Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

KLIPING IPS

Nama : Muhammad Dzakwan Mubarok


Kelas : 6-C

SDN Grogol Utara 03 Pagi


Jakarta
KERAGAMAN SOSIAL BUDAYA
NANGGROE ACEH DARUSSALAM

RUMAH ADAT NANGGROE ACEH DARUSSALAM


1. Rumah Krong Bade

Rumah adat pertama yang perlu Anda kenali adalah Rumah Krong Bade. Konsep
bangunannya memakai rumah panggung, yang tingginya mencapai 2 sampai 3 meter. Lalu
hampir seluruh material bangunannya memakai bahan alami, yaitu berbagai jenis kayu.
Lalu untuk atapnya banyak memakai daun rumbia. Pada kolong rumah panggung, pemilik
rumah biasa menyimpan bahan makanan di sana. Lalu kegiatan masyarakat terutama ibu-
ibu di sana juga banyak dilakukan di bawah rumah panggung, seperti saat menenun.
Ketika hendak masuk ke rumoh Aceh, akan ada tangga. Adapun jumlah tangganya sesuai
dengan aturan pembuatannya, harus berjumlah ganjil. Setelah Anda menaiki tangga,
nantinya akan ada beberapa hiasan seperti lukisan yang dipasang di dinding.
Jumlahnya bisa satu atau lebih. Jumlah hiasan di dinding inilah yang menunjukkan status
sosial pemilik rumah Krong Bade ini. Semakin banyak hiasan atau lukisan yang dipajang,
artinya semakin tinggi pula golongan pemilik Krong Bade tersebut. Begitu juga
sebaliknya.
2. Rumah Santeut

Rumah adat Aceh yang kedua yaitu Rumah Santeut. Rumah ini juga biasa disebut dengan
Tampong Limong. Bentuknya cukup sederhana, sebab masyarakat juga banyak memakai
desain rumah jenis ini. Tiang pada bangunannya juga dibuat sama, yaitu sekitar 1,5 meter.
Lalu untuk material bangunan pada Tampong Limong ini juga jauh lebih murah dibanding
dengan Krong Bade. Atap rumahnya memakai daun rumbia, sementara untuk lantai
digunakan belahan bambu yang ditata atau di jajar rapat.
Selain sebagai lantai, belahan bambu ini dipakai juga karena sirkulasi udara di dalam
ruangan yang dihasilkan dengan memakai bahan tersebut jauh lebih bagus. Dengan begitu,
lantai dan ruangan tidak akan terasa lembab, namun lebih sejuk.
Rumah Santeut ini biasanya memang tidaklah terlalu luas. Maka dari itu, di bagian kolong
biasanya akan dipakai untuk tempat mengadakan acara rumahan tertentu atau untuk
menerima tamu.
PAKAIAN ADAT NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Pakaian Adat Aceh Gayo

Pakaian adat jaman dahulu telah dikenalkan oleh Suku Aceh Gayoyang sampai sekarang
masih eksis keberadaannya. Sama dengan pakaian adat Aceh modern, pakaian adat Aceh
Gayo terbagi menjadi dua macam, yakni Aman Mayok dan Ineun Mayok.
Pakaian Aman Mayok digunakan oleh para laki-laki Aceh Gayo. Pakaian untuk pengantin
laki-laki ini didesain dengan memiliki aksen Bulang Pengkah, yang fungsinya sebagai
tempat menancapnya sunting. Sementara untuk perlengkapannya, setelan baju ini terdiri
dari baju putih, celana, ponok (sejenis keris), sarung yang dililitkan di pinggang, tanggang,
genit rante, beberapa gelang di lengan, dan cincin.
Sedangkan Ineun Mayok digunakan oleh para perempuan Aceh Gayo. Pakaian yang
dikenakan oleh mempelai wanita ini didesain secara Islami karena kuatnya pengaruh Islam
dalam budaya Aceh. Adapun setelah baju Ineun Mayok ini terdiri dari baju, celana, sarung
pawak, dan ikat pinggang ketawak. Agar perempuan yang mengenakannya terlihat
semakin menawan, maka perlu diberikan perhiasan-perhiasan pada tubuhnya.
Untuk menghiasi kepala, wanita Aceh dihiasi dengan mahkota sunting, sanggul sempol
gampang, cemara, anting-anting subang gener, subang ilang, lelayang, serta ilung-ilung. Di
bagian leher, bergantung kalung tanggal. Agar bagian tangan mulai dari lengan hingga
jemari semakin cantic dan lentik, dipasangkan gelang (seperti  gelang berapit, gelang
puntu, gelang giok, gelang beramur, gelang bulet), topong, serta cincin (seperti sensim
patah, cincin sensim belam keramil, sensim belilit, sensim keselan, sensim genta, serta
sensim kul).
Rante genit rante digunakan di pinggang di luar sarung dan digunakan di pergelangan kaki.
Dan terakhir, upu ulen-ulen selendang disilangkan dari bahu ke pinggang yang ukurannya
disesuaikan dengan lebar unur busana.
TARIAN ADAT NANGGROE ACEH DARUSSALAM
1. Tari Ratoh Duek

Tarian tradisional Aceh Ratoh Duek adalah tarian tradisional yang berasal dari provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Ratoh berasal dari bahasa Arab yang berarti Rateb / ratip
yang berarti melakukan pujian dan doa kepada Allah SWT dan Nabi melalui puisi yang
disamakan / dinyanyikan, Duek sedang duduk. Jadi Ratoh Duek adalah kegiatan seni yang
berisi ibadah dan dilakukan duduk.
Dalam perkembangan dan penampilan tarian tradisional aceh Ratoh Duek, gerakannya
hampir mirip dengan tarian saman, yang saat ini sangat populer di kalangan masyarakat,
generasi muda dan pencipta seni di luar Aceh.
Seringkali orang secara keliru menyebut tarian duoh ratoh sebagai tarian saman. Meskipun
kedua tarian Aceh ini berbeda.
2. Tari Rampai Geleng

Tarian Rampai Geleng adalah tarian tradisional yang berasal dari Aceh. Rampai adalah
alat musik tradisional Aceh yang kita kenal dengan nama Rebana. Alat musik bunga
rampai tradisional ini sangat beragam, salah satunya adalah Rampai Geleng. Penamaan
Rampai pada alat musik pukul dari Aceh mengambil nama Sheikh Ripai yang merupakan
penemu dan pengembang alat musik tradisional ini di Aceh.
Game Rapai Geleng juga mencakup gerakan tarian yang melambangkan keseragaman
dalam hal kerja sama, kebersamaan, dan kepenuhan dalam masyarakat.
Salah satu terian Aceh mengekspresikan kedinamisan orang-orang dalam puisi (lagu) yang
dinyanyikan, custum dan gerakan dasar unsur-unsur tari meuseukat.
Fungsi tarian aceh ini adalah simbol-simbol agama, menanamkan nilai-nilai moral dalam
masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat sosial.
Rapai geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Pantai Pesisir Selatan.
Jenis tarian ini diperuntukkan bagi pria. Biasanya ada 12 pria yang terlatih dalam tarian
ini. Puisi yang disampaikan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana hidup
dalam masyarakat, agama dan solidaritas yang dijunjung tinggi.
Tarian Rapai Geleng terdiri dari 3 babak:
1. Saleum (Salam)
2. Cerita (cerita bagus tentang para rasul, nabi, raja, dan ajaran agama)
3. Lani (penutup)
LAGU DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM
1. Lagu “Bungong Jeumpa”
Bungong jeumpa, bungong jeumpa meugah di Acèh
Bungong teuleubèh, teuleubèh indah lagoë na
Putéh kunèng meujampu mirah
Keumang cidah that rupa
Lam sina buleuën, lam sina buleuën angèn peuayôn
Rurôh meususôn, meususôn, nyang mala-mala
Mangat that mubèë meunyo tatém côm
Leupah that harôm si bungong jeumpa
Terjemahan:
Bunga cempaka, bunga cempaka terkenal di Aceh
Bunga yang lebih, yang lebih indah rupanya
Putih kuning bercampur merah
Mekar sekuntum indah rupawan
Dalam sinar bulan, dalam sinar bulan angin ayunkan
Gugur bersusun, bersusun, yang sudah layu
Harum baunya kalau dicium
Alangkah harum si bunga cempaka

Dalam bahasa Aceh, bungong jeumpa adalah bunga cempaka.


Lagu Bungong Jeumpa merupakan salah satu lagu daerah Aceh yang memiliki nilai
penting dalam kebudayaan masyarakat Aceh. Dimana lagu ini menggambarkan semangat
dan keindahan Tanah Aceh yang disimbolkan dengan bunga khas di Kesultanan Aceh,
yaitu bungong jeumpa.
2. Tawar Sadenge
Engon ko so tanoh Gayo
Si megah mu reta dele
Rum batang uyem si ijo kupi bako e
Pengen ko tuk ni korek so
Uwet mi ko tanoh Gayo
Seselen pumu ni baju netah dirimu
Nti daten bur kelieten
Mongot pude deru
Oya le rahmat ni Tuhen ken ko bewenmu
Uwetmi ko tanoh Gayo
Semayak bajangku
Ken tawar roh munyang datu uwetmi masku
Ko matangku si mumimpim
Emah ko uyem ken soloh
Katiti kiding nti museltu
Ilahni dene
Wo kiding kao ken cermin
Remalan enti berteduh
Nti mera kao tang duru
Bon jema dele
Nti osan ku pumun jema
Pesaka si ara
Tenaring ni munyang datu ken ko bewen mu
Uwet mi ko tanoh Gayo
Ko opoh bajungku
Ken tawar’n roh munyang datu
uwetmi masku

Tawar Sadenge  merupakan lagu daerah Aceh yang diciptakan oleh seorang seniman Gayo,
Almarhum AR Moese. Dalam lagu ini, lirik-liriknya bercerita tentang kekayaan sumber
daya alam dataran tinggi Gayo.
Boleh dibilang, lagu ini seperti merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas
anugerah sumber daya alam yang telah diberikan. Tawar Sadenge juga berisi pesan-pesan
kepada masyarakat agar dapat menjaga dan bagaimana memanfaatkan sumber daya alam
dengan baik tanpa merusak kelestarian lingkungan.
ALAT MUSIK TRADISIONAL NANGGROE ACEH DARUSSALAM
1. Arbab

Arbab termasuk ke dalam alat musik golongan kordofon dan dimainkan dengan cara
digesek. Instrumen musik yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam ini terbuat dari
bahan dasar kayu, tempurung kelapa dan juga kulit kambing.
Arbab hanya memiliki satu dawai atau senar yang digesek dengan menggunakan alat
khusus yang bernama \\\”Go Arbab\\\” yang terbuat dari serat tumbuhan, kayu atau rotan
yang berbentuk seperti busur panah.
Arbab digunakan sebagai pendamping lagu tradisional di masyarakat Aceh. Seringkali alat
musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai.
Arbab pada umumnya dimainkan pada acara pesta rakyat atau hanya sekedar hiburan
semata.
2. Bangsi Alas

Bangsi / Bansi Alas merupakan alat musik yang masuk kedalam golongan aerofon yang
berarti alat musik yang dapat menghasilkan suara dari hembusan udara atau singkatnya
ditiup.
Instrumen musik tradisional ini tumbuh dan berasal dari daerah Lembah Alas, Kabupaten
Aceh Tenggara yang biasa digunakan sebagai pengiring musik Tarian Landok Alun,
sebuah tarian khas Desa Telangat Pagan.
\\\” Pembuatan bangsi identik dengan kabar meninggalnya seseorang, apabila seseorang
meninggal maka bangsi yang dibuat akan dihanyutkan disungai dan di ambil kembali. \\\”
Bangsi alas memiliki ukuran panjang sekitar 41 cm dan mempunyai diameter 2,8 cm
dengan 7 buah lubang pada bagian atas yang dimana setiap lubangnnya semakin ke ujung
semakin melebar. 7 buah lubang tersebut memiiki fungsi tersendiri yang terbagi dalam
enam buah lubang nada, dan satu buah lubang udara yang letaknya dekat dengan tempat
yang ditiup.
UPACARA ADAT NANGGROE ACEH DARUSSALAM
1. Peusijuek

Upacara adat Aceh yang pertama adalah upacara Peusijuek yang hingga kini masih
berlangsung dan dilakukan oleh masyarakat Aceh. Tradisi satu ini cukup mirip dengan
tradisi Tepung Mawar dalam kebudayaan masyarakat Melayu.
Upacara adat Peusijuek biasanya dilakukan di hampir setiap kegiatan adat yang ada dalam
kehidupan masyarakat Aceh. pada kalangan masyarakat di pedesaan, Peusijuek adalah
upacara yang sangat biasa dilaksanakan untuk hal-hal kecil, seperti ketika membeli sebuah
kendaraan baru atau ketika menaburkan benih di sawah.
Akan tetapi, bagi masyarakat perkotaan di Aceh yang memiliki gaya hidup yang lebih
modern, tradisi Peusijuek hanya dilakukan pada kegiatan adat saja, contohnya seperti
dalam proses adat perkawinan.
Dalam pelaksanaannya, proses upacara adat Peusijuek ini dipimpin oleh salah seorang
tokoh agama atau tokoh adat yang dituakan atau dihormati oleh masyarakat setempat. Bagi
laki-laki, biasanya upacara adat ini dipimpin oleh seorang Teuku, sedakan oleh kaum
perempuan dikenal dengan sebutan Ummi, sebagai tokoh yang dituakan dan dihormati
oleh masyarakat.
Hal ini karena proses dari upacara Peusijuek diisi dengan doa keselamatan serta
kesejahteraan sesuai dengan ajaran agama Islam sebagai agama yang mayoritas dianut oleh
masyarakat Aceh. oleh karena itu, pemimpin upacara Peusijuek diutamakan dari golongan
yang cukup memahami serta menguasai hukum agama Islam.
Upacara Peusijuek dilaksanakan oleh masyarakat Aceh sebagai ungkapan rasa syukur atas
keselamatan maupun kesuksesan ketika mereka berhasil meraih sesuatu baik yang
berkaitan dengan benda maupun manusia. Seluruh permohonan maupun rasa syukur
ditujukan pada Allah atas nikmat yang telah diberikan.
2. Tradisi Meugang

Tradisi Meugang atau dikenal dengan nama Makmeugang merupakan tradisi menyembelih
hewan kurban yang berupa sapi atau kambing dan dilaksanakan setiap tiga tahun sekali
yaitu pada bulan Ramadhan, Idul Fitri serta Idul Adha. Daging hewan yang telah
disembelih tersebut, oleh masyarakat Aceh kemudian dimasak dan dinikmati bersama
dengan kerabat, keluarga dan dibagikan beberapa pada yatim piatu.
Biasanya, hewan kurban yang disembelih baik itu sapi atau kambing bisa berjumlah
hingga ratusan. Selain sapi dan kambing, masyarakat Aceh juga menyembelih ayam serta
bebek. Masyarakat Aceh biasanya akan memasak daging hewan tersebut di rumah,
kemudian dibawa ke masjid agar dapat dimakan bersama dengan tetangga dan warga yang
lainnya.
Tradisi Meugang atau Makmeugang di desa, biasanya dilaksanakan sehari sebelum hari
raya Idul Fitri. Sedangkan di kota, tradisi ini biasanya dilaksanakan dua hari sebelum
perayaan hari raya Idul Fitri.
Menurut sejarahnya, tradisi Meugang ini telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu
sejak masa Kerajaan Aceh. Pada masa itu, antara tahun 1607 hingga 1636 M, Sultan
Iskandar Muda memotong hewan dengan jumlah yang banyak, kemudian daging dari
hewan tersebut dibagikan secara gratis pada seluruh rakyatnya.
MAKANAN KHAS NANGGROE ACEH DARUSSALAM
1. Mie Aceh

Kuliner yang satu ini sudah banyak tersedia di berbagai daerah. Biasanya Mie Aceh dijual
di kedai makanan khas Aceh bersama dengan Teh tarik dan martabak.
Mie Aceh memiliki tekstur yang kenyal dengan bumbu rempah yang gurih dan kaya
rempah. Tersedia varian mie goreng atau mie kuah dengan telur, daging, kepiting, seafood,
dll.
Mie Aceh paling lezat jika disantap saat hujan, aneka rempah yang terkandung dalam
seporsi mie aceh bisa menghangatkan badan Grameds juga bisa membuat sajian serba
berkuah yang bisa bisa disantap saat hujan. Tabloid “Saji” berisikan menu hangat berkuah
yang bisa Grameds praktikkan.
2. Kuah Masam Keu-Neung

Sekilas kuliner ini menyerupai kari ya, Grameds. Namun kuah dari Keuneung ini rasanya
menyegarkan. Bagi kamu penyuka kuliner berkuah, kuah masam keu eung wajib dicoba.
Kuliner ini biasanya memakai ikan tongkol, tenggiri, bandeng atau kakap. Ikan direbus ke
dalam air mendidih yang telah dibumbui bawang merah, bawang putih, cabe, jahe, kunyit,
daun jeruk, dan belimbing wuluh. Umumnya masyarakat Aceh memasak kuah masam ini
menggunakan periuk tanah liat agar rasanya semakin lezat dan harum.
Lezatnya kuliner yang diwariskan turun temurun memang selalu dirindukan apabila pulang
kampung. Tak ada salahnya mencoba aneka resep nusantara dengan mengintip resep
“Sajian Sedap Nusantara ala @Dapursokoko”. Buku resep ini berisikan aneka resep
nusantara yang paling populer.
3. Kuah Sie Itek

Sie Itek merupakan makanan khas yang paling populer di Aceh. Masakan ini memakai
bahan baku itik, namun tidak tercium aroma amis khas bebek sama sekali. Wajar saja,
makanan ini menggunakan banyak rempah dan bumbu aromatik hingga mengeluarkan
aroma harum.
Aroma yang paling menonjol dalam sie itek adalah wangi daun kari dan pandan yang
dipakai untuk mengikat setiap potong bebek yang dimasak. Selain itu penggunaan
ketumbar dan jintan untuk menghilangkan bau amis.
Tak ada salahnya Grameds mencoba untuk membuat olahan dari bebek yang lezat seperti
Sie Itek ini. di buku “Masakan Rumahan Lezat dan Nikmat”, Grameds bisa mencoba
sendiri di rumah untuk dimasak bersama keluarga.
PERTANYAAN KLIPING

1. Apakah nama rumah adat Aceh yang memakai banyak daun rumbia?
Jawab : Krong Bade dan Santeut
2. Pakaian adat Aceh Gayo terbagi menjadi dua macam, yaitu?
Jawab : Aman Mayok dan Ineun Mayok
3. Sebutkan 2 tarian daerah yang ada pada kliping ini!
Jawab : Ratoh uek dan Rampai Geleng
4. Dalam bahasa Aceh, bungong jeumpa memiliki arti yaitu?
Jawab : bunga cempaka
5. Siapakah pencipta lagu Tawar Sadenge?
Jawab : Almarhum AR Moese
6. Alat musik Aceh yang terbuat dari bahan dasar kayu, tempurung kelapa dan juga kulit
kambing adalah?
Jawab : Arbab
7. Upacara Peusijuek dilaksanakan oleh masyarakat Aceh sebagai ungkapan?
Jawab : rasa syukur atas keselamatan maupun kesuksesan
8. Tradisi menyembelih hewan kurban yang berupa sapi atau kambing dan dilaksanakan
setiap tiga tahun sekali yaitu?
Jawab : Tradisi Meugang
9. sebutkan 3 makanan khas Aceh yang terdapat pada kliping ini?
Jawab : Mie Aceh, Kuah Masam Keu-Neung, Kuah Sie Itek
10. Tarian Rapai Geleng terdiri dari 3 babak, yaitu?
Jawab : Saleum (Salam), Cerita, Lani (penutup)

Anda mungkin juga menyukai