Anda di halaman 1dari 114

-•

W arta Penelitian Perhubungan


Volume 24 Nomor 5, Mei 2012 ISSN. 0852 - 1824

Terakreditasi B, Nomor 300/ AU2/P2MB1/08/2010


Tanggal 26 Agustus 2010

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
JI. Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
Telepon 021 34832945 Fax. 34833065

Warlit Volume.24 No.05 Halam an Jakarta IffiN


Perhub 423-517 Mei2012 0852- 1824
ISSN : 0852 -1824

Warta Penelitian Perhubungan


Volume 24, Nomor 5,Mei2012
Warta Penelitian merupakan majalah ilmiah transportasi diterbitkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Perhubungan, terbit sejak tahun 1989 dengan teratur 12 kali dalam setahun.
Terakreditasi B dengan Nomor : 300/ AU2/P2MB1/08/2010 tanggal 26 Agustus 2010. Redaksi
berhak mengadakan perubahan tulisan tanpa mengubah isi. Memuat sebuah tulisan tidak berarti
Badan Lltbang Perhubungan/Redaksi setuju akan isinya.
Pelindung Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Penasehat Sekretaris Badan Litbang Perhubungann ;


Kepala Pusat Litbang Manajemen Transportasi Multimoda;
Kepala Pusat Litbang Perhubungan Darat;
Kepala Pusat Litbang Perhubungan Laut;
Kepala Pusat Litbang Perhubungan Udara

Pemimpin Umum Ir. Nugroho Eddy Purnomo.


Pemimpin Redaksi Ir. Mutharuddin, M. Si, M. MTr (Peneliti Trans Darat)
Redaktur Pelaksana Feronika Sekar P, SS, M.MTr (Peneliti Trans Laut)
W akil Redaktur Pelaksana Drs.Budi Prayitno, M. MTr
Dewan Redaksi 1. Prof Ir. Panal Sitorus, MSi., APU (Pakar Trans Darat);
2. Muhammad Izi, AID (Peneliti Trans Darat);
3. Dra. Atik S. Kuswati M. MTr (Peneliti Trans KA);
4. Drs. Edward Marpaung, MM, APU (Peneliti Trans Laut);
5. Ir. Johny Malisan, DESS (Peneliti Trans Laut);
6. Idjon Sudjono, SST, MM, APU (Peneliti Trans Udara);
7. Ir. Nanang Ariantono, Ms. Tr (Peneliti Trans MTM)
Mitra Bestari 1. Ir.R.Jachrizal Sumabrata,M.Sc.Eng. PhD (Ahli Trans Jalan)
2. Dr. Ir. Indrayati Subagio DEA (Ahli Trans Perkotaan)
3. Prof. Dr. Ing. M.Yamin Jinca,Ms.Tr (Ahli Trans Laut)
4. Prof. Dr. HK Martono,SH.LLM,M.Sc (Ahli Trans Udara)
5. Dr. Drs. YaddySupriyadi, SH, MM, SS.iT (Ahli Trans Udara)
Editor Pelaksana 1. Ratna Herawati, BSc.
2. ,R Sukillar Bastaman P
'
Desain Grafis Fita Kurniawati, S. Pd, MT.

ALAMAT REDAKSI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
Jalan Medan Merdeka Tlffiur 5 Jakarta 10110 Telepon : (021) 34832945, Faksimile : (021) 34833065.
warlit@litbangdanpustaka-dephub.go.id
uji syukur kehadkat Tuhan Yang Maha Esa clan salam sejahtera untuk para pemOO.ca,
Warta Penelitian Perhubungan kembali terbit dengan beberapa topik yang mungkin
bermanfaat 00.gi para pem.OOca umumnya clan para peneliti khususnya
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada para penulis yang sudah
menyumbangkan pemikirannya yang diwujudkan dalam karya ilmiah yang dapat
menambah wacana serta isi dari Warta Penelitian Perhubungan ini, semoga memOO.wa
manfaat bagi kita semua dan dapat mendorong kemajuan Warta Penelitian Perhubungan
sebagai wadah informasi bagi masyarakat tentang pengetahuan bidang transportasi.
Berdasarkan data dan analisis, sebagian besar Qebih dari 80%) kecelakaan tetjadi di halte
dan lajur bus. Tingkat keselamatan operasi BRT-lite sangat dipengaruhi oleh kelengkapan
fasilitas keselamatan dari sarana (bus yang dilengkapi dengan sabuk pengaman dan halte
dengan fasilitas keselamatan) dan prasarana (rambu, marka kondisi geometri dan zebra
cross). Masalah tersebut diulas oleh Herawati dan Mutharuddin dalam tu1isan "Peningkatan
Keselamatan BRT-lite Transmusi".
Swyadi dalam tulisannya yang betjudul "Fungsi Produksi dan Dampak Ekonomi Indusbi
Perkapalan Beserta Jasa Perbaikannya" mengemukakan bahwa, apabila tetjadi peningkatan
permintaan pada industri perkapalan dan jasa perbaikannya sebesar satu satua, maka sektor-
sektor ekonomi yang terkena dampak paling besar tetjadi pada industri perkapalan dan jasa
perbaikannya sebesar 1,744 satuan. Peningkatan pertumbuhan industri perkapalan dan
jasa perbaikannya mampu memicu sektor-sektor ekonomi lainnya untuk berkembang lewat
multipler yang diciptakannya.
"Kajian Kebutuhan Inspektur Penerbangan Unit Ketja Kantor Otoritas Bandara Wilayah
II Polonia-Medan" yang ditulis oleh Juanda Siahaan dimaksudkan untuk mengetahui
kebutuhan jumlah inspektur penerbangan sesuai beban ketja atau tugas danfungsi inspektur
penerbangan sehingga dapat menentukan kebutuhan jumlah inspektur penerbangan sesuai
dengan standar kebutuhan minimal.
Disamping itu ada beberapa judul dengan topik yang berbeda, yang kami tampilkan dalam
Warta Penelitian Perhubungan Edisi 5 Qirna) bulan Mei Tahun 2012.
Akhimya kami dari Redaksi sekali lagi mengucapkan banyak terima kasih kepada para
penulis yang telah menyumbangkan pemikirannya dalam rangka pengembangan dan
peningkatan kualitas W arta Penelitian Perhubungan, semoga Tuhan senantiasa memberikan
petunjuk kepada kami Dewan Redaksi agar Warta Penelitian Perhubungan kedepan lebih
baik dan sempurna, Amien.
0 Warta Penelitian Perhubungan
Volwne 24, Nornor 5, Mei 2012 ISSN. 0852 - 1824

Terakreditasi B, N omor . 300/AU]/P2MB1ftl&'2010


Tanggal, 26 Agusutus 2010

DAFTAR ISi

Peningkatan Keselamatan BRT-Lite Transmusi


Safety Improvement Of BRT-Lite Transmusi _ _ _ _ _ _ _ _ __ 423-435
Herawati dan Mutharnddin
Kajian Kebutuhan Inspektur Penerbangan Unit Ketja Kantor Otoritas
Bandara Wilayah II Polonia-Medan _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ 436444
]uanda Siahaan
Fungsi Produksi dan Dampak Ekonomi lndustri Perkapalan Beserta
Jasa Perbaikannya _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ 445-461
Surya di
Prosedur Pemeliharaan l.andas Pacu (Runway) Bandar Udara SM.
Badaruddin II Palembang (Mengacu Pada Prosedur Teknis) _ _ _ __ 462-473
Ismail Najamuddin
Kebutuhan Personil Air Traffic Controller (ATC)
Di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang _ _ _ _ _ __ 474-485
Ari Susetyadi dan Yati Nurhayati
Kajian Evaluasi Kriteria Park And Ride di Stasiun Bandung _ _ _ _ __ 486-503
Listantari
Kajian Evaluasi Kinetja Pelayanan Bongkar Muat Barang Di
Pelabuhan Kendari _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ 504-517
Chairunnisa dan Sunarto
Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 ISSN. 0852 -1824

Terakreditasi B, Nomor. 300/AU]/P2MB1;U&'2010


Tanggal, 26 Agusutus 2010

ABSTRAK

PENINGKATAN KESELAMATAN BRT-UTE TRANSMUSI


(SAFETY IMPROVEMENl OF BRT-UTE ~
Halaman 423-435
Herawati
Peneliti Bidang Transportasi Darat-Badan Lltbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
e-mai I: where-89@yahoo.com
Mutharuddin
Peneliti Bidang Transportasi Darat-Badan Lltbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
e-mail: mutharuddingayo@yahoo.co.id

ABSJRACT
Implementation of the BRT-Lite TransMusi has aims to imprave services such as more safe, comfort-
able and high capacity. However, its development are still encountered various problems related to
safety for users and the environment. Using analysis of accident data oredered probit modeling, and
hierarchy analysis process, the study was to determine the characteristics of crashes which involving
Transmusi Indonesia, the safety factor influance, as well as knowing the factors that affect the BRT
safety. Based on data and analysis, BRT-Lite Transmusi has more than 80% accidents occurred at
bus stops and bus lanes in mix traffic. In line with users, AHP result as experts argue that the safety
of BRT-Lite is strongly influenced by the safety facilities on the bus and infrastructure (non-bus).
Safety facilities at bus such as seat belt. Moreaver, the safety of infrastructure facilities (non-bus)
includes safety facilities at shelter,marking, land use and improving driver knowledge.
Keywords: Transmusi, Facility, Safety, BRT-Lite

ABSTRAK
Penerapan BRT-lite Transmusi di Kota Palembang dalam memberikan pelayanan yang
semakin nyaman, kapasitas angkut semakin besar. Namun seiring dalam perkembangannya
masih ditemui berbagai masalah terkait dengan keselamatan baik bagi pengguna maupun
lingkungan sekitar. Untuk itu, dengan menggunakan analisis data kecelakaan, Analisis Hirarki
Proses (AHP) dan permodelan oredered probit, kajian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kecelakaan yang melibatkan Transmusi, mengetahui kebutuhan fasilitas
keselamatan, sehingga dapat dirumuskan upaya prioritas untuk meningkatkan keselamatan
yang ada Transmusi,. Berdasarkan data dan analisis, sebagian besar Oebih dari 80 %)
kecelakaan terjadi di halte dan lajur bus. Senada dengan pengguna jasa, berdasarkan analisis
AHP dengan para pakar transportasi sebagai responden bahwa tingkat keselamatan operasi
BRT-Lite sangat dipengaruhi oleh kelengkapan fasilitas keselamatan dari sarana (bus yang
dilengkapi dengan sabuk pengaman dan halte dengan fasiltas keselamatan) dan prasarana
(rambu, marka kondisi geometrid an zebra cross). Upaya dari segi non fisik berupa penyediaan
fasilitas penyeberangan dan peningkatan kualitas pengemudi.
Kata Kunci : Transrnus~ Fasilitas, Keselarnatan, BRT-Lite

KA&JIAN KEBUTUHAN INSPEKTUR PENERBANGAN UNIT KERJA KANTOR


OTORITAS BANDARA WIIAYAH II POLONIA-MEDAN
Halaman 436444
Juanda Siahaan
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
JI. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
email: litbang_udara@yahoo.co.id (telp 021) 34832944-34832968

ABSTRACT
The condition of Indonesia's aviation industry is currently experiencing significant growth, but there
is an imbalance between the growing num"ber of passengers, the num"ber of aircraft and the num"ber of
flight inspectors assigned check aircraft airworthiness. Based on the results of data processing at
Airport Authority Office Region II is located in Medan Polonia-consist of the Pravinc.e ofAc.eh, Norfh
Sumatra, Riau and Riau Islands. Today, for region II that the num"ber offlight inspectors available are
44 people, while a necessary requirement is estimated as many as 85 people. While the flight inspec-
tors needs of each group of inspectors in the field of air transport aviation, airports, air navigation,
aircraft airworthiness and operations and flight safety, aviation inspectors, flight inspectors needs
compared to the standard does not meet the minimum requirements specified ratio is still one flight
inspector versus 4 -5 planes, which means that future flight inspectors need more so would be good to
support airline service perfonnanc.e. The method is done using qualitativedescriptive analysis method
to aviation inspectors. To obtain the results of such studies necessary steps to meet the inspector
attempts air transport, airports, aviation security, air navigation and aircraft airworthiness and
operations assuming the Office of Airports Authority have at least 1 person inspector level 3 for each
type of expertise and 4 flight inspector level 2 and have as many as 3 people inspector level 1for each
work area.
Keywords: The Needs of Flight Inspectors, Airport Authority, Level Standard
ABSTRAK
Kondisi industri penerbangan di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan yang sangat
signifikan namun terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan jurnlah penumpang dan
jurnlah pesawat serta jurnlah inspektur penerbangan yang bertugas memeriksa kelaikan
pesawat. Berdasarkan hasil pengolahan data pada Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah
II yang bertempat di Polonia-Medan terdiri dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau. Untuk wilayah II bahwa jurnlah inspektur
penerbangan saat ini yang tersedia baru sebanyak 44 orang, sedangkan kebutuhan yang
diperlukan diperkirakan sebanyak 85 orang. Sedangkan kebutuhan inspektur penerbangan
dari masing-masing kelompok inspektur penerbangan di bidang angkutan udara, bandar
udara, navigasi penerbangan, kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara serta
keamanan penerbangan, jurnlah inspektur penerbangan belum sesuai dibandingkan dengan
standar kebutuhan minimal yang ditetapkan rasionya masih 1 inspektur penerbangan
berbanding 4-5 pesawat, yang artinya kedepan semakin banyak inspektur penerbangan
dibutuhkan sehingga akan lebih baik dalam mendukung kinerja pelayanan penerbangan.
Metode yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif terhadap
inspektur penerbangan. Untuk memperoleh hasil kajian tersebut diperlukan langkah-langkah
upaya untuk memenuhi inspektur angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan,
navigasi penerbangan dan kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara dengan asumsi
Kantor Otoritas Bandar Udara sekurang-kurangnya memiliki 1 orang inspektur level 3 untuk
tiap jenis bidang keahliannya dan 4 orang inspektur penerbangan level 2 serta memiliki
sebanyak 3 orang inspektur level 1 untuk tiap wilayah kerja.
Kata kunci: Kebutuhan Inspektur penerbangan, Otoritas Bandara, Standar Level

FUNGSI PRODUKSI DAN DAMPAK EKONOMI INDUSTRI PERKAPAIAN


BESERTA JASA PERBAIKANNYA
Halaman 445-461
Suryadi
Peneliti pada Badan Pusat Statistik
Email : cokie@bps.go.id, Telp. (0251) 86:39194

ABSTRACT
This study ai.med to detennine the effect of input variables on the production of the shipping industry
and its service improvement. Input variables to be tested, namely labor, raw materials and capiW. To
detennine the economic impact of the shipping industry and its service improvement, is used the
inverse matrix in updating the Input-Output Tables of2010. The research results revealed that wage
labor (Xl) has a positive and significant impact on the shipping industry output value and repair
services to the value of coefficient of 0.536. Feedstock production factor (X2) making a positive impact
on the shipping industry output and services improvement, amounting to 0.490. Production factor of
capita], (X3) does not significantly influence industrial production and ship repair services. The scale
of the shipping industry and the results of operations imprauement services shaw increasing returns
to scale for all three variables when added together, will result in the value of 1.086. Increasing
growth of the shipping industry and imprauement services, able to spur other economic sectors to
grow through multiplier is created. In the event of an increase in demand in the shipping industry
and repair seroices for one unit, the economic sectors affected most of it coming in the shipping
industry and repair services for 1.744 unit; Other electrical equipment industry by 0.077 unit;
industrial machinery and equipment amounted to 0.056 units; electricity sector amounted to 0.049
unit; goads industries of iron and steel amounted to 0.042 unit and industrial goads of oil refinery by
0.037 unit.
Keywords: Increasing return to scale, multiplier, input and output

ABSTRAK
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel input terhadap produksi industri
perkapalan beserta jasa perbaikannya. Variabel input yang akan diuji yaitu upah tenaga
ketja, bahan baku clan modal. Untuk mengetahui dampak ekonomi industri perkapalan
beserta jasa perbaikannya, digunakan matriks invers dalam Tabel Input-Output updating
tahun 2010. Dari hasil penelitian diketahui bahwa upah tenaga ketja (Xl) mempunyai
pengaruh yang positif clan signifikan terhadap nilai output industri perkapalan clan jasa
perbaikannya dengan nilai koefisien sebesar 0,536. Faktor produksi bahan baku (X2)
memberikan pengaruh yang positif terhadap output industri perkapalan clan jasa
perbaikannya, yaitu sebesar 0,490. Sedang faktor produksi modal (X3) tidak berpengaruh
signifikan terhadap produksi industri kapal clan jasa perbaikannya. Skala hasil usaha industri
perkapalan clan jasa perbaikannya menunjukkan increasing return to scale karena bila
dijumlahkan ketiga variabel bebas, akan menghasilkan nilai 1,086. Peningkatan pertumbuhan
industri perkapalan clan jasa perbaikannya, mampu memacu sektor-sektor ekonomi lainnya
untuk berkembang lewat multipler (pengganda) yang diciptakannya. Apabila terjadi
peningkatan permintaan pada industri perkapalan clan jasa perbaikannya sebesar satu
satuan, maka sektor-sektor ekonomi yang terkena dampak paling besar tetjadi pada industri
perkapalan clan jasa perbaikannya sebesar 1,744 satuan; sektor industri perlengkapan listrik
lainnya sebesar 0,077 satuan; sektor industri mesin clan perlengkapannya sebesar 0,056 satuan;
sektor ketenagalistrikan sebesar 0,049 satuan; sektor industri barang-barang dari besi clan
baja sebesar 0,042 satuan serta sektor industri barang-barang hasil kilang minyak sebesar
0,037 satuan.
Kata Kunci : skala hasil yang semakin meningkat, pengganda, masukan clan keluaran
PROSEDUR PEMELlllARAAN IANDAS PACU (RVMVAl') BANDAR UDARA SM.
BADARUDDIN II. PALEMBANG ( MENGACU PADA PROSEDUR TEKNIS)
Halaman 462-473
Ismail Najamudin
Peneliti Bidang Perhubungan Udara-Badan Lltbang Perhubungan
Jin. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
Email: litbang _udara@yahoo.co.id

ABSTRACT
Maintenance activities of both runway rubber deposits and runway sweeper depending on the move-
ment of aircraft at the airport, especially on the movement of aircraft on the runway (runway) were
determined on the maneuvering area (manouvering area) is part of the airport used for take-off (take
offJ, landing, and move off the connecting (taxiway) by aircraft. SM.Badaruddin II Palembang
airport has a long runway 3,000 meters with a thickness of 60 meters wide runway PCN 80.
Implementation of the maintenance condition of the runway (runway) is done to improve the return
characteristics of the runway roughness or roughness on the original condition according to the
provisions stipulated in the !CAO, so that the aircraft does not slip out of the runway while landing
and aircraft engines are not penetrated dirt and gravel stones, such as Sriwijaya Air plane skidded on
landing at airport Adisutjipto Yogyakarta Analysis method using qualitative descriptive analysis
approach in terms of aspects offadlity cleaning rubber deposits and runway sweeper cleaning, main-
tenance and aspects of executive personnel and systems aspects airport runway maintenance proce-
dures.
Keywords: Maintenance Airport runway
ABSTRAK
Kegiatan pemeliharaan landas pacu bail< rubber deposit maupun runway sweeper tergantung
dengan pergerakan pesawat udara di bandara khususnya pada pergerakan pesawat di
landas pacu (runway) diantaranya ditentukan pada daerah manuver (manouvering area)
yaitu: bagian dari bandar udara yang digunakan untuk tinggal landas (take off), mendarat
(landing), dan bergerak di landas penghubung (taxiway) oleh pesawat udara. Bandara
SM.Badaruddin II Palembang mempunyai panjang landas pacu (runway) 3.000 meter lebar
60 meter dengan ketebalan landas pacu PCN 80. Kondisi pelaksanaan pemeliharaan landas
pacu (runway) dilakukan untuk meningkatkan kembali karakteristik tingkat kekesatan atau
kekasaran landas pacu pada kondisi semula sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam
ICAO, agar pesawat udara tidak tergelincir keluar dari landas pacu ketika mendarat (land-
ing) dan mesin pesawat tidak dimasuki kotoran dan batu krikil, seperti pesawat Sriwijaya
Air tergelincir saat mendarat di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Metode analisis
menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif ditinjau dari aspek fasilitas
pembersihan rubber deposit, pembersihan runway sweeper, aspek personel pelaksana
pemeliharaan dan aspek sistem dan prosedur pemeliharaan landas pacu bandara.
Kata Kunci : Pemeliharan landas pacu Bandara
KEBUTUHAN PERSONEL AlR TRAFFIC CONlROUER (ATC)
DI BANDARA SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG
Halaman 474485
Ari Susetyadi
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
JI. Merdeka Timur No. 5 Jakarta 10110 Telp. (021) 34832944 Fax. (021) 34832%8
e-mail : litbang udara@yahoo.co.id
Yati Nurhayati
Peneliti Bidang Transportasi Udara Badan Litbang Perhubungan
JI. Merdeka Timur No. 5 Jakarta 10110 Telp. (021) 34832944 Fax. (021) 34832%8
e-mail : litbang udara@yahoo.co.id

ABSTRACT
Assessment of personnel needs of air traffic controllers (ATC) at the Sultan Mahmud Airport
Badaruddin II Palembang is to find out how many number of needs of air traffic controllers (ATC) at
the Sultan Mahmud Airport Badaruddin II Palembang that has with standards /regulations 0f the
ICAO to support flight operations in order to ensure flight safety. Assessment method was quantita-
tive method with the decomposition of descriptive, exposure and explanation in detail based on the
compilation of primary data and secondary data that have been processed. The results of the assess-
ment show that air traffic controller (ATC) at the Sultan Mahmud Airport Badaruddin II Palembang
is still not adequate, there is still lack of abaout 11 air traffic controller (ATC) personnel at the Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang Airport..
Key Words: air traffic controller (ATC), Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Airport

ABSTRAK
Pengkajian tentang kebutuhan personel air traffic controller (ATC) di Bandara Sultan Mahmud
Badaruddin II Palembang adalah untuk mengetahui bagaiamana jumlah kebutuhan air
traffic controller (ATC) di Bandara sultan Mahmud Badaruddin II Palembang apakah telah
memenuhi standar/peraturan yang ditetapkan oleh ICAO untuk mendukung kegiatan
operasi penerbangan dalamrangka menjaminkeselamatan penerbangan. Metode pengkajian
yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan penguraian (deskriptif), pemaparan dan
penjelasan secara rinci berdasarkan kompilasi data primer dan data sekunder yang telah
diolah. Hasil pengkajian menunjukan personel air traffic controller (ATC) di Bandara sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang masih belum memadai, yakni masih terdapat
kekurangan sekitar 11 personel air traffic controller (ATC) di Bandara sultan Mahmud
Badaruddin II Palembang.
Kata Kunci: air traffic controller (ATC), Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
KAJIAN EVALUASI KRITERIA PARK AND RIDE DI STASIUN BANDUNG
Halaman 486-503
Listantari
Peneliti Bidang Transportasi Multimoda-Badan Litbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat 10110
E-mail mtm listantari@yahoo.co.id

ABSTRACT
Station is one of the important transport node in the operation of intermodal transport for the trans-
port node or a tum of events took place aver the modes, it can be identified that the station is the
intersection of the railway transport seroice network with road transport. Park and ride station
bandung present not in accordance with the expectations of seroice users so that the required evalua-
tion criteria for the implementation of park and ride station bandung.
The method of data analysis used in this study is customer satisfaction index (CSI). The results of
calculations using the method of CSI (customer satisfaction index) gained 63.35% index number
means the entire park and ride criterion variables can not give satisfaction to the users of park and ride
station for the total satisfaction of park and ride users are in the range index of verry poor, and
mapped into 4 quadrants by 35 variables. From the results of the mapping there are variables in
quadrant I, which means that the level of interest in the park and ride is quite high but the perfor-
mance was considered not in accordance with the wishes of park and ride seroice users.
Keywords: criterion, park and ride, CSI method.

ABSTRAK
Stasiun merupakan salah satu simpul transportasi yang penting dalam penyelenggaraan
transportasi antarmoda karena pada simpul transportasi tersebut terjadi aktivitas pergantian
atau alih moda, maka dapat diidentifikasi bahwa stasiun merupakan titik temu antara jaringan
pelayanan transportasi kereta api dengan transportasi jalan. Park and ride di Stasiun Bandung
yang ada sekarang belum sesuai dengan harapan pengguna jasa sehingga diperlukan evaluasi
kriteria penyelenggaraan park and ride di Stasiun Bandung.
Metode analisis data yang digunakan dalam kajian ini adalah Customer Satisfaction Index
(CSI). Hasil perhitungan dengan menggunakan metode CSI (Customer Satisfaction Index)
diperoleh angka indeks 63,35% artinya seluruh variabel kriteria park and ride belum dapat
memberikan kepuasan kepada pengguna park and ride di stasiun karena tingkat kepuasan
total pengguna park and ride berada pada range index of verry poor (x ~ 64 %), dan dipetakan
dalam 4 kwadran sebanyak 35 variabel. Dari hasil pemetaan tersebut terdapat variabel
pada kwadran I yang berarti tingkat kepentingan terhadap park and ride cukup tinggi namun
kinerjanya dinilai belum sesuai dengan keinginan pengguna jasa park and ride.
Kata kunci: kriteria, park and ride, metode CSI
KAJIAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT HARANG DI
PELABUHAN KENDARI
Halaman 504-517
Chairunnisa
Peneliti Bidang Transportasi Laut-Badan Litbang Perhubungan
]Jn. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
e-mail: nisalitbang@yahoo.com
Sunarto
Peneliti Bidang Transportasi Laut-Badan Litbang Perhubungan
]Jn. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110

ABSTRACT
Ports is one element in the marine transport services due to lean on and unloading of goods and
passengers. Therefore, the seroice at the port need to be managed properly especially stevedoring
services. This study aims to describe the general performance of the loading and unloading of goads
in the port related Kendari dock usage rate, the utilization of field buildup, and utilization of port
facilities in the Port of Kendari. This research is descriptive qualitative. The instrument used in this
study is an open structured interviews and field obseroations. The results show that the performance
of services and non-container freight containers at the Port of Kendari have exceeded the standards set
by the Directorate General of Sea Transportation, Kendari Ports operational service performance is
still below the standards set by the Directorate General of Sea Transportation and Conditions Kendari
utilization of port facilities in 2009 and 2011 the value falls below the standard prescribed by the
Directorate General of Sea Transportation.
Key Words: performance, loading and unloading, Kendari Port
ABSTRAK
Pelabuhan merupakan salah satu unsur dalam pelayanan angkutan laut karena menjadi
tempat bersandar dan bongkar muat barang serta penumpang kapal. Oleh sebab itu,
pelayanan di pelabuhan perlu dikelola dengan baik khususnya pelayanan bongkar muat
barang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kinerja bongkar muat
barang di Pelabuhan Kendari terkait tingkat pemakaian dermaga (BOR), utilisasi lapangan
penumpukan (YOR), dan utilisasi fasilitas pelabuhan (SOR) di Pelabuhan Kendari. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terbuka dan terstruktur serta tinjauan lapangan. Hasil penelitian diketahui
bahwa untuk kinerja pelayanan barang peti kemas dan non peti kemas di Pelabuhan Kendari
telah melampui standar yang telah ditentukan oleh Ditjen Perhubungan Laut, kinerja
pelayanan operasional Pelabuhan Kendari masih dibawah standar yang telah ditentukan
oleh Ditjen Perhubungan Laut dan Kondisi utilisasi fasilitas pelabuhan Kendari dari tahun
2009 hingga 2011 nilainya berada dibawah standar yang telah ditentukan oleh Ditjen
Perhubungan Laut.
Kata Kunci: kinerja, bongkar muat, pelabuhan, Kendari.
PENINGKATAN KESELAMATAN BRT-UTE TRANSMUSI
(SAFETY IMPROVEMENI' OF BRT-UTE TRANSMUSl)
Herawati
Peneliti Bidang Transportasi Darat-Badan Litbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
e-mail: where-89@yahoo.com
Mutharuddin
Peneliti Bidang Transportasi Darat-Badan Litbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
e-mail: mutharuddingayo@yahoo.co.id

ABSTRACT
Implementation of the BRT-Lite TransMusi has aims to improve services such as more safe,
comfortable and high capacity. However, its development are still encountered various prob-
lems related to safety for users and the environment. Using analysis of accident data oredered
probit modeling, and hierarchy analysis process, the study was to determine the characteris-
tics of crashes which involving Transmusi Indonesia, the safety factor influance, as well as
knowing the factors that affect the BRT safety. Based on data and analysis, BRT-Lite Transmusi
has more than 80% accidents occurred at bus stops and bus lanes in mix traffic. In line with
users, AHP result as experts argue that the safety of BRT-Lite is strongly influenced by the
safety facilities on the bus and infrastructure (non-bus). Safety facilities at bus such as seat belt.
Moreover, the safety of infrastructure facilities (non-bus) includes safety facilities at
shelter,marking, land use and improving driver knowledge.
Keywords: Transmusi, Facility, Safety, BRT-Lite

ABSTRAK
Penerapan BRT-lite Transmusi di Kota Palembang dalam memberikan pelayanan yang
semakin nyaman, kapasitas angkut semakin besar. Namun seiring dalam
perkembangannya masih ditemui berbagai masalah terkait dengan keselamatan baik
bagi pengguna maupun lingkungan sekitar. Untuk itu, dengan menggunakan analisis
data kecelakaan, Analisis Hirarki Proses (AHP) dan permodelan oredered probit, kajian
ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kecelakaan yang melibatkan Transmusi,
mengetahui kebutuhan fasilitas keselamatan, sehingga dapat dirumuskan upaya prioritas
untuk meningkatkan keselamatan yang ada Transmusi,. Berdasarkan data dan analisis,
sebagian besar (lebih dari 80 %) kecelakaan terjadi di halte dan lajur bus. Senada dengan
pengguna jasa, berdasarkan analisis AHP dengan para pakar transportasi sebagai
responden bahwa tingkat keselamatan operasi BRT-Lite sangat dipengaruhi oleh
kelengkapan fasilitas keselamatan dari sarana (bus yang dilengkapi dengan sabuk
pengaman dan halte dengan fasiltas keselamatan) dan prasarana (rambu, marka kondisi

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 423


geometrid an zebra cro.ss). Upaya dari segi non fisik berupa penyediaan fasilitas
penyeberangan dan perungkatan kualitas pengemudi.
Kata Kunci: Transmusi, Fasilitas, Keselamatan, BRT-Lite

PENDAHULUAN meningkatkan tingkat pelayanan kepada


Palembang sebagai salah satu kota besar masyarakat. Saat ini, operasional
termasuk dalam salah satu kota yang telah Transmusi telah dilengkapi dengan Intel-
menerapkan sistem transportasi massal 1igen t Transport System (ITS) melalui
yang disebut dengan istilah BRT-Lite pembuatan traffic control room yang dapat
Transmusi. Keberadaan BRT-lite tersebut melakukan kontrol terhadap operasional
sebagai upaya pemerintah Kota Bus Transmusi maupun kondisi lalu lintas
Palembang dalam mewujudkan di Kota Palembang. Direncanakan sistem
pelayanan di bidang transportasi yang tiket Transmusi juga dikembangkan
nyaman, ramah lingkungan, efektif dan dengan menerapkan smart card atau kartu
efisien. Transmusi juga diharapkan pintar. Pelayanan maksimal terhadap
menghilangkan keberadaan bus kota di masyarakat pengguna jasa transportasi
Palembang secara berkala setiap tahun massal (Adrian W, 2012).
dengan tidak memperpanjang izin trayek Peningkatan jumlah penumpang tersebut
dari bus kota tersebut. Program sesuai dibarengi dengan menurunnya tingkat
dengan apa yang diamanah dari UU keselamatan Transmusi yang ditandai
No.22/2009 telah mewajibkan kepada dengan angka kecelakaan setiap tahunnya
setiap kota-kota besar dan sedang di In- mengalami peningkatan. Berdasarkan
donesia menerapkan angkutan umum data PT Transmusi diperoleh bahwa
massal jalan raya seperti sistem Bus Rapid kecelakaan yang melibatkan Transmusi
Transit (BRT-Lite). selama periode 2010 hingga 2011 adalah
rata-rata 23 kejadian pertahun.
Pada awal beroperasi, Transmusi Penurunan tingkat keselamatan tersebut
mendapat bus bantuan sebanyak 20 bus tidak hanya terjadi di sepanjang rute BRT
dari Kementerian Perhubungan untuk tetapi juga di shelter bus atau di dalam bus
melayani 2 koridor dan 74 halte. Namun itu sendiri. Banyaknya kasus kecelakaan
karena tingginya animo masyarakat yang yang terjadi dimungkinkan sebagai akibat
ditunjukkan dengan load factor 75% kurangnya fasilitas keselamatan dan
dengan jumlah penumpang 7.500 orang/ ketidak disiplinan SDM yang terlibat
hari dan rata-rata penumpang per bulan seperti operator, pengguna jasa,dan
mencapai 225.000 orang sehingga pengendara kendaraan lain serta pejalan
Pemerintah Kota Palembang terns kaki. Dalam upaya memaksimalkan
melakukan penambahan sarana dan tingkat keselamatan BRT tersebut
prasaran Transmusi. Jumlah bus diperlukan langkah-langkah penanganan
Transmusi saat ini sebanyak 85 unit yang sesuai dengan hasil analisis terhadap
melayani 5 koridor tersebar di Kota faktor-faktor penyebab sehingga diperoleh
Palembang (Adrian W,2012). solusi penanganan yang tepat. Oleh
Manajemen PT Transmusi terus karena itu, perlu upaya yang merupakan
melakukan pembenahan untuk langkah prioritas oleh regulator dan op-

424 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


erator dalam meningkatkan keselamatan Romadhona P (2009) dengan melakukan
secara komprehensif terhadap semua pendekatan terhadap aspek sarana.Metode
aspek seperti sarana dan prasarana juga penelitian yang digunakan adalah ordered
aspek penunjang lainnya seperti kondisi probit model untuk memperoleh gambaran
lingkungan, kualitas SDM, dan penegakan tentang rancang bangun terhadap fasilitas
hukum. Berpedoman pada tujuan keselamatan yang perlu disediakan oleh
transportasi road map to zero accident, operator. Penelitian lainnya adalah
permasalaahannya adalah sebagai berikut: Kowale, G (2009) melakukan penelitian
terhadap dampak kecelakaan BRT
a. Apa saja yang menyebabkan
berdasarkan persepsi dari staf dan
kecelakaan Transmusi?
pengguna BRT dengan metode Focus
b. Fasilitas keselamatan apa saja yang Group Discussion. Berdasarkan hasil
telah tersedia saat ini? analisis di peroleh skema operasi BRT yang
c. Upaya prioritas apa saja yang perlu berkaitan dengan fasilitas park and ride
dilakukan dalam meningkatkan pada lokasi stategis yang terintegrasi
keselamatan penumpang Transmusi? dengan moda lainnya seperti kereta api
dan transportasi air.
Kajian ini dimaksud untuk mencari upaya
penyediaan fasilitas keselamatan dan Kerangka Konsep
aspek penunjang lainnya yang tepat guna Misi dari BRT adalah untuk
mengurangi tingkat kecelakaan yang mengkombinasikan fleksibilitas dan
diakibatkan oleh Bus Rapid Transit. penerapan biya rendah dari pelayanan bus
yang nyaman, efektif, dan efisien dari sisi
TINJAUAN PUSTAKA biaya. Negara-negara berkembang dengan
populasi yang tinggi dan sumber daya
Beberapa penelitian yang pernah
pembiayaan yang rendah sangat cocok
dilakukan terkait dengan masalah ini
menerapkan sistem BRT ini karena biaya
adalah penelitian tentang respon
yang rendah dan relatif waktu
penumpang terhadap aspek keselamatan

..
pelaksanaan sangat cepat. Biaya dari pro-
Transjogja yang dilakukan oleh
gram BRT ini diperkirakan 1/3 dari
...
----=

Gambar 1. Evolusi BRT di Beberapa Kota

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 425


pembangunan proyek LRT (Light -Rail evolusi dapat dilihat pada gambar 1.
Transit) sehingga biaya tersebut untuk
Dari beberapa sumber, diperoleh
negara berkembang seperti di Indonesia
rangkuman terhadap upaya peningkatan
dapat diusahakan (Leal, M, T and Bertini,
keselamatan Bus Rapid Transit terdiri atas
R,L. 1990)
beberapa aspek tersebut kemudian dibagi
Perkembangan BRT telah melalui lagi menjadi sub aspek yang strukturnya
beberapa evolusi yang telah diaplikasikan dapat dilihat dalam gambar 2.
di beberapa kota di Indonesia. Adapun

Gambar 2. Upay a Peningkatan K ese lamatan BRT di Indones ia

METODOLOGI menggunakan instrument kuesioner


dilakukan untuk memperoleh tingkat
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15- kepentingan dan kebutuhan fasilitas
19 mei 2011. Pengambilan data dilakukan keselamatan baik bagi penumpang
secara on bord di dalam bus Transmusi maupun para pakar transportasi.
untuk menjaring para responden Pengumpulan data sekunder dengan
penumpang dan di Universitas Sriwijaya metode dokumentasi berupa rekaman data
untuk mengetahui pendapat para pakar kecelakaan PT Transmusi berupa kejadian
transportasi. Kuesioner untuk penumpang kecelakaan Transmusi 2 tahun terakhir
disebarkan secara merata disepanjang jam dan studi literatur terhadap negara-negara
operasi bus Transmusi. yang telah menerapkan sistem BRT
Data yang dibutuhkan pada penelitian ini dengan fasilitas keselamatan yang
berupa data primer dan data sekunder. memadai. Metode Analisis yang
Data primer dengan metode observasi dan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
metode wawancara. Metode obeservasi 3 aspek yaitu, analisis data kecelakaan
dilakukan untuk memperoleh data kondisi dengan metode deskriptif kuantitatif
lingkungan ,dan geometri jalan, data untuk mengidentifikasi lokasi kejadian
kelengkapan dan perambuan jalan. kecelakaan, indikasi penyebab kecelakaan
Sedangkan metode wawancara dengan dan kendaraan lain yang terlibat dalam

426 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Inoutin11: Dat a In out in 11: D a ta

Prose s D at a ( L IM D E P
Perhitung a n Matriks
U n tu k S em u a A s p e k

Fit Mode! N ilai prioritas

Gambar 3. Tahapan Model AHP dan Ordered Probit

kecelakaan. Analisis terhadap prioritas dengan akses transfer. Akses transfer


peningkatan keselamatan BRT yang antara bus dan pintu masuk di Transmusi
dibedakan atas 2 metode yaitu metode melekat ada halte (Gambar 4 .
Analisis Hirarki Proses (AHP) menurut
Sukarto, H., 2006 untuk analisis pendapat
para pakar transportasi dan ordered probit
model untuk analisis respon penumpang.
Gambar 3 menggambarkan tahapan dari
masing-masing metode penelitian tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN Garnbar 4.Akses Transfer Halte Transmusi


Sumber : Pengamatan Lapangan
1. Fasilitas keselamatan yang ada saat ini b. Prasarana
a. Sarana Beberapa jenis rambu dan marka pada
Perlengkapan fasilitas keselamatan saat ini sekitar halte Transmusi telah terpasang
~ang ada di bus Transmusi berdasarkan untuk mengatur BRT tersebut (Gambar 5).
pengamatan langsung di lapangan berupa Zebra cross, Terdapat beberapa halte yang
Handrail, martil keselamatan/palu, pemadam telah memiliki fasilitas zebra cross namun
kebakaran dan P3K. Handrail dapat belum menyeluruh pada semua halte yang
digunakan sebagai pegangan apabila ada disinggahi oleh Transmusi (Gambar 6).
penumpang dalam bus. Martil
keselamatan sangat diperlukan apabila
kendaraan yang ditumpangi mengalami
kecelakaan seperti terjadinya kebakaran
dalam bus dan pintu tidak dapat dibuka . .
Peralatan ini sudah cukup memadai dalam
hal memberikan pelayanan yang cukup
baik bagi para penumpang transmusi di
Kota Palembang.
Gambar 5.Rambu dan Marka di Sekitar Halte
Saat ini, halte Transmudi telah dilengkapi
Sumber : Pengamatan Lapangan

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 427


materil meskipun tidak menyebabkan
fatalitas/meninggal. Dari data tersebut
dilakukan pengelompokan karakteristik
data kecelakaan kedalam lokasi kejadian
kecelakaan, indikasi penyebab kecelakaan
dan keterlibatan pengguna jalan lainnya
dalam kecelakaan. Persentase dari setiap
pengelompokan tersebut dapat di lihat
pada tabel 1.
Garnbar 6. Zebra Cross di Jalur Transmusi 3. Kebutuhan Fasilitas Keselamatan
Sumber : Pengamatan Lapangan
Hasil analisis kebutuhan fasilitas
c. Manajemen Transmusi keselamatan menurut para pakar
Salah satu kelebihan yang di miliki transportasi untuk BRT-Lite Transmusi
Transmusi dibandingkan dengan BRT dengan menggunakan metode AHP dapat
lainnya di Indonesia, penyelenggaraan dilihat pada tabel 2.
Transmusi didukung ITS (Intelligent Trans- Jika ditinjau dari tingkat kecenderungan
port System)/ operator center room untuk masyarakat terhadap fasilitas keselamatan
memantauan bus melalui GPS, sehingga BRT dengan menggunakan analisis ordered
pemantauan yang dilakukan pada opera- probit model dengan memakai software
tor center dapat menghubungi langsung LIMDEP didapatkan hasil sebagai berikut.
sopir yang ada dilapangan, baik untuk
pemberitahuan kecepatan bus maupun Y = 1,399 +0,461 (fasilitas keselamatan
headway dari bus Transmusi tersebut di halte) + 0,491 (sabuk pengaman) +
(Gambar 7). 0,423 (rambu dan marka) + 0,194 (zebra
cross)
4. Upaya-upaya prioritas terhadap
peningkatan keselamatan
Berdasarkan hasil survai terhadap para
pakar dan pengguna jasa Transmusi
menunjukkan prioritas terhadap upaya
peningkatan terhadap keselamatan BRT
yang paling prioritas dari masing-masing
aspek keselamatan menurut para pakar
Gambar 7. GPS Bus Transmusi transportasi dan penumpang Transmusi
Sumber: Pengamatan Lapangan
adalah sarana yang diikuti oleh prasarana,
2. Analisis Data Kecelakaan kondisi lingkungan, kualitas SDM, dan
indikator terbawah yaitu penegakan
Berdasarkan data dari PT Transmusi, hukum. Berikut uraian upaya-upaya
kejadian kecelakaan selama periode 2010 prioritas yang sebaiknya dilakukan oleh
hingga 2011 mengalami peningkatan rata- regulasi (Dinas Perhubungan) dan opera-
rata 23 kejadian pertahun. Meningkatnya tor (PT Transmusi) dalam meningkatkan
jumlah kejadian kecelakaaan tersebut keselamatan yang melibatkan bus
menyebabkan kerugian materil dan non Transmusi.

428 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Tabel 1. Analisis Data Kecelakaan
keterangan % keterangan %
Lo kasi Keiadian Kecelakaan Indikasi Jenis Kecelakaan BRT
Halte 39% sepeda motor 16%
Laiur 41 % mob il pr ibadi 10%
Persimpangan ialan 10% mo bil penumpang um um 4%
Lain-lain (ooo l terminal. d 11) 10% mo bil barang 9%
Indikasi Penyebab Kecelakaan kendaraan tidak bermotor 3%
Bus BRT yang
menabrak /me nye nggol 20% fasilitas atau benda tetap di jalan 39%
Bus BR T yang ditabrak 25% Kecelakaan tunggal 4%
Lainn ya 56% Lain-lain 16%
Keterangan %
Indikasi Kendaraan yang terlibat
Tabrakan dengan sepeda motor 38
Tabrakan dengan mo bi! pribadi 24
Tabrakan dengan mobil penumpang umum 10
Tabrakan dengan mo bi! barang 21
Tabrakan dengan kendaraan tidak bermotor 7
Sum b er :olahan d a ta s ekunder

Tabel 2. Pembobotan Kriteria Keselamatan Transmusi


No Aspek Nilai Sub-Aspek Nilai
1 Sarana BRT 1,386 Sabuk P engaman 0,321
Halte dengan fasilitas 0,330
2 Prasarana BRT 0,330
keselamatan
3 Kondisi Lingkungan 0,170 Land use 0,648
Ketera mpilan 0,292
4 Kualitas SDM 0,088
oemremudi
S arana penegakan 0,296
5 Penegakan Hukum 0,026
hukum
Sum ber: data primer
a. Sarana Transmusi Berdasarkan beberapa pengamatan,
Lokasi kejadian kecelakaan yang terdapat celah kurang lebih 20 - 45 cm
melibatkan sarana Transmusi paling antara pintu masuk bus dan halte pada
sering terjadi di halte yaitu sebanyak 39%. saat menaikkan dan menurunkan
Kejadian tersebut terjadi karena bus yang penumpang. Jarak antar halte-bus
menabrak halte dan saat transfer tersebut menjadi penyebab terjadinya
penumpang dari bus ke halte. Berdasarkan kecelakaan karena seseorang harus ekstra
permasalahan tersebut perlu adanya hati-hati menapakkan langkah kakinya
penambahan fasilitas keselamatan seperti pada saat masuk dan keluar dari bus.
akses transfer dan fasilitas keselamatan. Akses transfer yang ada saat ini dinilai

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 429


belum fleksibel terhadap posisi pintu bus jembatan ini juga berada di dalam bus
atau pintu halte karena menempel pada yang bisa otomatis berkurang masuk
halte dan bahannya yang sangat kaku kembali ke dalam bus saat masa transfer
(Gambar 4). Sehingga diperlukan keahlian penumpang habis. Dengan adanya
pengemudi dalam memposisikan bus jembatan elektrik ini pula, pengemudi
Transmusi sehingga tidak terjadi celah tidak perlu menyesuaikan posisi bus terlalu
yang lebar atau bus menabrak halte. Salah teliti sehingga mengurangi waktu trans-
satu alternatif penyelesaian untuk masalah fer. Selain itu, fasilitas keselamatan di halte
celah yang terjadi pada akses transfer perlu menjadi perhatian pihak yang
adalah dengan membangun jembatan berkompeten, agar menyediakan Safety
yang menempel pada bus/bus yang First serta peralatan lainnya di dalam halte
bersifat fleksibel atau dapat disesuaikan. seperti tabung pemadam kebakaran.
Salah satu contoh transfer akses yang Peralatan seperti tersebut diatas sangat
aman dan mengurangi terjadinya diperlukan dalam kondisi darurat. Sebagai
kecelakaan telah diterapkan di Curitiba and contoh adalah kondisi halte di bawah
Guayaquil seperti pada Gambar 8. jembatan AMPERA atau Pasar 16 Ilir
Jembatan terse but dilengkapi dengan sen- belum memiliki fasilitas lengkap (Gambar
sor elektrik atau sensor magnetik yang bisa 9).
dengan otomatis menyesuaikan posisi Berdasarkan hasil analisis data masih
pintu keluar bus dengan pintu akses di diperlukan tambahan fasilitas keselamatan
tempat pemberhentian. Selain itu, di dalam bus berupa sabuk pengaman

Gambar 8. AplikasiJembatan di Akses Transfer yang sudahditerapkan di Curitiba (kiri) dan


Guayaquil (kanan)
Surnber: www.vtpi.org yang belum terpasang hampir disemua
armada Transmusi (Gambar 10). Sabuk
keselamatan tersebut diperlukan untuk
mencegah cidera akibat benturan jika
terjadi tabrakan atau pengereman
mendadak dan apabila kendaraan
berputar atau terbalik, sabuk pengaman
juga akan menjaga anda tetap di tempat
duduk. Beberapa negara yang telah
menerapkan konsep Bus Rapid Transis
Gambar 9. Halte Jembatan Ampera telah dilengkapi sabuk pengaman pada

430 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


bus BRT yang terdapat pada sistem BRT geometrik jalan dan volume lalu lintas
seperti di Swedia, fasilitas sabuk pengaman yang cukup tinggi. Hampir semua ruas-
merupakan keharusan pada semua ruas jalan yang dilalui oleh Transmusi
kendaraan roda empat yang melintas di memiliki lebar efektif jalan yang sangat
sempit. Hal ini disebabkan volume lalu
lintas di Palembang sangat padat dan
adanya hambatan samping yang cukup
tinggi. Hambatan samping seperti adanya
pedagang kaki lima dan parking on street
semakin memperkecil kapasitas jalan yang
akan berdampak pada semakin sempitnya
ruang gerak pengguna jalan tersebut.
Ruang gerak tersebut akan memberikan
probabilitas terjadinya konflik/
kemungkinan kejadian kecelakaan antara
pengguna jalan lainnya dengan bus
Gambar 10. Kondisi Interior Bus Transmusi Transmusi di sepanjang ruas/koridor bus.
Sumber : Pengamatan Lapangan
Menurut para pakar transportasi dan
Swedia sebagai salah satu upaya untuk penumpang Transmusi terhadap perlunya
mencegah kecelakaan dan upaya penambahan beberapa fasilitas keselamatan
terhadap konsep zero vision (Gambar 11). berupa rambu, marka dan zebra cross .
Fasilitas tersebut diharapkan dapat
memberikan keleluasaan pada pengguna
angkutan untuk mengakses transmusi.
Marka yang ada saat ini dapat
ditingkatkan dan dapat difungsikan
sebagai pembatas jalan sehingga angkutan
dan kendaraan selain Transmusi tidak
dapat menggunakannya. Hal ini dapat
meningkatkan frekwensi serta ketepatan
headway. Sistem BRT di Beijing, Cina tidak
hanya menyediakan zebra cross atau
Gambar 11. Sabuk PengamanPada BRT di
Lund, Swedia marka bagi penyeberang jalan tapi
Sumber : Ahrerom (2009) terdapat lampu pengatur bagi pejalan kaki
b. Prasarana BRT di area sekitar halte. Lampu sinyal tersebut
untuk memberikan prioritas kepada
Berdasarkan hasil analisis terhadap penumpang setelah akan akan menuju ke
hubungan indikasi penyebab kecelakaan halte sehingga ada prioritas bagi mereka
dengan lokasi kejadiaan kecelakaan pada saat akan melintas ke jalan raya (Gambar
pengoperasian Transmusi diperoleh dua 13).
hubungan yang dominan. Hubungan
tersebut mengindikasikan penyebab c. Kondisi Lingkungan
kecelakaan tetjadi disepanjang koridor bus. Seperti terlihat dalam Gambar 12 di mana
Kondisi ini disebabkan karena kondisi sebuah bus Transmusi terperosok ke dalam

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 431


Garn bar 12. Halte PD AM Tirta Gambar 13. Fasilitas Penyeberangan Pada
Sumber : Pengamatan Lapangan Sistem BRT di Beijing, China
Sumber: www.vtpi.org
bekas galian pipa PDAM Tirta Musi depan resultan dari pengemudi, kendaraan dan
Halte Bus SMAN 3, Jl Jenderal Sudirman lingkungan jalan. Dalam hal ini, faktor
Palembang. Penentuan letak dan desain manusia (pengemudi) diindikasi sebagai
halte yang kurang aman dan menambah penyebab utama kejadian kecelakaan
titik rawan kecelakaan. Selain itu, lokasi karena kurang terampilnya dalam
halte di tempatkan pada jalan yang tidak mengemudikan kendaraan yang
rata/ tanjakan karena dengan adanya berukuran besar dan merapatkan bus ke
perbedaan sudut kemiringan akan lebih halte pada saat menaikkan dan
membahayakan bagi pengemudi bus menurunkan penumpang. Keterampilan
melakukan monuver kendaraan atau pengemudi pemula biasanya agak
merapatkan kendaraan pada pintu halte. canggung dalam mengantisipasi berbagai
Untuk lalu lintas dengan jalur yang padat, kondisi lalu lintas di jalan dan lingkungan
perlu adanya pengadaan dan perbaikan sekitarnya.
fasilitas bagi pejalan kaki, yang saat ini di Dari kualitas SDM, para ahli memberikan
beberapa lokasi banyak yang ditiadakan. saran untuk mendidik kualitas sopir yang
Penempatan halte tidak hanya ugal-ugalan. Hal ini disebabkan karena
mempertimbangkan jarak dari banyaknya sopir yang merupakan
persilangan jalan tetapi lebih pada peralihan dari sopir angkot. Pendidikan
kemiringan jalan yang diijinkan yaitu dan latihan mencakup tentang sopan
kurang dari 4 %. Sehingga lokasi halte santun, situasi lalu lintas, kondisi sarana,
pada daerah sekitar jalur parkir prasarana dan titik konflik pada beberapa
seharusnya memberikan ruang untuk bus persimpangan serta meningkatkan
melakukan manuver. kesadaran terhadap keselamatan berlalu
d . Kualitas SDM lintas.

Penyebab kecelakaan Transmusi paling e. Penegakan Hukum


dominan dikarenakan bus yang Faktor pemakai jalan merupakan elemen
manabrak/ menyenggol fasilitas jalan. yang paling kritis dalam sistem lalu lintas
Beberapa faktor yang menyebabkan hal karena keterampilan mereka sulit
tersebut seperti faktor manusia (awak bus), diperlukan kesadaran dari masyarakat
faktor kendaraan dan faktor lingkungan. terutama adanya parkir on-street disekitar
Kecelakaan pada dasarnya merupakan halte yang dapat mengganggu kelancaran

432 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


akses Bus Transmusi dalam proses dari pada umumnya memandang bahwa
dan akan ke halte. Penegakan hukum juga fasilitas keselamatan di dalam bus dan
di perlukan untuk kendaraan lainnya sepanjang jalur merupakan
yang melakukan pelanggaran berupa persyaratan utama yang harus
menggunakan jalur bus Transmusi. dipenuhi selain kualitas SDM atau
pengemudi. Senada dengan pengguna
KESIMPULAN DAN SARAN jasa, para pakar berpendapat bahwa
tingkat keselamatan operasi
1. Kesimpulan Transmusi sangat dipengaruhi oleh
Penyediaan fasilitas keselamatan yang kelengkapan fasilitas keselamatan dari
memadai akan meningkatkan sarana (bus) dan prasarana (non bus).
kenyamanan kepada penumpang dan Fasilitas keselamatan pada bus
berimplikasi pada pertumbuhan jumlah mencakup antara lain sabuk
penumpang Transmusi. Dari beberapa pengaman. Sedangkan fasilitas
hasil analisis sebelumnya, diperoleh keselamatan prasarana (non bus)
kesimpulan sebagai berikut: mencakup halte dengan fasilitas
keselamatan. Penyediaan fasilitas
a. Sebagian besar (lebih dari 80 %) keselamatan mutlak dipenuhi sesuai
kecelakaan terjadi di halte dan lajur dengan urutan kepentingan agar
bus. Lebih dari 40 % kecelakaan berupa dapat beroperasi sesuai dengan
tabrakan dengan sepeda motor dan keunggulan yang dimiliki BRT
kendaraan pribadi. Sebagian besar dibandingkan dengan angkutan
(sekitar 60 %) kecelakaan pada para transit.
Transmusi berupa menabrak
kendaraan atau fasilitas tetap lainnya d. Upaya lain yang perlu dilakukan dari
dimana 40% diantaranya berupa faktor pendukung adalah SDM
kejadian bus menabrak halte (sekitar pengemudi yang kurang terampil
40 %). (utamanya pemula) dalam
mengemudikan kendaraan yang
b. Fasilitas keselamatan yang ada saat ini
berukuran besar dan merapatkan bus
belum terpenuhi secara maksimal
ke halte pada saat menaikkan dan
untuk semua aspek. Fasilitas
menurunkan penumpang. Selain itu,
keselamatan pada sarana Transmusi
faktor lingkungan lebih dipengaruhi
dipandang cukup tersedia dan
oleh kebiasaan masyarakat parkir
terpelihara dengan baik. Namun kendaraan di sekitar halte dan
ketersediaan fasilitas keselamatan di
banyaknya hambatan samping
jalur yang digunakan oleh bus
(geometrik jalan dan kegiatan
Transmusi masih belum tersedia masyarakat). Oleh karenanya lokasi
dengan baik dan belum dapat
dan desain halte yang tepat sangat
dimanfaatkan pengguna BRT dalam menentukan tingkat keselamatan BRT.
memberikan keamanan pada saat
meninggalkan dan menuju halte 2. Saran
Transmusi. Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas,
c. Terkait dengan faktor pengaruh dari dapat direkomendasikan beberapa hal
keselamatan BRT, para pengguna jasa dalam rangka peningkatan keselamatan

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 433


di Transmusi sebagai berikut: sis: Master of science in Environmen-
a. Terkait dengan kondisi bus dan halte tal Studies and Sustainability science,
BRT, PT Transmusi perlu memperbaiki Lund University, Sweden.
fasilitas keselamatan bus dan halte BRT Transmusi. http://
antara lain sabuk keselamatan, pintu palembangdalamsketsa. blogspot.com/
akses keluar masuk dan lampu 2012/ 04/ trans-musi-palembang.html
penerangan. Selain itu perlu dilakukan diakses 7 mei 2012
validasi rutin untuk tiap fasilitas
Direktorat Bina Sistem Transportasi
keselamatan yang ada sehingga dapat Perkotaan Departemen Perhubungan,
terkontrol dan segera diperbaiki jika
2005, Perencanaan Teknis Pemaduan
terdapat kerusakan.
Pelayanan Transportasi Perkotaan
b. Dinas Perhubungan Kota Palembang Federal Highway administration (FHWA).
perlu mempertimbangkan penyediaan 1980. Highway safety and traffic study
jalur khusus (steril) utamanya pada program. Norhtwestem Evanston.
ruas jalan dengan lalu lintas padat
dengan penyiapan dan penataan Kementerian Perhubungan. 2009. Lalu
lahan untuk jalur bus, halte dan Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta:
fasilitas pejalan kaki. Kemenhub.
c. PT Transmusi bekerjasama dengan Kowale, G. 2010. An Evaluation of The Im-
Dinas Perhubungan Kota Palembang pact of Bus Rapid Transit in Urban Intra-
sebaiknya melakukan peningkatan City Passenger Movement in Logas State.
kualitas pengemudi terutama Universitas Ago Iwoye: Lisbon.
pengemudi peralihan dari pengemudi Leal, M,T and Bertini, R,L. 1990, "Bus Rapid
angkot. Transit: An Alternative for Developing
d. Pemerintah Kota secara berkala Countries", Department of Civil & En-
melakukan sosialisasi kepada vironmental Engineering Portland
masyarakat untuk tidak melakukan State University.
parkir on-street di sekitar halte yang Pearmain, D., and Kroes, E., 1990, "Stated
dapat mengganggu kelancaran BRT. Preference Techniques: A Guide to Prac-
tice", Steer Davies Gleave Ltd. London
DAFTAR PUSTAKA Hague Consultancy Group, Den Haag
Netherlands.
Adhikari,S., Ross, W., and Ernst,J.,1998,
Accessibility Defining, Evaluating and Im- Romadhona P. 2009. Passenger Respon of
proving Accessibility, www.vtpi.org. Safety Aspect in Public Transport. Uni-
versitas Gadjah Mada: Indonesia.
Adrian W. "Transmusi dilengkapi GPS"
http:/ /palembang.tribunnews.com/ Santana P. "Peluncuran Bus Rapid Transit
2011/ 09 / 20 / trans-musi-dilengkapi- (BRT) Transmusi Palembang". http://
gps diakses 7 mei 2012 www.jasaraharja.co.id/peluncuran-
bus-rapid-transit-brt-trans-musi-
Ahrerom, M,T. 2009. "Sustainability assess-
palembang,9316.html, diakses 7 mei
ment of a bus rapis transit system: The
2012
case of Dar es Salaam, Tanzania: A The-

434 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Sinaga, E, 2010, Kebijakan Pembangunan "Bus Rapid Transit, Volume 2: Implemen-
Dan Pengembangan BRT Di Kata-Kata tation Guidelines". Transit Coorperative
Besar Di Indonesia, bahan paparan Research Program. Washington, D. C.
dalarn roundtable discussion Kebijakan
United State Departemen of Transport.
Pembangunan Dan Pengembangan
2004 "characteristics of Bus Rapid Tran-
BRT Di Kota Metropolitan Dan Kota
sit For Decision-Making". Federal Tran-
Besar Secara Efektif Dan Efisien
sit Administration.
Sukarto, H., 2006, Pemilihan Model
VTPI,Automobile DependencyTransportation
Transportasi di DKI Jakarta dengan
and Land Use Patterns That Cause High
analisis kebijakan Proses Hirarki Analitik,
Levels of Automobile Use and Reduced
Jurnal Teknik Sipil, Vol.3, No.l, Januari
Transport Options, TDM Encyclopedla,
The Federal Transit Adminstation. 2000. www.vtpi (diakses Agustus 2007)

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 435


KAJ1AN KEBUTUHAN INSPEKTUR PENERBANGAN UNIT KERJA
KANTOR OTORITAS BANDARA WILAYAH II POLONIA-MEDAN

Juanda Siahaan
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat 10110
email : litbang_udara@yahoo.co.id (telp 021) 34832944-34832968

ABS1RACT
The condition of Indonesia's aviation industry is currently experiencing significant grawth, but
there is an imbalance between the growing number of passengers, the number of aircraft and
the number of flight inspectors assigned check aircraft airworthiness. Based on the results of
data processing at Airport Authority Office Region II is located in Medan Polonia-consist of
the Prauince of Aceh, North Sumatra, Riau and Riau Islands. Today, for region II that the
number of flight inspectors available are 44 people, while a necessary requirement is estimated
as many as 85 people. TNhile the flight inspectors needs of each group of inspectors in the field
of air transport aviation, airports, air navigation, aircraft airworthiness and operations and
flight safety, aviation inspectors, flight inspectors needs compared to the standard does not
meet the minimum requirements specified ratio is still one flight inspector versus 4 -5 planes,
which means that future flight inspectors need more so would be good to support airline service
performance. The method is done using qualitativedescriptive analysis method to aviation
inspectors. To obtain the results of such studies necessary steps to meet the inspector attempts
air transport, airports, aviation security, air navigation and aircraft airworthiness and opera-
tions assuming the Office of Airports Authority have at least 1 person inspector level 3 for each
type of expertise and 4 flight inspector level 2 and have as many as 3 people inspector level 1
for each work area.
Keywords: The Needs of Flight Inspectors, Airport Authority, Level Standard

ABSTRAK
Kondisi industri penerbangan di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan yang
sangat signifikan namun terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah
penumpang dan jumlah pesawat serta jumlah inspektur penerbangan yang bertugas
memeriksa kelaikan pesawat. Berdasarkan hasil pengolahan data pada Kantor Otoritas
Bandar Udara Wilayah II yang bertempat di Polonia-Medan terdiri dari Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau. Untuk wilayah
II bahwa jumlah inspektur penerbangan saat ini yang tersedia baru sebanyak 44 or-
ang, sedangkan kebutuhan yang diperlukan diperkirakan sebanyak 85 orang.
Sedangkan kebutuhan inspektur penerbangan dari masing-masing kelompok inspektur
penerbangan di bidang angkutan udara, bandar udara, navigasi penerbangan,
kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara serta keamanan penerbangan, jumlah

436 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


inspektur penerbangan belum sesuai dibandingkan dengan standar kebutuhan rmm-
mal yang ditetapkan rasionya masih 1 inspektur penerbangan berbanding 4-5 pesawat,
yang artinya kedepan semakin banyak inspektur penerbangan dibutuhkan sehingga
akan lebih baik dalam mendukung kinerja pelayanan penerbangan. Metode yang
dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif terhadap inspektur
penerbangan. Untuk memperoleh hasil kajian tersebut diperlukan langkah-langkah
upaya untuk memenuhi inspektur angkutan udara, bandar udara, keamanan
penerbangan, navigasi penerbangan dan kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat
udara dengan asumsi Kantor Otoritas Bandar Udara sekurang-kurangnya memiliki 1
orang inspektur level 3 untuk tiap jenis bidang keahliannya dan 4 orang inspektur
penerbangan level 2 serta memiliki sebanyak 3 orang inspektur level 1 untuk tiap wilayah
kerja.
Kata kunci: Kebutuhan Inspektur penerbangan, Otoritas Bandara, Standar Level

PENDAHULUAN tentang Penerbangan, pada Bab XIX


Kondisi industri penerbangan di Indone- Sumber Daya Manusia, pasal 381 bahwa
sia saat ini mengalami pertumbuhan yang pemerintah bertanggungjawab terhadap
sangat signifikan karena sejalan dengan penyediaan dan pengembangan sumber
kondisi industri penerbangan yang sedang daya manusia di bidang penerbangan
berubah secara global dan saat ini terjadi yang bertujuan untuk mewujudkan
ketidakseimbangan antara pertumbuhan sumber daya manusia yang profesional,
jumlah penumpang pesawat dengan kompeten, disiplin, bertanggungjawab
jumlah pesawat dan jumlah inspektur dan memiliki integritas. Oleh karena itu,
penerbangan yang bertugas memeriksa sumber daya manusia dimaksud adalah
kelaikan pesawat. Pada tahun terakhir ini sumber daya manusia di bidang pesawat
terjadi pertumbuhan jumlah penumpang udara, angkutan udara, kebandarudaraan,
pesawat pada tahun 2010 mencapai navigasi penerbangan, keselamatan
22,39% menjadi 53,36 juta penumpang, pen er bang an dan keamanan
dari jumlah penumpang pada tahun 2009 penerbangan dalam melaksanakan tugas
sebanyak 43,6 juta penumpang. Artinya dan fungsi yang terkait dengan
setiap hari hampir 150.000 penumpang keinspekturannya untuk mendukung
bepergian menggunakan pesawat udara. kinerja pelayanan penerbangan.
Pertumbuhan industri ini terjadi karena Berdasarkan data tahun 2008, Indonesia
makin murahnya tarif tiket pesawat dari telah menambah 81 inspektur
maskapai penerbangan yang masuk ke penerbangan yang terdiri dari 28
layanan Law Cost Carrier (LCC). Jumlah inspektur kelaikan pesawat, 37 inspektur
total pesawat yang dioperasikan di Indo- bandara dan 16 inspektur bahan
nesia baik berjadwal maupun tidak berbahaya. Pada tahun 2009 telah
berjadwal sebanyak 800 pesawat, menambah 97 inspektur penerbangan,
sementara inspektur penerbangan sedangkan tahun 2010 untuk memenuhi
pemeriksa kelaikan pesawat yang bertugas permintaan dari Komisi Uni Eropa
hanya sekitar 120 orang. Menurut ditambah 158 inspektur penerbangan,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 (Kompas, 14 Desember 2008). Oleh karena

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 437


itu, keseriusan pemerintah Indonesia keamanan penerbangan. Kajian ini
menambah jumlah inspektur penerbangan dimaksudkan untuk mengetahui
didukung dengan selesainya Undang- kebutuhan jumlah inspektur penerbangan
undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang sesuai beban kerja atau tugas dan fungsi
Penerbangan, sehingga mutlak dilakukan inspektur penerbangan.
untuk keselamatan dan keamanan
Tujuan kajian ini adalah menentukan
penerbangan. Kebutuhan inspektur kebutuhan jumlah inspektur penerbangan
penerbangan yang terbagi dalam sesuai dengan standar kebutuhan minimal.
kelompok inspektur penerbangan di
bidang angkutan udara, bandar udara,
navigasi penerbangan, kelaikudaraan dan STUDI PUSTAKA
pengoperasian pesawat udara serta Peraturan Menteri Perhubungan Nomor :
keamanan penerbangan, jumlah inspektur PM 63 Tahun 2011 tentang Kriteria, Tugas
penerbangan belum sesuai dibandingkan dan Wewenang Inspektur Penerbangan
dengan standar kebutuhan minimal yang pada pasal 1 dimaksud dengan inspektur
ditetapkan. Rasionya masih 1 inspektur penerbangan adalah personel yang diberi
berbanding 4-5 pesawat, yang artinya tugas, tanggung jawab dan hak secara
kedepan semakin banyak inspektur penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
penerbangan dibutuhkan sehingga akan melakukan kegiatan pengawasan
lebih baik dalam mendukung kinerja keselamatan, keamanan dan pelayanan
pelayanan penerbangan. Dengan penerbangan. Inspektur penerbangan
berkembangnya dunia industri wajib melakukan pengawasan
penerbangan, perlu didukungan oleh keselamatan, keamanan dan pelayanan
jumlah inspektur penerbangan yang penerbangan sesuai dengan pemenuhan
semakin banyak dan memenuhi kriteria serta tugas dan wewenang yang
kompetensi untuk mewujudkan diberikan untuk melakukan audit,
keselamatan penerbangan. Sejalan inspeksi, pengamatan (surveillance),
dengan hal tersebut perlu dilakukan pemantauan (monitoring), survei dan
Kajian kebutuhan inspektur penerbangan pengujian (test) angkutan udara, bandar
unit kerja kantor otoritas bandar udara udara, navigasi penerbangan,
Wilayah II Polonia - Medan. Masalah kelaikudaraan dan pengoperasian
dalam kajian ini adalah apakah kebutuhan pesawat udara serta keamanan
jumlah inspektur penerbangan di unit penerbangan.
kerja kantor otoritas bandar udara
Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan
wilayah II yang berkedudukan di Polonia
Nomor : PM 41 Tahun 2011 tentang
- Medan yang ada telah sesuai dengan
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas
standar kebutuhan minimal yang telah
Bandar Udara, Kantor Administrator
ditetapkan berdasarkan peraturan
Bandar Udara Polonia-Medan telah
perundangan yang berlaku dalam upaya
berubah menjadi Kantor Otoritas Bandar
menjalankan tugas dan fungsi untuk
U dara. Kantor Otoritas Bandar U dara
mendukung pelayanan penerbangan di
merupakan unit pelaksana teknis di
bidang angkutan udara, bandar udara,
lingkungan Kementerian Perhubungan
navigasi penerbangan, kelaikan udara dan
yang berada di bawah dan bertanggung
pengoperasian pesawat udara, dan
jawab kepada Menteri Perhubungan

438 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


melalui Direktur Jenderal Perhubungan personel keamanan penerbangan,
Udara. penanganan pengangkutan barang
berbahaya dan pelayanan darurat,
Bidang Pelayanan dan Pengoperasian
pengoperasian pesawat udara,
Bandar udara mempunyai tugas
pelaksanaan Standar Operasi Prosedur
melaksanakan penyiapan pengaturan,
(SOP), standar kinerja operasional
pengendalian dan pengawasan di bidang
pelayanan keamanan penerbangan,
fasilitas dan peralatan bandar udara,
penanganan pengangkutan barang
pelayanan dan pengoperasian bandar
berbahaya, pelayanan darurat, kegiatan
udara, penyiapan pengendalian dan
angkutan udara dan pengoperasian
pengawasan penggunaan lahan daratan
pesawat udara, pemberian sertifikat
dan/ atau perairan bandar udara sesuai
kelaikudaraan standar lanjutan (continous
dengan rencana induk bandar udara,
penggunaan Kawasan Keselamatan
airworthiness certificate) untuk pesawat
udara bukan kategori transport (non trans-
Operasi Penerbangan (KKOP) dan
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) serta
port category) atau bukan niaga (non com-
Daerah Lingkungan Kepentingan Bandar
mercial) serta pelaksanaan dan koordinasi
fasilitas kegiatan penerbangan
U dara (DLKP), pelestarian lingkungan
bandar udara, fasilitas dan peralatan intemasional lfacilitation/FAL).
navigasi penerbangan, pelaksanaan
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan METODOLOGI
standar kinerja operasional pelayanan Data/ informasi diperoleh melalui cara
peralatan, fasilitas, pelayanan dan pengamatan langsung/ observasi di
pengoperasian bandar udara dan navigasi lapangan serta wawancara kepada pihak
penerbangan dan pengoperasian bandar petugas inspektur penerbangan sebagai
udara serta sertifikat kompetensi dan sumber informasi, selanjutnya dilakukan
lisensi personel bandar udara dan navigasi proses pengolahan data sebagai bahan
penerbangan. analisis dan evaluasi dengan
Bidang Keamanan, Angkutan Udara dan menggunakan pendekatan metode analisis
Kelaikudaraan mempunyai tugas deskriptif kualitatif Tahap awal yang
melaksanakan penyiapan pengaturan dilakukan adalah menginventarisasi data
fasilitas dan peralatan keamanan dan mengidentifikasi peraturan
penerbangan, penanganan pengangkutan perundang-undangan yang terkait dengan
barang berbahaya, pelayanan darurat, inspektur penerbangan di unit kerja
dan kegiatan angkutan udara, otoritas bandar udara wilayah II Polonia-
pengaturan, pengendalian dan Medan. Selanjutnya dilakukan identifikasi
pengawasan kegiatan angkutan udara, terhadap variabel-variabel kajian yang
keamanan penerbangan, penanganan dibutuhkan berupa data sekunder atau
pengangkutan barang berbahaya, data primer. Dalam tahapan ini dipelajari
pelayanan darurat, serta pengawasan konsep-konsep dasar dan teori-teori yang
kelaikudaraan dan pengoperasian dapat dijadikan sebagai landasan/
pesawat udara, pelaksanaan ketentuan kerangka berpikir yang digunakan untuk
mengenai organisasi perawatan pesawat mengevaluasi dan pembahasan (analisis)
udara, sertifikat kompetensi dan lisensi permasalahan yang diteliti.

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 439


HASIL DAN PEMBAHASAN Syarif Kasim 11-Pekanbaru berjumlah 14
Berdasarkan hasil pengolahan data dari bandara), Kepulauan Riau (Hang Nadim-
kuesioner yang diberikan pada Kantor Batam berjumlah 5 bandara) sehingga
Otoritas Bandar Udara Wilayah II yang seluruh berjumlah 36 bandara, sebagai
bertempat di Polonia-Medan terdiri dari tabel 1.
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Cut Berdasarkan tabel 2, maka diagram
Nyak Dhien-Nagan Raya berjumlah 13 kondisi saat ini dan tingkat kebutuhan
bandara), Sumatera Utara (Polonia- inspektur terlihat seperti pada gambar dia-
Medan berjumlah 14 bandara), Riau (Sutan gram dibawah ini:
Tabel 1. Wilayah Kerja
LOKASI
NAMAUPT PRO PIN SI NAMA BA NDAR A LOK AS I
KANTOR
W ii ayah II P o lo n i a - Nanggroe C utNvak Dien Na gan Raya
M edan A ceh Lasik in Sina bang
Darusalam S ultan lskandar M uda Banda A ce h
Teu ku Cut A Ii Tapak Tuan
M aim u n Saleh Saba ng
Rem bele Takengon
Lhokseumawe M alikussaleh
Kutacane Ku tacane
Bir eu n Bi re un
M aliku I Saleh Ac eh
Lhoksukon Lb ok su ko n
Blangkejeren Ga yo
Sin gk ii Lae B utar
Sum at era Polonia Med an
U tara Bin aka Gun un g Si to Ii
Sib is a Prapat
M and a i I in g N at al M andailing Natal
Pin a n_g so ri F Lum ban T obi n g Sibolga
Aek Godan g Padang Sidempuan
Silan_git Siborong-borong
Lason dre P u la u -p u la u B a tu
Bagan S iapi-a pi Bagan S iapi-api
Medan Ha Ive ti a
Ko ta Pinang Turgamba
Pero atan g Siantar Bah Jam bi
Teluk D alam N ias
R antau P rapat Aek N abara
Ria u Sultan Syarif K asim II PekanBaru
Be ng ka I is Sei Pakning
Em p ul in g Indragiri Hilir
R anai Na tuna
Libo Libo
M atak Tarempa
Mum pa Mum pa
Pa I al aw an Pa I a Ia w an
Rama Kiri Rama Kiri
Sam -sam Sam-sam
Sungai Rokan Sunga i Rokan
Japura Rengat
PinangKamoai Dum ai
Pasir Pangaraian P as ir Pan gar a i an
Ke p ul au an Hang Nadim Ba tam
Ria u R anai Na tuna
S ei bati T anjung B alai
Karimun
R H . F is a bi Ii la h ( K i i an g) Taniung Pinang
Dab o Singkep

440 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Tabel 2. Tingkat Level Yang Dibutuhkan
)um la h lnspe k tur Ju m la h In sp e k tu r
[saa tin i) (yang dibutuhkan)
No K egia tan
Lev el Lev el Lev el Leve I Le ve I Leve I
Total Total
1 2 3 1 2 3

1 ln spek tur Angkutan


2 2 17 12 4 1
U d ara
2 lnspektur Bandar
2 1 21 17 12 4 1
U dara
3 lnspektur Kearn anan
8 7 1 17 12 4 1
Penerbangan
4 ln s pektur Naviga si
8 8 17 12 4 1
Penerbanean
5 lnsp ekt ur
Kelaikudaraan dan
5 4 1 17 12 4 1
Pengop erasian
Pesawat Udara
Total 44 42 1 1 85 60 2 0 5

KEBUTUHAN INSPEKTUR PENERBANGAN Impektur Keamanan Penerbangan


• Jum lah lnsp ektu r saa t ini • Stan dar Ju m lah van g dib utuh ka n

21

ln spektur ln s p ek tur lnspektur ln spektu r Jnspektur


Angkutan Bandar Udani Keamanan Nav igasi Ke taikan UdHa
Udara Penerbangan Penerbangan dan
Pengoperasian
Pe saw at Udara

Dari diagram tersebut diatas, tampak


bahwa inspektur bandar udara telah
melibihi standar yang dibutuhkan.
Sementara untuk inspektur lainnya belum
memenuhi standar yang dibutuhkan. Gambar tersebut diatas memperlihatkan
Prosentase kebutuhan standar masing- bahwa saat ini dibutuhkan inspektur
masing inspektur dari kondisi saat ini keamanan penerbangan sebanyak 17
terlihat sebagai berikut: personel atau 68%. Terkait dengan hal
Inspektur Angkutan Udara tersebut diatas, maka dari sisi keamanan
penerbangan perlu dilakukan
peningkatan jumlah personel.
Sementara itu, saat ini diperlukan
inspektur navigasi penerbangan sebesar
68% atau 17 personel.
Posisi saat ini dengan inspektur kelaikan
udara dan pengoperasian pesawat udara
yang baru terdapat 5 personel
Berdasarkan gambar tersebut diatas, membutuhkan 77% atau 17 personel
terlihat bahwa inspektur angkutan udara
saat ini memerlukan penambahan sebesar Untuk wilayah II jumlah inspektur
89% atau 17 orang. Sementara itu, posisi penerbangan saat ini yang tersedia baru
saat ini, belum diperlukan inspektur sebanyak 44 orang, sedangkan kebutuhan
bandar udara. yang diperlukan diperkirakan sebanyak

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


441
Inspekur Navi~si Pentrban~n Inspektur Kdaikudaraan dan Pengoperasian
Pesawat Udara

85 orang. Jenis inspektur penerbangan dengan jumlah pesawat udara dan beban
yaitu inspektur angkutan udara, inspektur kerja inspektur penerbangan. Untuk pola
bandar udara, inspektur keamanan pengembangan dalam upaya peningkatan
penerbangan, inspektur navigasi kompetensinya, hal ini dapat mengikuti
penerbangan dan inspektur kelaikudaraan jenjang pendidikan yang berkaitan dengan
dan pengoperasian pesawat udara serta tugas dan fungsinya inspektur
masing-masing jenis inspektur penerbangan. Kendala yang timbul
penerbangan mempunyai tingkat apabila tidak dilakukan pengembangan
kemampuan yang dimiliki yaitu tingkat kompetensi inspektur jelas ada yaitu
level I, level II dan level III. Jumlah petugas kurang cakap dalam
inspektur penerbangan yang bertugas melaksanakan inspeksi/ audit a tau
sebagai inspektur penerbangan telah tentunya akan kurang terampil dalam
sesuai dengan kompetensi di unit kerja menyelesaikan tugasnya. Dengan
kantor otoritas bandar udara wilayah II, demikian jumlah dan kualitas hasil temuan
namun untuk standar kebutuhan (findings) kurang memuaskan serta
inspektur penerbangan dan penempatan kemungkinan besar akan menjadi
serta penjenjangan inspektur penerbangan merendahkan mutu Kantor Otoritas
yang jelas dan juga perlu jabatan Bandar Udara itu sendiri apabila
fungsional inspektur penerbangan yang kecakapan petugas yang diperiksanya
ditetapkan melalui ketetapan Kementerian melibihi kecakapan petugasnya sendiri.
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Dari hasil data jumlah inspektur
Reformasi Birokrasi, sehingga kompet~nsi penerbangan masih perlu ditambah untuk
dapat berjalan sesuai dengan yang dapat dilakukan pengawasan keselamatan
dibutuhkan dalam penempatannya. operasi bandar udara secara lebih optimal.
Selanjutnya dalam penentuan j_umlah Kondisi jumlah inspektur penerbangan
inspektur penerbangan telah dari masing-masing inspektur penerbangan
memperhatikan antara kebutuhan beban yaitu inspektur angkutan udara 2 orang,
kerja dan tanggungjawab pekerjaan serta, inspektur bandar udara 21 orang,
wewenang sebagai fungsi regulator inspektur keamanan penerbangan 8 or-
pemerintah terhadap pelaksanaan ang, inspektur navigasi penerbangan 8
transportasi udara. Jumlah minimal orang dan inspektur kelaikudaraan dan
inspektur penerbangan yang dibutuhkan pengoperasian pesawat udara 5 orang
belum pernah dikaji hubungannya sehingga berjumlah 44 orang. Selanjutnya

442 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


inspektur penerbangan kompetensinya keinspekturannya sesuai kebutuhan
masih tingkat level 1 dan inspektur inspektur penerbangan pada wilayah
keamanan penerbangan baru 1 orang kerja masing-masing. Penyediaan
tingkat level 2 dan inspektur kelaikudaraan inspektur penerbangan harus memenuhi
dan pengoperasian pesawat udara 1 or- jumlah inspektur penerbangan yang tepat
ang untuk tingkat level 3. Kebutuhan sesuai dengan beban pekerjaan yang
jumlah inspektur penerbangan dan dihadapi dan dapat menciptakan operasi
jumlah yang dibutuhkan untuk masing- penerbangan yang selamat dan aman.
masing inspektur penerbangan betjumlah Semakin banyak peketjaan yang harus
17 orang, sehingga jumlah seluruhnya 85 dilakukan atau semakin berat beban suatu
orang. Kemudian diharapkan untuk peketjaan, dibutuhkan inspektur
masing-masing inspektur angkutan udara, penerbangan yang semakin banyak.
bandar udara, keamanan penerbangan, Kualifikasi inspektur penerbangan sangat
navigasi penerbangan dan kelaikudaraan penting untuk diperhatikan dalam
dan pengoperasian pesawat udara untuk penerbangan harus mampu melaksanakan
tingkat level 1 sebanyak 12 orang, tingkat tugas dan tanggungjawab dalam bidang
level 2 sebanyak 4 orang masing-masing keahliannya masing-masing.
inspektur dan tingkat level 3 sebanyak 1
orang untuk masing-masing inspektur KESIMPULAN DAN SARAN
penerbangan. Perhitungan yang
dipergunakan untuk asumsi Kantor 1. Kesimpulan
Otoritas Bandar Udara Wilayah II a. Untuk wilayah II jumlah inspektur
memiliki 1 orang inspektur level 3 untuk penerbangan saat ini yang tersedia
tiap jenis bidang keahliannya dan 1 orang baru sebanyak 44 orang, sedangkan
inspektur level 2 serta memiliki sebanyak kebutuhan yang diperlukan
3 orang inspektur level 1 untuk tiap sebanyak 85 orang. Jenis inspektur
wilayah kerja. Dengan demikian guna penerbangan yang dibutuhkan
terwujudnya penambahan dapat yaitu inspektur angkutan udara,
dilakukan melalui perencanaan recruit- inspektur bandar udara, inspektur
ment tenaga inspektur penerbangan yang keamanan penerbangan, inspektur
dilakukan oleh Kantor Otoritas Bandar navigasi penerbangan dan
Udara Wilayah II serta menawarkan inspektur kelaikudaraan dan
pemanggilan peserta diklat dilanjutkan pengoperasian pesawat udara serta
pelaksanaan diklat untuk diusulkan masing-masing inspektur
menjadi inspektur penerbangan sesuai penerbangan mempunyai tingkat
kebutuhan inspektur penerbangan. kemampuan yang dimilikinya
Pengusulan peserta diklat teknis dari Unit yaitu tingkat level I, level II dan level
Pelaksana Teknis (UPT) dalam upaya III.
peningkatan kompetensi serta tingkat level
inspektur penerbangan perlu dilakukan b. Kondisi jumlah inspektur
program diklat secara berkala dan aktif penerbangan dari masing-masing
mengikutsertakan diklat-diklat intemasional inspektur penerbangan yaitu
maupun nasional guna mewujudkan inspektur angkutan udara
pelaksanaan tugas dan fungsi sebanyak 2 orang, inspektur

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 443


bandar udara sebanyak 21 orang, wilayah kerja masing-masing.
inspektur keamanan penerbangan
c. Jabatan inspektur penerbangan
sebanyak 8 orang, inspektur
agar dipertegas kembali sesuai
navigasi penerbangan sebanyak 8
dengan PM. 41 Tahun 2011
orang dan inspektur kelaikudaraan
tentang inspektur penerbangan
dan pengoperasian pesawat udara
merupakan jabatan fungsional,
sebanyak 5 orang sehingga
sehingga perlu diatur lebih lanjut
berjumlah sebanyak 44 orang.
di dalam peraturan perundang-
Untuk inspektur penerbangan
undangan tentang tata cara
yang kompetensinya pada tingkat
pengusulan dan penilaian angka
level 1 dan inspektur keamanan
kredit bagi inspektur penerbangan.
penerbangan baru 1 orang tingkat
Inspektur penerbangan
level 2 dan inspektur kelaikudaraan
diperlengkapi dengan atribut
dan pengoperasian pesawat udara
untuk mempertegas peketjaannya,
1 orang untuk tingkat level 3.
seperti : ID Card, Seragam, Lisensi/
2. Saran Sertifikat Kecakapan.
a. Perlu dilakukan penambahan
jumlah inspektur penerbangan DAFTAR PUST AKA
yang tepat sesuai dengan beban Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009
pekerjaan yang dihadapi karena tentang Penerbangan
semakin banyak pekerjaan yang
harus dilakukan atau semakin berat Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
beban suatu pekerjaan, sehingga 41 Tahun 2011 tentang Organisasi dan
dibutuhkan inspektur penerbangan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara;
yang semakin banyak serta Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
kualifikasi inspektur penerbangan 63 Tahun 2011 tentang Kriteria, Tugas
sangat penting untuk diperhatikan dan Wewenang Inspektur Penerbangan;
dalam mendukung pelaksanaan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara
tugas dan tanggungjawab dalam
Nomor : SKEP /302/V /2011 tentang
bidang keahliannya.
Petunjuk dan Tata Cara Peratura~
b. Perlu dilakukan program diklat Keselamatan Sipil Bagian 139-11 (Advi-
secara berkala dan aktif sory Circular CASR Part 139-11) Lisensi
mengikutsertakan dalam diklat- Personel Bandar Udara.
diklat internasional maupun
Sukandarrumidi, 2000, Metodologi
nasional, guna mewujudkan
pelaksanaan tugas dan fungsi
Penelitian, Yogyakarta, Gajah Mada
University Press.
keinspekturannya sesuai kebutuhan
inspektur penerbangan pada

444 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


FUNGSI PRODUKSI DAN DAMPAK EKONOMI INDUSTRI PERKAPALAN
BESERTA JASA PERBAIKANNYA

Suryadi
Peneliti pada Badan Pusat Statistik
Email : cokie@bps.go.id, Telp. (0251) 8639194

ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of input variables on the production of the shipping
industry and its service improvement. Input variables to be tested, namely labor, raw materials
and capital. To determine the economic impact of the shipping industry and its service im-
provement, is used the inverse matrix in updating the Input-Output Tables of 2010. The
research results revealed that wage labor (Xl) has a positive and significant impact on the
shipping industry output value and repair services to the value of coefficient of 0.536. Feed-
stock production factor (X2) making a positive impact on the shipping industry output and
services improvement, amounting to 0.490. Production factor of capital (X3) does not signifi-
cantly influence industrial production and ship repair services. The scale of the shipping indus-
try and the results of operations improvement services show increasing returns to scale for all
three variables when added together, will result in the value of 1.086. Increasing growth of the
shipping industry and improvement services, able to spur other economic sectors to grow
through multiplier is created. In the event of an increase in demand in the shipping industry
and repair services for one unit, the economic sectors affected most of it coming in the shipping
industry and repair services for 1.744 unit; Other electrical equipment industry by 0.077 unit;
industrial machinery and equipment amounted to 0.056 units; electricity sector amounted to
0.049 unit; goods industries of iron and steel amounted to 0.042 unit and industrial goods of
oil refinery by 0.037 unit.
Keywords: Increasing return to scale, multiplier, input and output

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel input terhadap produksi
industri perkapalan beserta jasa perbaikannya. Variabel input yang akan diuji yaitu
upah tenaga ketja, bahan baku dan modal. Untuk mengetahui dampak ekonomi industri
perkapalan beserta jasa perbaikannya, digunakan matriks invers dalam Tabel Input-
Output updating tahun 2010. Dari hasil penelitian diketahui bahwa upah tenaga ketja
(Xl) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai output industri
perkapalan dan jasa perbaikannya dengan nilai koefisien sebesar 0,536. Faktor produksi
bahan baku (X2) memberikan pengaruh yang positif terhadap output industri
perkapalan dan jasa perbaikannya, yaitu sebesar 0,490. Sedang faktor produksi modal
(X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi industri kapal dan jasa
perbaikannya. Skala hasil usaha industri perkapalan dan jasa perbaikannya

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 445


menunjukkan increasing return to scale karena bila dijumlahkan ketiga variabel bebas,
akan menghasilkan nilai 1,086. Peningkatan pertumbuhan industri perkapalan dan
jasa perbaikannya, mampu memacu sektor-sektor ekonomi lainnya untuk berkembang
lewat multipler (pengganda) yang diciptakannya. Apabila terjadi peningkatan
permintaan pada industri perkapalan dan jasa perbaikannya sebesar satu satuan, maka
sektor-sektor ekonomi yang terkena dampak paling besar terjadi pada industri
perkapalan dan jasa perbaikannya sebesar 1,744 satuan; sektor industri perlengkapan
listrik lainnya sebesar 0,077 satuan; sektor industri mesin dan perlengkapannya sebesar
0,056 satuan; sektor ketenagalistrikan sebesar 0,049 satuan; sektor industri barang-barang
dari besi dan baja sebesar 0,042 satuan serta sektor industri barang-barang hasil kilang
minyak sebesar 0,037 satuan.
Kata Kunci : skala hasil yang semakin meningkat, pengganda, masukan dan keluaran

PENDAHULUAN mampu membangun dan mereparasi


Industri perkapalan atau galangan kapal kapal-kapal berukuran kecil atau kurang
merupakan salah satu industri masa dari 10.000 dead weight ton (DWT) serta
depan yang penting dan strategis untuk mesin ataupun peralatan produksinya
ditumbuhkembangkan, karena industri ini relatif sudah tua.
bisa memacu sektor-sektor maritim lainnya Dalam upaya memberdayakan industri
untuk menciptakan pertumbuhan dan pelayaran nasional, Pemerintah
pusat-pusat perekonomian baru. mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor
Disamping itu, dengan maraknya 5 Tahun 2005. Dalam Inpres tersebut
permintaan kapal dari sektor-sektor ditegaskan agar 13 Menteri Kabinet Indo-
maritim lain seperti permintaan Jasa nesia Bersatu, serta seluruh gubernur,
Transportasi Laut, Jasa Penyeberangan, bupati dan wali kota menerapkan asas
Perikanan Tangkap, Minyak dan Gas cabotage. Sejak diberlakukannya asas cabo-
Lepas Pantai, Sumber Hayati Laut dan tage tersebut, jumlah kapal nasional
Pariwisata Laut, perlu diimbangi dengan mengalami peningkatan 52,43 persen dari
kecukupan produksi kapal untuk tahun 2005-2009 atau mengalami
memenuhi permintaan-permintaan yang peningkatan rata-rata sebesar 10,48 persen
ada. per tahun. Inpres Nomor 5 tahun 2005
Industri perkapalan yang ada di Indone- tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran
sia dikelompokkan menjadi (1) Galangan Nasional, intinya adalah penerapan asas
Kapal Besar (kelas fasilitasnya di atas yang di dalamnya juga diamanatkan
pengembangan industri perkapalan
10.000 ton); (2) Galangan Kapal
Menengah (kelas fasilitasnya 500 s.d. nasional untuk mendukung pelaksanaan
10.000 ton); serta Galangan Kapal Kecil pemberdayaan industri pelayaran
(kelas fasilitasnya di bawah 500 ton). Saat nasional.
ini terdapat sekitar 240 perusahaan Indonesian National Shipowner Association
industri perkapalan yang mampu (INSA) sampai tahun 2020 menargetkan
memproduksi kapal baru dan mereparasi akan merebut 30 persen pangsa pasar
kapal. Meskipun jumlah perusahaan pelayaran internasional. Dominasi
cukup banyak, namun sebagian besar baru pelayaran asing terlihat dari muatan

446 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


(freight) kapal asing yang mengangkut permesinan, perbengkelan dan galangan
muatan luar negeri (ekspor / impor), yakni kapal serta lemahnya dukungan industri
menguasai muatan sebanyak 92,5 persen komponen perkapalan dalam negeri, akan
(322,5 juta M/T). Adapun muatan dalam mempengaruhi industri perkapalan dan
negeri, kapal asing menguasai 50 persen jasa perbaikannya. Pembangunan industri
dari seluruh angkutan total barang (89,8 perkapalan nasional sangat penting untuk
juta M/T). Keluamya Inpres Nomor 5 menekan ketergantungan industri
Tahun 2005 memberikan dampak positif galangan kapal terhadap impor.
bagi kebangkitan industri pelayaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Perbankan pun didorong untuk ikut pengaruh variabel input terhadap
membantu pembiayaan pembangunan produksi industri perkapalan beserta jasa
kapal. perbaikannya. Variabel input yang akan
Pemberlakuan asas cabotage, menjadi diuji yaitu upah tenaga kerja, bahan baku
pendorong bagi perkembangan industri dan modal. Sedangkan untuk mengetahui
galangan kapal Indonesia. Agar dampak ekonomi industri perkapalan
kepercayaan dari pemesan dalam dan luar beserta jasa perbaikannya, digunakan
negeri meningkat, industri galangan kapal matriks invers dalam Tabel Input-Output
harus mampu meningkatkan updating tahun 2010. Hipotesis yang
performanya. Secara umum, industri diajukan adalah :
perkapalan memang terus berkembang
seiring dengan banyaknya kebutuhan
8n :Varibel input tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi industri perkapalan
terhadap kapal baru. Terdapattiga potensi
beserta jasa perbaikannya.
pasar yang dapat direbut yaitu (1) Kapal-
kapal untuk industri minyak dan gas dari 8i : Varibel input berpengaruh nyata
berbagai perusahaan migas yang terhadap produksi industri perkapalan
beroperasi di Indonesia, termasuk beserta jasa perbaikannya.
perusahaan migas asing; (2) Kapal-kapal Keputusan yang diambil, tolak H 0 dan
tanker khusus milik PT Pertamina dan (3) terima H 1 bila t-hitung > t-tabel.
Kapal-kapal niaga. Pembuktian hipotesis ini dapat dilihat
Saat ini industri perkapalan dan jasa pada tabel 2.
perbaikannya masih dihadapkan pada
permasalahan kurangnya modal dalam TINJAUAN PUSTAKA
pembiayaan pembangunan kapal. Hal ini
tidak saja dialami oleh galangan-galangan Pemberlakuan asas cabotage dimaksudkan
kelas kelas kecil dan menengah saja, akan untuk membangkitkan dan meningkatkan
tetapi juga terjadi pada galangan- pertumbuhan ekonomi maritim Indonesia,
galangan besar di Indonesia. Kesulitan di yaitu memberikan kesempatan berusaha
dalam pemodalan menjadi salah satu seluas-luasnya bagi perusahaan pelayaran
faktor yang mempengaruhi produksi nasional. Dengan demikian, kebijakan ini
produksi perkapalan dan jasa diyakini akan dapat meningkatkan
perbaikannya. produksi kapal dalam negeri karena
seluruh kapal yang berlayar di perairan
Keterbatasan Sumber Daya Manusia di dalam negeri harus berbendera Indonesia
level pekerja dan tenaga ahli teknik (Malisan, 2011). Hal ini menunjukkan

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 447


bahwa prospek bisnis industri perkapalan Batam, Bintan dan Karimun (Bonded Zone
nasional akan terus didorong oleh dan Kawasan Ekonomi Khusus) menarik
pemerintah sehingga dapat minat investor asing, disamping karena
menggairahkan aktivitas perekonomian. Pulau Batam dekat dengan sumber bahan
Jumlah kebutuhan kapal dari tahun 2010 baku.
- 2025 terus mengalami peningkatan
Peranan yang dapat dilakukan oleh
yakni dari 10.080 kapal pada tahun 2010
industri galangan kapal dalam negeri
menjadi 50.926 pada tahun 2025.
adalah menyediakan kapal-kapal untuk
Industri perkapalan bukan semata-mata memenuhi kebutuhan dalam negeri secara
sebuah pabrik yang berdiri sendiri. Industri kompetitif. Kebutuhan kapal dalam
perkapalan mempunyai keterkaitan yang jumlah besar untuk mengeksploitasi
erat dengan industri-industri lainnya potensi kelautan yang ada, kebutuhan
(industri pendukung dan penunjang aramada kapal untuk menjadi
bidang marine) di dalam membangun transportasi barang dan penumpang yang
suatu kapal atau bangunan apung (Adji, menjadi penghubung antarpulau dan
2004) . Sebagai misal, industri plat baja, antarnegara, kebutuhan kapal untuk
industri mesin kapal, industri peralatan pengamanan laut dan pantai, dan
bongkar muat, industri piping, industri kebutuhan kapal-kapal khusus lainnya
peralatan navigasi dan komunikasi, merupakan suatu hal yang mendesak
industri permesinan dan pelistrikan, untuk dipenuhi. Termasuk juga dalam
industri pembuatan baling-baling, industri kaitan ini derivative demand dari kapal-
kimia dan sebagainya. Kemajuan atau kapal tersebut seperti perbaikan,
keterpurukan dari industri perkapalan di penyediaan suku cadang dan peralatan,
Indonesia, lebih banyak dipengaruhi oleh dan penyediaan sarana dan prasarana
instrumentasi-instrumentasi yang lebih pendukung lainnya (Windyandari, 2008).
berdifat makro dibandingkan dengan
Menurut Windyandari (2008), sampai saat
yang bersifat mikro. ini galangan kapal dengan fasilitas dok
Menurut Departemen Perindustrian yang ada di Indonesia telah mampu dan
(2008), industri galangan kapal dalam dapat membuat berbagai jenis kapal
negeri memiliki fasilitas produksi terbesar dengan berbagai ukuran kapal antara lain
berupa dok gali (graving dock) dengan 1. Kapal penumpang dengan kapasitas
kapasitas 150.000 DWT yang dapat 500 penumpang
dipergunakan untuk membangun kapal
baru maupun untuk memperbaiki/ 2. Kapal Curah (Bulk Carrier) sampai
reparasi kapal. Dalam empat tahun ukuran 42.000 DWT
terakhir sampai dengan tahun 2008, 3. Tanker dengan ukuran 1.500 DWT,
industri galangan kapal mengalami 3.500 DWT, 6.500 DWT, 17.000 DWT
perkembangan yang menggembirakan
dengan pertumbuhan investasi yang 4 . Kapal LPG kapasitas 5.600 Cbm (Cu-
sangat pesat, khususnya di Pulau Batam bic Mete)
yang sampai saat ini telah mencapai 5. Kapal Patrol Boat 57 meter (Fast Patrol
sekitar 68 perusahaan. Hal ini disebabkan Boat 57)
karena iklim investasi (insentif fiskal dan
6. Pusher Tug/Fire Fitting Tug Boatukuran
tata niaga) yang dikembangkan di Pulau

448 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


4,200 HP permintaan turunan. Apabila seorang
pengusaha meminta suatu faktor
7. Kapal Ikan ukuran 300 GT produksi, maka hal itu dilakukannya
8. Kapal Keruk ukuran 12.000 Ton bukan untuk memperoleh kepuasan
langsung yang diharapkannya dari faktor
9. Reparasi Floating Storage ukuran
produksi tersebut. Pengusaha tersebut
150.000 DWT
menginginkan faktor-faktor produksi
10. Kapal Container (Container Carrie) 600 karena harapan akan hasilnya, misalkan
TEU dan 1600 TEU permintaan pengusaha akan tenaga kerja.
11. Floating Repair 150.000 DWT Permintaan pengusaha atas tenaga kerja
berlainan dengan perminataan konsumen
Dalam memproduksi kapal, perusahaan terhadap barang dan jasa. Konsumen
membutuhkan modal yang memiliki membeli barang karena barang itu
peran penting sebagai faktor produksi. memberikan nikmat (utility) kepada
Perusahaan berkeinginan untuk pembeli tersebut. Akan tetapi, pengusaha
mengubah persediaan modal yang mereka mempekerjakan seseorang dengan tujuan
miliki dengan melakukan investasi. untuk membantu memproduksikan
Persediaan modal yang dimaksud disini barang atau jasa untuk dijual kepada
adalah jumlah total semua mesin, gedung, masyarakat konsumen. Permintaan
dan sumber daya non-tenaga kerja lainnya pengusaha terhadap tenaga kerja,
yang ada pada waktu tertentu. Modal tergantung dari pertambahan permintaan
tersebut dipergunakan untuk melakukan masyarakat terhadap barang yang
investasi dalam mencari keuntungan (rate diproduksinya.
of return). Dengan demikian besarnya
konsumsi yang ditunda yang Selain modal dan tenaga kerja, untuk
dipergunakan sebagai investasi sangat memproduksi kapal dibutuhkan bahan
tergantung dari banyaknya keuntungan baku atau material yang dipakai oleh
yang akan diperoleh di masa mendatang. perusahaan untuk menjalankan bisnisnya
Menurut Suneki (2006), terdapat beberapa atau biasa disebut dengan istilah
faktor yang mempengaruhi minat investasi persediaan. Kekurangan persediaan
yaitu (1) Tingkat suku bunga; (2) Ramalan bahan mentah akan mengakibatkan
tingkat pengembalian dan penawaran adanya hambatan dalam proses produksi.
barang dimasa mendatang; (3) Permintaan Kelebihan persediaan akan mengakibatkan
akan modal (demand for capital) dan (4) terlalu banyak modal yang tertanam
Kemajuan teknologi. sehingga menimbulkan biaya ekstra, serta
resiko barang menjadi rusak. Dapat
Perusahaan perkapalan dalam dikatakan bahwa manajemen persediaan
memproduksi kapalnya dipengaruhi oleh yang efektif akan memberikan
permintaan terhadap output yang keuntungan bagi perusahaan. Oleh sebab
dihasilkannya. Menurut Boediono (1982), itu, perusahaan haru s d a pat
permintaan terhadap input akan timbul mempertahankan persediaan yang opti-
karena adanya permintaan terhadap out- mal sehingga dapat menjamin kelancaran
put. Inilah sebabnya mengapa permintaan usahanya dengan cara menentukan
terhadap input oleh ahli ekonomi Alfred jumlah persediaan yang tepat sehingga
Marshall disebut derived demand atau menghasilkan biaya yang serendah-

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 449


rendahnya (Kumianto, 1993). 2. Menghapuskan pungutan-pungutan
Sebagai perusahaan pelayaran nasional di tidak resmi di pelabuhan melalui
sektor angkutan laut, PT. Djakarta Llyod peningkatan koordinasi bagi semua
(Persero) dalam melaksanakan instansi yang terkait dalam proses
kegiatannya berkompetisi dengan bongkar muat barang.
perusahaan pelayaran asing yang 3. Memenuhi standar pelayaran
mempunyai kapal sangat canggih serta internasional yang dikeluarkan oleh
mempunyai modal kuat. Menurut IMO (International Maritime
Balataw (2005), beberapa hal yang Organisation) maupun IALA (Interna-
mempengaruhi daya saing PT. Djakarta tional Association of Lighthouse Authori-
Llyod adalah (1) Armada kurang ties) serta pelaksanaan ISPS (Interna-
memadai; (2) Dukungan perbankan masih tional Ship and Port Security) Code.
rendah karena sifat usaha pelayaran yang
4. Merestrukturisasi peraturan
slaw and yield, high risk dan capital inten-
perundang-undangan (revisi UU No
sive; (3) Terbatasnya fasilitas pelabuhan
21Tahun1992 tentang Pelayaran dan
dan pelayanannya belum efisien yang
peraturan pelaksanaannya) serta
mengakibatkan perusahaan pelayaran
kelembagaan di subsektor transportasi
tidak dapat mengendalikan jadwal
laut guna menciptakan kondisi yang
sepenuhnya; (4) Banyaknya pelabuhan mampu menarik minat swasta dalam
yang terbuka bagi perdagangan luar pembangunan prasarana transportasi
negeri serta (5) Belum adanya lembaga laut.
keuangan khusus untuk pengembangan
armada nasional. 5. Menyerahkan secara bertahap aset
pelabuhan regional dan lokal yang
Menurut Tim Penyusun Buku Putih dikelola Unit Pelaksana Teknis/Satuan
(2006), sasaran pembangunan Kerja kepada Pemerintah Provinsi dan
transportasi laut antara lain meliputi: (1) Pemerintah Kabupaten/Kota.
Meningkatnya pangsa pasar armada
pelayaran nasional untuk angkutan laut 6. Pemutakhiran tatanan kepelabuhanan
dalam negeri dan ekspor-impor; (2) nasional mengacu pada Sistranas.
Meningkatnya kinerja dan efisiensi 7. Melanjutkan pelayanan angkutan laut
pelabuhan; (3) Meningkatnya kecukupan perintis.
dan kehandalan sarana bantu navigasi
pelayaran; (4) Meningkatnya peran swasta
DATA DAN INFORMASI
dalam berinvestasi di bidang prasarana
pelabuhan. Sedang arah kebijakan Untuk dapat survive dalam kompetisi
pembangunan transportasi laut, antara pasar, dibutuhkan dukungan pemodalan
lain: dalam pembiayaan pembangunan kapal.
Hal ini tidak hanya dialami oleh galangan-
1. Meningkatkan peran armada
pelayaran nasional baik untuk galangan kelas kecil dan menengah saja,
angkutan dalam negeri maupun akan tetapi juga terjadi pada galangan-
ekspor-impor dengan memberlakukan galangan besar di Indonesia. Kesulitan
asas cabotage. didalam pendanaan ini juga merupakan
salah satu penyebab kelesuan industri

450 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


perkapalan selama ini. Permodalan itu terbesar didunia dengan jumlah penduduk
sendiri diharapkan berasal dari perbankan yang besar, sumber daya alam yang
nasional. Perbankan diharapkan bisa lebih melimpah dan tersebar di ribuan pulau,
meningkatkan porsi kreditnya ke industri memerlukan jasa tranportasi laut untuk
perkapalan di tanah air. melayani mobilitas manusia, barang dan

'
Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi, Tenaga Kerja, Bahan Baku dan Modal pada Industri
perkapalan BerdasarkanHarga Konstan Tahun 2000 (Dalam Ribu Rp.)
Sumber : Badan Pusat Statistik

Selain modal, tenaga kerja dan bahan baku jasa, merangsang pertumbuhan ekonomi
juga memiliki peranan penting dalam di wilayah yang belum berkembang,
meningkatkan produksi kapal dan jasa menunjang sektor perdagangan, ekonomi
perbaikannya. Gambar 1 memperlihatkan dan sektor lainnya, mendukung daya saing
grafik nilai produksi industri perkapalan komoditas produksi nasional baik
dan jasa perbaikannya beserta input yang produksi dalam negeri maupun luar negeri
digunakan selama periode 1990-2009 serta sebagai sarana untuk memperkokoh
dengan tahun dasar 2000. Dari grafik persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan
tersebut dapat diketahui bahwa nilai besar dan pentingnya peranan tersebut,
produksi (output) industri perkapalan transportasi laut menjadi urat nadi bagi
beserta jasa perbaikannya, paling tinggi kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya,
terjadi pada tahun 2007 yang mencapai maupun pertahanan dan keamanan
4,76 triliun rupiah. Input tenaga kerja dan negara Indonesia. Harus dipahami
modal, grafiknya terlihat datar selama bersama bahwa dengan geografi indonesia
periode 1990-2009, sedang input bahan sebagai negara maritim, transportasi laut
baku memiliki grafik yang berfluktuasi memegang peranan yang cukup penting
mengikuti nilai produksinya. dan strategis.
Indonesia sebagai negara kepulauan Industri Perkapalan terdiri dari: (a)

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 451


Industri Kapal/Perahu (KBLI 35111); (b) berjumlah 192x192 sektor, diagregasi
Industri Peralatan dan Perlengkapan menjadi 15x15 sektor agar analisis menjadi
Kapal (KBLI 35112); (c) Industri Perbaikan lebih fokus. Sektor-sektor tersebut yaitu :
Kapal (KBLI 35113); (d) Industri 1. Industri kayu gergajian dan olahan
Pemotongan Kapal (KBLI 35114); (e) 2. Industri barang-barang hasil kilang
Industri Bangunan Lepas Pantai (KBLI minyak
35115); (£) Industri Pembuatan dan 3. Industri barang-barang lainnya dari
Pemeliharaan Perahu Pesiar, Rekreasi dan karet
Olahraga (KBLI 35120). Hal ini tercantum 4. Industri besi dan baja dasar
dalam Peraturan Menteri Perindustrian 5. Industri barang-barang dari besi dan
Republik Indonesia Nomor : 124/M-IND/ baja dasar
PER/10/2009 tentang Peta Panduan 6. Industri barang-barang dari logam
(Road Map) Pengembangan Klaster dasar bukan besi
Industri Perkapalan 7. Industri mesin dan perlengkapannya
8. Industri perlengkapan listrik lainnya
METODOLOGI 9. Industri kapal dan jasa perbaikannya
10. Ketenagalistrikan
Sumber Data 11. Restoran
Penelitian ini menggunakan data sekunder 12. Perhotelan
dari Statistik Industri Besar dan Sedang 13. Komunikasi
yang· dipublikasi oleh Badan Pusat 14. Perbankan
Statistik. Data yang dikumpulkan antara 15. Lainnya
lain output industri perkapalan dan jasa
perbaikannya, tenaga kerja, bahan baku METODE ANALISIS
dan modal yang sudah diagregasi secara
1. Fungsi Produksi
nasional pada periode 1990-2009. Data
output, tenaga kerja, bahan baku dan Model yang digunakan untuk
modal dalam satuan nilai rupiah. Setelah menganalisis hubungan antara input dan
tahap pengumpulan data selesai output produksi adalah model fungsi
dilakukan, kemudian diolah dengan produksi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Dou-
menggunakan fungsi produksi Cobb-Dou- glas merupakan fungsi atau persamaan
glas . Software untuk pengolahan data yang melibatkan dua atau lebih variabel.
menggunakan SPSS. Variabel yang satu disebut sebagai variabel
dependen (variabel tak bebas), yaitu
Untuk mengetahui dampak ekonomi
variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel-
industri perkapalan dan jasa
variabel yang lain disebut sebagai variabel
perbaikannya, digunakan data Tabel In-
independen (variabel bebas), yaitu variabel
put-Output Updating tahun 2010 yang
yang menjelaskan (X). Secara matematis,
bersumber dari Badan Pusat Statistik.
fungsi tersebut dapat dituliskan dalam
Pengolahan data yang terdapat di ' dalam
persamaan sebagai berikut :
Tabel Input-Output Updating tahun 2010
dilakukan dengan Excel, untuk
mendapatkan multipliemya. Selanjutnya,
Y= a xt1 x~2 x~3 eu
sektor-sektor yang tertera pada Tabel In- dan apabila fungsi tersebut dilinearkan,
put-Output Updating 2010 yang akan menjadi:

452 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


LogY= Log a+ bl Log~+ b2Log~ + bahwa proporsi penambahan faktor
b3LogX3 + u produksi akan melebihi jumlah
Penjelasan dari persamaan tersebut yaitu proporsi penambahan output
produksi.
Y = Output industri perkapalan dan b. Constant return to scale, jika (bl+ b2 +
jasa perbaikannya tahun 1990-2009 b3) = 1. Hal ini dapat diartikan bahwa
Xl=Upah tenaga kerja industri proporsi penambahan faktor produksi
akan sebanding dengan proporsi
perkapalan dan jasa perbaikannya
tahun 1990-2009 penambahan output produksi.
X2 = Bahan baku yang digunakan pada c. Increasing return to scale, jika (bl+ b2 +
tahun 1990-2009 b3) >l. Hal ini dapat diartikan bahwa
proporsi penambahan faktor produksi
X3 = Modal yang digunakan pada tahun
1990-2009 akan menghasilkan tambahan
produksi yang proporsinya lebih besar.
a = intersept
2. Tabel Input-Output
bi = koefisien regresi penduga (bl,b2 dan
b3) Tabel input-output disajikan dalam bentuk
u =residual matriks, yaitu sistem penyajian data yang
Log = Logaritma menggunakan dua dimensi yaitu dimensi
baris dan dimensi kolom. Isian sepanjang
Fungsi produksi Cobb-Douglas yang telah baris Tabel Input-Output menunjukkan
dilinearkan tersebut, dapat digunakan pengalokasian/ pendistribusian dari out-
untuk menganalisis variabel-variabel put yang dihasilkan oleh suatu sektor
independen yang mempengaruhi variabel dalam memenuhi permintaan antara oleh
output industri perkapalan dan jasa sektor lainnya dan permintaan akhir.
perbaikannya. Persamaan di atas Sedangkan isian sepanjang kolom
menggunakan analisis regresi linier menunjukkan struktur input yang
berganda dengan metode Ordinary Least digunakan oleh masing-masing sektor
Square (OLS). Dari model tersebut dapat dalam kegiatan produksinya.
diketahui nilai elastisitas dari masing-
Isian sepanjang baris pada tabel l,
masing input (X) terhadap output (Y).
memperlihatkan komposisi penyediaan
Elastisitas input dicerminkan oleh koefisien
dan permintaan pada suatu sektor.
pangkat atau nilai parameter dari model
tersebut. Penyediaan dapat berasal dari output
domestik (X) dan impor untuk produk
Nilai skala hasil usaha (return to scale) sejenis (MJ Sedangkan permintaannya
industri perkapalan dan jasa perbaikannya terdiri dari permintaan antara (xii) dan
diperoleh dengan cara menjumlahkan permintaan akhir (FJ. Isian sepanjang
nilai koefisien regresi penduga dari masing- kolom pada tabel 1 tersebut menunjukkan
masing input yang digunakan sebagai susunan input yang digunakan dalam
faktor produksi. Terdapat tiga altematif proses produksi oleh suatu sektor. Input
penilaian tentang skala usaha, yaitu : tersebut dapat berupa input antara (xii)
a. Decreasing return to scale, jika (bl+ b2 dan input primer (VJ
+ b3) < 1. Hal ini dapat diartikan Sesuai dengan cara pengisian angka-angka

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 453


Penyediaai
Permintaai
Akhir Imper Jumlah
Output
F1 M1 x,
F2 M2 ~
Fa Ma Xi

Keterangan: Angka 1,2 dan 3 merupakan kode sektor produksi


Sumber: Badan Pusat Statistik

dalam sistem matriks, maka angka-angka Untuk mempermudah perhitungan,


setiap sel pada tabel tersebut bermakna dilakukan operasi secara matematis
ganda. Angka pada sel di kuadran I dengan menggunakan kaidah matriks.
(transaksi antara), misalnya x12, dari sisi Secara sederhana, total output yang
baris angka ini menunjukkan besarnya dihasilkan oleh setiap sektor produksi,
penyediaan di sektor 1 yang digunakan merupakan penjumlahan permintaan
untuk memenuhi permintaan antara oleh antara dan total permintaan akhir <final
sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom, angka demand). Secara matematis dapat ditulis
tersebut menunjukkan besarnya input sebagai berikut:
sektor 2 yang diperoleh dari penyediaan
sektor 1. X. = A X. + F dengan uraian :
I I

Berdasarkan cara membaca angka di Xi : adalah total output sektor i


setiap sel tersebut, terlihat bahwa A : matriks proporsi output sektor
penyajian informasi dalam Tabel Input- produksi i yang digunakan sektor
Output menunjukkan suatu jalinan yang industri lainnya
saling berhubungan dari kegiatan ekonomi F : final demand
yang dilakukan oleh setiap sektor. Sebagai
contoh untuk sektor l, jumlah Variabel A sering disebut sebagai koefisien
penyediaannya adalah sebesar X1 + M 1 input yang dapat pula diterjemahkan
dan dialokasikan untuk memenuhi sebagai aii yakni jumlah input yang
permintaan antara oleh sektor 1, 2 dan 3 digunakan untuk memproduksi satu unit
masing-masing sebesar x11 , x12 dan x13; output sektor j yang berasal dari sektor i.
sedangkan sisanya sebesar F1 digunakan Untuk mengetahui nilai multiplier effect
untuk memenuhi permintaan akhir. Cara suatu sektor, dapat dilihat dari persamaan
pengamatan yang sama berlaku juga di bawah ini :
untuk sektor 2 dan 3. Selanjutnya, untuk (I -A) Xi= F
mengetahui dampak ekonomi suatu
sektor, dapat dilakukan dengan \ = F/(I - A) = (I - A)-1 F
perhitungan secara aljabar berupa multi- Matriks (I - Al-1 merupakan multiplier ef
plier effect. feet suatu sektor produksi terhadap sektor

454 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


lainnya atau biasa disebut sebagai matriks HASIL DAN PEMBAHASAN
pengganda yang akan digunakan untuk
Dalam memproduksi kapal dan jasa
analisis dampak.
perbaikannya, dibutuhkan input yang
akan digunakan untuk menghasilkan out-
put. Input ini dikenal dengan sebutan
faktor produksi yang terdiri atas modal
(tanah, gedung, mesin, alat-alat dan
lainnya), tenaga kerja dan bahan baku.
Fungsi produksi yang digunakan adalah
i l'iiijiil'iOiiiiiltoQ:!
l Dmwtas : Cobb-Douglas,dengan
mentransformasikannya ke dalam bentuk
log. Dari hasil pengolahan data pada tabel
2, dapat diketahui bahwa variabel upah
tenaga kerja dan bahan baku
berpengaruh signifikan terhadap output
L--------·-~--~···.J
industri perkapalan dan jasa
perbaikannya. Varibel modal tidak
berpengaruh signifikan terhadap produksi
n1.~1•*1~diii:bli~nji: industri perkapalan dan jasa
p..p Sol.lor·Sol.lor EIDnooli llinnya 11t1•i llultpli..j perbaikannya.
! ID.._ Tillltl ln,ut~u11 !
! ____ _ _ _ _ _ _i
Dari hasil estimasi fungsi produksi Cobb-

/
Douglas, diperoleh bentuk persamaan
fungsi produksi sebagai berikut :
Log Y = 0,209 + 0,536 Log ~ + 0,490 Log
~iili. .~ ~~! ~ + 0,060 Log X3
! Sol.lor Dooolli Ulnoy• i : Ui""JI Ttrllldlp lndtl*I :
.:_ ___________ j 1-....nUri .1111PnliMn"Y• 1 dimana : Xl = Upah tenaga kerja
Gambar 2. Kaitan Fungsi Produksi Cobb- X2 = Bahan baku
Douglas dengan Tabel Input- X3 =Modal
Output

Tabel 2. Fungsi Produksi lndustri Perkapalan dan Jasa Perbaikannya


Un sta ndardb.ed Standardiud
VariabelBebas Coefficients Coefficients t Sig.
B Std.Error Beta
(Constant) 0.209 0,541 0,387 o. 704
Loe: U pah tenae:a keria 0 536 ** 0,134 0,371 3,994 0,001
Lo2 Bah an baku 0 490 ** 0,102 0.575 4,807 0.000
Loe: Modal 0,060 0,053 0,081 1,142 0,270
r = 0,988
R2 = 0,975
F Tab el = 211,81 **
Dependen Variabel : Log Produksi
**) Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 %
Sum ber : Badan Pusat Statistik

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 455


Persamaan ini dapat dikembalikan lagi sebesar 0,490. Tanda positif dari koefisien
menjadi fungsi produksi Cobb-Douglas bahan baku (X2) mempunyai arti bahwa
dengan cara mengantilogaritmakan apabila terjadi peningkatan bahan baku
persamaan tersebut. Dengan demikian sebesar 1 persen, maka akan
akan didapatkan fungsi produksi Cobb- meningkatkan pertumbuhan output
Douglas sebagai berikut: industri perkapalan dan jasa perbaikannya
y= 1 618 y 0,536 x20,490 x30,060 sebesar 0,490 persen, dengan asumsi
''1
I
variabel lain konstan. Besamya persediaan
Persamaan di atas menunjukkan bahwa bahan baku dalam proses produksi, hams
upah tenaga kerja (Xl) mempunyai disesuaikan dengan jumlah kebutuhan
pengaruh yang positif dan signifikan bahan baku yang akan dipakai dalam
terhadap nilai output industri perkapalan proses produksi perusahaan. Dengan
dan jasa perbaikannya dengan nilai demikian, untuk menentukan berapa
koefisien sebesar 0,536. Tanda positif pada banyak jumlah bahan baku yang dibeli
koefisien upah tenaga kerja memiliki arti dalam satu periode, akan sangat
1
bahwa setiap terjadi kenaikan tergantung pada besarnya kebutuhan
penggunaan upah tenaga kerja sebesar 1 masing-masing jenis bahan baku untuk
persen, maka akan terjadi peningkatan keperluan produksi yang telah
pertumbuhan output (produksi) sebesar direncanakan.
0,536 persen, dengan asumsi varibel
Pengendalian bahan baku mencakup
lainnya konstan. Faktor produksi upah
pembelian secara optimal dari bahan baku
tenaga kerja paling besar pengaruhnya
yang dibutuhkan perusahaan. Melalui
terhadap produksi kapal dan jasa
pembelian dengan jumlah ekonomis, akan
perbaikannya.
menentukan efisiensi perusahaan.
Tenaga kerja adalah orang yang Pengendalian persediaan meliputi
melaksanakan dan menggerakkan segala pemantauan fluktuasi pemakaian bahan
kegiatan, menggunakan peralatan dengan baku, pengendalian total biaya persediaan
teknologi dalam menghasilkan barang dan dan mempertahankan tingkat persediaan
jasa yang bernilai ekonomi untuk minimum yang konsisten dengan
memenuhi kebutuhan manusia. Skala kebutuhan produksi. Oleh karena
usaha akan mempengaruhi besar kecilnya persediaan bahan baku pada umumnya
tenaga kerja yang dibutuhkan. Mengelola ditumpuk untuk kebutuhan yang akan
tenaga kerja merupakan hal yang sangat datang, maka peramalan merupakan
penting dalam aktivitas produksi karena keharusan dalam mengembangkan model
tidak ada sesuatu yang dapat diselesaikan pengendalian persediaan yang baik.
tanpa tenaga kerja yang mengerjakan
Faktor produksi modal (X3) dalam
pembuatan kapal dan jasa perbaikannya.
penelitian ini tidak berpengaruh signifikan
Mengelola tenaga kerja sehingga produktif
terhadap produksi industri kapal dan jasa
adalah kunci keberhasilan dari bagian
perbaikannya. Dalam proses produksi,
produksi.
modal adalah salah satu faktor produksi
Faktor produksi bahan baku dalam yang digunakan untuk menghasilkan
penelitian ini memberikan pengaruh yang kapal dan jasa perbaikannya. Produksi
positif terhadap output industri dapat ditingkatkan dengan menggunakan
perkapalan dan jasa perbaikannya, yaitu alat-alat atau mesin produksi yang efisien.

456 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Akumulasi modal terjadi apabila sebagian 6. Melakukan promosi investasi.
dari pendapatan ditabung dan
7. Melakukan perbaikan iklim usaha
diinvestasikan kembali dengan tujuan
(pajak, suku bunga, tata niaga, dll).
memperbesar produktivitas dan
pendapatan. Tidak signifikannya faktor Berkembangnya industri perkapalan dan
modal tersebut antara lain disebabkan jasa perbaikannya, diharapkan akan
selama ini industri perkapalan dan jasa meningkatkan armada transportasi laut
perbaikannya mengalami kesulitan dalam nasional. Ini selanju tnya akan
permodalan sehingga produksi menjadi meningkatkan perdagangan domestik
tidak optimal. antarpulau dan membuka akses
keterisolasian bagi daerah-daerah yang
Skala hasil usaha industri perkapalan dan
berada di pulau-pulau kecil perbatasan
jasa perbaikannya menunjukkan increas-
seperti Pulau Nias, Natuna, Weh, dan
ing return to scale karena bila dijumlahkan
Miangas. Dengan demikian, perekonomian
ketiga variabel bebas seperti yang tertera
masyarakat di pulau-pulau perbatasan
pada tabel 2, akan menghasilkan nilai
dapat lebih berkembang lagi. Pemerintah
1,086. Nilai tersebut menunjukkan lebih
dalam hal ini Kementerian Perindustrian
dari 1 yang mengandung pengertian
dan Perdagangan, telah membuat rencana
bahwa laju pertambahan produksi akan
atau tahapan dalam pengembangan
lebih besar dari laju pertambahan input.
industri perkapalan berupa indikator
Hal ini memperlihatkan bahwa industri
pencapaian yang dapat dilihat pada tabel
perkapalan dan jasa perbaikannya masih
3.
memungkinkan untuk dikembangkan lagi.
Untuk pengembangannya, Kementerian Keterbatasan transportasi laut di dalam
Perind ustrian dan Perdagangan telah negeri, akan mengakibatkan harga
menyusun strategi dan kebijakan berupa : komoditas atau barang di suatu daerah:.
terpencil jauh lebih mahal. Tingginya f
1 . Menjadikan pasar dalam negeri
harga jual berbagai produk primer
sebagai base load pengembangan
maupun sembilan bahan pokok di daerah
industri perkapalan melalui
terpencil, bukan semata-mata karena biaya
penggunaan produksi kapal dan jasa
transportasinya yang lebih besar.
reparasi / docking repair dalam negeri. Mahalnya harga tersebut disebabkan
2. Memperkuat dan mengembangkan pasokan barang yang sedikit karena jalur
klaster industri kapal. transportasi laut yang terbatas. Jika
industri perkapalan berkembang, jasa
3. Meningkatkan daya saing industri
melalui penguatan dan pendalaman pelayaran angkutan laut pada masa
struktur industri guna meningkatkan mendatang tidak lagi dikuasai dan
kandungan lokal dan daya saing dieksploitasi oleh pelayaran asing.
industri perkapalan. Keutuhan wilayah akan terjaga karena
penyebaran kapal-kapal di wilayah
4. Mengembangkan industri pendukung perairan menjadi lebih banyak dan lebih
di dalam negeri (industri bahan baku merata.
dan komponen kapal).
Industri perkapalan mempunyai
5 . Mengembangkan pusat peningkatan keterkaitan yang erat dengan kelompok
ketrampilan Sumber Daya Manusia. industri hulu, industri antara dan

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 457


Tabel 3. Indikator Pencapaian
2010 2 015 2020 2025

- Kapal Niaga - Ka pal Niaga -KapalNiaga - Ka pal Niaga


s/d 50.000 OW T s/d 80 .000 OWT s/d 200 . 000 OW T s/d 300 .000 OWT
(Merchant ship) (Merchant ship) (Merchant ship) (Merchant ship)

- Kapal Penumpang -Kapal - Cruise ship - Cruise ship


(Passenger ship) Penumpang
(Passenger ship)
- Kapal Kerja - Ka pal Kerja - Kapal Kerja - Ka pal Kerja
kecepatan tinggi Kecepatan tinggi Kecepatan tinggi

- Ka pa I - Ka pal Patroli - Kapal Patroli - Ka pal Patroli


Patroli (FPB) Kecepatan tinggi ke ce pa tan ting gi Kecepatan tingg i
- Ko rvet - Korvet - Korvet
- F ri!'.l ate - Fri!'.)ate
- Sub marine

- lndustri - lndustri - Ind u stri - lndustri


bahan baku dan bahan baku dan bahan baku dan bahan baku dan
komponen tumbuh komponen komponen komponen kuat
berkem bano berkembano
- Pusat Oesain dan - Berkembangnya - P 0 R KN /N a S 0 E C - PORKN/NaSOEC
Rekayasa Kapal PORKN/NaSOEC Mampu mendesain M amp u mendesa in
Nasional kapal niaga, kapal berbagai
(PORKN/NaSOEC) penumpang , kerja, jenis dan ukuran
oatroli dan oerana
Sumber : Kementerian Permdustr1an dan Perdagangan

kelompok industri hilir. Kelompok industri (ba ckwartd linkages) dan keterkaitan ke
hulu adalah industri yang menghasilkan depan (forward linkages). Kedua
produk yang dibutuhkan oleh industri keterkaitan ini dikenal sebagai analisis
perkapalan. Produk tersebut adalah Ferro/ dampak. Keterkaitan ke belakang
Baja, Non Ferro yaitu aluminium dan menunjukkan dampak dari perubahan
kuningan, Fibre glass, kayu, karet, plastik, permintaan akhir industri perkapalan dan
kaca, tekstil, marine paint, welding electrode jasa perbaikannya terhadap seluruh sektor
dan cathodic Protection. Kelompok industri ekonomi di Indonesia. Keterkaitan ke
antara yang dibutuhkan oleh industri belakang, biasa disebut dengan daya
perkapalan adalah industri komponen penyebaran. Keterkaitan ke depan
kapal yang terdiri dari mesin penggerak, menunjukkan dampak yang terjadi
mesin geladak, electrical machineries, terhadap output industri perkapalan
peralatan navigasi dan telekomunikasi sebagai akibat perubahan permintaan
dan peralatan lainnya. Kelompok industri akhir pada masing-masing sektor ekonomi.
hilir berupa Bangunan Lepas Pantai (BLP). Keterkaitan ke depan biasa disebut dengan
Untuk mengetahui keterkaitan antara derajat kepekaan.
industri perkapalan dan jasa perbaikannya Apabila data pada tabel 4 dibaca menurut
dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, kolom yakni pada kolom 9, hal ini
dapat digunakan Model Input-Output. menunjukkan dampak ekonomi yang
Keterkaitan dalam Tabel Input-Output terjadi pada sektor-sektor ekonomi sebagai
dapat berupa keterkaitan ke belakang akibat peningkatan permintaan pada

458 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


industri perkapalan dan jasa perbaikannya. perkapalan dan jasa perbaikannya terjadi
Dari tabel 4 tersebut dapat diketahui karena adanya peningkatan permintaan
bahwa multiplier (dampak pengganda) pada ke-15 sektor kecuali pada sektor
industri perkapalan dan jasa perbaikannya komunikasi dan perbankan. Berdasarkan
secara total sebesar 2,537. Bila terjadi data pada Tabel Input-Output 2010, dapat
peningkatan permintaan pada industri diketahui bahwa derajat kepekaan
perkapalan dan jasa perbaikannya sebesar industri perkapalan dan jasa perbaikannya
satu satuan, maka sektor-sektor ekonomi tergolong rendah, sedang daya
yang terkena dampak paling besar terjadi penyebarannya tergolong tinggi.
pada industri perkapalan dan jasa Dalam persaingan yang semakin
perbaikannya sebesar 1,744 satuan; sektor kompetitif, penggunaan jasa perkapalan
industri perlengkapan listrik lainnya khususnya di bidang perekonomian
sebesar 0,077 satuan; sektor industri mesin dalam menunjang kegiatan ekspor-impor
dan perlengkapannya sebesar 0,056 barang akan semakin meningkat. Pada
satuan; sektor ketenagalistrikan sebesar tahun-tahun mendatang, kebutuhan akan
0,049 satuan; sektor industri barang- kapal juga akan meningkat.
barang dari besi dan baja sebesar 0,042 Pengembangan industri perkapalan dan
satuan serta sektor industri barang-barang jasa perbaikannya mempunyai daya tarik
hasil kilang minyak sebesar 0,037 satuan. yang luar biasa. Artinya industri ini bisa
Apabila data pada tabel 4 dibaca menurut memacu pertumbuhan sektor-sektor
baris yakni pada baris 9, hal ini maritim lainnya untuk menciptakan
menunjukkan dampak ekonomi yang pertumbuhan dan pusat-pusat
terjadi pada industri perkapalan dan jasa perekonomian baru. Garn bar 3
perbaikannya sebagai akibat terjadinya memperlihatkan market share industri
peningkatan permintaan akhir pada perkapalan dan jasa perbaikannya paling
masing-masing sektor ekonomi. Derajat besar terjadi pada jasa transportasi laut (48
kepekaan industri perkapalan dan jasa %), disusul jasa angkutan sungai, danau
perbaikannya secara total sebesar 1,761 dan penyeberangan (18 %) serta sektor
satuan. Peningkatan permintaan industri lainnya seperti perikanan tangkap,
Tabel 4. Dampak ekonomi industri perkapalan dan jasa perbaikannya terhadap sektor-
sektor ekonomi lainn 1a dalam Tabel Inout-Outvut
!':oldnr
1
1
1,128
2
0,002
3
Q004
4
0,004
5
Q004
6
O,CXB
7
0,004
B
0,003

CJ iJ.i!B
10
0,003
11
0,(D3
12
0,002
13
o.al1
14
0,001
15
0,006
T,,hl
1,196
2 0,074 1,022 Q068 0,106 Q126 o.cm 0,034 01)43 []IB7 0,358 O,CB1 0,020 0,012 0,012 0,054 2,COO
3 O,CD3 0,002 1,012 0,003 Q003 0,002 0,004 0,010 r !H9 0,003 O,CD3 0,002 O,CD1 0,001 0,005 1,CV2
4 O,CD4 0,003 Q006 1,008 Q195 O,OOl 0,015 0,005 c nr 0,005 O,CD4 0,003 O,CD1 0,001 0,008 1,:B1
5 o.cre 0,005 Q008 0,008 1,013 0,02) 0,017 0,012 [ Kl. 0,007 0,006 0,004 O,CD1 0,002 0,011 1,132
6 o,o:x; 0,004 Q007 0,006 Q009 1,043 0,015 0,014 o,ot5 0,005 O,CD5 0,003 O,CD1 O,CXJ1 0,009 1,143
7 U,ll'l1 U,UIL \,!U.>o U,ULU \,llJ'>,j U,U«) ,,,,.,., Ull91 Ill 0,U.jl 0,Ultl O,uw O,w:i O,wo 0,1.JL\j 2,VI

8 0,014 0,006 Q012 0,014 Q016 0,014 0,047 1;400 rr 0,047 O,CD9 0,006 O,CD5 0,003 0,016 1,ffi4


10
flfTYI

O,OIO
nnn
0,009
fHlrrl

Q035
llDID

0,127
nnm
Q150
Q,U)I
0,003
nmn
0,026
nmn
O,D42 I
..
lit
lllllJ1
1,303
11(1)1
0,013
fthl1

0,009
nmn
0,019
11000
0,012
ftnD

0,023
1 JH
1,£63
11 O,CD9 0,006 Q025 0,013 Q025 0,019 0,011 0,011 0,010 1,CD9 0,006 O,CD3 0,004 0,015 1,182

I
12 O,Cll2 0,002 Q004 0,003 Q008 O,CXB 0,005 0,003 0,003 O,CD2 1,002 O,CD1 0,002 0,004 1,Cli3
13 0,012 0,008 Q021 O,Q15 Q014 0,022 0,013 O,D41 0,015 0,011 0,008 1,CB5 0,026 0,019 1 .~
14 o.rro 0,006 Q018 0,013 Q017 O,Cffi 0,017 0,015 0,019 O,CD9 0,006 O,CD8 1,096 0,015 1,313
15 0,936 0,741 1,247 1,171 1,074 0,783 0,832 0,788 1,022 1,CW 0,650 O,Z34 0,266 1,813 12,982
Total 2.:rn 1,829 2505 2,511 2698 2,167 3,025 2/179 2,831 2,152 1,731 1,376 1,434 2,030 33P06
&mbEr : ll3ta ddah dari Tabel hput-OJfput 2010 updating

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 459


minyak dan gas lepas pantai, sumber jasa perbaikannya sebesar 1,744
hayati laut, pariwisata laut serta satuan; sektor industri perlengkapan
pemerintahan umum untuk pertahanan listrik lainnya sebesar 0,077 satuan;
dan keamanan dengan share 34 %. . sektor industri mesin dan
perlengkapannya sebesar 0,056 satuan;
KESIMPULAN
sektor ketenagalistrikan sebesar 0,049
satuan; sektor industri barang-barang
1. Uoah
- tena2:a
-
keria (Xl) memounvai
- - ri'lri besi dan baja sebesar 0,042 satuan
pengaruh yang positif dan signifikan s1 rta sektor industri barang-barang
terhadap nilai output industri h isil kilang minyak sebesar 0,037
s< tuan.
4. It Ldustri perkapalan dan jasa
p ~rbaikannya memiliki daya
p myebaran yang tinggi dan derajat
k ~pekaan yang rendah. Derajat
ki ~pekaan industri perkapalan dan jasa
p ~rbaikannya secara total sebesar
1, 761 satuan.
•Angkutan Laut DASDP •Lainnya

Garn bar 3. Market Sha re lndustri Perka palan dan


DAFTAR PUSTAKA
Jasa Perbaikannya Adji, S. W . . 2004. Industri Perkapalan In-
Sumber: Data Diolah dari Tabel Input-Output Updamg 2010
donesia : Menyongsong Masa Depan.
perkapalan dan jasa perbaikannya Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
dengan nilai koefisien sebesar 0,536. Surabaya.
Faktor produksi bahan baku (X2)
memberikan pengaruh yang positif Balataw, V. 2005. Strategi Bersaing PT.
terhadap output industri perkapalan Djakarta Llyod (Persero) di Pasar
dan jasa perbaikannya, yaitu sebesar Domestik Dalam Menghadapi Era
0,490. Sedang faktor produksi modal Globalisasi. Universitas Indonesia.
(X3) tidak berpengaruh signifikan Jakarta.
terhadap produksi industri kapal dan Boediono, 1982. Ekonomi Mikro. BPFE.
jasa perbaikannya. Yogyakarta.
2. Skala hasil usaha industri perkapalan Departemen Perindustrian. 2008. Laporan
dan jasa perbaikannya menunjukkan Pengembangan Sektor Industri Tahun
increasing return to scale karena bila 2008. Departemen Perindustrian.
dijumlahkan ketiga variabel bebas, Jakarta.
akan menghasilkan nilai 1,086.
3. Apabila terjadi peningkatan
. Kurnianto, M. 1993. Analisis Biaya Produksi
dan Minimisasi Biaya Persediaan Bahan
permintaan pada industri perkapalan Baku. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
dan jasa perbaikannya sebesar satu
Malisan, J. 2011 . Tinjauan Potensi Industri
satuan, maka sektor-sektor ekonomi
Galangan Kapal Nasional Dalam Rangka
yang terkena dampak paling besar
Pemenuhan Azas Cabotage. Warta
tetjadi pada industri perkapalan dan

460 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Penelitian Perhubungan Vol. 23, Teknologi dan Manajemen Transportasi.
Nomor 8, hal 765-779. Kementerian Negara Riset dan
Suneki, S. 2006. Determinasi Perilaku Teknologi. Jakarta.
Investasi Swasta di Propinsi Jawa Tengah. Windyandari, A. 2008. Prospek Industri
Universitas Diponegoro. Semarang. Galangan Kapal Dalam Negeri Cuna
Tim Penyusun Buku Putih. 2006. Menghadapi Persaingan Global. Teknik
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Vol.29, Nomor l, hal 73-76.
flmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


461
PROSEDUR PEMELIHARAAN LANDAS PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA
SM. BADARUDDIN D. PALEMBANG ( MENGACU PADA PROSEDUR
TEKNIS)

Ismail Najamudin
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110.
Email : litbang _udara@yahoo.co.id

ABSTRACT
Maintenance activities of both runway rubber deposits and runway sweeper depending on the
movement of aircraft at the airport, especially on the movement of aircraft on the runway
(runway) were determined on the maneuvering area (manouvering area) is part of the airport
used for take-off (take off) , landing, and move off the connecting (taxiway) by aircraft.
SM.Badaruddin II Palembang airport has a long runway 3,000 meters with a thickness of 60
meters wide runway PCN 80. Implementation of the maintenance condition of the runway
(runway) is done to improve the return characteristics of the runway roughness or roughness
on the original condition according to the provisions stipulated in the ICAO, so that the aircraft
does not slip out of the runway while landing and aircraft engines are not penetrated dirt and
gravel stones, such as Sriwijaya Air plane skidded on landing at airport Adisutjipto Yogyakarta
Analysis method using qualitative descriptive analysis approach in terms of aspects of facility
cleaning rubber deposits and runway sweeper cleaning, maintenance and aspects of executive
personnel and systems aspects airport runway maintenance procedures.
Keywords: Maintenance Airport runway

ABSTRAK
Kegiatan pemeliharaan landas pacu baik rubber deposit maupun runway sweeper
tergantung dengan pergerakan pesawat udara di bandara khususnya pada pergerakan
pesawat di landas pacu (runway) diantaranya ditentukan pada daerah manuver
(manouvering area) yaitu: bagian dari bandar udara yang digunakan untuk tinggal landas
(take off), mendarat (landing), dan bergerak di landas penghubung (taxiway) oleh pesawat
udara. Bandara SM.Badaruddin II Palembang mempunyai panjang landas pacu (run-
way) 3.000 meter lebar 60 meter dengan ketebalan landas pacu PCN 80. Kondisi
pelaksanaan pemeliharaan landas pacu (runway) dilakukan untuk meningkatkan
kembali karakteristik tingkat kekesatan atau kekasaran landas pacu pada kondisi semula
sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam !CAO, agar pesawat udara tidak
tergelincir keluar dari landas pacu ketika mendarat (landing) dan mesin pesawat tidak
dimasuki kotoran dan batu krikil, seperti pesawat Sriwijaya Air tergelincir saat mendarat
di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Metode analisis menggunakan pendekatan analisis

462 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


deskriptif kualitatif ditinjau dari aspek fasilitas pembersihan rubber deposit, pembersihan
runway sweeper, aspek personel pelaksana pemeliharaan dan aspek sistem dan prosedur
pemeliharaan landas pacu bandara.
Kata Kunci : Pemeliharan landas pacu Bandara

PENDAHULUAN keselamatan penerbangan di bandara


terutama dalam kegiatan pemeliharaan
Bandar udara adalah kawasan di daratan landas pacu (runway) harus dilakukan
dan/ atau perairan dengan batas-batas sesuai dengan ketentuan yang
tertentu yang digunakan sebagai tempat dipersyaratkan agar tidak terjadi
pesawat udara mendarat dan lepas kecelakaan pesawat atau pesawat
landas, naik turun penumpang, bongkar tergelincir pada saat mendarat (landing)
muat barang, dan tempat perpindahan
di landas pacu.
intra dan antarmoda transportasi, yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan Agar kegiatan dalam prosedur
dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pemeliharaan landas pacu (runway) yang
pokok dan fasilitas penunjang lainnya. ada dapat optimal dalam upaya
mendukung keselamatan operasi
Landas pacu (runway), daerah manuver penerbangan, maka dipandang perlu
(manouvering area) dan landas dilakukan suatu Pengkajian Prosedur
penghubung (taxiway) merupakan daerah Pemeliharaan Landas Pacu (Runway)
pergerakan pesawat yang digunakan
Bandar Udara SM. Badaruddin II.
untuk tinggal landas (take off) dan
Palembang ( Mengacu pada prosedur
mendarat (landing). Landas pacu (runway)
teknis)
di Bandara SM.Badaruddin II Palembang
mempunyai panjang landas pacu 3.000 Maksud pengkajian adalah mengamati
meter lebar 60 meter dengan ketebalan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
landas pacu PCN 80. Kemampuan landas di landas pacu (runway) serta
pacu (runway) Bandara SM. Badaruddin menem ukenali permasalahan-
II Palembang dapat didarati pesawat permasalahan yang berkaitan dengan
berbadan besar (Airbus) A-330-300 pemeliharaan landas pacu (runway).
dengan kapasitas 500 orang penumpang. Sedangkan tujuan pengkajian adalah
memberikan rekomendasi kepada
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1
pimpinan dalam rangka meningkatkan
Tahun 2009 tentang Penerbangan dan
pelaksanaan pemeliharaan landas pacu
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
(runway) di Bandara SM. Badaruddin II
2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Palembang sesuai SOP yang berlaku dalam
Penerbangan serta Peraturan Ditjen
upaya meningkatkan keselamatan
Perhubungan Udara SKEP 78/Vl/2005
penerbangan di bandara.
Tentang Petunjuk Pemeliharaan
Konstruksi Landas Pacu (Runway), Hasil yang diharapkan dari pengkajian ini
Landas Hubung (Taxiway) dan Landas adalah terciptanya keselamatan operasi
Parkir (Apron) serta Fasilitas Penunjang di pesawat di landas pacu (runway) Bandara
Bandar Udara, maka dalam mewujudkan SM. Badaruddin II Palembang.

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 463


STUDI PUSTAKA METODOLOGI
Prosedur Pemeliharaan landas pacu Metode yang digunakan dalam
adalah suatu kegiatan rutin / periodik pengkajian ini dengan melakukan
untuk menjaga agar landas pacu dapat pendekatan analisis deskriptif kualitatif
beroperasi sesuai persyaratan kinerja yaitu dengan melihat pelaksanan
sepanjang umur rencananya, guna pemeliharaan landas pacu (runway) dan
terpenuhi tingkat keselamatan dan jumlah pergerakan pesawat di landas
kenyamanan penerbangan. pacu (runway) bandara.
Pemeliharaan Rubber Deposit dilakukan
pada lapisan karet yang melekat HASIL DAN PEMBAHASAN
dipermukaan landasan yang timbul akibat 1. Pergerakan Jumlah Pesawat,
gesekan roda pesawat udara dengan Penumpang, Bagasi dan Barang
permukaan perkerasan runway saat
aktifitas landing. Pertumbuhan jumlah pergerakan
pesawat baik pergerakan pesawat
Pemeliharaan Runway Sweeper dilakukan internasional maupun domestik pada
pada penyapuan atau pembersihan tahun 2006sebesar14,957 pergerakan dan
sampah dan atau benda-benda berupa mengalami peningkatan pada tahun 2010
pasir, batuan/krikil dan benda lainnya sebesar 16.650 pergerakan pesawat, untuk
berada di permukaan landasan dan dapat pertumbuhan penumpang intemasional
dibersihkan cepat, praktis dan efisien maupun domestik pada tahun 2006
dengan peralatan kendaraan runway sebesar 1.408.484 penumpang dan
sweeper. mengalami peningkatan pada tahun 2010
Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan sebesar 2.108.413 penumpang, dan untuk
Konstruksi Landas Pacu (Runway) pertumbuhan bagasi internasional
menurut SKEP/78/VI/2005 menyatakan maupun domestik pada tahun 2006
bahwa pemeliharaan konstruksi hams sebesar 5.941.089 Kg dan mengalami
memenuhi ketentuan teknis berdasarkan peningkatan pada tahun 2010 sebesar
pengamatan priodik dan sistimatis untuk 17.666.688 Kg,. Sedangkan pertumbuhan
mengetahui akibat kerusakan, penyebab barang internasional maupun domestik
kerusakan dan cara memperbaiki pada tahun 2006 sebesar 12.453.023 Kg
kerusakan yaitu : dan mengalami peningkatan pada tahun
2010 sebesar 9.808.850 Kg. Untuk lebih
Keretakan (Cracking) yang disebabkan jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
oleh beban, penyusutan dan
kehilangan daya dukung dari tanah 2. Karakteristik Landas Pacu Bandar
dasar. Udara Intemasional SM. Badaruddin
Kekesatan (Skid Resistance) pada II
perkerasan kaku adalah kemampuan Karakteristik landas pacu Bandar U dara
dari permukaan perkerasan untuk SM. Badaruddin II khususnya pada
memberikan kekesatan yang baik (good kegiatan perpanjangan landasan pacu
friction) pada semua kondisi cuaca (runway) Bandara SMB II dari 2.500 meter
terutama saat cuaca hujan ( basah). menjadi 3.000 meter yang dilakukan

464 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Penelitian Perhubungan Vol. 23, Teknologi dan Manajemen Transportasi.
Nomor 8, hal 765-779. Kementerian Negara Riset dan
Suneki, S. 2006. Determinasi Perilaku Teknologi. Jakarta.
Investasi Swasta di Propinsi Jawa Tengah. Windyandari, A. 2008. Prospek Industri
Universitas Diponegoro. Semarang. Galangan Kapal Dalam Negeri Guna
Tim Penyusun Buku Putih. 2006. Menghadapi Persaingan Global. Teknik
Vol.29, Nomor 1, hal 73-76.
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
llmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 461


PROSEDUR PEMELIHARAAN LANDAS PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA
SM. BADARUDDIN II. PALEMBANG ( MENGACU PADA PROSEDUR
TEKNIS)

Ismail Najamudin
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
J1n. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110.
Email : litbang _udara@yahoo.co.id

ABSTRACT
Maintenance activities of both runway rubber deposits and runway sweeper depending on the
movement of aircraft at the airport, especially on the movement of aircraft on the runway
(runway) were determined on the maneuvering area (manouvering area) is part of the airport
used for take-off (take off) , landing, and move off the connecting (taxiway) by aircraft.
SM.Badaruddin II Palembang airport has a long runway 3,000 meters with a thickness of 60
meters wide runway PCN 80. Implementation of the maintenance condition of the runway
(runway) is done to improve the return characteristics of the runway roughness or roughness
on the original condition according to the provisions stipulated in the ICAO, so that the aircraft
does not slip out of the runway while landing and aircraft engines are not penetrated dirt and
gravel stones, such as Sriwijaya Air plane skidded on landing at airport Adisutjipto Yogyakarta
Analysis method using qualitative descriptive analysis approach in terms of aspects of facility
cleaning rubber deposits and runway sweeper cleaning, maintenance and aspects of executive
personnel and systems aspects airport runway maintenance procedures.
Keywords: Maintenance Airport runway

ABSTRAK
Kegiatan pemeliharaan landas pacu baik rubber deposit maupun runway sweeper
tergantung dengan pergerakan pesawat udara di bandara khususnya pada pergerakan
pesawat di landas pacu (runway) diantaranya ditentukan pada daerah manuver
(manouvering area) yaitu: bagian dari bandar udara yang digunakan untuk tinggal landas
(take off), mendarat (landing), dan bergerak di landas penghubung (taxiway) oleh pesawat
udara. Bandara SM.Badaruddin II Palembang mempunyai panjang landas pacu (run-
way) 3.000 meter lebar 60 meter dengan ketebalan landas pacu PCN 80. Kondisi
pelaksanaan pemeliharaan landas pacu (runway) dilakukan untuk meningkatkan
kembali karakteristik tingkat kekesatan a tau kekasaran landas pacu pada kondisi semula
sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam ICAO, agar pesawat udara tidak
tergelincir keluar dari landas pacu ketika mendarat (landing) dan mesin pesawat tidak
dimasuki kotoran dan batu krikil, seperti pesawat Sriwijaya Air tergelincir saat mendarat
di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Metode analisis menggunakan pendekatan analisis

462 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


deskriptif kualitatif ditinjau dari aspek fasilitas pembersihan rubber deposit, pembersihan
runway sweeper, aspek personel pelaksana pemeliharaan dan aspek sistem dan prosedur
pemeliharaan landas pacu bandara.
Kata Kunci : Pemeliharan landas pacu Bandara

PENDAHULUAN keselamatan penerbangan di bandara


terutama dalam kegiatan pemeliharaan
Bandar udara adalah kawasan di daratan
landas pacu (runway) harus dilakukan
dan/ a tau perairan dengan batas-batas
sesuai dengan ketentuan yang
tertentu yang digunakan sebagai tempat
dipersyaratkan agar tidak terjadi
pesawat udara mendarat dan lepas
kecelakaan pesawat atau pesawat
landas, naik turun penumpang, bongkar
tergelincir pada saat mendarat (landing)
muat barang, dan tempat perpindahan
di landas pacu.
intra dan antarmoda transportasi, yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan Agar kegiatan dalam prosedur
dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pemeliharaan landas pacu (runway) yang
pokok dan fasilitas penunjang lainnya. ada dapat optimal dalam upaya
mendukung keselamatan operasi
Landas pacu (runway), daerah manuver
penerbangan, maka dipandang perlu
(manouvering area) dan landas
dilakukan suatu Pengkajian Prosedur
penghubung (taxiway) merupakan daerah
Pemeliharaan Landas Pacu (Runway)
pergerakan pesawat yang digunakan
Bandar Udara SM. Badaruddin II.
untuk tinggal landas (take off) dan
Palembang ( Mengacu pada prosedur
mendarat (landing). Landas pacu (runway)
teknis)
di Bandara SM.Badaruddin II Palembang
mempunyai panjang landas pacu 3.000 Maksud pengkajian adalah mengamati
meter lebar 60 meter dengan ketebalan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
landas pacu PCN 80. Kemampuan landas di landas pacu (runway) serta
pacu (runway) Bandara SM. Badaruddin menem ukenali permasalahan-
II Palembang dapat didarati pesawat permasalahan yang berkaitan dengan
berbadan besar (Airbus) A-330-300 pemeliharaan landas pacu (runway).
dengan kapasitas 500 orang penumpang. Sedangkan tujuan pengkajian adalah
memberikan rekomendasi kepada
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1
pimpinan dalam rangka meningkatkan
Tahun 2009 tentang Penerbangan dan
pelaksanaan pemeliharaan landas pacu
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
(runway) di Bandara SM. Badaruddin II
2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Palembang sesuai SOP yang berlaku dalam
Penerbangan serta Peraturan Ditjen
upaya meningkatkan keselamatan
Perhubungan Udara SKEP 78/VI/2005
penerbangan di bandara.
Tentang Petunjuk Pemeliharaan
Konstruksi Landas Pacu (Runway), Hasil yang diharapkan dari pengkajian ini
Landas Hubung (Taxiway) dan Landas adalah terciptanya keselamatan operasi
Parkir (Apron) serta Fasilitas Penunjang di pesawat di landas pacu (runway) Bandara
Bandar Udara, maka dalam mewujudkan SM. Badaruddin II Palembang.

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 463


STUDI PUSTAKA METODOLOGI
Prosedur Pemeliharaan landas pacu Metode yang digunakan dalam
adalah suatu kegiatan rutin / periodik pengkajian ini dengan melakukan
untuk menjaga agar landas pacu dapat pendekatan analisis deskriptif kualitatif
beroperasi sesuai persyaratan kinerja yaitu dengan melihat pelaksanan
sepanjang umur rencananya, guna pemeliharaan landas pacu (runway) dan
terpenuhi tingkat keselamatan dan jumlah pergerakan pesawat di landas
kenyamanan penerbangan. pacu (runway) bandara.
Pemeliharaan Rubber Deposit dilakukan
pada lapisan karet yang melekat HASIL DAN PEMBAHASAN
dipermukaan landasan yang timbul akibat 1. Pergerakan Jumlah Pesawat,
gesekan roda pesawat udara dengan Penumpang, Bagasi dan Barang
permukaan perkerasan runway saat
aktifitas landing. Pertumbuhan jumlah pergerakan
pesawat baik pergerakan pesawat
Pemeliharaan Runway Sweeper dilakukan internasional maupun domestik pada
pada penyapuan atau pembersihan tahun 2006sebesar14,957 pergerakan dan
sampah dan atau benda-benda berupa mengalami peningkatan pada tahun 2010
pasir, batuan/krikil dan benda lainnya sebesar 16.650 pergerakan pesawat, untuk
berada di permukaan landasan dan dapat pertumbuhan penumpang intemasional
dibersihkan cepat, praktis dan efisien maupun domestik pada tahun 2006
dengan peralatan kendaraan runway sebesar 1.408.484 penumpang dan
sweeper. mengalami peningkatan pada tahun 2010
Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan sebesar 2.108.413 penumpang, dan untuk
Konstruksi Landas Pacu (Runway) pertumbuhan bagasi internasional
menurut SKEP/78/VI/2005 menyatakan maupun domestik pada tahun 2006
bahwa pemeliharaan konstruksi hams sebesar 5.941.089 Kg dan mengalami
memenuhi ketentuan teknis berdasarkan peningkatan pada tahun 2010 sebesar
pengamatan priodik dan sistimatis untuk 17.666.688 Kg,. Sedangkan pertumbuhan
mengetahui akibat kerusakan, penyebab barang internasional maupun domestik
kerusakan dan cara memperbaiki pada tahun 2006 sebesar 12.453.023 Kg
kerusakan yaitu : dan mengalami peningkatan pada tahun
2010 sebesar 9.808.850 Kg. Untuk lebih
Keretakan (Cracking) yang disebabkan jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
oleh beban, penyusutan dan
kehilangan daya dukung dari tanah 2. Karakteristik Landas Pacu Bandar
dasar. Udara Intemasional SM. Badaruddin
Kekesatan (Skid Resistance) pada II
perkerasan kaku adalah kemampuan Karakteristik landas pacu Bandar Udara
dari permukaan perkerasan untuk SM. Badaruddin II khususnya pada
memberikan kekesatan yang baik (good kegiatan perpanjangan landasan pacu
friction) pada semua kondisi cuaca (runway) Bandara SMB II dari 2.500 meter
terutama saat cuaca hujan ( basah). menjadi 3.000 meter yang dilakukan

464 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Pergerakan pesawat perhari rata-rata
telah selesai dikerjakan dan juga telah sebanyak 34 pergerakan pesawat dan slot
melakukan penebalan (overlay) landas time terpadat (peak hour) terjadi pada jam
pacu dari ketebalan PCN 68 menjadi 16.00 siang dengan 5 kali penerbangan.
ketebalan 80 sepanjang 3.000 meter. Kondisi karakteristik landas pacu Bandar
Bandara SM. Badaruddin II Palembang Udara SM. Badaruddin II Palembang
telah layak didarati pesawat haji berbadan seperti tabel 2.
besar (Airbus) 330-200 dengan kapasitas
500 orang penumpang.
Tabel 1. Perkembangan pergerakan pesawat dan penumpangi Bandara SM.
Badaruddin II Tahun 2006 - 2011
No URAIAN TA tJ N
PERGltRAKAN Htli 2H7 Ht.8 HU Hit Hll *
I. Pernerakan Pesawat
- Datang 7.454 8 .096 7. 90 l 7 .665 8.325 3.991
- Beran gk at 7 .503 8 .109 7 .903 7 .665 8.325 3991
Total A I C 14.957 16 . 205 l 5 .804 15.3 30 l 6.650 7982

2. Pergerakan Pen um pang


- Datang 711.122 775.180 812.828 902 . 020 1.046.2 13 491 .916
- Be ran gk at 696.682 781.073 806.624 908.414 1.062.2 00 494.716
-Transit 680 527 252

Total Pax 1.408.484 1.556. 253 l .619 .979 1.810.686 2.108.413 986 . 632

3. Anokutan Baoasi
- Bongka r 4.509.986 5.725.468 8. 163 .9 3 l 7.874.471 8.964.8 82 4.048.633
- Muat 1.431.103 2.000.893 8.073.447 6.417.864 8. 70 1.8 06 3.693.00 l

Total Bagas i 5.941.089 7.726. 361 16.237.378 14.292.335 l 7. 666 .6 8 8 7.741.634


4. Angkutan Kargo
- Bongka r 6.142.089 7.772.435 6.838 .714 5.845.585 2. 2 6 3 .3 0 l 3.573.657
- M uat 6 . 310.934 7.921.585 1.900.489 6.417.864 7 . 54 5 .5 4 9 997.427

Total K argo 12 .453.023 15 .694.020 8. 739.203 12.263.449 9.808.8 50 4.571.084


Sumber: DataStatistikBandaraSM.BadaruddinIIPalembang • BlnJan-Mei2011

Tabel 2. Karakteristik Phisik Landas Pacu ( Runway) Bandara SM. Badaruddin II

Sum ber: Data olahan Bandara SM .B adaruddin II

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 465


3. Jenis Pemeliharaan Landas Pacu daerah touch down karena licin di waktu
(Runway) Menurut SOP hujan dan sangat membahayakan
Berdasarkan standar operasional prosedur keselamatan penerbangan, pembersihan
(SOP) pemeliharaan landas pacu bandara menggunakan bahan kimia cair (bahan
terdfri dari pembersihan Rubber Deposit removal) dengan cara manual (A) dan
mekanis (B).
dan pembersihan menggunakan Runway
Sweeper landas pacu Bandar Udara SM. Kegiatan pembersihan rubber deposit
Badaruddin II Palembang sebagai berikut: landas pacu bandara menggunakan jenis
a. Pembersihan Rubber Deposit kendaraan Rubber Deposit. peralatan
fasilitas, personel dan sistem prosedur
Pembersihan rubber deposit adalah pemeliharaan. Untuk lebih jelasnya dapat
pembersihan lapisan karet yang melekat dilihat pada tabel .3, 4 dan 5 berikut ini.
dipermukaan landasan khususnya pada

I. Mobil Pick Up 1 buah 1 buah


2. Mobil Tanki Air 2 buah 2 buah
3. Scrub Mobile 1 buah 1 buah

4. Handy Talky 1 buah 1 buah


5. Flood Light/Penerangan 1 buah 1 buah

Jumlah 5 buah 6 buah

Sumber : Data hasil Olahan Bandara SM.Badaruddin II

Tabel 4. Fasilitas Pembersih Rubber Deposit

1. Drum pengaduk +slang Air atau 1 buah/6 buah 1 buah


Ember besar@ 80 !tr
2. Ember Sedang 2 buah 2 buah
3. Gayung 2 buah 2 buah
4. Ceret Taman 6 buah 6 buah
5. Sosotan Karet 1 buah 1 buah
6. Sikat Kaw at/ Plastic 10 bu ah 10 buah
7. Drum/Tanki penampung 20 buah 10 buah
Jumlah 37 buah/48 bh 24 buah/30 buah

Sumber : Data hasil Olahan Bandara SM.Badaruddin II

466 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Tabel 5. Personel Pelaksana Pembersihan Rubber Deposit

1. Pengawas 1 orang 1 orang


2. Sopir Truck Pick Up 1 orang 1 orang
3. Operator Flood Light 1 orang 1 orang
4. Sopir Tanki Air 2 orang 1 orang
5. Operator Scrub Mo bile 2 orang
6. Pekerja 30 orang lOorang
Jumlah 35 orang 16 orang

Sumber : Data hasil Olahan Bandara SM.Badaruddin II

b. Pembersihan Runway Sweeper way sweeper. Kegiatan pembersihan run-


Pembersihan runway sweeper adalah way sweeper di permukaan landas pacu
penyapuan atau pembersihan sampah baik dengan cara manual maupun
dan atau benda-benda berupa pasir, mekanis dengan menggunakan jenis
batuan/ krikil, air tergenang dan benda kendaraan, fasilitas peralatan dan
lainnya berada di permukaan landasan personel pelaksana kebersihan dapat
dan dapat dibersihkan cepat, praktis dan dilihat pada tabel 6,7 dan tabel 8 sebagai
efisien dengan peralatan kendaraan run- berikut :

1. Mobil Runway Sweeper 1 buah 1 buah


2. Mobil Tanki Air 1 buah 1 buah
3. Handy Talky 1 buah 1 buah
Jumlah 3 buah 3 buah

Sumber: Datahasil Olahan Bandara SM.Badaruddin II

Tabel 7. Fasilitas Runway ..,..,..,.........;,.,,.,.,...,,....,...,....,._,....,..._,_,.,...,,,_.._,._.,..,.._,.......


Sweeper

1. Drum pengaduk + slang Air atau 1 buah/6 buah 1 buah


Ember besar@ 80 !tr
2. Ember Sedang 2 buah 2 buah
Jumlah 37 buah/48 bh 24 buah/30 buah

Sumber : Data hasil Olahan Bandara SM.Badaruddin II

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 467


Tabel 8. Personel Pelaksana Runway Sweeper
No. NamaJatn DeapnCara
Maaual(A) Mekanis(B)
1. Pengawas 1 orang 1 orang
2. Sopir Runway Sweeper 1 orang 1 orang
3. Pembantu Operator 1 orang 1 orang
Jurnlah 3 orang 3 orang

Sumber : Data hasil Olahan Bandara SMBadaruddin II

4. Kegiatan Pemeliharaan Landas Pacu mengevaluasi serta membandingkan


( Runway ) Di Lapangan ketentuan atau persyaratan yang berlaku
Pelaksanaan kegiatan pembersihan rubber dengan hasil pelaksanaan kegiatan survai
deposit dan pembersihan runway sweeper lapangan yang dilakukan terkait dengan
di landas pacu Bandar U dara SM. aspek fasilitas peralatan, aspek sumber
Badaruddin II Palembang dapat dilihat daya manusia serta aspek sistem dan
dalam rekapitulasi kegiatan pemeliharaan prosedur pemeliharaan landas pacu guna
landas pacu pada tabel 9. mewujudkan tingkat keselamatan pada
saat Take Off dan Landing pesawat di
Pembahasan dengan menganalisis dan bandara dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 9. Rekapitulasi Kegiatan Pemeliharaan Landas Pacu (runway)


Band ar Udara SM Bad aru dd.m II Palemb an12:
NO . Uraian Kegiatan Tindak Lanjut
Pelaksanaan pemeliharaan landas pacu Mengacu pada Annex 14 Volume I -
(runway) mengacu pada pedoman Aerodrome
bandara
Pelaksanaan sistem dan prosedur Mengacu pada SOP Untuk Masing-masing
pemeliharaan landas pacu (runway) pemeliharaan
pada bandara
Jenis-jenis pemeliharaan apa yang Pemeliharaan kebersihan
dilakukan pada landas pacu (runway) di Pemeliharaan marka
bandara Kontrol dan pembersihan Rubber Deposit
Berapa kali pemeliharaan landas pacu Kebersihan dilakukan 3x per hari Pengecatan
(runway) yang dilakukan baik harian , marka Center Line dan touch down 4x per
mingguan , bulanan maupun semesteran tahun dan marka lainnya Ix per tahun
pada bandara Pemeriksaan Rubber Deposit 1x per minggu,
pembersihan 2x per tahun
sistem dan prosedur perbaikan pada Pemeriksaan terlebih dahulu kerusakan yang
landas pacu di bandara akan diperbaiki, selanjutnya melakukan
perbaikan seperti pelapisan saja atau
pembongkaran dan penggantian lapirsan
struktur dan perbaikan dilakukan di luar jam
operasi

468 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


N 0. U ra i an K e g i a tan T indak Lanjut
s iste m dan prosedur pengaw as an P engaw as an dilakukan o !eh t ek n is i d a ri PT .
pem e lib a raan pad a land as p ac u di A ngkasa Pura II sesuai dengan SOP
bandara
Permasalahan yang dihadapi data m Tidak ada dan dapat di atasi
pelaksanaan pem e liharaan land as pa cu
(runway) di bandara
Ju m lah dan Jen is Kendaraan un tuk Mobil Pick Up I bu ah
pem e liharaan Ian d as pa cu (runway) Dump Truck I bu ah
pad a bandara Runway Sweeper I bu ah
Jumlah dan Jen is fas ilitas u n tu k Jack Hammer 1 bu ah
pem e lih a raan Ian d as pa cu (runway) Cutter I bu ah
pad a bandara S an d Pa tc h T es t I Set
Handy Talky 2 bu ah
Cangkul, Sekop, Sap u Lid i, So sos an K aret ,
Meterandan Ku as I Set
Jum lah dan Jen is bah an material yang Cat Ro ad Paint untuk m arka
digunakan u n tuk p e m e I ih a r a an land as Bah an Kim ia (Magnus) u n tu k Rubber Deposit
pac u (runway) pad a bandara Pas ir Kw ars a u n tu k pengetesan Rubber
Deposit
Permasalahan fa silitas, pera Iatan dan Tidak ada dan dapat di atasi
bah an m ateria I dalam pemeliharaan
landas pacu di bandara

Ju m !ah dan sertifika t p e tug as 4 orang terampil teknisi fasilitas teknik bandar
pem e liha raan land as pa cu (runway) u d ara
pad a bandara
Ju m !ah dan se rtifikat pe tu gas perbaikan 4 orang teram p ii teknisi fasilitas teknik bandar
landas pacu (runway) pad a bandara udara
Jum lah petugas yang melaksanakan 13 orang
pengaw as an land as pac u (runway)
pad a band a ra
Ju m lah personel bertugas data m set iap 2 orang per shift
shift kerja data m pemeliharaan Ian d as
pac u di bandara
Perm asalaha n personel/p etugas data m Tidak ada dan dapat di atasi
pemeliharaan landas pacu di bandar
Sum be r : d at a has i I o I ah a n B and a ra S M . Ba da ru d d in I I

a. Pembersihan Rubber Deposit lokasi dan sekaligus check komunikasi


Tahap Persiapan radio HT (radio Check)
Menyiapkan segala sesuatu (dicatat Bahan kimia diaduk dan dicampur air
dalam check list), supaya di dalam secara bertahap di dalam drum
pelaksanaannya berjalan lancar pengaduk/ ember @ 80 liter dengan
cara manual, bila cara mekanis bahan
Persiapkan Personel, Peralatan, kimia langsung dimasukkan ke tanki
Kendaraan dan Perlengkapan Kerja. obat.
Bahan kimia cair secukupnya untuk Adukan di tebarkan di atas lapisan rub-
kerja 1 malam dengan memperhatikan ber deposit dengan peralatan ceret
komposisi perbandingan taman, lalu diratakan dengan sosotan
campurannya dengan air. karet.
Tahap Pelaksanaan Adukan dibiarkan selama ± 15 menit
Hubungi Tower (ATC) untuk ijin ke agar bahan bereaksi dengan lapisan

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 469


rubber deposit ( lapisan akan melunak Dari hasil pengujian tersebut dapat
dan lembek) diketahui beberapa nilai kekesatan
Cara manual, langsung digosok dan suatu permukaan landasan yang telah
dibersihkan, memiliki tingkat
disikat sampai lapisan karet terkelupas,
kekasaran atau seberapa besar tingkat
lalu dikumpulkan dan ditampung ke
kekasaran permukaan landasan telah
dalam tanki penampung
mengalami keausan.
Cara mesin, digosok dan disikat sedikit
Tahap Pelaporan
dengan sikat kawat agar obat meresap
kelapisan bawah, lalu dibilas air untuk Hasil kegiatan yang telah dilaksanakan
menetralkan obat dan selanjutnya dituangkan ke dalam format laporan.
disikat dengan alat scrub mobile.
Laporan dibuat 3 rangkap yang
Permukaan yang dibersihkan dibilas ditujukan kepada:
lagi dengan air untuk melihat sisa-sisa
Kadiv Teknik Landasan & Lapangan
karet yang masih menempel , jika
masih ada disikat lagi sampai semua Kadin Teknik Lapangan
terangkat. Arsip
Terakhir dibilas lagi agar sisa-sisa karet b. Pembersihan Runway Sweeper
benar bersih, sehingga permukaan
landasan kasar kembali dan tidak licin. Tahap Persiapan
Lakukan pengetesan kondisi Menyiapkan kendaraan runway
kekasaran (kekesatan) permukaan sweeper dengan perlengkapannya,
landasan yang baru dibersihkan dalam kondisi baik agar
tersebut untuk dicatat sebagai data pelaksanaannya berjalan dengan
awal kondisi di daerah tersebut. lancar.

Sebelum meninggalkan lokasi, Memeriksa kondisi peralatan secara


pengawas hams memeriksa apakah lengkap yang dituangkan pada form
ada benda-benda yang tertinggal, yang check list.
dapat membahayakan keselamatan Menyiapkan dan membawa alat
penerbangan. komunikasi radio (HT).
Terakhir menghubungi kembali Tahap Pelaksanaan
petugas Tower/ ATC bahwa kegiatan
pembersihan rubber deposit telah selesai Operator runway sweeper
dan landasan dapat digunakan menghubungi petugas tower (A TC)
kembali. dengan komunikasi radio HT untuk
ijin ke lokasi melakukan kegiatan
Pengujian Hasil Pekerjaan penyapuan landas pacu akan
Pengujian kekasaran permukaan hasil dilaksanakan.
pekerjaan pembersihan secara Lokasi yang diinformasikan petugas
menyeluruh dengan Sand Patch pembersihan landasan menjadi
Methode yang dilaksanakan pada prioritas untuk dibersihkan terlebih
malam hari berikutnya. dahulu, terutama pada jalur yang

470 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


padat dari pergerakan pesawat ( agar operator runway sweeper
diberitahukan ke petugas Tower memberitahukan lewat HT ke petugas
bahwa lokasi tersebut akan Tower bahwa pelaksanaan telah
dibersihkan dan untuk sementara jalur selesai.
pesawat dialihkan). Tahap Pelaporan
Selesai pembersihan lokasi tersebut di
Hasil kegiatan penyapuan dan control
atas, petugas/ operator melaporkan ke sendiri tersebut dituangkan ke dalam
Tower bahwa areal sudah dinyatakan
bentuk laporan pada formulir atau
bersih dan kegiatan pembersihah check list yang disediakan.
menuju lokasi selanjutnya.
Laporan dibuat 3 rangkap yang
Apabila lokasi yang diinformasikan ditujukan kepada:
oleh petugas inspeksi landasan atau
pihak lain telah selesai dibersihkan, Kadiv Teknik Unit ST
maka kendaraan runway sweeper Katlin Teknik Unit ST
melakukan control sendiri menelusuri
runway bila diijinkan oleh petugas Arsip
Tower. c. Peralatan Fasilitas
Di dalam control sendiri tersebut, Berdasarkan perbandingan ketentuan
kendaraan runway sweeper selalu standar operasional prosedur (SOP) pada
bergerak seperti sebelumnya. Apabila pembersihan rubber deposit dan
menemukan ada bagian yang kotor, pembersihan runway sweeper yang
langsung disapu, begitu seterusnya. merupakan acuan teknis dengan kegiatan
Dengan demikian landasan akan pelaksanaan pemeliharaan landas pacu
selalu dalam kondisi bersih. pada Bandar U dara SM. Badaruddin II
Kontrol sendiri tersebut sebaiknya Palembang ditinjau pada aspek jumlah
dilakukan bergantian dengan dan kualitas peralatan dan fasilitas yang
kendaraan runway sweeper yang lain digunakan dalam ketentuan ada Mobil
secara teratur dan berjadwal, misalnya Tanki Air 2 unit, Scrub Mobile 1 unit, dan
tiap-tiap 2 jam sekali atau disesuaikan peralatan ember besar 1 unit 2 unit,
dengan kondisi lapangan dan sedangkan hasil survai dilapangan hanya
sibuknya lalu lintas penerbangan. terdapat Mobil Tanki Air 1 unit, Scrub
Mobile tidak ada, dan peralatan ember
Harus diperhatikan dalam besar tidak ada. Sehingga terdapat
pengoperasian kendaraan runway keterbatasan dan kekurangan pada
sweeper ini ( penyapuan dan kontrol fasilitas Mobil Tanki Air 1 unit, Scrub
sendiri) adalah jangan sampai Mobile 1 unit, dan peralatan ember besar
mengganggu lalu lintas pesawat udara 1 unit. Hal tersebut terjadi karena
seperti memotong jalan di depannya, keterbatasan fasilitas yang ada,
menghambat atau berada terlalu dekat dikarenakan kegiatan rubber deposit dan
di depannya. pembersihan runway sweeper tidak
Selesai melakukan penyapuan dan dilakukan secara berbarengan, maka
kontrol sendiri dan hendak kembali ke fasilitas dan peralatan yang ada dapat
lokasi stand by atau pulang ke pool, digunakan secara bergantian untuk

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 471


pemeliharaan landas pacu bandara. ketentuan standar operasional prosedur
Untuk tindakan selanjutnya kekurangan (SOP) perlu penambahan personil
fasilitas peralatan pihak pelaksana kebersihan yang ada agar tidak terganggu
pemeliharaan landas pacu perlu kegiatan pemeliharaan landas pacu di
menyediakan dan memenuhi sesuai bandara.
ketentuan yang berlaku agar kegiatan
e. Sistem dan Prosedur
pemeliharaan landas pacu tidak
terganggu dengan keterbatasan fasilitas Prosedur pelaksanaan kegiatan
yang ada. pemeliharaan landas pacu diberlakukan
di Bandar U dara SM. Badaruddin II
d. SDM (Petugas)
Palembang adalah sebagaimana yang
Berdasarkan ketentuan standar diatur oleh ICAO dalam Annex-14 Vol-
operasional prosedur (SOP) personil ume I - Aerodrome : Chapter 9.4 Mainte-
pelaksana teknis pembersihan rubber de- nance & Attachment A, Guidance Material
posit dengan cara manual berjurnlah 35 Part 6. 7 bahwa sistem kebersihan
orang terdiri dari pengawas 1 orang, sopir permukaan landas pacu khususnya pada
truck pick up 1 orang, operator flood light 1 daerah runway touch down zone bersih
orang , sopir tanki air 1 orang dan peketja dari lapisan rubber deposit, sehingga
30 orang serta dengan cara mekanis hanya perrnukaan landas pacu kembali merniliki
berjurnlah 16 orang terdiri dari pengawas tingkat kekesatan atau kekasaran sesuai
1 orang, sopir truck pick up 1 orang, opera- ketentuan yang telah ditetapkan dalam
tor flood light 1 orang , sopir tanki air 1 ICAO. Dalarn pelaksanaan pemeliharaan
orang, operator scrub mobile 2 orang dan landas pacu baik kegiatan kebersihan rub-
peketja 10 orang. Sedangkan hasil survai ber deposit dan kebersihan runway sweeper
dilapangan di Bandar Udara SM. telah sesuai dengan ketentuan dan laporan
Badaruddin II Palembang hanya terdapat kegiatan serta format laporan 3 rangkap
personil sebanyak 13 orang terdiri dari yang disampaikan kepada Kadiv teknik
pembersihan rubber deposit dan runway landasan dan lapangan , Kadin teknik
sweeper sebanyak 4 orang personil teknisi lapangan dan arsip sudah sesuai dengan
terampil dan personil teknisi perbaikan ketentuan yang dipersyaratkan.
landas pacu sebanyak 4 orang dan peketja
5 orang personil dengan pembagian sistem KESIMPULAN DAN SARAN
kerja dibagi dalarn 2 shift per hari dan 1
shift terdiri 2 orang. Dengan 1. Kesimpulan
membandingkan ketentuan dan kondisi a. Kekurangan peralatan fasilitas
personil pelaksana dilapangan terdapat dalam pembersihan rubber deposit
kekurangan tenaga personil sebanyak 25 dan pembersihan runway sweeper di
orang bila pelaksanaan dilakukan secara Bandar Udara SM. Badaruddin II
manual dan bila secara mekanik Palembang berdasarkan ketentuan
kekurangan 6 orang personil. Melihat standar operasional prosedur
kondisi keterbatasan personil pelaksana (SOP) pelaksanaan yaitu Mobil
kebersihan rubber deposit dan runway Tanki Air 1 unit, Scrub Mobile tidak
sweeper landas pacu di Bandar Udara SM. ada, dan peralatan ember besar 1
Badaruddin II Palembang menurut unit.

472 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


b. Personel pelaksana teknis way sweeper agar tingkat pelayanan
pembersihan rubber deposit dan run- tidak terganggu ketika terjadi
way sweeper kekurangan tenaga kepadatan (jeak seasion) pergerakan
sebanyak 25 orang bila pesawat di landas pacu bandar
dilaksanakan secara manual udara.
dengan cara manual dan bila
secara mekanik kekurangan tenaga DAFTAR PUSTAKA
6 orang personel.
Airport System(Planning,Design and Man-
c. Prosedur pelaksanaan kegiatan
agement) Richard De Neufville /
pemeliharaan landas pacu
Amedeo Odoni
diberlakukan di Bandar Udara SM.
Badaruddin II Palembang adalah Annex 14 : Aerodrome
sebagaimana yang diatur oleh ICAO document 9774 & 9859
ICAO dalam Annex-14 Volume I
- Aerodrome : Chapter 9.4 Mainte- Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
nance & Attachment A, Guidance 11 Tahun 2010 tentang Tatanan
Material Part 6.7 bahwa sistem Kebandar Udaraan Nasional
kebersihan permukaan landas Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
pacu khususnya pada daerah run- 2001 tentang Keamanan dan keselamatan
way touch down zone bersih dari penerbangan
lapisan rubber deposit, sehingga
permukaan landas pacu kembali SKEP /77 /VI/2005 tentang Persyaratan
memiliki tingkat kekesatan atau Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknis
kekasaran sesuai ketentuan yang Bandar Udara.
telah ditetapkan dalam ICAO. SKEP /78/VI/2005 tentang Petunjuk
2. Saran
Pelaksanaan Pemeliharaan Konstruksi
Landas Pacu (Runway), Landas Hubung
a. Untuk jangka panjang perlu (Taxiway), Dan Landas Parkir (Apron)
menggunakan mes in-me sin Serta Fasilitas Penunjang Di Bandar
mekanikal dalam pembersihan rub- Udara
ber deposit dan pembersihan runway
sweeper di Bandar Udara SM. SKEP /91/V /2007 tentang Penilaian
Badaruddin II Palembang dapat Kinerja Bandar Udara
mengembalikan karakteristik Undang - Undang Nomor 1Tahun2009
tingkat kekesatan atau kekasaran tentang Penerbangan
landas pacu ke kondisi semula.
Silvia Sukirman.2010.Perencanaan Struktur
b. Penambahan personel teknis Perkerasan,Penerbit Nova.Bandung
pembersihan rubber deposit dan run-
KEBUTUHAN PERSONEL AIR TRAFFIC CONI'ROLLER (ATC)
DI BANDARA SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG
Ari Susetyadi
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta 10110
e-mail : litbang udara@yahoo.co.id
Yati Nurhayati
Peneliti Bidang Transportasi Udara-Badan Litbang Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta 10110
e-mail : litbang udara@yahoo.co.id

ABSTRACT
Assessment of personnel needs of air traffic controllers (ATC) at the Sultan Mahmud Airport
Badaruddin II Palembang is to find out how many number of needs of air traffic controllers
(ATC) at the Sultan Mahmud Airport Badaruddin II Palembang that has with standards /
regulations by the !CAO to support flight operations in order to ensure flight safety. Assess-
ment method was quantitative method with the decomposition of descriptive, exposure and
explanation in detail based on the compilation of primary data and secondary data that have
been processed. The results of the assessment show that air traffic controller (ATC) at the
Sultan Mahmud Airport Badaruddin II Palembang is still not adequate, there is still lack of
abaout 11 air traffic controller (ATC) personnel at the Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
Airport.
Keywords : air traffic controller (ATC), Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Airport

ABSTRAK
Pengkajian tentang kebutuhan personel air traffic controller (ATC) di Bandara Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang adalah untuk mengetahui bagaimana jumlah
kebutuhan air traffic controller (ATC) di Bandara sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang apakah telah memenuhi standar/peraturan yang ditetapkan oleh ICAO
untuk mendukung kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan
penerbangan. Metode pengkajian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan
penguraian (deskriptif), pemaparan dan penjelasan secara rind berdasarkan kompilasi
data primer dan data sekunder yang telah diolah. Hasil pengkajian menunjukan personel
air traffic controller (ATC) di Bandara sultan Mahmud Badaruddin II Palembang masih
belum memadai, yakni masih terdapat kekurangan sekitar 11 personel air traffic con-
troller (A TC) di Bandara sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.
Kata Kunci: air traffic controller (ATC),Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang
PENDAHULUAN pada akhirnya akan berpengaruh pada
Bandar udara sebagai salah satu unsur aktivitas pemanduan lalu lintas
dalam penyelenggaraan penerbangan penerbangan (ATC), hal ini karena dengan
merupakan tempat untuk menyeleng- bertambahnya pergerakan pesawat, maka
g a r aka n pelayanan jasa petugas ATC hams lebih seksama dan
kebandarudaraan, pelaksanaan kegiatan cermat dalam memandu pesawat, baik
pemerintah dan kegiatan ekonomi lainya, yang mendarat (landing) maupun lepas
yang ditata secara terpadu guna landas (take of) . Oleh karena itu kualitas
mewujudkan penyediaan jasa dan kehandalan perangkat kerja serta
kebandarudaraan sesuai dengan tingkat SDM yang ada dibelakangnya harus
kebutuhan dalam rangka mewujudkan benar-benar prima untuk menjamin
penyelengaraan bandar udara yang terhindarnya insiden penerbangan. Saat
handal dan berkemampuan tinggi dalam ini petugas (SDM) yang mendukung
menunjang pembangunan nasional. Selain dalam pemanduan lalu lintas
itu juga tidak terlepas dengan pelayanan penerbangan (ATC) di Indonesia tersebar
yang diberikan penyelenggara bandar dalam lima (5) unit kerja yaitu PT. (Persero)
udara diantarnya oleh Air Traffic Control- Angkasa Pura I, PT. (Persero) Angkasa
ler (ATq . Pemanduan lalu lintas pesawat Pura II, Ditjen Perhubungan Udara,
udara (ATC) sangat penting, karena secara Otorita Batam dan Militer.
langsung merupakan bagian yang Jumlah penumpang di Bandara SMB II
bertanggung jawab atas keselamatan Palembang saat ini terus mengalami
penerbangan atau meminimalkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun
terjadinya kecelakaan pesawat udara 2009 sebanyak 1,8 juta penumpang,
dalam sistem keselamatan penerbangan. kemudian di 2010 sebanyak 2,2 juta
Undang undang nomor 1 Tahun 2009 penumpang dan tahun 2011 m1
tentang Penerbangan, dijelaskan bahwa diperkirakan sekitar 2,7 juta sampai 3 juta
pelayanan lalu lintas penerbangan penumpang. Untuk menjamin keamanan
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya dan pengawasan lalu lintas dibutuhkan
tabrakan antra pesawat diudara, kualitas dan kehandalan SDM yang
mencegah terjadinya tabrakan antar mendukung penerbangan khususnya
pesawat atau pesawat udara dengan SDM Air Traffic Controller (ATC) sehingga
halangan (obstacle) di daerah maneuver diperlukan suatu pengkajian tentang
(manouvering area), memperlancar dan kebutuhan personel Air Traffic Controller
menjaga keteraturan lalu lintas (ATC) guna mendukung kelancaran
penerbangan dan memberikan notifikasi pelayanan lalu lintas penerbangan di
kepada organisasi terkait untuk bantuan bandar udara tersebut. Kajian ini
pencarian dan pertolongan (search and res- dimaksudkan untuk mengetahui
cue). kebutuhan personel/SDM Air Traffic Con-
troller (A TC) yang ideal di Bandara Sultan
Dengan melihat perkembangan Mahmud Badaruddin II Palembang
pertumbuhan perusahaan penerbangan sehingga terpenuhinya sumber daya
di Indonesia yang semakin pesat manusia/ petugas Air Traffic Controller
berdampak pada tingginya frekuensi (ATC) di bandara tersebut.
penerbangan di suatu bandar udara dan

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 475


TINJAUAN PUSTAKA operasinya. Pelayanan navigasi
penerbangan tersebut dibatasi oleh
Keputusan Menteri Perhubungan nomor
penggunaan ruang udara, dimana batas-
44 tahun 2002 tentang Kebandarudaraan
ba tas penggunaanya ditetapkan oleh
Nasional, dalam pasal 9 yang
Menteri Perhubungan.
menyebutkan tentang klasifikasi bandar
udara berdasarkan atas ketersediaan Ruang udara dibagi berdasarkan
fasilitas bandar udara, kegiatan ketinggian terbang (flight level) dan
operasional bandar udara, dan jenis wilayahnya untuk kepentingan
pengendalian ruang udara (tingkat pemanduan dan pengawasan
pelayanan lalu lintas udara) di sekitar penerbangan. Ruang udara dalam
Bandar udara tersebut. Berdasarkan wilayah udara Indonesia terdiri dari ruang
fasilitas, maka Bandar udara dapat udara yang dikendalikan dan ruang udara
dikelompokan atas : yang tidak dikendalikan. Penggolongan
ruang udara terse but dengan
1. Bandar udara kelompok A, yaitu
mem pertim bangkan keselama tan
kelompok Bandar udara dengan
operasional penerbangan, kepadatan lalu
panjang landas pacu (runway) kurang
800 meter, dimana ruang udaranya lintas udara, kemampuan fasilitas bantu
tidak dikendalikan dengan tingkat navigasi penerbangan, kemampuan
pelayanan lalu lintas udara unattended pengamatan lalu lintas udara,
kemampuan navigasi pesawat udara, serta
(hanya diberikan informasi
penerbangan, tan pa pemand uan efektivitas dan efisiensi operasi
penerbangan.
dengan alat navigasi penerbangan).
2. Bandar udara kelompok B, yaitu ICAO secara keseluruhan telah
kelompok Bandar udara dengan mengeluarkan tujuh (7) kategori/kelas
panjang landas pacu (runway) antara standard and recommended practices
800 meter sampai kurang dari 1200 menyangkut beberapa klasifikasi ruang
meter, dimana ruang udaranya udara bagi Negara-negara anggotanya.
dikendalikan dengan tingkat Dari ketujuh kategori tersebut, Indonesia
pelayanan lalu lintas udara aerodrome baru memberlakukan lima (5) kategori/
flight information service (AFIS). kelas, dimana setiap kategori/kelas saling
berkaitan langsung dengan aspek jenis
3. Bandar udara kelompok C, yaitu pelayanan lalu lintas udara yang
kelompok Bandar udara dengan dipersyaratkan, yaitu :
panjang landas pacu (runway) 1200
1. Kelas A, bagian ruang udara UTA
meter atau lebih, dimana ruang
dengan rentang ketinggian terbang
udaranya dikendalikan dengan tingkat
antara 245 sampai 460 kaki ditetapkan
pelayanan lalu lintas udara aerodrome
sebagai kelas A dan berlaku pada
control area (ADC).
semua ruang udara yang menjadi ter-
Penyelenggara Bandar udara wajib ritorial Indonesia. Hanya penerbangan
memberikan pelayanan navigasi IFR (instrument flight rules) saja yang
penerbangan berupa pemberian informasi boleh beroperasi dalam ruang udara
penerbangan terhadap pesawat udara kelas A Pelayanan yang disediakan
yang berada di wilayah tanggung jawab adalah pemanduan lalu lintas udara

476 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


terhadap semua pesawat udara udara juga disediakan layanan
diberlakukan pemisahan jarak yang informasi/ petunjuk penerbangan.
sama, besarnya ditentukan sesuai
4. Kelas F, kategori ini adalah sektor
kondisi kemampuan fasilitas yang di
layanan penerbangan (jl.ight service sec-
pakai;
tor/PSS) dan wilayah informasi bagian
2. Kelas B, ditetapkan bagi ruang udara atas (upper information region/VIR).
di sekitar zona pemanduan lalu lintas Pada ruang udara kelas F beroperasi
udara (control zone/CTR) dan zona kedua jenis penerbangan IFR dan VFR.
lalu lintas udara di Bandar udara yang Layanan penerbangan serta petunjuk
berukuran sedang dan besar, rentang penerbangan, sementara pemisahan
ketinggian dari permukaan tanah jarak tidak diberlakukan . Untuk
hingga mencapai batas tertinggi radius operasi penerbangan IFR selain
suatu CTR (besarnya bervariasi antara layanan informasi penerbangan maka
2500, 4000, 7000 dan 8000 kaki). pesawat udara yang beroperasi juga
Penerbangan IFR (instrument flight mendapatkan petunjuk penerbangan.
rules) maupun VFR (visual flight rules) Pemisahan jarak dilakukan sesuai
dapat menggunakan kelas B. dengan kebutuhan.
Pelayanan yang diberikan terhadap
5. Kelas G, ruang udara ini diperuntukan
keduanya sama yaitu pemanduan lalu
bagi keperluan khusus yang sifatnya
lintas udara, dalam hal pemisahan
hanya sementara waktu. Dalam ruang
jarak kedua jenis penerbangan
udara kelas G, pesawat udara yang
pesawat udara diperlakukan sama; beroperasi tidak diwajibkan melakukan
3. Kelas C, terdapat di sekitar daerah kontak dengan unit-unit layanan lalu
pemanduan lalu lintas udara (control lintas udara manapun. Meskipun
area/CTA) dan pada lingkungan demikian tetap disediakan layanan
pemandu lalu lintas udara di terminal informasi penerbangan seandainya
(terminal control area/TMA). Ruang ada pesawat udara yang sedang
udara kelas ini diperuntukan bagi lalu beroperasi tersebut melakukan kontak
lintas udara yang ramai dan sangat menginginkan layanan ini.
bercampur antara VFR dengan IFR, Air Traffic Services atau pelayanan lalu
rentangnya dibatasi hingga mencapai lintas udara adalah pemanduan dan
batas terendah dari suatu TMA pengaturan pesawat terbang yang
(biasanya bersinggungan dengan batas diberikan ATC dengan jalur khusus.
tertinggi dari suatu CTR). Besarnya Tujuan dari pengaturan lalu lintas udara
jarak pisah antara sesama penerbangan adalah untuk menghindarkan tabrakan
IFR berbeda dengan jarak pisah antara antar pesawat terbang, menghindarkan
penerbangan IFR dan VFR. Demikian pesawat terbang yang berada di daerah
juga dengan jenis layanan yang pergerakan pesawat dengan penghalang
disediakan, di kelas C untuk
lainnya dan terciptanya kelancaran serta
penerbangan IFR hanya ada satu keteraturan lalu lintas udara.
layanan pemanduan lalu lintas udara,
sedangkan untuk penerbangan VFR Untuk melaksanakan tugas tersebut
selain layanan pemanduan lalu lintas diperlukan seorang petugas ATC dalam

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 477


pengaturan arus lalu lintas udara yang penjelasan pada Annex 11 dan Annex 2
dimulai dari pesawat melakukan kontak ICAO 1998 yaitu :
(komunikasi) pertama kali sampai dengan
1. Mencegah tabrakan antar pesawat di
pesawat tersebut mendarat (landing) di
udara.
bandara tujuan.
2. Mencegah tabrakan antara pesawat di
Disamping itu diperlukan dukungan
daerah pergerakan dengan halangan.
prasarana, sarana, serta perangkat
peraturan yang sesuai dengan ketentuan- 3. Mempertahankan keteraturan dan
ketentuan yang dikeluarkan ICAO (Inter- kelancaran arus lalu lintas
national Civil Aviation Organization) penerbangan.
Organisasi Penerbangan Sipil Intemasional, 4. Memberi saran dan informasi yang
yang dari hari ke hari terus dilakukan bermanfaat untuk keselamatan dan
amandemen sesuai dengan pengembangan efisiensi bagi penerbangan.
arus lalu lintas penerbangan dan teknologi.
Cuna mendukung kelancaran pelayanan 5. Memberitahukan instansi yang
lalu lintas penerbangan, pada setiap berkaitan dengan pesawat yang
pesawat udara dan bandar udara yang membutuhkan pertolongan unit SAR
beroperasi harus dilengkapi dengan (Search and Rescue) dan membantu
fasilitas komunikasi yang memadai. instansi tersebut, apabila diperlukan.
Fasilitas komunikasi penerbangan tersebut Pelayanan yang diberikan oleh petugas
digunakan untuk komunikasi antara pemandu lalu lintas udara terdiri dari tiga
pengatur lalu lintas udara dengan pilot/ pelayanan, yaitu :
pesawat dan antara petugas lalu lintas
1. Pelayanan Lalu Lintas U dara
udara dengan unit lain di bandar udara
Terkontrol (Air Traffic Control Service),
tersebut maupun dengan petugas
terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
Pengatur Lalu Lintas Udara di bandar
udara lainnya. a. Area Control Service
Dengan semakin tingginya frekuensi Pelayanan yang diberikan kepada
penerbangan yang melintasi ataupun penerbang yang sudah menjelajah (en-
mendarat di bandar udara dewasa ini, route flight) terutama yang termasuk
maka tugas dan tanggung jawab penerbangan terkontrol (controlled
pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara flights). Unit yang memberikan
menjadi semakin berat. Oleh karena itu, pelayanan ini disebut Area Control Cen-
kualitas dan kehandalan perangkat kerja tre (ACC).
dan SDM yang ada dibelakangnya hams
b. Approach control service
benar-benar prima untuk menjamin
terhindamya insiden penerbangan. Pelayanan yang diberikan kepada
pesawat yang berada di ruang udara
Pada prinsipnya, pelayanan lalu lintas
sekitar bandara baik yang sedang
udara dilaksanakan agar tercipta operasi
melakukan pendekatan maupun yang
penerbangan yang aman, lancar, teratur
baru berangkat, terutama bagi
dan efisien. Ada lima tujuan dari
penerbangan yang beroperasi terbang
pelayanan lalu lintas udara <five objectives
instrumen yaitu penerbangan yang
of air traffic services) sesuai dengan mengikuti aturan penerbangan

478 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


instrumen atau dikenal dengan Instru- tion Organization/I.CAO) berupa buku-
ment Flight Rule (IFR). Unit yang buku aturan (annexes) dan buku-buku
memberikan pelayanan ini disebut petunjuk (manual) dalam bentuk baku
Approach Control Office (APP). (standard) dan anjuran (recommended).
c. Aerodrome Control Service Tenaga ATC di Indonesia berjumlah ±
1.093 orang dan untuk tenaga ATC di
Pelayanan yang diberikan kepada
Bandara Internasional Sultan Mahmud
pesawat yang berada di bandara dan
Badaruddin II saat ini berjumlah 18 or-
sekitarnya (vicinity of aerodrome), yang
ang. Namun hal ini bila dikaitkan dengan
dilakukan di menara pengawas (Con-
pergerakan pesawat yang terus meningkat
trol Tower). Unit yang memberikan
di Bandara Sultan Mahmud Badarudin II
pelayanan ini disebut Aerodrome Con-
Palembang maka dapat di asumsikan
trol Tower (ADC).
masih kurang.
2. Pelayanan Informasi Penerbangan
Sedangkan untuk menghitung kebutuhan
(Flight Information Service)
tenaga Air Traffic Controller di suatu
Flight Information Service adalah bandara adalah dengan menggunakan
pelayanan yang dilakukan dengan rumus statistik dari Advisory Circular AC
memberikan saran dan informasi yang 69-01 (Guidance Material and Procedures of
bermanfaat untuk keselamatan dan Air Traffic Controller Licence and Ratings)
efisiensi bagi penerbangan. Chapter V. Rumus perhitungan
3. Alerting Service kebutuhan tenaga ATC yang ideal dalam
suatu bandara adalah sebagai berikut :
Alerting Service adalah pelayanan yang
dilakukan dengan memberitahukan
METODOLOGI
instansi terkait dengan pesawat yang
membutuhkan pertolongan Search and Kajian ini menggunakan metode
Rescue Unit dan membantu instansi kuantitatif dengan analisis pemaparan
tersebut, apabila diperlukan. dan penjelasan secara rinci berdasarkan
Dalam menjalankan tugas pemanduan kompilasi data primer dan sekunder yang
telah diolah. Dalam prosedur
lalu lintas udara, terdapat berbagai
prosedur dan peraturan. Prosedur dan penelitiannya, metode ini menggunakan
peraturan tersebut telah ditentukan dalam data yang bersumber dari nara sumber
bentuk aturan baku, baik secara dan pengamatan di lapangan (data
internasional maupun nasional. Untuk primer). Selain data primer di gunakan
peraturan dan prosedur internasional pula data sekunder berupa laporan,
dikeluarkan oleh Organisasi Penerbangan catatan aturan/ketentuan yang berlaku,
Sipil Internasional (International Civil Avia- risalah dan lain sebagainya.

Jam Operasi xSektor + 3 + (0,2063x( Jam Operasi )xSektor))


1,5 1,5
Keterangan;
Jam operasi bandar udara;
Sektor yang terdapat di bandar udara.

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 479


HASIL DAN PEMBAHASAN PT Angkasa Pura (AP) II selaku pengelola
Bandara ini telah resmi menjadi bandara Bandar Udara Sultan Mahmud
bertaraf internasional dan bisa didarati Badaruddin II terus berbenah diri.
oleh pesawat yang berbadan besar pada Rencananya, AP II akan menambah
27 September 2005. Pengembangan kapasitas boarding lounge, check in area
bandara tersebut mulai dilakukan pada 18 serta area komersial dari luas 1.100 meter
September 2003. Perkembangan yang persegi (m2) menjadi 2.200 m 2 . Saat ini
dilaksanakan adalah perpanjangan bandara tersebut telah over capacity.
landas pacu sepanjang 300 meter x 60 Bandara yang hanya untuk 1 juta
meter menjadi 3.000 meter x 60 meter, penumpang itu telah dilewati sebanyak 1,2
pembangunan tempat parkir kendaraan juta orang dalam 2010 lalu. Pembangunan
bandara akan dilakukan dalam dua
seluas 20 .000 meter yang dapat
tahap.
menampung 1.000 kendaraan serta
pembangunan gedung terminal Adapun arus lalu lintas angkutan udara
penumpang tiga lantai seluas 13.000 meter untuk Bandara Sultan Mahmud
persegi yang dapat menampung 1250 Badaruddin II Palembang dapat dilihat
penumpang, dilengkapi garbata dan ter- pada tabel 1 dan 2.
minal kargo dan bangunan penunjang
Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Di
lainnya seluas 1.900 meter persegi. Hasil
Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
pengembangan ini membuat Bandara
Palembang
Intemasional Sultan Mahmud Badaruddin
II dapat di darati pesawat Airbus A330 Mengacu pada Keputusan Menteri
dan sejenisnya serta Boeing 747. Perhubungan nomor 44 tahun 2002

Tabel 1. Statistik Angkutan Udara Penumpang dan Pesawat Bandara Sultan Mahmud
Ba d aru dd"m II Palembang Tahun 2001 -2010

::_JC I
Datang
II
Penumpang

Berangkat
II
=1C
Transit
II
Datang
II
Pesawat

Berangkat
~
ILTransit I

I
2010
JI 902.02_()_11 908.414 1 ~I 8.32~IL 8.32~l ol

I 2009 ] [ 812.28211 806.624 ] 25~ 7.66511 7.665 11 ol

I
2008
II 775. 18011 781.073 527 7.901 II 7.903 11 ol
2007 111.12211 696.682 0 8.09611 8.109 11 ol
I I
2006 645.96611 658.314 680 7.45411 7.503 1
I ol

I 2005 406.62211 560.628 4.162 6.90711 6.913 ol

I
2004 275.22011 408.070 6.616 6.401 II 6.396 ol

I 2003 233.onll 276.110 10.092 5.49811 5.498 1 ol


2002 195. 16511 233.512 10.351 4.55611 4.556 11 ol
I
2001 171.80611 188.537 8.864 4.29511 4.299 11 ol
I
Sumber : PT. Angkasa Pura II, Bandara Sultan Mahmud Badaruddm II Palembang

480 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Tabel 2. Statistik:Angkutan Udara Barang, Bagasi dan Pos Bandara Sultan Mahmud
Badaruddin II Palembang Tahun 2001-2010

~I
Ba rang Bagasi Pos
I I
Datang
II Berangkat Datang
I Berangkat Datang I Berangkat I
2010 2.263.30111 7 .545.549 8.964.8 821 8.701.806 199.6031 452 .362 1
I
2009
II 5.845.58511 6.407.864 7.874.471 6.417.864 183.821 I 113 .953 1

2008

2007
I 6.838.714

7. 772.435 II
1.900.489

7.921.585
8 13[j•73«7
5. 7 •f\f\ Of\~
441.738

355.556
170.189

124.911

2006 6. 142.089 6.310934 4. 509.986 1.431. I 03 279.619 125. 758

2005 4.032.514 1.257.948 5.803.408 6.069.130 281. 767 I 06.383

2004 4.363 .007 1.163 .625 5.081.667 5.275 .848 211.991 75.553

I 2003
I 2. 824. 79411 1.119.430 ti 3.835.44111 3. 956. 783 ti 199.852 ti 64~1
2002 2.438 .71311 1.021.292 11 2. 776.21011 2.884.374 11 213 .914 11 84 .098 1
I II
2001 2.319.98511 2.158 .52011
I I 1.201.341 11 2.321.73411 224.982 11 127.33311
Sumber : PT. Angkasa Pura II, Bandara Sultan Mahmud Badaruddm II Palembang

tentang Kebandarudaraan Nasional, diantaranya :


dalam pasal 9 yang menyebutkan tentang
1. Pelayanan Lalu Lintas Udara
klasifikasi bandar udara berdasarkan atas
Terkontrol (Air Traffic Control Service),
ketersediaan fasilitas bandar udara,
terbagi menjadi dua bagian yaitu :
kegiatan operasional bandar udara, dan
jenis pengendalian ruang udara (tingkat a. Approach control service
pelayanan lalu lintas udara) di sekitar Pelayanan yang diberikan kepada
Bandar udara tersebut. Berdasarkan pesawat yang berada di ruang udara
fasilitas, maka Bandar udara Sultan sekitar bandara baik yang sedang
Mahmud Badaruddin II Palembang dapat melakukan pendekatan maupun yang
dikelompokan ke dalam Bandar Udara baru berangkat, terutama bagi
Kelompok C, yaitu kelompok Bandar penerbangan yang beroperasi terbang
udara dengan panjang landas pacu (run- instrumen yaitu penerbangan yang
way) 1200 meter atau lebih, mengingat mengikuti aturan penerbangan
panjang runway yang dimiliki oleh Bandar instrumen atau dikenal dengan Instru-
Udara Sultan Mahmud Badaruddin II ment Flight Rule (IFR). Unit yang
panjangnya adalah 2500 M2 dan lebar 45 memberikan pelayanan ini disebut
M2, dimana ruang udaranya dikendalikan Approach Control Office (APP).
dengan tingkat pelayanan lalu lintas udara
aerodrome control area (ADC). b. Aerodrome Control Service
Pelayanan yang diberikan oleh petugas Pelayanan yang diberikan kepada
pemandu lalu lintas udara Bandar Udara pesawat yang berada di bandara dan
Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sekitamya (vicinity of aerodrome), yang
yaitu terdiri dari tiga pelayanan, dilakukan di menara pengawas (Con-

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 481


trol Tower). Unit yang memberikan
pelayanan ini disebut Aerodrome Con-
1. Aerodrome Control Service (ADC)
bertugas memberikan pelayanan lalu
-
trol Tower (ADC). lintas penerbangan disekitar Bandar
2. Pelayanan Informasi Penerbangan udara dan maneouvering area.
(Flight Information Service) 2. Approach control service (APP) bertugas
Flight Information Service adalah memberikan pelayanan lalu lintas
pelayanan yang dilakukan dengan penerbangan di control zone dalam ra-
memberikan saran dan informasi yang dius 30 NM dengan ketinggian ground
bermanfaat untuk keselamatan dan sampai 10.000.
efisiensi bagi penerbangan. 3. Flight Information Service (FIC) bertugas
3. Alerting Service memberikan pelayanan dalam bentuk
informasi, agar terjadi penerbangan
Alerting Service adalah pelayanan yang yang efisien.
dilakukan dengan memberitahukan
instansi terkait dengan pesawat yang 4. Approach movement Control (AMC)
membutuhkan pertolongan Search and bertugas memberikan pelayanan
Rescue Unit dan membantu instansi dalam bentuk pengaturan untuk
tersebut, apabila diperlukan. menciptakan keselamatan, ketertiban
dan kelancaran lalu lintas pergerakan
Air Traffic Services atau pelayanan lalu orang, kendaraan dan peralatan/
lintas udara adalah pemanduan dan fasilitas Ground Support Equipment
pengaturan pesawat terbang yang (GSE) di apron termasuk pemanduan
diberikan ATC dengan jalur khusus. pesawat udara dalam ruang
Tujuan dari pengaturan lalu lintas udara pergerakannya di bandar udara.
adalah untuk menghindarkan tabrakan
antar pesawat terbang, menghindarkan Dalam memberikan pelayanan lalu lintas
pesawat terbang yang berada di daerah udara (air traffic services/ ATS) tenaga air
pergerakan pesawat dengan penghalang traffic controller (ATC) di Bandara Sultan
lainnya dan terciptanya kelancaran serta Mahmud Badarudin II Palembang
keteraturan lalu lintas udara. Untuk berjumlah 18 orang dengan kualifikasi
melaksanakan tugas tersebut diperlukan pendidikan berbeda-beda terdiri atas Sl 5
seorang petugas ATC dalam pengaturan orang, D IV 3 orang, dan Diii 10 orang
arus lalu lintas udara yang dimulai dari dapat dilihat pada tabel 4. Secara
pesawat melakukan kontak (komunikasi) berjenjang pengatur lalu lintas udara di
Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
pertama kali sampai dengan pesawat
tersebut mendarat (landing) di bandara Palembang terdiri atas pemandu lalu
tujuan. lintas udara (PLLU) atau disebut junior
ATC GATC), penilik lalu lintas udara atau
Unit pelaksana yang bertugas memberikan senior ATC (SATC) dan radar pemandu
pelayanan lalu lintas udara dalam ruang lalu lintas udara (RPLLU) atau radar ATC
udara yang menjadi tanggung jawab (RATC) dapat dilihat pada tabel 3. Unit
operasi Bandara sultan Mahmud pelayanan yang bertugas memberikan
Badaruddin II Palembang adalah sebagi pemanduan lalu lintas udara dalam
berikut: menunjang keselamatan penerbangan

482 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


yaitu ADC dan APP berjumlah 18 Jumlah personel (sumber daya manusia)
personel. Pelatihan yang pernah diikuti yang bertugas di masing-masing unit
oleh air traffic controller (ATC) di Bandara pelayanan lalu lintas udara belum
Sultan Mahmud Badarudin II Palembang terpenuhi sepenuhnya (masih belum
antara lain : memadai). Berdasarkan standar
ATC Radar; kebutuhan dan jam operasi Bandara Sul-
tan Mahmud Badaruddin II Palembang
CNS/ATM;
untuk unit ADC maupun APP, jumlah
ATS Quality Insurance; personel masih kurang, hal ini terungkap
ATC Refreshing Course; dengan kurangnya jumlah personel ATC
ATC Checker; pada setiap shift kerja, setiap shift kerja
ATS Planning; terdapat sejumlah posisi yang harus diisi,
yaitu koordinator (PTO), controller, asisten
Aviation English;
controller, serta supervisor. Sementara
ATC Supervisor. petugas yang terkait dengan
Tabel 3. Petugas ATC Tahun 2011 Bandara penyelenggaraan pelayanan pemanduan
Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang lalu lintas udara adalah sebagai berikut:
N> Jabian Uit.Kaja lmEh Pemandu lalu lintas penerbangan;
Aix::dalAW
Tenaga bantuan operasi penerbangan;
1. Kfplla ilvii'l - -
Tenaga pelayanan informasi
2 Kfpllailm; I 1 penerbangan;
3. PID 6 6 Tenaga teknisi radio penerbangan;
4 JXfCRrl:r 11 11 Tenaga teknisi listrik penerbangan.
5. JX[C&Jrior - - Terkait dengan recruitment (penerimaan)
6 JXfCJmicr - - pegawai/ petugas pelayanan lalu lintas
&nm: PT. ~Pua Il, Burlua ~mMUnulBrlndin
udara dilakukan oleh Angkasa PT. Pura
n~ II pusat didasarkan pada kualitas
pendidikan yang telah dimiliki untuk posisi
Tabel 4. Profil Pendidikan Petugas ATC (Tahun
kerja yang sesuai Kantor Cabang Bandara
2011)
Sultan Mahmud Badaruddin II
UNIT
Palembang. Bandara Sultan Mahmud
No Pendidikan AC£danAPP Badaruddin II Palembang hanya dapat
mengusulkan penambahan jumlah
1. S-2 -
pegawai/ personel ATC, tetapi keputusan
2. S-1 5 tetap berada di kantor pusat. Dalam
3. D.IV 3 pembinaan personel/ petugas pemandu
lalu lintas udara harus mengikuti program
4. D.ill 10 general check up secara periodek (sekali
5. D.11 - dalam setahun) dan akan ditindaklanjuti
apabila kesehatan karyawan di bawah
6. D.I - standar yang ditetapkan.
&nm : PI Angwa Plra II, Buxlara &ll1an :Mihrrud Badiruckin
II P-alerrbang Berdasarkan standar kebutuhan dan jam

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 483


operasi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang yaitu sebagai
Badaruddin II Palembang untuk unit ADC berikut:
maupun APP, jumlah personel masih
kurang, hal ini terungkap dengan
Jam OperasixSektor+ 3 + (0,2063x(am OperasSxsektor))
kurangnya jumlah personel ATC pada 1,5 1,5
setiap shift kerja, setiap shift kerja terdapat
sejumlah posisi yang harus diisi, yaitu 15 15
- x 2 + {( 2 + 3 + 0,2063 x(-)x2)}
I ,5 1,5
koordinator (PTO), controller, asisten con-
10 x2 + {( 2 + 3 + 0,2063 x(10 )x2)}
troller, serta supervisor. Untuk Bandara
20 + {( 5 + ( 4 ' 126 ) }
Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
20 + { 9 ,126 }
pada setiap shift kerja (baik unit ADC 29 ,126
maupun unit APP) masing-masing hanya dibulatkan menjadi 29 orang
berjumlah 3 orang terdiri dari koordinator
(PTO) yang merangkap jadi supervisor, Dengan melihat perhitungan diatas,
controller dan asisten controller. berdasarkan standar kebutuhan dan jam
Sedangkan untuk menghitung kebutuhan operasi Bandara Sultan Mahmud
tenaga Air Traffic Controller di suatu Badaruddin II Palembang untuk unit ADC
bandara adalah dengan menggunakan maupun APP jumlah personel air traffic
rumus statistik dari Advisory Circular AC controller di Bandara Sultan Mahmud
69-01 (Guidance Material and Procedures of Badaruddin II Palembang masih kurang.
Air Traffic Controller Licence and Ratings) Jumlah personel air traffic controller di
Chapter V. Rumus perhitungan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
kebutuhan tenaga ATC yang ideal dalam Palembang saat ini adalah 18 orang,
suatu bandara adalah sebagai berikut : dengan demikian masih terdapat
kekurangan sekitar 11 orang. Kekurangan
11 orang sudah termasuk dengan
Jam Operasi xSektor + 3 + (0,2063xfam Operasi)xSektor))
1,5 1,5 mempertimbangkan / memperhatikan
faktor x, yaitu meliputi kebutuhan personel
Keterangan;
untuk managerial dan kebutuhan personel
Jam operasi bandar udara; untuk ijin/ cuti/ sakit.
Sektor yang terdapat di bandar udara. Jumlah personel (sumber daya manusia)
Untuk Bandara Sultan Mahmud yang bertugas di masing-masing unit
Badaruddin II Palembang diketahui jam pelayanan lalu lintas udara belum
operasi bandara adalah dari jam 06.00 terpenuhi sepenuhnya (masih belum
WIB sampai dengan 18.00 WlB, artinya memadai).
jam operasi bandara adalah sekitar 15 jam Perhitungan diatas juga telah
pada jam operasi normal. Namun diluar memperhatikan peraturan yang
itu sering terdapat extend flight dituangkan dalam Advisory Circular AC
(penambahan jam operasi bandara) 69-01 (Guidance M.aterial and Procedures of
sampai dengan pukul 21.00 WlB. Dengan Air Traffic Controller Licence and Ratings)
memakai rumus diatas dapat dihitung Chapter V, dimana maksimal jam kerja/
kebutuhan jumlah petugas/personel air hari adalah 7 jam 30 menit, maksimal jam
traffic controller di Bandara Sultan Mahmud kerja/ minggu adalah 32 jam. Setelah

484 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


maksimal 2 jam pada pekerjaan (on duty) and Ratings) Chapter V, kebutuhan
adalah tiap 2 jam personel A TC hams jumlah petugas / personel air traffic con-
diberikan istirahat 45 menit, dan asisten troller yang ideal di Bandara Sultan
hams diberikan istirahat 45 menit setelah Mahmud Badamddin II Palembang
3 jam pada pekerjaan (on duty), serta yaitu 29 orang.
tunjangan liburan tahunan untuk control-
ler tidak boleh kurang dari 34 hari. DAFTAR PUSTAKA
1. Advisory Circular AC 69-01 (Guidance
KESIMPULAN
Material and Procedures ofAir Traffic Con-
Setelah melakukan perhitungan dan troller Licence and Ratings) Chapter V;
membandingkan dengan jumlah personel
2. H.A.S. Moenir, Drs, dalam buku
Air Traffic Controller (ATC) yang ada di Manajemen Pelayanan Umum, 2000;
Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang, maka dapat ditarik 3. ICAO, Annex 2 tentang Rules of The
kesimpulan sebagai berikut: Air;
1. Berdasarkan standar kebutuhan dan 4. ICAO, Annex 11 tentang Air Traffic
jam operasi bandar udara, personel Air Services;
Traffic Controller (ATC) di Bandara 5. Keputusan Menteri Perhubungan
Sultan Mahmud Badaruddin II nomor 44 tahun 2002 tentang
Palembang belum terpenuhi Kebandarudaraan Nasional;
sepenuhnya (masih belum memadai).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 3
2. Jumlah personel Air Traffic Controller Tahun 2001 Tentang Keamanan dan
(A TC) di Bandara Sultan Mahmud Keselamatan Penerbangan;
Badamddin II Palembang saat ini
adalah 18 orang (untuk unit ADC dan 7. Peraturan Keselamatan Penerbangan
APP). Sipil (CASR Part 170) tentang
Peraturan Lalu Lintas Udara;
3. Deng an menghitung menggunakan
rumus statistik dari Advisory Circular 8. PT. Angkasa Pura I, Satatistik Angku tan
AC 69-01 (Guidance Material and Pro- Udara;
cedures of Air Traffic Controller Licence 9. www.google.com

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 485


KAJIAN EVALUASI KRITERIA PARK AND RIDE DI STASIUN BANDUNG
Listantari
Peneliti Bidang Transportasi Multimoda-Badan Litbang Perhubungan
Jln. Medan Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat 10110
E-mail mtm listantari@yahoo.co.id

ABSTRACT
Station is one of the important transport node in the operation of intermodal transport for the
transport node or a turn of events took place aver the modes, it can be identified that the station
is the intersection of the railway transport service network with road transport. Park and ride
station bandung present not in accordance with the expectations of service users so that the
required evaluation criteria for the implementation of park and ride station bandung. The
method of data analysis used in this study is customer satisfaction index (CSI). The results of
calculations using the method of CSI (customer satisfaction index) gained 63.35% index num-
ber means the entire park and ride criterion variables can not give satisfaction to the users of
park and ride station for the total satisfaction of park and ride users are in the range index of
verry poor, and mapped into 4 quadrants by 35 variables. From the results of the mapping
there are variables in quadrant I, which means that the level of interest in the park and ride is
quite high but the performance was considered not in accordance with the wishes of park and
ride service users.
Keywords: criterion, park and ride, CSI method.

ABSTRAK
Stasiun merupakan salah satu simpul transportasi yang penting dalam penyelenggaraan
transportasi antarmoda karena pada simpul transportasi tersebut terjadi aktivitas
pergantian atau alih moda, maka dapat diidentifikasi bahwa stasiun merupakan titik
temu antara jaringan pelayanan transportasi kereta api dengan transportasi jalan. Park
and ride di Stasiun Bandung yang ada sekarang belum sesuai dengan harapan pengguna
jasa sehingga diperlukan evaluasi kriteria penyelenggaraan park and ride di Stasiun
Bandung. Metode analisis data yang digunakan dalam kajian ini adalah Customer Sat-
isfaction Index (CSI). Hasil perhitungan dengan menggunakan metode CSI (Customer
Satisfaction Index) diperoleh angka indeks 63,35% artinya seluruh variabel kriteria park
and ride belum dapat memberikan kepuasan kepada pengguna park and ride di stasiun
karena tingkat kepuasan total pengguna park and ride berada pada range index of verry
poor (x d" 64 %), dan dipetakan dalam 4 kwadran sebanyak 35 variabel. Dari hasil
pemetaan tersebut terdapat variabel pada kwadran I yang berarti tingkat kepentingan
terhadap park and ride cukup tinggi namun kinerjanya dinilai belum sesuai dengan
keinginan pengguna jasa park and ride.
Kata kunci: kriteria, park and ride, metode CSI

486 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


PENDAHULUAN penyelenggaraan transportasi antarmoda
Salah satu cara untuk meningkatkan karena pada simpul transportasi tersebut
peranan angkutan massal dalam terjadi aktivitas pergantian atau alih moda,
melakukan perjalanan, diantaranya maka dapat diidentifikasi bahwa stasiun
dengan menyediakan fasilitas parkir merupakan titik temu antara jaringan
disekitar stasiun/ tern pat perhentian pelayanan transportasi kereta api dengan
angkutan massal kemudian melanjutkan transportasi jalan.
perjalanan. Oleh karena itu kajian mengenai evaluasi
Park and ride adalah kegiatan parkir kriteria park and ride di Stasiun Bandung
kendaraan pribadi di tempat parkir dan perlu dilakukan supaya masyarakat
kemudian melanjutkan perjalanan dengan pengguna dan instansi terkait mempunyai
menggunakan bus atau kereta api. Park visi dan misi yang sama bahwa park and
and ride banyak ditemukan di stasiun ride di Stasiun Bandung dapat
kereta api di pinggir kota ataupun stasiun/ meningkatkan peranan angkutan massal.
shelter busway di pinggir kota. Manfaat Park and ride di Stasiun Bandung yang ada
pengembangan fasilitas parkir dan sekarang belum sesuai dengan harapan
menumpang antara lain adalah pengguna jasa sehingga dip er 1u k an
membantu mengurangi kemacetan lalu evaluasi kriteria penyelenggaraan
lintas di pusat-pusat kegiatan, mendorong park and ride di Stasiun Bandung. Rumusan
masyarakat untuk meningkatkan masalah dalam kajian ini bagaimana
penggunaan angkutan umum, kriteria penyelenggaraan park and ride di
mengurangi konsumsi bahan bakar dan stasiun?
emisi gas rumah kaca karena angkutan
Maksud kajian adalah melakukan kajian
umum menghasilkan emisi gas rumah
evaluasi kriteria park and ride di Stasiun
kaca per penumpang km yang lebih
Bandung. Tujuan kajian adalah
rendah ketimbang menggunakan
mengevaluasi kriteria park and ride di
kendaraan pribadi, dan mengurangi
Stasiun Bandung dalam rangka
kebutuhan ruang parkir dipusat kota.
meningkatkan kelancaran alih moda di
Parkir dan menumpang ini merupakan stasiun serta hasil yang diharapkan adalah
salah satu perangkat manajemen tersusunnya konsep rekomendasi kriteria
pembatasan lalu lintas di pusat kota yang dalam rangka pengembangan sistem park
padat, untuk menarik masyarakat untuk and ride di stasiun.
parkir dengan tarif parkir yang murah
kemudian melanjutkan dengan kereta api. Ruang lingkup penelitian ini meliputi: (1)
Fasilitas parkir dan menumpang juga Inventarisasi peraturan perundangan yang
tersedia di Stasiun Bandung dimana terkait dengan penyelenggaraan park and
seseorang dapat menitipkan kendaraannya ride; (2) Inventarisasi prasarana dan
di stasiun lalu melanjutkan perjalanannya fasilitas pendukung dalam rangka alih
dan mengambilnya kembali setelah moda; (3) Inventarisasi jumlah
sampai di stasiun. penumpang kereta api (penumpang naik);
(4) Inventarisasi dan identifikasi
Stasiun merupakan salah satu simpul permasalahan terkait dengan
transportasi yang penting dalam penyelenggaraan park and ride; (5) Analisis

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 487


dan evaluasi penyusunan kriteria park and c. Kerjasama antarmoda, sangat
ride (6) Kesimpulan dan rekomendasi. didukung oleh kompabilitas sarana dan
prasarana masing-masing moda,
TINJAUAN PUSTAKA dengan standar pelayanan yang setara
(dimana pun mem ungkinkan,
1. Kriteria perpindahan harus mempunyai
Kriteria adalah ukuran yang menjadi kesetaraan yang sama dalam
dasar penilaian atau penetapan sesuatu: kenyamanan di kedua arah layanan/
moda transportasi).
Ukuran yang menjadi dasar tersebut
dapat berupa standar, tujuan, 3. Park And Ride
petunjuk/ pedoman, norma a tau a. Jenis Parkir
pemyataan terukur.
Ada beberapa jenis sistem parkir yang
Sedangkan sesuatu yang dinilai, diantaranya yaitu park and walk, kiss and
dibandingkan, dan ditetapkan tersebut ride dan park and ride. Sistem park and walk
dapat berupa: keputusan, pelayanan/ adalah sistem parkir dimana pelaku
service, hasil/ outcome, proses perjalanan memarkir kendaraan di suatu
pembangunan, operasi, dsb. lahan parkir dan selanjutnya berjalan kaki
2. Faktor Pendukung Pelayanan ke tempat tujuannya, mengingat jarak
Transportasi Antarmoda tempuh dengan jalan kaki relatif pendek
seperti misalnya di pusat perbelanjaan,
Berlangsungnya operasional pertokoan dan perkantoran. Sistern kiss and
penyelenggaraan transportasi antarmoda ride dipakai untuk mengantar dan
yang lancar sangat dipengaruhi oleh menjemput di suatu terminal. Sistem park
kesiapan faktor-faktor pendukung. Mini- and ride dapat diartikan dengan
mal ada 3 (tiga) faktor pendukung yang pengendara yang akan memarkir
merupakan bagian utama dari pelayanan kendaraannya di areal parkir kemudian
transportasi intermoda dan melanjutkan perjalanannya dengan
keberadaannya sangat terkait satu sama angkutan umum.
lain. Faktor-faktor tersebut adalah:
Park and ride merupakan fasilitas parkir
a. Prasarana, mencakup jaringan, termi- pada stasiun peralihan moda, halte dan
nal dan fasilitasnya berfungsi sebagai bus stop. Sebagian berlokasi di daerah
physical connector (penghubung fisik) pinggiran kota untuk memfasilitasi
antarmoda, dimana dari aspek kegiatan alih moda dan kegiatan
fungsional, tata letak dan operasional berkendaraan bersama (ridesharing),
dapat memfasilitasi alih moda untuk carpooling. Fasilitas park and ride bertujuan
mewujudkan single seamless services untuk meningkatkan efisiensi jaringan
(satu perjalanan tanpa hambatan). transportasi dengan mendorong
b. Sistem informasi, terbagi dalam sistem perpindahan moda dari kendaraan
informasi ini vehicle (di dalam kendaraan pribadi (low occupancy) ke bus,
kendaraan) dan off vehicle (di luar kereta (high occupancy).
kendaraan), dapat berwujud sisten b. Urgensi Park and Ride
informasi tarif, rute, jadwal
pemberangkatan dan lain sebagainya Urgensi Park and Ride, dapat digolongkan

488 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


atas tuntutan 3 buah kepentingan, antara pengguna kendaraan pribadi. Dengan
lain: tersedianya fasilitas park and ride di
kawasan pemukiman dapat memberikan
1) Satu kebutuhan mendesak untuk
dampak terhadap penurunan kemacetan
melakukan efisiensi perjalanan, sebab
lalu lintas dan permintaan area parkir di
dengan optimalisasi park and ride akan
pusat kota. Selain itu park and ride mampu
dapat mendorong perjalanan
mengurangi masuknya kendaraan
mempunyai pilihan-pilihan yang pal-
bermotor ke dalam kota serta mendukung
ing efisien melalui kemudahan sistem
pengembangan transportasi antarmoda
transfer antar moda, dengan backbone
khususnya di kawasan pemukiman.
angkutan umum massal.
Di beberapa negara maju pengembangan
2) Trend (di luar negeri) sebagai antisipasi
sistem mass rapid transit selalu didukung
terhadap semakin langka dan
oleh penyediaan tempat parkir yang
mahalnya sumber energi. Trend atas
terintegrasi dengan pelayanan
kebutuhan park and ride didorong
transportasi umum seperti bus ataupun
dengan semakin meningkatnya harga
bahan bakar minyak. Di Amerika, era ke:eta api. Dengan biaya parkir yang
t~11angkau,. pengendara akan menghitung
tahun 1970-an ketika harga minyak
biaya parkrr sebagai bagian dari ongkos
sangat tinggi, pemerintah daerah
maupun perusahaan swasta berusaha tr.a nsportasi secara keseluruhan, yang
diharapkan dapat memberikan
membangun sistem car pooling dan
keuntungan dan kemudahan transfer bagi
sistem angkutan umum yang nyaman
bagi perjalanan yang bersifat suburban penumpang.
atau komuter yang bekerja di pusat Sementara itu, konsep park and ride
kota. diberlakukan di daerah-daerah di pusat-
3) Meningkatkan kinerja angkutan pusat perbelanjaan, perkantoran, dan
umum, kereta api sekaligus merubah sebagainya. Mereka yang menggunakan
moda perjalanan dari Car-Rider kendaraan pribadi harus memarkir
menjadi Bus-Rider. Park and ride kendaraannya di lahan parkir yang telah
merupakan solusi yang dipergunakan disediakan di luar kompleks pusat-pusat
oleh para pengguna angkutan pribadi itu. Hanya kendaraan umum yang
ketika akan mempergunakan pilihan memiliki akses untuk keluar-masuk
agar memudahkannya berpindah dari kompleks itu. Dengan public-transport ori-
kendaraannya dan merubah moda ented, akan juga dicapai efisiensi tenaga
akhir perjalanannya menggunakan dan waktu yang lebih tinggi termasuk
angkutan umum massal. mengurangi macet dan stress. Dari sisi
lingkungan penghematan energi maupun
c. Konsep Sistem Park And Ride polusi dapat dikurangi.
Dengan adanya kebijakan yang mengarah d. Manfaat dan penggunaan Park and
pada penggunaan angkutan umum di ride
DKI Jakarta melalui fasilitas alih moda
maupun kegiatan berkendaraan bersama Berdasarkan pengalaman di negara luar,
(ridesharing) maka fasilitas park and ride beberapa manfaat park and ride antara lain:
akan sangat diperlukan khususnya bagi 1) Mendorong penggunaan angkutan

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 489


umum berkapasitas besar untuk macet, para pengguna akan lebih
meningkatkan efisiensi dalam sistem merasakan manfaat perpindahan
transportasi. moda dan penggunaan park and ride
akan menjadi lebih terasa.
2) Mengembangkan efisiensi dalam
sistem transit dengan menyediakan 3) Tarif parkir, Apabila tarif parkir
fasilitas perpindahan moda pada area bersaing, dan mampu memberikan
yang padat dan meningkatkan koreksi (reduksi) atas besaran tarif
kebiasaan kendaraan bersama apabila dilakukan secara normal, akan
(riderships) . memberikan rangsangan agar orang
mau berpindah. Jika tidak, dan
3) Salah satu cara mengatasi kemacetan
dipergunakan tarif parkir normal,
melalui penurunan jumlah kendaraan
maka akan menghilangkan potensi
pribadi pada jalur utama.
benefit, sehingga orang akan kembali
4) Menurunkan penggunaan energi dan memilih menggunakan kendaraan
polusi udara. pribadinya kembali atau menggunakan
Potensi penggunaan park and ride sangat fasilitas kiss and ride.
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara e. Layanan Park and Ride
lain :
Park and ride sebagai salah satu bentuk
1) Rasia biaya perjalanan dengan fasilitas perpindahan moda harus mampu
kendaraan pribadi terhadap angkutan memberikan layanan yang maksimal agar
umum. Manakala biaya perjalanan mampu bersaing dengan moda pribadi.
dengan kendaraan pribadi masih Jaminan untuk memperoleh moda
dianggap lebih efisien, maka pengguna lanjutan adalah hal yang tidak bisa
kendaraan tetap akan memilih dipisahkan dari layanan park and ride.
menggunakan kendaraan pribadi, dan Keandalan moda lanjutan baik dari waktu
tidak akan beralih menggunakan tempuh, frekuensinya, rute layanan
angkutan umum dengan fasilitas park maupun kesesuaian jadwalnya adalah hal
and ride. Dalam sisi tertentu, fasilitas mutlak yang harus dibenahi agar layanan
park and ride akan jauh lebih menarik ini mampu bersaing dengan kendaraan
apabila tarif parkir, keamanan, akses pribadi.
pencapaian lokasi park and ride
Pelayanan berupa sistem informasi
mempunyai daya saing.
perjalanan, dengan dukungan fasilitas
2) Tingkat kemacetan pada jalan-jalan sistem perkerasan permukaan (paving),
sejajar koridor park and ride. Dari sistem perlampuan (lighting), informasi
pengalaman beberapa negara yang yang jelas, keamanan dan kenyamanan di
telah mengembangkan fasilitas park ruang tunggu dan adanya petugas yang
and ride beserta koridomya, kemacetan melakukan pengamanan terus menerus 24
akan memberikan efek, menjauhnya jam akan memberikan efek pada
pengguna dari lokasi park and ride. peningkatan pengguna park and ride.
Namun kemacetan pada jalan-jalan
Layanan park and ride akan semakin
sejajar akan memberikan kemungkinan
lengkap apabila mampu menggabungkan
lebih besar bagi penggunaan park and
dengan akses bagi pejalan kaki maupun
ride, sebab apabila jalan-jalan tersebut

490 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


pesepeda yang nyaman. Pada dasamya 2. Importance Performance Analysis
bagi pengguna angkutan umum, sebagian (IPA)
besar perjalanan yang mereka lakukan
Teknik Analisis yang digunakan Impor-
pastilah dimulai atau diakhiri dengan tance Performance Analysis (IPA) untuk
berjalan kaki untuk menuju tujuannya.
membandingkan sampai sejauhmana
Oleh karena itu agar perjalanan mereka
kinerja suatu kegiatan yang dirasakan
menjadi lebih nyaman dan tanpa
oleh pengguna atau pelanggannya apabila
hambatan (seamless) perlu disediakan
dibandingkan dengan tingkat kepuasan
fasilitas yang nyaman bagi moda tersebut
yang diinginkan.
seperti pedestrian maupun jalur sepeda.
Rak sepeda diadakan untuk memfasilitasi a. Importance Analysis
pengguna kendaraan pribadi berupa Merupakan analisis untuk mengetahui
sepeda. persepsi mengenai tingkat kepentingan
suatu atribut mendorong responden dalam
METODOLOGI menggunakan sebuah produk. Pada
1. Rancangan Penelitian
kuesioner penelitian ini, importance analy-
sis akan dilakukan terhadap pertanyaan
Proses penyelesaian masalah diawali seber~a penting faktor-faktor yang
dengan melihat kondisi eksisting park and menjadi pertimbangan konsumen dalam
ride di stasiun kemudian dilakukan memutuskan untuk memilih atau tidak
penilaian oleh pengguna park and ride. sebuah produk. Untuk mengukur tingkat
Penilaian berupa persepsi pengguna park kepentingan ini, digunakan skala Likert.
and ride terhadap pelayanan park and ride
yang diberikan dan dirasakan, serta b. Performance Analysis
harapan pengguna park and ride yaitu Merupakan analisis untuk menentukan
keinginan terhadap pelayanan park and ride tingkat kepuasan konsumen terhadap
yang diberikan oleh operator. atribut atau faktor sebuah produk. Dalam
kuesioner penelitian ini, performance analy-
Dari hasil persepsi dan harapan pengguna
jasa kereta api dilakukan analisis atau sis akan diterapkan terhadap pertanyaan
pengukuran indeks kepuasan konsumen mengenai seberapa puas konsumen
(Customer Satisfaction Index, atau CSI) terhadap atribut atau faktor produk dan
dengan membandingkan jumlah rata-rata pelayanan yang diberikan oleh penyedia
persepsi dan jumlah rata-rata harapan jasa. Sama seperti untuk mengukur tingkat
dikalikan 100 %. kepentingan, untuk mengukur tingkat
kepuasan ini digunakan skala Likert yang
Hasil perhitungan CSI digunakan untuk terdiri dari lima tingkat, yaitu:
memetakan seluruh atribut ke dalam 4
1) Sangat Puas atau Sangat Penting,
(empat) kuadran Importance-Performance
Grid. Dari hasil pemetaan akan diperoleh dengan bobot untuk jawaban ini diberi
nilai 5;
atribut-atribut pelayanan yang sangat
penting dan mempengaruhi kepuasan 2) Puas atau Penting, dengan bobot untuk
pengguna park and ride, namun jawaban ini diberi nilai 4;
manajemen belum melaksanakan sesuai
3) Netral atau Biasa, dengan bobot untuk
keinginan pengguna park and ride di jawaban ini diberi nilai 3;
stasiun.

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 491


4) Tidak Puas a tau Tidak Penting, dengan Adapun empat kuadran dalam model
bobot untuk jawaban ini diberi nilai 2; Importance - Performance Grid dapat
5) Sangat Tidak Puas atau Sangat Tidak dijabarkan sebagai berikut.
Penting, dengan bobot untuk jawaban Kuadran 1 (High Importance, Low Perfor-
ini diberi nilai 1. mance):
Untuk menganalisis lebih lanjut tingkat Pada posisi ini, jika dilihat dari
kepentingan dan kepuasan seperti disebut kepentingan konsumen, faktor-faktor
di atas, digunakan Importance- Performance produk atau pelayanan berada pada
Grid, yang dikembangkan oleh Richard L. tingkat tinggi. Tetapi, jika dilihat dari
Oliver (1997:36). Model ini adalah matriks kepuasannya, konsumen merasakan
dua dimensi yang membandingkan antara tingkat yang rendah. Sehingga, konsumen
persepsi tingkat kepentingan suatu atribut
dalam mendorong responden untuk
menggunakan sebuah produk (high and

ll
fT ·: r·r1
low) dengan performansi atribut-atribut ~
!
:----<
i

dari produk tersebut. Pemetaan faktor-


faktor ini menggunakan nilai mean dari
hasil importance analysis dan performance 13-i
,_..., ~
! !

analysis, yaitu:
ance

dan
menuntut adanya perbaikan atribut
dengan: tersebut. Untuk itu, pihak perusahaan
X = Skor rata - rata tingkat kepuasan; harus menggerakkan sumber daya yang
ada dalam meningkatkan performansi
Y = Skor rata - rata tingkat kepentingan;
atribut atau faktor produk tersebut.
X; = Skor penilaian tingkat kepuasan;
Kuadran 2 (High Importance, High Perfor-
Yi = Skor penilaian tingkat kepentingan; mance):
n = Jumlah Responden.
Pada posisi m1, jika dilihat dari
Dengan pemetaan atribut dalam dua kepentingan konsumen, faktor-faktor
dimensi, maka faktor-faktor tersebut bisa produk atau pelayanan berada pada
dikelompokkan dalam salah satu dari tingkat tinggi. Dilihat dari kepuasannya,
empat kuadran, yang dibatasi oleh dua konsumen merasakan tingkat yang tinggi
buah garis berpotongan tegak lurus pada pula. Hal ini menuntut perusahaan untuk
titik-titik (X, Y), dengan X merupakan rata- dapat mempertahankan posisinya, karena
rata dari jumlah rata-rata skor tingkat faktor-faktor inilah yang telah menarik
kepuasan seluruh atribut yang diteliti, konsumen untuk memanfaatkan produk
sedangkan Y adalah rata-rata dari jumlah terse but.
rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh
atribut atau faktor yang diteliti (Supranto, Kuadran 3 (Low Importance, Low Perfor-
1997:241-242). mance):

492 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Faktor-faktor yang berada pada kuadran skala maksimum yang digunakan
ini kurang pengaruhnya bagi konsumen dalam penelitian, kemudian dikalikan
serta pelaksanaannya oleh perusahaan 100%. Hasilnya adalah satisfaction in-
biasa saja, sehingga dianggap sebagai dex.
daerah dengan prioritas rendah, yang
Adapun hasil perhitungan Customer Sat-
pada dasarnya bukan merupakan
isfaction Index (CSI) dapat diinterpretasikan
masalah.
seperti pada tabel 1.
Kuadran 4 (Low Importance, High Perfor-
mance): Tabel 1. Interpretasi Hasil Perhitungan CSJ
Pada posisi ini, jika dilihat dari Angka Irrleks Irterpreta>i
kepentingan konsumen atribut-atribut
X=64% Ver,r_Poor
produk atau pelayanan kurang dianggap
64%<X=71 % Poor
penting, tetapi jika dilihat dari tingkat 71 %<X=77% Cau<Je For GJncem
kepuasannya, konsumen merasa sangat 77%<X= 80% Borderline
puas. 80%<X= 84% Good
c. Customer Satisfaction Index (CSI) 84%<X= 87% Very Good
X>87% Excellent
Merupakan jenis pengukuran yang Suml:er: 11MJw. letrlershipsfactors.co

digunakan untuk menentukan tingkat


kepuasan konsumen secara keseluruhan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan pendekatan yang mem-
pertimbangkan tingkat harapan dari Stasiun Bandung atau Stasiun Hall (kode:
faktor-faktor yang diukur. Adapun BD), adalah stasiun utama kereta api di
tahapan untuk mengukur Customer Satis- Kota Bandung. Stasiun berketinggian +709
faction Index adalah sebagai berikut. m dpl menjadi batas antara Kelurahan
Pasirkaliki dan Kebonjeruk. Stasiun Hall
1) Menghitung Weighting Factors, dengan
sebelurnnya hanya memiliki satu buah
cara membagi nilai rata-rata importance
stasiun, setelah ada renovasi oleh
score yang diperoleh tiap-tap faktor
pemerintah Kota Bandung maka Stasiun
dengan total importance score secara
Hall sekarang terbagi menjadi dua bagian
keseluruhan. Hal ini untuk mengubah
walaupun tetap bersatu.
nilai kepentingan (importance score)
menjadi angka persentasi, sehingga Stasiun Hall sendiri selain terkenal sebagai
didapatkan total weighting factors stasiun kereta api di kota Bandung, ia juga
100%; terkenal sebagai terminal angkutan kota.
Disebabkan oleh banyaknya angkot yang
2) Setelah itu, nilai weighting factors
menuju Stasiun Hall maka secara otomatis
dikalikan dengan nilai kepuasan (sat-
ia menjadi terkenal di kota Bandung
isfaction score), sehingga didapatkan
dengan predikat "terminal angkot" selain
Weighted Score;
stasiun kereta api. Stasiun Hall berlokasi
3) Kemudian Weighted Score dari setiap di Jalan Stasiun Timur 1 dan Jalan Kebon
faktor, dijumlahkan. Hasilnya disebut Kawung 43 Bandung.
weighted average;
Fasilitas stasiun kereta api di Stasiun
4) Selanjutnya, weighted average dibagi Bandung antara lain: (1) Pelataran arker

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 493


di muka stasiun, (2) Tempat penjualan eskekutif sebanyak 103.639 orang;
tiket, dan loket informasi, (3) Peron atau 3. Kereta Api Malabar Ekspress untuk
ruang tunggu, (4) Ruang kepala stasiun, kelas eksekutif sebanyak 25.038 orang,
dan (5) Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan untuk kelas bisnis sebanyak 63.393 or-
Kereta Api) beserta peralatannya, seperti ang dan untuk kelas ekonomi
sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, sebanyak 77.483 orang;
telegraf, dan lain sebagainya. 4 . Kereta Api Mutiara Selatan untuk
Kereta api yang melayani di Stasiun kelas bisnis sebanyak 173.936 orang;
Bandung yaitu : 5. Kereta Api Harina Pagi untuk kelas
1. Eksekutif eksekutif sebanyak 12.287 orang dan
untuk kelas bisnis sebanyak 1.547 or-
Argo Parahyangan ke stasiun Gambir, ang;
Jakarta
6. Kereta Api Harina Malam untuk kelas
Argo Wilis ke Stasiun Gubeng, eksekutif sebanyak 24.462 orang dan
Surabaya untuk kelas bisnis sebanyak 20.151 or-
Turangga ke Gubeng, Surabaya ang;
berhenti di Cipeundeuy, Tasikmalaya, 7. Kereta Api Argo Parahyangan untuk
Banjar, Kroya, Kutoarjo, Yogyakarta, kelas eksekutif sebanyak 219.829 orang
Solo, Madiun, Jombang dan untuk kelas bisnis sebanyak
184.062 orang;
Harina ke Semarang Tawang Via
Cikampek-Tegal 8. Kereta Api Lodaya untuk kelas
eksekutif sebanyak 98.310 orang dan
2. Bisnis dan eksekutif untuk kelas bisnis sebanyak 143.367 or-
Loda ya ang;
3. Bisnis 9. KRD Patas untuk kelas bisnis sebanyak
495.561 orang;
Mutiara Selatan 10. Kereta Api Baraya Geulis untuk kelas
4. Eksekutif, bisnis, dan ekonomi bisnis sebanyak 565.113 orang.
Malabar Tarif Parkir yang berlaku di Stasiun
Bandung sebagai berikut:
5. Kereta Api Lokal
Tarif 1 (satu) jam pertama
Baraya Geulis
Sepeda Motor Rp 2.000
KRD Patas
Mobil/Taksi Rp 3.000
KRD Bandung Raya
Bus/Truk Sedang Rp 10.000
Cibatu-Purwakarta
Bus/Truk Besar Rp 25.000
Jumlah penumpang yang naik dari Stasiun
Bandung tahun 2011 sebagai berikut: Tarif setiap jam berikutnya
1. Kereta Api Argo Wilis untuk kelas Sepeda Motor Rp 500
bisnis sebanyak 64.577 orang; Mobil/Taksi Rp 1.000
2. Kereta Api Turangga untuk kelas Bus/Truk Sedang Rp 2.000

494 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Bus/Truk Besar Rp 4.000 disajikan dalam dua kelompok, yaitu profil
Tarif parkir inap dihitung per jam responden, opini dan tingkat kepentingan
responden terhadap pelayanan park and
Ketentuan Parkir sebagai berikut: ride di Stasiun Bandung.
1. Mintalah karcis parkir di Gardu Pos A. Profil Responden
Masuk areal parkir.
Profil responden pengguna park and ride
2. Simpanlah karcis parkir bersamaan di stasiun sebagai berikut:
dengan STNK dan jangan ditinggal
didalam kendaraan anda. 1 . Jumlah responden berdasarkan jenis
kelamin terdiri dari 59 orang (50,86%)
3. Serahkan karcis parkir di Gardu Pos berjenis kelamin laki-laki dan 57 orang
Keluar pada saat akan meninggalkan (49,14%) berjenis kelamin perempuan.
areal parkir dan mintalah struk parkir
untuk mengetahui besarnya biaya 2. Jumlah responden berdasarkan tingkat
parkir yang harus dibayar (bayarlah pendidikan responden terdiri dari
dengan uang pas). dengan pendidikan setingkat SD tidak
ada, setingkat SLTP sebanyak 4 orang
4. Karcis parkir sebagai bukti pemilik (3,45%), setingkat SLTA sebanyak 31
kendaraan yang parkir di areal parkir orang (26,72% ), setingkat Dl - D3
dan apabila karcis parkir hilang, maka sebanyak 53 orang (45,69%) dan D4,
pemilik kendaraan wajib Sl atau lebih sebanyak 28 orang
memperlihatkan STNK dan biaya (24,14%).
administrasi sebesar Rpl0.000,- untuk
motor dan Rp20.000,- untuk mobil. 3. Jumlah responden berdasarkan
pekerjaan terdiri dari dengan
5. Jangan meninggalkan barang pekerjaan TNI/POLRI sebanyak 13
berharga, berbahaya dan hewan di orang (11,21 %), PNS sebanyak 23 or-
dalam kendaraan anda. ang (19,83%), swasta/BUMN
6. Semua resiko atas segala kerusakan sebanyak 40 orang (34,48% ), petani/
dan kehilangan kendaraan yang parkir pedagang sebanyak 12 orang (10,34 %)
merupakan tanggungjawab pemilik dan lainnya tidak ada.
kendaraan itu sendiri dan tidak ada 4. Jumlah responden berdasarkan
penggantian dari pengelola parkir. pendapatan/ penghasilan per bulan
7. Kendaraan yang tidak ber-STNK dan terdiri dari dengan pendapatan/
tidak berasuransi kendaraan dilarang penghasilan per bulan kurang dari
masuk areal parkir. Rpl .500.000 sebanyak 23 orang
(19,83% ), diatas Rpl.500.000 -
8. Gunakan kunci ganda dan alarm
Rp2.500.000 sebanyak 20 orang
untuk keamanan.
(17,24 %), diatas Rp2.500.000 -
Dalam kajian ini data dihimpun melalui Rp3.500.000 sebanyak 46 orang
survai wawancara yang melibatkan 116 (39,66%) dan diatas Rp5 .000.000
orang responden pengguna park and ride sebanyak 11 orang (9,48%).
di Stasiun Bandung dengan menggunakan
5. Jumlah responden berdasarkan
kuesioner yang telah disiapkan
perkiraan biaya transportasi pribadi
sebelumnya. Hasil wawancara tersebut

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 495


terdiri dari kurang dari Rp250.00 13 orang (11,21 %), antara 1 jam - 2
sebanyak 60 orang (51,72% ), antara jam sebanyak 89 orang (76,72%),
Rp250.000 - Rp500.000 sebanyak 44 antara 2 jam - 4 jam sebanyak 9 or-
orang (37,93 %), antara Rp500.000 - ang (7,76%) dan 24 jam tidak ada.
Rp750.000 sebanyak 9 orang (7,76% ),
10. Jumlah responden berdasarkan lama
antara Rpl.000.000 - Rp2.000.000
perjalanan dari rumah ke tujuan akhir
tidak ada dan diatas Rp2.000.000 tidak
apabila menggunakan layanan park
ada.
and ride dan moda kereta api terdiri dari
6. Jumlah responden berdasarkan moda , :S 30 menit sebanyak 88 orang
yang digunakan untuk melakukan (75,86% ), antara 30 menit - 60 menit
perjalanan ke stasiun dari tempat sebanyak 22 orang (18,97% ), antara 1
tinggal terdiri sepeda 3 orang (2,59% ), jam - 2 jam sebanyak 6 orang (5,17% ),
motor roda 2 sebanyak 92 orang antara 2 jam - 4 jam tidak ada dan 2
(79,31 %) dan mobil sebanyak 21 orang 4 jam tidak ada.
(18,10%).
11. Jumlah responden berdasarkan lama
7. Jumlah responden berdasarkan bila menggunakan layanan park and ride
menggunakan kendaraan umum dari terdiri dari :S 1 minggu sebanyak 15 or-
rumah ke tujuan akhir berpindah
ang (12,93 %), :S 1 bulan sebanyak 8 or-
kendaraan umum terdiri dari 1 kali
ang (6,90% ), :S 6 bulan sebanyak 15
sebanyak 2 orang (1,72%), 2 kali
orang (12,93 %), :S 1 tahun sebanyak
sebanyak 38 orang (32,76% ), 3 kali
56 orang (48,28%) dan 2 1 tahun
sebanyak67 orang (57,76%) dandi atas
sebanyak 22 orang (18,97% ).
3 kali sebanyak 9 orang (7,76% ).
12. Jumlah responden berdasarkan
8. Jumlah responden berdasarkan lama
banyaknya menggunakan park and ride
perjalanan dari rumah ke tujuan akhir
dalam seminggu terdiri dari 1 - 2 kali
dalam kondisi tidak macet apabila
sebanyak 11 orang (9,48% ), 3-4 kali
tidak menggunakan layanan park and
sebanyak 39 orang (33,62% ), 5 - 7 kali
ride dan moda kereta api terdiri dari
sebanyak 27 orang (23,28%) dan tidak
< 30 menit sebanyak 13 orang
tentu sebanyak 39 orang (33,62%).
(11,21 %), antara 30 menit - 60 menit
sebanyak 16 orang (13,79% ), antara 1 13. Jumlah responden berdasarkan lama
jam - 2 jam sebanyak 82 orang menggunakan park and ride dalam
(70,69% ), antara 2 jam - 4 jam sehari terdiri dari < 6 jam sebanyak 34
sebanyak 5 orang (4,31 %) dan 24 jam orang (29,31 %), < 12 jam sebanyak 48
tidak ada. orang (41,38%), < 24 jam sebanyak 2
orang (1, 72 %) dan tidak ten tu
9. Jumlah responden berdasarkan lama
sebanyak 32 orang (27,59% ).
perjalanan dari rumah ke tujuan akhir
dalam kondisi macet apabila tidak B. Opini dan Tingkat Kepentingan Park
menggunakan layanan park and ride and Ride di Stasiun
dan moda kereta api terdiri dari:::; 30 Opini responden terhadap pelayanan park
menit sebanyak 5 orang (4,31 %), and ride di stasiun dinyatakan dalam 35
antara 30 menit - 60 menit sebanyak variabel sebagai berikut:

496 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


1. Fasilitas perpindahan moda tersebut 14. Pengelola park and ride memberikan
mudah di akses oleh pengguna dengan tindak lanjut terhadap keluhan
kendaraan pribadi (kend.bermotor). pengguna.
2. Fasilitas parkir dilengkapi dengan 15. Informasi keda tangan dan
penerangan yang cukup untuk keberangkatan moda lanjutan harus
kenyamanan dan keamanan. disampaikan melalui pengeras suara.
3. Fasilitas parkir dijaga oleh petugas 16. Pengguna park and ride mendapat
keamanan agar tidak terjadi tindak jaminan pasti untuk memperoleh
kejahatan. moda lanjutan yang nyaman dan tepat
waktu untuk menuju tujuan
4. Fasilitas park and ride tidak hanya
digunakan untuk aktifitas berganti selanjutnya.
moda pribadi ke moda lanjutan (KA/ 17. Moda lanju tan dari park and ride harus
angkutan umum) tetapi juga untuk memiliki koridor khusus untuk
simpul transportasi. menghindari kemacetan.
5. Biaya park and ride sudah termasuk 18. Pemberlakukan denda terhadap
biaya penggunaan moda lanjutan kehilangan tiket.
hingga tujuan akhir. 19. Fasilitas parkir dilengkapi oleh kamera
6. Jaminan keamanan dilakukan dengan CCTV untuk jaminan keamanan.
memberikan asuransi kerusakan dan
20. Pelayanan park and ride menyediakan
kehilangan kepada kendaraan yang
fasilitas untuk orang cacat (misalnya:
dititipkan.
tempat naik turun kendaraan, ramp
7. Ruang tunggu fasilitas park and ride pengguna kursi roda).
mempunyai tingkat kenyamanan 21. Waktu henti moda lanjutan dibatasi
8. Fasilitas park and ride menyediakan untuk mempersingkat waktu dan
inforrnasi kedatangan, keberangkatan, ketepatan waktu.
rute dan tarif moda lanjutan yang
22. Lokasi Park and ride yang ada mudah
dapat diakses dari area tersebut.
untuk diakses dan mempunyai daya
9. Fasilitas park and ride menyediakan lepas dari kemacetan secara cepat
layanan moda lanjutan secara
23. Ruang tunggu yang ada terlindung
terjadwal dan tepat waktu. dari hujan dan panas untuk
10. Fasilitas park and ride beroperasi non- kenyamanan pengguna.
stop selama 24 jam/ sehari.
24. Besarnya tarif moda lanjutan sesuai
11. Park and ride mempunyai ruang parkir dengan kondisi pelayanan dan kualitas
yang berbeda untuk jenis kendaraan fisik moda lanjutan yang ada di park
yang berbeda. and ride.
12. Petugas park and ride ramah & sopan 25. Jarak ideal yang dibutuhkan untuk
dalam melayani pengguna. jalan kaki dari area parkir menuju
13. Pengelola park and ride tanggap ruang tunggu/halte perpindahan
terhadap keluhan pengguna. moda maksimal adalah 250 m.

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 497


26. Petugas keamanan park and ride metode CSI (Customer Satisfaction Index)
melakukan kontrol/ patroli secara ru- diperoleh angka indeks 63,35 % artinya
tin. seluruh variabel kriteria park and ride belum
27. Biaya/tarif penggunaan fasilitas park dapat memberikan kepuasan kepada
and ride dengan menggunakan sistem pengguna park and ride di stasiun karena
langganan/ abonemen mingguan/ tingkat kepuasan total pengguna park and
bulanan. ride berada pada range index of verry poor
(x d" 64%).
28. Permukaan area parkir dilapisi dengan
perkerasan berupa aspal atau conblok. Kriteria park and ride di stasiun berdasarkan
35 aspek park and ride yang diukur dari 19
29. Biaya/tarif penggunaan fasilitas park (sembilan belas) variabel yang dianggap
and ride dengan menggunakan sistem penting untuk penyusunan kriteria park
pembayaran harian. and ride. Namun demikian, kinerja seluruh
30. Pemberhentian moda lanjutan dibatasi varibel-variabel tersebut masih belum
hanya pada peron/halte khusus untuk memuaskan.
mempersingkat waktu tempuh Varibel-variabel yang tingkat kepentingan
perjalanan. cukup tinggi namun kinerjanya dinilai
31. Area park and ride harus bersih dan kurang bagus terdapat kuadran I adalah:
bebas dari penggunaan lahan tak 1. Aspek fasilitas park and ride
berijin pedagang kaki lima. menyediakan layanan moda lanjutan
secara terjadwal dan tepat waktu (A9).
32. Rambu penunjuk lokasi park and ride
terlihat langsung oleh calon pengguna. 2. Aspek pemberlakukan denda
terhadap kehilangan tiket (A18).
33. Lokasi park and ride terlihat dan mudah
3. Aspek Pelayanan park and ride
diakses oleh pengguna.
menyediakan fasilitas untuk orang
34. Antara ruang parkir dan ruang cacat misalnya: tempat naik turun
tunggu dihubungkan dengan selasar kendaraan, ramp pengguna kursi roda
dan terlindung dari cuaca hujan dan (A20).
panas. 4. Aspek waktu henti moda lanjutan
35. Area park and ride menarik dan dibatasi untuk mempersingkat waktu
dilengkapi dengan pepohonan untuk dan ketepatan waktu (A21).
aspek kenyaman dan keindahan. 5. Aspek petugas keamanan park and ride
Hasil pengumpulan data primer terkait melakukan kontrol/ patroli secara ru-
dengan opini responden dapat dilihat tin (A26).
dalam tabel 2. 6. Aspek biaya/ tarif penggunaan fasilitas
park and ride dengan menggunakan
PEMBAHASAN sis tern langganan/ abonemen
mingguan/bulanan (A27)
Hasil pemetaan opini pengguna park and
ride di stasiun dalam diagram IPA dapat Varibel-variabel yang tingkat kepentingan
dijelaskan pada tabel 3. dan kinetjanya cukup tinggi terdapat pada
kuadran II adalah:
Hasil perhitungan dengan menggunakan

498 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Tabel 2 Opini Responden terhadap 35 Variabel Pelayanan Park and Ride di Stasiun
PERSEPSI HA RA PAN
W elg hied Weight in g
K od t Average Factor
No Var Aver age Score 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 x y

0 3 ,02 0 ,06 0 19 42 55 0 3' 31 2,15


1 A1 2 20 68 26
64 28 0 3 ,0 2 0,09 0 0 15 45 56 4 ' 35 2,83
2 A2 2 22
10 73 28 0 3,07 0 ,09 0 0 19 42 55 4 ' 31 2 ,81
3 A3 5
4 A4 2 20 68 26 0 3,02 0 ,08 0 0 21 47 48 4' 23 2 .7 5
0 17 71 28 0 3 ,09 0 ,09 0 0 24 40 52 4' 24 2 ,76
5 AS
3 15 77 21 0 3 ,0 0 0,08 0 0 22 38 56 4' 2 9 2,79
6 A6
7 A7 3 21 68 24 0 2,97 0 ,08 0 0 21 34 61 4' 34 2 ,8 3
A8 0 15 76 25 0 3,09 0 ,09 0 0 19 41 56 4'32 2,81
8
9 A9 0 17 75 20 4 3 ,09 0 ,09 0 0 19 27 70 4' 44 2 ,89
10 A10 0 19 66 26 5 3'15 0 ,09 0 0 15 44 57 4 ' 36 2 ,84
11 A 11 0 17 70 27 2 3 '12 0,09 0 2 13 39 62 4' 3 9 2 ,86
12 A12 0 18 69 29 0 3 ,0 9 0 ,09 0 2 13 42 59 4,36 2 ,84
13 A13 3 15 73 23 2 3 ,0 5 0 ,09 0 2 13 39 62 4 ' 39 2 ,86
14 A14 0 3 10 82 21 4 ,0 4 0'11 0 2 17 38 59 4,33 2 ,82
15 A 15 0 15 70 31 0 3,14 0 ,09 0 2 13 43 58 4' 35 2 ,8 3
16 A16 0 12 71 31 2 3 , 20 0 ,09 0 2 13 32 69 4 ' 45 2 ,89
17 A17 0 14 74 28 0 3 ' 12 0 ,09 0 2 13 43 58 4 ' 35 2 ,8 3
18 A 18 0 15 73 26 2 3'1 3 0 ,0 9 0 2 13 30 71 4' 4 7 2 ,91
19 A19 0 17 73 23 3 3 '10 0 ,0 9 0 2 17 33 64 4' 3 7 2 ,84
20 A 20 0 18 71 27 0 3 ,08 0,09 0 0 13 36 67 4' 4 7 2,91
21 A2 1 0 11 78 27 0 3 ' 14 0 ,09 0 0 7 46 63 4 ' 48 2 ,92
22 A 22 0 7 80 29 0 3'19 0 ,0 9 0 0 7 45 64 4 ' 49 2 ,92
23 A23 0 6 74 33 3 3 , 28 0,10 0 0 5 50 61 4' 48 2,92
24 A 24 0 11 72 25 8 3 , 26 0 ,09 0 0 7 49 60 4'46 2 ,90
25 A 25 0 10 77 24 5 3 ,21 0,09 0 0 9 39 68 4' 51 2 ,93
26 A 26 0 14 74 28 0 3,12 0 ,09 0 0 9 42 65 4' 48 2 ,9 2
27 A27 0 12 75 29 0 3 , 15 0 ,0 9 0 0 11 44 61 4'43 2,88
28 A28 0 9 72 35 0 3,22 0 ,0 9 0 0 5 49 62 4'49 2 ,92
29 A 29 0 9 77 26 4 3 , 22 0 , 09 0 0 5 47 64 4' 51 2,93
30 A 30 0 11 69 34 2 3 , 23 0'1 0 0 0 5 42 69 4' 55 2 ,96
31 A3 1 0 9 72 32 3 3 , 25 0 ,0 9 0 0 7 45 64 4 ' 49 2,92
32 A32 0 9 68 36 3 3 , 28 0'1 0 0 0 9 41 66 4 ' 49 2,92
33 A 33 0 9 68 36 3 3,28 0, 1 0 0 0 7 44 65 4' 50 2,93
34 A 34 0 11 72 33 0 3 ' 19 0,09 0 0 7 39 70 4 ' 54 2 ,96
35 A35 3 9 69 33 2 3' 19 0 ' 10 0 0 5 34 77 4 ' 62 3 ,0 1
Average 3' 17 Average 4' 39
T 0 TA L 3 , t7
NILAICSI e 3 ,3 s
Su m be r : H a si I An a Ii s i s (2 0 I 2)

Tabel 3. Hasil Pemetaan Opini Responden di Stasiun Dalam Diagram IPA


N o K ode V aria be I yang D ia m at i P o sis i Ku ad ran d a lam IP A Keterangan

1 A 1 3 T id a k P en tin n
2 A 2 3 T id a k Pen tinn
3 A3 3 T id a k P en I in a
4 A4 3 T id a k Pen tint!
5 A5 3 T id a k P en tin n
6 A6 3 T id a k P en t in a
7 A7 3 T id a k P en I in a
8 A8 3 T id a k Pent in_n _
9 A9 1 Pen tin a
10 A10 3 Tidak Pentinn
11 A 11 3 T id a k P en tin n
t 2 A12 3 T id a k P en tin a
t 3 A13 3 T id a k Pentina
14 A14 4 T id a k Pen ti na
15 A15 3 Tidak Pentina
16 A t 6 2 Pen tin n
17 A17 3 T id a k P e n tin a
18 A18 2 P en tin a
19 A19 3 T id a k P e n tin ,,
20 A20 1 Pen tin a
21 A2 1 1 Pen tin a
2 2 A 22 2 Pen ti n a
23 A23 2 Pentino
24 A24 2 P e n tin a
A25 2 Pen tin a
''
2 6 A26 1 Pen tin n
2 7 A27 1 Pen tin a
2 8 A 28 2 P e n tin o
2 9 A29 2 Pen tin n
3 0 A30 2 Pen tin a
3 1 A3 1 2 Pen tin a
3 2 A32 2 Pen tin n
JJ A33 2 Pen tin a
3 4 A34 2 P e n tin a
35 A35 2 Pen tin a
C S I 6 3 ,3 5
S u mbcr . H asllAnal1s 1s (20 1 2)

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 499


1. Aspek pengguna park and ride tunggu dihubungkan dengan selasar
mendapat jaminan pasti untuk dan terlindung dari cuaca hujan dan
memperoleh moda lanjutan yang panas (A34).
nyaman dan tepat waktu untuk
13. Aspek area park and ride menarik dan
menuju tujuan selanjutnya (A16).
dilengkapi dengan pepohonan untuk
2. Aspek lokasi park and ride yang ada aspek kenyaman dan keindahan (A35).
mudah untuk diakses dan mempunyai
Sedangkan 16 (enam belas) variabel yang
daya lepas dari kemacetan secara
dianggap tidak penting untuk pelayanan
cepat (A22).
park and ride di stasiun yaitu:
3. Aspek ruang tunggu yang ada
Varibel-variabel yang terdapat pada
terlindung dari hujan dan panas untuk
kuadran III adalah:
kenyamanan pengguna (A23).
1. Aspek fasilitas perpindahan moda
4. Aspek besamya tarif moda lanjutan
tersebut mudah di akses oleh pengguna
sesuai dengan kondisi pelayanan dan
dengan kendaraan pribadi
kualitas fisik moda lanjutan yang ada
(kend.bermotor) (Al).
di park and ride (A24).
2. Aspek fasilitas parkir dilengkapi
5. Aspek jarak ideal yang dibutuhka_n
dengan penerangan yang cukup
untuk jalan kaki dari area park1r
untuk kenyamanan dan keamanan
menuju ruang tunggu/halte (A2).
perpindahan moda maksimal adalah
250 m (A25). 3. Aspek fasilitas parkir dijaga oleh
petugas keamanan agar tidak tetjadi
6. Aspek permukaan area parkir dilapisi
tindak kejahatan (A3).
dengan perkerasan berupa aspal atau
conblok (A28). 4. Aspek fasilitas park and ride tidak hany~
digunakan untuk aktifitas berganh
7. Aspek biaya/ tarif penggunaan fasilitas moda pribadi ke moda lanjutan (KA/
park and ride dengan menggunakan angkutan umum) tetapi juga untuk
sistem pembayaran harian (A29). simpul transportasi (A4).
8. Aspek pemberhentian moda lanjutan
5. Aspek biaya park and ride sudah
dibatasi hanya pada peron/halte
termasuk biaya penggunaan moda
khusus untuk mempersingkat waktu
lanjutan hingga tujuan akhir (AS).
tempuh petjalanan (A30).
6. Aspek jaminan keamanan dilakuka~
9. Aspek area park and ride harus bersih dengan memberikan asurans1
dan bebas dari penggunaan lahan tak kerusakan dan kehilangan kepada
berijin pedagang kaki lima (A31). kendaraan yang dititipkan (A6).
10. Aspek rambu penunjuk lokasi park and
7. Aspek ruang tunggu fasilitas park and
ride terlihat langsung oleh calon ride mempunyai tingkat kenyamanan
pengguna (A32). (A7).
11. Aspek lokasi park and ride terlihat dan 8. Aspek fasilitas park and ride
mudah diakses oleh pengguna (A33). menyediakan informasi kedatangan,
12. Aspek antara ruang parkir dan ruang keberangkatan, rute dan tarif moda

500 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


lanjutan yang dapat diakses dari area Varibel-variabel yang terdapat pada
tersebut (AS). kuadran IV adalah:
9. Aspek fasilitas park and ride beroperasi 1. Aspek pengelola park and ride
non-stop selama 24 jam/ sehari (AlO). memberikan tindak lanjut terhadap
keluhan pengguna (A14).
10. Aspek park and ride mempunyai ruang
parkir yang berbeda untuk jenis Dalam bentuk diagram, pemetaan kondisi
kendaraan yang berbeda (All). tingkat kepentingan dan kinerja setiap
variabel yang diamati, dapat dilihat pada
11. Aspek petugas park and ride ramah &
gambar 4.
sopan dalam melayani pengguna
(A12). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa
penyusunan kriteria park and ride di stasiun
12. Aspek pengelola park and ride tanggap
berdasarkan 35 aspek dimana masih ada
terhadap keluhan pengguna (A13).
beberapa aspek kinetja yang
13. Aspek informasi kedatangan dan menunjukkan belum sesuai dengan
keberangkatan moda lanjutan harus harapan dari sisi pengguna park and ride
disampaikan melalui pengeras suara di stasiun yaitu:
(A15).
1. Aspek fasilitas park and ride
14. Aspek moda lanjutan daripark and ride menyediakan layanan moda lanjutan
harus memiliki koridor khusus untuk secara tetjadwal dan tepat waktu (A9)
menghindari kemacetan (A17). dari hasil pengamatan untuk
15. Aspek fasilitas parkir dilengkapi oleh ketepatan waktu perlu disesuaikan
kamera CCTV untuk jaminan dengan jadwal karena sering tetjadi
keamanan (A19). keterlambatan sehingga pengguna

A3~ + A30

A2~ ~21
A22 ~~ A29 A3 1 + A33
+ • f + A32
-+·A20 + A28
• A16 • A24 A23
A~ Al8. A 27
All
4.40 A~ +
4.35 A7+ + A2
Al .

+
Alt · •
• AB Al7 Al5
AlO +•
4.30 A3

4.25 + AS
A4 ~

4.20
4.15
2.92 2.95 2.98 3.01 3.04 3.07 3.1 3.13 3.16 3.19 3.22 3:25 328 3.31 3.34
Perseps i (X)
Gamb ar 4. Hasil Pemetaan IPA

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 501


park and ride akan tepat waktu sampai KESIMPULAN DAN SARAN
di tujuan.
1. Kesimpulan
2. Aspek pemberlakukan denda
a. Hasil perhitungan dengan
terhadap kehilangan tiket (A18) dari
menggunakan metode CSI (Customer
hasil pengamatan belum dilaksanakan
Satisfaction Index) diperoleh angka
dengan sepenuhnya yang dapat
indeks 63,35% artinya seluruh variabel
menyebabkan bila tiket ditemukan
kriteria park and ride belum dapat
olah orang yang tidak bertanggung
memberikan kepuasan kepada
jawab dapat menyebabkan
pengguna park and ride di stasiun
kehilangan, dengan adanya denda
karena tingkat kepuasan total
akan membuat orang menjadi hati-
pengguna park and ride berada pada
hati untuk menjaga tiket tersebut.
range index of verry poor (x d" 64 %
3. Aspek Pelayanan park and ride b. Variabel-variabel yang tingkat
menyediakan fasilitas untuk orang
kepentingan cukup tinggi namun
cacat misalnya: tempat naik turun kinerjanya dinilai kurang bagus
kendaraan, ramp pengguna kursi roda terdapat kuadran I adalah sebagai
(A20) perlu dilaksanakan sesuai berikut:
dengan perundangan yang berlaku
sehingga pengguna park and ride untuk 1) Aspek fasilitas park and ride
orang cacat dapat diperlakukan menyediakan layanan moda
dengan adil. lanjutan secara terjadwal dan tepat
waktu (A9) .
4. Aspek waktu henti moda lanjutan
dibatasi untuk mempersingkat waktu 2) Aspek pemberlakuan denda
dan ketepatan waktu (A21) dari hasil terhadap kehilangan tiket (A18).
pengamatan untuk ketepatan waktu 3) Aspek Pelayanan park and ride
perlu diinformasikan lama kereta menyediakan fasilitas untuk orang
berhenti untuk menaikkan/ cacat misalnya: tempat naik turun
menurunkan penumpang sehingga kendaraan, ramp pengguna kursi
pengguna park and ride dapat dengan roda (A20).
segera naik kereta.
4) Aspek waktu henti moda lanjutan
5. Aspek petugas keamanan park and ride dibatasi untuk mempersingkat
melakukan kontrol/ patroli secara ru- waktu dan ketepatan waktu
tin (A26) dengan adanya peraturan (A21).
baru untuk park and ride sehingga
kontrol/ patroli secara rutin ditambah. 5) Aspek petugas keamanan park and
ride melakukan kontrol/ patroli
6. Aspek biaya/ tarif penggunaan fasilitas secara rutin (A26).
park and ride dengan menggunakan
sistem langganan/ abonemen 6) Aspek biaya/tarif penggunaan
mingguan/ bulanan (A27) perlu fasilitas park and ride dengan
dilakukan untuk mempercepat menggunakan sistem langganan/
pengguna park and ride dalam abonemen mingguan/bulanan
melakukan perjalanan. (A27).

502 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


2. Saran park and ride dengan menggunakan
a. Aspek fasilitas park and ride sis tern langganan/ abonemen
menyediakan layanan moda lanjutan mingguan/bulanan (A27) perlu
secara terjadwal dan tepat waktu (A9) dilakukan untuk mempercepat
dari hasil pengamatan perlu ketepatan pengguna park and ride dalam
waktu sesuai jadwal kedatangan/ melakukan perjalanan ..
keberangkatan karena sering terjadi
keterlambatan sehingga menyebabkan DAFTAR PUSTAKA
pengguna park and ride tidak tepat Dajan, Anto, 1983, Pengantar Metode
waktu sampai di tujuan.
Statistik, Jilid I, LP3ES, Jakarta.
b. Aspek pemberlakuan denda terhadap
kehilangan tiket (A18) dari hasil Freddy Rangkuti. 2006. Measuring Cus-
pengamatan belum dilaksanakan tomer Satisfaction Teknik Mengukur dan
dengan sepenuhnya yang dapat Strategi Meningkatkan Kepuasan
menyebabkan bila tiket ditemukan Pelanggan . Jakarta: PT. Gramedia
oleh orang yang tidak bertanggung Pustaka Utama.
jawab dapat menyebabkan Supranto, J., MA., 1992,Teknik Sampling
kehilangan, dengan adanya denda Untuk Survei dan Eksperimen, Rineka
akan membuat orang menjadi hati- Cipta - Jakarta, Indonesia.
hati untuk menjaga tiket tersebut.
Sugiyono, 2007,Metode Penelitian Bisnis.
c. Aspek pelayanan park and ride Bandung: Alfabeta.
menyediakan fasilitas untuk orang
cacat misalnya: tempat naik turun - - - - - - 2007,Statistika Untuk
kendaraan, ramp pengguna kursi roda Penelitian. Bandung: Alfabeta.
(A20) perlu dilaksanakan sesuai Reslyana Dwitasari, 2011, Evaluasi Kinerja
dengan perundangan yang berlaku Pelayanan Park and Ride Di Kawasan
sehingga pengguna park and ride untuk Stasiun Kereta Api Depok.
orang cacat dapat diperlakukan
dengan adil. .. ........... ....2001. Kamus Besar Bahasa In-
donesia. Departemen Pendidikan
d. Aspek waktu henti moda lanjutan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
dibatasi untuk mempersingkat waktu
dan ketepatan waktu (A21) dari hasil http:// id. wikibooks. or g/ wiki/
pengamatan perlu dilakukan supaya Manajemen_lalu_lintas/
pengguna park and ride tidak terlambat Fasilitas_pendukung diakses 5 Januari
sampai tujuan. 2012
e. Aspek petugas keamanan park and ride http: I /id. wikipedia. org I wiki I
melakukan kontrolj patroli secara ru- Stasiun Bandung diakses 27 Maret
tin (A26) dengan adanya peraturan 2012
baru untuk park and ride sehingga
http: 11 id. wikipedia. org I wiki I
kontrolj patroli secara rutin ditambah.
Stasiun kereta api diakses 27 Maret
f . Aspek biaya/ tarif penggunaan fasilitas 2012

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 503


KAJIAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT BARANG
DI PELABUHAN KENDARI
Chairunnisa
Peneliti Bidang Transportasi Laut-Badan Litbang Perhubungan
Jin. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
e-mail: nisalitbang@yahoo.com
Sunarto
Peneliti Bidang Transportasi Laut-Badan Litbang Perhubungan
Jin. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110

ABS1RACT
Ports is one element in the marine transport services due to lean on and unloading of goods and
passengers. Therefore, the service at the port need to be managed properly especially stevedor-
ing services. This study aims to describe the general performance of the loading and unloading
of goods in the port related Kendari dock usage rate, the utilization of field buildup, and utiliza-
tion of port facilities in the Port of Kendari. This research is descriptive qualitative. The instru-
ment used in this study is an open structured interviews and field observations. The results
show that the performance of services and non-container freight containers at the Port of Kendari
have exceeded the standards set by the Directorate General of Sea Transportation, Kendari
Ports operational service performance is still below the standards set by the Directorate Gen-
eral of Sea Transportation and Conditions Kendari utilization of port facilities in 2009 and
2011 the value falls below the standard prescribed by the Directorate General of Sea Transpor-
tation.
Key Words: performance, loading and unloading, Kendari Port

ABSTRAK
Pelabuhan merupakan salah satu unsur dalam pelayanan angkutan laut karena menjadi
tempat bersandar dan bongkar muat barang serta penumpang kapal. Oleh sebab itu,
pelayanan di pelabuhan perlu dikelola dengan baik khususnya pelayanan bongkar
muat barang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kinerja
bongkar muat barang di Pelabuhan Kendari terkait tingkat pemakaian dermaga (BOR),
utilisasi lapangan penumpukan (YOR), dan utilisasi fasilitas pelabuhan (SOR) di
Pelabuhan Kendari. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka dan terstruktur serta
tinjauan lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa untuk kinerja pelayanan barang
peti kemas dan non peti kemas di Pelabuhan Kendari telah melampui standar yang
telah ditentukan oleh Ditjen Perhubungan Laut, kinerja pelayanan operasional
Pelabuhan Kendari masih dibawah standar yang telah ditentukan oleh Ditjen
Perhubungan Laut dan Kondisi utilisasi fasilitas pelabuhan Kendari dari tahun 2009
hingga 2011 nilainya berada dibawah standar yang telah ditentukan oleh Ditjen

504 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Perhubungan Laut.
Kata Kunci: kinetja, bongkar muat, pelabuhan, Kendari.

PENDAHULUAN 03° 58' 25" /125°11' 00" E. Luas lahan


Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari (DLKRR) pelabuhan seluas 22,125 Ha
atas daratan dan/ atau perairan dengan daratan dan 7,201 Ha perairan.
batas-batas tertentu sebagai tempat Sedangkan, luas lahan (DLKP) seluas
kegiatan pemerintahan dan kegiatan 5.203 Ha. Waktu operasi pelabuhan yaitu
pengusahaan yang dipergunakan sebagai 24 jam/hari x 7 hari. Lebar alur pelayaran
tempat kapal bersandar, naik turun yaitu 150 m dan panjang alur pelayaran
penumpang, dan/ atau tempat berlabuh 2,16 mil. Kedalaman alur pelabuhan yaitu
kapal yang dilengkapi dengan fasilitas 10-20 m, dengan kedalaman kolam 6 m.
keselamatan dan keamanan pelayaran Pengguna jasa pelabuhan khususnya
dan kegiatan penunjang pelabuhan serta pelayanan bongkar muat barang di
sebagai tempat perpindahan intra dan pelabuhan Kendari diharapkan optimal.
antarmoda transportasi. Namun berdasarkan kutipan berita
Infrastruktur transportasi laut mutlak kendarinews.com sejumlah pengusaha di
diperlukan dan memegang peranan yang Kota Kendari mengeluhkan pelayanan di
sangat penting dalam aktivitas pelabuhan Kendari yang sudah sempit.
perekonomian dan dalam melakukan Mereka berharap adanya perluasan
hubungan antarwilayah (regional, pelabuhan bahkan bila perlu di pindahkan
nasional, dan intemasional). Oleh karena untuk kenyamanan. Hanya saja pihak
itu pemanfaatan, pembangunan dan pelabuhan menyayangkan bila dilakukan
pengembangan fasilitas pelabuhan dalam perpindahan, karena akan menelan biaya
mendukung aktivitas perekonomian dan yang tidak sedikit. 2
sosial perlu diperhatikan secara serius, Kelancaran kinetja pelayanan kapal dan
sebab prasarana ini dapat menjadi
barang di pelabuhan yang ada pada saat
penunjang dalam mendorong ini masih kurang optimal karena masih
pengembangan wilayah. 1
banyak kekurangan beberapa fasilitas dan
Kota Kendari memiliki luas ±295,89 km2 daya dukung penunjang lainnya. Tingkat
atau 0,70% dari luas daratan Propinsi produktivitas bongkar muat akan
Sulawesi Tenggara, merupakan dataran berdampak pada besar kecilnya investasi
yang berbukit dilewati oleh sungai-sungai yang dibutuhkan untuk menyediakan
yang bermuara ke Teluk Kendari sehingga infrastruktur pelabuhan, semakin rendah
teluk ini kaya akan hasil lautnya. Secara tingkat produktivitas,semakin banyak
georgrafis terletak di bagian selatan garis fasilitas yang diperlukan , karena fasilitas
khatulistiwa, berada diantara 3°54'30" - yang ada tidak digunakan secara optimal.
4°3'11" Lintang Selatan dan 122°23' - Dampak yang diterima oleh pihak
122°39' Bujur Timur. pelabuhan adalah penambahan investasi
Lokasi pelabuhan Kendari terletak pada untuk penyediaan fasilitas yang lebih
banyak.
Lokasi Pelabuhan Kendari yaitu pada Kota
Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara. Peningkatan kinetja pelabuhan Kendari,
Posisi geografis Pelabuhan Kendari yaitu khususnya yang berkaitan dengan

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 505


pelayanan bongkar muat barang, sangat produktivitas alat.
dipengaruhi antara lain : fasilitas peralatan
a. Produktivitas Kerja Gang Buruh
bongkar muat yang tersedia, tenaga kerja
bongkar muat, kualitas SDM, jam operasi Jumlah tonase barang yang dibongkar atau
pelabuhan, serta sistem pengawasan yang dimuat dalam satu jam operasi tiap alat
tepat, sehingga akan tercipta kelancaran bongkar muat yang dipakai. Dibedakan
arus bongkar muat barang di pelabuhan menurut jenis kemasan barang (general
Kendari yang akan memberikan cargo, bag cargo, unitized, curah cair, dan
kontribusi yang signifikan dalam curah kering).
meningkatkan pertumbuhan ekonomi 1) Petikemas: jumlah box petikemas rata-
daerah hinterland pelabuhan tersebut. rata yang dibongkar atau dimuat oleh
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tiap crane pada tiap satuan waktu. Jika
tingkat pemakaian dermaga (BOR), satuan waktu tersebut dalam tiap jam,
utilisasi lapangan penumpukan (YOR), maka satuan yang digunakan adalah
dan utilisasi fasilitas pelabuhan (SOR) di box/ crane/jam *B/C/H);
Pelabuhan Kendari. 2) Curah kering: jumlah rata-rata ton
barang yang dibongkar atau dimuat
TINJAUAN PUSTAKA oleh tiap alat pada tiap satuan waktu.
1. Bongkar Muat Barang Jika satuan waktu dalam jam, maka
ukuran untuk produktivitas curah
Jenis peralatan bongkar muat yang kering adalah dalam ton/alat/jam (T/
digunakan di pelabuhan sangat A/J);
tergantung kepada jenis barang yang akan
3) Curah cair: Jumlah rata-rata ton
di bongkar/muat. Secara umum jenis
barang dikelompokkan menjadi 3 jenis, barang yang dibongkar atau dimuat
pada tiap satuan waktu. Jika satuan
yaitu : barang yang dikemas dengan
petikemas, general cargo, dan barang curah waktu dihitung dalam jam, maka
ukuran untuk produktivitas bongkar
(kering/ cair).
muat adalah ton/jam (T/J).
Adapun rangkaian kegiatan bongkar muat
3. Produktivitas Alat Bongkar Muat
petikemas adalah kegiatan bongkar/muat
dari/ke kapal, kegiatan di lapangan Dihitung dari jumlah tonase barang yang
penumpukan dan kegiatan di gudang. dibongkar atau dimuat dalam satu jam
Dalam pengoperasian petikemas operasi tiap alat bongkar muat yang
digunakan peralatan yang terdiri dari Ship dipakai. Dibedakan menurut jenis
To Shore (STS) Container Crane, Harbour kemasan barang dipakai. Dibedakan
Mobile Crane, (HMC), Rubber Tyred Gantry menurut jenis kemasan barang (general
(RTG) Crane, Rail Mounted Gantry Crane cargo, bag cargo, unitized, curah cair, dan
(RMGC), Yard Tractor, Head Truck, Chasis/ curah kering).
trailer, Reach Stacker, Forklift, Side Loader a. Petikemas: Jumlah box petikemas rata-
2. Formula Perhitungan Produktivitas rata yang dibongkar atau dimuat oleh
Bongkar Muat tiap crane pada tiap satuan waktu.
Satuan waktu dihitung dalam jam
Perhitungan produktivitas bongkar muat,
meliputi produktivitas kerja buruh dan maka satuan untuk produktivitas alat

506 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


petikemas adalah box/crane/jam (B/ dermaga yang terbagi menjadi
C/H); beberapa tambatan, maka pemakaian
dermaga tidak dipengaruhi oleh
b. Curah kering: Jumlah rata-rata ton
panjang kapal. Dermaga yang tidak
barang yang dibongkar atau dimuat
terbagi menjadi beberapa tambatan
oleh tiap alat pada tiap satuan waktu.
(continues berth), perhitungan
Satuan waktu dihitung dalam jam
pemakaian dermaga didasarkan pada
maka satuan untuk produktifitas alat
panjang kapal ditambah 5 meter
curah kering adalah ton/alat/jam (f/
sebagai faktor pengaman.
A/J);
c. Rata-rata Lama Barang Ditumpuk
c. Curah cair: jumlah rata-rata ton
atau Dwelling Time (DT)
barang yang dibongkar atau dimuat
pada tiap satuan waktu. Satuan waktu Lama rata-rata hari untuk tiap ton/
dihitung dalam jam maka satuan m 3 barang atau tiap TEU' s petikemas
untuk produktivitas alat curah cair yang ditumpuk di gudang, lapangan
adalah ton/alat/jam (T/ A/J). penumpukan, atau container yard (CY).
4. Perhitungan Utilisasi dan Peralatan d. Daya Lalu Gudang atau Lapangan
Perhitungan utilisasi. dan peralatan, Penumpukan atau Shed Throughput
(STP)
meliputi daya lalu tambatan, tingkat
pemakaian dermaga, rata-rata lama Jumlah ton/m 3 barang dalam suatu
barang menumpuk di gudang, daya lalu periode, yang melalui tiap meter
barang di gudang atau lapangan persegi (m2} luas efektif gudang atau
penumpukan, tingkat pemakaian gudang lapangan penumpukan.
atau lapangan penumpukan, daya lalu
e. Tingkat Pemakaian Gudang atau
petikemas di CY, serta tingkat pemakaian Lapangan Penumpukan atau Shed Oc-
CY.
cupancy Ratio (SOR)
a. Daya Lalu Tambatan atau Berth
Perbandingan yang dinyatakan dalam
Throughput prosentase (% ), antara jumlah
Jumlah ton barang atau TEU's pemakaian ruang penumpukan
petikemas dalam suatu periode, yang gudang atau lapangan penumpukan
melalui tiap meter panjang dermaga yang dihitung dengan satuan ton atau
atau tambatan yang tersedia. m 3 , dengan kapasitas gudang atau
b. Tingkat Pemakaian Dermaga atau lapangan penumpukan.
Berth Occupancy Ratio (BOR) f. Daya Lalu Lapangan Penumpukan
Perbandingan antara jumlah waktu Petikemas atau YardThroughput (YTP)
pemakaian tiap dermaga yang Jumlah TEU' s petikemas dalam suatu
tersedia dengan jumlah waktu siap periode, yang melalui tiap meter
operasi dermaga selama periode persegi (m 2 ) luas efektif lapangan
waktu tertentu, yang dinyatakan penumpukan petikemas.
dengan prosentase (% ). BOR hanya
g. Tingkat Pemakaian Lapangan
dihitung untuk kapal yang bertambat
Penumpukan Petikemas atau Yard Oc-
secara merapat di dermaga. Untuk
cupancy Ratio (YOR)
Perbandingan yang dinyatakan dalam kinerja peralatan bongkar muat di termi-
prosentase (% ), antara jumlah pemakaian nal peti kemas Semarang (TPKS) di
ruang penumpukan petikemas yang Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Emas
dihitung dengan satuan TEU' s dengan Semarang, titik berat studi ini ditekankan
kapasitas lapangan penumpukan pada analisa sistem pelayanan bongkar
petikemas. muat dari dermaga sampai lapangan
penumpukan peti kemas, khususnya
Penelitian Sebelumnya peralatan Container Crane (CC), Rubber
1. Studi Tolok Ukur Kinerja Operasional Tyred Gantry (RTG) dan Head Truck (HT)
Pelabuhan Pada PT (Persero) dengan menggunakan metode antrian
Pelabuhan Indonesia (1993) yang penyelesainnya menggunakan dua
model yaitu model peramalan dan model
Studi ini bertujuan untuk memperoleh dan
stumulasi sebagai alat perhitungan.
merumuskan tolak ukur kinerja
operasional pelabuhan terhadap Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
pemakaian fasilitas pelabuhan, untuk kinerja peralatan bongkar muat peti
menentukan langkah kebijaksanaan kemas sampai pada tahun 2010 diketahui
dalam upaya meningkatkn prestasi tingkat utilitas peralatan yang tidak
seluruh jajaran PT (Persero) Indonesia I seimbang dan masih sangat rendah. Untuk
dan untuk memperoleh informasi ilmiah meningkatkan utilitas masing-masing
tentang ukuran keberhasilan faktor-faktor peralatan tersebut maka dari running
produksi PT (Persero) Pelabuhan Indone- simulasi didapatkan jumlah kombinasi
sia I, yang terdiri dari sarana, prasarana, peralatan antara lain 4 CC, 8 HT, dan 9
dan fasilitas pelabuhan, yang semuanya RTG dengan utilitas masing-masing
bermuara pada aspek pelayanan 41,46%, 40,75%, dan 39, 96%.
operasional.
Dari hasil studi, yang diukur adalah METODOLOGI
pelayanan kapal, produktivitas, dan Bentuk penelitian yang digunakan dalam
utilisasi. Pelayanan kapal, meliputi waktu penelitian ini adalah metode deskriptif
pelayanan kapal di pelabuhan, yang terdiri kualitatif. Penelitian deskriptif menurut
dari WT, AT, BT, TRT, ET, IT, BWT, NOT. Arikunto (2005:234) adalah penelitian
Produktivitas bongkar muat meliputi yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
produktivitas alat bongkar muat di informasi mengenai status gejala yang
dermaga konvensional, dermaga ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
petikemas, BTP, STP, dan YTP. Utilisasi adanya pada saat penelitian dilakukan.
meliputi utilisasi dermaga, gudang, dan Lebih lanjut Arikunto menjelaskan bahwa
lapangan penumpukan, serta utilisasi alat. penelitian deskriptif tidak dimaksudkan
Alat analisis yang digunakan adalah untuk menguji hipotesis tertentu , tetapi
metode kuantitatif deskriptif. hanya menggambarkan apa adanya
2. Kajian Kinerja Peralatan Bongkar tentang suatu variabel, gejala, atau
Muat Peti Kemas di Terminal Peti keadaan.
Kemas Semarang (TPKS), Siswadi Lokasi penelitian bertempat di Kantor
(2005) Administrator Pelabuhan Kendari, Kantor
Studi ini melakukan analisa mengenai PT Pelabuhan Indonesia IV Cabang
Kendari, dan Pelabuhan Nusantara e. Tahap Analisa Data dimulai dengan
Kendari. menelaah seluruh data yang tersedia,
baik data primer maupun data
Teknik pengumpulan data primer yang
sekunder. Proses analisa data yang
dilakukan yaitu melakukan pengamatan
dilakukan dalam penelitian ini
langsung terhadap objek penelitian
mengacu pada proses analisis data
(observasi) dan wawancara langsung
yang disampaikan oleh Miles &
dengan informan.
Huberman, yaitu: "setelah data di
Informan dalam penelitian ini adalah baca, dipelajari, dan ditelaah, maka
Kepala Kantor Administator Pelabuhan selanjutnya data direduksi, disajikan,
dan General Manager PT Pelindo IV dan ditarik kesimpulan serta
Cabang Kendari. verifikasinya" (miles & Huberman,
Teknik Pengumpulan Data Sekunder 1962)
dalam penelitian ini melalui studi
kepustakaan dengan mengumpulkan, HASIL DAN PEMBAHASAN
mempelajari, mendalami, mengutip teori- Inventarisasi data sekunder, meliputi data
teori dan konsep dari buku, pemberitaan,
fasilitas pelabuhan, peralatan bongkar
dan hasil penelitian sebelumnya serta studi
muat, ketersedian tenaga kerja bongkar
dokumentasi dengan memanfaatkan
muat barang, kunjungan kapal, volume
dokumen tertulis, gambar, foto atau
bongkar muat barang, di pelabuhan
benda-benda yang berkaitan dnegan
Kendari. Data sekunder diperoleh secara
aspek-aspek yang diteliti.
time series dalam kurun waktu 5 tahun
Prosedur Pengumpulan Data dalam terakhir.
penelitian ini yaitu melalui 1. Fasilitas Pelayanan Kapal
a. Tahap Orientasi, untuk menentukan Jumlah Dermaga:
informasi yang diperlukan terkait a. Dermaga Pangkalan Nusantara
masalah yang hendak diteliti.
Panjang : 270 Meter
b. Tahap Eksplorasi, untuk menentukan Lebar 15 Meter
informasi secara fokus dengan tujuan
b. Dermaga Pangkalan Perahu (fin-
penelitian.
ger): 4 Dermaga (2 rusak)
c. Tahap member check yaitu tahap yang Panjang : 21 Meter
digunakan untuk mengecek kebenaran .
Lebar 6 Meter
dari informasi hasil wawancara,
observasi, dokumentasi, dan kuesioner 2. Fasilitas Pelayanan Barang
yang telah terkumpul. a . Gu dang : 1000 M 2
d. Tahap Triangulasi dengan merujuk b. Lapangan Penumpukan Peti
pada Keputusan Direktur Jenderal Kemas : 12.430 M2, terdiri dari:
Perhubungan Laut Nomor: UM.002/ CY 1 5.380 M 2
38/18/DJPL-11 tentang Standar CY 2 2.600 M2
Kinerja Pelayanan Operasional CY3 4.450 M£
Pelabuhan.
Panjang 12.430 M2

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 509


Tabel 1 Aspek Peralatan Bongkar Muat
T ah u n 2 0 I I
Nam a Peralatan Jumlah Tahon
(Un it) Kapasitas U ti Ii ta s
Pembuatan
I. Co n ta in er Y a rd 3 2001 & 2006 5 I .0 4 0 T EU S 85%
2. Gantry Crane/ N ih ii
Co n ta in er C ran e
3. Transtain er (TT) N ih i I
4. Rubber Tyred G an try N ih i I
<RT G l
5. M obi le C ran e N ih ii
6. Re a ch Stacker N ih ii
7. Top Loader N ih ii
8. Side Loader N ih ii
9. Fork Ii ft N ih ii
I0. Head Truck N ih ii
I I . Cha sis N ih ii
I 2. La in-l a in N ih i I
Somber: PT.(Persero) Pelabuhan Ind o ne sia Cabang K en d ar1Tah un 2012
Keterangan:
Hingga saat ini, PT. Pelabuhan Indonesia di Pelabuhan Kendari adalah merupakan
IV (Persero) Cabang Kendari belum milik dari masing-masing operator
memiliki fasilitas peralatan bongkar muat. pelayanan petikemas yang beroperasi di
Peralatan bongkar muat yang beroperasi Pelabuhan Kendari, yaitu:
a . PT. Meratus memiliki/mengoperasikan peralatan bongkar muat (tabel 2)
Tb a e12 Peraltaan Bongk ar Mua t PT Meratu s Kend an.
Tahun2012
No N am a Pera la tan Ju m lah Ta hun
Ka pas itas U tilitas
(Unit) Pembuatan
1. Mobile Crane 2 1999 2 7 ton 30 %
2. Rea ch Stacker (K aim ar) 1 2010 4 5 ton 25 %
3. F. Loader 2 1980/1981 15 /20t on 30 %
4. Forklift 2,5 Ton 1 19 95 15 %
5. Head Truck 7 2000-2010 30 %
6. Chas is 20' 16 2000-2010 30 %
7. Chasis 40" 6 2000-2010 30 %
Somber: PT . (Persero) Pelabuhan Indonesia IV Cabang Kendari Tahun 2012
b. PT SRIL memiliki/ mengoperasikan peralatan bongkar muat (tabel 3)
Tabel 3. Peralatan Bongkar Muat PT. SRIL Kendari
Tahu n 20 12
No Nam a Pera Iatan Ju m la h T ahun
Kapasitas U t ii it as
(Un it) Pembuatan
I. Mobile Crane I 0 I 20 09 I 0 ton 20 %
2. Mobile Crane 20 I 20 I 0 20 ton 20 %
3. Mobile Crane 25 I 20 I 0 25 ton 25 %
4. Reach Stacker (Kalmar) I 20 I 0 35 ton 20 %
5. Reach Stacker (Kalmar) I 20 I I 35 ton 30 %
6. F o rk Ii ft 2 , 5 T on I 20 00 2 , 5 ton 25 %
7. F o rk Ii ft 3 , 5 T on I 20 00 3 ,5 ton 25 %
8. F o rk Ii ft I 5 T on I 20 00 I 5 ton 10 %
9. Head Truck 7 2009-2011 25 %
I 0. Chasis 20 ' I8 2009-2011 25 %
I I. Chasis40' 2 20 11 20 %
I 2. T ronton I0 2 0 I 0 -2 0 I 2 30 %
I 3. Sprider40' I 2 0 11 4 0 Ii ft 25 %
Somber: PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia IV Cabang Kendart Tahun 2012

510 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


c. PT. Tanto Intim Lines memilikijmengoperasikan peralatan bongkar muat (tabel 4)
Tabel 4. Peralatan Bongkar Muat PT. Stanto Intim Kendari
Tahun 2012
No N ama Peralatan Jum !ah Tahun
Kapasitas Utilitas
(Un it) P em bu atan
I. 2002 35 ton 40%
Rea ch Stacker (Kalmar) I
2. 1996 28 ton 35%
Forklift Loader 01 I
3.
Forklift 5 ton 1 2001 5 ton 30%
4. 25%
Head Truck 2 2005
5.
Chas is 20 ' 4 2011 25%
6.
Tron ton 1 2008 20%
7.
Spider 40' I 2010 20%
Sumber: PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia IV Cabang Kendan Tahun 2012

d. PT. Samas memilikijmengoperasikan peralatan bongkar muat (tabel 5)


Tabel 5. Peralatan Bongkar Muat PT. Samas Kendari
T ahun 20 12
No Nam a Pera la tan Jumlah Tah un
Kap asitas U tilitas
(Un it) Pembuatan
1.
Mobile Crane 1 19 87 28 ton 3 5%
2.
Reach Stacker 1 2010 45 ton 3 5%
(Kalmar)
3. Forklift 3,5 Ton 1 - 3 ,5 ton 2 5%
4. Head Truck 4 20 11 2 5%
5. Chas is 2 0' 8 20 11 2 O' 2 5%
6. Chas is 40' 2 20 11 4 O' 20%
7. Tron ton 2 20 12 2 5%
8. Sprider40' 1 20 11 30 ton 20%
Sumber: PT . (Persero) Pelabuhan Ind o nesia IV Cabang Kendan Tahun 2012

3. Ketersed.iaan Tenaga Kerja Bongkar


b. Menurut Pendidikan:
Muat (TKBM)
a. Menurut Umur: Tabel 7. Ketersediaan Tenaga Kerja
Tabel 6. Ketersediaan Tenaga Ketja Bongkar Muat Berdasarkan Pendidikan
Bongkar Muat Berdasarkan Usia Interval Ju mlah
No
Pendidikan
No Interval Umur Jumlah
TidakLulusSD
~
100 Orang
25 Tahun
I -
SD 75 0 rang
2 25-35 Tahun -
SMP 75 orang
3 35-45 Tahun 25 orang
SMA -
4 45-55 Tahun 200 orang
Diploma -
5 Lanjut 25 orang
Sumber: PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia IV Caban1
Sumber : PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia IV Cabang
Kend ari Tahun 20 I 2 K endari Tah un 2012

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 511


4. Produktivitas Bongkar Muat (Kinerja
Operasional)
Tabel 8. Utilisasi Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan PT. Pelabuhan Cabang Kendari Tahun 2007
s.d 2011
TAHUN
No URAJAN SAT
2007 2008 2009 2010 2011
3 4 5 6 7 8
1 2

I ~ElAYANAN KAPAL
a. Kara! Luar Nege ri

I. Turn Round Time (1R1) Jam


96.00
- - -
2. Berthing Time (BT) Jam
80.00
- - - -
3. Waiting Time (W1):

a. Waiting Time Net (WTN) Jam


2.00
- - - -
b. Waiting Time Gross ( WTG) Jam
4
- - - -
4. Awroo ch Time (A 1) Jam
4
- - - -
5. Postpone Tim e (Pl) Jam
6.00
- - - -
6. Not Operating Time (NOT) Jam
24.00
- - - -
7. Effective Time( El) Jam
32.00
- - - -
8. lddle Time (11) Jam - - - -
24.00

b. Kara! dabm Negeri

I. Turn Round Time (1R1) Jam 150.00 164.00 129 .60 144.71 127.67

2. Berthing Time (BT) Jam 126.13 144.00 111.78 108.28 I 05.86

3. Waiting Time ( W1)

a. Waiting Time Net (WTN) Jam 2.00 2.00 2.70 0.60 2.66

b. Waiting Time Gross(WTG) Jam 6.25 4 5 37 6

4. Awrooch Time (Al) Jam 6.25 I 2 36 5

5. Postpone Time (Pl) Jam 9.38 2.00 7.56 0.60 7.98

6. Not Operating Time (NOT) Jam 37.50 83.00 38.88 35.45 34.58

7. Effective Time( El) Jam 50.00 49.00 45 .90 43.90 45 .22

8. lddle Time (11) Jam 38 .63 23.00 27.00 29.22 26.07

PElAYANAN HARANG
2
a. Menurut kemasan:

I. Gener al cargo T /O'J 23 18 18 II 35

2. Bagged Ca-go T /O'J 24 19 83 II 35

3. Peti Kem as Box /J 12 8 13 12 13

0. Menu rut Jen is Pelayaran

I. Kara! Samuck:ra T/ Kpl/Hr -


2. Kara! Nusantara T/Kpl/Hr 288 335 604 2,734 398

512 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


Nit

1
~
OWi\N

2
UIILISA'il FA'iIIJTA'i
SAT

3
.,,,
.
.. ..'
s
T.._
••
1
an
I

3
I. Dennagi

a. OOR % 82.44 86.63 87.88 74.31 71.50

b. BIP TM l,W200 2,292.69 2,578. 73 195.43 202.62

2 Gulaq?;

a 9)R % ro .~ ~.67 'X'J.77 41.70 -

b. SfP TM f0.92 114.73 (f),29 7.04 -


3. 1.apaq?;an

a YOR % 15438 135.19 4l.l8 41.86 37.53

b. Sfp TM ffi.61 109.71 CXJ.Kl l l.18 12.86

~- PERALATAN

I. KranDa-at %
-
- - - -
2 Rea ch Stacker % - - - -
-
3. Faklift % - - - -
-
4. Kaµll Miter Pandi KPJGrk - 48.29 091 0.43
21.00
5. Permdam Kebakaran (T ab.i!W % 251 20! - -
l.48
Sumber: PT. (Pcrsero) PelabuhanKerrlari Tahun 2012
AN ALIS IS Sedangkan menurut Keputusan Direktur
1. Analisis Kinetja Barang Jenderal Perhubungan Laut Nomor : UM.
002/38/18/DJPL-11 Tentang Standar
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan Kinetja Pelayanan Operasional Pelabuhan
kinetja pelayanan barang peti kemas dan untuk kinetja pelayanan barang peti kemas
non peti kemas pada Pelabuhan Kendari. dan non peti kemas di Pelabuhan Kendari
Tabel 9.Kinerja Pelayanan Barang PT. adalah sebagai berikut : General Cargo (T /
Pelabuhan Cabang Kendari 2007-2011 G/J) sebesar 20, Bagged Cargo (T/G/J)
TAIIDN sebesar 25 dan untuk peti kemas di
No URAIAN SAT dermaga konvensional (Box/Crane!Jam)12.
2007 2008 200IJ 2010 2011
3 4 5 6 7 8
Dari hasil perbandingan antara kondisi di
1 2
lapangan dengan standar yang telah
Gereral cargo
ditentukan oleh Ditjen Perhubungan Laut
23 18 18 ll 35
I lr/G'J menunjukkan bahwa untuk General Cargo
2
Bagged Cargo
if/G'J
24 19 83 II 35 yang telah melampui standar adalah pada
Peti KetmS 12 8 13 12 13 tahun 2007 sebesar ( T/G/J) 23 dan pada
3 aox.11
tahun 2011 sebesar (T/G/J) 35. Kinetja
untuk pelayanan barang Bagged Cargo
Sunmer: Pf.rPersero) Pelabuhan Kindari Tahw 2012 yang telah melampaui standar adalah

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 513


pada tahun 2009 sebesar (T/G/J) 83 dan tahun 2011 sebesar (T/G/J) 13.
pada tahun 2011 sebesar (T /G/J) 35.
2. Utilisasi Fasilitas Pelabuhan
Kinerja untuk pelayanan peti kemas di
dermaga konvensional yang telah Berdasarkan tabel 10 menunjukkan
melampui standar adalah pada tahun utilisasi fasilitas pelabuhan pada
2009 sebesar (Box/Crane/Jam) 13 dan pada Pelabuhan Kendari.

Tabel 10 Utilisasi Fasilitas Pelabuhan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia Cabang


Kendari Tahun 2007 s.d. 2011
TAB UN
No. URAIAN SAT
2007 2008 2009 2010 2011
1 2 3 4 s 6 7 8

Dermaga
1
-B 0 R 8 2. 4 4 8 6 .6 3 8 7. 8 8 7 4. 31 7 1 .5 0
%
-BT P 2 1,992.00 2,292.69 2,578.73 195 .4 3 2 0 2 .6 2
T/M
G udang
-SOR 6 0. 9 8 4 9 .6 7 2 0. 7 7 4 1. 70 -
%
-ST P T/M 2 60.92 114.73 6 9 .2 9 7 .04 -
Lapangan
-YO R I 5 4 .3 8 I 3 5. I 9 4 I. I 8 4 1. 86 3 7 .5 3
%
-Y TP 2 6 8. 6 1 I 0 9. 7 I 9 0 .8 3 I 1. 18 12 . 86
T /M
Sumber: PT . (Persero) Pelabuhan Kendar1tahun 2012

Sedangkan menurut Keputusan Direktur lamanya waktu bongkar muat barang di


Jenderal Perhubungan Laut Nomor : UM. pelabuhan sehingga mempengaruhi
002/38/18/DJPL-11 Tentang Standar waktu dan jumlah kapal yang mengalami
Kirlerja Pelayanan Operasional Pelabuhan antrian untuk sandar di dermaga.
untuk utilisasi fasilitas pelabuhan Utilisasi gudang atau (SOR) pada
(dermaga, gudang dan lapangan umumnya masih dibawah standar yang
penumpukan) di pelabuhan Kendari telah ditentukan. Berdasarkan hasil survai
adalah sebagai berikut : BOR ( %) sebesar lapangan, hal ini disebabkan barang yang
70, SOR (%) sebesar 65 dan YOR sebesar ada di pelabuhan kendari sebagian besar
(%) 70. Dari hasil perbandingan antara tidak melalui gudang pelabuhan. Proses
kondisi di lapangan dengan standar yang yang terjadi di lapangan adalah barang
telah ditentukan oleh Ditjen Perhubungan yang di bongkar dari kapal langsung
Laut menunjukkan bahwa untuk BOR didistribusikan ke gudangnya para
pada pelabuhan Kendari telah melampaui pedagang atau konsumen.
standar yang telah ditetapkan oleh Ditjen
Perhubungan Laut. Utilisasi lapangan penumpukan atau
(YOR) yang telah melebihi standar yang
Namun hal ini perlu dicermati lebih jauh telah ditetapkan yaitu pada tahun 2007
penyebab pemakaian dermaga yang sudah sebesar (%) 154,38 dan pada tahun 2008
terlalu padat, berdasarkan hasil tinjauan sebesar (%) 135,19, sedangkan tahun 2009
lapangan salah satu penyebabnya adalah s.d tahun 2011 masih dibawah standar

514 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan kerja TKBM rendah terutama dalam
perilaku barang yang ada di pelabuhan pergantian shift antara shift I dengan shift
kendari sebagian besar tidak melalui II waktu istirahatnya seharusnya hanya 1
lapangan penumpukan pelabuhan, jadi jam, namun dalam kenyataan dilapangan
dari kapal langsung ke gudangnya para sering lebih dari 2 jam.
pedagang atau konsumen. Dari hasil perbandingan antara kondisi di
3. Kinerja Pelayanan Barang dan Utilisasi lapangan dengan standar yang telah
Fasilitas Pelabuhan ditentukan oleh Ditjen Perhubungan Laut
menunjukkan bahwa untuk BOR pada
Menurut Keputusan Direktur Jenderal
pelabuhan Kendari telah melampaui
Perhubungan Laut Nomor: UM. 002/38/
standar yang telah ditetapkan oleh Ditjen
18/DJPL-11 Tentang Standar Kinerja
Perhubungan Laut. Namun hal ini perlu
Pelayanan Operasional Pelabuhan untuk
dicermati lebih jauh penyebab pemakaian
kinerja pelayanan barang peti kemas dan
dermaga yang sudah terlalu padat salah
non peti kemas di Pelabuhan Kendari
satu penyebabnya adalah kapal banyak
adalah sebagai berikut : General Cargo (T/
menunggu di dermaga. Utilisasi gudang
G/J) sebesar 20, Bagged Cargo (T/G/J)
atau (SOR) pada umumnya masih
sebesar 25 dan untuk peti kemas di
dibawah standar yang telah ditentukan.
dermaga konvensional (Box/Crane!Jam)l2.
Hal ini disebabkan perilaku barang yang
Sedangkan kinerja pelayanan barang di
ada di pelabuhan kendari sebagian besar
pelabuhan Kendari pada tahun 2011
tidak melalui gudang pelabuhan, jadi dari
untuk General Cargo (T/G/J) sebesar 35,
kapal langsung ke gudangnya para
Bagged Cargo (T/G/n sebesar 35 dan untuk
pedagang atau konsumen. Utilisasi
peti kemas di dermaga konvensional (Box
/Crane!Jam)l3. Jadi telah melampui standar lapangan penumpukan atau (YOR) yang
telah melebihi standar yang telah
yang telah ditentukan oleh Ditjen
ditetapkan yaitu pada tahun 2007sebesar
Perhubungan Laut. Hal ini disebabkan
TKBM yang seharusnya bekerja selama 24
(%) 154,38 dan pada tahun 2008 sebesar
jam atau 3 shift yaitu shift I dari pukul
(%) 135,19, sedangkan tahun 2009 s.d
08.00 s.d 12.00, shift II dari pukul 13.00 tahun 2011 masih dibawah standar yang
s.d 16.00 dan shift III dari pukul 19.00 s.d telah ditentukan, Hal ini disebabkan
24.00 , namun dalam kenyataan di perilaku barang yang ada di pelabuhan
Kendari sebagian besar tidak melalui
lapangan hanya bekerja sampai dengan
pukul 16.00 karena kendala gudang lapangan penumpukan pelabuhan, jadi
dari kapal langsung ke gudangnya para
~enerima di luar pelabuhan yang tidak
s1ap operasi selama 24 jam. Disamping itu pedagang atau konsumen.
buruh yang bekerja dalam satu gang
hanya 4 orang yang seharusnya 12 orang. KESIMPULAN DAN SARAN
Armada angkutan truk nya dirasakan 1. Kesimpulan
kurang karena sering terjadi waiting truk ,
mengingat kebanyakan barangnya pada Dari hasil analisis dan evaluasi maka
um~mnya angkutan langsung. Kegiatan dapat disimpulkan beberapa hal mengenai
bongkar muat selama ini hanya aspek pelayanan bongkar muat barang
menggunakan crane kapal. Disiplin jam antara lain sebagai berikut:

Volume 24, Nomor 5, Mei 2012 515


a. Kinerja Pelayanan Barang Kendari berpengaruh terhadap utilisasi
Kinetja Pelayanan Barang di Pelabuhan lapangan penumpukan (YOR), dimana
Kendari berdasarkan perbandingan pada tahun 2007 hingga 2008 nilai YOR
antara kondisi eksisting dengan melampaui standar dan pada tahun 2009
Keputusan Direktur Jenderal hingga 2011 nilai YOR berada dibawah
Perhubungan Laut Nomor: UM. 002/38/ nilai standar yang telah ditentukan.
18/DJPL-11 Tentang Standar Kinerja 2. Saran
Pelayanan Operasional Pelabuhan untuk
Saran yang perlu dilakukan sehubungan
kinerja pelayanan barang peti kemas dan
dengan peningkatan pelayanan bongkar
non peti kemas di Pelabuhan Kendari telah
muat barang di pelabuhan Kendari.
melampui standar yang telah ditentukan
oleh Ditjen Perhubungan Laut. a. Melakukan upaya-upaya peningkatan
kinerja pelayanan barang sebagai
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
berikut:
yaitu, a) Tenaga kerja bongkar muat
barang yang seharusnya bekerja selama 24 1) Menyediakan peralatan yang
jam atau 3 shift yaitu shift I dari pukul memadai untuk melakukan
08.00 s.d 12.00, shift II dari pukul 13.00 bongkar muat di dermaga
s.d 16.00 dan shift III dari pukul 19.00 s.d pelabuhan, sehingga memudahkan
24.00, namun dalam kenyataan di pelaksanaan bongkar muat dan
lapangan TKBM hanya beketja sampai diharapkan akan meningkatkan
dengan pukul 16.00; b) Jumlah buruh produktivitas,
yang beketja dalam satu gang hanya 4 2) Melakukan pembinaan terhadap
orang yang seharusnya 12 orang; c) Tenaga Kerja Bongkar Muat
Kurangnya jumlah armada truk untuk Barang agar dapat bekerja sesuai
mengangkut langsung barang; d) dengan peraturan yang ada yaitu
Rendahnya disiplin kerja TKBM, satu shift sebanyak 12 orang
khususnya terkait jam ketja. 3) Melakukan sosialisasi kepada
b. Utilisasi Fasilitas Pelabuhan Tenaga Kerja Bongkar Muat
Barang agar mematuhi tarip
Utilisasi Fasilitas Pelabuhan (SOR) Kendari bongkar muat yang telah
berdasarkan perbandingan kondisi disepakati bersama dan yang
eksisting dengan Keputusan Direktur sudah ditandatangani oleh PT.
Jenderal Perhubungan Laut Nomor : UM. Pelabuhan Cabang Kendari
002/38/18/DJPL-11 Tentang Standar 4) Meningkat kualitas Tenaga Kerja
Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Bongkar Muat Barang melalui
masih dibawah standar yang telah diklat teknis, sehingga dapat
ditentukan. Hal ini disebabkan alur meningkatkan ketrampilan TKBM
distribusi barang yang ada di pelabuhan tersebut.
kendari sebagian besar tidak melalui
gudang pelabuhan, sehingga barang dari b. Terwujudnya peningkatan utilisasi
kapal langsung didistribusikan ke fasilitas pelabuhan merupakan
konsumen. dampak dari penyelenggaran bongkar
muat barang yang ideal. Oleh sebab itu,
c. Kondisi utilisasi fasilitas pelabuhan perlu upaya-upaya perbaikan kinerja

516 Volume 24, Nomor 5, Mei 2012


barang di pelabuhan tercapai. Upaya Cabang Pelabuhan Kendari Tahun
meningkatkan kualitas pelayanan 2012.
bongkar muat barang dengan - - - - - Laporan Tahunan. 2011. Ad-
melakukan peningkatan pada aspek ministrator Pelabuhan Kendari.
berikut:
1) Meningkatkan kecukupan jumlah Pelabuhan Kendari Sempit, Waktu
peralatan untuk bongkar muat di Pembongkaran Semakin Lama. 23
dermaga pelabuhan. Februari 2012. http://
www .kendarinews.com/ tourism/
2) Meningkatkan mutu, kuantitas,
index.php?option=com content
dan kualitas peralatan untuk
&task= view&id= 24276& ltemid-208
bongkar muat yang ada di
dermaga pelabuhan. - - - - - Peraturan Menteri
3) Menyesuaikan jumlah TKBM saat Perhubungan Nomor 46 Tahun
melakukan bongkar muat barang. 2011tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Syahbandar.
4) Menyesuaikan biaya bongkar muat
barang dengan pelayanan yang - - - - Studi Tolok Ukur Kinerja
diterima pengguna jasa. Operasional Pelabuhan Pada PT
5) Memperbaiki tingkat disiplin dan (Persero) Pelabuhan Indonesia. 1993.
perilaku petugas yang melayani Puslitbang Perhubungan Laut.
pengurusan dokumen barang. - - - - Undang Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentag Pelayaran.
DAFTAR PUSTAKA Latif, Faridawati. 2005. Skripsi. Kebutuhan
Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Pengembangan Fasilitas Pelabuhan
Jakarta: Rineka Cipta. Kol aka untuk Mendukung
Pengembangan Wilayah Kabupaten
- - - - - Keputusan Direktur Jenderal Kolaka. Semarang: Universitas
Perhubungan Laut Nomor : UM. 002/ Diponegoro. Hal. 1-2.
38/18/DJPL-11 Tentang Standar
Kinerja Pelayanan Operasional Siswadi. 2005. Kajian Kinerja Peralatan
Pelabuhan. Bongkar Muat Peti Kemas di Terminal
Peti Kemas Semarang (TPKS). Tesis. Uni-
- - - - - Laporan SIMOPEL PT. versitas Diponegoro. Diterbitkan.
(Persero) Pelabuhan Indonesia IV

- ,,,A llLT---- C "'-..f,.._.: l")ll1 ")


517

Anda mungkin juga menyukai