Anda di halaman 1dari 8

Oyong Lisa

ASIMETRI INFORMASI DAN MANAJEMEN LABA:


SUATU TINJAUAN DALAM HUBUNGAN KEAGENAN

Oleh :
OYONG LISA
Dosen STIE WIDYAGAMA Lumajang
Abstraksi

Tulisan ini memberikan paparan deskriptif tentang hubungan asimetri informasi


dengan tindakan manajemen laba sebagai implikasi dari hubungan keagenan. Selain
itu pula makalah ini juga mencoba membahas kemungkinan meminimalisasi masalah
keagenan tersebut melalui corporate governance.
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada
kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent
berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan
dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak
untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri
yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi
yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat
mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan
dengan cara melakukan manajemen laba.
Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan
membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Prinsip-
prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya
praktik good corporate governance adalah; transparansi (transparency), akuntabilitas
(accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility). Corporate
governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan
agent yang pada akhirnya diharapkan dapat meminimalkan tindakan manajemen
laba.

Kata kunci : hubungan agensi, asimetri informasi, manajemen laba, corporate


governance

42 Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944


Oyong Lisa

Pendahuluan memunculkan dalam beberapa kasus skandal


Masalah agensi telah menarik perhatian pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui,
yang sangat besar dari para peneliti di antara lain Enron, Merck, WorldCom dan
bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005). mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat
Masalah agensi timbul karena adanya (Cornett et al, 2006). Dalam kasus Enron
konflik kepentingan antara shareholder dan misalnya, Satu dampak yang sangat jelas yaitu
manajer, karena tidak bertemunya utilitas kerugian yang ditanggung para investor dari
yang maksimal antara mereka. Sebagai ambruknya nilai saham yang sangat dramatis
agent, manajer secara moral bertanggung dari harga per saham US$ 30 menjadi hanya
jawab untuk mengoptimalkan keuntungan US$ 10 dalam waktu dua minggu. Pertanyaan
para pemilik (principal), namun disisi yang yang kemudian muncul adalah mengapa suatu
lain manajer juga mempunyai kepentingan perusahaan kelas dunia dapat mengalami hal
memaksimumkan kesejahteraan mereka. yang sangat tragis dengan mendeklarasikan
Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak bangkrut justru setelah hasil audit keuangan
selalu bertindak demi kepentingan terbaik perusahaannya dinyatakan “wajar tanpa
principal (Jensen dan Meckling, 1976). syarat” (Alijoyo, 2003). Beberapa kasus yang
Manajer sebagai pengelola perusahaan terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk
lebih banyak mengetahui informasi internal dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan
dan prospek perusahaan di masa yang akan pelaporan keuangan (financial reporting) yang
datang dibandingkan pemilik (pemegang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi
saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, (Gideon, 2005).
manajer berkewajiban memberikan sinyal Makalah ini berupaya memberikan
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. paparan tentang topik tersebut dengan
Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui mengawalinya melalui pembahasan tentang
pengungkapan informasi akuntansi seperti teori agensi. Pembahasan selanjutnya
laporan keuangan. Akan tetapi informasi mengenai hubungan asimetri informasi
yang disampaikan terkadang diterima tidak terhadap manajemen laba dan diakhiri dengan
sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. corporate governance sebagai upaya untuk
Kondisi ini dikenal sebagai informasi meminimalkan masalah keagenan.
yang tidak simetris atau asimetri informasi
(information asymetric). Asimetri informasi Teori Keagenan
terjadi karena manajer lebih superior dalam Teori keagenan dapat dipandang sebagai
menguasai informasi dibanding pihak lain suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005),
(pemilik atau pemegang saham). yang membuat suatu model kontraktual antara
Asimetri antara manajemen (agent) dua atau lebih orang (pihak), dimana salah
dengan pemilik (principal) memberikan satu pihak disebut agent dan pihak yang lain
kesempatan kepada manajer untuk bertindak disebut principal. Principal mendelegasikan
oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pertanggungjawaban atas decision making
pribadi. Dalam hal pelaporan keuangan, kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan
manajer dapat melakukan manajemen laba bahwa principal memberikan suatu amanah
(earnings management) untuk menyesatkan kepada agent untuk melaksanakan tugas
pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah
ekonomi perusahaan. disepakati. Wewenang dan tanggungjawab
Tindakan earnings management telah agent maupun principal diatur dalam kontrak

Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944 43


Oyong Lisa

kerja atas persetujuan bersama. Namun yang paling berkepentingan dengan


Scott (2000) menyatakan bahwa laporan keuangan sebenarnya adalah para
perusahaan mempunyai banyak kontrak, pengguna eksternal (diluar manajemen).
misalnya kontrak kerja antara perusahaan Laporan keuangan tersebut penting bagi para
dengan para manajernya dan kontrak pinjaman pengguna eksternal terutama sekali karena
antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kelompok ini berada dalam kondisi yang
kerja yang dimaksud dalam penulisan makalah paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002).
ini adalah kontrak kerja antara pemilik modal Para pengguna internal (para manajemen)
dengan manajer perusahaan. Dimana antara memiliki kontak langsung dengan entitas
agent dan principal ingin memaksimumkan atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-
utility masing-masing dengan informasi yang peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga
dimiliki. tingkat ketergantungannya terhadap informasi
Tetapi di satu sisi, agent memiliki akuntansi tidak sebesar para pengguna
informasi yang lebih banyak (full information) eksternal.
dibanding dengan principal di sisi lain, Situasi ini akan memicu munculnya
sehingga menimbulkan adanya asimetry suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri
information. Informasi yang lebih banyak informasi (information asymmetry). Yaitu
dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan
melakukan tindakan-tindakan sesuai perolehan informasi antara pihak manajemen
dengan keinginan dan kepentingan untuk sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan
memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pihak pemegang saham dan stakeholder pada
pemilik modal dalam hal ini investor, akan umumnya sebagai pengguna informasi (user).
sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan Menurut Scott (2000), terdapat dua
yang dilakukan oleh manajemen karena hanya macam asimetri informasi yaitu:
memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh 1. Adverse selection, yaitu bahwa para
karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan manajer serta orang-orang dalam
tertentu yang dilakukan oleh manajemen lainnya biasanya mengetahui lebih
perusahaan tanpa sepengetahuan pihak banyak tentang keadaan dan prospek
pemilik modal atau investor. perusahaan dibandingkan investor pihak
luar. Dan fakta yang mungkin dapat
Asimetri Informasi mempengaruhi keputusan yang akan
Manajer sebagai pengelola perusahaan diambil oleh pemegang saham tersebut
lebih banyak mengetahui informasi internal tidak disampaikan informasinya kepada
dan prospek perusahaan di masa yang akan pemegang saham.
datang dibandingkan pemilik (pemegang 2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang
saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, dilakukan oleh seorang manajer tidak
manajer berkewajiban memberikan sinyal seluruhnya diketahui oleh pemegang
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. saham maupun pemberi pinjaman.
Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui Sehingga manajer dapat melakukan
pengungkapan informasi akuntansi seperti tindakan diluar pengetahuan pemegang
laporan keuangan. saham yang melanggar kontrak dan
Laporan keuangan dimaksudkan sebenarnya secara etika atau norma
untuk digunakan oleh berbagai pihak, mungkin tidak layak dilakukan.
termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Adanya asimetri informasi memungkinkan

44 Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944


Oyong Lisa

adanya konflik yang terjadi antara bahwa definisi manajemen laba mengandung
principal dan agent untuk saling beberapa aspek. Pertama intervensi
mencoba memanfatkan pihak lain untuk manajemen laba terhadap pelaporan keuangan
kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) dapat dilakukan dengan penggunaan judgment,
mengemukakan tiga asumsi sifat dasar misalnya judgment yang dibutuhkan dalam
manusia yaitu: (1) manusia pada umunya mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di
mementingkan diri sendiri (self interest), masa depan untuk ditunjukan dalam laporan
(2) manusia memiliki daya pikir terbatas keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis
mengenai persepsi masa mendatang dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab
(bounded rationality), dan (3) manusia untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan,
selalu menghindari resiko (risk adverse). kerugian piutang dan penurunan nilai asset.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk
tersebut menyebabkan bahwa informasi metode akuntansi, seperti metode penyusutan
yang dihasilkan manusia untuk manusia dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen
lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya laba untuk menyesatkan stakeholders
dan dapat dipercaya tidaknya informasi mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal
yang disampaikan. ini muncul ketika manajemen memiliki akses
terhadap informasi yang tidak dapat diakses
Manajemen Laba oleh pihak luar.
Schipper (1989) mendefinisikan Ada berbagai motivasi yang
manajemen laba sebagai suatu intervensi mendorong dilakukannya manajemen laba.
dengan maksud tertentu terhadap proses Teori akuntansi positif (Positif Accounting
pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja Theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi
untuk memperoleh beberapa keuntungan manajemen laba, yaitu: (1) hipotesis program
pribadi. Fischer dan Rosenzweig (1995) bonus (the bonus plan hypotesis), (2)
mendefinisikan manajemen laba sebagai hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant
tindakan seorang manajer dengan menyajikan hypotesis), dan (3) hipotesis biaya politik
laporan yang menaikan (menurunkan) laba (the political cost hypotesis) (Watts dan
periode berjalan dari unit usaha yang menjadi Zimmerman, 1986).
tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan Motivasi kontrak muncul karena perjanjian
kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi antara manajer dan pemilik perusahaan
unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan berbasis pada kompensasi manajerial dan
menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen perjanjian hutang (debt covenant). Semakin
laba terjadi ketika manajer menggunakan tinggi rasio hutang/ekuitas suatu perusahaan,
pertimbangan (judgment) dalam pelaporan yang ekuivalen dengan semakin dekatnya
keuangan dan penyusunan transaksi untuk (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap
merubah laporan keuangan, dengan tujuan kendala-kendala dalam perjanjian hutang
untuk memanipulasi besaran (magnitude) dan semakin besar probabilitas pelanggaran
laba kepada beberapa stakeholders tentang perjanjian, semakin mungkin manajer untuk
kinerja ekonomi perusahaan atau untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang
mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang meningkatkan income (Belkaoui, 2000).
tergantung pada angka-angka akuntansi yang Motivasi bonus merupakan dorongan
dilaporkan. manajer perusahaan dalam melaporkan
Healy dan Wahlen (1999), menyatakan laba yang diperolehnya untuk memperoleh

Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944 45


Oyong Lisa

bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. untuk memaksimalkan kepentingan diri
Manajer perusahaan dengan rencana bonus sendiri, maka dengan informasi asimetri yang
lebih mungkin menggunakan metode-metode dimilikinya akan mendorong agent untuk
akuntansi yang meningkatkan income yang menyembunyikan beberapa informasi yang
dilaporkan pada periode berjalan. Alasanya tidak diketahui principal. Sehingga dalam
adalah tindakan seperti itu mungkin akan kondisi semacam ini principal seringkali pada
meningkatkan persentase nilai bonus jika posisi yang tidak diuntungkan.
tidak ada penyesuaian untuk metode yang Dalam penyajian informasi akuntansi,
dipilih (Belkaoui, 2000). Penelitian Healy khususnya penyusunan laporan keuangan,
(1985) menggunakan pendekatan program agent juga memiliki informasi yang asimetri
bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi
memperoleh bonus secara positif ketika laba pelaporan keuangan untuk memaksimalkan
berada di antara batas bawah (bogey) dan kepentingannya. Tujuan laporan keuangan
batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah adalah menyediakan informasi yang
bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
ketika laba berada diatas cap manajer hanya perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
mendapatkan bonus tetap. yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
Motivasi regulasi politik merupakan laporan keuangan dalam pengambilan
motivasi manajemen dalam mensiasati keputusan ekonomi (IAI, 2002). Namun
berbagai regulasi pemerintah. Perusahaan yang karena adanya kondisi yang asimetri, maka
terbukti menjalankan praktik pelanggaran agent dapat mempengaruhi angka-angka
terhadap regulasi anti trust dan anti monopoli, akuntansi yang disajikan dalam laporan
manajernya melakukan manipulasi laba keuangan dengan cara melakukan manajemen
dengan menurunkan laba yang dilaporkan laba.
(Cahan, 1992; Jogiyanto dan Ainun, 1998).
Perusahaan juga melakukan manajemen Corporate Governance
laba untuk menurunkan laba dengan tujuan Dengan melihat beberapa contoh kasus
untuk mempengaruhi keputusan pengadilan skandal pelaporan akuntansi yang terjadi,
terhadap perusahaan yang mengalami damage sangat relevan bila ditarik suatu benang
award (Hall dan Stammerjohan, 1997). Selain merah dari kacamata corporate governance.
itu Income taxation juga merupakan motivasi Corporate governanace merupakan salah satu
dalam manajemen laba (Lilis, 2001). Pemilihan elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi
metode akuntansi dalam pelaporan laba akan ekonomis, yang meliputi serangkaian
memberikan hasil yang berbeda terhadap laba hubungan antara manajemen perusahaan,
yang dipakai sebagai dasar perhitungan pajak. dewan direksi, para pemegang saham
dan stakeholders lainnya (OECD,1999).
Asimetri Informasi dan Manajemen Laba Corporate governance juga memberikan
Schift dan Lewin (1970) dalam Hartono suatu struktur yang memfasilitasi penentuan
dan Riyanto (1997), menyatakan bahwa agent sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan
berada posisi yang mempunyai lebih banyak sebagai sarana untuk menentukan teknik
informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan monitoring kinerja. Watts (2003), menyatakan
kerja dan perusahaan secara keseluruhan bahwa salah satu cara yang di gunakan untuk
dibandingkan dengan principal. Dengan memonitor masalah kontrak dan membatasi
asumsi bahwa individu-individu bertindak perilaku opportunistic manajemen adalah

46 Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944


Oyong Lisa

corporate governance. (principal) memberikan kesempatan kepada


Prinsip-prinsip pokok corporate manajer untuk melakukan manajemen
governance yang perlu diperhatikan laba (earnings management) dalam rangka
untuk terselenggaranya praktik good memaksimumkan utilitynya.
corporate governance adalah; transparansi Salah satu cara yang di gunakan untuk
(transparency), akuntabilitas (accountability), memonitor masalah kontrak dan membatasi
keadilan (fairness), dan responsibilitas perilaku opportunistic manajemen adalah
(responsibility). Transparency, dengan corporate governance (Watts, 2003). Prinsip-
meningkatkan kualitas keterbukaan informasi prinsip pokok corporate governance yang
tentang “performance” perusahaan secara perlu diperhatikan untuk terselenggaranya
akurat dan tepat waktu. Accountability, dengan praktik good corporate governance adalah;
mendorong optimalisasi peran dewan direksi transparansi (transparency), akuntabilitas
dan dewan komisaris dalam menjalankan tugas (accountability), keadilan (fairness), dan
dan fungsinya secara professional. Praktik audit responsibilitas (responsibility).
yang sehat dan independen mutlak diperlukan
untuk menunjang akuntabilitas perusahaan. Berkaitan dengan masalah keagenan,
Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan corporate governance yang merupakan
mengefektikan komite audit. Fairness, dengan konsep yang didasarkan pada teori keagenan,
memaksimalkan upaya perlindungan hak dan diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
perlakuan adil kepada seluruh shareholders memberikan keyakinan kepada para investor
tanpa kecuali. Dan responsibility, dengan bahwa mereka akan menerima return atas
mendorong optimalisasi peran stakeholders dana yang telah mereka investasikan. Dengan
dalam mendukung program-program kata lain corporate governance diarahkan
perusahaan (Anis Baridwan, 2003) . untuk mengurangi asimetri informasi antara
Dengan menerapkan corporate principal dan agent yang pada akhirnya dapat
governance diharapkan dapat mengurangi menurunkan tindakan manajemen laba.
dorongan untuk melakukan tindakan
manipulasi oleh manajer. Sehingga kinerja
yang dilaporkan merefleksikan keadaan
ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan Daftar Pustaka
bersangkutan (Jensen, 1993).
Ali Irfan (2002). Pelaporan Keuangan dan
Kesimpulan Asimetri Informasi dalam Hubungan
Asimetri informasi terjadi karena manajer Agensi. Lintasan Ekonomi Vol. XIX.
lebih superior dalam menguasai informasi No.2. Juli 2002
dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang
saham). Dengan asumsi bahwa individu- Anis Baridwan. (2003). “Good Corporate
individu bertindak untuk memaksimalkan Governance: Aturan-aturan dalam
kepentingan diri sendiri, maka dengan Governing Mechanism”. Seminar
informasi asimetri yang dimilikinya akan Sehari: Issues Application & Research
mendorong agent untuk menyembunyikan In Corporate Governance Dalam
beberapa informasi yang tidak diketahui Rangka Launching Pusat Studi
principal. Sehingga dengan adanya asimetri Corporate Governance FE UTY.
antara manajemen (agent) dengan pemilik

Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944 47


Oyong Lisa

Belkoui dan Ahmed Riahi. (2000). Accounting Jalur. Simposium Nasional Akuntansi
theory, 4th Edition, Thomson Learning. VIII, IAI, 2005.
Hall, Steven C. dan Wiliam W. Stammerjohan,
Cahan, S.F. (1992). The Effect A Antitrust (1997). Damage awards and Earnings
Investigations on Discretionary Management in The Oil Industry. The
Accruals A Refined Test of the Political Accounting Review. 72 (1), Januari.
Cost Hipotesis. The Accounting
Review. Vol. 67 No. 1. January, hal. Hartono, Jogiyanto dan Riyanto LS. Bambang.
77-95. (1997). “The Effect of Asimetrical
Information and Risk Attitude on
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Insentive Schemes: A Contigency
Tehranian H. (2006). Earnings Approach”. Jurnal Ekonomi Dan
Management, Corporate Governance, Bisnis Indonesia, Vol. 12, 1: 1-12
and True Financial Performance.
http://papers.ssrn.com/ Healy, Paul. (1985). The Effect of Bonus
Schemes on Accounting Decisions,
Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). Agency Journal of Accounting and Economics.
Theory: An Assesment and Review. 7, hal. 85-107
Academy of management Review, 14,
hal 57-74 Healy, Paul M. and J.M. Wahlen. (1999). A
Review Of The Earnings Management
F. Antonius Alijoyo. (2003). Rasio Keuangan Literature And Its Implications For
dan Praktek Corporate Governance. Standard Setting. Accounting Horizons
http://www.fcgi.or.id.g/rasio/ 13, 365-383.
keuangan14-08-2002
Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar
Fuad. (2005). Simultanitas Dan “Trade-Off” Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Pengambilan Keputusan Finansial Empat.
Dalam Mengurangi Konflik Agensi:
Peran Dari Corporate Ownership . Jensen, M.C. (1993). The Modern Industrial
Simposium Nasional Akuntansi VIII, revolution, Exit, and the Failure of
IAI, 2005. Internal Control System. Journal of
Finance, Vol. 48. July, hal.831-880
Fisher, Marilyn, dan Kenneth Rosenzweigh.
(1995). Attitudes of Students and Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling.
accounting Practitioners Concerning (1976). Theory of The Firm:
the Ethical Acceptability of Earnings Managerial Behavior, Agency Cost
Management. Journal of Business and Ownership Structure. Journal of
Ethics, Volume 14, hal. 443-444 Financial Economics 3. hal. 305-360.

Gideon SB Boediono. (2005). Kualitas Laba: Jogiyanto Hartono dan Ainun Na’im. (1998).
Studi Pengaruh Mekanisme Corporate The Effect of A legal Process on
Governace dan Dampak Manajemen Management of Accruals: Further
Laba dengan Menggunakan Analisis Evidences on Management of

48 Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944


Oyong Lisa

Earnings. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Katherine on Earnings Management.


Indonesia, 13 (2) Accounting Horizon.

Lilis Setiawati (2001). Rekayasa Akrual untuk Scott, William R. (2000). Financial Accounting
Meminimalkan Pajak. Simposium Theory. Second edition. Canada:
Nasional Akuntansi V, IAI, 2001 Prentice Hall.

Mursalim. (2005). Income Smoothing dan Watts, Ross L. (2003). Conservatism in


Motivasi Investor: Studi Empiris pada Accounting Part I: Explanations and
Investor di BEJ. Simposium Nasional Implications. Accounting Horizon,
Akuntansi VIII, IAI, 2005. Vol. 17: 207-221.

OECD, 1999, OECD Principles of Corporate Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman.
Governance (1986). Positive Accounting Theory.
New Jersey: Prentice Hall International
Schipper, Katherine. (1989). Comentary Inc.

Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944 49

Anda mungkin juga menyukai