623-Article Text-1761-1-10-20211008
623-Article Text-1761-1-10-20211008
Oleh :
OYONG LISA
Dosen STIE WIDYAGAMA Lumajang
Abstraksi
adanya konflik yang terjadi antara bahwa definisi manajemen laba mengandung
principal dan agent untuk saling beberapa aspek. Pertama intervensi
mencoba memanfatkan pihak lain untuk manajemen laba terhadap pelaporan keuangan
kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) dapat dilakukan dengan penggunaan judgment,
mengemukakan tiga asumsi sifat dasar misalnya judgment yang dibutuhkan dalam
manusia yaitu: (1) manusia pada umunya mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di
mementingkan diri sendiri (self interest), masa depan untuk ditunjukan dalam laporan
(2) manusia memiliki daya pikir terbatas keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis
mengenai persepsi masa mendatang dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab
(bounded rationality), dan (3) manusia untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan,
selalu menghindari resiko (risk adverse). kerugian piutang dan penurunan nilai asset.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk
tersebut menyebabkan bahwa informasi metode akuntansi, seperti metode penyusutan
yang dihasilkan manusia untuk manusia dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen
lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya laba untuk menyesatkan stakeholders
dan dapat dipercaya tidaknya informasi mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal
yang disampaikan. ini muncul ketika manajemen memiliki akses
terhadap informasi yang tidak dapat diakses
Manajemen Laba oleh pihak luar.
Schipper (1989) mendefinisikan Ada berbagai motivasi yang
manajemen laba sebagai suatu intervensi mendorong dilakukannya manajemen laba.
dengan maksud tertentu terhadap proses Teori akuntansi positif (Positif Accounting
pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja Theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi
untuk memperoleh beberapa keuntungan manajemen laba, yaitu: (1) hipotesis program
pribadi. Fischer dan Rosenzweig (1995) bonus (the bonus plan hypotesis), (2)
mendefinisikan manajemen laba sebagai hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant
tindakan seorang manajer dengan menyajikan hypotesis), dan (3) hipotesis biaya politik
laporan yang menaikan (menurunkan) laba (the political cost hypotesis) (Watts dan
periode berjalan dari unit usaha yang menjadi Zimmerman, 1986).
tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan Motivasi kontrak muncul karena perjanjian
kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi antara manajer dan pemilik perusahaan
unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan berbasis pada kompensasi manajerial dan
menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen perjanjian hutang (debt covenant). Semakin
laba terjadi ketika manajer menggunakan tinggi rasio hutang/ekuitas suatu perusahaan,
pertimbangan (judgment) dalam pelaporan yang ekuivalen dengan semakin dekatnya
keuangan dan penyusunan transaksi untuk (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap
merubah laporan keuangan, dengan tujuan kendala-kendala dalam perjanjian hutang
untuk memanipulasi besaran (magnitude) dan semakin besar probabilitas pelanggaran
laba kepada beberapa stakeholders tentang perjanjian, semakin mungkin manajer untuk
kinerja ekonomi perusahaan atau untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang
mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang meningkatkan income (Belkaoui, 2000).
tergantung pada angka-angka akuntansi yang Motivasi bonus merupakan dorongan
dilaporkan. manajer perusahaan dalam melaporkan
Healy dan Wahlen (1999), menyatakan laba yang diperolehnya untuk memperoleh
bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. untuk memaksimalkan kepentingan diri
Manajer perusahaan dengan rencana bonus sendiri, maka dengan informasi asimetri yang
lebih mungkin menggunakan metode-metode dimilikinya akan mendorong agent untuk
akuntansi yang meningkatkan income yang menyembunyikan beberapa informasi yang
dilaporkan pada periode berjalan. Alasanya tidak diketahui principal. Sehingga dalam
adalah tindakan seperti itu mungkin akan kondisi semacam ini principal seringkali pada
meningkatkan persentase nilai bonus jika posisi yang tidak diuntungkan.
tidak ada penyesuaian untuk metode yang Dalam penyajian informasi akuntansi,
dipilih (Belkaoui, 2000). Penelitian Healy khususnya penyusunan laporan keuangan,
(1985) menggunakan pendekatan program agent juga memiliki informasi yang asimetri
bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi
memperoleh bonus secara positif ketika laba pelaporan keuangan untuk memaksimalkan
berada di antara batas bawah (bogey) dan kepentingannya. Tujuan laporan keuangan
batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah adalah menyediakan informasi yang
bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
ketika laba berada diatas cap manajer hanya perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
mendapatkan bonus tetap. yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
Motivasi regulasi politik merupakan laporan keuangan dalam pengambilan
motivasi manajemen dalam mensiasati keputusan ekonomi (IAI, 2002). Namun
berbagai regulasi pemerintah. Perusahaan yang karena adanya kondisi yang asimetri, maka
terbukti menjalankan praktik pelanggaran agent dapat mempengaruhi angka-angka
terhadap regulasi anti trust dan anti monopoli, akuntansi yang disajikan dalam laporan
manajernya melakukan manipulasi laba keuangan dengan cara melakukan manajemen
dengan menurunkan laba yang dilaporkan laba.
(Cahan, 1992; Jogiyanto dan Ainun, 1998).
Perusahaan juga melakukan manajemen Corporate Governance
laba untuk menurunkan laba dengan tujuan Dengan melihat beberapa contoh kasus
untuk mempengaruhi keputusan pengadilan skandal pelaporan akuntansi yang terjadi,
terhadap perusahaan yang mengalami damage sangat relevan bila ditarik suatu benang
award (Hall dan Stammerjohan, 1997). Selain merah dari kacamata corporate governance.
itu Income taxation juga merupakan motivasi Corporate governanace merupakan salah satu
dalam manajemen laba (Lilis, 2001). Pemilihan elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi
metode akuntansi dalam pelaporan laba akan ekonomis, yang meliputi serangkaian
memberikan hasil yang berbeda terhadap laba hubungan antara manajemen perusahaan,
yang dipakai sebagai dasar perhitungan pajak. dewan direksi, para pemegang saham
dan stakeholders lainnya (OECD,1999).
Asimetri Informasi dan Manajemen Laba Corporate governance juga memberikan
Schift dan Lewin (1970) dalam Hartono suatu struktur yang memfasilitasi penentuan
dan Riyanto (1997), menyatakan bahwa agent sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan
berada posisi yang mempunyai lebih banyak sebagai sarana untuk menentukan teknik
informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan monitoring kinerja. Watts (2003), menyatakan
kerja dan perusahaan secara keseluruhan bahwa salah satu cara yang di gunakan untuk
dibandingkan dengan principal. Dengan memonitor masalah kontrak dan membatasi
asumsi bahwa individu-individu bertindak perilaku opportunistic manajemen adalah
Belkoui dan Ahmed Riahi. (2000). Accounting Jalur. Simposium Nasional Akuntansi
theory, 4th Edition, Thomson Learning. VIII, IAI, 2005.
Hall, Steven C. dan Wiliam W. Stammerjohan,
Cahan, S.F. (1992). The Effect A Antitrust (1997). Damage awards and Earnings
Investigations on Discretionary Management in The Oil Industry. The
Accruals A Refined Test of the Political Accounting Review. 72 (1), Januari.
Cost Hipotesis. The Accounting
Review. Vol. 67 No. 1. January, hal. Hartono, Jogiyanto dan Riyanto LS. Bambang.
77-95. (1997). “The Effect of Asimetrical
Information and Risk Attitude on
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Insentive Schemes: A Contigency
Tehranian H. (2006). Earnings Approach”. Jurnal Ekonomi Dan
Management, Corporate Governance, Bisnis Indonesia, Vol. 12, 1: 1-12
and True Financial Performance.
http://papers.ssrn.com/ Healy, Paul. (1985). The Effect of Bonus
Schemes on Accounting Decisions,
Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). Agency Journal of Accounting and Economics.
Theory: An Assesment and Review. 7, hal. 85-107
Academy of management Review, 14,
hal 57-74 Healy, Paul M. and J.M. Wahlen. (1999). A
Review Of The Earnings Management
F. Antonius Alijoyo. (2003). Rasio Keuangan Literature And Its Implications For
dan Praktek Corporate Governance. Standard Setting. Accounting Horizons
http://www.fcgi.or.id.g/rasio/ 13, 365-383.
keuangan14-08-2002
Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar
Fuad. (2005). Simultanitas Dan “Trade-Off” Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Pengambilan Keputusan Finansial Empat.
Dalam Mengurangi Konflik Agensi:
Peran Dari Corporate Ownership . Jensen, M.C. (1993). The Modern Industrial
Simposium Nasional Akuntansi VIII, revolution, Exit, and the Failure of
IAI, 2005. Internal Control System. Journal of
Finance, Vol. 48. July, hal.831-880
Fisher, Marilyn, dan Kenneth Rosenzweigh.
(1995). Attitudes of Students and Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling.
accounting Practitioners Concerning (1976). Theory of The Firm:
the Ethical Acceptability of Earnings Managerial Behavior, Agency Cost
Management. Journal of Business and Ownership Structure. Journal of
Ethics, Volume 14, hal. 443-444 Financial Economics 3. hal. 305-360.
Gideon SB Boediono. (2005). Kualitas Laba: Jogiyanto Hartono dan Ainun Na’im. (1998).
Studi Pengaruh Mekanisme Corporate The Effect of A legal Process on
Governace dan Dampak Manajemen Management of Accruals: Further
Laba dengan Menggunakan Analisis Evidences on Management of
Lilis Setiawati (2001). Rekayasa Akrual untuk Scott, William R. (2000). Financial Accounting
Meminimalkan Pajak. Simposium Theory. Second edition. Canada:
Nasional Akuntansi V, IAI, 2001 Prentice Hall.
OECD, 1999, OECD Principles of Corporate Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman.
Governance (1986). Positive Accounting Theory.
New Jersey: Prentice Hall International
Schipper, Katherine. (1989). Comentary Inc.