KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
JI. Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
Telepon 021 34832945 Fax. 34833065
ALAMAT REDAKSI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Jalan Medan Merdeka Tlffiur 5 Jakarta 10110 Telepon : (021) 34832945, Faksimile : (021) 34833065.
warlit@litbangdanpustaka-dephub.go.id
uji syukur kehadkat Tuhan Yang Maha Esa clan salam sejahtera untuk para pemOO.ca,
Warta Penelitian Perhubungan kembali terbit dengan beberapa topik yang mungkin
bermanfaat 00.gi para pem.OOca umumnya clan para peneliti khususnya
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada para penulis yang sudah
menyumbangkan pemikirannya yang diwujudkan dalam karya ilmiah yang dapat
menambah wacana serta isi dari Warta Penelitian Perhubungan ini, semoga memOO.wa
manfaat bagi kita semua dan dapat mendorong kemajuan Warta Penelitian Perhubungan
sebagai wadah informasi bagi masyarakat tentang pengetahuan bidang transportasi.
Berdasarkan data dan analisis, sebagian besar Qebih dari 80%) kecelakaan tetjadi di halte
dan lajur bus. Tingkat keselamatan operasi BRT-lite sangat dipengaruhi oleh kelengkapan
fasilitas keselamatan dari sarana (bus yang dilengkapi dengan sabuk pengaman dan halte
dengan fasilitas keselamatan) dan prasarana (rambu, marka kondisi geometri dan zebra
cross). Masalah tersebut diulas oleh Herawati dan Mutharuddin dalam tu1isan "Peningkatan
Keselamatan BRT-lite Transmusi".
Swyadi dalam tulisannya yang betjudul "Fungsi Produksi dan Dampak Ekonomi Indusbi
Perkapalan Beserta Jasa Perbaikannya" mengemukakan bahwa, apabila tetjadi peningkatan
permintaan pada industri perkapalan dan jasa perbaikannya sebesar satu satua, maka sektor-
sektor ekonomi yang terkena dampak paling besar tetjadi pada industri perkapalan dan jasa
perbaikannya sebesar 1,744 satuan. Peningkatan pertumbuhan industri perkapalan dan
jasa perbaikannya mampu memicu sektor-sektor ekonomi lainnya untuk berkembang lewat
multipler yang diciptakannya.
"Kajian Kebutuhan Inspektur Penerbangan Unit Ketja Kantor Otoritas Bandara Wilayah
II Polonia-Medan" yang ditulis oleh Juanda Siahaan dimaksudkan untuk mengetahui
kebutuhan jumlah inspektur penerbangan sesuai beban ketja atau tugas danfungsi inspektur
penerbangan sehingga dapat menentukan kebutuhan jumlah inspektur penerbangan sesuai
dengan standar kebutuhan minimal.
Disamping itu ada beberapa judul dengan topik yang berbeda, yang kami tampilkan dalam
Warta Penelitian Perhubungan Edisi 5 Qirna) bulan Mei Tahun 2012.
Akhimya kami dari Redaksi sekali lagi mengucapkan banyak terima kasih kepada para
penulis yang telah menyumbangkan pemikirannya dalam rangka pengembangan dan
peningkatan kualitas W arta Penelitian Perhubungan, semoga Tuhan senantiasa memberikan
petunjuk kepada kami Dewan Redaksi agar Warta Penelitian Perhubungan kedepan lebih
baik dan sempurna, Amien.
0 Warta Penelitian Perhubungan
Volwne 24, Nornor 5, Mei 2012 ISSN. 0852 - 1824
DAFTAR ISi
ABSTRAK
ABSJRACT
Implementation of the BRT-Lite TransMusi has aims to imprave services such as more safe, comfort-
able and high capacity. However, its development are still encountered various problems related to
safety for users and the environment. Using analysis of accident data oredered probit modeling, and
hierarchy analysis process, the study was to determine the characteristics of crashes which involving
Transmusi Indonesia, the safety factor influance, as well as knowing the factors that affect the BRT
safety. Based on data and analysis, BRT-Lite Transmusi has more than 80% accidents occurred at
bus stops and bus lanes in mix traffic. In line with users, AHP result as experts argue that the safety
of BRT-Lite is strongly influenced by the safety facilities on the bus and infrastructure (non-bus).
Safety facilities at bus such as seat belt. Moreaver, the safety of infrastructure facilities (non-bus)
includes safety facilities at shelter,marking, land use and improving driver knowledge.
Keywords: Transmusi, Facility, Safety, BRT-Lite
ABSTRAK
Penerapan BRT-lite Transmusi di Kota Palembang dalam memberikan pelayanan yang
semakin nyaman, kapasitas angkut semakin besar. Namun seiring dalam perkembangannya
masih ditemui berbagai masalah terkait dengan keselamatan baik bagi pengguna maupun
lingkungan sekitar. Untuk itu, dengan menggunakan analisis data kecelakaan, Analisis Hirarki
Proses (AHP) dan permodelan oredered probit, kajian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kecelakaan yang melibatkan Transmusi, mengetahui kebutuhan fasilitas
keselamatan, sehingga dapat dirumuskan upaya prioritas untuk meningkatkan keselamatan
yang ada Transmusi,. Berdasarkan data dan analisis, sebagian besar Oebih dari 80 %)
kecelakaan terjadi di halte dan lajur bus. Senada dengan pengguna jasa, berdasarkan analisis
AHP dengan para pakar transportasi sebagai responden bahwa tingkat keselamatan operasi
BRT-Lite sangat dipengaruhi oleh kelengkapan fasilitas keselamatan dari sarana (bus yang
dilengkapi dengan sabuk pengaman dan halte dengan fasiltas keselamatan) dan prasarana
(rambu, marka kondisi geometrid an zebra cross). Upaya dari segi non fisik berupa penyediaan
fasilitas penyeberangan dan peningkatan kualitas pengemudi.
Kata Kunci : Transrnus~ Fasilitas, Keselarnatan, BRT-Lite
ABSTRACT
The condition of Indonesia's aviation industry is currently experiencing significant growth, but there
is an imbalance between the growing num"ber of passengers, the num"ber of aircraft and the num"ber of
flight inspectors assigned check aircraft airworthiness. Based on the results of data processing at
Airport Authority Office Region II is located in Medan Polonia-consist of the Pravinc.e ofAc.eh, Norfh
Sumatra, Riau and Riau Islands. Today, for region II that the num"ber offlight inspectors available are
44 people, while a necessary requirement is estimated as many as 85 people. While the flight inspec-
tors needs of each group of inspectors in the field of air transport aviation, airports, air navigation,
aircraft airworthiness and operations and flight safety, aviation inspectors, flight inspectors needs
compared to the standard does not meet the minimum requirements specified ratio is still one flight
inspector versus 4 -5 planes, which means that future flight inspectors need more so would be good to
support airline service perfonnanc.e. The method is done using qualitativedescriptive analysis method
to aviation inspectors. To obtain the results of such studies necessary steps to meet the inspector
attempts air transport, airports, aviation security, air navigation and aircraft airworthiness and
operations assuming the Office of Airports Authority have at least 1 person inspector level 3 for each
type of expertise and 4 flight inspector level 2 and have as many as 3 people inspector level 1for each
work area.
Keywords: The Needs of Flight Inspectors, Airport Authority, Level Standard
ABSTRAK
Kondisi industri penerbangan di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan yang sangat
signifikan namun terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan jurnlah penumpang dan
jurnlah pesawat serta jurnlah inspektur penerbangan yang bertugas memeriksa kelaikan
pesawat. Berdasarkan hasil pengolahan data pada Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah
II yang bertempat di Polonia-Medan terdiri dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau. Untuk wilayah II bahwa jurnlah inspektur
penerbangan saat ini yang tersedia baru sebanyak 44 orang, sedangkan kebutuhan yang
diperlukan diperkirakan sebanyak 85 orang. Sedangkan kebutuhan inspektur penerbangan
dari masing-masing kelompok inspektur penerbangan di bidang angkutan udara, bandar
udara, navigasi penerbangan, kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara serta
keamanan penerbangan, jurnlah inspektur penerbangan belum sesuai dibandingkan dengan
standar kebutuhan minimal yang ditetapkan rasionya masih 1 inspektur penerbangan
berbanding 4-5 pesawat, yang artinya kedepan semakin banyak inspektur penerbangan
dibutuhkan sehingga akan lebih baik dalam mendukung kinerja pelayanan penerbangan.
Metode yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif terhadap
inspektur penerbangan. Untuk memperoleh hasil kajian tersebut diperlukan langkah-langkah
upaya untuk memenuhi inspektur angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan,
navigasi penerbangan dan kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara dengan asumsi
Kantor Otoritas Bandar Udara sekurang-kurangnya memiliki 1 orang inspektur level 3 untuk
tiap jenis bidang keahliannya dan 4 orang inspektur penerbangan level 2 serta memiliki
sebanyak 3 orang inspektur level 1 untuk tiap wilayah kerja.
Kata kunci: Kebutuhan Inspektur penerbangan, Otoritas Bandara, Standar Level
ABSTRACT
This study ai.med to detennine the effect of input variables on the production of the shipping industry
and its service improvement. Input variables to be tested, namely labor, raw materials and capiW. To
detennine the economic impact of the shipping industry and its service improvement, is used the
inverse matrix in updating the Input-Output Tables of2010. The research results revealed that wage
labor (Xl) has a positive and significant impact on the shipping industry output value and repair
services to the value of coefficient of 0.536. Feedstock production factor (X2) making a positive impact
on the shipping industry output and services improvement, amounting to 0.490. Production factor of
capita], (X3) does not significantly influence industrial production and ship repair services. The scale
of the shipping industry and the results of operations imprauement services shaw increasing returns
to scale for all three variables when added together, will result in the value of 1.086. Increasing
growth of the shipping industry and imprauement services, able to spur other economic sectors to
grow through multiplier is created. In the event of an increase in demand in the shipping industry
and repair seroices for one unit, the economic sectors affected most of it coming in the shipping
industry and repair services for 1.744 unit; Other electrical equipment industry by 0.077 unit;
industrial machinery and equipment amounted to 0.056 units; electricity sector amounted to 0.049
unit; goads industries of iron and steel amounted to 0.042 unit and industrial goads of oil refinery by
0.037 unit.
Keywords: Increasing return to scale, multiplier, input and output
ABSTRAK
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel input terhadap produksi industri
perkapalan beserta jasa perbaikannya. Variabel input yang akan diuji yaitu upah tenaga
ketja, bahan baku clan modal. Untuk mengetahui dampak ekonomi industri perkapalan
beserta jasa perbaikannya, digunakan matriks invers dalam Tabel Input-Output updating
tahun 2010. Dari hasil penelitian diketahui bahwa upah tenaga ketja (Xl) mempunyai
pengaruh yang positif clan signifikan terhadap nilai output industri perkapalan clan jasa
perbaikannya dengan nilai koefisien sebesar 0,536. Faktor produksi bahan baku (X2)
memberikan pengaruh yang positif terhadap output industri perkapalan clan jasa
perbaikannya, yaitu sebesar 0,490. Sedang faktor produksi modal (X3) tidak berpengaruh
signifikan terhadap produksi industri kapal clan jasa perbaikannya. Skala hasil usaha industri
perkapalan clan jasa perbaikannya menunjukkan increasing return to scale karena bila
dijumlahkan ketiga variabel bebas, akan menghasilkan nilai 1,086. Peningkatan pertumbuhan
industri perkapalan clan jasa perbaikannya, mampu memacu sektor-sektor ekonomi lainnya
untuk berkembang lewat multipler (pengganda) yang diciptakannya. Apabila terjadi
peningkatan permintaan pada industri perkapalan clan jasa perbaikannya sebesar satu
satuan, maka sektor-sektor ekonomi yang terkena dampak paling besar tetjadi pada industri
perkapalan clan jasa perbaikannya sebesar 1,744 satuan; sektor industri perlengkapan listrik
lainnya sebesar 0,077 satuan; sektor industri mesin clan perlengkapannya sebesar 0,056 satuan;
sektor ketenagalistrikan sebesar 0,049 satuan; sektor industri barang-barang dari besi clan
baja sebesar 0,042 satuan serta sektor industri barang-barang hasil kilang minyak sebesar
0,037 satuan.
Kata Kunci : skala hasil yang semakin meningkat, pengganda, masukan clan keluaran
PROSEDUR PEMELlllARAAN IANDAS PACU (RVMVAl') BANDAR UDARA SM.
BADARUDDIN II. PALEMBANG ( MENGACU PADA PROSEDUR TEKNIS)
Halaman 462-473
Ismail Najamudin
Peneliti Bidang Perhubungan Udara-Badan Lltbang Perhubungan
Jin. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
Email: litbang _udara@yahoo.co.id
ABSTRACT
Maintenance activities of both runway rubber deposits and runway sweeper depending on the move-
ment of aircraft at the airport, especially on the movement of aircraft on the runway (runway) were
determined on the maneuvering area (manouvering area) is part of the airport used for take-off (take
offJ, landing, and move off the connecting (taxiway) by aircraft. SM.Badaruddin II Palembang
airport has a long runway 3,000 meters with a thickness of 60 meters wide runway PCN 80.
Implementation of the maintenance condition of the runway (runway) is done to improve the return
characteristics of the runway roughness or roughness on the original condition according to the
provisions stipulated in the !CAO, so that the aircraft does not slip out of the runway while landing
and aircraft engines are not penetrated dirt and gravel stones, such as Sriwijaya Air plane skidded on
landing at airport Adisutjipto Yogyakarta Analysis method using qualitative descriptive analysis
approach in terms of aspects offadlity cleaning rubber deposits and runway sweeper cleaning, main-
tenance and aspects of executive personnel and systems aspects airport runway maintenance proce-
dures.
Keywords: Maintenance Airport runway
ABSTRAK
Kegiatan pemeliharaan landas pacu bail< rubber deposit maupun runway sweeper tergantung
dengan pergerakan pesawat udara di bandara khususnya pada pergerakan pesawat di
landas pacu (runway) diantaranya ditentukan pada daerah manuver (manouvering area)
yaitu: bagian dari bandar udara yang digunakan untuk tinggal landas (take off), mendarat
(landing), dan bergerak di landas penghubung (taxiway) oleh pesawat udara. Bandara
SM.Badaruddin II Palembang mempunyai panjang landas pacu (runway) 3.000 meter lebar
60 meter dengan ketebalan landas pacu PCN 80. Kondisi pelaksanaan pemeliharaan landas
pacu (runway) dilakukan untuk meningkatkan kembali karakteristik tingkat kekesatan atau
kekasaran landas pacu pada kondisi semula sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam
ICAO, agar pesawat udara tidak tergelincir keluar dari landas pacu ketika mendarat (land-
ing) dan mesin pesawat tidak dimasuki kotoran dan batu krikil, seperti pesawat Sriwijaya
Air tergelincir saat mendarat di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Metode analisis
menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif ditinjau dari aspek fasilitas
pembersihan rubber deposit, pembersihan runway sweeper, aspek personel pelaksana
pemeliharaan dan aspek sistem dan prosedur pemeliharaan landas pacu bandara.
Kata Kunci : Pemeliharan landas pacu Bandara
KEBUTUHAN PERSONEL AlR TRAFFIC CONlROUER (ATC)
DI BANDARA SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG
Halaman 474485
Ari Susetyadi
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
JI. Merdeka Timur No. 5 Jakarta 10110 Telp. (021) 34832944 Fax. (021) 34832%8
e-mail : litbang udara@yahoo.co.id
Yati Nurhayati
Peneliti Bidang Transportasi Udara Badan Litbang Perhubungan
JI. Merdeka Timur No. 5 Jakarta 10110 Telp. (021) 34832944 Fax. (021) 34832%8
e-mail : litbang udara@yahoo.co.id
ABSTRACT
Assessment of personnel needs of air traffic controllers (ATC) at the Sultan Mahmud Airport
Badaruddin II Palembang is to find out how many number of needs of air traffic controllers (ATC) at
the Sultan Mahmud Airport Badaruddin II Palembang that has with standards /regulations 0f the
ICAO to support flight operations in order to ensure flight safety. Assessment method was quantita-
tive method with the decomposition of descriptive, exposure and explanation in detail based on the
compilation of primary data and secondary data that have been processed. The results of the assess-
ment show that air traffic controller (ATC) at the Sultan Mahmud Airport Badaruddin II Palembang
is still not adequate, there is still lack of abaout 11 air traffic controller (ATC) personnel at the Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang Airport..
Key Words: air traffic controller (ATC), Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Airport
ABSTRAK
Pengkajian tentang kebutuhan personel air traffic controller (ATC) di Bandara Sultan Mahmud
Badaruddin II Palembang adalah untuk mengetahui bagaiamana jumlah kebutuhan air
traffic controller (ATC) di Bandara sultan Mahmud Badaruddin II Palembang apakah telah
memenuhi standar/peraturan yang ditetapkan oleh ICAO untuk mendukung kegiatan
operasi penerbangan dalamrangka menjaminkeselamatan penerbangan. Metode pengkajian
yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan penguraian (deskriptif), pemaparan dan
penjelasan secara rinci berdasarkan kompilasi data primer dan data sekunder yang telah
diolah. Hasil pengkajian menunjukan personel air traffic controller (ATC) di Bandara sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang masih belum memadai, yakni masih terdapat
kekurangan sekitar 11 personel air traffic controller (ATC) di Bandara sultan Mahmud
Badaruddin II Palembang.
Kata Kunci: air traffic controller (ATC), Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
KAJIAN EVALUASI KRITERIA PARK AND RIDE DI STASIUN BANDUNG
Halaman 486-503
Listantari
Peneliti Bidang Transportasi Multimoda-Badan Litbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat 10110
E-mail mtm listantari@yahoo.co.id
ABSTRACT
Station is one of the important transport node in the operation of intermodal transport for the trans-
port node or a tum of events took place aver the modes, it can be identified that the station is the
intersection of the railway transport seroice network with road transport. Park and ride station
bandung present not in accordance with the expectations of seroice users so that the required evalua-
tion criteria for the implementation of park and ride station bandung.
The method of data analysis used in this study is customer satisfaction index (CSI). The results of
calculations using the method of CSI (customer satisfaction index) gained 63.35% index number
means the entire park and ride criterion variables can not give satisfaction to the users of park and ride
station for the total satisfaction of park and ride users are in the range index of verry poor, and
mapped into 4 quadrants by 35 variables. From the results of the mapping there are variables in
quadrant I, which means that the level of interest in the park and ride is quite high but the perfor-
mance was considered not in accordance with the wishes of park and ride seroice users.
Keywords: criterion, park and ride, CSI method.
ABSTRAK
Stasiun merupakan salah satu simpul transportasi yang penting dalam penyelenggaraan
transportasi antarmoda karena pada simpul transportasi tersebut terjadi aktivitas pergantian
atau alih moda, maka dapat diidentifikasi bahwa stasiun merupakan titik temu antara jaringan
pelayanan transportasi kereta api dengan transportasi jalan. Park and ride di Stasiun Bandung
yang ada sekarang belum sesuai dengan harapan pengguna jasa sehingga diperlukan evaluasi
kriteria penyelenggaraan park and ride di Stasiun Bandung.
Metode analisis data yang digunakan dalam kajian ini adalah Customer Satisfaction Index
(CSI). Hasil perhitungan dengan menggunakan metode CSI (Customer Satisfaction Index)
diperoleh angka indeks 63,35% artinya seluruh variabel kriteria park and ride belum dapat
memberikan kepuasan kepada pengguna park and ride di stasiun karena tingkat kepuasan
total pengguna park and ride berada pada range index of verry poor (x ~ 64 %), dan dipetakan
dalam 4 kwadran sebanyak 35 variabel. Dari hasil pemetaan tersebut terdapat variabel
pada kwadran I yang berarti tingkat kepentingan terhadap park and ride cukup tinggi namun
kinerjanya dinilai belum sesuai dengan keinginan pengguna jasa park and ride.
Kata kunci: kriteria, park and ride, metode CSI
KAJIAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT HARANG DI
PELABUHAN KENDARI
Halaman 504-517
Chairunnisa
Peneliti Bidang Transportasi Laut-Badan Litbang Perhubungan
]Jn. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
e-mail: nisalitbang@yahoo.com
Sunarto
Peneliti Bidang Transportasi Laut-Badan Litbang Perhubungan
]Jn. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
ABSTRACT
Ports is one element in the marine transport services due to lean on and unloading of goods and
passengers. Therefore, the seroice at the port need to be managed properly especially stevedoring
services. This study aims to describe the general performance of the loading and unloading of goads
in the port related Kendari dock usage rate, the utilization of field buildup, and utilization of port
facilities in the Port of Kendari. This research is descriptive qualitative. The instrument used in this
study is an open structured interviews and field obseroations. The results show that the performance
of services and non-container freight containers at the Port of Kendari have exceeded the standards set
by the Directorate General of Sea Transportation, Kendari Ports operational service performance is
still below the standards set by the Directorate General of Sea Transportation and Conditions Kendari
utilization of port facilities in 2009 and 2011 the value falls below the standard prescribed by the
Directorate General of Sea Transportation.
Key Words: performance, loading and unloading, Kendari Port
ABSTRAK
Pelabuhan merupakan salah satu unsur dalam pelayanan angkutan laut karena menjadi
tempat bersandar dan bongkar muat barang serta penumpang kapal. Oleh sebab itu,
pelayanan di pelabuhan perlu dikelola dengan baik khususnya pelayanan bongkar muat
barang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kinerja bongkar muat
barang di Pelabuhan Kendari terkait tingkat pemakaian dermaga (BOR), utilisasi lapangan
penumpukan (YOR), dan utilisasi fasilitas pelabuhan (SOR) di Pelabuhan Kendari. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terbuka dan terstruktur serta tinjauan lapangan. Hasil penelitian diketahui
bahwa untuk kinerja pelayanan barang peti kemas dan non peti kemas di Pelabuhan Kendari
telah melampui standar yang telah ditentukan oleh Ditjen Perhubungan Laut, kinerja
pelayanan operasional Pelabuhan Kendari masih dibawah standar yang telah ditentukan
oleh Ditjen Perhubungan Laut dan Kondisi utilisasi fasilitas pelabuhan Kendari dari tahun
2009 hingga 2011 nilainya berada dibawah standar yang telah ditentukan oleh Ditjen
Perhubungan Laut.
Kata Kunci: kinerja, bongkar muat, pelabuhan, Kendari.
PENINGKATAN KESELAMATAN BRT-UTE TRANSMUSI
(SAFETY IMPROVEMENI' OF BRT-UTE TRANSMUSl)
Herawati
Peneliti Bidang Transportasi Darat-Badan Litbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
e-mail: where-89@yahoo.com
Mutharuddin
Peneliti Bidang Transportasi Darat-Badan Litbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
e-mail: mutharuddingayo@yahoo.co.id
ABSTRACT
Implementation of the BRT-Lite TransMusi has aims to improve services such as more safe,
comfortable and high capacity. However, its development are still encountered various prob-
lems related to safety for users and the environment. Using analysis of accident data oredered
probit modeling, and hierarchy analysis process, the study was to determine the characteris-
tics of crashes which involving Transmusi Indonesia, the safety factor influance, as well as
knowing the factors that affect the BRT safety. Based on data and analysis, BRT-Lite Transmusi
has more than 80% accidents occurred at bus stops and bus lanes in mix traffic. In line with
users, AHP result as experts argue that the safety of BRT-Lite is strongly influenced by the
safety facilities on the bus and infrastructure (non-bus). Safety facilities at bus such as seat belt.
Moreover, the safety of infrastructure facilities (non-bus) includes safety facilities at
shelter,marking, land use and improving driver knowledge.
Keywords: Transmusi, Facility, Safety, BRT-Lite
ABSTRAK
Penerapan BRT-lite Transmusi di Kota Palembang dalam memberikan pelayanan yang
semakin nyaman, kapasitas angkut semakin besar. Namun seiring dalam
perkembangannya masih ditemui berbagai masalah terkait dengan keselamatan baik
bagi pengguna maupun lingkungan sekitar. Untuk itu, dengan menggunakan analisis
data kecelakaan, Analisis Hirarki Proses (AHP) dan permodelan oredered probit, kajian
ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kecelakaan yang melibatkan Transmusi,
mengetahui kebutuhan fasilitas keselamatan, sehingga dapat dirumuskan upaya prioritas
untuk meningkatkan keselamatan yang ada Transmusi,. Berdasarkan data dan analisis,
sebagian besar (lebih dari 80 %) kecelakaan terjadi di halte dan lajur bus. Senada dengan
pengguna jasa, berdasarkan analisis AHP dengan para pakar transportasi sebagai
responden bahwa tingkat keselamatan operasi BRT-Lite sangat dipengaruhi oleh
kelengkapan fasilitas keselamatan dari sarana (bus yang dilengkapi dengan sabuk
pengaman dan halte dengan fasiltas keselamatan) dan prasarana (rambu, marka kondisi
..
pelaksanaan sangat cepat. Biaya dari pro-
Transjogja yang dilakukan oleh
gram BRT ini diperkirakan 1/3 dari
...
----=
Prose s D at a ( L IM D E P
Perhitung a n Matriks
U n tu k S em u a A s p e k
Juanda Siahaan
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
email : litbang_udara@yahoo.co.id (telp 021) 34832944-34832968
ABS1RACT
The condition of Indonesia's aviation industry is currently experiencing significant grawth, but
there is an imbalance between the growing number of passengers, the number of aircraft and
the number of flight inspectors assigned check aircraft airworthiness. Based on the results of
data processing at Airport Authority Office Region II is located in Medan Polonia-consist of
the Prauince of Aceh, North Sumatra, Riau and Riau Islands. Today, for region II that the
number of flight inspectors available are 44 people, while a necessary requirement is estimated
as many as 85 people. TNhile the flight inspectors needs of each group of inspectors in the field
of air transport aviation, airports, air navigation, aircraft airworthiness and operations and
flight safety, aviation inspectors, flight inspectors needs compared to the standard does not
meet the minimum requirements specified ratio is still one flight inspector versus 4 -5 planes,
which means that future flight inspectors need more so would be good to support airline service
performance. The method is done using qualitativedescriptive analysis method to aviation
inspectors. To obtain the results of such studies necessary steps to meet the inspector attempts
air transport, airports, aviation security, air navigation and aircraft airworthiness and opera-
tions assuming the Office of Airports Authority have at least 1 person inspector level 3 for each
type of expertise and 4 flight inspector level 2 and have as many as 3 people inspector level 1
for each work area.
Keywords: The Needs of Flight Inspectors, Airport Authority, Level Standard
ABSTRAK
Kondisi industri penerbangan di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan yang
sangat signifikan namun terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah
penumpang dan jumlah pesawat serta jumlah inspektur penerbangan yang bertugas
memeriksa kelaikan pesawat. Berdasarkan hasil pengolahan data pada Kantor Otoritas
Bandar Udara Wilayah II yang bertempat di Polonia-Medan terdiri dari Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau. Untuk wilayah
II bahwa jumlah inspektur penerbangan saat ini yang tersedia baru sebanyak 44 or-
ang, sedangkan kebutuhan yang diperlukan diperkirakan sebanyak 85 orang.
Sedangkan kebutuhan inspektur penerbangan dari masing-masing kelompok inspektur
penerbangan di bidang angkutan udara, bandar udara, navigasi penerbangan,
kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara serta keamanan penerbangan, jumlah
21
85 orang. Jenis inspektur penerbangan dengan jumlah pesawat udara dan beban
yaitu inspektur angkutan udara, inspektur kerja inspektur penerbangan. Untuk pola
bandar udara, inspektur keamanan pengembangan dalam upaya peningkatan
penerbangan, inspektur navigasi kompetensinya, hal ini dapat mengikuti
penerbangan dan inspektur kelaikudaraan jenjang pendidikan yang berkaitan dengan
dan pengoperasian pesawat udara serta tugas dan fungsinya inspektur
masing-masing jenis inspektur penerbangan. Kendala yang timbul
penerbangan mempunyai tingkat apabila tidak dilakukan pengembangan
kemampuan yang dimiliki yaitu tingkat kompetensi inspektur jelas ada yaitu
level I, level II dan level III. Jumlah petugas kurang cakap dalam
inspektur penerbangan yang bertugas melaksanakan inspeksi/ audit a tau
sebagai inspektur penerbangan telah tentunya akan kurang terampil dalam
sesuai dengan kompetensi di unit kerja menyelesaikan tugasnya. Dengan
kantor otoritas bandar udara wilayah II, demikian jumlah dan kualitas hasil temuan
namun untuk standar kebutuhan (findings) kurang memuaskan serta
inspektur penerbangan dan penempatan kemungkinan besar akan menjadi
serta penjenjangan inspektur penerbangan merendahkan mutu Kantor Otoritas
yang jelas dan juga perlu jabatan Bandar Udara itu sendiri apabila
fungsional inspektur penerbangan yang kecakapan petugas yang diperiksanya
ditetapkan melalui ketetapan Kementerian melibihi kecakapan petugasnya sendiri.
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Dari hasil data jumlah inspektur
Reformasi Birokrasi, sehingga kompet~nsi penerbangan masih perlu ditambah untuk
dapat berjalan sesuai dengan yang dapat dilakukan pengawasan keselamatan
dibutuhkan dalam penempatannya. operasi bandar udara secara lebih optimal.
Selanjutnya dalam penentuan j_umlah Kondisi jumlah inspektur penerbangan
inspektur penerbangan telah dari masing-masing inspektur penerbangan
memperhatikan antara kebutuhan beban yaitu inspektur angkutan udara 2 orang,
kerja dan tanggungjawab pekerjaan serta, inspektur bandar udara 21 orang,
wewenang sebagai fungsi regulator inspektur keamanan penerbangan 8 or-
pemerintah terhadap pelaksanaan ang, inspektur navigasi penerbangan 8
transportasi udara. Jumlah minimal orang dan inspektur kelaikudaraan dan
inspektur penerbangan yang dibutuhkan pengoperasian pesawat udara 5 orang
belum pernah dikaji hubungannya sehingga berjumlah 44 orang. Selanjutnya
Suryadi
Peneliti pada Badan Pusat Statistik
Email : cokie@bps.go.id, Telp. (0251) 8639194
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of input variables on the production of the shipping
industry and its service improvement. Input variables to be tested, namely labor, raw materials
and capital. To determine the economic impact of the shipping industry and its service im-
provement, is used the inverse matrix in updating the Input-Output Tables of 2010. The
research results revealed that wage labor (Xl) has a positive and significant impact on the
shipping industry output value and repair services to the value of coefficient of 0.536. Feed-
stock production factor (X2) making a positive impact on the shipping industry output and
services improvement, amounting to 0.490. Production factor of capital (X3) does not signifi-
cantly influence industrial production and ship repair services. The scale of the shipping indus-
try and the results of operations improvement services show increasing returns to scale for all
three variables when added together, will result in the value of 1.086. Increasing growth of the
shipping industry and improvement services, able to spur other economic sectors to grow
through multiplier is created. In the event of an increase in demand in the shipping industry
and repair services for one unit, the economic sectors affected most of it coming in the shipping
industry and repair services for 1.744 unit; Other electrical equipment industry by 0.077 unit;
industrial machinery and equipment amounted to 0.056 units; electricity sector amounted to
0.049 unit; goods industries of iron and steel amounted to 0.042 unit and industrial goods of
oil refinery by 0.037 unit.
Keywords: Increasing return to scale, multiplier, input and output
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel input terhadap produksi
industri perkapalan beserta jasa perbaikannya. Variabel input yang akan diuji yaitu
upah tenaga ketja, bahan baku dan modal. Untuk mengetahui dampak ekonomi industri
perkapalan beserta jasa perbaikannya, digunakan matriks invers dalam Tabel Input-
Output updating tahun 2010. Dari hasil penelitian diketahui bahwa upah tenaga ketja
(Xl) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai output industri
perkapalan dan jasa perbaikannya dengan nilai koefisien sebesar 0,536. Faktor produksi
bahan baku (X2) memberikan pengaruh yang positif terhadap output industri
perkapalan dan jasa perbaikannya, yaitu sebesar 0,490. Sedang faktor produksi modal
(X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi industri kapal dan jasa
perbaikannya. Skala hasil usaha industri perkapalan dan jasa perbaikannya
'
Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi, Tenaga Kerja, Bahan Baku dan Modal pada Industri
perkapalan BerdasarkanHarga Konstan Tahun 2000 (Dalam Ribu Rp.)
Sumber : Badan Pusat Statistik
Selain modal, tenaga kerja dan bahan baku jasa, merangsang pertumbuhan ekonomi
juga memiliki peranan penting dalam di wilayah yang belum berkembang,
meningkatkan produksi kapal dan jasa menunjang sektor perdagangan, ekonomi
perbaikannya. Gambar 1 memperlihatkan dan sektor lainnya, mendukung daya saing
grafik nilai produksi industri perkapalan komoditas produksi nasional baik
dan jasa perbaikannya beserta input yang produksi dalam negeri maupun luar negeri
digunakan selama periode 1990-2009 serta sebagai sarana untuk memperkokoh
dengan tahun dasar 2000. Dari grafik persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan
tersebut dapat diketahui bahwa nilai besar dan pentingnya peranan tersebut,
produksi (output) industri perkapalan transportasi laut menjadi urat nadi bagi
beserta jasa perbaikannya, paling tinggi kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya,
terjadi pada tahun 2007 yang mencapai maupun pertahanan dan keamanan
4,76 triliun rupiah. Input tenaga kerja dan negara Indonesia. Harus dipahami
modal, grafiknya terlihat datar selama bersama bahwa dengan geografi indonesia
periode 1990-2009, sedang input bahan sebagai negara maritim, transportasi laut
baku memiliki grafik yang berfluktuasi memegang peranan yang cukup penting
mengikuti nilai produksinya. dan strategis.
Indonesia sebagai negara kepulauan Industri Perkapalan terdiri dari: (a)
/
Douglas, diperoleh bentuk persamaan
fungsi produksi sebagai berikut :
Log Y = 0,209 + 0,536 Log ~ + 0,490 Log
~iili. .~ ~~! ~ + 0,060 Log X3
! Sol.lor Dooolli Ulnoy• i : Ui""JI Ttrllldlp lndtl*I :
.:_ ___________ j 1-....nUri .1111PnliMn"Y• 1 dimana : Xl = Upah tenaga kerja
Gambar 2. Kaitan Fungsi Produksi Cobb- X2 = Bahan baku
Douglas dengan Tabel Input- X3 =Modal
Output
kelompok industri hilir. Kelompok industri (ba ckwartd linkages) dan keterkaitan ke
hulu adalah industri yang menghasilkan depan (forward linkages). Kedua
produk yang dibutuhkan oleh industri keterkaitan ini dikenal sebagai analisis
perkapalan. Produk tersebut adalah Ferro/ dampak. Keterkaitan ke belakang
Baja, Non Ferro yaitu aluminium dan menunjukkan dampak dari perubahan
kuningan, Fibre glass, kayu, karet, plastik, permintaan akhir industri perkapalan dan
kaca, tekstil, marine paint, welding electrode jasa perbaikannya terhadap seluruh sektor
dan cathodic Protection. Kelompok industri ekonomi di Indonesia. Keterkaitan ke
antara yang dibutuhkan oleh industri belakang, biasa disebut dengan daya
perkapalan adalah industri komponen penyebaran. Keterkaitan ke depan
kapal yang terdiri dari mesin penggerak, menunjukkan dampak yang terjadi
mesin geladak, electrical machineries, terhadap output industri perkapalan
peralatan navigasi dan telekomunikasi sebagai akibat perubahan permintaan
dan peralatan lainnya. Kelompok industri akhir pada masing-masing sektor ekonomi.
hilir berupa Bangunan Lepas Pantai (BLP). Keterkaitan ke depan biasa disebut dengan
Untuk mengetahui keterkaitan antara derajat kepekaan.
industri perkapalan dan jasa perbaikannya Apabila data pada tabel 4 dibaca menurut
dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, kolom yakni pada kolom 9, hal ini
dapat digunakan Model Input-Output. menunjukkan dampak ekonomi yang
Keterkaitan dalam Tabel Input-Output terjadi pada sektor-sektor ekonomi sebagai
dapat berupa keterkaitan ke belakang akibat peningkatan permintaan pada
8 0,014 0,006 Q012 0,014 Q016 0,014 0,047 1;400 rr 0,047 O,CD9 0,006 O,CD5 0,003 0,016 1,ffi4
•
10
flfTYI
O,OIO
nnn
0,009
fHlrrl
Q035
llDID
0,127
nnm
Q150
Q,U)I
0,003
nmn
0,026
nmn
O,D42 I
..
lit
lllllJ1
1,303
11(1)1
0,013
fthl1
0,009
nmn
0,019
11000
0,012
ftnD
0,023
1 JH
1,£63
11 O,CD9 0,006 Q025 0,013 Q025 0,019 0,011 0,011 0,010 1,CD9 0,006 O,CD3 0,004 0,015 1,182
I
12 O,Cll2 0,002 Q004 0,003 Q008 O,CXB 0,005 0,003 0,003 O,CD2 1,002 O,CD1 0,002 0,004 1,Cli3
13 0,012 0,008 Q021 O,Q15 Q014 0,022 0,013 O,D41 0,015 0,011 0,008 1,CB5 0,026 0,019 1 .~
14 o.rro 0,006 Q018 0,013 Q017 O,Cffi 0,017 0,015 0,019 O,CD9 0,006 O,CD8 1,096 0,015 1,313
15 0,936 0,741 1,247 1,171 1,074 0,783 0,832 0,788 1,022 1,CW 0,650 O,Z34 0,266 1,813 12,982
Total 2.:rn 1,829 2505 2,511 2698 2,167 3,025 2/179 2,831 2,152 1,731 1,376 1,434 2,030 33P06
&mbEr : ll3ta ddah dari Tabel hput-OJfput 2010 updating
Ismail Najamudin
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110.
Email : litbang _udara@yahoo.co.id
ABSTRACT
Maintenance activities of both runway rubber deposits and runway sweeper depending on the
movement of aircraft at the airport, especially on the movement of aircraft on the runway
(runway) were determined on the maneuvering area (manouvering area) is part of the airport
used for take-off (take off) , landing, and move off the connecting (taxiway) by aircraft.
SM.Badaruddin II Palembang airport has a long runway 3,000 meters with a thickness of 60
meters wide runway PCN 80. Implementation of the maintenance condition of the runway
(runway) is done to improve the return characteristics of the runway roughness or roughness
on the original condition according to the provisions stipulated in the ICAO, so that the aircraft
does not slip out of the runway while landing and aircraft engines are not penetrated dirt and
gravel stones, such as Sriwijaya Air plane skidded on landing at airport Adisutjipto Yogyakarta
Analysis method using qualitative descriptive analysis approach in terms of aspects of facility
cleaning rubber deposits and runway sweeper cleaning, maintenance and aspects of executive
personnel and systems aspects airport runway maintenance procedures.
Keywords: Maintenance Airport runway
ABSTRAK
Kegiatan pemeliharaan landas pacu baik rubber deposit maupun runway sweeper
tergantung dengan pergerakan pesawat udara di bandara khususnya pada pergerakan
pesawat di landas pacu (runway) diantaranya ditentukan pada daerah manuver
(manouvering area) yaitu: bagian dari bandar udara yang digunakan untuk tinggal landas
(take off), mendarat (landing), dan bergerak di landas penghubung (taxiway) oleh pesawat
udara. Bandara SM.Badaruddin II Palembang mempunyai panjang landas pacu (run-
way) 3.000 meter lebar 60 meter dengan ketebalan landas pacu PCN 80. Kondisi
pelaksanaan pemeliharaan landas pacu (runway) dilakukan untuk meningkatkan
kembali karakteristik tingkat kekesatan atau kekasaran landas pacu pada kondisi semula
sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam !CAO, agar pesawat udara tidak
tergelincir keluar dari landas pacu ketika mendarat (landing) dan mesin pesawat tidak
dimasuki kotoran dan batu krikil, seperti pesawat Sriwijaya Air tergelincir saat mendarat
di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Metode analisis menggunakan pendekatan analisis
Ismail Najamudin
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
J1n. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110.
Email : litbang _udara@yahoo.co.id
ABSTRACT
Maintenance activities of both runway rubber deposits and runway sweeper depending on the
movement of aircraft at the airport, especially on the movement of aircraft on the runway
(runway) were determined on the maneuvering area (manouvering area) is part of the airport
used for take-off (take off) , landing, and move off the connecting (taxiway) by aircraft.
SM.Badaruddin II Palembang airport has a long runway 3,000 meters with a thickness of 60
meters wide runway PCN 80. Implementation of the maintenance condition of the runway
(runway) is done to improve the return characteristics of the runway roughness or roughness
on the original condition according to the provisions stipulated in the ICAO, so that the aircraft
does not slip out of the runway while landing and aircraft engines are not penetrated dirt and
gravel stones, such as Sriwijaya Air plane skidded on landing at airport Adisutjipto Yogyakarta
Analysis method using qualitative descriptive analysis approach in terms of aspects of facility
cleaning rubber deposits and runway sweeper cleaning, maintenance and aspects of executive
personnel and systems aspects airport runway maintenance procedures.
Keywords: Maintenance Airport runway
ABSTRAK
Kegiatan pemeliharaan landas pacu baik rubber deposit maupun runway sweeper
tergantung dengan pergerakan pesawat udara di bandara khususnya pada pergerakan
pesawat di landas pacu (runway) diantaranya ditentukan pada daerah manuver
(manouvering area) yaitu: bagian dari bandar udara yang digunakan untuk tinggal landas
(take off), mendarat (landing), dan bergerak di landas penghubung (taxiway) oleh pesawat
udara. Bandara SM.Badaruddin II Palembang mempunyai panjang landas pacu (run-
way) 3.000 meter lebar 60 meter dengan ketebalan landas pacu PCN 80. Kondisi
pelaksanaan pemeliharaan landas pacu (runway) dilakukan untuk meningkatkan
kembali karakteristik tingkat kekesatan a tau kekasaran landas pacu pada kondisi semula
sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam ICAO, agar pesawat udara tidak
tergelincir keluar dari landas pacu ketika mendarat (landing) dan mesin pesawat tidak
dimasuki kotoran dan batu krikil, seperti pesawat Sriwijaya Air tergelincir saat mendarat
di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Metode analisis menggunakan pendekatan analisis
Total Pax 1.408.484 1.556. 253 l .619 .979 1.810.686 2.108.413 986 . 632
3. Anokutan Baoasi
- Bongka r 4.509.986 5.725.468 8. 163 .9 3 l 7.874.471 8.964.8 82 4.048.633
- Muat 1.431.103 2.000.893 8.073.447 6.417.864 8. 70 1.8 06 3.693.00 l
Ju m !ah dan sertifika t p e tug as 4 orang terampil teknisi fasilitas teknik bandar
pem e liha raan land as pa cu (runway) u d ara
pad a bandara
Ju m !ah dan se rtifikat pe tu gas perbaikan 4 orang teram p ii teknisi fasilitas teknik bandar
landas pacu (runway) pad a bandara udara
Jum lah petugas yang melaksanakan 13 orang
pengaw as an land as pac u (runway)
pad a band a ra
Ju m lah personel bertugas data m set iap 2 orang per shift
shift kerja data m pemeliharaan Ian d as
pac u di bandara
Perm asalaha n personel/p etugas data m Tidak ada dan dapat di atasi
pemeliharaan landas pacu di bandar
Sum be r : d at a has i I o I ah a n B and a ra S M . Ba da ru d d in I I
ABSTRACT
Assessment of personnel needs of air traffic controllers (ATC) at the Sultan Mahmud Airport
Badaruddin II Palembang is to find out how many number of needs of air traffic controllers
(ATC) at the Sultan Mahmud Airport Badaruddin II Palembang that has with standards /
regulations by the !CAO to support flight operations in order to ensure flight safety. Assess-
ment method was quantitative method with the decomposition of descriptive, exposure and
explanation in detail based on the compilation of primary data and secondary data that have
been processed. The results of the assessment show that air traffic controller (ATC) at the
Sultan Mahmud Airport Badaruddin II Palembang is still not adequate, there is still lack of
abaout 11 air traffic controller (ATC) personnel at the Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
Airport.
Keywords : air traffic controller (ATC), Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Airport
ABSTRAK
Pengkajian tentang kebutuhan personel air traffic controller (ATC) di Bandara Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang adalah untuk mengetahui bagaimana jumlah
kebutuhan air traffic controller (ATC) di Bandara sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang apakah telah memenuhi standar/peraturan yang ditetapkan oleh ICAO
untuk mendukung kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan
penerbangan. Metode pengkajian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan
penguraian (deskriptif), pemaparan dan penjelasan secara rind berdasarkan kompilasi
data primer dan data sekunder yang telah diolah. Hasil pengkajian menunjukan personel
air traffic controller (ATC) di Bandara sultan Mahmud Badaruddin II Palembang masih
belum memadai, yakni masih terdapat kekurangan sekitar 11 personel air traffic con-
troller (A TC) di Bandara sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.
Kata Kunci: air traffic controller (ATC),Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang
PENDAHULUAN pada akhirnya akan berpengaruh pada
Bandar udara sebagai salah satu unsur aktivitas pemanduan lalu lintas
dalam penyelenggaraan penerbangan penerbangan (ATC), hal ini karena dengan
merupakan tempat untuk menyeleng- bertambahnya pergerakan pesawat, maka
g a r aka n pelayanan jasa petugas ATC hams lebih seksama dan
kebandarudaraan, pelaksanaan kegiatan cermat dalam memandu pesawat, baik
pemerintah dan kegiatan ekonomi lainya, yang mendarat (landing) maupun lepas
yang ditata secara terpadu guna landas (take of) . Oleh karena itu kualitas
mewujudkan penyediaan jasa dan kehandalan perangkat kerja serta
kebandarudaraan sesuai dengan tingkat SDM yang ada dibelakangnya harus
kebutuhan dalam rangka mewujudkan benar-benar prima untuk menjamin
penyelengaraan bandar udara yang terhindarnya insiden penerbangan. Saat
handal dan berkemampuan tinggi dalam ini petugas (SDM) yang mendukung
menunjang pembangunan nasional. Selain dalam pemanduan lalu lintas
itu juga tidak terlepas dengan pelayanan penerbangan (ATC) di Indonesia tersebar
yang diberikan penyelenggara bandar dalam lima (5) unit kerja yaitu PT. (Persero)
udara diantarnya oleh Air Traffic Control- Angkasa Pura I, PT. (Persero) Angkasa
ler (ATq . Pemanduan lalu lintas pesawat Pura II, Ditjen Perhubungan Udara,
udara (ATC) sangat penting, karena secara Otorita Batam dan Militer.
langsung merupakan bagian yang Jumlah penumpang di Bandara SMB II
bertanggung jawab atas keselamatan Palembang saat ini terus mengalami
penerbangan atau meminimalkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun
terjadinya kecelakaan pesawat udara 2009 sebanyak 1,8 juta penumpang,
dalam sistem keselamatan penerbangan. kemudian di 2010 sebanyak 2,2 juta
Undang undang nomor 1 Tahun 2009 penumpang dan tahun 2011 m1
tentang Penerbangan, dijelaskan bahwa diperkirakan sekitar 2,7 juta sampai 3 juta
pelayanan lalu lintas penerbangan penumpang. Untuk menjamin keamanan
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya dan pengawasan lalu lintas dibutuhkan
tabrakan antra pesawat diudara, kualitas dan kehandalan SDM yang
mencegah terjadinya tabrakan antar mendukung penerbangan khususnya
pesawat atau pesawat udara dengan SDM Air Traffic Controller (ATC) sehingga
halangan (obstacle) di daerah maneuver diperlukan suatu pengkajian tentang
(manouvering area), memperlancar dan kebutuhan personel Air Traffic Controller
menjaga keteraturan lalu lintas (ATC) guna mendukung kelancaran
penerbangan dan memberikan notifikasi pelayanan lalu lintas penerbangan di
kepada organisasi terkait untuk bantuan bandar udara tersebut. Kajian ini
pencarian dan pertolongan (search and res- dimaksudkan untuk mengetahui
cue). kebutuhan personel/SDM Air Traffic Con-
troller (A TC) yang ideal di Bandara Sultan
Dengan melihat perkembangan Mahmud Badaruddin II Palembang
pertumbuhan perusahaan penerbangan sehingga terpenuhinya sumber daya
di Indonesia yang semakin pesat manusia/ petugas Air Traffic Controller
berdampak pada tingginya frekuensi (ATC) di bandara tersebut.
penerbangan di suatu bandar udara dan
Tabel 1. Statistik Angkutan Udara Penumpang dan Pesawat Bandara Sultan Mahmud
Ba d aru dd"m II Palembang Tahun 2001 -2010
::_JC I
Datang
II
Penumpang
Berangkat
II
=1C
Transit
II
Datang
II
Pesawat
Berangkat
~
ILTransit I
I
2010
JI 902.02_()_11 908.414 1 ~I 8.32~IL 8.32~l ol
I
2008
II 775. 18011 781.073 527 7.901 II 7.903 11 ol
2007 111.12211 696.682 0 8.09611 8.109 11 ol
I I
2006 645.96611 658.314 680 7.45411 7.503 1
I ol
I
2004 275.22011 408.070 6.616 6.401 II 6.396 ol
~I
Ba rang Bagasi Pos
I I
Datang
II Berangkat Datang
I Berangkat Datang I Berangkat I
2010 2.263.30111 7 .545.549 8.964.8 821 8.701.806 199.6031 452 .362 1
I
2009
II 5.845.58511 6.407.864 7.874.471 6.417.864 183.821 I 113 .953 1
2008
2007
I 6.838.714
7. 772.435 II
1.900.489
7.921.585
8 13[j•73«7
5. 7 •f\f\ Of\~
441.738
355.556
170.189
124.911
2004 4.363 .007 1.163 .625 5.081.667 5.275 .848 211.991 75.553
I 2003
I 2. 824. 79411 1.119.430 ti 3.835.44111 3. 956. 783 ti 199.852 ti 64~1
2002 2.438 .71311 1.021.292 11 2. 776.21011 2.884.374 11 213 .914 11 84 .098 1
I II
2001 2.319.98511 2.158 .52011
I I 1.201.341 11 2.321.73411 224.982 11 127.33311
Sumber : PT. Angkasa Pura II, Bandara Sultan Mahmud Badaruddm II Palembang
ABSTRACT
Station is one of the important transport node in the operation of intermodal transport for the
transport node or a turn of events took place aver the modes, it can be identified that the station
is the intersection of the railway transport service network with road transport. Park and ride
station bandung present not in accordance with the expectations of service users so that the
required evaluation criteria for the implementation of park and ride station bandung. The
method of data analysis used in this study is customer satisfaction index (CSI). The results of
calculations using the method of CSI (customer satisfaction index) gained 63.35% index num-
ber means the entire park and ride criterion variables can not give satisfaction to the users of
park and ride station for the total satisfaction of park and ride users are in the range index of
verry poor, and mapped into 4 quadrants by 35 variables. From the results of the mapping
there are variables in quadrant I, which means that the level of interest in the park and ride is
quite high but the performance was considered not in accordance with the wishes of park and
ride service users.
Keywords: criterion, park and ride, CSI method.
ABSTRAK
Stasiun merupakan salah satu simpul transportasi yang penting dalam penyelenggaraan
transportasi antarmoda karena pada simpul transportasi tersebut terjadi aktivitas
pergantian atau alih moda, maka dapat diidentifikasi bahwa stasiun merupakan titik
temu antara jaringan pelayanan transportasi kereta api dengan transportasi jalan. Park
and ride di Stasiun Bandung yang ada sekarang belum sesuai dengan harapan pengguna
jasa sehingga diperlukan evaluasi kriteria penyelenggaraan park and ride di Stasiun
Bandung. Metode analisis data yang digunakan dalam kajian ini adalah Customer Sat-
isfaction Index (CSI). Hasil perhitungan dengan menggunakan metode CSI (Customer
Satisfaction Index) diperoleh angka indeks 63,35% artinya seluruh variabel kriteria park
and ride belum dapat memberikan kepuasan kepada pengguna park and ride di stasiun
karena tingkat kepuasan total pengguna park and ride berada pada range index of verry
poor (x d" 64 %), dan dipetakan dalam 4 kwadran sebanyak 35 variabel. Dari hasil
pemetaan tersebut terdapat variabel pada kwadran I yang berarti tingkat kepentingan
terhadap park and ride cukup tinggi namun kinerjanya dinilai belum sesuai dengan
keinginan pengguna jasa park and ride.
Kata kunci: kriteria, park and ride, metode CSI
ll
fT ·: r·r1
low) dengan performansi atribut-atribut ~
!
:----<
i
analysis, yaitu:
ance
dan
menuntut adanya perbaikan atribut
dengan: tersebut. Untuk itu, pihak perusahaan
X = Skor rata - rata tingkat kepuasan; harus menggerakkan sumber daya yang
ada dalam meningkatkan performansi
Y = Skor rata - rata tingkat kepentingan;
atribut atau faktor produk tersebut.
X; = Skor penilaian tingkat kepuasan;
Kuadran 2 (High Importance, High Perfor-
Yi = Skor penilaian tingkat kepentingan; mance):
n = Jumlah Responden.
Pada posisi m1, jika dilihat dari
Dengan pemetaan atribut dalam dua kepentingan konsumen, faktor-faktor
dimensi, maka faktor-faktor tersebut bisa produk atau pelayanan berada pada
dikelompokkan dalam salah satu dari tingkat tinggi. Dilihat dari kepuasannya,
empat kuadran, yang dibatasi oleh dua konsumen merasakan tingkat yang tinggi
buah garis berpotongan tegak lurus pada pula. Hal ini menuntut perusahaan untuk
titik-titik (X, Y), dengan X merupakan rata- dapat mempertahankan posisinya, karena
rata dari jumlah rata-rata skor tingkat faktor-faktor inilah yang telah menarik
kepuasan seluruh atribut yang diteliti, konsumen untuk memanfaatkan produk
sedangkan Y adalah rata-rata dari jumlah terse but.
rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh
atribut atau faktor yang diteliti (Supranto, Kuadran 3 (Low Importance, Low Perfor-
1997:241-242). mance):
1 A 1 3 T id a k P en tin n
2 A 2 3 T id a k Pen tinn
3 A3 3 T id a k P en I in a
4 A4 3 T id a k Pen tint!
5 A5 3 T id a k P en tin n
6 A6 3 T id a k P en t in a
7 A7 3 T id a k P en I in a
8 A8 3 T id a k Pent in_n _
9 A9 1 Pen tin a
10 A10 3 Tidak Pentinn
11 A 11 3 T id a k P en tin n
t 2 A12 3 T id a k P en tin a
t 3 A13 3 T id a k Pentina
14 A14 4 T id a k Pen ti na
15 A15 3 Tidak Pentina
16 A t 6 2 Pen tin n
17 A17 3 T id a k P e n tin a
18 A18 2 P en tin a
19 A19 3 T id a k P e n tin ,,
20 A20 1 Pen tin a
21 A2 1 1 Pen tin a
2 2 A 22 2 Pen ti n a
23 A23 2 Pentino
24 A24 2 P e n tin a
A25 2 Pen tin a
''
2 6 A26 1 Pen tin n
2 7 A27 1 Pen tin a
2 8 A 28 2 P e n tin o
2 9 A29 2 Pen tin n
3 0 A30 2 Pen tin a
3 1 A3 1 2 Pen tin a
3 2 A32 2 Pen tin n
JJ A33 2 Pen tin a
3 4 A34 2 P e n tin a
35 A35 2 Pen tin a
C S I 6 3 ,3 5
S u mbcr . H asllAnal1s 1s (20 1 2)
A3~ + A30
A2~ ~21
A22 ~~ A29 A3 1 + A33
+ • f + A32
-+·A20 + A28
• A16 • A24 A23
A~ Al8. A 27
All
4.40 A~ +
4.35 A7+ + A2
Al .
+
Alt · •
• AB Al7 Al5
AlO +•
4.30 A3
4.25 + AS
A4 ~
4.20
4.15
2.92 2.95 2.98 3.01 3.04 3.07 3.1 3.13 3.16 3.19 3.22 3:25 328 3.31 3.34
Perseps i (X)
Gamb ar 4. Hasil Pemetaan IPA
ABS1RACT
Ports is one element in the marine transport services due to lean on and unloading of goods and
passengers. Therefore, the service at the port need to be managed properly especially stevedor-
ing services. This study aims to describe the general performance of the loading and unloading
of goods in the port related Kendari dock usage rate, the utilization of field buildup, and utiliza-
tion of port facilities in the Port of Kendari. This research is descriptive qualitative. The instru-
ment used in this study is an open structured interviews and field observations. The results
show that the performance of services and non-container freight containers at the Port of Kendari
have exceeded the standards set by the Directorate General of Sea Transportation, Kendari
Ports operational service performance is still below the standards set by the Directorate Gen-
eral of Sea Transportation and Conditions Kendari utilization of port facilities in 2009 and
2011 the value falls below the standard prescribed by the Directorate General of Sea Transpor-
tation.
Key Words: performance, loading and unloading, Kendari Port
ABSTRAK
Pelabuhan merupakan salah satu unsur dalam pelayanan angkutan laut karena menjadi
tempat bersandar dan bongkar muat barang serta penumpang kapal. Oleh sebab itu,
pelayanan di pelabuhan perlu dikelola dengan baik khususnya pelayanan bongkar
muat barang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kinerja
bongkar muat barang di Pelabuhan Kendari terkait tingkat pemakaian dermaga (BOR),
utilisasi lapangan penumpukan (YOR), dan utilisasi fasilitas pelabuhan (SOR) di
Pelabuhan Kendari. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka dan terstruktur serta
tinjauan lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa untuk kinerja pelayanan barang
peti kemas dan non peti kemas di Pelabuhan Kendari telah melampui standar yang
telah ditentukan oleh Ditjen Perhubungan Laut, kinerja pelayanan operasional
Pelabuhan Kendari masih dibawah standar yang telah ditentukan oleh Ditjen
Perhubungan Laut dan Kondisi utilisasi fasilitas pelabuhan Kendari dari tahun 2009
hingga 2011 nilainya berada dibawah standar yang telah ditentukan oleh Ditjen
I ~ElAYANAN KAPAL
a. Kara! Luar Nege ri
I. Turn Round Time (1R1) Jam 150.00 164.00 129 .60 144.71 127.67
a. Waiting Time Net (WTN) Jam 2.00 2.00 2.70 0.60 2.66
6. Not Operating Time (NOT) Jam 37.50 83.00 38.88 35.45 34.58
PElAYANAN HARANG
2
a. Menurut kemasan:
1
~
OWi\N
2
UIILISA'il FA'iIIJTA'i
SAT
3
.,,,
.
.. ..'
s
T.._
••
1
an
I
3
I. Dennagi
2 Gulaq?;
~- PERALATAN
I. KranDa-at %
-
- - - -
2 Rea ch Stacker % - - - -
-
3. Faklift % - - - -
-
4. Kaµll Miter Pandi KPJGrk - 48.29 091 0.43
21.00
5. Permdam Kebakaran (T ab.i!W % 251 20! - -
l.48
Sumber: PT. (Pcrsero) PelabuhanKerrlari Tahun 2012
AN ALIS IS Sedangkan menurut Keputusan Direktur
1. Analisis Kinetja Barang Jenderal Perhubungan Laut Nomor : UM.
002/38/18/DJPL-11 Tentang Standar
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan Kinetja Pelayanan Operasional Pelabuhan
kinetja pelayanan barang peti kemas dan untuk kinetja pelayanan barang peti kemas
non peti kemas pada Pelabuhan Kendari. dan non peti kemas di Pelabuhan Kendari
Tabel 9.Kinerja Pelayanan Barang PT. adalah sebagai berikut : General Cargo (T /
Pelabuhan Cabang Kendari 2007-2011 G/J) sebesar 20, Bagged Cargo (T/G/J)
TAIIDN sebesar 25 dan untuk peti kemas di
No URAIAN SAT dermaga konvensional (Box/Crane!Jam)12.
2007 2008 200IJ 2010 2011
3 4 5 6 7 8
Dari hasil perbandingan antara kondisi di
1 2
lapangan dengan standar yang telah
Gereral cargo
ditentukan oleh Ditjen Perhubungan Laut
23 18 18 ll 35
I lr/G'J menunjukkan bahwa untuk General Cargo
2
Bagged Cargo
if/G'J
24 19 83 II 35 yang telah melampui standar adalah pada
Peti KetmS 12 8 13 12 13 tahun 2007 sebesar ( T/G/J) 23 dan pada
3 aox.11
tahun 2011 sebesar (T/G/J) 35. Kinetja
untuk pelayanan barang Bagged Cargo
Sunmer: Pf.rPersero) Pelabuhan Kindari Tahw 2012 yang telah melampaui standar adalah
Dermaga
1
-B 0 R 8 2. 4 4 8 6 .6 3 8 7. 8 8 7 4. 31 7 1 .5 0
%
-BT P 2 1,992.00 2,292.69 2,578.73 195 .4 3 2 0 2 .6 2
T/M
G udang
-SOR 6 0. 9 8 4 9 .6 7 2 0. 7 7 4 1. 70 -
%
-ST P T/M 2 60.92 114.73 6 9 .2 9 7 .04 -
Lapangan
-YO R I 5 4 .3 8 I 3 5. I 9 4 I. I 8 4 1. 86 3 7 .5 3
%
-Y TP 2 6 8. 6 1 I 0 9. 7 I 9 0 .8 3 I 1. 18 12 . 86
T /M
Sumber: PT . (Persero) Pelabuhan Kendar1tahun 2012