut dilakukan dengan pertimbangan. Pertama,
lokasi sekolah yang berjauhan, sekolah-sekolah tersebut terletak di wilayah
yang berbeda. SMP Negeri 11 Semarang terletak di Kecamatan
Gajahmungkur yang termasuk wilayah Semarang selatan. Sedangkan SMP
Negeri 38 Semarang terletak di Kecamatan Semarang Tengah yang temasuk
wilayah Semarang Tengah. Kedua, akreditasi sekolah yang sama. SMP
Negeri 11 Semarang dan SMP Negeri 38 Semarang sama-sama sudah
terakreditasi A. Ketiga, perizinan penelitian di sekolah tersebut tergolong
mudah.
Peserta didik yang dijadikan sampel penelitian adalah peserta didik
kelas VIII SMP. Adapun kelas yang digunakan untuk penelitian ditetukan
secara acak atau dengan mempertimbangkan rekomendasi pendidik mata
pelajaran bahasa Indonesia di sekolah tersebut.
2.) Pendidik
Pendidik yang menjadi sumber data kebutuhan buku pengayaan
menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan
nilai gotong royong untuk peserta didik SMP adalah pendidik bahasa
Indonesia dari dua sekolah yang berbeda. Kedua sekolah tersebut adalah
SMP Negeri 11 Semarang dan SMP Negeri 38 Semarang.
Data kebutuhan terhadap buku pengayaan menulis naskah drama yang
diperoleh dari peserta didik dan pendidik dari sekolah tersebut diharapkan bisa
mewakili kebutuhan dan harapan terkait buku pengayaan yang akan disusun.
50

3.3.2 Sumber Data Uji Validitas Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong
Royong untuk Peserta Didik SMP
Data validasi terhadap terhadap desain produk pengayaan menulis naskah
drama dengan teknik transformasi diperoleh dari dosen ahli materi menulis naskah
drama dan pendidik bahasa Indonesia.
3.4 Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama
dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong bagi
peserta didik SMP berisi asumsi keunggulan buku pengayaan dan asumsi
keterbatasan buku pengayaan
3.4.1 Asumsi keunggulan buku pengayaan
Buku pengayaan yang dikembangkan memiliki keunggulan dibandingkan produk
sejenis. Keunggulan buku pengayaan yang dikembangkan ada empat aspek, yaitu
materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikaan. Berikut penjabarannya
1. Aspek materi
Keunggulan aspek materi buku pengayaan yang dikembangkan adalah
(1) berisi materi yang berkaitan dengan keterampilan menulis naskah drama,
disusun dari berbagai sumber; (2) materi buku disusun dengan
mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan sasaran pembaca, dalam
hal ini adalah peserta didik SMP; (3) terdapat teknik transformasi cerita pendek
dalam menulis naskah drama sehingga memudahkan peserta didik dalam
menulis naskah drama; dan (4) muatan nilai gotong royong bermanfaat
meningkatkan karakter gotong royong pada peserta didik.
2. Aspek penyajian
Keunggulan aspek penyajian buku pengayaan yang dikembangkan adalah
materi disajikan dengan memperhatikan keruntutan buku, agar tidak
membingungkan pembaca dan lebih mudah dipahami.
3. Aspek Kebahasaan
Keunggulan aspek kebahasaan buku pengayaan yang dikembangkan adalah
(1) menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar;(2) penggunaan
51

bahasa yang disesuaikan dengan tingkat keterbacaan peserta didik; dan (3)
memperhatikan penggunaan tanda baca, yaitu titik (.), koma (,), tanda titik dua
(:), tanda petik (“...”) dan sebagainya.
4. Aspek kegrafikaan
Keunggulan aspek kegrafikaan buku pengayaan menulis naskah drama
terletak pada (1) penggunaan huruf yang mudah terbaca dan (2) tampilan setiap
bagian buku berbeda (bagian pengantar materi, bagian isi materi, bagian
rangkuman, dan bagian evaluasi) sehingga tidak menjadi penanda batas tiap
bagian.
3.4.2 Asumsi keterbatasan buku pengayaan
Keterbatasan yang ada dalam buku pengayaan menulis naskah drama
dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk
peserta didik SMP adalah (1) pengembangan buku pengayaan terbatas pada peserta
didik SMP, (2) buku pengayaan hanya mengenai materi menulis naskah drama, dan
(3) validasi prototipe buku pengayaan hanya dilakukan oleh dosen ahli dan pendidik
bahasa Indonesia.
3.5 Instrumen penelitian
Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah angket
kebutuhan dan angket validasi desain produk. Angket kebutuhan digunakan untuk
memperoleh data kebutuhan peserta didik dan pendidik terkait buku pengayaan
menulis naskah drama. Sedangkan angket validasi desain produk digunakan untuk
mengetahui penilaian terhadap buku pengayaan. Jumlah responden dalam
penelitian ini cukup banyak, oleh karena itu
3.5.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen pada penelitian pengembangan buku pengayaan
menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai
gotong royong ini meliputi (1) kisi-kisi instrumen umum penelitian, (2) kisi-kisi
angket kebutuhan buku pengayaan menulis naskah drama, (3) kisi-kisi angket
validasi desain produk buku pengayaan menulis naskah drama.
52

3.5.1.1 Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian


Data dan sumber data terkait buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta
didik SMP tergambar dalam kisi-kisi umum instrumen penelitian. Kisi-kisi umum
instrumen penelitian sebagai berikut.

Tabel 3.1 Kisi-kisi umum intrumen penelitian


No Data Sumber Data Instrumen
1 Kebutuhan buku 1. Pendidik mata 1. Angket kebutuhan
pengayaan menulis pelajaran pendidik terkait
naskah drama dengan Indonesia SMP buku pengayaan
teknik transformasi 2. Peserta didik menulis naskah
cerita pendek SMP: drama.
bermuatan nilai SMP Negeri 11 2. Angket kebutuhan
gotong royong untuk Semarang peserta didik
peserta didik SMP SMP Negeri 38 terhadap buku
Semarang pengayaan menulis
naskah drama.
2 Validasi desain produk 1. Ahli materi 1. Angket validasi
buku pengayaan menulis naskah desain produk buku
menulis naskah drama drama. pengayaan menulis
dengan teknik 2. Pendidik bahasa naskah drama
transformasi cerita Indonesia dengan teknik
pendek bermuatan transformasi cerita
nilai gotong royong pendek bermuatan
untuk peserta didik nilai gotong royong
SMP untuk peserta didik
SMP
53

3.5.1.2 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan Menulis


Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek untuk Peserta
Didik SMP
Kisi-kisi angket kebutuhan pendidik terhadap buku pengayaan menulis
naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek meliputi aspek materi,
aspek penyajian, aspek kebahasaan, dan aspek kegrafikaan. Berikut adalah kisi-
kisi angket kebutuhan pendidik buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta
didik SMP.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan


Menulis Naskah Drama
No Aspek Indikator Nomor Soal
1. Kebutuhan a. Sumber belajar yang 1 dan 2
buku pengayaan digunakan dalam pembelajaran
menulis naskah drama
b. Tanggapan pendidik terhadap 3 dan 4
buku pengayaan menulis
naskah drama
2. Aspek Materi a. Kelengkapan materi buku 5
pengayaan
b. Uraian materi buku pengayaan 6, 7, dan 8
c. Kriteria pemilihan materi buku 9
pengayaan
d. Contoh naskah drama 10,11, 12, dan
13
e. Muatan nilai gotong royong 14 dan 15
f. Muatan teknik transformasi 16 dan 17
cerita pendek
3. Aspek a. Pola penyajian materi 18 dan 19
Penyajian b. Penyajian ilustrasi 20 dan 21
54

c. Penyajian petunjuk 22 dan 23


penggunaan buku
d. Penyajian rangkuman 24 dan 25
4. Aspek Bahasa a. Penggunaan bahasa dalam 26, 27 dan 28
dan buku pengayaan menulis
Keterbacaan naskah drama
b. Penggunaan kata sapaan dalam 29
buku pengayaan menulis
naskah drama
c. Tingkat keterbacaan peserta 30
didik
5. Aspek Grafika a. Warna dan desain sampul buku 31, 32, dan 33
pengayaan menulis naskah
drama
b. Ketebalan buku 34
c. Ukuran buku pengayaan 35
menulis naskah drama
d. Kertas buku 36
e. Ilustrasi 37
f. Bentuk huruf 38
g. Nomor halaman 39
h. Penggunaan simbol 40
6 Harapan Harapan pendidik terhadap buku 41
Pendidik pengayaan

3.5.1.3 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan


Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek untuk
Peserta Didik SMP

Kisi-kisi angket kebutuhan peserta didik terhadap pengembangan buku


pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek
55

meliputi aspek materi, aspek penyajian, aspek kebahasaan, dan aspek kegrafikaan.
Berikut adalah kisi-kisi kebutuhan pendidik buku pengayaan menulis naskah drama
dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk
peserta didik SMP.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan
Menulis Naskah Drama
No Aspek Indikator Nomor Soal
1. Kebutuhan a. Kondisi pembelajaran menulis 1,2, dan 3
buku pengayaan naskah drama.
b. Sumber belajar yang 4 dan 5
digunakan dalam pembelajaran
menulis naskah drama
c. Tanggapan peserta didik 6,7 dan 8
terhadap buku pengayaan
menulis naskah drama
2. Aspek Materi a. Kelengkapan materi buku 9 dan 10
pengayaan
b. Uraian materi buku pengayaan 11 dan 12
c. Penyajian contoh naskah 13, 14, dan 15
drama
d. Muatan nilai gotong royong 16,17,18, dan
19
e. Muatan teknik transformasi 20,21, dan 22
cerita pendek
3. Aspek a. Pola penyajian materi 23, 24, dan 25
Penyajian b. Penyajian ilustrasi 26,27, dan 28
c. Penyajian rangkuman 29 dan 30
4. Aspek Bahasa a. Penggunaan kata sapaan dalam 31
dan buku pengayaan menulis
Keterbacaan naskah drama
56

b. Penggunaan bahasa dalam 32


buku pengayaan menulis
naskah drama
5. Aspek Grafika a. Warna dan desain sampul 33, 34, dan 35
buku pengayaan menulis
naskah drama
b. Ketebalan buku 36
c. Ukuran buku pengayaan 37
menulis naskah drama
d. Ilustrasi buku 38
e. Bentuk huruf 39
f. Komposisi nomor halaman 40
g. Komposisi penggunaan simbol 41
6. Tanggapan a. Harapan peserta didik terkait 42
Peserta didik

3.5.1.4 Kisi-Kisi Angket Validasi Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah


Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek untuk Peserta Didik
SMP
Kisi-kisi angket validasi prototipe buku pengayaan menulis naskah
drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong
meliputi aspek materi bab 1, aspek materi bab 2, aspek materi bab 3, aspek materi
bab 4, aspek penyajian, aspek bahasa, aspek grafika, dan aspek kelengkapan buku.
Berikut adalah tabel yang memuat kisi-kisi angket validasi prototipe buku
pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek.
Tabel. 3.4 Kisi-Kisi Angket Validasi Prototipe Buku Pengayaan
No Aspek Indikator Nomor Soal
1 Materi dalam Kemenarikan pengantar materi 2
Bab 1 Kemudahan materi untuk dipahami 1, 3, 5, 6, 9, dan
10
57

Kesesuaian contoh dengan materi 8


Kelengkapan materi 7
Muatan nilai gotong royong dalam
4
materi
Kesesuaian rangkuman dengan isi bab 1 11
2 Materi dalam Kemenarikan pengantar materi 13
bab 2 Kemudahan materi untuk dipahami 12, 14, dan 16

Kesesuaian contoh dengan materi 17


Muatan nilai gotong royong dalam
15
materi
Evaluasi mudah dipahami 18

Kesesuaian rangkuman dengan isi bab 2 19

3 Materi dalam Kemenarikan pengantar materi 21


bab 3 Kemudahan materi untuk dipahami 20, 22, dan 23
Kelengkapan materi 24
Evaluasi mudah dipahami 25
Kesesuaian rangkuman dengan isi bab 3 26
4 Materi dalam Muatan nilai gotong royong dalam
27,28, dan 29
bab 4 contoh
5 Penyajian Kesistematisan dan kekonsistenan
30
materi materi
Keseimbangan penyajian teori dan
31
contoh
Keterpusatan penyajian materi 32
kefleksibelan materi untuk digunakan
33
berbagai kalangan
6 Bahasa Ketepatan penggunaan bahasa
34
Indonesia yang baik dan benar
58

Kesesuaian bahasa dengan tingkat


35
perkembangan peserta didik
Ketepatan pengembangan paragraf 36
ketepatan penggunaan tanda baca 37
7 Grafika kemenarikan sampul buku 38
ketepatan penggunaan huruf 39
ketepatan jenis kertas buku 40
ketepatan tata letak materi 41
ketepatan tata letak ilustrasi 42
8 Kelengkapan Kelengkapan halaman pendukung 43
buku kesesuaian halaman hak cipta 44
kesesuaian halaman prakata 45
kesesuaian nomor halaman dalam daftar
46
isi
kelengkapan halaman glosarium 47

kelengkapan halaman biodata penulis 48

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
angket. Angket yang digunakan berupa angket kebutuhan dan angket validasi.
Angket kebutuhan ditujukan kepada pendidik dan peserta didik untuk memperoleh
data yang dibutuhkan dalam pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama
dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk
peserta didik SMP. Angket validitas digunakan untuk memperoleh penilaian
prototipe buku pengayaan menulis naskah drama yang dikembangkan dan dijadikan
pedoman dalam perbaikan buku pengayaan menulis naskah drama.
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data Kebutuhan Pendidik dan Peserta Didik
Terhadap Pengembangan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
Angket kebutuhan terhadap pengembangan buku pengayaan menulis
naskah drama ditujukan untuk pendidik dan peserta didik. Angket kebutuhan diisi
59

sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pendidik dan peserta didik. Angket
kebutuhan pengembangan buku pengayaan diisi oleh pendidik dan peserta didik
dari dua sekolah, yaitu SMP Negeri 11 Semarang dan SMP Negeri 38 Semarang.
Berikut penjelasan teknik pengumpulan data kebutuhan peserta didik dan pendidik.
3.6.1.1 Pengumpulan Data Kebutuhan Pendidik
Pengumpulan data kebutuhan pendidik terkait pengembangan buku
pengayaan menulis naskah drama dilakukan setelah penyusunan angket selesai.
Angket kebutuhan diisi oleh pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII
dari dua sekolah. Pendidik pertama adalah Eli Ambar, S.Pd. selaku pendidik mata
pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 11 Semarang dan Sri Winarni, S.Pd
selaku pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 38 Semarang.
Pengisian angket kebutuhan dilakukan pada jam pembelajaran, dengan kesepakatan
pendidik dan peneliti.
3.6.1.2 Pengumpulan Data Kebutuhan Peserta Didik
Data kebutuhan peserta didik terhadap pengembangan buku pengayaan
menulis naskah drama diperoleh dari 60 peserta didik dari dua sekolah. 29 peserta
didik berasal dari SMP Negeri 11 Semarang dan 31 peserta didik berasal dari SMP
Negeri 38 Semarang. Kelas yang dijadikan sampel penelitian ditentukan
berdasarkan saran pendidik. Pengisian angket dilakukan pada jam pembelajaran
bahasa Indonesia dengan waktu dua jam pembelajaran. Sebelum mengisi angket
kebutuhan, peserta didik akan diberi penjelasan mengenai petunjuk pengisian
angket. Setelah pengisian angket selesai dilakukan, angket dikumpulkan langsung
kepada peneliti.
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data Validasi Prototipe Buku Pengayaan Menulis
Naskah Drama
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data hasil validasi prototipe
buku pengayaan menulis naskah drama adalah teknik angket. Uji validasi dilakukan
oleh satu pendidik bahasa Indonesia SMP dan dua dosen yang menguasai materi
menulis naskah drama. Pendidik yang memvalidasi prototipe buku pengayaan
adalah Sri Winarni, S.Pd., sedangkan dosen yang memvalidasi prototipe buku
pengayaan adalah Suseno, S.Pd, M.A. dan Muhamad Burhanudin, S.S., M.A.
60

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis datar
deskriptif kualitatif untuk menguraikan kebutuhan pendidik dan peserta didik, dan
untuk menjelaskan hasil penilaian prototipe buku pengayaan menulis naskah drama
yang disusun.
3.7.1 Teknik Analisis Data Kebutuhan Pendidik dan Peserta didik Terhadap
pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama
Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk menganalisis data penelitian
yaitu tahap persiapan, tabulasi, dan penarikan simpulan. Pada tahap persiapan,
peneliti akan mengecek kelengkapan data dan mereduksi data. Tahap selanjutnya
adalah tabulasi data, data penelitan disajikan dalam tabel untuk mempermudah
penarikan simpulan. Tahap terakhir adalah penarikan simpulan, simpulan diperoleh
dengan melihat skor tertinggi dari pilihan jawaban.
3.7.2 Teknik Analisis Data Validasi Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah
Drama
Analisis data validasi prototipe buku pengayaan dilakukan untuk
mengetahui kelayakan desain produk yang dikembangkan. Langkah yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut
1. Menjelaskan hasil validasi prototipe buku pengayaan menulis naskah
drama, dengan melakukan tabulasi data terlebih dahulu.
2. Membuat kriteria kelayakan produk yang dikembangkan. Kriteria tersebut
digunakan untuk mengukur kelayakan produk yang dikembangkan.
Langkah penyusunan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menentukan skor nilai tertinggi = 100%
b. Menentukan skor nilai terendah = 25%
c. Menentukan rentang nilai = 100%-25% =75%
d. Jumlah skor = 4
e. Menentukan panjang interval = 75%/ 4 = 18,75% dibulatkan
menjadi 19%
f. Menentukan interval kelayakan yang dikehendaki (sangat layak, layak,
cukup layak, dan kurang layak)
61

Tabel 3.5 Kriteria Kelayakan Produk


Presentase Kelayakan Produk Interpretasi
81%-100% Sangat layak
62%-80% Layak
43%-61% Cukup layak
24%-42% Kurang

3. Mengubah data validasi desain menjadi berbentuk kualitatif


Data Kualitatif Data Kuantitatif
Sangat layak 4
Layak 3
Cukup layak 2
Kurang 1
4. Menghitung presentase skor yang diperoleh dan mencari rata-rata semua
indikator

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Persentase skor = x 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hal yang dipaparkan dalam bagian ini adalah hasil penelitian, meliputi
(1) hasil analisis kebutuhan peserta didik dan pendidik terhadap buku pengayaan
menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai
gotong royong untuk peserta didik SMP; (2) kriteria penyusunan buku pengayaan
menulis naskah drama; (3) prototipe buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta
didik SMP; (4) hasil validasi prototipe buku pengayaan menulis naskah drama
dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk
peserta didik SMP; dan (5) perbaikan prototipe buku pengayaan menulis naskah
drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong
untuk peserta didik SMP.

4.1.1 Kebutuhan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik


Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk
Peserta Didik SMP
Hasil analisis kebutuhan dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan
buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek
bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik SMP. Hasil analisis tersebut
diperoleh berdasarkan anaslisis kebutuhan pendidik dan peserta didik yang berupa
angket kebutuhan terhadap buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik SMP.
Berikut adalah pemaparan hasil analisis kebutuhan pendidik dan peserta didik
terhadap buku pengayaan menulis naskah drama.

62
63

4.1.1.1 Hasil Analisis Angket Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan


Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek
Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk Peserta Didik SMP
Analisis kebutuhan pendidik diperoleh berdasarkan angket kebutuhan
pendidik terhadap buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong. Angket kebutuhan
diberikan kepada dua pendidik dari sekolah yang berbeda yaitu SMP Negeri 11
Semarang dan SMP Negeri 38 Semarang.

Hasil analisis angket kebutuhan terhadap pendidik menunjukkan bahwa


dalam pembelajaran menulis naskah drama dibutuhkan buku pengayaan sebagai
pendamping belajar menulis naskah drama. Aspek kebutuhan pendidik
dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1) bentuk fisik buku pengayaan menulis naskah
drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong dan
2) harapan pendidik terhadap buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik SMP.

4.1.1.1.1 Aspek Bentuk Fisik Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong

Hasil analisis kebutuhan pendidik terhadap buku pengayaan menulis naskah


drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong
dalam aspek bentuk fisik dikelompokkan menjadi tujuh aspek, yaitu (a) aspek
ketersediaan terhadap buku pengayaan di sekolah, (b) aspek muatan nilai gotong
royong, (c) aspek muatan teknik transformasi cerita pendek, (d) aspek materi atau
isi buku, (e) aspek penyajian, (f) aspek bahasa, dan (g) aspek grafika. Penjelasan
mengenai tujuh aspek buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong disajikan dalam tebel
berikut.
a.) Ketersediaan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
Aspek kebutuhan buku pengayaan menulis naskah drama didasarkan
pada ketersediaan buku pengayaan yang ada di sekolah. Aspek kebutuhan buku
pengayaan menulis naskah drama dibagi menjadi tiga subaspek. Pertanyaan
64

yang disusun berdasarkan tiga subaspek tersebut berjumlah empat. Penjelasan


hasil analisis aspek ketersediaan buku pengayaan menulis naskah drama di
sekolah disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Ketersediaan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama di


Sekolah

Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Presenta
Jumlah
se (%)
a. Penggunaan 1. Buku apa saja Buku teks
2 100%
sumber belajar yang Bapak/Ibu kurikulum 2013
yang gunakan untuk Modul 0 0%
menunjang membelajarkan Buku referensi 0 0%
pembelajaran materi menulis LKS 1 50%
menulis naskah drama? Lainnya
naskah drama (Boleh lebih 0 0%
dari satu)
2. Sudahkah 0 0%
Sudah pernah
Bapak/Ibu
Belum pernah 2 100%
menggunakan
Lainnya 0 0%
buku pengayaan
untuk
membantu
peserta didik
memahami
materi menulis
naskah drama?
b. Ketersediaan 3. Apakah Sudah pernah 1 50%
buku Bapak/Ibu Belum pernah 1 50%
65

pengayaan sudah pernah Lainnya 0 0%


menulis menjumpai
naskah drama buku pengayaan
menulis naskah
drama?
c. Kualitas buku 4. Bagaimana Bagus
atau sumber kualitas buku Cukup 1 50%
belajar yang teks yang Kurang 1 50%
digunakan Bapak/Ibu Lainnya 0 0%
dalam gunakan dalam
pembelajaran pembelajaran
menulis menulis naskah
naskah drama drama?
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahi bahwa jumlah pendidik yang
menjadi responden. Pada subaspek buku pengayaan yang digunakan dalam
pembelajaran menulis naskah drama di sekolah menunjukkan pendidik yang
menggunakan buku teks bahasa Indonesia kelas VIII SMP/MTs edisi 2013 revisi
adalah 100% dan 50% dari pendidik tersebut menggunakan LKS sebagai
pendamping pembelajaran. Pertanyaan kedua berupa buku penggunaan buku
pengayaan dalam pembelajaran menulis naskah drama, pendidik 100% belum
menggunakan buku pengayaan dalam pembelajaran menulis naskah drama.
Pada subaspek kedua terkait ketersediaan buku pengayaan menulis
naskah drama, responden yang sudah pernah menjumpai buku pengayaan buku
pengayaan 50%, sedangkan responden yang belum menjumpai buku pengayaan
menulis naskah drama 50%. Pada subaspek kualitas buku yang digunakan
sebagai sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah
drama, 50% pendidik mengatakan buku teks bahasa Indonesia kelas VIII
SMP/MTs sudah cukup sebagai sumber belajar yang digunakan dalam
pembelajaran menulis naskah drama. Sedangkan, 50% pendidik
mengungkapkan bahwa buku terkait buku teks tersebut kurang. Tidak ada (0%)
pendidik yang menyatakan kualitas buku tersebut bagus.
66

Simpulan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas adalah sebanyak


100% pendidik menggunakan buku teks bahasa Indonesia kelas VIII SMP/MTs
sebagai sumber pembelajaran menulis naskah drama. 50% pendidik
menganggap kualitas buku pengayaan tersebut cukup, sedangkan 50% yang lain
menyatakan buku tersebut kurang. Dalam hal menjumpai buku pengayaan
menulis naskah drama, 50% pendidik menjawab sudah, 50% menjawab belum.
b.) Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
Berdasarkan Aspek Materi Atau Isi Buku
Kebutuhan aspek materi digolongkan menjadi enam subaspek, dari enam
subaspek tersebut dibagi menjadi tiga belas pertanyaan. Berikut penjelasan hasil
analisis aspek materi buku pengayaan menulis naskah drama.
Tabel 4.2 Data Kebutuhan Pendidik Terhadap Aspek Materi Buku Pengayaan.
Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Presenta
Jumlah
se (%)
a.Kelengkapan 1. Menurut Materi naskah 0 0%
materi buku Bapak/Ibu apa drama
pengayaan saja yang perlu Materi dan 0 0%
ada dalam buku contoh naskah
pengayaan drama
menulis naskah Materi, contoh 0 0%
drama? naskah drama,
dan
rangkuman
Materi, 2 100%
contoh,
rangkuman,
dan latihan
67

2. Menurut Menambahkan 0 0%
Bapak/Ibu muatan nilai
bagaimana gotong royong
penyusunan pada materi
buku pengayaan Menambahkan 1 50%
menulis naskah muatan nilai
drama dengan gotong royong
teknik pada contoh.
transformasi
cerita pendek Menambahkan 1 50%
bermuatan muatan nilai
muatan nilai gotong royong
gotong royong? pada materi
dan contoh

b.Uraian materi 3. Bagaimana Dijelaskan 0 0%


buku cara pemaparan dengan banyak
pengayaan materi dalam istilah asing
Dijelaskan 0 0%
dengan
buku pengayaan
bertele-tele
menulis naskah
Dijelaskan 2 100%
drama?
dengan singkat
dan padat
4. Bagaimana Menulis 0 0%
sumber materi pendapat ahli
dalam Menulis 0 0%
penyusunan pendapat
penulis
68

teori dalam Menulis 2 100%


buku pengayaan pendapat
menulis naskah penulis dengan
drama yang diperkuat
dapat pendapat ahli
memudahkan
peserta didik
memahami
materi?
c. Kriteria 5. Bagaimana Materi harus 1 50%
pemilihan kriteria isi menjaga
materi buku materi dalam kebenaran dan
pengayaan buku pengayaan keakuratan
menulis naskah dengan
drama yang disertai
Bapak/Ibu sumber
harapkan? Materi harus 0 0%
menyesuaikan
perkembangan
ilmu
Materi harus 1 50%
mendukung
pencapaian
tujuan
pendidikan
nasional
d. Contoh 6. Di mana letak Sebelum 0 0%
naskah drama penyajian materi
contoh naskah Sesudah 2 100%
drama yang materi
69

Bapak/Ibu
harapkan?
7. Penyajian Contoh 0 0%
contoh naskah ditambahkan
drama yang muatan gotong
mudah royong
dimengerti oleh
peserta didik Contoh 2 100%
adalah ditambahkan
dengan…. muatan gotong
royong dan
diberi
penjelasan
8. Menurut 2 naskah 1 50%
Bapak/Ibu drama
berapa contoh
naskah drama
yang harus
termuat dalam
buku pengayaan 3 naskah 1 50%

menulis naskah drama

drama dengan
teknik
transformasi
cerita pendek
bermuatan nilai
gotong royong?
9. Menurut Sekolah 0 0%
Bapak/Ibu latar Tempat wisata 0 0%
tempat apa yang Lingkungan 1 50%
70

sebaiknya ada Kombinasi 1 50%


dalam contoh sekolah dan
naskah drama? lingkungan
e. Muatan nilai 10. Apabila nilai Penambahan 2 100%
gotong royong gotong royong jenis nilai
ditambahkan gotong royong
dalam buku dan contoh
pengayaan penerapan di
menulis naskah lingkungan
drama, sekolah
bagaimana Penambahan 0 0%
penyajian jenis nilai
ulasan yang gotong royong
baik menurut dan contoh
Bapak/Ibu? penerapan di
lingkungan
masyarakat
11. Nilai gotong Antikekerasan 2 100%
royong apa saja Antidiskrimin 0 0%
yang Bapak/Ibu asi
harapkan ada Empati 0 0%
dalam buku
pengayaan Musyawarah 1 50%
menulis naskah mufakat
drama? (Boleh
lebih dari satu)

F. Teknik Ya 2 100%
12. Menurut
transformasi
Bapak/Ibu
cerita pendek
apakah menulis
71

naskah drama Tidak 0 0%


dengan teknik
transformasi
cerita pendek
akan lebih
mudah
dilakukan?
13. Bagaimana Penjelasan 0 0%
ulasan teknik teknik
transformasi transformasi
cerita pendek Penjelasan 2 100%
yang Bapak/Ibu teknik
harapkan ada transformasi
dalam buku disertai contoh
pengayaan
menulis naskah
drama?

Berdasarkan tabel 4.2 Kebutuhan pendidik terkait materi buku


pengayaan pada subaspek pelengkapan buku terlihat hal yang perlu ada dalam
buku pengayaan, 0% responden memilih materi naskah drama, 0% memilih
materi dan contoh naskah drama, 0% memilih materi, contoh naskah drama, dan
rangkuman. 100% pendidik memilih materi, contoh, rangkuman, dan latihan ada
dalam buku pengayaan menulis naskah drama.
Pada pertanyaan kedua, penyusunan buku pengayaan menulis naskah
drama dengan teknik transformasi cerita pendek, 0% responden memilih
menambahkan muatan nilai gotong royong pada materi, 50% responden memilih
muatan menambahkan nilai gotong royong pada contoh, dan 50% responden
memilih menambahkan muatan nilai gotong royong pada materi dan contoh
naskah drama.
72

Pada subaspek kedua terkait uraian materi buku pengayaan, 0% pendidik


memilih materi buku pengayaan dipaparkan dengan menggunakan istilah asing,
0% responden memilih materi dijelaskan dengan bertele-tele, dan 100%
responden memilih materi dipaparkan dengan singkat dan padat. Pada
pertanyaan sumber materi buku pengayaan, 0% pendidik memilih sumber
berasal dari pendapat ahli, 0% pendidik memilih sumber berasal dari pendapat
penulis, dan 100% memilih sumber berasal dari pendapat penulis diperkuat
pendapat ahli.
Pada subaspek ketiga terkait kriteria pemilihan materi buku pengayaan
menulis naskah drama, 50% pendidik memilih materi harus dijaga kebenaran
dan keakuratan dengan disertai sumber, 0% pendidik mengatakan materi harus
menyesuaikan perkembangan ilmu, dan 50% pendidik menyatakan materi harus
mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pada subaspek keempat terkait contoh naskah drama, 0% pendidik
memilih contoh naskah drama disajikan sebelum materi, sedangkan 100%
pendidik mengatakan contoh naskah drama disajikan sesudah materi. Pada
pertanyaan kedua, penyajian contoh naskah yang mudah dimengerti peserta
didik, 0% pendidik memilih contoh ditambahkan muatan gotong royong,
sedangkan 100% pendidik memilih contoh diambah muatan nilai gotong royong
serta penjelasan.
Pada pertanyaan ketiga, jumlah contoh naskah drama yang termuat
dalam buku pengayaan, 50% responden memilih dua naskah drama dan 50%
lainnya memilih tiga contoh naskah drama. Pada pertanyaan latar tempat yang
ada dalam contoh naskah drama, 0% responden memilih sekolah, 0% responden
memilih lingkungan, 50% responden memilih lingkungan, dan 50% responden
memilih kombinasi sekolah dan lingkungan.
Pada subaspek kelima terkait muatan nilai gotong royong, 100%
pendidik mengatakan penyajian nilai gotong royong dilakukan dengan
penambahan jenis nilai dan contoh penerapan di lingkungan sekolah, sedangkan
0% memillih penyajian nilai gotong royong adalah dengan penambahan jenis
nilai dan contoh penerapan di lingkungan masyarakat. Pada pertanyaan
73

selanjutnya, nilai gotong royong yang diharapkan hadir dalam buku pengayaan
menulis naskah drama, 100% responden mengharapkan subnilai antikekerasan
dihadirkan dalam buku pengayaan, 0% responden mengharapkan subnilai
antidiskriminasi ditambahkan dalam buku pengayaan, 0% responden memilih
nilai empati dihadirkan dalam buku pengayaan, dan 50% dari responden tersebut
juga memilih menambahkan nilai musyawarah mufakat.
Pada subaspek keenam yaitu teknik transformasi cerita pendek, 100%
pendidik mengatakan sudah menganggap bahwa menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek lebih mudah dilakukan, sedangkan 0%
pendidik beranggapan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita
pendek tidak lebih mudah dilakukan. Pada pertanyaan ulasan teknik transformasi
cerita pendek, 0% pendidik menginginkan penjelasan teknik transformasi cerita
pendek, sedangkan 100% pendidik mengharapkan teknik transformasi
dijelaskan dan disertai contoh.
Berdasarkan jawaban-jawaban pendidik terkait aspek materi buku
pengayaan menulis naskah drama, disimpulkan bahwa 100% pendidik
mengharapkan materi naskah drama, contoh naskah drama, rangkuman, dan
latihan dihadirkan dalam buku pengayaan menulis naskah drama. 50% pendidik
mengharapkan muatan nilai gotong royong disajikan pada contoh, sedangkan
50% mengharapkan muatan disajikand dalam materi dan contoh. Berkaitan
uraian materi pada buku pengayaan, 100% responden memilih materi dijelaskan
dengan singkat dan padat. Pada sumber materi, 100% pendidik mengharapkan
sumber berasal dari pendapat penulis dengan diperkuat pendapat ahli. Pada
kriteria isi buku pengayaan, 50% responden mengharapkan materi tersebut
dijaga kebenaran dan keakuratan sumbernya, sedangkan 50% lainnya
mengharapkan materi yang bisa mendukung pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
Contoh naskah drama diharapkan terletak sesudah materi oleh 100%
responden. Adapun jumlah naskah drama yang diharapkan oleh 50% responden
adalah dua contoh naskah drama, sedangkan 50% lainnya mengharapkan tiga
contoh. Latar tempat yang diharapkan ada dalam contoh naskah drama yang
74

disajikan adalah lingkungan sebanyak 50%, sedangkan kombinasi sekolah dan


lingkungan dipilih oleh 50% responden lainnya. 100% responden berharap jenis
nilai gotong royong dan contoh penerapan di lingkungan diulas dalam buku
pengayaan menulis naskah drama. 100% pendidik memilih subnilai
antikekerasan disajikan dalam buku pengayaan menulis naskah drama, 50% dari
pendidik tersebut juga mengharapkan subnilai musyawarah mufakat hadir dalam
buku pengayaan menulis naskah drama.
100% responden beranggapan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek lebih mudah dilakukan. Adapun penyajian ulasan
teknik transformasi cerita pendek diharapkan oleh 100% responden untuk
dijelaskan disertai diberi contoh.
c.) Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
Berdasarkan Aspek Penyajian
Kebutuhan aspek penyajian digolongkan menjadi empat subaspek, dari
empat subaspek tersebut dibagi menjadi delapan pertanyaan. Berikut penjelasan
hasil analisis aspek penyajian buku pengayaan menulis naskah drama.
Tabel 4.3 Data Kebutuhan Pendidik Terhadap Aspek Penyajian Buku
Pengayaan.
Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Presenta
Jumlah
se (%)
a. Pola 1. Pola Inti materi berada 1 50%
penyajian penyajian di awal bab
materi materi seperti Inti materi berada 0 0%
apa yang di akhir bab
Bapak/Ibu Inti materi berada 1 50%
harapkan? di awal dan akhir
bab
75

2.Bagaimana 1. Pengantar 1 50%


sistematika 2. Isi atau teori
penataan bab 3.Contoh
yang Bapak/Ibu 4. Rangkuman
harapkan ? 5. Latihan
1. Contoh 0 0%
2.Pengantar
3.Isi atau teori
4.Rangkuman
5.Latihan
1. Pengantar 1 50%
2.Contoh
3.Isi atau teori
4.Rangkuman
5.Latihan
b. Pola 3. Bagaimana Hitam dan putih 0 0%
penyajian ilustrasi yang Gambar cerah 2 100%
ilustrasi atau ada dalam buku Lainnya 0 0%
gambar dalam pengayaan
buku menulis naskah
pengayaan drama
bermuatan nilai
gotong royong?
4. Menurut Tiap bab 1 50%
Bapak/Ibu, pada Tiap contoh 1 50%
bagian mana naskah drama
saja ilustrasi
atau gambar
disajikan dalam
76

buku
pengayaan?

c.Penyajian 5. Jika disajikan Dibuat dalam 2 100%


petunjuk petunjuk bentuk butir-butir
penggunaan penggunaan Dibuat dalam 0 0%
buku buku, bentuk paragraf
bagaimana Lainnya 0 0%
bentuk
penyajian
penggunaan
buku yang
Bapak/Ibu
harapkan?
6. Menurut Setiap bab 0 0%
Bapak/Ibu, di Bagian awal buku 2 100%
bagian mana secara
petunjuk buku keseluruhan
disajikan? Lainnya 0 0%
d.Pola penyajian 7. Bagaimana Disajikan dalam 0 0%
rangkuman penyajian kolom
rangkuman Disajikan dalam 1 50%
yang Bapak/Ibu bentuk paragraf
harapkan? singkat dan jelas
( Boleh lebih Disajikan dengan 0 0%
dari satu) disertai gambar
Disajikan dalam 1 50%
bentuk butir-butir
Lainnya 0 0%
77

8. Menurut Bagian akhir tiap 2 100%


Bapak/Ibu, di bab
bagian mana Bagian akhir buku 0 0%
rangkuman secara
buku disajikan? keseluruhan
Lainnya 0 0%

Berdasarkan tabel 4.3 Kebutuhan penyajian buku pengayaan menulis


naskah drama, pada subaspek penyajian materi 50% pendidik memilih peletakan
inti materi berada di awal bab, 0% pendidik memilih inti materi berada di akhir
bab, dan 50% pendidik memilih inti materi di awal dan akhir bab. Pada
pertanyaan kedua, yaitu sistematika penataan bab, 50% pendidik mengharapkan
penataan bab adalah (1) pengantar, (2) isi atau teori, (3) contoh, (4) rangkuman,
dan (5) latihan. Tidak ada pendidik (0%) yang memilih penataan bab (1) contoh,
(2) pengantar, (3) isi atau teori, (4) rangkuman, dan (5) latihan. Pendidik yang
memilih sistematika penataan bab (1) pengantar, (2) contoh, (3) isi atau teori, (4)
rangkuman, dan (5) latihan adalah 50%.
Pada subaspek kedua yaitu pola penyajian ilustrasi, tidak ada (0%)
pendidik memilih ilustrasi disajikan dengan warna hitam dan putih, sedangkan
gambar berwarna cerah dipilih oleh 100% pendidik. 50% pendidik
mengharapkan ilustrasi dihadirkan pada setiap bab, sedangkan 50% pendidik
mengharapkan ilustrasi disajikan pada setiap contoh naskah drama. Pada
subaspek penyajian petunjuk penggunaan buku 100% pendidik memilih
petunjuk penggunaan buku dibuat dalam bentuk butir-butir dan 0% pendidik
memilih penyajian dalam bentuk paragraf. Tidak ada pendidik (0%) yang
mengharapkan buku pengayaan disajikan pada setiap bab, sedangkan pendidik
yang memilih petunjuk penggunaan buku disajikan pada bagian awal buku
secara keseluruhan adalah 100%.
Pada subaspek pola penyajian rangkuman, pendidik yang memilih
disajikan dalam bentuk kolom 0%, 50% pendidik berangkapan rangkuman lebih
78

baik disajikan dalam bentuk paragraf singkat dan jelas, tidak ada pendidik (0%)
yang mengharapkan penambahan gambar pada rangkuman, sedangkan 50%
pendidik mengharapkan rangkuman disajikan dalam bentuk butir-butir. 100%
pendidik mengharapkan rangkuman disajikan di akhir tiap bab, sedangkan tidak
ada pendidik (0%) memilih rangkuman disajikan di akhir buku secara
keseluruhan.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terkait aspek
penyajian, pada subaspek penyajian mteri pendidik yang memilih inti berada di
awal bab dan inti materi di awal serta akhir bab imbang yaitu 50%. Pada
pertanyaan pola penataan bab, 50% pendidik memilih bab ditata dengan
pengantar, isi, contoh, rangkuman dan latihan, sedangkan 50% lainnya memilih
pengantar, contoh, isi, rangkuman, dan latihan.
100% pendidik mengharapkan ilustrasi berwarna cerah, untuk peletakan
ilustrasi 50% pendidik menginginkan di tiap bab, sedangkan 50% pendidik
lainnya mengharapkan di tiap contoh naskah drama. Dalam hal penyajian
rangkuman, 50% pendidik berharap rangkuman disajikan dalam bentuk butir-
butir sedangkan 50% yang lain menginginkan dalam bentuk paragraf. 100%
pendidik berharap rangkuman berada pada tiap akhir bab.
d.) Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
Berdasarkan Aspek bahasa
Kebutuhan aspek bahasa digolongkan menjadi dua subaspek, dari dua
subaspek tersebut dibagi menjadi empat pertanyaan. Berikut penjelasan hasil
analisis aspek bahasa buku pengayaan menulis naskah drama.
79

Tabel 4.4 Data Kebutuhan Pendidik Terhadap Aspek Bahasa Buku Pengayaan.
Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Presenta
Jumlah
se (%)
a.Penggunaan 1. Menurut Menggunakan 0 0%
gaya bahasa Bapak/Ibu, bahasa
dan pilihan bagaimana Indonesia yang
kata dalam sebaiknya baik dan benar
buku penggunaan sesuai PUEBI
pengayaan bahasa dalam Menggunakan 0 0%
buku pengayaan bahasa
menulis naskah Indonesia yang
drama? bertele-tele
Menggunakan 2 100%
bahasa
Indonesia yang
jelas dan mudah
dipahami
Lainnya 0 0%
2. Bagaimanakah Banyak
pilihan kata menggunakan
dalam buku istilah dalam
pengayaan ilmiah dan asing 0 0%
menulis naskah Mengunakan
drama yang istilah bahasa
Bapak/Ibu sehari-hari 2 100%
harapkan? Lainnya
0 0%
3. Menurut Kalian 1 50%
Bapak/Ibu, Kamu 1 50%
80

bagaimana kata Anda 0 0%


sapaan yang Lainnya 0 0%
tepat digunakan
dalam buku
pengayaan
menulis naskah
drama?
b. Tingkat 4. Menurut Penggunaan 1 50%
keterbacaan Bapak/Ibu, bahasa yang
peserta didik bagaimana sesuai dengan
tingkat kaidah bahasa
keterbacaan isi Indonesia
buku pengayaan Penggunaan 1 50%
yang sesuai bahasa yang
dengan bahasa sesuai dengan
dan kemampuan
perkembangan membaca
peserta didik ? peserta didik
Lainnya 0 0%

Berdasarkan tabel 4.4 kebutuhan pendidik terkait aspek bahasa buku


pengayaan, tidak ada pendidik (0%) yang memilih bahasa Indonesia sesuai
PUEBI untuk peserta didik dan bahasa Indonesia yang bertele-tele 100%
pendidik mengharapkan bahasa Indonesia yang jelas dan mudah dipahami
peserta didik digunakan dalam buku pengayaan menulis naskah drama. Pada
pertanyaan pilihan kata yang digunakan dalam buku pengayaan, tidak ada (0%)
pendidik yang mengharapkan penggunaan istilah dan bahasa asing, sedangkan
100% pendidik mengharapkan penggunaan istilah bahasa sehari-hari dalam
buku pengayaan menulis naskah drama tersebut. Pendidik yang mengharapkan
penggunaan kata sapaan dalam buku pengayaan dengan kata kalian ada 50%,
50% lainnya mengharapkan penggunaan kata kamu.
81

Pada subaspek tingkat keterbacaan peserta didik, 50% pendidik


megharapkan penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia,
sedangkan 50% pendidik mengharapkan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
tingkat kemampuan peserta didik.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan terkait aspek kebahasaan buku
pengayaan, 100% pendidik mengharapkan bahasa yang digunakan adalah bahas
Indonesia yang jelas dan mudah dipahami, 100% pendidik juga mengharapkan
penggunaan istilah bahasa sehari-hari. Pendidik yang memilih kata sapaan dalam
buku pengayaan adalah kamu sebanyak 50% dan kalian sebanyak 50%.
Berkaitan dengan tingkat keterbacaan peserta didik, 50% pendidik
mengharapkan bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia, sedangkan 50% lainnya
mengharapkan sesuai dengan tingkat kemampuan membaca peserta didik.
e.) Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
Berdasarkan Aspek Grafika
Kebutuhan aspek grafika digolongkan menjadi tujuh subaspek, dari tujuh
subaspek tersebut dibagi menjadi sepuluh pertanyaan. Berikut penjelasan hasil
analisis aspek grafika buku pengayaan menulis naskah drama.

Tabel 4.5 Data Kebutuhan Pendidik Terhadap Aspek Grafika Buku Pengayaan.
Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Presenta
Jumlah
se (%)
a. Sampul buku 1. Menurut Cerah 2 100%
Bapak/Ibu Gelap 0 0%
bagaimana warna Perpaduan
sampul yang warna gelap
sesuai untuk buku dan cerah 0 0%
pengayaan Lainnya 0 0%
menulis naskah
drama bermuatan
82

nilai gotong
royong?

Judul dan 1 50%


2. Menurut
subjudul
Bapak/Ibu,
Judul dan 0 0%
apakah
ilustrasi
komponen yang
gambar
sesuai untuk
Judul, 1 50%
mengisi kover
subjudul, dan
atau kulit depan
ilustrasi
buku pengayaan
gambar
menulis naskah
Lainnya 0 0%
drama?

3. Menurut Biodata 0 0%

Bapak/Ibu, penulis

apakah Gambaran 2 100%

komponen yang umum tentang

sesuai untuk isi buku atau

mengisi kover synopsis

atau kulit buku Biodata 0 0%

bagian belakang penulis dan

buku pengayaan sinopsis buku

menulis naskah Lainnya 0 0%

drama?

b.Komposisi 4. Menurut 70-80 halaman 2 100%


ketebalan Bapak/Ibu berapa 81-90 halaman 0 0%
buku jumlah halaman 91-100 0 0%
yang sesuai untuk halaman
83

buku pengayaan Lainnya 0 0%


menulis naskah
drama?
c. Ukuran dan B5 (176 x 250 0 0%
5. Berapa ukuran
warna kertas mm)
buku yang
buku A4 (210 x 297 2 100%
menurut
mm)
Bapak/Ibu sesuai
A5 (148 x 210 0 0%
untuk buku
mm)
pengayaan
Lainnya 0 0%
menulis naskah
drama?

6. Menurut Kertas buram 0 0%


Bapak/Ibu, Kertas novel 0 0%
bagaimana warna Kertas HVS 2 100%
kertas dalam Lainnya 0 0%
buku pengayaan
yang akan
dibuat?
d.Ilustrasi 7. Ilustrasi seperti Gambar kartun 1 50%

apa yang menurut Gambar 0 0%

Bapak/Ibu sesuai realistis

untuk buku Kombinasi 1 50%

pengayaan keduanya

menulis naskah Lainnya 0 0%

drama?
e. Bentuk huruf 8. Jenis huruf Bookman Old 0 0%
apakah yang Style
menurut Century 0 0%
Bapak/Ibu sesuai Garamond 0 0%
84

untuk buku Times New 2 100%


pengayaan Roman
menulis naskah Lainnya 0 0%
drama bermuatan
nilai gotong
royong?
f. Komposisi 9. Menurut Bagian kiri 0 0%
nomor Bapak/Ibu, dan kanan atas
halaman dimana letak halaman
nomor halaman Bagian kiri 0 0%
yang tepat dalam dan kanan
buku pengayaan bawah
menulis naskah halaman
drama? Bagian tengah 2 100%
bawah
halaman
Lainnya 0 0%
g. Komposisi 10. Menurut Angka latin 1 50%
penggunaan Bapak/Ibu, Angka romawi 0 0%
simbol dan bagaimana Alfabet 1 50%
penomoran pengunaan Lainnya 0 0%
simbol dan
penomoran yang
tepat dalam buku
pengayaan
menulis naskah
drama?

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut, pada subaspek sampul buku, 100% pendidik
mengharapkan sampul berwarna cerah, tidak ada (0%) pendidik mengharapkan
warna sampul gelap, dan pendidik yang mengharapkan sampul buku perpaduan
85

warna gelap dan cerah adalah 0%. Pada pertanyaan kedua yaitu komponen yang
ada dalam kover depan buku, 50% pendidik mengharapkan judul dan subjudul,
tidak ada pendidik (0%) mengharapkan komponen judul dan ilustrasi gambar
berada di kover depan buku, sedangkan 50% pendidik mengharapkan komponen
yang tersaji adalah judul, subjudul, dan ilustrasi hadir pada kover depan buku.
Terkait pertanyaan komponen kover belakang buku pengayaan, tidak ada
pendidik (0%) mengharapkan diisi biodata penulis, 100% pendidik
mengharapkan gambaran umum tentang isi buku dihadirkan dalam kover
belakang buku pengayaan, tidak ada pendidik yang mengharapkan kombinasi
biodata penulis dan sinopsis buku hadir dalam kover belakang buku pengayaan.
Pada subaspek kedua terkait ketebalan buku pengayaan, 100% pendidik
mengharapkan ketebalan buku adalah 70-80 halaman, tidak ada pendidik (0%)
yang mengharapkan jumlah halaman buku 81-90 halaman, sedangkan jumlah
halaman 91-100 tidak diharapkan oleh pendidik. Pada subaspek ukuran dan
warna kertas, tidak ada (0%) pendidik yang memilih ukuran buku B5, 100%
pendidik mengharapkan ukuran buku A4, dan tidak ada pendidik (0%) yang
memilih ukuran kertas A5. Pada pertanyaan warna kertas, pendidik yang
memilih kertas buram adalah 0%, tidak ada (0%) pendidik memilih kertas novel,
dan 100% pendidik memilih kertas HVS.
Pada subapek keempat yaitu ilustrasi, 50% pendidik mengharapkan
gambar kartun yang digunakan dalam buku pengayaan menulis naskah drama,
tidak ada (0%) pendidik yang mengharapkan gambar realistis, sedangkan 50%
pendidik yang lain mengharapkan kombinasi gambar realistis dan kartun. Pada
subaspek jenis huruf yang digunakan dalam buku pengayaan, tidak ada pendidik
(0%) memilih jenis huruf bookman old style, pendidik yang memilih jenis huruf
century adalah (0%), tidak ada (0%) pendidik yang memilih ukuran huruf
garamond, sedangkan 100% pendidik memilih jenis huruf times new roman.
Pada subaspek komposisi nomor halaman, tidak ada (0%) pendidik
mengharapkan nomor halaman terletak di bagian kiri dan kanan atas halaman,
pendidik yang memilih nomor halaman terletak di bagian kanan dan kiri bawah
halaman juga 0%, sedangkan pendidik yang memilih nomor halaman diletakkan
86

di bagian tengah dan bawah halaman. Pada subaspek komposisi penggunaan


simbol dan penomoran, 50% pendidik memilih angka latin, tidak ada (0%)
pendidik memilih penggunaan angka romawi, sedangkan 50% pendidik
menggunakan huruf alfabet.
Berdasarkan jawaban pendidik terkait aspek grafika, pada subaspek
sampul buku, 100% pendidik memilih warna cerah digunakan sebagai sampul
buku. Untuk komponen sampul depan, 50% pendidik mengharapkan komponen
judul dan subjudul, sedangkan 50% lainnya mengharapkan komponen judul,
subjudul, dan ilustrasi. 100% pendidik mengharapkan sampul belakang buku
berisi komponen gambaran isi buku. Pada subaspek ketebalan buku, 100%
pendidik mengharapkan ketebalan buku 70-80 halaman, warna kertas yang
diharapkan oleh 100% pendidik adalah kertas HVS.
Pada subaspek ilustrasi yang digunakan, 50% pendidik mengharapkan
gambar kartun, sedangkan 50% pendidik mengharapkan kombinasi gambar
kartun dan gambar realistis.100% pendidik mengharapkan jenis huruf yang
digunakan dalam buku pengayaan menulis naskah drama adalah times new
roman. Pada subaspek peletakan nomor halaman 100% pendidik mengharapkan
nomor halaman terletak di bagian tengah bawah halaman. Untuk komposisi
penggunaan simbol dan penomoran, pendidik yang memilih angka latin dan
alfabet imbang yaitu 50%.
4.1.1.1.2 Aspek Harapan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan Menulis Naskah
Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai
Gotong Royong
Aspek harapan pendidik berindikator pendidik memiliki harapan yang
baik terhadap buku pengayaan yang akan dikembangkan peneliti. Berdasarkan
angket kebutuhan, harapan pendidik terhadap buku pengayaan yang
dikembangkan adalah buku yang bisa digunakan untuk referensi dalam
pembelajaran menulis naskah drama. Berikut penjelasan harapan pendidik
terhadap buku pengayaan menulis naskah drama.
87

Tabel 4.6 Data Harapan Pendidik Terkait Buku Pengayaan Menulis Naskah
Drama
Aspek Indikator Kebutuhan Pendidik
Harapan Pendidik memiliki 1. Buku pengayaan segera
pendidik terkait harapan yang baik terbentuk dengann baik dan
buku pengayaan terhadap buku bisa digunakan sebagai
menulis naskah pengayaan menulis referensi siswa dalam
drama dengan naskah drama dengan pembelajaran menulis naskah
teknik teknik transformasi drama khususnya peserta
transformasi cerita pendek didik SMP.
cerita pendek bermuatan nilai 2. Untuk memahami dan
bermuatan nilai gotong royong. mempermudah pemahaman
gotong royong. kehidupan yang dialami
tokoh, perlu terwujud nilai
moral pada setiap tokoh atau
dialog tersebut. Penulisan
naskah drama disertai gambar
yang memperjelas
permasalahan tokoh tersebut.

Berdasarkan tabel 4.6 terkait harapan pendidik terhadap buku pengayaan


menulis naskah drama yang dikembangkan, disimpulkan bahwa pendidik
mengharapkan buku pengayaan yang sesuai dengan tingkat pemahaman peserta
didik SMP mengharapkan nilai-nilai moral tergambar dalam dialog para tokoh.
pendidik juga berharap adanya ilustrasi pada naskah drama agar memberikan
gambaran yang jelas terkait isi naskah drama tersebut.
88

4.1.1.2 Hasil Analisis Angket Kebutuhan Pendidik Terhadap Buku Pengayaan


Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek
Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk Peserta Didik SMP
Analisis kebutuhan peserta didik diperoleh berdasarkan angket kebutuhan
pendidik terhadap buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong. Angket kebutuhan
diberikan kepada 60 peserta didik dari dua sekolah yang berbeda yaitu SMP Negeri
11 Semarang dan SMP Negeri 38 Semarang.

Hasil analisis angket kebutuhan terhadap peserta didik menunjukkan bahwa


dalam pembelajaran menulis naskah drama dibutuhkan buku pengayaan sebagai
pendamping belajar menulis naskah drama. Aspek kebutuhan pendidik
dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1) bentuk fisik buku pengayaan menulis naskah
drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong dan
2) harapan peserta didik terhadap buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta
didik SMP.

4.1.1.2.1 Aspek Bentuk Fisik Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan
Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
Hasil analisis kebutuhan peserta didik terhadap buku pengayaan menulis
naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong
royong dalam aspek bentuk fisik dikelompokkan menjadi tujuh aspek, yaitu (a)
aspek ketersediaan terhadap buku pengayaan di sekolah, (b) aspek muatan nilai
gotong royong, (c) aspek muatan teknik transformasi cerita pendek, (d) aspek
materi atau isi buku, (e) aspek penyajian, (f) aspek bahasa, dan (g) aspek grafika.
Penjelasan mengenai tujuh aspek buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong disajikan dalam
tabel berikut.
a.) Ketersediaan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
Aspek kebutuhan buku pengayaan menulis naskah drama didasarkan
pada ketersediaan buku pengayaan yang ada di sekolah. Aspek kebutuhan buku
89

pengayaan menulis naskah drama dibagi menjadi tiga subaspek. Pertanyaan


yang disusun berdasarkan tiga subaspek tersebut berjumlah empat. Penjelasan
hasil analisis aspek ketersediaan buku pengayaan menulis naskah drama di
sekolah disajikan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Data Ketersediaan Buku Pengayaan Naskah Drama di Sekolah


Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Jumlah Presenta
se (%)
a. Penggunaan 1. Bagaimana Menyenangkan 21 35%
sumber belajar menurutmu
Membosankan 1 2%
yang pembelajaran
Biasa 38 63%
menunjang menulis naskah
pembelajaran drama?
menulis 2. Apakah kamu Ya 13 22%
naskah drama dapat menulis Tidak 47 78%
naskah drama
dengan mudah?
3. Apabila kamu Alokasi waktu 16 27%
kesulitan dalam Kurang contoh 44 73%
pembelajaran naskah drama
menulis naskah Lainnya 0 0%
drama, hal apa
yang
menyebabkan
itu terjadi?

4. Buku apa saja Buku teks 60 100%

yang kamu kurikulum 2013

gunakan untuk LKS 31 52%


90

memahami
materi menulis Lainnya 0 0%
naskah drama?
5. Apakah kamu Ya 34 57%
dapat Tidak 26 43%
memahami
materi menulis
naskah drama
yang ada dalam
buku tersebut
dengan mudah?

b. Ketersediaan 6. Apakah di Ya 24 40%


buku sekolah kamu Tidak 36 60%
pengayaan terdapat buku
menulis pengayaan yang
naskah drama berisi materi
menulis naskah
drama?
7. Sudahkah Sudah 12 20%
kamu Belum 48 80%
memperoleh Lainnya 0 0%
buku pengayaan
untuk
membantu
memahami
materi menulis
naskah drama?
c. Kualitas buku 8. Bagaimana Bagus 14 23%
atau sumber pendapatmu Cukup 34 57%
91

belajar yang tentang kualitas Kurang 12 20%


digunakan buku teks yang
dalam kamu gunakan
pembelajaran dalam
menulis pembelajaran
naskah drama menulis naskah
drama?

Berdasarkan tabel 4.7 peserta didik menganggap pembelajaran menulis


naskah drama menyenangkan (35%), 2% peserta didik menganggap
membosankan, dan 63% peserta didik menganggap pembelajaran menulis
naskah drama biasa saja. Terkait kemudahan peserta didik dalam menulis naskah
drama, 22% menganggapnya mudah dan 78 peserta didik tidak menganggapnya
mudah. Berkaitan dengan kendala yang dialami peserta didik dalam
pembelajaran menulis naskah drama, 27% peserta didik menganggap alokasi
waktu sebagai alasannya, sedangkan 73% peserta didik yang lain beralasan
contoh naskah drama yang kurang menjadi alasannya. Sebanyak 100% peserta
didik berkata bahwa buku yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah
drama adalah buku teks bahasa Indonesia kurikulum 2013 edisi revisi, 52%
diantaranya menjawab LKS juga digunakan dalam pembelajaran. 57% peserta
didik mengaku bisa memahami materi menulis naskah drama dalam buku yang
mereka gunakan, sedangkan 43% lainnya mengatakan tidak mudah memahami
materi.

Pada subaspek kedua, terkait ketersediaan buku pengayaan menulis


naskah drama, 40% peserta didik menjawab terdapat buku pengayaan menulis
naskah drama di sekolah mereka, sedangkan 60% lainnya menjawab tidak ada.
20% peserta didik mengatakan mereka sudah memperoleh buku pengayaan
menulis naskah drama dan 80% peserta didik belum memperolehnya. Pada
subaspek kualitas buku yang digunakan, jawaban atas pertanyaan kualitas buku
teks yang digunakan pada materi menulis naskah drama, 23% peserta didik
92

menganggap kualitas buku teks sudah bagus, 57% peserta didik menjawab
kualitas buku teks cukup, dan 20% peserta didik menganggap kualitas buku teks
masih kurang.

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terkait ketersediaan


buku pengayaan yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama,
78% peserta didik mengalami kesulitan dalam menulis naskah drama, 73%
peserta didik menganggap kesulitan tersebut disebabkan kurangnya contoh
naskah drama. 100% peserta didik menggunakan buku teks bahasa Indonesia
kurikulum 2013 edisi revisi dalam memahami materi menulis naskah drama,
57% diantaranya mengatakan materi pada buku tersebut mudah dipahami. 60%
peserta didik mengatakan belum terdapat buku pengayaan menulis naskah drama
di sekolah mereka dan 80% peserta didik mengatakan mereka belum
memperoleh buku pengayaan menulis naskah drama. Berkaitan dengan kualitas
buku teks yang mereka gunakan, 57% peserta didik menganggap buku teks yang
mereka gunakan berkualitas cukup.

b.) Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
Berdasarkan Aspek Materi Atau Isi Buku
Kebutuhan aspek materi digolongkan menjadi lima subaspek, dari lima
subaspek tersebut dibagi menjadi empat belas pertanyaan. Berikut penjelasan
hasil analisis aspek materi buku pengayaan menulis naskah drama.

Tabel 4.8 Data Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Aspek Materi Buku
Pengayaan
Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Presenta
Jumlah
se (%)
1. Menurutmu Materi naskah 1 2%
apa saja yang drama
93

perlu ada dalam Materi dan contoh 4 7%


buku pengayaan naskah drama
menulis naskah Materi, contoh 8 13%
drama? naskah drama,
dan rangkuman
Materi, contoh 47 78%
naskah drama,
rangkuman, dan
latihan
2. Menurut kamu Materi naskah 18 30%
a.Kelengkapan
materi apa saja drama
materi buku
yang perlu Teknik 17 28%
pengayaan
ditekankan transformasi
dalam buku cerita pendek
pengayaan Nilai gotong 25 42%
menulis naskah royong
drama dengan
teknik
transformasi
cerita pendek
bermuatan nilai
gotong royong?
b.Uraian materi 3. Menurut kamu Menulis pendapat 4 7%
buku bagaimana ahli
pengayaan sumber materi Menulis pendapat 11 18%
menulis naskah penulis
drama yang Menulis pendapat 45 75%
memudahkanm penulis dengan
u memahami diperkuat
materi? pendapat ahli
94

4. Menurutmu Menambahkan 12 20%


bagaimana muatan nilai
penyusunan gotong royong
materi buku pada materi
pengayaan Menambahkan 14 23%
menulis naskah muatan nilai
drama dengan gotong royong
teknik pada contoh
transformasi Menambahkan 34 57%
cerita pendek muatan nilai
disertai muatan gotong royong
nilai gotong pada materi dan
royong? contoh

c. Contoh 5. Penyajian Contoh 12 20%


naskah drama contoh naskah ditambahkan
drama yang muatan gotong
mudah royong
dimengerti oleh Contoh 48 80%
kamu adalah ditambahkan
muatan gotong
royong dan diberi
penjelasan
6. Menurut Kamu 2 naskah drama 26 43%
berapa contoh
naskah drama 3 naskah drama 34 57%
yang harus
termuat dalam
buku pengayaan
menulis naskah
drama dengan
95

teknik
transformasi
cerita pendek
bermuatan nilai
gotong royong?

7. Menurutmu latar Sekolah 19 32%


tempat manakah Tempat wisata 4 7%
yang sebaiknya Lingkungan 14 23%
ada dalam Kombinasi 23 38%
contoh naskah sekolah dan
drama? lingkungan
d. Muatan nilai 8. Menurut kamu Membantu 48 80%
gotong royong apa saja yang sesama manusia
termasuk
Empati 6 10%
gotong royong?
Musyawarah dan 6 10%
mufakat
Lainnya 0 0%
9. Apakah kamu Sudah 7 12%
sudah Belum 53 88%
menemukan
buku menulis
naskah drama
dengan muatan
nilai gotong
royong?
10. Menurut Sudah 23 38%
kamu, apakah
buku teks yang
kamu gunakan
96

dalam Belum 37 62%


pembelajaran
menulis naskah
drama sudah
memuat nilai
karakter,
khususnya nilai
gotong royong?
11. Menurut Antikekerasan 16 27%
kamu, nilai Antidiskriminasi 11 18%
gotong royong
Empati 19 32%
pa yang cocok
Musyawarah 14 23%
diajarkan dalam
mufakat
contoh naskah
drama?
E. Teknik 12. Menurut 30 50%
Perubahan bentuk
Transformasi kamu, apa yang
Penyesuaian 25 42%
cerita pendek dimaksud
dengan
Tidak tahu 5 8%
transformasi?
13. Pernahkah Pernah 19 32%
kamu membaca Tidak 41 68%
buku pengayaan
menulis naskah
drama dengan
teknik
transformasi
cerita pendek?
Sudah 23 38%
97

14. Apakah buku Belum 37 62%


yang kamu
gunakan sudah
memuat teknik
transformasi
cerita pendek
dalam materi
menulis naskah
drama?

Berdasarkan tabel 4.8 pada subaspek kelengkapan buku pengayaan, 2%


peserta didik menginginkan buku berisi materi naskah drama, 7% peserta didik
mengharapkan buku berisi materi dan contoh naskah drama, 13% peserta didik
mengharapkan buku berisi materi, contoh naskah drama, dan rangkuman, dan
78% peserta didik mengharapkan buku berisi materi, contoh naskah drama,
rangkuman, dan latihan. Pada pertanyaan selanjutnya, terkait materi yang perlu
ditekankan dalam buku pengayaan menulis naskah drama, 30% peserta didik
menjawab materi tentang naskah drama, 28% peserta didik menginginkan teknik
transformasi dalam menulis naskah drama, dan 42% peserta didik menginginkan
penekanan pada muatan nilai gotong royong.

Pada subaspek uraian materi buku pengayaan, 7% peserta didik


mengharapkan sumber materi berasal dari pendapat ahli, 18% peserta didik
menginginkan materi berasal dari penulis, sedangkan 75% peserta didik
mengharapkan sumber materi berasal dari pendapat penulis dengan diperkuat
pendapat ahli. Berkaitan dengan pemaparan nilai gotong royong, 20% peserta
didik mengharapkan muatan nilai gotong royong pada materi, 23% peserta didik
berharap nilai gotong royong termuat pada contoh, dan 57% peserta didik
berharap nilai gotong royong termuat pada materi dan contoh.

Pada subaspek contoh naskah drama, 20% peserta didik berharap contoh
materi ditambahkan muatan nilai gotong royong, sedangkan 80% lainnya
98

mengharapkan contoh naskah drama ditambahkan muatan nilai gotong royong


dan penjelasan. Jumlah contoh naskah drama yang diharapkan oleh 43% peserta
didik adalah dua naskah drama, sedangkan 57% peserta didik mengharapkan tiga
contoh naskah drama. Latar tempat dalam naskah drama yang diinginkan oleh
32% peserta didik adalah sekolah, 7% peserta didik berharap tempat wisata
sebagai latar, 23% peserta didik berharap latar tempat adalah lingkungan, dan
38% peserta didik berharap latar tempat dalam naskah drama adalah kombinasi
sekolah dan lingkungan.

Subaspek selanjutnya adalah muatan nilai gotong royong. Pada


pertanyaan apa saja yang termasuk dalam nilai gotong royong, 80% peserta didik
menjawab membantu sesama manusia, 10% menjawab empati, dan 10% peserta
didik menjawab musyawarah dan mufakat. Pertanyaan selanjutnya adalah
apakah peserta didik sudah menemukan buku menulis naskah drama dengan
muatan nilai gotong royong, 12% responden menjawab sudah dan 88%
responden lainnya menjawab belum.

Pada pertanyaan apakah buku teks bahasa Indonesia kurikulum 2013


yang mereka gunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama sudah memuat
nilai gotong royong, 38% responden mengatakan sudah, sedangkan 62%
responden yang lain mengatakan buku tersebut belum memuat nilai gotong
royong. 27% peserta didik menganggap karakter antikekerasan cocok
ditambahkan dalam contoh naskah drama, 18% peserta didik mengharapkan
antidiskriminasi yang dimuat dalam contoh naskah drama, 32% peserta didik
mengharapkan empati ditambahkan dalam contoh naskah drama, dan 23%
peserta didik berharap musyawarah mufakat yang ditambahkan dalam contoh
naskah drama.

Pada subaspek teknik transformasi cerita pendek, 50% responden sudah


mengetahui apa yang dimaksud dengan transformasi, yaitu perubahan bentuk,
42% lainnya menjawab penyesuaian, sedangkan 8% responden menjawab tidak
tahu. 32% responden mengaku pernah membaca buku pengayaan menulis
naskah drama dengan teknik transformasi ceria pendek, sedangkan 68%
99

responden mengaku belum pernah membaca buku pengayaan menulis naskah


drama dengan teknik transformasi cerita pendek. Pada pertanyaan keempat
belas, apakah buku yang mereka gunakan dalam pembelajaran sudah memuat
tekknik transformasi cerita pendek dalam materi menulis naskah drama, 38%
pendidik menjawab sudah, sedangkan 62% pendidik yang lain menjawab belum
memuat.

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan aspek materi buku


pengayaan, 78% peserta didik berharap buku pengayaan berisi materi, contoh,
rangkuman, dan latihan. Materi yang diinginkan oleh 48% peserta didik untuk
ditekankan adalah nilai gotong royong. 75% peserta didik menginginkan sumber
materi berasal dari penulis dengan diperkuat pendapat ahli. Uraian nilai gotong
royong yang diharapkan oleh 57% peserta didik terketak pada materi dan contoh
naskah drama. 80% peserta didik berharap contoh naskah drama ditambahkan
muatan nilai gotong royong dan diberi penjelasan. 57% peserta didik berharap
contoh naskah drama yang disajikan berjumlah tiga. Latar tempat kombinasi
sekolah dan lingkungan diharapkan oleh 38% peserta didik digunakan dalam
contoh naskah drama.

Perihal subnilai yang termasuk dalam nilai gotong royong 80% peserta
didik menjawab membantu sesama manusia. 88% peserta didik belum
menemukan buku menulis naskah drama dengan muatan nilai gotong royong.
Menurut 62% peserta didik, buku teks yang digunakan dalam pembelajaran
menulis naskah drama belum memuat nilai gotong royong. 32% peserta didik
beranggapan subnilai gotong royong yang sebaiknya dihadirkan dalam contoh
naskah drama adalah subnilai empati. 50% peserta didik sudah mengetahui
bahwa transformasi bermakna perubahan. 68% peserta didik tidak pernah
membaca buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi
cerita pendek. Menurut 62% peserta didik, buku teks yang mereka gunakan
belum memuat teknik trasnformasi cerita pendek.
100

c.) Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
Berdasarkan Aspek Penyajian
Kebutuhan aspek penyajian digolongkan menjadi tiga subaspek, dari tiga
subaspek tersebut dibagi menjadi tujuh pertanyaan. Berikut penjelasan hasil
analisis aspek penyajian buku pengayaan menulis naskah drama.

Tabel 4.9 Data Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Aspek Penyajian Buku
Pengayaan
Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Presenta
Jumlah
se (%)
a. Pola 1. Menurutmu Teori naskah 36 60%
penyajian bagaimana drama, langkan
materi penyajian buku menulis naskah
pengayaan drama dengna
menulis naskah teknik
drama dengan transformasi
teknik cerita pendek,
transformasi teori nilai
cerita pendek gotong royong,
bermuatan nilai contoh naskah
gotong royong? drama
101

Contoh naskah 24 40%


drama, teori
naskah drama,
langkah menulis
naskah drama
dengan teknik
transformasi
cerita pendek,
materi nilai
gotong royong
2.Bagaimana sedikit materi 5 8%
penyajian dan sedikit
materi dalam contoh
buku pengayaan Sedikit materi 17 28%
menulis naskah dan banyak
drama yang contoh
membuatmu Banyak materi, 13 22%
lebih paham? banyak contoh,
dan sedikit
latihan
Banyak materi, 25 42%
banyak contoh,
dan banyak
latihan
3. Bagaimana Teks disertai 9 15%
penyajian gambar
contoh naskah Teks disertai 8 13%
drama yang pesan moral
102

membuatmu Teks disertai 43 72%


mudah gambar dan
memahami pesan moral
materi?
b. Pola 3. Bagaimana Hitam dan putih 21 35%
penyajian ilustrasi yang
Gambar cerah 39 65%
ilustrasi atau ada dalam buku
Lainnya 0 0%
gambar dalam pengayaan
buku menulis naskah
pengayaan drama
bermuatan nilai
gotong royong?
4. Bagaimana Gambar banyak 38 63%
menurut kamu dan berwarna
gambar yang cerah
ada dalam buku Gambar sedikit 16 27%
pengayaan dan berwarna
menulis naskah cerah
drama Gambar banyak 3 5%
bermuatan nilai dan warna gelap
gotong royong? gambar sedikit 3 5%
dan warna gelap
5. Bagian mana Tiap bab 23 38%
yang Tiap contoh 37 62%
menurutmu naskah drama
sesuai untuk
disajikan
gambar?
c.Pola penyajian 6. Menurutmu, Disajikan dalam 14 23%
rangkuman bagaimana kolom
103

penyajian Disajikan dalam 32 53%


rangkuman bentuk paragraf
yang sesuai? singkat dan jelas

Disajikan 14 23%
dengan disertai
gambar
Lainnya 0 0%

7. Di mana letak Akhir setiap bab 39 65%


penyajian
Akhir 21 35%
rangkuman
keseluruhan bab
dalam buku
Lainnya 0 0%
pengayaan
menulis naskah
drama yang
sesuai menurut
pendapatmu?

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui 60% peserta didik mengharapkan


penyajian buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi
cerita pendek adalah (1) teori naskah drama, (2) langkah menulis naskah drama
dengan teknik transformasi cerita pendek, (3) teori nilai gotong royong, dan (4)
contoh naskah drama. 40% peserta didik mengharapkan penyajian buku
pengayaan dengan pola (1) contoh naskah drama, (2) teori naskah drama, (3)
langkah menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek, dan
(4) teori nilai gotong royong.

Penyajian materi yang dianggap membuat 8% peserta didik lebih paham


adalah sedikit materi dan sedikit contoh naskah drama, 28% peserta didik yang
lain menganggap sedikit materi dan banyak contoh naskah drama, 22% peserta
didik menginginkan materi dan contoh naskah drama banyak disertai latihan
104

yang sedikit, dan 42% peserta didik mengharapkan materi, contoh, dan latihan
banyak. Penyajian contoh naskah drama yang diharapkan oleh 15% responden
adalah disertai dengan gambar, 13% responden menginginkan contoh naskah
drama disertai pesan moral, sedangkan 72% responden mengharapkan contoh
naskah drama disertai dengan gambar dan pesan moral.

Pada subaspek penyajian ilustrasi 35% peserta didik mengharapkan


gambar hitam putih, sedangkan 65% lainnya berharap warna cerah. 63% peserta
didik berharap gambar yang ada dalam buku pengayaan menulis naskah drama
banyak dan cerah. 27% mengharapkan gambar sedikit dan cerah, 5% peserta
didik berharap gambar banyak dan hitam putih, sedangkan 5% peserta didik
berharap garmabr sedikit dan hitam putih. Terkait letak ilustrasi, 38% peserta
didik berharap ilustrasi ada di tiap bab, sedangkan 62% lainnya berharap gambar
ada di tiap contoh naskah drama.

Pada subaspek penyajian rangkuman, 23% responden megharapkan


rangkuman disajikan dalam bentuk kolom, 53% responden berharap rangkuman
disajikan dalam bentuk paragraf singkat dan jelas, sedangkan 23% responden
berharap rangkuman disajikan dengan gambar. Terkait letak penyajian
rangkuman, 65% peserta didik menginginkan rangkuman terletak di akhir setiap
bab, sedangkan 35% lainnya berharap rangkuman terletak di akhir keseluruhan
bab.

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan pada aspek penyajian buku


pengayaan menulis naskah drama, disimpulkan bahwa 60% peserta didik
menginginkan materi disajikan dengan urutan (1) teori naskah drama, (2)
langkah menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek, (3)
teori nilai gotong royong dan (4) contoh naskah drama. 40% peserta didik
berharapa materi, contoh, dan latihan dalam buku pengayaan banyak. Pada
penyajian contoh naskah drama, 72% peserta didik mengharapkan contoh
disertai dengan gambar dan pesan moral. 65% peserta didik mengarapkan
gambar berwarna cerah, dan 63% diantaranya menginginkan gambar yang
banyak. 62% peserta didik menginginkan gambar disajikan pada setiap contoh
105

naskah drama. Pada penyajian rangkuman, 53% peserta didik berharap


rangkuman dalam bentuk paragraf singkat dan jelas, 65% peserta didik
mengharapkan rangkuman berada di setiap akhir bab.

d.) Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
Berdasarkan Aspek Bahasa
Kebutuhan aspek bahasa digolongkan menjadi satu subaspek, dari satu
subaspek tersebut dibagi menjadi dua pertanyaan. Berikut penjelasan hasil
analisis aspek bahasa buku pengayaan menulis naskah drama.

Tabel 4.10 Data Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Aspek Bahasa Buku
Pengayaan
Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Presenta
Jumlah
se (%)
a.Penggunaan 1. Kata sapaan Kalian 28 47%
gaya bahasa apa yang kamu Kamu 14 23%
dan pilihan inginkan Anda 18 30%
kata dalam digunakan Lainnya 0 0%
buku dalam buku
pengayaan pengayaan
menulis naskah
drama
bermuatan nilai
gotong royong?
2. Bagaimana Bahasa sehari- 12 20%
menurut kamu hari
penggunaan Campuran 14 23%
bahasa yang ada bahasa baku dan
106

dalam buku bahasa sehari-


pengayaan hari
menulis naskah
drama dengan Bahasa baku 32 53%

teknik sesuai dengan

transformasi PUEBI

cerita pendek (Pedoman

bermuatan nilai Umum Ejaan

gotong royong? Bahasa


Indonesia)

Berdasarkan tabel 4.10, pada pertanyaan kata sapaan yang digunakan


dalam buku pengayaan menulis naskah drama, 47% peserta didik menginginkan
kata kalian, 23% peserta didik berharap kata kamu, sedangkan 30% peserta didik
menginginkan kata anda. Pada pertanyaan kedua terkait penggunaan bahasa
dalam buku pengayaan menulis naskah drama, 20% peserta didik memilih
bahasa sehari-hari, 23% peserta didik menginginkan campuran bahasa baku dan
bahasa sehari-hari, sedangkan 53% peserta didik menginginkan bahasa
Indonesia sesuai PUEBI.

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan terkait aspek bahasa buku


pengayaan menulis naskah drama, 47% peserta didik mengharapkan kata kalian
digunakan sebagai kata sapaan dalam buku pengayaan. Bahasa yang diharapkan
oleh 53% peserta didik adalah bahas Indonesia sesuai dengan PUEBI.

e.) Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama
dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
Berdasarkan Aspek Grafika
Kebutuhan aspek grafika digolongkan menjadi tujuh subaspek, dari tujuh
subaspek tersebut dibagi menjadi sembilan pertanyaan. Berikut penjelasan hasil
analisis aspek grafika buku pengayaan menulis naskah drama.
107

Tabel 4.11 Data Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Aspek Grafika Buku
Pengayaan
Intensitas
Jawaban
Subaspek Pertanyaan Jawaban
Presenta
Jumlah
se (%)
a. Sampul buku 1. Warna sampul Cerah 26 43%
yang sesuai Gelap 1 2%
untuk buku Perpaduan 16 27%
pengayaan warna gelap dan
menulis naskah cerah
bermuatan nilai Beragam warna 17 28%
gotong royong
adalah
2. Menurut kamu, Judul dan 1 2%
komponen apa subjudul
yang sesuai Judul dan 20 33%
untuk mengisi ilustrasi gambar
kover atau kulit Judul, subjudul, 39 65%
depan buku dan ilustrasi
pengayaan gambar
menulis naskah Lainnya 0 0%
drama?
Biodata penulis 4 7%
3. Bagaimana Gambaran 30 50%
tampilan sampul umum tentang
belakang buku isi buku atau
yang synopsis
menurutmu Biodata penulis 26 43%
baik? dan sinopsis
buku
108

Lainnya 0 0%
b.Komposisi 4. Berapa jumlah 70-80 halaman 21 35%
ketebalan halaman buku 81-90 halaman 23 38%
buku yang sesuai 91-100 halaman 16 27%
untuk buku Lainnya 0 0%
pengayaan
menulis naskah
drama?

c. Ukuran buku 5. Berapa ukuran B5 (176 x 250 24 40%


buku yang mm)
sesuai untuk A4 (210 x 297 21 35%
buku mm)
pengayaan? A5 (148 x 210 15 25%
mm)
Lainnya 0 0%
d.Ilustrasi 6. Ilustrasi seperti Gambar kartun 26 43%
apa yang Gambar realistis 10 17%
menurutmu Kombinasi 24 40%
sesuai untuk keduanya
buku pengayaan Lainnya 0 0%
menulis naskah
drama?

e. Bentuk huruf 7. Jenis huruf Bookman Old 11 18%


apakah yang Style
menurut kalian Century 6 10%
sesuai untuk Garamond 9 15%
buku pengayaan Times New 34 57%
menulis naskah Roman
109

drama Lainnya 0 0%
bermuatan nilai
gotong royong?
f. Komposisi 8. Di mana letak Bagian kiri dan 20 33%
nomor penomoran kanan atas
halaman yang sesuai halaman
digunakan Bagian kiri dan 14 23%
dalam buku kanan bawah
pengayaan halaman
menulis naskah Bagian tengah 26 43%
drama? bawah halaman
Lainnya 0 0%
g. Komposisi 9. Menurut kamu, Angka latin 30 50%
penggunaan bagaimana Angka romawi 15 25%
simbol dan penggunaan Alfabet 15 25%
penomoran simbol atau Lainnya 0 0%
penomoran
dalam buku
pengayaan
menulis naskah
drama?

Berdasarkan tabel 4.11 pada subaspek sampul buku, 43% peserta didik
menginginkan warna sampul cerah, 2% peserta didik menginginkan sampul
gelap, 27% peserta didik mengharapkan sampul berwarna perpaduan gelap dan
cerah, dan 28% berharap sampul beragam warna. Pada pertanyaan kedua,
komponen yang sesuai untuk sampul depan, 2% peserta didik menjawab judul
dan subjudul, 33% peserta didik menginginkan judul dan ilustrasi, sedangkan
65% peserta didik lainnya menjawab judul, subjudul, dan ilustrasi. Komponen
sampul belakang yang diharapkan oleh 7% peserta didik adalah biodata penulis,
110

50% peserta didik mengharapkan gambaran umum isi buku, sedangkan 43%
peserta didik berharap sampul belakang buku pengayaan menulis naskah drama
berisi biodata penulis dan gambaran umum buku.

Pada subaspek ketebalan buku pengayaan, 35% peserta didik


menginginkan buku pengayaan memiliki tebal 70-80 halaman, 38% peserta
didik mengharapkan buku pengayaan tersebut memiliki tebal 81-90 halaman,
sedangkan 27% peserta didik mengharapkan buku pengayaan memiliki tebal 91-
100 halaman. Pada subaspek ukuran buku pengayaan, 40% responden
menginginkan ukuran buku B5, 35% responden berharap ukuran buku A4, dan
25% peserta didik mengharapkan ukurran buku A5. Pada subaspek ilustrasi,
43% peserta didik mengharapkan gambar kartun, 17% peserta didik berharap
gambar realis, dan 40% peserta didik lainnya mengharapkan kombinasi
keduanya digunakan dalam buku pengayaan menulis naskah drama.

Pada subaspek bentuk huruf, 18% peserta didik berharap bentuk huruf
yang digunakan adalah bookman old style, 10% peserta didik menginginkan
bentuk huruf century, garamond dipilih oleh 15% peserta didik, dan sisanya yaitu
57% peserta didik menginginkan huruf times new roman. Pada subaspek nomor
halaman, 33% peserta didik menginginkan nomor halaman terletak di bagian kiri
dan kanan atas halaman, 23% peserta didik berharap nomor halaman diletakan
di bagian kiri dan kanan bawah halaman, sedangkan 43% peserta didik berharap
nomor halaman berada di bagian tengah bawah halaman. Pada subaspek
penggunaan simbol dan penomoran, 50% peserta didik mengharapkan angka
latin, 25% peserta didik menginginkan angka romawi, sedangkan 25% peserta
didik yang lain menginginkan alfabet.

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terkait aspek grafika


buku pengayaan menulis naskah drama, terkait sampul 43% peserta didik
mengharapkan sampul berwarna cerah. Untuk sampul depan 65% peserta didik
mengharapkan berisi judul, subjudul, dan ilustrasi. Komposisi sampul belakang
yang diharapkan 50% peserta didik adalah gambaran umum isi buku. Jumlah
halaman yang diharapkan 38% peserta didik adalah 81-90 halaman, dengan
111

ukuran kertas yang diharapkan 40% peserta didik adalah B5. 43% peserta didik
menginginkan gambar kartun yang digunakan dalam buku pengayaan menulis
naskah drama. Jenis huruf yang diinginkan 57% peserta didik adalah times new
roman. Letak nomor halaman yang diinginkan oleh 43% peserta didik adalah di
tengah bawah halaman. Penggunaan simbol dan penomoran yang diinginkan
oleh 50% peserta didik adalah angka latin.

4.1.1.2.2 Aspek Harapan Peserta Didik Terhadap Buku Pengayaan Menulis


Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan
Nilai Gotong Royong
Aspek harapan peserta didik memiliki indikator peserta didik
mempunyai harapan yang baik terhadap buku pengayaan yang akan
dikembangkan peneliti. Berdasarkan angket kebutuhan, harapan peserta didik
terhadap buku pengayaan menulis naskah drama yang dikembangkan adalah
buku yang bisa digunakan untuk referensi dalam menulis naskah drama yang
mudah dipahami. Berikut penjelasan harapan peserta didik terhadap buku
pengayaan menulis naskah drama.
Tabel 4.12 Data Harapan Peserta Didik Terkait Buku Pengayaan Menulis
Naskah Drama
Aspek Indikator Kebutuhan Pendidik
Harapan peserta Peserta didik Peserta didik berharap buku
didik terkait memiliki harapan pengayaan menulis naskah drama
buku pengayaan yang baik terhadap yang disusun mengandung banyak
menulis naskah buku pengayaan contoh naskah drama bermuatan
drama dengan menulis naskah nilai gotong royong dan
teknik drama dengan teknik memudahkan peserta didik
transformasi transformasi cerita mempelajari materi menulis
cerita pendek pendek bermuatan naskah drama, serta menambah
bermuatan nilai nilai gotong royong. pengetahuan peserta didik tentang
gotong royong. nilai gotong royong yang ada di
lingkungan sekolah maupun di
masyarakat.
112

Berdasarkan tabel 4.12 terkait harapan peserta didik terhadap buku


pengayaan menulis naskah drama, peserta didik mengharapkan buku pengayaan
menulis naskah drama yang bisa membantu mereka dalam mempelajari materi
menulis naskah drama. Selain itu, peserta berharap ada banyak contoh yang
termuat dalam buku tersebut mengandung nilai-nilai gotong royong, sehingga
menambah pengetahuan peserta didik terhadap nilai gotong royong yang ada di
lingkungan sekolah maupun masyarakat.

4.1.2 Kriteria Penyusunan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan


Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
untuk Peserta Didik SMP
Berdasarkan analisis angket kebutuhan pendidik dan peserta didik terhadap
buku pengayaan yang akan dikembangkan peneliti, maka diketahui kriteria
penyusunan buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi
cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik SMP. Kriteria
penyusunasn buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi
cerita pendek bermuatan nilai gotong royong dilandasi empat aspek, yaitu (1) aspek
materi atau isi buku, (2) aspek penyajian, (3) aspek bahasa dan keterbacaan, dan (4)
aspek grafika. Penjelasan dari keempat kriteria tersebut adalah sebagai berikut

4.1.2.1 Aspek Materi atau Isi Buku


Buku menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek
disusun secara lengkap dalam aspek materi, yaitu pengertian naskah drama, unsur-
unsur naskah drama, karakteristik naskah drama, struktur naskah drama, kaidah
naskah drama, menulis, langkah menulis naskah drama dengan teknik transformasi
cerita pendek, pengertian gotong royong, manfaat nilai gotong royong, karakter
yang ada dalam nilai gotong royong, rangkuman di setiap akhir bab, dan evaluasi
pada bab II dan III. Selain itu, dalam buku pengayaan menulis naskah drama akan
disajikan contoh-contoh naskah drama yang memuat nilai-nilai gotong royong.
Materi dilengkapi dengan gambar dan contoh untuk memudahkan peserta didik
memahami materi.
113

4.1.2.2 Aspek Penyajian


Buku pengayaan menulis naskah drama disajikan berdasarkan analisis
angket kebutuhan pendidik dan peserta didik. Buku pengayaan terdiri atas tiga
bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal, terdapat
sampul buku, halaman judul, halaman hak cipta, prakata, petunjuk penggunaan
buku, dan daftar isi. Bagian isi terdiri atas empat bab, yaitu bab I mengenai naskah
drama (pengertian, karakteristi, unsur, struktur, kaidah penulisan, contoh naskah
drama, dan rangkuman), bab II tetang menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek (pengertian menulis, pengertian teknik transformasi,
langkah menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek beserta
penerapannya, latihan, dan rangkuman), bab III berisi nilai gotong royong
(pengertian, manfaat, karakter-karakter nilai gotong royong dan contoh penerapan,
latihan, dan rangkuman), bab IV berisi contoh-contoh naskah drama bermuatan
nilai gotong royong. Pada bagian akhir buku terdiri atas daftar pustaka, glosarium,
biodata penulis, serta gambaran umum buku pengayaan menulis naskah drama
dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong, terletak
di sampul belakang buku.

4.1.2.3 Aspek Bahasa


Berdasarkan analisis angket kebutuhan pendidik dan peserta didik, bahasa
yang dikehendaki hadir dalam buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek adalah bahasa Indonesia sesuai dengan PUEBI,
namun disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Selain itu kalimat
yang diharapkan ada dalam buku pengayaan adalah kalimat singkat dan jelas
sehingga mudah dipahami peserta didik.

4.1.2.4 Aspek Grafika


Berdasarkan analisis angket kenutuhan pendidik dan peserta didik, aspek
grafika buku pengayaan terdiri atas tujuh subaspek, yaitu (1) warna sampul, (2)
komponen sampul depan dan belakang, (3) ilustrasi, (4) tebal buku, (5) ukuran dan
warna kertas buku pengayaan, (6) jenis huruf, (7) peletakan nomor halaman, dan
(8) penggunaan penomoran. Berikut penjelasan masing-masing subaspek grafika
114

Warna sampul buku pengayaan cerah, putih sebagai latar dan diberi corak
warna cerah. Corak cerah bisa juag diganti dengan warna pastel, terletak di bagian
bawah dan atas sampul untuk desain menyerupai daun yang mengelilingi tengah
sampul. Komponen pengisi sampul depan adalah judul buku, subjudul buku, nama
penulis, sasaran buku pengayaan, dan ilustrasi, sedangkan komponen sampul
belakang adalah judul, subjudul buku, dan gambaran umum buku. Ilustrasi yang
digunakan adalah gambar kartun dan asli aar menarik pembaca. Tebal buku
pengayaan berkisar 80-90 halaman dengan ukuran kertas B5 berwarna putih/HVS.
Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman. Pada bagian sampul buku
dimungkinkan untuk menggunakan jenis huruf yang lain. Berdasarkan angket
kebutuhan, nomor halaman diletakan di bagian tengah bawah halaman. Penomoran
yang digunakan dalam buku pengayaan menulis naskah drama adalah huruf alfabet
(A,B,C,dan D).

4.1.3 Desain Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik
Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk
Peserta Didik SMP
Prototipe buku pengayaan menulis naskah drama disusun dengan
memperhatikan hasil analisis angket kebutuhan pendidik dan peserta didik.
Prototipe buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita
pendek bermuatan nilai gotong royong terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian sampul,
bentuk fisik buku, dan isi buku. Berikut penjelasan bagian-bagian prototipe buku
pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek.

4.1.3.1 Prototipe Sampul Buku Pengayaan


Sampul buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi
cerita pendek berwarna cerah, putih dengan tambahan corak warna hijau pastel di
bagian bawah dan atas sampul berbentu sulur yang seolah mengelilingi bagian
tengah sampul. Bagian tengah sampul berisi ilustrasi dua topeng yang
menggambarkan drama. Komponen lain yang mengisi sampul depan buku
pengayaan adalah judul, subjudul, nama penulis, dan sasaran pembaca. Berikut
gambaran sampul buku pengayaan menulis naskah drama.
115

11
1
2

6
Gambar 4.1 Prototipe Sampul Buku

Keterangan gambar:
1. Nama pengarang
2. Judul
3. Subjudul
4. Ilustrasi
5. Sasaran pembaca
6. Gambaran umum buku
116

4.1.3.2 Bentuk Fisik Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama


Pada bentuk fisik buku pengayaan menulis naskah drama, dapat dilihat
ukuran, tebal, dan layout buku. Ukuran buku adalah B5 (176 mm x 250 mm),
jumlah halaman 126 halaman (vi+120 halaman) dengan kertas HVS. Layout
disajikan dengan sederhana, setiap bagian isi (pengantar, isi materi, rangkuman, dan
latihan) disajikan dengan layout berbeda sebagai pemisah sehingga peserta didik
merasa lebih tertarik membaca buku pengayaan menulis naskah drama. Selain itu,
pada bagian awal bab buku pengayaan menulis naskah drama disertai ilustrasi yang
berfungsi untuk memberikan gambaran kepada peserta didik terkait bab yang akan
mereka pelajari. Berikut adalah contoh prototipe bentuk fisik buku pengayaan.

2
1 Gambar 4.2 Bentuk Buku Pengayaan

Keterangan:
1. Ukuran dan jumlah halaman
2. Layout buku
117

4.1.3.3 Isi Buku


Isi buku pengayaan menulis naskah drama terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Berikut penjelasan dari bagian isi buku
pengayaan menulis naskah drama.

a) Bagian awal
Bagian awal berisi halaman judul, halaman hak cipta, halaman prakata,
halaman petunjuk penggunaan buku, dan halaman daftar isi. Berikut adalah
gambaran dari halaman judul.

Nama
Penulis
Judul

Ilustrasi Subjudul

Sasaran
Pembaca
Gambar 4.3. Prototipe Halaman Judul

Pada halaman judul buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong, komponen yang ada
yaitu judul, subjudul buku, ilustrasi, nama pengarang, dan sasaran pembaca. Desain
yang digunakan sama dengan bagian sampul depan buku pengayaan, namun
berwarna hitam dan putih. Bagian selanjutnya adalah halaman hak cipta. Berikut
contoh prototipe halaman hak cipta.
118

Judul buku

Informasi hak cipta

Informasi penulis dan ilustrator


buku

Informasi tempat dan tahun terbit,


serta ukuran dan tebal buku.

Gambar 4.4 Halaman Hak Cipta

Pada halaman hak cipta, terdapat informasi judul buku, hak cipta, informasi
penulis, dan ilustrator buku. Komponen selanjutnya adalah halaman prakata.
Berikut prototipe halaman prakata.

Ucapan terima kasih

Gambaran isi buku

Gambar 4.5 Halaman Prakata


Halaman prakata berisi ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang
membantu dalam penyusunan buku pengayaan menulis naskah drama ini. Selain
itu, halaman prakata juga memuat gambaran singkat tentang isi buku. Bagian
119

selanjutnya adalah halaman petunjuk penggunaan buku. Berikut adalah desain


halaman petunjuk penggunaan buku.

Gambar 4.6 Halaman Petunjuk Penggunaan Buku

Pada halaman petunjuk penggunaan buku, berisi instruksi untuk


menggunakan buku pengayaan menulis naskah drama. Bagian selanjutnya adalah
halaman daftar isi. Berikut prototipe halaman daftar isi.

Bab

Subbab
Letak
halaman

Gambar 4.7 Halaman Daftar Isi


120

Halaman daftar isi berisi letak halaman buku. Pada halaman daftar isi terdapat
nama bab, subbab, dan dilengkapi nomor halaman.

b) Bagian Isi
Bagian isi buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek terdiri atas empat bab. Bab I berisi materi naskah drama,
Bab II materi menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek, Bab
III berisi materi nilai gotong royong, dan Bab IV berisi contoh naskah drama
bermuatan nilai gotong royong.
Isi pada bab I adalah judul bab, ilustrasi, pengantar bab I disertai ilustrasi,
dan materi. Bab II berisi judul bab, ilustrasi, pengantar bab II disertai ilustrasi, dan
materi. Bab III berisi judul bab, ilustrasi, pengantar bab disertai ilustrasi, dan materi.
Bab IV berisi judul bab, ilustrasi, dan contoh naskah drama bermuatan nilai gotong
royong. Berikut desain judul bab I, II, III, dan IV.
121

Gambar 4.8 Halaman Judul Bab


Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa setiap bab diawali dengan
halaman judul dan ilustrasi gambar. Selanjutnya adalah halaman pengantar materi.
Halaman pengantar materi berada pada bab I, II, dan III. Berikut prototipe halaman
pengantar materi bab I, II, dan III.
122

Ilustrasi untuk
memberikan gambaran
terkait materi yang akan
dipelajari

Pengantar materi untuk


menstimulasi pembaca
sebelum mempelajari
materi

Gambar 4.9 Pengantar Materi


Pada bagian pengantar materi, terdapat ilustrasi dan juga uraian yang
berfungsi sebagai pengantar untuk menstimulasi peserta didik terkait bab yang akan
dipelajari. Bagian berikutnya yaitu bagian materi. Materi pada bab I yaitu
pengertian naskah drama, karakteristik naskah drama, unsur naskah drama, struktur
naskah drama, dan rangkuman. Materi bab I ditulis menggunakan jenis huruf Times
new roman ukuran 12. Berikut prototipe materi bab I.
123

Gambar 4.10 Materi Bab I

Gambar 4.11 Rangkuman Bab I

Materi pada bab II buku pengayaan berisi pengertian teknik trasformasi cerita
pendek dalam menulis naskah drama, langkah menulis naskah drama dengan teknik
transformasi, latihan menulis naskah drama beserta penerapan, latihan dan rangkuman.
Berikut prototipe bab II buku pengayaan menulis naskah drama.
124

Gambar 4.12 Materi Bab II

Gambar 4.13 Evaluasi Bab II


125

Gambar 4.14 Rangkuman Bab II

Materi bab III diawali dengan pengertian nilai gotong royong, manfaat
gotong royong, karakter-karakter nilai gotong royong beserta penerapan, evaluasi,
dan rangkuman. Keseluruhan materi pada bab III ditulis dengan jenis huruf Times
new roman ukuran 12. Berikut prototipe bab III buku pengayaan menulis naskah
drama.

Gambar 4.15 Materi Bab III


126

Gambar 4.16 Evaluasi Bab III

Gambar 4.17 Rangkuman Bab III


Bab IV buku pengayaan berisi contoh-contoh naskah drama bermuatan nilai
gotong royong. Contoh naskah drama ada tiga disertai penjelasan pesan moral.
Berikut prototipe bab IV buku pengayaan menulis naskah drama.
127

Penjelasan pesan
moral

Gambar 4.18 Naskah Drama

c.) Bagian Akhir


Bagian akhir buku pengayaan menulis naskah drama terdiri atas daftar
pustaka, glosarium, dan biodata penulis. Daftar pustaka berisi sumber materi
yang termuat dalam buku pengayan. Daftar pustaka ditulis dengan huruf times
128

new roman ukuran 12. Berikut ini prototipe daftar pustaka buku pengayaan
menulis naskah drama.

Gambar 4.19 Daftar Pustaka


Pada halaman glosarium terdapat kata-kata sulit yang ada dalam buku
pengayaan disertai artinya. Adanya glosarium diharapkan mampu membantu
peserta didik memahami kata-kata sulit dalam buku pengayaan menulis naskah
drama ini. Glosarium ditulis dengan huruf times new roman ukuran 12. Berikut ini
prototipe glosarium.

Gambar 4.20 Glosarium


129

Bagian terakhir adalah biodata penulis. Biodata penulis berisi foto dan
riwayat hidup penulis. biodata penulis ditulis dengan huruf times new roman ukuran
12. Berikut ini prototipe biodata penulis.

Gambar 21. Halaman Biodata Penulis

4.1.4 Hasil Validasi Produk dan Saran Perbaikan terhadap Buku Pengayaan
Menulis Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek
Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk Peserta Didik SMP
Penilaian terhadap prototipe buku pengayaan menulis naskah drama dengan
teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong dilakukan oleh
dosen ahli dan pendidik. Dosen ahli terdiri atas dua dosen yang ahli dalam materi
menulis naskah drama, sedangkan pendidik adalah seorang pendidik bahasa
Indonesia SMP. Aspek yang divalidasi meliputi (1) materi, (2) penyajian materi,
(3) bahasa, (4) grafika, dan (5) kelengkapan buku.Hasil penilaian tersebut menjadi
bahan pertimbangan untuk tahap selanjutnya yaitu revisi prototipe buku pengayaan
menulis naskah drama. Penjelasan hasil penilaian prototipe buku pengayaan
menulis naskah drama adalah sebagai berikut.
130

4.1.4.1 Hasil Validasi terhadap Aspek Materi dalam Bab I Mengenai Naskah
Drama
Penilaian terkait aspek materi bab I buku pengayaan menulis naskah drama
mengenai naskah drama memiliki beberapa indikator, yaitu kemudahan materi
untuk dipahami, kelengkapan materi, kesesuaian contoh dengan teori, dan
kesesuaian rangkuman dengan isi.

Pernyataan yang disusun berdasarkan indikator tersebut ada 11. Validator


memberi penilaian bab I berdasarkan penyataan tersebut. Berikut adalah penilaian
yang dilakukan oleh validator

Tabel 4.13 Penilaian Materi Bab I Prototipe Buku Pengayaan


Nilai
No Indikator Dosen Dosen
Pendidik
1 2

1 Uraian pengantar materi mudah dipahami 3 2 3

Uraian pengantar materi membuat pembaca


2 ingin mempelajari pembahasan 3 3 4
selanjutnya.
Materi pengertian naskah drama mudah
3 3 3 3
dipahami. (hal. 3)
Pada contoh naskah drama yang berjudul
Indahnya Membantu Kawan terdapat
4 3 3 3
muatan nilai-nilai gotong royong yaitu
solidaritas dan mernghargai. (hal. 3-12)

Materi karakteristik naskah drama mudah


5 4 2 4
dipahami.(hal.13-14)

Materi unsur-unsur naskah drama mudah


6 4 4 4
dipahami. (hal. 13-20)

Materi unsur-unsur naskah drama sudah


7 3 3 4
lengkap, meliputi tema, tokoh dan
131

penokohan, latar, alur, amanat, dialog, dan


petunjuk teknis.

Contoh pada materi unsur-unsur


8 pembangun naskah drama sudah sesuai 3 4 4
dengan uraian teori yang disajikan. (20-24)
Materi struktur naskah drama mudah
9 4 4 3
dipahami. (hal. 20-23)

Materi kaidah naskah drama sudah lengkap


10 3 3 3
dan mudah dipahami. (hal.23-24)

Rangkuman materi ringkas dan tetap


11 3 4 3
menggambarkan keseluruhan isi bab.

Jumlah 36 35 38
Presentase skor 81,8 % 79,5% 86,3%

Kriteria penilaian 82,5% (Sangat layak)


Berdasarkan tabel 4.13 aspek materi bab I buku pengayaan menulis naskah
drama mendapatkan penilaian dari tiga validator. Rata-rata nilai dari pendidik
bahasa Indonesia adalah 81,8%, rata-rata nilai dari dosen 1 adalah 79,5%, dan rata-
rata nilai dari dosen 2 adalah 86,3%. Dengan demikian rata-rata nilai untuk materi
bab I adalah 82,5% yang termasuk dalam kategori sangat layak.

4.1.4.2 Hasil Validasi terhadap Aspek Materi dalam Bab II Mengenai Menulis
Naskah Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek
Penilaian terkait aspek materi bab II prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama mengenai menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita
pendek memiliki beberapa indikator, yaitu kemudahan materi untuk dipahami,
kelengkapan materi, kesesuaian contoh dengan teori, kemudahan evaluasi untuk
peserta didik, dan kesesuaian rangkuman dengan isi.

Indikator-indikator tersebut disusun menjadi delapan pernyataan. Validator


memberi penilaian bab II berdasarkan penyataan tersebut. Berikut adalah penilaian
132

yang dilakukan oleh validator terhadap bab II prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama

Tabel 4.14 Penilaian Materi Bab II Prototipe Buku Pengayaan


Nilai
No Indikator Dosen Dosen
Pendidik
1 2

Uraian pengantar materi teknik


1 3 3 4
transformasi mudah dipahami. (hal.28 )

Uraian pengantar materi membuat


2 pembaca ingin mempelajari pembahasan 3 3 4
selanjutnya.
Materi menulis naskah drama dengan
3 teknik transformasi cerita pendek mudah 3 3 3
dipahami. (hal. 29-30)
Cerita pendek yang disajikan berjudul
4 Sahabat Itu Emas mengandung nilai 4 3 3
gotong royong (hal.30-35)
Materi langkah menulis naskah drama
dengan transformasi cerita pendek mudah
5 3 3 3
dipahami dan telah dilengkapi dengan
contoh (36-46)
Naskah drama yang dijadikan contoh pada
6 materi sudah sesuai dengan uraian teori 3 3 3
yang disajikan.
Kegiatan Seru Nih! untuk menulis naskah
7 drama menarik dan mudah dilakukan. (47- 3 3 4
53)
Rangkuman materi ringkas dan tetap
8 menggambarkan keseluruhan isi bab. (hal. 3 3 3
54)
133

Jumlah 25 24 27
Presentase skor 78% 75% 84%
Kategori penilaian 79,2% (Layak)

Berdasarkan tabel 4.14 aspek materi bab II buku pengayaan menulis naskah
drama mendapatkan penilaian dari tiga validator. Rata-rata nilai dari pendidik
bahasa Indonesia adalah 78% rata-rata nilai dari dosen 1 adalah 75%, dan rata-rata
nilai dari dosen 2 adalah 84%. Dengan demikian rata-rata nilai untuk materi bab II
prototipe buku pengayaan adalah 79,2% yang termasuk dalam kategori layak.

4.1.4.3 Hasil Validasi terhadap Aspek Materi dalam Bab III Mengenai Nilai
Gotong Royong
Penilaian terkait aspek materi bab III prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama mengenai nilai gotong royong memiliki beberapa indikator, yaitu
kemudahan materi untuk dipahami, kelengkapan materi, kesesuaian contoh dengan
teori, kemudahan evaluasi untuk dipahami, dan kesesuaian rangkuman dengan isi.

Indikator-indikator tersebut disusun menjadi tujuh pernyataan. Validator


memberi penilaian bab III berdasarkan penyataan tersebut. Berikut adalah penilaian
yang dilakukan oleh validator terhadap bab III prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama.

Tabel 4.15 Penilaian Materi Bab III Prototipe Buku Pengayaan


Nilai
No Indikator Dosen Dosen
Pendidik
1 2

Uraian pengantar materi nilai gotong royong


1 4 4 4
mudah dipahami. (hal. 54)

Uraian pengantar materi membuat pembaca


2 3 4 4
ingin mempelajari pembahasan selanjutnya.
134

Materi pengertian nilai gotong royong mudah


3 4 4 3
dipahami. (hal. 57)

Materi manfaat nilai gotong royong mudah


4 4 4 3
dipahami. (hal. 57)

Materi karakter nilai gotong royong sudah


5 lengkap (disertai contoh) dan mudah 4 4 4
dipahami. (hal 57-65)
Kegiatan Seru Nih! untuk mengamati
perilaku yang mengandung nilai gotong
6 royong serta menuliskannya menjadi naskah 3 2 4
drama mudah dipahami dan dilakukan. (hal
66)

Rangkuman materi sudah memuat semua


7 3 4 4
materi yang disajikan (hal 67)
Jumlah 25 26 26
Presentase Skor 89,2% 92,8% 92,8%
Kategori Penilaian 91,7% (Sangat Layak)

Berdasarkan tabel 4.15 aspek materi bab III buku pengayaan menulis naskah
drama mengenai nilai gotong royong mendapatkan penilaian dari tiga validator.
Rata-rata nilai dari pendidik bahasa Indonesia adalah 89,2%, rata-rata nilai dari
dosen 1 adalah 92,8%, dan rata-rata nilai dari dosen 2 adalah 92,8%. Dengan
demikian rata-rata nilai untuk materi bab III prototipe buku pengayaan adalah
91,7% yang termasuk dalam kategori sangat layak.

4.1.4.4 Hasil Validasi terhadap Aspek Materi dalam Bab IV Mengenai Naskah-
naskah Drama Bermuatan Nilai Gotong Royong
Penilaian terkait aspek materi bab IV prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama mengenai contoh-contoh naskah drama bermuatan nilai gotong
135

royong memiliki satu indikator, yaitu naskah drama memiliki muatan nilai gotong
royong.

Indikator tersebut disusun menjadi tiga pernyataan, disesuaikan dengan


jumlah naskah drama. Validator memberi penilaian bab IV berdasarkan penyataan
tersebut. Berikut adalah penilaian yang dilakukan oleh validator terhadap materi
contoh naskah drama yang disajikan pada bab IV.

Tabel 4.16 Penilaian Materi Bab IV Prototipe Buku Pengayaan


Nilai
No Indikator Dosen Dosen
Pendidik
1 2
Contoh naskah drama berjudul
Perundungan di Lingkungan Sekolah sudah
1 3 4 4
mengandung nilai gotong royong, yaitu anti
diskriminasi. (hal. 69-74)
Contoh naskah drama berjudul Tuduhan
2 Buta sudah mengandung nilai gotong 3 4 4
royong, yaitu anti kekerasan. (hal. 75-79)
Contoh naskah drama berjudul Menjaga
Kebersihan Lingkungan Kelas sudah
3 4 4 4
mengandung nilai gotong royong, yaitu
tolong menolong dan empati (hal. 79-83)
Jumlah 10 12 12
Presentase Skor 83,3% 100% 100%
Kategori Penilaian 94,4% (Sangat layak)

Berdasarkan tabel 4.16 aspek materi bab IV buku pengayaan menulis


naskah drama mengenai contoh naskah drama bermuatan nilai gotong royong
mendapatkan penilaian dari tiga validator. Rata-rata nilai dari pendidik bahasa
Indonesia adalah 83,3%, rata-rata nilai dari dosen 1 adalah 100%, dan rata-rata nilai
dari dosen 2 adalah 100 %. Dengan demikian rata-rata nilai untuk materi bab IV
136

prototipe buku pengayaan menulis naskah adalah 94,4% yang termasuk dalam
kategori sangat layak.

4.1.4.5 Hasil Validasi terhadap Aspek Penyajian Prototipe Buku Pengayaan


Validasi terhadap aspek penyajian prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama memiliki beberapa indikator, yaitu kesistematisan dan kekonsistenan
susunan materi, keseimbangan penyajian teori dan contoh, keterpusatan teori, dan
kefleksibelan materi. Berdasarkan indikator-indikator tersebut disusun empat
pernyataan. Validator melakukan penilaian terhadap aspek penyajian prototipe
buku pengayaan berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut. Berikut adalah
penilaian validator terhadap aspek penyajian buku pengayaan menulis naskah
drama.

Tabel 4.17 Penilaian Aspek Penyajian Buku Pengayaan


Nilai
NO Indikator Dosen Dosen
Pendidik
1 2
Keseluruhan materi disajikan dengan
1 susunan yang sistematis dan konsisten 3 3 4
sehingga mudah dipahami.

Penyajian teori dan contoh sudah seimbang,


2 4 3 3
tidak terlalu banyak teori ataupun contoh.

Materi disajikan dengan menempatkan


pembaca sebagai subjek sehingga
3 3 3 3
menimbulkan keterlibatan pembaca secara
aktif dalam materi yang dibahas.

Materi dapat digunakan oleh berbagai


4 4 3 4
kalangan,khususnya oleh peserta didik SMP.

Jumlah 14 12 14
Presentase Skor 87,5% 75% 87,5%
Kategori Penilaian 83,3% (Sangat layak)
137

Berdasarkan tabel 4.17 aspek penyajian prototipe buku pengayaan menulis


naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong
royong mendapatkan penilaian dari tiga validator. Rata-rata nilai dari pendidik
bahasa Indonesia adalah 87,5%, rata-rata nilai dari dosen 1 adalah 75%, dan rata-
rata nilai dari dosen 2 adalah 87,5 %. Dengan demikian rata-rata nilai untuk
penyajian prototipe buku pengayaan menulis naskah adalah 83,3% yang termasuk
dalam kategori sangat layak.

4.1.4.6 Hasil Validasi terhadap Aspek Bahasa Prototipe Buku Pengayaan


Validasi terhadap aspek bahasa prototipe buku pengayaan menulis naskah
drama memiliki beberapa indikator, yaitu penggunaan kebaikan dan kebenaran
bahasa, kesesuaian dengan perkembangan peserta didik, pola pragraf, dan
penggunaan tanda baca. Berdasarkan indikator-indikator tersebut disusun empat
pernyataan. Validator melakukan penilaian terhadap aspek bahasa prototipe buku
pengayaan berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut. Berikut adalah penilaian
validator terhadap aspek bahasa buku pengayaan menulis naskah drama.

Tabel 4.18 Penilaian Aspek Bahasa Buku Pengayaan


Nilai
No Indikator Dosen Dosen
Pendidik
1 2
Materi dalam buku menggunakan bahasa
1
Indonesia yang baik dan benar. 4 4 3

Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat


2 perkembangan kemampuan berbahasa peserta
didik SMP.
4 3 4
Pemaparan materi disusun dengan paragraf
3 berpola yang disertai contoh sehingga
memudahkan peserta didik untuk paham. 3 3 4
Penggunaan tanda baca, meliputi titik, koma,
4
tanda seru, dan sebagainya sudah tepat. 3 4 4
138

Jumlah 14 14 15
Presentase Skor 87,5% 87,5% 93,7%
Kategori Penilaian 89,5% (Sangat layak)

Berdasarkan tabel 4.18 aspek bahasa prototipe buku pengayaan menulis


naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong
royong mendapatkan penilaian dari tiga validator. Rata-rata nilai dari pendidik
bahasa Indonesia adalah 87,5%, rata-rata nilai dari dosen 1 adalah 87,5%, dan rata-
rata nilai dari dosen 2 adalah 93,7%. Dengan demikian rata-rata nilai untuk bahasa
prototipe buku pengayaan menulis naskah adalah 89,5% yang termasuk dalam
kategori sangat layak.

4.1.4.7 Hasil Validasi terhadap Aspek Grafika Prototipe Buku Pengayaan


Validasi terhadap aspek grafika prototipe buku pengayaan menulis naskah
drama memiliki beberapa indikator, yaitu penggunaan sampul, jenis huruf, jenis
kertas, tata letak materi, dan tata letak ilutrasi Berdasarkan indikator-indikator
tersebut disusun lima pernyataan. Validator melakukan penilaian terhadap aspek
grafika prototipe buku pengayaan berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut.
Berikut adalah penilaian validator terhadap aspek grafika buku pengayaan menulis
naskah drama.

Tabel 4.19 Penilaian Aspek Grafika Prototipe Buku Pengayaan


Nilai
No Indikator Dosen Dosen
Pendidik
1 2
Sampul buku menggunakan kombinasi warna
1 2 3 4
pastel sehingga menarik minat pembaca.
Jenis dan ukuran huruf yang digunakan sudah
2 2 3 4
tepat.
Kertas yang digunakan dalam buku sudah
3 3 4 3
tepat.
139

Tata letak atau layout materi dalam buku


4 3 4 3
sudah tepat

Tata letak atau layout gambar/ilustrasi dalam


5 3 4 3
buku sudah tepat.
Jumlah 13 18 17
Presentase Skor 65% 90% 85%
Kategori Penilaian 80% (Layak)

Berdasarkan tabel 4.19 aspek grafika prototipe buku pengayaan menulis


naskah drama mendapatkan penilaian dari tiga validator. Rata-rata nilai dari
pendidik bahasa Indonesia adalah 65%, rata-rata nilai dari dosen 1 adalah 90%, dan
rata-rata nilai dari dosen 2 adalah 85%. Dengan demikian rata-rata nilai untuk
grafika prototipe buku pengayaan menulis naskah adalah 80% yang termasuk dalam
kategori layak.

4.1.4.8 Hasil Validasi terhadap Aspek Kelengkapan Prototipe Buku Pengayaan


Validasi terhadap aspek kelengkapan prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama memiliki beberapa indikator, yaitu kelengkapan halaman pendukung,
ketepatan halaman hak cipta, penyajian halaman prakata, kesesuaian nomor
halaman dengan daftar isi, kelengkapan halaman glosarium, dan kelengkapan
halaman biodata penulis. Berdasarkan indikator-indikator tersebut disusun enam
pernyataan. Validator melakukan penilaian terhadap aspek kelengkapan prototipe
buku pengayaan berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut. Berikut adalah
penilaian validator terhadap aspek kelengkapan buku pengayaan menulis naskah
drama.
140

Tabel 4.20 Penilaian Aspek Kelengkapan Prototipe Buku Pengayaan


Nilai
No Indikator Dosen Dosen
Pendidik
1 2
Buku dilengkapi dengan berbagai
halaman pendukung, meliputi judul dan
1 3 4 4
hak cipta, prakata, daftar isi, glosarium,
daftar pustaka, dan biodata penulis.
2 Penyajian halaman hak cipta sudah tepat. 3 4 4
Halaman prakata sudah disajikan dengan
3 3 4 4
tepat.
Nomor halaman dalam daftar isi sudah
4 sesuai dengan nomor halaman di dalam 4 4 4
buku.
Bagian glosarium sudah lengkap, meliputi
berbagai kata yang sulit dipahami dan arti
5 3 3 3
atau makna kata tersebut sesuai dengan
konteksnya.
Halaman biodata penulis sudah lengkap,
6 meliputi informasi umum tentang penulis 3 4 4
buku
Jumlah 19 23 23
Presentase Skor 79,1% 95,8% 95,8%
Kategori Penilaian 90,2%(Sangat Layak)
Berdasarkan tabel 4.20 aspek kelengkapan prototipe buku pengayaan
menulis naskah drama mendapatkan penilaian dari tiga validator. Rata-rata nilai
dari pendidik bahasa Indonesia adalah 79,1%, rata-rata nilai dari dosen 1 adalah
95,8%, dan rata-rata nilai dari dosen 2 adalah 95,8%. Dengan demikian rata-rata
nilai untuk grafika prototipe buku pengayaan menulis naskah adalah 90,2% yang
termasuk dalam kategori sangat layak.
141

4.1.4.9 Rekapitulasi Hasil Validasi Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah


Drama dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai
Gotong Royong untuk Peserta didik SMP
Rekapitulasi hasil validasi prototipe buku pengayaan menulis naskah drama
disusun guna mengetahui kelayakan buku pengayaan yang dikembangkan secara
keseluruhan. Berikut ini rekapitulasi hasil validasi prototipe buku pengayaan

Tabel. 4.21 Rekapitulasi hasil validasi prototipe buku


Presentase Skor Rata-rata
No Aspek Kategori
Pendidik D 1 D2 presentase
1 Materi bab 1 81,8% 79,5% 86,3% 82,5%
Sangat layak
2 Materi bab 2 78% 75% 84% 79,2%
Layak
3 Materi bab 3 89,2% 92,8% 92,8% 91,7%
Sangat layak
4 Materi bab 4 83,3% 100% 100% 94,4%
Sangat layak
5 Penyajian 87,5% 75% 87,5% 83,3%
Sangat layak
6 Bahasa 87,5% 87,5% 93,7% 89,5%
Sangat layak
7 Grafika 65% 90% 85% 80%
Layak
8 Kelengkapan 79,1% 95,8% 95,8% 90,2%
Sangat layak
Rata-rata presentase
81,4% 86,9% 90,6% 86,3% Sangat
seluruh aspek Layak

Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui hasil penilaian yang dilakukan oleh
satu pendidik bahasa Indonesia memperoleh rata-rata presentasi nilai keseluruhan
aspek sebesar 81,4% yang termasuk dalam kategori sangat layak. Validasi yang
dilakukan oleh dosen ahli 1 memperoleh rata-rata presentase nilai keseluruhan
aspek 86,9% yang termasuk dalam kategori sangat layak. Rata-rata presentase nilai
keseluruhan aspek yang diperoleh dari dosen ahli 2 adalah 90,6% yang juga
termasuk kategori sangat layak. Berdasarkan ketiga rata-rata presentase tersebut,
diperoleh presentase nilai rata-rata sebesar 86,3% yang termasuk dalam kategori
sangat layak. Dengan demikian, disimpulkan bahwa buku pengayaan menulis
naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong
142

royong sangat layak digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama peserta
didik SMP.

4.1.4.10 Saran Perbaikan Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama


dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong
Royong untuk Peserta didik SMP
Selain penilaian, validator juga memberikan saran perbaikan terhadap
prototipe buku pengayaan menulis naskah drama. Pada materi bab I, saran yang
diberikan validator, yaitu perbaikan naskah drama yang dijadikan contoh, penataan
ulang materi karakteristik naskah drama, dan peninjauan ulang unsur konflik.Saran
yang diberikan validator pada bab II adalah perbaikan dan penambahan ilustrasi
yang lebih orisinil, perbaikan materi teknik transformasi cerita pendek agar lebih
mudah dipahami peserta didik, penambahan contoh naskah drama dan cara
penambahan muatan nilai gotong royong dalam naskah drama.

Pada bab III, saran yang diberikan validator adalah perbaikan ukuran gambar,
penggunaan bahasa yang sesuai dengan pemahaman peserta didik. Saran yang
diberikan validator terkait aspek materi bab IV adalah untuk lebih menonjolkan
dialog yang memuat nilai-nilai gotong royong. Saran terkait aspek penyajian adalah
penambahan contoh naskah drama dan pembahasan dalam buku sebaiknya lebih
fokus pada topik, tidak meluas ke topik lainnya, perbaikan evaluasi, dan
penambahan ilustrasi rangkuman. Pada aspek bahasa, saran yang diberikan oleh
validator adalah agar menggunakan diksi dan bahasa yang lebih sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik. Saran validator terhadap aspek grafika adalah
perbaikan warna sampul, peninjauan ulang judul dan subjudul agar koheren,
pemerhatian layout buku, dan penambahan ilustrasi buku. Pada aspek kelengkapan
buku, validator memberikan saran untuk melakukan pengecekan glosarium.
143

4.1.5 Hasil Perbaikan Prototipe Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama


dengan Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong
Royong untuk Peserta Didik SMP

Perbaikan prototipe buku pengayaan menulis naskah drama dilakukan


sebagai kelanjutan dari saran yang diberikan oleh validator. Namun, tidak semua
saran dari validator dijadikan acuan dalam memperbaiki prototipe buku pengayaan
menulis naskah drama. Berikut perbaikan prototipe buku pengayaan menulis
naskah drama.

4.1.5.1 Perbaikan Aspek Materi


Perbaikan aspek materi dilakukan berdasarkan saran validator, meliputi (1)
penjabaran karakteristik naskah drama, (2) penambahan unsur konflik, (3)
perbaikan uraian teknik transformasi cerita pendek, dan (4) menunjukkan cara
menambahkan muatan nilai gotong royong dalam naskah drama. Perbaikan aspek
materi buku pengayaan adalah sebagai berikut.

Gambar 4.22 Penjabaran Karakteristik Naskah Drama


144

Berdasarkan gambar 4.22 diketahui bahwa sebelum dilakukan revisi, materi


karakteristik naskah drama hanya berbentuk kolom-kolom berwarna biru dan merah
muda. Mempertimbangkan saran perbaikan materi karakteristik naskah drama,
maka materi disajikan dengan penomoran dan diberi penjelasan.

1
2

Gambar 4.23 Penambahan Unsur Konflik

Keterangan :
1. Unsur-unsur naskah drama, yaitu tema, tokoh dan penokohan, latar, plot
atau alur, amanat, dialog, dan petunjuk teknis.
2. Uraian unsur konflik.

Berdasarkan gambar 4.23 terkait penambahan unsur konflik, terlihat bahwa


sebalum dilakukan revisi, konflik tidak ditulis dalam uraian materi unsur naskah
drama. Konflik ditambahkan sebagai unsur naskah drama, ditulis setelah tema.
145

1 Uraian alih
wahana

2
Fokus teknik
Transformasi

Gambar 4.24 Perbaikan Materi Teknik Transformasi

Berdasarkan gambar 4.24 dapat terlihat bahwa penjelasan materi teknik


transformasi cerita pendek pada prototipe buku diawali dengan penjelasan alih
wahana, mempertimbangkan saran validator, penjelasan terfokus pada alih wahana.

Gambar 4.25 Penambahan Cara


Memberi Muatan Nilai Gotong Royong
146

Berdasarkan gambar 4.25 terlihat adanya tambahan cara memberikan


muatan nilai gotong royong pada naskah drama. Materi ditulis dalam bentuk
paragraf dan terletak sebelum materi langkah menulis naskah drama. Penulisan
materi sebelum langkah menulis naskah drama dimaksudkan agar ketika
mempelajari langkah menulis naskah drama peserta didik bisa menambahkan nilai
gotong royong tersebut dalam naskah drama yang akan ditulis.

4.1.5.2 Perbaikan Aspek Penyajian

Perbaikan aspek penyajian buku pengayaan dilakukan dengan


mempertimbangkan saran validator. Perbaikan pada aspek penyajian buku
pengayaan yaitu (1) perbaikan halaman petunjuk penggunaan buku, (2) penyajian
rangkuman disuaikan dengan saran validator yaitu bukan hanya dalam bentuk
uraian, (3) penambahan contoh naskah drama pada bab II buku pengayaan untuk
memperdalam pemahaman peserta didik terkait langkah menulis naskah drama, dan
(4) perbaikan bagian evaluasi. Berikut ini perbaikan pada aspek penyajian buku
pengayaan menulis naskah drama.

Gambar 4.26 Perbaikan Halaman Petunjuk Penggunaan Buku

Berdasarkan gambar 4.26 terlihat perbedaan dari penyajian halaman


petunjuk penggunaan buku. Sebelumnya petuunjuk menggunaaan buku disajikan
147

dalam bentuk butir-butir setelah reviai dibentuk bagan agar lebih menarik perhatian
peserta didik

Gambar 4.27 Perbaikan Penyajian Rangkuman

Berdasarkan gambar 4.27 terlihat jelas perbedaan penyajian rangkuman,


prototipe rangkuman adalah berbentuk uraian dan butir-butir, setelah dilakukan
proses validasi penyajian rangkuman adalah dengan bentuk bagan. Bagan tersebut
bermanfaat untuk memudahkan peserta didik memahami isi rangkuman dan agar
tidak monoton tek

Materi
menyunting

Contoh naskah
drama

Gambar 4.28 Penambahan Contoh Naskah Drama


148

Berdasarkan gambar 4.28, terlihat bahwa ada tambahan contoh naskah


drama untuk menambah pemahaman peserta didik terkait materi menulis naskah
drama. Hal ini juga dimaksudkan untuk menyeimbangkan teori dengan contoh.

Gambar 4.29 Perbaikan Evaluasi

Berdasarkan gambar 4.29 terlihat perubahan dari penyajian bagian evaluasi


prototipe buku pengayaan. Sebelum dilakukan perbaikan, evaluasi ditulis dengan
butir-butir petunjuk pengerjaan, menurut validator penyajian evaluasi tidak mudah
dipahami peserta didik, setelah direvisi evaluasi dilengkapi dengan ilustrasi untuk
menstimulasi peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang tertera.

4.1.5.3 Perbaikan Aspek Bahasa

Perbaikan aspek bahasa buku pengayaan dilakukan dengan penggunaan


diksi dan bahasa yang lebih sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Bahasa yang digunakan ada pengantar materi dinilai kurang sesuai dengan peserta
didik, diperlukan adanya perbaikan.
149

Gambar 4.30 Perbaikan Bahasa

Berdasarkan gambar 4.30 terlihat perbaikan penggunaan bahasa yang ada


dalam buku pengayaan menulis naskah drama. Pemilihan bahasa yang berfokus
pada materi yang akan dipelajari lebih baik daripada pemilihan bahasa yang
terlampau meluas.

4.1.5.4 Perbaikan Aspek Grafika

Perbaikan pada aspek grafika buku pengayaan adalah (1) perbaikan warna
sampul, (2) perbaikan warna layout buku, (3) perbaikan judul dan subjudul, dan (4)
penambahan ilustrasi. Berikut ini perbaikan aspek grafika buku pengayaan menulis
naskah drama.
150

Keterangan:
2
1 1. Warna sampul
prototipe (hijau
dan putih)
2. Judul dan subjudul

Keterangan:
3. Warna sampul
prototipe (biru dan
putih)
4. Judul dan subjudul 3

Gambar 4.31 Perbaikan Sampul

Berdasarkan gambar 4.31, terlihat adanya perbaikan warna sampul dan


penambahan kata dengan pada subjudul agar lebih memiliki kaitan dengan judul.
151

Gambar 4.32 Perbaikan Layout

Berdasarkan gambar 4.32 terlihat adanya perbaikan layout buku pengayaan.


Perbaikan dilakukan pada bagian materi maupun bagian awal dan akhir buku agar
sesuai dengan sampul buku, sedangkan perbaikan halaman judul bab dilakukan agar
desain halaman judul tidak terpotong karena proses penjilidan.
152

4.1.5.5 Perbaikan Aspek Kelengkapan Buku

Perbaikan aspek kelengkapan buku adalah meninjau kembali glosarium.


Berikut ini perbaikan bagian glosarium.

Gambar 4.33 Perbaikan Glosarium

Berdasarkan gambar 4.33 terlihat adanya penambahan kata dalam


glosarium, yaitu transpuan dan youtuber.

4.2 Pembahasan

Pada pembahasan akan dibahas beberapa hal, meliputi (1) prospek pemakaian
buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek
bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik SMP dalam pembelajaran
menulis naskah drama, (2) keunggulan buku pengayaan yang dikembangkan, (3)
kekurangan buku pengayaan, dan (4) keterbatasan penelitian.

Pembahasan prospek pemakaian buku pengayaan berkenaan dengan prospek


pemakaian buku pengayaan yang dikembangkan dalam pembelajaran menulis
naskah drama peserta didik SMP. Pembahasan keunggulan buku berisi karakteristik
buku pengayaan yang membuatnya berbeda dari buku pengayaan yang lain.
Pembahasan kekurangan buku berkenaan hal-hal yang belum dikembangkan secara
153

maksimal dalam buku pengayaan sehingga menjadi sebuah kelemahan buku. Pada
pembahasan keterbatasan penelitian akan dipaparkan keterbatasan penelitian,
meliputi sumber data, instrumen penelitian, sumber materi, dan biaya penelitian.
Berikut ini penjelasan hal-hal tersebut.

4.2.1 Prospek Pemakaian Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan


Teknik Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong
untuk Peserta Didik SMP dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama
Prospek pemakaian buku pengayaan menulis naskah drama adalah
kemungkinan dipakainya buku pengayaan menulis naskah rama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong dalam kegiatan
pembelajaran menulis naskah drama peserta didik kelas VIII SMP. Berdasarkan
hasil validasi buku pengayaan menulis naskah drama diketahui aspek-aspek buku
pengayaan menulis naskah yaitu aspek materi,penyajian, bahasa, dan grafika masuk
kategori sangat layak. Dengan demikian, buku pengayaan yang dikembangkan
sangat mungkin dipakai dalam pembelajaran menulis naskah drama. Dengan kata
lain, prospek pemakaian buku pengayaan menulis naskah drama sangat baik.

Pemakaian buku pengayaan menulis naskah drama dalam pembelajaran


diharapkan dapat (1) memperkaya sumber materi terkait naskah drama yang dapat
digunakan oleh peserta didik maupun pendidik, (2) melengkapi kekurangan dalam
buku teks, (3) memudahkan guru dalam membelajarkan materi menulis naskah
drama dnegan teknik transformasi ceita pendek, (4) memambah pemahaman
peserta didik tentang naskah drama dan menulis naskah drama, dan (5)
meningkatkan keterampilan menulis naskah drama peserta didik, dan (6)
membangun karakter gotong royong pada peserta didik.

Harapan-harapan tersebut sesuai dengan fungsi buku pengayaan yaitu


menambah pengetahuan peserta didik dalam proses pengembangan pengetahuan,
keterampilan, maupun kepribadian. Selain itu Sitepu (2012:16) mengungkapkan
buku teks bisa digunakan oleh pendidik maupun peserta didik ketika mengalami
kesulitan dalam memahami suatu pokok bahasan.
154

Prospek buku pengayaan ini perlu disambut baik oleh pendidik, pengelola
pendidikan, dan peserta didik. Diharapkan adanya kemauan pihak yang telah
disebutkan untuk menggunakan sumber belajar selain buku teks pelajaran, salah
satunya buku pengayaan menulis naskah drama yang dikembangkan dalam
penelitian ini.

4.2.2 Keunggulan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik


Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk
Peserta Didik SMP
Buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita
pendek bemuatan nilai gotong royong yang dikembangkan memiliki beberapa
keunggulan, yaitu (1) buku pengayaan menulis naskah drama merupakan produk
orisinil dan belum pernah ada sebelumnya, (2) buku pengayaan menggunakan
ilustrasi orisinil, (3) buku pengayaan menulis naskah drama berisi materi menulis
naskah drama menggunakan teknik transformasi cerita pendek, dan (4) buku
pengayaan menulis naskah drama memuat nilai-nilai gotong royong.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, belum ada buku


pengayaan menulis naskah drama yang secara khusus membahas materi menulis
naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek disertai muatan nilai
gotong royong. buku-buku yang ada di toko buku maupun di sekolah membahas
materi naskah drama secara umum. Berdasarkan hal tersebut, buku menulis naskah
drama yang dikembangkan peneliti merupakan produk yang pertama kali
dikembangkan.

Ilustrasi dalam buku pengayaan menulis naskah drama merupakan produk


orisinil dan dibuat penulis. Ilustrasi tersebut dibuat dengan memperhatikan
kebutuhan dan tingkat perkembangan peserta didik. Adapun ilustrasi dalam contoh
kutipan berita sudah disertai dengan sumber.

Keunggulan segi materi buku pengayaan menulis naskah drama adalah


dengan memfokuskan teknik penulisan naskah drama. Teknik yang digunakan
dalam menulis naskah drama adalah teknik transformasi cerita pendek, teknik ini
155

dianggap lebih mudah dipelajari dan dilaksanakan oleh peserta didik SMP dalam
pembelajaran menulis naskah drama.

Buku pengayaan menulis naskah drama dimuati nilai-nilai gotong royong,


ini merupakan keunggulan lain dari produk yang dikembangkan. Muatan nilai
gotong royong terletak dalam pembahasan bab dan contoh naskah drama, setiap
contoh naskah drama memuat nilai gotong royong.

4.2.3 Kekurangan Buku Pengayaan Menulis Naskah Drama dengan Teknik


Transformasi Cerita Pendek Bermuatan Nilai Gotong Royong untuk
Peserta Didik SMP
Buku pengayaan menulis naskah drama memiliki beberapa kelemahan,
terutama pada segi materi, bahasa, dan penyajian. Pada bagian pengantar materi
bahasa yang digunakan kurang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Validator
memberikan saran untuk mengecek kembali bahasa yang digunakan agar bisa
sesuai dengan peserta didik.

Materi yang disajikan dalam buku pengayaan menulis naskah drama perlu
diperbaiki, misalnya materi karakteristik naskah drama perlu dijabarkan. Sumber
materi juga perlu ditambah. Namun, perbaikan belum bisa dilakukan secara
maksimal karena keterbatasan waktu dan referensi. Penyajian contoh naskah drama
pada bab II dinilai masih kurang, perlu tambahan contoh naskah drama. Selain itu,
penyajian ilustrasi pada beberapa materi juga perlu ditambah.

Kekurangan-kekurangan yang ada dalam buku pengayaan menulis naskah


drama yang dikembangkan bisa diperbaiki untuk melakukan penelitian lanjutan,
yaitu uji coba produk. Namun, hal tersebut tidak dilakukan karena kebutuhan
penelitian ini sampai tahap kelima, yaitu revisi prototipe produk setelah proses
validasi.

4.2.4 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini telah disusun agar sesuai dengan prosedur penelitian dan
pengembangan. Meski begitu, masih ada keterbatasan yang tidak bisa dihindari.
Keterbatasan yang dimaksud yaitu (1) sumber data, (2) instrumen penelitian, (3)
156

bahan penyusunan buku, dan (4) waktu dan biaya. Berikut penjelasan dari
keterbatasan penelitian tersebut.

Keterbatasan sumber data penelitian adalah jumlah subjek penelitian.


Sumber data yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah SMP Negeri 11
Semarang dan SMP Negeri 38 Semarang. Pada SMP Negeri 11 Semarang kelas
yang dijadikan sampel adalah VIII E yang terdiri atas 29 peserta didik. Kelas yang
dijadikan sampel pada SMP Negeri 38 Semarang adalah VIII C yang terdiri atas 31
peserta didik. Dengan demikian, sumber data masih terlalu sedikit untuk mewakili
populasi yang ada.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen analisis


kebutuhan pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong dan intrumen validasi
hasil prototipe buku pengayaan. Instrumen pokok adalah angket sehingga
memungkinkan data yang kurang akurat.

Bahan untuk menyusun materi buku pengayaan masih kurang. Sumber


materi teknik transformasi cerita pendek dan nilai gotong royong masih kurang
banyak sehingga materi kurang mendalam. Selain itu, desain sampul, layout, dan
ilustrasi yang ada dalam buku pengayaan dibuat oleh peneliti dengan peralatan
kurang lengkap, yaitu coreldraw graphics suite 2018.

Biaya dan waktu juga merupakan keterbatasan peneliti yang berpengaruh


pada tingkat kualitas produk buku yang dihasilkan. Tidak dilakukan uji coba produk
buku pengayaan kepada peserta didik untuk mengetahui kelayakan buku pengayaan
karena keterbatasan waktu dan biaya. Hal tersebut mempengaruhi kualitas buku
pengayaan menjadi kurang sempurna.
BAB V

PENUTUP

Setelah pemaparan hasil penelitian pengembangan buku pengayaan menulis


naskah drama, dapat disusun simpulan dan saran. Berikut uraian simpulan dan saran
berdasarkan hasil analisis kebutuhan.

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengembangan buku pengayaan menulis
naskah drama, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pendidik dan peserta didik terkait


pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong, diketahui bahwa
pendidik dan peserta didik masih membutuhkan buku pengayaan menulis
naskah drama sebagai pendamping buku teks pelajaran. Buku pengayaan
menulis naskah drama dibagi menjadi lima aspek yaitu (1) aspek ketersediaan
buku pengayaan di sekolah, (2) aspek materi, (3) aspek penyajian, (4) aspek
bahasa, dan (5) aspek grafika.
Berdasarkan ketersediaan buku pengayan di sekolah, hasil angket
kebutuhan pendidik dan peserta didik menunjukkan bahwa ketersediaan buku
pengayaan di sekolah sangat minim, begitu pula buku pengayaan menulis
naskah drama, peserta didik belum menggunakan buku pengayaan menulis
naskah drama di sekolah.
Berdasarkan hasil angket kebutuhan terkait aspek materi, disimpulkan
bahwa materi yang disajikan harus lengkap dan lebih menekankan materi
menulis naskah drama.Pada aspek penyajian, pendidik dan peserta didik
memilih pola penyajian deduktif. Materi disajikan terlebih dahulu, kemudian
disertai contoh naskah drama. Selain itu, pendidik dan peserta didik
menginginkan rangkuman diletakkan pada setiap akhir bab.

157
158

Berdasarkan aspek bahasa, penggunaan bahasa yang diharapkan adalah


bahasa Indonesia sesuai dengan PUEBI. Namun, bahasa tersebut juga harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik sehingga peserta didik
tetap bisa memahaminya. Pada aspek grafika, warna sampul yang diharapkan
adalah warna cerah. Ilustrasi yang diinginkan adalah kombinasi kartun dan
realis. Ukuran buku yang diharapkan adalah B5.

2. Kriteria dan desain buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong. Kriteria
penyusunan buku pengayaan harus memenuhi empat aspek, yaitu (1) aspek
materi, materi buku ditulis lengkap dalam empat bab, yaitu mengenal naskah
drama, menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek,
mengenal nilai gotong royong, dan contoh naskah drama; (2) aspek penyajian,
materi disajikan dengan cara deduktif, teori terlebih dahulu diikuti dengan
contoh naskah drama, evaluasi (pada bab tertentu), dan rangkuman.
Rangkuman disajikan pada akhir bab I, bab II, dan bab III; (3) aspek bahasa,
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan PUEBI.; (4)
aspek grafika, buku didesain menarik, setiap bagian bab (teori, rangkuman, dan
evaluasi) diberi layout berbeda.
3. Berdasarkan penilaian dan saran perbaikan dari pendidik dan dosen ahli
terhadap prototipe buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik
transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong royong untuk peserta didik
kelas VIII SMP. Rata-rata skor yang diberikan oleh validator pada aspek materi
bab I adalah 82,5 dengan kategori sangat layak, bab II memperoleh rata-rata
skor 79,2% dengan kategori sangat layak, bab III memiliki rata-rata skor 91,7%
masuk kategori sangat layak, bab IV masuk kategori sangat layak dengan rata-
rata skor 94,4%, aspek penyajian sangat layak dengan skor 83,3%, aspek
bahasa memiliki skor 89,5% berkategori sangat layak, aspek grafika memiliki
skor 80% dengan kategori layak, dan aspek kelengkapan buku memperoleh
skor 90,2% masuk kategori sangat layak.
4. Perbaikan yang dilakukan terhadap prototipe buku pengayaan menulis naskah
drama adalah, (1) perbaikan bagian sampul, mengganti warna sampul dan
159

perbaikan judul dan subjudul, (2) penggantian layout buku agar sesuai dengan
warna sampul, (3) perbaikan materi karakteristik naskah drama, (4)
penambahan ilustrasi, (5) perbaikan uraian teknik transformasi cerita pendek,
(6) penambahan ilustrasi, dan (7) penambahan contoh naskah drama.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan
sebagai berikut.

1. Pendidik dan peserta didik perlu menggunakan buku pengayaan menulis


naskah drama dengan teknik transformasi cerita pendek bermuatan nilai gotong
royong untuk pendamping buku teks pelajaran. Pada bagian teknik menulis
naskah drama, pendidik perlu menyiapkan cerita pendek yang bermuatan nilai
gotong royong serta sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Langkah menulis naskah drama yang perlu diperhatikan pendidik adalah
bagaimana menambahkan nilai gotong royong pada konflik dan alur.
2. Teknik menulis naskah drama yang ada diulas dalam buku pengayaan adalah
transformasi cerita pendek. Karya sastra yang lain juga bisa ditransformasikan
menjadi naskah drama, salah satunya novel.
3. Buku pengayaan menulis naskah drama dengan teknik transformasi cerita
pendek memuat nilai-nilai gotong royong agar peserta didik bisa meneladani
karakter nilai gotong royong. Namun, hanya beberapa karakter nilai gotong
royong yang termuat dalam contoh naskah drama, yaitu kerja sama, tolong
menolong, antikekerasan, empati, antidiskriminasi, dan musyawarah mufakat.
Masih ada karakter gotong royong yang belum termuat dalam contoh naskah
drama yang disajikan.
4. Penelitian ini hanya berhenti sampai tahap lima, yaitu merevisi desain
prototipe, perlu dilakukan penelitian lanjutan guna penyempurnaan penelitian
pengembangan buku pengayaan menulis naskah drama ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aita, Cicik. 2016. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Teknik


Transformasi Lagu Siswa Kelas X SMK Ibrahimy 1 Sukorejo Situbondo
Tahun Pelajaran 2015/2016. NOSI, 4(2) 49-61.

Aji, Yohanes Nurcahyo Wisnu, Heri Suwignyo,& Maryaeni. 2017. Pengembangan


Bahan Ajar Memerankan Drama Berbasis Legenda untuk Kelas VII SMP di
Daerah Jawa. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan 2(9),
1168-1174

Andayani. 2015. Problema dan Aksioma. Surakarta : Penerbit Deepublish.

Aminudin . 2009. Menulis dan Mementaskan Drama. Jakarta : Trans Mandiri


Abadi.

Damono, Sapardi Djoko. 2018. Alih Wahana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Desnita, Noviana Fadilah, & Esmar Budi. 2016. Pengembangan Buku Pengayaan
“Kajian Fisis Peristiwa Angin Puting Beliung” untuk Siswa SMA. JPPPF -
Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 2(2), 97-104.

Detiknews. 11 Februari 2019. Fenomena Murid Tantang Guru, Apakah Pendidikan


Keras Jadi Solusi? https://news.detik.com/berita/d-4423678/fenomena-
murid-tantang-guru-apakah-pendidikan-keras-jadi-solusi (Diakses pada 17
Januari 2020)

Ghufroni & Marlia Ratna Dewi. 2019. Pengembangan Bahan Ajar Bermain Drama
dengan Model Pembelajaran Savi pada Siswa SMA. Jurnal Semantika. 1(1),
31-46

Hasanuddin. 2015. Drama dalam Dua Dimensi. Bandung : Percetakan Angkasa.

Jayanti, Tri. Pengembangan Buku Pengayaan Menulis Cerita Biografi Bermuatan


Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Kelas VIII SMP. SELOKA.

Kemendikbud. 2017. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.

160
161

Khaerudin, Didin., Suherli Kusmana, & Iyay Robia Khaerudin. 2019.


Pengembangan Bahan Ajar Menulis Drama Berdasarkan Pengalaman
Pengarang Sebagai Bahan Ajar Drama Di SMP/MTS. Jurnal Tuturan. 8(2),
86-95.

Komaidi, Didik. 2007. Menulis Kreatif. Yogyakarta : Sabda Media.

Kompas.com. 6 Agustus 2019. Polisi Tembakkan Gas Air Mata Saat Tawuran
Suporter bola Pecah di Tebet.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/06/22305881/polisi-
tembakkan-gas-air-mata-saat-tawuran-antar-suporter-bola-pecah-di (diakses
pada 20 Januari 2020)

Kompas.com. 25 September 2019. Demo UU KPK dan RKUHP, 232 Orang Jadi
Korban, 3 Dikatakan Kritis.
https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/25/072855665/demo-uu-kpk-
dan-rkuhp-232-orang-jadi-korban-3-dikabarkan-kritis?page=all (diakses
pada 20 Januari 2020)

Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: CV Yrama Widya.

Kusumawati, Khusna., Mukh Doyin, & Mulyono. 2016. Peningkatan Keterampilan


Menulis Naskah Drama Melalui Media Kartu Gambar dengan Metode
Picture and Picture. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1),
31-36.

Maelasari, Neneng. 2018.Implementasi Teknik Transformasi Lagu Pop Indonesia


untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek. Metamorfosis,
11 (1)

Mawadah. 2010. Belajar Menulis Drama. Bogor: PT Regina Eka Utama.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Transformasi Tokoh Pewayangan. Yogyakarta: UGM


Press.

̲ ̲ ̲ ̲ .2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nuryanto, Tato. 2017. Apresiasi Drama. Depok: Rajawali Press.

Purwanti, Lestari. 2018. Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga.


162

Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2008. Pedoman Penulisan Buku Nonteks. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

̲ ̲ .2018. Panduan Pemilihan Buku Nonteks Pelajaran. Jakarta: Pusat Kurikulum


dan Perbukuan.

Putri Ayuniva Recinta Nuraeny. 2016. Pembelajaran Ekonomi Inovatif Berbasis


Kebersamaan, Kekeluargaan, dan Gotong Royong: Model Pembelajaran
Rewang. National Conference On Economic Education. 247-256

Putra, Nusa. 2015. Reseacrh and Development Penelitian dan Pengembangan:


Suatu Pengantar. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Saputra. Dhimas Pradana Hari. 2019. Pengembangan Buku Pengayaan Menulis


Naskah Drama Bermuatan Nilai Kearifan Lokal untuk Peserta Didik Kelas
VIII SMP. Skripsi. Universitas Negeri Semarang

Sari, Nisa Prima., Ceni Rahim, & Ronald Wibowo Sitompul. 2019.Transformasi
Mite “Misteri Gang Keramat” Menjadi Naskah Drama Sebagai Bahan Ajar
Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 05 Medan Tahun
Ajaran 2019/2020. BASA TAKA, 2(1), 1-16.

Sitepu. 2014. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya


Offset.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukirno. 2009. Menulis Kreatif dengan Strategi Belajar Akselerasi. Yogyakarta:


Surya Sarana Grafika.

Sumaryanto. 2019. Karya Sastra Bentuk Drama. Semarang: Mutiara Aksara.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Percetakan Angkasa

Tarsinih, Eny. 2016. Analisis Naskah Robohnya Surau Kami dan Penggunaannya
untuk Menyusun Model Menulis Naskah Drama di Universitas Wiralodra
Indramayu. Bahtera Indonesia: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. volume 1: 39-48.
163

Utomo, Eko Prasetyo. 2018. Internalisasi Nilai Karakter Gotong Royong Dalam
Pembelajaran IPS untuk Membangun Modal Sosial Peserta Didik. JTP2IPS.
3(2), 95-102

Waluyo. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogya: Hanindita Graha Widya.

Waraulia, Asri Musandi. & Agung Nasruloh Saputro. Pengembangan Buku Ajar
Menulis Naskah Drama untuk Peningkatan Karakter Nilai Budaya. Prosiding
SAGA.219-226.

Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model


Pembelajarannya. Yogyakarta: Garudhawaca.

Winarni, Retno. , Karsono, & Muh. Ismai. 2017. Developing Character Education-
Based Drama Textbook to increase the Ability to Play Drama. International
Journal of English Literature and Social Sciences (IJELS). 2(6)

Wiyanto, Asul. 2014. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Garsindo.

Yuliyanti, Ikrima Dwi., Uci Dia Ayu Lestari, Sellawati Nurul Masitoh, & Chumi
Zahroul Fitriyah. 2018. Prosiding Seminar Nasional Penguatan Pendidikan
Karakter Pada Siswa Dalam Menghadapi Tantangan Global.
LAMPIRAN

164
165

Lampiran 1 Angket Kebutuhan Peserta Didik


1. Angket Kebutuhan Peserta Didik SMP Negeri 11 Semarang
166
167
168
169
170
171
172
173

2. Angket Kebutuhan Peserta Didik SMP Negeri 38 Semarang


174
175
176
177
178
179
180
181
182

Lampiran 2 Angket Kebutuhan Pendidik


1. Angket Kebutuhan Pendidik SMP Negeri 11 Semarang
183
184
185
186
187
188
189
190

2. Angket Kebutuhan Pendidik SMP Negeri 38 Semarang


191
192
193
194
195
196
197
198

Lampiran 3 Angket Validasi Prototipe Buku Pengayaan


1. Angket Validasi Pendidik
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209

2. Angket Validasi Dosen 1


210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220

3. Angket Validasi Dosen 2


221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231

Lampiran 4. Surat Penetapan Dosen Pembimbing


232

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

1. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMP Negeri 11


Semarang
233

2. Surat Keterangan Telah Penelitian di SMP Negeri 38 Semarang


234

Lampiran 6 Lembar Bimbingan


235
236

Lampiran 7 Sertifikat UKDBI


237

Lampiran 8. Sertifikat TOEFL


238

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian


1. Pengumpulan Data di SMP Negeri 11 Semarang
239

2. Pengumpulan Data di SMP Negeri 38 Semarang

Anda mungkin juga menyukai