PENGGUNAAN.MEDIA.PLAYDOUGH.UNTUK.MENINGKATKAN
KEMAMPUAN.MOTORIK.HALUS.ANAK.CEREBRA.PALSY
KELAS.III .SLB.NEGERI.CAMPALAGIAN
KABUPATEN.POLMAN
MUSDALIFA.TH
1745042025
JURUSAN1PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS2ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS3NEGERI MAKASSAR
2022
PENGGUNAAN1MEDIA2PLAYDOUGH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUANMOTORIK HALUS3ANAK CEREBRAL PALSY
KELAS III SLB6NEGERI CAMPALAGIAN
KABUPATEN5POLMAN
SKRIPSI
MUSDALIFA.TH
1745042025
JURUSAN1PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS2ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI 2MAKASSAR
2022
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama : Musdalifa. TH
Nim : 1745042025
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
jiplakan atau mengandung unsur plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku
Musdalifa. TH
v
MOTTO DAN PERUNTUKKAN
membuahkan hasil’’
vi
ABSTRAK
vii
PRAKATA
SWT yang sudah melimpahkan rahmat & karunia-NYA Shalawat & salam
semoga dilimpahkan pada makluk Allah yang mulia, oleh pemberi petunjuk &
Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB Negeri
membesarkan11penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus, yang
Muh Tansar, dan Idamuliana yang selalu mendoakan dan memberi semangat
kepada penulis.
viii
Penghormatan dan ucapan terima kasih22sedalam-dalamnya penulis
terimakasihikepada:
ix
Universitas Negeri Makassar yang telah memberikan bimbingan dan
4. Dr. Usman, M.Si sebagai Ketua Ujian Skripsi. Dra. Tatiana Meidina, M.Si.
di sekolah tersebut. Hasuri S, SPd selaku Guru Kelas III di SLB Negeri
selama penelitian.
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar, terima kasih atas doa dan
x
9. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu per
satu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan semoga Allah
Saran serta kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulisaberharap skripsi ini dapat
pendidikanaKhusus.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ii
ABSTRAK vii
PRAKATA viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN
PERTANYAAN PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka 7
xiii
B. Karangka Pikir 19
C. Pertanyaan Penelitian 21
D. Subjek Penelitian 26
A. Hasil Penelitian 35
xiv
Kondisi Baseline 2 (A2)
2(A2)
B. Pembahasan 74
A. Kesimpulan 77
B. Saran 78
DAFTAR PUSTAKA 79
LAMPIRAN 81
xv
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
xvi
DAFTAR GRAFIK
No Grafik Halaman
Kondisi Baseline1(A1) 36
Intervensi (B) 46
Baseline 2(A2) 55
4.10 Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB
xvii
pada Kondisi Baseline 1(A1), Intervensi (B) dan Baseline 2(A2)
xviii
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
xix
4.14 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Motorik Halus pada 50
Kondisi Intervensi (B)
xx
4.30 Perubahan Level Kemampuan Motorik Halus 68
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
3. Persuratan 136
xxii
BAB I
PENDAHULUANAN
A. Latar2Belakang Masalah
seorang anak, bermain dan belajar anak dapat memperoleh pengetahuan dan
kognitif, emosional, dan psikomotor. Bermain tidak lepas dari kegiatan yang
seorang anak.
palsy (CP) usia sekolah, secara teori perkembangan motorik meliputi motorik
halus dan kasar, permaianan motorik halus berfokus pada aktivitas yang
yang terlibat dengan pengendalian fungsi motorik (Windasari dan Hasan, 2019).
Oleh karena itu cerebral palsy mengalami kerusakan otak, sehingga dapatlah
1
2
lainnya. Tujuan keterampilan motorik halus anak cerebral palsy adalah melatih9
kelenturan dan koordinasi otot jari tangan untuk melakukan aktivitas motorik.
anak diberikan tes untuk mengambil suatu benda, anak tersebut masih kesulitan
untuk mengambilnya bahkan benda yang dipegangnya pun terkadang terjatuh. Tes
yang dilakukan sebanyak 34kali pada hari yang berbeda, namun hasilnya tetap
diberikan.
Februari 2021, dengan guru kelas III berinisia HW. Guru kelas menjelaskan
rendah. Guru juga mengatakan bahwa pada saat pembelajaran anak kesulitan
dalam memegang alat tulis sehingga anak dibantu dan kesulitan hal-hal yang
sunyek SA.
spastik quedraplegia. Fakta ini diperoleh dari hasil assessmentyaitu ketika subjek
merasakan kaku pada kedua tungkai dan berdiri, merasa kesulitan, dan ketika
tangan dan kakinya, sehingga mengalami kesulitan saat ingin berdiri dan pada saat
subyek ingin berdiri memerlukan bantuan seperti berpegangan pada dinding atau
alat yang ada disekitarnya seperti berpegangan pada kursi saat ingin berdiri
begitupun dengan berjalan. Selain itu, subjek memiliki masalah dengan lengan
dan jari yang kaku. Akibat kekakuan ini, SA memiliki masalah dengan
keterampilan motorik halusnya jika masalah motorik halus tidak teratasi. Oleh
melatih otot-otot tangan. Selain itu, media playdough dapat berperan sebagai
latihan yang merangsang motorik halus siswa dan dapat meningkatkatkan motorik
MotorikaHalusiAnakqCerebrallPalsyyKelassIII3SLBiNegerifCampalagian
Kabupaten Polman’’.
B. Rumusan Masalah
Polman?’’
C. Tujuan Penelitian1
untukImengetahui :
diberikanxintervensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritisk
palsy.
2. Manfaat Praktisi
memberi stimulus tentang warna dan menarik minat bagi murid untuk
belajar.
BAB II2
TINJAUANnPUSTAKA, KERANGAKA PIKIRrDAN PERTANYAANn
PENELITIAN
A. Tinjauan PustakaA
1. Hakikat/Media Playdoughu
a. Pengertian8Media Playdough
berisi standar alat permaianan yang murah, serta layak untuk fleksibilitas
mainan yang berbentuk modern dari tanah liat atau dari campuran tepung terigu.
Playdough juga merupakan salah satu media pembelajaranjyang murah dan bahan
sebagai berikut:
meremas.
memotong playdough.
9
3. Melatih kekuatan otot-otot tangan dan jari-jari yang kaku pada tangan
bentuk.
5. Melatih kehalusan gerak tangan dan jari tangan dalam kegiatan mengisi
kekurangan, baik dari segi materi, produksi media, dan penanganan media.
sebagai berikut :
pembuatan3playdough.
a. Pengertian MotorikwHalus
Ada 2 jenis gerakan motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus.
dengan penyesuaian garak mata dan tangan yang efisien, tepat,dan adaptif. Contoh
coret, menyusun balok, memotong dan menulis. Keterbatasan ini sesuai dengan
yaitu sebagai kemampuan bagi anak untuk melakukan aktivitas otot kecil seperti
halus mengorganisir penggunaan sekelompok otot kecil, seperti jari tangan dan
Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 10 menjelaskan bahwa motorik halus mencakup
Khususnya motorik halus mempunyai fungsi yang sangat diperlukan bagi anak
berikut :
motorik halus,yaitu :
mata dengan keterampilan motorik kedua tangan dan jari-jarinya sehingga siswa
lebih mandiri.
c. Tujuan7Pengembangan8Motorik9Halus
seni.
adalah:
dan telapak tangan dengan lebih baik, sehingga anak diharapkan lebih mandiri
d. Unsur-unsur1Motorik Halus
Pembelajaran motorik pada dasarnya tidak dapat terlepas dari unsur dasar
peroleh7.
14
kemampuan motorik halus anak adalah koordinasi mata dan tangan, kelenturan,
dan kelenturan. Namun penelitian ini terfokus pada koordinasi mata dan tangan,
dipengaruhi oleh nutrisi, status kesehatan, dan pengobatan yang bergerak dengan
perkembangannya.
meliputi:
3. HakikatiCerebral2Palsy
a. Pengertian Cerebralypalsy
pada jaringan otak. Postur tubuh yang terjadi pada usia (sejak lahir) dan
spastik, kelaianan basalis dan serebellum serta kelainan mental dan menunjukkan
adalah salah satu bentuk cedera otak traumatis yang mempengaruhi kontrol
motorik.
adalah suatu kondisi yang terdapat kerusakan pada jaringan otak sehingga
2019:16)
a. Infeksi yang dialami oleh ibu ketika hamil, yaitu beberapa infeksi
pertama
penyakit toksplasmosis.
(keracunan kehamilan).
cerebral palsy disebabkan tiga hal yaitu sebab sebelum kelahiran(pranatal), sebab
Klasifikasi cerebral palsy ada beberapa macam salah satu diantaranya dapat
cerebral palsy terbagi menjadi 3 yaitu berdasarkan derajat kecacatan yang ada
ringan, sedang, dan berat. Kemudian kedua itu berdasarkan jumlah anggota gerak
yang mengalami kelainan yang terbagi menjadi 4 yaitu ada monoplegia, deplegia,
palsy yang dilihat dari gejala pergerakan otot yang terbagi benjadi 4 bagian ada
4. Kaitan5Penggunaan6Media7Playdough8Untuk9Meningkatkan
Kemampuan 5Motorik9Halus Anak0Cerebral Palsy
sangat cocok menggunaka media playdough karena anak yang akan dilatihkan ini
B. Kerangka Pikir
motorik halus, yaitu mengalami kesulitan dalam aktivitas motorik halus yang
dialami subjek yang berinisial SA. Jika tidak ditemukan pemecahan masalah, hal
kinerja motorik halus. Oleh karena itu, dengan mengulangi latihan motorik halus
playdough bagi siswa Cerebral Palsy SA secara berulang -ulang maka kesulitan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian kerangka berfikir penelitian
berikut:
Masalah
Kemampuan motorik9halus Treatment
Cerebral Palsy0masih rendah dengan latihan
menggunakan playdough
C. Pertanyaan Penelitian
intervensi (beselinei1/A1)?
intervensi (Baseline 1/A1), saat diberi intervensi (B), dan saat setelahodiberi
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatanxpenelitianoyangydigunakanidalamapenelitian9inikadalah
motorik anak cerebral palsy kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten
menemukan data dalam bentuk angka sebagai alat untuk menganalisi informasi
yangvingin diketahui.
2. Jenis Penelitian
SSR (Single Subjek Research). SSR merupakan metode penelitian dengan subjek
tunggal atau Single Subject Research yaitu suatu metode yang bertujuan untuk
hasil suatu metode. Perlakuan tertentu berulang. Hal ini sesuai dengan
subjek dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari perlakuan
yang ingin diubah dalam penelitian ini disebut dengan perilaku target, khususnya
motorik halus.
22
23
1. Variabel Penelitian
dan kemudian ditarik kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pandangan(Sunanto et al.,
2005)bahwa variabel adalah atribut atau ciri dari sesuatu yang berupa objek atau
(2). Variabel terikat disebut Perilaku sasaran/ Target Behavior” Ada satu variabel
playdough
2. Desain penelitian
tiga fase dengan tujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh perlakuan yang
sesudah intervensi. Strukturr dasar desain A-B-A dapat dilihat pada gambar
berikut :
24
Sesi (waktu)
Keterangan :
subjek5sebelum4diberikan5perlakuan5atau6sebelum7peneliti8mempunyai
apapun”
yang diberikan secara berulang dilanjutkan dengan jeda selama dua hari
25
untuk melihat apakah hasilnya mendekati atau tidak dapat dilihat bahwa
C. Defenisi OprasionalcVariabel
pada tangan dan jari melaui 3 unsur motorik halus yaitu kordinasi mata dan
membentuk kertas., dan unsur yang ke 3 ada kekuatan telapak dan jari
D. Subjek Penelitian
Profil7Subjek
1. Nama2Inisial : SA
3. Jenis8kelamin : Laki.-laki
5. Nama8orang tua :
a. Ayah : AR
b. ibu : NA
6. PekerjaanQorang tua
b. Ibu : Wiraswasta
Data KemampuanOAnak
a. Kondisi Umum
27
SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman orang tua subjek selalu membantu
tangannya bahkan dalam ADL subjek juga dibantu oleh orangtuannya dan ini
menyebabkan karena motorik halus dan motorik kasar subjek yang bermasalah
b. Kemampuan komunikasi
berkomunikasi namun masih bisa dimengerti sedikit apa yang diucapkan subjek,
SA ketika berkomunikasi dengan temannya juga masih bisa dimengerti apa yang
diucapkan walaupun kurang jelas tetapi temannya bisa mengerti apa yang
diucapkan SA, orang tua subjek juga tidak terlalu kesulitan dalam berkomunikasi
c. Kemampuan Akademik
pada kedua tangan subjek sehingga kesulitan dalam memegang dan mengemgam
alat tulis.
E. TeknikPengumpulan Data
Menurut1Sugiyono3(2010:308)3teknik2pengumpulan4data6merupakan
langkah4terpenting1penelitian,1karena2tujuan4utama5dari3penelitian8adalah
memperoleh data.
28
sebagai berikut :
Interval Kategori
80 –1100 Sangat1tinggi
60 –279 2Tinggi
561– 65 Cukup8
416– 55 5Rendah
≤ 413 Sangat2rendah
(Arikunto, 2006: 19
29
Tabel63.2Kisi-kisi1Tes Kemampuan3Motorik2Halus
Kriteria Penilaian : s
huruf
a. Apabila anak mampu melakukan tindakan sesuai yang di tentukan tanpa
b. Apabila anak tidak mampu melakukan tindakan yang telah di tentukan maka
di beri skor 0
1. Validasi8Instrumen
untuk9instrument0tes,ipenelitian0validitas3isi/dapat=dilakukan;,dengan
pemeriksaan8valititas0isi9dapat2dibantu8dengan9menggunakan10kisi-kisi
jumlah item (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah diuraikan dari indicator-
instrumen lebih lanjut, akan dikonsultasikan dengan ahli yang sesuai dengan
materi yang akan dibuat soal tes. Metode validasi meliputi diskusi dan
rekomendasi tertulis dan lisan. Saran validator adalah memodifikasi tes motorik
mengetahui validitas perangkat yang diuji. Alat tes ini meliputi 10 tes tindakan
2. Validasi Media
anakcerebral palsy. Kemudian desain media ini diujikan kepada satu ahli untuk
F. Teknis Analisis2Data
Teknik2analisis5data7yang8digunakan0dalam3penelitian4ini5adalah6teknik
termasuk analisis1kondisi.
intervensi.2Komponen8yang4dianalisis5meliputi:
a. Panjang9kondisi
b. Kecenderungan2arah
c. Kecenderungan1stabilitas3(trend stability)
konsisten data dalam suatu kondisi. Kestabilan data dapat ditentukan dengan
32
menghitung jumlah titik data dalam rentang, kemudian dibagi dengan jumlah titik
data dan dikalikan 100%. Jika persentase stabilitasnya sebesar 85-90% maka data
d. Jejak data
Jejak data adalah perubahan dari data satu level data ke level data lainnya
dalam suatu kondisi, perubahan dari satu level data ke level berikutnya dapat
e. Rentang
Rentang adalah jarak antara batas atas dan batas bawah. Rentang
memberikan informasi yang sama seperti pada analisis perubahan Level (level
change),
Perubahan level adalah jumlah perubahan antara dua data, perubahan data d
diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk memberikan gambaran
Dalam analisis data antar kondisi, yang terbaik adalah variabel dependen
atau perilaku target untuk fokus pada satu perilaku. Analisis berfokus pada
33
dampak atau pengaruh intervensi terhadap pada dampak atau pengaruh intervensi
Dalam data lintas kondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antara arah
kondisi, yaitu: (1) horizontal ke horizontal; (2) mendatar ke atas; (3) mendatar ke
kebawah; (4) menaik ke menaik; (5) menaik ke mendatar; (6) menaik ke menurun;
dalam seri data. Data dikatakan stabil jika menunjukkan arah (mendatar, menaik,
Perubahan level data menunjukkan berapa banyak data yang telah berubah.
Tingkat perubahan data antar kondisi dinyatakan sebagai selisih antara data
terakhir kondisi pertama (baseline) dan data pertama pada kondisi berikutnya
Data overlap artinya terjadi data yang sama pada kedua kondisi (baseline
dengan intervensi). Data yang tumpang tindih tidak menunjukkan perubahan pada
34
kedua kondisi tersebut. Misalnya, jika data pada kondisi baseline lebih dari 90%
yang tumpang tindih pada kondisi intervensi. Jadi, kita tahu bahwa tidak mungkin
Dalam penelitian ini, grafik yang digunakan untuk analisis data adalah
kinerja eksperiment.
menggunakan persentase adalah peneliti akan mempelajari hasil tes sebelum dan
sesudah perlakuan dengan cara menghitung skor motorik halus anak/subjek yaitu:
diambil skor kemampuan anak, yang benar dibagi skor keseluruhan dan dikalikan
100.
BAB IV
HASIL2PENELITIAN3DAN4PEMBAHASAN
A. Hasil5Penelitian
Polman.
merupakan8analisis3yang2dilakukan3untuk9melihat2perubahan1data8dalam4satu
kondisi yaitu kondis baseline 1(A1). Hal ini dilakukan untuk memastikan
1 10 3 30
2 10 3 30
3 10 3 30
tersebut7Sebagai berikut :
Baseline 1
100
Nilai Kemampuan motorik halus
melalui latihan bermain
80
60
playdough
40
30 30 30
20
0
1 2 3
Sesi
Komponen-komponen2yang2akan6dianalisis7pada9kondisi0baseline 1(A1)
adalah:
37
1) Panjang1kondisi2(Condition3Lenght)
dilihat1pada2tabel34.2 berikut :
Kondisi Panjang8Kondisi
Baseline 1 (A1) 3
Panjang kondisi pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah sesi pada
kondisi baseline 1 (A1) dari sesi pertama hingga sesi ketiga, identik atau konstan
100%.
2) Estimasi1Kecenderungan2Arah
Estimasi1kecenderungan2arah3dilakukan4untuk5melihat6peningkatan
langkah-langkahnya6menggunakan1metode2belah3tengah4adalah5sebagai
berikut :
a) Pisahkan data5menjadi3dua7bagian6pada9kondisi9baseline41(A1).
b) Data dipecah menjadi dua bagian kemudian dibagi menjadi dua bagian.
38
c) Tentukan posisi median dari setiap belahan. Gambaran garis yang sejajar
belahan.
Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara
garis grafik dengan garis kanan dan kiri, garinya naik, mendatar atau menurun.
Kecenderungan arah pada kondisi baseline 1(A1) dapat dilihat dalam tampilan
Baseline11 (A1)
100
Kemampuan motorik halus Melalui
90
latihnan bermain playdough
80
Kecenderungan Arah
70
60
50
40 30 30 30
30
20
10
0
1 2 3
Sesi
Grafik4.2KecenderunganArahKemampuan Motorik Halus Melalui
Latihan BermainPlaydough Pada KondisiBaseline 1 (A1)
pada1kondisi2baseline31(A1)4diperoleh5kecenderungan6arah7mendatar8artinya
melalui latihan bermain playdough, hal ini dapat dilihat pada sesi pertama sampai
sebagai berikut :
data skor mendapatkan stabilitas dibawa itu maka dikatakan tidak stabil atau
= 30+30+30
3
= 90
3
= 30.
30 x0.15 = 4.5
40
Untuk melihat cenderung stabil atau tidak stabilnya data pada baseline
1(A1) maka data diatas dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut :
Baseline 1 (A1)
Trend Stability Baseline 1 (A1)
Kemampuan motorik halus
Melalui latihan bermain
100
80
60
playdough
40
20
0
1 2 3
Sesi
100%. Jika kecenderungan stabilitas yang diporoleh stabil, maka proses intervensi
Kecenderunganstabilitas Stabil
100%
pada kondisi baseline 1(A1) berada pada persentase 100% masuk pada kategori
stabil yang artinya kemampuan motorik halus melalui latihan bermain playdough
kecenderungan arah di atas. Pada tabel 4.5 dapat dimasukkan seperti di bawah ini:
Tabel 4.5 Kecenderungan Jejak Data Kemampuan Motorik Halus melalui Latihan
BermainPlaydough pada Kondisi Baseline 1 (A1)
kondisi baseline 1(A1) mendatar. Artinya tidak terjadi perubahan data dalam
kondisi ini, hal ini dapat dilihat pada sesi pertama sampai pada sesi ketiga nilai
42
yang diperoleh subyek SA tetap. Maknanya, pada tes kemampuan motorik halus
pada sesi pertama sampai pada sesi ketiga tetap karena subyek SA belum mampu
Tabel 4.6 LevelStabilitas dan Rentang Kemampuan Motorik Halus pada Kondisi
baseline 1 (A1)
yang telah dihitung bahwa pada kondisi baseline 1(A1) pada sesi pertama sampai
sesi ketiga datanya stabil 100% dengan rentang 30 sampai dengan 30-30.
Perubahan level dilakukan dengan cara menandai data pertama dengan data
terakhir pada kondisi baseline 1(A1). Hitunglah selisih antara kedua data dan
tentukan arah menaik atau menurun dan kemudian beri tanda (+) jika naik, (-) jika
Perubahan level pada penelitian ini untuk melihat bagaimana data pada sesi
terakhir. Pada kondisi baseline 1(A1) pada sesi pertama hingga terakhir data yang
diperoleh sama yakni 30 atau tidak mengalami perubahan level yang artinya nilai
43
yang diperoleh anak pada kondisi baseline 1(A1) tidak berubah atau tetap. Jadi
Baseline 1 30 - 30 0
(A1)
Level perubahan data pada setiap kondisi baseline 1 (A1) dapat ditulis
Tabel 4.8 Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus pada kondisi
baseline 1 (A1)
untuk melihat perubahan data dalam satu kondisi yaitu kondisi Intervensi
(B).Adapun data hasil kemampuan motorik halus pada kondisi Intervensi (B)
dilakukan sebanyak 10 sesi, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
44
Intervensi (B)
4 10 4 40
5 10 5 50
6 10 6 60
7 10 7 70
8 10 8 80
9 10 9 90
10 10 10 100
11 10 10 100
12 10 10 100
13 10 10 100
motorik halus pada kondisi Intervensi (B), maka data di atas dapat dibuatkan
Grafik 4.4 Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III
dalam Kondisi Intervensi
Intervensi (B)
Nilai Kemampuan motorik halus
90 90
80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30
20
10
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sesi
45
menunjukkan setiap sesi dalam kondisi Intervensi (B). Secara visual panjang
Tabel 4.10 Data panjang kondisi Intervensi (B) Kemampuan Motorik Halus
Intervensi(B) 10
Motorik Halus subyek SA pada kondisi Intervensi (B) dari sesi keempat sampai
sesi ketigabelas mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena diberikan
motorik halusanak.
kemampuan motorik halus anak yang digambarkan oleh garis naik, sejajar, atau
b) Data yang telah dibagi dua kemudian dibagi lagi menjadi dua bagian.
Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara
garis grafik dengan garis kanan dan kiri, garisnya naik, mendatar atau menurun.
Kecenderungan arah pada kondisi Intervensi (B) dapat dilihat dalam tampilan
Intervensi (B)
Kemampuan Motorik Halus melalui
90
80 80
Penggunaan Playdough
70
60 60
50
40 40
20
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sesi
halus anak pada kondisi Intervensi (B) yaitu kecenderungan arahnya menaik,
terlihat jelas pada garis grafik pada sesi 4 s/d 13 yang menunjukkan adanya
peningkatan yang diperoleh oleh subjek SA dengan nilai yang berkisar 40 – 100,
nilai ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi baseline 1 (A1), hal ini
47
sebagai berikut :
anak pada kondisi Intervensi (B) digunakan kriteria stabilitas 15%. Presentase
mendapatkan stabilitas di bawah itu maka dikatakan tidak stabil atau variabel
(Sunanto, 2006).
= 40+50+60+70+80+90+100+100+100+100 = 790 = 79
10 10
100 X 0.15 = 15
48
79 - 7,5 = 71,5
Untuk melihat cenderung stabil atau tidak stabilnya data pada Intervensi (B)
Intervensi
Melalui Penggunaan Playdough
Trend Stability Intervensi (B)
Sesi
halus pada kondisi Intervensi (B) adalah 10 %, maka data yang diperoleh tidak
pada kriteria stabilitas yang telah ditetapkan yaitu apabila presentase stabilitas
sebesar 85%-100% dikatakan stabil, sedangkan di bawah itu dikatakan tidak stabil
playdough anak mengalami tidak stabil atau variabel tetap nilai yang diperoleh
kondisi Intervensi (B) berada pada presentase 10 % yang artinya tidak stabil
(variabel) karena hasil presentase berada di bawah kriteria stabilitas yang telah
ditentukan.
kecenderungan arah di atas. Dengan demikian pada tabel 4.13 dapat dimasukkan
dalam kondisi Intervensi (B) menaik. Artinya terjadi perubahan data dalam
kondisi ini (meningkat). Hal ini dapat dilihat jelas dengan perolehan nilai subyek
SA yang cenderung meningkat dari sesi ketiga sampai sesi ketiga belas dengan
Tabel 4.14 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Motorik Halus pada
kondisi Intervensi (B)
40–100
pada tabel 4.14 sebagaimana yang telah dihitung bahwa pada kondisi Intervensi
(B) pada sesi keempat sampai sesi ketiga belas datanya tidak stabil yaitu 10%, hal
51
ini dikarenakan data kemampuan motorik halus yang diperoleh subyek bervariasi
namun datanya meningkat dengan rentang 40 sampai dengan 100. Artinya terjadi
peningkatan kemampuan motorik halus subyek SA dari sesi kempat sampai sesi
ketiga belas. Dimana angka terkecil yang diperoleh yaitu 40 dan angka yang
dengan data terakhir (sesi 13) pada kondisi Intervensi (B). Hitunglah selisih antara
kedua data dan tentukan arah menaik atau menurun dan kemudian beri tanda (+)
jika menaik, (-) jika menurun, dan (=) jika tidak ada perubahan.
Perubahan level pada penelitian ini untuk melihat bagaimana data pada sesi
terakhir. Pada kondisi Intervensi (B) pada sesi pertama yakni 40 dan sesi terakhir
yakni 100, hal ini berarti pada kondisi Intervensi (B) terjadi perubahan level
sebanyak 60, artinya nilai kemampuan motorik halus yang diperoleh subyek SA
mengalami peningkatan atau menaik, hal ini karena adanya pengaruh baik dari
motorik halusnya. Pada tabel 4.15 dapat dimasukkan seperti di bawah ini:
Intervensi 40 100 60
(B)
52
Level perubahan data pada setiap kondisi Intervensi (B) dapat ditulis
Tabel 4.16 Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus pada kondisi
Intervensi (B)
Kondisi Intervensi
3. Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB Negeri
Campalagian Kabupaten Polman Melalui Penggunaan Media
Playdough pada KondisiBaseline 2 (A2)
untuk melihat perubahan data dalam satu kondisi yaitu kondisi Baseline 2 (A2).
kondisi Baseline 2(A2) dilakukan sebanyak 3 sesi, dapat dilihat pada tabel 4.17
berikut ini:
Baseline 2 (A2)
14 10 9 90
15 10 9 90
16 10 9 90
motorik halus melalui peggunaan playdough pada kondisi Baseline 2(A2), maka
data di atas dapat dibuatkan grafik. Hal ini dilakukan agar dapat dengan mudah
53
Baseline 2 (A2)
Nilai Kemampuan Motorik Halus
100
Melalui Penggunaan Playdough
90 90 90 90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
14 15 16
Sesi
Tabel 4.18 Data panjang kondisi Baseline 2 (A2) Kemampuan Motorik Halus
Baseline 2 (A2) 3
54
darisesikeempatbelassampaisesikeenambelasmeningkat.
2) EstimasiKecenderunganArah
digambarkan oleh garis naik, sejajar, atau turun, dengan menggunakan metode
b) Data yang telah dibagi dua kemudian dibagi lagi menjadi dua bagian.
Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara
garis grafik dengan garis kanan dan kiri, garisnya naik, mendatar atau menurun.
Kecenderungan arah pada kondisi Baseline 2(A2). Dapat dilihat dalam tampilan
100
halus pada kondisi Baseline 2(A2) dapat dilihat bahwa kecenderungan arahnya
mendatar, artinya pada kondisi ini kemampuan motorik halus subyek SA tidak
mengalami perubahan atau tetap (=),dapat dilihat dengan jelas pada grafik 4.8
intervensi(B), namun data perolehan nilai subjek SA pada kondisi ini lebih baik
sebagai berikut :
anak pada kondisi Baseline 2 (A2) digunakan kriteria stabilitas 15%. Presentase
mendapatkan stabilitas di bawah itu maka dikatakan tidak stabil atau variabel
(Sunanto, 2006).
= 90+90+90
3
= 270
3
= 90.
c) Menghitungbatasatas
(A2), maka data di atas dapat dilihat pada grafik 4.9 di bawah ini:
Baseline 2 (A2)
100
Kemampuan Motorik Halus melalui
96.75
90
90
Trend Stability Baseline 2 (A2)
90
80 83.25
Penggunaan Playdough
70
60
50
40
30
20
10
0
14 15 16
Sesi
halus anak pada kondisi Baseline 2 (A2) adalah 100%. Jika kecenderungan
stabilitas yang diperoleh berada diatas kriteria stabilitas yang telah ditetapkan,
Kecenderunganstabilitas Stabil
100%
kemampuan motorik halus subyek SA pada kondisi Baseline 2 (A2) berada pada
kecenderungan arah di atas. Pada tabel 4.21 dapat dimasukkan seperti di bawah
ini:
dalam kondisi Baseline 2 (A2) mendatar. Artinya terjadi perubahan data dalam
kondisi ini. Dapat dilihat dengan perolehan nilai subyek SA yang cenderung
tetap90. Maknanya yaitu subyek sudah mampu melakukan gerakan yang berkaitan
dengan motorik halusnya dengan baik, namun hasil tes pada sesi ini masih lebih
baik jika dibandingkan dengan nilai hasil tes pada Baseline 1 (A1).
59
Perubahan level dilakukan dengan cara menandai data pertama (sesi 14)
dengan data terakhir (sesi 16) pada kondisi Baseline 2 (A2). Hitunglah selisih
antara kedua data dan tentukan arah menaik atau menurun dan kemudian beri
tanda (+) jika menaik, (-) jika menurun, dan (=) jika tidak ada perubahan.
Perubahan level pada kondisi Baseline 2 (A2) sesi pertama 90 dan sesi
terakhir 90, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan level. Maknanya
mengalami berubah atau tetap (=)pada tabel 4.23 dapat dimasukkan seperti di
bawah ini:
60
Baseline 2 (A2) 90 - 90 0
Level perubahan data setiap kondisi Baseline 2 (A2) dapat ditulis seperti
Tabel 4.24 Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus pada kondisi
baseline 2 (A2)
Kondisi Baseline 2 (A2) sesi pertama 90 dan sesi terakhir 90, hal ini
subyek tidak berubah atau tetap. Artinya kemampuan motorik halus subyek
Jika data analisis dalam kondisi baseline 1(A1), intervensi (B) dan baseline
palsy kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman digabung menjadi
satu atau dimasukkan pada format rangkuman hasilnya yang dapat dilihat sebagai
berikut :
61
Baseline 1 (A1)
1 10 3 30
2 10 3 30
3 10 3 30
Intervensi (B)
4 10 4 40
5 10 5 50
6 10 6 60
7 10 7 70
8 10 8 80
9 10 9 90
10 10 10 100
11 10 10 100
12 10 10 100
13 10 10 100
Baseline 2 (A2)
14 10 9 90
15 10 9 90
16 10 9 90
62
Baseline 1 Baseline 2
100 100 100 100 100
90 90 90 90 90
Nilai Kemampuan Motorik Halus
80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30 30 30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sesi
Grafik 4.10 Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB
Negeri Campalagian Kabupaten Polman pada Kondisi Baseline 1
(A1), Intervensi (B) dan Baseline 2 (A2)
80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30 30 30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sesi
Kondisi A1 B A2
Panjang Kondisi 3 10 3
EstimasiKecenderunganArah
Jejak Data
sebagai berikut:
a. Panjang kondisi atau banyaknya sesi pada kondisi Baseline 1(A1) yang
b. Berdasarkan garis pada tabel di atas, diketahui bahwa pada kondisi Baseline 1
halus subyek SA dari sesi pertama sampai sesi keempat nilainya sama yaitu
30. Garis pada kondisi Intervensi (B) arahnya cenderung menaik artinya data
kemampuan motorik halus subyek SA dari sesi keempat sampai sesi ketiga
Kondisi baseline 1(A1), Intervensi (B) dan baseline 2 (A2) berakhir secara
meningkat.
e. Level stabilitas dan rentang data pada kondisi Baseline 1 (A1) cenderung
mendatar dengan rentang data 30-30 ,pada kondisi Intervensi (B) data
perubahan, data yang diperoleh tetap (=) 30. Pada kondisi Intervensi
65
overlap.
Pada data rekaan variabel yang diubah dari kondisi baseline 1 (A1) ke
kondisi Intervensi (B) adalah 1, maka dengan demikian pada format akan diisi
sebagai berikut:
Tabel 4.27 Jumlah Variabel yang Diubah dari Kondisi Baseline 1 (A1) ke
Intervensi (B)
Perbandingankondisi A1 /B B/A2
Jumlahvariable 1 1
diubah dalam penelitian ini adalah satu (1) yaitu kemampuan motorik halus
melalui penggunaan media palydoug anak Cerebral Palsy kelas III di SLB
mengambil data kecenderungan arah pada analisis dalam kondisi di atas (naik,
tetap atau turun) setelah diberikan perlakuan. Dapat dilihat pada tabel 4.28 di
bawah ini:
Perubahankecenderungan
arah dan efeknya
(=)(+) (+) (=)
Positif Positif
Perubahan kondisi antara Baseline 1 (A1) dengan Intervensi (B), jika dilihat
media playdough pada kondisi Intervensi (B). Sedangkan untuk kondisi Intervensi
(B) dengan Baseline 2 (A2) yaitu menaik ke mendatar, artinya kondisi semakin
Tahap ini dilakukan untuk melihat stabilitas kemampuan motorik halus anak
Perbandingan antar kondisi Baseline 1(A1) dan Intervensi (B) bila dilihat
ke tidak stabil (variabel) artinya data yang diperoleh dari kondisi Baseline 1(A1)
nilai lebih rendah dari Intervensi (B).Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.29
berikut:
stabilitas pada kondisi Baseline 1 (A1) dengan kondisi Intervensi (B) hasilnya
antara kondisi Intervensi (B) dengan kondisi Baseline 2 (A2), hasilnya yaitu pada
artinya bahwa terjadi perubahan secara baik setelah diberikan latihan bermain
menggunakan playdough.
68
Melihat perubahan level antara akhir sesi pada kondisi Baseline 1 (A1)
dengan awal sesi kondisi intervensi (B) yaitu dengan cara menentukan data poin
pada sesi pertama Intervensi (B), dan sesi terakhir baseline 1(A1). Begitupun
keduanya dan memberi tanda(+) bila naik, bila turun (-), dan tanda (=) bila tidak
ada perubahan.
Baseline 1 (A1) ke kondisi Intervensi (B) naik atau membaik (+) artinya terjadi
perubahan level data sebesar +10 dari kondisi baseline 1(A1) ke Intervensi (B).
Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari pemberian perlakuan yang
motorik halus anak cerebral palsy. Selanjutnya pada kondisi Intevensi (B) ke
Baseline 2 (A2) yaitu turun (memburuk) artinya terjadi perubahan level secara
menurun yaitu sebesar (+10). Hal ini dikarenakan telah melewati kondisi
69
subyek SA menurun.
Data yang tumpang tindih pada analisis antar kondisi adalah terjadinya data
yang sama pada kedua kondisi yaitu kondisi Baseline 1(A1) dengan intervensi
(B). Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua
kondisi yang dibandingkan, semakin banyak data yang tumpang tindih semakin
menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi tersebut, dengan
Intervensi (B) terhadap perilaku sasaran (target behavior). Overlap data pada
(A1) = 32,25
c) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data poin pada
bahvior).
70
Untuk melihat data overlap pada kondisi Baseline 1 (A1) ke Intervensi (B)
Intervensi (B)
100
Kecenderungan Arah Peningkatan
90
Kemampuan Motorik Halus
80
70
60
50 Intervensi (B)
40 Batas Bawah
30 32.25
27.75 Batas Atas
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Overlap = 0 : 10 x 100% = 0%
persentase overlap, maka semakin baik pengaruh Intervensi (B) terhadap perilaku
terhadap meningkatkan kemampuan motorik halus anak cerebral palsy kelas III
a) Lihat kembali batas bawah Intervensi (B) = 71,5 dan batas atas Intervensi
(B) = 86,5
b) Jumlah data poin (90+90+90) pada kondisi Baseline 2 (A2) yang berada
c) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data poin pada
100
Kecenderungan Arah Peningkatan
90 90
86.5
Kemampuan Motorik Halus
80
70 71.5
60
50
40
30
20
10
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Overlap = 0 : 3 x 100% = 0%
72
tumpang tindih adalah0%. Artinya terjadi data tumpang tindih, hal ini dikarenakan
semakin baik pengaruh Intervensi (B) terhadap perilaku sasaran (target behavior).
kondisi Baseline 1 (A1) ke kondisi Intervensi (B) tidak terjadi tumpang tindih
Jumlahvariable 1 1
Perubahan
Kecenderunganarah (+) (=)
dan efeknya (+) (=)
Positif
Positif
PerubahanKecenderunganStabilitas
Stabil ke Variabelke
variabel stabil
PersentaseOverlap (Percentage of 0% 0%
Overlap)
berikut:
a. Jumlah variabel yang diubah adalah satu variabel dari kondisi Baseline 1(A1)
ke Intervensi (B)
Intervensi (B) mendatar ke menaik. Hal ini berarti kondisi bisa menjadi lebih
baik atau menjadi lebih positif setelah dilakukannya Intervensi (B). Pada
secara stabil.
Intervensi (B) yakni stabil ke variabel. Sedangkan pada kondisi Intervensi (B)
d. Perubahan level antara kondisi Baseline 1 (A1) dengan Intervensi (B) naik
atau membaik (+) sebanyak 10. Sedangkan antar kondisi Intervensi (B)
e. Data yang tumpang tindih antar kondisi Baseline 1(A1) dengan Intervensi (B)
adalah 0%, sedangkan antar kondisi Intervensi (B) dengan Baseline 2 (A2)
behavior yaitu kemampuan motorik halus, hal ini terlihat dari hasil
behavior).
B. Pembahasan
Cerebral palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal
dan tingkat progresif yang menunjukkan sikap dalam pergerakan, disertai kelainan
cerebral palsy( Tatiana Meidina, 2019: 13) memiliki klasifikasi yang dilihat dari
gejala pergerakan otot salah satunya adalah spastik anak yang mangalami
kekakuan atau ketegangan otot yang terutama akan timbul jika otot-otot tersebut
akan bergantung pada orang lain.Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas
keterampilan motorik halus. Hasil tes asesmen awal yang dilakukan sebanyak 3
keterampilan motorik halus yang terlihat pada tes yang diberikan anak belum
mampu.
mendidik inilah yang disebut dengan media edukatif. Permainan ini bisa motorik
halus anak dan kreatifitas anak. Hal ini didukung oleh pendapat Nichols (2009: 2)
kemampuan motorik halus karena media playdough ini sangat sesuai untuk
dengan jumlah pertemuan enam belas kali yang dibagi dalam tiga kondisi yaitu
tiga sesi untuk kondisi baseline 1(A1), sepuluh sesi untuk kondisi intervensi (B),
dan tiga sesi untuk kondisi baseline 2 (A2). Berdasarkan hasil penelitian yang
motorik halus. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan yang signifikan
Baseline 1(A1) terdiri dari tiga sesi disebabkan data yang diperoleh sudah stabil
sehingga dapat dilanjutkan ke intervensi, selain itu peneliti mengambil tiga sesi
untuk memastikan perolehan data yang akurat. Sesi pertama sampai ketiga
kemampuan motorik halus pada subjek SA pada kondisi Intervensi (B) dari sesi
keempat sampai sesi ketiga belas mengalami peningkatan. Hal ini karenatelah
diperoleh anak tetap. Hal ini menunjukkan bahwa secara emperis anak cerebral
palsy yang menjadi subjek dalam penelitian ini menyukai media playdough dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kemampuan motorik halus pada anak Cerebral Palsy kelas III di SLB
sangat tinggi dilihat dari hasil analisi dalam kondisi pada kondisi intervensi
(B).
3. Kemampuan motorik halus anak Cerebral Palsy Kelas III di SLB Negeri
intervensi (B), dan saat setelah diberi intervensi (Baseline 2/A2) anak
menurun dari kategori tinggi, akan tetapi nilai yang diperoleh subjek SA
B. Saran
kemampuan motorik halus anak Cerebral palsy kelas III di SLB Negeri
berikut:
mempelajari cara melatih motorik halus yang yang disarankan peneliti dengan
DAFTAR3PUSTAKA
Mulyani & Gracinia. 2007. Kemampuan Fisik, Seni, dan Manajemen Diri.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Nurlaili. (2019). Modul Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Modul, 4.
Nichols. (2009). Manfaat Playdough Untuk Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Diaksespada http://www.kefabilita.com
Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian Dengan
Subyek Tunggal [Introduction to Single Subject Research]. 139.
Sinring, A., Saman, A., Pattaufi, & Amir, R. 2016. Panduan Penulisan Skripsi,
(Proposal Skripsi, Skripsi & Karya Ilmiah).Makassar: Kampus FIP UNM.
80
81
LAMPIRAN
82
Lampiran 1
PETIKAN KURIKULUM
Lampiran 2
Kelas : III
m
84
Lampiran 3
InstrumenPenelitian dan
Validasi
Validator I
A. Aspek Penilaian
Judul : Penggunaan Media Playdough Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral palsy Kelas III SLB Negeri
Defenisi Konseptual Variabel : Sumantri (Nurlaili 2019:4) yang menyatakan bahwa keterampilan motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil, seperti jari-jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan
Defenisi Oprasional Variabel : Kemampuan motorik halus adalah skor yang dicapai oleh anak melalui tes perbuatan yang
mengindikasikan (1). Kecermatan koordinasi mata dengan tangan, (2). Kelenturan telapak dan jari-jari tangan, (3). Kekuatan dan jari-
jari tangan
86
KAJIAN TEORI TENTANG MEDIA PLAYDOUGH
Playdough adalah salah satu alat permainan edukasi dalam pembelajaran yang termaksud kreteria alat permaianan murah dan
memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi. Sumartini
(2012:85) playdough adalah salah satu alat permainan yang dijadikan media pembelajaran karena termasuk dalam kriteria alat
permainan edukasi dengan biaya murah dan memiliki fleksibilitas, baik bagi guru maupun bagi anak dalam merancang pola-pola
Langkah-langkah bermain menggunakan media playdough bagi subyek cerebral palsy sebagai berikut :
3. Peniliti memperkenalkan pada subyek cara bermain menggunakan playdoughseperti kegiantan menempel, melinting,
menggulung, menguleni, membentuk huruf, menggunting, memotong, menekan menggunakan jari-jari tangan, menekan
87
88
PETUNJUK PENILAIAN
Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap tingkat kesesuaian antara standar kompetensi, kompotensi dasar dan
indikator, terhadap butir soal pertanyaan dengan memberi tanda( √ ) untuk setiap pertanyaanpada kolom tingkat kesesuaian. Adapun
1. Skor 1, jika KI,KD dan indikator, tidak sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.
2. Skor 2, jika KI,KD dan indikator, kurang sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.
4. Skor 4 jika KI,KD dan indikator, sangat sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.
Kompetensi Inti Kompetensi Indikator Materi Langkah-langkah Penilaian
1 2 3 4
89
90
PETUNJUK PENILAIAN
Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap tingkat kesesuaian antara standar kompetensi, kompotensi dasar dan
indikator, terhadap butir soal pertanyaan dengan memberi tanda( √ ) untuk setiap pertanyaanpada kolom tingkat kesesuaian.
1. Skor 1, jika KI, KD dan Indikator, tidak sesuai terhadap butir soal
2. Skor 2, jika KI, KD dan Indikator, kurang sesuai terhadap butir soal
3. Skor 3, jika KI, KD dan Indikator, cukup sesuai terhadap butir soal
4. Skor 4, jika KI, KD dan Indikator, sangat sesuai terhadap butir soal
Mohon diberi komentar pada kolom catatan yang tersedia jika terdapat butir soal yang tidak sesuai ataupun kurang sesuai
6. Anak
mampu
mengguntin
g playdough
sesuai pola
96
7. Anak
mampu
memotong
playdough
sesuai pola
dengan
menggunaka
n pisau
plastik
8. Anak
mampumene
kan
playdough
dengan
telapak
tangan
9. Anak
mampumene
kan
97
playdough
dengan jari-
jari tangan
10. Anak
mampu
meremas
playdough
Saran perbaikan
1. Silahkan Lanjut
2. Setelah diperbaiki
Tes Kemampuan Motorik Halus Pada Anak SLB Negeri Campalagian
0 1
menutup botol
kertas
kertas
berisi air
98
99
Keterangan:
A. Aspek Penilaian
Judul : Penggunaan Media Playdough Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral palsy Kelas III SLB Negeri
Defenisi Konseptual Variabel : Sumantri (Nurlaili 2019:4) yang menyatakan bahwa keterampilan motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil, seperti jari-jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan
dan koordinasi mata dan tangan. Permendikbut nomor 137 tahun 2014 tentang standar Nasional Pendidikan Anak Usia dini Pasal 10
dijelaskan bahwa motorik halus mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat mengeksplorasi dan
Defenisi Oprasional Variabel : Kemampuan motorik halus adalah skor yang dicapai oleh anak melalui tes perbuatan yang
mengindikasikan (1). Kecermatan koordinasi mata dengan tangan, (2). Kelenturan telapak dan jari-jari tangan, (3). Kekuatan dan jari-
jari tangan.
100
101
Playdough adalah salah satu alat permainan edukasi dalam pembelajaran yang termaksud kreteria alat permaianan murah dan
memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi. Sumartini
(2012:85) playdough adalah salah satu alat permainan yang dijadikan media pembelajaran karena termasuk dalam kriteria alat
permainan edukasi dengan biaya murah dan memiliki fleksibilitas, baik bagi guru maupun bagi anak dalam merancang pola-pola
Langkah-langkah bermain menggunakan media playdough bagi subyek cerebral palsy sebagai berikut :
3. Peniliti memperkenalkan pada subyek cara bermain menggunakan playdough terhadap motorik halus seperti kegiantan
menempel, melinting, menggulung, mengilas, membentuk huruf, menggunting, memotong, menekan menggunakan jari-jari
PETUNJUK PENILAIAN
Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap tingkat kesesuaian antara standar kompetensi, kompotensi dasar dan
indikator, terhadap butir soal pertanyaan dengan memberi tanda( √ ) untuk setiap pertanyaanpada kolom tingkat kesesuaian. Adapun
1. Skor 1, jika KI,KD dan indikator, tidak sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.
2. Skor 2, jika KI,KD dan indikator, kurang sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.
4. Skor 4 jika KI,KD dan indikator, sangat sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.
103
1 2 3 4
2. Memotong playdough
playdough 3.Anak diberikan
sesuai pola intruksi oleh guru
dengan untukmeremas,,menekan
menggunak ,menempel. Melinting
an pisau Menguleni,membentuk,m
plastik emotong,menggunting
3. Menempel dan menggulung
playdoug playdough
dengan 4.Guru membimbing
sesuai pola anak untuk menggulung
yang playdough
diberikan 5.Setelah berbentuk
4. Melinting gulungan guru memberi
playdough intruksi pada murid
5. Menggulun untuk membuat bentuk
g playdough huruf A s/d J.
6. Mengulenip 6.Anak diberikan
laydough intruksi untuk membuat
105
PETUNJUK PENILAIAN
Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap tingkat kesesuaian antara standar kompetensi, kompotensi dasar dan
indikator, terhadap butir soal pertanyaan dengan memberi tanda( √ ) untuk setiap pertanyaan pada kolom tingkat kesesuaian.
1. Skor 1, jika KI,KD dan indikator, tidak sesuai terhadap item tes.
2. Skor 2, jika KI,KD dan indikator, kurang sesuai terhadap item tes.
3. Skor 3, jika KI,KD dan indikator, cukup sesuai terhadap item tes.
4. Skor 4 jika KI,KD dan indikator, sangat sesuai terhadap item tes.
Mohon diberi komentar pada kolom catatan yang tersedia jika terdapat butir soal yang tidak sesuai ataupun kurang sesuai
3.4meremas pisau
plastik
8. Anak mampu
menekan
playdough
dengan telapak
tangan
9. Anak mampu
menekan
playdough
dengan jari-jari
tangan
10. Anak mampu
meremas
110
playdough
Saran/Perbaiakan :
1. Tambahkan lagi teori yang releval dalam defenisi konseptualnya agar dapat memperkuat defenisi yang diturunkan ke defenisi
oprasional variabelnya
2. Instrument dapat layak digunakan dalam penelitiannya
3. ....................................................................................................................................................................
4.
Lampiran 4
Kelas : III
Nama Murid : SA
1. Penilaian
No Kriteria
ITEM TES
0 1
hurug A s/d J
111
112
pola
telapak tangan
tangan
Keterangan :
Lampiran 5
Kelas : III
1. IdentitasSiswa
Nama : SA
Kelas : III
Usia : 10 Tahun
4. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Guru memberi salam dan mengajak murid berdoa sebelum memulai
kegiatan belajar
2. Guru menyapasiswa dan mengkondisikan murid agar siapbelajar
3. Guru menyampaikanmateripembelajaran yang akan di ajarkan.
B. Kegiatan Inti
1. Murid mampu menempel kertas sesuai pola
2. Murid mampu membuka dan menutup botol
C. Kegiatan Akhir
1. Guru membuat rangkuman atau simpulan pelajaran
2. Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
3. Guru memberikan pesan-pesan moral kepada murid
4. Guru mengucapkan salam dan mengakhiri pertemuan dengan berdoa
115
Format Penilaian
pola
2Murid mampu membuka dan menutup
botol
bagian kecil
kertas
menjadi bola
busa ke mangkok
116
Keterangan:
a. Jika murid tidak mampu melakukan tindakan yang telah ditentukan maka
diberi skor 0.
b. Jika murid mampu melakukan tindakan sesuai dengan yang ditentukan
maka diberi skor 1.
117
118
5. Anakmampu √ √ √ √ √ √ √ √ √
Melakuakan
kegiatan
menggunting
playdough sesuai
pola
6. Anak mampu √ √ √ √ √ √ √ √ √
melakukan kegiatan
memotong
playdough dengan
pisau plastik
7. Anak mampu √ √ √ √ √ √
melakukan
kegiatan menekan
playdough dengan
telapak tangan
8. Anak mampu √ √ √ √ √ √ √
melakukan
kegiatan menekan
playdough dengan
jari-jari tangan
9. Anak mampu √ √ √ √
melakukan
kegiatan
menggulung
119
playdough
0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 10 0 10 0 10 0 10
Jumlah
40 50 60 70 80 90 100 100 100 100
Lampiran 6
Baseline1 (A1)
1 10 3 30
2 10 3 30
3 10 3 30
Intervensi (B)
4 10 4 40
5 10 5 50
6 10 6 60
7 10 7 70
8 10 8 80
9 10 9 90
10 10 10 100
11 10 10 100
12 10 10 100
13 10 10 100
Baseline 2 (A2)
14 10 9 90
15 10 9 90
16 10 9 90
120
Lampiran 7
Data Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak SA Kelas III SLB Negeri Campalagian Kab Polman
121
122
123
124
Lampiran 9
HASIL ASESMEN
127
128
129
130
A. Tujuan Asesmen
1. Data Anak
a. Nama Lengkap: SA
b. Tempat tgl Lahir : Parappe, 12-September-2011
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Putra nomor : Ke 2
2. Identitas orang tua
a. Ayah
1) Nama : AR
2) Agama : Islam
3) Pekerjaan : Mengendarai Bentor
4) Alamat : Parappe
b. Ibu
1) Nama : NI
2) Agama : Islam
3) Pekerjaan : Wiraswasta
4) Alamat : Parappe
131
C. Instrumen Diaknostik
Jastivikasi
No Koponen/ Materi Keterangan
Ya Tidak
1 Anak mengalami kelainan pada satu atau T Anak mengalami
kedua tungkai dan juga tangan Y kekakuan pada
kedua tangan dan
kaki
2 Adanya gerakan-gerakan yang tidak T Tidak ada
terkendali dan terarah yang diakibatkan gerekan-gerakan
kerusakan pada ganglia basalis atau yang tidak
bagian otak yang berfungsi untuk terkendali pada
mengatur bagian motorik anak hanya anak
kadang-kadang
kaget ketika ada
suara-suara yang
membuat anak
kaget
3 Terdapat gangguan keseimbangan yang T
diakibatkan kerusakan otot dan koordinasi
otak
4 Adanya kekakuan otot yang diakibatkan Y Terdapat
kerusakan pada ganglia basali kekakuan pada
kedua tangan
anak sehingga
anak mengalami
kesulitan dalam
menulis dan
kedua kaki anak
yang memliki
kekauan sehingga
anak kesulitan
untuk berdiri dan
berjalan jika
tidak dibantu
5 Perkembangan yang terlambat. Sejak bayi Y
biasa
132
Monoplegia
Hemiplegia
7
Spastik Diplegia
Triplegia
Quadriplegia Y
Tremor
Ataksia
Athetosis / Distonik
Koreothetosis Diskinestik
Atonik
Campuran Y
Catatan: Berdasarkan instrumen diagnosis yang dilakukan pada anak, maka
dapat disimpulkan bahwa anak termasuk dalam kategori spastik
quadriplegia.
133
A. Tujuan Asesmen
Assesmen ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa
dalam belajar. Sehingga asesmen sangat penting dilakukan dalam sebuah
pembelajaran karena dengan adanya asesmen seorang gurudapat menetukan
dan tahu bagaimana cara pembelajaran yang dilakukan
kepadasiswa. Dengandilakukannya asesmen ini seorang guru dapat mengetahui
kekurangan, kelebihan dan kebutuhananak dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran dapat berhasil. Dengan adanya hasiltersebut maka guru
dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang menghubungkan
kebutuhan pelajaran siswa dengan tujuan pembelajaran baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
B. Data Pribadi Anak
1. Data Anak
a. Nama Lengkap: : SM
b. Tempat tgl Lahur :Parappe, 12-September-2011
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Putra nomor :2
e. E
Jenis ABK : Tunadaksa (cerebral Palsy)
1) Nama Lengkap : AR
2) Agama : Islam
: Tukang bentor
3) Pekerjaan
: Dusun Parappe
4) Alamat
134
c. Ibu
1) Nama Lengkap : NI
: Islam
2) Agama
: wiraswasta
3) Pekerjaan
: Dusun Parappe
4) Alamat
1. Menempel
2. Melinting
3. Menggulung
4. Mengilas
6. Menggunting
7. Memotong
8. Menekan
9. Meremas
1. Kesulitan yang dihadapi anak yaitu terdapat pada motorik halusnya sehingga
halusnya
2. Kebutuhan anak saat ini membutuhkan media untuk melatih motorik halus anak
d. Rekomendasi
Kemampuan motorik halus anak masih sangat rendah sehingga anak membutuhkan
media yang cocok untuk melatih motorik halus anak yang mengalami kekakuan
Berdasarkan target behavior maka perilaku yang ingin diubah yaitu bagaimana
ketika melatih motorik halus anak dengan menggunakan media playdough apakah
terdapat perubahan
136
Lampiran 10
PERSURATAN
137
138
139
140
22 Desember 2021
Nomor :7864/UN36.4/LT/2021
H al: PermohonanIzinMelakukanPenelitian
Di–
Polewali
N am a : Musdalifa TH
NIM :1745042025
Jurusan/ Prodi : PendidikanKhusus
JudulSkripsi :PENGUNAANMEDIA PLAYDOUGH UNTUK
MENINGKATKANKEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK CEREBRAL PALSY
KELAS III SLB NEGERICAMPALAGIAN KAB POLMAN
Diberikanizinuntukmelakukanpenelitianpadalokasiatautempatyangadadalamwil
ayahLembaga/Instansi/OrganisasiyangBapak/Ibu Pimpin.
Sebagaibahanpertimbanganbersamainikamilampirkanproposalpenelitianmahasiswayang
bersangkutan.Atas kerjasamanyadiucapkanterimakasih.
TebusanWakilDekanBidanAkademik,
1. Yth.Ketua LembagaPenelitianUniversitasNegeriMakassar
2. Yangbersangkutan
3. ArsipDr.Mustafa,M.S
NIP196605251992031002
141
142
143
RIWAYAT HIDUP
2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SDNegeri Inpres
Lapeo dan menyelesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis
Campalagian dan tamat pada tahun 2013. Setelah itu pada tahun yang sama
1 Polman dan tamat pada tahun 2016. Kemudian pada tahun 2017 penulis
Negeri Makassar.