Anda di halaman 1dari 8

Kata Kunci :

1. Lansia
2. Perubahan perilaku
Pertanyaan :
1. Apa saja perubahan yang sering terjadi pada lansia ? tasya
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku pada lansia ? Dina

Lanjut Usia di golongkan menjadi 4 golongan middle age 45– 59 tahun, elderly
60–74 tahun, Old 75–90 tahun, dan very old 90 tahun keatas. Terjadi perubahan
kemunduran secara alami yaitu kemunduran fisik, mental, dan sosial. Pada
perubahan tersebut yang terjadi ada dua faktor yaitu, faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar diri Lanjut
Usia dan faktor Internal itu terjadi dari dalam diri Lanjut Usia. Pada faktor Internal
mengakibatkan, Lanjut Usia sensitif dengan kata-kata menyakitkan perasaan,
menyebabkan Lanjut Usia cepat merasa tersinggung, dan menyebabkan Lanjut
Usia merasa tidak percaya diri. dari penyebab ini Lanjut Usia akan merasakan
kesepian. Sedangkan faktor eksternal itu tidak adanya dukungan dari keluarga.
kurangnya perhatian dari keluarga, kesepian, serta kurangnya aktifitas yang
dilakukan, sehingga lansia menjadi bertingkah dan melakukan hal-hal yang aneh
yang tidak sewajarnya dilakukan oleh orang tua pada umumnya, sehingga
menyebabkan Lanjut Usia memilih tinggal di Panti JOMPO. Gangguan perilaku
yang dialami oleh lansia tersebut menjadi pusat perhatian dan kecemasan
masyarakat setempat, khususnya bagi para keluarga yang mempunyai orang tua
usia lanjut. Maka dari itu bimbingan, arahan atau nasehat sangat lah di butuhkan
bagi keluarga agar supaya keluarga bisa mengerti akan kondisi tersebut dan
lebih sabar dan kuat menghadapi tingkah laku lansia tersebut dan harus selalu
menghormati dan merawat orang tuanya sampai akhir hayat.

3. Apa sajakah perubahan psikologis yang terjadi pada lansia? Marsha ▶️dina
Perubahan psikologi (mental)
Lansia sadar akan kematian, mengalami penyakit kronis dan ketidakmampuan
dalam mobilisasi. Lansia juga mengalami perubahan memori dan kenangan serta
perubahan IQ (Intellegentia Quantion) serta perubahan terhadap gambaran diri
dan konsep diri.

Masalah yang sering dijumpai pada lansia


 Keadaan fisik yang melemah dan tak berdaya, sehingga bergantung pada orang
lain dibanding sebelumnya
 Status ekonomi cenderung terancam sehingga menjadikan para lansia memutuskan
untuk melakukan perubahan besar dalam pola hidup
 Menyesuaikan kondisi hidup dengan keadaan ekonominya sekarang
 Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal
atau pergi jauh
 Mencari kegiatann baru untuk mengisi waktu luang
 Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar selayaknya orang dewasa
 Terlibat dalam kegiatan masyarakat yang diadakan untu para lansia
 Mulai menjadi korban atau dimanfaatkan para penjual obat atau kriminalitas
karena ketidaksangupan diri dalam bertahan
 Mulai menginginkan perhatian yang lebih dari orang sekitar
 Mulai cenderung untuk mudah curiga dan emosi
Hasil penelitian Matthias, Lubben Atchison dan Stuart tahun 1997 mengatakan
bahwa perubahan mental yang terjadi pada lanjut usia adalah perubahan pada sikap
yang semakin egosentris, mudah curiga dan bertambah pelit atau tamak bila
memiliki sesuatu. Perubahan mental ini didasari oleh beberapa faktor, diantaranya :

 Perubahan fisik
 Kondisi kesehatan secara umum
 Tingkat pendidikan
 Keturunan/herediter
 Faktor Lingkungan
Perubahan yang umum terjadi pada lansia tidak hanya terkait dengan perubahan
mental belaka saja, tetapi juga pada penurunan fungsi fisik, perubahan psikososial,
spiritual dan lain sebagainya.

 Perubahan perilaku akibat penurunan fungsi kognitif.

 Gangguan kecemasan salah satunya takut akan kematian.

 Depresi terutama saat anak tidak memperhatikan orang tua, lansia


ditinggal pasangan hidup, lansia sudah tidak ada lagi pekerjaan,
selalu di rumah dan tidak ada yang menemani.

 Mudah marah dan mudah tersinggung.

 Somatoform disorder dimana gangguan psikologis memicu berbagai


keluhan fisik.
4. Apa sajakah perubahan perilaku yang terjadi pada lansia? Rara
Menurut (Maryam R. S, dkk, 2008) Perubahan psikososial adalah perubahan
yang terjadi pada lanjut usia jika mengalami frustrasi, kesepian, takut kehilangan
kebebasan, takut menghadapi kematian, depresi, perubahan keinginan, dan
kecemasan. Dalam psikologi perkembangan pada lanjut usia dan perubahan
yang dialaminya akibat dari proses penuaan, yaitu sebagai berikut:
a) Masalah umum yang sering dialami pada lanjut usia, keadaan fisik lemah dan
tidak berdaya sehingga bergantung pada orang lain,
b) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang sudah tiada,
dan atau cacat,
c) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu kosong, dan
d) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk lanjut usia dan
memiliki kemauan untuk mengisi atau menggantikan kegiatan–kegiatan lama
dengan kegiatan yang cocok.

Menurut Nugroho (2000) mengatakan bahwa, perubahan psikososial terjadi


setelah seseorang mengalami pensiun. Hal–hal yang akan terjadi dimasa
pensiun pada lanjut usia adalah sebagai berikut: 1) Kehilangan sumber finansial
atau pemasukan berkurang, 2) Kehilangan status yang dulunya mempunyai
jabatan yang tinggi, 3) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan yang dulunya sangat
sibuk, 4) Kehilangan teman atau relasi, dan 5) Merasakan atau kesadaran akan
kematian dimasa tua yang terus berjalan.

5. Bagaimanakah manajemen pasien geriatri pada perawatan gigi? Rigil


Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit gigi dan mulut pada
lansia yakni dengan melakukan pendekatan dari tenaga kesehatan maupun
dokter gigi berupa pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Ermawati dkk, 2015).
Namun kemampuan dan kemauan penduduk Indonesia untuk memeriksakan gigi
atau merawat giginya masih rendah. Angka yang menunjukkan persentase
Persentase nasional Performed Treatment Index/PTI (untuk mengetahui
kemampuan dan kemauan masyarakat dalam menangani perawatan karies)
tahun 2013 sebesar 2,7% (Riskesdas, 2013) Kebutuhan perawatan dipengaruhi
oleh berbagai faktor predisposisi, salah satunya adalah faktor usia. Kelompok
usia yang berbeda, memiliki jenis dan jumlah penyakit yang berbeda sehingga
perawatan yang dibutuhkan setiap kelompok usia juga berbeda (Herwanda dkk,
2014). Kebutuhan perawatan gigi dapat dilihat melalui perceived need yaitu
kebutuhan perawatan menurut persepsi individu dan evaluated need yaitu
kebutuhan perawatan yang ditentukan menurut pemeriksaan klinis.
Merawat gigi lansia yaitu memiliki jadwal kunjungan rutin ke dokter gigi adalah
bagian penting untuk hidup sehat, selain itu mencegah atau mengurangi segala
jenis penyakit gigi mulut yang ditimbulkan.
Klasifikasi pencegahan yaitu
a. Pencegahan primer
yaitu penggunakan strategi- strategi dan bahan- bahan untuk mencegah
permulaan terjadinya penyakit, untuk menghentikan proses perkembangan
penyakit atau untuk menghentikan proses penyakit, sebelumnya pencegahan
sekunder perlu dilakukan.
Misalnya fluoridasi air minum, menghindari makanan yang lengket- lengket
terutama diantara waktu makan dan nutrisi dengan standar yang baik,
b. pencegahan sekunder
menggunakan metode-metode perawatan secara rutin untuk menghentikan
proses penyakit dan atau untuk memperbaiki kembali jaringan supaya
sedapat mungkin mendekaati normal. Sebagai contoh perawatan pulpa, dan
pencabutan gigi bila tindakan perbaikan gagal.
c. Pencegahan tersier
yaitu menggunakan tindakan- tindakan yang diperlukan untuk mengganti
jaringan yang hilang dan untuk merehabilitasi pasien kesuatu keadaan
sehingga kemampuan fisik dan atau sikap mentalnya sedapat mungkin
mendekati normal setelah gagalnya pencegahan sekunder. Sebagai contoh
adalah pembuatan gigi palsu bagi pasien.

Tujuan perawatan prostodontik antara lain adalah untuk mengembalikan fungsi


mastikasi, fungsi bicara, fungsi estetika serta mempertahankan jaringan yang masih
ada. Tujuan utama dari perawatan prostodonsia pada lansia adalah :

 Jika memungkinkan kondisi oklusi yang stabil dipertahankan.


 Dimensi vertikal oklusal dipertahankan atau diperbaiki.
 Sequele langsung maupun jangka panjang akibat pembuatan gigi tiruan
diminimalkan
 Pengaplikasian prosedur perawatan sederhana dengan hasil nyaman dan
estetis.
 Pemilihan rencana perawatan yang dapat diterima secara finansial.

Dokter gigi dan pasien harus bekerja sama untuk mendapatkan perawatan prostodontik
yang optimal. Berbagai restorasi prostodontik seperti gigi tiruan lepas (GTL) baik gigi
tiruan lepas (GTSL) atau gigi tiruan penuh (GTP), gigi tiruan cekat (GTC) dan gigi tiruan
dukungan implan dapat menjadi pilihan perawatan pada lansia. Pilihan perawatan
hendaknya sesuai dengan kebutuhan individu dari segi kenyamanan, estetik, fungsi
pengunyahan dan kemampuan menjaga kebersihan rongga mulutnya.

6. Bagaimanakah manajemen pasien geriatric yang sedang mengalami perubahan


psikologi dan perilaku? Renan

7. Apakah perubahan psikologis mempengaruhi perubahan perilaku lansia? Shelly

 Dampak psikologis merupakan suatu reaksi atau perasaan yang


ditunjukan oleh pasien sehubungan dengan status kehilangan gigi yang
dialaminya. Kehilangan gigi dapat menimbulkan berbagai dampak
psikologis dalam kehidupan sehari-hari.
 Beberapa dampak yang terjadi adalah hilangnya rasa percaya diri dan
adanya anggapan bahwa kehilangan gigi merupakan hal yang tabu dan
tidak patut dibicarakan kepada orang lain.
 Keadaan yang lebih kompleks dari dampak psikologis yang terjadi yaitu
timbulnya perasaan sedih dan depresi, merasa kehilangan bagian dari
dirinya serta merasa tua.
 Hilangnya gigi-geligi juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk wajah, tinggi muka dan vertikal dimensi, serta rahang yang
prognosis. Hal ini berdampak pada psikologis seseorang, sehingga dapat
menimbulkan reaksi-reaksi psikologis seperti sedih dan depresi, tidak
percaya diri, serta adanya perubahan tingkah laku dalam bersosialisasi.
8. Mengapa perubahan perilaku tersebut dapat terjadi? Ratna
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,
energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara
umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami
penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau
kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan
suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.

9. Bagaimanakah prosedur penanganan yang tepat terhadap pasien geriatri pada


perawatan prosthodontic seperti pada skenario diatas ? Kepin ▶️
Kondisi penuaan dan kelainan yang ditemukan pada mulut memiliki pengaruh terhadap
teknik pembuatan gigi tiruan. Penurunan . ketahanan mukosa memperpanjang waktu
yang diperlukan untuk rekoveri jaringan setelah pemasangan gigi tiruan . Jangka waktu
untuk pengkondisian jaringan harus diperpanjang dan jaringan tidak harus diperpanjang
sebelum dilakukan beton harus diperpanjang . Hilangnya jaringan sangat mempengaruhi
kemungkinan terjadinya pencetakan akhir yang terlalu menekan . Karena itu sewaktu akan
melakukan pembuatan gigi tiruan, pencetakan dilakukan menggunakan bahan cetak yang
mudah dan dilakukan dengan mencetaknya secara akurat.

Perawatan prostodonsia terhadap kondisi usia lanjut berdasarkan keperluan


pasien terus tumbuh dengan nyaman. Pembuatan gigi turunan disesuaikan
dengan kondisi pasien dan melakukan pendekatan teknik serta modifikasi
perawatan yang tepat sehingga gigi tiruan yang dihasilkan dapat berfungsi
dengan baik untuk pengunyahan, bicara dan mengembalikan estetis serta
mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut melalui rongga mulut. Sebelum
dilakukan perawatan prostodonsia perlu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi
kondisi sistemik dan rongga mulut . mengenai keadaan gigi tiruan yang akan dia
terima serta apa peranannya dalam upaya mencapai keberhasilan, maupun
untuk mempertahankan keadaan kesehatan yang ada. Perawatan dipusatkan
pada retensi dan pemeliharaan gigi. karena penurunan kemampuan mental dan
fisik , beberapa jenis gigi tiruan perlu dipertimbangkan barangkali ada
kemungkinan tanggalnya gigi yang masih ada. Hendaknya berusaha tidak
melakukan perubahan yang drastis . Jika perlu melakukan suatu perubahan
besar , hal itu dilakukan dalam jangka waktu yang cukup panjang . Setiap
Penanganan Masalah hanya menyangkut perubahan fungsional yang kecil.
Prosedur teknis dalam pembuatan gigi tiruan dilakukan dengan kualitas yang
terbaik . Terutama pada pasien yang memiliki kelemahan dalam menggerakkan
untuk memasang dan mengeluarkan gigi tiruannya, perlu dibuatkan Operator
harus menunjukkan perhatian dan simpati terhadap keinginan pasien serta
berusaha sebisa mungkin untuk memenuhi keinginan yang dikemukakan
penderita . Dengan demikian, keberhasilannya membuatkan gigi-gigi yang baik,
akan menerimanya dengan puas serta menjaga kebersihannya sesuai dengan
teknik maupun waktu pemakaian dan selang waktu melepaskannya sesuai
dengan instruksi yang diberikan. Dengan demikian diharapkan dapat menikmati
masa tuanya dengan . penuh , bukan dengan merana .

Anda mungkin juga menyukai