Anda di halaman 1dari 3

A.

Validitas Logis (Internal)

Validitas logis atau validitas penalaran adalah instrument yang kondisinya memenuhi
persyaratan berdasarkan penalaran. Artinya adalah validitas logis dapat dicapai jika suatu
instrument disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada. Ada dua macam validitas logis
yaitu:

a) Validitas Isi (content validity)

Validitas isi bagi sebuah instrument menunjukan suatu kondisi yang disusun berdasarkan isi
materi pelajaran yang akan di evaluasi. Jadi sebuah instrument pada validitas isi harus di validasi
oleh orang yang ahli dibidangnya. Orang yang menvalidasi disebut sebagai validator. Untuk
mengetahui apakah instrumen tes itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui penelaahan kisi-
kisi instrumen untuk memastikan bahwa butir-butir instrumen itu sudah mewakili atau
mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Adapun validasi yang dinilai oleh validator adalah:

(1) Kesesuaian antara indikator dan butir soal

(2) Kejelasan bahasa atau gambar dalam soal

(3) Kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa dan

(4) Kebenaran materi atau konsep.

b) Validitas Konstruk (construct validity)

Sedangkan validitas konstrak adalah berdasarkan kondisi sebuah instrument yang disusun
pada aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Konstruk (construct) adalah suatu
kerangka dari suatu konsep yang tidak dapat dilihat. Kerangka konsep ini penting dalam
penyusunan dan pengembangan instrumen pengukuran/ penilaian. Menurut Thorndike
(1997:175) validitas konstruk adalah suatu kerangka phsychologi mengacu pada sesuatu konsep
yang tidak tampak tetapi secara harfiah konsep itu digunakan dalam penyusunan instrumen
dalam perilaku yang diamati. Tujuan pengujian validitas ini adalah untuk mendapatkan bukti
tentang sejauhmana hasil pengukuran memeriksa konstruk yang diukur. Dalam pengembangan
instrumen ini dilakukan dua tahap analisis kesahihan konstruk yaitu:
1) Tahap Teoritik

Pada tahap teoriti, yaitu dengan cara penilaian rancangan instrumen oleh sejumlah penilai
yang menguasai masalah pengembangan instrumen dan melalui kajian pustaka.

2) Tahap empirik

Tahap empirik adalah berdasarkan uji coba instrumen kepada sejumlah responden uji coba.
Proses validasi konstruk melalui panel) dimaksudkan untuk: (1) memeriksa instrumen mulai dari
konstruk sampai penyusunan butir, dan (2) untuk menilai butir itu sendiri. Adapun langkah-
langkah teknik menilai butir salah satu adalah dengan membuat pertanyaan yang relevan untuk
variabel yang hendak diukur. Dalam melakukan penilaian butir soal Djaali dan Muljono
(2004:96) mengatakan bahwa metode penilaian butir dapat dilakukan dengan beberapa cara,
misalnya dengan metode Thurstone dan Pair Comparison. Hasil penilaian sejumlah penilai yang
berupa sekor dari satu sampai sebelas dilanjutkan dengan penentuan nilai median (Md) dan
kuartil (Q). Semakin tinggi nilai median, berarti pernyataan semakin baik atau semakin relevan
untuk mengukur indikator variabel yang hendak diukur, Semakin kecil nilai Q = (Q3 -Q1),
berarti semakin kuat persetujuan panel.

B. Validitas Empiris (Eksternal)

Validitas eksternal atau empiris sebuah instrument diuji dengan cara membandingkan antara
kriteria yang ada pada isntrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Menurut
Sugiyono (2010 : 183) bahwa instrument penelitian yang mempunyai validitas ekternal yang
tinggi mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas ekternal yang tinggi pula. Ada dua
macam validitas empiris, yaitu yang pertama adalah validitas ada sekarang (concurrent validity )
dan yang kedua adalah validitas prediksi (predictive validity). Untuk lebih jelasnya kita bahas
kedua validitas tersebut sebagai berikut:

a) Validitas ada sekarang (concurrent validity )

Validitas ada sekarang (concurrent validity) adalah intrumen yang kondisinya sesuai
dengan kriterium yang sudah tersedia, dan yang sudah ada. Menurut Suharsimi Arikunto ( 1999 :
68) Sebuah tes dikatan memiliki memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman. Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat
banding, sehingga hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan. Misalnya seorang guru
matematika ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum, maka
diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Contohnya nilai hasil
ulangan harian atau nilai ujian sumatif yang lalu.

b) Validitas prediksi ( predictive validity)

Validitas prediksi ( predictive validity) adalah instrument yang kondisinya sesuai dengan
kriterium yang diramalkan akan terjadi. Misalnya tes mengikuti Seleksi Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SMPTN) adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta
tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang. Calon tes yang tersaring berdasarkan hasil
tes diharapkan mencerminkan tinggi-rendahnya kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai tesnya
mendapatkan nilai yang tinggi tentu menjamin keberhasilan diperkuliahan kelak. Dan sebaliknya
jika calon peserta tes tidak lulus tes maka diprediksi akan tidak mampu mengikuti perkuliahan
yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai