PENANGGUNG JAWAB DR. Bambang Istianto, M.Si DR. Eng. Imam Muthohar, S.T.,
Sekolah Tinggi Transportasi Darat M.T.
Dr. Ir. Fadrinsyah Anwar, MBA
Jl. Raya Setu No.89, Cibuntu, Departemen Teknik Sipil dan
Pusat Penelitian Transportasi Jalan
Cibitung, Bekasi, Jawa Barat 17520, Lingkungan,
dan Perkeretaapian
INDONESIA Universitas Gadjah Mada
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5
Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta, 55281,
Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA Andyka Kusuma, S.T. M.Sc., PhD.
INDONESIA
Universitas Indonesia, Kampus UI
PEMIMPIN REDAKSI
Depok SEKRETARIAT REDAKSI
Siti Nur Fadlilah A, S.T., M.T. Jl. Margonda Raya, Pondok Cina, Ari Widi Wibowo, S.SiT., M.M
Pusat Penelitian Transportasi Jalan Depok, Jawa Barat 16424, Pusat Penelitian Transportasi Jalan
dan Perkeretaapian INDONESIA dan Perkeretaapian
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5
Dr. Hananto Prakoso Jl. Medan Merdeka Timur No. 5
Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA
Badan Pengelola Transportasi Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA
SEKRETARIS DEWAN REDAKSI Jabodetabek Reni Puspitasari, S.E., M.T.
Dwi Heriwibowo Jl. MT. Haryono Kav.45-46 Pusat Penelitian Transportasi Jalan
Pusat Penelitian Transportasi Jalan Jakarta Selatan, 12770, INDONESIA dan Perkeretaapian
dan Perkeretaapian Jl. Medan Merdeka Timur No. 5
Drs. Priyambodo, MPM., DESS.
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA
Badan Penelitian dan Pengembangan
Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA
Provinsi Jawa Timur Budi Dwi Hartanto, S.T., M.T.
DEWAN REDAKSI Jl. Gayung Kebonsari No.56, Pusat Penelitian Transportasi Jalan
Gayungan, Surabaya, Jawa Timur dan Perkeretaapian
Purwoko, S.IP
60235, INDONESIA Jl. Medan Merdeka Timur No. 5
Pusat Penelitian Transportasi Jalan
Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA
dan Perkeretaapian DR. Eng. Muhammad Zudhy
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Irawan, S.T., M.T. Yogi Arisandi, S.T., M.T.
Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA Departemen Teknik Sipil dan Pusat Penelitian Transportasi Jalan
Lingkungan dan Perkeretaapian
Ir. Setio Boedi Arianto
Universitas Gadjah Mada Jl. Medan Merdeka Timur No. 5
Pusat Penelitian Transportasi Jalan
Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta, 55281, Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA
dan Perkeretaapian
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 INDONESIA Arbie, S.T.
Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA Pusat Penelitian Transportasi Jalan
Darmaningtyas
dan Perkeretaapian
Emi Septiana H, S.SiT., M.Sc Masyarakat Transportasi Indonesia
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5
Pusat Penelitian Transportasi Jalan Wisma PMI Lantai Dasar Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA
dan Perkeretaapian Jl. Wijaya I No. 63, Kebayoran Baru,
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Selatan, 12170, INDONESIA
Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA
DR. Russ Bona Frazila, S.T., M.T.
Sri Hapsari Winahyu, S.E., M.T. Institut Teknologi Bandung
Pusat Penelitian Transportasi Jalan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
dan Perkeretaapian Jl. Ganesha No.10, Bandung, Jawa
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Barat, 40132, INDONESIA
Jakarta Pusat, 10110, INDONESIA
DR. Ir. Tri Tjahjono, M.Sc.
MITRA BESTARI
Fakultas Teknik
Yossyafra, S.T., M.Eng., SC., PhD. Universitas Indonesia, Kampus UI
Universitas Andalas Depok
Limau Manis Kec. Pauh, Kota Padang, Jl. Margonda Raya, Pondok Cina,
Sumatera Barat, 25163, INDONESIA Depok, Jawa Barat 16424,
INDONESIA
JURNAL PENELITIAN P-ISSN No. 1410-8593
TRANSPORTASI E-ISSN No. 2579-8731
DARAT Volume 21, Nomor 1, Juni 2019
KATA PENGANTAR
Jurnal Penelitian Transportasi Darat merupakan salah satu wahana di Badan Penelitian dan
Pengembangan Perhubungan untuk mempublikasikan hasil penelitian dan kajian bidang transportasi
darat (moda jalan dan kereta api) dari peneliti Badan Litbang Perhubungan, peneliti dari instansi lain,
serta akademisi. Pada penerbitan Volume 21 (dua puluh satu), Nomor 1 (satu) ini menyajikan 10
(sepuluh) tulisan yang membahas keberlanjutan aksesibilitas angkutan umum, LRT Jabodebek,
pengaruh kendaraan bermotor terhadap kualitas udara, karakteristik arus mudik lebaran, Rute Aman
Selamat Sekolah, kemanfaatan rest area dalam jaringan jalan tol antar kota, faktor penyebab
kecelakaan pada ruas jalan, preferensi angkutan umum, keberlanjutan angkutan umum penumpang
berbasis jalan, dan Sistem Informasi Rute Aman Selamat Sekolah (SIRASS) menggunakan aplikasi. I
Made Arka Hermawan, Santun R.P Sitorus, Machfud, I.F Poernomosidhi Poerwo, dan Umar
Mansyur dalam tulisannya “Evaluasi Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum di Kota
Sukabumi” yang bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan aksesibilitas angkutan umum
dengan menggunakan kriteria dan indikator aksesibilitas berkelanjutan. Arbie menulis “Kajian
Preferensi Masyarakat dalam Menggunakan LRT Jabodebek”, dengan tujuan untuk tersususnya
laporan kajian preferensi masyarakat dalam Menggunakan LRT Jabodebek. Nanda Kemala, Asri
Gani, dan Mahidin dalam tulisannya “Evaluasi Pengaruh Kendaraan Bermotor Terhadap Kualitas
Udara Ambien Pada Berbagai Tipe Ruas Jalan Kota Banda Aceh“, dimana tujuan dari penelitian ini
adalah mengevaluasi jumlah kendaraan bermotor di beberapa ruas jalan Kota Banda Aceh sebagai
fungsi tempat dan waktu, mengklasifikasikan kendaraan yang beroperasi di beberapa ruas jalan Kota
Banda Aceh sebagai fungsi tempat dan waktu serta mengevaluasi pengaruh kendaraan bermotor
terhadap kualitas udara Kota Banda Aceh. Fadjar Lestari menulis tentang “Kajian Karakteristik Arus
Mudik Lebaran Menggunakan Survei Online”, dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik arus
mudik Lebaran ditinjau dari beberapa parameter seperti tanggal, lokasi tujuan mudik, rute perjalanan,
moda yang digunakan, dan trip chaining. Liliany, Sigit Priyanto, dan Danang Parikesit dalam
tulisannya “Rute Aman Selamat Sekolah (RASS) di Kota Yogyakarta (Studi Kasus Jl. Kapten Pierre
Tendean)” bertujuan untuk mengetahui pola perjalan siswa dari dan ke sekolah, penerapan Zona
Selamat Sekolah (ZoSS), penerapan fasilitas pejalan kaki, penerapan jalur sepeda dan penerapan rute
angkutan umum pada zona pendidikan di Jl. Kapten Pierre Tendean. Tetty Sulastry Mardiana dalam
tulisannya “Evaluasi Kemanfaatan Rest Area Dalam Jaringan Jalan Tol Antar Kota (Studi Kasus Rest
Area Cikopo-Palimanan (Cipali))” yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran manfaat rest area
ruas jalan tol Cipali (studi kasus 1 rest area tipe A dan 1 rest area tipe B) dalam memenuhi kebutuhan
dasar dan harapan pengguna jalan tol. Imam Samsudin menulis “Analisa Faktor Penyebab
Kecelakaan Pada Ruas Jalan Ir. H. Alala Kota Kendari Ditinjau dari Prasarana dan Geometrik Jalan”,
dengan tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan terhadap prasarana jalan dan elemen-elemen
geometrik jalan di tiap titik kecelakaan pada ruas jalan Ir. H. Alala, mengidentifikasi permasalahan
kurangnya fasilitas perlengkapan jalan yang ada pada ruas jalan Ir. H. Alala yang dapat berpotensi
menyebabkan kecelakaan serta mencari upaya penanggulangan kecelakaan yang sesuai terhadap faktor
prasarana dan geometrik jalan yang ada serta fasilitas perlengkapan jalan yang diperlukan, sehingga
dapat meminimalkan angka kecelakaan dari yang sebelumnya. Tania Andari dan Dwi Widiyanti
dalam tulisannya “Kajian Preferensi Angkutan Umum di Kota Pelaihari Kabupaten Tanah Laut”,
dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik angkutan umum yang tepat
untuk Kabupaten Tanah Laut. Moh. Nurul Iman, Santun R.P Sitorus, Machfud, I.F
Poernomosidhi Poerwo, dan Widiatmaka menulis tentang “Analisis Keberlanjutan Angkutan
Selamat Membaca.
Redaksi.
DAFTAR ISI
Rute Aman Selamat Sekolah (RASS) di Kota Yogyakarta (Studi Kasus Jl. Kapten Pierre
Tendean)
School Safety Routes (RASS) in Yogyakarta City (Case Study: Kapten Pierre Tendean
Street) ___________________________________________________________________ 37-46
Liliany, Sigit Priyanto, dan Danang Parikesit
Evaluasi Kemanfaatan Rest Area Dalam Jaringan Jalan Tol Antar Kota (Studi Kasus
Rest Area Cikopo-Palimanan (Cipali))
Evaluation of Rest Area Benefit in Inter-City Toll Road Network (Case Study of Cikopo-
Palimanan Rest Area (Cipali)) _________________________________________________ 47-58
Tetty Sulastry Mardiana
Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Pada Ruas Jalan Ir. H. Alala Kota Kendari Ditinjau
dari Prasarana dan Geometrik Jalan
Analysis of Factors Causing Accidents in Roads Ir. H. Alala, Kendari City in Terms of Road
Infrastructure and Geometry __________________________________________________ 59-66
Imam Samsudin
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 20, Nomor 1, Juni 2018 iii
Analisis Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Berbasis Jalan (Studi Kasus di Kota Bogor)
Analysis of Sustainability of Road Based Public Transport (Case in Bogor City) _________ 75-90
Moh. Nurul Iman, Santun R.P Sitorus, Machfud, I.F Poernomosidhi Poerwo, dan
Widiatmaka
Sistem Informasi Rute Aman Selamat Sekola (SIRASS) Menggunakan Aplikasi Mobile Berbasis
Android di Kota Kediri
Safe School Route Information System Using an Android Based Mobile Application in Kediri
City _____________________________________________________________________ 91-102
Ali Mushoffan, Tri Susila H, dan Budhy Harjoto
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019 vii
mengetahui karakteristik angkutan umum yang tepat untuk kategori keberlanjutan dimensi ekonomi adalah kurang
Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini menggunakan berkelanjutan; dimensi sosial cukup berkelanjutan;
metode deskriptif kuantitatif dengan cara pengumpulan dimensi lingkungan tidak berkelanjutan; dimensi kinerja
data dengan menggunakan wawancara responden pelayanan cukup berkelanjutan; dan secara multidimensi
menggunakan kuisioner dan observasi lapangan. Dengan adalah kurang berkelanjutan. Secara agregat, hasil
menggunakan sampel sebanyak 100 responden analisis menunjukkan kategori keberlanjutan dimensi
berdasarkan rumus Slovin dan dilakukan analisa ekonomi adalah kurang berkelanjutan; dimensi sosial
preferensi masyarakat ditemukan bahwa 1) masyarakat cukup berkelanjutan; dimensi lingkungan kurang
Kota Pelaihari setuju adanya akan adanya penyediaan berkelanjutan; dimensi kinerja pelayanan cukup
pelayanan angkutan kota dengan trayek tetap dan berkelanjutan; dan secara multidimensi adalah kurang
teratur dan juga bersedia beralih menggunakan angkutan berkelanjutan. Secara umum tingkat keberlanjutan
umum tersebut 2) jenis angkutan yang diingini adalah angkutan umum penumpang tersebut adalah tergolong
bus sedang, bus kecil dan mobil penumpang umum (MPU) rendah atau belum berkelanjutan. Terdapat atribut-atribut
dengan titik pemberhentian angkutan umum di halte. pengungkit (leverage attributes) yang memerlukan
intervensi dengan strategi kebijakan yang tepat agar
(Penulis)
menjadi lebih berkelanjutan.
Kata Kunci: angkutan umum; Rumus Slovin; preferensi
masyarakat. (Penulis)
Kata Kunci: atribut pengungkit; angkutan umum
DDC: 388.042 Ima a penumpang; keberlanjutan.
Moh. Nurul Iman1*, Santun R.P Sitorus2, Machfud3,
I.F Poernomosidhi Poerwo4, Widiatmaka5 (1Program DDC: 363.287 Mus s
Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Ali Mushoffan, Tri Susila H, dan Budhy Harjoto (Pusat
Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (P3M)
Bogor, Jl. Raya Dramaga, Babakan, Dramaga, Babakan, Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan, Jl. Perintis
Kecamatan Dramaga, Bogor, Indonesia, 16680; Kemerdekaan No. 17, Kota Tegal, Jawa Tengah,
2,5 Indonesia, 52125)
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Sistem Informasi Rute Aman Selamat Sekola (SIRASS)
Dramaga, Babakan, Dramaga, Babakan, Kecamatan Menggunakan Aplikasi Mobile Berbasis Android di
Dramaga, Bogor, Indonesia, 16680; 3Departemen
Kota Kediri
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya
J.P. Transdat
Dramaga, Babakan, Dramaga, Babakan, Kecamatan
Vol. 21, No. 1, Juni 2019, Hal. 91-102
Dramaga, Bogor, Indonesia, 16680; 4Puslitbang
Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan Rute Aman Selamat Sekolah merupakan bagian dari
Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan kegiatan manajemen dan rekayasa lalulintas. Namun
Perumahan Rakyat, Jl. A. H. Nasution No. 264, fasilitas RASS belum memberikan efek yang maksimal
Ciasaranten Bina Harapan, Kecamatan Arcamanik, untuk penurunan kecelakaan lalu lintas, karena kurangnya
Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 40294) pemahaman pengguna jalan tentang fasilitas RASS dan
minimnya sumber daya manusia sebagai tenaga penyuluh
Analisis Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang
keselamatan di Kota Kediri. Penelitian ini membahas
Berbasis Jalan (Studi Kasus di Kota Bogor)
Penyusunan SIRASS menggunakan software APP Inventor
J.P. Transdat berisi tentang data induk informasi seputar fasilitas RASS
Vol. 21, No. 1, Juni 2019, Hal. 75-90 Kota Kediri Data Fasilitas RASS beserta implementasinya
untuk mengukur pemahaman fasilitas RASS di Kota
Studi ini menganalisis keberlanjutan angkutan umum
Kediri. Metode penelitian yang digunakan (R&D) dilanjut
penumpang dengan studi kasus di Kota Bogor. Tujuan
metode pre dan posttest dengan mengukur tingkat
studi ini adalah untuk menilai kondisi saat ini tingkat
pemahaman RASS. SIRASS adalah produk sistem
keberlanjutan angkutan umum penumpang berdasarkan sebagai media peningkatan pemahaman RASS di Kota
dimensi ekonomi, sosial, lingkungan, dan kinerja Kediri dengan nilai validasi kelayakan oleh Ahli Materi
pelayanan angkutan umum serta untuk mendapatkan
100%, Ahli Media 100% dan Ahli Pembelajaran 88%.
atribut-atribut pengungkit (leverage attributes). Teknik
Peningkatan pemahaman RASS di Kota Kediri kepada
Multidimensional Scaling dengan pengembangan
siswa SMP yang termasuk kedalam zona RASS kota
aplikasi Rap-Rbptrans digunakan untuk menilai tingkat
Kediri. Dengan hasil pretest 58% dan hasil posttest
keberlanjutan angkutan umum penumpang dan meningkat menjadi 80% dengan peningkatan 22%.
mendapatkan atribut-atribut pengungkit (leverage Hasil posttest, 2 berkategori rendah, 80 berkategori
attributes) tersebut. Hasil analisis terhadap Trayek 03
sedang dan 278 berkategori tinggi.
(Bubulak-Baranangsiang) menunjukkan bahwa kategori
keberlanjutan dimensi ekonomi adalah tidak (Penulis)
berkelanjutan; dimensi sosial cukup berkelanjutan; Kata Kunci: Rute Aman Selamat Sekolah; smartphone;
dimensi lingkungan kurang berkelanjutan; dimensi mobile android; app inventor; tingkat pemahaman.
kinerja pelayanan kurang berkelanjutan; dan secara
multidimensi adalah kurang berkelanjutan. Hasil analisis
terhadap Trayek 01 (Baranangsiang-Ciawi) menunjukkan
viii Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019
JURNAL PENELITIAN P-ISSN No. 1410-8593
TRANSPORTASI E-ISSN No. 2579-8731
DARAT Volume 21, Nomor 1, Juni 2019
Evaluation of Sustainability of Public Transport Total trips in Jabodetabek throughout 2015 recorded 47.5
Accessibility in Sukabumi City million trips/day. Of the 50 trips, 50% of trips are from
Bodetabek to Jakarta. Travel within Jakarta alone is only
J.P. Transdat 40%. Modes share of the total movement of Jabodetabek
Vol. 21, No. 1, June 2019, Page. 1-12 is dominated by motorbikes by 75%, private vehicles
by 23% and 2% by transport vehicles. The purpose of
The concept of sustainable development is something
this study is to make the report of the Community
that must be done by every country and followed up by
the sectors below such as sustainable transportation, Preference Study using the Jabodebek LRT. The approach
especially those concerning the accessibility of public used in this research is descriptive analysis, which
transport. The problem of accessibility of public transport describes the preferences of prospective Jabodebek
is very important to be resolved especially in urban LRT passengers according to intermodal and tariff
areas such as mileage, costs, and time of someone facilities. The data collection technique is done by
doing mobility. The aim of the study was to analyze the means of primary data obtained by online surveys
sustainability status of public transport accessibility through the web surveymonkey.com, as a comparison
by using sustainable accessibility criteria and indicators. with secondary data on the number of Jabodetabek
The analysis used in this research is using the trips. The survey results showed 34.57% would switch
Multidimensional Scaling (MDS) technique through while 32.10% answered not switch, 33.33% answered
the Rapfish application. Each indicator of sustainability doubtfully. This is due to the location of the place of
criteria for public transportation in Sukabumi City is work and residence far from the LRT station. If
determined by economic, social, environmental, necessary, intermodal facility services can be included
institutional and legal approaches. The results of the in the Jabodebek LRT SPM. The ability of the community
sustainability index analysis show that for economic to transport costs is only 10% of income, the rate that
criteria it is 47.96; social criteria 23.58; environmental will be determined by the Government is Rp. 5,700.00
criteria 82.95; and institutional and legal criteria 43.61; while the Jabodebek LRT operator calculation is Rp.
so the average sustainability index is 49.07 and can be 20,000.00 the difference in tariff of Rp. 14,300.00 must be
said to be less sustainable. Some program activities to paid by the Government. If possible, the Government can
improve the accessibility of public transport in Sukabumi audit Vehicle Operating Costs incurred by operators
City, as in economic criteria are more directed at saving
so that when PSO is given it is not too burdensome for
transportation costs, such as minimizing vehicle operating
state finances.
costs; social criteria are increasing public interest in
switching to public transportation; environmental criteria (Author)
are fuel efficiency; and institutional and legal criteria Keywords: vehicle operational costs; intermoda
more towards efforts to plan sustainable transportation facilities; Jabodebek LRT.
xii Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 1-12
ABSTARCT
Evaluation of sustainability of public transport accessibility in Sukabumi City: The concept of sustainable development
is something that must be done by every country and followed up by the sectors below such as sustainable transportation,
especially those concerning the accessibility of public transport. The problem of accessibility of public transport is very
important to be resolved especially in urban areas such as mileage, costs, and time of someone doing mobility. The aim of
the study was to analyze the sustainability status of public transport accessibility by using sustainable accessibility criteria
and indicators. The analysis used in this research is using the Multidimensional Scaling (MDS) technique through the
Rapfish application. Each indicator of sustainability criteria for public transportation in Sukabumi City is determined by
economic, social, environmental, institutional and legal approaches. The results of the sustainability index analysis show
that for economic criteria it is 47.96; social criteria 23.58; environmental criteria 82.95; and institutional and legal criteria
43.61; so the average sustainability index is 49.07 and can be said to be less sustainable. Some program activities to
improve the accessibility of public transport in Sukabumi City, as in economic criteria are more directed at saving
transportation costs, such as minimizing vehicle operating costs; social criteria are increasing public interest in switching
to public transportation; environmental criteria are fuel efficiency; and institutional and legal criteria more towards efforts
to plan sustainable transportation programs in accordance with the key indicators of each dimension.
Keywords: accessibility; multidimensional scaling; rapfish; sustainable transportation.
ABSTRAK
Konsep pembangunan berkelanjutan adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap negara dan ditindaklanjuti
oleh sektor-sektor di bawahnya seperti transportasi berkelanjutan, terutama yang menyangkut aksesibilitas
angkutan umum. Masalah aksesibilitas angkutan umum sangat penting untuk diselesaikan khususnya di daerah
perkotaan seperti jarak tempuh, biaya, dan waktu seseorang yang melakukan mobilitas. Tujuan penelitian adalah
menganalisis status keberlanjutan aksesibilitas angkutan umum dengan menggunakan kriteria dan indikator
aksesibilitas berkelanjutan. Analisis yang digunakan dalam penelitain ini adalah dengan menggunakan Teknik
Multidimensional Scalling (MDS) melalui aplikasi Rapfish. Setiap indikator kriteria keberlanjutan transportasi
umum di Kota Sukabumi ditentukan oleh pendekatan ekonomi, sosial, lingkungan, kelembagaan dan hukum. Hasil
analisis indeks keberlanjutan menunjukkan bahwa untuk kriteria ekonomi sebesar 47,96; kriteria sosial 23,58;
kriteria lingkungan 82,95; dan kriteria kelembagaan dan hukum 43,61; sehingga indeks keberlanjutan rata-rata
adalah 49,07 dan dapat dikatakan kurang berkelanjutan. Beberapa program kegiatan untuk meningkatkan
aksesibilitas angkutan umum di Kota Sukabumi, seperti dalam kriteria ekonomi lebih diarahkan pada
penghematan biaya transportasi, seperti meminimalkan biaya operasi kendaraan; kriteria sosial adalah
meningkatkan minat publik untuk beralih ke transportasi umum; kriteria lingkungan adalah efisiensi bahan bakar;
dan kriteria kelembagaan dan hukum lebih ke arah upaya merencanakan program transportasi berkelanjutan
sesuai dengan indikator kunci masing-masing dimensi.
Kata Kunci: aksesibilitas; multidimensional scaling; rapfish; transportasi berkelanjutan.
doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.989 1
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
I. Pendahuluan Model Kebijakan Aksesibilitas Angkutan Umum
di Kota Sukabumi.
Badan Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa
pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia antara Penelitian tentang pengelolaan transportasi, indikator
tahun 2000 sampai dengan 2010 sebesar 1,49% transportasi berkelanjutan, aksesibilitas angkutan
per tahun. Sementara itu Perserikatan Bangsa- umum sudah banyak dilaksanakan. Beberapa
Bangsa atau PBB (2015) menyatakan bahwa penelitian sejenis yang sudah pernah dilakukan
jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2015 dapat diuraikan sebagai berikut. Bayuaji (2004)
sebesar lebih dari 250 juta jiwa, lebih dari 270 juta melakukan penelitian tentang analisis aksesibilitas
jiwa pada tahun 2025, lebih dari 285 juta jiwa pada angkutan umum reguler dengan variabel instrumen
tahun 2035 dan 290 juta jiwa pada tahun 2045. adalah waktu tunggu kendaraan angkutan umum.
Tingginya jumlah penduduk tersebut tentunya Analisis yang digunakan adalah indeks aksesibilitas
akan berdampak pada mobilitas orang dalam perjalanan dengan menggunakan angkutan umum.
melakukan perjalanan baik itu aktivitas perjalanan Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat
yang dilakukan secara rutinitas maupun yang aksesibilitas masing-masing zona dengan
sifatnya bukan rutinitas. berkembangnya rute angkutan umum. Penelitian
sejenis terkait aksesibilitas angkutan umum adalah
Mobilitas penduduk tentunya juga harus didukung
Suthanaya (2009) dengan melakukan penelitian
oleh aksesibilitas transportasi yang baik. Aksesibilitas
tentang aksesibilitas angkutan menuju pusat kota
adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan
di Denpasar. Variabel instrumen yang digunakan
mengenai cara lokasi penggunaan lahan berinteraksi
selain waktu tunggu adalah waktu berjalan kaki,
satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi
dan waktu perjalanan. Analisis yang digunakan
tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi
adalah analisis indeks aksesibilitas angkutan umum,
(Black dan Conroy, 1977). Geurs dan Wee (2004)
dengan hasil indeks aksesibilitas pada masing-
menyatakan bahwa aksesibilitas transportasi terdiri
masing zona lalu lintas di Kota Denpasar. Lubis et
dari 4 komponen, yaitu: komponen transport
al. (2012) meneliti tentang pemodelan bangkitan
(kecepatan perjalanan, waktu perjalanan, dan biaya
dan aksesibilitas transportasi di kawasan perumahan.
perjalanan); komponen penggunaan lahan: jumlah
Beberapa variabel yang dijadikan instrumen
dan distribusi perjalanan orang; komponen
adalah bangkitan perjalanan, tingkat kemudahan
sementara: periode waktu perjalanan; dan komponen
melaksanakan aktivitas transportasi, jumlah
individu: stratifikasi berdasar perjalanan, pendapatan
keluarga, pendidikan terakhir kepala keluarga,
dan tingkat pendidikan.
pendapatan keluarga, kepemilikan mobil, kondisi
Menurut BPS Kota Sukabumi (2018), Kota jalan, dan tingkat kemudahan memperoleh angkutan
Sukabumi mempunyai jumlah penduduk pada umum. Analisis yang digunakan adalah analisis
tahun 2017 sebesar 335.866 jiwa, dengan tingkat bangkitan perjalanan, sedangkan keluaran yang
pertumbuhan 1,5% per tahun. Hal ini sama seperti dihasilkan adalah model bangkitan perjalanan untuk
angka tingkat pertumbuhan penduduk secara kawasan perumahan.
nasional. Dinas Perhubungan Kota Sukabumi (2015)
Brotodewo (2010) dan Judiantono (2012) meneliti
menyatakan kondisi masyarakat Kota Sukabumi
tentang beberapa indikator transportasi berkelanjutan
saat ini dilayani oleh 19 rute angkutan kota, dengan
dengan variabel indikator ekonomi, sosial, dan
kapasitas kendaraan 9 tempat duduk dan berjumlah
lingkungan. Penelitian Herman (2011) lebih pada
1.544 armada. PKL STTD (2015) menyatakan
indikator partisipasi masyarakat dengan indikator
bahwa karakteristik operasional angkutan umum
kondisi angkutan (bahan bakar, tarif, angkutan
di Kota Sukabumi, seperti: tingkat operasi,
umum). Judiantono (2012) meneliti tentang analisis
frekuensi, headway, faktor muat, dan kecepatan
indikator transportasi dikaitkan dengan pertumbuhan
menunjukkan angka dibawah Standar Pelayanan
ekonomi. Variabel yang digunakan oleh ketiga
Minimal. Tingkat rasio kendaraan yang beroperasi
peneliti tersebut sangat beragam terkait dengan
menunjukkan angka 75%, faktor muat sebesar
keberlanjutan dan hasil yang dikeluarkan juga
27%, kecepatan perjalanan rata-rata sebesar 26,11
variatif. Hasil penelitian Brotodewo (2010)
km/jam. Tingkat penggunaan moda angkutan
menunjukkan peningkatan aksesibilitas kawasan,
umum saat ini sebesar 12% dan biaya operasi
peningkatan efisiensi aktivitas transportasi,
kendaraan rata-rata per masing-masing trayek
peningkatan produktivitas transportasi, sementara
sebesar Rp. 144.058,- per hari atau Rp.
hasil penelitian Herman (2012) adalah bentuk
57.839.480,- per tahun. Kecepatan angkutan
partisipasi masyarakat dalam sistem transportasi
umum yang relatif rendah, tingkat operasi
berkelanjutan, dan Judiantono (2012) tentang
kendaraan dengan persentase relatif kecil, serta
kebijakan guna lahan harus dilaksanakan secara
faktor muat yang memperlihatkan besaran yang
bersama-sama dengan kebijakan transportasi.
jauh dari harapan, maka diperlukan penelitian
2 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 1-12
Mansyur (2008) meneliti tentang model pengelolaan ditujukan pada basis jalan, basis angkutan umum
transportasi angkutan umum penumpang non-bus dan basis manajemen lalu lintas, baik yang bersifat
berkelanjutan Kota Makassar dengan instrumen transport sistem manajemen (TSM) maupun aspek
aspek transportasi berkelanjutan, kinerja rute, dan transport demand management (TDM). Andriani
pentarifan angkutan. Analisis yang digunakan yaitu dan Yuliastuti (2013) melakukan penelitian sistem
kinerja angkutan umum, model prioritas kebijakan, transportasi yang mengarah pada green
besaran tarif. Hasil penelitian menunjukkan transportation dengan variabel tingkat keberlanjutan
informasi dalam pemilihan rute, masukan dalam (ekonomi, sosial, dan lingkungan). Analisis yang
merumuskan kebijakan transportasai, dan masukan digunakan adalah indeks transportasi berkelanjutan
dalam manajemen dan operasional perusahaan. dengan hasil keluaran adalah kesesuaian antara
Murbaintoro (2009) meneliti tentang model indek keberlanjutan dengan kondisi transportasi
pengembangan hunian yang berkelanjutan dengan saat ini. Kusbimanto et al. (2013) melakukan
variabel pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penelitian Analisis Keberlanjutan Pengembangan
populasi, tingkat keterjangkauan masyarakat dengan Prasarana Transportasi Perkotaan di Metropolitan
hasil penelitian arahan kebijakan pembangunan Mamminasata Provinsi Sulawesi Selatan. Variabel
perkotaan dan pengembangan kebutuhan hunian yang digunakan adalah tingkat keberlanjutan aspek
vertikal. Sitorus (2010) meneliti tentang model ekonomi, sosial, dan lingkungan. Analisis dengan
kebijakan pembangunan infrastruktur berkelanjutan menggunakan analisis keberlanjutan dan hasil
dalam mendukung pengembangan kawasan keluaran adalah status keberlanjutan sistem jaringan
agropolitan dengan variabel jumlah penduduk, jalan dan faktor kunci yang berpengaruh terhadap
penggunaan lahan, dan produksi pertanian dengan keberlanjutan pengembangan prasarana transportasi.
hasil kebijakan pembangunan infrastruktur dalam Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi
menunjang pengembangan kawasan agropolitan. status keberlanjutan aksesibilitas angkutan umum
Hidajat (2014) meneliti model pengelolaan kawasan dengan menggunakan kriteria dan indikator
permukiman berkelanjutan di pinggiran Kota aksesibilitas transportasi berkelanjutan.
Metropolitan Jabodetabek dengan analisis model
kebijakan pengelolaan. Keluaran dari penelitian II. Metodologi Penelitian
ini adalah model kebijakan yang dijadikan landasan A. Lokasi dan Waktu Penelitian
untuk penyusunan alternatif-alternatif kebijakan
strategis dalam pengelolaan kawasan permukiman. Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada 3 jalan
utama yang dilalui angkutuan umum (perkotaan)
Idris (2012) dengan penelitian berjudul pengelolaan di Kota Sukabumi, yaitu: Jl. Otista, Jl. Kosasih,
transportasi berkelanjutan sebuah investasi masa dan Jl. Pelabuhan II. Lokasi penelitian disajikan
depan dengan variabel penggunaan bahan bakar pada Gambar 1. Waktu penelitian dilaksanakan
minyak menggunakan analisis hubungan korelasi selama 3 bulan dimulai dari Bulan Oktober 2018
antara variabel. Hasil penelitian berupa konsep sampai dengan Januari 2019.
strategi pembangunan transportasi di perkotaan
Gambar 1.
Lokasi Penelitian Tiga Ruas Jalan.
Evaluasi Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum di Sukabumi, I Made Arka Hermawan, dkk 3
B. Konsep Pembangunan Berkelanjutan 7. Kota berkelanjutan saat ini lebih banyak
kesempatan untuk memperkuat kualitas
Munculnya konsep pembangunan kota berkelanjutan
lingkungan skala lokal, regional, dan global.
berawal dari laporan Brundtland, yang merupakan
laporan World Commission on Environment and C. Transportasi Berkelanjutan
Development (WCED) di Perserikatan Bangsa-
Litman (2011) menjelaskan beberapa faktor yang
Bangsa yang diterbitkan Tahun 1987. Laporan
dipertimbangkan dalam menyeleksi indikator-
Brundtland ini sangat dikenal, dikarenakan pertama
indikator transportasi berkelanjutan, sebagaimana
kalinya muncul istilah pembangunan berkelanjutan.
dijelaskan pada Tabel 1.
Pada laporan ini pembangunan berkelanjutan
didefinisikan sebagai “memenuhi kebutuhan D. Aksesibilitas
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan
generasi masa depan". Terbitnya laporan ini, maka sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis
istilah "pembangunan berkelanjutan" telah menyebar dengan sistem jaringan transportasi yang
ke seluruh dunia. menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu
WCED (1987) menyebutkan bahwa terdapat ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai
beberapa hal yang harus dilakukan guna mewujudkan cara lokasi penggunaan lahan berinteraksi satu
kota yang berkelanjutan: sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut
1. Kota berkelanjutan dibangun dengan kepedulian dicapai melalui sistem jaringan transportasi
dan memperhatikan aset-aset lingkungan alam, (Black dan Conroy, 1977).
memperhatikan penggunaan sumber daya, Geurs dan Wee (2004) menjelaskan bahwa sejumlah
meminimalisasi dampak kegiatan terhadap komponen aksesibilitas dapat diidentifikasikan
alam; dari beberapa definisi yang berbeda dan langkah-
2. Kota berkelanjutan berada pada tatanan regional langkah praktis dalam mengukur aksesibilitas
dan global, tidak peduli apakah besar atau kecil, tersebut. Empat komponen yang dapat diidentifikasi
tanggung jawabnya melewati batas-batas kota; adalah: (1) penggunaan lahan: (2) transportasi; (3)
temporal, dan (4) individu.
3. Kota berkelanjutan meliputi areal yang lebih
luas, dimana individu bertanggung jawab E. Teknik Pengumpulan Data
terhadap kota; Penelitian ini menggunakan data primer dan
4. Kota berkelanjutan memerlukan aset-aset sekunder. Data primer didapat langsung di lapangan
lingkungan dan dampaknya terdistribusi melalui survei lalu lintas dan angkutan, seperti data
secara lebih merata; kecepatan angkutan umum dan data faktor isian
angkutan di ketiga ruas jalan utama (Jl. Otista, Jl.
5. Kota berkelanjutan adalah kota pengetahuan,
RA Kosasih, dan Jl. Pelabuhan II), sedangkan
kota bersama, kota dengan jaringan
parameter kriteria ekonomi dan sosial dilakukan
internasional;
wawancara mendalam (in-depth interview) dengan
6. Kota berkelanjutan akan memperhatikan para pakar dan operator angkutan umum dengan
konservasi, memperkuat dan mengedepankan mekanisme purposive sampling. Beberapa data
hal-hal yang berkaitan dengan alam dan sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait
lingkungan; meliputi: data karakteristik operasional angkutan
umum, data kependudukan, data kecelakaan lalu
lintas.
Tabel 1.
Dampak-dampak Transportasi Berkelanjutan
4 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 1-12
F. Metode Analisis i = 1.2.…n. pada setiap atribut ke-k = 1.2.…p, Xk
adalah nilai tengah skor pada setiap atribut ke-k =
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
1.2.…p, dan Sk adalah simpangan baku skor pada
ini dengan menggunakan Leverage Analysis dengan
setiap atribut ke-k = 1.2.…p.
pendekatan Multidimensional Scaling (MDS).
Pendekatan MDS ini dilakukan dengan program Kavanagh dan Pitcher (2004) menyebutkan bahwa
Rapid Assessment Techniques for Fisheries (Rapfish) teknik MDS dalam Rapfish dilakukan dengan
yang telah dikembangkan oleh Fisheries Center, menghitung jarak terdekat dari Euclidian distance
University of British Columbia (Kavanagh, 2001 berdasarkan persamaan (2).
dalam Fauzi dan Anna, 2002). Teknik analisis yang
digunakan pada metode MDS adalah analisis statistik .................... (2)
multivariat dengan melakukan transformasi terhadap
setiap dimensi dan multidimensi keberlanjutan Jarak Euclidean antara dua titik tersebut (d12)
(Kavanagh dan Pitcher, 2004). Analisis keberlanjutan kemudian diproyeksikan ke dalam jarak Euclidean
dalam penelitian ini dengan menggunakan Rapfish dua dimensi (D12) dan e merupakan nilai error.
sebagai salah satu alat untuk analisis status kelestarian dirumuskan dalam persamaan (3).
sumberdaya, yang pada awalnya dikembangkan oleh ............................................. (3)
Fisheries Centre, UBC-Canada. Prinsip aplikasi alat
analisis ini berbasis indikator dengan pendekatan Pada Rapfish. proses regresi tersebut menggunakan
penyelesaian berbasis multidimension scaling (MDS). algoritma ALSCAL dengan prinsip membuat
pengulangan (iteration) proses regresi tersebut
Analisis keberlanjutan aksesibilitas angkutan sehingga mampu menghasilkan nilai error terkecil.
umum dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan yaitu: 1). Menurut Kavanagh dan Pitcher (2004) algoritma
Tahap penentuan atribut aksesibilitas angkutan umum ALSCAL pada Rapfish memaksa agar nilai intercept
berkelanjutan, yang mencakup dimensi ekonomi, pada persamaan tersebut sama dengan nol (a = 0)
sosial, lingkungan serta kelembagaan dan hukum; sehingga persamaan (3) menjadi persamaan (4)
2). Tahap penilaian setiap atribut dalam skala berikut.
ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan untuk
setiap dimensi. Pemberian skor dari hasil penyebaran ............................................. (4)
kuesioner sesuai dengan persyaratan yang telah Proses pengulangan terhenti. jika nilai stress lebih
ditetapkan. Rentang skor antara 1-4, dari sangat kecil dari 0.25. Nilai stress diperoleh berdasarkan
tidak setuju (buruk) sampai sangat setuju (baik); persamaan (5).
3). Hasil skoring dianalisis menggunakan Rapfish
untuk menentukan posisi status keberlanjutan
............ (5)
aksesibilitas angkutan umum pada masing-masing
dimensi dan keterpaduan dimensi (multidimensi)
yang dinyatakan dalam skala nilai indeks Pengaruh error akan muncul dalam analisis MDS
keberlanjutan. yang disebabkan oleh berbagai hal seperti (1)
kesalahan dalam pembuatan skor karena kesalahan
Teknik MDS memetakan dua titik atau objek yang pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi
sama dalam satu titik yang saling berdekatan. penelitian yang belum sempurna, (2) variasi nilai
Sebaliknya. obyek atau titik yang berbeda akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti,
digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan. (3) proses analisis MDS yang berulang-ulang.
Nilai skor pada setiap atribut akan membentuk Kesalahan pemasukan data atau ada data yang
suatu matriks X (n x p). di mana n adalah jumlah hilang dan tingginya nilai stress. Nilai stress <25%
wilayah beserta titik-titik acuannya dan p adalah merupakan nilai stress yang dapat diterima. Evaluasi
jumlah atribut yang digunakan. Nilai skor tersebut pengaruh error pada proses pendugaan nilai ordinasi
kemudian distandardisasi untuk setiap nilai skor keberlanjutan dapat dilakukan dengan menggunakan
atribut. sehingga setiap atribut memiliki bobot analisis Monte Carlo. Kavanagh dan Pitcher
seragam dan perbedaan antar skala pengukuran (2004) menyebutkan Goodness of fit dalam MDS
dapat dihilangkan. Kavanagh dan Pitcher (2004) dicerminkan dari besaran nilai S (Stress) dan R2.
merumuskan metode standardisasi sebagai berikut. Model yang baik ditunjukkan dengan nilai S yang
lebih kecil dari 0.25 dan R2 yang mendekati 1.
..................................... (1) Skala indeks keberlanjutan sistem yang dikaji
mempunyai selang 0-100%.
Dimana Xiksd adalah nilai skor standar wilayah
(termasuk titik acuannya) ke-i = 1.2.…n. pada Tahapan ini disajikan pada Gambar 2. Analisis
setiap atribut ke-k = 1.2.…p, Xik adalah nilai skor ordinasi Rapfish dengan metode MDS dalam
awal wilayah (termasuk titik-titik acuannya) ke - penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan.
Evaluasi Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum di Sukabumi, I Made Arka Hermawan, dkk 5
Mulai
6 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 1-12
Gambar 3.
Nilai Indkes Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum
Dimensi Ekonomi.
Gambar 4.
Faktor Sensitif yang Mempengaruhi Keberlanjutan Aksesibilitas Angutan Umum
Dimensi Ekonomis.
dari 4 atribut yang dianalisa terdapat 2 atribut yang C. Analisis Keberlanjutan pada Dimensi
sensitif mempengaruhi besarnya nilai indeks Lingkungan
keberlanjutan dimensi sosial, yaitu (1) tarif angkutan
Ordinasi yang memetakan posisi keberlajutan pada
yang dibayar oleh masyarakat dengan nilai 24,00
masing-masing ruas jalan untuk dimensi lingkungan
dan (2) tingkat penggunaan angkutan umum dengan
dijelaskan pada Gambar 7. Hasil analisis
nilai 9,77. Atribut tersebut perlu mendapatkan
keberlanjutan aksesibilitas angkutan umum pada
perhatian khusus dengan dilakukan pengelolaan
dimensi lingkungan menunjukkan status
lebih baik sehingga dapat meningkatkan nilai
keberlanjutan pada masing-masing ruas jalan secara
status keberlanjutan terkait tarif angkutan umum
umum berada pada nilai cukup keberlanjutan.
dan tingkat penggunaan angkutan umum pada
Kondisi dengan nilai status cukup keberlanjutan
aspek sosial yang lebih baik di masa mendatang.
terdapat pada ketiga ruas jalan utama yang dilalui
Evaluasi Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum di Sukabumi, I Made Arka Hermawan, dkk 7
Gambar 5.
Status Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum Dimensi Sosial.
Gambar 6.
Faktor Sensitif yang Mempengaruhi Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum
Dimensi Sosial.
angkutan umum, dengan nilai status keberlanjutan D. Analisis Keberlanjutan pada Dimensi
masing-masing sebesar 82,95. Kelembagaan dan Hukum
Berdasarkan hasil analisis leverage untuk dimensi Ordinasi yang memetakan posisi keberlajutan untuk
lingkungan sebagaimana terlihat pada Gambar 8, dimensi kelembagaan dan hukum dijelaskan pada
3 atribut yang sensitif mempengaruhi besarnya Gambar 9. Hasil analisis keberlanjutan aksesibilitas
nilai indeks keberlanjutan dimensi lingkungan, angkutan umum dimensi kelembagaan dan hukum
yaitu (1) Tingkat penggunaan energi transportasi menunjukkan status keberlanjutan secara umum
dengan nilai 17,05; (2) Tingkat kebisingan dengan berada pada nilai kurang keberlanjutan. Kondisi
nilai 11,74 daan (3) tingkat polusi udara dengan dengan nilai status kurang keberlanjutan terdapat
nilai 9,49. Atribut tersebut perlu mendapatkan pada kebijakan terhadap angkutan umum yang ada
perhatian khusus dengan dilakukan pengelolaan di Kota Sukabumi. Kondisi dengan status kurang
lebih baik sehingga dapat dipertahankan nilai keberlanjutan yakni dengan nilai status keberlanjutan
status keberlanjutan terkait aksesibilitas angkutan sebesar 43,61. Hal ini tentu saja memerlukan
umum pada aspek lingkungan yang lebih baik di perhatian khusus untuk dilakukan pengelolaan
masa mendatang. manajemen angkutan umum yang lebih baik.
8 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 1-12
Gambar 7.
Status Keberlanjutan Aksesibilitas Aangkutan Umum
Dimensi Lingkungan.
Gambar 8.
Faktor Sensitif yang Mempengaruhi Keberlanjutan Penggunaan Lahan
pada Dimensi Sosial.
Berdasarkan hasil analisis leverage untuk dimensi E. Multidimensional Scalling Analisis dan
kelembagaan dan hukum sebagaimana terlihat pada Validasi Keberlanjutan
Gambar 10, dari 5 atribut yang dianalisis terdapat
Hasil MDS menggunakan Rapfish yang dinilai
3 atribut yang sensitif mempengaruhi besarnya
berdasarkan kondisi eksisting menunjukkan nilai
nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan dan
indeks keberlanjutan multikriteria aksesibilitas
hukum, yaitu (1) program transportasi berkelanjutan
angkutan umum di Kota Sukabumi sebesar 49,07
dengan nilai 2,87; (2) dokumumen masterplan
atau kurang berkelanjutan, seperti tertera pada
transportasi dengan nilai 1,77 dan (3) peraturan
Tabel 2 dan Gambar 11. Nilai indeks keberlanjutan
perundang-undangan yang mendukung transportasi
multikriteria ini masih dibawah indeks untuk
berkelanjutan dengan nilai 1,70. Atribut tersebut
keberlanjutan yaitu sebesar 50. Kriteria sosial
perlu mendapatkan perhatian khusus dengan
memiliki nilai indeks keberlanjutan yang paling
dilakukan pengelolaan lebih baik sehingga dapat
rendah dibandingkan dengan kriteria lainnya.
meningkatkan nilai status keberlanjutan terkait
aksesibilitas angkutan umum pada aspek Nilai indeks keerlanjutan multikriteria sebesar
kelembagaan dan hukum yang lebih baik di masa 49,07 dan tergolong status kurang berkelanjutan.
mendatang. Analisis Mnte Carlo digunakan untuk melihat
Evaluasi Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum di Sukabumi, I Made Arka Hermawan, dkk 9
Gambar 9.
Status Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum
Dimensi Kelembagaan dan Hukum.
Gambar 10.
Faktor Sensitif yang Mempengaruhi Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum
Dimensi Kelembagaan dan Hukum.
tingkat kealahan hasil MDS dengan Rapfish pada software Rapfish. Keluaran hasil analisis dianggap
tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis Monte cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
Carlo, menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan jika memiliki nilai stress lebih kecil dari 0,25 atau
hasil MDS tidak banyak berbeda dengan nilai indeks 25% dan nilai koefisien determinasi (R2) mendekati
hasil analisis Monte Carlo, seperti disajikan pada nilai 1,0 atau 100 persen (Kavanagh dan Pitcher
Tabel 3. 2004). Keluaran hasil analisis menunjukkan bahwa
semua indikator yang dianalisis cukup akurat dan
Guna mngetahui indikator-indikator yang dikaji
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini terlihat dari
dalam analisis MDS cukup akurat dan dapat
nilai stress sebesar 0,15-0,20 dan nilai koefisien
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dapat dilihat
Determinasi (R2) 0,93 atau 93% seperti disajikan
dari nilai Stress dan nilai Koefisien Determinasi
pada Tabel 4.
(R2) sebagai keluaran MDS dengan menggunakan
10 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 1-12
Tabel 2.
Nilai Status keberlanjutan aksesibilitas angkutan umum di Kota Sukabumi
Gambar 11.
Diagram Layang Analisis Indeks dan Status Aksesibilitas Angkutan Umum Berkelanjutan.
Tabel 3.
Hasil Analisis Monte Carlo Multidimensi dengan Selang Kepercayaan 95%
Tabel 4.
Parameter Statistik (Goodness of Fit) dari Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan
Kelembagaan
Parameter Ekonomi Sosial Lingkungan Multikriteria
dan Hukum
Stess 0,16 0,16 0,18 0,20 0,18
R2 0,94 0,92 0,94 0,93 0,93
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Evaluasi Keberlanjutan Aksesibilitas Angkutan Umum di Sukabumi, I Made Arka Hermawan, dkk 11
dibandingkan dengan dimensi lainnya. Guna Hidajat, T.J. 204. Model Pengelolaan Kawasan
memecahkan permasalahan aksesibilitas angkutan Permukiman Berelanjutan di Pinggiran Kota
umum di Kota Sukabumi, tentunya perlu dilakukan Metropolitan Jabodetabek. Disertasi. Bogor (ID):
rencana-rencana aksi guna meningkatkan Program Pascasarjana IPB.
aksesibilitas angkutan umum tersebut dan perlu juga Idris Z.H. 2012. engelolaan Transportasi Berkelanjutan
disarankan mendesain model dinamik aksesibilitas Sebuah Investasi Masa Depan, Seminar Nasional
angkutan umum berkelanjutan di wilayah penelitian, Teknik Sipil UMS: 112-117.
dengan mempetimbangkan dimensi-dimensi yang Juiantono and Tonny. 2012. Analisis Indikator
kurang dan tidak berkelanjutan dengan menganlisisi Transportasi Jalan Raya dan Pertumbuhan Ekonomi
indikator-indikator kunci masing-masing dimensi. di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota Unisba 6 (1): 1-11.
Ucapan Terima Kasih Kavaagh P and Pitcher T.J. 2004. Implementing
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Microsoft Excel Software for Rapfish: Atechnique
pihak-pihak yang telah membantu dalam for The Rapid Appraisal of Fisheries Status. (The
penyelesaian penelitian ini, yaitu Ketua STTD, Fisheries Centre 12 (2)). Canada: University of
British Columbia.
Komisi Pembimbing Disertasi, dan Tim PKL
STTD Kota Sukabumi Tahun 2015. Kusbimanto W, Sitorus S.R.P. Machfud dan Poerwo
I.F.P. 2013, Analisis Keberlanjutan Pengembangan
Daftar Pustaka Prasarana Transportasi Perkotaan di Metropolitan
Mamminasata Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
Andriani DM dan Yuliastuti N. 2013. Penilaian Sistem Jalan dan Jembatan 30 (1): 1-15.
Transportasi yang Mengarah pada Green
Transportasi di Kota Surakarta. Jurnal Litman T. 2011. Developing Indicators for
Perencanaan Wilayah dan Kota 9 (2): 183-193. Comprehensive and Sustainable Transport
Planning, Transportation Research Record
Badan Pusat Stastistik. 2015. Penduduk Indonesia
2017: 10-15.
Menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995,
2000 dan 2010. Dapat diunduh dari Lubis Z dan Bakhtiyar A. 2012. Pemodelan Bangkitan
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/i dan Aksesibilitas Transportasi di Kawasan
d/1267. Perumnas Made Lamongan. Jurnal Teknika 2 (2):
25-30. Universitas Islam Lamongan.
Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi. 2018. Kota
Sukabumi Dalam Angka 2018. Sukabumi (ID): Mansyur U. 2008. Model Pengelolaan Transportasi
Badan Pusa Statistik Kota Sukabumi. Angkutan Umum Penumpang Non-Bus
Berkelanjutan Kota Makassar. Disertasi. Bogor
Bayuaji A. 2014. Analisis Tingkat Aksesibilitas dengan (ID): Program Pascasarjana IPB.
Angkutan Umum Reguler di Kota Semarang. Tesis.
Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Murbaintoro T. 2009. Model Pengembangan Hunian
Vertikal Menuju Pembangunan Perumahan
Black J and Conroy M. 1977. Accessibility measures Berkelanjutan. Jurnal Permukiman 4 (2): 72-87.
and the social evaluation of urban structure.
Environment and Planning A 9: 1013-1031. Sitorus S. 2010. Model Kebijakan Pembangunan
Infrastruktur Berkelanjutan dalam Mendukung
Brotodewo N. 2010. Penilaian Indikator Transportasi Pengembangan Kawasan Agropolitan (Studi Kasus
Berkelanjutan Pada Kawasan Metropolitan di di Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu).
Indonesia, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Disertasi. Bogor (ID): Program Pascasarjana IPB.
21 (3): 165-182.
Suthanaya P.A. 2009. Analisis Aksesibilitas Penumpang
Geurs and Wee. 2004. Accessibility Evaluation of Angkutan Umum Menuju Pusat Kota Denpasar di
Land-use and Transport Strategies: Review and Provinsi Bali. GaneÇ Swara Edisi Khusus 3 (3):
Research Directions. Journal of Transport 87-93.
Geography 12: 127-140.
World Commission on Environment and Development.
Herman. 2011. Indikator Partisipasi Masyarakat dalam 1987. Our Common Future, World Commission
Sistem Transportasi Berkelanjutan, Jurnal on Environment and Development, Brundtland
Transportasi 11 (1): 39-50. Commission. www.un-documents.net/our-
common-future.pdf. Diakses 30 Agustus 2016.
12 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 1-12
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20
ABSTRACT
Study of Community Preferences in Using Jabodebek LRT: Total trips in Jabodetabek throughout 2015 recorded
47.5 million trips/day. Of the 50 trips, 50% of trips are from Bodetabek to Jakarta. Travel within Jakarta alone is only
40%. Modes share of the total movement of Jabodetabek is dominated by motorbikes by 75%, private vehicles by 23%
and 2% by transport vehicles. The purpose of this study is to make the report of the Community Preference Study using
the Jabodebek LRT. The approach used in this research is descriptive analysis, which describes the preferences of
prospective Jabodebek LRT passengers according to intermodal and tariff facilities. The data collection technique is
done by means of primary data obtained by online surveys through the web surveymonkey.com, as a comparison with
secondary data on the number of Jabodetabek trips. The survey results showed 34.57% would switch while 32.10%
answered not switch, 33.33% answered doubtfully. This is due to the location of the place of work and residence far
from the LRT station. If necessary, intermodal facility services can be included in the Jabodebek LRT SPM. The ability
of the community to transport costs is only 10% of income, the rate that will be determined by the Government is Rp.
5,700.00 while the Jabodebek LRT operator calculation is Rp. 20,000.00 the difference in tariff of Rp. 14,300.00 must
be paid by the Government. If possible, the Government can audit Vehicle Operating Costs incurred by operators so
that when PSO is given it is not too burdensome for state finances.
Keywords: vehicle operational costs; intermoda facilities; Jabodebek LRT.
ABSTRAK
Total perjalanan di Jabodetabek sepanjang tahun 2015 tercatat 47,5 juta perjalanan/hari. Dari jumlah perjalanan
tersebut sebanyak 50% perjalanan merupakan perjalanan dari Bodetabek menuju Jakarta. Perjalanan di dalam
Jakarta sendiri hanya 40%. Moda share dari total pergerakan Jabodetabek di dominasi oleh sepeda motor yakni
sebesar 75%, kendaraan pribadi sebesar 23 % dan 2% oleh kendaraan angkutan. Pengkajian ini bertujuan untuk
adalah tersususnya laporan Kajian Preferensi Masyarakat dalam Menggunakan LRT Jabodebek. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan preferensi calon penumpang LRT
Jabodebek menurut fasilitas intermoda dan tarif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara data
primer diperoleh dengan cara survei online melalui web surveymonkey.com, sebagai pembanding dengan data
sekunder jumlah perjalanan jabodetabek. Hasil survei menunjukan 34,57% akan beralih sedangkan 32,10%
menjawab tidak beralih, 33,33% menjawab ragu-ragu. Hal ini dikarenkan lokasi tempat bekerja dan tempat tinggal
jauh dari stasiun LRT. Bila perlu pelayanan fasilitas intermoda dapat dimuat dalam SPM LRT Jabodebek.
Kemampuan masyarakat terhadap biaya transportasi hanya 10% dari penghasilan maka tarif yang akan mungkin
ditentukan oleh Pemerintah sebesar Rp. 5.700,00 sementara perhitungan operator LRT Jabodebek sebesar Rp.
20.000,00 selisih tarif Rp. 14.300,00 harus dibayarkan Pemerintah. Bila memungkinkan Pemerintah dapat mengaudit
Biaya Operasional Kendaraan yang dikeluarkan oleh operator sehingga bilamana PSO diberikan tidak terlalu
memberatkan keuangan negara.
Kata Kunci: biaya operasional kendaraan; fasilitas intermoda; LRT Jabodebek.
doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.962 13
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
40%. Perjalanan kendaraan bermotor di Mowen preferensi dapat berubah dan dapat
Jabodetabek rata-rata didominasi oleh sepeda motor. dipelajari sejak kecil, preferensi terhadap produk
Moda share dari total pergerakan Jabodetabek di bersifat plastis, terutama pada orang-orang yang
dominasi oleh sepeda motor yakni sebesar 75%, masih berusia muda dan kemudian memiliki gaya
kendaraan pribadi sebesar 23% dan 2% oleh hidup yang lebih kuat.
kendaraan angkutan umum dikutip dari Rancangan
Preferensi pelanggan sebagai interaksi dinamis
Peraturan Presiden tentang Rencana Induk
antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan
Transportasi Jabodetabek (RITJ Tahun 2015).
kejadian di sekitar kita dimana manusia
Oleh karena itu kinerja jalan di Jabodebek sudah melakukan aspek pertukaran dalam hidup
pasti rendah karena rasio volume terhadap mereka. Dari definisi tersebut dapat diketahui
kapasitas sudah mendekati 1. Numun demikian tiga ide penting yaitu: (1) preferensi pelanggan
LRT Jabodebek diharapkan dapat menjadi alat adalah dinamis, (2) hal tersebut melibatkan
transportasi perkotaan utama bagi masyarakat interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku
Jabodebek, dengan investasi yang mahal tentunya dan kejadian di sekitar dan (3) hal tersebut
akan mengakibatkan biaya operasional dan melibatkan pertukaran. Untuk itu, pengertian
perawatan serta deprisiasi yang tinggi yang preferensi pelanggan mengandung dua elemen
berujung pada tingginya tarif tiket LRT penting, yakni: (1) proses pengambilan keputusan
Jabodebek nantinya. Oleh karena itu dimensi- (dalam pembelian) dan (2) kegiatan fisik yang
dimensi yang mempengaruhi minat masyarakat menyangkut kegiatan individu (pelanggan dalam
Jabodebek pada khususnya akan diuji dengan menilai, mendapatkan dan menggunakan ataupun
melakukan wawancara secara online. mengevaluasi barang dan jasa tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diperoleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
perumusan masalah pengaruh dimensi-dimensi Perkeretaapian menyebutkan bahwa LRT adalah
pelayanan terhadap minat masyarakat dalam angkutan massal dengan kereta api ringan
menggunakan LRT Jabodebek serta pertanyaan berkecepatan rendah 60-120 km/jam. Peraturan
penelitian yaitu dimensi apakah yang paling Pemerintah Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan
mempengaruhi dari pembentukan preferensi Atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009
pengguna moda transportasi LRT Jabodebek. tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian menyatakan
Sedangkan tujuan dari penelitian ini menganalisis bahwa penyelenggaraan prasarana perkeretaapian
dimensi yang paling berpengaruh terhadap dan sarana perkeretaapian bisa dilakukan oleh satu
pembentukan preferensi pengguna moda badan usaha (penyelenggara sarana perkeretaapian)
transportasi LRT Jabodebek. Dengan demikian bilamana tidak ada badan penyelenggara
diharapkan akan menumbuhkan kepercayaan prasarana perkeretaapian dalam hal ini LRT akan
masyarakat terhadap angkutan umum bila diselenggarakan oleh PT. KAI sebagai
penyelenggaraan angkutan ini dikelola dengan penyelenggara prasarana dan sarana LRT.
manajemen yang baik. Dalam penelitian ini
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016
menjabarkan faktor dominan pemilihan moda
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
LRT sebagai moda transportasi utama perkotaan
Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
dan belum pernah diteliti sebelumnya.
Angkutan Kereta Api . Peraturan Menteri No 118
Menurut Marwan preferensi pelanggan adalah Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kereta Api
sikap pelanggan yang menginginkan suatu barang Ringan Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor,
atau jasa berdasarkan kemampuan yang dimiliki Depok, dan Bekasi.
untuk memberikan nilai kepuasan terhadap apa
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 394 Tahun
yang dibeli atau yang ditawarkan, sehingga orang
2015 tentang Penetapan Trase Jalur Layang Kereta
yang menginginkan barang atau jasa telah
Api Umum Nasional Jenis Light Rail Transit di
mempunyai sikap perilaku pembelian. Menurut
wilayah Jabodetabek oleh PT. Adhi Karya (Persero)
Assel, preferensi konsumen dapat berarti
Tbk. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih
49 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas
disukai konsumen sehingga terbentuk dari
Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang
persepsi konsumen terhadap produk.
Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/
Menurut Foster, setiap orang bertingkah laku sesuai Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta,
dengan preferensi mereka, maka dari itu banyak Bogor, Depok, dan Bekasi.
tindakan konsumen yang dapat diramalkan
Kajian sejenis terdahulu yang pernah dilakukan
dengan cara menentukan atribut-atribut atau
antara lain:
faktor-faktor yang melekat pada produk. Menurut
14 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20
1. Faisal, Fahmi (2017), Analisis Faktor Perjalanan Kerja dari Kota Tangerang
Utama Yang Mempengaruhi Waktu Selatan-DKI Jakarta. Ketidak seimbangan
Pelaksanaan Proyek Pembangunan pertumbuhan penduduk dan perkembangan
Infrastruktur LRT (Light Rail Transit) pembangunan Tangerang Selatan
Jabodebek. Penelitian ini membahas tentang mengakibatkan kebutuhan lapangan pekerjaan
penerapan metode TOPSIS dalam tidak dapat sepenuhnya dipenuhi oleh
mengklasifikasikan faktor mana yang paling pemerintah daerah. Sehingga pergerakan
signifikan terhadap waktu pelaksanaan pekerja komuter ke DKI Jakarta cukup besar,
konstruksi LRT Jabodebek. Pembobotan yaitu 8,68% dari total komuter Jabodetabek
kriteria dan perangkingannya menggunakan dan mengakibatkan peningkatan permintaan
TOPSIS. Hasil penelitian ini menunjukkan akan moda transportasi publik. Untuk ituperlu
bahwa aspek serah terima lahan merupakan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
ranking pertama yang harus diperhatikan pemilihan moda, kesesuaian multinominal logit
sebagai faktor utama penyebab keterlambatan sebagai model dan probabilitas terpilihnya
proyek dengan nilai preferensi 0.9, Aspek setiap moda. Metoda penelitian dilakukan
kedua adalah penyusunan rencana kerja dengan dengan penyebaran kuesioner untuk
baik dengan nilai preferensi 0.82, aspek ketiga memperoleh data karakteristik sosio ekonomi
adalah pemilihan metode konstruksi yang dan perjalanan terhadap pengguna alternatif
tidak tepat dengan nilai preferensi 0.8 dan moda yaitu KRL, feeder busway dan sepeda
aspek keempat yang tidak kalah penting harus motor. Selanjutnya pengolahan data dan
diperhatikan adalah aspek pendanaan kegiatan analisis dilakukan dengan program SPSS 24.
proyek dengan nilai preferensi 0.79. Penulis Sekaligus untuk melihat kesesuaian model
merekomendasikan kepada pengambil dilakukan uji statistik. Dari analisis model
keputusan hendaknya memperhatikan aspek- multinomial logit, didapat persamaan UKRL
aspek tersebut agar waktu pelaksanaan = 0.742 - 1.771X1 + 0.535X3, UBus = 1.391+
proyek bisa dikendalikan dengan baik 1.92X1 - 2.436X3 dan faktor yang secara
sehingga tidak terjadi keterlambatan pada statistik signifikan mempengaruhi variabel
pelaksanaan Proyek LRT Jabodebek. tetap adalah variabel waktu perjalanan (X1)
dan biaya yang dikeluarkan (X3) dengan nilai
2. Nur Aprilia Wahyuni, Sri Rum Giyarsih
R2 = 44,8%. Probabilitas masing-masing moda
(2017), Preferensi Pengguna Moda
adalah PKRL = 18%, PBus = 43% dan PMotor =
Transportasi Kereta Api Dhoho Trayek
39%. Dari model juga dapat dilihat bahwa
Blitar-Surabaya. Penelitian ini bertujuan
preferensi terhadap KRL sangat dipengaruhi
untuk menganalisis dimensi yang paling
oleh waktu perjalanan, sedangkan moda Bus
berpengaruh dalam pembentukan preferensi
dipengaruhi oleh biaya. Dan hal itu didukung
pengguna moda Kereta Api Dhoho. Metode
oleh kondisi jaringan jalan sebagai akses ke
penelitian ini ialah metode deskriptif
angkutan massal.
kuantitatif. Teknik pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan diagram radar, dimana 4. Dziauddin, Mohd Faris & Powe, Neil &
pada diagram tersebut dapat diketahui Alvanides, Seraphim (2014), Estimating the
kedudukan dimensi yang paling berpengaruh Effects of Light Rail Transit (LRT) System on
dalam pembentukan preferensi. Berdasarkan Residential Property Values Using
hasil penelitian diketahui bahwa pada Geographically Weighted Regression (GWR).
kelompok sampel hari libur (weekend) dimensi Dengan menggunakan Jalur LRT Kelana Jaya,
yang berpengaruh dalam pembentukan yang terletak di Greater Kuala Lumpur,
preferensi responden ialah dimensi tarif Malaysia sebagai studi kasus, makalah ini
dengan nilai 4.2, pada kelompok sampel hari mengungkapkan bahwa peningkatan
biasa (weekday) dimensi yang berpengaruh aksesibilitas ke lapangan kerja dan fasilitas
dalam pembentukan preferensi ialah dimensi lainnya yang disediakan oleh sistem LRT
kenyamanan dengan nilai 4.2, pada kelompok menambah premi pada nilai properti residensial
sampel jam kerja (peak hours) dimensi yang tetapi dengan variasi spasial atas area geografis
berpengaruh dalam pembentukan preferensi menunjukkan bahwa keberadaan sistem LRT
ialah dimensi keterpaduan moda dengan nilai mungkin memiliki efek positif pada nilai
4.4. properti perumahan di beberapa daerah tetapi
negatif di tempat lain. Penggunaan GWR
3. Sylvia Indriany, Alvin Widyantoro, Indra
dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai
Wangsa W (2018), Analisis Pemilihan Moda
pendekatan yang lebih baik untuk menyelidiki
Dengan Model Multinomial Logit untuk
efek dari sistem LRT pada nilai properti
Kajian Preferensi Masyarakat dalam Menggunakan LRT Jabodebek, Arbie 15
residensial karena memiliki kemampuan untuk II. Metodologi Penelitian
menghasilkan hasil yang bermakna dengan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
mengungkapkan hubungan spasial yang
adalah analisis deskriptif, karena penelitian ini
bervariasi.
menitik beratkan pada masalah preferensi minat
5. Rahmat Hidayat (2018), Mode Choice Analysis masyarakat calon penumpang LRT Jabodetabek.
Between Private Car, Transjakarta (BRT) Adapun teknik pengumpulan data dilakukan
and KRL Commuter Line (railway) Using dengan cara survei online melalui web
Multinomial Logit Model and Social surveymonkey.com, melakukan pengamatan dan
Economic Background of Passenger Case survei langsung di lapangan (di Stasiun LRT
Study: Bekasi-Jakarta Commuter. Empat Bekasi Timur), survei online dilakukan selama 1
atribut telah diidentifikasi dengan pertimbangan bulan. Setelah semua data diperoleh dari objek
biaya perjalanan, waktu perjalanan, frekuensi penelitian disesuaikan dengan regulasi terkait
dan penundaan perjalanan. Metode yang standar pelayanan minimum angkutan kereta api.
digunakan untuk mengumpulkan data adalah Hasil survei menjabarkan dimensi-dimensi yang
dengan survei Stated Preference. Selanjutnya, menjadi preferensi masyarakat Jabodebek untuk
data dianalisis dengan model multinomial menggunakan LRT Jabodebek sebagai angkutan
logit menggunakan perangkat lunak R untuk perkotaan utama.
menghasilkan model terbaik untuk
Ruang lingkup penelitian meliputi Identifikasi
menggambarkan pilihan moda. Meskipun
dan inventarisasi peraturan yang terkait dengan
beberapa pengguna mobil pribadi ingin
tujuan studi, Data dan informasi yang dapat
mengubah pilihan modanya menjadi
diperoleh masyarakat, Identifikasi potensi
Transjakarta dan KCL tetapi waktu tempuh,
permasalahan dalam operasional LRT Jabodebek,
biaya perjalanan, frekuensi dan penundaan
Analisis dan evaluasi, sertaRekomendasi.
perjalanan bukanlah atribut penting yang
dapat mengubah preferensi mereka. Pengguna Data survei kepada masyarakat calon pelanggan
KCL adalah kelompok yang paling mungkin LRT Jabodebek yang terdiri dari dimensi-dimensi
yang akan mengubah modenya menjadi tersebut akan dianalisis dengan metode statistik
Transjakarta dengan pertimbangan waktu dan dikualitatifkan berdasarkan hasil analisis
perjalanan dan frekuensi perjalanan. statistik. Kemudian akan dilihat dimensi mana
Probabilitas kemungkinan akan terjadi pada yang menjadi preferensi masyarakat untuk dibuat
orang dengan usia di atas 50 dengan 0,29 rekomendasi pengembangan sistem integrasi
dan orang di bawah 50 tahun dengan 0,099. moda LRT Jabodebek.
6. Mezky Matthew Yandito, Alvinsyah (2019), III. Hasil dan Pembahasan
Model Pilihan Penumpang Angkutan Kota
dan Kereta Rel Listrik di Jakarta. Tujuan A. Pembangunan LRT Jabodebek
penelitian ini adalah untuk memperkirakan Berdasarkan peta rencana dan perkembangan LRT
faktor-faktor yang memengaruhi preferensi Jabodebek dapat dilihat bahwa terdapat 6 koridor
penumpang dalam melakukan perjalanan di operasional LRT Jabodebek yang akan ditargetkan
rute Jakarta Kota-Tanjung Priok dan selesai akhir 2018 untuk koridor Cawang-Cibubur,
membentuk perangkat analisis permintaan sementara Cawang-Dukuh Atas dan Cawang-Bekasi
berbentuk model pemilihan moda. Analisis Timur ditargetkan selesai akhir 2019 (Gambar 1).
dilakukan dengan menggunakan pendekatan
model logit binomial yang dikembangkan B. Hasil Pengumpulan Data Survei Masyarakat
berdasarkan hasil survei stated preference Terhadap LRT
terhadap penumpang angkot yang melalui Data primer diperoleh berdasarkan hasil wawancara
rute yang sama dengan rute kereta rel listrik. elektronik melalui website SurveyMonkey.com
Berdasarkan hasil uji korelasi ditemukan kepada 343 responden (Gambar 2).
bahwa variabel yang paling berpengaruh
terhadap pilihan moda adalah tarif. C. Analisis Pengaruh Fasilitas Park and Ride
dan Fasilitas Perpindahan Inter/Antar Moda
Dari keenam kajian terdahulu tidak ada yang Terhadap Keinginan Masyarakat Untuk
meninjau prefensi masyarakat mengenai pengaruh Beralih ke Angkutan LRT
intermoda dan tarif terhadap minat calon
pengguna LRT Jabodetabek. Pada kajian ini akan Dari keseluruhan data survei nampak bahwa
dibahas secara mendalam pengaruh kedua variabel 96,7% penduduk Jabodetabek mengetahui proyek
tersebut terhadap minat calon penumpang LRT pembangunan LRT. Pengguna mobil 24,28%,
Jabodebek. sepeda motor 45,68%, Transjakarta/bus umum
16 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20
7,41%, ojek konvensional/online 3,70%, taxi ragu-ragu. Banyak responden yang tidak ingin
konvensional/online 0,82%, lainnya (sebutkan) beralih dan ragu-ragu untuk beralih karena lokasi
18,11%. Selain itu 34,57% akan beralih, sedangkan tempat bekerja dan tempat tinggal jauh dari stasiun
32,10% menjawab tidak beralih, 33,33% menjawab LRT (seperti pertanyaan nomor 6,7, 8 dan 9) pada
Gambar 1.
Rencana dan Perkembangan LRT Jabodebek.
Gambar 2.
Hasil Pengolahan Data (a) Minat Beralih ke LRT; (b) Kesediaan dan Kemampuan Membayar Tarif; (c)
Harapan Tarif; (d) Keinginan Fasilitas Park & Ride; (e) Keinginan Fasilitas Perpindahan; (f) Pendapatan;
(g) Biaya Transportasi.
18 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20
terkait penyelenggaran perpindahan inter/antar antara Rp5.000,00 sampai dengan kurang dari
moda di stasiun LRT Jabodebek yang Rp10.000,00, 21,43% menjawab antara Rp10.000,00
memerlukan kajian lebih lanjut. sampai dengan kurang dari Rp15.000,00, 7,14%
menjawab antara Rp15.000,00 sampai dengan
F. Skema Subsidi Tarif LRT
kurang dari Rp20.000,00, 2,86% menjawab lebih
Bila dilihat dari hasil survei ditemukan bahwa atau sama dengan Rp20.000,00. Dari hasil survei
kemampuan masyarakat yang membayar dengan di atas dapat ditemukan bahwa sebagian besar
tarif rencana Rp. 20.000,00 hanya sebesar 28% dari pengguna LRT Jabodebek adalah masyarakat
responden. Ini menandakan perlu adanya stimulus berpenghasilan di bawah Rp. 10.000.000,00. Oleh
dari Pemerintah untuk memberikan subsidi kepada karena itu banyak yang enggan bila tarif rencana
masyarakat. Skema subsidi dapat dilakukan dengan LRT Jabodebek sebesar Rp. 20.000,00
cara selisih tarif atau analisis BOK. (Rp.880.000,00 per bulan) yaitu sebanyak 75%
Analisis selisih tarif dilakukan dengan cara tarif responden menjawab tidak setuju memiliki
yang akan ditentukan oleh Pemerintah berdasarkan pengaruh yang signifikan terhadap minat
hasil survei yaitu Rp. 5.700,00 sementara masyarakat. Dari analisa ini didapat bahwa tarif
perhitungan operator LRT Jabodebek sebesar Rp. LRT Jabodebek memiliki pengaruh yang
20.000,00 selisih tarif Rp. 14.300,00 harus signifikan terhadap minat masyarakat.
dibayarkan pemerintah dengan okupansi penumpang
V. Saran
75%. Sedangkan untuk analisis BOK yaitu dengan
cara mencari komponen biaya tetap seperti bahan Fasilitas perpindahan inter/antar moda harus
bakar atau pemakaian listrik agar ditanggung oleh diperhatikan ketersediaan dan kehandalannya agar
pemerintah. minat masyarakat pengguna kendaraan pribadi dapat
beralih ke angkutan massal seperti LRT, Fasilitas
Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
apa saja dan bagaimana kondisi yang diharapkan
tentang Perkeretaapian, pemerintah wajib
perlu studi lebih komprehensif. Bila perlu pelayanan
memberikan kewajiban pelayanan publik atau
perpindahan inter/antar moda dapat dimuat dalam
Public Service Obligation (PSO) untuk angkutan
SPM LRT Jabodetabek. Berdasarkan hasil
kereta api yang bersifat kelas ekonomi. Dalam hal
perhitungan kemampuan masyarakat terhadap biaya
ini kereta api LRT perlu mendapatkan subsidi untuk
transportasi hanya 10% dari penghasilan maka tarif
memudahkan pelayanan karena digunakan untuk
yang akan mungkin ditentukan oleh pemerintah
kereta perkotaan yang digunakan oleh komuter
sebesar Rp. 5.700,00 sementara perhitungan operator
Jabodebek. Apapun skema subsidi yang cocok
LRT Jabodebek sebesar Rp. 20.000,00 selisih
untuk LRT Jabodebek diperlukan kesepakatan
tarif Rp. 14.300,00 harus dibayarkan pemerintah.
lebih kuat antar pemangku kepentingan
Sedangkan dengan analisis BOK yaitu dengan cara
(stakeholder).
mencari komponen biaya tetap seperti bahan bakar
IV. Kesimpulan atau pemakaian listrik dan lain-lain. Bila perlu
Pemerintah dapat mengaudit BOK yang dikeluarkan
Dari keseluruhan data survei dengan responden oleh operator sehingga bilamana PSO diberikan
343 orang nampak 34,57% akan beralih tidak terlalu memberatkan keuangan negara.
sedangkan 32,10% menjawab tidak beralih,
33,33% menjawab ragu-ragu. Hal ini dikarenkan Ucapan Terima Kasih
lokasi tempat bekerja dan tempat tinggal jauh
Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala
dari stasiun LRT (seperti pertanyaan nomor 6,7, 8
Puslitbang Transportasi Jalan dan Perkeretaapian,
dan 9) pada hasil survei di atas. Oleh karena itu
PT. Adhi Karya Dept LRT dan seluruh tim yang
fasilitas park and ride (parkir dan melanjutkan
telah mendukung dan membantu penulis dalam
dengan LRT) di stasiun keberangkatan dan
menyelesaikan tulisan ini.
fasilitas perpindahan inter/antar moda (rambu
petunjuk/informasi, selasar dan kanopi,
Daftar Pustaka
travelator, lift, dan fasilitas pendukung lainnya)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap A. Mezky Matthew Yandito. 2019. Model Pilihan
keinginan masyarakat untuk beralih ke angkutan Penumpang Angkutan Kota Dan Kereta Rel Listrik
LRT. Dari analisa ini didapat bahwa tarif rencana di Jakarta. Jakarta: Jurnal Transportasi Forum
LRT Jabodebek sebesar Rp. 20.000,00 hanya Studi Antar Perguruan Tinggi Volume 19 Nomor 1
Tahun 2019.
27,63% yang menjawab besedia, sementara
72,37% yang menjawab tidak bersedia 22,86% A. W. I. W. W. Sylvia Indriany. 2018. Analisis
menjawab antara Rp3.000,00 sampai dengan Pemilihan Moda Dengan Model Multinomial Logit
kurang dari Rp5.000,00, 47,14% menjawab Untuk Perjalanan Kerja Dari Kota Tangerang
20 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 21-30
ABSTRACT
Influence Evaluation of Vehicle on Air Quality in Various Types of Road in Banda Aceh City: The Banda
Aceh population is increasing significant day by day. Population increases will affect on increasing pollutants
concentration in the air. In this study an evaluation was conducted to evaluate the air quality in roads of Banda
Aceh. This research was conducted by calculating the volume of traffic roads and measuring the ambient air
using AQM 65 tools. The research variables are consist of fixed variables which include place and time and
independent variables include of holidays and working days. Variable Time starts at 07:00-08:00 am, 11:00-
12:00 am., and 17.00-18.00 pm. Site variables include arterial roads, collector roads and local roads. Based on
the results of the study showed that the number of vehicles affects the amount of pollutant concentration, in
addition the intensity of the sun is also an important impact of pollution concentration. Sampling on weekdays
and holidays shows the difference in the number of vehicles passing. This is due to the activities of schools and
office areas on the road, so that there is a significant change in another day and time of sampling. Even weather
conditions can affect changes in pollutant concentrations. Based on ISPU's calculations, the air condition of
Banda Aceh City is currently in the good, safe category.
Keywords: vehicle emission; air pollutants; transportation.
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk Kota Banda Aceh semakin hari semakin meningkat. Peningkatan penduduk mempengaruhi
peningkatan pencemaran emisi gas buang (polutan) ke udara. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi untuk dapat
mengetahui Kualitas Udara Kota Banda Aceh dari sektor transportasi kendaraan. Penelitian ini dilakukan dengan
menghitung volume lalu lintas yang melewati ruas jalan tertentu dan mengukur kualitas udara ambien menggunakan
alat AQM 65. Adapun variabel penelitian terdiri dari variabel tetap yang meliputi tempat dan waktu pengukuran serta
variabel bebas berupa pada hari libur dan hari kerja. Variabel Waktu terdiri dari pagi mulai pukul 07.00-08.00, siang
pada pukul 11.00-12.00, dan sore pada pukul 17.00-18.00. Variabel tempat meliputi jalan arteri, jalan kolektor, dan
jalan lokal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kendaraan mempengaruhi konsentrasi polutan
di udara ambien, selain itu matahari juga menjadi dampak penting terhadap polusi tersebut. Pengambilan sampel
pada hari kerja dan libur menunjukkan perbedaan jumlah kendaraan yang melintas. Hal ini karena adanya kegiatan
sekolah di jalan tersebut, sehingga terlihat perubahan signifikan konsentrasi polutan pada pengambilan sampel
tersebut. Kondisi cuaca juga dapat mempengaruhi perubahan konsentrasi polutan. Sehingga penting untuk
mengetahui pengaruh temperatur, kecepatan angin, juga kelembaban udara terhadap konsentrasi polutan.
Berdasarkan perhitungan ISPU diketahui bahwa kondisi udara Kota Banda Aceh saat ini masih dalam kategori baik,
aman.
Kata Kunci: polusi udara; emisi kendaraan; transportasi.
doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.974 21
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
2012) (S.-M. Chen & He, 2014) namun, akan waktu serta mengevaluasi pengaruh kendaraan
meningkatkan angka kematian sebagaimana bermotor terhadap kualitas udara Kota Banda
dinyatakan oleh Y. Liu, Xing, Wang, Fu, & Aceh.
Zheng, 2018. Selain itu polusi udara juga dapat
mengganggu intensitas matahari, sehingga II. Metodologi Penelitian
menurunkan hasil panen, dalam skala besar hal A. Tempat dan Waktu Penelitian
ini berhubungan dengan nilai perekonomian negara
(Tie et al., 2016). Penelitian ini dilakukan pada hari libur dan hari
kerja dengan menghitung volume lalu lintas yang
Di Cina, penelitian mengenai pencemaran melewati ruas jalan di Kota Banda Aceh dan
polutan didasari oleh karena terjadinya
mengukur udara ambien,
penurunan tingkat kesehatan penduduk (Song et
al., 2017) (M. Liu et al., 2016), sehingga mereka B. Alat dan Bahan
menggunakan metode pendekatan sederhana Selama penelitian berlangsung, alat yang digunakan
yang terdiri dari konsentrasi polusi udara dan diantaranya yaitu AQM 65, stopwatch, dan counter
model penilaian penurunan kesehatan (Yang dan (Gambar 1).
He, 2016). Di berbagai negara terus
mengembangkan bebagai teknologi diantaranya C. Variabel Penelitian
optimasi power-train namun hingga kini Variabel penelitian terdiri dari variabel tetap
penghematan bahan bakar untuk menurunkan yang meliputi tempat dan waktu pengukuran
jumlah polusi yang dikeluarkan, kini dapat serta variabel bebas berupa pada hari libur dan
menghemat 10% (Ma et al., 2015). hari kerja temperatur, kecepatan angin, dan
Kini kondisi udara Kota Banda Aceh perlu kelembaban udara. Variabel tetap yaitu variabel
dilakukan uji kualitas udara. Karena berdasarkan tempat, jalan arteri (Jl. T. Nyak Arief, Jl. T.
data pertambahan jumlah kendaraan di Kota Banda Umar, Jl. T.Chik Ditiro), jalan kolektor (Jl.
Aceh (Perhubungan, 2016) terus meningkat, Sudirman, Jl. Tentara Pelajar, Jl. Pocut Baren),
sehingga dengan demikian dikhawatirkan akan dan jalan lokal (Jl. Ayah Gani, Jl. Pemancar, Jl.
terjadi peningkatan konsentrasi polutan. Berdasarkan Darma).Variabel waktu yaitu pagi (07.00-08.00
metode ISPU (indeks Standart Pencemaran Udara) WIB), siang (11.00-12.00 WIB) dan sore hari
yang ditetapkan oleh Badan Pengendalian Dampak (17.00-18.00 WIB).
lingkungan diperoleh data konsentrasi CO tertinggi D. Menghitung Jumlah dan Jenis Kendaraan
diperoleh sebesar 5,500 ppm dan berdasarkan
ISPU 55,00 pada jalan Sudirman begitu juga Survei lapangan dilakukan oleh beberapa petugas
dengan jalan Pocut Baren juga konsentrasi CO pada lokasi yang berlawanan arah yang bekerja
tinggi yaitu 10,310 ppm atau 104,43 (ISPU). Jadi langsung dengan mengumpulkan data berupa
dari data tersebut bisa menjad salah satu dasar
penelitian ini, terutama kondisi udara kota Banda
Aceh yang ditinjau lebih baik atau sebaliknya.
Hal ini dipengaruhi oleh laju pertumbuhan
penduduknya yang terus bertambah serta
peningkatan jumlah kendaraaan bermotor yang
mengakibatkan jumlah emisi yang dihasilkan
bertambah. Untuk itu diperlukan langkah yang
tepat dalam upaya mengurangi jumlah emisi agar
tidak terjadi pencemaran udara tingkat tinggi.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi untuk
dapat mengetahui pengaruh kendaraan bermotor
terhadap lingkungan. Sehingga menjadi penting
untuk diketahui jumlah kendaraan bermotor yang
hilir mudik di beberapa ruas jalan Kota Banda
Aceh.
Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah
mengevaluasi jumlah kendaraan bermotor di
beberapa ruas jalan Kota Banda Aceh sebagai
fungsi tempat dan waktu, mengklasifikasikan
kendaraan yang beroperasi di beberapa ruas jalan Gambar 1.
Kota Banda Aceh sebagai fungsi tempat dan Alat AQM 65.
22 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 21-30
jenis dan jumlah kendaraan yang melintas di ruas Tabel 1.
jalan tersebut. Nama Ruas Jalan Kota Banda Aceh dan
Fungsinya
E. Pencemaran Udara
Pencemaran udara didefinisikan sebagai Fungsi Jalan Nama Ruas Jalan
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, Arteri − T. Nyak Arief
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien
− T. Umar
oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
ambien turun sampai ke tingkat tertentu sehingga − T. Chik Ditiro
menyebabkan udara ambien tidak dapat Kolektor − Sudirman
memenuhi fungsinya (Peraturan Pemerintah
− Tentara Pelajar
Nomor 41 Tahun 1999). Konsentarasi udara
ambien merupakan polutan dari sumber − Pocut Baren
pencemar yang terdiri dari partikel-partikel dan Lokal − Ayah Gani
gas-gas kemudian di atmosfer mendapat
− Pemancar
pengaruh dari antara lain faktor meteorologis
seperti curah hujan, arah dan kecepatan angin, − Darma
kelembaban udara, dan temperatur serta secara
bersamaan mengalami reaksi kimia. Perubahan mengetahui Indeks Standar Pencemar Udara yang
kualitas udara dapat berupa perubahan sifat-sifat terjadi di Kota Banda Aceh. Sebagaimana
fisis ataupun sifat-sifat kimiawi (Maulana, 2012). persamaan 1, diperoleh berdasarkan keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
F. Sumber Pencemaran No. kep-107/kabapedal/11/1997 tentang pedoman
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari teknis perhitungan dan pelaporan serta informasi
sumber yang bergerak dan tidak bergerak. Contoh indeks standar pencemar udara.
dari sumber tidak bergerak meliputi industri,
domestik, dan pertanian. Sementara sumber yang
.............. (1)
bergerak contohnya adalah kendaraan bermotor yang
mencangkup semua sektor transpotasi. Sumber-
sumber polusi udara dapat dikategorikan berdasarkan Dimana I adalah ISPU terhitung, Ia adalah ISPU
jenis sumber emisi dan distribusi emisi. batas atas, Ib adalah ISPU batas bawah, Xa adalah
ambien batas atas, Xb adalah ambien batas
G. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara
bawah, dan Xx adalah kadar ambien nyata hasil
Adapun beberapa keadaan cuaca yang dapat pengukuran.
mempengaruhi kualitas udara (Jumaidi, 2002)
yiatu: suhu udara, Kelembabab, tekanan udara, III. Hasil dan Pembahasan
angin, sinar matahari, dan curah hujan. Pada
A. Jumlah Kendaraan Berdasarkan Ruas Jalan
penelitian ini menggunakan metode perhitungan
di Beberapa Waktu
ISPU, yakni indeks Standart Pencemaran Udara.
Dimana setiap kategori pencemar mempunyai Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa jumlah
ambang batas minimum dan maksimum yang kendaraan yang melintas pada hari kerja, pagi
berbeda dengan level pengaruh pencemar yang hari di ruas jalan arteri, yaitu Jl. T. Umar pada
juga bervariasi. waktu pagi hari mencapai 1242 total kendaraan,
H. Klasifikasi Fungsi Jalan Raya pada jalan kolektor, yaitu Jl. Pocut Baren
mencapai 404 total kendaraan, dan pada jenis
Klasifikasi jalan raya berpedoman pada Peraturan jalan lokal, Jl. Darma hanya 228 total kendaraan.
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Pasal 9 yang Pada jl T. Chik Ditiro perubahan yang signifikan
menyatakan mengenai fungsi jalan berdasarkan jumlah kendaraan pada pagi, siang dan sore hari.
sifat dan pergerakan pada lalul lintas dan Hal ini dikarenakan jalur ini hanya digunakan
angkutan jalan, diantaranya dibedakan atas jalan sebagai lintasan kendaraan kota, sehingga pada
arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan lingkungan. siang hari terlihat aktifitas menurun dibandingkan
Pada Tabel 1 menunjukkan beberapa ruas jalan pada pagi dan sore hari (Hodijah dan Amin,
beserta fungsinya. Data tersebut diperoleh dari 2014). Sebaliknya, pada Jl. Tentara Pelajar
Dinas Perhubungan Aceh. terlihat stabil jumlah kendaraan yang melintas.
I. Pengukuran Udara Ambien Hal ini dapat disebabkan karena jalur ini
merupakan jalur perdagangan, sehingga terlihat
Pengukuran udara ambien menggunakan alat AQM aktifitas kendaraan yang stabil.
65 (Gambar 1). Metode perhitungan ISPU, untuk
Evaluasi Pengaruh Kendaraan Bermotor Terhadap Kualitas Udara Ambien (.....), Nanda Kemala, Asri Gani, Mahidin 23
Berdasarkan Gambar 2 perbandingan jumlah SO2 juga tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah
kendaraan di hari libur terlihat kecenderungan kendaraan semata, namun juga faktor suhu udara
yang mendekati terhadap kecenderungan di hari saat pengambilan sampel. Sehingga dapat dilihat
kerja, dimana terjadi penurunan jumlah terjadi peningkatan konsentrasi SO2 saat siang
kendaraan di siang hari. Namun, di hari libur hari disaat jumlah kendaraan menurun. Dan
jumlah kendaraan di sore hari lebih meningkat semakin menurun di sore harinya dengan
dibandingkan pagi hari (Gambar 3). berkurangnya intensitas matahari.
Dapat dilihat pada Jl. T. Umar, pagi hari jumlah Disampaikan oleh (Yanuar, 2012) Saat sore hari
kendaraan yang melintas yakni 1242, siang hari terjadinya peningkatan aktivitas, maka jumlah
menurun menjadi 1207 dan di sore nya terjadi akumulasi polutan kendaraan dari berbagai arah
peningkatan kembali menjadi 1248 kendaraan. semakin tinggi, namun konsentrasi polutan tersebut
Hal ini terjadi karena berkurangnya aktifitas di masih dalam kategori ambang batas. Sebagaimana
siang hari, sedangkan sore hari banyak aktifitas pada Jl. T. Nyak Arief, demikian pula halnya pada
yang terditeksi, kepulangan kantor, sekolah, dan kedua jalan lain jenis arteri, yaitu Jl. T.Umar, dan
berbagai tempat sebagai tujuan rekreasi. Jl. T. Chik Ditiro. Jalan jenis arteri memiliki
Demikian pula terjadi di beberapa ruas jalan lain. kecenderungan yang relatif sama, dapat dilihat
Namun pada Jl. T. Nyak Arief terlihat aktifitas pada Gambar 4, dimana terlihat bahwa
yang stabil. konsentrasi CO sangatlah tinggi dibandingkan
dengan konsentrasi polutan lainnya (Hodijah &
B. Kualitas Udara Ambien Berdasarkan jenis
Amin, 2014). Oleh karena konsentrasi polutan
Jalan Arteri
CO sangat dipengaruhi oleh jumlah kendaraan
1. Jalan Arteri yang melintas. Sedangkan polutan NO2 dan SO2
Gas karbon monoksida memiliki sifat tidak tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah kendaraan,
berwarna dan tidak berbau, oleh karena itu, namun juga intensitas matahari mempengaruhi
kehadirannya tidak segera diketahui. Gas ini konsentrasi polutan tersebut terbentuk (Hodijah
bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit dan Amin, 2014).
pada mata, saluran pernafasan, dan paru-paru (Ja, 2. Jalan Kolektor
2009). Pada Gambar 4 menunjukkan kualitas
Sebagaimana diketahui bahwa kondisi sore hari
udara di jalan T. Nyak Arief pada pagi hari kerja
baik di hari kerja maupun libur menyumbang
terlihat polutan CO tinggi pada hari libur. Di
tingkat emisi gas buang (polutan) yang besar
siang hari kerja menunjukkan konsentrasi yang
dibandingkan dengan 2 kondisi lainnya, hal ini
rendah, sedangkan di siang hari libur terlihat
dapat dijelaskan dengan melihat Gambar 2 dan
tinggi. Dan di sore hari dapat diketahui polutan
Gambar 3, bahwa terjadinya peningkatan jumlah
CO mencapai konsentrasi tertinggi pada hari
kendaraan yang signifikan di sore hari di jalan
kerja dan juga di sore hari libur.
tersebut. Selain terjadinya peningkatan jumlah
Gambar 4 berhubungan dengan Gambar 2 dan kendaraan, juga berkaitan dengan pengaruh
Gambar 3, menunjukkan bahwa perubahan perubahan temperatur terhadap konsentrasi
konsentrasi polutan CO berbanding lurus dengan polutan (Hodijah & Amin, 2014). Pada Gambar
jumlah kendaraan. Dimana terlihat tingginya 5, menunjukkan tingginya konsentrasi CO pada
jumlah kendaraan terjadi di pagi hari kerja, siang hari libur di pagi hari.
dan sore hari libur semakin meningkat. Dapat
Pada Gambar 6, hari kerja menyumbang polutan
disimpulakan bahwa konsentrasi polutan CO
lebih besar dibandingkan di hari libur, baik pagi,
sangat dipengaruhi oleh jumlah kendaraan. Selain
siang, maupun sore hari. Hal ini dikarenakan
polutan CO, peneliti juga meninjau perubahan
jumlah kendaraan yang tinggi di jalur ini pada
konsentrasi NO2.
hari kerja seperti yang dapat di lihat pada
Polutan NO2 terlihat meningkat tinggi di siang Gambar 2 dan Gambar 3 . Jalan ini merupakan
hari, baik hari kerja maupun hari libur. Hal ini lokasi perdagangan, dimana di hari kerja
disebabkan oleh intensitas matahari yang tinggi mobilitas kendaraan bongkar muat perabot yang
sehingga diketahui walapun dengan jumlah hilir mudik meningkat dibandingkan di hari libur.
kendaraan yang rendah, terditeksi konsentrasi Polutan CO mengalami peningkatan saat siang
NO2 yang tinggi. Konsentrasi tinggi tersebut dan sore hari, baik hari kerja maupun di hari
bukan hanya dipengaruhi oleh jumlah kendaraan libur. CO tertinggi dengan konsentrasi 3800 ppb
namun, intensitas matahari juga mempengaruhi yang terjadi di sore hari kerja, sedangkan CO
perubahan konsentrasi polutan. Berdasakan terendah 1400 ppb yang terjadi pada pagi hari
gambar diatas juga terlihat bahwa konsentrasi libur.
24 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 21-30
Gambar 2.
Perbandingan Jumlah Kendaraan Terhadap Waktu pada Hari Kerja
di Beberapa Ruas Jalan.
Gambar 3.
Perbandingan Jumlah Kendaraan Terhadap Waktu Pada Hari Libur
di Beberapa Ruas Jalan.
Gambar 4.
Konsentrasi Polutan (ppb) Terhadap Waktu di Jl. T. Nyak Arief.
Hal yang serupa dengan Gambar 5 juga terjadi dibandingkan dengan pagi dan siang hari, hal ini
pada Gambar 6, rata-rata kondisi polutan lebih dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kendaraan
tinggi di sore hari baik di hari kerja maupun libur seperti yang dapat di lihat pada Gambar 2 dan
Evaluasi Pengaruh Kendaraan Bermotor Terhadap Kualitas Udara Ambien (.....), Nanda Kemala, Asri Gani, Mahidin 25
2
Gambar 5.
Konsentrasi Polutan (ppb) Terhadap Waktu di Jl. Sudirman.
Gambar 6.
Konsentrasi Polutan (ppb) Terhadap Waktu di Jl. Tentara Pelajar.
Gambar 7.
Konsentrasi Polutan (ppb) Terhadap Waktu di Jl. Pocut Baren.
Gambar 3 serta penumpukan polutan di udara dan gerai yang berada disekitar kawasan tersebut.
yang tidak dapat terurai disebabkan minimnya Sedangkan pada hari libur peningkatan yang
penghijauan di sekitar area tersebut. signifikan terjadi pada siang hari dikarenakan
oleh aktifitas perdagangan di daerah tersebut
Gambar 7 memperlihatkan bahwa kecenderungan
meningkat secara signifikan.
peningkatan emisi gas buang (polutan) terjadi
pada sore hari di waktu jam kerja, hal ini Anomali yang terjadi pada kawasan ini ialah
dipengaruhi oleh tingginya lalu lintas di daerah tingginya kadar CO yang dihasilkan di ketiga
tersebut oleh aktifitas jual beli yang di saat waktu sampel baik itu di waktu kerja maupun
bersamaan dengan jam pulang karyawan dari libur. Berdasarkan pengamatan kami di lapangan,
instansi pemerintahan serta karyawan dari toko hal ini dapat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah
26 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 21-30
toko/gerai makanan di sekitar kawasan tersebut bahwa ketiga jalan dengan jenis lokal ini memiliki
yang menggunakan arang sebagai salah satu kecenderungan gambar yang sama. Pada Gambar
bahan bakar untuk mengolah makanan mereka. 8, kondisi polutan cenderung hampir sama di
ketiga waktu sampel yang di ambil. Hal ini
3. Jalan Lokal
dikarenakan jumlah kendaraan yang melewati
Tinjauan terhadap jalan lokal dilakukan untuk jalan tersebut cenderung tidak ada peningkatan
mengetahui konsentrasi polutan yang terjadi pada secara signifikan seperti yang diperlihatkan oleh
pagi, siang maupun sore hari pada jalan jenis ini. Gambar 2 dan Gambar 3.
Berdasarkan hasil perolehan data, dapat dinyatakan
Gambar 8.
Konsentrasi Polutan (ppb) Terhadap Waktu Di Jl. Ayah Gani.
Evaluasi Pengaruh Kendaraan Bermotor Terhadap Kualitas Udara Ambien (.....), Nanda Kemala, Asri Gani, Mahidin 27
C. Klasifikasi Kendaraan Berdasarkan Jenisnya pengambilan data dilakukan di awal tahun sehingga
diketahui adanya pengurangan jumlah kendaraan
Klasifikasi kendaraan menjadi bagian penting dalam
pada Jl. T. Chik Ditiro, Jl. T. Nyak Arief dan Jl.
mengelompokkan sumber penentu dari emisi gas
T. Umar seperti pada Gambar 10. Adapun kualitas
buang. Gambar 9, menunjukkan bahwa persentase
pencemar udara dan kondisinya di beberapa titik
sepeda motor masih mendominasi dalam 2
28 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 21-30
terbesar di kota Banda Aceh. Mengunakan 194, 673-684. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.
perhitungan metode ISPU diketahui bahwa kondisi 2018.05.151
udara Kota Banda Aceh secara keseluruhan dalam Gallego, F., Montero, J.-P., & Salas, C. 2013. The effect of
kategori aman, namun pada jalan sudirman dan transport policies on car use: A bundling model with
Jl. Pocut Baren membutuhkan perhatian khusus applications. Energy Economics, 40, S85-S97.
karena sudah mencapai level kualitas udara sedang. https://doi.org/10.1016/J.ENECO.2013.09.018
Hinga kini, kualitas udara Kota Banda Aceh dengan He, L.-Y., & Chen, Y. 2013. Thou shalt drive electric
segala aktifitas masyarakatnya masih tergolong and hybrid vehicles: Scenario analysis on energy
udara yang bersih. Disamping itu, masyarakat saving and emission mitigation for road
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk transportation sector in China. Transport Policy,
terus menjaga kegiatannya agar tidak mencemari 25, 30-40. https://doi.org/10.1016/J.TRANPOL.
lingkungan sekitar. Peneliti selanjutnya dapat 2012.11.006
mempelajari lebih mendalam mengenai pengaruh Ja, A. S. A. R. 2009. Sekolah Pascasarjana Universitas
jenis bahan bakar terhadap konsentrasi polutan Sumatera Medan 2009.
yang disumbang ke udara ambien agar pihak Hodijah, N., & Amin, B. 2014. Estimasi Beban
pemerintah mengetahui kebijakan terbaru dan Pencemar dari Emisi Kendaraan Bermotor di
terbaik untuk kondisi kualitas udara terkini. Ruas Jalan Kota Pekanbaru Nurhadi, 1, 71-79.
Liu, M., Huang, Y., Ma, Z., Jin, Z., Liu, X., Wang, H.,
Ucapan Terima Kasih … Kinneydr, P. L. 2016. Spatial and temporal
Dalam kesempatan ini tim penulis mengucapkan trends in the mortality burden of air pollution in
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah China : 2004-2012. Environment International.
https://doi.org/10.1016/j.envint.2016.10.003
membantu dalam penelitian ini.
Liu, Y., Xing, J., Wang, S., Fu, X., & Zheng, H. 2018.
Daftar Pustaka Source-specific speciation profiles of PM2.5for
heavy metals and their anthropogenic emissions
Asensio, J., Gómez-lobo, A., & Matas, A. 2014. How in China. Environmental Pollution, 239, 544-553.
effective are policies to reduce gasoline https://doi.org/10.1016/j.envpol.2018.04.047
consumption ? Evaluating a set of measures in
Spain. Energy Economics, 42, 34–42. Ma, H., Xie, H., Huang, D., & Xiong, S. 2015. Effects
https://doi.org/10.1016/j.eneco.2013.11.011 of driving style on the fuel consumption of city
buses under different road conditions and vehicle
Burke, P. J., & Nishitateno, S. 2013. Gasoline prices, masses. Transportation Research Part D: Transport
gasoline consumption, and new-vehicle fuel and Environment, 41, 205-216. https://doi.org/
economy: Evidence for a large sample of 10.1016/j.trd.2015.10.003
countries. Energy Economics, 36, 363-370.
https://doi.org/10.1016/J.ENECO.2012.09.008. Maulana, A. Z. 2012. Line Source Modeling Approach
(Case Study At Jaln Magelang Yogyakarta).
Chai, J., Yang, Y., Wang, S., & Lai, K. K. 2016. Fuel Widyariset, 15, No.3.
efficiency and emission in China’s road
transport sector: Induced effect and rebound Mothé, G. A., Sthel, M. S., Priscila, M., Castro, P. De,
effect. Technological Forecasting and Social Toledo, R., Stumbo, A., … Vargas, H. 2014. Air
Change, 112, 188–197. https://doi.org/10.1016/ Pollution in the Brazilian Road Transport and Its
j.techfore.2016.07.005. Environmental and Social Consequences.
(November), 1466-1476.
Chen, S.-M., & He, L.-Y. 2014. Welfare loss of
China’s air pollution: How to make personal Perhubungan, D. 2016. Laporan Data Informasi.
vehicle transportation policy. China Economic Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Review, 31, 106-118. https://doi.org/10.1016/ Song, C., He, J., Wu, L., Jin, T., Chen, X., Li, R., …
J.CHIECO.2014.08.009 Mao, H. 2017. Health burden attributable to
Chen, Y., Huang, M., Chen, W., & Huang, B. 2012. ambient PM 2.5 in China. Environmental
Adsorption of cu(ii) from aqueous solution using Pollution. https://doi.org/10.1016/j.envpol.2017.
activated carbon derived from mangosteen peel. 01.060
7(Ii), 4965-4975. Souza, C. D. R. de, Silva, S. D., Silva, M. A. V. da,
Dotse, S.Q., Dagar, L., Petra, M.I., & De Silva, L.C. D’Agosto, M. de A., & Barboza, A. P. 2013.
2019. Evaluation of National Emissions Inventories Inventory of conventional air pollutants
of Anthropogenic Air pollutants for Brunei emissions from road transportation for the state
Darussalam. Atmospheric Enviroment, I133, 81- of Rio de Janeiro. Energy Policy, 53(2013), 125-
92. https://doi.org/10.1016/j.atmosenv. 2016.03.024 135. https://doi.org/10.1016/j.enpol.2012.10.021
Fan, Y. Van, Perry, S., Klemeš, J. J., & Lee, C. T. Tie, X., Huang, R., Dai, W., Cao, J., Long, X., Xiaoli,
2018. A review on air emissions assessment: S., & Zhao, S. 2016. Effect of heavy haze and
Transportation. Journal of Cleaner Production, aerosol pollution on rice and wheat productions
Evaluasi Pengaruh Kendaraan Bermotor Terhadap Kualitas Udara Ambien (.....), Nanda Kemala, Asri Gani, Mahidin 29
in China. Nature Publishing Group, 5-10. in the transitional China. Transportation Research
https://doi.org/10.1038/srep29612 Part D: Transport and Environment, 42, 45-59.
https://doi.org/10.1016/j.trd.2015.10.019
Yang, S., & He, L. . 2016. Fuel demand, road transport
pollution emissions and residents’ health losses Yanuar, I. 2012. Evaluasi Perubahan Emisi Gas NOx
in the transitional China. Transportation Research dan SO2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-
Part D: Transport and Environment, 45-49. Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan
Suramadu. (X), 1-41.
Yang, S., & He, L. Y. 2016. Fuel demand, road transport
pollution emissions and residents’ health losses
30 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 21-30
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 31-36
ABSTRACT
Study the Characteristic of the Eid Flow Using an Online Survey: Transportation problems increase on holidays
and national leave, especially during Eid, where more than 50% of the population of the big cities go back and
forth (returning home), from urban areas to sub-urban or rural areas. Jabodetabek is one of the agglomeration
areas which the origin of most homecomers. Usually travelers choose to travel using transportation in accordance
with their budget (bugdet). This travel pattern is important to know in order to plan the provision of facilities and
infrastructure that must be prepared, especially at the peak of the Eid homecoming season. The purpose of this
study was to determine the characteristics of the Lebaran day’s homecoming flow in terms of several parameters
such as date, location of homecoming destinations, travel routes, modes used, and trip chaining. This research
uses descriptive analysis method, because this research focuses on the problem of the characteristics of the
travelers' traveling flow, while the data collection technique is done through an online survey that is monkey
survey application. The application is used to facilitate the distribution of questionnaires and get respondents who
use the internet by counting the number of samples obtained, as many as 1057 respondents. Data collection in this
study was carried out by means of an online survey that uses the Application in the form of Survey Monkey which
is distributed through social media such as Facebook, Instagram, Line, and Whatsapp, the results of this study are
the peak of the it’s occurred on day 3 (three) days before Eid, the most widely used mode is a car to the destination
of Central Java with a route such as an northern lane, for the shifting mode of travelers prefer to use an online
taxi from home to the station and prefer to use a car to the destination.
Keywords: travellers; eid transportation; online survey.
ABSTRAK
Permasalahan transportasi meningkat pada saat hari libur dan cuti nasional terutama saat lebaran, dimana lebih
50% penduduk kota-kota besar melakukan mudik (pulang kampung) yaitu dari wilayah urban menuju wilayah sub
urban atau pedesaan. Jabodetabek merupakan salah satu wilayah aglomerasi yang menjadi asal pemudik
terbanyak, biasanya pemudik memilih perjalanan menggunakan transportasi yang sesuai dengan anggaran biaya
(bugdet) yang dimiliki oleh mereka. Pola perjalanan ini penting diketahui agar dapat merencanakan penyediaan
sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan, terutama pada saat puncak arus mudik lebaran. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui karakteristik arus mudik Lebaran ditinjau dari beberapa parameter seperti tanggal,
lokasi tujuan mudik, rute perjalanan, moda yang digunakan, dan trip chaining. Penelitian ini menggunakan
metode analisis deskriptif, karena penelitian ini menitik beratkan pada masalah karakteristik arus perjalanan
pemudik, adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui survei online yaitu aplikasi survey monkey. Aplikasi
tersebut digunakan untuk mempermudah penyebaran kuesioner dan mendapatkan responden yang menggunakan
internet dengan menghitung jumlah sampel yang di dapatkan yaitu sebanyak 1057 Responden. Pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara online survei yaitu menggunakan Aplikasi berupa Survey Monkey
yang disebar dengan melalui sosial media seperti Facebook, Instagram, Line,dan Whatsapp, hasil penelitian ini
adalah puncak arus mudik terjadi pada hari 3 (tiga) hari sebelum Lebaran , moda yang banyak digunakan adalah
mobil pribadi dengan tujuan Jawa tengah dengan rute yang dilalui yaitu jalur utara, untuk perpindahan moda
pemudik lebih menyukai menggunakan taksi online dari rumah menuju simpul transportasi dan lebih menyukai
menggunakan mobil dari simpul transportasi ke tempat tujuan.
Kata Kunci: pemudik; angkutan lebaran; online survei.
doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.1165 31
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
Oleh karena itu penanganan masalah angkutan dimension seperti Lokasi (asal dan tujuan), alat
selalu diantisipasi sebelumnya pelaksanaan mudik, (teknologi), dan keperluan tertentu di lokasi tujuan
agar pelaksanaan mudik dapat berjalan dengan seperti ekonomi sosial dan lain-lain. Kalau salah
lancar dan mempermudah regulator dalam satu dari ketiga dimensi tersebut terlepas ataupun
menetapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk tidak ada, hal demikian tidak dapat disebut
melayani masyarakat pada saat lebaran. Pilihan transportasi. Transportasi ini perlu untuk diperhatikan
penggunaan moda angkutan oleh pemudik dari perencanaan.
Jabodetabek memang beragam, biasanya pemudik
Transportasi menurut Andriansyah (2015)
memilih perjalanan menggunakan transportasi
transportasi memeliki fungsi untuk menunjang
yang sesuai dengan anggaran biaya (budget) yang
perkembangan perekonomian dengan membuat
dimiliki oleh mereka. Pola perjalanan ini penting
keseimbangan antara penyedia dan permintaan
diketahui agar dapat merencanakan penyediaan
transportasi. Adapun tujuan perencanaan transportasi
sarana dan prasarana yang harus dipersiapkan,
Menurut Syafi’i dalam Budi (2018) adalah
terutama pada saat puncak arus mudik lebaran.
memperkirakan jumlah serta kebutuhan akan
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan kajian transportasi pada masa mendatang atau pada tahun
karakteristik arus mudik lebaran menggunakan rencana yang akan digunakan untuk berbagai
survei online untuk pelayanan pada saat Lebaran kebijakan investasi perencanaan transportasi.
yang lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga
Angkutan Umum adalah setiap kendaraan yang
masalah kemacetan lalu lintas dapat terurai,
disediakan untuk digunakan oleh umum dengan
tingkat kecelakaan dapat berkurang dan tidak ada
dipungut biaya. Angkutan umum dapat berupa
penumpukan penumpang pada berbagai moda
mobil penumpang, bus kecil, bus sedang, dan bus
transportasi yang digunakan oleh pemudik,
besar (Munawar, A, 2005). Indikator standar
sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pelayanan angkutan umum menurut Judiantono
mengetahui karakteristik arus mudik Lebaran
(2015) ada 5 (lima) aspek standar yaitu: ruang
ditinjau dari parameter tanggal, lokasi tujuan
tunggu, jarak berjalan, perpindahan moda.
mudik, rute perjalanan, moda yang digunakan, dan
trip chaining. Transportasi merupakan suatu kegiatan
memindahkan barang dan atau orang dari satu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan
sarana. Suatu bangsa akan menjadi besar dan
dalam Pasal 1 yaitu manajemen dan rekayasa lalu
makmur jika memiliki tanah yang subur, kerja
lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang
keras dan kelancaran transportasi baik pergerakan
meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan,
orang maupun barang dari satu negara kebagian
pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan
lainnya (Warpani, 1990). Tanpa transportasi yang
jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan
baik maka suatu Kota tidak akan berkembang
memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan
maupun tumbuh dengan baik.
kelancaran lalu lintas. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dalam Pasal 3 Penelitian sebelumnya yang terkait adalah Studi
disebutkan bahwa perkeretaapian diselenggarakan Potensi Pemudik Angkutan Lebaran Tahun 2018
dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan (Siti Maemunah, 2018) dengan hasil yaitu jumlah
orang dan/atau barang secara massal dengan potensi pemudik angkutan lebaran di Indonesia
selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tahun 2018 adalah sebesar 130 juta. Sebanyak
tertib dan teratur, efisien, serta menunjang 73% rute pemudik menggunakan kendaraan
pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong pribadi dan memilih mudik pada H-6 (9 Juni 2018)
dan penggerak pembangunan nasional. dan H2 (13 Juni 2018) dan balik pada H+3 (19
Juni 2018) dan H+8 (24 Juni 2018).
Transportasi atau transport (Adisasmita, 2011)
diartikan sebagai tindakan atau kegiatan mengangkut II. Metodologi Penelitian
atau memindahkan 15 (lima belas) muatan (barang
dan orang) dari suatu tempat ke tempat tujuan, Penelitian ini menggunakan metode analisis
atau dari tempat asal ke tempat tujuan. deskiriftif kuantitatif, karena penelitian ini menitik
Transportasi menurut (Miro, 2012) secara umum beratkan pada masalah karakteristik arus perjalanan
dapat diartikan sebagai usaha pemindahan atau pemudik. Adapun teknik pengumpulan data
pergerakan orang atau barang dari suatu lokasi dengan cara survei yang online melalui aplikasi
yang disebut lokasi asal, ke lokasi lain yang bias survey monkey. Aplikasi tersebut digunakan untuk
disebut lokasi tujuan, untuk keperluan tertentu mempermudah penyebaran kuesioner dan
dengan mempergunakan alat tertentu pula. Dari mendapatkan responden yang menggunakan
pengertian ini tranportasi mempunyaii beberapa internet. Survei disebar dengan menggunakan
32 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 31-36
sosial media berupa Whatsapp, Line, Instagram, 5 Juni 2019, 3,10% pada 6 Juni 2019, 3,28% pada
dan Facebook. 7 Juni 2019,17,41% pada 8 Juni 2019 dan
diketahui prediksi puncak arus balik pada tanggal
Ruang lingkup penelitian meliputi identifikasi dan
9 Juni 2019 dengan persentase sebesar 21,24%
inventarisasi peraturan yang terkait dengan tujuan
(Gambar 2).
studi, data dan informasi yang diperoleh dengan
kuisioner yang disebar melalui aplikasi survey 3. Moda Utama yang Digunakan Pemudik
monkey, analisis dan evaluasi, serta rekomendasi.
Berdasarkan survei, moda utama yang paling
Pengumpulan data kepada responden yang
banyak digunakan oleh pemudik pada angkutan
mengisi kuisioner tersebut berasal dari Jawa,
lebaran tahun 2019 antara lain: Mobil pribadi
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa dan
38,93%; Bus 20,13%, Pesawat 17,28%; Kereta api
Maluku-Papua.
15,94%; dan Sepeda motor 3,36% (Gambar 3).
III. Hasil dan Pembahasan
4. Rute Khusus untuk Menggunaan Kendaraan
A. Hasil Survei Pribadi
1. Rencana Tanggal Perjalanan Mudik Rute khusus yang digunakan pemudik yang paling
banyak diminati adalah rute 2 (Jakarta, Cikampek,
Dari hasil survei, rencana perjalanan mudik
Cipali, Cirebon, Semarang, Salatiga, Solo, Ngawi,
dimulai dari tanggal 17 Mei 2019 dengan
Mojokerto, dan Surabaya) sebesar 25,78%, rute 4
persentase sebesar 5,01% dan masih berlangsung
(Jakarta, Cikampek, Cipularang, Bandung,
sampai dengan tanggal 22 Juni 2019. Tiga
Tasikmalaya, Banjar, Purwokerto, Purworejo,
persentase tertinggi untuk perjalanan mudik yaitu
Yogyakarta) 15,23%, rute 1 (Jakarta, Cikampek,
pada tanggal 1 Juni 2019 sebesar 15,86%, tanggal
Cipali, Cirebon, Demak, Lamongan, Surabya)
31 Mei 2019 sebesar 15,53%, dan 8,35% pada
14,45%, rute 3 (Jakarta, Cikampek, Cipali, Cirebon,
tanggal 2 Juni 2019. Dengan demikian diketahui
Tegal, Purwokerto, Purworejo, Yogyakarta)
prediksi puncak rencana perjalanan mudik yaitu
10,55%, dan rute 5 (Jakarta ke arah Merak Banten)
pada tanggal 1 Juni 2019 (Gambar 1).
5,86% (Gambar 4).
2. Rencana Tanggal Perjalanan Balik
5. Moda yang Digunakan dari Rumah Menuju
Dari hasil survei, arus balik mudik lebaran dimulai Stasiun/Terminal/Pelabuhan/Bandara
pada tanggal 4 juni 2019 dengan besaran 0,17%
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan,
dan mulai meningkat menjadi 1,55% pada tanggal
mayoritas pemudik menggunakan moda taksi
Rabu,…
Sabtu,…
Rabu,…
Sabtu,…
Jum'at,…
Selasa,…
Senin,…
Jum'at,…
Selasa,…
Senin,…
Jum'at,…
Selasa,…
Minggu…
Kamis,…
Minggu…
Kamis,…
Minggu…
Kamis,…
Kajian Karakteristik Arus Mudik Lebaran Menggunakan Survei Online, Fadjar Lestari 33
online (gocar, grab) 32,33%; ojek online (gojek, untuk melakukan mudik. Selain periode
grab) 19,03%; sepeda motor 13,90%; mobil puncak seluruh moda, terdapat puncak arus
10,88%; bus 6,65%; angkutan kota (angkot) mudik untuk kendaraan mobil dan bus.
6,34%; taksi 3,63%; kereta api perkotaan 2, 42% Puncak arus mudik untuk kendaraan mobil
dan travel 1,51% (Gambar 5). terjadi pada tanggal 31 Mei 2019 dan untuk
bus teradi pada tanggal 1 Juni2019.
6. Moda yang Digunakan dari Stasiun/Terminal/
Pelabuhan Menuju Kampung Halaman 2. Puncak arus balik tertinggi terjadi pada
tanggal 8 Juni 2019 (17,41%) dan 9 Juni
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, mayoritas
2019 (21,21%). Hal tersebut disebabkan cuti
pemudik menggunakan moda berupa taksi online
bersama Lebaran 2019 berakhir pada tanggal
(gocar, grab) 32,33%; ojek online (gojek, grab)
7. Selain itu, tanggal 8 dan 9 Juni 2019
19,03%; sepeda motor 13,90%; mobil 10,88%;
merupakan hari Sabtu dan Minggu sehingga
bus 6,65%; angkutan kota (angkot) 6,34%; taksi
pada tanggal tersebut merupakan puncak
3,63%; kereta api perkotaan 2, 42% dan travel
arus balik. Disamping periode puncak arus
1,51% (Gambar 6).
balik tersebut, terdapat puncak arus balik
B. Pembahasan untuk kendaraan mobil dan pesawat.Puncak
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah arus balik untuk kendaraan mobil terjadi
dilakukan, dapat diketahui puncak arus mudik dan pada tanggal 8 Juni 2019 dan untuk puncak
balik pada Angkutan Lebaran Tahun 2019 sebagai arus balik untuk pesawat terjadi pada tanggal
berikut: 9 Juni2019.
1. Puncak arus mudik tertinggi terjadi pada 3. Lokasi yang paling dominan menjadi tujuan
tanggal 31 Mei 2019 (15,53%) dan 1 Juni mudik adalah Jawa Tengah (43,03%), Jawa
2019 (15,86%). Hal tersebut disebabkan cuti Timur (17,35%), Jawa Barat (11,22%)
libur Lebaran terhitung mulai 3, 4 dan 7 atau Yogyakarta (8,16%), dan Sumatera Utara
Senin, Selasa dan Jumat, sehingga kalau (3,06%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat
ditotal libur lebaran 2019 berlangsung dikatakan bahwa mayoritas responden yang
selamasatupekan. Ditambah lagi pada tanggal melakukan mudik pada periode Lebaran
1 dan 2 Juni 2019 merupakan hari Sabtu dan Tahun 2019 melakukan perjalanan di sekitar
Minggu. Sehingga, pada tanggal 1 dan 2 Juni Jawa dan Sumatera.
merupakan tanggal yang dirasa paling sesuai
34 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 31-36
Sumber: Hasil Survei, 2019
Gambar 5.
Moda yang Digunakan dari Rumah Menuju Stasiun/Terminal/Pelabuhan/Bandara.
Kajian Karakteristik Arus Mudik Lebaran Menggunakan Survei Online, Fadjar Lestari 35
(10,88%) dan sepeda motor (13,90%). Moda serta kepolisian untuk mengantisipasi lonjakan
transportasi massal seperti kereta api perkotaan volume kendaraan khususnya kendaraan pribadi
(2,42%) dan bus (6,65%) maupun bus kota yang melintasi ruas-ruas jalan tol maupun arteri
(1,21%) masih berperan kecil untuk menjadi dan informasi yang akurat terkait jalur mudik
feeder bagi responden untuk menuju ke beserta jalur alternatif perlu disediakan agar pemudik
simpul. dapat menggunakan jalur lain apabila pada jalur
mudik yang digunakan terjadi kemacetan.
2. Trip Chaining pengguna angkutan umum dari
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat
simpul ke tempat tujuan yang paling banyak
mengkolaborasi survei online yang digunakan
adalah mobil (18,69%), taksi online (17,45%),
dengan survei konvensional guna menangkap
bus (14,95%), ojek online (14,02%), dan
populasi yang terlewat karena adanya gap antara
sepeda motor (11,53%). Hal tersebut dapat
pengguna internet dan bukan pengguna internet.
dilihat dari sangat kecilnya kontribusi
angkutan kereta api (0,31%). Namun, disi lain
Ucapan Terima Kasih
penggunaan angkutan umum dengan moda bus
masih diminati masyarakat untuk digunakan Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala
sebagai angkutan lanjutan, hal ini dibuktikan Puslitbang Transportasi Jalan dan Perkeretaapian,
dengan prosentase pengguna bus sebesar instansi terkait dan seluruh tim yang telah
14,95%. mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan tulisan ini.
3. Jumlah potensi pemudik adalah sebanyak
16.853.293. Berarti jumlah tersebut sama
Daftar Pustaka
dengan 52,14% dari penduduk di Indonesia.
Namun, jumlah tersebut dapat bertambah Andriansyah. 2015. Manajemen Transportasi dalam
karena responden dari studi ini hanya dapat Kajian dan Teori. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
menjaring pengguna internet sebesar 72,41% dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo
Beragama.
(23.4040.120 jiwa) dari total penduduk di
Indonesia, sehingga terdapat sisa sebesar Judiantono, T. 2015. Evaluasi Pelayanan Angkutan
27,59% penduduk (8.917.551 jiwa) yang tidak Pedesaan (Studi Kasus Pasar Simpang- Terminal
dapat dijangkau oleh survey online. Winayasa Kabupaten Purwakarta. Online.
http://media.neliti.com. Diakses 23 April 2019.
Kesimpulan Maemunah, Siti. 2018. Studi Potensi Pemudik Angkutan
Lebaran Tahun 2018. Jakarta: Puslitbang
Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan
Transportasi Jalan dan Perkeretaapian.
bahwa puncak arus mudik terjadi pada hari 3 (tiga)
hari sebelum Lebaran, moda yang banyak digunakan Miro, Fidel. 2012. Pengantar Sistem Transportasi.
adalah mobil pribadi dengan tujuan Jawa Tengah Jakarta: Erlangga
dengan rute yang dilalui yaitu jalur utara (Jakarta, Munawar, Ahmad. 2011. Dasar-dasar Transportasi.
Cikampek, Cipali, Cirebon, Semarang, Salatiga, Solo, Yogyakarta: Beta Offset.
Ngawi, Mojokerto, Surabaya). Untuk penumpang Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang
angkutan umum diperlukan perpindahan moda Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
(trip chaining) yaitu pengguna angkutan umum Jakarta.
dari rumah menuju ke simpul transportasi yang
paling banyak menggunakan taksi online dan dari Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
simpul menuju ke tempat tujuan paling banyak Angkutan Jalan. Jakarta.
menggunakan mobil pribadi. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan dasar rekomendasi untuk Raharjo, Adisasmita. 2011. Manajemen Transportasi
menetukan kebijakan penyelenggaraan angkutan Darat. Yogyakarta: Graha Ilmu.
lebaran di tahun yang akan datang. Syafi’i. 2010. Pendekataan Perencanaan Transportasi
Perkotaan. Bahan kuliah Perencanaan Transportasi.
Saran Online. http://e-journal.uajy.ac.id. Diakses 15 April
2019.
Perlu antisipasi dan koordinasi yang terpadu antar
instansi terkait, baik pemerintah pusat maupun daerah Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan.
Bandung: Penerbit ITB.
36 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 31-36
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2018: 47-58
Evaluasi Kemanfaatan Rest Area Dalam Jaringan Jalan Tol Antar Kota
(Studi Kasus Rest Area Cikopo-Palimanan (Cipali))
Tetty Sulastry Mardiana
Sekretariat Badan Litbang Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta, Indonesia, 10110
tetty_sulastry@yahoo.com
Diterima: 6 Mei 2019, Direvisi: 20 Mei 2019, Disetujui: 26 Mei 2019
ABSTRACT
Evaluation of Rest Area Benefit in Inter-City Toll Road Network (Case Study of Cikopo-Palimanan Rest Area
(Cipali)): Cikampek-Palimanan so called Toll Cipali is a part of trans-Java network, also the longest road in
Indonesia along 116.75 km. In Government Regulation No. 15 of 2005, among others, set on every intercity toll road
are equipped with rest area (rest area) and services for the benefit highway users. This study aimed to get an idea of
the importance of rest area along the Cipali road in meeting basic needs and expectations of users of toll roads and
his contribution to unravel congestion along Cikampek-Palimanan Toll Road. This study uses a quantitative
descriptive approach. After going through data processing, the result is the level of utilization of the rest area
according to the user of the rest area stating that the level of utilization of the rest area is moderate to high depending
on the distance between the rest areas, the farther the distance between the rest areas the higher the level of needs.
Location of the rest area to another rest area along Cikampek-Palimanan Toll Road has been compliance with
applicable laws, less than 50 kilometers (farthest distance is 28.4 km from the rest area rest area Km 102 to Km 130).
Locations rest area KM 130 and 166 toward palimanan based Technical Guidelines How Siting Rest in Highway
No.037/T/BM/1999, already exceeding the positioning or the distance from the toll gate to the facility location based
fatigue resting place for driver, which is 20.3 km (rest area Km 130) and 8.7 km (rest area Km 166).
Keywords: Toll Cipali, rest area, policies, benefit levels, the basic needs.
ABSTRAK
Ruas Jalan tol Cikampek-Palimanan (Cipali) adalah bagian dari jaringan jalan tol trans jawa, dan merupakan
ruas tol terpanjang di Indonesia yaitu sepanjang 116,75 km. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2005 tersebut antara lain diatur agar pada setiap ruas jalan tol antarkota harus dilengkapi dengan tempat
istirahat (rest area) dan pelayanan untuk kepentingan pengguna jalan tol. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran manfaat rest area ruas jalan tol Cipali (studi kasus 1 rest area tipe A dan 1 rest area
tipe B) dalam memenuhi kebutuhan dasar dan harapan pengguna jalan tol. Penelitian ini disampaikan secara
deskriptif menggunakan pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif. Setelah melalui proses pengolahan data
maka hasilnya adalah tingkat kemanfaatan rest area menurut pengguna rest area menyatakan bahwa tingkat
kemanfaatan rest area adalah sedang sampai tinggi tergantung jarak antara rest area, makin jauh jarak antar
rest area makin tinggi tingkat kebutuhannya. Lokasi antar rest area di sepanjang ruas jalan tol Cipali sudah
memenuhi peraturan yang berlaku, yaitu kurang dari 50 kilometer (jarak terjauh adalah 28,4 km dari rest area
km 102 ke rest area Km 130). Lokasi rest area Km 130 dan 166 arah Palimanan berdasarkan Pedoman Teknis
Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat di Jalan Bebas Hambatan No.037/T/BM/1999, sudah melebihi
ketentuan penentuan posisi atau jarak dari gerbang tol ke lokasi fasilitas tempat istirahat didasarkan tingkat
kelelahan bagi pengemudi, yaitu berjarak 20,3 km (rest area Km 130) dan 8,7 km (rest area Km 166).
Kata Kunci: Tol Cipali; rest area; kebijakan; tingkat kemanfaatan; kebutuhan dasar.
doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.1236 47
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
kerja pengemudi, di pasal ini menyatakan bahwa perawatan kendaraan, mengganti pengemudi,
setiap mengemudikan kendaraan selama 4 jam mendapatkan informasi atau bahkan untuk tidur.
harus istirahat selama sekurang-kurangnya setengah (Martin & Acebo, 2018) Rest area adalah tempat
jam, untuk melepaskan kelelahan. (Republik di sebelah jalan dengan area parkir dan fasilitas
Indonesia, 2009) Peraturan Pemerintah Nomor 15 yang dapat digunakan oleh pengendara untuk
Tahun 2005 mensyaratkan bahwa pada setiap ruas beristirahat dalam perjalanan. (BOE (Boletín Oficial
jalan tol antarkota harus dilengkapi dengan tempat del Estado), 2015) Beristirahat saat berkendaraan
istirahat (rest area) dan pelayanan untuk kepentingan untuk jarak jauh, disarankan untuk beristirahat
pengguna jalan tol. (Republik Indonesia, 2005) setiap 2 jam mengemudi atau setiap 150/200 km,
Direktur Utama PT. LMS Hudaya Ariyanto di karena kelelahan bertanggung jawab atas 25%
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan kecelakaan di jalan (González-Luque, 2002).
Rakyat (PUPR), Jakarta, Kamis (31/3/2016) Kecelakaan yang terkait dengan kelelahan
menyampaikan bahwa Volume Lalu Lintas Harian dihubungkannya dengan lokasi rest area,
Rata-rata (LHR) di Jalan Tol Cikopo-Palimanan disimpulkan bahwa kecelakaan karena kelelahan
(Cipali) adalah 25.000 unit, dari jumlah tersebut yang disebabkan oleh faktor-faktor lain berkurang
jenis kendaraan yang paling banyak menggunakan di zona setelah tempat istirahat, hal tersebut
jalan tol terpanjang di Indonesia ini adalah golongan menunjukkan bahwa kecelakaan karena kelelahan
I, yaitu sedan, jip, pikap atau truk kecil, dan bus, berkurang segera setelah area istirahat dan
dengan komposisi golongan kendaraan I sebesar meningkat jauh 30 mil (48,28 km) setelah tempat
85 % berbanding dengan (golongan 2 - 4) sebesar istirahat (Banerjee, 2009).
15 % artinya Tol Cipali didominasi mobil pribadi
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
dan bus (Kompas, 2016). Keberadaan rest area
Wilayah Nomor 354/Kpts/M/2001 tentang Kegiatan
sebagai tempat istirahat para pengguna jalan
Operasi Jalan Tol, mengatur mengenai tipe tempat
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar
istirahat dan pelayanan. Tempat Istirahat dan
pengguna jalan untuk beristirahat melepaskan
pelayanan terdiri dari tipe A dan tipe B, perbedaan
kelelahan selama perjalanan, antara lain makan,
kedua tipe rest area ini dapat dilihat pada Tabel 1.
minum, dan menggunakan toilet. Keberadaan rest
area diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar Tempat istirahat dan pelayanan harus sudah
pengguna jalan, dengan terpenuhinya kebutuhan dibangun dan berfungsi dengan ketentuan sebagai
dasar pengguna jalan maka diharapkan pengguna berikut:
jalan dapat mengendarai kendaraannya dalam a. Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe A
kondisi yang baik, tujuan jangka panjangnya adalah paling lambat 3 tahun sejak dioperasikannya
dapat menekan jumlah kecelakaan di sepanjang Jalan Tol.
ruas jalan tol Cipali. Berangkat dari hal tersebut,
maka diperlukan evaluasi kemanfaatan rest area b. Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe B harus
di sepanjang ruas jalan tol Cipali dengan evaluasi berfungsi pada saat Jalan Tol dioperasikan.
dan analisis tingkat pemenuhan kebutuhan dasar Pengoperasian tempat istirahat dan pelayanan
dan harapan pengguna rest area tol Cipali. harus mempertimbangkan keamanan, kelancaran
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan ketertiban lalu lintas.
gambaran manfaat rest area ruas jalan tol Cipali
(studi kasus 1 rest area tipe A dan 1 rest area Selain exit tol, Tol Cipali memiliki 8 lokasi rest
tipe B) dalam memenuhi kebutuhan dasar dan area, 4 lokasi menuju palimanan yaitu rest area
harapan pengguna jalan tol. Km 86, rest area Subang Km 102, rest area Km
131, rest area Majalengka Km 166, dan 4 lokasi
Tempat istirahat atau dikenal secara lebih luas menuju Cikopo yaitu rest area Km 86, rest area
sebagai rest area adalah tempat beristirahat sejenak Subang Km 102, rest area Km 131, rest area
untuk melepaskan kelelahan, kejenuhan, ataupun Majalengka Km 164. Ruas tol Cipali merupakan
ke toilet selama dalam perjalanan jarak jauh. ruas panjang sejauh 116,75 km, dengan jalan
(Kementerian PU, 1999) Layanan rest area yang cendrung lurus dan tidak ada tikungan yang
berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat, tajam, dan tanjakan maupun turunan yang curam.
bersantai atau bahkan memperbaiki kendaraan Kondisi jalan mulus berstruktur beton dan aspal
jika diperlukan. Sebagian besar pengguna jalan sehingga berpotensi membuat pengemudi
menggunakan rest area ini untuk menggunakan mengantuk yang dapat berakibat fatal. Peraturan
toilet, membeli makanan atau minuman atau hanya Pemerintah Nomor 8 Tahun 1990 tentang Jalan
untuk beristirahat selama perjalanan. Sebagian Tol pada Pasal 6 ayat 2 mengisyaratkan bahwa
pengguna memanfaatkan rest area untuk piknik, pada jalan tol antar kota di masing-masing jurusan
membeli keperluan di supermarket atau restoran, tersedia sekurang-kurangnya satu tempat istirahat
rekreasi untuk anak-anak dan hewan peliharaan,
48 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 47-58
Tabel 1.
Fasilitas Pelayanan Umum Rest area Tipe A dan Tipe B
setiap jarak 50 kilometer. Dalam Undang-undang b. Analysis of the Location of Service and Rest
Nomor 22 Tahun 2009 bagian ketiga mengenai areas and their facilities in Spanish Paying
waktu kerja pengemudi, Pasal 90 menyatakan Motorways. Transportation Research Procedia
bahwa setiap mengemudikan kendaraan selama 4 33 , 4-11, Martin, A. R., & Acebo, H. P. (2018)
jam harus istirahat selama sekurang-kurangnya menyimpulkan bahwa peraturan di Spanyol
setengah jam, untuk melepaskan kelelahan, tidur tentang daerah-daerah ini menunjukkan bahwa
sejenak ataupun untuk minum kopi, makan dan tidak ada indikasi jarak maksimum atau
lain-lain. Ruas jalan tol Cipali dirancang dengan minimum antara rest area dan fasilitas
design speed 120 km/jam sesuai peraturan minimum yang harus disediakan, namun
pemerintah tentang kecepatan rencana/design dalam dokumen yang keluar tahun 1994
speed jalur tol antar kota, dimana kecepatan merekomendasikan jarak antar rest area
berkendara berdasarkan regulasi batas kecepatan adalah sejauh 40-60 km. Rata-rata antar rest
maksimum yaitu 100 km /jam. area sejauh 23,74 km, dan 19,18 km antara
semua jenis luas. Jarak maksimum rata-rata
Dalam menentukan rest area memiliki beberapa
antar rest area adalah sejauh 34,31 km dan
ketentuan, berdasarkan Pedoman Teknis Cara
28,27 km. Semua rest area memiliki fasilitas
Penentuan Lokasi Tempat Istirahat di Jalan Bebas
pompa bensin dan supermarket untuk
Hambatan No.037/T/BM/1999 tanggal 20 Desember
berbelanja, kafe dan restoran. Masalah yang
1999, bahwa dalam penentuan posisi atau jarak
terdeteksi di Spanyol adalah keberadaan rest
dari gerbang tol ke lokasi fasilitas tempat istirahat
area memiliki fasilitas seperti area piknik atau
didasarkan sebagai berikut:
zona untuk anak-anak tetapi tidak memiliki
a. Untuk tempat melepaskan kelelahan ringan,
toilet, padahal kehadiran toilet lebih penting
rest area berada sejauh 5-7 km dari gerbang
penting sehingga kekurangan ini perlu segera
tol.
diperbaiki oleh pengelola rest area.
b. Untuk tempat melepaskan kelelahan sedang,
rest area berada sejauh 3-4 km dari gerbang c. Perencanaan dan perancangan rest area
tol. wilayah Suramadu di Kabupaten Bangkalan
c. Untuk tempat melepaskan kelelahan berat, Madura, Ulaikah Agustinah, Wiwik Widyo
rest area berada sejauh 1-2 km dari gerbang Widjajanti, Sukarnen, Jurusan Arsitektur,
tol. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, 2015,
menganalisa mengenai rencana fasilitas rest
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
area wilayah Suramadu yang mendukung
sebelumnya antara lain:
pengunjung agar beristirahat secara maksimal
a. Fasilitas Rest area Tipe A Pada Ruas Jalan Tol
antara lain fasilitas food court, penginapan,
Cipularang, T. Ibnu Elfiansyah, Universitas
souvenir, tempat refleksi, masjid, SPBU,
Diponegoro Semarang, 2008, pada skripsi
bengkel, taman dan juga dilengkapi dengan
ini menganalisa mengenai konsep, perencanaan
fasilitas meeting point, dengan mengangkat
dan perancangan fasilitas rest area tipe A di
tema Arsitektur Berwawasan Lingkungan,
ruas jalan tol Cipularang.
maka perencanaan dan perancangan rest
Evaluasi Kemanfaatan Rest area Dalam Jaringan Jalan Tol Antar Kota (...), Tetty Sulastry Mardiana 49
area wilayah Suramadu diharapkan mampu teknik dan sumber (gabungan) (Sugiyono, 2010)
menggunakan material ramah lingkungan, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
hemat energi dengan memanfaatkan kondisi
Teknik analisis data bersifat induktif dimana hasil
iklim, penggunaan kembali limbah air dan
lebih menekankan makna daripada generalisasi.
memiliki keselaran dengan lingkungan sekitar.
Dalam pengolahan hasil wawancara dan observasi
dilakukan pendekatan kuantifikasi melalui
II. Metodologi Penelitian
pembobotan pada jawaban responden dan temuan
Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan di lapangan (Sugiyono 2012). Penelitian ini
pendekatan metode penelitian gabungan kualitatif dilaksanakan di rest area Km 130 (Tipe B) dan
dan kuantitatif, metode penelitian yang berlandaskan rest area Km 166 (Tipe A) arah Palimanan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti sebagai representasi rest area type B (Km 130)
pada populasi atau sampel tertentu. Teknik dan rest area tipe A (Km 166), sehingga 2 lokasi
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan ini sangat sesuai untuk menjadi lokasi utama
secara random, pengumpulan data menggunakan penelitian.
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/
Analisis dilakukan berdasarkan persepsi pengguna
statistik (Sugiyono 2014). Responden ditentukan
rest area (karakteristik) dan peraturan perundang-
secara random, waktu survei dilakukan pada tanggal
undangan yang berlaku antara lain:
6 s/d 10 Oktober 2016 (5 hari). Output penelitian
ini adalah persepsi masyarakat tentang kemanfaatan a. Analisis terhadap jawaban responden dan
rest area, hasil analisa berdasarkan pengamatan menyusun grafik trend menggunakan microsoft
kondisi fasilitas di lapangan, hasil analisa excel, untuk mendapatkan penilaian kepuasan
berdasarkan aspek peraturan perundang-undangan pengguna rest area Cipali dan terhadap hasil
yang berlaku, hasil analisa berdasarkan hasil traffic counting untuk mengetahui jumlah
wawancara dengan pengguna dan pengelola rest pengguna rest area.
area, hasil analisa berdasarkan perhitungan
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
karakteristik kendaraan yang masuk dan keluar
16/PRT/M/2014 tetang Standar Pelayanan
rest area pada jam sibuk, durasi parkir kendaraan
Minimum (SPM) Jalan Tol dengan indikator
di rest area.
substansi pelayanan tempat istirahat antara lain
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini kondisi jalan sepanjang rest area, kondisi
adalah survei perhitungan volume lalu lintas dan toilet, lokasi parkir, penerangan sepanjang
survei durasi parkir. Jenis dan sumber data, yaitu rest area, ketersediaan SPBU, bengkel
data primer melalui hasil observasi, survei pada umum, ketersediaan dan kondisi tempat
saat peak hari terkait aksesibilitas, dan kondisi makan dan minum, penggunaan kartu,
fasilitas, wawancara dan kuisioner kepada para ketersediaan papan informasi jumlah lahan
pengelola rest area, dan para pengguna rest area. parkir, jenis rest area dan kondisi rest area.
Menurut Gay dan Diehl (1992), semakin banyak
c. Pedoman Teknis Cara Penentuan Lokasi
sampel yang diambil maka akan semakin
Tempat Istirahat di Jalan Bebas Hambatan
representatif dan hasilnya dapat digeneralisir,
No.037/T/BM/1999 mengatur penentuan posisi
namun ukuran sampel yang diterima akan sangat
atau jarak dari gerbang tol terdekat ke lokasi
bergantung pada jenis penelitiannya, jika
fasilitas tempat istirahat didasarkan tingkat
penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel
kelelahan, seperti uraian sebelumnya.
minimunya adalah 10% dari populasi, sehingga
apabila jumlah populasinya sebanyak 600, maka d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1990
jumlah respondennya adalah 10 % berjumlah 60 tentang Jalan Tol, dengan indikator pada jalan
responden. Penelitian ini dilakukan pada dua rest tol antar kota di masing-masing jurusan tersedia
area KM 130 dan 166 arah Palimanan dengan
jumlah responden 160 responden atau masing-
masing lokasi survei sebanyak 80 responden.
Data primer diambil dengan pengamatan langsung/
observasi di lapangan dan traffic counting (TC)
kendaraan yang keluar dan masuk lokasi rest
area, wawancara pengguna dan pengelola rest
area. Data sekunder antara lain, data lokasi rest
area, studi literatur terkait rest area, peraturan Sumber: Sugiyono, 2012
perundang-undangan terkait rest area. Teknik Gambar 1.
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi Teknik Pengumpulan Data.
50 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 47-58
sekurang-kurangnya satu tempat istirahat setiap yang melakukan perjalanan menuju daerah sekitar
jarak 50 kilometer. Jawa Barat sebesar 55% (Gambar 3).
Sebagian besar responden memanfaatkan rest area
III. Hasil dan Pembahasan
untuk tujuan istirahat menghilangkan kelelahan
A. Karakteristik Responden/Pengguna Rest Area sebanyak 38% (132 responden) pada Km 130, dan
Karakteristik pengguna rest area didapatkan dari sebanyak 35% responden pada rest area Km 166,
hasil kuisioner yang disebarkan kepada responden seperti terlihat pada Gambar 4. Rata-rata lamanya
sebanyak 160 responden di rest area Km 130, pengguna di rest area didominasi selama 30 s/d 40
dan 196 responden di rest area Km 166. Gambar 2 menit, sebanyak 38% responden pengguna rest
menampilkan data jenis kendaraan responden. area Km 130, dan 55% pada responden pengguna
Data jenis kendaraan responden pengguna rest area rest area Km 166 (Gambar 5).
ruas jalan tol Cipali didominasi oleh kendaraan Gambar 6 di bawah ini menampilkan grafik
penumpang sebesar 65% pada rest area Km 130, kepuasan pengguna terhadap fasilitas toilet di rest
dan 63% pada rest area Km 166. Data asal tujuan area tol Cipali. Dari gambar 6 dapat disimpulkan
responden pengguna rest area ruas ruas jalan tol bahwa pengguna rest area tol Cipali menyatakan
Cipali, pada rest area Km 130 didominasi oleh bahwa fasilitas toilet rest area nyaman dan
responden yang melakukan perjalanan menuju kebersihannya terjaga sebanyak 31% responden
daerah di sekitar Jawa Tengah sebesar 55%, dan pada rest area Km 130, dan responden pada rest
pada rest area Km 166 didominasi oleh responden area Km 166 menyatakan fasilitas toilet nyaman
52 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 47-58
Sumber: Analisis, 2016
Gambar 6.
Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Fasilitas Toilet di Rest Area.
54 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 47-58
Sumber: Analisis, 2016
Gambar 11.
Persentase Jenis Saran dan Masukan Pengguna Rest area Km 130.
Evaluasi Kemanfaatan Rest area Dalam Jaringan Jalan Tol Antar Kota (...), Tetty Sulastry Mardiana 55
Sumber: PT. Lintas Marga Sedaya, 2016
Gambar 13.
Layout Rest Area Km 130.
56 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 47-58
Tabel 2.
Hasil Observasi Lapangan Terhadap Substansi Pelayanan Tempat Istirahat Dan Tempat Istirahat
Pelayanan Berdasarkan Indikator
Tabel 3.
Jarak Pintu Tol Masuk Terdekat ke Rest area Ruas Jalan Tol Cipali
Lokasi
Jarak Rest Jarak Pintu
Pintu Lokasi Tipe
Area ke Rest Tol Masuk ke
No. Arah Kabupaten Tol Rest Area Rest
Area Lain Rest Area
Masuk (Km) Area
(Km) (Km)
(Km)
1. Palimanan Subang 76 86 + 600 B 10
2. Palimanan Subang 98 102+300 A 15+700 4
3. Palimanan Indramayu 109 130 + 700 B 28+400 20+300
4. Palimanan Majalengka 158 166 + 700 A 33 8+700
5. Cikopo Majalengka 167 164 + 700 A 2+300
6. Cikopo Indramayu 139 130 + 700 B 34 8+300
7. Cikopo Subang 109 102 + 800 A 27+900 6+200
8. Cikopo Subang 98 86 + 600 B 16+200 11+400
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2016
Evaluasi Kemanfaatan Rest area Dalam Jaringan Jalan Tol Antar Kota (...), Tetty Sulastry Mardiana 57
peraturan yang berlaku maka rekomendasi antara pengelola rest area PT. Lintas Marga Sedaya,
lain melaksanakan perbaikan jalan pada ruas jalan PT. Wirani Son’s, para pengelola parkir rest area,
yang mengalami kerusakan, memfasilitasi petugas dan para pengguna rest area sebagai responden
rest area dengan kartu tanda pengenal dan seragam yang telah mendukung dalam penelitian ini.
yang jelas, menyediakan papan informasi yang
menyatakan jumlah lahan parkir yang tersedia Daftar Pustaka
atau keadaan rest area (penuh/tidak), serta Banerjee, I. H. 2009. Rest areas: Reducing accidents
informasi jenis rest area agar informasi sampai involving driver fatigue. Berkeley: UC Berkeley
kepada pengguna rest area sebelum pengguna Traffic Safety Center.
masuk. Untuk mengurangi teriknya cuaca di rest
BOE (Boletín Oficial del Estado). 2015. Septiembre
area perlu dibangun taman dan penghijauan.
29). Ley 37/2015, p. 37.
Sementara untuk keamanan perlunya pemasangan
CCTV pengawas keamanan di rest area. Perlu Elfiansyah, T. I. 2008. Fasilitas Rest area Tipe A Pada
disediakannya tempat berteduh bagi pengemudi Ruas Jalan Tol Cipularang. Online.
sehingga pengemudi tidak perlu beristirahat di http://eprints.undip.ac.id.
dalam kendaraan yang menyala/ di musholla. González-Luque, J. Á.-G. 2002. La fatiga: cada
Penambaan variasi restaurant berskala lokal dan cuánto hay que descansar. Tráfico. 152, 32.
internasional akan lebih baik agar menambah Okezone.com. 2015. Sejak Diresmikan Juni 2015 Tol
pilihan pengguna rest area. Pemasangan pagar Cipali Renggut 40 Nyawa. Online.
pengaman perlu dilakukan antara batas rest area https://news.okezone.com. Diakses 15 Desember
dengan lingkungan sekitar untuk keamanan 2015.
kendaraan dan pengguna. Perlu disediakan
Kementerian PU. 1999. Pedoman Teknis Cara Penentuan
informasi terkait keberadaan bengkel umum yang Lokasi Tempat Istirahat di Jalan Bebas Hambatan
beroperasi dan petugas yang selalu berjaga di No. 037. Jakarta.
lokasi bengkel. Penataan areal parkir dan
penambahan marka jalan berbentuk garis membujur Kompas. 2016.). Tol Cipali Didominasi Mobil Pribadi
dan Bus. Online. https://properti.kompas.com.
berwarna putih dan hitam (zebra cross/pemisah
Diakses 1 April 2016
jalan) perlu disediakan sehingga dapat menuntun
pengguna rest area baik untuk parkir maupun Martin, A. R., & Acebo, H. P. 2018. Analysis of the
melintas di sepanjang jalan rest area. Penambahan Location of Service and Rest areas and their
rest area baru perlu dibangun antara pintu masuk facilities in Spanish Paying Motorways.
Transportation Research Procedia 33 , 4-11.
Km 109 dengan rest area Km 130.7, sehingga
dapat mengakomodir kebutuhan pengemudi untuk Kementerian Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
beristirahat. Terkait jarak antar simpang susun 2001. Keputusan Menteri Pemukiman Prasarana
(antar pintu tol/ antar pintu tol ke rest area), maka Wilayah No. 354 tentang Operasi Jalan Tol. Jakarta.
perlu dikaji ulang keberadaan pintu tol km 98 arah Republik Indonesia. 1990. Peraturan Pemerintah
Palimanan ke rest area 102+300 yang berjarak Nomor 8 Tahun 1990 tentang Jalan Tol. Jakarta.
kurang dari 5 km (4.3 km) dan pintu tol masuk
Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemrintah Nomor
arah Cikopo km 167 ke rest area km 164+700 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol. Jakarta.
(2.3 km), sehingga keberadaan simpangsusun
tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No 22
arus kendaraan di ruas jalan tol Cipali. Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. Jakarta.
Ucapan Terima Kasih Ulaikah Agustinah, W. W. 2015. Perencanaan dan
Perancangan Rest area Wilayah Suramadu di
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Kabupaten Bangkalan Madura. Jurusan Arsitektur.
Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan Surabaya: Institut Teknologi Adhi Tama.
dan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan,
58 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 47-58
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 59-66
Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Pada Ruas Jalan Ir. H. Alala Kota
Kendari Ditinjau dari Prasarana dan Geometrik Jalan
Imam Samsudin
Puslitbang Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta, Indonesia, 10110
Imamsamsudin18@yahoo.com
Diterima: 20 Mei 2019, Direvisi: 30 Mei 2019, Disetujui: 7 Juni 2019
ABSTRACT
Analysis of Factors Causing Accidents in Roads Ir. H. Alala, Kendari City in Terms of Road Infrastructure and
Geometry: Traffic accidents are the negative aspects of increased mobility transport current without increasing
rapidly supported by infrastructure that puts the safety function. To reduce the number of accidents that there is need
for the government's efforts to improve road safety by looking at the factors that cause dominant. Judging from the
data analysis, the study was much guided by the Urban Street Geometric Planning Standards. The results prove that
the current existing condition in terms of road infrastructure is still very low, so any way facility equipment, such as
signs, markings, and pedestrian facilities. In addition, the condition of the broken u-turn and a wild opening by the
surrounding communities, as well as the location of the turning straight round to the existing intersection on the road
that lead to conflict. As for the suitability of visibility and turning radius are also still do not meet existing standards.
Keywords: road infrastructure and equipment facilities; sight distance; turning radius; the condition u-turn
as well as the layout of the facility behind the round.
ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas adalah aspek negatif dari peningkatan arus transportasi mobilitas tanpa peningkatan cepat
didukung oleh infrastruktur yang menempatkan fungsi keselamatan. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan yang ada
perlu upaya pemerintah untuk meningkatkan keselamatan jalan dengan melihat faktor-faktor yang dominan. Dilihat
dari analisis data, penelitian ini banyak dipandu oleh Standar Perencanaan Geometrik Jalan Kota. Hasil
membukltikan bahwa kondisi yang ada saat ini dalam hal infrastruktur jalan masih sangat rendah, sehingga
peralatan fasilitas apapun cara, seperti tanda-tanda, marking, dan fasilitas pejalan kaki. Selain itu, kondisi belokan
yang rusak dan pembukaan liar oleh masyarakat sekitar, serta lokasi belokan berputar lurus ke persimpangan yang
ada di jalan yang mengarah ke konflik. Adapun kesesuaian visibilitas dan radius putar juga masih belum memenuhi
standar yang ada.
Kata Kunci: infrastruktur jalan dan fasilitas peralatan; jarak pandang; radius putar; kondisi putar balik
serta tata letak fasilitas di belakang putaran.
doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.1166 59
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
perkotaan, apakah geometrik jalan yang ada sudah absolut 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam
memenuhi standar geometrik jalan yang sudah kondisi arus bebas; ketentuan lebih lanjut mengenai
ditentukan serta kecelakaan apa yang sering terjadi batas kecepatan diatur dengan peraturan pemerintah.
pada ruas jalan tersebut. Pasal 23 menyatakan bahwa penyelenggara jalan
dalam melaksanakan preservasi jalan dan atau
Tujuan penelitian antara lain mengidentifikasi
peningkatan kapasitas jalan wajib menjaga
permasalahan terhadap prasarana jalan dan elemen-
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
elemen geometrik jalan di tiap titik kecelakaan
lalu lintas dan angkutan jalan; penyelenggara jalan
pada ruas jalan Ir. H. Alala, mengidentifikasi
dalam melaksanakan kegiatan berkordinasi dengan
permasalahan kurangnya fasilitas perlengkapan
instansi yang bertanggung jawab di bidang sarana
jalan yang ada pada ruas jalan Ir. H. Alala yang
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dan
dapat berpotensi menyebabkan kecelakaan serta
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
mencari upaya penanggulangan kecelakaan yang
sesuai terhadap faktor prasarana dan geometrik Pasal 93 Ayat (1) menyebutkan bahwa manajemen
jalan yang ada serta fasilitas perlengkapan jalan dan rekayasa lalu lintas dilaksanakan untuk
yang diperlukan, sehingga dapat meminimalkan mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan
angka kecelakaan dari yang sebelumnya. gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
lalu lintas dan angkutan jalan. Pasal 99 Ayat (1)
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terkandung
menyatakan bahwa setiap rencana pembangunan
aspek-aspek keselamatan jalan. Adapun aspek
pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur
keselamatan secara umum seperti dalam Pasal 3
yang akan menimbulkan gangguan keamanan,
menyebutkan bahwa lalu lintas dan angkutan jalan
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas
diselenggarakan dengan tujuan terwujudnya
dan angkutan jalan wajib dilakukan analisis dampak
pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,
lalu lintas, rekayasa dan manajemen lalu lintas.
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda
angkutan lain untuk mendorong perekonomian Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang
nasional, memajukan kesejahteraan umum, Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas pada Pasal 28
serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa; menyatakan tentang perbaikan geometrik ruas jalan
terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan/atau persimpangan serta perlengkapan jalan
dan terwujudnya penegakan hukum dan kepastian yang tidak berkaitan langsung dengan pengguna
hukum bagi masyarakat. Pasal 8 menyatakan bahwa jalan, pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan
penyelenggaraan di bidang jalan meliputi kegiatan pemeliharaan perlengkapan jalan yang berkaitan
pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan langsung dengan pengguna jalan, dan optimalisasi
pengawasan prasarana jalan yaitu inventarisasi operasional rekayasa lalu lintas untuk meningkatkan
tingkat pelayanan jalan dan permasalahannya; ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakkan
penyusunan rencana dan program pelaksanaannya hukum; Pasal 33 menyebutkan tentang perlengkapan
serta penetapan tingkat pelayanan jalan yang jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna
diinginkan; perencanaan, pembangunan, dan jalan meliputi alat pemberi isyarat lau lintas, rambu
optimalisasi pemanfaatan ruas jalan; perbaikan lalu lintas, marka jalan, alat penerangan jalan,
geometrik ruas jalan dan/atau persimpangan jalan; alat pengendali pemakai jalan, terdiri atas 1) alat
penetapan kelas jalan pada setiap ruas jalan; uji pembatas kecepatan, dan 2) alat pembatas tinggi
kelaikan fungsi jalan sesuai dengan standar dan lebar kendaraan. Alat pengaman pemakai jalan,
keamanan dan keselamatan berlalu lintas; dan terdiri atas pagar pengaman, cermin tikungan, tanda
pengembangan sistem informasi dan komunikasi patok tikungan (delineator), pulau-pulau lalu lintas,
di bidang prasarana jalan. dan pita penggaduh. Fasilitas pendukung kegiatan
lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan
Pasal 21 menyebutkan bahwa setiap jalan memiliki
maupun di luar badan jalan, dan/atau fasilitas
batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara
pendukung penyelenggaraan lalu lintas angkutan
nasional; batas kecepatan paling tinggi ditentukan
jalan.
berdasarkan kawasan pemukiman, kawasan
perkotaan, jalan antar kota, dan jalan bebas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.14
hambatan; atas pertimbangan keselamatan atau Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu
pertimbangan khusus lainnya, pemerintah daerah Lintas termuat pada Pasal 5 tentang inventarisasi
dapat menetapkan batas kecepatan paling tinggi tingkat pelayanan yaitu kegiatan pengumpulan data
setempat yang harus dinyatakan dengan rambu untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap
lalu lintas; batas kecepatan paling rendah pada ruas jalan dan/atau persimpangan, meliputi: data
jalan bebas hambatan ditetapkan dengan batas dimensi dan geometrik jalan, terdiri dari antara
60 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 59-66
lain: panjang ruas jalan; lebar jalan; jumlah lajur masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh
lalu lintas; lebar bahu jalan; lebar median; lebar perubahan kondisi arus; kepadatan lalu lintas
trotoar; lebar drainase, alinyemen horisontal; sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan
alinyemen vertikal. Data perlengkapan jalan meliputi hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan
jumlah, jenis dan kondisi perlengkapan jalan kecepatan yang besar; pengemudi memiliki
terpasang, data lalu lintas meliputi antara lain: kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan
volume dan komposisi lalu lintas; kecepatan lalu kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini
lintas (operating speed); kecepatan perjalanan masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat;
rata-rata (average overall travel speed); gangguan tingkat pelayanan E, dengan kondisi arus lebih
samping; operasi alat pemberi isyarat lalu lintas; rendah daripada tingkat pelayanan D dengan
jumlah dan lokasi kejadian kecelakaan; jumlah volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan
dan lokasi kejadian pelanggaran berlalu lintas. kecepatan sangat rendah; kepadatan lalu lintas
tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi;
Pasal 7 Ayat (1) menyatakan bahwa tingkat
pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan
pelayanan pada ruas jalan diklasifikasikan atas
durasi pendek; tingkat pelayanan F, dengan kondisi
tingkat pelayanan A, dengan kondisi arus bebas
arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang
dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan
panjang; kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan
tinggi; kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan
volume rendah serta terjadi kemacetan untuk durasi
kecepatan yang dapat dikendalikan oleh pengemudi
yang cukup lama; dalam keadaan antrian, kecepatan
berdasarkan batasan kecepatan maksimum/
maupun volume turun sampai 0. Tingkat pelayanan
minimum dan kondisi fisik jalan; pengemudi dapat
pada persimpangan mempertimbangkan faktor
mempertahankan kecepatan yang diinginkannya
tundaan dan kapasitas persimpangan. Pasal 21
tanpa atau dengan sedikit tundaan; tingkat pelayanan
Ayat (1) menyebutkan bahwa rekayasa lalu lintas
B, dengan kondisi arus stabil dengan volume lalu
dilakukan oleh Direktur Jenderal untuk jalan
lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh
nasional; Gubernur untuk jalan provinsi; Bupati
kondisi lalu lintas; kepadatan lalu lintas rendah
untuk jalan kabupaten dan jalan desa; Walikota
hambatan internal lalu lintas belum mempengaruhi
untuk jalan kota.
kecepatan; pengemudi masih punya cukup
kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur
II. Metodologi Penelitian
jalan yang digunakan; tingkat pelayanan C, dengan
kondisi arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan Gambar 1 menunjukkan Jl. Ir. H. Alala Kota
kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas Kendari sebagai obyek penelitian, data yang
yang lebih tinggi; kepadatan lalu lintas sedang dikumpulkan yaitu berupa data sekunder dan data
karena hambatan internal lalu lintas meningkat; primer. Data Sekunder adalah data yang di dapat
pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih dari instansi-instansi yang terkait dengan masalah
kecepatan, pindah lajur atau mendahului; tingkat penelitian yaitu hasil dari penelitian. Data tersebut
pelayanan D, dengan kondisi arus mendekati tidak adalah BPS Kota Kendari berupa data kependudukan
stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan di wilayah Kota Kendari; Polres Kota Kendari
Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Pada Ruas Jalan Ir. H. Alala Kota Kendari (...), Imam Samsudin 61
berupa data kecelakaan selama 2 tahun terakhir 1. Analisis Makro
(data tersebut dinilai valid dan persentasenya 2
Berdasarkan pembobotan pada Tabel 1 dan 2
tahun terakhir sangat tinggi daripada tahun-tahun
untuk daerah rawan kecelakaan, ruas jalan Ir. H.
sebelumnya), data kronologi kecelakaan lalu
Alala mendapatkan rangking 1, yaitu total
lintas, dan data lokasi-lokasi rawan kecelakaan
pembobotan sebesar 84. Penelitian ini
beserta jumlah kejadian dan tingkat fatalitasnya;
menggunakan peran seorang pakar yang
Dinas Perhubungan dan Dinas PU Bina Marga
memahami dengan baik karakteristik data
berupa peta administrasi dan data jaringan jalan.
kecelakaan lalu lintas untuk membandingkan hasil
Data primer yang di dapat dari hasil pengamatan klastering masing-masing jalan dan menentukan
langsung (survei) di lapangan yaitu data kecepatan status dari objek-objek jalan di Kota Kendari.
sesaat (spot speed); data inventarisasi dan geometrik Data kecelakaan mengenai lokasi dan jenis
jalan. Pembahasan dalam penelitian ini tidak kecelakaan yang di tabel tersebut adalah
menyimpang dari judul yang diangkat, maka kecelakaan yang didata berdasarkan moda
perlu dilakukan perbaikan dan perawatan baik itu transportasi jalan (mobil dan sepeda motor) dari
prasarana jalan dan fasilitas perlengkapan sisi kecelakaan tunggal atau lebih dari satu
keselamatan jalan, apakah sudah sesuai dengan kendaraan bisa dilihat dengan tingkat keparahan,
standar yang sudah ada. Alur pikir penelitian apabila LR dan LB lebih dari 1 kecelakaan.
sebagaimana tersaji pada Gambar 2.
2. Analisa Mikro
III. Hasil dan Pembahasan Desain geometrik jalan yang disurvei berupa
alinyemen horizontal yaitu radius lengkung
A. Metode Analisis
horizontal R, semakin besar D dan semakin tajam
Dalam proses analisis, dilakukan dengan dua jenis lengkung horizontal yang direncanakan. Untuk
analisis yaitu analisis makro dan analisis mikro. lebih jelasnya D digunakan rumus 1.
Gambar 2.
Alur Penelitian.
62 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 59-66
Tabel 1.
Nilai Bobot Tingkat Kecelakaan
Tabel 2.
Data Daerah Rawan Kecelakaan Tahun 2016-2017
Meninggal
Total
Final
Kejadian
Jumlah
Ringan
No. Nama Jalan
Dunia
Bobot
Bobot
Bobot
Berat
Luka
Luka
(6)
(3)
(1)
1. By Pass Ir. H. Alala 15 4 24 13 39 21 21 84 1
2. A. Yani 7 5 30 13 39 12 12 81 2
3. Abdulah Silondae 6 1 6 10 30 11 11 47 3
4. La Ode Hadi 5 3 18 2 6 6 6 30 4
5. Brigjend M Yunus 4 3 18 1 3 7 7 28 5
6. Taman Suropati 6 0 0 8 24 2 2 26 6
7. Bunggasi 4 0 0 8 24 2 2 26 7
8. Kristina Martatiahahu 2 0 0 3 9 6 6 15 8
9. Pembangunan 2 0 0 2 6 6 6 12 9
10. Malaka 2 0 0 2 6 0 0 6 10
11. A.H Nasution 2 0 0 0 0 4 4 4 11
12. Sultan Hasanudin 2 0 0 1 3 1 1 4 12
Sumber: Hasil Analisis
Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Pada Ruas Jalan Ir. H. Alala Kota Kendari (...), Imam Samsudin 63
Dapat di lihat pada Gambar 4 rata-rata tingkat dalam penentuan jarak pandang juga harus perlu
kesesuaian dan ketidaksesuaian jarak pandang di perhatikan.
pada ruas jalan Ir. H. Alala tepatnya saat
C. Analisis Penampang Melintang Jalan
persimpangan, dimana hampir seluruh titik
kecelakaan memiliki kesesuaian dan ketidak Analisis penampang melintang adalah dengan
sesuaian terhadap standar yang telah di tentukan. tujuan dari pemasangan fasilitas perlengkapan
Oleh karena itu sangat perlu dilakukan jalan untuk meningkatkan keselamatan jalan dan
penanganan terkait dengan jarak pandang menyediakan pergerakan yang teratur terhadap
khususnya pada ruas jalan yang masih belum pengguna jalan. Sudah banyak studi atau jurnal
memenuhi standar minimum jarak pandang pada yang menggunakan analisis fasilitas kelengkapan
seluruh simpang rawan kecelakaan. Selain itu jalan seperti pada Gambar 5. Fasilitas perlengkapan
kecepatan yang menjadi pedoman utama di jalan memberi informasi kepada pengguna jalan
64 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 59-66
tentang peraturan dan petunjuk yang diperlukan dengan kecepatan eksisiting pada masing-masing
untuk mencapai arus lalu lintas yang selamat dan kaki simpang pada titik kecelakaan di ruas jalan
beroperasi dengan efisien. Adapun untuk fasilitas Ir. H. Alala kesesuaian terhadap standar minimum
perlengkapan jalan yang berkaitan dengan ruas jalan dari jarak pandang yang sesuai dengan kecepatan
Ir. H. Alala adalah sebagai : Marka jalan, Rambu- eksisting di masing-masing kaki simpang masih
rambu lalu lintas dan Fasilitas penerangan jalan. dapat dikatakan belum memenuhi standar karena
masih terdapat ketidaksesuaian antara kondisi
Masih minimnya perlengkapan jalan pada ruas
eksisting dengan standar yang telah ditentukan
jalan Ir. H. Alala merupakan salah satu faktor
dimana rata-rata prosentase ketidaksesuaian jarak
terjadinya kecelakaan pada ruas jalan tersebut.
pandang pada Kelima simpang tersebut mencapai
Oleh karena itu, di perlukan penambahan dan
angka -49,09%. Artinya jarak pandang eksisting
perbaikan dalam fasilitas perlengkapan jalannya.
masih kurang baik karena masih di bawah standar
Berikut merupakan contoh usulan pada salah satu
yang ada. Berdasarkan analisa dari kesesuaian radius
titik kecelakaan pada ruas jalan Ir. H. Alala
putar dengan kecepatan eksisiting pada masing-
(Gambar 6).
masing kaki simpang pada titik kecelakaan di ruas
IV. Kesimpulan jalan Ir. H. Alala kesesuaian terhadap standar
minimum dari radius putar yang sesuai dengan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang kecepatan eksisting di masing-masing kaki simpang
telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa masih dapat dikatakan belum memenuhi standar
berdasarkan analisa dari kesesuaian jarak pandang karena masih terdapat ketidaksesuaian antara kondisi
Gambar 5.
Penampang Melintang Ruas Jalan Ir. H. Alala.
Gambar 6.
Usulan pada Titik Kecelakaan di Ruas Jalan Ir. H. Alala (Simpang Jalan Bunga Seroja).
Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Pada Ruas Jalan Ir. H. Alala Kota Kendari (...), Imam Samsudin 65
eksisting dengan standar yang telah ditentukan Ucapan Terima Kasih
dimana rata-rata persentase ketidaksesuaian radius
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
pada kaki simpang tersebut mencapai -51,06%.
membantu dalam melakukan penelitian ini,
Artinya radius putar eksisting masih kurang baik,
terutama kepada Kepala Dinas Perhubungan Kota
masih diperlukan peningkatan terhadap radius putar.
Kendari beserta jajarannya yang tidak bisa kami
Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi prasarana
sebutkan satu persatu, Besar Setyabudi, S.IP.,
dan fasilitas perlengkapan jalan yang ada pada
MM selaku pembimbing dari Studi Analisa
ruas jalan Ir. H. dapat di katakan bahwa masih
Faktor Penyebab Kecelakaan Pada Ruas Jalan Ir.
banyak perlengkapan jalan tidak ada, seperti tidak
H. Alala Kota Kendari Ditinjau dari Prasarana
adanya rambu lalu lintas, marka, dan juga terdapat
dan Geometrik Jalan sampai selesai, dan keluarga
bukaan median yang lurus langsung dengan
tercintra yang telah memberi semangat untuk
persimpangan, sehingga dilihat dari sisi keselamatan
menyelesaikan studi ini.
dapat menimbulkan kecelakaan.
Daftar Pustaka
V. Saran
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1990. Tata Cara
Untuk mengurangi jumlah kecelakaan pada simpang Perencanaan Pemisah. Jakarta: Direktorat
rawan kecelakaan, maka usulan-usulan yang dapat Pembinaan Jalan Kota.
diberikan yaitu melakukan penutupan pada bukaan
median yang langsung lurus pada persimpangan Direktorat Jenderal Bina Marga. 1991. Spesifikasi
Lampu Penerangan Jalan Perkotaan. Jakarta:
yang ada pada ruas jalan Ir. H. Alala tersebut,
Direktorat Pembinaan Jalan Kota.
kemudian memindahkan bukaan median sebelum
dan sesudah persimpangan dengan jarak 200 m; Direktorat Jenderal Bina Marga. 1992. Standar
perbaikan terhadap faktor-faktor yang dapat Perencanaan Geometri Untuk Jalan Perkotaan.
meningkatkan jarak pandang pengemudi pada Jakarta: Direktorat Pembinaan Jalan Kota.
ruas jalan Ir. H. Alala, khususnya pada titik Munawar, Ahmad. 2004. Manajemen Lalu Lintas
kecelakaan yang ada pada ruas jalan tersebut agar Perkotaan. Yogyakarta: Beta Offset.
dapat memperkecil terjadinya suatu kecelakaan Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-
baik menghilangkan benda-benda yang dapat undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
mengganggu jarak pandang pengemudi, Jakarta.
perawatan terhadap tanaman yng hias pada
Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan
median ataupun melakukan pembatasan
Menteri Perhubungan Nomor KM.14 Tahun
kecepatan terhadap kendaraan yang melalui ruas 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu
jalan tersebut; perubahan radius putar yang sesuai Lintas. Jakarta.
dengan standar yang telah di tentukan sesuai
dengan kecepatan eksisting pada titik kecelakaan Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang
yang ada pada ruas jalan Ir. H. Alala tersebut
Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak,
baik dengan memperbesar radius putar atau serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.
dengan cara membatasi kecepatan terhadap Jakarta.
kendaraan yang melalui ruas ataupun simpang
yang ada; pemasangan rambu lalu lintas yang Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
sesuai dengan fungsi dan kondisi lalu lintas pada
Angkutan Jalan. Jakarta.
ruas jalan tersebut; melakukan koordinasi antara
instansi terkait mengenai masalah lampu Putri Agustianto, Selvy., Martha, Shantika.,
penerangan jalan yang tidak menyala pada Satyahadewi, Neva. 2018. Pemodelan Faktor
malam hari, dan juga menambahkan lampu Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas di Kalimantan
penerangan pada jalan minor, khususnya pada Barat Dengan Metode Geographically Weighted
Regression (GWR). Buletin Ilmiah Math, Stat,
kaki simpang yang ada pada ruas jalan Ir. H. dan Terapan (Bimaster), Volume 07, No 4
Alala tersebut; dan melakukan penyuluhan- (2018), hal 303-310.
penyuluhan atau sosialiasasi terkait tentang tata
cara berlalulintas yang baik dan benar. Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan
Geometri Jalan. Bandung: Penerbit Nova.
66 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 59-66
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 67-74
ABSTRACT
Public Transportation Preference Study in Pelaihari City Tanah Laut Regency: Public transportation is the community's
need to move from one place to another. In carrying out daily trips, Pelaihari City people still use private cars or
motorbikes. To unravel congestion in the city of Pelaihari, the government wants to provide public transportation in
Pelaihari City. The purpose of this study was to determine the characteristics of appropriate public transportation for
Tanah Laut District. This research uses quantitative descriptive method by collecting data using interview respondents
using questionnaires and field observations. By using a sample of 100 respondents based on the Slovin formula and
analyzing community preferences it was found that 1) the Pelaihari City community agreed to the existence of the provision
of public transportation services with a fixed and regular route and was also willing to switch to using public transportation
2) the type of transportation desired was a bus medium, small buses and public passenger cars with public transport stops
at bus stops.
Keywords: public transportation; Slovin Formula; urban preferences.
ABSTRAK
Angkutan umum merupakan kebutuhan masyarakat dalam beraktivitas dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam
melakukan perjalanan sehari-hari masyarakat Kota Pelaihari masih menggunakan mobil atau motor pribadi. Guna
mengurai kemacetan di kota Pelaihari, pemerintah hendak menyediakan transportasi angkutan umum di Kota
Pelaihari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik angkutan umum yang tepat untuk
Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan cara pengumpulan data
dengan menggunakan wawancara responden menggunakan kuisioner dan observasi lapangan. Dengan menggunakan
sampel sebanyak 100 responden berdasarkan rumus Slovin dan dilakukan analisa preferensi masyarakat ditemukan
bahwa 1) masyarakat Kota Pelaihari setuju adanya akan adanya penyediaan pelayanan angkutan kota dengan trayek
tetap dan teratur dan juga bersedia beralih menggunakan angkutan umum tersebut 2) jenis angkutan yang diingini
adalah bus sedang, bus kecil dan mobil penumpang umum (MPU) dengan titik pemberhentian angkutan umum di halte.
Kata Kunci: angkutan umum; Rumus Slovin; preferensi masyarakat.
I. Pendahuluan
Sebagai kota yang belum memiliki angkutan Kotabaru hingga Kabupaten Pasir di Provinsi
umum maka dalam menentukan pola pergerakan Kalimantan Timur (RPJM PU, 2017).
perjalanan dilakukan survei pada karekteristik
Jumlah penduduk Kecamatan Pelaihari pada BPS
pelaku perjalanan yang sesuai dengan masyarakat
berjumlah 74.372 orang, untuk mempersempit
di Kecamatan Pelaihari. Dengan memiliki luas
populasi dengan menghitung ukuran sampel yang
wilayah sekitar 3.631,35 km2 dan berpenduduk
dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin
sebanyak 324.283 jiwa (BPS, 2016), Kota Pelaihari
menurut Sugiyono (2017). Dengan menggunakan
merupakan daerah pusat kegiatan di Kabupaten
10% error tolerance maka sampel yang digunakan
Tanah Laut. Bila ditinjau dari kondisi transportasi
dalam penelitian ini sebanyak 100 responden.
saaat ini, wilayah Kabupaten Tanah Laut memiliki
Didapat 98% masyarakat Kota Pelaihari setuju
lokasi yang strategis dalam transportasi darat dan
akan penyediaan pelayanan angkutan kota dengan
laut karena merupakan jalur lintas Trans
trayek tetap dan teratur. Mereka tidak hanya setuju
Kalimantan bagian barat, yang menghubungkan
akan penyediaan angkutan umum penumpang
Kota Banjarmasin dan wilayah tengah serta barat
oleh pemerintah, namun mereka juga bersedia
Provinsi Kalimantan Selatan dengan wilayah
untuk beralih menggunakan angkutan umum
Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten
tersebut.
Kotabaru, bahkan merupakan jalur alternatif
menuju ke Provinsi Kalimantan Timur dengan Berdasarkan hasil perjalanan yang dibangkitkan dan
melewati wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan perjalanan yang ditarik ke setiap zona, diketahui
doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.1264 67
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
bahwa Kota Pelaihari merupakan Kota tujuan dari keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan dan
perjalanan orang yang berdomisili diluar Kota Pasal 7 untuk memastikan terpenuhinya standar
Pelaihari sehingga menyebabkan pola perjalanan pelayanan minimal angkutan orang dengan
orang secara commuter (perjalanan rutin/bolak- kendaraan bermotor umum dalam trayek,
balik). Hal ini disebabkan oleh Kota Pelaihari perusahaan angkutan umum melakukan evaluasi
secara geografis merupakan Ibu Kota Kabupaten dan monitoring secara berkala setiap 6 (enam)
Tanah Laut sehingga mempunyai fungsi pelayanan bulan.
pemerintahan, perkantoran, perdagangan dan jasa,
Kajian sejenis terdahulu yang pernah dilakukan
pendidikan, kesehatan dan kebudayaan.
antara lain:
Untuk meramalkan jumlah perjalanan tahun 1. Zainal Abidin (2017), Studi Teknis
rencana, peneliti menghitung bangkitan Kebutuhan Angkutan Antar Jemput Dalam
perjalanan Kota Pelaihari untuk 5 tahun Propinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini
mendatang yaitu tahun 2022. Diperkirakan pada membahas kebutuhan angkutan penumpang
tahun 2022 jumlah penduduk meningkat sehingga dari kota-kota di Propinisi Kalimantan
penentuan jenis angkutan berdasarkan ukuran kota Selatan ke Bandara Internasional Syamsudin
dan trayek umum diketahui bahwa jenis angkutan Noor. Melakukan analisa keinginan
untuk kecamatan pelaihari hingga tahun 2022 masyarakat melalui metode stated prefence
masih sama dengan tahun eksisting yaitu bus dan melakukan analisa potensi penumpang
sedang, bus kecil dan MPU (hanya roda empat). pada setiap rute pelayanan angkutan Antar
Jemput Dalam Provinsi (AJDP). Hasil
Adapun aturan yang mengatur mengenai penelitian ini menunjukkan sebagian besar
angkutan umum yaitu Undang-undang Nomor penumpang menginginkan adanya pilihan
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jenis layanan angkutan bandara yang lebih
Jalan dalam Pasal 139, pemerintah daerah baik. Walaupun pada dasarnya rencana
kabupaten/kota wajib menjamin tersedianya penyediaan pelayanan Angkutan Antar
angkutan umum untuk jasa angkutan orang Jemput Dalam Propinsi di Bandara
dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota. Syamsudin Noor merupakan pengembangan
Dan penyediaan jasa angkutan umum dari angkutan yang selama ini sudah ada, baik
dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, yang berijin maupun tidak, yang selama ini
badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum dikenal dengan angkutan “travel” maupun
lain sesuai dengan ketentuan peraturan angkutan “sewa”. Angkutan tersebut
perundang-undangan; dan Pasal 148 yakni dalam melayani calon penumpang moda pesawat
penetapan jaringan trayek dan kebutuhan terbang dari kota asal ke bandara atau
kendaraan bermotor umum untuk jaringan trayek sebaliknya dari bandara ke kota tujuan.
dan kebutuhan kendaraan bermotor umum
perkotaan dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota 2. Budi Dwi Hartanto (2018), Penetapan Trayek
setelah mendapat persetujuan dari Menteri yang Angkutan Umum Berbasis Jalan DI Pulau
bertanggungjawab di bidang sarana dan prasarana Nunukan. Penelitian ini bertujuan untuk
lalu lintas angkutan jalan. memberikan masukan dalam rangka rangka
penetapan trayek angkutan umum berbasis
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 jalan, sehingga tercipta suatu sistem
tentang Angkutan Jalan dalam Pasal 14 angkutan transportasi yang handal dan memadai di
umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi Pulau Nunukan. Dengan melakukan analisa
kebutuhan angkutan orang atau barang yang berdasarkan analisa tata ruang, batas terluar
selamat, aman, nyaman dan terjangkau. daerah pelayanan dan analisa pola
Pemerintah atau Pemerintah Daerah bertanggung pergerakan penumpang angkutan umum,
jawab atas penyelenggaraan angkutan umum dan maka terdapat enam desa/kelurahan di Pulau
Pasal 15 pemerintah daerah kabupaten/kota wajib Nunukan yang mendapatkan pelayanan
menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan dan jaringan trayek angkutan
angkutan orang atau barang dalam wilayah umum berbasis jalan di Pulau Nunukan yang
kabupaten/kota. layak ditetapkan adalah terdiri dari dua trayek
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 yaitu trayek A yang melayani dari PLBL
Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimal Liem Hie Djung sampai GOR Indoor Sungai
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Sembilang dengan panjang rute 5,83 km. Dan
dalam Trayek menyatakan Pasal 2 bahwa standar trayek B yang melayani dari Stadion Sepak
pe1ayanan minimal sebagaimana dimaksud Bola Sungai Bilal sampai SMA N 1 Nunukan
meliputi keamanan, keselamatan, kenyamanan, dengan panjang rute 8,06 km.
68 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 67-74
Dari Kedua kajian terdahulu tidak ada yang Pelaihari sehingga ada 20 zona internal atau desa
meninjau prefensi masyarakat mengenai angkutan dan kelurahan serta 2 zona eksternal atau
umum di kota Pelaihari di Kabupaten Tanah Laut. kecamatan (Tabel 1).
Pada kajian ini akan dibahas secara mendalam
B. Karakteristik Pelaku Perjalanan
mengenai preferensi masyarakat terhadap angkutan
umum di Kota Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Kota Pelaihari belum memiliki angkutan umum,
maka dalam menentukan pola pergerakan
II. Metodologi Penelitian perjalanan dilakukan survei pada karekteristik
pelaku perjalanan yang sesuai dengan masyarakat
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
di Kecamatan Pelaihari. Jumlah populasi dalam
adalah analisis deskriptif, karena penelitian ini
penelitian ini adalah penduduk Kecamatan
menitik beratkan pada masalah preferensi minat
Pelaihari yang berjumlah 74.372 orang. Dalam
masyarakat terhadap angkutan umum di kota
penelitian ini penulis mempersempit populasi
Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Adapun teknik
dengan menghitung ukuran sampel yang
pengumpulan data dilakukan dengan cara survei
dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin
lapangan dengan melihat kondisi transportasi di Kota
menurut Sugiyono (2011). Jumlah populasi dalam
Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Selain itu juga
penelitian ini adalah sebanyak 74.372 orang,
melihat pola tata guna lahan, karakteristik pelaku
sehingga error tolerance yang digunakan adalah
perjalanan, preferensi pelaku perjalanan dan analisis
10% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk
demand angkutan umum. Survei lapangan dilakukan
mencapai kesesuaian. untuk mengetahui sampel
selama 5 hari. Setelah semua data diperoleh dari objek
penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:
penelitian lalu disesuaikan dengan regulasi standar
pelayanan minimum angkutan umum. Hasil survei 74.372
𝒏 = 1 + 74.372 (0.10)𝟐
................................... (1)
yang didapat dirangkum menjadi preferensi
masyarakat Kota Pelaihari dalam penggunaan 𝒏 = 99,86 responden
angkutan umum sebagai angkutan perkotaan utama.
Bedasarkan jumlah sampel yang diperoleh maka
Ruang lingkup penelitian meliputi identifikasi dan
peneliti melakukan survei kepada 100 responden,
inventarisasi peraturan yang terkait dengan tujuan
hasil ini diperoleh dari pembulatan n yang didapat
studi, data dan informasi yang dapat diperoleh
99,86 respomden terkait karekteristik angkutan
masyarakat, identifikasi potensi permasalahan,
analisis dan evaluasi, serta rekomendasi. Data dan preferensi pelaku perjalanan di Kota Pelaihari.
survei kepada calon pengguna angkutan umum di C. Preferensi Pelaku Perjalanan
Kota Pelaihari dianalisis dengan metode statistik dan
Dalam penelitian ini, survei preferensi pelaku
dikuantitatifkan berdasarkan hasil analisis statistik,
perjalanan bertujuan menentuan karekteristik
kemudian dilihat dimensi mana yang menjadi
angkutan umum yang tepat dan sesuai dengan
preferensi masyarakat untuk dibuat rekomendasi.
keinginan masyarakat di Kota Pelaihari.
Untuk menganalisa dalam merencanakan sistem
Berdasarkan survei yang dilakukan pada 100
pelayanan angkutan penumpang umum, peneliti
responden, 98% masyarakat Kota Pelaihari setuju
menggunakan pedoman teknis penyelenggaraan
akan penyediaan pelayanan angkutan kota dengan
angkutan penumpang umum di wilayah perkotaan
trayek tetap dan teratur dan diketahui dari 98%
dalam trayek tetap dan teratur seperti yang
masyarakat yang setuju akan penyediaan angkutan
tercantum dalam SK. 687/AJ.206/DRJD/2002
umum penumpang oleh pemerintah diketahui 91%
Keputusan Diretur Jenderal Perhubungan Darat.
masyarakat menyatakan bersedia untuk beralih
menggunakan angkutan umum tersebut (Gambar
III. Hasil dan Pembahasan
1).
A. Analisis Pola Tata Guna Lahan
D. Analisis Demand
Dalam proses perencanaan transportasi, menurut
Munawar (2011) zonasi ditentukan berdasarkan Dalam menentukan sistem pelayanan angkutan
penumpang umum maka diperlukan penentuan
wilayah administrasi, ketersediaan jaringan jalan
batas wilayah angkutan penumpang umum
seta homohenitas guna lahan utamanya yaitu
tersebut. Suatu daerah dapat dilayani oleh
kawasan permukiman, kawasan niaga dan
angkutan umum jika jumlah permintaan angkutan
kawasan pusat pemerintahan. Secara Administrasi
penumpang umum lebih besar dari jumlah
Kecamatan Pelaihari merupakan Ibukota
penumpang minimal per kendaraan. Adapun
Kabupaten Tanah Laut. Kecamatan Pelaihari
beberapa tahap dalam menetukan menentukan
memiliki desa/kelurahan sebanyak 15 desa dan 5
titik terjauh pelayanan angkutan penumpang
kelurahan. Dalam penentuan zona peneliti
mengacu pada desa/kelurahan di Kecamatan umum antara lain:
Kajian Preferensi Angkutan Umum di Kota Pelaihari Kabupaten Tanah Laut, Tania Andari dan Dwi Widiyanti 69
Tabel 1.
Pembagian Zona Kota Pelaihari
70 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 67-74
Pemerintah Menyediakan Pelayanan Angkutan Umum
Tidak
Setuju; 3%
Setuju; 97%
60
40
20 9
0
Bersedia Tidak Bersedia
Series1 89 9
Gambar 1.
Persentase Pelayanan.
Tabel 2.
Jumlah Penduduk yang Berpotensial Melakukan Pergerakan
Jumlah Perbandingan Penduduk
Pm
Desa/Kelurahan Penduduk Tanah Laut
(Jiwa)
(Jiwa) (%)
Sungai Riam 3.359 1,00 2.871
Kampung Baru 1.355 0,41 1.158
Sumber Mulia 1.624 0,49 1.388
Tampang 1.163 0,35 994
Sarang Halang 6.476 1,94 5.536
Bumi Jaya 2.363 0,71 2.020
Atu-Atu 3056 0,91 2.612
Angsau 13770 4,12 11.771
Pelaihari 11065 3,31 9.458
Karang Taruna 8649 2,59 7.393
Telaga 2547 0,76 2.177
Guntung Besar 522 0,16 446
Panjaratan 1036 0,31 886
Tungkaran 788 0,24 674
Panggung 5171 1,55 4.420
Pabahanan 2626 0,79 2.245
Ambungan 2054 0,61 1.756
Panggung Baru 1519 0,45 1.298
Ujung Batu 2895 0,87 2.475
Pemuda 2334 0,70 1.995
Total 74.372 22 63.574
Keterangan: Pm = Jumlah Penduduk potensial melakukan Pergerakan
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Laut, 2018
Kajian Preferensi Angkutan Umum di Kota Pelaihari Kabupaten Tanah Laut, Tania Andari dan Dwi Widiyanti 71
Dimana K adalah angka kepemilikan kendaraan Pelaihari digunakan faktor kali 2 dengan asumsi
pribadi; V adalah jumlah kendaraan pribadi; dan P setiap penduduk melakukan perjalanan pergi-
adalah jumlah penduduk seluruhnya. pulang setiap hari. Faktor (ftr) tersebut dikalikan
dengan jumlah kemampuan potensi yang
Lalu setelah diolah dihitung kemampuan pelanyanan
membutuhkan pelayanan angkutan umum
kendaraan pribadi sama dengan kemampuan
penumpang. Berdasarkan perhitungan tersebut
pribadi untuk melayani jumlah penduduk
maka dapat diketahui jumlah pemintaan angkutan
potensial yang melakukan pergerakan (Tabel 3),
umum penumpang (D) pada Kecamatan Pelaihari
menggunakan rumus:
(Tabel 4).
L = K.PmC ................................................... (3)
2. Menghitung Jumlah Penumpang Minimal untuk
Dimana L adalah kemampuan pelayanan Mencapai Titik Impas
kendaraan pribadi; K adalah angka pemilikan
Jumlah penduduk kecamatan pelaihari sebanyak
kendaraan pribadi; Pm adalah jumlah penduduk
74.372 penduduk yaitu kurang dari 100.000
potensial melakukan pergerakan; dan C adalah
penduduk sehingga penentuan jenis angkutan
jumlah penumpang yang diangkut oleh kendaraan
berdasarkan ukuran kota dan trayek umum
pribadi.
diketahui bahwa jenis angkutan untuk kecamatan
Untuk menghitung jumlah penumpang angkutan pelaihari yaitu bus sedang, bus kecil dan mpu
umum dibutuhkan faktor kali (ftr) besarnya (hanya roda empat), sebagaimana Tabel 5.
jumlah penduduk potensial melakukan pergerakan
3. Menentukan Batas Wilayah Pelayanan Kota
yang membutuhkan pelayanan angkutan umum
penumpang. Faktor kali dimaksud haruslah sesuai Suatu daerah dapat dilayani angkutan umum
dengan kondisi/tipe kota, dimana untuk kecamatan penumpang jika jumlah kebutuhan kendaraan
Tabel 3.
Kemampuan Pelayanan Kendaraan Pribadi di Kecamatan Pelaihari
Jenis Kendaraan K Pm C L
Mobil 0,004 63.574 3 763
Sepeda Motor 0,013 63.574 2 1.653
Tabel 4.
Permintaan Pelayanan Angkutan Penumpang di Kecamatan Pelaihari
Desa/Kelurahan P Pm V1 V2 K1 K2 L1 L2 M D
Sungai Riam 3.359 2.871 13 42 0,004 0,013 33 72 2.767 5.534
Kampung Baru 1.355 1.158 5 18 0,004 0,013 14 30 1.114 2.229
Sumber Mulia 1.624 1.388 6 21 0,004 0,013 17 36 1.335 2.671
Tampang 1.163 994 5 15 0,004 0,013 12 26 956 1.913
Sarang Halang 6.476 5.536 26 84 0,004 0,013 66 144 5.325 10.651
Bumi Jaya 2.363 2.020 9 31 0,004 0,013 24 53 1.943 3.886
Atu-Atu 3.056 2.612 12 40 0,004 0,013 31 68 2.513 5.026
Angsau 13.770 11.771 55 179 0,004 0,013 141 306 11.323 22.647
Pelaihari 11.065 9.458 44 144 0,004 0,013 114 246 9.099 18.198
Karang Taruna 8.649 7.393 35 112 0,004 0,013 89 192 7.112 14.225
Telaga 2.547 2.177 10 33 0,004 0,013 26 57 2.094 4.189
Guntung Besar 522 446 2 7 0,004 0,013 5 12 429 859
Panjaratan 1.036 886 4 13 0,004 0,013 11 23 852 1.704
Tungkaran 788 674 3 10 0,004 0,013 8 18 648 1.296
Panggung 5.171 4.420 21 67 0,004 0,013 53 115 4.252 8.505
Pabahanan 2.626 2.245 11 34 0,004 0,013 27 58 2.159 4.319
Ambungan 2.054 1.756 8 27 0,004 0,013 21 46 1.689 3.378
Panggung Baru 1.519 1.298 6 20 0,004 0,013 16 34 1.249 2.498
Ujung Batu 2.895 2.475 12 38 0,004 0,013 30 64 2.381 4.761
Pemuda 2.334 1.995 9 30 0,004 0,013 24 52 1.919 3.839
72 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 67-74
angkutan penumpang umum lebih besar dari penumpang kota. Untuk kecamatan pelahari
jumlah kendaraan minimal untuk pengusaha berdasarkan perhitungan jumlah kendaraan maka
angkutan umum penumpang. Jumlah kebutuhan diperoleh beberapa wilayah yang dapat di lakukan
kendaraan angkutan penumpang umum dapat pelayanan pelayanan angkutan penumpang umum
dihitung dari perbandingan jumlah permintaan pada wilayah ini (Tabel 7, 8, 9).
perhari dengan jumlah kendaraan minimal perhari
(Tabel 6). IV. Kesimpulan
Jika N < R, suatu daerah tidak dapat dimasukan ke Dari keseluruhan data survei dengan responden
dalam wilayah pelayanan angkutan umum. Jika N sebanyak 100 orang, sekitar 91% masyarakat
> R suatu daerah dapat menjadi bagian wilayah bersedia untuk beralih menggunakan angkutan
pelayanan angkutan umum. Proses itu dilakukan umum yang akan disediakan oleh pemerintah
terhadap kelurahan-kelurahan yang berada di dalam dengan trayek tetap dan teratur. Jumlah penduduk
batas wilayah terbangun kota berurutan menjauhi yang berpotensial melakukan pergerakan 85,5 %
pusat kota, sampai pada kelurahan yang mempunyai dari jumlah penduduk Kabupaten Tanah Laut. Jika
nilai N < R. Kelurahan terluar sebelum kelurahan dilihat dari jumlah penduduk kecamatan Pelaihari
yang mempunyai nilai N > R merupakan kelurahan dengan membandingkan ukuran kota Pelaihari
terluar dalam wilayah pelayanan angkutan umum maka dalam menentukan jenis angkutan maka
Tabel 5.
Jumlah Penumpang Minimal Untuk Kendaraan Angkutan Umum
Jumlah Penumpang Jumlah Minimum
No. Jenis Kendaraan
Minimal Perhari (Pmin) (R)
1. Bus Sedang 500 20 unit
2. Bus Kecil 400 20 unit
3. MPU (hanya roda empat) 250 20 unit
Sumber: SK.687/AJ.206/DRJD/2002
Tabel 6.
Jumlah Kebutuhan Kendaraan di Kecamatan Pelaihari
Bus Sedang Bus Kecil MPU
Desa/Kelurahan D
Pmin N Pmin N Pmin N
Sungai Riam 5.512 500 11 400 14 250 22
Kampung Baru 2.219 500 4 400 6 250 9
Sumber Mulia 2.660 500 5 400 7 250 11
Tampang 1.905 500 4 400 5 250 8
Sarang Halang 10.606 500 21 400 27 250 42
Bumi Jaya 3.870 500 8 400 10 250 15
Atu-Atu 5.005 500 10 400 13 250 20
Angsau 22.553 500 45 400 56 250 90
Pelaihari 18.122 500 36 400 45 250 72
Karang Taruna 14.165 500 28 400 35 250 57
Telaga 4.172 500 8 400 10 250 17
Guntung Besar 855 500 2 400 2 250 3
Panjaratan 1.697 500 3 400 4 250 7
Tungkaran 1.291 500 3 400 3 250 5
Panggung 8.469 500 17 400 21 250 34
Pabahanan 4.301 500 9 400 11 250 17
Ambungan 3.364 500 7 400 8 250 13
Panggung Baru 2.488 500 5 400 6 250 10
Ujung Batu 4.741 500 9 400 12 250 19
Pemuda 3.823 500 8 400 10 250 15
Keterangan:
D : jumlah permintaan per hari
Pmin : jumlah penumpang minimal per hari per kendaraan
N : jumlah kebutuhan kendaraan
Kajian Preferensi Angkutan Umum di Kota Pelaihari Kabupaten Tanah Laut, Tania Andari dan Dwi Widiyanti 73
Tabel 7.
Titik Pelayanan Angkutan Bus Sedang di Kecamatan Pelaihari
Tabel 8.
Titik Pelayanan Angkutan Bus Kecil di Kecamatan Pelaihari
jenis angkutan untuk kecamatan pelaihari yaitu Munawar, Ahmad.2011. Dasar-dasar Transportasi.
Bus Sedang, Bus Kecil dan MPU (hanya roda Yogyakarta: Beta Offset
empat). Selain itu juga perlu pembangunan halte Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Keputusan Direktur
secara bertahap kedepannya agar pemberhentian Jenderal Perhubungan Darat Nomor: SK.687/
bus lebih tertib dan teratur. AJ.206/DRJD/2002 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum
Daftar Pustaka di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan
Abidin, Zainal. 2017. Studi Teknis Kebutuhan Angkutan Teratur. Jakarta: Kementerian Perhubungan.
Antar Jemput Dalam Propinsi Kalimantan Selatan. Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang
Online. file:///D:/Downloads/614-1755-1-SP.pdf. Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Diakses 7 Mei 2019 Angkutan Jalan. Jakarta.
BPS Kabupaten Tanah Laut. 2018. Kabupaten Tanah Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan
Laut Dalam Angka 2018. Pelaihari: CV. Karya Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan
Bintang Musim. Jalan. Jakarta.
Hartanto, Budi Dwi. 2018. Penetapan Trayek Angkutan Pemerintah Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri
Umum Berbasis Jalan di Pulau Nunukan. Kajian Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2015 tentang
Kecil. Jakarta. Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan
Kementerian Pekerjaan Umum. 20156. Review Rencana Kendaraan Bermotor dalam Trayek. Jakarta.
Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2- Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
JM) Tahun 2017-2021 Kabupaten Tanah Laut. dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Laporan Akhir. Pelaihari.
74 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 67-74
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 75-90
ABSTRACT
Analysis of Sustainability of Road Based Public Transport (Case in Bogor City): This study was analyzed the
sustainability of public transport with case in Bogor City. The aims of this study are to assess the existing conditions of
the sustainability level of public transport based on economic, social, environmental, and public transport
performances dimensions and to find the leverage attributes. Multidimensional Scaling Technique through application
development Rap-Rbptrans was used to assess the sustainability level of public transport and find the leverage
attributes. The results of the analysis of Trayek 03 (Bubulak-Baranangsiang) show that the category of sustainability
for economic dimension is not sustainable; social dimension is quite sustainable; environmental dimension is less
sustainable; public transport performances dimension is less sustainable; and multidimensionally is less sustainable.
The results of the analysis of Trayek 01 (Baranangsiang-Ciawi) show that the category of sustainability for economic
dimension is less sustainable; social dimension is quite sustainable; environmental dimension is not sustainable;
public transport performances dimension is quite sustainable; and multidimensionally is less sustainable. By
aggregate, the results of the analysis show that the category of sustainability for economic dimension is less
sustainable; social dimension is quite sustainable; environmental dimension is less sustainable; public transport
performances dimension is quite sustainable; and multidimensionally is less sustainable. In general the sustainability
level of the public transport is low category or not yet sustainable. There are leverage attributes that need to be
intervened with appropriate policy strategy to be more sustainable.
Keywords: leverage attributes; public transport; sustainability.
ABSTRAK
Studi ini menganalisis keberlanjutan angkutan umum penumpang dengan studi kasus di Kota Bogor. Tujuan studi ini
adalah untuk menilai kondisi saat ini tingkat keberlanjutan angkutan umum penumpang berdasarkan dimensi
ekonomi, sosial, lingkungan, dan kinerja pelayanan angkutan umum serta untuk mendapatkan atribut-atribut
pengungkit (leverage attributes). Teknik Multidimensional Scaling dengan pengembangan aplikasi Rap-Rbptrans
digunakan untuk menilai tingkat keberlanjutan angkutan umum penumpang dan mendapatkan atribut-atribut
pengungkit (leverage attributes) tersebut. Hasil analisis terhadap Trayek 03 (Bubulak-Baranangsiang) menunjukkan
bahwa kategori keberlanjutan dimensi ekonomi adalah tidak berkelanjutan; dimensi sosial cukup berkelanjutan;
dimensi lingkungan kurang berkelanjutan; dimensi kinerja pelayanan kurang berkelanjutan; dan secara multidimensi
adalah kurang berkelanjutan. Hasil analisis terhadap Trayek 01 (Baranangsiang-Ciawi) menunjukkan kategori
keberlanjutan dimensi ekonomi adalah kurang berkelanjutan; dimensi sosial cukup berkelanjutan; dimensi
lingkungan tidak berkelanjutan; dimensi kinerja pelayanan cukup berkelanjutan; dan secara multidimensi adalah
kurang berkelanjutan. Secara agregat, hasil analisis menunjukkan kategori keberlanjutan dimensi ekonomi adalah
kurang berkelanjutan; dimensi sosial cukup berkelanjutan; dimensi lingkungan kurang berkelanjutan; dimensi kinerja
pelayanan cukup berkelanjutan; dan secara multidimensi adalah kurang berkelanjutan. Secara umum tingkat
keberlanjutan angkutan umum penumpang tersebut adalah tergolong rendah atau belum berkelanjutan. Terdapat
atribut-atribut pengungkit (leverage attributes) yang memerlukan intervensi dengan strategi kebijakan yang tepat
agar menjadi lebih berkelanjutan.
Kata Kunci: atribut pengungkit; angkutan umum penumpang; keberlanjutan.
doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.1198 75
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
I. Pendahuluan tidak beroperasi dalam kurun waktu lebih dari enam
bulan terakhir, sementara Koridor III masih belum
Sebagai ekspresi dari pembangunan berkelanjutan
tersedia. Kinerja jasa angkutan umum penumpang
di sektor transportasi (OECD, 1997), maka konsep
menjadi kurang menarik bagi pengguna kendaraan
transportasi berkelanjutan tidak terlepas dari
pribadi karena tidak memberikan tipe pelayanan
konsep pembangunan berkelanjutan sebagaimana
sesuai yang mereka inginkan. Bappenas (2004) juga
menurut World Commission on Environment and
memprediksi apabila tidak dilakukan tindakan
Development (WCED, 1987). Litman dan Burwell
yang tepat maka rendahnya kinerja jasa angkutan
(2006) menyatakan bahwa menurut Moving on
umum penumpang akan menurunkan penggunaan
Sustainable Transportation (1999) transportasi
moda angkutan umum di wilayah Jabodetabek
berkelanjutan bertujuan untuk memastikan
dari 60 % tahun 2002 menjadi 47 % pada tahun
pertimbangan lingkungan, sosial dan ekonomi
2020. Hal ini juga memberi gambaran bahwa
diperhitungkan dalam keputusan yang
Kota Bogor tentu mengalami hal yang serupa.
mempengaruhi kegiatan transportasi. Untuk itu,
penyelenggaraan jasa angkutan umum penumpang Kebijakan dan penanganan secara tepat perlu
sebagai salah satu bentuk pembangunan dilakukan agar kinerja jasa angkutan umum
transportasi untuk memenuhi kebutuhan mobilitas penumpang menjadi lebih berkelanjutan. Untuk itu,
saat ini juga tidak boleh mengorbankan generasi penilaian keberlanjutan dan penentuan indikator-
mendatang dalam memenuhi kebutuhan indikator yang memerlukan penanganan dengan
mobilitasnya baik dalam aspek ekonomi, sosial intervensi kebijakan sangat diperlukan. Kajian-kajian
maupun lingkungan. sebelumnya terkait angkutan umum penumpang
telah banyak dilakukan, namun disamping fokus
Berkembangnya aktivitas sosial ekonomi di kawasan
kajian, parameter-parameter dan metode yang
perkotaan yang diikuti permintaan perjalanan yang
digunakan berbeda kajian juga dilakukan pada
semakin meningkat, dapat memberikan dampak
lingkup wilayah dengan karakteristik yang berbeda.
negatif apabila tidak ditangani secara tepat. Kinerja
Beberapa penelitian tersebut diantaranya adalah
jasa angkutan umum penumpang yang masih buruk
Mansyur et al. (2009) tentang model pengelolaan
dan penggunaan kendaraan pribadi secara dominan
angkutan umum penumpang berkelanjutan,
menimbulkan kemacetan lalu lintas dan akan
Amoroso et al. (2011) tentang angkutan umum
berdampak negatif yang dapat berupa waktu tempuh
perkotaan berkelanjutan, Gregorc dan Krivec (2012)
yang semakin lama, biaya operasi kendaraan yang
tentang jaringan angkutan umum perkotaan untuk
lebih tinggi, dan peningkatan polusi akibat gas
mobilitas berkelanjutan, Sabeen et al. (2012) tentang
buang kendaraan bermotor (Munawar, 2007).
angkutan umum berkelanjutan, Dirgahayani (2012)
Mobilitas orang di kawasan Kota Bogor terus tentang kebijakan angkutan umum perkotaan untuk
mengalami peningkatan sebagaimana terlihat dari transportasi perkotaan yang berkelanjutan, Bachok
tingginya aktivitas pada pusat-pusat kegiatan sosial et al. (2014) tentang perspektif penumpang untuk
ekonomi yang ada dan simpul-simpul perpindahan identifikasi pelayanan angkutan umum
moda seperti stasiun besar Bogor dan terminal bus. berkelanjutan. Ryley et al. (2014) tentang Demand
Prediksi Bappenas (2004) permintaan perjalanan Responsive Transport (DRT) untuk pengembangan
di wilayah Jabodetabek akan meningkat sebesar sistem angkutan umum yang berkelanjutan,
26 juta trip per hari atau 40 % pada tahun 2020 Ponrahono et al. (2015) tentang sistem angkutan
dari 17,2 juta trip per hari pada tahun 2002 juga umum perkotaan berkelanjutan, Bachok et al.
memberi gambaran bahwa sebagai bagian dari (2015) tentang indikator angkutan umum
kawasan metropolitan Jabodetabek tentu Kota berkelanjutan, Mupfumira et al. (2015) tentang
Bogor mengalami hal yang serupa. Peran angkutan pendekatan sistem dinamis angkutan umum
umum penumpang sangat penting untuk melayani perkotaan yang berkelanjutan secara ekonomi.
mobilitas orang yang terus meningkat di Kota Tujuan utama dari penelitian ini adalah menilai
Bogor. Namun, angkutan umum penumpang jenis tingkat keberlanjutan angkutan umum penumpang
angkutan kota (angkot) yang berkapasitas relatif berdasarkan dimensi ekonomi, sosial, lingkungan,
kecil yaitu 8 penumpang termasuk pengemudi dan kinerja pelayanan serta untuk mendapatkan
(Departemen Perhubungan, 2002) dengan kinerja atribut-atribut pengungkit (leverage attributes).
yang masih buruk adalah tidak efisien dan
menimbulkan kerugian ekonomi. Angkutan umum II. Metodologi Penelitian
massal jenis Bus Transit System (Trans Pakuan)
yang telah dikembangkan pada koridor-koridor A. Lokasi dan Waktu Penelitian
dalam jaringan trayek utama diantaranya Koridor Lokasi penelitian adalah Kota Bogor. Penelitian
I, II dan III (Pemkot, 2012), dirasa masih belum dilakukan dengan mengambil studi kasus pada
memadai bahkan dua koridor (I dan II) sudah trayek angkutan kota (angkot) yang berada di
76 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 75-90
Koridor II dan III jaringan trayek utama di Kota sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek
Bogor. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) kinerja operasi dalam pemenuhan kebutuhan
bulan dimulai dari bulan November 2018 sampai pelayanan jasa transportasi saat ini dengan tidak
dengan Februari 2019. mengorbankan generasi yang akan datang untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
B. Konsep Transportasi Berkelanjutan
Konsep transportasi berkelanjutan sebagaimana
Konsep transportasi berkelanjutan berkembang
telah diuraikan tersebut, menjadi dasar pemikiran
sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan
dalam kajian tentang keberlanjutan angkutan umum
yang dipopulerkan oleh World Commission on
penumpang berbasis jalan ini. Aspek-aspek
Environment and Development (WCED) yaitu
ekonomi, sosial, lingkungan, dan kinerja angkutan
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini
umum penumpang yang berkelanjutan dalam
tanpa membahayakan kemampuan generasi yang
rangka memenuhi kebutuhan pelayanan jasa
akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka
transportasi saat ini serta tidak mengorbankan
(WCED, 1987). Transportasi berkelanjutan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
(sustainable transportation) atau mobilitas
tersebut menjadi dasar pemikiran dalam kajian ini.
berkelanjutan (sustainable mobility) menurut istilah
yang digunakan oleh European Commission adalah C. Indikator Angkutan Umum Penumpang
ekspresi dari pembangunan berkelanjutan di sektor Berkelanjutan
transportasi (OECD, 1997).
Menurut The World Bank (1996), bahwa tiga
Konsep transportasi berkelanjutan signifikan dengan konsep keberlanjutan ekonomi dan finansial,
batasan keberlanjutan dari WCED (Brundtland keberlanjutan lingkungan, dan keberlanjutan
Commission) tersebut. Konsep tersebut menegaskan sosial sebagai persyaratan utama yang saling
perhatian pada konsep keadilan antar generasi memperkuat harus dipenuhi agar kebijakan
sekarang dan masa mendatang, yang mana transportasi dapat menjadi efektif. Litman dan
keberlanjutan dilihat dari tiga perspektif ekonomi, Burwell (2006) juga menyampaikan bahwa
sosial dan lingkungan (Maffii, et al, 2010). keberlanjutan secara lebih luas mencakup
Konsep pembangunan berkelanjutan dari WCED ekonomi, sosial dan lingkungan dan solusi
(Brundtland Commission) tersebut, menurut keberlanjutan harus merefleksikan analisis yang
OECD (2002) menyiratkan bahwa dalam konsep terintegrasi. Pelayanan angkutan umum
transportasi berkelanjutan, pergerakan orang dan penumpang perkotaan yang berkelanjutan
barang harus terjadi dalam cara-cara yang sebagai bagian dari penyelenggaraan transportasi
berkelanjutan secara lingkungan, sosial dan perkotaan, tidak terlepas dari konsep transportasi
ekonomi. Litman dan Burwell (2006) juga berkelanjutan. Terdapat banyak indikator
menyampaikan bahwa transportasi berkelanjutan (atribut) keberlanjutan angkutan umum
tidak hanya meninjau dari kepentingan salah satu penumpang perkotaan. Namun, sebagaimana
aspek saja. Litman dan Burwell (2006) menyatakan dinyatakan oleh Kumar (2014) untuk
bahwa transportasi berkelanjutan sebagaimana mendapatkan indikator kinerja transportasi
menurut Moving on Sustainable Transportation perkotaan berkelanjutan pada kasus Kota India,
(1999) bertujuan untuk memastikan bahwa indikator dari berbagai sumber yang berbeda
pertimbangan lingkungan, sosial dan ekonomi dikaji dan dikompilasi berdasarkan relevansi,
diperhitungkan dalam keputusan yang ketersediaan data, dan dapat diukur sehingga
mempengaruhi kegiatan transportasi. Sejalan dengan diperoleh suatu set indikator baru yang sangat
hal tersebut, sebagai implementasi pembangunan sesuai untuk kondisi kota tersebut menurut
berkelanjutan di sektor transportasi maka kriteria keberlanjutan. Untuk itu, hal yang sama
transportasi berkelanjutan dapat diartikan sebagai juga dilakukan untuk menentukan atribut
pemenuhan kebutuhan akan pelayanan jasa keberlanjutan sesuai dengan kondisi dan
transportasi saat ini dengan tidak membahayakan karakteristik angkutan umum penumpang kasus
kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi di Kota Bogor berdasarkan empat dimensi yaitu :
kebutuhan tersebut. ekonmi, sosial, lingkungan, dan kinerja pelayanan.
Definisi tentang sistem transportasi berkelanjutan Berdasarkan indikator (atribut) transportasi
yang dikemukakan beberapa ahli diantaranya berkelanjutan sebagaimana disampaikan oleh
Schiller et al. (2010), Bongardt et al. (2011), beberapa sumber baik ahli maupun lembaga
Maffii et al. (2010), Dalkmann dan Brannigan diantaranya The World Bank (1996), Litman dan
(2008), Sakamoto et al. (2011), dan Kumar (2014), Burwell (2006), Schiller et al. (2010), dan
pada prinsipnya bahwa transportasi berkelanjutan Brotodewo (2010) dan berdasarkan relevansi,
menekankan konsep keadilan baik dalam aspek ketersediaan data, dan kemudahan pegukuran
Analisis Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Berbasis Jalan (Studi Kasus di Kota Bogor), Moh. Nurul Iman, dkk 77
sesuai kondisi dan karakteristik angkutan umum (Fauzi 2019). Beberapa analisis keberlanjutan yang
penumpang di Kota Bogor, dapat dirumuskan telah dilakukan menggunakan teknik analisis
indikator keberlanjutan sebagaimana disajikan Rapfish yang dimodifikasi. Ulumidin et al. (2013)
pada Tabel 1. menggunakan RapTrans untuk menganalisis
Indikator sebagaimana Tabel 1 tersebut digunakan keberlanjutan lingkungan pada angkutan massal
dalam penelitian ini sebagai indikator keberlanjutan Transjakarta, Persada et al. (2014) menggunakan
angkutan umum penumpang berbasis jalan kasus Rapid Appraisal of Infrastructure (Rapinfra) untuk
di Kota Bogor. Setiap indikator sebagaimana menganalisis keberlanjutan infratruktur perkotaan
Tabel 1 tersebut diberikan skor masing-masing dengan studi kasus Kota Bandar Lampung,
berdasarkan data yang diperoleh untuk dilakukan Supardi et al. (2017) menggunakan Rapfish untuk
analisis lebih lanjut. menganalisis keberlanjutan pembangunan kota
tepian pantai dengan studi kasus Kota Baubau, serta
D. Analisis Keberlanjutan Mahida dan Handayani (2019) menggunakan
Analisis keberlanjutan adalah untuk mengetahui Rap-Bus untuk menilai status keberlanjutan E-
tingkat keberlanjutan dan atribut-atribut pengungkit Ticketing Bus Trans Semarang. Analisis
(leverage attributes) yang memerlukan intervensi Multidimensional Scalling (MDS) menggunakan
kebijakan. Analisis Multidimensional Scalling Rapfish atau yang dimodifikasi tersebut, digunakan
(MDS) dapat digunakan untuk analisis untuk mendapatkan indeks keberlanjutan dan
keberlanjutan. Analisis ini merupakan salah satu menentukan faktor atau atribut sensitif yang
teknik peubah ganda yang dapat digunakan untuk menjadi pengungkit (leverage) dan memerlukan
menentukan posisi suatu obyek relatif terhadap intervensi. Atribut pengungkit (leverage attributes),
obyek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya, sebagaimana menurut Bappenas (2007) merupakan
dan bertujuan membentuk pertimbangan atau faktor sensitif yang dapat dilakukan intervensi atau
penilaian responden mengenai kemiripan (similarity) perlakuan dan diharapkan dapat meningkatkan
ke dalam jarak (distances) yang diwakili dalam status menjadi lebih baik.
ruang multidimensional (Wijaya, 2010). Berdasarkan data setiap indikator keberlanjutan
Untuk analisis keberlanjutan dengan yang diperoleh baik data primer hasil survey di
Multidimensional Scalling (MDS) tersebut lapangan maupun data sekunder dari instansi
digunakan Rapid Appraisal for Fisheries (Rapfish) terkait ditentukan skor untuk setiap indikator
yang dikembangkan oleh Fisheries Centre, keberlanjutan. Dengan skor yang telah ditentukan
University of British Columbia (UBC)-Canada maka dilakukan analisis dengan menggunakan
Rapfish atau yang telah dimodifikasi untuk
Tabel 1.
Indikator Angkutan Umum Penumpang Berkelanjutan
78 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 75-90
menghasilkan ordinasi indeks keberlanjutan dan E. Teknik Pengumpulan Data
atribut pengungkit (leverage attributes).
Data indikator/atribut pada setiap dimensi
Sebagaimana dikemukakan Pitcher dan Preikshot
diperlukan untuk dapat memberikan nilai skor
(2001) dan Kavanagh dan Pitcher (2004), bahwa
masing-masing. Data yang dikumpulkan adalah
hasil ordinasi indeks keberlanjutan berkisar antara
data sekunder dan data primer. Data sekunder
skala 0% pada skala buruk (‘bad’) dan 100% pada
diperoleh dari instansi terkait. Sedangkan data
skala baik (‘good’). Beberapa penelitian diantaranya
primer diperoleh langsung dari lapangan melalui
Ulumidin et al. (2013), Persada et al. (2014),
survei angkutan umum, survei lalu lintas dan
Supardi et al. (2017), dan Mahida dan Handayani
wawancara langsung dengan pengguna, operator,
(2019) membagi status keberlanjutan dalam empat
dan regulator angkutan umum.
kategori yaitu buruk (tidak berkelanjutan) dengan
indeks 0,00-25,00; kurang (kurang berkelanjutan) F. Metode Analisis
dengan indeks 25,01-50,00; cukup (cukup Analisis Multidimensional Scalling (MDS)
berkelanjutan) dengan indeks 50,01 - 75,00; dan menggunakan Rapid Appraisal of Road Based-
baik (sangat berkelanjutan) dengan indeks 75,01- Public Transportation (Rap-rbptrans) dilakukan
100,00. Adapun analisis leverage sebagaimana untuk mengetahui tingkat keberlanjutan dan
dikemukakan Kavanagh dan Pitcher (2004), atribut-atribut pengungkit (leverage of attributes)
menunjukkan efek penghapusan satu atribut pada angkutan umum penumpang berbasis jalan kasus
saat ordinasi. Panjang grafik (batang) masing- di Kota Bogor. Tahapan dalam analisis Rap-
masing atribut hasil analisis leverage (sensitivity) rbptrans dalam penelitian ini sebagaimana disajikan
dalam Rapfish menunjukkan prosentase perubahan pada Gambar 1. Tahapan tersebut yaitu 1)
root mean square (RMS) atau menunjukkan Identifikasi isu keberlanjutan angkutan umum
perbedaan prosentase pada skor (nilai) ordinasi penumpang; 2) Identifikasi atribut keberlanjutan;
ketika atribut tersebut dihilangkan dari ordinasi. 3) Penentuan unit analisis; 4) Penentuan atribut
Grafik (batang) yang terpanjang mengindikasikan keberlanjutan angkutan umum penumpang kasus
atribut yang paling berpengaruh pada ordinasi. di Kota Bogor dan penentuan skor setiap atribut
Selanjutnya, analisis keberlanjutan dalam penelitian keberlanjutan dalam skala ordinal; 5) Entri data
ini menggunakan Rapid Appraisal of Road-Based ke aplikasi Rap-rbptrans dengan nilai skor setiap
Public Transportation (Rap-rbptrans) yang atribut berdasarkan data yang diperoleh; 6) Run
merupakan modifikasi dari Rapfish untuk Rap-rbptrans untuk analisis ordinasi, leveraging,
menganalisis keberlanjutan angkutan umum dan Monte Carlo untuk mendapatkan indeks
penumpang berbasis jalan pada kasus di kawasan keberlanjutan/diagram ordinasi, atribut sensitif/
Kota Bogor dan menentukan faktor pengungkit pengungkit, dan indeks/diagram Monte Carlo.
(leverage) yang memerlukan intervensi kebijakan Setiap indikator (atribut) pada masing-masing
agar menjadi lebih berkelanjutan. dimensi ditentukan besaran nilai (skor) sebelum
Analisis Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Berbasis Jalan (Studi Kasus di Kota Bogor), Moh. Nurul Iman, dkk 79
dilakukan analisis menggunakan Rap-rbptrans. Carlo dan indeks hasil analisis untuk menduga
Penentuan besaran nilai setiap indikator mengacu pengaruh galat (error) dalam proses analisis yang
pada beberapa referensi dan asumsi dan dilakukan. Perbedaan indeks yang kecil
memungkinkan skor terendah (bad) dan skor mengindikasikan bahwa kesalahan pembuatan
tertinggi (good). Tabel 2.a, 2.b, 2.c, 2.d menyajikan skor relatif kecil, variasi pemberian skor akibat
skema penentuan nilai setiap indikator masing- perbedaan opini relatif kecil, proses analisis yang
masing dimensi. berulang-ulang stabil, dan kesalahan pemasukan
data, data hilang dan tingginya nilai stress dapat
Berdasarkan nilai (skor) masing-masing indikator
dihindari; 4) Goodness of Fit yaitu nilai stress
keberlanjutan setiap dimensi dilakukan analisis
dan koefisien determinasi (R2) mengindikasikan
keberlanjutan menggunakan Rap-rbptrans (Rapid
perlu tidaknya penambahan atribut, untuk
Appraisal of Road Based-Public Transportation).
mencerminkan dimensi dianalisis secara akurat
Hasil analisis yaitu : 1) Tingkat keberlanjutan
mendekati kondisi sebenarnya. Menurut Kavanagh
dengan indeks terendah yaitu 0 sampai dengan
dan Pitcher (2004), bahwa nilai stress yang dapat
indeks tertinggi yaitu 100; 2) Atribut-atribut
diperbolehkan yang menunjukkan hasil analisis
pengungkit (leverage of attributes) berdasarkan
sudah cukup baik adalah di bawah 0,25.
nilai Root Mean Square (RMS) yang mana nilai
Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2)
RMS yang lebih besar adalah lebih sensitif atau
diharapkan mendekati 1 yang berarti atribut-
sebagai atribut pengungkit; 3) Analisis Monte
atribut yang dipilih dapat menjelaskan model.
Carlo dengan membandingkan indeks Monte
Tabel 2.a.
Penentuan Nilai Indikator Angkutan Umum Penumpang Berkelanjutan
Dimensi Ekonomi:
1. Kemacetan 0,1,2,3 3 0 0 = sangat macet (V/C R > 1,00 atau kecepatan < 24
lalulintas km/jam); 1 = cukup macet (V/C R ≤ 1,00 s/d > 0,80 atau
kecepatan < 32 km/jam s/d 24 km/jam); 2 = cukup lancar
(V/C R ≤ 0,80 s/d > 0,58 atau kecepatan < 40 km/jam s/d
32 km/jam); 3 = lancar (V/C R ≤ 0,58 atau kecepatan
40 km/jam)
2. Penghematan biaya 0,1,2,3 3 0 Jika rata-rata pengeluaran untuk transportasi dari total
transportasi bagi pengeluaran: 30 % (0 = kecil); 20 % s/d < 30 % (1 =
pengguna cukup kecil); 10 % s/d < 20 % (2 = cukup besar); < 10 %
(3 = besar)
3. Moda share 0,1,2,3 3 0 < 30% (0 = kecil); < 40% s/d 30% (1 = cukup kecil); <
penggunaan moda 50% s/d 40% (2 = cukup besar); 50 % (3 = besar)
angkutan umum
4. Penghematan nilai 0,1,2,3 3 0 Jika rata-rata waktu perjalanan: 2 jam (0 = kecil); 1,5 s/d
waktu perjalanan < 2 jam (1 = cukup kecil); 1 s/d < 1,5 jam (2 = cukup
besar); < 1 jam (3 = besar)
5. Penghematan nilai 0,1,2,3 3 0 Dengan pendekatan kecepatan perjalanan: ≤ 15 km/jam (0
biaya operasi = kecil); > 15 – 20 km/jam (1 = cukup kecil); > 20 – 25
kendaraan km/jam (2 = cukup besar); > 25 km/jam (3 = besar)
6. Penghematan nilai 0,1,2,3 3 0 Proporsional dengan besarnya emisi berdasarkan
polusi pendekatan volume lalu lintas / V/C R / kecepatan : tingkat
emisi tinggi / volume tinggi / Rasio V/C > 1,00 / kecepatan
< 24 km/jam (0 = kecil); tingkat emisi cukup tinggi /
volume cukup tinggi / Rasio V/C ≤ 1,00 s/d > 0,80 /
kecepatan < 32 km/jam s/d 24 km/jam (1 = cukup kecil);
tingkat emisi cukup rendah / volume cukup rendah / Rasio
V/C ≤ 0,80 s/d > 0,58 / kecepatan < 40 km/jam s/d 32
km/jam (2 = cukup besar); tingkat emisi rendah / volume
rendah / Rasio V/C ≤ 0,58 / kecepatan 40 km/jam (3 =
besar)
7. Kontribusi 0,1,2,3 3 0 Kontribusi sektor transportasi terhadap PDRB: < 4 % (0 =
pertumbuhan sangat kecil); 4 % s/d < 6 % (1 = kecil); 6 – 7 % (2 =
ekonomi sedang); > 7 % (3 = besar)
Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber
80 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 75-90
Tabel 2.b.
Penentuan Nilai Indikator Angkutan Umum Penumpang Berkelanjutan
perjalanan, dan 4) penghematan nilai polusi. Keberlanjutan dimensi sosial angkutan kota
Empat atribut tersebut memerlukan intervensi jurusan Bubulak-Baranangsiang (T-03) mempunyai
atau penanganan agar keberlanjutan pada dimensi kategori cukup (cukup berkelanjutan) dengan
ekonomi dapat menjadi lebih baik. indeks keberlanjutan sebesar 50,57. Demikian
B. Keberlanjutan pada Dimensi Sosial juga angkutan kota jurusan Baranangsiang-Ciawi
(T-01) mempunyai kategori cukup (cukup
Keberlanjutan angkutan umum penumpang pada berkelanjutan) dengan indeks keberlanjutan sebesar
dimensi sosial sebagaimana disajikan pada Tabel 50,57. Keberlanjutan dimensi sosial angkutan kota
4 dan secara ordinasi disajikan pada Gambar 4. pada jaringan trayek utama secara agregat
82 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 75-90
Tabel 2.d.
Penentuan Nilai Indikator Angkutan Umum Penumpang Berkelanjutan
mempunyai kategori cukup (cukup berkelanjutan) untuk dilakukan intervensi kebijakan yaitu 1)
dengan indeks keberlanjutan sebesar 50,57. fasilitas dan layanan angkutan umum penumpang
bagi pengguna disabilitas, dan 2) tingkat
Meskipun pada dimensi sosial mempunyai
keamanan angkutan umum penumpang. Tiga
kategori cukup berkelanjutan namun dengan
atribut tersebut memerlukan intervensi atau
indeks yang relatif kecil pada kategori ini dan
penanganan agar keberlanjutan pada dimensi
perlu menjadi pertimbangan. Intervensi kebijakan
sosial dapat menjadi lebih baik.
yang dilakukan dapat meningkatkan
keberlanjutan dimensi sosial agar menjadi lebih C. Keberlanjutan pada Dimensi Lingkungan
baik. Atribut-atribut sensitif yang mempengaruhi
Keberlanjutan angkutan umum penumpang pada
keberlanjutan dimensi sosial angkutan umum
dimensi lingkungan sebagaimana disajikan pada
penumpang tersebut dapat dilihat dari nilai Root
Tabel 5 dan secara ordinasi disajikan pada
Mean Square sebagaimana disajikan pada
Gambar 6. Indeks keberlanjutan pada dimensi
Gambar 5. Dua atribut sensitif sebagai atribut
lingkungan angkutan kota jurusan Bubulak-
pengungkit dengan nilai Root Mean Square yang
Baranangsiang (T-03) sebesar 41,68 atau dengan
relatif lebih besar di antara atribut-atribut dimensi
kategori kurang (kurang berkelanjutan), dan
sosial yang lain yang dapat dipertimbangkan
Analisis Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Berbasis Jalan (Studi Kasus di Kota Bogor), Moh. Nurul Iman, dkk 83
Tabel 3.
Indeks Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Pada Dimensi Ekonomi
Unit Analisis Indeks
Kategori Keberlanjutan
(Trayek) Keberlanjutan
T-03 22,52 Kategori buruk (tidak berkelanjutan)
T-01 40,92 Kategori kurang (kurang berkelanjutan)
Agr 34,19 Kategori kurang (kurang berkelanjutan)
Gambar 2.
Tingkat Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Pada Dimensi Ekonomi.
Gambar 3.
Nilai Root Mean Square Atribut Keberlanjutan Dimensi Ekonomi.
angkutan kota jurusan Baranangsiang-Ciawi (T- dapat dilihat dari nilai Root Mean Square (RMS)
01) sebesar 24,47 atau dengan kategori buruk sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7.
(tidak berkelanjutan). Adapun secara agregat Empat atribut sensitif sebagai atribut pengungkit
pada jaringan trayek utama, indeks keberlanjutan dengan nilai Root Mean Square yang relatif lebih
dimensi sosial sebesar 36,54 atau dengan kategori besar di antara atribut-atribut dimensi lingkungan
kurang (kurang berkelanjutan). yang lain yang dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan intervensi kebijakan yaitu 1)
Intervensi kebijakan perlu dilakukan agar
keberadaan sistem angkutan umum masal, 2)
keberlanjutan pada dimensi lingkungan dapat
tingkat konsumsi bahan bakar fosil untuk
menjadi lebih baik. Terdapat atribut-atribut
angkutan umum penumpang, 3) tingkat
sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan
kebisingan lalulintas, dan 4) tingkat emisi gas
dimensi lingkungan. Atribut-atribut sensitif ini
buang kendaraan bermotor. Empat atribut
84 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 75-90
Tabel 4.
Indeks keberlanjutan angkutan umum penumpang pada dimensi sosial
Unit Analisis Indeks
Kategori Keberlanjutan
(Trayek) Keberlanjutan
T-03 50,57 Kategori cukup (cukup berkelanjutan)
T-01 50,57 Kategori cukup (cukup berkelanjutan)
Agr 50,57 Kategori cukup (cukup berkelanjutan)
Gambar 4.
Tingkat Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Pada Dimensi Sosial.
Gambar 5.
Nilai Root Mean Square Atribut Keberlanjutan Dimensi Sosial.
Tabel 5.
Indeks keberlanjutan angkutan umum penumpang pada dimensi lingkungan
Unit Analisis Indeks
Kategori Keberlanjutan
(Trayek) Keberlanjutan
T-03 41,68 Kategori kurang (kurang berkelanjutan)
T-01 24,47 Kategori buruk (tidak berkelanjutan)
Agr 36,54 Kategori kurang (kurang berkelanjutan)
tersebut memerlukan intervensi atau penanganan Gambar 8. Indeks keberlanjutan dimensi kinerja
agar keberlanjutan pada dimensi sosial dapat pelayanan angkutan kota jurusan Bubulak -
menjadi lebih baik. Baranangsiang (T-03) sebesar 49,91 atau dengan
kategori kurang (kurang berkelanjutan), dan
D. Keberlanjutan pada Dimensi Kinerja
angkutan kota jurusan Baranangsiang-Ciawi (T-
Pelayanan
01) sebesar 52,15 atau dengan kategori kategori
Keberlanjutan angkutan umum penumpang pada cukup (cukup berkelanjutan). Secara agregat
dimensi kinerja pelayanan sebagaimana disajikan indeks keberlanjutan angkutan umum penumpang
pada Tabel 6 dan secara ordinasi disajikan pada
Analisis Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Berbasis Jalan (Studi Kasus di Kota Bogor), Moh. Nurul Iman, dkk 85
Tabel 6.
Indeks Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Pada Dimensi Kinerja Pelayanan
Unit Analisis Indeks
Kategori Keberlanjutan
(Trayek) Keberlanjutan
T-03 49,91 Kategori kurang (kurang berkelanjutan)
T-01 52,15 Kategori cukup (cukup berkelanjutan)
Agr 56,08 Kategori cukup (cukup berkelanjutan)
Gambar 6.
Tingkat Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Pada Dimensi Lingkungan.
Gambar 7.
Nilai Root Mean Square Atribut Keberlanjutan Dimensi Lingkungan.
pada jaringan trayek utama sebesar 56,08 atau 4) kinerja operasional angkutan umum, 5) Biaya
dengan kategori cukup (cukup berkelanjutan). Operasi Kendaraan/BOK. Lima atribut tersebut
memerlukan intervensi atau penanganan agar
Intervensi kebijakan perlu dilakukan agar dapat
keberlanjutan pada dimensi kinerja pelayanan
meningkatkan keberlanjutan dimensi kinerja
dapat menjadi lebih baik.
pelayanan menjadi lebih baik. Atribut-atribut
sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan Hasil analisis keberlanjutan angkutan umum
angkutan umum penumpang pada dimensi kinerja penumpang berbasis jalan dengan kasus angkutan
pelayanan dapat dilihat dari nilai Root Mean kota yang melayani jaringan trayek utama di
Square (RMS) sebagaimana ditunjukkan pada kawasan Kota Bogor yang telah diuraikan dapat
Gambar 9. Lima atribut sensitif sebagai atribut disajikan dalam diagram layang keberlanjutan
pengungkit dengan nilai root mean square yang (Fauzi 2019) sebagaimana Gambar 10.
relatif lebih besar di antara atribut-atribut dimensi
Gambar 10 menunjukkan perbedaan indeks
kinerja pelayanan yang lain dapat
keberlanjutan yang kecil antara kedua dimensi
dipertimbangkan untuk dilakukan intervensi
sosial dan kinerja pelayanan. Adapun antara
kebijakan. Atribut-atribut tersebut yaitu : 1)
kedua dimensi tersebut, dimensi ekonomi dan
waktu antara, 2) faktor muatan, 3) waktu tunggu,
dimensi lingkungan terdapat perbedaan yang
86 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 75-90
cukup siknifikan. Trayek 03 memiliki indeks berbasis jalan kasus di kawasan Kota Bogor
yang rendah pada dimensi ekonomi, Trayek 01 masih belum baik. Hal ini ditunjukkan dengan
indeks yang rendah pada dimensi lingkungan, indeks keberlanjutan semua dimensi yang
dan secara agregat jaringan trayek utama berkisar dari terendah 22,52 sampai dengan
memiliki indeks yang rendah pada dimensi tertinggi 56,08. Perbaikan dengan intervensi
ekonomi dan lingkungan. Hasil analisis kebijakan perlu dilakukan agar tingkat
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya keberlanjutan menjadi lebih baik. Atribut-atribut
menunjukkan bahwa pada umumnya tingkat sensitif yang merupakan atribut pengungkit yang
keberlanjutan angkutan umum penumpang disajikan pada Tabel 7 sebagaimana telah
Gambar 8.
Tingkat Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Pada Dimensi Kinerja Pelayanan.
Gambar 9.
Nilai Root Mean Square Atribut Keberlanjutan Dimensi Kinerja Pelayanan.
Gambar 10.
Diagram Layang Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang.
Analisis Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Berbasis Jalan (Studi Kasus di Kota Bogor), Moh. Nurul Iman, dkk 87
diuraikan sebelumnya harus menjadi dasar dalam variasi pemberian skor akibat perbedaan opini
melakukan intervensi kebijakan tersebut. relatif kecil, proses analisis yang berulang-ulang
stabil, dan kesalahan pemasukan data ataupun
E. Validitas Model
data hilang dapat dihindari. Ini berarti bahwa
Validitas model dengan menggunakan analisis validitas model yang digunakan cukup baik untuk
Multidimensional Scalling (MDS) ditunjukkan menilai keberlanjutan jasa angkutan umum
dengan analisis Monte Carlo sebagaimana penumpang. Selain itu, nilai goodness of fit
disajikan pada Tabel 8. Perbedaan indeks hasil model yaitu nilai stress dan koefisien determinasi
analisis Multidimensional Scalling dengan indeks (R2) pada tingkat kepercayaan 95% sebagaimana
hasil analisis Monte Carlo yang kecil disajikan pada Tabel 9 juga dapat digunakan
mengindikasikan bahwa dalam proses analisis untuk melihat validitas model. Pada Tabel 9
terjadinya kesalahan pembuatan skor relatif kecil, bahwa nilai stress kurang dari 0,25 dan nilai R2
Tabel 7.
Atribut-Atribut Sensitif Angkutan Umum Penumpang Kasus di Kawasan Kota Bogor
88 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 75-90
mendekati angka 1, hal ini menunjukkan bahwa Bachok S, Ponrahono Z, Osman MM, Jaafar S,
validitas hasil analisis dapat Ibrahim M, Mohamed MZ. 2015. A Preliminary
dipertanggungjawabkan secara statistik. Hal Study of Sustainable Transport Indicators in
tersebut juga mengindikasikan bahwa dalam Malaysia: The Case Study of Klang Valley
Public Transportation. Procedia Environmental
kasus yang dikaji ini penambahan atribut tidak
Sciences. (28): 464-473.
perlu dilakukan dan aspek-aspek dianalisis secara
akurat mendekati kondisi sebenarnya, atribut- Bongardt D, Schmid D, Huizenga C, Litman T. 2011.
atribut yang digunakan dapat menjelaskan model Developing Practical Tools for Evaluation in the
sehingga model dapat digunakan untuk analisis. Context of the CSD Process, Sustainable
Transport Evaluation. Commission on
IV. Kesimpulan Sustainable Development Nineteenth Session 2-
13. United Nations Department of Economic and
Tingkat keberlanjutan angkutan umum penumpang Social Affairs. Eschborn [DE].
berbasis jalan kasus di kawasan Kota Bogor masih
belum baik. Hal ini ditunjukkan dengan indeks Brotodewo N. 2010. Penilaian Indikator Transportasi
keberlanjutan semua dimensi yang berkisar dari Berkelanjutan pada Kawasan Metropolitan Di
Indonesia. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.
terendah 22,52 sampai dengan tertinggi 56,08.
Vol. 21(30: 165-182.
Perbaikan dengan intervensi kebijakan perlu
dilakukan agar tingkat keberlanjutan menjadi lebih [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan
baik. Ada 15 atribut sensitif yang merupakan atribut Nasional RI. 2004. Studi Rencana Induk
pengungkit (leverage attributes) terdiri dari 4 Transportasi Terpadu Jabodetabek Tahap 2.
Jakarta [ID]: BAPPENNAS.
pada dimensi ekonomi, 2 pada dimensi sosial, 4
pada dimensi lingkungan dan 5 pada dimensi [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan
kinerja pelayanan yang harus menjadi dasar Nasional RI. 2007. Manual Penentuan Status dan
dalam melakukan intervensi kebijakan tersebut. Faktor Pengungkit Pengembangan Ekonomi Lokal.
Jakarta [ID]: BAPPENNAS.
V. Saran [DEPHUB] Departemen Perhubungan RI. 2002.
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Intervensi kebijakan agar tingkat keberlanjutan
Nomor: SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang
angkutan umum penumpang menjadi lebih baik Pedoman Teknis Penyelenggraan Angkutan
perlu dilakukan dengan program-program Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam
operasional berdasarkan atribut-atribut pengungkit Trayek Tetap dan Teratur. Jakarta [ID]: DEPHUB.
sehingga berdampak terhadap keberlanjutan.
Dalkmann H, Brannigan C. 2008. Transportasi dan
Selain itu, angkutan umum penumpang sebagai
Perubahan Iklim. Modul 5e. Transportasi
sebuah sistem tidak dapat terlepas dari berbagai Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat
elemen dan faktor yang saling keterkaitan sehingga Kebijakan di Kota-kota Berkembang. Eschborn
pendekatan sistem perlu dilakukan dalam [DE].
menentukan kebijakan yang tepat untuk
Dirgahayani. 2012. Policy Elements to Upscale the
keberlanjutan angkutan umum penumpang.
Contribution of Urban Transit Initiatives on
Sustainable Urban Transport: The Case of Bus
Ucapan Terima Kasih Improvement Initiatives in Indonesia. UNU-IAS
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua Working Paper No. 168. Tokyo [JP]: United
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Nations University.
penelitian ini, yaitu: Program Studi PSL SPs IPB, Fauzi A. 2019. Teknik Analisis Keberlanjutan. Jakarta
Komisi Pembimbing Penelitian, Tim Survei [ID]: Gramedia Pustaka Utama.
Pengumpulan Data, serta Instansi-instansi terkait. Gregorc C, Krivec D. 2012. Networking of Public
Passengers Transport Modes, A Step Towards
Daftar Pustaka Sustainable Mobility in Ljubljana Urban Region.
Amoroso S, Salvo G, Zito P. 2011. Sustainable Urban Procedia Social and Behavioral Sciences. (48):
Public Transport: A Comparison Between 3009 – 3017.
European and North African Cities. Proceedings. Kumar M. 2014. Sustainable Urban Transport
In: The 12th Management International Conference Indicators. TERI-NFA Working Paper No. 12.
Portoroz. Slovenia [SI]: University of Palermo. India [IN]: The Energy and Resources Institute.
Bachok S, Osman MM, Ponrahono Z. 2014. Passenger’s Kavanagh P, Pitcher TJ. 2004. Implementing
Aspiration towards Sustainable Public Microsoft Excel Software for Rapfish: A
Transportation System: Kerian District, Perak, Technique For The Rapid Appraisal of Fisheries
Malaysia. Procedia Social and Behavioral Sciences. Status. Fisheries Centre Research Reports. Vol.
(153): 553-565.
Analisis Keberlanjutan Angkutan Umum Penumpang Berbasis Jalan (Studi Kasus di Kota Bogor), Moh. Nurul Iman, dkk 89
12 (2). Fisheries Centre, University of British Environmentally Sustainable Transport. [FR]:
Columbia. Vancouver [CA]. OECD.
Litman T, Burwell D. 2006. Issues in sustainable Ponrahono Z, Osman MM, Bachok S, Ibrahim M.
transportation. Int. J. Global Environmental 2015. Sustainable Urban Public Transportation
Issues. Vol. 6. (4): 331 – 347. System in Malaysia: A Comparison of Bus
Services in Kuantan and Penang. Proceedings.
Maffii S, Martino A, Sitran A, Raganato P. 2010.
In: International Conference on Development
Sustainable Urban Transport Plans. European
and Socio Spatial Inequalities 18-20 August
Parliament. Brussels [BE].
2015. Malaysia [MY]: Universiti Sains Malaysia.
Mansyur U, Sitorus SRP, Marimin, Prasetyo LB,
Ryley TJ, Stanley PA, Enoch MP, Zanni AM. 2014.
Poerwo IFP. 2009. Model Pengelolaan
Investigating the contribution of Demand
Transportasi Angkutan Umum Penumpang Non
Responsive Transport (DRT) to a sustainable
Bus Berkelanjutan Kota Makassar. Forum
local public transport system. Research in
Pascasarjana. Vol. 32 (4): 227 – 237.
Transportation Economics. (48): 364 – 372.
Mahida M, Handayani W. 2019. Penilaian Status
Sabeen AHH, Anwar AE, Noor ZZ. 2012. Sustainable
Keberlanjutan E-Ticketing Bus Trans Semarang
Public Transportation in Malaysia.
Mendukung Kota Pintar dengan Pendekatan
International Journal of Engineering and
Multidimensional Scaling. Warta Penelitian
Advanced Technology (IJEAT). Vol. 1 (5): 71 –
Perhubungan. Vol. 31 (1): 15-24.
74.
Persada C, Sitorus SRP, Marimin, Djakapermana RD.
Sakamoto K, Belka S, Metschies GP. 2011.
2014. Penentuan Status Keberlanjutan
Pembiayaan Transportasi Perkotaan yang
Infrastruktur Perkotaaan (Studi Kasus : Kota
Berkelanjutan. Modul 1f. Transportasi
Bandar Lampung). Jurnal Sosek Pekerjaan
Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat
Umum. Vol. 6 (1): 17 – 27.
Kebijakan di Kota-kota Berkembang. Eschborn
[PEMKOT] Pemerintah Kota Bogor. 2012. Peraturan [DE].
Walikota Bogor Nomor 17 Tahun 2012 Tentang
Schiller PL, Bruun EC, Kenworthy JR. 2010. An
Penyelenggaraan Sistem Angkutan Umum
Introduction to Sustainable Transportation
Massal (SAUM) Di Kota Bogor. Bogor [ID]:
Policy, Planning and Implementation. Earthscan.
PEMKOT.
London [GB]. Earthscan. Washington DC [US].
Pitcher TJ, Preikshot D. 2001. RAPFISH: a rapid
Supardi S, Hariyadi S, Fahrudin A. 2017. Analisis
appraisal technique to evaluate te sustainability
Keberlanjutan Pembangunan Kota Tepian
status of fisheries. Fisheries Researc. Vol. 49:
Pantai (Studi Kasus: Kota Baubau Provinsi
255-270.
Sulawesi Tenggara). Jurnal Wilayah dan
Munawar A. 2007. Pengembangan Transportasi Yang Lingkungan. Vol. 5 (3): 188 – 204.
Berkelanjutan. Pidato Pengukuan Guru Besar
The World Bank. 1996. Sustainable transport:
pada Fakultas Teknik Universitas Gdjah Mada.
priorities for policy reform. Washington DC
Yogyakarta [ID].
[US].
Mupfumira P, Wirjodirdjo B. 2015. An Economically
Ulumidin AF, Moersidik SS, Aritenang W. 2013.
Sustainable Urban Public Transport
Analisis Keberlanjutan Lingkungan pada
Framework: System Dynamics Modelling
Angkutan Massal Transjakarta. Jurnal Penelitian
Approach to Reduce Public Transport
Transportasi Darat. Vol. 15 (3): 119 – 132.
Liberalisation Impact in Harare City, Zimbabwe.
International Journal of Science, Technology and Wijaya T. 2010. Analisis Multivariat, Teknik Olah
Society. Vol. 3 (2): 11-21. Data Untuk Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Menggunakan SPSS. Yogyakarta [ID]: Penerbit
[OECD] Organisation for Economic Co-operation and
Universitas Atmajaya.
Development. 1997. Towards Sustainable
Transportation. Columbia [CO]: OECD. [WCED] World Commission on Environment and
Development. 1987. Report of World
[OECD] Organisation for Economic Co-operation and
Commission on Environment and Development :
Development. 2002. Guidelines Towards
Our Common Future. America [US]: Oxford
University Press.
90 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 75-90
Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 91-102
ABSTRACT
Safe School Route Information System Using an Android Based Mobile Application in Kediri City; Safe School
Routes are part of traffic management and engineering activities; However, the RASS facility has not provided the
maximum effect to reduce traffic accidents, due to the lack of understanding of road users about RASS facilities and the
lack of human resources as safety counselors in the City of Kediri. This study discusses the SIRASS Compilation using
the APP Inventor software about the master information data about the Kediri City RASS facility, RASS Facility Data
and its implementation to measure understanding of RASS facilities in Kediri City. The research method used (R & D)
continued with the pre and posttest method by measuring the level of RASS understanding. SIRASS is a system product
as a medium to improve RASS understanding in Kediri City with the value of feasibility validation by 100% Material
Expert, 100% Media Expert and 88% Learning Expert. Increased understanding of RASS in Kediri City to junior high
school students who are included in the Kediri RASS zone. With a pretest result of 58% and posttest results increasing
to 80% with a 22% increase. Posttest results, 2 in the low category, 80 in the moderate category and 278 in the high
category.
Keywords: School Safe Route; smartphone; mobile android; app inventor; understanding level.
ABSTRAK
Rute Aman Selamat Sekolah merupakan bagian dari kegiatan manajemen dan rekayasa lalulintas. Namun fasilitas
RASS belum memberikan efek yang maksimal untuk penurunan kecelakaan lalu lintas, karena kurangnya pemahaman
pengguna jalan tentang fasilitas RASS dan minimnya sumber daya manusia sebagai tenaga penyuluh keselamatan di
Kota Kediri. Penelitian ini membahas Penyusunan SIRASS menggunakan software APP Inventor berisi tentang data
induk informasi seputar fasilitas RASS Kota Kediri Data Fasilitas RASS beserta implementasinya untuk mengukur
pemahaman fasilitas RASS di Kota Kediri. Metode penelitian yang digunakan (R&D) dilanjut metode pre dan posttest
dengan mengukur tingkat pemahaman RASS. SIRASS adalah produk sistem sebagai media peningkatan pemahaman
RASS di Kota Kediri dengan nilai validasi kelayakan oleh Ahli Materi 100%, Ahli Media 100% dan Ahli Pembelajaran
88%. Peningkatan pemahaman RASS di Kota Kediri kepada siswa SMP yang termasuk kedalam zona RASS kota Kediri.
Dengan hasil pretest 58% dan hasil posttest meningkat menjadi 80% dengan peningkatan 22%. Hasil posttest, 2
berkategori rendah, 80 berkategori sedang dan 278 berkategori tinggi.
Kata Kunci: Rute Aman Selamat Sekolah; smartphone; mobile android; app inventor; tingkat pemahaman.
doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.1164 91
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
(PM 16 Tahun 2016). Rute Aman Selamat Rute Aman Selamat Sekolah (RASS) diartikan
Sekolah (RASS) di Kota kediri menghubungkan 4 sebagai sebuah program yang mempromosikan
(empat) Kawasan Pendidikan dengan jumlah total aktivitas berjalan kaki dan bersepeda ke sekolah
24 sekolah dari TK sampai dengan SMA/SMK di melalui perbaikan infrastruktur, penegakan hukum,
Kota Kediri. pendidikan keselamatan dan insentif untuk
mendorong berjalan dan bersepeda kesekolah
Namun fasilitas RASS belum memberikan efek
(Ragland et.al, 2013). Berdasarkan PM Nomor 16
yang maksimal untuk penurunan kecelakaan lalu
tahun 2016 tentang Penyediaan Rute Aman
lintas, dan yang menjadi permasalahan adalah
Selamat Sekolah, menyebutkan bahwa Fasilitas
pemahaman pengguna jalan tentang fasiltas RASS,
Rute Aman Selamat Sekolah (RASS) adalah Zona
ini dikarenakan terdapat minimnya sumber daya
Selamat Sekolah (ZoSS), pelican crossing, jalur
manusia sebagai tenaga penyuluh keselamatan di
sepeda, halte dan rambu-rambu lalu lintas serta
Kota Kediri. Smartphone merupakan media
bus angkutan sekolah gratis. Pengertian Sistem
perantara yang dapat digunakan untuk mengakses
Istilah sistem merupakan suatu istilah yang tidak
informasi melalui internet. Dan ini adalah salah
asing lagi dan banyak digunakan secara luas pada
satu solusi sebagai media yang mampu mengatasi
lembaga-lembaga atau bidang-bidang ilmu
kesenjangan tenaga penyuluh dengan tingkat
pengetahuan dan teknologi. Istilah sistem berasal
kebutuhan peningkatan keselamatan tentang
dari Bahasa Yunani yaitu “SYSTEMA”. Ditinjau
pemahaman fasilitas RASS yang ada di Kota
dari asal katanya, sistem berarti sekumpulan objek
Kediri. Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa
yang bekerja bersama-sama untuk menghasilkan
adanya fasilitas RASS tidak bisa dimaksimalkan
suatu kesatuan metode yang digabungkan dan diatur
karena kurangnya pemahaman para pengguna
sedemikian rupa yang berfungsi mencapai tujuan.
jalan tentang RASS karena kurangnya sosialisasi
tentang informasi fasilitas tersebut. Penyampaian Informasi adalah kumpulan data yang di olah
informasi tentang RASS bisa dilakukan dengan menjadi suatu bentuk yang dapat diterima oleh
memanfaatkan teknologi Aplikasi Mobile Android penerima dan bermanfaat dalam pengambilan
sebagai upaya peningkatan keselamatan. keputusan pada saat sekarang atau yang akan
datang. Informasi juga merupakan fakta-fakta atau
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat rancang
kumpulan data yang telah diproses sedemikian
bangun Sistem Informasi Rute Aman Selamat
rupa atau mengalami proses transformasi sehingga
Sekolah (SIRASS) Kota Kediri berbasis android
berubah bentuk menjadi informasi. Sistem
tersebut. Dan untuk mengetahui tingkat pemahaman
Informasi menurut Erwan Arbie (2000), sistem
RASS pada siswa SMP N di Kota Kediri, sebelum
informasi adalah merupakan sebuah sistem di
dan sesudah menggunakan SIRASS sebagai
dalam suatu organisasi yang mempertemukan
media peningkatan pemahaman RASS pada siswa
berbagai kebutuhan proses pengolahan transaksi
SMPN di Kota Kediri. Manfaat penelitian ini
harian, membantu dan mendukung seluruh
dengan adanya Aplikasi SIRASS jalan, bagi
kegiatan operasi, bersifat manajerial dari suatu
pengguna yaitu pengguna jalan bisa mengerti
organisasi dan membantu memperlancar penyediaan
pengetahuan dan wawasan tentang fasilitas RASS
laporan yang dibutuhkan. Sistem Informasi dan
dan menjadikan RASS adalah fasilitas utama untuk
Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
penjaminan keselamatan pergi dan pulang dari
adalah sekumpulan subsistem yang saling
sekolah. Bagi Lembaga pendidikan, dapat
berhubungan dengan melalui penggabungan,
dijadikan sebagai media pembelajaran untuk
pemrosesan, penyimpanan, dan pendistribusian
membuka wawasan dan pengetahuan mengenai
data yang terkait dengan penyelenggaraan Lalu
RASS adalah suatu bentuk perhatian dari pemerintah
Lintas dan Angkutan Jalan (Undang-undang
agar para pelajar aman dan selamat dalam
Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ).
perjalanan berangkat maupun pulang kesekolah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor II. Metodologi Penelitian
16 Tahun 2016 tentang Penerapan Rute Aman
A. Diagram Penelitian
Selamat Sekolah (RASS) itu untuk menjamin
keselamatan bagi siswa dan pelajar untuk mencapai Berdasarkan diagram penelitian yang digunakan
lokasi sekolah dengan rute yang aman dan selamat. (Gambar 1), diawali dengan mengidentifikasi
Rass Merupakan bagian dari kegiatan manajemen masalah yang ada di Kota Kediri, membuat studi
dan rekayasa lalulintas berupa penyediaan sarana literatur untuk merumuskan untuk mengetahui
dan prasarana angkutan dengan pengendalian masalah dan solusi yang tepat. Data yang dicari
lalulintas dan penggunaan jaringan jalan menuju adalah data primer dan sekunder yang berkaitan
lokasi permukiman sekolah. engan masalah yang ada. Lanjut pada pembuatan
sistem yang akan digunakan, kemudian di uji
92 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 91-102
kelayakan sistem dan diujikan kevalidan dari 3. Coding
sistem ini. Setelah selesai semua tahapan
Pengkodean merupakan tahapan pembuatan
kemudian diimplementasikan .
program yang dilakukan oleh penulis.
Penelitian ini bertujuan untuk rancang bangun
4. Testing
sebuah produk aplikasi dan implementasinya. Oleh
karena itu, metode penelitian yang tepat adalah Pengujian produk atau aplikasi yang telah dibuat
metode Penelitian dan Pengembangan atau secara berulang, untuk menguji intergrasi antar
dikenal dengan istilah Research and Development screen, dan fitur aplikasi dan integrasi aplikasi
(R&D). Menurut Sugiyono (2009) Research and data base.
Development adalah metode penelitian yang Dalam metode penelitian Research and Development
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, yang dilakukan penulis, terdapat pengulangan saat
dan menguji keefektifan produk tertentu dengan terjadi kesalahan logika. Pengulangan terjadi karena
tahapan perancangan desain produk. Berikut ini kesalahan saat tahapan coding, sehingga perlu
adalah deskripsi tahapan dalam penelitian yang dilakukan pengulangan agar sistem berfungsi
dilaksanakan penulis: sesuai kebutuhan yang diinginkan.
1. Planning B. Lokasi Penelitian
Pada tahap ini pembuatan user story pada aplikasi Zona pendidikan terbagi atas 4 zona, yaitu zona
berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan pendidikan 1 (Jl. Veteran dan Jl. Penanggungan),
penulis dan observasi serta temuan permaalahan- zona pendidikan 2 (Jl. Diponegoro dan Jl.
permasalahan di lokasi studi sebagai gambaran Hasanudin), zona pendidikan 3 (Jl. Letjend.
dasar pengembangan sistem yang dikembangkan. Suprapto), dan zona pendidikan 4 (Jl. Pahlawan
2. Design Kusuma Bangsa), sebagaimana Gambar 2.
Pada tahap desain dilakukan perancangan alur kerja C. Waktu Penelitian
sistem perancanaan data base berdasarkan user Waktu yang diperlukan guna melakukan Rancang
story yang dibuat sebelumnya. Pada penelitian ini Bangun Sistem Informasi Rute Aman Selamat
menggunakan UML untuk merancang alur kerja Sekolah dan implementasi pengukuran tingkat
sistem.
Gambar 1.
Diagram Alir.
Sistem Informasi Rute Aman Selamat Sekolah (SIRASS) Menggunakan Aplikasi (...), Ali Mushoffan dkk 93
Gambar 2.
Lokasi Penilitian.
pemahaman fasilitas RASS di Kota Kediri adalah sistem informasi. Uji kelayakan dilakukan oleh
3 bulan. ahli di Bidang Teknologi Informasi. Uji Mock Up
atau uji Blackbox adalah pengujian sistem bertujuan
D. Populasi dan Sample Penelitian
untuk memastikan bahwa elemen atau komponen
Jumlah populasi di lokasi penelitian sebanyak 2.816 dari sistem informasi perpustakaan ini telah
siswa, sebagaimana Gambar 3. Pengambilan berfungsi sesuai dengan yang diharapkan serta
sampel dibagi jumlah SMP pada kawasan mencari kesalahan atau kelemahan yang mungkin
pendidikan terdapat 3 SMP maka jumlah sampel terjadi untuk sebisa mungkin dilakukan perbaikan.
diambil dari 3 SMP yang berbeda dengan jumlah
Validasi Produk Dalam penelitian Sistem Informasi
masing-masing SMP adalah 112,7 kemudian
Rute Aman Selamat Sekolah memanfaatkan Aplikasi
dibulatkan menjadi 120 sampel.
Mobile Berbasis Android, validasi akhir diperlukan
Data primer dalam penelitian ini adalah sebagai agar aplikasi ini sesuai format yang dapat
berikut: digunakan pada mobile android yaitu validasi
1. Survei kuesioner untuk mengetahui Tingkat menjadi format file.apk. dengan validasi tim ahli,
Pemahaman tentang Fasilitas RASS pada Penilaian SIRASS dilakukan oleh Ahli atau praktisi
sasaran pelajar SMP. melalui instrumen penilaian berdasarkan teori-
2. Survei Inventarisasi koordinat Fasilitas RASS teori yang sudah ada kemudian dijadikan indikator
jalan di Kota Kediri. dalam penilaian oleh pakar. Pakar atau praktisi
meliputi tiga pakar ahli yaitu 1 pakar materi, 1
Data Sekunder sebagai berikut:
pakar media dan 1 pakar pembelajaran dengan
1. Data Informasi tentang RASS metode angket/kuesioner yang terakumulasikan.
2. Informasi Fasilitas RASS
3. Peta Jaringan Jalan Instrumen penelitian tingkat pemahaman yang
4. Peta Kawasan Pendidikan digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes
prestasi untuk mengukur pencapaian seseorang
5. Informasi Tips Keselamatan
dalam bidang tertentu, misalnya akademik.
Penyusunan Instrumen Penelitian Instrumen Adapun jumlah soal dalam penelitian ini adalah 10
Penelitian Desain. Uji Kelayakan Produk Dalam butir untuk variabel intensitas tentang Rute Aman
Penelitian Sistem Informasi Keselamatan Pengguna Selamat Sekolah yang diuji validitas dan
Jalan Memanfaatkan Aplikasi Mobile Berbasis reliabilitasnya terlebih dahulu.
Android, uji kelayakan dilakukan setelah desain
E. Teknik Analisis Data
produk agar sesuai dengan kaidah ketentuan dari
Menghitung hasil kuesioner oleh validator
kemudian digolongkan menjadi responden yang
menjawab sangat setuju, responden yang menjawab
setuju, responden yang menjawab kurang setuju
dan responden yang menjawab tidak setuju.
Kemudian dihitung akumulasi skor yang dihasilkan
Gambar 3. dari penggolongan jawaban dengan menggunakan
Populasi. rumus sebagaimana Gambar 4.
94 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 91-102
Agar mendapatkan hasil interpretasi, terlebih dahulu 1. Mencari Miu Hipotetik 𝜇
harus diketahui skor tertinggi (X) dan skor 1
𝜇 = 2 ( 𝑖 max + 𝑖 min) Σ𝑘 .................... (2)
terendah (Y). untuk item penilaian dengan hasil 1
skor tetinggi adalah 40 dan terendah adalah 0. Ada 𝜇 = ( 1 + 0 )10
tahapan sebelum penyelesaian yaitu menetukan 2
𝜇=5
rentang (interval) dan interpretasi persentase agar
dapat mengetahui penilaian dengan metode Interval 2. Mencari Standar Hipotetic θ
1
Skor persen (I). Dengan menggunakan rumus: 𝜃 = 6 ( 𝑥 max − 𝑥 min) ........................ (3)
I =100/Jumlah Skor (Likert) ........................ (1) 1
𝜃 = ( 10 − 0 )
Maka = 100/4 = 25 6
Hasil (I) = 25 𝜃 = 1,7
(I ini adalah interval jarak dari terendah 0% sampai Dua formula di atas adalah sebagai faktor
dengan tertinggi 100%) dan dapat ditemukan hasil penghitung kategori yang dapat digunakan
interval sebagaimana Gambar 5. (Gambar 7).
F. Tabulasi Perolehan Skore. H. Hipotesis
Hasil dari kuesioner yang dibagikan kepada sasaran Analisis data pada penelitian ini adalah Hipotesis:
penelitian dan dikerjakan kemudian di tabulasikan Ho : tidak ada perbedaan antara sebelum dan
untuk mempermudah pengolahan hasil data. Format sesudah adanya perlakuan.
dari tabulasi meliputi, nomor responden, jawaban Ha : ada perbedaan antara sebelum dan sesudah
dari kuesioner yang ditanyakan dan skore total. adanya perlakuan.
Tabulasi perolehan skore dapat dilihat pada Gambar
6. III. Hasil dan Pembahasan
G. Interpretasi atau Pengkategorian Skore Nilai A. Hasil Penelitian
Untuk mengetahui nilai tingkatan pemahaman maka 1. Data Informasi dalam Sistem
perlu dilakukan kategorisasi. Pencarian standar Penyajian data informasi dalam sistem disajikan
deviasi dapat digunakan sebagai patokan untuk pada Gambar 8.
mengaktegorikan nilai tingkatan pemahaman dari
rendah, sedang dan tinggi. Langkah yang harus 2. Penyajian Aplikasi SIRASS
dilakukan adalah mencari miu hipotetik dan standar Penyajian aplikasi SIRRAS dalam penelitian ini
hipotetik. seperti yang tersaji pada Gambar 9. Tampilan
setelah memilih tombol Rute RASS, kemudian
akan bergeser menuju tampilan screen Rute
RASS, seperti pada Gambar 10. Pengujian Sistem
Uji Black Box pada Aplikasi yang sudah dibuat.
Pengujian ini menilai kelancaran dari fungsi tiap-
tiap komponen yang sudah direncanakan dan
sudah melalui pengkodean. Memastikan semua
komponen berfungsi aman dan lancar tanpa
Gambar 4. kendala. Pengujian Integrasi tiap screen aplikasi
Perhitungan Skala Likert. Pengujian integrasi block logika pada aplikasi
Angka 0% - 24,99% Tidak Layak sesuai dengan kebutuhan dan dapat berintegrasi
Angka 25% - 49,99% Kurang Layak antara screen awal sampai dengan creen akhir.
Angka 50% - 74,99 % Layak Pengujian penerimaan informasi dari Database.
Angka 75% - 100 % Sangat Layak Pengujian penerimaan informasi dari Database
Gambar 5. bertujuan untuk mengintegrasikan screen Aplikasi
Interpretasi Kelayakan.
data base tersimpan di GoogleDrive. Pengujian
diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan informasi
Rendah 𝑋 < = ( 𝜇 − 1.𝜃 )
Sedang ( 𝜇 −1 .𝜃 ) < 𝑋 ≤ ( 𝜇 + 1.𝜃 )
Tinggi 𝑋 > ( 𝜇 +1 .𝜃 )
Gambar 6. Gambar 7.
Tabulasi Skore. Rumus Pengkategorian
Sistem Informasi Rute Aman Selamat Sekolah (SIRASS) Menggunakan Aplikasi (...), Ali Mushoffan dkk 95
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar 8.
Data Informasi dalam Sistem; (a) Ruang Lingkup RASS; (b) Informasi Pengetahuan; (c) Daftar
RASS Fasilitas RASS; (d) Daftar Route Jalur Sepeda; (e) Rute Bus Sekolah; (f) Daftar Rute Angkutan
yang dibutuhkan oleh pengguna RASS di 3. Implementasi
Sekolah.
Kota Kediri (Gambar 11). Skor total 10 indikator
a. Pengukuran Tingkat Pemahaman sebelum
= 100%, dapat disimpulkan bahwa nilai materi
menggunakan media SIRASS.
dari aplikasi yang dibuat adalah 100% dengan
Indeks Interpretasi Sangat Layak. Skor total 4 Dari penjelasan Gambar 14, didapatkan hasil
indikator = 100%, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata jawaban benar adalah 58% dan jawaban
media dari Aplikasi yang dibuat adalah 100% dengan salah 42%. Dapat diartikan bahwa pemahaman
Indeks Interpretasi Sangat Layak (Gambar 12). awal siswa SMP tentang RASS adalah 58%. Dan
Skore total = 88%, dapat disimpulkan bahwa nilai dapat dilihat lebih detailnya hasil bahwa tingkat
validasi ahli pembelajaran adalah sangat layak dan pemahaman RASS pada siswa SMP N di Kota
akumulasi nilai validasi media Aplikasi yang Kediri yaitu 11 memiliki pemahaman Rendah, 241
dibuat adalah 95% dengan Indeks Interpretasi memiliki pemahaman Sedang dan 108 memiliki
Sangat Layak (Gambar 13). pemahaman Tinggi. Dari hasil tersebut maka perlu
96 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 91-102
(a) (b) (c)
(g)
Gambar 9.
Penyajian Aplikasi SIRASS; (a) Menu Awal Aplikasi; (b) Menu Himbauan; (c) Menu Utama; (d) Menu
Profil; (e) Tampilan Menu RASS; (f) Tampilan Menu Fasilitas RASS; (g) Tampilan Metu Rute RASS.
adanya upaya untuk meningkatkan pemahaman adalah 80%. Berdasarkan hasil data dalam Gambar
RASS pada anak SMP N di Kota Kediri. Salah 15 menjelaskan hasil bahwa tingkat pemahaman
satu cara adalah dengan membuat desain media RASS setelah menggunakan media Sistem Informasi
pembelajaran seperti Sistem Informasi Rute Aman Rute Aman Selamat Sekolah (SIRASS) pada siswa
Selamat Sekolah (SIRASS) Kota Kediri. SMP N di Kota Kediri didapatkan hasil nilai tingkat
pemahaman yaitu 2 memiliki pemahaman Rendah,
b. Pengukuran Tingkat Pemahaman setelah
80 memiliki pemahaman Sedang dan 278 memiliki
menggunakan media SIRASS
pemahaman Tinggi. Dari hasil tersebut pemahaman
Dapat diartikan bahwa pemahaman setelah RASS pada anak SMP N di Kota Kediri terjadi
menggunakan SIRASS siswa SMP tentang RASS peningkatan.
Sistem Informasi Rute Aman Selamat Sekolah (SIRASS) Menggunakan Aplikasi (...), Ali Mushoffan dkk 97
Gambar 10.
Tampilan Setelah Mimilih Tombol Rute RASS.
4. Perbandingan Hasil Pengukuran Pedoman pengambilan keputusan Uji Paired
Sample T-test, berdasarkan hasil probabilitas atau
Dapat disimpulkan bahwa pemahaman tentang RASS
Sig. (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan
pada siswa SMP N di Kota Kediri berdasarkan sampel
yang signifikan antara nilai Tingkat Pemahaman
mengalami peningkatan sebesar 28% memiliki
Pretest dan Postest yang artinya terdapat pengaruh
tingkat pemahaman yang tinggi tentang RASS di
penggunaan SIRASS sebagai media peningkatan
Kota Kediri (Gambar 16 dan 17).
pemahaman RASS di Kota Kediri pada sampel
5. Uji Beda (Paired Sampel T-test) penelitian.
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau B. Pembahasan
tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok Berdasarkan hasil perancangan sampai dengan
sampel yang berpasangan. Data yang digunakan hasil penyajian Sistem Informasi Rute Aman
berskala interval dan rasio. Analisis yang Selamat Sekolah (SIRASS) sebagai media
diperlukan dalam metode analisis data pada informasi dan pemaham fasilitas Rute Aman
penelitian ini adalah Hipotesis. Selamat Sekolah di kota Kediri. Sistem Informasi
ini dibuat menggunakan software App Inventor 2
yang terhubung langsung dengan koneksi internet.
Sistem Informasi ini menampilkan informasi
seputar Fasilitas RASS yang ada di Kota Kediri,
informasi tersebut terkumpul dalam suatu Database
yang disimpan pada Googledrive dengan kapasitas
Ho : terdapat perbedaan nilai tingkat pemahaman
penyimpanan 15 Gb. Informasi yang ditampilkan
RASS sebelum dan sesudah menggunakan
berupa dokumen dengan format PDF, peta lokasi
SIRASS
yang dibuat menggunakan website Google MyMaps
Ha : terdapat perbedaan nilai tingkat pemahaman dan tampilan video dengan format Mp4. Sistem
RASS sebelum dan sesudah menggunakan Informasi Rute Aman Selamat Sekolah (SIRASS)
SIRASS. Kota Kediri dibuat aplikasi mobile didasari
98 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 91-102
Gambar 11.
Hasil Ahli Validasi Ahli Materi.
penggunaan smartphone yang semakin meluas kepada pengguna jalan kota Kediri pada umumnya
kepada semua kalangan dan terdapat dampak dan para pelajar pada khususnya, dalam penelitian
positif bagi penggunanya, salah satunya bagi ini SIRASS digunakan oleh usia remaja yaitu usia
pelajar yaitu: pelajar SMP yang ada di Kota Kediri sebagai
1. memudahkan dalam mengakses informasi sampling, ini didasari karena usia remaja adalah
secara luas dan cepat. usia peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa.
2. memudahkan dalam berkomunikasi, Di Kota Kediri usia remaja sudah marak dalam
3. membuat forum diskusi penggunaan smartphone di sekolah untuk keperluan
4. Menambah wawasan pengetahuan pelajar komunikasi dengan keluarga dan sebagai media
karena mudahnya mencari informasi. pembelajaran pencarian informasi yang membantu
dalam kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu
Dan dampak positif penggunaan Smartphone harus
SIRASS dapat diterapkan pada usia remaja di kota
dimaksimalkan, dengan menjadikan Smartphone
Kediri sebagai media informasi dan pembelajaran
sebagai media informasi yang tepat dengan bahan
tentang Fasilitas RASS yang ada di Kota Kediri.
yang tepat sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dan pada penelitian ini penggunaan Smartphone Kemudian Sistem Informasi Rute Aman Selamat
pada remaja bisa digunakan sebagai media Sekolah (SIRASS) ini diimplemetasikan untuk
informasi tentang Rute Aman Selamat Sekolah dijadikan media pembelajaran untuk meningkatkan
(RASS) di Kota Kediri. SIRASS ini ditujukan pemahaman tentang RASS yang ada di Kota Kediri
Sistem Informasi Rute Aman Selamat Sekolah (SIRASS) Menggunakan Aplikasi (...), Ali Mushoffan dkk 99
Gambar 12.
Hasil Ahli Validasi Ahli Media.
menggunkan metode pretest dan postest dari beberapa tahapan yaitu data informasi dalam
menggunakan instrumen penelitian Uji Prestasi Sistem sebaga data induk informasi sebagai
sebanyak 10 butir soal kepada 360 sampel siswa sumber untuk disebarluaskan untuk diketahui
SMP di Kota Kediri yang berada dalam kawasan orang lain, diantaranya data zona kawasan
RASS Kota Kediri. Dan hasil dari postest pendidikan di Kota Kediri, pengetahuan tentang
menunjukan adanya peningkatan pemahaman setelah RASS, data lokasi fasilitas RASS, data rute jalur
menggunakan SIRASS dengan hasil peningkatan sepeda, angkutan umum dan rute bus sekolah;
pemahaman kategori tinggi meningkat 22%, dari pengujian sistem menggunakan metode black box,
52% menjadi 80%. Berdasarkan hasil uji Paired dengan menguji screen to screen action dengan
Sample T-test menggunakan SPSS, terdapat hasil aplikasi berjalan lancar tanpa kendala; serta
perbedaan yang signifikan antara 2 percobaan, yang validasi produk menggunakan validasi para ahli
artinya terdapat pengaruh penggunaan SIRASS diantaranya validasi ahli materi dengan persentase
dalam meningkatkan tingkat pemahaman tentang kelayakan 100%, validasi ahli media dengan
fasilitas RASS di Kota Kediri. Dapat dikatakan persentase kelayakan 100% dan validasi ahli
bahwa media SIRASS ini dapat diaplikasikan pembelajaran dengan persentase kelayakan 88%.
sebagai media informasi dan pembelajaran tentang Pemahaman awal sebelum menggunakan SIRASS
Fasilitas RASS yang ada di Kota Kediri. setelah meneliti pemahaman awal tentang RASS
pada anak SMP di Kota Kediri didapatkan hasil
IV. Kesimpulan rata-rata jawaban benar adalah 58% dari 360
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan responden, dan 42% jawaban salah dengan detail
sebelumnya, maka dapat menjawab rumusan masalah responden mempunyai nilai 11 orang kategori rendah,
diantaranya tersedianya Sistem Informasi Rute 241 kategori sedang dan 108 kategori tinggi.
Aman Selamat Sekolah (SIRASS) menggunakan Pemahaman setelah menggunakan SIRASS. Setelah
aplikasi mobile berbasis android menggunakan melakukan penelitian pemahaman RASS dengan
metode Research and Development yang disusun menggunakan SIRASS, hasil rata-rata jawaban benar
100 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 91-102
Gambar 13.
Hasil Ahli Validasi Ahli Pembelajaran.
Gambar 14.
Skor Nilai Sebelum Menggunakan SIRASS.
Gambar 15.
Skor Nilai Setelah Menggunakan SIRASS.
adalah 80% dari 360 responden dan 20% jawaban hasil probabilitas atau Sig. (2-tailed) < 0,05, maka
salah. Dengan detail responden mempunyai nilai 2 terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
berkategori rendah, 80 berkategori sedang dan 278 Tingkat Pemahaman Pretest dan Postest yang
responden memiliki kategori tinggi. Perbandingan artinya terdapat pengaruh penggunaan SIRASS
pemahaman RASS sebelum dan sesudah sebagai media peningkatan pemahaman RASS di
menggunakan SIRASS. Hasil pretest menunjukan Kota Kediri pada sampel penelitian.
tingkat pemahaman dengan menjawab benar
sebanyak 58% sedangkan hasil postest menunjukan V. Saran
tingkat pemahaman dengan melihat jawaban Perlu pengembangan lebih lanjut mengenai induk
benar 80%. Dari hasil tersebut dapat dilihat data dalam sistem dari materi sosialisasi agar
peningkatan pemahaman sebesar 22%. Berdasarkan menambah bahan untuk meningkatkan pemahaman
Sistem Informasi Rute Aman Selamat Sekolah (SIRASS) Menggunakan Aplikasi (...), Ali Mushoffan dkk 101
Gambar 16.
Perbandingan Nilai Skor.
Gambar 17.
Diagram Grafik Peningkatan Pemahaman.
RASS. Perlu dilakukan pembaruan informasi RASS Jogiyanto, Hartono. 2005. Analisis & Desain Sistem
secara periodik apabila mengalami perubahan. Dan Informasi PendekatanTerstruktur Teori dan
untuk penelitian selanjutnya diharapkan membuat Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.
media SIRASS. menggunakan aplikasi android Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif.
yang lebih sempurna daripada ini. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Nidhra, Srinivas dan Dondeti, Jagruthi. 2012. Black
Ucapan Terima Kasih Box and White Box Testing Techniques-A
Tim penulis menyampaikan ucapan terima kasih Literature Review. International Journal of
kepada semua pihak yang telah membantu dalam Embedded Systems and Applications (IJESA)
penyelesaian penelitian ini. Vol.2, No.2, June 2012. p8-9.
Pemerintah Republik Indonesia .2012. Panduan Teknis
Daftar Pustaka 1 Rekayasa Keselamatan Jalan. Jakarta: Dirjen
Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum.
App Inventor Beginner Tutorials. MIT App Inventor:
App Inventor. Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Peraturan
Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
Arbie, Erwan. 2000. Pengantar SIstem Informasi
16 Tahun 2016 tentang Fasilitas RASS. Jakarta:
Manajemen. Jakarta: Bina Alumni Indonesia
Kementerian Perhubungan.
Baridwan, Zaki. 1999. Sistem Akuntansi Penyusunan Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Manajemen.
Prosedur dan Metode. Yogyakarta: BPFE Bandung: Alfabeta.
Effendi, Anwar. 2015. Pengembangan Media
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif
Pembelajaran Berbasis Video Tutorial Pada Mata
Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods).
Kuliah Mekanika Tanah. Malang: FKIP UNS
Bandung: Alfabeta.
Hurlock, 2003. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
Erlangga. Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
102 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 91-102
JURNAL PENELITIAN P-ISSN No. 1410-8593
TRANSPORTASI E-ISSN No. 2579-8731
DARAT
Volume 21, Nomor 1, Juni 2019
INDEKS PENULIS
I Made Arka Hermawan, Santun R.P Sitorus, Machfud, I.F Poernomosidhi Poerwo, dan Umar
Mansyur, Hal. 1-12
Moh. Nurul Iman, Santun R.P Sitorus, Machfud, I.F Poernomosidhi Poerwo, dan Widiatmaka, Hal.
75-90
aksesibilitas; angkutan lebaran; angkutan umum penumpang; angkutan umum; app inventor; atribut
pengungkit;
cross tab
emisi kendaraan;
fasilitas intermoda
jarak pandang
keberlanjutan; kebijakan; kebutuhan dasar; kondisi putar balik serta tata letak fasilitas di belakang
putaran
LRT Jabodebek.
online survei.
radius putar; rapfish; RASS; rest area; Rumus Slovin; Rute Aman Selamat Sekolah
smartphone
tingkat kemanfaatan; tingkat pemahaman; Tol Cipali; transportasi; transportasi berkelanjutan biaya
operasional kendaraan
ZoSS
PEDOMAN BAGI PENULIS DALAM JURNAL PENELITIAN TRANSPORTASI DARAT