PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kisah Ashabul Kahfi.
2. Untuk mengetahui bagaimana penjagaan Allah terhadap mereka.
3. Untuk mengetahui apa saja pelajaran yang dapat diambil dari kisah
Ashabul Kahfi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
berhala yang berada di tengah-tengah istana. Suasana menjadi senyap. Daqianus
menyembah berhala itu lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalu kembali
bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu. Ia kemudian duduk dalam
singgasananya menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih berganti
menyembah berhala. Tiba-tiba Daqianus terlihat gugup dan gelisah.
“Menteri, mana Martius dan Nairawis? Mereka tidak datang? ”
“Tidak tahu tuan. Mungkin mereka sedang dalam perjalanan”
“Jika mereka tidak datang ke hadapanku sekarang maka aku akan menyiksa
keduanya!”
Tak lama kemudian mereka berdua pun datang dan segera menghadap
gubernur mengucapkan selamat dan memberkati pernikahannya.
“Maafkan hamba Tuan. Hamba terserang penyakit ringan, makanya hamba
meminta Nairawis untuk mengobatiku” kata Martius.
“Benar Tuan,” sambung Nairawis, “Lihat saja wajahnya yang masih pucat”
“Ya ya.. sudahlah, mari bergembira. Silahkan beri penghormatan kepada
sesembahan kita” kata Daqianus.
Keduanya pun segera mendekati berhala dengan enggan dan menyerahkan
perak sebagai sesembahan. Setelah itu mereka bergabung dengan pejabat yang
lain.
“Lihat” sergah Daqianus kepada menterinya Kaludius, “Mereka berdua
tidak menyembah berhala agung dengan khusuk dan mereka hanya memberikan
seserahan yang tidak berguna . ini menandakan betapa rendahnya iman mereka”
“Maafkan mereka Tuan. Tuan tahu bahwa mereka masih belia. Jika mereka
diberikan tugas kenegaraan, mereka pasti akan semakin dewasa dan bertindak
hati-hati,” bela Kaludius.
“Kau benar, tapi mereka adalah pejabat yang diperhitungkan dalam negeri
ini. Sungguh disayangkan sikap mereka tidak seperti ayahnya. Aku akan
menyelidiki mereka berdua.” Kata Daqianus tidak puas.
Semua pejabat larut dalam kesenangan hingga terbit fajar. Tanpa mereka
sadari Martus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal.
3
Martus dan Nairawis adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. Ketika
Martus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan
wajah merah padam. Martus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah
bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu
berada di istana. Martus kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis
terseduh-seduh. Ia merasa disaingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh
ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang
menteri dari Daqianus. Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri keprcayaan
Daqianus yaitu Kaludius.
Suatu hari Daqianus menaruh curiga terhadap Kaludius terkait upeti yang
diminta kepada para pedagang negeri Syam. Ia pun segera memecat menteri
kepercayaannya ini. Karena sakit hati, Kaludius melakukan pemberontakan. Ia
mengumpulkan orang-orang yang sepihak dengannya dan menyerang Daqianus.
Pasukan Daqianus dipimpin oleh Nasthas ayah dari Martas kemudian gugur dalam
peperangan tersebut. Namun walaupun Narthas gugur kemenangan tetap berada di
tangan Daqianus. Kaludius kemudian ditangkap dan dikirim ke Romawi untuk
dipenggal.
Sementara itu, di rumah Maksalaminaya, seorang pengikut ajaran Nabi Isa
as, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Daqianus tiba-tiba rumahnya
diketuk. Masiklaminaya membukakan pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martus,
sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru
saja menimpah negerinya. Mereka berdua ialah orang-orang yang kehilangan
orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu.
Tidak lama mereka bercakap-cakap. Pintu rumah kembali diketuk. Ternyata
mereka adalah Nairawis dan Dainamus. Dainamus ialah seorang pedagang yang
selalu tertindas dalam ketidak adilan oleh para pedagang besar orang-orang
romawi. Mereka berempat terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga
akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh dengan kenistaan
dan jauh dari Tuhan.
Mereka berempat inilah orang-orang dari Ashabul Kahfi.
4
Saat berada di rumah Maksalaminaya. Mereka mendengarkan kitab Injil
yang diperoleh dari Hawari Narthusia. Injil ini kemudian dibacakan oleh
Maksalaminaya. Pintu ditutup rapat agar tidak terdengar oleh mata-mata dari
Daqianus.
5
“Kami lari untuk mencari tempat dimana kami bisa menyembah Allah
dengan tenang”
“Apakah kalian berasal dari kota yang pemerintahannya kejam, Daqianus?”
“Benar sekali. Engkau sendiri siapa?”
“Aku sudah tahun tinggal di kota itu. Daqianus memerintahkan aku untuk
menyembah berhala, namun aku enggan melaksanakannya. Ia memerintahkan
prajuritnya untuk membunuhku dan merampas tanahku. Aku tidak tahu harus
tinggal dimana. Makanya, ku bangun gubuk kecil ini”
“Kalau begitu bergabunglah bersama kami…”
“Namaku Yamlikha” potong pria itu.
“Sebaiknya engkau dan anjingmu ikut kami, Yamlikha,” tawar Nairawis
“Kita akan pergi jauh.. jauh sekali sampai kita tiak dapat terlihat oleh mata
Daqianus yang congkak itu” tambah Masaklaminaya.
Disinilah cikal bakal pelarian pemuda Ashabul Kahfi dalam perjalanan
mereka kemudian beristirahat dalam sebuah gua. Dan tidak henti-hentinya
meminta perlindungan kepada Allah swt.
Allah swt menjadikan gua ini tampak menyeramkan sehingga siapa pun
yang medekati gua ini, akan terbesit ketakutan dan tak berani memasukinya. Ke
tujuh pemuda dan Mereka tinggal di dalam gua itu dalam keadaan tertidur selama
tiga ratus sembilan tahun (309 tahun), Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
َ َولَبِثُوا فِي َك ْهفِ ِه ْم ثَاَل
ْ ث ِمائَ ٍة ِسنِينَ َو
ازدَادُوا تِ ْسعًا
“Dan mereka tinggal dalam gua tersebut (selama) tiga ratus tahun dan
ditambah sembilan tahun (lagi).” (Al-Kahfi: 25)
Lalu Allah subhanahu wa ta’ala membangunkan mereka agar saling
bertanya-tanya di antara mereka sudah berapa lamakah mereka tinggal di dalam
gua?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
الُوا َربُّ ُك ْم أَ ْعلَ ُمjjَوْ ٍم ۚ قjjَْض ي َ ََو َك ٰ َذلِكَ بَ َع ْثنَاهُ ْم لِيَتَ َسا َءلُوا بَ ْينَهُ ْم ۚ ق
َ ال قَائِ ٌل ِّم ْنهُ ْم َك ْم لَبِ ْثتُ ْم ۖ قَالُوا لَبِ ْثنَا يَوْ ًما أَوْ بَع
بِ َما لَبِ ْثتُ ْم
6
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di
antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sudah berapa
lamakah kamu berada (di sini?).” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari
atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Rabb kalian lebih mengetahui
berapa lamanya kalian berada (di sini).” (Al-Kahfi: 19)
7
berlaku adil dan sangat bijaksan. Negeri Syam kini menjadi negeri yang makmur
dan rakyatnya terhindar dari kemiskinan.
Suatu hari, sekelompok penganut ajaran sesat mempengaruhi orang-orang
agar tidak percaya dengan adanya kehidupan setelah mati. Dan menentang apa
yang dikatakan oleh ajaran Nabi Isa as.
Mendengar berita tentang sekelompok penyebar ajaran sesat ini. Gebernur
Syam segera memanggil mereka ke istana. Gebernur menasiihati mereka agar
segera bertaubat dengan apa yang telah mereka katakana. Namun, usahanya sia
sia. Mereka tetap tidak merubah pendiriannya. Mereka kemudian dipenjara. Dan
dalam penjara Gubernur sering mengunjungi mereka dan melakukan debat
terbuka. Gubernur berusaha memberikan contoh kehidupan kepada mereka agar
mereka menyadari perbuatannya, namun tetap saja mereka tidak bergeming.
Sang Gubernur kemudian mendirikan shalat dan berdoa kepada Allah swt
agar diberi petunjuk. Malam harinya ia bermimpi melihat matahari terbit dari
balik gunung ar-Raqim. Setelah itu aku melihat pemuda yang teguh menyembah
Allah. Salah seorang diantara mereka berkata “Sebarkan berita gembira, Allah swt
telah mendengarkan doamu”
Sementara itu dalam gua. Bersamaan dengan terbitnya matahari, anjing
milik Masaklaminaya terbangun dari tidur panjangnya. Ia heran melihat tubuhnya
ditumbui bulu yang amat lebat dan tampak meyeramkan. Anjing itu kemudian
menemui tuannya yang masih tertidur dan membangunkannya dengan
gonggongan. Singkat cerita mereka semua terbangun dan kaget melihat keadaan
mereka yang berubah drastis. Kukuh mereka tak pernah di potong dan sangat
panjang. Mereka heran melihat mereka tidur dengan rambut yang masih pendek,
dan ketika mereka terbangun, rambut mereka melebihi tinggi mereka.
Salah seorang di antara mereka bertanya “Berapa hari kita tertidur” yang
lain menjawab “mungkin sehari atau setengah hari” “Hanya Allahlah yang
mengetahui berapa lama kita tertidur”
Bangun dari tidur panjang mereka dihimpit rasa lapar. Singkat cerita
Masaklaminaya beserta anjingnya keluar untuk membeli makanan. Sesampainya
di pasar orang-orang heran melihatnya ia tampak bagai monster dan tidak mirip
8
sama sekali dengan manusia. Ia memberikan uang dari 309 tahun lalu yang saat
ini tidak digunakan lagi. Peristiwa ini mengundang keributan hingga akhirnya
prajurit membawa Masaklaminaya ke istana.
“Celakalah aku, aku tertangkap” Gumam Masaklaminaya dalam hati. Ia
belum sadar dengan apa yang sebenarnya terjadi bahwa mereka telah tertidur
selama 309 tahun. Ia mencoba memberontak dari jerat prajurit.. “Teman-teman
tolog aku.. siapa pun tolong aku.. Ya Allah tolonglah aku..”
9
Sesampainya di gua Masaklaminaya berkata kepada Gubernur. “Tuan jika
teman-temanku mendengar deruh langkah prajurit Tuan, mungkin saja mereka
bisa mati ketakutan. Untuk itu biarkanlah hambah masuk terlebih dahulu”
“Baiklah, aku mengerti.. lakukanlah apa yang hendak kau lakukan”
Masaklaminaya kemudian menemui teman-temannya dengan tidak
membawa apa-apa.
“Ada apa Masaklaminaya, kenapa kau tidak membawa makanan?”
“Tenanglah saudaraku, akan kuceritakan apa yang sebenarnya terjadi”
Mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.. mereka sadar telah hidup pada
zaman yang amat jauh dengan kehidupan mereka. Ketujuh pemuda itu kemudian
berdoa kepada Allah agar nyawa mereka di cabut. Hingga Allah swt mengabulkan
doanya dan mengangkat mereka menghadap sang Ilahi dengan penuh kerinduan.
Sementera itu pasukan yang resah telah lama menunggu masuk ke gua dan
mendapati ke tujuh pemuda itu.. para penyebar ajaran sesat itu pun tak kuasa
menahan deruh air mata yang mengalir dan menyadari kekuasaan Allah swt dan
bersujud di hadapan ke tujuh pemuda tadi.. Maha Suci Allah dengan segalah
Kuasa-Nya.
10
oleh Allah, maka dia lah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang
disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun
yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (Al-Kahfi: 17)
2. Penjagaan Allah agar tubuh mereka tidak dimakan tanah, yaitu dengan dibolak-
balik tubuh mereka dalam tidur panjangnya itu, sehingga tubuh mereka tidak
rusak dimakan tanah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ِ َونُقَلِّبُهُ ْم َذاتَ ْاليَ ِمي ِن َو َذاتَ ال ِّش َما ِل ۖ َو َك ْلبُهُم بَا ِسطٌ ِذ َرا َع ْي ِه بِ ْال َو
صي ِد
“Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka
menjulurkan kedua kakinya di muka pintu gua.” (Al-Kahfi: 18)
3. Penjagaan Allah terhadap mereka dari orang-orang yang ingin mendekati
mereka dengan adanya rasa takut sehingga tidak berani mendekati mereka.
ۚ لَ ِو اطَّلَعْتَ َعلَ ْي ِه ْم لَ َولَّيْتَ ِم ْنهُ ْم فِ َرارًا َولَ ُملِ ْئتَ ِم ْنهُ ْم رُ ْعبًا
“Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari
mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh
ketakutan terhadap mereka.” (Al-Kahfi: 18)
11
seseorang menyimpan rahasia sehingga dapat menjauhkannya dari suatu
kejahatan.
4. Diterangkan dalam kisah ini betapa besar kecintaan para pemuda yang beriman
itu terhadap ajaran agama mereka. Dan bagaimana mereka sampai melarikan
diri, meninggalkan negeri mereka demi menyelamatkan diri dari segenap fitnah
yang akan menimpa agama mereka, untuk kembali pada Allah subhanahu wa
ta’ala.
5. Walaupun menakjubkan, kisah para penghuni gua ini bukanlah ayat Allah yang
paling ajaib. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai
ayat-ayat yang menakjubkan yang di dalamnya terdapat pelajaran berharga
bagi mereka yang mau memerhatikannya.
6. Sesungguhnya siapa saja yang berlindung kepada Allah, niscaya Allah
Subhanahu wa Ta’ala melindunginya dan lembut kepadanya, serta
menjadikannya sebagai sebab orang-orang yang sesat mendapat hidayah
(petunjuk). Di sini, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersikap lembut terhadap
mereka dalam tidur yang panjang ini, untuk menyelamatkan iman dan tubuh
mereka dari fitnah dan pembunuhan masyarakat mereka. Allah menjadikan
tidur ini sebagai bagian dari ayat-ayat (tanda kekuasaan)-Nya yang
menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah dan berlimpahnya kebaikan-
Nya. Juga agar hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa janji Allah itu adalah
suatu kebenaran.
7. Anjuran untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat sekaligus mencarinya.
Karena sesungguhnya Allah mengutus mereka adalah untuk hal itu. Dengan
pembahasan yang mereka lakukan dan pengetahuan manusia tentang keadaan
mereka, akan menghasilkan bukti dan ilmu atau keyakinan bahwa janji Allah
adalah benar, dan bahwa hari kiamat yang pasti terjadi bukanlah suatu hal yang
perlu disangsikan.
8. Adab kesopanan bagi mereka yang mengalami kesamaran atau ketidakjelasan
akan suatu masalah ilmu adalah hendaklah mengembalikannya kepada yang
mengetahuinya. Dan hendaknya dia berhenti dalam perkara yang dia tidak
ketahui.
12
9. Sahnya menunjuk wakil dalam jual beli, dan sah pula kerjasama dalam masalah
ini. Karena adanya dalil dari ucapan mereka dalam ayat:
فَا ْب َعثُوا أَ َح َد ُك ْم بِ َو ِرقِ ُك ْم هَ ِذ ِه إِلَى ْال َم ِد ْينَة
“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota membawa uang
perakmu ini.” (Al-Kahfi: 19)
10. Boleh memakan makanan yang baik dan memilih makanan yang disenangi
atau sesuai selera, selama tidak berbuat israf (boros atau berlebihan) yang
terlarang, berdasarkan dalil:
ٍ ط َعا ًما فَ ْليَأْتِ ُك ْم بِ ِر ْز
ُق ِم ْنه َ فَ ْليَ ْنظُرْ أَيُّهَا أَ ْز َكى
“Hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia
membawa makanan itu untukmu.” (Al-Kahfi: 19).
11. Disebutkan dalam kisah ini betapa luasnya akibat buruk dari kemudaratan dan
kerusakan yang menumbuhkan kebencian dan upaya meninggalkannya. Dan
sesungguhnya jalan ini adalah jalan yang ditempuh kaum mukminin.
12. Bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ِ قَا َل الَّ ِذ ْينَ َغلَبُوا َعلَى أَ ْم ِر ِه ْم لَنَتَّ ِخ َذ َّن َعلَ ْي ِه ْم َمس
ْجدًا
“Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: ‘Sungguh kami
tentu akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atas mereka’.” (Al-Kahfi: 21)
Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa masyarakat di mana mereka hidup
(setelah bangun dari tidur panjang) adalah orang-orang yang mengerti agama.
Hal ini diketahui karena mereka sangat menghormati para pemuda itu
sehingga sangat berkeinginan membangun rumah ibadah di atas gua mereka.
Dan walaupun ini dilarang –terutama dalam syariat agama kita– tetapi tujuan
diceritakannya hal ini adalah sebagai keterangan bahwa rasa takut yang
begitu besar yang dirasakan oleh para pemuda tersebut akan fitnah yang
mengancam keimanannya, serta masuknya mereka ke dalam gua telah Allah
Subhanahu wa Ta’ala gantikan sesudah itu dengan keamanan dan
penghormatan yang luar biasa dari manusia. Dan ini adalah ketetapan Allah
Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang yang menempuh suatu kesulitan karena
Allah, di mana Dia jadikan baginya akhir perjalanan yang sangat terpuji.
13
13. Pembahasan yang berbelit-belit dan tidak bermanfaat adalah suatu hal yang
tidak pantas untuk ditekuni, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ار فِ ْي ِه ْم إالَّ ِم َرا ًء ظَا ِهرًا
ِ فَالَ تُ َم
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah
subhanahu wa ta’ala, yang meyakini bahwa tidak ada yang berhak diibadahi
kecuali Allah subhanahu wa ta’ala semata, mereka teguh di atas keyakinan yang
benar tersebut. Meskipun harus bertentangan dengan mayoritas kaum mereka
yang berada dalam kesesatan, dan kesyirikan (menyekutukan Allah subhanahu wa
ta’ala dengan sesembahan selain Allah subhanahu wa ta’ala).
Allah menjaga tubuh mereka agar tidak rusak. Di antara bentuk penjagaan
Allah subhanahu wa ta’ala adalah: Sinar matahari tidak masuk ke dalam gua,
sehingga tidak langsung mengenai tubuh mereka, Penjagaan Allah agar tubuh
mereka tidak dimakan tanah, Penjagaan Allah terhadap mereka dari orang-orang
yang ingin mendekati mereka dengan adanya rasa takut sehingga tidak berani
mendekati mereka.
Banyak sekali pelajaran yang harus diambil dari kisah Ashabul Khafi
diantaranya, kebenaran adanya hari kiamat, yang manusia pada hari itu
dibangkitkan dari kubur-kuburnya, menangnya orang-orang yang beriman
terhadap orang-orang kafir, melalui kisah ini kita dianjurkan untuk berhati-hati
dan menjauhi tempat-tempat yang dapat menimbulkan fitnah bagi agama
seseorang, dan lain-lain.
15