Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

KAJIAN PRILAKU KEGIATAN LOBI STASIUN BANDUNG

BIDANG KEGIATAN
PKM ARTIKEL ILMIAH

Diusulkan oleh:
Ignatius Jordi; 1604492; 2016
M Farhan Muzakki S; 1601094; 2016
Sevilla Aziza; 1607110; 2016

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


BANDUNG
2019
PENGESAHAN PKM ARTIKEL ILMIAH

Judul Kegiatan :

Bidang Kegiatan : PKM-AI


Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Ignatius Jordi Febri Samuels
b. NIM : 1604492
c. Jurusan : Arsitektur
d. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Indonesia
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Bukit Cipageran Indah A.52a, cimahi
(081573999350)
f. Email : Febrijordi@student.upi.edu
Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : Dua orang
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Tutin Aryanti, S.T., M.T., Ph.D.
b. NIDN/NIDK : 0015087508
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Zamrud I/198-A2 Setiabudi
Regensi, Bandung 40559

Bandung, Tanggal-Bulan-Tahun
Menyetujui
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, Ketua Pelaksana Kegiatan,

(Dr. Ana, M.Pd.) (Ignatius Jordi Febri Samuels)


NIP NIM 1604492

Wakil Rektor Bidang Akademik dan


Kemahasiswaan, Dosen Pendamping,

(Dr. Solehudin, M.A.) (Tutin Aryanti, S.T., M.T., Ph.D.)


NIP NIDN 0015087508

ii
iii
SURAT PERNYATAAN SUMBER TULISAN PKM-AI

Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini:

- Nama : Ignatius Jordi Febri Samuels


- NIM : 1604492

1) Menyatakan bahwa PKM-AI yang saya tuliskan bersama anggota tim lainnya
benar bersumber dari kegiatan yang telah dilakukan:
- Tugas kelompok Mata Kuliah Arsitektur dan Perilaku yang telah
dilakukan sendiri oleh penulis, bukan oleh pihak lain.
- Topik Kegiatan: (sebutkan judul penelitian yang dilakukan)
- Tahun dan Tempat Pelaksanaan: 2019 di Bandung
2) Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding
maupun jurnal sebelumnya.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan
pihak mana pun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, tanggal-bulan-tahun Mengetahui/Menyetujui


Yang Membuat Pernyataan Ketua Program Studi,

(Tanpa materai)

Ignatius Jordi Febri Samuels Tutin Aryanti, S.T., M.T., Ph.D.


NIM 1604492 NIP 19750815 200312 2 001

iv
ABSTRAK

Abstrak berisi tidak lebih dari 250 kata yang dituliskan dalam 1 paragraf dan
merupakan intisari seluruh tulisan yang meliputi: latar belakang, tujuan, metode,
hasil, dan kesimpulan. Abstrak ditulis dengan jarak baris 1,0 spasi. Di bawah
Abstrak disertakan 3-5 kata kunci yang dituliskan secara alfabetik. Contoh abstrak
adalah sebagai berikut. Sebutkan latar belakang masalah (1-2 kalimat). Artikel ini
bertujuan untuk … (sebutkan tujuan penulisan artikel, misalnya mendiskusikan tata
ruang dan pola perilaku spasial pengguna lobi Rumah Sakit Umum Daerah Hasan
Sadikin). Penelitian dilakukan dengan pendekatan … (sebutkan kuantitatif atau
kualitatif). Data dikumpulkan melalui … (misalnya pengamatan, wawancara,
kuesioner daring, dst). Hasil kajian menunjukkan … (sebutkan apa hasilnya).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa … (sebutkan kesimpulannya).

Kata kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 3

Stasiun merupakan tempat untuk menaiki kereta api, penumpang yang


menggunakan kereta api memiliki tujuan perjalanan yang berbeda-beda. Kegiatan
pada stasiun memiliki pola yang sistematis, mulai dari datang, mencetak tiket, dan
memasuki peron. Dengan begitu stasiun harus dapat mewadahi kegiatan
penggunanya agar dapat aman dan nyaman. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui
perilaku pengguna stasiun saat menunggu keberangkatan kereta, maupun saat
kedatangan kereta dan kegiatan-kegiatan lainnya. Srikulasi pengguna stasiun, dan
zonasi wilayah pada stasiun juga menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian
dilakukan dengan pendekatan kulitatif. Data dikumpulakan melalui metode
pengamatan dan wawancara yang dilakukan pada waktu diasaat stasiun penuh dan
waktu sepi. Hasil kajian menunjukan bahwa terdapat penumpang kereta yang
menunggu dalam waktu yang cukup lama antara dua sampai tiga jam. Pergerakan
pada waktu sibuk mengharuskan sirkulasi berjalan dengan lancar, karena terdapat
banyak orang yang terburu-buru. Perletakan fasilitas memiliki peran penting dalam
kenyamanan pada saat melakukan kegiatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
jalur sirkulasi yang seharusnya lancar menjadi menumpuk karena fasilitas yang ada
menghalagi jalur sirkulasi tersebut. Ada beberapa zonasi dari pengguna stasiun
yang dibedakan berdasarkan tujuan dari kegiatan yang dilakukan.

Kata kunci : Kenyamanan, Perilaku, Stasiun.

ABSTRACT

Train Stations are places to ride trains, passengers using trains have different
travel destinations. The activities at the station have a systematic pattern, starting
from coming, printing tickets, and entering the platform. That way the station must
be able to accommodate the activities of its users in order to be safe and
comfortable. This article aims to find out the behavior of station users while waiting
for the train departure, as well as when the train arrives and other activities.
Srikulation of station users, and zoning of the area at the station are also the
objectives of this study. The study was conducted with a qualitative approach. Data

v
collected through the method of observation and interviews conducted at the time
the station was full and time was quiet. The results of the study show that there are
train passengers waiting for a long time between two to three hours. Movements at
busy times require circulation to run smoothly, because there are many people who
are in a hurry. Placement of facilities has an important role in comfort when
carrying out activities. The conclusion of this study is that the circulation path that
should be smooth has accumulated because the existing facilities hamper the
circulation path. There are several zoning from station users that are differentiated
based on the purpose of the activities carried out.

Keywords : Comfort, Behavior, Train station.

vi
PENDAHULUAN
Kereta Api (KA) sebagai moda transportasi darat yang efektif untuk jarak
jauh (waktu tempuh yang lama) menjadikan Kereta Api salah satu alat transportasi
yang sering digunakan. Untuk mengakses kereta api dibutuhkan Stasiun KA, di
stasiun itu pun pengguna menunggu kedatangan kereta api untuk melakukan
keberangkatan. Keberangkatan yang jauh membuat calon penumpang datang lebih
awal agar tidak tertinggal kereta. Dengan adanya banyak kegiatan dalam stasiun
kereta menjadi menarik untuk dapat diteliti bagaimana prilaku pengguna stasiun
kereta saat menunggu, maupun kegiatan lainnya. Untuk itu penulis memilih untuk
menjadikan stasiun Bandung menjadi objek penelitian, dikarenakan stasiun
Bandung merupakan stasiun kelas A dimana setiap kereta yang melalui stasiun ini
akan berhenti. Lebih khususnya penelitian dilakukan di lobi bagian utara Stasiun
Bandung, yang khusus untuk penumpang dengan perjalanan antar kota.
Ketika hendak menaiki kereta terkadang waktu kedatangan penumpang ke
stasiun yang pas dengan waktu keberangkatan kereta membuat kekawatiran
penumpang sehingga terburu-buru untuk memasuki daerah peron. Di sisi lain
terdapat penumpang yang masih menunggu keberangkatan kereta yang masih lama.
Peristiwa seperti itu merupakan salah satu alasan yang membuat penulis ingin
membuat penelitian mengenai hal ini. Cara agar semua kegiatan dapat diwadahi dan
pengguna menjadi nyaman dengan berbagai macam kondisi.
Di beberapa kota di Indonesia stasiun kereta api belum memenuhi standar
yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini kami akan mencari tahu apakah Stasiun
Kereta Api Bandung sudah memenuhi syarat ketetapan dan efektif untuk
penggunanya.

1
TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pengunjung ketika


menunggu di lobi stasiun utara Satisun Bandung, karena tujuan dari penumpang
yang menunggu di lobi utara stasiun Bandung adalah antar kota, maka penumpang
kemungkinan akan datang lebih cepat dari jadwal keberangkatan dan membawa
barang yang cukup banyak.
Dapat mengetahui pemetaan zonasi pengguna. Karena dalan lobi utara
stasiun bandung memiliki banyak kegiatan secara bersamaan, maka mengetahui
zonasi ruang berdasarkan kegiatan pengguna dapat mempermudah dalam
melakukan justifikasi. Hal tersebut diharapkan dapat bermanfaat untuk
pengembangan tata letak ruang dan penempatan fasilitas di lobi utara Stasiun
Bandung.

2
METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif berupa


observasi langsung ke lapangan dan wawancara terhadap beberapa pengguna
stasiun. Dan metode kuantitatif berupa studi kebutuhan ruang. Dan akan dilakukan
komparatif eksisting dengan standar yang telah ditetapkan.
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif berupa
observasi langsung ke lapangan dan wawancara terhadap beberapa pengguna
stasiun. Dan metode kuantitatif berupa studi kebutuhan ruang. Dan akan dilakukan
komparatif eksisting dengan standar yang telah ditetapkan.

2. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan pengunjung lobi stasiun Bandung bagian utara.
Lobi bagian utara merupakan keberangkatan kereta antar kota yang memiliki
kegiatan yang lebih beragam untuk persiapan keberangkatan dan kedatangan.

3. Waktu Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal … pada pukul 08.00, 13.00, 20.00

4. Teknik Pengambilan Data


Pengambilan data berupa standar dan definisi stasiun dilakukan dengan
studi literatur secara daring.
Teknik pengambilan data untuk data awal berupa denah dan jadwal kereta
dilakukan melalui observasi langsung ke lobi stasiun Bandung.
Teknik pengambilan data adalah dengan mengamati, dan wawancara.
Pengamatan yang dilakukan adalah zonasi, jejak, dan pola yang dari kegiatan
pengunjung lobi stasiun Bandung. Wawancara dilakukan dengan secara tidak
formal yang menanyakan kegiatan dari pengunjung di lobi stasiun Bandung.

5. Teknik Analisis
Setelah memperoleh data, selanjutnya data dianalisis dengan
menghubungkan sebab akibat dari kasus yang ada, dan kecocokan dengan hasil
kajian literatur.

3
DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pemetaan Zonasi Pengguna Stasiun Bandung

Setelah melakukan pengamatan , pada Stasiun Bandung bagian utara


terdapat beberapa zonasi yang dibedakan berdasarkan kegiatan penggunanya
(gambar1).

Gambar 1. Zonasi pada stasiun utara Bandung, sesuai dengan pengamatan yang dilakukan.

Zona A merupakan zona untuk area masuk dan keluar stsiun, sehingga zona
ini merupakan zona sirkulasi utama stasiun. Pada zona ini sirkulasi pengguna
stasiun cenderung tinggi, sehingga sering terjadi kepadatan saat mendekati waktu
keberangkatan kereta. Karena setiap orang yang menggunakan stasiun akan selalu
melewati zona ini, maka banyak penyedia jasa yang terdapat pada Zona A, seperti
jasa untuk mengangkat barang (porter), jasa penyedia layanan taksi atau
transportasi lain. Selain itu terdapat pula papan informasi jadwal dan formulir
pendaftaran untuk memesan tiket.
Zona B merupakan ruang voyer dan untuk mencetak tiket bila penumpang
memesan tiket secara online. Pada zona ini tidak begitu banyak kegiatan yang ada,
kegiatan utama merupakan mencetak tiket, dan kegiatan lainnya adalah menunggu
yang diakukan dengan berdiri. Biasanya pengguna yang menunggu pada zona ini
menunggu rombongan masing-masing lengkap, karena zona ini tepat di depan pintu
masuk utama. Rombongan Penumpang kereta yang memesan tiket secara online
membagikan tiketnya setelah melakukan pencetakan tiket pada zona ini.
Zona C merupakan ruang tunggu untuk pengunjung stasiun yang ingin
memesan tiket di stasiun secara langsung. Sehingga sebagian besar pengguna pada
zona ini tidak menghabiskan waktu terlalu lama di stasiun. Antrian pemesanan tiket
mengguna nomor, sehingga tidak perlu mengantri dengan berdiri.
Zona D merupakan ruang tunggu untuk penumpang yang ingin menaiki
kereta namun belum dapat memasuki peron, karena terdapat aturan bahwa
penumpang dapat memasuki peron setengah jam sebelum waktu keberangkatan
kereta. Pengguna pada zona ini menghabiskan waktu lebih lama dari zona C, karena
penumpang kereta jarak jauh datang lebih cepat dari waktu keberangkatan kereta,
salah satunya disebabkan banyaknya bawaan dan perasaan cemas akan tertinggal

4
kereta. Kegiatan pada saat menunggu waktu keberangkatan kereta adalah makan
atau minum, berbincang, membaca, bermain HP, dll. Barang bawaan yang dibawa
oleh calon penumpang kereta diletakan disekitar tempat duduk, sehingga bawaan
barang yang banyak dapat menghalangi sirkulasi yang ada.
Zona E merupakan zona untuk memasuki peron, pada zona ini penumpang
yang ingin memasuki peron menyiapkan surat-surat untuk pengecekan tiket. Pada
zona ini pula merupakan batas orang yang mengantar pengguna kereta api.
Zona F merupakan area kedatangan penumpang kereta, pada zona ini
terjadi penumpukan pengguna ketika kereta tiba, orang yang akan menjemput
penumpang menunggu pada jalur sirkulasi keluar ini.

B. Alur Sirkulasi Kedatangan dan Keberangkatan

Gambar 2. Sirkulasi pengguna yang datang ke stasiun atau penumpang yang akan berangkat.

Stasiun memiliki sistem alur yang sudah jelas untuk penumpang kereta
ketika keberangkatan maupun kedatangan. Secara garis besar keberangkatan
memiliki kegiatan seperti memasuki stasiun, mencetak tiket, memasuki peron,
hingga menaiki kereta. Terdapat pula kegiatan-kegiatan lainnya seperti, menunggu
di luar peron, berbelanja, mengambil uang pada mesin ATM, dll (gambar2).
Dapat di lihat pada gambar, bahwa daerah yang memiliki sirkulasi tinggi
adalah yang memiliki garis lebih tebal. Sehingga pada jalur tersebut rawan untuk

5
Gambar 3. Srikulasi penumpang yang telah tiba dan akan meninggalkan stasiun.

terjadi penumpukan antrian, terlebih bila penumpang terburu-buru akan menyebabkan


suasana tidak nyaman.

Sirkulasi kedatangan penumpang lebih sederhana dari keberangkatan, karena pada


umumnya penumpang memiliki tujuan selanjutnya di luar stasiun, sehingga penumpang
yang telah tiba ditujuannya akan berfokus untuk keluar meninggalkan stasiun (gambar 3).
Kepadatan sirkulasi pengguna dapat dilihat pada gambar 4. Pada sirkulasi yang
memiliki kepadatan tinggi terdapat mesin ATM, pengguna mesin ATM yang mengantri
seringkali menghalangi sirkulasi.

Gambar 4. Sirkulasi penggabungan pengguna yang datang dan akan meninggalkan stasiun.

C. Perilaku Pengguna Saat Menunggu


Kegiatan ketika menunggu keberangkatan ada bebagai macam, setelah
melakukan pengamatan terdapat kegiatan-kegiatan yang menarik untuk di analisis.
Pengamatan dilakukan secara langsung atau melalui jejak yang ditinggalkan pada
ruangan. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel di bawah:

6
Gambar Keterangan
Orang duduk ditengah
jalur sirkulasi pada zona
B (gambar 1). Setelah
diamati hal tersebut dapat
disebabkan oleh kursi
tunggu yang kurang.
Selain itu barang bawaan
yang banyak membuat
lebih nyaman untuk
menunggu dengan cara
ini. Selain itu yang
melakukan hal ini adalah
rombongan sehingga
terdapat rasa memiliki
zona oleh kolompok
tersebut.
Gambar 5. Orang duduk ditengah jalur Akibat dari kegiatan ini
sirkulasi
adalah menggangu
sirkulasi dan kawasan ini
menjadi tidak tertib.
Penumpang membawa
banyak bawaan dan
menyimpan disekitar
tempat duduk.
Penumpang kereta yang
datang lebih cepat dan
membawa barang bawaan
yang banyak dapat
mengahalangi sirkulasi
yang ada, terlebih bila
Gambar 6. Barang bawaan penumpang barang diletakan dalam
waktu yang lama.
Sampah yang berserakan
pada zonasi C (gambar1).
Hal tersebut terjadi karena
sebagian penumpang yang
menungguu pada area ini
menghabiskan waktu
yang lama. Kegiatan
selama menunggu salah
satu nya adalah makan
dan minum. Makan dan
minum dilakukan pada
tempat duduk untuk
Gambar 7. Sampah yang berserakan menunggu agar tempat
duduk tidak diguankan
orang lain. Ditambah
dengna tidak adanya
tempat sampah pada area
ini,sehingga pengguna

7
cenderung membuang
sampah sebarangan.
Akibatnya adalah
lingkungan kotor, terlihat
kumuh dan menjadi tidak
sehat.
Orang merokok di tempat
yang menurut mereka
nyaman, disebabkan
tidak ada tempat khusus
untuk merokok pada
stasiun, dan aturan yang
ketat mengenai larangan
merokok. Akibatnya
adalah pengguna lain
menjadi enggan untuk
melewati wilayah orang-
orang merokok, yang
biasanya terdapat pada
jalur sirkulasi menuju ke
Gambar 8. Orang merokok di tempat yang setasiun.
menurut mereka nyaman.

Orang yang menuggu


pengisian daya barang.
Rata-rata barang yang
diisi dayanya adalah
terlfon selular. Karena
tidak ada pengaman pada
pengisian daya, dan tidak
disediakan pula tempat
duduk untuk menunggu,
sehingga pemilik barang
harus menunggu dengan
cara berdiri. Hal ini
Gambar 9. Orang berdiri mengunggu menyebabkan rasa tidak
pengesian daya. aman dan nyaman pada
pengguna fasilitas ini.

8
D. Pengaruh Kondisi Ruang Terhadap Pengguna

Gambar 10. Co-working space yang ada di stasiun Bandung. Sumber: dokumen pribadi

1. Stasiun Kereta Api Bandung memiliki fasilitas co-working space yang dibuat
oleh BUMN sebagai salah satu alternative pengguna untuk menunggu
keberangkatan. Dari hasil pengamatan, co-working space ini tidak terlalu
banyak pengunjungnya dikarenakan letak co-working tidak strategis yang
berada di selasar yang jarang dilalui orang. Adanya pagar membuat wilayah

Gambar 4. Sirkulasi penggabungan pengguna yang datang dan akan meninggalkan stasiun.

9
menjadi eksklusif dan terbatasnya aksesibilitas bagi sebagian pengunjung ke
dalam co-working space tersebut.
Alasan lainnya berupa keseganan orang akan memasuki wilayah yang rapih dan
bersih dikarenakan persepsi akan tempat yang berbayar. Karena di Indonesia
sendiri banyak fasilitas umum namun diharuskan untuk membayar seperti toilet
umum. Dalam foto diatas terdapat orang yang sedang menggunakan co-working
space dan terlihat seperti pegawai kantoran, tidak seperti pengguna stasiun
kereta api yang lainnya dan diprediksi bahwa pengguna sudah mengetahui apa
itu co-working space dan tidak keberatan apabila disuruh membayar sehingga
tidak segan untuk memasukinya.
Akibat dari hal-hal tersebut, orang yang membutuhkan tempat untuk
menyelesaikan pekerjaannya justru menggunakan tempat yang tidak
terfasilitasi seperti di koridor, mushola, selasar, dan ruang tunggu yang hanya
tersedia kursi tanpa meja.
2. Stasiun identic dengan Porter/ penyedia jasa yang membawakan barang
pengguna kereta api. Porter di stasiun Bandung tidak memiliki tempat khusus
untuk menunggu pelanggan, sehingga mereka tersebar di beberapa tempat.
Seperti yang ada pada gambar dibawah ini.

Gambar 14. Porter yang berada di ruang tunggu. sumber: dokumen pribadi

10
Pengunjung merasa segan memasuki stasiun karena terdapat porter yang
menyebar sehingga merasa memasuki wilayah yang bukan merupakan zona
nyaman, ditambah stereotipe orang-orang terhadap pelayanan yang
menggunakan tips.

Gambar 15. Suasana pengguna saat mencari angkutan umum

3. Suasana ketika hujan dan terdapat pengguna yang memesan taksi online.
Karena tidak ada ruang yang disediakan, menjadi kurang aman dan kurang
nyaman. Commented [TA1]: Lengkapi dengan analisis
menggunakan rujukan-rujukan teori atau literatur.

11
KESIMPULAN

Jalur sirkulasi untuk masuk memiliki tingkat kepadatan lebih tinggi, karena
terdapat berbagai sirukasli untuk masuk. Selain itu sirkulasi masuk memerlukan
kelancaran hingga masuk kedalam stasiun yang juga menyediakan berbagai
fasilitas. Namun terkadang fasilitas-fasilitas tersebut menghalangi jalur sirkulasi
untuk masuk kedalam stasiun.
Pada lobi utara stasiun Bandung memiliki beberapa zonasi ruang yang
dibedakan berdasarkan kegiatan dari pengguna. Zonasi pintu masuk keluar lobi
stasiun, zona mencetak tiket, zona membeli tiket, zona menunggu, zona jalur
masuk peron, dan zona kedatangan. Zonasi ini dibedakan berdasarkan kegiatan
yang ada.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah berperan dalam


penulisan artikel ini, terutama untuk dosen pembimbing, teman-teman, dan pihak
yang bersedia diwawancara. Semoga penelitian ini dapat berguna sebagai
pertimbangan dalam merancang stasiun.

DAFTAR PUSTAKA
(Rujukan ditulis menggunakan format Harvard secara alfabetis. Sertakan hanya
pustaka yang dirujuk di dalam teks.)

O'Neill, H. (1994). South-East Asia. In M. Frishman & H.-U. Khan (Eds.), The
Mosque (pp. 225-239). London: Thames and Hudson Ltd. (contoh bab
buku)

Ruggles, D. F. (2008). Islamic Garden and Landscapes. Philadelphia: University


of Pennsylcania Press. (contoh buku)

Wiryomartono, B. (2009). Postcard from the Field: A Historical View of Mosque


Architecture in Indonesia. The Asia Pacific Journal of Anthropology, 10(1),
33-45. (contoh artikel jurnal)

12

Anda mungkin juga menyukai