Anda di halaman 1dari 31

Volume 2 - Chapter 51 - Kerajaan Kepercayaan Marineford

Mereka bertiga melanjutkan pembicaraan di ruangan itu. Mendengar kata gadis suci
disebutkan, Cain membayangkan sosok Marinne yang merupakan istri dari Yuya, raja
pertama kerajaan Esfort.

“Cain belum mengerti tentang negara-negara lain ya… Magna, jelaskan padanya…”

Sang raja meminta Perdana menteri Magna untuk menjelaskan.

“Disebelah barat daya Kerajaan Esfort, berjarak sekitar satu bulan perjalanan dengan
kereta kuda, ada sebuah negeri bernama Kerajaan kepercayaan Marineford… Sebuah
negeri yang telah menyebarkkan ajaran Tujuh dewa kepada seluruh dunia… Mereka
mengirimkan Priest dan Bishop ke setiap negara, dan mengajarkan ajarannya ke
seluruh negara, begitu pula di kerjaan kita ini… Tidak seperti negeri dengan sistem
aristrokratik, mereka dipimpin oleh seorang Pope, dan dipilih melalui pemilihan suara
terbanyak. Dibawah Pope, secara berurutan ada Cardinal, Archbishop, Bishop, dan
Priest, dan mereka yang mengatur jalan nya pemerintahan. Dan Gadis suci merujuk
kepada seorang wanita yang memiliki title [Holy Maiden] di status mereka… Begitu
mengetahui adanya Status ini pada saat pembaptisan, maka ia akan dipisahkan dari
keluarganya dan di rawat baik-baik oleh gereja pusat… meskipun aku tidak terlalu
paham mengenai apa sebenarnya tugas dari [Holy Maiden] ini, namun di dunia ini
hanya ada seorang yang bisa memilikinya, dan kerajaan kita harus menyambutnya
dengan penuh perhatian…”

TL Note : Terjemahan di Chapter sebelumnya terkait nama-nama pendeta itu sepertinya


salah dan membuat rancu, jadi mulai saat ini akan digunakan nama dalam bahasa inggris
saja.

Sang Raja dan Cain mengangguk mendenar penjelasan dari Magna. Seelah
memastikan bahwa Cain telah mengerti, Magna melanjutkan penjelasannya.

“Jadi kami ingin kamu menjemputnya bersama dengan Royal Knight di perbatasan,
lalu mengantar serta mengawalnya sampai ke gereja pusat di kerajaan ini… Kamu ini
selain bangsawan kan juga seorang petualang, si Gadis suci itu pasti juga akan bosan
jika selalu dikelilingi oleh orang-orang dewasa, aku juga meminta nona Silk untuk
ikut bersama mu, sedangkan tuan puteri Telestia akan menunggu di istana, karena
tentunya kami tidak bisa membiarkan dia keluar begitu saja… kami juga akan
merekrut petualang lain, jadi berkumpulah disana…”

“—–Aku boleh menolak kan….”


“… Cain, apa kamu pikir kamu bisa menolak?? Berita tentang dinding kota Drintle
sudah sampai kesini loh… Telah ditemukan dinding lpta dengan ukuran yang sama
dengan dinding ibukota, katanya… Apakah kamu berniat untuk segera memulai
perang dengan kerajaan ini?? Jika kamu melakukannya dengan normal, aku tidak
berniat untuk mengeluh tentang ini, namun kamu melakukannya dengan tidak
normal… Banyak gosip beredar… Tentu saja kerajaan akan menyetujui permintaan
penambahan prajurit, serta tenaga konstruksi, dan tentunya juga tambahan dana…”

Sang raja menatap Cain sambil memicingkan matanya. Sepertinya memang benar
karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, beritanya pun juga cepat sampai dari mulut
para pedagang.

“Tentu saja aku tidak ada niat seperti itu… ini hanyalah langkah pencegahan karena
ada hutan iblis di sebelahnya, dan dulu pernah terjadi banjir monster dari dalam
dungeon… Terkait bantuan, aku sangat berterimakasih, jika hanya menggunakan
tenaga penduduk aku tidak tahu berapa lama waktu yang diperlukan, keuangan kami
pun juga terbatas…”

Cain menjelaskan sambil becucuran keringat dingin.

“Yah terserah lah… Lagipula kalau kita berperang, kerajaan ini akan langsung kalah
hanya dengan dirimu sendiri… Kuserahkan pengawalannya padamu…”

“—–Baiklah….”

Cain mengangguk sambil tersenyum pahit mendengar perkataan sang raja yang sulit
ia balas.

Setelah pertemuan itu, didalam kereta Cain menyilangkan tangannya di dada sambil
berpikir.

Selama liburan musim panas, ia berencana untuk memfokuskan diri pada urusan
dalam kota Drintle, dan mencari waktu untuk berkunjung ke wilayah Malvik yang
merupakan kampung halaman Silk, lalu berkunjung ke kampung halaman Tiffana di
wilayah Libert.

“Ternyata memang tidak ada cara lain selain terbang sekali kesana, lalu menggunakan
sihir [Transfer] ya…”
Sebagai seorang bangsawan ketika ia berpergian keluar kota, maka harus memberikan
beberapa sumbangan kepada kota-kota yang dilaluinya, namun sepertinya waktu
liburan dua bulan tidak akan cukup untuk semua ini.

Cain pun memutuskan untuk mengabaikan ini dan memutuskan untuk berpindah
dengan jarak terpendek.
Sesampainya ia di Mansion, ia segera melakukan pertemuan dengan Collin di ruang
kerjanya. Collin pun terkejut mendengar tugas untuk mengawal gadis suci ini.

“Ini adalah Gadis suci loh… tentu saja saya kaget… saya tidak menyangka anda bisa
terpilih untuk mengawal gadis suci….”

“Sebenarnya aku tidak ingin menerimanya… tapi aku tidak punya pilihan lain karena
Yang mulia menawarkan berbagai bantuan tenaga dan dana untuk kota Drintle…”

Cain menjawab Collin tanpa kekuatan.

Meskipun ia terdaftar sebagai petualang rank A, namun ia tak punya pengalaman


selain quest pembasmian. Quest pengawalan ini adalah hal yang pertama kali bagi
dirinya. Meskipun berkat kemampuan [Search] miliknya tidak akan ada masalah,
nmun ia tetap khawatir.

“Aku akan mengunjungi Malvik dan Libert minggu ini sekali untuk menentukan titik
perpidahan…”

“Baik, Saya mengerti.”

Cain tak punya pilihan lain selain tersenyum pahit dan menghela nafas memikirkan
kesibukannya ini.

Keesokan harinya, ketika ia baru sampai di sekolah, Teles dan Silk menghampirinya.
Sepertinya mereka mendengar dari orang tua mereka terkait pengawalan gadis suci.

“Cain-sama, aku sudah dengar dari ayah, katanya kamu menjadi pengwal sang gadis
suci? Meskipun aku tidak menyangka akan terjdi sesuatu, tapi, berhati-hatilah di
perjalanan… Tapi ya, Silk bisa pergi bersama mu, namun ketika aku meminta pada
ayah untuk ikut juga, aku tidak di izinkan…”
Sepertinya ketika Telestia mendengar Cain akan menemani Silk, ia membuat
permintaan kepada raja agar dia juga diijinkan untuk ikut, namun ditolak, karena tentu
saja mereka tidak bisa membiarkan sang tuan puteri keluar begitu saja. Sebab itu
Telestia agak murung sejak pagi.

“Aku merasa kasihan dengan mu Teles, tapi aku akan memanfaatkan kesempatan
untuk pergi bersama Cain-kun… Meskipun tahun ini aku tidak bisa pulang ke Malvik,
namun ini terasa cukup karena aku bisa berpergian dengan Cain-kun…”

Mendengar perkataan Silk, Telestia semakin merajuk.

“Tentang daerah Malvik, kurasa jika ada sedikit waktu nanti kita akan bisa
berkunjung kesana, meskipun aku tidak bisa menjelaskan detailnya di sekolah, namun
kurasa kita tetap akan bisa berergian bersama….”

Ia berniat pergi kesana dengan menggunakan sihir [Transfer] namun karena dikelas
banyak siswa lainnnya, ia tidak bisa semudah itu membicarakannya. Akan repot jika
banyak orang tahu bahwa Cain dapat menggunakan sihir [Transfer] yang legendaris.

Mendengar ucapan Cain, ekspresi Telestia perlahan berubah menjadi lembut.

“Cain-sama!!! Minggu depan kita adakan pesta teh ya!!! Pokoknya nanti kasih tahu
ya!! Janji loh!!! “

Telestia mengengam kedua bahu Cain dan mengharapkan jawaban darinya.

“Ya, ya.. aku mengerti Teles… Minggu depan aku akan berkunjung ke istana….
Untuk sekarang tolong lepaskan bahu ku, ini cukup sakit…”

Teles yang menyadari apa yang telah ia perbuat, seketika wajahnya memerah lalu
menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

“Aku gak sengaja……”

Tiba-tiba pintu kelas terbuka, dan walikelas pun masuk.

“Ayo ayo, homeroom kita mulai, semuanya duduk! “

Mendengar perkataan walikelas nya, Telestia dan Silk pun kembali ketempat duduk
mereka masing-masing.

Setelah menelesaikan kelas pagi, Cain pergi ke perpustakaan karena ia tidak


mengambil kelas apapun di siang hari. Sampai saat ini ia tidak memiliki kesempatan
untuk mengunjungi perpustakaan sekolah. Karena ini adalah perpustakaan Akademi
ibukota, tentusaja memiliki koleksi buku yang banyak.

Ia mencari buku-buku yang ia butuhkan, sambil bertanya kepada petugas pustaka.


Pertama buku tentang geografi benua ini, Peta yang ada di dunia ini tidak
tergambarkan dengan detail. Hanya gambar-gambar sederhana tentang lokasi-lokasi
seperti istana hutan, kota dan jalan. Sedangkan terkait peta negara lain, hanya
digambarkan dengn simbol “Negara XXX”. Mungkin akan berbahaya jika peta negara
itu sampai tersebar ke negara lain, jadi peta itu tidak di perjual belikan dan hanya
disimpan di perpusatakaan.

Cain memeriksa posisi wilayah Malvik dan Wilayah Libert dan memastikan aahnya
dalam peta Kerajaan Esfort. Setelah itu, ia melihat-lihat buku sejarah. Ia menyelidiki
sejarah terkait Kerajaan dan kepercayan Marineford.

Sekitar tiga ratus tahun yang lalu, Yuya dan kedua orang tua Cain di panggil kedunia
ini oleh Kerajaan Marineford. Pada waktu adanya kemunculan Dewa jahat Aaron, dan
negara-negara saling berperang serta banjir monster terjadi dimana-mana, dan bola
permata yang di unakan untuk pemanggilan itu terimpan disana.

Saat ini permata yang dikatakan pemberian dewa itu tersembunyi di suatu tempat di
kerajaan dimana sang Pope dan sang Gadis suci itu tinggal.

Sihir yang terkandung di dalam Permata berasal dari hasil mengumpulkan energi sihir
dair atmosfer selama ratusan tahun. Dan kita tidak tahu kapan sihir pemanggilan ini
akan digunakan lagi nantinya.

Yang mengetahui ini hanyalah orang-orang dengan sttauts yang tinggi seperti gadis
suci, Pope, ataupun Cardinal.

“Mungkin saja nanti akan ada orang seperti Yuuya-san dan Orang tuaku dipanggil
kemari…”

Sambil memikirkan itu, Cain menutup buku yang baru selesai ia baca itu.

Volume 2 - Chapter 52 - Pertemuan tak Terduga


Saat ini Cain sedang terbang menggunakan sihir [Fly].

Hari ini adalah hari libur, sesuai rencana ia pergi ke daerah Malvik untuk
menambahkan titik perpindahan sihir [Transfer] miliknya. Wilayah Malvik terletak di
sebelah timur laut ibukota, dan terletak di dekat kawasan pegunungan.
Karena letaknya yang berseberangan dari kota Drintle, iapun memutuskan untuk
menggunakan sihir [Trasnfer] ke Ibukota, baru menggunakan sihir [Fly] dan terbang
menyusuri jalan. Karena sebentar lagi musim panas, Cain terbang sambil merasakan
terpaan angin yang hangat.

Di tengah perjalanan ia melewati persimpangan yang akan menuju ke Wilayah Gracia.

“Disini ya pertama kali aku bertemu dengan Teles dan Silk…”

Cain mengenang kejadian pertama kali mereka bertemu. Dalam perjalanan untuk
menghadiri pertemuan di Ibukota, ia menyelamatkan sebuah kelompok yang sedang
diserang kerumunan Orc, Berkat itu ia di promosikan sebagai Baron, dan diberikan
sebuah mansion. Serta ia juga mendapatkan dua orang tunangan.
Cain terus menyusuri jalan sambil menyaksikan banyak kelompok berserta pengawal
mereka yang berlalu lalang.

Di dunia ini, tidak banyak orang yang akan membayangkan soal terbang di langit.
Meskipun sosok Wyvern itu ada, namun karena habitat alamnya berbeda, oorang-
orang jarang melihat ke langit. Oleh sebab itu saat ini tak ada orang yang
memperhatikan Cain yang sedang terbang dilangit.

Dibutuhkan waktu sekitar 10 hari dengan kereta kuda untuk mencapai daerah Malvik,
atau bisa dibilang sekitar 300 km. Jika Cain terbang dengan kekuatan penuh, mungkin
dia bisa saja sampai dalam waktu satu jam, namun karena cuacanya cukup nyaman ia
melaju menyusuri jalan dengan santai.

Selama perjalanan ia melewati desa-desa dan kota-kota kecil. Tentu saja saat melewati
kota, ia memutuskan untuk mengambil jalan mengitarinya karena khawatir akan
terlihat.

Sesekali ia berhenti, dan memeriksa peta, lalu ia kembali melanjutkan perjalanan.


Ketika tinggal beberapa kota lagi sebelum mencapai wilayaah Malvik, ia melihat
adanya kelompok yang sedang melakukan pertempuran.

Penyerangan dilakukan dari kedua sisi, di sebuah jalan setapak yang membelah hutan.
Sekelompok pengawal kereta yang sepertinya adalah milik bangsawan, dengan
dikepung oleh sekitar 20 orang yang seperti bandit.
“Sepertinya perbedaan jumlahnya sedikit berat ya… apa perlu aku bantu ya…”

Cain pun segera mendarat di lokasi terdekat dengan hutan, dan berlari menuju ke
lokasi terjadinya pertempuran.

Para prajurit pengawal itu terus melawan para bandit tanpa ada korbn di pihak
mereka, sedangkan diantara para bandit sudah ada beberapa yang terkapar.

“Aku akan membantumu!”

Cain berteriak ke arah para prajurit itu. Lalu dari belakang para bandit itu ia
menembakan sihirnya.

“[Air Bullet] “

Sihir yan dilepaskan dari tangan kanan Cain itu melesat menyerang para bandit.
Karena ia belum tau situasi dan kondisi nya, ia sangat menahan kekuatannya.

Terkejut dengan kemunculan tiba-tiba seorang anak kecil di belakang mereka, para
bandit yang terkena serangan itu terjatuh satu persatu.

“Terima kasih bantuannya! Kalian semua! Sedikit lagi bertahan lah!!! “

“Ooo!!”

Salah seorang prajurit yang kemungkinan adalah pemimpin pasukan pengawal ini
berteriak dan membangkitkan semangat pasukannya. Seakan menaggapi hal itu, para
prajurit memegang erat pedang di tangan mereka dan menebas para bandit dengan
sekuat tenaga. Beberapa menit setelah adanya bantuan dari Cain, tak ada lagi satu
orangpun bandit yang masih berdiri.

Para kesatria itu mengikat bandit-bandit yang pingsan. Dan salah seorang dri mereka
yang sepertinya adalah pemimpin mereka datang menghampiri Cain. Ia berdiri
beberapa langkah di depan Cain.

“Terima kasih telah membantu… aku pikir kamu hanyalah anak kecil, tapi ternyata
kuat juga… aku adalah Rodeck, komandan kstaria di kota Danlov. Siapa nama mu? “
Penampilannya seperti seorang pria berusia 30 tahun dengan tinggi badan lebih dari
180 cm, dan tubuh yang terlatih dan memancarkan aura yang berbeda ketimbang
ksatria biasa.

“Aku seorang petualang bernama Cain, aku sedang dlam perjalanan menuju wilayah
Malvik, dan melihat kelompok anda diserang oleh bandit..”

Cain menjawab pertanyaan sambil mengeluarkan guild card dari sakunya. Itu dalah
kartu yang berkilauan keemasan milik peringkat A.

Sang komandan, Rodeck mengetahui bahwa sebagai seorang petualang, Cain


memiliki beberapa kemampuan karena telah membantu mereka, namun ketika ia
mengetahui ternyata anak kecil di depannya adalah peringkat A, dia agak terkejut.

“Seusia itu sudah perngkat A… Kami benar-benar terselamatkan… Tunggu sebentar,


aku akan melaporkan hal ini kepada tuanku…”

Setelah memberitahu itu kepada Cain, ia langsung berlari menuju ke kereta.


Ketika Cain memperhatikan kereta itu, ada sebuah simbol yang belum pernah ia lihat
sebelumnyaa, namun sudah dipastikan bahwa itu adalah kereta milik bangsawan.

“Ternyata memang bangsawan ya… kuharap ini tidak akan jadi merepotkan…”

Sepertinya pembicaraan Rodeck dengan bangsawan yang ada di dalam kereta telah
selesai, pintu kereta itu pun terbuka, lalu tampak seorang pria turun.

Tampak seperti berusia lima puluhan dengan rambut putihnya disisir rapi ke belakang.
Pria tua itu mendekati Cain. Kemudian berdiri dihadapan Cain dan menatap Cain, lalu
mulai berbicara.

“Nama mu Cain ya… Aku ucapkan terimakasih atas bantuanmu.. Dengan jumlah
sebanyak itu, sekuat apapun Rodeck pasti akan kerepotan… Tidak enak jika kita
bicara disini, aku juga ingin berterimakasih, bagaimana kalau ikut bersama ku sampai
ke kota berikutnya? Itu adalah kota yang aku perintah…”

“Tidak perlu, aku hanya membantu karena ada orang yang diserang bandit, lagipula
aku terburu-buru… permi–“

“Udah udah naik ajalah… Kakek kakek ini kesepian di kereta sendirian…”
Pria tua itu memegang kedua bahu Cain, dan memandunya menuju kereta. Karena
Cain sedang menggunakan pakaian petualang, ia tidak bisa begitu saja menolak
keramahan dari seorang bangsawan. Iapun terpaksa menaiki kereta milik pria tua itu.

“Rodeck, nanti kerahkan pasukan kemari.. tim cepat tanggap segera beritahu ke kota,
dua orang tinggal di sini dan mengawasi mereka.. “

Pria tua itu memberikan instruksi kepada Rodeck, lalu Rodeck pun segera melakukan
pengaturan. Dua orang ksatria yang sudah naik kuda, segera pergi terlebih dahulu
menuju ke kota. Tim pengawal yang tadinya berjumlah delapan orang kini hanya
tinggal empat orang, dan keretapun mulai berjalan.

“Ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan namaku… aku Santos, Viscount


Santos von Geretta Dunlov. Aku adalah walikota Dunlov…”

“Namaku Cain, seorang petualang… Aku memiliki nama keluarga juga,namun karena
sekarang aku sedang menjadi petualang, jadi aku hanya menggunakan nama Cain
saja…”

Meskipun ia juga adalah seorang walikota, saat ini ia sedang menjadi petualang.
Meskipun ia sempat berpikiran untuk membuatnya identitasnya tetap sebagai seorang
petualang, namun ada kemungkinan akan bertemu lagi dengan Pria ini saat bersama
Silk atau Teles, jadi ia mengungkap kan kalau dia adalah golongan bangsawan.

“—- Ternyata benar bangsawan ya… aku sempat menduga nya karena sikapmu yang
tidak berubah bahkan di depanku… aku merasakan kamu bukan peualang biasa….
Yah meski ada alasan lain kenapa aku ingin kamu naik di kereta ini…”

Saat mengucapkan kalimat terakhirnya itu, Santios tampak agak sedih.

Di dalam kereta itu, Santos terus mengobrol dengan Cain. Bagi Cain, sosok pria tua
itu layaknya kakeknya, dan percakapan diantara mereka berlangsung dengan akrab.

Ketika mentari mulai terbenam, mereka pun sampai di kota Dunlov. Dunluv adalah
sebuah kota dengan jumlah populasi sekitar 8.000, bagi kerajaan Esfort, ini
merupakan sebuah kota berukuran sedang.

Kereta melewati gerbang dan berjalan menyusuri kota. Jauh di ujung tengh kota,
berdiri sebuah rumah walikota.

“Disini lah rumah ku… Aku akan menyiapkan kamar tamu, jadi hari ini silahkan
bersantai…”
“Tidak perlu seperti itu…. Ini sangat merepotkan mu, aku akan menginap di
penginapan saja…”

Meskipun ia menolak untuk menginap di rumah walikota, namun Santos


mengbaikannya dan membuka pintu mansion.

“Aku pulang!! Aku bawa tamu!! Segera persiapkan!! “

Dengan perkatan Santos, para pelayan mulai bergerak. Cain diantarkan menuju ke
ruang tamu oleh salah seorang pelayan.

“Silahkan tunggu sebentar di sini, saya akan segera membawakan teh untuk anda…”

Cain pun meminum teh yang diseidkan oleh pelayan, tak lama kemudian pintu
terbuka, dan Santos pun memasuki ruangan.

“Maaf membuatmu menunggu, aku harus memberikan perintah terkait kasus


penyerangan tadi…”
Santos melanjutkan pembicaraanya setelah meminum teh yang telah disajikan oleh
pelayan.

“Gimana? Cain, kamu mau tinggal disini gak?? Keturunan ku itu semua perempuan
sih… kamu boleh kok jadi suami cucuku…”

“Bhuuk!”

Mendengar perkataan singkat Santos itu, Cain menyemprotkan teh yang ada sedang ia
minum.

“Anda ini bicara apa tiba-tiba begini… Tentu saja itu tidak…”

Santos melanjutkan pembicaran tanp merasa malu sedikitpun.

“Tidak tahu kenapa, ketika melihat mu, aku merasa cocok… Lagipula kamu ini
keluarga bangsawan kan, jadi tidak masalah jika menjadi suami cucu ku…
Kemampuan mu pun aku sudah menyaksikannya tadi, wajahmu juga lumayan. Kamu
juga bisa bisa berbicara sambil menatapku… akhir-akhir ini sangat langka lelaki
sepertimu ini… Ngomong-ngomong kamu punya berapa saudara dan anak keberapa?”

Santos tertawa sambil membelai janggutnya.

“Aku adalah putera ketiga…”


“Kalau begitu tidak masalah!! Jika kamu jadi menantu ku kamu juga bisa jadi penerus
keluarga Viscount lohh!! Tadi aku sudah memanggil puteri dan cucu ku… menantu
ku belum bisa kesini karena masih bekerja, tapi sebaikya kamu bertemu dan lihat dulu
saja…”

Cain merasa bingung dengan perkataan Santos, dan ia tidak bisa membalas
perkaaanya.

“—- maaf, sebenarnya saya sudah punya tungangan…”

Cain menjwab Santos dengan wajah meminta maaf. Mendengar jawaban Cain, Santos
terlihat sedikit kecewa.

“Sebagai seorang bangsawan kamu akan mewarisi posisi Viscount loh… Apa ada
yang lebih penting dari itu?? “

“Soal itu—-“

Tiba-tiba pintu pun diketuk dan kemudian terbuka. Yang masuk adalah seorang
perempuan berambut perak yang tampak seperti seorang ibu, dengan sorang gadis
perempuan berambut sama yang kira-kira usianya sedikit lebih muda dari Cain.

Melihat sosok itu Cain terkejut dan matanya terbelalak.

“Eh? Ibu?? Kok bisa ada di mansion ini….”

“Buhhuk..”

Mendengar pernyataan Cain ini, kali ini Santos yang yang duduk di hadapan Cain
yang menyemburkan teh nya.

Volume 2 - Chapter 53 - Perjamuan makan Malam


Wanita yng membuka pintu dan memasuki ruangan itu adalah sosok perempuan yang
mirip dengan Sarah, ibunya Cain.

Meskipun sekilas terlihat mirip, namun ia adalah orang yang berbeda, dan terlihat
sedikit lebih muda dari Sarah.

“Maafkan aku… Aku salah… Anda terlihat mirip dengan ibu saya…”
Cain meminta maaf dan membungkuk pada keduanya. Ketika ia kembali menatap
Santos, pandangan santos terlihat serius.

“Cain, boleh aku tahu nama ibumu? “

Cain menelan ludah menghdapi tatapan serius dari Santos.

“Ya, ibuku bernama Sarah.”

Mendengar jawaban Cain, wanita yang baru saja memasuki ruangan itu matanya
terbelalak.
“Pertama, duduk dulu sini… aku akan memperkenalkan mereka berdua… Tapi aku
tidak menyangka kamu adalah anak Sarah… Pantas saaja aku merasa cocok sekali
dengan mu…”

Cain tidak mengerti apa yang dikatakan Santos, iapun menyapa kedua gadis yang
duduk di samping Santos itu.

“Namaku Cain, Karena aku sedang menjadi petualang, jadi aku menyembunyikan
nama keluargaku… Aku bertemu dengan Santos-sama di perjalanan, dan diajak
kemari bersamanya…”

Cain memperkenalkan diri dengan penuh perhaian.

“Aku Lala von Gueretta. Gadis ini bernama Leila. Leila, ayo beri salam… “

Mendengar kata-kata Lala, Leila pun berdiri dan mengangkat sedikit roknya dengan
angun, lalu memperkenalkan diri.

“Namaku Leila. Salam kenal, Cain-sama”

Leila pun kembali duduk di sebelah Lala setelah memperkenalkan diri.


“Tapi… kalian mengenal ibuku ya?”

Mendengarkan perkataan Cain, Santos mengangguk sambil mengerutkan alisnya.

“Sarah itu… adalah anak ku… dan juga kakaknya Lala.”

Cain terkejut mendengar perkataan Santos.


“Eh?? Ibuku bilang dia bertemua ayah ketika ia menjadi petualang…”

Menanggapi perkataan Cain, Santos pun mulai bicara.

“Anak itu… Aku tadi udah bilang kan kalau keluarga Garetta ini perempuan semua?
Waktu itu aku menemukan calon untuk Sarah dan ingin menikahkan dia, namun dia
tidak mau dan kabur dari rumah… Sejak saat itu… kira kira sudah lima belas tahun
sejak kepergiannya…. Aku tidak menyangka dia memiliki anak sepertimu… Apa
Sarah baik-baik saja? Kamu menjadi petualang di usia seperi ini, apa jangan-jangan
Sarah sudah….”

Air mata mengalir di pipi Santos. Begitu pula dengan Lala yang ada di sampingnya.
Sedangkan Leila merasa kebingungan karena tidak mengerti apa yang dibicarakan.

“Tidak, tidak, ibuku baik-baik saja. Kurasa saat ini ia ada di mansion di ibukota… “
Cain buru buru menjawabnya melihat sepertinya mereka telah salah paham.

Dan ia memutuskan untuk berbicara bukan lagi sebagai seorang petualang, namun
seorang bangsawan. Setelah menarik nafas dalam-dalam, Cain pun mulai berbicara.

“Aku akan berbicara sejujurnya, Namaku adalah Cain von SIlford Drintle, gelarku
saat ini adalah seorang Viscount dan memerintah kota Dintle.. Ayahku adalah Garm
von Silford Gracia.. Dan ibuku adalah istri kedua nya…”

Cain meletakan bukti dirinya sebagai seorang Viscount di atas meja. Santos tak bisa
menyembunyikan keterkejutannya terhadap apa yang dikatakan Cain.

“Ja-jangan-jangan kamu Viscount Silford yang itu??? Yang pada usia lima tahun
sudah menyelamatkan tuan puteri dan nona Silk, lalu pada waktu ujian sekolah telah
menghancurkan tempat latihan, dan mendapat perestasi terbaik di sekolah itu??
Viscount Silford itu adalah anaknya Sarah??? Aku selalu mendengar kisah tentang mu
dari Duke Eric ketika ia lewat sini dalam perjalanan pulang ke wilayahnya. “

Cain tidak berpikir bahwa masa lalunya akan menjadi begitu terkenal. Dan ia tidak
pernah menyangka akan ada orang yang menjelaskan masa lalunya yang memalukan
ini dihadapannya.

(Memang yang diktakan itu benar… tapi jika di sebutkan di depan mata seperti ini
jadi malu…)
“Haaa~~ Ya kurang lebih begitulah…”Cain menggaruk pipinya sambil tersipu malu.

“Tapi ku tidak menyangka ia akan menikah dengan Margrave Silford… Dia bilang dia
benci dengan keluarga bangsawan, tapi akhirnya menikah dengan bangsawan juga
ya… Dia dari kecil orangnya over aktif soalnya…. Begitu ya, Begitu ya,.. Kalau
sesama sepupu aku tidak bisa menikah kan kalian ya… Leila, ternyata Cain—dono ini
sepupu mu loh.. “

Leila mengangguk memahami apa yang dikatakan Santos.

“Cain-sama adalah kakak ku ya…”

Karena Cain adalah anak terakhir, ketika ia dipanggil kakak untuk pertama kalinya,
ekspresinya melembut.

“Bisakah kamu menceritakan tentang Sarah…”

Ketika Cain sedang tersenyum lembut, Santos kembali berbicara. Bersamaan itu, Cain
kembali ke dunia nyata.

“Aku tidak tahu detailnya, tapi aku bisa menceritakan apa yang ibu ceritakan
padaku…”
Cain mulai menceritakan kisah yang didengarnya ketika ia masih kecil. Sewaktu
kecil, ia pernah bertanya kepada Sarah tentang kisah pertemuan Sarah dengan Garm.
Waktu itu, Ingatan masa lalu Cain baru saja kembali, dan ia sedang mencari berbagai
informasi dari Garm, Sylvia serta Sarah.

◇◇◇

“Ibu, kenapa ibu menikah dengan ayah?”

Sambil yang berbaring di tempat tidur bertanya kepada Sarah sambil membaca buku
gambarnya.

“Aku ini dulunya petualang loh… Setidaknya dulu aku bisa naik sampai rank C.. aku
sedang menerima Quest, saat itu aku membentuk Party dengan petualang lain, dan
melakukan perburuan di hutan iblis… Aku bertemu dengan Garm yang sedang
berburu dengan jumlah orang sedikit, katanya itu sebagai latihan… Ia keluar dari
hutan itu sambil membawa orang-orang yang terluka… Karena aku bisa
menggunakan sihir pemulihan, disana aku menggunakan sihir pemulihan kepada
teman-teman Garm… Sejak saat itu kami mulai akrab, lalu dia pun melamar ku, dan
kami menikah…”
Sarah mulai bercerita sambil mengenang masa lalu.

“Ibu hanya orang biasa tapi bisa menikah dengan bangsaawan ya? “

“—–Ya… di tampak seperti ksatria, tapi aku tidak menyangka bahwa dia sebenarnya
adalah bangsawan… Meskipun tidak bisa menjadi istri pertama, namun aku diizinkan
menjadi istri kedua… Garm bilang ‘Pasti aku akan menikahimu!!’ di rumah ku…
Dulu di orang nya sangat agresif.. loh, cerita ini sama Cain malah gak ngerti ya…”

Wajah Sarah memerah.

Garm juga menceritakan hal yang sama pada Cain. Dia mengatakan bahwa dia telah
gagal dengan memaksakan diri masuk ke hutan sampai terlalu dalam. Lalu ketika ia
sedang mundur sambil membawa orang orang yang terluka, ia bertemu dengan Sarah
dan kelompoknya. Ia tertarik kepada gadis yang seharusnya hanya seornag petualang
namun sangat bermartabat, dan akhirnya melamarnya. Meskipun melakukan
perkenalan dengan orang tuannya, ia mendapat kan tentangan dari kedua orang
tuanya, melihat martabat gadis itu yang tak seperti seorang petualang biasa, mereka
akhirnya menyetujui. Garrm menceritakan ini dengan berbangga hati.

“—-Kira-kira seperti itu lah… “

Santos mendengarkan cerita Cain sambil bercucuran air mata. Lala juga mendegarkan
sambil menyeka air matanya dengan sapu tangan.

“Terima kasih tuan Silford… Jika tidak ada hal khusus, yang menemani bangsawan
ke pesta di ibukota adalah istri resminya ya… karena itu aku tidak pernah bertemu
dengannya…”

“Tidak, tidak, anda ini akan menjadi kakek ku, jadi panggil saja Cain… Ibuku juga
sangat jarang untuk muncul di pesta…”

Cain membungkuk.

“—Maaf.. tapi aku tidak menyangka hari ini akan diselamatkan oleh cucuku… Malam
ini, tolong menginaplah disini… bahkan aku tidak keberatan jika tuan Cain ingin
tinggal disini selamanya…”

Santos mengatakan itu sambil tersenyum, namun karena ia juga sebagai walikota, ia
tak mungkin menerima tawaran ini.
“Terimakasih atas kebaikan anda, mohon maaf aku akan merepotkan anda malam
ini… namun besok aku harus menuju ke wilayah Malvik, dan secepatnya kembali ke
ibukota… Aku akan menceritakan pertemuan kita ini kepada ibu.. tentunya kepada
ayah juga…”

“Baiklah, kalau begitu malam ini aku akan menulus surat untuk Sarah dan Tuan
Garm, bisakah kamu mengantarkan nya? “

Cain mengangguk menjawab pertanyaan Santos.


“Tentu saja, Ketika anda berkunjung ke Ibukota, silahkan temui ibuku, saat ini kurasa
ia tinggal dengan kakak ku…”

“Mohon bantuannya sat itu tiba… Terimakasih… aku benar-benar bersyukur telah
diselamatkan oleh tuan Cain hari ini…”

“AKu juga, karena kakek dari pihak ayah sudah meninggl dunua, aku berpikir sudah
tidak punya kakek lagi… mohon bimbingannya…”

Setelah itu, mereka melanjutkan pembicaraan, dan tiba tiba pelayan datang memberi
tahu bahwa makan malam telah siap.

“Kalau begitu, ayo kita makan… Karena kota ini dekat dengan pegunungan, sayur-
sayuran disini sangat lezat…”

Mendengar itu, Cain menelan ludah.

Lalu mereka pun tiba di ruang makan, dan Cain diperkenalkan dengan putera
menantunya dan mereka makan bersama.

Di atas meja tersedia potongan steak dan masakan sayur sayuran. Banyak hidangan
lain yang ditata dengan rapi sehingg sangat menggugah selera.

“Hari ini aku bersyukur bisa bertemu dengan cucu ku yang baru, Cheerss”

Cain menyantap makanannya perlahan-lahan.

“—-Lezatnya..”

Perpaduan rasa manis sayuran dan rasa garam membuat sayur-sayuran ini
mengeluarkan rasa yang khas.
Mendengr pujian Cai, Santos mengangguk sambil tersenyum.
“Tuan Eric dan nona Silk juga sangat suka dengan sayuran di kota ini.. saat mereka
berpergian dari atau menuju daerahnya, meek selalu mampir kemari…”

“Silk juga suka ya…”

Cain membayangkan sosok Silk yang sedang memkan sayuran dengan lahap.

“Silk ya… Apa tunangan yang tadi anda sebutkan itu adalah putri kedua tuan Eric,
Nona Silk? “

Santos bertanya dengan penuh senyum diwajahnya.

“Eh.. itu…”

Keringat bercucuran di dahi Cain, ia buru-buru menyeka nya dengan sapu tangan.

“Ya sudah… pasti ada alasan mengapa belum ada pengumuman resmi… aku akan
menunggu saat itu datang…”

“Aku benar benar terselamat kan bila anda mau melakukan itu.. “

Cain membungkuk ringan pada perkataan Santos.

“Yosh!! Hari ini adalh hri yang bahagia!!! Kita minum-minum!!! Cain kamu jug
minum ya!!! “

Santos membuka gelas dengan penuh semangat.

“Ayah!! Cain-sama msih anak-anak!! “

Sambil bermandikan tatapan dingin dari Lala, Santos tetap meminum sake nya sambil
tersenyum

Volume 2 - Chapter 54 - Wilayah Malvik


“Maaf merepotkan anda…”

Dengan ceria Cain mengucapkan rasa terima kasihnya kepada orang-orang yang
tengah mengantarnya. Orang yang mengantarnya ini adalah keluarga Geretta yang
sejak kemarin menjamu Cain.

“Aku serahkan suratnya padamu… Tapi apa benar tidak apa-apa aku tidak
mengantarmu dengan kereta? “
Cain menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Santos.

“Saat ini aku sedang bergerak sebagai seorang petualang… Lagipula aku lebih cepat
jika sendirian… Serahkan saja tentang surat itu pada ku, aku pasti akan
meyampaikannya pada orang tuaku… “

Cain meneyimpan surat yang ditujukan untuk Garm dan Sarah di sakunya, lalu
membungkuk seraya berkata,
“Lain kali ku akan datang bersama dengan keluargaku..”
Kemudian ia berjalan pergi.

Ketika datang ia menggunakan kereta, jadi ia tak terlalu memperhatikan keadaan kota.
Namun dengan berjalan, Cain dapat menyadari betapa makmur kota ini. Sejak pagi
hari sudah banyak hiruk-pikuk orang-orang, serta banyak lapak yang sudah buka.

“Kota yang bagus ya… sepertinya aku memang harus mengajak ibu adan kak Reine
kemari…”

Gumam Cain sambil menyusuri kota menuju ke gerbang.

Setelah melewati gerbang, ia berjalan melalui jalan besar yang menuju ke daerah
Malvik. Setelah memastikan tak ada orang di sekitarnya, ia menggunakan sihir [Fly]
dan melanjutkan perjalanan dengan terbang.

Cain terbang menyusuri jalan dengan ketinggian diatas 10 meter dari permukaan
tanah.

Saat hampir mendekati wilayah Malvik, terlihat lalu-lintas kereta kuda beserta
pengawal mereka.
Dan akhirnya daerah Malvik yang menjadi tujuannya pun terlihat.

Wilayah Malvik merupakan wilayah yang di kelilingi pegunungan. Di bagian


belakang kota terlihat sebuah gunung yang tinggi, dan di banyak titik di kota terliht
asap yng naik mengepul.

“Jangan-jangan…. Pemandian air panas?? “

Dengan memiliki ingatan kehidupan masa lalu nya, sebagai orang jepang, ia sangat
suka mandi. Dan ia tak dapat melepaskan matanya dari pemandian air panas. Sambil
berangan-angan bisa mandi air panas, Cain pun mendarat di tempat yang tidak terlalu
jauh dari gerbang, lalu berjalan menuju gerbang.

Di gerbang ada prajurit yang bertugas menjaga gerbang dan memeriksa barang
bawaan serta memberikan ijin untuk masuk ke kota. Cain berbaris di belakang, dan
barisan itu sedikit demi sedukit maju.

“Selanjutnya!! Aku belum pernah melihatmu? Petualang ya? “

Giliran Cain pun tiba, setelah memandangi Cain penjaga itu bertanya.

“Ya, aku seorang petualang. Aku bepergian sendirian karena ingin mengunjungi kota
ini.”

Cain menunjukan kartu guildnya. Para penjaga itu terkejut mlihat kartu guild
berwarna emas milik peringkat A.

“Seusia ini sudah peringkat A… Bawaan mu.. apa cuma itu?? Yosh silahkan masuk..

Dengan izin dari penjaga itu, Cain pun melewati gerbang dan masuk ke kota. Kota ini
tidak terlalu besar untuk wilayah yang dipimpin oleh seorang Duke. Namun ketika
menyusuri kota, akan terlihat banyak bangunan penginapan dan pemandian air panas.

Di depan penginpan, banyak orang-orang yang mempromosikan tempat mereka.

“Tuan~! Pemandian air panas kami adalah yang terbaik lohh~!! Silahkan mampir…”

“Disini pemandian air panasnya lebih baik loh!!!”‘

Cain yang terus melewati para pengiklan itu, sambil memandangi keadan kota.

“Jika ada pemandian air panas sebanyak ini, aku tidak tahu harus kemana…”

Di sepanjang jalan yang I lewati saja sudah ada lebih dari duapuluh penginapan yang
berbaris.

“Hm gak ngerti lah… Ah, tanya ke guild aja deh…”


Tentang pemandian terbaik disini tanya saja dengan orang lokal, begitulah pikir Cain,
dan ia pun bertanya kepada pejalan kaki tentang lokasi guild dan bergegas menuju ke
sana.

Guild berada di pusat kota, sebuah bangunan dengan tanda pedang dan perisai de
depannya. Bangunannya sangat bagus, sampai-sampai kota petualang Drintle saja
tidak sebanding dengan ini.

Cain membuka pintu dan kemudian masuk. Seketika pandangan para petualang di
dalam terpusat pada Cain, namun ketika mengetahui yang masuk hanyalah anak kecil,
pandangan itu pun bubar.

Ia berdiri di depan resepsionis yang kosong dan bertanya.

“Permisi… Aku baru saja datang ke kota ini… Kira-kira dimana tempat pemandian
air panas yang recommended?? “

Wanita resepsionis itu tersenyum karena Cain datang untuk menanyakan pemandian
air panas dan bukan quest.

“—Penginapan Air panas ya… Jika itu petualang maka aku bisa merekomendasikan
tergantung dengan peringkat mereka…”

“Aku sudah terdaftar, Ini kartu gu—“

“Ganggu lu bocah… Iron class pengen mandi?? Mewah bnget… tanya aja sama orang
pinggir jalan sono…”

Ketika Cain mencoba mengeluarkan kartu guild nya, ia mendengar suara jahat dari
belakangnya.

Cain menghela nafas menghadapi pola minstream ini, dan ia berbalik, terlihat seorang
pengguna pedang bertubuh besar yang wajahnya terlihat sedikit merah karena mabuk.

“… kamu sebaiknya segera keluar… “

Dari belakang sang resepsionis menyarankannya, namun Cain membalas perkataan


pria itu tanpa ekspresi.

“Sekarang aku sedang bertanya, bisakah anda tidak mengganggu? Kalau sudah selesai
nanti aku juga pergi…”
Cain seolah tak perduli, setelah melontarkan kata-kata itu, ia kembali berbalik kearah
resepsionis.

Wajah mabuk petualang itu semakin memerah mendengar apa yang di ucapkan Cain.

“Bocah Sialan!! “

Ketika pria itu mengayunkan tangannya, dalam sekejam Cain berbalik dan menyerang
kaki petualang itu. Dihadapan petualang yang terjatuh itu, Cain mengepalkan tinju
nya.

“Apa masih mau lanjut?? “

Mendengar perkataan Cain itu, Petualang itu tertegun, ia tak mengerti kenapa ia bisa
terjatuh. Tentu saja, para petualang lain yang kebetuln meyaksikan kejadian ini
memiliki respon yang sama.

Lalu Cain mengeluarkan kartunya dan meletakan di meja resepsionis.

Anak laki-laki di hadapannya ini hanyalah seorang anak kecil, namun kartu yang
dikelurkannya adalah kartu berwarna emas.

“E-Eeh?? Peringkat A?? Maafkan aku…”

Resepsionis itu tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya melihat kenyataan ini.


Karena tadinya Aula sedang dalam keheningan, suara wanita resepsionis itu
menggema di seluruh ruangan.

Para petualang yang kebetulan menyaksikan ini dan petualang di sekitar Cain pun
terkejut. Cain menghela nafas karena identitasnya sebagai petualang peringkat A telah
terbongkar.

Cain kembali berbicara kepada resepsionis, sambil mendengarkan para petualang di


sekitarnya saling berbisik diantara mereka.

“Tidak masalah jika harganya tinggi, kalau bisa yang ada pemandian dan makanan
yang bagus..”

“Ba-ba-baiklah! Mohon tunggu sebentar… Saya akan bawakan dokumennya… “

Resepsionis yang tiba-tiba tersadar bergegas bangkit dan menuju kebelakang untuk
mengambil dokumen. Setelah dokumennya ia siapkan, ia mulai menjelaskan.
“Untuk petualang peringkat A, saya merekomendasikan untuk kesini…. Ada
pemandian terbuka, dan reputasi masakannya pun bagus… jika anda menunjukan
kartu guild, mereka mungkin akan memberikan diskon..”

“Hm, baiklah kesana saja…”

Cain menerima peta panduan, lalu meninggalkan Guild sambil merasakan tatapan dari
sekitarnya.

“Ketika mabuk kenapa mereka mengganggu anak-anak sepertiku ya…”

Karena penginapan yang direkomendasikan sedikit jauh, Cain berjalan menyusuri


kota sambil merasaakan gemerlap kota.

Tepat sebelum penginapan yang di rekomendasikan, Cain berbelok ke salah satu


gang. Tentu saja karena ia merasakan ada yang mengikutinya dari belakang.

Cain berbalik dan tersenyum kepada beberapa orang yang mengikutinya memasuki
gang.

“Apa anda memiliki urusan denganku??”

Tanpa merasa terkejut, para petualang itu berhenti dan mengeluarkan pedang mereka.
Ada lima orang, termasuk seorang petualang yang tadi ia jatuhkan di guild.

“Bocah jadi peringkat A?? Jangan becanda… pasti curang dan nyogok kan… apalagi
lu bikin malu gua tadi…”

“Ni bocah pengen nginep di tempat bagus kan pasti banyak duit kan lu… cepet
keluarin.. ntar gua biarin lu setengah mampus aja…”

Kelima orang itu mendekati sambil tersenyum.

Karena Cain saat ini sedang termotivasi untuk cepat menikmati pemandian terbuka, ia
pun berniat untuk cepat menyelesaikan masalah ini.

Lawan dihadapannya sudah mengacungkan pedangnya, tanpa niat melepaskan


dirinya.

Seketika, ia melesatkan pukulan ke dada salah sau peria itu. Bagi Cain yang memiliki
status layaknya bug dalam game, ia dapat bergerak dalam kecepatan yang tak dapat
dilihat oleh orang biasa.
“Gho–“

Orang yang dipukul Cain itu terpental sampai ke jalan utama.

Karena tiba-tiba ada orang terpental dari gang, orang-orang di jalan utama jadi terlihat
agak bising.

“Selanjutnya!”

Ujar Cain sambil berbalik dan menendng orang berikutnya.

“Gha–“

Ia menendang semua orang yang mengerumuni nya satu persatu selain orang yang
mengganggunya di guild.

“Tinggal ente nih…”

Pria itu gemetaran dihadapkan dengan kekuatan luar biasa dari Cain, dengan pedang
yang ada di tangannya, ia mulai menebas. Mengarah pada kepala Cain.

Saat itu, ia berpikir ia telah mencapai kepala Cain, namun Cain menghentikannya
dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

“Dengan kekuatan segini mau lawan aku? “

Dengan komentar singkat dari Cain itu, pria itu melepaskan pedangnya dan menarik
bokongnya untuk mundur.

“Mo-mo-monster..!!! “

“Mengeroyok anak kecil kayak begini, di bilang monster lagi, jahat bener kan?”

Cain menedang wajah pria itu yang mulai agak bangkit untuk berlari. Dan pria itu pun
terpental ke jalan utama.

“Ngerepotin aja… padalah air panas sudah menunggu…”

Sambil bersuara lirih, Cain kembali ke jalan utama.

Ia pun keluar dari gang dan ingin menuju ke penginapan, namun seketika ia di
panggil.
“Kamu yang di sana! Kamu kan yang melakukan ini pada mereka?? “

Ketika ia berbalik, seorang prajurit menghampirinya.

“Mereka mengikutiku dari guild, dan meminta uang pada ku… lalu akhirya mereka
mengacungkan pedang pada ku, itu kan cuma pertahanan diri.. tanya saja sama
mereka… “

Karena ia sudah sangat ingin masuk ke pemandian air panas, ia pun menjelaskannya
dengan satu tarikan nafas bagaikan kilat. Ketika ia ingin berjalan ke penginapan,
datang lagi prajurit bantuan.

Kali ini bukan prajurit, tapi lima orang ksatria. Salah satu dari mereka menggunakan
armor yang mewah, ia maju kedepan. Seorang pemuda yang kelihatannya baru saja
dewasa, dengan rambut pendek berwarna ungu.
Setelah ia mendengar situasainya dari para prajurit, ia mendekati Cain.

“Aku adalah Delita von Sntana, Bagaimana punsituasinya, kekerasan dilarang dikota
ini, Bisakah kamu ikut dengan kami? “

Meskipun ia bisa saja langsung kabur, namun mendengar nama Santana di sebutkan,
iapun menggangguk.

(Orang ini pasti keluarganya Silk kan…)

Delita merasa puas Cain bersedia mematuhi perkataannya.

“Hm, Akan sangat membantu jika kamu megatakan itu.. Hei kalian bawa mereka
kemari!! Kita bawa mereka juga!! “

Dengan instruksi Delita, para prajurit itu mengangkut para petualang yang pingsan
dan tergeletak.

“Baiklah, maukah kamu ikut denganku juga? Aku tidak akan memperlakukan mu
dengan buruk, aku hanya ingin memeriksa kesaksian kedu belah pihak…”

Kesatria berdiri di kedua sisi Cain, dan dengan Delita sebagai pemimpin jalan, mereka
un mulai berjalan.

(Apa mereka akan membolehkan ku mandi air panas ya…?)

Di dalam pikiran Cain sudah tidak ada lagi yang lain selain pemandian air panas.
Dan beberapa saat kemudian, Cain berada di dalam penjara.

Volume 2 - Chapter 55 - Wilayah Malvik 2


Sedikit kita putar kembali waktunya.

Di markas para ksatria Cain sedang duduk berseberangan meja dengan Delita.
Tampak seperti ruang tamu yang sederhana, dan terawat dengan baik. Di pintu masuk
berdiri dua orang ksatria, sehingga membuat seolah tak bisa lari.

“Jadi, siapa namamu?”

“-Cain.”

“Untuk mengkonfirmasinya, bisakah kamu menggunakan [Status Open]?”

“– tidak bisa.”

“Bukan sebagai Ksatria, namun atas nama salah satu keluarga Duke yang memerintah
kota ini, apa masih tidk bisa? “

“–Tidak bisa.”

Mau sampai kapan pun dikatakan, status milik Cain adalah sesuatu yng tidak bis di
perlihatkan dengan mudah. Jika dia salah seikit saja, mungkin ia bisa dapaat hukuman
dari Yang mulia.

Delita menghela nafas, meminum seteguk teh yang telah di siapkan dan kembali
bertanya.

“Kenapa tidak boleh ya? Bahkan jika aku bilang aku akan mengikat mu disini? “

“Karena itu memang tidak boleh, namun jika kamu memaksa, silahkan tanyakan pada
Eric-sama, jika dia mengijinkan, aku akan menunjukannya…”

Mata Delita terbelalak ketika nama Eric tiba-tiba disebutkan. Seorang petulang yang
tidak ada seorang pun menemaninya, menyebut nama ayahnya, tentu saja dia terkejut.
“Kenapa kamu tahu tentang ayahku? Usiamu sepertinya dekat dengan Silk, apa kamu
kenal dengan Silk? “

“Tentu saja, Silk adalah teman sekelas ku di sekolah… “

“Kalau begitu malah tidak ada alasan bagimu menyembunyikan nya kan? Kebetulan,
besok ayah ku akan sampai disini, Begitu beliau datang aku akan menanyakan
padanya tentang semua rahasiamu… Jika kamu berbohong telah mengenal ayahku, itu
akan jadi masalh besar dan kamu akan dikenakan hukuman.. Maaf, tapi sampai saat
itu tiba, kamu harus menunggu di ruangan berbeda…”

Cain mengangguk dengan patuh. Namun, ruangan tempat ia diantarkan adalah sebuah
penjara. Lebih tepatnya adalah sel tahanan percobaan.

Letaknya hampir ke bawah tanah, dengan sedikit sinar matahari yang menyinari dari
langit-langit. Penjara ini merupakan sebuah ruangan khusus, yang terlihat terawat. Di
dalamnya tidak ada sekat, namun ada toilet dan tempat tidur. Ada juga meja dan soffa
kecil di dalamnya. Meskipun ada juga ruangan penjara yang buruk, namun ia
dimasukan kemari, sepertinya ini adalah berkat pengaruh Delita.

Sebenarnya alasannya kemari hanyalah untuk menambahkan titik transfer saja, jadi
dia bisa langsung kembali ke ibukota dengan sihir [Trasnfer] miliknya. Namun karena
dia sudah menyebutkan nama Cain, dan mendengar bahwa Duke Eric akan segera
datang, ia merasa harus menyambutnya.

Cain berbring di tepat tidur, sambil merasa menyesal karena tidak bisa merasakan
pemandian air panas. Ia menghabiskan waktu dengan bersantai di tempat tidur.
Karena ia tidak diberikan makan siang, ia diam-diam mengeluarkan roti dan dan
cangkir dari [Item Box] miliknya, dan mengisi cangkir itu dengan sihir air kemudian
mengisi perutnya.

Hanya ada satu orang prajurit yang bersiaga di luar penjara untuk mengawasi Cain.
Untuk menghabiskan waktu, Cain pun mengjaknya berbicara.

“Hei Hei, mas prajurit… berapa lama aku harus disini ya..? “

Penjaga itu menjawab pertanyaan Cain dengan wajahnya yang agak ditekuk,
sepertinya dia juga sedang bosan.
“Sampai ada izin dari Delita-sama… Delita-sama adalah putra kedua keluarga Duke,
namun beliau mau bergabung dengan ksatria dan melindungi kota ini sebagai
komandan pasukan…”

“Begitu ya… Tadi Delita-sama bilang katanya Eric sama akan datang besok… apa
aku gak bisa keluar sampai besok ya…”

“Jika Delita-sama bilang begitu maka begitulah…”

Sambil berbaring, Cain berbicara sambil memakan cemilan yang dia keluarkan dari
[Item box] nya. Cemilan ini adalah yang dibuat oleh Sylvia sebelumnya, kue dengan
buah-buahan kering diatasnya.

“Begitu ya… Aku ingin masuk ke pemandian air panas nih…”

“Pemandian air panas disini soalnya terbaik di dunia sih… Eh kamu makan apa itu!?”

“Eh? Cemilan, mau?? “

Cain memberikan sisa cemilannya kepada penjaga itu melalui celah penjara.

“Maaf ya… Eh Salah!! Ka-kamu punya [Item box] ya!?? “

Cain mengangguk sambil tetap mengunyah.

Penjaga itu mengambil cemilan dari Cain dan mulai memasukannya kedalam
mulutnya.

“Oh, ini enak ya… “

Melihat prajurit yang merasa puas itu, Cain mengeluarkan cangkir, dan menyerahkan
jus kepada penjaga itu.

“Ini juga silahkan… Aku masih dibawah umur, jadi tidak bisa mengeluarkan sake,
namun aku punya jus yang aku beli di ibukota…”

“Maaf ya.. aku terima…”

Entah sejak kapan pembicraan diantara Cain dan penjaga itu menjadi semakin meriah.

“Delita-sama itu bukan orang yang buruk, tapi keperibadiannya itu terlalu lurus.. Ia
Cuma mendengarkan perkaaan Duke Eric saja… Yah karena dia juga sedang bersaing
dengan anak tertua Duke, Noel-sama yang sekarang sedang menjadi perwakilan
ayahnya…”

“Begitu ya…. Sepertinya agak merepotkan…”

Cain meneggarkan keluhan penjaga itu dengan seksama.

“Tapi dia memang orang baik yang memperlakukan rakyat biasa dengan adil, namun
karena ia memutuskan dari baik atau buruknya terlalu ekstrem, jadi agak
merepotkan… Coba saja dia bisa meniru sedikit fleksibilitas Eric-sama…”

Cain tersenyum pahit membayangkan wajah Eric. Ketika mereka asik berbicara, tiba
tiba pintu terbuka.

“Sepertinya sudah saatnya makan malam… Loh Delita Sama!?? “

Penjaga itu mengira sekarang saatnya mereka mengantarkan makan malam, namun
ternyata itu adalah Delita yang masuk. Dengan terburu-buru ia meletakn cangkir
ditangannya ke atas meja, dan segera berdiri memberi hormat.

“Ayahku tiba lebih cepat dari jadwal, dan aku memintany untuk segera
memastikannya….”

Di depan penjara itu, Delita bersiap-siap seakan pedangnya dapat segera menebas
kapanpun. Lalu Eric pun masuk bersama dua orang ksatria. Cain dan Eric saling
memandang di depan penjara itu.

“Salam.. “

Cain hanya mengatakan itu, sejenak wajah Eric memerah dan seakan tak dapat
menahannya lagi, pun tertawa.

“Hahahaha … perutku sakit… Cain-kun, kenapa kamu ada di tempat seperti ini…
Ahahaha, duh gak nahan hahaha….”

Delita, Ksatria, serta penjaga, semua orang terpana melihat Eric tertawa terbahak-
bahak sendirian dihadapan mereka.

“Ayah, apa kamu mengenal Cain ini? “

Delita bertanya sambil merasa sedikit khawatir.


“Ya, tentu saja… Dia kan tunangannya Silk, Viscount Cain von Silford Drintle.. juga
dia anaknya Margrave Garm loh.. “

Mendengar perkataan itu, semua orang selain Eric menjadi pucat. Hal ini disebabkan
oleh nama yang baru saja disebutkan mengandung nama wilayah. Itu artinya
meskipun ia terlihat seperti seorang anak yang belum dewasa, ia tetaplah seorang
bangsawan resmi. Meskipun Delita adalah anak seorang Duke, dia harus
memperlakukan Cain dengan baik.

“Eh? … Viscount!? Margrave!? Tunangan Silk?? “

Delita tidak mampu mencerna kata-kata Eric dengan baik.

“Tapi Cain-kun, kenapa kamu tidak memperlihatkan bukti mu sebagai Viscount? Jika
kamu menunjukan itu, kamu bisa membuktikan kalau kamu itu bangsawan kan…”

Eric bertanya sambil tertawa. Cain terus menerus ditanyai tentang statusnya, jadi ia
melupakan hal ini. Karena biasanya ia selalu menyimpannya dalam [Item box] jadi itu
tidak ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan fisik.

“Benar juga ya… aku terus-terusan disuruh memperlihatkan statusku, jadi aku benar-
benar melupakannya.. “

Cain menggaruk kepalanya, dan mengeluarkan bukti Viscount dari [Item box].

Mendengar perkataan Cain itu, senyuman yang sedari tadi menghiasi wajah Eric
menghilang, dan ia mengarahkan tatapan dingin nya kepada Delita.

“–Delita … Apa kamu melihat status Viscount Cain?”

Merasa ketakutan dengan perubahan ekspresi ini, Delita menggelengkan kepalanya.

“Tidak, karena ia menolak begitu keras, jadi aku memasukannya ke penjara… karena
aku mengira dia adalah keluarga bangsawan, jadi aku memasukannya ke ruangan
ini…”

“Kalau begitu tidak masalah… Jika kamu melihatnya.. Delita, tergantung situasinya,
mungkin kamu akan dihukum mati… “

Mendengar perkataan ini mata Delita terbelalak.

“Artinya Viscount Cain ini adalah sosok orang yang seberharga itu… Karena itu di
usianya saat ini dia sudah menjadi bangsawan, dan memerintah kota… Apa kau
mengerti?? Tapi ya…Cain-kun di penjara, cepat keluarkn dia… Aku harus
melaporkan ini keada yang mulia ketika aku kembali ke ibukota ..fufu”

Ekspresi dinginnya menghlang, dan kembali menahan tawanya.

Begitu mengetahui Cain adalah bangsawan, prajurit itu buru-buru membuka kunci
penjara dan melepaskannya.

“Mas prajurit, tadi itu menyenangkan… Terimakasih ya…”

Ketika Cain tersenyum kepada penjaga itu, penjaga itu dengan rasa sedikit ketakutan
ia membungkuk.

“Cain-kun, ayo kita ke mansion. Aku akan memperkenalkanmu dengan keluargaku.”

Cain dibawa oleh Eric menuju ke Mansionnya.

Delita tetap berdiri membeku di tempat selama beberapa menit karena terlalu shock.

Anda mungkin juga menyukai