Anda di halaman 1dari 65

Volume 2 - Chapter 51 - Kerajaan Kepercayaan Marineford

Mereka bertiga melanjutkan pembicaraan di ruangan itu. Mendengar kata gadis suci
disebutkan, Cain membayangkan sosok Marinne yang merupakan istri dari Yuya, raja
pertama kerajaan Esfort.

“Cain belum mengerti tentang negara-negara lain ya… Magna, jelaskan padanya…”

Sang raja meminta Perdana menteri Magna untuk menjelaskan.

“Disebelah barat daya Kerajaan Esfort, berjarak sekitar satu bulan perjalanan dengan
kereta kuda, ada sebuah negeri bernama Kerajaan kepercayaan Marineford… Sebuah
negeri yang telah menyebarkkan ajaran Tujuh dewa kepada seluruh dunia… Mereka
mengirimkan Priest dan Bishop ke setiap negara, dan mengajarkan ajarannya ke
seluruh negara, begitu pula di kerjaan kita ini… Tidak seperti negeri dengan sistem
aristrokratik, mereka dipimpin oleh seorang Pope, dan dipilih melalui pemilihan suara
terbanyak. Dibawah Pope, secara berurutan ada Cardinal, Archbishop, Bishop, dan
Priest, dan mereka yang mengatur jalan nya pemerintahan. Dan Gadis suci merujuk
kepada seorang wanita yang memiliki title [Holy Maiden] di status mereka… Begitu
mengetahui adanya Status ini pada saat pembaptisan, maka ia akan dipisahkan dari
keluarganya dan di rawat baik-baik oleh gereja pusat… meskipun aku tidak terlalu
paham mengenai apa sebenarnya tugas dari [Holy Maiden] ini, namun di dunia ini
hanya ada seorang yang bisa memilikinya, dan kerajaan kita harus menyambutnya
dengan penuh perhatian…”

TL Note : Terjemahan di Chapter sebelumnya terkait nama-nama pendeta itu sepertinya


salah dan membuat rancu, jadi mulai saat ini akan digunakan nama dalam bahasa inggris
saja.

Sang Raja dan Cain mengangguk mendenar penjelasan dari Magna. Seelah
memastikan bahwa Cain telah mengerti, Magna melanjutkan penjelasannya.

“Jadi kami ingin kamu menjemputnya bersama dengan Royal Knight di perbatasan,
lalu mengantar serta mengawalnya sampai ke gereja pusat di kerajaan ini… Kamu ini
selain bangsawan kan juga seorang petualang, si Gadis suci itu pasti juga akan bosan
jika selalu dikelilingi oleh orang-orang dewasa, aku juga meminta nona Silk untuk
ikut bersama mu, sedangkan tuan puteri Telestia akan menunggu di istana, karena
tentunya kami tidak bisa membiarkan dia keluar begitu saja… kami juga akan
merekrut petualang lain, jadi berkumpulah disana…”

“—–Aku boleh menolak kan….”


“… Cain, apa kamu pikir kamu bisa menolak?? Berita tentang dinding kota Drintle
sudah sampai kesini loh… Telah ditemukan dinding lpta dengan ukuran yang sama
dengan dinding ibukota, katanya… Apakah kamu berniat untuk segera memulai
perang dengan kerajaan ini?? Jika kamu melakukannya dengan normal, aku tidak
berniat untuk mengeluh tentang ini, namun kamu melakukannya dengan tidak
normal… Banyak gosip beredar… Tentu saja kerajaan akan menyetujui permintaan
penambahan prajurit, serta tenaga konstruksi, dan tentunya juga tambahan dana…”

Sang raja menatap Cain sambil memicingkan matanya. Sepertinya memang benar
karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, beritanya pun juga cepat sampai dari mulut
para pedagang.

“Tentu saja aku tidak ada niat seperti itu… ini hanyalah langkah pencegahan karena
ada hutan iblis di sebelahnya, dan dulu pernah terjadi banjir monster dari dalam
dungeon… Terkait bantuan, aku sangat berterimakasih, jika hanya menggunakan
tenaga penduduk aku tidak tahu berapa lama waktu yang diperlukan, keuangan kami
pun juga terbatas…”

Cain menjelaskan sambil becucuran keringat dingin.

“Yah terserah lah… Lagipula kalau kita berperang, kerajaan ini akan langsung kalah
hanya dengan dirimu sendiri… Kuserahkan pengawalannya padamu…”

“—–Baiklah….”

Cain mengangguk sambil tersenyum pahit mendengar perkataan sang raja yang sulit
ia balas.

Setelah pertemuan itu, didalam kereta Cain menyilangkan tangannya di dada sambil
berpikir.

Selama liburan musim panas, ia berencana untuk memfokuskan diri pada urusan
dalam kota Drintle, dan mencari waktu untuk berkunjung ke wilayah Malvik yang
merupakan kampung halaman Silk, lalu berkunjung ke kampung halaman Tiffana di
wilayah Libert.

“Ternyata memang tidak ada cara lain selain terbang sekali kesana, lalu menggunakan
sihir [Transfer] ya…”
Sebagai seorang bangsawan ketika ia berpergian keluar kota, maka harus memberikan
beberapa sumbangan kepada kota-kota yang dilaluinya, namun sepertinya waktu
liburan dua bulan tidak akan cukup untuk semua ini.

Cain pun memutuskan untuk mengabaikan ini dan memutuskan untuk berpindah
dengan jarak terpendek.
Sesampainya ia di Mansion, ia segera melakukan pertemuan dengan Collin di ruang
kerjanya. Collin pun terkejut mendengar tugas untuk mengawal gadis suci ini.

“Ini adalah Gadis suci loh… tentu saja saya kaget… saya tidak menyangka anda bisa
terpilih untuk mengawal gadis suci….”

“Sebenarnya aku tidak ingin menerimanya… tapi aku tidak punya pilihan lain karena
Yang mulia menawarkan berbagai bantuan tenaga dan dana untuk kota Drintle…”

Cain menjawab Collin tanpa kekuatan.

Meskipun ia terdaftar sebagai petualang rank A, namun ia tak punya pengalaman


selain quest pembasmian. Quest pengawalan ini adalah hal yang pertama kali bagi
dirinya. Meskipun berkat kemampuan [Search] miliknya tidak akan ada masalah,
nmun ia tetap khawatir.

“Aku akan mengunjungi Malvik dan Libert minggu ini sekali untuk menentukan titik
perpidahan…”

“Baik, Saya mengerti.”

Cain tak punya pilihan lain selain tersenyum pahit dan menghela nafas memikirkan
kesibukannya ini.

Keesokan harinya, ketika ia baru sampai di sekolah, Teles dan Silk menghampirinya.
Sepertinya mereka mendengar dari orang tua mereka terkait pengawalan gadis suci.

“Cain-sama, aku sudah dengar dari ayah, katanya kamu menjadi pengwal sang gadis
suci? Meskipun aku tidak menyangka akan terjdi sesuatu, tapi, berhati-hatilah di
perjalanan… Tapi ya, Silk bisa pergi bersama mu, namun ketika aku meminta pada
ayah untuk ikut juga, aku tidak di izinkan…”
Sepertinya ketika Telestia mendengar Cain akan menemani Silk, ia membuat
permintaan kepada raja agar dia juga diijinkan untuk ikut, namun ditolak, karena tentu
saja mereka tidak bisa membiarkan sang tuan puteri keluar begitu saja. Sebab itu
Telestia agak murung sejak pagi.

“Aku merasa kasihan dengan mu Teles, tapi aku akan memanfaatkan kesempatan
untuk pergi bersama Cain-kun… Meskipun tahun ini aku tidak bisa pulang ke Malvik,
namun ini terasa cukup karena aku bisa berpergian dengan Cain-kun…”

Mendengar perkataan Silk, Telestia semakin merajuk.

“Tentang daerah Malvik, kurasa jika ada sedikit waktu nanti kita akan bisa
berkunjung kesana, meskipun aku tidak bisa menjelaskan detailnya di sekolah, namun
kurasa kita tetap akan bisa berergian bersama….”

Ia berniat pergi kesana dengan menggunakan sihir [Transfer] namun karena dikelas
banyak siswa lainnnya, ia tidak bisa semudah itu membicarakannya. Akan repot jika
banyak orang tahu bahwa Cain dapat menggunakan sihir [Transfer] yang legendaris.

Mendengar ucapan Cain, ekspresi Telestia perlahan berubah menjadi lembut.

“Cain-sama!!! Minggu depan kita adakan pesta teh ya!!! Pokoknya nanti kasih tahu
ya!! Janji loh!!! “

Telestia mengengam kedua bahu Cain dan mengharapkan jawaban darinya.

“Ya, ya.. aku mengerti Teles… Minggu depan aku akan berkunjung ke istana….
Untuk sekarang tolong lepaskan bahu ku, ini cukup sakit…”

Teles yang menyadari apa yang telah ia perbuat, seketika wajahnya memerah lalu
menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

“Aku gak sengaja……”

Tiba-tiba pintu kelas terbuka, dan walikelas pun masuk.

“Ayo ayo, homeroom kita mulai, semuanya duduk! “

Mendengar perkataan walikelas nya, Telestia dan Silk pun kembali ketempat duduk
mereka masing-masing.

Setelah menelesaikan kelas pagi, Cain pergi ke perpustakaan karena ia tidak


mengambil kelas apapun di siang hari. Sampai saat ini ia tidak memiliki kesempatan
untuk mengunjungi perpustakaan sekolah. Karena ini adalah perpustakaan Akademi
ibukota, tentusaja memiliki koleksi buku yang banyak.

Ia mencari buku-buku yang ia butuhkan, sambil bertanya kepada petugas pustaka.


Pertama buku tentang geografi benua ini, Peta yang ada di dunia ini tidak
tergambarkan dengan detail. Hanya gambar-gambar sederhana tentang lokasi-lokasi
seperti istana hutan, kota dan jalan. Sedangkan terkait peta negara lain, hanya
digambarkan dengn simbol “Negara XXX”. Mungkin akan berbahaya jika peta negara
itu sampai tersebar ke negara lain, jadi peta itu tidak di perjual belikan dan hanya
disimpan di perpusatakaan.

Cain memeriksa posisi wilayah Malvik dan Wilayah Libert dan memastikan aahnya
dalam peta Kerajaan Esfort. Setelah itu, ia melihat-lihat buku sejarah. Ia menyelidiki
sejarah terkait Kerajaan dan kepercayan Marineford.

Sekitar tiga ratus tahun yang lalu, Yuya dan kedua orang tua Cain di panggil kedunia
ini oleh Kerajaan Marineford. Pada waktu adanya kemunculan Dewa jahat Aaron, dan
negara-negara saling berperang serta banjir monster terjadi dimana-mana, dan bola
permata yang di unakan untuk pemanggilan itu terimpan disana.

Saat ini permata yang dikatakan pemberian dewa itu tersembunyi di suatu tempat di
kerajaan dimana sang Pope dan sang Gadis suci itu tinggal.

Sihir yang terkandung di dalam Permata berasal dari hasil mengumpulkan energi sihir
dair atmosfer selama ratusan tahun. Dan kita tidak tahu kapan sihir pemanggilan ini
akan digunakan lagi nantinya.

Yang mengetahui ini hanyalah orang-orang dengan sttauts yang tinggi seperti gadis
suci, Pope, ataupun Cardinal.

“Mungkin saja nanti akan ada orang seperti Yuuya-san dan Orang tuaku dipanggil
kemari…”

Sambil memikirkan itu, Cain menutup buku yang baru selesai ia baca itu.

Volume 2 - Chapter 52 - Pertemuan tak Terduga


Saat ini Cain sedang terbang menggunakan sihir [Fly].

Hari ini adalah hari libur, sesuai rencana ia pergi ke daerah Malvik untuk
menambahkan titik perpindahan sihir [Transfer] miliknya. Wilayah Malvik terletak di
sebelah timur laut ibukota, dan terletak di dekat kawasan pegunungan.
Karena letaknya yang berseberangan dari kota Drintle, iapun memutuskan untuk
menggunakan sihir [Trasnfer] ke Ibukota, baru menggunakan sihir [Fly] dan terbang
menyusuri jalan. Karena sebentar lagi musim panas, Cain terbang sambil merasakan
terpaan angin yang hangat.

Di tengah perjalanan ia melewati persimpangan yang akan menuju ke Wilayah Gracia.

“Disini ya pertama kali aku bertemu dengan Teles dan Silk…”

Cain mengenang kejadian pertama kali mereka bertemu. Dalam perjalanan untuk
menghadiri pertemuan di Ibukota, ia menyelamatkan sebuah kelompok yang sedang
diserang kerumunan Orc, Berkat itu ia di promosikan sebagai Baron, dan diberikan
sebuah mansion. Serta ia juga mendapatkan dua orang tunangan.
Cain terus menyusuri jalan sambil menyaksikan banyak kelompok berserta pengawal
mereka yang berlalu lalang.

Di dunia ini, tidak banyak orang yang akan membayangkan soal terbang di langit.
Meskipun sosok Wyvern itu ada, namun karena habitat alamnya berbeda, oorang-
orang jarang melihat ke langit. Oleh sebab itu saat ini tak ada orang yang
memperhatikan Cain yang sedang terbang dilangit.

Dibutuhkan waktu sekitar 10 hari dengan kereta kuda untuk mencapai daerah Malvik,
atau bisa dibilang sekitar 300 km. Jika Cain terbang dengan kekuatan penuh, mungkin
dia bisa saja sampai dalam waktu satu jam, namun karena cuacanya cukup nyaman ia
melaju menyusuri jalan dengan santai.

Selama perjalanan ia melewati desa-desa dan kota-kota kecil. Tentu saja saat melewati
kota, ia memutuskan untuk mengambil jalan mengitarinya karena khawatir akan
terlihat.

Sesekali ia berhenti, dan memeriksa peta, lalu ia kembali melanjutkan perjalanan.


Ketika tinggal beberapa kota lagi sebelum mencapai wilayaah Malvik, ia melihat
adanya kelompok yang sedang melakukan pertempuran.

Penyerangan dilakukan dari kedua sisi, di sebuah jalan setapak yang membelah hutan.
Sekelompok pengawal kereta yang sepertinya adalah milik bangsawan, dengan
dikepung oleh sekitar 20 orang yang seperti bandit.
“Sepertinya perbedaan jumlahnya sedikit berat ya… apa perlu aku bantu ya…”

Cain pun segera mendarat di lokasi terdekat dengan hutan, dan berlari menuju ke
lokasi terjadinya pertempuran.

Para prajurit pengawal itu terus melawan para bandit tanpa ada korbn di pihak
mereka, sedangkan diantara para bandit sudah ada beberapa yang terkapar.

“Aku akan membantumu!”

Cain berteriak ke arah para prajurit itu. Lalu dari belakang para bandit itu ia
menembakan sihirnya.

“[Air Bullet] “

Sihir yan dilepaskan dari tangan kanan Cain itu melesat menyerang para bandit.
Karena ia belum tau situasi dan kondisi nya, ia sangat menahan kekuatannya.

Terkejut dengan kemunculan tiba-tiba seorang anak kecil di belakang mereka, para
bandit yang terkena serangan itu terjatuh satu persatu.

“Terima kasih bantuannya! Kalian semua! Sedikit lagi bertahan lah!!! “

“Ooo!!”

Salah seorang prajurit yang kemungkinan adalah pemimpin pasukan pengawal ini
berteriak dan membangkitkan semangat pasukannya. Seakan menaggapi hal itu, para
prajurit memegang erat pedang di tangan mereka dan menebas para bandit dengan
sekuat tenaga. Beberapa menit setelah adanya bantuan dari Cain, tak ada lagi satu
orangpun bandit yang masih berdiri.

Para kesatria itu mengikat bandit-bandit yang pingsan. Dan salah seorang dri mereka
yang sepertinya adalah pemimpin mereka datang menghampiri Cain. Ia berdiri
beberapa langkah di depan Cain.

“Terima kasih telah membantu… aku pikir kamu hanyalah anak kecil, tapi ternyata
kuat juga… aku adalah Rodeck, komandan kstaria di kota Danlov. Siapa nama mu? “
Penampilannya seperti seorang pria berusia 30 tahun dengan tinggi badan lebih dari
180 cm, dan tubuh yang terlatih dan memancarkan aura yang berbeda ketimbang
ksatria biasa.

“Aku seorang petualang bernama Cain, aku sedang dlam perjalanan menuju wilayah
Malvik, dan melihat kelompok anda diserang oleh bandit..”

Cain menjawab pertanyaan sambil mengeluarkan guild card dari sakunya. Itu dalah
kartu yang berkilauan keemasan milik peringkat A.

Sang komandan, Rodeck mengetahui bahwa sebagai seorang petualang, Cain


memiliki beberapa kemampuan karena telah membantu mereka, namun ketika ia
mengetahui ternyata anak kecil di depannya adalah peringkat A, dia agak terkejut.

“Seusia itu sudah perngkat A… Kami benar-benar terselamatkan… Tunggu sebentar,


aku akan melaporkan hal ini kepada tuanku…”

Setelah memberitahu itu kepada Cain, ia langsung berlari menuju ke kereta.


Ketika Cain memperhatikan kereta itu, ada sebuah simbol yang belum pernah ia lihat
sebelumnyaa, namun sudah dipastikan bahwa itu adalah kereta milik bangsawan.

“Ternyata memang bangsawan ya… kuharap ini tidak akan jadi merepotkan…”

Sepertinya pembicaraan Rodeck dengan bangsawan yang ada di dalam kereta telah
selesai, pintu kereta itu pun terbuka, lalu tampak seorang pria turun.

Tampak seperti berusia lima puluhan dengan rambut putihnya disisir rapi ke belakang.
Pria tua itu mendekati Cain. Kemudian berdiri dihadapan Cain dan menatap Cain, lalu
mulai berbicara.

“Nama mu Cain ya… Aku ucapkan terimakasih atas bantuanmu.. Dengan jumlah
sebanyak itu, sekuat apapun Rodeck pasti akan kerepotan… Tidak enak jika kita
bicara disini, aku juga ingin berterimakasih, bagaimana kalau ikut bersama ku sampai
ke kota berikutnya? Itu adalah kota yang aku perintah…”

“Tidak perlu, aku hanya membantu karena ada orang yang diserang bandit, lagipula
aku terburu-buru… permi–“

“Udah udah naik ajalah… Kakek kakek ini kesepian di kereta sendirian…”
Pria tua itu memegang kedua bahu Cain, dan memandunya menuju kereta. Karena
Cain sedang menggunakan pakaian petualang, ia tidak bisa begitu saja menolak
keramahan dari seorang bangsawan. Iapun terpaksa menaiki kereta milik pria tua itu.

“Rodeck, nanti kerahkan pasukan kemari.. tim cepat tanggap segera beritahu ke kota,
dua orang tinggal di sini dan mengawasi mereka.. “

Pria tua itu memberikan instruksi kepada Rodeck, lalu Rodeck pun segera melakukan
pengaturan. Dua orang ksatria yang sudah naik kuda, segera pergi terlebih dahulu
menuju ke kota. Tim pengawal yang tadinya berjumlah delapan orang kini hanya
tinggal empat orang, dan keretapun mulai berjalan.

“Ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan namaku… aku Santos, Viscount


Santos von Geretta Dunlov. Aku adalah walikota Dunlov…”

“Namaku Cain, seorang petualang… Aku memiliki nama keluarga juga,namun karena
sekarang aku sedang menjadi petualang, jadi aku hanya menggunakan nama Cain
saja…”

Meskipun ia juga adalah seorang walikota, saat ini ia sedang menjadi petualang.
Meskipun ia sempat berpikiran untuk membuatnya identitasnya tetap sebagai seorang
petualang, namun ada kemungkinan akan bertemu lagi dengan Pria ini saat bersama
Silk atau Teles, jadi ia mengungkap kan kalau dia adalah golongan bangsawan.

“—- Ternyata benar bangsawan ya… aku sempat menduga nya karena sikapmu yang
tidak berubah bahkan di depanku… aku merasakan kamu bukan peualang biasa….
Yah meski ada alasan lain kenapa aku ingin kamu naik di kereta ini…”

Saat mengucapkan kalimat terakhirnya itu, Santios tampak agak sedih.

Di dalam kereta itu, Santos terus mengobrol dengan Cain. Bagi Cain, sosok pria tua
itu layaknya kakeknya, dan percakapan diantara mereka berlangsung dengan akrab.

Ketika mentari mulai terbenam, mereka pun sampai di kota Dunlov. Dunluv adalah
sebuah kota dengan jumlah populasi sekitar 8.000, bagi kerajaan Esfort, ini
merupakan sebuah kota berukuran sedang.

Kereta melewati gerbang dan berjalan menyusuri kota. Jauh di ujung tengh kota,
berdiri sebuah rumah walikota.

“Disini lah rumah ku… Aku akan menyiapkan kamar tamu, jadi hari ini silahkan
bersantai…”
“Tidak perlu seperti itu…. Ini sangat merepotkan mu, aku akan menginap di
penginapan saja…”

Meskipun ia menolak untuk menginap di rumah walikota, namun Santos


mengbaikannya dan membuka pintu mansion.

“Aku pulang!! Aku bawa tamu!! Segera persiapkan!! “

Dengan perkatan Santos, para pelayan mulai bergerak. Cain diantarkan menuju ke
ruang tamu oleh salah seorang pelayan.

“Silahkan tunggu sebentar di sini, saya akan segera membawakan teh untuk anda…”

Cain pun meminum teh yang diseidkan oleh pelayan, tak lama kemudian pintu
terbuka, dan Santos pun memasuki ruangan.

“Maaf membuatmu menunggu, aku harus memberikan perintah terkait kasus


penyerangan tadi…”
Santos melanjutkan pembicaraanya setelah meminum teh yang telah disajikan oleh
pelayan.

“Gimana? Cain, kamu mau tinggal disini gak?? Keturunan ku itu semua perempuan
sih… kamu boleh kok jadi suami cucuku…”

“Bhuuk!”

Mendengar perkataan singkat Santos itu, Cain menyemprotkan teh yang ada sedang ia
minum.

“Anda ini bicara apa tiba-tiba begini… Tentu saja itu tidak…”

Santos melanjutkan pembicaran tanp merasa malu sedikitpun.

“Tidak tahu kenapa, ketika melihat mu, aku merasa cocok… Lagipula kamu ini
keluarga bangsawan kan, jadi tidak masalah jika menjadi suami cucu ku…
Kemampuan mu pun aku sudah menyaksikannya tadi, wajahmu juga lumayan. Kamu
juga bisa bisa berbicara sambil menatapku… akhir-akhir ini sangat langka lelaki
sepertimu ini… Ngomong-ngomong kamu punya berapa saudara dan anak keberapa?”

Santos tertawa sambil membelai janggutnya.

“Aku adalah putera ketiga…”


“Kalau begitu tidak masalah!! Jika kamu jadi menantu ku kamu juga bisa jadi penerus
keluarga Viscount lohh!! Tadi aku sudah memanggil puteri dan cucu ku… menantu
ku belum bisa kesini karena masih bekerja, tapi sebaikya kamu bertemu dan lihat dulu
saja…”

Cain merasa bingung dengan perkataan Santos, dan ia tidak bisa membalas
perkaaanya.

“—- maaf, sebenarnya saya sudah punya tungangan…”

Cain menjwab Santos dengan wajah meminta maaf. Mendengar jawaban Cain, Santos
terlihat sedikit kecewa.

“Sebagai seorang bangsawan kamu akan mewarisi posisi Viscount loh… Apa ada
yang lebih penting dari itu?? “

“Soal itu—-“

Tiba-tiba pintu pun diketuk dan kemudian terbuka. Yang masuk adalah seorang
perempuan berambut perak yang tampak seperti seorang ibu, dengan sorang gadis
perempuan berambut sama yang kira-kira usianya sedikit lebih muda dari Cain.

Melihat sosok itu Cain terkejut dan matanya terbelalak.

“Eh? Ibu?? Kok bisa ada di mansion ini….”

“Buhhuk..”

Mendengar pernyataan Cain ini, kali ini Santos yang yang duduk di hadapan Cain
yang menyemburkan teh nya.

Volume 2 - Chapter 53 - Perjamuan makan Malam


Wanita yng membuka pintu dan memasuki ruangan itu adalah sosok perempuan yang
mirip dengan Sarah, ibunya Cain.

Meskipun sekilas terlihat mirip, namun ia adalah orang yang berbeda, dan terlihat
sedikit lebih muda dari Sarah.

“Maafkan aku… Aku salah… Anda terlihat mirip dengan ibu saya…”
Cain meminta maaf dan membungkuk pada keduanya. Ketika ia kembali menatap
Santos, pandangan santos terlihat serius.

“Cain, boleh aku tahu nama ibumu? “

Cain menelan ludah menghdapi tatapan serius dari Santos.

“Ya, ibuku bernama Sarah.”

Mendengar jawaban Cain, wanita yang baru saja memasuki ruangan itu matanya
terbelalak.
“Pertama, duduk dulu sini… aku akan memperkenalkan mereka berdua… Tapi aku
tidak menyangka kamu adalah anak Sarah… Pantas saaja aku merasa cocok sekali
dengan mu…”

Cain tidak mengerti apa yang dikatakan Santos, iapun menyapa kedua gadis yang
duduk di samping Santos itu.

“Namaku Cain, Karena aku sedang menjadi petualang, jadi aku menyembunyikan
nama keluargaku… Aku bertemu dengan Santos-sama di perjalanan, dan diajak
kemari bersamanya…”

Cain memperkenalkan diri dengan penuh perhaian.

“Aku Lala von Gueretta. Gadis ini bernama Leila. Leila, ayo beri salam… “

Mendengar kata-kata Lala, Leila pun berdiri dan mengangkat sedikit roknya dengan
angun, lalu memperkenalkan diri.

“Namaku Leila. Salam kenal, Cain-sama”

Leila pun kembali duduk di sebelah Lala setelah memperkenalkan diri.


“Tapi… kalian mengenal ibuku ya?”

Mendengarkan perkataan Cain, Santos mengangguk sambil mengerutkan alisnya.

“Sarah itu… adalah anak ku… dan juga kakaknya Lala.”

Cain terkejut mendengar perkataan Santos.


“Eh?? Ibuku bilang dia bertemua ayah ketika ia menjadi petualang…”

Menanggapi perkataan Cain, Santos pun mulai bicara.

“Anak itu… Aku tadi udah bilang kan kalau keluarga Garetta ini perempuan semua?
Waktu itu aku menemukan calon untuk Sarah dan ingin menikahkan dia, namun dia
tidak mau dan kabur dari rumah… Sejak saat itu… kira kira sudah lima belas tahun
sejak kepergiannya…. Aku tidak menyangka dia memiliki anak sepertimu… Apa
Sarah baik-baik saja? Kamu menjadi petualang di usia seperi ini, apa jangan-jangan
Sarah sudah….”

Air mata mengalir di pipi Santos. Begitu pula dengan Lala yang ada di sampingnya.
Sedangkan Leila merasa kebingungan karena tidak mengerti apa yang dibicarakan.

“Tidak, tidak, ibuku baik-baik saja. Kurasa saat ini ia ada di mansion di ibukota… “
Cain buru buru menjawabnya melihat sepertinya mereka telah salah paham.

Dan ia memutuskan untuk berbicara bukan lagi sebagai seorang petualang, namun
seorang bangsawan. Setelah menarik nafas dalam-dalam, Cain pun mulai berbicara.

“Aku akan berbicara sejujurnya, Namaku adalah Cain von SIlford Drintle, gelarku
saat ini adalah seorang Viscount dan memerintah kota Dintle.. Ayahku adalah Garm
von Silford Gracia.. Dan ibuku adalah istri kedua nya…”

Cain meletakan bukti dirinya sebagai seorang Viscount di atas meja. Santos tak bisa
menyembunyikan keterkejutannya terhadap apa yang dikatakan Cain.

“Ja-jangan-jangan kamu Viscount Silford yang itu??? Yang pada usia lima tahun
sudah menyelamatkan tuan puteri dan nona Silk, lalu pada waktu ujian sekolah telah
menghancurkan tempat latihan, dan mendapat perestasi terbaik di sekolah itu??
Viscount Silford itu adalah anaknya Sarah??? Aku selalu mendengar kisah tentang mu
dari Duke Eric ketika ia lewat sini dalam perjalanan pulang ke wilayahnya. “

Cain tidak berpikir bahwa masa lalunya akan menjadi begitu terkenal. Dan ia tidak
pernah menyangka akan ada orang yang menjelaskan masa lalunya yang memalukan
ini dihadapannya.

(Memang yang diktakan itu benar… tapi jika di sebutkan di depan mata seperti ini
jadi malu…)
“Haaa~~ Ya kurang lebih begitulah…”Cain menggaruk pipinya sambil tersipu malu.

“Tapi ku tidak menyangka ia akan menikah dengan Margrave Silford… Dia bilang dia
benci dengan keluarga bangsawan, tapi akhirnya menikah dengan bangsawan juga
ya… Dia dari kecil orangnya over aktif soalnya…. Begitu ya, Begitu ya,.. Kalau
sesama sepupu aku tidak bisa menikah kan kalian ya… Leila, ternyata Cain—dono ini
sepupu mu loh.. “

Leila mengangguk memahami apa yang dikatakan Santos.

“Cain-sama adalah kakak ku ya…”

Karena Cain adalah anak terakhir, ketika ia dipanggil kakak untuk pertama kalinya,
ekspresinya melembut.

“Bisakah kamu menceritakan tentang Sarah…”

Ketika Cain sedang tersenyum lembut, Santos kembali berbicara. Bersamaan itu, Cain
kembali ke dunia nyata.

“Aku tidak tahu detailnya, tapi aku bisa menceritakan apa yang ibu ceritakan
padaku…”
Cain mulai menceritakan kisah yang didengarnya ketika ia masih kecil. Sewaktu
kecil, ia pernah bertanya kepada Sarah tentang kisah pertemuan Sarah dengan Garm.
Waktu itu, Ingatan masa lalu Cain baru saja kembali, dan ia sedang mencari berbagai
informasi dari Garm, Sylvia serta Sarah.

◇◇◇

“Ibu, kenapa ibu menikah dengan ayah?”

Sambil yang berbaring di tempat tidur bertanya kepada Sarah sambil membaca buku
gambarnya.

“Aku ini dulunya petualang loh… Setidaknya dulu aku bisa naik sampai rank C.. aku
sedang menerima Quest, saat itu aku membentuk Party dengan petualang lain, dan
melakukan perburuan di hutan iblis… Aku bertemu dengan Garm yang sedang
berburu dengan jumlah orang sedikit, katanya itu sebagai latihan… Ia keluar dari
hutan itu sambil membawa orang-orang yang terluka… Karena aku bisa
menggunakan sihir pemulihan, disana aku menggunakan sihir pemulihan kepada
teman-teman Garm… Sejak saat itu kami mulai akrab, lalu dia pun melamar ku, dan
kami menikah…”
Sarah mulai bercerita sambil mengenang masa lalu.

“Ibu hanya orang biasa tapi bisa menikah dengan bangsaawan ya? “

“—–Ya… di tampak seperti ksatria, tapi aku tidak menyangka bahwa dia sebenarnya
adalah bangsawan… Meskipun tidak bisa menjadi istri pertama, namun aku diizinkan
menjadi istri kedua… Garm bilang ‘Pasti aku akan menikahimu!!’ di rumah ku…
Dulu di orang nya sangat agresif.. loh, cerita ini sama Cain malah gak ngerti ya…”

Wajah Sarah memerah.

Garm juga menceritakan hal yang sama pada Cain. Dia mengatakan bahwa dia telah
gagal dengan memaksakan diri masuk ke hutan sampai terlalu dalam. Lalu ketika ia
sedang mundur sambil membawa orang orang yang terluka, ia bertemu dengan Sarah
dan kelompoknya. Ia tertarik kepada gadis yang seharusnya hanya seornag petualang
namun sangat bermartabat, dan akhirnya melamarnya. Meskipun melakukan
perkenalan dengan orang tuannya, ia mendapat kan tentangan dari kedua orang
tuanya, melihat martabat gadis itu yang tak seperti seorang petualang biasa, mereka
akhirnya menyetujui. Garrm menceritakan ini dengan berbangga hati.

“—-Kira-kira seperti itu lah… “

Santos mendengarkan cerita Cain sambil bercucuran air mata. Lala juga mendegarkan
sambil menyeka air matanya dengan sapu tangan.

“Terima kasih tuan Silford… Jika tidak ada hal khusus, yang menemani bangsawan
ke pesta di ibukota adalah istri resminya ya… karena itu aku tidak pernah bertemu
dengannya…”

“Tidak, tidak, anda ini akan menjadi kakek ku, jadi panggil saja Cain… Ibuku juga
sangat jarang untuk muncul di pesta…”

Cain membungkuk.

“—Maaf.. tapi aku tidak menyangka hari ini akan diselamatkan oleh cucuku… Malam
ini, tolong menginaplah disini… bahkan aku tidak keberatan jika tuan Cain ingin
tinggal disini selamanya…”

Santos mengatakan itu sambil tersenyum, namun karena ia juga sebagai walikota, ia
tak mungkin menerima tawaran ini.
“Terimakasih atas kebaikan anda, mohon maaf aku akan merepotkan anda malam
ini… namun besok aku harus menuju ke wilayah Malvik, dan secepatnya kembali ke
ibukota… Aku akan menceritakan pertemuan kita ini kepada ibu.. tentunya kepada
ayah juga…”

“Baiklah, kalau begitu malam ini aku akan menulus surat untuk Sarah dan Tuan
Garm, bisakah kamu mengantarkan nya? “

Cain mengangguk menjawab pertanyaan Santos.


“Tentu saja, Ketika anda berkunjung ke Ibukota, silahkan temui ibuku, saat ini kurasa
ia tinggal dengan kakak ku…”

“Mohon bantuannya sat itu tiba… Terimakasih… aku benar-benar bersyukur telah
diselamatkan oleh tuan Cain hari ini…”

“AKu juga, karena kakek dari pihak ayah sudah meninggl dunua, aku berpikir sudah
tidak punya kakek lagi… mohon bimbingannya…”

Setelah itu, mereka melanjutkan pembicaraan, dan tiba tiba pelayan datang memberi
tahu bahwa makan malam telah siap.

“Kalau begitu, ayo kita makan… Karena kota ini dekat dengan pegunungan, sayur-
sayuran disini sangat lezat…”

Mendengar itu, Cain menelan ludah.

Lalu mereka pun tiba di ruang makan, dan Cain diperkenalkan dengan putera
menantunya dan mereka makan bersama.

Di atas meja tersedia potongan steak dan masakan sayur sayuran. Banyak hidangan
lain yang ditata dengan rapi sehingg sangat menggugah selera.

“Hari ini aku bersyukur bisa bertemu dengan cucu ku yang baru, Cheerss”

Cain menyantap makanannya perlahan-lahan.

“—-Lezatnya..”

Perpaduan rasa manis sayuran dan rasa garam membuat sayur-sayuran ini
mengeluarkan rasa yang khas.
Mendengr pujian Cai, Santos mengangguk sambil tersenyum.
“Tuan Eric dan nona Silk juga sangat suka dengan sayuran di kota ini.. saat mereka
berpergian dari atau menuju daerahnya, meek selalu mampir kemari…”

“Silk juga suka ya…”

Cain membayangkan sosok Silk yang sedang memkan sayuran dengan lahap.

“Silk ya… Apa tunangan yang tadi anda sebutkan itu adalah putri kedua tuan Eric,
Nona Silk? “

Santos bertanya dengan penuh senyum diwajahnya.

“Eh.. itu…”

Keringat bercucuran di dahi Cain, ia buru-buru menyeka nya dengan sapu tangan.

“Ya sudah… pasti ada alasan mengapa belum ada pengumuman resmi… aku akan
menunggu saat itu datang…”

“Aku benar benar terselamat kan bila anda mau melakukan itu.. “

Cain membungkuk ringan pada perkataan Santos.

“Yosh!! Hari ini adalh hri yang bahagia!!! Kita minum-minum!!! Cain kamu jug
minum ya!!! “

Santos membuka gelas dengan penuh semangat.

“Ayah!! Cain-sama msih anak-anak!! “

Sambil bermandikan tatapan dingin dari Lala, Santos tetap meminum sake nya sambil
tersenyum

Volume 2 - Chapter 54 - Wilayah Malvik


“Maaf merepotkan anda…”

Dengan ceria Cain mengucapkan rasa terima kasihnya kepada orang-orang yang
tengah mengantarnya. Orang yang mengantarnya ini adalah keluarga Geretta yang
sejak kemarin menjamu Cain.

“Aku serahkan suratnya padamu… Tapi apa benar tidak apa-apa aku tidak
mengantarmu dengan kereta? “
Cain menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Santos.

“Saat ini aku sedang bergerak sebagai seorang petualang… Lagipula aku lebih cepat
jika sendirian… Serahkan saja tentang surat itu pada ku, aku pasti akan
meyampaikannya pada orang tuaku… “

Cain meneyimpan surat yang ditujukan untuk Garm dan Sarah di sakunya, lalu
membungkuk seraya berkata,
“Lain kali ku akan datang bersama dengan keluargaku..”
Kemudian ia berjalan pergi.

Ketika datang ia menggunakan kereta, jadi ia tak terlalu memperhatikan keadaan kota.
Namun dengan berjalan, Cain dapat menyadari betapa makmur kota ini. Sejak pagi
hari sudah banyak hiruk-pikuk orang-orang, serta banyak lapak yang sudah buka.

“Kota yang bagus ya… sepertinya aku memang harus mengajak ibu adan kak Reine
kemari…”

Gumam Cain sambil menyusuri kota menuju ke gerbang.

Setelah melewati gerbang, ia berjalan melalui jalan besar yang menuju ke daerah
Malvik. Setelah memastikan tak ada orang di sekitarnya, ia menggunakan sihir [Fly]
dan melanjutkan perjalanan dengan terbang.

Cain terbang menyusuri jalan dengan ketinggian diatas 10 meter dari permukaan
tanah.

Saat hampir mendekati wilayah Malvik, terlihat lalu-lintas kereta kuda beserta
pengawal mereka.
Dan akhirnya daerah Malvik yang menjadi tujuannya pun terlihat.

Wilayah Malvik merupakan wilayah yang di kelilingi pegunungan. Di bagian


belakang kota terlihat sebuah gunung yang tinggi, dan di banyak titik di kota terliht
asap yng naik mengepul.

“Jangan-jangan…. Pemandian air panas?? “

Dengan memiliki ingatan kehidupan masa lalu nya, sebagai orang jepang, ia sangat
suka mandi. Dan ia tak dapat melepaskan matanya dari pemandian air panas. Sambil
berangan-angan bisa mandi air panas, Cain pun mendarat di tempat yang tidak terlalu
jauh dari gerbang, lalu berjalan menuju gerbang.

Di gerbang ada prajurit yang bertugas menjaga gerbang dan memeriksa barang
bawaan serta memberikan ijin untuk masuk ke kota. Cain berbaris di belakang, dan
barisan itu sedikit demi sedukit maju.

“Selanjutnya!! Aku belum pernah melihatmu? Petualang ya? “

Giliran Cain pun tiba, setelah memandangi Cain penjaga itu bertanya.

“Ya, aku seorang petualang. Aku bepergian sendirian karena ingin mengunjungi kota
ini.”

Cain menunjukan kartu guildnya. Para penjaga itu terkejut mlihat kartu guild
berwarna emas milik peringkat A.

“Seusia ini sudah peringkat A… Bawaan mu.. apa cuma itu?? Yosh silahkan masuk..

Dengan izin dari penjaga itu, Cain pun melewati gerbang dan masuk ke kota. Kota ini
tidak terlalu besar untuk wilayah yang dipimpin oleh seorang Duke. Namun ketika
menyusuri kota, akan terlihat banyak bangunan penginapan dan pemandian air panas.

Di depan penginpan, banyak orang-orang yang mempromosikan tempat mereka.

“Tuan~! Pemandian air panas kami adalah yang terbaik lohh~!! Silahkan mampir…”

“Disini pemandian air panasnya lebih baik loh!!!”‘

Cain yang terus melewati para pengiklan itu, sambil memandangi keadan kota.

“Jika ada pemandian air panas sebanyak ini, aku tidak tahu harus kemana…”

Di sepanjang jalan yang I lewati saja sudah ada lebih dari duapuluh penginapan yang
berbaris.

“Hm gak ngerti lah… Ah, tanya ke guild aja deh…”


Tentang pemandian terbaik disini tanya saja dengan orang lokal, begitulah pikir Cain,
dan ia pun bertanya kepada pejalan kaki tentang lokasi guild dan bergegas menuju ke
sana.

Guild berada di pusat kota, sebuah bangunan dengan tanda pedang dan perisai de
depannya. Bangunannya sangat bagus, sampai-sampai kota petualang Drintle saja
tidak sebanding dengan ini.

Cain membuka pintu dan kemudian masuk. Seketika pandangan para petualang di
dalam terpusat pada Cain, namun ketika mengetahui yang masuk hanyalah anak kecil,
pandangan itu pun bubar.

Ia berdiri di depan resepsionis yang kosong dan bertanya.

“Permisi… Aku baru saja datang ke kota ini… Kira-kira dimana tempat pemandian
air panas yang recommended?? “

Wanita resepsionis itu tersenyum karena Cain datang untuk menanyakan pemandian
air panas dan bukan quest.

“—Penginapan Air panas ya… Jika itu petualang maka aku bisa merekomendasikan
tergantung dengan peringkat mereka…”

“Aku sudah terdaftar, Ini kartu gu—“

“Ganggu lu bocah… Iron class pengen mandi?? Mewah bnget… tanya aja sama orang
pinggir jalan sono…”

Ketika Cain mencoba mengeluarkan kartu guild nya, ia mendengar suara jahat dari
belakangnya.

Cain menghela nafas menghadapi pola minstream ini, dan ia berbalik, terlihat seorang
pengguna pedang bertubuh besar yang wajahnya terlihat sedikit merah karena mabuk.

“… kamu sebaiknya segera keluar… “

Dari belakang sang resepsionis menyarankannya, namun Cain membalas perkataan


pria itu tanpa ekspresi.

“Sekarang aku sedang bertanya, bisakah anda tidak mengganggu? Kalau sudah selesai
nanti aku juga pergi…”
Cain seolah tak perduli, setelah melontarkan kata-kata itu, ia kembali berbalik kearah
resepsionis.

Wajah mabuk petualang itu semakin memerah mendengar apa yang di ucapkan Cain.

“Bocah Sialan!! “

Ketika pria itu mengayunkan tangannya, dalam sekejam Cain berbalik dan menyerang
kaki petualang itu. Dihadapan petualang yang terjatuh itu, Cain mengepalkan tinju
nya.

“Apa masih mau lanjut?? “

Mendengar perkataan Cain itu, Petualang itu tertegun, ia tak mengerti kenapa ia bisa
terjatuh. Tentu saja, para petualang lain yang kebetuln meyaksikan kejadian ini
memiliki respon yang sama.

Lalu Cain mengeluarkan kartunya dan meletakan di meja resepsionis.

Anak laki-laki di hadapannya ini hanyalah seorang anak kecil, namun kartu yang
dikelurkannya adalah kartu berwarna emas.

“E-Eeh?? Peringkat A?? Maafkan aku…”

Resepsionis itu tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya melihat kenyataan ini.


Karena tadinya Aula sedang dalam keheningan, suara wanita resepsionis itu
menggema di seluruh ruangan.

Para petualang yang kebetulan menyaksikan ini dan petualang di sekitar Cain pun
terkejut. Cain menghela nafas karena identitasnya sebagai petualang peringkat A telah
terbongkar.

Cain kembali berbicara kepada resepsionis, sambil mendengarkan para petualang di


sekitarnya saling berbisik diantara mereka.

“Tidak masalah jika harganya tinggi, kalau bisa yang ada pemandian dan makanan
yang bagus..”

“Ba-ba-baiklah! Mohon tunggu sebentar… Saya akan bawakan dokumennya… “

Resepsionis yang tiba-tiba tersadar bergegas bangkit dan menuju kebelakang untuk
mengambil dokumen. Setelah dokumennya ia siapkan, ia mulai menjelaskan.
“Untuk petualang peringkat A, saya merekomendasikan untuk kesini…. Ada
pemandian terbuka, dan reputasi masakannya pun bagus… jika anda menunjukan
kartu guild, mereka mungkin akan memberikan diskon..”

“Hm, baiklah kesana saja…”

Cain menerima peta panduan, lalu meninggalkan Guild sambil merasakan tatapan dari
sekitarnya.

“Ketika mabuk kenapa mereka mengganggu anak-anak sepertiku ya…”

Karena penginapan yang direkomendasikan sedikit jauh, Cain berjalan menyusuri


kota sambil merasaakan gemerlap kota.

Tepat sebelum penginapan yang di rekomendasikan, Cain berbelok ke salah satu


gang. Tentu saja karena ia merasakan ada yang mengikutinya dari belakang.

Cain berbalik dan tersenyum kepada beberapa orang yang mengikutinya memasuki
gang.

“Apa anda memiliki urusan denganku??”

Tanpa merasa terkejut, para petualang itu berhenti dan mengeluarkan pedang mereka.
Ada lima orang, termasuk seorang petualang yang tadi ia jatuhkan di guild.

“Bocah jadi peringkat A?? Jangan becanda… pasti curang dan nyogok kan… apalagi
lu bikin malu gua tadi…”

“Ni bocah pengen nginep di tempat bagus kan pasti banyak duit kan lu… cepet
keluarin.. ntar gua biarin lu setengah mampus aja…”

Kelima orang itu mendekati sambil tersenyum.

Karena Cain saat ini sedang termotivasi untuk cepat menikmati pemandian terbuka, ia
pun berniat untuk cepat menyelesaikan masalah ini.

Lawan dihadapannya sudah mengacungkan pedangnya, tanpa niat melepaskan


dirinya.

Seketika, ia melesatkan pukulan ke dada salah sau peria itu. Bagi Cain yang memiliki
status layaknya bug dalam game, ia dapat bergerak dalam kecepatan yang tak dapat
dilihat oleh orang biasa.
“Gho–“

Orang yang dipukul Cain itu terpental sampai ke jalan utama.

Karena tiba-tiba ada orang terpental dari gang, orang-orang di jalan utama jadi terlihat
agak bising.

“Selanjutnya!”

Ujar Cain sambil berbalik dan menendng orang berikutnya.

“Gha–“

Ia menendang semua orang yang mengerumuni nya satu persatu selain orang yang
mengganggunya di guild.

“Tinggal ente nih…”

Pria itu gemetaran dihadapkan dengan kekuatan luar biasa dari Cain, dengan pedang
yang ada di tangannya, ia mulai menebas. Mengarah pada kepala Cain.

Saat itu, ia berpikir ia telah mencapai kepala Cain, namun Cain menghentikannya
dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

“Dengan kekuatan segini mau lawan aku? “

Dengan komentar singkat dari Cain itu, pria itu melepaskan pedangnya dan menarik
bokongnya untuk mundur.

“Mo-mo-monster..!!! “

“Mengeroyok anak kecil kayak begini, di bilang monster lagi, jahat bener kan?”

Cain menedang wajah pria itu yang mulai agak bangkit untuk berlari. Dan pria itu pun
terpental ke jalan utama.

“Ngerepotin aja… padalah air panas sudah menunggu…”

Sambil bersuara lirih, Cain kembali ke jalan utama.

Ia pun keluar dari gang dan ingin menuju ke penginapan, namun seketika ia di
panggil.
“Kamu yang di sana! Kamu kan yang melakukan ini pada mereka?? “

Ketika ia berbalik, seorang prajurit menghampirinya.

“Mereka mengikutiku dari guild, dan meminta uang pada ku… lalu akhirya mereka
mengacungkan pedang pada ku, itu kan cuma pertahanan diri.. tanya saja sama
mereka… “

Karena ia sudah sangat ingin masuk ke pemandian air panas, ia pun menjelaskannya
dengan satu tarikan nafas bagaikan kilat. Ketika ia ingin berjalan ke penginapan,
datang lagi prajurit bantuan.

Kali ini bukan prajurit, tapi lima orang ksatria. Salah satu dari mereka menggunakan
armor yang mewah, ia maju kedepan. Seorang pemuda yang kelihatannya baru saja
dewasa, dengan rambut pendek berwarna ungu.
Setelah ia mendengar situasainya dari para prajurit, ia mendekati Cain.

“Aku adalah Delita von Sntana, Bagaimana punsituasinya, kekerasan dilarang dikota
ini, Bisakah kamu ikut dengan kami? “

Meskipun ia bisa saja langsung kabur, namun mendengar nama Santana di sebutkan,
iapun menggangguk.

(Orang ini pasti keluarganya Silk kan…)

Delita merasa puas Cain bersedia mematuhi perkataannya.

“Hm, Akan sangat membantu jika kamu megatakan itu.. Hei kalian bawa mereka
kemari!! Kita bawa mereka juga!! “

Dengan instruksi Delita, para prajurit itu mengangkut para petualang yang pingsan
dan tergeletak.

“Baiklah, maukah kamu ikut denganku juga? Aku tidak akan memperlakukan mu
dengan buruk, aku hanya ingin memeriksa kesaksian kedu belah pihak…”

Kesatria berdiri di kedua sisi Cain, dan dengan Delita sebagai pemimpin jalan, mereka
un mulai berjalan.

(Apa mereka akan membolehkan ku mandi air panas ya…?)

Di dalam pikiran Cain sudah tidak ada lagi yang lain selain pemandian air panas.
Dan beberapa saat kemudian, Cain berada di dalam penjara.

Volume 2 - Chapter 55 - Wilayah Malvik 2


Sedikit kita putar kembali waktunya.

Di markas para ksatria Cain sedang duduk berseberangan meja dengan Delita.
Tampak seperti ruang tamu yang sederhana, dan terawat dengan baik. Di pintu masuk
berdiri dua orang ksatria, sehingga membuat seolah tak bisa lari.

“Jadi, siapa namamu?”

“-Cain.”

“Untuk mengkonfirmasinya, bisakah kamu menggunakan [Status Open]?”

“– tidak bisa.”

“Bukan sebagai Ksatria, namun atas nama salah satu keluarga Duke yang memerintah
kota ini, apa masih tidk bisa? “

“–Tidak bisa.”

Mau sampai kapan pun dikatakan, status milik Cain adalah sesuatu yng tidak bis di
perlihatkan dengan mudah. Jika dia salah seikit saja, mungkin ia bisa dapaat hukuman
dari Yang mulia.

Delita menghela nafas, meminum seteguk teh yang telah di siapkan dan kembali
bertanya.

“Kenapa tidak boleh ya? Bahkan jika aku bilang aku akan mengikat mu disini? “

“Karena itu memang tidak boleh, namun jika kamu memaksa, silahkan tanyakan pada
Eric-sama, jika dia mengijinkan, aku akan menunjukannya…”

Mata Delita terbelalak ketika nama Eric tiba-tiba disebutkan. Seorang petulang yang
tidak ada seorang pun menemaninya, menyebut nama ayahnya, tentu saja dia terkejut.
“Kenapa kamu tahu tentang ayahku? Usiamu sepertinya dekat dengan Silk, apa kamu
kenal dengan Silk? “

“Tentu saja, Silk adalah teman sekelas ku di sekolah… “

“Kalau begitu malah tidak ada alasan bagimu menyembunyikan nya kan? Kebetulan,
besok ayah ku akan sampai disini, Begitu beliau datang aku akan menanyakan
padanya tentang semua rahasiamu… Jika kamu berbohong telah mengenal ayahku, itu
akan jadi masalh besar dan kamu akan dikenakan hukuman.. Maaf, tapi sampai saat
itu tiba, kamu harus menunggu di ruangan berbeda…”

Cain mengangguk dengan patuh. Namun, ruangan tempat ia diantarkan adalah sebuah
penjara. Lebih tepatnya adalah sel tahanan percobaan.

Letaknya hampir ke bawah tanah, dengan sedikit sinar matahari yang menyinari dari
langit-langit. Penjara ini merupakan sebuah ruangan khusus, yang terlihat terawat. Di
dalamnya tidak ada sekat, namun ada toilet dan tempat tidur. Ada juga meja dan soffa
kecil di dalamnya. Meskipun ada juga ruangan penjara yang buruk, namun ia
dimasukan kemari, sepertinya ini adalah berkat pengaruh Delita.

Sebenarnya alasannya kemari hanyalah untuk menambahkan titik transfer saja, jadi
dia bisa langsung kembali ke ibukota dengan sihir [Trasnfer] miliknya. Namun karena
dia sudah menyebutkan nama Cain, dan mendengar bahwa Duke Eric akan segera
datang, ia merasa harus menyambutnya.

Cain berbring di tepat tidur, sambil merasa menyesal karena tidak bisa merasakan
pemandian air panas. Ia menghabiskan waktu dengan bersantai di tempat tidur.
Karena ia tidak diberikan makan siang, ia diam-diam mengeluarkan roti dan dan
cangkir dari [Item Box] miliknya, dan mengisi cangkir itu dengan sihir air kemudian
mengisi perutnya.

Hanya ada satu orang prajurit yang bersiaga di luar penjara untuk mengawasi Cain.
Untuk menghabiskan waktu, Cain pun mengjaknya berbicara.

“Hei Hei, mas prajurit… berapa lama aku harus disini ya..? “

Penjaga itu menjawab pertanyaan Cain dengan wajahnya yang agak ditekuk,
sepertinya dia juga sedang bosan.
“Sampai ada izin dari Delita-sama… Delita-sama adalah putra kedua keluarga Duke,
namun beliau mau bergabung dengan ksatria dan melindungi kota ini sebagai
komandan pasukan…”

“Begitu ya… Tadi Delita-sama bilang katanya Eric sama akan datang besok… apa
aku gak bisa keluar sampai besok ya…”

“Jika Delita-sama bilang begitu maka begitulah…”

Sambil berbaring, Cain berbicara sambil memakan cemilan yang dia keluarkan dari
[Item box] nya. Cemilan ini adalah yang dibuat oleh Sylvia sebelumnya, kue dengan
buah-buahan kering diatasnya.

“Begitu ya… Aku ingin masuk ke pemandian air panas nih…”

“Pemandian air panas disini soalnya terbaik di dunia sih… Eh kamu makan apa itu!?”

“Eh? Cemilan, mau?? “

Cain memberikan sisa cemilannya kepada penjaga itu melalui celah penjara.

“Maaf ya… Eh Salah!! Ka-kamu punya [Item box] ya!?? “

Cain mengangguk sambil tetap mengunyah.

Penjaga itu mengambil cemilan dari Cain dan mulai memasukannya kedalam
mulutnya.

“Oh, ini enak ya… “

Melihat prajurit yang merasa puas itu, Cain mengeluarkan cangkir, dan menyerahkan
jus kepada penjaga itu.

“Ini juga silahkan… Aku masih dibawah umur, jadi tidak bisa mengeluarkan sake,
namun aku punya jus yang aku beli di ibukota…”

“Maaf ya.. aku terima…”

Entah sejak kapan pembicraan diantara Cain dan penjaga itu menjadi semakin meriah.

“Delita-sama itu bukan orang yang buruk, tapi keperibadiannya itu terlalu lurus.. Ia
Cuma mendengarkan perkaaan Duke Eric saja… Yah karena dia juga sedang bersaing
dengan anak tertua Duke, Noel-sama yang sekarang sedang menjadi perwakilan
ayahnya…”

“Begitu ya…. Sepertinya agak merepotkan…”

Cain meneggarkan keluhan penjaga itu dengan seksama.

“Tapi dia memang orang baik yang memperlakukan rakyat biasa dengan adil, namun
karena ia memutuskan dari baik atau buruknya terlalu ekstrem, jadi agak
merepotkan… Coba saja dia bisa meniru sedikit fleksibilitas Eric-sama…”

Cain tersenyum pahit membayangkan wajah Eric. Ketika mereka asik berbicara, tiba
tiba pintu terbuka.

“Sepertinya sudah saatnya makan malam… Loh Delita Sama!?? “

Penjaga itu mengira sekarang saatnya mereka mengantarkan makan malam, namun
ternyata itu adalah Delita yang masuk. Dengan terburu-buru ia meletakn cangkir
ditangannya ke atas meja, dan segera berdiri memberi hormat.

“Ayahku tiba lebih cepat dari jadwal, dan aku memintany untuk segera
memastikannya….”

Di depan penjara itu, Delita bersiap-siap seakan pedangnya dapat segera menebas
kapanpun. Lalu Eric pun masuk bersama dua orang ksatria. Cain dan Eric saling
memandang di depan penjara itu.

“Salam.. “

Cain hanya mengatakan itu, sejenak wajah Eric memerah dan seakan tak dapat
menahannya lagi, pun tertawa.

“Hahahaha … perutku sakit… Cain-kun, kenapa kamu ada di tempat seperti ini…
Ahahaha, duh gak nahan hahaha….”

Delita, Ksatria, serta penjaga, semua orang terpana melihat Eric tertawa terbahak-
bahak sendirian dihadapan mereka.

“Ayah, apa kamu mengenal Cain ini? “

Delita bertanya sambil merasa sedikit khawatir.


“Ya, tentu saja… Dia kan tunangannya Silk, Viscount Cain von Silford Drintle.. juga
dia anaknya Margrave Garm loh.. “

Mendengar perkataan itu, semua orang selain Eric menjadi pucat. Hal ini disebabkan
oleh nama yang baru saja disebutkan mengandung nama wilayah. Itu artinya
meskipun ia terlihat seperti seorang anak yang belum dewasa, ia tetaplah seorang
bangsawan resmi. Meskipun Delita adalah anak seorang Duke, dia harus
memperlakukan Cain dengan baik.

“Eh? … Viscount!? Margrave!? Tunangan Silk?? “

Delita tidak mampu mencerna kata-kata Eric dengan baik.

“Tapi Cain-kun, kenapa kamu tidak memperlihatkan bukti mu sebagai Viscount? Jika
kamu menunjukan itu, kamu bisa membuktikan kalau kamu itu bangsawan kan…”

Eric bertanya sambil tertawa. Cain terus menerus ditanyai tentang statusnya, jadi ia
melupakan hal ini. Karena biasanya ia selalu menyimpannya dalam [Item box] jadi itu
tidak ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan fisik.

“Benar juga ya… aku terus-terusan disuruh memperlihatkan statusku, jadi aku benar-
benar melupakannya.. “

Cain menggaruk kepalanya, dan mengeluarkan bukti Viscount dari [Item box].

Mendengar perkataan Cain itu, senyuman yang sedari tadi menghiasi wajah Eric
menghilang, dan ia mengarahkan tatapan dingin nya kepada Delita.

“–Delita … Apa kamu melihat status Viscount Cain?”

Merasa ketakutan dengan perubahan ekspresi ini, Delita menggelengkan kepalanya.

“Tidak, karena ia menolak begitu keras, jadi aku memasukannya ke penjara… karena
aku mengira dia adalah keluarga bangsawan, jadi aku memasukannya ke ruangan
ini…”

“Kalau begitu tidak masalah… Jika kamu melihatnya.. Delita, tergantung situasinya,
mungkin kamu akan dihukum mati… “

Mendengar perkataan ini mata Delita terbelalak.

“Artinya Viscount Cain ini adalah sosok orang yang seberharga itu… Karena itu di
usianya saat ini dia sudah menjadi bangsawan, dan memerintah kota… Apa kau
mengerti?? Tapi ya…Cain-kun di penjara, cepat keluarkn dia… Aku harus
melaporkan ini keada yang mulia ketika aku kembali ke ibukota ..fufu”

Ekspresi dinginnya menghlang, dan kembali menahan tawanya.

Begitu mengetahui Cain adalah bangsawan, prajurit itu buru-buru membuka kunci
penjara dan melepaskannya.

“Mas prajurit, tadi itu menyenangkan… Terimakasih ya…”

Ketika Cain tersenyum kepada penjaga itu, penjaga itu dengan rasa sedikit ketakutan
ia membungkuk.

“Cain-kun, ayo kita ke mansion. Aku akan memperkenalkanmu dengan keluargaku.”

Cain dibawa oleh Eric menuju ke Mansionnya.

Delita tetap berdiri membeku di tempat selama beberapa menit karena terlalu shock.

Volume 2 - Chapter 56 - WIlayah Malvik 3


Cain yang berhasil keluar dari penjara dengan selamat kini menuju ke Mansion
bersama dengan Eric.

Eric yang berjalan di sampingnya selalu tertawa membayangkan Cain yang dipenjara
sebelumnya.

“Tapi Cain-kun, Kamu lengah seperti biasanya ya… Kamu harus membiasakan diri
untuk segera mengeluarkan tanda bangsawan mu… Jika salah sedikit saja kamu bisa
merepotkan orang lain nanti…”

Tentu saja, pasti akan ada masalah jika sikap yang tadinya mereka tujukan kepada
rakyat biasa ternyata di tujukan kepada sorang bangsawan sejati. Kali ini dalam artian
tertentu menjadi pelajaran yang baik untuknya.

“Sebenarnya aku datang kemari hanya untuk menambahkan titik perpindahan ku saja..
namun karena aku melihat disini ada pemandi air panas, jadi aku ingin sekali
mencobanya.. “

Cain menjelaskan kepada Eric sambil menggaruk kepalanya.


“Cain-kun, Kamu suka pemandian air panas? Kalau begitu pemandian di mansion
lebih bagus daripada di penginapan loh.. gimana mau coba? “

“Benarkah? Ayo!”

Cain yang berjalan di belakang Eric mengangkat tangannya dengan gembira.

“Aku tidak menyangka kamu bisa se-antusias itu… Tunggu saja, aku akan meminta
mereka menyiapkannya untukmu…”

Eric menuju ke mansion sambil tersenyum.

Seperti yang diharapkan dari seorang Duke, daripada disebut mansion, ini lebih pantas
disebut Istana. Meskipun tidak sebanding dengan istana kerajaan, itu di balut oleh
dinging raksaasa berwarna putih.
Di dalam aula, baik pelayan laki-laki dan pelayan perempuan sudah berbaris
menunggu.

“Tolong antarkan Viscount Cain ke kamar tamu…”

Ketika Cain mengatakan itu kepada salah satu pelayan terdekat, pelayan itu
membungkuk dan kemudian memandu Cain seraya berkata, “Silahkan sebelah sini…

“Aku puny sedikit urusan, bisakah kamu menunggu di kamar tamu? Jika persiapannya
sudah selesai aku akan ke kamarmu untuk memanggilmu, jadi bersantailah dulu…”

“Ya,Baiklah…”

Cain diantar menuju ke ruang tamu oleh pelayan. Ruangan ini memiliki dekorasi yang
indah namun sederhana yang sangat cocok dengan ruangan ini, dan menghadirkan
suasana yang menenangkan.Seperti yang diharapkan dari kamar tamu milik Duke,
satu sofanya saja sangat lembut, seolah kau akan tenggelam ketika duduk diasana.

“Saya akan membuatkan anda teh…”

Di sebuah meja di sudu ruangan, sang pelayan menuangkan teh dari teko ke dalam
cangkir. Aroma harum dari teh yang sedang di seduh itu menyebar keseluruh ruangan
dan membuat tenggorokan Cain berbunyi.
“Terima kasih”

Cain mengucapkan terima kasihnya, lalu meraih cangkir itu dan eminumnya.

“-Enak nya…”

Meskipun ia beranggapan teh yang ada di rumahnya itu enak, aroma teh ini lebih
harum dan menyebarkan rasa segar ke seluruh mulutnya.

“Ini adalah daun teh terbaik diwilayah ini, Teriaksih atas apresiasi anda.. Tuan akan
segera datang, harap menuggu sebentar…”

Sang pelayan itu membungkuk dengan horat dan kemudian berdiri siaga di sebelah
pintu.

Dan tak lama kemudian, Duke Eric memasuki ruangan itu. Eric duduk di hadapan
Cain.Tanpa mengatakan sepatah katapun, sang pelaayan kembali menyajikan teh, dan
meletakannnya di hadapan Eric.
“Maaf membuatmu menunggu..Au sudah endengr masalah yang terjadi kali ini… Apa
boleh aku membawa Delita duduk bersama kita? “

“Ya, tidak masalah”

Cain mengangguk pada perkataan Eric.

Setelah mengkonfirmasi hal ini, Eric memerintahkan pelayan tuntuk membawa Delita
masuk. Dan dari pintu yang telah terbuka, masuk dua orang pemuda. Salah satunya
sudah jelas adalah Delita. Sedangkan pemuda yang satunya terlihat sedikit lebih tua
dari Delita, dan berpenampilan sperti seorang pegawai publik. Mereka berdua segera
berdiri di belakang Eric.

“Aku akan memperkenalkan mu sekali lagi Viscount Cain, dia ini adalah anak tertua
ku, serta yang menjadi perwakilan ku, Noelle, dan dia adalah Delita, mungkin kau
sudah mengenalnya, dia adalah putera ke dua ku..”

Dengn perkenalan dari Eric, mereka berdua membungkuk. Cain pun bangkit dan
memperkenalkan dirinya.

“Aku Cain von Silford Drintle, salam kenal…”


Ia mendundukan kepalanya dengan ringan dan menyapa mereka, lalu ia kembali
duduk.

“Terkait kasus kali ini… Viscount Cain, Saya mohon maaf!! “

Meskipun Eric sedang duduk, ia membungkukan kepalanya sedalam-dalam.

“Eh? Ayah??? “

“Ayah!?”

Mata kedua orang di belakangnya terbelalak terkejut. Ayah mereka yang merupakan
bangsawan tingat tinggi, dan berada di tingkat paling atas menundukan kepalnya
kepada bangsawan dengan peringkat lebih rendah yang terlihat masih anak-anak itu.
Biasanya ini sangatlah tidak mungkin.

Cain pun juga terkejut dengan kejadian ini. Ini sangat berbeda dengan Eric yang selalu
tersenyum dan tertawa.

“Duke Eric?? Jangan begitu, Tolong angkat kepalamu…!”

Cain berbicara dengan panik. Mendengar perkataan itu, Eric mengangkat kepalanya.

“Aku sangat bersyukur… Meskipun kamu hanyalah seorang bangsawan yang masih
anak-anak, meskipun kamu bilang kamu lupa untuk mengeluarkan tanda
bangsawanmu, perlakuan kami terhadap mu tetaplah salah… Jika Viscount Cain
menginginkan hukuman, bukan tidak mungkin Delita dijatuhi hukuan mati… Kalau
raja tahu, serta Viscount Cain menghendakinya, meskupun ia adalah anak seorang
Duke, pasti akan di jatuhi hukuman mati… Karena itu, sebagai kepala keluarga, dan
sebagai ayahnya, aku mengajukan permohonan maafku yang sedalam-dalamnya.. “

Berbeda dengan Duke Eric yang biasanya selalu ceria, kini tatapan matanya sangat
serius.

“Aku menerima permintaan maafmu… Meskipun aku lupa, ini benar benar kesalahan
ku… Lagipula dia akan menjadi kakak ipar ku, jadi aku juga mohon maaf..”

Cain juga membungkuk dan meminta maaf. Ketika Cain mengangkat kembali
wajahnya, raut wajah serius Eric sudah kembali melembut.

“Cain-kun Terima kasih, Bagimana? Dia inilah tunangan Silk.. apa kalian punya
keluhan? Tapi Delita, terkait hukuman mu kali ini, kamu dihukum satu bulan
pendisiplinan. “
Eric berbicara kepada kedua orang di belakangnya. Keduanya mengangguk pada
pertanyaaan Eric.

“Aku mengerti.. Viscount Cain saya mohon maaf untuk kejadian kali ini…”

Delita menundukkan kepalanya.

“Tapi saya tidak mengira anda masih seusia dengan Silk.. aku bisa mengerti mengapa
anda bisa menjadi penguasa kota di usia semuda ini… Sepertinya ini menjadi
berlebihan untuk Silk..”

Noelle, sang putera tertua juga terkesan.

“Tentu saja dia juga memiliki kemampuan loh… dia bahkan lebih kuat dibandingkan
Tiffana sang komandan Royal Knight… Bahkan sebagai petualang dia sudah menjadi
peringkat A”

Komandan Royal Knight itu dikenal oleh seluruh ksatria di kerajaan ini sebagai
panutan untuk orang-orang yang menggemari kekuatan tempur. Dan Delita yang
merupakan sesama ksatria pun tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

Delita menelan ludah mendengar perkataan Eric ini.

“—- Jadi begitulah… Mari kita masuk ke permasalahan utamanya, Cain-kun kenapa
kamu datang ke kota ini? “

Tiba-tiba Eric mengajukan pertanyaan singkat itu.

Meskipun ia tadi sudah menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk menambah titik
perpindahan, namun sepertinya itu belum cukup. Cain menatap kedua orang yang
berada di belakang Eric, seakan mengerti akan ini, Eric memerintahkan mereka
berdua untuk keluar ruangan. Begitu pula dengan para pelayan.

Noelle dan Delita membungkuk hormat lalu meninggalkan ruangan bersama para
pelayan. Karena tinggal Cain dengan Eric di ruangan ini, ia mulai menjelaskan.

“―― Sebenarnya, di liburan musim panas nanti aku berencana untuk datang kesini
bersama dengan Silk and Teles, Tuan puteri Telestia, namun karena da agenda
kunjungan yang dilakukan oleh sang gadis suci, mereka merasa sedikit menyesal tidak
bisa daang kesini… jadi aku berpikiran jika dengan sihir [Transfer] ku kita bisa
meluangkan waktu sedikit saja untuk berkunjung kesini bersama, jadi aku datang
untuk menambahkan titik perpindahanku, karena aku tidak bisa melakukan [Transfer]
ke tempat yang belum pernah aku kunjungi… “

“Begitu ya… Tapi ngomong-ngomong, liburan mu Cuma dua hari ini kan?
Bagaimana cara mu datang kemari? Aku tidak ingat keretaku pernah disusul oleh
orang lain di perjalanan… “

“Ah, aku terbang di langit… karena itu akan lebih cepat…”

Eric menunjukan senyumannya yang biasanya mendengar penjelasan Cain.

“kukuku.. begitu ya… dilangit ya… aku benar-benar tidak kepikiran soal itu.. Benar-
benar Cain-kun ini berlebihan ya… selalu melakukan hal-hal yang diluar akal sehat…
Aku bisa mengerti perasaan Yang mulia saat mengeluhkan tentang ini…”

Cain membayangkan sosok Yang mulia yang sedang mengeluh kepada perdana
menteri Magna.

“Aku tidak ingat pernah melakukan hal-hal yang pantas utuk dikeluhkan orang…”

Cain menjawab sambil menggaruk kepalanya.

“Oh iya Cain-kun, pemandian air panas kan?? Seharusnya itu sudah siap sekarang…
Kamu boleh masuk… Pemandian air panas di mansion ini pasti akan memenuhi
harapan mu… Setelah itu mari kia makan bersama..”

“Benarkah??! Ayo!!”

Setelah menyelesaikan percakapanya, Eric membunyikan bel yang ada di mejanya.


Pintu pun segera diketuk setelah diberikan izin, masuklah pelayan yang tadi
menyajikan teh.

“Cain-kun ingin merasakan pemandian air panas, bisakah kamu mengantarnya? “

Cain membungkuk kepada Eric lalu segera meninggalkan ruang tamu. Dan dengan
panduan dari pelayan, ia menuju ke ruang ganti.

“Disinilah tempatnya, Saya akan membantu anda melepasnya…”

Sang pelayan berusaha membantu melepaskan pakaian Cain, namun ia


menghentikannya dengan tangannya.
“Tidak apa-apa.. aku bisa melepasnya sendiri… Dan juga, bisakah kamu
meninggalkan ku sendiri di sini? “

“Chih—Baiklah.. kalau begitu saya permisi, saya akan menunggu diluar…”

(Sepertinya dia tadi mendecakan lidah nya… pelayan ini…)

Setelah memastikan pelayan itu sudah meninggalkan ruangan, Cain segera membuka
pakaiannya dan menyimpannya di dalam [Item Box]. Iapun juga mengambil handuk,
lalu membuka pintu kamar mandi.

“Oh! Ini hebat!”

Dihadapannya terbentang kolam air panas yang cukup luas untuk digunakan puluhan
orang bersama. Dan kolam ini terbentang sampai keluar membentuk pemandian
terbuka.

Cain terkesan dengan pemandangan di hadapannya ini.

“Aku ingin berada di kota ini selama mungkin…”

Sambil menggumamkan niat sejatinya, dia masuk ke kolam setelah membersihkan diri
terlebih dulu menggunakan air panas yang ada di bak.

“Oh … rasanya mantap…”

Ia meregangkan kakinya serileks mungkin dan merasakan kenyamanan menjalar ke


seluruh tubuhnya.
Ia bergerak ke pemndian terbuka, dan bersantai dengn cara yang sama.

“Benar-benar ini yang terbaik…”

Karena ia adalah orang jepang, ia mengagumi pemandian sebesar ini, dan merasakan
kebahagiaan hanya dengan berendam di sini.

Ketika Cain sedang berendam, tiba-tiba pintu dari ruang ganti terbuka. Menyadari
suaranya, ketika ia mencoba berbalik, dan melihat yang masuk adalah—– pelayan
yang tadi, ia hanya mengenakan pakaian mandi yang tipis.

“Cain-sama saya akan menggosok punggung an—-“

“Stop !!!! Tidak usah! Aku akan melakukannya sendiri!”


Cain berusaha sekuat tenaga menghentikan pelayan itu. Dengan pakaian setipis itu,
kita bisa memperhatikan seluruh lekuk tubuhnya. Terlihat sangat sensual.

Itu sebabnya dia berusaha menghentikannya dengan sekuat tenaganya.

“Kalau begitu nanti saya akan di marahi oleh Eric-sama… Setidaknya izinkan ku
membsuh punggung mu…”

“Tidak!! Pokoknya tidak usah!!”

“—sayang sekali… baiklah saya mengerti…”

Dengan wajah kecewa pelayan itu membungkuk kepada Cain dan kembali ke ruangan
ganti.

Cain pun menghela nafas lega. Tentu saja dengan pikiran nya yang masih anak SMA,
meskipun tubuhnya tak bereaksi akan nafsu, di dalam pikirannya akan berbeda cerita.

“Beneran Ampun deh…”

Cain pun menenggelam kan tubuhnya sampai kebatas mulutnya.

Volume 2 - Chapter 57 - Wilayah Malvik 4


Cain yang telah selesai menikmati pemandian air panasnya menggunakan skill
[Search] miliknya untuk memastikan pelayan wanita yang sebelumnya itu sudah tidak
ada di ruangan ganti. Lalu ia mengeluarkan pakaian ganti dari [Item Box] miliknya
dan segera mengenakannya. Ia juga mengeringkan rambutnya dengan menggunakan
sihir.

“Benar-benar mantaap…”

Jika ini di dunia sebelumnya, ini adalah saatnya untuk meminum kopi susu, namun di
dunia ini tentu saja barang seperti itu tidak ada. Bahkan kopi saja ia baru melihatnya
di tempat Yuuya.

Saat dia keluar dari ruang ganti, terlihat pelayan yang sebelumya itu telah berganti
pakaian menjadi seragam pelayan yang biasanya.

“Cain-sama, karena masih ada waktu sebelum makan malam, silahkan, tuan Eric
menunggu anda di ruang tamu….”
Maid itu bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi sebelumnya. Setelah menghela
nafas, ia pun akhirnya mengikuti arahan si pelayan kembali menuju ke ruang tamu.
Pelayan itu mengetuk pintu, dan setelah mendapat izin dari dalam, iapun membuka
pintu.

“Bagaimana Pemandiannya Cain-kun? Itu merupakan kebanggaan mansion ini loh…”

“Benar-benar baus… Aku ingin mencobanya lagi…”

Iapun duduk di hadapan Eric dan memberikan kesan jujurnya. Eric mengangguk
dengan wajah senang mendengar pendapat Cain.

“Karena kamu juga aakn menjadi menantuku, kamu boleh datang kapan saja…
lagipula kamu bisa menggunakan sihir [Transfer] kan? kamu bisa langsung kemari
kapan saja…”

“Aku akan merepotkan mu jika saat itu tiba..”

Pelayan menyiapkan teh di sudut ruangan lalu meletakan canngkirnya d hadapan


mereka berdua.

“Selain itu, Cain kun, tentang petualang yang menyerang mu siang hari ini, telah
diputuskan bahwa mereka akan menjadi budak di tambang… di kota ini selain
terkenal dengan pemandian air panasnya, juga terkenal dengan hasil tambangnya…
jadi aku akan menggunakan mereka untuk bekerja di sana selama 10 tahun… bahkan
mengeluarkan pedang di tengah kota saja suah menjadi pelanggaran, apalagi mereka
menyerang Cain-kun… meskipun ada juga hukuman mati, namun aku lebih memilih
untuk menjadikan mereka sebagai budak tambang karena lebih bermanfaat…”

Cain mengangguk menyetujui ini. Mereka melakukan penyerangan di dalam kota,


Cain mengerti bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa di toleransi.

“Ini adalah bayaran para petualang itu yang dijual sebagai budak… dan aku sudah
menambahkan sedikit sebagai anda permohonan maaf ku..”

Eric memberikan sebuah kantong kepada Cain. Ketika Cain melihat kedalamnya itu
berisi koin platinum dan koin emas.
“Bukankah ini terlalu banyak?? Harga penjualan mereka sebagai budak tidak setinggi
itu kan?? “

“Ya, itu sebabnya aku bilang tanda permohonan maaf ku… hasil penjualan budak
adalah lima koin emas, dan tanda maaf ku lima koin platinum, kumohon terimalah…”

Cain beranggapan ini adalah kesalahannya sendiri sehingga ia bisa masuk ke penjara.
Terlebih ia telah melihat seorang Duke menundukan kepala dan meminta maaf di
hadapannya. Agak sulit baginya untuk menerima lebih dari ini.

“Tapi ini terlalu banyak—“

“Cain-kun, kamu sedang mengembangkan kota Drintle kan? aku dengar kamu dalam
waktu satu hari sudah membuat dinding yang lebih besar mengelilingi seluruh kota?
Mambangun kota itu akan membutuhkan banyak sumber daya, aku ingin kamu
menggunakannya untuk itu…”

Eric menjelaskan seakan-akan ia ingin menghentikan penolakan Cain. Di perlakukan


seperti ini, Cain tidak lai mampu untuk menolak.

“Aku mengerti. Izinkan aku menerimanya… “

Ia memasukan kantong itu ke dalam sakunya, dankemudian menundukan kepala


kepada Eric.

“Dengan ini pembicaraan kita selesai… mari kita segera makan malam… makanan
disini cukup lezat loh…”

Mereka meninggalkan ruangan. Tampaknya semua orang sudah berada di ruang


makan.Tentu saja Noelle dan Delita sudah duduk. Dan juga duduk wanita yang
kemungkinan adalah istrinya.

Ada dua kursi yang kosong, dan Cain dan Eric duduk di sana. Karena ia juga sebagai
seorang penguasa kota, ia duduk di sebelah Eric.

Karena semua sudah ada dalam posisinya, pelayan menuangkan minuman kedalam
gelas untuk bersulang. Bagi Eric yang sudah dewasa itu berisikan wine, sedangkan
untuk Cain itu hanyalah teh dingin.
“Maaf membuat kalian menunggu.. Hari ini Viscount Cain hadir diantara kita,
meskipun sebelumnya terjadi, dia adalah orang yang akan menjadi suami Silk di masa
depan, aku ingin kita saling mengakrabkan diri, kalau begitu, bersulang!!!”

“Cheerss!! “

Semua orang mengangkat gelas mereka, lalu meminumnya.

Setelah bersulang, mereka saling memperkenalkan diri masing-masing. Mereka


adalah isteri Noelle dan Delita.

Kakak perempuan Silk umurnya cukup lebih tua, dan kini sudah menikah. Terlebih ia
menikah dengan pangeran dan kini tinggal di istana kerajaan. Ia disebut-sebut sebagai
istri dari calon raja selanjutnya.

Meskipun Cain sudah sering bolak-balik ke Istana, ia hanya melihat bangsawan lain
selain Teles saat ia menghadiri promosi. Apaboleh buat, saat ia kesana, kebanyakan
adalah untuk melakukan pembicaraan yang tak boleh di dengar oleh orang lain jadi ia
hanya tahu ruangan khusus.

Pelayan menyajikan makanan ke piring sedikit demi sedikit dan di letakan dihdapan
masing-masing orang. Aroma Lezat dari masakan ini menggelitik hidung Cain.

“Disini banyak pegunungan jadi kualitas kambing disini cukup baik loh…”

Eric menjelaskan. Cain menggunakan pisau dan garpu untuk mengambil daging dan
menyuapkan ke dalam mulutnya. Saus yang digunakan menebar ke seluruh rongga
mulut dan menyebarkan rasa lezat.

Ia terus mencicipi seluruh masakan yang disediakan diatas meja sedikit demi sedikit.
Obrolan juga berlangsung ketik mereka sedang makan.

“Cain-kun, dari ibukota apa kamu langsung kemari?? “

Cain menggelengkan kepalnya.

“Di perjalanan, aku ada sedikit pertemuan, dan akhirnya diizinkan menginap semalam
di rumah Viscount Santos…”

Eric terkejut dengan jawaban Cain.

“Tuan Santos itu?? Kakek-kakek yang keras kepala itu memperbolehkan Cainyang
baru pertama ditemuinya untuk menginap?? “
“Sebenarnya—-“

Ia menjelaskan tentang ia menemukan kelompok yang tengah di serang oleh bandit


saat dalam perjalanan ke daerah Malvik. Ia masih belum menceritakan tentang
kenyataan bahwa Sntos adalah kakeknya karena ia belum melaporkan hal ini kepada
Sarah.

“Begitu ya… aku mengerti… Karena keturunan mereka itu perempuan semua, mereka
pasti mengatakan pada Cain-kun, ‘Jadilah menantuku!!!’ Ya kan? lagipula disana juga
ada gadis yang hampir seumuran kan?”

“— Sepertinya…. Memang begitu ya….”

Cain hanya mampu tersenyum pahit mendengar tebakan yang benar ini.

“Aku jadi khawatir kalau-kalau jumlah istri Cain jadi bertambah… Sekarang saja
termasuk Silk, kamu sudah punya tiga tunangan kan?? Di usia sepertimu tidak banyak
bangsawan yan memiliki tunangan sebanyak dirimu…”

Mungkin karena meminum sake, Eric menjadi lebih banyak berbicara.

“Tidak, tidak… aku tidak punya niat untuk menambahkannya atas keinginan
sendiri…”

“Masa sih—- Ngomog-ngomong kamu juga harus berkunjung ke kampung halaman


komandan Tiffana kan??”

Rencana sebenarnya setelah dia sampai di Malvik, hari berikutnya ia akan langsung
menuju ke daerah Libert, namun ada banyak sesuatu yang terjadi sehingga ini diluar
rencana.

“Kampung halaman komandan Royal knight??? “

Delita merasa heran dengan perkataan Eric.

“Apa aku belum bilang? Cain-kun itu bertunangan dengan tuan puteri Telestia, Silk
dan juga komandan Tiffana…”

“Masa…”
Komandan Royal Knight, dia terkenal dikerajaan ini sebagai maniak mock battle.
Bahkan dia juga pernah menyatakan kalau dirinya tidak akan menikah selain dengan
pria yang lebih kuat darinya.

“Di usia lima tahun dia sudah lebih kuat dari pada komandan Tiffana.. apa kamu
mengerti?? Kalau dia kemarin melawan balik…”

Eric tidak mengatakan kelanjutan perkataannya. Namun Delita tetap menelan ludah.
Ia dapat dengan mudah membayangkan masa depannya sendiri jika itu terjadi.

“Ngomong-ngomong, malam ini kamu akan menginap kan? sudah dipersiapkan


juga…”

Meskipun ia bisa saja menggunakan sihir [Transfer] dan langsung kembali ke ibukota,
namun yang mengetahui hal ini hanyalah Eric, jadi ia memutuskan untuk menginap
malam ini dan ia pun mengangguk setuju.

“Aku berencana kembali ke Ibukota besok, izinkan aku merepotkan mu malam ini…”

“Ya, Cain-kun sepertinya juga sangat menyukai pemandian air panas… jadi aku akan
memubutnya untuk bisa digunakan saat malam juga…”

Terbayang akan pemandian air panas, Cain langsung menjawab dengan cepat.

“Ya!! Tolong!! “

“Sepertinya kamu memang benar-benar menyukainya ya…”

Eric tersenyum mendengar jawaban Cain.

“–Ya …”

Cain mengangguk, dan wajahnya sedikit memerah.

Setelah makan malam, ia di pandu menuju ke kamar tamu. Ia berniat untuk kembali
ke pemandian air panas setelah sedikit bersantai.

“Cain-sama, pemandian air panasnya sudah siap.”

Sang pelayan memberitahu kepadanya bahwa pemandian air panas sudah boleh
dimasuki.

“Ya, aku akan kesana…”


Dipandu oleh pelayan, ia masuk kedalam ruang ganti.

Ketika ia sedang membuka pakaiannya, ia mendengar suara gemerisik di belakang


nya, iapun berbalik.

Sang pelayan itu mencoba ikut melepas seragam pelayannya.

“Kubilang itu tidak perlu!!! “

“—Sayang sekali…”

Dengan wajah yang benar-benar kecewa, pelayan itu perlahan mundur dengan
enggan.

“Bagaimana jika membasuh pu— “

“Keluar lah!!”

Cainpun langsung menutup pintu.

Volume 2 - Chapter 58 - Masa Lalu Sarah


Cain yang telah menikmati pemandian air panas, menginap di kamar tamu mansion.

Keesokan harinya, setelah menyantap sarapan, ia memutuskan untuk segera kembali


karena hari ini adalah hari bersekolah.

Di ruang tamu, ia sedang berdua dengan Eric menikmati teh setelah sarapan.

“Cain-kun, apa bener mau pulang sekarang? “

Cain mengangguk menanggapi pertanyaan Eric.

“Ya, aku harus pergi ke sekolah hari ini… Terimakasih aku sudah merepotkan mu
banyak hal… sampai jumpa lagi di ibukota… “

“Meski begitu, sihir [Transfer] benar-benar praktis ya… Aku dengar itu mustahil
tanpa energi sihir yang banyak ya? “
“Kurasa satu kali [Transfer] sekitar beberapa puluh ribu MP… jadi kukira tidak
mungkin untuk penyihir biasa…”

Eric menghela nafas mendengar jumlah puluhan ribu disebutkan.

“Begitu ya… Tidak masalah jika kamu melakukan [Transfer] dari sini… sebenarnya
aku ingin kamu melakukannya setelah keluar dari kota, tapi aku ingin melihat sihir itu
dengan mataku sendiri…”

“Aku mengerti.. kalau begitu aku akan langsung kembali… Terimakasih… sampai
jumpa lagi di Ibukota, {Transfer]!”

Cain yang ada di hadapan Eric seketika menghilang, dan dalam sekejap pandangannya
berubah.

Ia berpindah ke ruang kerjanya di mansion Silford.

“Aku harus cepat berangkat ke sekolah… setelah itu kerumah ibu…”

Cain mengganti pakaiannya sambil membayangkan masa lalu sarah yang sangat
mengejutkan, setelah memberi tahu Collin dan Sylvia diapun berangkat sekolah.

Ketika ia memasuki kelas, sudah ada Telestia dan Silk.

“Selamat pagi, Cain-sama.”

“Pagi.. Cain-kun… “

“Teles, Silk, selamat pagi”

Setelah menyapa mereka, iapun duduk.

“Sebentar lagi liburan musim panas ya… Meskipun tahun ini tidak bisa, lain kali,
Cain-kun datang lah ke daerah Malvik… Disana ada pemandian air panas.. Teles juga
suka pemandian disana kan? “

“ya ya.. setelah masuk ke pemandian air panas itu tubuh seakan-akan menjadi
hangat… benar-benar beda dengan mandi biasa…”
Cain yang baru merasakan nikmatnya pemandian air panas itu kemarin, ia hanya
mengangguk sambil membayangkannya.

“Benar-benar nik— sepertinya itu sangat nikmat ya….”

Ia terhenti ketika ia hampir saja tak sengaja mengungkapkan bahwa ia kemarin


berkunjung ke wilayah Malvik. Mereka berdua pun keheranan melihat Cain sedikit
panik.

Cain menerima pelajaran di pagi hari, saat siang, karena ia hari ini tak ada kelas
tambahan, iapun segera menuju ke mansion Margrave Silford di ibukota.

Setelah menyapa penjaga, ia pun memasuki mansion. Karena Garm sedang ada di
Istana kerajaan, jadi Sarah yang menyambut kedatangannya.

“Ara~ Selamat datang… jarang sekali kamu datang sendirian…”

“Ibu, hari ini aku datang karena ada yang ingin aku bicarakan dengan ibu… aku juga
akan membicarakannya dengan ayah, tapi aku akan membicarakan dengan ibu
dulu…”

Melihat ekspresi Cain yang serius, Sarah pun memandu Cain menuju ke ruang
pertemuan. Di ruangan itu Sarah duduk berhadapan dengan Cain. Setelah pelayan
menyajikan teh, pelayan itu diminta untuk keluar ruangan.

“Apa yang ingin kamu bicarakan sampai-sampai ingin berduaan dengan ibu seperti
ini…”

Sarah menanyai Cain yang terlihat penasaran. Cain mengeluarkan sebuah surat dari
[Item box] miliknya dan menyerahkannya kepada Sarah.

“Surat ini?? “

“Akhir pekan kemarin, saat aku sedang dalam perjalanan ke wilayah Malvik, aku
menyelamatkan seorang bangsawan yang di serang bandit. Dan aku dititipi surat oleh
Viscount Santos von Geretta Dunlov.. “

Mendengar nama itu disebutkan, mata Sarah terbelalak.

“—Ayah ya, Cain apa kamu sudah tahu? Kalau aku putri tertua keluarga Geretta? “

Cain mengangguk, Sarah dengan wajah yang tampak sedih membuka segel di surat
dengan menggunakan pisau, lalu melihat isinya.
Cain memandangi ekspresi wajah Sarah yang terdiam sambil membaca isi surat itu.
Secara perlahan air mata tergenang dimatanya. Dan setelah selesai membaca
keseluruhan suratnya, airmata itu mengalir.

“ketika aku menginap semalam di sana, aku bertemu dengan adik ibu… karena ia
sangat mirip dengan ibu, tanpa sengaja aku memanggilnya ‘Ibu!’ dan karena itu aku
jadi tahu semua kebenaran ini…”

“Lala ya… Anak Lala sepertinya juga seorang gadis ya…”

“Ya.. namanya Leila, seorang gadis yang sedikit lebih muda dari ku… saat mereka
belum tahu kalau aku anak ibu, mereka ingin mmenikahkan ku dengannya…”

Cain mengatakannya sambil bercanda. Sambil menahan tawanya, Sarah meneteskan


air mata.

“Ayah masih seperti biasanya ya… Lalu untuk Garm juga?? “

“Ya, aku dititipkan surat untuknya..”

Sarah meletakan surat yang telah selesai ia baca di atas meja. Dan meminum tehnya.

“Ketika Garm pulang nanti, ayo kita bicarakan ini.. tentu kita juga akan mengajak
Reine juga…”

“Aku mengerti. Aku akan ada di sana sampai saat itu.. “

“Yah.. aku bersyukur kamu mau melakukan itu… akan sulit kalau ibu
menjelaskannya sendirian… aku ingin Cain yang sudah menggetahui kondisinya
untuk menemani ibu..”

Air matanya suddah menghilang, dan ekspresi wajah yang biasanya sudah kembali.
Selama mereka menunggu kepulangan Garm, Cain menceritakan berbagai hal, mulai
dari kegiatan sekolah, aktivitas dirumah, serta peristiwa-peristiwa dikota Drintle.

Mengetahui Cain melakukan hal yang diluar dugaan, Sarah memegangi perutnya dan
tertawa.

Ditengah pembicaraan Reine pulang sekolah, dan di ruang pertemuan itu dipenuhi
dengan percakapan yang meriah.

“Cain-kun, gak pernah datang ke rumah ini sih… aku juga sibuk di OSIS… sekali-
sekali main bareng aku dong…”
“Kakak, kamu bilang begitu tapi kakak sibuk banget kan… aku sering lihat kakak di
sekolah, tapi terus kesana kemari sepertinya repot sekali…”

“Hari libur juga kamu sibuk di wilayahmu… kapan-kapan ajak aku ke Drintle
dong…”

“Aku juga mau berkunjung ke Drintle.. bawa aku juga ya… aku juga mau melihat
kabar Alex disana.. “

Di sudutkan oleh keduanya, Cain hanya mampu mengangguk.

“ini sangat merepotkan karena masih baru mulai proyek pengembangan kota.. lagipula
kebanyakan aku serahkan kepada kak Alex.. nanti aku putuskan kapan waktu yang
tepat setelah berkonsultasi dengan kak Alex…”

Pembicaraan pun berlanjut, tak lama kemudian terdengar pintu diketuk. Dan pelayan
memberitahu bahwa Garm sudah pulang.

“Bisakah kamu panggil Garm kemari??”

Pelayan itu mengangguk pada perkataan Sarah, dan ia meninggalkan ruangan untuki
memanggil Garm.

Tak lama, Garm pun memasuki ruangan itu.

Ketika ia memasuki ruangan, ia hanya tersenyum pahit melihat hadirnya sosok Cain,
dan beranggapan kalau Cain pasti sudah melakukan sesuatu lagi.

“Cain… apakah kamu melakukan sesuatu lagi…”

“…Kali ini bukan ak—“

Sarah mulai bicara setelah ia menghentikan Cain dengan isyarat tangannya.

“Aku yang akan menjelaskannya… sayang, ada hal yang aku rahasiakan sampai saat
ini… waktu pertama kali aku bertemu dengan mu aku mengatakan kalau aku
petualang, namun aku mempunyai nama keluarga.. Cain, bisa kamu keluarkan
suratnya? “

Cain mengangguk pada permintaan Sarah, dan mengeluarkan surat dari [Item Box]
miliknya, lalu menyerahkannya kepada garm.

“Surat ini… “
“Aku pikir kamu akan mengerti jika kamu membacanya….”

Garm memeriksa simbol yang ada di segel surat itu.

“Simbol ini …”

Dahi Garm mengerut melihat simbol yang tampaknya ia kenal.

“Itu adalah rumah ku… sewaktu gadis nama lengkap ku adalah Sarah von Geretta,
putri tertua dari Viscount Santos von Geretta.. “

“Ap–!”

“Eh??”

Baik Garm maupun Reine terkejut dengan pernyataan Sarah ini.

“Aku rasa kamu akan mengerti setelah membaca surat itu…”

“—Baiklah…”

Garm membuka segel itu dan mulai membaca surat di dalamnya. Ketika membaca, ia
sesekali melihat kearah Cain dan bergumam ‘Cain lagi ya??’.

Setelah mmembaca keseluiruhan surat itu, ia meletakannya dan menghela nafas.

“Aku tidak menyangka kamu putri tuan Santos… Pantas saja kamu tidak terlalu suka
pesta… “

“Ya, meskipun aku sudah meninggalkan rumah, aku tetap saja putri bangsawan.. aku
takut akan akan merepotkanmu jika orang lain tahu aku menikah tanpa persetujuan
orang tuaku…”

“Benar juga.. itu akan menjadi bertentangan dengan tata krama… tapi aku tidak
menyangka kalau itu tuan Santos…”

Garm dan Sarah sedang bingung dengan bagaimana mereka harus bersikap
kedepannya. Lalu Cain pun masuk dalam pembicaraan.

“Tentang itu… Tuan Santos bilang kapan-kapan datanglah bersama-sama… dia juga
mengatakan sudah cukup puas melihat wajah ibu yang baik-baik saja… dia juga
bilang katanya ingin melihat wajah kak Reine…”
“Um… kurasa nanti kita akan berkunjung untuk memberi salam nanti.. namun aku
harus meninggalkan ibukota untuk beberapa hari, dan aku tidak bisa meninggalkan
ibukota begitu saja tanpa menjelaskan hal ini kepada Yang mulia…”

Garm memiliki tugas-tugas di ibukota kerajaan. ‘Istriku yang dulunya kuduga adalah
seorang petualang ternyata adalah anak seorang bangsawan, dan aku harus pergi untuk
menyapa orang tuanya’, penjelasan ini saja tentu tidak cukup untuk mebuatnya di
izinkan meninggalkan ibukota selama beberapa hari.

“Kalau soal itu, karena aku sudah pernah kesana, jadi kita bisa pergi kesana dalam
sekejap dengan menggunakan sihir [Trasnsfer]. “

“…”

“Ada cara itu ya!! “

Garm mengangguk pada saran Cain, namun Sarah dan Reine yang tidak mengerti
merasa bingung.

“Cain-kun… [Transfer] itu sihir yang ada di dongeng dan cerita petualangan Hero
kan? Kenapa Cain-kun bisa menggunakan sihirn itu ya?? “

“Eh”

“ah”

Mereka berdua merespon bersamaan.

Mereka sadar kalau mereka sudah keceplosan, namun ini sudah terlambat.

“Sayang… Cain-kun.. bisa kalian jelaskan…. “

Tatapan dingin dari kedua wanita itu menusuk kearah Cain dan Garm dan membuat
mereka bercucuran keringat dingin.

“yahh… soal itu… itu adalah rahasia kerajaan… dan Yang mulia bilang jangan
bicarakan hal ini pada siapapun…”

“Sayang… kenapa dalam percakapan keluarga ini bisa muncul kata rahasia keajaan??
Sepertinya kita perlu membicarakan hal ini dengan serius…”

Menghadapi tatapan tajam dan seyumaan Sarah, garm mengirimkan tatapannya


kepada Cain. Cain pun menolehkan wajahnya dan menghela nafas.
“Ibu.. dalam sekali sehari aku bisa mneggunan sihir [Transfer] dengan memanfaatkan
energi sihirku yang melimpah ini… Jadi dengan ini aku berencana mengantar kaian ke
Dunlov bersama akhir pekan nanti…”

Sebenarnya berapa kalipun Cain menggunakan sihir [Transfer] energi sihir Cain tidak
akan habis. Namun Cain mengatakan ini agar lebih mudah meyakinkan.

Garm pun mengangguk pada penjelasan Cain meskipun awalnya ia agak kaget dengan
penjelasan berbeda ini.

“Jumlah energi sihir Cain diluar batas ya… tapi aku tidak menyangka kamu akan
tumbuh sampai bisa menggunakan sihir [Transfer] yang legendaris itu…”

Sarah terkesan pada pertumbuhan Cain.

“baiklah… akhir pekan nanti ayo kita ke Dunlov… aku juga harus minta maaf karena
telah meninggalkan rumah lebih dari 10 tahun…”

Dengan ini, akhirnya diputuskan bahwa mereka akan mengunjungi Dunlov pada akhir
pekan.

Volume 2 - Chapter 59 - Reuni


Pada hari kerja, seperti Cain menjalani rutinitasnya, sekolah di pagi hari, lalu setelah
pulang sekolah ia pergi ke Drintle untuk berdiskusi dengan Alex dan Lula membahas
rencana pembangunan kota kedepannya.

“Berkat Darmesia yan telah mengumpulkan bahan-bahan, pekerjaan dapat berjalan


dengan baik.. Gambar desain yang di gambar Lula benar benar luar biasa… meskipun
terkadang ia membicarakan hal yang tidak aku mengerti…”

“Itu semua berkat Alex-sama yang pandai dalam mengatur orang-orang.. Saya hanya
mengikuti perintah anda”

Darmesia yang sedang bersiaga di belakang Cain, membungkuk.

“Berkat bahan kayu yang dikumpulkan Darmesia-sama kami bisa menghemat


pengeluaran… Saat ini kita sudah berhasil membangun satu kompleks perumahan
baru, dan sekarang sedang membuat sekolah petualang beserta asramanya… Karena
para petualang ikut berpartisipasi, progress nya menjadi lebih cepat dari yang aku
perkirakan…”
Lula melebarkan sketsa yang ia gambar di atas meja, lalu menjelaskannya.

Sepetinya guild petualang juga bekerja sama sepenuhnya dengan Alex, serta
membayar pajak-pajak dengan benar, dan Alex menjelaskan bahwa tak ada masalah
berarti di kota. Meskipun para petualang sering bertengkar ketika sedang mabuk,
namun ini hanyalah berefek kepada sesama petualang dan tidak berpengaruh banyak
kepada warga sipil.

“Jika terus seperti ini sepertinya tak akan ada masalah ya… akhir pekan nanti aku ada
sedikit urusan dan sepertinya aku tidak bisa datang kemari…”

“Jika terkait infrastruktur, kurasa tidak akan ada masalah.. ada urusan apa kamu
sebenarnya? Apa kamu melakukan sesuatu lagi yang membuat masalah?? “

Alex yang mengetahui tentang tingkah Cain yang diluar nalar ini penasaran masalah
apa lagi yag dibuat oleh adiknya ini.

“Kurasa ini ada kaitannya dengan kak Alex, jadi aku akan membicarakannya…
Sebenarmya… tentang ibu… kita tahu kalau beliau adalah seorang mantan petualang
kan? ternyata beliau adalah puteri tertua dari keluarga Viscount Geretta… jadi aku
berencana mengunjungi kota Dunlov bersama dengan ibu akhir pekan nanti…”

Dan tentunya Alex terkejut mengetahui bahwa ternyata Sarah adalah seorang
bangsawan.

“…Ibu Sarah ya… Sebenarnya dari percakapan nya sehari-hari aku tidak percaya jika
beliau adalah mantan rakyat biasa… ternyata memang kaum bangswan ya…”

“Iya.. Karena itu aku akan absen lagi nanti di akhir pekan… aku sangat mengandalkan
kakak… Ah ini dari Duke Eric sebagai hadiah agar digunakan untuk pengembangan
kota… aku akan menyerahkannya padamu…”

Cain menaruh kantung kecil berisi lima koin platinum di atas meja.

Meskipun ini ia terima dari Duke Eric sebagai permintaan maaf, namun itu masihlah
jauh dari cukup untuk pengemabangan kota Drintle. Bahkan jika bahan-bahannya
terpenuhi, untuk pembongkaran wilayah kumuh, serta pemberian pekerjaan bagi
penduduknya serta pemberian biaya hidup bagi mereka ini membutuhkan subsidi dari
pemerintah kota.
“Dari Duke Eric ya… Aku akan terima dengan senang hati… Aku akan mengeluarkan
tanda terima nya atas nama Cain…”

Alex meletakkan kantong itu kedalam brankas.

“Tolong lanjutkan pengembangan kota ini… “

Kata-kata Cain ini menutup pertemuan diantara mereka.

Dan akhir pekan pun tiba, dan telah diputuskan bahwa ia akan pergi ke kota Dunlov.

Ia berniat untuk memberitahukan lebih dulu kepada Viscount Santos, namun Sarah
menghentikannya.

“Jika dia tidak ada di sana tidak apa-apa… aku akan menyampaikan permintaan maaf
ku pada Lala.. “

“Tolong berpegangan pada ku… kalau tidak menyentuh ku, aku tidak bisa membawa
kalian bersama menggunakan [Transfer]…”

“Um, aku mengerti.”

“Aku mengerti.”

Garm dan Sarah memegang kedua tangan Cain.

“Sebas aku akan kembali besok…. Sampai aku kembali aku serahkan semuanya
kepadamu…”

“Garm-sama, serahkan pada saya…”

Sebas yang bersiaga di belakang membungkuk hormat.

“Cain-kun, apa aku boleh memelukmu?? “

Reine bertanya dengan mata yang berbinar.

“…Kurasa itu tidak akan ada masalah dengan hanya menyentuh ku saja…”

Tanpa mendengarkan perkataan Cain, Reine memeluk dari belakang.


“Hmm, Aroma nya Cain-kun…”

Sambil merasakan sensasi dari dadanya yang menempel di punggungnya, Cain


menghela nafas lalu merapalkan sihirnya.

“[Transfer]”

Dalam sekejap pandangan mereka berubah.

Karena ia berpikir akan jadi masalah jika ia berpindah langsung ke rumah Viscount
Santos, jadi ia memutuskan untu berpindah ke dekat gerbang kota.

Mereka bertiga terkejut dan memperhatikan pemandangan sekitar, karena baru


pertama kali menggunakan sihir [Transfer].

“Aku tidak menyangka akhirnya aku bisa merasakan pengalaman menggunakan sihir
[Transfer]…”

“Benar-benar membuat kangen…”

“Udah sampe?? Padahal aku ingin memeluk Cain-kun lebih lama lagi…”

Cain menguncang Reine yang sedang mengeluh agar mau melepaskan dirinya.

“Kita telah berpindah ke dekat gerbang masuk… aku minta maaf, tapi dari sini kita
akan jalan kaki…”

Jarak mereka hanya sepuluh menit berjalan kaki dari gerbang, jadi dalam waktu
singkat mereka sudah sampai di gerbang.

Para prajurit di pintu gerbang panik melihat empat orang yang berpakaian seperti
bangsawan berjalan menuju ke gerbang kota. Mereka berpikir jangan-jangan telah
terjadi sesuatu.

Dan salah seorang prajurit berlari menghampiri Cain dan keluarganya.

“Permisi, aku melihat anda seperti seorang bangsawan, boleh kah saya bertanya nama
anda? Dan mengapa anda datang berjalan…apakah ada sesuatu yang darurat??”

Seorang pria paruh baya yang diperkirakan sebagai kapten prajurit bertanya dengan
sopan.

“Oh, maaf, aku Cai-“


“Aku Margrave Garm von Silford Gracia, aku datang untuk bertemu dengan Viscount
Santos, untuk detailnya jangan ditanyakan.. “

Ketika Cain ingin mengeluakan tanda Viscount nya, Garm sudah memperkenalkan
dirinya dan menunjukan tanda bangsawan miliknya kepada prajurit itu.

Itu merupakan tanda yang terlihat lebih mewah daripada milik Cain.

Sang prajurit yang mengira mereka hanyalah bangsawan yang berjalan kaki, namun
ternyata adalah seorang Margrave yang merupakan bangsawan kelas atas, iapun
terkejut dan gemetaran diseluruh tubuhnya.

“Si-Siap!! Silhkan lewat sini… Saya akn segera menyiapkan kereta untuk anda… Oy
kalian siapkan keretanya!! Dan satu orang pergi kerumah walikota dan cepat beritahu
beliau!! “

Para prajurit muda berlari dengan terburu-buru mendengar perintah dari sang kapten.

“Keretanya akan segera siap, sementara silahkan menunggu di sebelah sini…”

Prajurit itu dengan penuh perhatian memandu keempat tamu itu ke ruang tamu di
smping gerbang.

“Saya mohon maaf karena ruangannya sempit… saya akan segera mengantar anda
ketika keretanya sudah siap…”

Garm memberikan prajurit yang terlihat ketakutan itu sebuah kantung dari sakunya.

“Maaf telah merepotkan kalian ya… ini buat para prajurit berpesta nanti malam…”

“Maaf untuk ini, terima kasih atas kebaikan hati anda…”

Ia menerima kantong itu dengan hati-hati dan menyimpannya di sakunya.

Dalam sepuluh menit, kereta telah siap, dan mereka berempat pun naik ke kereta
tersebut dengan salah satu prjurit sebagai kusirnya.

“Terima kasih ya..”

Garm menyapa penjaga, dan kereta pun mulai berjalan.


Di dalam kereta, Garm duduk dengan diam dan tangan yang bersedekap. Sarah
menikmati pemandangan kota dan bernostalgia setelah lebih dari sepuluh tahun
meninggalkan kota ini. Sedangkan Reine memeluk lengan Cain.

“kak Reine….”

“Sudah lama aku tidak naik kereta di samping Cain-kun… aku harus men-Charge
Cain-kun Energy!! “
Cain mengira bahwa kakaknya ini telah sembuh dari Brocon nya karena kesibukan
sekolahnya, namun ternyata tidak.

Cain menikmati pemandangan kota sambil merelakan tngannya dikuasai oleh Reine.

Kereta berjalan menyusuri kota dan sekitar 20 menit kemudian mereka tiba di
mansion.

“Maaf membuat anda menunggu, kita sudah sampai di mansion…”

Prajurit itu turun terlebih dahulu dan membukakan pintu. Ketika mereka akan turun,
penghuni mansion sudah berbaris menyambut mereka di depan pintu. Hal ini karena
prajurit yang telah terlebih dahulu memberitahukan tuan rumah.

Ketika mereka berempat sudah turun, Santos menghampiri Garm.

“Margrave Garm, sudah lama tidak berjumpa…”

“Maf tuan Santos atas kedatangan kami yang tanpa pemberitahuan… Aku sudah
membaca surat yang anda tulis, karena ada hal yang harus aku bicarakan, izinkan aku
untuk datang meskipun ini mendadak”

Garm membungkuk ringan lalu menatap Sarah.

Melihat kehadiran Sarah, baik Santos maupun Pelayan yang sudah lama bekerja di
mansion ini meneteskan air mata mereka. Bahkan Lala sudah mulai menangis.

Hanya Leila yang tidak memahami situasi ini yang melihat mereka dengan keheranan.

“-Sarah, kamu sehat ya?”

“Ayah, sudah lama tidak berjumpa… aku minta maaf membuatmu khawatir.. “

Sarah menitikan air mata, dan membungkuk sedalam-dalamnya.


Santos juga mengangguk sambil berlinangan air mata. Lalu dia melirik kearah Cain.

“Tuan Cain, maaf ya… aku tidak menyangka kalian akan datang secepat ini… Waktu
prajurit berlari dan menympaikannya padaku aku benar benar kaget…”

“Tidak… karena ini adalah reuni keluarga, aku pikir bahwa lebih cepat lebih baik.. “

Santos mengangguk mendengar perkataan Cain, dan kembali menhadap ke arah


Garm.

“Ini pasti sebuah perjalanan yang panjang… Silahkan bersantai di dalam mansion,
namun mohon maaf, saat ini Duke Eric juga sedang berkunjung”

Merndengar perkataan Santos, tanpa sengaja Cain mengucapkan ‘Ah!!’ dalam


pikirannya.

Meskipun minggu lalu ia menjelaskan yang terjadi di sini kepada Eric, nmun ia tidak
menjelaskan hal terkait Sarah. Sepertinya dia harus membiarkan Garm saja yang
menjelaskannya kepada Eric, dan merekapun dipandu masuk kedalam mansion.

“Wah… Tuan Garm, Cain-kun, aku tidak menyangka akan bertemu kalian di tempat
ini…”

Di aula, Duke Eric sudah menanti mereka sambil tersenyum.

Volume 2 - Chapter 60 - Reuni 2


“Duke Eric, mengapa anda ada di sini?”

Mendengar pertanyaan Garm, Eric agak heran.

“Aku baru saja kembali dari wilayahku… aku akan kembali ke ibukota, dan di
perjalanan aku selalu merepotkan tuan Santos… Loh? Anda tidak di beritahu Cain-
kun? Minggu lalu dia kan menginap di mansion ku…”

Garm yang mendengar perkataan Eric mengarahkan pandangannya kepada Cain.


Memang benar Eric dan Silk sering tinggal di mansion Santos dan menikmati sayuran
mereka.

“Soal itu… Belum…”

Cain yang bercucuran keringat dingin mengalihkan pandangannya.


“Tuan Garm ada perlu apa kemari? Butuh beberapa hari dari ibukota kemari kan?? “

Dalam diam Garm menatap Cain, dan Eric menyadari tatapan ini.

“Ah, ternyata Cain-kun ya…kurasa kalian punya urusan penting untuk dibicarakan
ya… aku akan kembali ke kamar tamu…”

Eric menaiki tangga dan menuju ke kamar tamu.

“Cain… kamu tinggal di wilayah Malvik ya…”

“Iya …”

Cain pasrah menjawab pertanyaan Garm.

“Yah sudahlah… Mari kita mulai bicarakan… Reine dan Cain juga ikut…”“Aku
mengerti.”

Di salah satu kamar tamu, ada Santos, Lala, dan Leila, yang merupakan keluarga
Geretta, serta Garm, Sarah, Reine, dan Cain, yang merupakan keluarga Silforf duduk
di hadapa mereka. Suami Lala sedang pergi ke ibukota, jadi hari ini tidak hadir.

Santos adalah yang pertama kali memulai pembicaraan memecahkan suasana tegang
diantara mereka.

“Sarah, sudah lima belas tahun ya… Waktu berputar terlalu cepat ya… Ketika aku
mendengar dari tuan Cain bahwa kamu menikahi tuan tuan Garm aku benar-benar
kaget loh.. Aku bertemu dengan tuan Cain saat dia menolongku saat aku di serang
oleh bandit di perjalanan… Saat aku memintanya untuk tinggal disini dia malah
manggil Lala dengan ‘Ibu!!’.. Karena itu bahkan akupun kaget mendengarnya…”

Santos bercerita sambil mengenang masa lalu yang cukup panjang.

“Ayah, maaf aku sudah lama pergi… Dan Lala, aku minta maaf karena sudah
memaksakan semua tugas-tugas kebangsawanan kepadamu…”

Sarah membungkuk dalam-dalam kepada mereka.


“Tuan Santos, saya juga mengutarakan permohonan maaf saya… Saya jatuh cinta dan
menikah dengan seorang gadis petualang tanpa mengetahui kalau dia adalah puteri
anda.. Seharusnya saat itu aku perlu memastikan identitasya dulu… Aku benar-benar
mohon maaf.. “

Meletakan tangan nya di meja, Garm ikut membungkukan kepalanya mendampingi


Sarah.

“Kalian berdua, angkat kepala kalian… kita sudah bisa bertemu lagi seperti ini… dan
aku bisa bertemu dengan cucuku… Namamu Reine kan? aku adalah ayah nya Sarah,
namaku Santos…”

Ia mengarahkan senyum lembutnya kepada Cain dan Reine.

“Halo, Kakek. Namaku Reine, putri tertua Garm… Usiaku 14 tahun… Saat ini aku
bersekolah di akademi ibukota kerajaan… “

Reine bangkit dan memperkenalkan dirinya dengan anggun layaknya seorang


bangsawan. Santos tampak sedikit malu di panggil kakek oleh gadis yang hampir
dewasa seperti Reine.

Sampai saat ini dia hanya memiliki cucu seperti Leila yang usianya belum mencapai
10 tahun.Meskipun ia tidak melupakan tentang Sarah, namun ini sudah lebih dari 10
tahun, ia sudah menyerah dan berusaha melupakannya.

“Dan juga tuan Cain, aku ingin berterima kasih padamu, hari ini aku bisa berkumpul
kembali dengan puteriku dan dua cucu baru ku… meskipun aku tidak menyangka
kalian akan datang secepat ini…”

Karena Cain memiliki [Fly] dan [Transfer], jadi ia lebih cepat dari pada pengetahuan
umum yang hanya menggunakan kuda. Santos tidak memperhatikan poin itu, dan
hanya gembira dengan pertemuan hari ini.

Selanjutnua Lala dan Leila memperkenalkan dirinya dan kemudian pembicaraan


diantara mereka berlanjut dengan penuh keakraban.

“Tuan Santos, mulai saat ini kita akan menjadi kerabat, mari kita tingkatkan kerja
sama kita lebih dari sebelumnya.”

“Tuan Garm, aku bersyukur atas apa yang anda ucapkan… aku mengandalkan
anda…”
Mereka berdua berjabat tangan dengan erat, dan reuni keluarga ini pun berakhir.

Garm bersama dengan Santos, Lala dengan Sarah saling berbincang di tempat yang
berbeda, begitu pula dengan Reine, Cain dan Leila juga berbincang di tempat yng
berbeda.

Reine tampak sangat senang mendapatkan adik perempuan, dan dia menatap Leila
dengan mata berbinar.

“Ada apa? Kakak Reine?? “

Leila merasa heran dengan tingkah laku Reine yang terlihat aneh.

“Duuhh… Leila ini Imut sekali!!! “

Tiba-tiba ia memeluk Leila, dan Leila pun terkejut dengan tindakan ini.

“Eh!? Kak Reine???”

Cain yang berada di samping Leila yang terkejut, ia memegang dahinya sambil
berkata, ‘sudah kuduga’.

“Hei, Cain… aku baru saja dapet adik sepupu loh… Sampai sekarang aku selalu
menjadi gadis satu-satunya di anak keluarga Silford… Duuhh.. apa boleh aku bawa
pulang langsung ke ibukota???”

“Kak Reine tentu saja itu tidak boleh kan… lagipula dua tahun lagi juga Leila akan
bersekolah di ibukota, nanti jadi dia akan bisa bersama kakak…”

Cain menjawab pertanyaan Reine dengan pasrah. Jika dia tetap nekat membawanya
ini akan menjadi kasus penculikan. Jika Leila nanti bersekolah di ibukota, mereka
pasti akan bisa bertemu.

“Benar juga!!! Aku akan menunggu mu di sekolah ya!! “

Meskipun mungkin pada saat Leila mendatar, Reine sudah lulus. Namun Cain tetap
diam dan tidak bisa membuyarkan Reine yang sudah dalam mode bahagia ini.

Setelah itu Cain mengeluarkan Reversi, dan mereka bermain bergantian saling
melawan. Leila adalah anak yang cepat dalam belajar, kini dia sudah sering
memenangkan pertandingan melawn Reine, namun tetaplah Cain yang terhebat
diantara mereka.
Mereka menikmati waktu kebersamaan mereka sampai saat makan malam tiba.

Diruang makan, dengan Eric sebagai pemimpinya, telah berkumpul keluarga Silford,
dan keluarga Geretta.

“Karena ini adalah hari yang berbahagia, aku telah mempersiapkannya semewah
mungkin.. “

Diatas meja, ada babi panggang utuh, dan berbagai masakan sayur-sayuran dalam
jumlah yang tak akan habis dikonsumsi oleh mereka.

Nampaknya ketika Garm dan Santos berbincang-bincang, Eric juga hadir disana, dan
telah mendengar situasi saat ini.

“Kalau begitu, karena kini keluarga Silford dan keluarga Geretta telah mengikat
hubungan kekeluargaan yang erat, mari kita bersulang demi kejayaan Kerajaan
Esfort!! “

“Bersulang!!”

Dengan aba-aba dari Eric ini, mereka mengangkat gelas setinggi-tingginya.

Pelayan yang sedang bersiaga memotong daging dan menyajikannya ke setiap orang.

Para orang deawsa meminum sake mereka, dan terlihat pembicaraan semakin ringan.
Pembicaraan akrab di antara mereka berlanjut, bahkan setelah makan mereka
berpindah ruangan untuk melanjutkan pembicaraan.

Cain dan Reine diberikan kamar masing masing, namun Reine merengek dan ingin
tidur dengan Leila.

“Karena ini sangat jarang, aku pasti akan tidur denga Leila!! Selamat malam Cain-
kun!! Ayo Leila!! “

“Eh… ya…. Selamat malam, Kakak Cain… “

“Ya, selamat malam——– Tolong jaga kakak Reine ya…”

Leila pun ditarik oleh Leila sebelum Cain menyelesaikan kata-katanya.

Di kamar itu hanya ada tempat tidur, meja dan dua buah kursi, namun ruangan itu
seluas 10 tatami, dan membuatnya terlihat cukup luas.
Cain duduk bersila di lantai dan mulai merenung. Ini adalah rutinitas yang dia lakukan
setiap hari.

[Status] nya saat ini sudah diluar nalar manusia, atau lebih tepatnya mendekati
setengah dewa, dan angkanya sudah tak lagi bisa terukur. Meski dia beranggapan
sudah tidak lagi perlu menaikan [Statusnya], namun ini masih bukan lah level yang
bisa mengalahkan Yuuya.

Cain berpikir ini bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Yuuya. Setelah melakukan
rutinitasnya, ia memutuskan untuk berbaring di tempat tidurnya yang nyman.

Saat sarapan, mereka baru mulai menyantap setelah semua orang berkumpul di ruang
makan.

Kondisi Garm, Eric dan Santos terlihat buruk karena mereka semalam minum terlalu
banyak.

Saat semuanya sedang makan, mereka bertiga hanya meminum air putih tanpa
menyentuh menu lainnya.

“Uh…. Aku benar benar pusing… Tuan Santos benar-benar kuat sekali…”

Eric hanya mengerutkan alisnya sambil meminum air.

“Aku kemarin terlalu senang sampai kebablasan minum Uhuek”

Santos merasa mual setelah minum berlebihan.

Sarah dan Lala hanya bisa menyaksikan ini dengan wajah yang pasrah.

“Cain… apa kamu tidak bisa menggunakan sihir untuk menyembuhkan mabuk
mereka… ini sudah berlebihan… “

Garm yang biasanya melarang menggunakan sihir di depan umum, kini menaruh
harapan kecil pada Cain.

“Kupikir aku bisa… apa aku boleh menggunakannya? “

“Tolong …”

Sambil merasa mual, Garm mengangguk, dan Cain mengarahkan sihir [Condition
Heal] kepada Garm, Eric dan Santos secara bergantian.
Setelah Cain melepaskan sihirnya ekspresi mereka perlahan berubah menjadi lega dan
segar kembali.

“Terimakasih Cain… “

“Terima kasih, Cain-kun”

“Maaf ya tuan Cain…”

Mereka bertiga menundukan kepalanya, dan Cain merasa malu dan menggaruk
pipinya.

“Tapi kamu sampai bisa menggunakan sihir seperti itu… Sepertinya memang Cain-
kun tidak ada duanya!! “

Semua orang tertawa dengan candaan Eric, dan kembali melanjutkan menyantap
makannan. Santap sarapan berlangsung dengan damai.

Setelah makan. Eric bersiap berangkat ke ibukota, dan semua orang mngantarkan
kepergian keretanya.

“Sebenarnya aku ingin sekali pergi dengan Cain-kun… ah tapi aku tidak bisa… ini
sangat menyeihkan… apa boleh buat, ini adalah tugas bangsawan…”

Eric yang mengetahui tentang sihir [Transfer] mengarahkan ekspresi irinya kepada
keluarga Silford yang sedang mengantar nya. Menyadari hal itu, Garm menjwab
dengan wajah prihatin.

“Tuan Eric… berhati-hatilah di jalan… Sampai jumpa lagi di ibukota”

“Duke Eric, hati-hati!”

Di depan mansion, keluarga Geretta dan keluarga Silford berbaris mengantarkan


kepergian Eric.

Dengan dua puluh orang ksatria memimpin jalan, kereta itu mulai bergerak. Karena
ada kasus penyerangan terhadap Silk dan Telestia oleh sekawanan Orc, jumlah
pengawalan di tingkatkan.

Mereka terus menyaksikan kepergian rombongan ini sampai tak terlihat lagi, lalu
kemudian mereka semua kembali kedalam mansion.

“Kalau begitu kita juga pulang ya…”


Santos agak heran dengan perkataan Garm.

“Tuan Garm, kereta anda? Oh iya aku dengar kalian berjalan sampai di gerbang?? “

“…tentang itu… ceritanya panjang… akan sangat membantu jika anda merahasiakan
apa yang akan anda lihat nantinya…”

“–Tentu saja, aku janji… Kalau begitu, aku titipkan sarah pada mu… tuan Cain,
datang lah berkunjung kapan-kapan…”

“Ayah, aku akan berkunjung lagi lain kali… Lala dan Leila, sampai jumpa lagi ya…”

Sarah menghadap keluarga Geretta, dan kemudian membungkuk.

“Viscount Santos, izinkan aku untuk mampir lagi lain kali… “

Cain juga ikut membungkuk.

Mereka masuk kealam rumah dan berkumpul di ruang tamu. Diruangan itu hanya ada
keluarga Silford dan ketiga orang keluarga Geretta.

Ia akan menggunakan sihir [Transfer], untuk itu ia perlu meminimalisir orang yang
menyaksikan hal ini.

“Kenapa kita berkumpul di ruangan ini?? Bukankah kalian ingin pulang??”

Menghadapi Santos yang belum mengerti ini, Garm mengirim tatapannya kepada
Cain.

“Viscount Santos, sebenarnya… aku bisa menggunakan sihir [Transfer]… dengan itu,
aku langsung berpindah dari ibukota kemari… itu sebabnya kami berjalan kaki
sampai ke gerbang…”

Mendengar kata sihir [Transfer], mata Santos terbelalak. Tentu saja Lala juga
demikian. Hanya Leila yang kebingungan karena tidak mengerti apa yang
dibicarakan.

“Waahh!! Aku tahu kalau tuan Cain itu sangat hebat, api aku tak menyangka kamu
bisa menggunakan sihir [Transfer] yang legendaris itu… aku tidak menyangka akan
ada keturunan keluarga Geretta yang menjadi penyihir sekelas itu…”

“Yang mulia memerintahkan untuk merahasiakan hal ini… Tuan Santos, aku
percayakan padamu…”
Santos mengangguk pada pernyataan Garm.

Keluarga Silford meletakan tangan mereka ke bahu Cain.

“Kalau begitu, terima kasih, aku sudah merepotkan.. “

Cain mengucapkan terima kasih dan menundukkan kepalanya.

“[Transfer]”

Dalam sekejam mereka berempat menghilang.

Menyaksikan keempat orang itu menghilang dalam sekejap, ketiga orang yang
ditinggalkan hanya dapat memandangi, menyaksikan sihir [Transfer] untuk pertama
kalinya.

“Ayah.. ternyata hal seperti ini nyata ya…”

“Um, Aku tidak menyangka anaknya sarah akan menjadi seperti ini…”

“Aku ingin bertemu dengan Reine-sama lagi..”

Dengan ini reuni dengan keluarga Sarah pun berakhir.

Anda mungkin juga menyukai