Anda di halaman 1dari 149

1

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NARASI


DI MASA PANDEMI COVID-19 BERBENTUK POP UP BOOK DIGITAL
UNTUK PESERTA DIDIK KELAS VII SMP

(Tesis)

Oleh
YERLI AGILIA PUTRI

MAGISTER PENDDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
Yerli Agilia Putri

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NARASI


DI MASA PANDEMI COVID-19 BERBENTUKPOP UP BOOK DIGITAL
UNTUK PESERTA DIDIK KELAS VII SMP

Oleh

YERLI AGILIA PUTRI

Keterbatasan media yang digunakan pendidik menimbulkan kebutuhan peserta


didik terhadap media pembelajaran yang menarik karena selama ini pendidik
selalu menggunakan papan tulis pada setiap proses pembelajaran. Berdasar pada
hal itu, tujuan dari penelitan ini ialah menghasilkan produk media pembelajaran,
mendeskripsikan kemenarikan produk media pembelajaran, dan menguji
efektivitas produk media di kelas VII pada pembelajaran teks narasi.

Metode penelitian menggunakan model DDD-E, yaitu decide (Menentukan


Tujuan), design (mendesain prosuk), develop (pengembangan), dan evaluate
(evaluasi). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Gadingrejo kelas VII-1, VII-
2, VII-5, dan VII-6. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan penyebaran
angket di 4 kelas yang menjadi objek penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) media pembelajaran teks narasi


berbentuk pop up book digital untuk peserta didik kelas VII SMP berhasil
dikembangkan dan sudah divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan praktisi; (2)
media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop up book digital yang
dikembangkan dinyatakan sangat layak oleh ahli materi, ahli media, dan praktisi
dengan persentase penilaian 86,20%, 90,02%, dan 88,30%; (3) berdasar pada
perbandingan pretest, posttest, dan N-gain dari penggunaan media pop up book
digital untuk pembelajaran menulis teks narasi yang dikembangkan mendapatkan
nilai sebesar (0,50), (049), (0,52), (0,50) termasuk dalam kategori sedang
sehingga efektif digunakan dalam pembelajaran.

Kata kunci : media pembelajaran, pop up book digital, teks narasi


Yerli Agilia Putri

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEARNING MEDIA FOR WRITING


NARRATIVE TEXT DURING THE COVID-19 PANDEMIC IN THE
FORM OF DIGITAL POP UP BOOK FOR CLASS VII SMP STUDENT

By

YERLI AGILIA PUTRI

The lack of the media used by educators raises the needs of students for
interesting learning media because so far educators have always used the
blackboard in every learning process. Based on that case, the purposes of this
research were to produce learning media products, describe the attractiveness of
learning media products, and test the effectiveness of media products in class VII
in narrative text learning.
The method used in this research was the DDD-E model, namely Decide, Design,
Develop, and Evaluate. This research was conducted at SMP Negeri 3 Gadingrejo
class VII-1, VII-2, VII-5, and VII-6. The data collection techniques were
interview and questionnaires that were distributed in the 4 classes which were the
object of research.
The results showed that (1) the narrative text learning media in the form of a
digital pop up book for seventh grade junior high school students was successfully
developed and validated by material experts, media experts, and practitioners; (2)
the learning media for writing narrative texts in the form of a digital pop-up book
that was developed was declared very feasible by material experts, media experts,
and practitioners with a percentage of 86.20%, 90.02%, and 88.30% ratings; (3)
based on the comparison of pretest, posttest, and N-gain from the use of digital
pop up book media for learning to write narrative texts that was developed, the
scores were (0.50), (049), (0.52), (0, 50) was categorized in the medium level so it
was effective to be used in learning.
Key words: learning media, pop up book, narrative text
MOTO

‫فَا َِّن َم َع ۡالعُ ۡس ِر ي ُۡس ًرا‬

"Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan"

ؕ‫ا َِّن َم َع ۡالعُ ۡس ِر ي ُۡس ًرا‬

"sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan"

َ ‫فَ ِاذَا فَ َر ۡغتَ فَ ۡان‬


‫ص ۡب‬

"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain),"

ْ َ‫َوا ِٰلى َربِكَ ف‬


ْ‫ارغَب‬

"dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap"

(Q.S Al-Insyirah : 5-8)


PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohhim

Alhamdulillah dan rasa syukur atas nikmat Allah swt. yang telah senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga memberikan begitu banyak jalan,

kekuatan, kesehatan dan keyakinan membuat segalanya menjadi lebih indah dan

bermakna dalam hidupku dengan mengucap rasa syukur dan kerendahan hati

kupersembahkan karya ini kepada orang-orang tersayang.

1. Kedua orang tuaku, Bapak Slamet Riyadi dan Ibu Srimiyani yang senantiasa

sabar dalam membimbing setiap langkahku, mendidikku dengan penuh cinta,

mendoakan serta melimpahkan segenap kasih sayang dan materi yang tiada

terhingga.

2. Kakak, adik tercinta, dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa

dan semangat.

3. Teman-teman seperjuangan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

angkatan 2020.

4. Almamater Universitas Lampung.


SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya yang tiada

tara, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Pengembangan

Media Pembelajaran Menulis Teks Narasi di Masa Pandemi Covid-19

berbentuk Pop Up Book Digital untuk Peserta didik Kelas VII SMP. Tesis ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Strata 2 (S2) pada

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Tesis ini dapat terwujud dengan baik berkat

bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang luar biasa sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. sebagai Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Siti Samhati, M.Pd. sebagai Ketua Program Studi Magister Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. sebagai dosen pembimbing I yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran dan yang selalu memberikan

dukungan serta nasihatnya.

4. Dr. Sumarti, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing

dengan penuh kesabaran, bersedia memberikan saran, nasihat, dan motivasi

selama penulisan tesis.

5. Dr. Siti Samhati, M.Pd. sebagai dosen pembahas yang telah memberi kritik

dan saran yang sangat membangun.


6. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku validator materi yang telah

mengevaluasi produk yang dikembangkan.

7. Dr. Herpratiwi, M.Pd. selaku validator media yang telah mengevaluasi

produk yang dikembangkan.

8. Heni Triwastuti, S.Pd. dan Drs. Trimanto selaku pendidik di SMP Negeri 3

Gadingrejo yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Bapak dan Ibu Dosen, serta staf Program Studi Magister Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung.

10. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Slamet Riyadi dan Ibu Srimiyani yang

senantiasa sabar dalam membimbing setiap langkahku, mendidikku dengan

penuh cinta, mendoakan serta melimpahkan segenap kasih sayang dan materi

yang tiada terhingga.

11. Kakak-kakak, adik, keponakanku tersayang. Erik Tabrani, Wahyu Setiawan,

Ocky Putra, Alena Ardinda, Iin Merita, Wiwin Sundari, Nur Fitriana, Adisa

Zea Alfionita, dan Athallah Zafran Tabrani yang senantiasa memberikan

dukungan, semangat, dan doa dalam hidupku.

12. Teman, sahabat, sekaligus keluarga baruku di Bandarlampung yaitu Jessika

Amanda, Nora Mardiyani, Shara Rahmawati, dan Shinta Larasati terima kasih

atas kesediaan waktunya selama ini untuk direpotkan. Terima kasih telah

menjadi peluk dalam pelikku.

13. Teman-teman angkatan 2020 yang kuliah di Program Studi Magister

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung.

14. Kakak tingkat dan adik tingkat yang kuliah di Program Studi Magister

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Lampung.


15. Tri Utami dan Haris Sujatmiko serta keluarga yang selalu bersedia membantu

dalam penyusunan produk serta memberikan semangat untuk menyelesaikan

studi.

16. Kamu yang selalu mendoakan saya akan hari-hari baik berikutnya.

17. Almamater tercinta Universitas Lampung.

18. Semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan tesis ini.

Bandarlampung, April 2022


Penulis,

Yerli Agilia Putri


NPM 2023041005
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK...................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM ...................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................vii
MOTO ........................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... ix
SANWACANA ................................................................................................ x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9

II. KAJIAN TEORI


2.1 Pembelajaran Online ........................................................................ 10
2.1.1 Definisi Pembelajaran ............................................................ 10
2.1.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran ........... ......................................11
2.1.3 Pembelajaran Online ............................................................... 13
2.2 Keterampilan Menulis ......................................................................16
2.2.1 Pengertian Menulis . ............................................................... 17
2.2.2 Fungsi, Tujuan, dan Manfaat ................................................... 19
2.2.3 Tujuan Menulis ......................................................................20
2.2.4 Tahap Kegiatan Menulis ......................................................... 20
2.3 Teks Narasi .................................................................................. 20
2.3.1 Jenis-Jenis Teks Narasi ........................................................... 21
2.3.2 Struktur Narasi........................................................................ 22
2.3.3 Unsur-Unsur Teks Narasi ........................................................ 24
2.4 Media Pembelajaran......................................................................... 30
2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran .............................................. 30
2.4.2 Fungsi Media Pembelajaran .................................................... 31
2.4.3 Manfaat Media Pembelajaran .................................................. 32
2.4.4 Klasifikasi Media Pembelajaran .............................................. 33
2.5 Buku Pop Up .................................................................................. 35
2.5.1 Definisi Pop Up Book ............................................................. 35
2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Pop Up Book ............................... 37
2.5.3 Langkah Penggunaan Pop Up Book ........................................ 38

III. METODE PENELITIAN


3.1 Model Pengembangan ......................................................................41
3.2 Prosedur Pengembangan .................................................................. 42
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 43
3.4 Uji Coba Produk ........... .................................................................. 44
3.5 Teknik Analisis Data..... .................................................................. 54
3.5.1 Analisis Data Hasil Uji Ahli dan Kemenarikan Produk ........... 54
3.5.2 Analisis Data Hasil Uji Coba Produk ......................................55

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Penelitian Pendahuluan ............... .................................................... 58
4.1.1 Potensi dan Masalah .......... .................................................... 58
4.1.2 Hasil Penelitian Pendahuluan .................................................. 59
4.2 Proses Pengembangan ................. .................................................... 61
4.2.1 Decice (Menetapkan Tujuan) .................................................. 62
4.2.2 Design (Mendesain) ........... .................................................... 64
4.2.3 Develop (Pengembangan) .. .................................................... 72
4.2.4 Evaluate (Evaluasi) ............ .................................................... 73
4.2.4.1 Validasi oleh Ahli Materi ........................................... 73
4.2.4.2 Validasi oleh Ahli Media ............................................ 77
4.2.4.3 Validasi oleh Praktisi .................................................. 82
4.2.4.4 Revisi Produk pada Uji Validasi Ahli Materi .............. 85
4.2.4.5 Revisi Produk pada Uji Validasi Ahli Media .............. 81
4.2.4.6 Revisi Produk pada Uji Validasi Ahli Praktisi ............ 89
4.3 Uji Coba Produk ......................... .................................................... 90
4.3.1 Uji Coba Produk Skala Terbatas ............................................. 90
4.3.2 Revisi Produk Uji Coba Skala Terbatas ...................................95
4.3.3 Uji Coba Produk Skala Luas ................................................... 97
4.3.3.1 Penilaian dari Pendidik Bahasa Indonesia .................. 97
4.3.3.2 Penilaian dari Peserta Didik ....................................... 101
4.3.4 Revisi Produk Uji Coba Skala Luas ....................................... 105
4.4 Kemenarikan Produk................... ................................................... 108
4.5 Efektivitas Produk....................... ................................................... 114
4.5.1 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-1 ........................... 116
4.5.2 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-2 ........................... 117
4.5.3 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-3 ........................... 119
4.5.3 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-4 ........................... 121

V. PENUTUP
5.1 Simpulan ................................. ................................................... 124
5.2 Saran ................................. ................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 126
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel
3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pendidik Prapenelitian ......................... 48
3.2 Kisi-kisi Pedoman Angket Analisis Kebutuhan Pendidik ...................... 49
3.3 Kisi-kisi Pedoman Angket Analisis Kebutuhan Peserta didik ................ 49
3.4 Kisi-kisi Angket Uji Ahli Materi .......................................................... 50
3.5 Kisi-kisi Angket Uji Ahli Media ........................................................... 50
3.6 Kisi-kisi Angket Uji Praktisi ... ............................................................. 51
3.7 Kisi-kisi Angket Uji Coba Penggunaan Produk untuk Pendidik ............ 52
3.8 Kisi-kisi Angket Uji Coba Penggunaan Produk untuk Peserta Didik ..... 53
3.9 Kisi-kisi Angket Kemenarikan Produk Media untuk Peserta Didik ....... 53
3.10 Konversi Tingkat Pencapaian dengan Persentase .................................. 55
3.11 Kriteria Indeks Gain .............. ............................................................. 56
3.12 Instrumen Penilaian Soal Pilihan Jamak................................................ 56
3.13 Instrumen Penilaian Karangan Narasi ................................................... 56
4.1 Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan IPK ....................................... 65
4.2 Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran oleh Ahli Materi .................. 74
4.3 Data Hasil Penilaian dari Ahli Media .................................................... 78
4.4 Validasi Guru Bahasa Indonesia ........................................................... 82
4.5 Perbaikan Petunjuk Penggunaan Media ................................................ 85
4.6 Perbaikan Produk Media Pop Up Book Digital oleh Ahli Materi ............
4.7 Perbaikan Produk Media Pop Up Book Digital ..................................... 87
4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Produk Skala Terbatas oleh Peserta
Didik SMP Negeri 3 Gadingrejo ........................................................... 91
4.9 Hasil Angket Penilaian dari Pendidik SMP Negeri 3 Gadingrejo Kelas
Unggul ................................... ............................................................. 97
4.10 Hasil Angket Penilaian dari Pendidik SMP Negeri 3 Gadingrejo Kelas
Reguler ................................... ............................................................. 99
4.11 Hasil Penilaian dari Peserta Didik SMP Negeri 3 Gadingrejo .............. 101
4.12 Rekapitulasi Angket Kemenarikan Produk Media Pembelajaran di
Kelas Unggul SMP Negeri 3 Gadingrejo ............................................. 110
4.13 Rekapitulasi Angket Kemenarikan Produk Media Pembelajaran di
Kelas Reguler SMP Negeri 3 Gadingrejo ............................................. 112
4.14 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest ............................................... 115
4.15 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-1 ......................................... 116
4.16 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-2 ......................................... 118
4.17 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-5 ......................................... 119
4.18 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-6 ......................................... 121
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar
1 Tampilan Halaman Sampul Sebelum direvisi ..................................... 88
2 Tampilan Halaman Sampul Sesudah direvisi ..................................... 88
3 Tampilan Halaman Sampul dalam Sebelum direvisi ........................... 89
4 Tampilan Halaman Sampul dalam Sesudah direvisi ........................... 89
5 Tampilan Halaman Kata Pengantar Setelah direvisi ............................ 90
6 Tampilan Halaman Kata Pengantar Sebelum direvisi.......................... 95
7 Tampilan Halaman Kata Pengantar Setelah direvisi ............................ 96
8 Tampilan Halaman Sampul Sebelum direvisi .................................... 106
9 Tampilan Halaman Sampul Sesudah direvisi .................................... 106
10 Tampilan Halaman Sampul dalam Sebelum direvisi .......................... 107
11 Tampilan Halaman Sampul dalam Sesudah direvisi .......................... 107
12 Tampilan Halaman Kata Pengantar Sebelum direvisi......................... 108
13 Tampilan Halaman Kata Pengantar Setelah direvisi ........................... 108
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I
1. Surat Izin Penelitian dan Surat Balasan Penelitian
2. Angket Analisis Kebutuhan Guru
3. Angket Analisis Kebutuhan Siswa
4. Rekapitulasi Wawancara Guru
5. Surat Permohonan Menjadi Validator
6. Amgket Validasi Ahli
7. RPP Teks Narasi
8. Daftar Hadir Siswa
9. Angket Uji Coba Skala Terbatas
10. Angket Uji Coba Skala Luas
11. Angket Respon Penggunaan Produk oleh Guru
12. Angket Kemenarikan Produk
13. Hasil Pretest dan Postest
14. Foto Kegiatan Penelitian
15. Panduan Penggunaan Produk untuk Guru
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara

pendidik dengan peserta didik dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

belajar. Pada kegiatan ini terjadi proses atau hubungan timbal balik yang tidak

dapat dipisahkan yaitu guru sebagai pendidik atau yang memberi pelajaran dan

peserta didik sebagai seorang yang menerima pelajaran atau sedang belajar. Pada

umumnya proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka di sekolah. Namun,

karena adanya pandemi Covid-19 di awal 2020 tepatnya pada Maret, maka

pembelajaran di seluruh Nusantara sampai saat ini dilakukan secara daring.

Lembaga pendidikan memang menjadi salah satu korban dampak adanya pandemi

Covid-19 tersebut. Semua kegiatan sekolah harus mengalami perubahan dan

dituntut untuk menyesuaikan dengan keadaan.

Kegiatan belajar dari rumah yang diterapkan oleh pemerintah menyebabkan

pendidik dan peserta didik kehilangan kesempatan untuk berinteraksi satu sama

lain dalam menjalin hubungan sosial, menumbuhkan sikap solidaritas antar

sesama manusia, kehilangan rasa peduli dan empati. Kegiatan yang seharusnya

dilalui oleh pendidik dan peserta didik memberikan pembelajaran tidak hanya

tentang materi pelajaran, tetapi juga menyampaikan tentang pentingnya

bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat tidak lagi dijumpai. Peristiwa

demikian belum bisa dilaksanakan karena adanya imbauan untuk physical


2

distancing dari pemerintah guna melakukan pencegahan terhadap penyebaran

virus Covid-19.

Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh tentu berbeda dengan kegiatan belajar di

sekolah. Selain adanya perangkat pembelajaran, kegiatan belajar juga harus

didukung oleh media belajar untuk memudahkan peserta didik dalam memahami

materi. Media pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran. Keberadaan media

dapat mempermudah komunikasi antara pendidik dan peserta didik dalam proses

penyampaian informasi.

Pemilihan penggunaan media dalam proses pembelajaran jarak jauh seperti ini

akan lebih sulit karena kebutuhan antara materi pembelajaran dan media yang

dibutuhkan setiap peserta didik berbeda-beda. Pendidik harus menyesuaikan

media yang akan digunakan dengan ketersediaan jaringan, maupun akses internet

setiap peserta didik. Hal tersebut dipertimbangkan dalam pemilihan media

pembelajaran karena sistem pembelajaran di rumah yaitu menggunakan sistem

pembelajaran online atau daring. Pembelajaran daring dilakukan menggunakan

gadget masing-masing peserta didik baik berupa smartphone, laptop, komputer,

atau tablet. Media akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi proses

pembelajaran. Penerapan pembelajaran daring merupakan sebuah strategi yang

tepat untuk menggantikan pembelajaran di kelas.

Hadirnya media belajar yang baru juga sangat dibutuhkan dalam implementasi

perubahan strategi pembelajaran secara daring. Hal tersebut diperlukan sebagai

penunjang kegiatan belajar mengajar. Pergantian sistem pembelajaran tatap muka


3

menjadi daring juga diikuti dengan media belajar yang membutuhkan koneksi

jaringan internet yang akan diakses pada perangkat gadget. Jika koneksi jaringan

internet lancar, maka pembelajaran daring juga akan terlaksana dengan baik.

Cara untuk menentukan antara materi dan media pembelajaran yang menarik serta

dapat dengan mudah diakses oleh peserta didik bukanlah perkara yang mudah.

Namun, pada penelitian ini penulis merancang sebuah media pembelajaran yang

dirasa menarik dan mudah untuk digunakan dalam pembelajaran daring yaitu

media pop up book digital.

Media pop up book merupakan suatu media yang memiliki unsur tiga dimensi.

Pop up book mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang ingin

disampaikan dalam suatu materi sehingga membuat materi lebih mudah diingat

dan dipelajari. Pada dasarnya, media pop up book adalah sebuah media cetak.

Namun, karena kebutuhan pembelajaran masa pandemi maka peneliti akan

mengembangkan sebuah media pop up book digital sehingga dapat dengan mudah

diakses oleh peserta didik. Media pop up book digital akan tersedia dalam bentuk

video maupun gambar bergerak yang dapat dioperasikan secara manual.

Media belajar pop up book dianggap mempunyai daya tarik tersendiri bagi peserta

didik karena mampu menyajikan visualisasi dengan bentuk-bentuk yang dibuat

dengan melipat, bergerak dan muncul sehingga memberikan kejutan dan

kekaguman bagi peserta didik ketika membuka setiap halamannya. Kelebihan dari

media pop up book adalah memberikan pengalaman khusus bagi peserta didik

karena melibatkan peserta didik untuk menggeser, membuka, dan melipat bagian

pop up book. Hal ini akan membuat kesan tersendiri kepada pembaca sehingga
4

akan lebih mudah masuk ke dalam ingatan ketika menggunakan media tersebut.

Tidak jauh berbeda dengan media pop up book cetak, media pop up book digital

juga melibatkan peserta didik untuk menggerakkan tangan saat menggunakan

media tersebut, sehingga pembelajaran daring dirasa akan lebih menyenangkan

dan peserta didik tidak merasa bosan dengan adanya pandemi.

Media pop up book digital cocok diaplikasikan dalam pembelajaran menulis teks

narasi karena keterampilan menulis karangan narasi adalah sebuah keterampilan

menuangkan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dan pengalaman hidup seseorang

ke dalam bentuk karangan yang menceritakan rangkaian peristiwa atau kejadian

secara kronologis. Media ini akan berbeda dari media sebelumnya karena dikemas

dalam bentuk digitalisasi tiga dimensi yang berisi materi teks narasi dan cerita

anak rembulan. Materi dan cerita yang terdapat pada pengembangan media akan

memancing antusiasme peserta didik dalam mempelajari teks narasi sehingga

tujuan pembelajaran untuk menguasai kompetensi dasar yang diinginkan dapat

tercapai.

Menulis memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam dunia

pendidikan. Menulis memiliki fungsi utama sebagai sarana untuk belajar. Peserta

didik dapat mengungkapkan dan memunculkan ide serta pikirannya dalam bentuk

tulisan sehingga secara tidak langsung akan melatih kemampuan berpikir peserta

didik. Tarigan (2008) juga mengatakan bahwa menulis dipergunakan orang

terpelajar untuk mencatat atau merekam, melaporkan atau memberitahukan,

meyakinkan, serta mempengaruhi. Kegiatan menulis sudah menjadi salah satu

keterampilan yang wajib dikuasai peserta didik di sekolah karena begitu


5

pentingnya keterampilan menulis dalam pembelajaran. Pemilihan media pop up

book digital dalam pembelajaran menulis teks narasi merupakan langkah yang

tepat terutama pada pembelajaran daring.

Sesuai dengan kurikulum darurat untuk pembelajaran di masa pandemi, dalam

pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik diberi pelajaran yang menekankan empat

keterampilan berbahasa, salah satunya adalah keterampilan menulis. Mata

pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII khususnya untuk keterampilan menulis,

salah satu teks yang dipelajari adalah teks narasi sebagai berikut.

3.3 Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita imajinasi) yang dibaca dan

didengar.

3.4 Menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita imajinasi) yang dibaca

dan didengar.

4.3 Menceritakan kembali isi teks narasi (cerita imajinasi) yang didengar dan

dibaca secara lisan, tulis, dan visual.

4.4 Menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita imajinasi secara lisan dan

tulis dengan memperhatikan struktur, penggunaan bahasa atau aspek lisan.

Pengembangan media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop up book

digital berdasar pada kebutuhan peserta didik untuk mempelajari salah satu teks

yang terdapat pada pasangan KD 3.3 dengan 3.4 dan KD 4.3 dengan 4.4. Cerita

atau karangan dalam teks narasi yang dibuat bisa berupa kejadian yang benar

terjadi atau bisa juga hanya berupa imajinasi. Biasanya teks narasi dibuat untuk

menghibur pembacanya melalui cerita, baik cerita fiksi atau nonfiksi.


6

Media pop up book merupakan media yang sudah ada dan digunakan dalam

pembelajaran menulis. Namun, dalam pembelajaran menulis teks narasi di masa

pandemi perlu dilakukan pengembangan sehingga mendapatkan hasil teks narasi

yang sesuai dengan kemampuan peserta didik dan materi yang digunakan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil studi pendahuluan di beberapa sekolah

menegah pertama Negeri Kecamatan Gadingrejo, media pembelajaran yang

digunakan perlu dilakukan pengembangan karena pembelajaran yang dilakukan

saat ini terkesan monoton. Pelaksanaan pembelajaran daring khususnya mata

pelajaran bahasa Indonesia kelas VII hanya menggunakan whatsApp group

dengan pemberian tugas serta sedikit materi. Penulis merasa media berbentuk pop

up book digital ini cocok dalam pembelajaran menulis teks narasi di masa

pandemi karena peserta didik akan merasa tertarik sehingga lebih mudah

memunculkan ide serta mengembangkannya dalam bentuk tulisan jika peserta

didik mendapat masukan dari peserta didik lainnya, baik berupa ide tambahan

maupun perbaikan.

Berdasar pada beberapa alasan yang telah diuraikan, penelitian ini dimaksudkan

untuk mengembangkan media pembelajaran yang lebih menarik berbentuk pop up

book digital untuk pembelajaran menulis teks narasi pada peserta didik SMP

dengan judul penelitian “Pengembangan Media Pembelajaran Menulis Teks

Narasi di Masa Pandemi Covid-19 berbentuk Pop Up Book Digital untuk Peserta

didik Kelas VII SMP”.

Penelitian mengenai pengembangan media pop up book secara umum pernah

dilakukan oleh Diyah Rahmawati (2017), Mukhidin (2013), Nofa Nia Safitri
7

(2009), Dewi (2014), Emma & Gafur (2015). Diyah Rahmawati melakukan

penelitian pengembangan media berbentuk buku pop up book yang digunakan

untuk pembelajaran peserta didik tunarungu di sekolah luar biasa, Mukhidin

melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran pop up book untuk

pembelajaran menulis narasi pada peserta didik SMP serta mendapatkan

keefektifan produk yaitu 90,9 yang termasuk dalam kategori sedang, Nofa Nia

Safitri melakukan penelitian pengembangan media berbentuk pop up book, Dewi

melakukan penelitian pengembangan media berbasis multimedia interaktif, dan

Emma & Gafur melakukan penelitian pengambangan media berbasis multimedia

interaktif untuk pembelajaran menulis cerita pendek. Selain pengembangan media

yang dapat dijadikan acuan bagi pendidik, penelitian ini juga dapat dijadikan

referensi atau penelitian yang relevan dalam mengembangkan produk media.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengembangan media pop up book digital untuk pembelajaran

menulis teks narasi pada peserta didik kelas VII SMP?

2. Bagaimanakah kelayakan media pop up book digital untuk pembelajaran

menulis teks narasi pada peserta didik kelas VII SMP?

3. Bagaimanakah efektivitas media pop up book digital untuk pembelajaran

menulis teks narasi pada peserta didik kelas VII SMP?


8

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan produk media pembelajaran menulis teks narasi

berbentuk pop up book digital untuk peserta didik kelas VII SMP.

2. Menguji kelayakan produk media pembelajaran menulis teks narasi

berbentuk pop up book digital untuk peserta didik kelas VII SMP.

3. Menguji efektivitas produk media pembelajaran menulis teks narasi

berbentuk pop up book digital untuk peserta didik kelas VII SMP.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi lembaga pendidikan

seperti sekolah, peserta didik, dan juga atau tenaga pendidik. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan media pembelajaran yang efektif

dan efisien untuk digunakan dalam pembelajaran menulis teks narasi pada peserta

didik SMP. Selain itu, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat

menginspirasi dan memotivasi para pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif

dalam menggunakan strategi maupun media pembelajaran yang menarik dan

efektif untuk mengajar terutama dalam mengajar pelajaran Bahasa Indonesia.

2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian pengembangan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu

bagi peserta didik, bagi pendidik, dan bagi sekolah. Secara rinci diuraikan sebagai

berikut.
9

1. Bagi peserta didik, hasil penelitian pengembangan ini dapat membantu

peserta didik agar dapat memahami teks narasi dengan media pop up book

digital.

2. Bagi pendidik, hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai

rujukan untuk pembelajaran menulis teks narasi.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pengambilan kebijakan sekolah mengenai media pembelajaran, khususnya

pembelajaran di masa pandemi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian adalah pendidik dan peserta didik kelas VII SMP Negeri 3

Gadingrejo tahun ajaran 2021/2022.

2. Objek penelitian ini adalah pengembangan media pembelajaran menulis

teks narasi berbentuk pop up book digital untuk peserta didik kelas VII

SMP.

3. Lokasi uji kelompok besar dalam penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri

3 Gadingrejo.

4. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2021/2022 semester ganjil.

1.6 Spesifikasi Produk

Produk media pembelajaran yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini

memiliki spesifikasi sebagai berikut.

1. Pengembangan produk media pembelajaran ini dikembangkan

menggunakan aplikasi FLIPHTML 3 D. Aplikasi ini dipilih sebagai sarana


10

pengembangan media pembelajaran pada penelitian ini karena termasuk

salah satu program yang memiliki keunggalan untuk membuat program

interaktif bagi peserta didik yang sedang melaksanakan pembelajaran jarak

jauh. Aplikasi ini memiliki kemudahan untuk mengimpor file, gambar ,

suara, animasi, dan video. Selain itu, aplikasi ini juga memiliki fitur untuk

meletakkan tautan sebagai tes formatif yang dapat ditugaskan untuk peserta

didik.

2. Produk media pembelajaran ini diunggah pada website sehingga terdapat

tautan yang dapat dibagikan kepada peserta didik pada kegiatan

pembelajaran baik tatap muka maupun jarak jauh.

3. Produk media pembelajaran ini berisi materi teks narasi untuk peserta didik

kelas VII SMP.

4. Media pop up book digital memungkinkan peserta didik supaya lebih

mudah memahami materi teks narasi karena terdapat halaman-halam yang

dikemas dalam bentuk yang menarik dan dapat dibuka dimanapun peserta

didik menginginkan untuk belajar. Selain itu, pop up book digital ini juga

mudah untuk dibawa kemanapun karena tersedia di internet.


11

II. LANDASAN TEORI

Ada beberapa teori yang digunakan untuk memperkuat penelitian ini diantaranya

teori mengenai pembelajaran online, keterampilan menulis, teks narasi, media

pembelajaran, dan teori mengenai buku pop up. Masing-masing akan dijelaskan

dalam kajian di bawah ini.

2.1 Pembelajaran Online

Pembelajaran online adalah pembelajaran yang memungkinkan atau didukung

oleh penggunaan alat dan konten digital. Ada beberapa hal yang perlu dijabarkan

mengenai pembelajaran online diantarnya sebagai berikut.

2.1.1 Definisi Pembelajaran

Menurut Tarsinih (2019) pengertian belajar adalah segenap rangkaian kegiatan

atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan

perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran

berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Upaya dalam pelaksanaan tindakan

pembelajaran pada peserta didik diikuti dengan kegiatan memilih, menetapkan,

mengembangkan model suatu pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran

yang diinginkan. Kegiatan pemilihan, penetapan, dan pengembangan model

tersebut didasarkan pada kondisi pembelajaran yang tersedia. Berdasarkan

pernyataan tersebut, pembelajaran mempunyai hakekat perencanaan atau disebut

juga perancangan sebagai upaya dalam melaksanakan tindakan pembelajaran pada

peserta didik, maka itulah sebabnya peserta didik dalam kegiatan belajar tidak
12

hanya berinteraksi dengan pendidik yang merupakan salah satu sumber belajar.

Namun, juga berinteraksi dengan semua sumber belajar yang memungkinkan

untuk dipakai guna memperoleh tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pendidik tersusun secara

terprogram dan terdesain instruksional yang mengolah tahapan interaksi

antara peserta didik dengan peserta didik, pendidik dengan peserta didik, dan

dengan sumber belajar.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan peserta didik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar serta bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan

kemahiran dan tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik

(Darmadi dkk, 2016).

2.1.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Menurut Faridatun (2018) pembelajaran melibatkan sejumlah komponen dalam

kegiatannya. Komponen-komponen tersebut bertujuan untuk mencapai suatu

standar akhir yang diinginkan, yitu kompetensi minimal yang seharusnya dimiliki

oleh seorang lulusan pada jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi tersebut diatur

dalam suatu standar isi yakni memuat sejumlah materi minimal yang harus

dikuasai oleh murid.

Prinsip pembelajaran juga diatur dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018

sebagai berikut.

1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu.
13

2) Dari pendidik sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis

aneka sumber belajar.

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan

pendekatan ilmiah.

4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis

kompetensi.

5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.

6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran

dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi.

7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.

8) Pendekatan dan keseimbangan antara keterampilan fisik dan keterampilan

mental.

9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.

10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan,

membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik.

11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat.

12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah pendidik,

siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas.

13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta

didik.
14

2.1.3 Pembelajaran Online

Pengertian pembelajaran online menurut (Tarsinih, 2019) adalah salah satu bentuk

model pembelajaran yang difasilitasi dan didukung pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi. Pembelajaran online mempunyai karakteristik yaitu

interaktivitas, kemandirian, aksesibilitas, dan pengayaan (DARMADI & others,

2016). Pembelajaran online juga dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk

teknologi informasi yang diterapkan dibidang pendidikan dalam

bentuk dunia maya.

Pembelajaran online pada hakikatnya merupakan suatu pembelajaran yang

menggunakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam

menyalurkan kegiatan pembelajaran antara pendidik dengan peserta didik.

Penggunaan pembelajaran online bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas pembelajaran.

Pembelajaran online merupakan suatu model yang memusatkan peserta didik

dalam pelaksanaannya. Hal ini menyebabkan peserta didik dituntut untuk belajar

secara mandiri dan memiliki tanggung jawab terhadap setiap proses

pembelajarannya, karena pembelajaran online dapat dilaksanakan di mana saja

dan kapan saja bergantung dengan alat yang tersedia. Melalui pembelajaran

online, peserta didik dapat menggali informasi dan materi pembelajaran sesuai

dengan silabus yang telah ditetapkan oleh pendidik. Pembelajaran online

membuat peserta didik memiliki informasi yang tak terbatas karena mereka dapat

mengakses informasi dari berbagai sumber yang sesuai dengan materi

pembelajarannya. Kegiatan yang dapat dilakukanpeserta didik dalampembelajaran


15

online bisa berupa diskusi online dengan yang ahli pada bidangnya, dapat pula

melalui e-mail atau chatting. Diterapkannya sistem pembelajaran online

diharapkan dapat mencapai hasil akhir pada proses belajar dengan baik, dapat

memenuhi ketuntasan belajar, dan tetap menjalankan kagiatan pendidikan

ditengah pandemi.

Bahan pembelajaran online yang dirancang pendidik menentukan hasil belajar

dari peserta didik. Bahan yang dirancang dengan baik dan profesional akan

menunjang kegiatan belajar peserta didik dengan efisien. Penyusunan bahan ajar

oleh pendidik juga harus memperhatikan dan menggunakan alat multimedia.

Bahan belajar dapat berupa teks, gambar, grafik, animasi, simulasi, audio, dan

video. Pemilihan warna yang tepat pada bahan belajar akan mempengaruhi

efektivitas pembelajaran yang ditampilkan pada layar monitor. Hal ini dapat

menjadikan pembelajaran online sebuah model belajar yang menarik, berkesan

bagi peserta didik, interaktif, dan atraktif. Penerapan pembelajaran online

dilakukan melalui beberapa macam media online. Media tersebut digunakan

dengan tujuan agar materi dapat tersampaikan kepada peserta didik. Ada beberapa

jenis media pembelajaran online sebagai berikut.

1) Pembelajaran online Berbasis Web

Menurut (Faridatun, 2018) pembelajaran online merupakan metode

pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi (IT) berbasis web

yang dapat diakses dari jarak jauh sehingga pembelajaran yang dilakukan

tidak hanya terpaku dalam ruang kelas dan dalam jam tertentu saja tetapi

juga dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Pembelajaran ini
16

merupakan inovasi baru dalam pendidikan karena memberi peran dan fungsi

yang berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Istilah-istilah dalam

mengungkapkan pendapat tentang pembelajaran elektronik yaitu

onlinelearning, internet-enable learning, virtual learning, atau web-based

learning, web based distance education, e-learning, dan web based teaching

and learning. Beberapa syarat yang terdapat pada pembelajaran online

sebagai berikut.

a) Pembelajaran dilakukan dengan pemanfaatan jaringan. Jaringan dalam

pengertian ini yaitu dibatasi pada penggunaan internet, mencakup LAN

atau WAN dalam bentuk website eLearners.com.

b) Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh

peserta didik, contohnya CD-ROM atau bahan cetak.

c) Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta didik

apabila mengalami kesulitan.

d) Adanya lembaga yang menyelenggarakan kegiatan e-learning.

e) Sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap

teknologi komputer dan internet.

f) Rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari oleh setiap peserta

didik.

g) Sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta

didik.

h) Mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga

penyelenggara.
17

2) Video

Penggunaan video dalam menyampaikan materi kepada peserta didik

merupakan suatu inovasi pendidik dalam pembelajaran. Penerapan video

pembelajaran akan membantu pendidik dalam penyampaian bahan ajar, dan

efektif digunakan pada masa pandemi Covid-19 ini. Pendidik tidak harus

bertatap muka langsung dengan peserta didik dalam menyalurkan materi.

Namun, pendidik hanya membuat suatu interaksi dari pembuatan video

untuk ditujukan kepada peserta didik untuk dipelajari.

2.2 Keterampilan Menulis

Keterampilan berbahasa pada dasarnya terdiri atas empat keterampilan, yaitu

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut

keterampilan menulislah yang dianggap paling sulit dan perlu mendapat perhatian

lebih. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks.

Peserta didik tidak hanya menuangkan ide tetapi, peserta didik juga dituntut untuk

menuangkan gagasan, konsep, perasaan, dan kemauan. Menurut (Tarigan, 1996)

keterampilan menulis dibutuhkan waktu yang lama dan latihan intensif.

Keterampilan menulis bisa dikatakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau dari

bangsa yang terpelajar.

Menulis dan membaca sebagai aktivitas komunikasi ibarat dua sisi mata uang

yang saling melengkapi. Kebiasaan menulis tidak mungkin terlaksana tanpa

kebiasaan membaca. Meskipun belum tentu membawa kebiasaan menulis,

kebiasaan membaca akan memperluas cakrawala pengetahuan dan wawasan.


18

Pengetahuan dan wawasan yang luas akan menjadi dasar kegiatan menulis.

Kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh kebiasaan membaca.

Meskipun telah disadari bahwa penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam

kehidupan modern, dalam kenyataannya pengajaran keterampilan menulis kurang

mendapatkan perhatian. Pelajaran mengarang sebagai salah satu aspek dalam

pengajaran Bahasa Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh sehingga

keterampilan menulis pembaca kurang memadai. Keterampilan menulis

merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi

pembaca, di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik

selama mereka mengikuti pendidikan diberbagai jenjang dan jenis sekolah

maupun dalam kehidupannya di masyarakat. Keberhasilan pelajar dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah banyak ditentukan

kemampuannya dalam menulis. Syafi’i e dkk (2020) mengatakan pembelajaran

menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan

pengajaran. Keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam

kehidupannya di sekolah.

2.2.1 Pengertian Menulis

Kemampuan menulis merupakan perwujudan bentuk komunikasi secara tidak

langsung bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan

yang produktif dan ekspresif. Memang pada kenyataannya menulis merupakan

keterampilan yang dapat dikatakan lebih sulit daripada keterampilan berbahasa

yang lain, seperti menyimak, membaca dan berbicara. Dalam proses menulis,

dituntut agar memperhatikan struktur yang berkaitan dengan unsur-unsur tulisan


19

agar pembaca dapat memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh

karena itu, penulis harus benar-benar menggunakan atau memakai struktur sebuah

tulisan seperti kata, kalimat, paragraf, dan lain-lain dengan baik.

Penggunan istilah menulis dan mengarang merupakan dua hal yang dianggap

sama pengertiannya oleh sebagian ahli dan berbeda dengan sebagian ahli lainnya.

Pada hakikatnya, kedua istilah tersebut dapat dikatakan bersinonim sehingga

dapat saling menggantikan. Sejalan dengan hal tersebut, maka tulisan sebagai

hasil menulis berpadanan dengan karangan sebagai hasil mengarang. Menulis

dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya (Tandiana et al., 2015).

Mohamad melalui Darmadi (2016) menyatakan bahwa menulis atau mengarang

itu diibaratkan seperti naik sepeda yang harus menjaga keseimbangan. Menulis

bisa dianggap mudah apabila seorang sering berlatih menulis dan bisa dianggap

sukar bila seorang baru terjun atau berlatih menulis sehingga tidak tahu harus

memulai dari apa. Menurut Tarigan (2008), menulis ialah menurunkan lambang-

lambang atau grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh

seseorang sehingga seseorang atau orang lain dapat membaca lambang-lambang

grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

Menurut Kurniasih & Ramadhini (2021) menulis merupakan suatu kemampuan

seseorang untuk mengungkapakan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan

pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut,

ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami oleh orang lain. Menulis menurut Anis

(2016), merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu


20

subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya

sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas.

Kegiatan kepenulisan sangat berkaitan dengan penalaran. Penalaran (reasoning)

adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta,

petunjuk atau evide, ataupun sesuatu yang dianggap sebagai bahan bukti, menuju

pada suatu kesimpulan (Nurjayanti, 2019). Dengan perkataan lain, penalaran

adalah suatu proses berpikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah

simpulan. Bahan sebuah simpulan dapat berupa fakta, informasi, pengalaman,

atau pendapat para ahli.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah

suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran,

pengetahuan dan pengalaman-pengalaman hidupnya melalui bahasa tulis yang

jelas sehingga pembaca mengerti apa yang dimaksud penulis.

2.2.2 Fungsi dan Manfaat Menulis

Secara umum fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak

langsung. Beberapa alasan mengenai pentingnya menulis adalah sebagai sarana

menemukan sesuatu, memunculkan ide baru, kemampuan mengorganisasikan dan

menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimilki, membantu untuk menyerap

dan memproses informasi, memungkinkan berlatih memecahkan beberapa

masalah, dan mengungkapkan diri untuk menjadi aktif dan tidak hanya sebagai

penerima informasi (DARMADI & others, 2016).


21

2.2.3 Tujuan Menulis

Menulis memiliki banyak tujuan yang ingin dicapai. Biasanya antara penulis satu

dengan yang lain memiliki tujuan yang berbeda-beda. Sehubungan dengan itu,

Tarigan (2008) mengkategorikan tujuan menulis, yaitu memberitahukan atau

mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, dan

mengutarakan atau mengekspresikan perasaaan yang berapi-api.

2.2.4 Tahap Kegiatan Menulis

Menurut Kurniasih & Ramadhini, (2021), di dalam proses menulis terdiri atas

lima tahap, yaitu (1) persiapan penulisan (rehearsing), (2) pembuatan draf

(drafting), (3) perevisian (revising), (4) pengeditan (editing), dan (5)

pemublikasian (publishing). Senada dengan pendapat tersebut, (Tandiana et al.,

2015) ada lima tahap atau kegiatan yang dilakukan dalam proses penulisan, yaitu

(1) prapenulisan, (2) pembuatan draft, (3) perevisian, (4) pengeditan, dan (5)

pemublikasian.

2.3 Teks Narasi

Narasi berasal dari kata to narrate yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian

peristiwa atau kejadian secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi.

Narasi dapat bergaya kisahan orang pertama sehingga terasa subjektivitas

pengarangnya, atau orang ketiga sehingga terdengar lebih objektif (Alwasilah &

Alwasilah, 2022). Keraf (1982) mengemukakan narasi adalah suatu bentuk

wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca

suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan kata lain, narasi berusaha menjawab

sebuah pertanyaan “apa yang telah terjadi?”. Bentuk karangan ini berusaha
22

mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa yang seolah-olah pembaca dapat

melihat dan dapat mengalami peristiwa itu.

2.3.1 Jenis-Jenis Teks Narasi

Narasi dapat dikelompokan ke dalam dua jenis, yaitu fiksi dan non fiksi. Berikut

penjelasan lebih rincinya.

1) Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para

pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah

rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca

kisah tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris

mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan

kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang

disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk

memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah

disampaikan secara tertulis atau secara lisan. Narasi ekspositoris dapat

bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi.

2) Narasi Sugestif

Seperti halnya dengan narasi ekspositoris, narasi sugestif juga pertama-tama

berhubungan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam

suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung

dalam suatu kesatuan waktu. Namun, tujuan atau sasaran utamanya bukan

memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas

peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Sasarannya adalah


23

makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan

daya khayal (imajinasi). Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian

peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal

para pembaca.

2.3.2 Struktur Narasi

Berikut merupakan struktur narasi berdasarkan bagian-bagian alur.

1) Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan sebuah teks termasuk teks narasi dan juga cerita fantasi

merupakan bagian awal atau pembuka sebuah bacaan. Pada bagian ini

merupakan paragraf perkenalan tokoh, tempat kejadian peristiwa, waktu,

maupun perkenalan konflik yang akan terjadi di bagian selanjutnya.

2) Bagian Perkembangan

Bagian tengah adalah batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk

para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang

membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup adegan-adegan

yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi

yang berkembang dari situasi asli. Konflik hanya dapat dimengerti dan

dipahami dengan baik, kalau situasi awal dalam bagian pendahuluan sudah

disajikan secara jelas.

Semua yang terjadi dalam bagian perkembangan hanya merupakan

kausalitas, merupakan sebab-akibat dari suasana lampau. Kausalitas antara

satu peristiwa dengan peristiwa yang lain, antar satu tindakan dengan

tindakan yang lain harus dijalin dalam satu jaringan yang logis. Peranan
24

tokoh (karakter) harus pula seimbang dengan fungsinya terhadap seluruh

karangan. Bagian perkembangan ini dapat dibagi lagi atas beberapa tahap

yang lebih kecil, bergantung dari sifat dan besarnya narasi. Pada permulaan

perkembangan tentu saja terjadi pertikaian sebagai akibat logis dari situasi

awal yang mengandung faktor-faktor peledak. Dari pertikaian timbul

penggawatan yang menyiapkan jalan untuk mencapai puncak dari seluruh

narasi.

3) Bagian Penutup

Bila seorang penulis ingin menyusun sebuah cerita, ia menganggap bagian

akhir cerita sebagai titik di mana perbuatan dan tindak-tanduk dalam seluruh

narasi itu memperoleh maknanya yang bulat dan penuh. Bagian ini

merupakan titik di mana para pembaca terangsang untuk melihat seluruh

makna kisah. Bagian ini sekaligus merupakan titik di mana struktur dan

makna memperoleh fungsi sebulat-bulatnya.

Nama teknis bagian terakhir dari suatu narasi disebut juga peleraian. Bagian

ini komplikasi akhirnya dapat diatasi dan diselesaikan. Namun, demikian

tidak selalu terjadi bahwa bagian peleraian betul-betul memecahkan

masalah yang dihadapi. Seringkali terjadi, bahwa penyelesaian itu bersifat

semu dengan mematikan sang tokoh atau lawan tokoh utama. Hal ini

memberi kemungkinan pada beberapa kritikus untuk mengatakan bahwa

sebenarnya penyelesaian itu tidak ada, yang ada adalah diskusi, yang

menjadi pangkal bagi persoalan baru yang akan timbul. Namun, sudah
25

ditegaskan dalam bagian ini bahwa dalam pengertian alur di sini, dalam

peleraian tetap dicapai akhir dari rangkaian tindakan.

2.3.3 Unsur-Unsur Teks Narasi

Unsur-unsur atau komponen- komponen yang menyusun teks narasi adalah (1)

alur, (2) latar, (3) tindak-tanduk atau perbuatan, (4) karakter dan karakterisasi, dan

(5) sudut pandang (Keraf, 1982).

1) Alur

Alur adalah interelasi fungsional antara unsur-unsur narasi yang timbul dari

tindak-tanduk, karakter, suasana hati (pikiran) dan sudut, serta ditandai oleh

klimaks-klimaks dalam rangkaian tindak-tanduk itu, yang sekaligus

menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan narasi (Keraf, 1982).

Alur merupakan rangkaian pola tindak tanduk yang berusaha memecahkan

konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi

narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis. Alur merupakan

kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alurlah yang menandai

kapan sebuah narasi itu dimulai dan kapan berakhir. Alur atau jalan cerita

merupakan rangkaian cerita yang disusun secara logis. Biasanya alur terbagi

atas beberapa unsur, yaitu perkenalan, pertikaian (konflik), perumitan

(komplikasi), puncak (klimaks), peleraian (denoument), dan akhir cerita.

Alur dibagi menjadi tiga jenis yaitu alur maju, alur mundur, dan alur

campuran dari keduanya.


26

2) Tindak-Tanduk

Tindak-tanduk atau perbuatan adalah segala tingkah laku yang dilakukan

oleh tokoh-tokoh dalam sebuah narasi. Cerita utama yang membedakan

narasi deskripsi dari sebuah narasi adalah tindak-tanduk. Tanpa rangkaian

tindak-tanduk, maka sebuah narasi akan berubah menjadi deskripsi karena

semuanya dilihat dari keadaan statis. Rangkain tindak-tanduk atau perbuatan

menjadi landasan utama untuk menciptakan sifat dinamis pada sebuah

narasi (Keraf, 1982).

3) Latar

Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk dalam latar ini

adalah tempat atau ruang yang diamati, waktu, hari, tahun, atau periode

sejarah (Faridatun, 2018). Sehubungan dengan latar, Keraf (1982)

mengemukakan tindak-tanduk dalam sebuah narasi biasanya berlangsung

dengan mengambil sebuah tempat tertentu yang dipergunakan sebagai

pentas. Tempat atau pentas itu disebut latar atau setting. Latar dapat

digambarkan secara hidup dan terperinci, dapat pula digambarkan secara

seketsa, sesuai dengan fungsi dan perannya pada tindak-tanduk yang

berlangsung.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar merupakan hal

yang penting dalam sebuah narasi. Latar meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Latar tempat (di mana pelaku berada atau cerita terjadi) misalnya disekolah,

di kerajaan, di rumah, di taman, dan sebagainya.


27

b. Latar waktu (kapan cerita terjadi) misalnya sekarang, pada suatu malam,

kemarin, seratus tahun yang lalu, pada zaman dahulu kala, dan sebagainya.

c. Latar suasana (dalam keadaan bagaimana cerita terjadi) misalnya cerita

sedih, gembira, rusuh, dingin, damai, sepi, mencekam, dan lain-lain.

d. Latar alat (benda atau alat apa yang digunakan untuk melakukan sesuatu)

misalnya pulpen, tongkat, belati, cangkul, dan lain-lain.

4) Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi atau penempatan diri pengarang dalam

ceritanya, atau dari mana ia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam

cerita (Nuniek Rahmatika, 2020). Sehubungan dengan sudut pandang, Keraf

(1982) mengemukakan pendapat bahwa sudut pandang dalam sebuah narasi

mempersoalkan bagaimana pertalian antara seorang yang mengisahkan

narasi itu dengan tindaktanduk yang berlangsung dalam kisah itu. Orang

yang membawakan pengisahan itu dapat bertindak sebagai pengamat

(observer) saja, atau sebagai peserta (participant) terhadap seluruh tindak-

tanduk yang dikisahkan. Tujuan dari teknik sudut pandang yang terakhir ini

adalah sebagai suatu pedoman atau panduan bagi pembaca mengenai

perbuatan atau tindak-tanduk karakter dalam pengisahan.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa sudut pandang dalam narasi adalah

apa atau bagaimana relasinya dengan seluruh proses tindak-tanduk karakter-

karakter dalam narasi. Jadi, sudut pandang dalam narasi berfungsi

menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narator) dalam sebuah

narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian


28

kejadian (yaitu sebagai partisipan), atau sebagai pengamat (observer) dari

seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi. Sudut pandang dalam narasi

ini, yaitu cara seseorang pengarang melihat seluruh tindak-tanduk dalam

suatu narasi.

Sudut pandang dapat dibagi lagi atas dua pola utama, yaitu (1) sudut

pandang orang pertama dan (2) sudut pandang orang ketiga (Keraf, 1982).

Penjelasan tentang dua sudut pandang itu adalah sebagai berikut.

a. Sudut Pandang Orang Pertama

Sudut pandang adalah cara bagaimana penulis cerita dalam menempatkan

dirinya didalam cerita, ataupun dari sudut mana penulis cerita memandang

cerita yang dibuat olehnya. Sudut pandang juga bisa dikatakan sebagai suatu

teknik atau juga siasat yang disengaja dilakukan oleh penulis untuk dapat

menyampaikan ceritanya. Oleh karena itu sudut pandang bisa

mempengaruhi penyajian suatu cerita dan juga alurnya. Terdapat beberapa

jenis sudut pandang orang pertama dalam sebuah cerita diantaranya sebagai

berikut.

(1) Narator Tokoh Utama

Tipe narator tokoh utama ialah pengisahan (narator) menceritakan perbuatan

atau tindak-tanduk yang melibatkan dirinya sendiri sebagai partisipan utama

dari seluruh narasi itu. Narator sebenarnya mengisahkan kisahnya sendiri.

Model ini kita jumpai dalam autobiografi, sejarah yang bersifat informal,

serta sering juga dijumpai dalam novel, roman dan cerpen.


29

(2) Narator Pengamat

Tipe ini pengisahan (narator) terlibat dalam seluruh tindakan tetapi hanya

berperan sebagai pengamat (observer). Ia tidak berusaha mempengaruhi

seluruh proses kejadian atau tindak-tanduk tokoh-tokoh dalam narasi. Model

ini dapat dijumpai dalam memoir. Penulis memoir tidak memainkan peran

yang penting dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi, tetapi mempunyai

posisi sebagai pengamat peristiwa- peristiwa yang penting.

(3) Narator Pengamat Langsung

Tipe ini pengisah (narator) mengambil bagian langsung dalam seluruh

rangkaian tindakan (sebagai partisipan) dan turut menentukan hasilnya,

tetapi ia tidak menjadi tokoh utama (ia bukan main character). Tipe ini

sebenarnya merupakan tipe tengah antara tipe a dan tipe b.

b. Sudut Pandang Orang Ketiga

Sudut pandang panoramik atau serba tahu. Sudut pandang panoramik atau

serba tahu adalah suatu bentuk yang ekstrim dari sudut pandang orang

ketiga. Dalam sudut pandang ini pengarang berusaha melaporkan semua

segi dari suatu peristiwa atau suatu rangkaian tindak-tanduk. Ia berusaha

untuk langsung menuju ke inti dari semua karakter yang terlibat dalam

seluruh gerak dan kegiatan. Pandanganya menyapu seluruh ruangan, ia

melaporkan apa saja yang menarik perhatian atau apa saja yang dianggap

relavan.
30

5) Karakter dan Karekterisasi

Sehubungan dengan karakter dan karakterisasi, Keraf (1982)

mengemukakan bahwa karakter-karakter adalah tokoh-tokoh dalam sebuah

narasi dan karakterisasi adalah cara seorang penulis mengisahkan atau

menggambar-kan tokoh tokohnya. Perwatakan dalam pengisahan dapat

diperoleh dengan usaha memberi gambaran tindak-tanduk dan ucapan-

ucapan para tokohnya (pendukung karakter), sejalan tindak kata dan

perbuatan. Motivasi para tokoh itu dapat dipercaya atau diukur melalui

tindak-tanduk, ucapan, dan sebagainya. Dalam bertindak mereka harus

memberikan reaksi-reaksi kepada lingkungan yang dimasukinya, apakah

nilai reaksi itu dominan atau menyimpang dari karakter yang dominan tadi.

Seorang tokoh yang telah diciptakan oleh penulisnya untuk memiliki

kepribadian sesuai dengan kerangka yang telah digariskan harus bertindak

sesuai dengan kerangka tadi.

Penggambaran tokoh dalam cerita dilakukan melalui watak para tokohnya

baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung adalah

dengan pelukisan tingkah laku dan perbuatan tokoh, dengan pelukisan lahir,

atau cara berpakaian dan gaya bicara tokoh cerita. Sedangkan secara tidak

langsung, pelukisan tokoh itu melalui percakapan para pelakunya atau

tanggapan pelaku lainnya terhadap suatu keadaan atau peristiwa, atau reaksi

tokoh lain terhadap tokoh utama.

Gambaran mengenai karakter tokoh dalam cerita dapat juga disimpulkan

bahwa karakter dan karakterisasi dicapai melalui tokoh atau karakter lain
31

yang berinteraksi dalam pengisahan. Penulis harus menetapkan apakah perlu

menggunakan deskripsi untuk menyajikan karakter itu, atau menyerahkanya

kepada karakter-karakter lain dalam narasi untuk membicarakan karakter

tokoh lainnya.

2.4 Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran baik

sebagai alat maupun sarana untuk membantu menyampaikan materi pelajaran.

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti

“perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi

Pendidikan (Association for Education and Communication technology/AECT)

mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,

didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan

baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program

instruksional (Asnawir & Usman, 2002).

Gerlach dkk. (1980) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis

besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang

membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau

sikap. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung

diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad &

others, 2011). Gagne & Briggs (1974) menyatakan bahwa media adalah berbagai

jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk
32

belajar, sementara itu Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik

yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar (Arief,

1984).

Adapun media pengajaran menurut Ibrahim & Syaodih (2003) diartikan sebagai

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran,

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan peserta didik, sehingga

dapat mendorong proses belajar mengajar. Dari berbagai definisi di atas dapat

diambil simpulan bahwa media adalah segala benda yang dapat menyalurkan

pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang peserta didik untuk belajar.

2.4.2 Fungsi Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan

daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Berikut ini

fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut (Asnawir & Usman,

2002).

1. Membantu memudahkan belajar bagi peserta didik dan membantu

memudahkan mengajar bagi pendidik.

2. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih

konkret).

3. Menarik perhatian peserta didik lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat

berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan).

4. Semua indra peserta didik dapat diaktifkan.

5. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.


33

2.4.3 Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran menurut Hamalik (1980) adalah:

1. pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar;

2. bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai

tujuan pembelajaran lebih baik;

3. metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh pendidik, sehingga peserta didik

tidak bosan dan pendidik tidak kehabisan tenaga, apalagi bila pendidik

mengajar untuk setiap jam pelajaran;

4. peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian pendidik, tetapi juga aktivitas lain seperti

pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Encyclopedia of Education Research dalam Hamalik (1980) merinci manfaat

media pembelajaran sebagai berikut.

1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu

mengurangi verbalisme.

2. Memperbesar perhatian peserta didik.

3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar peserta

didik, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri di kalangan peserta didik.


34

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkelanjutan, terutama melalui

gambar hidup.

6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan

kemampuan berbahasa peserta didik.

7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan

membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Berdasar rincian tersebut, disimpulkan bahwa manfaat dari penggunaan media

pembelajaran di dalam proses belajar mengajar dapat mengarahkan perhatian

peserta didik sehingga menimbulkan motivasi untuk belajar dan materi yang

diajarkan akan lebih jelas, cepat dipahami sehingga dapat meningkatkan prestasi

peserta didik.

2.4.4 Klasifikasi Media Pembelajaran

Gagne & Briggs (1974) mengemukakan bahwa media pembelajaran meliputi alat

yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran yang

terdiri atas: buku, tape-recorder , kaset, video kamera, video recorder , film, slide

(gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Berikut ini akan

diuraikan klasifikasi media pembelajaran menurut Taksonomi Leshin, dkk., dalam

Arsyad dkk (2011), sebagai berikut.

1. Media Berbasis Manusia

Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk

mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini

bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin

secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran.


35

2. Media Berbasis Cetakan

Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umun dikenal adalah

buku teks, buku penuntun, buku kerja/latihan, jurnal, majalah, dan lembar

lepas.

3. Media Berbasis Visual

Media berbasis visual ( image atau perumpamaan) memegang peranan yang

sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar

pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan

minat peserta didik dan dapat memberikan hubungan antara isi materi

pelajaran dengan dunia nyata.

4. Media Berbasis Audio Visual

Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan

pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting

yang diperlukan dalam media audio visual adalah penulisan naskah dan

storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan

penelitian. Contoh media yang berbasis audio visual adalah video, film,

slide bersama tape, televisi.

5. Media Berbasis Komputer

Saat ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang

pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manajer dalam proses

pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer-Managed Instruction

(CMI). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam

belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran,


36

latihan, atau kedua-duanya. Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted

Instruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi

ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan

informasi dan tahapan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan

media komputer.

2.5 Pop Up Book

Pop up book atau dikenal dengan istilah buku pop up adalah buku yang berisi

halaman tiga dimensi. Ada beberapa hal yang akan dibahas mengenai buku pop

up diantaranya sebagai berikut.

2.5.1 Definisi Pop Up Book

Pop up muncul pertama kali pada abad ke-13 di Eropa oleh (Bluemel & Taylor,

2012). Fadillah & Lestari (2016) juga menyebutkan pada awalnya sebelum

tercetus istilah Pop-up, media ini disebut sebagai movable book. dengan

melibatkan peran mekanis pada kertas yang disusun sedemikian rupa sehingga

gambar/objek/beberapa bagian pada kertas tampak, memiliki bentuk atau

dimensi.Selanjutnya pada abad ke-16, Andreas Vesalius memanfaatkannya dalam

bidang medis untuk menggambarkan anatomi tubuh manusia. Lalu pada abad ke-

20 Amerika Serikat mencetuskan nama pop up dan saat itu pop up telah dijadikan

media untuk anak-anak dan dewasa yang populer hingga saat ini istilah pop up

berasal dari kata bahasa Inggris yang artinya muncul keluar. Pop up menurut

Khamidah et al., n.d (2012.) adalah selembar kertas dilipat dan struktur tiga

dimensi akan muncul ketika dibuka. Lestari & Sari, (2021) juga menyebutkan

bahwa pop upadalah sebuah kerajinan kertas dengan bentuk yang menarik dan
37

konsisten pada lipatan kertas yang berbentuk menjadi 3 dimensi ketika dibuka.

Gusma, (2021) memiliki pendapat yang berbeda bahwa pop up adalah suatu kartu

yang terbuat dari kertas apabila dibuka dengansudut tertentu (90o dan 180o),

maka akan memunculkan sebuah bentuk tampilan gambar yang timbul.

Kumpulan pop up yang digabung menjadi sebuah buku serta membentuk satu

kesatuan cerita dan dilapisi hardcover kemudian disebut pop up book. Menurut

Nur dkk., (2017) pop up book adalah buku yang pergerakannya muncul dari

halaman yang dibuka dan memberikan efek terkejut serta menyenangkan. Baños,

(2008) mendefinisikan pop up book adalah "Pop up book is a book that offers the

potential for motion and interaction through the use of paper mechanisme such as

folds, slides, tabs or wheels". Pop up book merupakan sebuah buku yang

menawarkan potensi gerakan dan interaksi dalam mekanisme atau teknik

penggunaan kertas, seperti mekanisme melipat, menggulung, menggeser,

menyentuh, atau memutar. Selain itu, pop up book memiliki sifat yang

komunikatif, interaktif, menarik, dan infromatif sehingga pesan yang disampaikan

dapat diterima dengan baik oleh sasaran (Nur dkk., 2017).

Penggunaan pop up book di dunia pendidikan telah dipakai dalam berbagai

bidang. Namun, di Indonesia pop up book sendiri belum banyak digunakan di

sekolah- sekolah Indonesia. Menurut Khamidah dkk.(2002) bahwa mengajar

melalui cara yang cerdas, dapat membuat pengalaman belajar lebih efektif,

interaktif, dan berkesan. Pop up book cocok dipakai disegala umur dan dapat

menumbuhkan motivasi serta dapat menjadi sebuah solusi bagi mereka yang
38

memiliki kesulitan dalam belajar. Hal ini dikarenakan setiap halaman yang

ditampilkan memberikan suatu kejutan untuk para pembacanya.

2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Pop Up Book

Pengembangan media pop up memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut hasil

penelitian Fadillah & Lestari (2016) terkait media pop up, terdapat kelebihan-

kelebihan pop up yaitu mudah dibawa dan digunakan, dan menjadi suatu alternatif

jika kondisi kelas tidak memungkinkan untuk menggunakan media elektronik

seperti power point, video, dan lain-lain. Bluemel & Taylor (2012) menambahkan

bahwa media pop up memiliki kelebihan-kelebihan seperti (1) dapat mengatasi

batasan ruang, waktu, dan pengamatan karena tidak semua benda, objek atau

peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas. (2) bersifat konkret, yaitu lebih realistis

dibandingkan media verbal, (3) Dapat menjadi sumber belajar untuk semua usia,

(4) memiliki ruang-ruang dimensi di mana buku ini bisa berbentuk struktur 3

dimensi sehinggamenarik untuk dibaca.

Selain memiliki kelebihan, pop up juga memiliki kekurangan. Indriana dalam Fitri

(2017: 50) berpendapat bahwa kelemahan media pop up yaitu dalam proses

pembuatannya membutuhkan waktu lama dan bahan cetak yang digunakan terlalu

tebal. Namun, hal tersebut dapat diantisipasi dengan memilih bahan kertas yang

tidak terlalu tebal sehingga mudah untuk disatikan membentuk buku pop up.

2.5.3 Langkah Penggunaan Pop Up Book

Petunjuk atau langkah-langkah penggunaan media pop up book menurut Sadiman

dalam Fitri (2018: 45) terdapat tiga tahapan sebagai berikut.


39

1. Persiapan sebelum menggunakan Pop Up Book

Tahap ini perlu adanya persiapan yang perlu dilakukan yang menunjang

penggunaan media berjalan dengan lancar yaitu mempelajari petunjuk tata

cara menggunakan media pop up book, perlu mempersiapkan peralatan

media yang akan digunakan dalam kegiatan proses belajar, adapun

kegiatanya sebagai berikut.

a. Pendidik mempersiapkan peralatan dan media pop up book yang akan

digunakan dalam proses kegiatan belajar.

b. Pendidik mempelajari tata cara penggunaan media pop up book sehingga

pendidik mampu menjelaskan terhadap peserta didik tata cara

menggunakan media pop up book.

2. Kegiatan selama menggunakan media pop up book

Tahap ini memerlukan aplikasi whatsApp group untuk memberikan

instruksi awal, google meeting untuk membuka pembelajaran, dan google

classroom untuk melaksanakan pembelajaran. Selain itu kegiatan belajar

mengajar dalam menjelasakan tentang konsep dasar teks narasi dan langkah

pembuatan teks narasi yang benar, peserta didik juga akan mengerjakan

suatu tes berbentuk formatif. Pada tahap ini peserta didik dikenalkan konsep

dasar teks narasi seperti pengertian, unsur pembangun, dan jenis cerita

narasi. Adapun langkah-langkah penggunaan media pop up book dalam

pembelajaran pada tahap ini adalah sebagai berikut.

a. Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk membuat akun google

class room di masing-masing gawainya.

b. Pendidik membagikan tautan gmeet untuk membuka pelajaran.


40

c. Pendidik menjelaskan mengenai konsep dasar teks narasi dan cara

menulis narasi yang benar melalui gmeet.

d. Setelah peserta didik paham mengenai materi narasi lalu pendidik

menugaskan untuk beralih ke google class room.

e. Peserta didik diminta menyimak dan memperhatikan petunjuk dan

perintah pendidik, sehingga peserta didik dapat memahami tentang

materi dan tugas yang disampaikan.

f. Pendidik menjelaskan cara menggunakan media pop up book digital yang

telah diunggah pada google class room.

g. Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk membuka media pop

up book melalui GCR dan menjelaskan ulang unsur pembangun cerita

fantasi.

h. Pendidik memperkenalkan kepada peserta didik bagian-bagian yang

perlu dicermati lebih dalam mengenai media pop up book.

i. Setelah semua paham mengenai cara kerja media pop up book, pendidik

menugaskan kepada peserta didik untuk mengerjakan soal dalam bentuk

tes formatif.

3. Kegiatan tindak lanjut

Tahap ini digunakan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai, dan

memantapkan pemahaman terhadap materi yang telah disampaikan melalui

media pop up book, dan memberikan evaluasi terhadap hasil belajar.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.


41

a. Pendidik memberikan pengayaan terhadap peserta didik tentang materi

pembelajaran yang telah diberikansebelumnya.

b. Pendidik mengulang kembali pembelajaran tentang konsep dasar teks

narasi apabila masih banyak mengalami kesalahan dalam hasil belajar

peserta didik dengan menggunakan media pop up book.


42

III. METODE PENELITIAN

3.1 Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (Research and

Development R&D). R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut

(Sugiyono, 2011). Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran dengan

menggunakan aplikasi FLIPHTML5 3D guna merancang media pembelajaran

teks narasi untuk peserta didik kelas VII SMP di masa pandemi Covid-19. Hasil

produk dari penelitian pengembangan ini berbentuk CD media pembelajaran.

Model desain pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan multimedia

pembelajaran, yaitu model Decide, Design, Develop, dan Evaluate yang

selanjutnya disingkat dengan DDD-E. Decide, yaitu menetapkan tujuan dan

materi program. Design, yaitu mendesain atau membuat struktur program.

Develop atau mengembangkan adalah memproduksi elemen media dan membuat

tampilan media. Evaluate, yaitu mengevaluasi seluruh tahapan pengembangan

(Tegeh dkk, 2015).

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan yang dilakukan terdiri atas delapan tahap sebagai

berikut.
43

1. Melakukan studi pendahuluan atau analisis kebutuhan yang bertujuan untuk

mengetahui potensi pengembangan media pembelajaran teks narasi di

sekolah.

2. Menentukan tujuan khusus yang ingin dicapai terkait dengan produksi

media pembelajaran yang akan dikembangkan.

3. Menyusun materi yang terkait dengan media pembelajaran yang akan

dikembangkan.

4. Membuat instrumen untuk mengukur kelayakan dan kemenarikan media

pembelajaran yang dikembangkan.

5. Menyusun naskah media pembelajaran yang akan diproduksi.

6. Melakukan uji coba terhadap media.

7. Melakukan revisi untuk mengetahui apakah media perlu perbaikan atau

tidak.

8. Produksi.

Tahap-tahap model DDD-E menurut Tegeh dkk (2014:16) disajikan pada bagan

berikut ini.
44

DECIDE
Menentukan tujuan
Menentukan materi
Melakukan penelitian awal

E
DESIGN
V
E Membuat flowchart A
V L
A Mendesain Tampilan
U
L Membuat storyboard A
U T
A E
T Video Animasi
E DEVELOP

Audio Penggabungan Gambar

EVALUATE

Gambar 1. Prosedur Pengembangan Model DDD-E

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Gadingrejo kelas VII-1, VII-2, VII-5,

dan VII-6. Waktu penelitian dilakukan pada awal semester genap tahun pelajaran

2021/2022. Pemilihan 4 kelas dalam satu sekolah tersebut berdasar pada beberapa

hal yang menjadi pertimbangan, yakni sebagai berikut.

1. Sekolah tersebut memiliki sistem pembagian kelas yaitu unggulan dan

reguler.
45

2. Secara strategis, kelas unggulan berada di dekat ruang guru, sedangkan

kelas reguler berada di bawah berdekatan dengan batas sekolah. Keberadaan

kelas unggulan yang dekat dengan ruang guru membentuk kepribadian yang

baik bagi peserta didik karena selalu dalam pengawasan guru sedangkan

kelas reguler yang berada di bawah memungkinkan untuk gaduh karena

jauh dari pengawasan.

3. Sekolah tersebut terdampak pandemi Covid-19 sehingga menggunakan

kurikulum darurat Covid.

4. Memiliki jaringan yang memadai.

5. Memiliki fasilitas komputer dan LCD yang dapat menunjang proses

penelitian.

6. Setiap peserta didik memiliki gawai yang dapat digunakan dalam kegiatan

belajar.

3.4 Uji Coba Produk

Berikut diuraikan uji coba produk penelitian pengembangan media pop up book

digital.

1) Desain Uji Coba

Media sebagai produk dari penelitian pengembangan ini diuji tingkat

kelayakannya. Untuk mengetahui tingkat kelayakan media, peneliti menggunakan

hasil analisis uji coba yang dilakukan melalui empat tahap, yakni (1) review oleh

praktisi; (2) review oleh ahli materi dan ahli media pembelajaran; (3) uji coba

skala terbatas melibatkan melibatkan 10 peserta didik; dan (4) uji skala luas

mellibatkan 121peserta didik dan 2 pendidik. Alur desain uji coba sebagai berikut.
46

2) Subjek Uji Coba

Berikut ini diuraikan subjek coba pengembangan produk media pop up book

digital.

a. Tahap Uji Praktisi

Uji praktisi dilakukan untuk menilai kelayakan produk media pembelajaran oleh

pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia serta pemberian kritik dan saran yang

berguna untuk perbaikan produk media. Uji praktisi dilakukan sebelum produk

diuji coba ke tahap selanjutnya.

b. Tahap Uji Ahli

Subjek coba pada tahap ini adalah satu orang ahli materi dan satu orang ahli

media pembelajaran. Uji ahli bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk

media, memperoleh kritik, dan saran dari ahli yang berkompeten pada bidang

yang bersangkutan. Hasil uji ahli berguna untuk memperbaiki produk media agar

siap diuji pada tahap selanjutnya.

c. Tahap Uji Coba Skala Tebatas

Subjek coba pada tahap ini dilaksanakan pada satu sekolah dengan melibatkan 10

orang peserta didik kelas VII dari SMP Negeri 3 Gadingrejo. Uji skala terbatas

ini bertujuan untuk mengetahui respons peserta didikmengenai kelayakan media

pembelajaran yang dikembangkan. Respons yang berupa kritik dan saran tersebut

digunakan untuk memperbaiki media pembelajaran agar siap untuk melakukan uji

coba skala luas.


47

d. Tahap Uji Coba Skala Luas

Pada tahap ini, subjek coba terdiri atas 121peserta didik kelas VII dan dua

pendidik yaitu SMP Negeri 3 Gadingrejo dari kelas VII-1, VII-2, VII5, dan VII-6.

Data kemenarikan menggunakan produk sebagai sumber belajar diperoleh dari

peserta didik sebagai pengguna. Angket respons digunakan sebagai instrumen

pada tahap ini. Angket respons terhadap penggunaan produk memiliki empat

pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu sangat layak (skor 4), layak (skor

3),cukup layak (skor 2), dan kurang layak (skor 1).

Tingkat efektivitas kegunaan produk dapat diketahui dengan cara produk

dijadikan sebagai sumber belajar peserta didik. Peserta didik diambil dengan

teknik acak atas dasar kesetaraan subjek penelitian untuk memenuhi kebutuhan

berdasar pada analisis kebutuhan. Untuk mengetahui tingkat efektivitas produk,

desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design.

Menurut Sugiyono (2015:110-111), pada desain ini terdapat pretest sebelum

diberi perlakuan. Dengan demikian, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat

karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

3) Jenis Data

Data yang dikumulkan melalui pelaksanaan evaluasi dikelompokkan menjadi tiga

bagian, yakni (1) data evaluasi tahap pertamaberupa data hasil uji ahli materi,

hasil uji ahli media pembelajaran, dan uji praktisi; (2) data evaluasi tahap kedua

berupa data hasil uji coba skala terbatas; (3) data evaluasi tahap ketiga berupa data

hasil uji coba skala luas, yaitu penilaian dari peserta didik kelas VII dan pendidik

bahasa Indonesia kelas VII serta uji kemenarikan produk. Seluruh data yang
48

diperoleh dikelompokkan menjadi 2 menurut sifatnya, yaitu data kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil penilaian ahli materi, ahli media

pembelajaran, praktisi, hasil uji skala terbatas, dan hasil penilaian dari peserta

didik dan guru. Data kualitatif juga diperoleh dari hasil wawancara guru Bahasa

Indonesia. Data kuantitatif diperoleh dari persentase angket dan hasil efektivitas

pre-test dan post-test peserta didik SMP Kelas VII.

4) Instrumen Penguumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

pengembangan ini adalah pedoman wawancara dan angket. Berikut diuraikan

penjelasan mengenai wawancara dan angket.

1) Wawancara

Wawancara termasuk cara pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan

terbuka (Setiyadi, 2013:243). Wawancara merupakan cara untuk memperoleh

informasi secara langsung dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui tentang kebutuhan terhadap produk media,

bagaimana berlangsungnya pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya tentang

teks narasi. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terarah. Topik dalam

percakapan wawancara ini sudah disiapkan sebelumnya sehingga pertanyaan yang

disampaikan lebih terarah dan menghemat waktu. Berikut disajikan kisi-kisi

wawancara.
49

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pendidik Prapenelitian

No Aspek Indikator

1 Kurikulum 1.Kurikulum yang digunakan saat ini.


2 Fasilitas sekolah 2.Kelengkapan fasilitas sekolah
3.Kondisi laboratorium komputer
4.Pemanfaatan laboratorium komputer
3 Media pembelajaran 5.Media yang digunakan dalam proses
yang biasa digunakan pembelajaran
6. Kelebihan dan kelemahan menggunakan media
4 Pendekatan dan 7. Pendekatan dan metode yang sering digunakan
metode pembelajaran
yang digunakan oleh
pendidik
5 Kendala umum yang 8. Kendala dan penyebab kendala
dihadapi pendidik
dalam pembelajran
6 Media pembelajaran 9. Media yang menarik
yang dibutuhkan 10. Media pembelajaran yang dibutuhkan
7 Pembelajaran teks 11. Pelaksanaan pembelajaran teks narasi
narasi 12. Hasil pembelajaran teks narasi
8 Media pop up book 13. Penggunaan pop up book digital dalam proses
digital pembelajaran

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128)

2. Angket

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015:1999). Angket yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri atas angket analisis kebutuhan, angket uji ahli, angket

uji praktisi, angket uji perseorangan, dan lapangan untuk pendidik dan peserta

didik, serta angket kemenarikan produk.

a. Angket Analisis Kebutuhan Pendidik dan Peserta Didik

Angket analisis kebutuhan ini digunakan untuk memperoleh data perlu tidaknya

dikembangkan. Selain itu, hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui proses
50

pembelajaran teks narasi yang telah berlangsung. Berikut kisi-kisi angket analisis

kebutuhan pendidik dan peserta didik.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Angket Analisis Kebutuhan Pendidik

No Aspek Indikator
1 Fasilitas sekolah 1. Jaringan listrik
2. Kondisi laboratorium komputer
3. Ketersediaan LCD, layar presentasi,
speaker active, dan WiFi.
2 Media pembelajaran 4. Intensitas menggunakan komputer/laptop
5. Program yang sering digunakan
6. Media yang sering digunakan
7. Intensitas menggunakan media
8. Apresiasi dan motivasi peserta didik ketika
pendidik menggunakan media
3 Kemampuan TIK 9. Kemampuan TIK pendidik
4 Pembelajaran teks narasi 10. Hasil pembelajaran teks narasi
11. Penggunaan media pada pembelajaran teks
narasi
12. Hal yang dapat meningkatkan semangat
untuk belajar teks narasi
5 Multimedia interaktif 13. Penggunaan multimedia interaktif dalam
proses pembelajaran

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Angket Analisis Kebutuhan Peserta Didik

No Aspek Indikator

1 Fasilitas sekolah 1. Jaringan listrik


2. Kondisi laboratorium komputer
3. Ketersediaan LCD, layar presentasi,
speaker active, dan WiFi.
Media pembelajaran 4. Intensitas menggunakan komputer/laptop
5. Media yang sering digunakan
6. Media yang disukai
2 Kemampuan TIK 7. Kemampuan Tik peserta didik
3 Pembelajaran teks narasi 8. Perasaan peserta didik saat pembelajaran
9. Hal yang dapat meningkatkan semangat
4 Pop up book digital 10. Penggunaan multimedia interaktif dalam
proses pembelajaran

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128)


51

b. Angket Uji Ahli

angket uji ahli digunakan untuk menilai kelayakan produk, memperoleh kritik dan

saran untuk memperbaiki produk media pembelajaran sebelum diuji coba ke tahap

selanjutnya. Berikut ini kisi-kisi angket ahli materi dan ahli media.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Uji Ahli Materi

No Aspek Indikator
1 Kelayakan materi Kedalaman materi
2 Aspek keterkaitan Relevansi tujuan pembelajaran dengan standar
standar kompetensi/ kompetensi/ kompetensi dasar/ kurikulum
kompetensi dasae/ Kesesuaian materi dengan standar kompetensi/
kurikulum kompetensi dasar/ kurikulum
3 Aspek akurasi materi Kebenaran dan ketepatan konsep
Kebenaran dan ketepatan teori
Kesesuaian teks dengan tingkat perkembangan
peserta didik
4 Aspek penyajian Keruntutan penyajian materi
pembelajaran Mendorong peserta didik untuk mengetahui isi
media pembelajaran
Merangsang keterlibatan dan pastisipasi peserta
didik untuk belajar mandiri dan kelompok
Penyajian bersifat komunikatif dan interaktif
Sistematis/ runtut/ alur/ logika jelas
Gambar terlihat jelas dan mudah
dipahami(membantu pemahaman)
5 Aspek komunikatif dan Kemudahan untuk dipelajari
interaktif Interaktivitas
6 Aspek bahasa Bahasa yang digunakan baku dan mudah
dipahami peserta didik
Tidak menimbulkan ambiguitas

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128)

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Uji Ahli Media

No Aspek Indikator

1 Aspek rekayasa piranti Maintanable (dapat dipelihara dan dikelola


lunak dengan mudah)
Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana
dalam pengoerasiannya)
Kompabiltas (media pembelajaran dapat
52

diinstalasi)
Reusable (sebagian/ seluruh program media
pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali
untuk pengembangan media pembelajaran lain)
Efektivitas dan efisiensi dalam pengembangan
dan penggunaan media pembelajaran.
2 Aspek komunikasi Komunikatif (sesuai sasaran dan dapat diterima
audio visual dengan keinginan sasaran)
Kreatifitas dalam ide penuangan gagasan
Sederhana dan memikat
Audio (effect, backsound, musik)
Visual (layout design, thypography, warna)
Kejelasan suara
Media bergerak (animasi)
Layout interactive (icon navigasi)
Jenis huruf/ teks yang digunakan
3 Aspek Petunjuk penggunaan media

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128)

c. Angket Uji Praktisi

angket uji praktisi digunakan untuk mengetahui kelayakan, memperoleh kritik dan

saran untuk memperbaiki produk media pembelajaran sebelum diuji coba ke tahap

selanjutnya. Berikut disajikan kis-kisi angket uji praktisi.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Uji Praktisi

No Aspek Indikator

1 Tampilan media Kesesuaian warna latar


Kesesuaian warna tulisan
Kesesuaian jenis dan ukuran tulisan
Tingkat keterbacaan teks
Kesesuaian animasi
Kesesuaian video
Kejelasan suara

2 Isi Kesesuaian materi dengan KI dan KD


Bahasa mudah dipahami
3 Kemudahan Kemudahan menggunakan media
53

Kemudahan berpindah dari satu halaman ke


halaman berikutnya
Terdapat petunjuk penggunaan media
Memudahkan guru dalam mengajar
Memudahkan peserta didik belajar mandiri

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128)

d. Angket Uji Skala Terbatas dan Skala Luas

angket uji skala terbatas dan skala luas adalah angket yang digunakan untuk

menguji penggunaan produk media dalam proses pembelajaran. Angket tersebut

diberikan kepada pendidik dan peserta didik sebagai pengguna media

pembelajaran.

Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Uji Coba Penggunaan Produk untuk Pendidik

No Aspek Indikator

1 Tampilan program Kesesuaian warna latar pada program


Kesesuaian warna tulisan
Kesesuaian jenis dan ukuran tulisan
Huruf mudah dibaca
Kesesuaian gambar
Kesesuaian animasi
Kesesuaian video
Kejelasan suara
2 Interaktivitas Respon dari program
Ketersediaan waktu untuk mempelajari materi
dan menjawab tes/ latihan pada program
3 Kemudahan program Bahasa mudah dipahami
Kemudahan penggunaan program
Kemudahan dalam bernavigasi (berpindah dari
halaman satu ke yang lainnya)
Petunjuk penggunaan program
Memudahkan guru dalam mengajar

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128)


54

Tabel 3.8 Kisi-kisi Angket Uji Coba Penggunaan Produk untuk Peserta didik

No Aspek Indikator

1 Tampilan program Kesesuaian warna latar pada program


Kesesuaian warna tulisan
Kesesuaian jenis dan ukuran tulisan
Huruf mudah dibaca
Kesesuaian gambar
Kesesuaian animasi
Kesesuaian video
Kejelasan suara
2 Interaktivitas Respon dari program
Ketersediaan waktu untuk mempelajari materi
dan menjawab tes/ latihan pada program
3 Kemudahan program Bahasa mudah dipahami
Kemudahan penggunaan program
Kemudahan dalam bernavigasi (berpindah
dari halaman satu ke yang lainnya)
Petunjuk penggunaan program
Memudahkan guru dalam mengajar

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128

e. Angket Kemenarikan Produk

Angket kemenarikan produk digunakan untuk mengukur daya tarik peserta didik

terhadap produk media pembelajaran. Berikut ini kisi-kisi angket kemenarikan

produk.

Tabel 3.9 Kisi-kisi Angket Kemenarikan Produk Media untuk Peserta didik

No Aspek Indikator

1 Kemenarikan Membuat peserta didik tertarik untuk belajar


Menyenangkan ketika belajar
Ingin selalu mengulang-ulang belajar
menggunakan media
2 Penggunaan Program mudah digunakan
Program membantu peserta didik memahami
materi.

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128)


55

3.5 Teknik Analisis Data

Pada penelitian pengembangan ini digunakan dua teknik analisis data, yaitu teknik

analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis

deskriptif kualitatif digunakan untuk mengolah data hasil penilaian ahli materi,

ahli media pembelajaran, peserta didik, dan pendidik bahasa Indonesia kelas VII.

Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi dari data

kualitatif yang berupa kritik dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil

analisis data ini kemudian digunakan sebagai acuan untuk merevisi produk

pengembangan.

Teknik analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat

efektivitas penggunaan media pembelajaran. Desain penelitian yang digunakan,

yaitu One-Group Pretest-Postest Design. Hasilpre-test dan post-test dianalisis

menggunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa

Indonesia di sekolah sebagai pembanding. Apabila 75% nilai peserta didik yang

diuji coba telah mencapai KKM, maka dapat disimpulkan produk pengembangan

layak digunakan sebagai media pembelajaran.

3.5.1 Analisis Hasil Uji Ahli dan Kemenarikan Produk

Analisis data dari hasil angket uji coba ahli dan kemenarikan produk diperoleh

melalui instrumen penilaian dengan skala 4. Selanjutnya, hasil tersebut

dideskripsikan dan dijadikan sebagai dasar penilaian kualitas atau produk media

pembelajaran. Konversi data kualitatif ke kuantitatif dengan skala 4 menggunakan

aturan yang sudah dimodifikasi. Analisis data uji ahli dan uji kemenarikan produk
56

tersebut dikelola dalam bentuk persentasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung persentase dari masing-masing subjek adalah sebagai berikut.

Persentase = ∑ x

SMI
Keterangan :

∑ x : jumlah skor
SMI : Skor Maksimal Ideal
Selanjutnya, hasil penilaian tersebut dirata-rata, kemudian untuk dapat

memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan sebagai

berikut.

Tabel 3.10 Konversi Tingkat Pencapaian dengan Persentase

No Rentang skor Kriteria


1 21% - 40% Kurang layak
2 41%-60% Cukup layak
3 61%-80% Layak
4 81%-100% Sangat layak

(Sumber : modifikasi dari Suryani dkk, 2018:128)

3.5.2 Analisis Data Hasil Uji Coba Produk

Data kelayakan media ini diperoleh dari uji coba skala luas. Rumus yang

digunakan untuk menganalisis data hasil uji coba produk ini sama dengan rumus

analisis data uji ahli, uji praktisi, dan kemenarikan. Kategori hasil penilaian

kelayakan juga sama dengan tabel 3.8.

Perhitungan kelayakan efektivitas produk menggunakan rumus N-Gain sebagai

berikut.

N-Gain = skor posttest – skor tes kemampuan awal

Skor maksimal-skor tes kemampuan awal


57

Tabel 3.11 Kriteria Indeks Gain

Skor Kategori

(g) ≥ 0,70 Tinggi/ layak/ efektif


0,30 ≤ (g) ≥ 0,70 Sedang/ cukup layak/ cukup efektif
(g) > 0,30 Rendah/ tidak layak/ tidak efektif

(Hake, 1999:1)

Untuk mengetahui nilai pretest dan posttest peserta didik, maka dapat digunakan

instrumen penilaian jawaban dari soal pilihan jamak dan instrumen penilaian

karangan narasi yang dibuat oleh peserta didik. Kedua instrumen tersebut sebagai

berikut.

Tabel 3.12 Instrumen Penilaian Soal Pilihan Jamak

Nomor Soal Bobot Soal

1-15 1
Jumlah skor maksimal 15

Jika menjawab setiap soal dengan benar, maka mendapatkan skor1. Jika salah

mendapatkan skor 0.

Penentuan nilai = Skor yang diperoleh X 100


Skor maksimal

Tabel 3.13 Instrumen Penilaian Karangan Narasi

Aspek Skor
4 3 2 1
Kelengkapan struktur Tiga unsur Dua unsur Satu unsur
(orientasi, struktur struktur struktur
komplikasi, resolusi) terpenuhi terpenuhi terpenuhi
Ketepatan isi pada Semua Terdapat Terdapat Semua
setiap struktur gambaran satu bagian dua bagian bagian
umum struktur struktur struktur yang
objek, yang yang gambaran
gambaran gambaran gambaran umum dan
rincian umum dan umum dan rincian
objek pada rincian rincian objeknya
58

setiap objeknya objeknya tidak tepat.


bagian tidak tepat. tidak tepat.
struktur
teks tepat.
Ketepatan Penggunaan Terdapat Terdapat Terdapat tiga
penggunaan Bahasa kata emotif, satu dua penggunaan
kata depan penggunaan penggunaan unsur Bahasa
di dan ke, unsur unsur yang tidak
dan Bahasa Bahasa tepat.
konjungsi yang tidak yang tidak
tepat tepat. tepat.
Kreativitas Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat
penggunaan bahasa empat atau tiga dua satu
lebih kekhasan kekhasan kekhasan
kekhasan dalam dalam dalam
dalam penggunaan penggunaan penggunaan
penggunaan diksi. diksi. diksi.
diksi.

Nilai = Skor yang diperoleh X 100

25
59

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran teks

narasi yang telah berlangsung di sekolah, kondisi fasilitas yang dimiliki sekolah

sebagai penunjang produk yang akan dikembangkan, serta tingkat kebutuhan

peserta didik dan guru terhadap produk yang akan dikembangkan.

Penelitian pendahuluan ini dilakukan dengan wawancara pendidik dan

memberikan angket melalui google formulir kepada pendidik serta peserta didik

kelas VII SMP Negeri 3 Gadingrejo saat pembelajaran daring.

4.1.1 Potensi dan Masalah

Pengembangan media pop up book digital untuk pembelajaran menulis teks narasi

di masa pandemi Covid-19 dilakukan dengan memerhatikan potensi dan kondisi

pembelajaran Bahasa Indonesia pada tingkat SMP di Kabupaten Pringsewu.

Potensi terlihat dari hasil wawancara dan angket yang menunjukkan bahwa dalam

proses pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya teks narasi berlangsung

monoton. Selama pembelajaran daring, pendidik hanya menggunakan pesan

whatsApp untuk menyampaikan materi yang terdapat pada buku teks

Kemendikbud. Semestinya pembelajaran daring yang sering dikeluhkan peserta

didik dimanfaatkan pendidik untuk mengenalkan dunia melalui kehebatan

teknologi masa sekarang. Media pembelajaran yang digunakanpun harus menarik


60

sehingga peserta didik antusias dalam menerima materi di masa pandemi. Oleh

karena itu, media pop up book digitalberpotensi untuk dikembangkan di masa

pandemi.

4.1.2 Hasil Penelitian Pendahuluan

Hasil wawancara kepada pendidik yang dilakukan menunjukkan bahwa kurikulum

yang digunakan adalah kurikulum darurat Covid. Ketersediaan jaringan internet

serta perangkat yang digunakan peserta didik selama pembelajaran daring juga

cukup memadai untuk mengakses internet. Jika dimungkinkan untuk

melaksanakan pembelajaran tatap muka, laboratorium yang dimiliki sekolah juga

memadai untuk melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi digital seperti

media pop up book digital. Namun, saat ini pendidik belum memanfaatkan

dengan baik.

Media yang digunakan pendidik selama pembelajaran daring adalah google

meeting untuk pertemuan tatap maya, foto buku paket Kemendikbud dan power

point yang dikirim melaui group whatsApp. Terdapat kelebihan dan

kelemahanpada media pembelajaran yang digunakan pendidik saat pembelajaran

daring. Kelebihannya yaitu peserta didik tidak perlu mengeluarkan kuota internet

terlalu banyak untuk mengakses media. Kelemahannya yaitu peserta didik merasa

bosan dan malas untuk mengikuti pembelajaran. Bahkan tidak jarang siswa yang

melewatkan mengisi daftar hadir yang disediakan oleh pendidik di group karena

sering tertimpa oleh teman yang lain.

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi pendidik saat pembelajaran daring,

seperti media pembelajaran yang digunakan, kejenuhan peserta didik dalam


61

pembelajaran daring, serta ketersediaan jaringan yang tidak stabil. Selain kendala

tersebut, pendidik juga tidak dapat memantau kegiatan peserta didik saat

pembeajaran daring. Tidak sedikit peserta didik yang melewatkan pertemuan tatap

maya dengan google meeting saat pembelajaran berlangsung. Keterbatasan waktu

yang diberikan pihak instansi untuk melakukan tatap maya juga menjadi salah

satu kendala saat pembelajaran daring. Pertemuan melalui g-meet biasanya hanya

berkisar 10-15 menit untuk memeriksa daftar hadir.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik, pembelajaran daring materi teks

narasi masih jauh dari yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan

pembelajaran daringmateri teks narasi tidak berhasil, diantaranya adalah

keterbatasan jangkauan pendidik untuk memantau kegiatan peserta didik karena

hanya dapat berkomunikasi via media sosial, tidak banyak variasi media yang

digunakan pendidik sehingga peserta didik kurang tertarik dan bosan dengan

pembelajaran yang monoton.

Selain hasil wawancara pendidik, dalam hal ini juga diuraikan hasil kuesioner

melalui google formulir yang dibagikan kepada peserta didik. Berdasar pada

kuesioner yang dibaikan kepada peserta didik di SMP Negeri 3 Gadingrejo yang

lokasi sekolahnya tidak jauh dari pusat keramaian menunjukkan bahwa selama ini

belum ada media pembelajaran menarik yang digunakan pendidik untuk

menyampaikan pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi teks narasi.

Pendidik lebih sering menggunakan buku teks padahal jika dilihat dari jawaban

pendidik saat diwawancarai menyatakan bahwa apresiasi dan motivasi peserta


62

didik sangat baik Ketika pendidik menggunakan media dalam kegiatan

pembelajaran.

Hasil angket menunjukkan bahwa rata-rata siswa menginginkan media

pembelajaran yang menyenangkan, seperti terdapat audio di dalamnya atau tes

yang bisa menunjukkan nilai yang diperoleh masing-masing peserta didik secara

langsung karena pendidik sering menunda mengoreksi pekerjaan peserta didik.

Hasil kuesioner dari peserta didik menunjukkan bahwa terdapat dua perasaan

yang muncul saat kegiatan pembelajaran teks narasi, yaitu merasa bosan dan biasa

saja. Itu artinya kegiatan pembelajaran membutuhkan sesuatu ang dapat

meningkatkan semangat peserta didik untuk belajar materi teks narasi. Berdasar

pada jawaban peserta didik serta pendidik, media pembelajaran yang

menyenangkan dapat meningkatkan semangat peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

Berdasar pada hasil kuesioner yang telah diisi peserta didik, media pembelajaran

teks detesis berbasis pop up book digital perlu dikembangkan agar dapat

digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4.2 Proses Pengembangan

Proses pengembangan produk media pembelajaran berbasis pop up book digital

menggunakan model pengembangan DD-E. Model DDD-E memiliki empat tahap,

yakni (1) Decide yaitu menetapkan tujuan dan materi; (2) Design yaitu mendesain

atau membuat struktur program; (3) Develop yaitu pengembangan produk

(produksi); dan (4) Evaluate yaitu mengevaluasi produk. Tahapan tersebut

diuraikan sebagai berikut.


63

4.2.1 Decide (Menetapkan Tujuan)

Tahap decide merupakan tahap pertama yang dilakukan untuk merencanakan

produk pop up book digital. Pada tahap ini ada empat kegiatan yang harus

dilakukan, yakni (1) menetapkan tujuan intruksional; (2) menentukan tema atau

ruang lingkup materi; (3) menentukan pengetahuan atau keterampilan prasyarat;

dan (4) menilai ketersediaan komputer dan sumber daya lain yang dibutuhkan.

Keempat tahap tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Menetapkan Tujuan Instruksional (Tujuan Pembelajaran)

analisis instruksional merupakan peta kompetensi dan penjabaran indikator yang

digunakan. Peta kompetensi dibuat berdasar pada analisis kebutuhan materi teks

narasi. Hasil analisis instruksional pada penelitian pengembangan ini sebagai

berikut. Entry Behavior


(Kemampuan awal)

Mendefinisikan Menyebutkan Menggunakan Membuat teks


pengertian teks struktur teks narasi kaidah kebahasaan narasi sesuai
narasi dengan baik struktur dan
kaidah kebahasaan

3.3 Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita imajinasi) yang dibaca dan
didengar.
3.4 Menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita imajinasi) yang dibaca dan
didengar.
4.3 Menceritakan kembali isi teks narasi (cerita imajinasi) yang didengar dan dibaca
secara lisan, tulis, dan visual.
4.4 Menyajikan gagasan kreatif dalam bentuk cerita imajinasi secara lisan dan tulis
dengan memperhatikan struktur, penggunaan bahasa atau aspek lisan.

Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat mendefinisikan


pengertian teks narasi, menjelaskan dan menentukan struktur teks narasi, serta menulis teks
narasi sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Bagan 4.1 Analisis Instruksional


64

b. Menentukan Tema atau Ruang Lingkup Multimedia

Langkah selanjutnya, peneliti menetapkan bahwa untuk mencapai tujuan

instruksional dapat dilakukan menggunakan FLIPHTML 3D, seperti media

pembelajaran yang berbasis pop up book digital. Hal ini dilatarbelakangi oleh

hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan sebelumnya yang berisi bahwa

peserta didik menginginkan media pembelajaran yang menarik.

c. Menentukan Pengetahuan atau Keterampilan Prasyarat

Pengetahuan dan keterampilan prasyarat penting diketahui terlebih dahulu untuk

memastikan bahwa pengembangan produk media dapat dilakukan oleh peneliti.

Peneliti harus memastikan bahwa pendidik dan peserta didik memiliki

keterampilan yang diperlukan untuk keberhasilan dalam penggunaan media

pembelajaran berbasis pop up book digital. Berdasar pada hasil analisis kebutuhan

peserta didik dan pendidik mempunyai dasar dalam mengoperasikan komputer

serta memiliki perangkat gawai yang mendukung dalam proses pembelajaran

menggunakan media pop up book digital.

d. Menilai Ketersediaan Komputer dan Sumber Daya Lain yang


Dibutuhkan

Setelah memastikan peserta didik memiliki perangkat yang mumpuni untuk

melakukan kegiatann belajar melalui media digital dan keterampilan

mengoperasikan komputer yang dimiliki peserta didik, maka terdapat sumber

daya lain yang juga harus diperhatikan seperti ketersediaan LCD, pelantang suara,

dan alat lain yang dibutuhkan dalam pemanfaatan media pembelajaran. Berdasar

pada hasil analisis kebutuhan yang dilakukan di SMP Negeri 3 Gadingrejo


65

menunjukkan bahwa fasilitas untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran

menggunakan media pop up book digital sudah tersedia.

4.2.2 Design (Mendesain)

Tahap desain adalah tahap berpikir visual karena menghasilkan rancangan untuk

keseluruhan produk pop up book digital dalam bentuk outline, (garis besar)

materi, flowchart (struktur program), dan storyboard. Tiga hal tersebut diuraikan

sebagai berikut.

a. Membuat Garis Besar Materi

Garis besar materi dirancang berdasar pada rumusan tujuan pembelajaran. Ada

empat syarat garis besar yang harus dipenuhi, yaitu judul media, deskripsi produk,

tujuan dan garis besar isi/materi (Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan

Indikator Pencapaian Kompetensi). Garis besar materi pada pengembangan media

pop up book digital sebagai berikut.

Judul produk : Media Pembelajaran Menulis Teks Narasi Berbasis Pop

Up Book Digital untuk Siswa Kelas VII SMP.

Detesis Produk : Media pembelajaran dikembangkan menggunakan aplikasi

FLIPHTML 3D yang berupa buku dalam bentuk digital

menyajikan gambar tiga dimensi. Buku digital ini berisi

teks, suara, animasi, video, suara, dan gambar yang dapat

bergerak dan digerakkan sehingga membuat pembelajaran

lebih interaktif dengan peserta didik.


66

Tabel 4.1 Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan IPK

Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian


Kompetensi (IPK)
3.3 Mengidentifikasi 1. Menjelaskan
3. Memahami unsur-unsur teks karakteristik unsur
pengetahuan (faktual, narasi (cerita pembangun cerita
konseptual, dan imajinasi) yang fantasi yang dibaca dan
prosedural) berdasarkan dibaca dan didengar. didengar.
rasa ingin tahunya
tentang ilmu 3.4 Menelaah struktur 2. Menunjukan bukti alur,
pengetahuan, teknologi, dan kebahasaan teks latar, ti ndak- tanduk
seni, budaya terkait narasi (cerita atau perbuatan,
fenomena dan kejadian imajinasi) yang karakter dan
tampak mata. dibaca dan didengar. karakterisasi, serta
4.3 Menceritakan sudut pandang pada
4. Mencoba, mengolah, kembali isi teks teks cerita fantasi yang
dan menyaji dalam ranah narasi (cerita dibaca dan didengar.
konkret (menggunakan, imajinasi) yang
mengurai, merangkai, didengar dan dibaca 3. Menentukan jenis
memodifikasi, dan secara lisan, tulis, cerita fantasi dan
membuat) dan ranah dan visual. menunjukan buktinya
abstrak (menulis, 4.4 Menyajikan gagasan pada cerita fantasi yang
membaca, menghitung, kreatif dalam bentuk dibaca dan didengar.
menggambar, dan cerita imajinasi
mengarang) sesuai secara lisan dan tulis 4. Menganali sis struktur
dengan yang dipelajari di dengan cerita fantasi yang
sekolah dan sumber lain memperhatikan dibaca dan didengar.
yang sama dalam sudut struktur, penggunaan
pandang/teori. bahasa atau aspek 5. Menguraikan pola
lisan. pengembangan struktur
cerita fantasi.

6. Menguraikan kaidah
kebahasaan pada cerita
fantasi yang dibaca dan
didengar.

7. Menentukan tokoh,
latar, dan urutan
peristiwa pada isi cerita
fantasi yang didengar
dan dibaca secara lisan,
tulis, dan visual.

8. Menyimpulkan urutan
peristiwa pada isi cerita
fantasi yang didengar
67

dan dibaca secara lisan,


tulis, dan visual.
9. Mengemukakan
kembali isi cerita
fantasi yang didengar
dan dibaca secara lisan,
tulis, dan visual

b. Membuat Flowchart (Struktur Program)

Flowchart atau bagan alir merupakan bagan yang menggambarkan urutan proses secara

mendetail dan hubungan suatu proses pembuatan produk. Pembuatan flowchart pada

tahap ini dilakukan untuk menganalisis tata letak dan urutan produk yang akan

dikembangkan serta menggambarkan produk secara sederhana, terurai, rapi dan jelas.

Pada bagian ini, penulis akan menggambarkan flowchart untuk permasalahan media

yang digunakan dalam proses pembelajaran berdasarkan KI dan KD 3.3 dengan 4.3 dan

3.3 dengan 4.4 yaitu teks narasi (cerita imajinasi). Berikut ini flowchart dari media

pembelajaran yang dikembangkan.

Tujuan Pembelajaran

Langkah
Prakata Daftar isi Profil KI dan KD
Penggunaan

Cerita anak n.
Teori Teks Daftar
rembulan Soal latihan
Narasi Pustaka

Unsur pembentuk
teks narasi

Jenis-jenis teks Pengertian Teks


narasi Narasi

Bagan 4.2Struktur Produk Pop Up Book Digital


68

c. Membuat Storyboard (Papan Cerita)

Membuat storyboard atau biasa disebut frame adalah uraian yang berisi visual dan

audio penjelasan dari masing-masing alur dalam flowchart. Hal ini sama dengan

membuat konsep tampilan media pada kertas sebelum dipindahkan dalam bentuk

buku digital. Storyboard berisi visualisasi tampilan buku perhalaman yang terdiri

atas sampul, kata pengantar, profil penyusun, kompetensi inti dan kompetensi

dasar yang digunakan, indikator pencapaian materi, tujuan pembelajaran, materi,

tes formatif, serta daftar pustaka. Pada keterangan narasi/audio menjelaskan setiap

halaman yang ditampilkan pada pop up book digital serta berisi penjelasan cara

jika ingin beralih ke halaman yang lain. Pada keterangan gambar dan animasi

berisi ilustrasi pesan yang terdapat pada setiap tampilan.

Peneliti membuat desain media yang kadang dikreasikan lagi selama proses

pengembangan produk, tetapi tidak mengubah penyanpaian pesan. Oleh karena

itu, ada beberapa tampilan media yang sedikit berbeda dengan storyboard. Berikut

ini tampilan storyboard.

Tampilan sampul pop up book Keterangan:

1. Nama penulis
1 2 3 2. Logo fakultas
3. Logo Prodi
4 4. Judul buku
5. Logo Universitas
6. Nama instansi dan
Tahun
5

6
69

Tampian halaman i pop up book Keterangan:

1. Prakata
............. 1
2. Isi prakata
....................................... 3. Keterangan penulis

.......................................

.......................................
2

3 ..........

Tampian halaman ii pop up Keterangan:


book
1. Daftar isi
2. Isi dan halaman
.................... 1
.....................................

..................................... 2

Tampilan halaman ivpop up Keterangan:


Book
1. Judul (Langkah
1 penggunaan buku)
2. Persiapan
3. Pelaksanaan
2 3 4. Penyelesaian

4
70

Tampilan halaman v,vi, vii, viiipop Keterangan:


up book
1. Judul
................... 1 2. Materi tentang
Narasi
.....................................

.....................................

.....................................

..................................... 2

Tampilan halaman 1pop up book Keterangan:

1. Background berdiri
Anak Rembulan
2. Tokoh Nono
1
3. Tokoh Sarce
4. Tokoh Trimo
5. Tokoh Eyang
6. Tokoh Mahesasuro
7. Tokoh Sri
5 6 7 8 8. Tokoh Tentara

4 3
2
71

Tampilan halaman 2pop up book Keterangan:

1. Background berdiri
Gedung tinggi
1 2. Rumah Nono
3. Nono dan keluarga
4. Mobil untuk
2 5 Mengantar Nono
5. Pohon
3 6. Cerita anak
4 Rembulan

Tampilan halaman 3pop up book Keterangan:

1. Background berdiri
1 rumah eyang
2. Nono dan eyang
sedang berbincang
3. Cerita anak
2 4 Rembulan
4. Warung mbah Pur

Tampilan halaman 4pop up book Keterangan:

1. Background berdiri
gunung kelud
1
2. Nono menggunakan
Sepeda
3. Pohon Kenari
4. Tenda dan Trimo
3
2

4
72

Tampilan halaman 5pop up book Keterangan:

1. Background berdiri
1 awan dan langit
2. Buruh Indonesia
3. Nono
4. Pauskan Belanda
2 4
3

Tampilan halaman 6pop up book Keterangan:

1. Background berdiri
1 awan dan jam
romawi
2. Nono memakai
kaos MU
3 3. Kuda dan delman
2 4 4. Pasukan Belanda

Tampilan halaman 7pop up book Keterangan:

1. Background berdiri
1 awan kamar Nono
di rumah eyang
2. Eyang
3. Nono sedang
pingsan di kamar
2 3
73

Tampilan halaman 8 dan 9pop up Keterangan:


book
1. Judul: Daftar
Pustaka
.......... 1 2. Daftar pustaka
3. Soal latihan
..................
3
..................
.............. 2

Tampilan halaman terakhirpop up Keterangan:


book
1. Pop up book
2. Keterangan media
Pop up book
................ 1
....................................
....................................
.................................... 2

4.2.3 Develop (Pengembangan)

Tahap develop adalah tahap pengembangan yang merupakan produksi komponen

media seperti teks, audio, video, dan animasi. Tahap ini juga mencakup

penggabungan empat komponen tersebut menjadi bagian terintegrasi di dalam

sebuah program aplikasi buku digital. Pengembangan produk dibuat berdasar pada

storyboard (papan cerita) yang telah didesain sebelumnya.


74

4.2.4 Evaluate (Evaluasi)

Produk yang telah selesai dibuat, kemudian divalidasi. Validasi adalah evaluasi

produk awal yang telah dikembangkan. Validasi bertujuan untuk mengetahui

kelayakan tampilan media, isi atau materi dan kegunaannya. Penilaian dilakukan

dengan menggunakan instrumen berupa angket yang berisi indikator kelayakan

produk media pembelajaran sehingga kelayakan dapat diukur. Pelaksanaan

validasi produk melibatkan ahli materi, ahli media, dan praktisi. Validasi materi

dilakukan oleh dosen pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yaitu Dr.

Muhammad Fuad, M.Hum. Validasi media dilakukan oleh dosen teknologi

pendidikan yaitu Dr. Herpratiwi, M.Pd. sedangkan penilaian praktisi dilakukan

oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Drs. Trimanto dan Heni

Triwastuti, S.Pd.

4.2.4.1 Validasi oleh Ahli Materi

Ahli materi pada penelitian ini adalah Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Validasi

materi dilakukan sebanyak satu tahap yang terdiri atas enam aspek, yakni (1)

kelayakan materi; (2) keterkaitan kompetensi inti/kompetensi dasar/ kurikulum;

(3) akurasi materi; (4) penyajian pembelajaran; (5) komunikatif dan interaktif; (6)

bahasa. Validasi ahli materi dilakukan pada hari Selasa, 30 November 2021.

Validator bertugas mengisi lembar angket penilaian yang meliputi enam aspek

tersebut. Hasil validasi materi dengan ahli materi terhadap pengembangan produk

berupa pop up book digital ini peneliti memperoleh skor sebesar 61 dengan skor

maksimum 64. Hal ini dapat disimpulkan bahwa materi masuk dalam kategori

“sangat baik” atau layak digunakan atau ujicoba di lapangan dengan revisi saran

dari ahli materi. Pada tahap ini validator materi memberikan kritik dan saran
75

berupa perbaikan penulisan tanda baca, langkah penggunaan media, pemberian

efek dan perubahan jenis tulisan pada tabel KI/KD. Berikut disajikan data hasil

penilaian dari ahli materi.

Tabel 4.2 Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran oleh Ahli Materi

Skor Penilaian
No Indikator Keterangan
1 2 3 4

Kelayakan materi
1 Kedalaman materi V

Keterkaitan standar kompetensi/kompetensi dasar/kurikulum


2 Relevansi tujuan pembelajaran V
dengan standar kompetensi
dasar/kurikulum
3 Kesesuaian materi dengan standar V
kompetensi/ kompetensi
dasar/kurikulum
Akurasi materi
4 Kebenaran dan ketepatan konsep V
5 Kebenaran dan ketepatan teori V
6 Kesesuaian teks dengan tingkat V
perkembangan siswa
Penyajian pembelajaran
7 Keruntuttan penyajian materi V
8 Mendorong siswa untuk V
mengetahui isi media pembelajaran
9 Merangsang keterlibatan dan V
partisipasi siswa untuk belajar
mandiri dan kelompok
10 Penyajian bersifat komunikatif dan V
interaktif
11 Sistematis/ runtut/ alur/ logika jelas V
12 Gambar terlihat jelas dan mudah V
dipahami
Komunikatif dan interaktif
13 Kemudahan untuk dipelajari V
76

14 Interaktif V
Bahasa
15 Bahasa yang digunakan baku dan V
mudah dipahami siswa
16 Tidak menimbulkan ambiguitas V
Jumlah 61

∑ x
Persentase = x 100%
SMI

61
= 64 x 100% = 95,31%

Berdasar pada hasil penilaian produk media pembelajaran oleh ahli materi ada

lima saran untuk memperbaiki produk yang telah dikembangkan, yaitu sebagai

berikut.

1. Mengubah jenis huruf menjadi times new roman.

2. Memperbesar ukuran huruf.

3. Mengubah tema latar.

4. Memperbaiki urutan dalam buku petunjuk penggunaan produk.

5. Memperbesar gambar pada buku petunjuk penggunaan produk yang dicetak.

Perbaikan produk yang dilakukan oleh peneliti berdasar pada saran yang diberikan

oleh Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku ahli materi pada pengembangan

produk media pembelajaran berupa pop up book digital. Kelima butir perbaikan

tersebut mencakup 5 aspek penilaian kelayakan produk. Berikut ini akan

diuraikan pembahasan hasil validasi oleh ahli materi berdasar pada masing-

masing aspek penilaian produk.


77

4.2.4.1.1 Kelayakan Materi Produk Media Pembelajaran berbentuk Pop Up


Book Digital

Berdasar pada tabel 4.2 diperoleh jumlah skor 61 dengan nilai rata-rata 3,81 untuk

aspek kelayakan materi media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop up

book digital berdasar pada tiga kriteria, 1) kedalaman materi mendapatkan nilai 4

dengan kategori sangat baik, 2) relevansi tujuan pembelajaran dengan standar

kompetensi dasar/kurikulum mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik, 3)

kesesuaian materi dengan standar kompetensi/ kompetensi dasar/kurikulum

mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik. Pada bagian kelayakan materi,

validator memberikan saran berupa penjelasan secara singkat tujuan pembelajaran

yang akan dicapai pada media pembelajaran menulis teks narasi berupa pop up

book digital.

4.2.4.1.2 Akurasi Materi Produk Media Pembelajaran berbentuk Pop Up


Book Digital
Berdasar pada tabel 4.2 diperoleh jumlah skor 61 dengan nilai rata-rata 3,81 untuk

aspek akurasi materi media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop up

book digital berdasar pada sembilan kriteria, 1) kebenaran dan ketetapan konsep

mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik, 2) kebenaran dan ketepatan

teori mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik, 3) kesesuaian teks dengan

tingkat perkembangan peserta didik mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat

baik, 4) keruntutan penyajian mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik, 5)

mendorong peserta didik untuk mengetahui isi media pembelajaran mendapatkan

nilai 3 dengan kategori baik, 6) merangsang keterlibatan dan partisipasi peserta

didik untuk belajar mandiri dan kelompok mendapatkan nilai 3 dengan kategori

baik, 7) penyajian bersifat komunikatif dan interaktif mendapatkan nilai 4 dengan


78

kategori sangat baik, 8) sistematis, runtut, dan jelas mendapatkan nilai 4 dengan

kategori sangat baik, 9) gambar terlihat jelas dan mudah dipahami mendapatkan

nilai 4 dengan kategori sangat baik. Penilaian kelayakan media oleh ahli materi

pada aspek akurasi materi mendapatkan penilaian yang bervariasi yaitu skor 3 dan

4 dengan kategori baik dan sangat baik. Indikator ketertarikan dan keterlibatan

peserta didik untuk belajar secara mandiri mendapatkan nilai 3 hal ini dikarenakan

saat penerapan media pada pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk

berdiskusi dengan teman terkait materi yang sedang ditayangkan setiap membuka

halaman baru.

4.2.4.1.3 Penggunaan Bahasa pada Produk Media Pembelajaran berbentuk


Pop Up Book Digital
Berdasar pada tabel 4.2 diperoleh jumlah skor 61 dengan nilai rata-rata 3,81 untuk

aspek penggunaan bahasa pada materi media pembelajaran menulis teks narasi

berbentuk pop up book digital berdasar pada dua kriteria, 1) bahasa yang

digunakan baku dan mudah dipahami mendapatkan nilai 5 dengan kategori sangat

baik, 2), tidak menimbulkan ambiguitas mendapatkan nilai 5 dengan kategori

sangat baik. Kedua indikator pada aspek penggunaan bahasa dinilai maksimal

oleh ahli materi yaitu Dr. Muhammad Fuad, H.Hum. karena bahasa yang

digunakan pada produk media pembelajaran yang dikembangkan tidak

menimbulkan ambiguitas dan mudah dipahami oleh peserta didik khususnya kelas

VII SMP.

4.2.4.2 Validasi Ahli Media

Ahli media pada penelitian ini adalah Dr. Herpratiwi, M.Pd. Validasi media

dilakukan sebanyak satu tahap yang terdiri atas penilaian segi produk media.
79

Validasi ahli media dilakukan pada hari Jumat, 10 Desember 2021. Validator pada

tahap ini bertugas mengisi lembar angket penilaian yang meliputi aspek rekayasa

piranti lunak, dan petunjuk penggunaan media. Hasil validasi media dengan ahli

media terhadap pengembangan produk berupa pop up book digital ini peneliti

memperoleh skor sebesar 58 dengan skor maksimum 60. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa media masuk dalam kategori “sangat baik” atau layak

digunakan atau ujicoba di lapangan dengan revisi saran dari ahli media. Pada

tahap ini validator media memberikan kritik dan saran berupa petunjuk

penggunaan yang sebaiknya tidak dipisah dari kertas serta halaman bagian contoh

cerita narasi yang sulit dibuka sehingga perlu diperbaiki teknik dalam

menempelkan kertas.Berikut disajikan data hasil penilaian dari ahli media.

Tabel 4.3 Data Hasil Penilaian dari Ahli Media

Skor Penilaian
No Indikator Keterangan
1 2 3 4

Aspek rekayasa piranti lunak


1 Maintanable (dapat dipelihara V
dan dikelola dengan mudah)
2 Usabilitas (mudah digunakan V
dan sederhana dalam
pengoerasiannya)
3 Kompabiltas (media V
pembelajaran dapat diinstalasi)
4 Reusable (sebagian/ seluruh V
program media pembelajaran
dapat dimanfaatkan kembali
untuk pengembangan media
pembelajaran lain)
5 Efektivitas dan efisiensi dalam V
80

pengembangan dan penggunaan


media pembelajaran.
Aspek komunikasi audio visual
6 Komunikatif (sesuai sasaran dan V
dapat diterima dengan keinginan
sasaran)
7 Kreatifitas dalam ide penuangan V
gagasan
8 Sederhana dan memikat V
9 Audio (effect, backsound, musik) V
10 Visual (layout design, V
thypography, warna)
11 Kejelasan suara V
12 Media bergerak (animasi) V
13 Layout interactive (icon V
navigasi)
14 Jenis huruf/ teks yang digunakan V
Aspek lain
15 Petunjuk penggunaan media V
Jumlah 58

∑ x
Persentase = SMI
x 100%

58
= 60 x 100% = 96,66%

Berdasar pada hasil penilaian produk media pembelajaran oleh ahli media ada tiga

saran untuk memperbaiki produk yang telah dikembangkan, yaitu sebagai berikut.

1. Mengubah petunjuk penggunaan menjadi lembaran buku yang semula

berbentuk buku pop up.


81

2. Menghapus halaman KI dan KD pada produk media yang dikembangkan.

3. Mengubah tema latar pada produk buku digital yang dikembangkan.

Perbaikan produk yang dilakukan oleh peneliti berdasar pada saran yang diberikan

oleh Dr. Herpratiwi, M.Pd. selaku ahli media pada pengembangan produk media

pembelajaran berupa pop up book digital. Ketiga butir perbaikan tersebut

mencakup 3 aspek penilaian kelayakan produk. Berikut ini akan diuraikan

pembahasan hasil validasi oleh ahli media berdasar pada masing-masing aspek

penilaian produk.

4.2.4.2.1 Aspek Rekayasa Piranti Lunak pada Produk Media Pembelajaran


berbentuk Pop Up Book Digital

Berdasar pada tabel 4.3 diperoleh jumlah skor 58 dengan nilai rata-rata 3,86 untuk

aspek rekayasa piranti lunak media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk

pop up book digital berdasar pada tiga kriteria, 1) maintanable mendapatkan nilai

4 dengan kriteria sangat baik, 2) usabilitas mendapatkan nilai 4 dengan kategori

sangat baik, 3) kompabilitas mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik, 4)

resable mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik, 5) efektivitas dan

efisiensi dalam pengembangan dan penggunaan media pembelajaran

mendapatkan nilai 3 dengan kategori baik. Nilai maksimal yang diperoleh dari

ahli media pada aspek rekayasa piranti lunak karena berdasar pada penilaian

validator bahwa produk media dapat dikelola dengan mudah, sederhana, dapat

diinstalasi, dapat dimanfaatkan kembali untuk pengembangan media pembelajaran

lain, dan perhitungan waktu untuk penerapan produk media dalam pembelajaran

cukup efektif.
82

4.2.4.2.2 Aspek Komunikasi Audio Visual pada Produk Media


Pembelajaran berbentuk Pop Up Book Digital

Berdasar pada tabel 4.3 diperoleh jumlah skor 58 dengan nilai rata-rata 3,86 untuk

aspek komunikasi audio visual media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk

pop up book digital berdasar pada sembilan kriteria, 1) komunikatif mendapatkan

nilai 4 dengan kategori sangat baik, 2) kreatifitas dalam ide penuangan gagasan

mendapatkan nilai 5 dengan kategori sangat baik, 3) sederhana dan memkat

mendapatkan nilai 3 dengan kategori baik, 4) audio mendapatkan nilai 4 dengan

kategori sangat baik. 5) visual mendapatkan nilai 4 dengan kategori sanggat baik,

6) kejelasan suara mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik, 7) media

bergerak mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik, 8) layout interaktive

mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik, 9) jenis huruf teks yang

digunakan mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat baik. Nilai 4 dengan

kategori sangat baik yang diperoleh dari Dr. Herpratiwi, M.Pd. selaku validator

ahli media pada aspek komunikasi audio visual karena berdasar pada hasil

penilaian produk media sudah sesuai sasaran dan dapat diterima oleh keinginan

sasaran, kreatif dalam penuangan ide gagasan, sederhana dan memikat, jenis huruf

yang digunakan cukup baik, dan terdapat petunjuk penggunaan produk.

4.2.4.2.3 Aspek Lain pada Produk Media Pembelajaran berbentuk Pop Up


Book Digital

Berdasar pada tabel 4.3 diperoleh jumlah skor 58 dengan nilai rata-rata 3,86

untuk aspek lain yaitu petunjuk penggunaan media. Pada buku petunjuk

penggunaan media terdapat rincian cara pengelolaan aplikasi yang ditujukan

kepada pendidik untuk menginstalasi aplikasi baik pada perangkat komputer

maupun telepon genggam. Buku petunjuk penggunaan berisi 18 halaman yang


83

terdiri atas halaman sampul, profil penyusun, kata pengantar, pendahuluan,

spesifikasi produk, tampilan aplikasi awal halaman 1, tampilan halaman 2,

keterangan tahapan dalam menginstal aplikasi, dan halaman terakhir berisi

tampilan tes formatif peserta didik yang akan dibawa ke laman google formulir.

4.2.4.3 Validasi Praktisi

Validasi produk dilakukan pada hari senin, 10 Januari 2022 oleh Ibu Heni

Triwastuti, S.Pd. selaku pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri

3 Gadingrejo. Penilaian pada tahap ini terdiri atas penilaian aspek penggunaan

media dan aspek penyajian. Hasil penilaian kelayakan oleh pendidik terhadap

produk media pembelajaran pop up book digital, peneliti memperoleh skor 54

dengan skor maksimum 55. Hal ini dapat disimpulkan bahwa media masuk dalam

kategori “sangat baik” atau layak digunakan dalam proses pembelajaran. Pada

tahap ini pendidik memberikan kritik dan saran berupa variasi jenis cerita dan

biaya pembuatan produk yang cenderung mahal. Berikut ini disajikan data hasil

penilaian kelayakan dari pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Tabel 4.4 Validasi Guru Bahasa Indonesia


No Indikator Skor Penilaian

1 Keterbacaan teks
(teks pada keterangan mudah dibaca oleh peserta 4
didik)
2 Kejelasan gambar/ilustrasi (gambar/ilustrasi jelas) 4
3 Ukuran program
(pop up book yang dibuat sesuai dengan kebutuhan) 4
4 Kemudahan pemakaian
(media yang digunakan relatif mudah) 4
5 Kesesuaian materi dengan SK dan KD
(materi yang disampaikan disesuaikan dengan SK 3
dan KD yang ada
6 Kelengkapan materi
4
84

(materi yang disampaikan mencakup semua yang


terdapat di SK dan KD)
7 Kebenaran materi
(materi merupakan penjabaran dari KD yang ada) 4
8 Kejelasan materi
(materi yang dicantumkan memberikan kejelasan 4
pada peserta didik)
9 Kemudahan memahami isi materi pada teks
(isi materi yang terletak pada keterangan cukup 4
mudah dipahami oleh peserta didik)
10 Mendorong keingintahuan
(kemampuan menarik minat belajar peserta didik dan 4
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan)
11 Motivasi
(dengan adanya media memberikan motivasi untuk 4
selalu belajar)
Jumlah 43

Persentase = ∑ x x 100%
SMI

43
= x 100% = 97,7%
44

Berdasar pada hasil penilaian produk media pembelajaran oleh ahli materi ada

lima saran untuk memperbaiki produk yang telah dikembangkan, yaitu sebagai

berikut.

1. Menyisipkan cerita Harry Potter pada materi pengertian teks narasi. Hal ini

bertujuan agar imajinasi peserta didik terbawa pada hakikat narasi yang

sesungguhnya.

2. Memperbesar ukuran huruf.

3. Mengubah tema latar.

4. Memperbesar gambar pada buku petunjuk penggunaan produk yang dicetak.


85

Perbaikan produk yang dilakukan oleh peneliti berdasar pada saran yang diberikan

oleh Heni Triwastuti, S.Pd. selaku praktisi. Praktisi memberikan saran berdasar

pada 11 indikator yang terdapat pada angket penilaian, seperti ukuran teks bisa

terbaca oleh peserta didik, kesesuaian materi dengan kompetensi inti dan

kompetensi dasar yang digunakan, kejelasan materi, kemudahan untuk dipahami,

dan mendorong peserta didik untuk menciptakan suasana yang menyenangkan.

Rata-rata skor yang diperoleh ialah 3,91 dengan kategori sangat baik. Keempat

butir perbaikan tersebut mencakup 2 aspek penilaian kelayakan produk. Berikut

ini akan diuraikan pembahasan hasil penilaian praktisi berdasar pada masing-

masing aspek penilaian produk.

4.2.4.3.1 Aspek Penggunaan Media pada Produk Media Pembelajaran


berbentuk Pop Up Book Dogotal

Berdasar pada tabel 4.4 diperoleh jumlah skor 43 dengan nilai rata-rata 3,91 untuk

aspek penggunaan media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop up book

dogital berdasar pada delapan kriteria, 1) keterbacaan teks mendapatkan nilai 4

dengan kategori sangat layak, 2) kejelasan gambar/ ilustrasi mendapatkan nilai 4

dengan kategori sangat layak, 3) ukuran buku digital mendapatkan nilai 4 dengan

kategori sangat layak, 4) kesesuaian materi dengan SK dan KD mendapatkan nilai

3 dengan kategori layak, 5) kelengkapan materi mendapatkan nilai 4 dengan

kategori sangat layak, 6) kemudahan pemakaian mendapatkan nilai 4 dengan

kategori sangat layak, 7) kebenaran materi mendapatkan nilai 4 dengan kategori

sangat layak, dan 8) kejelasan materi mendapatkan nilai 4 dengan kategori sangat

layak. Penilaian praktisi pada aspek penggunaan media rata-rata mendapatkan

nilai sangat layak karena sudah melewati tahap uji coba produk. Pada tahap ini,
86

pendidik menggunakan pengembangan media untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Pendidik menyampaikan bahwa produk mudah untuk digunakan

pada kegiatan pembelajaran di kelas dan membuat siswa lebih antusias untuk

mempelajari materi yang akan disampaikan oleh pendidik.

4.2.4.3.2 Aspek Penyajian Media pada Produk Media Pembelajaran


berbentuk Pop Up Book Digital

Berdasar pada tabel 4.4 diperoleh jumlah skor 43 dengan nilai rata-rata 3,91 untuk

aspek penggunaan media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop up book

dogital berdasar pada tiga kriteria, 1) kemudahan memahami materi mendapatkan

nilai 4 dengan kategori sangat layak, 2) mendorong keingintahuan mendapatkan

nilai 4 dengan kategori sangat layak, dan 3) motivasi mendapatkan nilai 4 dengan

kategori sangat layak. Ketiga indikator pada aspek penyajian mendapatkan nilai

maksimal karena menurut pendidik, produk media yang dikembangkan dapat

digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan motivasi peserta didik

untuk selalu belajar.

4.2.4.4 Revisi Produk pada Uji Validasi Ahli Materi

Pada tahap uji validasi oleh ahli materi, terdapat beberapa perbaikan prduk media

pop up book digital dan pada petunjuk penggunaan produk yang berbentuk buku

pop up. Berikut ini disajikan tabel perbaikan produk berdasarkan kritik dan saran

dari ahli materi.

Tabel 4.5 Perbaikan Petunjuk Penggunaan Media

No Catatan perbaikan Tampilan setelah diperbaiki

1. Sampul buku difokuskan pada Judul pada sampul difokuskan pada


pengembangan produk dengan produk yang dikembangkan berupa
materi yang digunakan. Tampilan Pengembangan Media Pembelajaran
87

sebelum direvisi bertuliskan Menulis Teks Narasi Berbasis Pop


petunjuk penggunaan media pop up Up Book Digital untuk Siswa Kelas
book digital untul pembelajaran VII SMP.
menulis teks narasi di masa
pandemi covid-19 pada siswa kelas
VII SMP .
2. Pada halaman 1 terdapat kesalahan Kata di dalamnya setelah diperbaiki
penggunaan di sebagai preposisi tertulis terpisah yang selanjutnya di
yang ditulis menyambung, letakan pada halaman 2.
seharusnya ditulis terpisah yaitu
pada kata didalamnya.
3. Tampilan halaman 1 sembelumnya Pada halaman 1 terdapat perubahaan
diperbaiki ialah uraian singkat judul produk, identifikasi produk,
mengenai produk Pop Up Book pendahuluan, KI dan KD, serta
Ditigal. spesifiksi produk dengan variasi
amplop.
4. Kesalahan penulisan pada kata Kata yang bermakna program
yang bermakna program komputer kompuer diperbaiki penulisanya
yaitu aplikasi yang ditulis apilkasi. menjadi aplikasi yang terdapat pada
halaman 5.
5. Kesalahan penulisan pada kata yes Kata yes diperbaiki penulisanya
yang seharusnya dicetak miring menjadi kata bercetak miring serperti
yaitu pada halaman 6 bagian pop yang terdapat pada tampilan pop up
up. halaman 6.
6. Pada tampilan pop up halaman 7 Imbuhan di pada kata di klik
terdapat kesalahan penulisan di diperbaiki menjadi serangkai seperti
sebagian imbuhan yang ditulis yaitu pada tampilan pop up halaman
terpisah, seharusnya ditulis 7 kiri.
serangkai.
7. Kesalahan penulisan hal 7 pada Huruf depan pada kata Indikator
kata indikator huruf i pada kata ditulis kecil sesuai dengan kaidah
Indikator seharusnya ditulis kecil penulisan huruf kapital.
karena tidak menunjukan awal
kalimat.
8. Kesalahan penilisan huruf pada Perbaikan penulisan pada kata alur
kata depan alur halaman 10 yang diawali dengan huruf kapital.
seharusnya diawali dengan huruf
kapital.

Tabel 4.6 Perbaikan Produk Media Pop Up Book Digital

No Catatan perbaikan Tampilan setelah diperbaiki

1. Kesalahan audio pada halaman 7 Perbaikan audio pada halaman 7


untuk menyebutkan kompetensi yaitu pengucapan tanda baca
dasar dan kompetesi inti yang menjadi tidak dilafalkan.
88

digunakan yaitu pelafalan tanda


baca titik seharusnya tidak
dilisankan.
2. Ukuran tulisan pada halaman 2. Perbaikan dilakukan pada halaman 2
Penggunaan ukuran huruf 14 untuk berupa kata pengantar ukuran huruf
tampilan layar dengan teks penuh sebelum direvisi 14 menjadi 18.
membuat kesan padat.
3. Kesalahan penulisan ketidakpaduan Perbaikan kalimat pada halaman 2
kalimat pada kata pengantar berupa berupa kata pengantar, sebelumnya
persembahan di paragraph kedua bertuliskan demi dari pembaca demi
kalimat ketiga berupa demi dari menjadi kritik dan saran yang
pembaca demi. membangun dari pembaca demi.
4. Kesalahan audio pada halaman 4, 5, Perbaikan dilakukan pada halaman
dan 6 berupa penyebutan tanda 4, 5, dan 6 untuk menyebutkan
baca titik. indikator pencapain kompetensi dan
tujuan pembelajaran. Tanda baca
titik pada bagian ini diperbaiki
menjadi tidak dilafalkan.

4.2.4.5 Revisi Produk pada Uji Validasi Ahli Media

Pada tahap uji validasi oleh ahli media, terdapat beberapa perbaikan produk media

pop up book digital dan pada petunjuk penggunaan produk yang berbentuk buku

pop up. Revisi produk dilakukan sebanyak satu tahap berdasarkan saran dari Dr.

Herpratiwi, M.Pd. selaku validasi ahli media. Berikut ini disajikan tabel perbaikan

produk berdasarkan kritik dan saran dari ahli media.

Tabel 4.7 Perbaikan Produk Media Pop Up Book Digital

No Catatan Perbaikan Tindak Lanjut

1 Tampilan media pada halaman ke-3 Profil penyusun pada halaman 3


tidak perlu dicantumkan profil dihapus.
penyusun.
2 Tampilan media pada halaman 4 dan Kompetensi inti dan kompetensi
5 (KI dan KD) tidak perlu dasar pada halaman 4 dan 5
dicantumkan. dihapus.
3 Kata pengantar pada halaman ke-2 Pada halaman ke-2 dicantumkan
tidak perlu menyebutkan dosen kalimat pengantar yang ditujukan
pembimbing dan penulis. kepada ketercapaian belajar
peserta didik.
4 Perubahan suara pada audio di Audio pada halaman ke-2, 3, 4,
89

halaman ke-2, 3, 4, dan 5. dan 5 mengikuti perubahan pada


tampilan media.
5 Tampilan buku petunjuk penggunaan Buku petunjuk dicetak mendatar
dicetak mendatar. dengan ukuran diperbesar.

4.2.4.6 Revisi Produk pada Uji Validasi oleh Praktisi

Terdapat dua saran revisi produk pada uji validasi ahli praktisi. Pertama, gambar

pada latar pop up book digital perlu diubah sesuai dengan tema cerita yang

digunakan. Kedua, mengubah tampilan buku dalam orientasi vertikal menjadi

horizontal. Berikut ini tampilan media sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan.

Gambar 1. Tampilan halaman sampul sebelum direvisi

Gambar 2. Tampilan halaman sampul setelah direvisi


90

Gambar 3. Tampilan halaman sampul dalam sebelum direvisi

Gambar 4. Tampilan halaman dalam sampul setelah direvisi


91

Gambar 5. Tampilan halaman kata pengantar setelah direvisi

4.3 Uji Coba Produk

Setelah produk media yang dikembangkan mendapat penilaian oleh ahli materi,

ahli media, dan praktisi serta mendapatkan saran perbaikan, tahap selanjutnya

adalah uji coba produk. Uji coba produk dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu uji

coba produk skala terbatas dan uji coba produk skala luas. Dua tahap hasil uji

coba produk tersebut diuraikan sebagai berikut.

4.3.1 Uji Coba Produk Skala Terbatas

Uji coba produk skala terbatas dilakukan di SMP Negeri 3 Gadingrejo sebagai

sekolah yang dijadikan lokasi penelitian. Peserta didik yang menjadi sampel pada

uji coba terbatas berjumlah 10 orang. Tujuan uji coba skala terbatas ini untuk

mengetahui kelayakan media yang dikembangkan sebelum dilaksanakan uji coba

skala luas. Instrumen yang digunakan dalam uji coba ini adalah angket kelayakan

produk yang diisi oleh peserta didik. Angket tersebut berisi tiga aspek penilaian,
92

yaitu aspek tampilan program, interaktivitas, dan kemudahan program. Hasil uji

coba produk oleh peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Ujii Coba Produk Skala Terbatas oleh Peserta Didik
SMP Negeri 3 Gadingrejo (10 Responden)

No Indikator Jumlah Respon yang Skor yang


Menjawab diperoleh
1 2 3 4
Tampilan Buku Digital
1 Kesesuaian warna latar 1 6 3 32
2 Kesesuaian warna tulisan 4 6 36
3 Kesesuaian jenis dan 4 6 26
ukuran tulisan
4 Teks mudah dibaca 5 5 35
5 Kesesuaian gambar 5 5 35
6 Kesesuaian animasi 5 5 35
7 Kesesuaian video 5 5 35
8 Kejelasan suara 1 3 6 31
Interaktivitas
9 Respons dari buku digital 7 3 33
10 Ketersediaan waktu 2 3 5 33
untuk mempelajari materi
dan menjawab tes/latihan
pada buku.
Kemudahan Buku Digital
11 Bahasa mudah dipahami 5 5 35
12 Kemudahan penggunaan 4 6 36
program
13 Kemudahan dalam 5 5 35
bernavigasi (berpindah
dari satu menu/ sub menu
lainnya)
14 Petunjuk penggunaan 4 6 36
program
15 Kemudahan untuk 2 8 38
digunakan secara mandiri
Skor total 511

Kelayakan produk dihitung dengan cara skor total yang diperoleh 511 dibagi

dengan skor maksimal 600, kemudian dikalikan 100%.


93

∑ x
Persentase = x 100%
SMI

511
= 600 x 100% = 85,16%

Berdasar pada perhitungan tersebut, maka kelayakan produk yang dinilai oleh

peserta didik pada uji coba skala terbatas termasuk dalam kategori sangat layak.

Pada tahap ini, peneliti mendapatkan saran dari peserta didik untuk memperbaiki

produk media yang dikembangkan. Adapun saran yang diperoleh sebagai berikut.

1. Memperbesar ukuran tulisan.

2. Meletakkan tujuan pembelajaran dan IPK menjadi satu halaman.

Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti pada uji coba skala terbatas berdasar pada

penilaian peserta didik terhadap ketiga aspek penilaian produk media

pembelajaran saat dilakukan uji coba. Berikut ini akan diuraikan pembahasan uji

coba skala terbatas yang dilakukan di sekolah tempat penelitian.

4.3.1.1 Penilaian Hasil Uji Coba Produk Skala Terbatas pada Aspek
Tampilan Buku Digital

Berdasar pada tabel 4.8 diperoleh jumlah skor 511 dengan nilai rata-rata 34,06

untuk aspek tampilan buku media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop

up book digital berdasar pada delapan kriteria; 1) kesesuaian warna latar

mendapatkan jumlah skor 32. 1 peserta didik memberikan skor 2 dengan kategori

cukup, 6 peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori layak, dan 3 peserta

didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak; 2) kesesuaian warna

tulisan mendapatkan jumlah skor 36. 4 peserta didik memberikan skor 3 dengan
94

kategori layak dan 6 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat

layak; 3) kesesuaian jenis dan ukuran tulisan mendapatkan jumlah skor 26. 4

peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 6 peserta didik

memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak; 4) teks mudah dibaca

mendapatkan skor 35. 5 peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori layak

dan 5 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak; 5)

kesesuaian gambar mendapatkan skor 35. 5 peserta didik memberikan skor 3

dengan kategori layak dan 5 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori

sangat layak; 6) kesesuaian animasi mendapatkan skor 35. 5 peserta didik

memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 5 peserta didik memberikan skor 4

dengan kategori sangat layak; 7) kesesuaian video mendapatkan skor 35. 5 peserta

didik memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 5 peserta didik memberikan

skor 4 dengan kategori sangat layak; 8) kejelasan suara mendapatkan skor 31. 1

peserta didik memberikan skor 2 dengan kategori cukup layak, 3 peserta didik

memberikan skor 3 dengan kategori layak, dan 6 peserta didik memberikan skor 4

dengan kategori sangat layak. Aspek pertama yang diperbaiki adalah tampilan

buku digital. Pada aspek yang pertama, ada 4 peserta didik yang memberikan

penilaian 3 dengan kategori baik yaitu pada indikator kesesuaian jenis dan ukuran

tulisan. Aspek kedua yang mendapatkan nilai 2 dengan kategori cukup adalah

interaktivitas yaitu pada indikator ketersediaan waktu untuk menjawab latihan

pada buku.
95

4.3.1.2 Penilaian Hasil Uji Coba Produk Skala Terbatas pada Aspek
Interaktivitas

Berdasar pada tabel 4.8 diperoleh jumlah skor 511 dengan nilai rata-rata 34,06

untuk aspek tampilan buku media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop

up book digital berdasar pada dua kriteria; 1) respons dari buku digital

mendapatkan jumlah skor 33. 7 peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori

layak dan 3 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak; 2)

kestersediaan waktu untuk mempelajari materi mendapatkan jumlah skor 33. 2

peserta didik memberikan skor 2 dengan kategori cukup layak, 3 peserta didik

memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 5 peserta didik memberikan skor 4

dengan kategori sangat layak. Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti pada uji

coba skala terbatas berdasar pada penilaian peserta didik terhadap aspek

interaktivitas adalah menambahkan waktu pada halaman 11 yaitu saat peserta

didik mengerjakan tes formatif.

4.3.1.3 Penilaian Hasil Uji Coba Produk Skala Terbatas pada Aspek
Kemudahan Buku Digital

Berdasar pada tabel 4.8 diperoleh jumlah skor 511 dengan nilai rata-rata 34,06

untuk aspek tampilan buku media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop

up book digital berdasar pada lima kriteria; 1) bahasa mudah dipahami

mendapatkan jumlah skor 35. 5 peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori

layak dan 5 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak; 2)

kemudahan dalam bernavigasi mendapatkan jumlah skor 36. 4 peserta didik

memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 6 peserta didik memberikan skor 4

dengan kategori sangat layak; 3) petunjuk penggunaan program mendapatkan


96

jumlah skor 36. 4 peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 6

peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak; 4) program

memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar secara mandiri mendapatkan

skor 38. 2 peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 8 peserta

didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak. Perbaikan yang dilakukan

oleh peneliti pada uji coba skala terbatas berdasar pada penilaian peserta didik

terhadap aspek ikemudahan buku digital adalah menambahkan tanda panah untuk

melanjutkan instalasi pada setiap halaman buku petunjuk penggunaan produk.

4.3.2 Revisi Produk Uji Coba Skala Terbatas

Berdasar pada kekurangan yang ditemukan pada uji coba skala terbatas, maka

peneiti melakukan perbaikan terhadap media yang telah dikembangkan. Ada dua

saran revisi produk pada uji coba skala terbatas. Pertama KI dan KD yang

dicantumkan pada produk media pop up book disatukan pada halaman kata

pengantar. Kedua, mengubah jenis tulisan pada kata pengantar dan memperbesar

ukiurannya. Berikut ini tampilan media sebelum dan sesudah direvisi.

Gambar 6. Tampilan Kata Pengantar Sebelum Direvisi


97

Gambar 7. Tampilan Kata Pengantar Setelah Direvisi

4.3.3 Uji Coba Produk Skala Luas

Uji coba produk skala luas dilakukan di SMP Negeri 3 Gadingrejo pada empat

kelas dengan urutan kelas unggul dan reguler. Pada tahap ini, peserta didik yang

menjadi responden berjumlah 121 peserta didik. 30 peserta didik dari kelas VII-1,

29 peserta didik dari kelas VII-2, 30 peserta didik dari kelas VII-5, dan 32 peserta

didik dari kelas VII-6. Selain peserta didik, pendidik bahasa Indonesia kelas VII

juga menjadi responden pada tahap ini yaitu dua pendidik yang mengampu kelas

unggul dan kelas reguler.

Instrumen yang digunakan dalam uji coba ini adalah angket kelayakan produk

yang diisi oleh pendidik dan peserta didik. Angket tersebut berisi tiga aspek, yaitu

aspek tampilan program, interaktivitas, dan kemudahan program. Berikut ini

disajikan hasil uji coba produk oleh pendidik dan peserta didik.
98

4.3.3.1 Penilaian dari Pendidik Bahasa Indonesia

Penilaian pendidik Bahasa Indonesia dilaksanakan oleh dua praktisi, yaitu

pendidik pada kelas unggul dan pendidik pada kelas reguler. Masing-masing akan

diuraikan sebagai berikut.

a. Hasil Penilaian dari Pendidik SMP Negeri 3 Gadingrejo Kelas Unggul

Penilaian dilakukan pada Senin, 24 Januari 2022 oleh Drs. Trimanto selaku

pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas unggul. Kelayakan produk

dihitung dengan cara skor total yang diperoleh 57 dibagi dengan skor maksimal

60, kemudian dikalikan 100%. Berikut disajikan Tabel hasil angket penilaian dari

pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Gadingrejo.

Tabel 4.9 Hasil Angket Penilaian dari Pendidik SMP Negeri 3 Gadingrejo Kelas
Unggul

No Indikator Jumlah Respon yang Skor yang


Menjawab diperoleh
1 2 3 4
Tampilan Buku Digital
1 Kesesuaian warna latar V
2 Kesesuaian warna tulisan V
3 Kesesuaian jenis dan V
ukuran tulisan
4 Teks mudah dibaca V
5 Kesesuaian gambar V
6 Kesesuaian animasi V
7 Kesesuaian video V
8 Kejelasan suara V
Interaktivitas
9 Respons dari buku digital V
10 Ketersediaan waktu V
untuk mempelajari materi
dan menjawab tes/latihan
pada buku.
Kemudahan Buku Digital
11 Bahasa mudah dipahami V
12 Kemudahan penggunaan V
99

program
13 Kemudahan dalam V
bernavigasi (berpindah
dari satu menu/ sub menu
lainnya)
14 Petunjuk penggunaan V
program
15 Memudahkan peserta V
didik belajar secara
mandiri
Skor yang diperoleh 57

Kelayakan produk dihitung dengan cara skor total yang diperoleh dibagi skor

maksimal, kemudian dikalikan 100%.

∑ x

Persentase = SMI x 1NBBBBB00%

57
= x 100% = 95%
60

Penilaian uji coba skala luas pada kelas unggul terdapat 3 aspek, yaitu 1) tampilan

buku digital yang terdiri atas kesesuaian warna latar, warna tulisan, jenis dan

ukuran tulisan, kesesuaian video dan kejelasan suara mendapat skor rata-rata 3,8

dengan kategori sangat baik, 2) aspek interaktivitas terdiri atas indikator respon

buku digital, keersediaan waktu untuk mempelajari, kemudahan penggunaan

program, dan petunjuk penggunaan program mendapatkan skor rata-rata 3,91

dengan kategori sangat baik, 3) aspek kemudahan buku digital terdiri atas

kemudahan dalam bernavigasi, petunjuk penggunaan program, dan kemudahan

peserta didik untuk belajar secara mandiri mendapatkan skor rata-rata 3,83 dengan

kategori sangat baik.


100

Berdasar pada penilaian tersebut, maka kelayakan produk yang dinilai oleh

pendidik Bahasa Indonesia SMP N 3 Gadingrejo di kelas unggul pada uji coba

skala luas termasuk dalam kategori sangat layak karena media pembelajaran teks

narasi berbasis pop up book digital dapat diterapkan kepada peserta didik SMP.

b. Hasil Penilaian dari Pendidik SMP Negeri 3 Gadingrejo Kelas reguler

Penilaian dilakukan pada Senin, 24 Januari 2022 oleh Heni Triwastiti, S.Pd.

selaku pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia kelas reguler. Berikut disajikan

tabel hasil angket penilaian dari pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP

Negeri 3 Gadingrejo.

Tabel 4.10 Hasil Angket Penilaian dari Pendidik SMP Negeri 3 Gadingrejo Kelas
Reguler

No Indikator Jumlah Respon yang Skor yang


Menjawab diperoleh
1 2 3 4
Tampilan Buku Digital
1 Kesesuaian warna latar V
2 Kesesuaian warna tulisan V
3 Kesesuaian jenis dan V
ukuran tulisan
4 Teks mudah dibaca V
5 Kesesuaian gambar V
6 Kesesuaian animasi V
7 Kesesuaian video V
8 Kejelasan suara V
Interaktivitas
9 Respons dari buku digital V
10 Ketersediaan waktu V
untuk mempelajari materi
dan menjawab tes/latihan
pada buku.
Kemudahan Buku Digital
11 Bahasa mudah dipahami V
12 Kemudahan penggunaan V
program
13 Kemudahan dalam V
bernavigasi (berpindah
101

dari satu menu/ sub menu


lainnya)
14 Petunjuk penggunaan V
program
15 Memudahkan peserta V
didik belajar secara
mandiri
Skor yang diperoleh 56

Kelayakan produk dihitung dengan cara skor total yang diperoleh dibagi skor

maksimal, kemudian dikalikan 100%.

∑ x
Persentase = x 100%
SMI

56
= 60 x 100% = 93,3%

Penilaian uji coba skala luas pada kelas reguler terdapat 3 aspek, yaitu 1) tampilan

buku digital yang terdiri atas kesesuaian warna latar, warna tulisan, jenis dan

ukuran tulisan, kesesuaian video dan kejelasan suara mendapat skor rata-rata 3,8

dengan kategori sangat baik, 2) aspek interaktivitas terdiri atas indikator respon

buku digital, ketersediaan waktu untuk mempelajari, kemudahan penggunaan

program, dan petunjuk penggunaan program mendapatkan skor rata-rata 3,91

dengan kategori sangat baik, 3) aspek kemudahan buku digital terdiri atas

kemudahan dalam bernavigasi, petunjuk penggunaan program, dan kemudahan

peserta didik untuk belajar secara mandiri mendapatkan skor rata-rata 3,83 dengan

kategori sangat baik.


102

Berdasar pada penilaian tersebut, maka kelayakan produk yang dinilai oleh

pendidik Bahasa Indonesia SMP N 3 Gadingrejo di kelas reguler pada uji coba

skala luas termasuk dalam kategori sangat layak karena media pembelajaran teks

narasi berbasis pop up book digital dapat diterapkan kepada peserta didik SMP.

4.3.3.2 Hasil Penilaian dari Peserta Didik SMP Negeri 3 Gadingrejo

Penilaian dilakukan pada Senin, 24 Januari 2022 sampai dengan Sabtu, 29 Januari

2022 oleh siswa siswi kelas VII-1, VII-2, VII.5, dan VII.6 SMP Negeri 3

Gadingrejo. Berikut disajikan tabel hasil rekapitulasi angket penilaian dari peserta

didik SMP Negeri 3 Gadingrejo.

Tabel 4.11 Hasil Penilaian dari Peserta Didik SMP Negeri 3 Gadingrejo

No Indikator Jumlah Respon yang Skor yang


Menjawab diperoleh
1 2 3 4
Tampilan Buku Digital
1 Kesesuaian warna latar 2 21 9 103
2 Kesesuaian warna tulisan 21 11 107
3 Kesesuaian jenis dan 6 20 6 96
ukuran tulisan
4 Teks mudah dibaca 5 19 8 99
5 Kesesuaian gambar 1 20 11 106
6 Kesesuaian animasi 17 15 111
7 Kesesuaian video 14 17 112
8 Kejelasan suara 12 20 116
Interaktivitas
9 Respons dar14i buku 10 22 118
digital
10 Ketersediaan waktu 17 14 109
untuk mempelajari
materi dan menjawab
tes/latihan pada buku.
Kemudahan Buku Digital
11 Bahasa mudah dipahami 11 20 115
12 Kemudahan penggunaan 13 19 115
program
13 Kemudahan dalam 16 16 112
bernavigasi (berpindah
103

dari satu menu/ sub


menu lainnya)
14 Petunjuk penggunaan 16 16 112
program
15 Memudahkan peserta 6 26 122
didik belajar secara
mandiri
Jumlah skor total 1653

Kelayakan produk dihitung dengan cara skor total yang diperoleh dibagi skor

maksimal, kemudian dikalikan 100%.

∑ x
Persentase = SMI
x 100%

1653
= 1920 x 100% = 86,09%

Hasil penilaian oleh peserta didik terdapat 3 aspek yang dilakukan oleh 1653

peserta kelas unggul dan reguler terdiri atas 3 aspek, yaitu 1) tampilan buku

digital yang terdiri atas kesesuaian warna latar, warna tulisan, jenis dan ukuran

tulisan, kesesuaian video dan kejelasan suara mendapat skor rata-rata 3,8 dengan

kategori sangat baik, 2) aspek interaktivitas terdiri atas indikator respon buku

digital, keersediaan waktu untuk mempelajari, kemudahan penggunaan program,

dan petunjuk penggunaan program mendapatkan skor rata-rata 3,91 dengan

kategori sangat baik, 3) aspek kemudahan buku digital terdiri atas kemudahan

dalam bernavigasi, petunjuk penggunaan program, dan kemudahan peserta didik

untuk belajar secara mandiri mendapatkan skor rata-rata 3,83 dengan kategori

sangat baik.
104

Berdasar pada penilaian tersebut, maka kelayakan produk yang dinilai oleh

pendidik Bahasa Indonesia SMP N 3 Gadingrejo di kelas unggul dan kelas reguler

di SMP Negeri 3 Gadingrejo pada uji coba skala luas termasuk dalam kategori

sangat layak karena media pembelajaran teks narasi berbasis pop up book digital

dapat digunakan dalam pembelajaran. Berikut ini akan diuraikan pembahasan uji

coba skala terbatas yang dilakukan di sekolah tempat penelitian.

4.3.3.2.1 Penilaian Hasil Uji Coba Produk Skala Luas pada Aspek
Tampilan Buku Digital

Berdasar pada tabel 4.11 diperoleh jumlah skor 1653 dengan nilai rata-rata 34,06

untuk aspek tampilan buku media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop

up book digital berdasar pada delapan kriteria; 1) kesesuaian warna latar

mendapatkan jumlah skor 103. 2 peserta didik memberikan skor 2 dengan

kategori cukup, 21 peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori layak, dan 9

peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak; 2) kesesuaian

warna tulisan mendapatkan jumlah skor 107. 21 peserta didik memberikan skor 3

dengan kategori layak dan 11 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori

sangat layak; 3) kesesuaian jenis dan ukuran tulisan mendapatkan jumlah skor 96.

6 peserta didik memberikan skor 2 dengan kategori cukup layak, 20 peserta didik

memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 6 peserta didik memberikan skor 4

dengan kategori sangat layak; 4) teks mudah dibaca mendapatkan skor 99. 5

peserta didik memberikan skor 2 dengan kategori cukup layak, 19 dengan kategori

layak, dan 8 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak; 5)

kesesuaian gambar mendapatkan skor 106. 1 peserta didik memberikan skor 2

dengan kategori cukup, 20 peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori


105

layak, dan 11 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak; 6)

kesesuaian animasi mendapatkan skor 111. 17 peserta didik memberikan skor 3

dengan kategori layak dan 15 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori

sangat layak; 7) kesesuaian video mendapatkan skor 112. 14 peserta didik

memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 17 peserta didik memberikan skor

4 dengan kategori sangat layak; 8) kejelasan suara mendapatkan skor 116. 12

peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 20 peserta didik

memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak. Aspek pertama yang diperbaiki

adalah tampilan buku digital.

4.3.3.2.2 Penilaian Hasil Uji Coba Produk Skala Luas pada Aspek
Interaktivitas

Berdasar pada tabel 4.11 diperoleh jumlah skor 1653 dengan nilai rata-rata 34,06

untuk aspek interaktivitas media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop

up book digital berdasar pada dua kriteria; 1) respons dari buku digital

mendapatkan jumlah skor 118. 10 peserta didik memberikan skor 3 dengan

kategori layak dan 22 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat

layak; 2) kestersediaan waktu untuk mempelajari materi mendapatkan jumlah

skor 109. 17 peserta didik memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 14

peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak. Perbaikan yang

dilakukan oleh peneliti pada uji coba skala terbatas berdasar pada penilaian

peserta didik terhadap aspek interaktivitas adalah menambahkan waktu pada

halaman 11 yaitu saat peserta didik mengerjakan tes formatif.


106

4.3.3.2.3 Penilaian Hasil Uji Coba Produk Skala Luas pada Aspek
Kemudahan Buku Digital

Berdasar pada tabel 4.11 diperoleh jumlah skor 1653 dengan nilai rata-rata 34,06

untuk aspek tampilan buku media pembelajaran menulis teks narasi berbentuk pop

up book digital berdasar pada lima kriteria; 1) bahasa mudah dipahami

mendapatkan jumlah skor 35. 11 peserta didik memberikan skor 3 dengan

kategori layak dan 20 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat

layak; 2) kemudahan dalam bernavigasi mendapatkan jumlah skor 115. 13 peserta

didik memberikan skor 3 dengan kategori layak dan 19 peserta didik memberikan

skor 4 dengan kategori sangat layak; 3) petunjuk penggunaan program

mendapatkan jumlah skor 112. 16 peserta didik memberikan skor 3 dengan

kategori layak dan 16 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat

layak; 4) program memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar secara

mandiri mendapatkan skor 112. 16 peserta didik memberikan skor 3 dengan

kategori layak dan 16 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat

layak. Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti pada uji coba skala terbatas

berdasar pada penilaian peserta didik terhadap aspek kemudahan buku digital

adalah menambahkan tanda panah untuk melanjutkan instalasi pada setiap

halaman buku petunjuk penggunaan produk.

4.3.4 Revisi Produk Uji Coba Skala Luas

Berdasar pada saran yang diberikan oleh pendidik dan peserta didik pada uji coba

skala luas, maka peneliti melakukan perbaikan terhadap media yang telah

dikembangkan. Terdapat tiga saran revisi produk pada uji coba skala luas yaitu,

(1) menambahkan petunjuk penggunaan menjadi satu halaman, (2)


107

menggabungkan KI dan KD dalam halaman kata pengantar, dan (3) memperbesar

ukuran tulisan. Berikut ini tampilan media sebelum dan sesudah direvisi.

Gambar 8. Tampilan halaman sampul sebelum direvisi

Gambar 9. Tampilan halaman sampul setelah direvisi


108

Gambar 10. Tampilan halaman sampul dalam sebelum direvisi

Gambar 11. Tampilan halaman sampul setelah direvisi


109

Gambar 12. Tampilan halaman kata pengantar sebelum direvisi

Gambar 13. Tampilan halaman KI & KD setelah direvisi

4.4 Kemenarikan Produk

Kemenarikan merupakan salah satu aspek yang harus ada dalam proses

pembelajaran. Kemenarikan dapat diketahui dari kecenderungan peserta didik


110

untuk belajar. Begitu juga dengan produk media yang digunakan dalam proses

pembelajaran harus memiliki daya tarik siswa termotivasi dan semangat untuk

belajar.

Kemenarikan produk media pembelajaran dapat diukur dengan menggunakan

angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket yang

diadaptasi dari Sulatra (dalam Linda, 2019:73) serta telah divalidasi oleh

ahli.materi dan ahli media. Angket tersebut terdisi atas dua aspek, yaitu aspek

kemenarikan dan aspek penggunaan. Pada aspek kemenarikan ada tiga subaspek

yang harus dinilai, yaitu (1) ketertarikan peserta didik untuk belajarar

menggunakan produk; (2) rasa senang peserta didik ketika menggunakan produk;

dan (3) perasaan ingin mengulang belajar menggunakan produk. Pada aspek

penggunaan ada dua subaspek yang harus dinilai, yaitu (1) aspek kemudahan

bernavigasi; dan (2) kemudahan memahami teks narasi dengan produk media

pembelajaran. Pada angket terdapat empat skor nilai yang dapat diberikan kepada

peneliti, yaitu skor 1 yang berarti kurang layak, skor 2 yang berarti cukup layak,

skor 3 yang berarti layak, dan skor 4 yang berarti sangat layak.

Angket tersebut diberikan kepada peserta didik sebagai pengguna produk media

pembelajaran yang dikembangkan. Peserta didik yang terlibat mengisi angket

kemenarikan produk berjumlah 120 orang dari sekolah yang menjadi tempat

penelitian, yaitu 30 peserta didik dari kelas VII-1, 29 peserta didik dari kelas VII-

2, 30 peserta didik dari kelas VII-5, dan 32 peserta didik dari kelas VII-6. Data

hasil angket disajikan pada tabel berikut.


111

Tabel 4.12 Rekapitulasi Angket Kemenarikan Produk Media Pembelajaran di

Kelas Unggul SMP Negeri 3 Gadingrejo (31 responden )

No Pertanyaan Jumlah Respon yang Skor yang


Menjawab diperoleh
1 2 3 4
Aspek Kemenarikan
1 Bagaimanakah 1 5 25 117
ketertarikan anda untuk
belajar bahasa Indonesia
dengan menggunakan
media ini?
2 Bagaimana rasa senang 5 26 119
anda muncul ketika
belajar menggunakan
media ini?
3 Seberapa besar perasaan 2 4 26 116
ingin terus mengulang
program media
pembelajaran ini untuk
mendapatkan hasil
belajar yang optimal?
Aspek Penggunaan
4 Bagaimana anda 4 27 120
mendapatkan kemudahan
navigasi sesuai yang
diinginkan?
5 Bagaimana kemudahan 11 20 113
memahami materi teks
narasi dengan program
media pembelajaran ini?
Skor total 574

Tabel 4.12 menyajikan data respons peserta didik terhadap subaspek pertama

tentang ketertarikan belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan media yang

dikembangkan. Dilihat dari hasil rekapitulasi angket tersebut, ada tiga skor yang

dipilih peserta didik, yaitu skor 2, 3, dan 4. 1 peserta didik memilih skor dua, 5

peserta didik memilih skor tiga, dan 25 peserta didik memilih skor empat,

sehingga pada subaspek pertama ini memperoleh skor 117.


112

Respons peserta didik terhadap subaspek kedua mengenai rasa senang peserta

didik ketika belajar menggunakan media yang dikembangkan dapat dilihat pada

tabel yang disajikan di atas. Data tersebut menunjukkan terdapat dua skor yang

dipilih oleh peserta didik meliputi: (1) 5 peserta didik memberikan skor 3, dan (2)

26 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak. Total skor yang

diperoleh pada butir kedua adalah 119.

Respons peserta didik terhadap subaspek ketiga tentang perasaan ingin terus

mengulang program media yang dikembangkan ada tiga skor yang dipilih, yakni

skor 2, 3 dan 4. Skor 2 dipilih oleh 2 peserta didik, skor 3 dipilih oleh 4 peserta

didik, dan skor 4 dengan kategori sangat layak dipilih oleh 26peserta didik,

sehingga pada subaspek ini memperoleh skor 116.

Respon peserta didik terhadap subaspek keempat tentang kemudahan navigasi

pada produk yang dikembangkan ada dua skor yang dipilih, yakni skor 3 dan skor

4. Skor 3 dipulih oleh 4 peserta didik, dan skor 4 dipilih oleh 27 peserta didik,

sehingga pada subaspek ini memperoleh skor 120.

Respons peserta didik terhadap subaspek kelima tentang kemudahan memahami

materi teks narasi menggunakan media yang dikembangkan ada dua skor yang

dipilih, yakni skor 3 dan 4. Skor 3 dipilih oleh 11 peserta didik dengan kategori

menarik, dan skor 4 dipilih oleh 20 peserta didik dengan kategori sangat layak,

sehingga pada subaspek ini memperoleh skor 113.

Kemenarikan produk dihitung dengan cara membagi skor total yang diperoleh

dengan skor maksimal 620, kemudian dikalikan 100%.


113

∑ x
Persentase = SMI
x 100%

574
= 680 x 100% = 86

Berdasar pada perhitungan tersebut, maka kemenarikan produk yang dinilai oleh

peserta didik kelas unggul di SMP Negeri 3 Gadingrejo termasuk dalam kategori

sangat menarik.

Tabel 4.13 Rekapitulasi Angket Kemenarikan Produk Media Pembelajaran di


Kelas reguler SMP Negeri 3 Gadingrejo (61 responden )

No Pertanyaan Jumlah Respon yang Skor yang


Menjawab diperoleh
1 2 3 4
Aspek Kemenarikan
1 Bagaimanakah 1 15 55 267
ketertarikan anda untuk
belajar bahasa Indonesia
dengan menggunakan
media ini?
2 Bagaimana rasa senang 15 46 229
anda muncul ketika
belajar menggunakan
media ini?
3 Seberapa besar perasaan 2 24 34 212
ingin terus mengulang
program media
pembelajaran ini untuk
mendapatkan hasil
belajar yang optimal?
Aspek Penggunaan
4 Bagaimana anda 24 37 220
mendapatkan kemudahan
navigasi sesuai yang
diinginkan?
5 Bagaimana kemudahan 20 40 240
memahami materi teks
narasi dengan program
114

media pembelajaran ini?


Skor total 1.168

Tabel 4.13 menyajikan data respons peserta didik terhadap subaspek pertama

tentang ketertarikan belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan media yang

dikembangkan. Dilihat dari hasil rekapitulasi angket tersebut, ada tiga skor yang

dipilih peserta didik, yaitu skor 2, 3, dan 4. 1 peserta didik memilih skor dua, 15

peserta didik memilih skor tiga, dan 55 peserta didik memilih skor empat,

sehingga pada subaspek pertama ini memperoleh skor 267.

Respons peserta didik terhadap subaspek kedua mengenai rasa senang peserta

didik ketika belajar menggunakan media yang dikembangkan dapat dilihat pada

tabel yang disajikan di atas. Data tersebut menunjukkan terdapat dua skor yang

dipilih oleh peserta didik meliputi: (1) 15 peserta didik memberikan skor 3, dan

(2) 46 peserta didik memberikan skor 4 dengan kategori sangat layak. Total skor

yang diperoleh pada butir kedua adalah 229.

Respons peserta didik terhadap subaspek ketiga tentang perasaan ingin terus

mengulang program media yang dikembangkan ada tiga skor yang dipilih, yakni

skor 2, 3 dan 4. Skor 2 dipilih oleh 2 peserta didik, skor 3 dipilih oleh 24 peserta

didik, dan skor 4 dengan kategori sangat layak dipilih oleh 34 peserta didik,

sehingga pada subaspek ini memperoleh skor 212.

Respon peserta didik terhadap subaspek keempat tentang kemudahan navigasi

pada produk yang dikembangkan ada dua skor yang dipilih, yakni skor 3 dan skor
115

4. Skor 3 dipilih oleh 24 peserta didik, dan skor 4 dipilih oleh 37 peserta didik,

sehingga pada subaspek ini memperoleh skor 220.

Respons peserta didik terhadap subaspek kelima tentang kemudahan memahami

materi teks narasi menggunakan media yang dikembangkan ada dua skor yang

dipilih, yakni skor 3 dan 4. Skor 3 dipilih oleh 20 peserta didik dengan kategori

menarik, dan skor 4 dipilih oleh 40 peserta didik dengan kategori sangat layak,

sehingga pada subaspek ini memperoleh skor 240.

Kemenarikan produk dihitung dengan cara membagi skor total yang diperoleh

dengan skor maksimal 620, kemudian dikalikan 100%.

∑ x
Persentase = SMI
x 100%

1.168
= 1.220 x 100% = 86

Berdasar pada perhitungan tersebut, maka kemenarikan produk yang dinilai oleh

peserta didik kelas reguler di SMP Negeri 3 Gadingrejo termasuk dalam kategori

sangat menarik.

4.5 Efektivitas Produk

Keefektivitasan media pembelajaran berbasis pop up book digital dapat diketahui

dari hasil uji efektivitas oleh peserta didik. Pengujian dilakukan dengan

melakukan pretest – postest pada tingkat sekolah, yaitu SMP Negeri 3 Gadingrejo

kelas unggul dan kelas reguler. Pembelajaran dilakukan dengan menyesuaikan

alokasi waktu untuk pembelajaran teks narasi sesuai Rencana Pelaksanaan


116

Pembelajaran (RPP) yang ada. Berikut diuraikan perbandingan hasil pretest dan

posttest dari kelas ungulan dan kelas reguler di SMP Negeri 3 Gadingrejo.

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest

Rata-rata
No Kelas Pretest Postest N-gain Kategori
1 VII-1 69,90 84,50 0,50 Sedang
2 VII-2 68,80 85,49 0,48 Sedang
3 VII-5 70,37 83,37 0,51 Sedang
4 VII-6 67,50 84,80 0,60 Sedang

Berdasar pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari masing-masing

kelas terdapat perubahan yang signifikan. Hasil pretest sangat berbeda dengan

hasil posttest. Nilai rata-rata pretest kelas VII-1 sebesar 69,90 dan nilai rata-rata

postest sebesar 84,50, sedangkan nilai rata-rata N-gainnya 0,50 termasuk kategori

sedang. Nilai rata-rata pretest kelas VII-2 sebesar 68,80 dan nilai rata-rata postest

sebesar 85,49, sedangkan nilai rata-rata N-gainnya 0,48 termasuk kategori sedang.

Nilai rata-rata pretest kelas VII-5 sebesar 70,37 dan nilai rata-rata postest sebesar

83,37, sedangkan rata-rata N-gainnya 0,51 termasuk kategori sedang. Nilai rata-

rata pretest kelas VII-6 sebesar 67,50 dan nilai rata-rata postest sebesar 84,80,

sedangkan nilai N-gainnya sebesar 0,60 termasuk kategori sedang. Secara

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran teks narasi berbasis

pop up book digital cukup efektif untuk digunakan dalam pembelajaran karena

dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami struktur dan

kaidah kebahasan tesk narasi serta meningkatkan kemampuan menulis teks narasi.

Rincian hasil uji efektivitas diuraikan sebagai berikut.


117

4.5.1 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-1

Hasil uji efektivitas Produk di kelas VII-1 yang merupakan kelas unggulan di

SMP Negeri 3 Gadingrejo tersebut melibatkan 31 peserta didik dari rombel A dan

rombel B saat pembelajaran tatap muka terbatas berlangsung. Nilai tes yang

diperoleh sebagai berikut.

Tabel 4.15 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-1

No Nama Skor Skor N-gain


Pretest Posttest
1 AD-1 64 76 0,33
2 AE-2 72 88 0,57
3 AG-3 68 80 0,37
4 AH-4 68 80 0,37
5 AI-5 76 96 0,83
6 AI-6 72 84 0,42
7 AK-7 76 92 0,66
8 AM-8 72 88 0,57
9 AN-9 76 96 0,83
10 AN-10 80 92 0,6
11 AO-11 76 88 0,5
12 A-A 12 72 84 0,42
13 AP-13 76 84 0,33
14 AP-14 72 88 0,57
15 AR-15 72 84 0,42
16 AR-16 64 76 0,33
17 AS-17 60 76 0,4
18 AS-18 64 80 0,44
19 AS-19 76 96 0,83
20 AS20 72 84 0,42
21 AT-21 72 84 0,42
22 AT-22 68 80 0,37
23 AU-23 60 80 0,5
24 AU-24 72 88 0,57
25 AV-25 68 84 0,5
26 AV-26 72 88 0,57
27 AW-27 72 84 0,42
28 AW-28 60 76 0,4
29 AY-29 72 88 0,57
30 AY-30 72 84 0,42
31 AZ-31 72 88 0,57
Jumlah 15,63
Rata-rata N-Gain 0,49
118

Uji efektivitas dilakukan dengan cara menyebarkan soal terkait materi

pembelajaran yang digunakan sebagai instrumen efektivitas penggunaan media

dalam mencapai tujuan pembelajaran dan disesuaikan dengan indikator

pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dalam kegiatan menulis teks cerita

imajinasi. Tujuan dari tahapan penelitian ini adalah mengetahui performansi

produk setelah digunakan dalam pembelajaran apakah memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan.

Pada pengujian ini, peneliti dibantu oleh pendidik bahasa Indonesia dari masing-

masing kelas. Sebelum uji coba, peneliti melihat data peserta didik dan nilai

menulis teks cerita imajinasisebelum menggunakan produk yang selanjutnya

dijadikan nilai pretest. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan produk media pop up book digital dalam KD/materi

tersebut. Nilai yang diperoleh kemudian dijadikan nilai posttest.

Rata-rata pretest di kelas VII-1 SMP Negeri 3 Gadingrejo adalah 10,02 dan rata-

rata indeks gainnya adalah 0,35. Berdasar pada tabel 4.10 , jumlah N-gain yang

diperoleh di kelas VII-1 adalah 15,63 dan rata-rata indeks gainnya 0,49. Nilai

rata-rata 0,49 termasuk dalam indeks gain kategori sedang. Berdasar pada

kategori tersebut, maka dapat disimulkan bahwa efektivitas produk di kelas VII-1

termasuk dalam kategori sedang.

4.5.2 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-2

Hasil uji efektivitas Produk di kelas VII-2 yang merupakan kelas reguler di SMP

Negeri 3 Gadingrejo tersebut melibatkan 29 peserta didik dari rombel A dan


119

rombel B saat pembelajaran tatap muka terbatas berlangsung. Nilai tes yang

diperoleh sebagai berikut.

Tabel 4.16 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-2

No Nama Skor Skor N-gain


Pretest Posttest
1 BA-1 72 88 0,57
2 BA-2 64 76 0,33
3 BA-3 76 84 0,33
4 BA-4 68 80 0,37
5 BB-5 68 84 0,5
6 BB-6 60 80 0,5
7 BB-7 76 92 0,66
8 BC-8 60 88 0,4
9 BC-9 76 96 0,42
10 BD-10 80 92 0,6
11 BD-11 76 88 0,5
12 BE-12 72 84 0,42
13 BE-13 76 84 0,33
14 BE-14 72 88 0,57
15 BF-15 72 84 0,42
16 BF-16 64 76 0,33
17 BG-17 60 76 0,4
18 BG-18 64 80 0,44
19 BH-19 76 96 0,83
20 BH-20 72 84 0,42
21 BH-21 72 84 0,42
22 BH-22 68 80 0,37
23 BI-23 60 80 0,5
24 BI-24 72 88 0,57
25 BO-25 68 84 0,5
26 BO-26 72 88 0,57
27 BP-27 72 84 0,42
28 BS-28 60 76 0,4
29 BU-29 72 88 0,57
Jumlah 14,65
Rata-rata N-Gain 0,50

Uji efektivitas dilakukan dengan cara menyebarkan soal terkait materi

pembelajaran yang digunakan sebagai instrumen efektivitas penggunaan media

dalam mencapai tujuan pembelajaran dan disesuaikan dengan indikator

pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dalam kegiatan menulis teks cerita
120

imajinasi. Tujuan dari tahapan penelitian ini adalah mengetahui performansi

produk setelah digunakan dalam pembelajaran apakah memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan.

Pada pengujian ini, peneliti dibantu oleh pendidik bahasa Indonesia dari masing-

masing kelas. Sebelum uji coba, peneliti melihat data peserta didik dan nilai

menulis teks cerita imajinasisebelum menggunakan produk yang selanjutnya

dijadikan nilai pretest. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan produk media pop up book digital dalam KD/materi

tersebut. Nilai yang diperoleh kemudian dijadikan nilai posttest.

Rata-rata pretest di kelas VII-1 SMP Negeri 3 Gadingrejo adalah 10,02 dan rata-

rata indeks gainnya adalah 0,40.Berdasar pada tabel 4.11, jumlah N-gain yang

diperoleh di kelas VII-2 adalah 14,65 dan rata-rata indeks gainnya 0,50. Nilai

rata-rata 0,49 termasuk dalam indeks gain kategori sedang. Berdasar pada

kategori tersebut, maka dapat disimulkan bahwa efektivitas produk di kelas VII-2

termasuk dalam kategori sedang.

4.5.3 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-5

Hasil uji efektivitas Produk di kelas VII-5yang merupakan kelas reguler di SMP

Negeri 3 Gadingrejo tersebut melibatkan 32 peserta didik dari rombel A dan

rombel B saat pembelajaran tatap muka terbatas berlangsung. Nilai tes yang

diperoleh sebagai berikut.

Tabel 4.17 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-5

No Nama Skor Skor N-gain


Pretest Posttest
1 CA-1 64 76 0,33
121

2 CA-2 72 88 0,57
3 CA-3 68 80 0,37
4 CC-4 68 80 0,37
5 CC-5 76 96 0,83
6 CC-6 72 84 0,42
7 CD-7 76 92 0,66
8 CE-8 72 88 0,57
9 CE-9 76 96 0,83
10 CE-10 80 92 0,6
11 CF-11 76 88 0,5
12 CF-12 72 84 0,42
13 CG-13 76 84 0,33
14 CG-14 72 88 0,57
15 CH-15 72 84 0,42
16 CH-16 64 76 0,33
17 CI-17 60 76 0,4
18 CI-18 64 80 0,44
19 CJ-19 76 96 0,83
20 CJ-20 72 84 0,42
21 CK-21 72 84 0,42
22 CK-22 68 80 0,37
23 CN-23 60 80 0,5
24 CN-24 72 88 0,57
25 CO-25 68 84 0,5
26 CO-26 72 88 0,57
27 CO-27 72 84 0,42
28 CR-28 60 76 0,4
29 CR-29 72 88 0,57
30 CS-30 72 84 0,42
31 CS-31 72 88 0,57
32 CT-32 68 84 0,5
Jumlah 16,03
Rata-rata N-Gain 0,52

Uji efektivitas dilakukan dengan cara menyebarkan soal terkait materi

pembelajaran yang digunakan sebagai instrumen efektivitas penggunaan media

dalam mencapai tujuan pembelajaran dan disesuaikan dengan indikator

pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dalam kegiatan menulis teks cerita

imajinasi. Tujuan dari tahapan penelitian ini adalah mengetahui performansi

produk setelah digunakan dalam pembelajaran apakah memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan.
122

Pada pengujian ini, peneliti dibantu oleh pendidik bahasa Indonesia dari masing-

masing kelas. Sebelum uji coba, peneliti melihat data peserta didik dan nilai

menulis teks cerita imajinasisebelum menggunakan produk yang selanjutnya

dijadikan nilai pretest. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan produk media pop up book digital dalam KD/materi

tersebut. Nilai yang diperoleh kemudian dijadikan nilai posttest.

Rata-rata pretest di kelas VII-5 SMP Negeri 3 Gadingrejo adalah 10,02 dan rata-

rata indeks gainnya adalah 0,40.Berdasar pada tabel 4.13, jumlah N-gain yang

diperoleh di kelas VII-5adalah 16,03 dan rata-rata indeks gainnya 0,52. Nilai rata-

rata 0,49 termasuk dalam indeks gain kategori sedang. Berdasar pada kategori

tersebut, maka dapat disimulkan bahwa efektivitas produk di kelas VII-5 termasuk

dalam kategori sedang.

4.5.4 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-6

Hasil uji efektivitas Produk di kelas VII-6 yang merupakan kelas reguler di SMP

Negeri 3 Gadingrejo tersebut melibatkan 29 peserta didik dari rombel A dan

rombel B saat pembelajaran tatap muka terbatas berlangsung. Nilai tes yang

diperoleh sebagai berikut.

Tabel 4.18 Hasil Uji Efektivitas Produk di Kelas VII-6

No Nama Skor Skor N-gain


Pretest Posttest
1 DA-1 72 88 0,57
2 DA2 64 76 0,33
3 DB-3 76 84 0,33
4 DB-4 68 80 0,37
5 DB-5 68 84 0,5
6 DD-6 60 80 0,5
123

7 DD-7 76 92 0,66
8 DE-8 60 88 0,4
9 DF-9 76 96 0,42
10 DF-10 80 92 0,6
11 DG-11 76 88 0,5
12 DH-12 72 84 0,42
13 DI-13 76 84 0,33
14 DI-14 72 88 0,57
15 DJ-15 72 84 0,42
16 DK-16 64 76 0,33
17 DK-17 60 76 0,4
18 DL-18 64 80 0,44
19 DL-19 76 96 0,83
20 DM-20 72 84 0,42
21 DM-21 72 84 0,42
22 DN-22 68 80 0,37
23 DN-23 60 80 0,5
24 DO-24 72 88 0,57
25 DO-25 68 84 0,5
26 DR-26 72 88 0,57
27 DR-27 72 84 0,42
28 DT-28 60 76 0,4
29 DU-29 72 88 0,57
Jumlah 14,65
Rata-rata N-Gain 0,50

Uji efektivitas dilakukan dengan cara menyebarkan soal terkait materi

pembelajaran yang digunakan sebagai instrumen efektivitas penggunaan media

dalam mencapai tujuan pembelajaran dan disesuaikan dengan indikator

pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dalam kegiatan menulis teks cerita

imajinasi. Tujuan dari tahapan penelitian ini adalah mengetahui performansi

produk setelah digunakan dalam pembelajaran apakah memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan.

Pada pengujian ini, peneliti dibantu oleh pendidik bahasa Indonesia dari masing-

masing kelas. Sebelum uji coba, peneliti melihat data peserta didik dan nilai

menulis teks cerita imajinasisebelum menggunakan produk yang selanjutnya


124

dijadikan nilai pretest. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan produk media pop up book digital dalam KD/materi

tersebut. Nilai yang diperoleh kemudian dijadikan nilai posttest.

Rata-rata pretest di kelas VII-6 SMP Negeri 3 Gadingrejo adalah 10,12 dan rata-

rata indeks gainnya adalah 0,35.Berdasar pada tabel 4.15, jumlah N-gain yang

diperoleh di kelas VII-6 adalah 14,65 dan rata-rata indeks gainnya 0,50. Nilai

rata-rata 0,49 termasuk dalam indeks gain kategori sedang. Berdasar pada

kategori tersebut, maka dapat disimulkan bahwa efektivitas produk di kelas VII-6

termasuk dalam kategori sedang.


125

V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasar pada hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Proses pengembangan media pembelajaran teks narasi berbasis pop up book

digital dimulai dengan menetapkan tujuan dan materi (termasuk studi

pendahuluan), desain produk, evaluasi,/uji validator dan revisi produk, serta

pembuatan produk akhir. Media yang dihasilkan memiliki karakteristik,

yaitu (a) berisi beberapa komponen (teks, audio, video, dan animasi); (b)

bersifat mandiri, artinya peserta didik bisa menggunakan media ini tanpa

bimbingan pendidik atau orang lain karena sudah memuat KI dan KD,

indikator, tujuan, dan materi yang lengkap; (c) bisa digunakan dengan cara

individual menggunakan komputer atau ditampilkan menggunakan LCD

dengan bimbingan pendidik; dan (d) teks yang terdapat dalam media

pembelajaram ini sudah dihitung tingkat keterbacaannya menggunakan

formula grafik fry sehingga sudah terbukti cocok untuk peserta didik kelas

VII.

2. Kelayakan media pembelajaran menulis teks narasi di masa pandemi Covid-

19 berbentuk pop up book digital untuk kelas VII SMP memenuhi kriteria

sangat layak. Kriteria tersebut berdasar pada hasil penilaian ahli materi yang

mendapatkan skor 95,31 dengan kategori sangat layak, penilaian ahli media
126

yang mendapatkan skor 96,66 dengan kategori sangat layak, dan penilaian

praktisi yang mendapatkan skor 97,7 dengan kategori sangat layak.

3. Uji efektivitas produk media pembelajaran menulis teks narasi di masa

pandemi Covid-19 berbentuk pop up book digital untuk siswa kelas VII

SMP menunjukkan nilai rata-rata N-gain kelas VII-1 sebesar 0,49 termasuk

kategori sedang, 2) rata-rata N-gain kelas VII-2 sebesar 0,50 termasuk

kategori sedang, 3) rata-rata N-gain kelas VII-5sebesar 0,52 termasuk

kategori sedang, 4) rata-rata N-gain kelas VII-5sebesar 0,49 termasuk

kategori sedang, sehingga produk ini dinyatakan efektif digunakan dalam

pembelajaran. Perbedaan rata-rata N-gain terjadi karena setiap kelas

memiliki kecerdasan dan karakteristik yang berbeda.

5.2 Saran

Berdasar pada hasil dan pembahasan yang telah disajikan pada bagian

sebelumnya, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Bagi pendidik bahasa Indonesia kiranya dapat memanfaatkan hasil

penelitian ini sebagai alat bantu dalam pembelajaran teks narasi.

2. Bagi peserta didik kiranya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai

sumber belajar yang bisa meningkatkan minat dan pemahaman tentang teks

narasi.

3. Bagi peneliti yang berminat pada topik yang sama dipersilakan

memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan dan tambahan referensi

untuk penelitian selanjutnya.


127

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, & Sakura H. Ridwan. 1988. Pembinaan


Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwasilah, A. C., & Alwasilah, S. S. (2022). Pokoknya menulis: Cara baru
menulis dengan metode kolaborasi. Kiblat Buku Utama.
Anis, U. (2016). Pengembangan media Pop Up Book dalam pembelajaran menulis
narasi kelas V tema Sejarah Peradaban Indonesia. Pengembangan Media Pop
Up Book Dalam Pembelajaran Menulis Narasi Kelas V Tema Sejarah
Peradaban Indonesia/Ulfiyah Anis.
Arief, S. S. (1984). Media Pembelajaran, Pengertian, Pengembangan,
Penempatan. Jakarta: Rajawali.
Arsyad, A., & others. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja grafindo
persada.
Asnawir, B. U., & Usman, M. B. (2002). Media pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Pers.
Baños, Á. G. (2008). Els llibres pop-up. Faristol, 61, 11.
Bluemel, N., & Taylor, R. L. H. (2012). Pop-up Books: A Guide for Teachers and
Librarians. ABC-CLIO.
DARMADI, D. M., & others. (2016). PEMBELAJARAN MEMPRODUKSI TEKS
EKSPLANASI KOMPLEKS BERDASARKAN MEDIA GAMBAR
FENOMENA ALAM/SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE
INQUIRY PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 LEMBANG TAHUN
PELAJARAN 2015/2016. FKIP UNPAS.
Daryanto. (2013). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media
Fadillah, R. N., & Lestari, I. (2016). Buku Pop-Up untuk Pembelajaran Bercerita
Siswa Sekolah Dasar. PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan, 30(1), 21–26.
Faridatun, N. (2018). EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE TALKING STICK
DALAM PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VIII DI MTS TAQWIYATUL
WATHON SUMBEREJO KARANGASEM MRANGGEN DEMAK TAHUN
AJARAN 2016/2017. Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Gagne, R. M., & Briggs, L. J. (1974). Principles of instructional design. Holt,
Rinehart \& Winston.
Gerlach, V. S., Ely, D. P., Melnick, R., & others. (1980). Teaching and media.
Prentice-Hall.
Gusma, D. P. (2021). PENGEMBANGAN MEDIA POP-UP BOOK BERBASIS 3
D UNTUK MATA PELAJARAN PKN KELAS I SD/MI. UIN Raden Intan
Lampung.
128

Hamalik, O. (1980). Media pendidikan. Alumni.


Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, R., & Syaodih, N. (2003). Perencanaan pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Keraf, G. (1982). Argumentasi dan narasi: komposisi lanjutan III (Vol. 3).
Gramedia.
Khamidah, N., Utaminingsih, S., & Kanzunnudin, M. (n.d.). DEVELOPING
POP-UP MEDIA BASED ON LOCAL WISDOM FOR GRADE IV OF
ELEMENTARY SCHOOL ON THEME 8 DAERAH TEMPAT
TINGGALKU. JURNAL PAJAR (Pendidikan Dan Pengajaran), 5(2), 317–
328.
Kurniasih, P. L., & Ramadhini, F. (2021). Upaya Meningkatkan Kemampuan
Menulis Simbolik Awal Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Kegiatan Finger
Painting. BUHUTS AL-ATHFAL: Jurnal Pendidikan Dan Anak Usia Dini,
1(1), 16–31.
Lestari, F. D., & Sari, P. M. (2021). Media Pop-Up Book Berbasis Kemampuan
Higher Order Thinking Skill (Hots) pada Daur Hidup Hewan. Jurnal
Edutech Undiksha, 9(2).
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2002). Media Pembelajaran. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nuniek Rahmatika, S. (2020). Students’ Readiness to Learn in the A Five-Day
School Policy in the Public Senior High School of Yogyakarta. Universal
Journal of Educational Research, 8(11), 5005–5014.
Nur, M. A., Rustono, W. S., & Lidinillah, D. A. M. (2017). PENGEMBANGAN
MEDIA POP UP BOOK PADA PEMBELAJARAN IPS TENTANG
KERAJAAN DAN PENINGGALAN SEJARAH ISLAM DI INDONESIA
DI KELAS V SEKOLAH DASAR. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(2), 39–48.
Nurjayanti, P. L. (2019). Menulis Teks Deskripsi.
Pujiriyanto. (2012). Teknologi Pengembangan Media dan Pembelajaran.
Yogyakarta: UNY Press
Rayandra Asyhar. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
Jakarta: Referensi.
Rusman., dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali
Pers.
129

Setiyadi, Ag. Bambang. 2013. Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa


Asing: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono, P. (2011). Metodologi penelitian kuantitatif kualitatif dan R\&D.
Alpabeta, Bandung.
Syafi’i, I., Sa’diyah, C., Wakhidah, E. W., & Umah, F. M. (2020). Penerapan
video pembelajaran daring anak usia dini pada masa pandemi Covid-19. Al-
Athfaal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 140–160.
Syaiful Bahri Djamarah. (2010) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tandiana, S. T., No, J. S., & Barat, T. J. (2015). Pengaruh Teknik Pembelajaran
dan Kemampuan Berpikir terhadap Keterampilan Menulis Argumentatif.
Bahtera, 15(1), 9–21.
Tarigan, H. G. (1996). Keterampilan Menulis dan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Jaya.
Tarigan, H. G. (2008). Menulis sebagai keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarsinih, E. (2019). PEMBELAJARAN BERBICARA SASTRA MELALUI
TEKS NARASI (CERITA RAKYAT). Wacana Didaktika, 11(3), 10–20.
Tegeh, I. M., Jampel, I. N., & Pudjawan, K. (2015). Pengembangan buku ajar
model penelitian pengembangan dengan model ADDIE. Seminar Nasional
Riset Inovatif IV, 208.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai