Anda di halaman 1dari 165

SKRIPSI

PENGGUNAAN.MEDIA.PLAYDOUGH.UNTUK.MENINGKATKAN
KEMAMPUAN.MOTORIK.HALUS.ANAK.CEREBRA.PALSY
KELAS.III .SLB.NEGERI.CAMPALAGIAN
KABUPATEN.POLMAN

MUSDALIFA.TH
1745042025

JURUSAN1PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS2ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS3NEGERI MAKASSAR
2022
PENGGUNAAN1MEDIA2PLAYDOUGH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUANMOTORIK HALUS3ANAK CEREBRAL PALSY
KELAS III SLB6NEGERI CAMPALAGIAN
KABUPATEN5POLMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidkan Khusus
Strata Satu Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Makassar

MUSDALIFA.TH
1745042025

JURUSAN1PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS2ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI 2MAKASSAR
2022

ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Musdalifa. TH

Nim : 1745042025

Program studi : Pendidikan Khusus

Judul skripsi:Penggunaan Media Playdough untuk MeningkatkanKemampuan

Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB

Negeri Campalagian Kabupaten Polman

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
jiplakan atau mengandung unsur plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku

Makassar, April 2022

Yang membuat pernyataan,

Musdalifa. TH

v
MOTTO DAN PERUNTUKKAN

‘‘Berusahalah dan bersabarlah karena suatu usaha dan kesabaran akan

membuahkan hasil’’

(Musdalifa. TH, 2022)

Dengan Segala Kerendahan Hati

Karya ini8Kuperuntukkan Untuk

Kedua0Orang Tua ku Tercinta dan Keluargaku Tersayang

Yang Senantiasa Mendoakan agar diberi Kemudahan di Setiap Langkahku dan

Selalu Memberi Semangat Kepadaku.

Terima Kasih yang tak terhingga

vi
ABSTRAK

MUSDALIFA. TH, 2022. Penggunaan1media Playdough untuk2meningkatkan


kemampuan motorik halus anak cerebral palsy kelas III SLB Negeri Campalagian
Kabupaten Polman. Skripsi.2Dibimbing oleh Drs. H Agus Marsidi, M.Si dan
Dra. Dwiyatmi Sulasminah, M.Pd; Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Makassar.

Penelitian ini3menguji perihal penggunan media1palydough untuk4meningkatkan


kemampuan motorik halus anak cerebral palsykelas4III SLBNegeri2Campalagian
Kabupaten Polman. Rumusan3masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah
kemampuan motorik halus setelah penggunaan4media playdough anak cerebral
palsy kelas III SLB Negeri Campalagian5Kabupaten Polman. Tujuan pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Kemampuan6motorik halus anak
cerebral palsy kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman sebelum
diberikan7intervensi,8(2)Kemampuan motorik halus melalui penggunaan
playdough anak cerebral palsy kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten
Polman selama diberikan intervensi, (3)Kemampuan motorik halus9anak cerebral
palsy kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman setelah diberikan
intervensi, (4)Peningkatan kemampuan motorik halus setelah penggunaan media
playdough10berdasarkan hasil analisis antar kondisi sebelum diberi intervensi
(1/A1), saat diberi intervensi (B), dan setelah11diberi intervensi (2/A2). Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah tes perbuatan. Subjek dalam0penelitian
ini adalah seoran anak cerebral palsy kelas III berinisial8SA. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen yaitu Single Subject Research (SSR) dengan
desain A-B-A. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) Kemampuan motorik
halus pada anak Cerebral Palsy kelas III di SLB Negeri Campalagian Kabupaten
Polman sebelum diberi intervensi sangat rendah, (2) Kemampuan motorik halus
anak Cerebral Palsy saat diberi intervensi dengan00penggunaan media playdough
mengalami peningkatan kekategori sangat tinggi, (3) Motorik halus anak Cerebral
Palsy Kelas III di SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman setelah diberi
intervensi melalui penggunaan media playdough berada pada kategori tinggi, (4)
Kemampuan motorik halus anak cerebral palsy melalui penggunaan media
playdough berdasarakan hasil analisis antar kondisi sebelum diberi intervensi
sangat rendah, meningkat ke kategori sangat tinggi saat diberi intervensi, dan saat
setelah diberi intervensi kemampuan anak menurun ke kategori tinggi, akan tetapi
nilai yang diperoleh anak lebih tinggi dibandingkan sebelum pemberian
intervensi (Baseline 1/A1).
Kata kunci:Motorik halus, Playdoughu, Cerebral palsye.

vii
PRAKATA

Syukur4Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan6kehadiran Allah

SWT yang sudah melimpahkan rahmat & karunia-NYA Shalawat & salam

semoga dilimpahkan pada makluk Allah yang mulia, oleh pemberi petunjuk &

terpercaya, Nabi Muhammad Saw, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi

ini. Skripsi yang berjudul ‘‘ Penggunaan Media Playdough untuk Meningkatkan

Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB Negeri

Campalagian Kab. Polman’’. Skripsi iniaditulis untuk memenuhi persyaratan

untuk memperoleh gelar sarjanawstrata satu (S1) dalam Jurusan Pendidikan

Khususq Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassara.

Penulis1menyadari2bahwa3skripsi ini tidak akan terwujud tampa bantuan,

arahan dan bimbingan4dari5berbagai pihak yang dengan tulus memberikan doa.

Oleh2itu pada kesempatan0ini penulis mengucapkan terimakasihkyang tak

terhingga kepada kedua orang tuaku tersayang Ayahanda Takrim H’ dan

IbundakuNajma yang telah mengasuh, merawat, mendidik dan

membesarkan11penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus, yang

senantiasa mendoakan dan mengorbankan segalanyaudemi menyelesaikan studi

penulis. Terimakasih buat keempat6kakakku tersayang Najib Takrim, Nurnaila T,

Muh Tansar, dan Idamuliana yang selalu mendoakan dan memberi semangat

kepada penulis.

viii
Penghormatan dan ucapan terima kasih22sedalam-dalamnya penulis

sampaikanakepadauDrs. H. Agus Marsidi,9M.Si selakulpembimbing I dan

Dra. Dwiyatmi Sulasminah,1M.Pd selaku pembimbingkII yang dengan ikhlas3dan

sabar membimbingqdan mengarahkanqpenulis mulai pada tahap mulai

mengajukan judul skripsi sehingga terwujudlah skripsiqini. Demikian pula segala

bantuan9penulis yang telah diperoleh darissegenap pihak selama di bangku

perkuliahanq, sehingga penulis sangat bersyukur2dan mengucapkan banyak

terimakasihikepada:

1. Prof.oDr.9H.2Husain Syam, M. TP., IPU., ASEAN-Eng selaku Rektor

Universitas Negeri Makassarayang telah memberikan kepercayaan pada

penuliskuntuk mengikuti proses perkuliahan pada Jurusan Pendidikan

Khusus, Fakultas IlmumPendidikan, Universitas Negeri Makassar.

2. Dr. AbdulaSaman, M.Si Kons sebagai Dekan; Dr.aMustafa, M.Si sebagai

WD 1; Dr.aPattaufi, M.Si sebagai WD II; Dr. H. Ansar, M.Si selaku WDjIII

FakultasiIlmuuPendidikan, UniversitastNegeri;Makassarayang telah

memberikan layanan akademik, administrasi dan kemahasiswaan selama

proses pendidikan pada penyelesaian studi.

3. Dr. H.Syamsuddin, M.Si, selaku4Ketua Jurusan Pendidikan Khusus, Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar. Dr.kUsman, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Makassar. Dra. Dwiyatmi Sulasminah, M.Pd selaku Kepala

Laboratorium Jurusan Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan,

ix
Universitas Negeri Makassar yang telah memberikan bimbingan dan

menfasilitasi penulis selama proses perkuliahan dan penyelesaian studi.

4. Dr. Usman, M.Si sebagai Ketua Ujian Skripsi. Dra. Tatiana Meidina, M.Si.

sebagai penguji I dan Bapak Zulfitrah, S.Pd., M. Pd sebagai penguji II yang

tidak henti-hentinya memberikan masukan dan saran dalam proses

penyelesaian dan penyempurnaan skripsiqini.

5. Bapak/ Ibu dosen Jurusan Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Makassar yang memberikan berbagai ilmu pengetahuan

yang tidak ternilai selama dibangku perkuliahan.

6. Ibu Adriah Achmad, S.Pd selakunKepala Sekolah SLB Negeri Campalagian

yang telah memberikaizin dan menerima penulis untuk melakukan penelitian

di sekolah tersebut. Hasuri S, SPd selaku Guru Kelas III di SLB Negeri

Campalagian yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis

selama penelitian.

7. Awayunda1Said, SPd, M.Pd selaku Staf Administrasi Jurusan Pendidikan

Khusus, FakultastIlmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar Yang telah

memberikan motivasi3dan pelayanan administrasi selama menjadi mahasiswa

sampai penyelesaian studi.

8. Kepada teman-temanqseangkatan 2017 Jurusan Pendidikan Khusus, Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar, terima kasih atas doa dan

dukungan kalian semua. Semoga kesuksesan dapat kita raih bersama.

x
9. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu per

satu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan semoga Allah

SWT membalas seluruh perhataian kalian semua Aamiin.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini.

Saran serta kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi

perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulisaberharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi pengembangan ilmu

pendidikanaKhusus.

Makassar, Mei 2022

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI V

MOTTO DAN PERUNTUKAN vi

ABSTRAK vii

PRAKATA viii

DAFTAR ISI xii

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR GRAFIK xvii

DAFTAR TABEL Xix

DAFTAR LAMPIRAN xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN
PERTANYAAN PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka 7

1. Hakikat Media Playdough 7

a. Pengertian Media Playdough 7

b. Manfaat Media Playdough 8

c. Kelebihan dam Kekurangan Media Playdough 9

d. Langkah-langkah Penggunaan Media Playdough 9


dalam Pembelajaran Motorik Halus
2. Hakikat Motorik Halus 10

a. Pengertian Motorik Halus 10

b. Fungsi Motorik Halus 11

c. Tujuan Perkembangan Motorik Halus 12

d. Unsur-unsur Motorik Halus 13

e. Prinsip Dalam Pengembangan Motorik Halus 14


f. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik
Halus
3. Hakikat Cerebral Palsy 15

a. Pengertian Cerebral Palsy 15

b. Penyebab Cerebral Palsy 16

c. Klasifikasi Cerebral Palsy 17

4. Kaitan Penggunaan Media Playdough Untuk 19


Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Cerebral Palsy

xiii
B. Karangka Pikir 19

C. Pertanyaan Penelitian 21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 22

B. Variabel dan Desain Penelitian 23

C. Definisi Oprasional Variabel 25

D. Subjek Penelitian 26

E. Teknik Pengumpulan Data 27

F. Teknik Analisis Data 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 35

1. Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy 35

kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten

Polman Pada kondisi Baselie 1(A1)

2. Kemampuan Motorik Halus Melalu Penggunaan 43

Playdough Pada Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB

Negeri Campalagian Kabupaten Polman Pada

Kondisi Intervensi (B)

3. Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy 52

Kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten

Polman Melalui Penggunaan Media Playdough Pada

xiv
Kondisi Baseline 2 (A2)

4. Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy 65

Melalui Penggunaan Playdough Berdasarkan Hasil

Analisis Antar Kondisi dari Baseline 1(A1) ke

Intervensi (B) dan dari Intervensi (B) ke Baseline

2(A2)

B. Pembahasan 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 77

A. Kesimpulan 77

B. Saran 78

DAFTAR PUSTAKA 79

LAMPIRAN 81

RIWAYAT HIDUP 143

xv
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1 Media Playdough 8

2.2 Skema Kerang Pikir 19

3.1 Desain A-B-A 20

xvi
DAFTAR GRAFIK

No Grafik Halaman

4.1 Kemampuan Motorik Halus melalui Latihan Bermain Playdough

Kondisi Baseline1(A1) 36

4.2 Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus melalui Latihan

Bermain Playdough Pada Kondisi Baseline 1(A10 38

4.3 Kecenderungan stabilitas Pada Kondisi Baseline 1 (A1) 40

4.4 Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III

Dalam Kondisi Intervensi 44

4.5 Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus pada Kondisi

Intervensi (B) 46

4.6 Kecenderungan Stabilitas Pada Kondisi Intervensi (B)

Kemampuan Motorik Halus 48

4.7 Kemampuan Motorik Halus melalui Penggunaan Playdough

Anak Cerebral Palsy Kelas III Pada Kondisi Baseline 2(A2) 53

4.8 Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus Pada Kondisi

Baseline 2(A2) 55

4.9 Kecenderungan Stabilitas Pada Kondisi Baseline 2 (A2) pada

Kondisi Baseline 2 (A2) Kemampuan Motorik Halus 57

4.10 Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB

Negeri Campalagian Kabupaten Polman pada Kondisi Baseline 1(A1), 62

Intervensi (B) dan Baseline 2(A2)

4.11 Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus 62

xvii
pada Kondisi Baseline 1(A1), Intervensi (B) dan Baseline 2(A2)

4.12 Data Overlap (Percentage of Overlap) Kondisi Baseline 1(A1)

Ke Intervensi (B) Kemampuan Motorik Halus 70

4.13 Data Overlap ( Percentage of Overlap) Kondisi Intervensi (B)

Ke Baseline 2(A2) Kemampuan Motorik Halus 71

xviii
DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

3.1 Tabel Kategori Penilaian 31

3.2 Kisi-kisi Instrument Penelitian 32

4.1 Data Hasil Baseline 1(A1) Kemampuan Motorik Halus 36

4.2 Data Panjang Kondisi Baseline 1(A1) Kemampuan Motorik Halus 37


Melalui Latihan Bermain Playdough

4.3 Data Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus

Melalui Latihan Bermain Playdough pada Kondisi Baseline 1(A1) 39

4.4 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Motorik Halus melalui 41


Latihan Bermain Playdough Pada Kondisi Baseline 1(A1)

4.5 Kecenderungan Jejak Data Kemampuan Motorik Halus melalui 41


Latihan Bermain Playdough Pada Kondisi Baseline 1(A1)

4.6 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Motorik Halus Pada 42


Kondisi Baseline 1(A1)

4.7 Menentukan Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus 43


Kondisi Baseline 1(A1)

4.8 Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus Pada 43


Kondisi Baseline 1(A1)

4.9 Data Hasil Intervensi (B) Kemampuan Motorik Halus 44

4.10 Data Panjang Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Motorik Halus 45

4.11 Data Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus 47


Pada Kondisi Intervensi (B)

4.12 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Motorik Halus 49


Pada Kondisi Intervensi (B)

4.13 Kecenderungan Jejak Data Kemampuan Motorik Halus melalui 50


Latihan Bermain Playdough Pada Intevensi (B)

xix
4.14 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Motorik Halus pada 50
Kondisi Intervensi (B)

4.15 Menentukan Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus 51


Pada Kondisi Intervensi (B)

4.16 Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus Pada Kondisi 52


Intervensi (B)

4.17 Data Hasil Baseline 2(A2) Kemampuan Motorik Halus 52

4.18 Data Panjang Kondisi Baseline 2(A2) Kemampuan Motorik Halus 53

4.19 Data Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus 55


Melalui Penggunaan Playdough Pada Kondisi Baseline 2 (A2)

4.20 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Motorik Halus pada 58


Kondisi Baseline 2(A2)

4.21 Kecenderungan Jejak Data Kemampuan Motorik Halus pada 58


Kondisi Baseline 2 (A2)

4.22 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Motorik Halus pada 59


Kondisi Baseline 2(A2)

4.23 Menentukan Perubahan Level Data Kemampuan Motorik


Halus pada Kondisi Baseline 2(A2) 60

4.24 Perubahan Level Data Kemampuan Motorik


Halus Pada Kondisi Baseline 2(A2) 60

4.25 Data Hasil Kemampuan Motorik Halus Baseline 1(A1),


Intervensi (B) dan Baseline 2(A2) 61

4.26 Rangkuman Hasil Analisi Visual dalam Kemampuan Motorik


Halus Kondisi Baseline 1(A1), Intervensi (B) dan Baseline 2(A2) 63

4.27 Jumlah Variabel yang Diubah dan Kondisi Baselien 1(A1)


ke Intervensi (B) 65

4.28 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya pada


Kemampuan Motorik Halus 66

4.29 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Motorik 67


Halus

xx
4.30 Perubahan Level Kemampuan Motorik Halus 68

4.31 Rangkuman Hasil Analisi Antar Kondisi Kemampuan 72


Motorik Halus

xxi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Instrumen Penelitian dan Validasi 85

2. HASIL ASESMEN 126

3. Persuratan 136

xxii
BAB I
PENDAHULUANAN

A. Latar2Belakang Masalah

Setiap anak membutuhkan kegiatan bermain dan belajar, karena bagi

seorang anak, bermain dan belajar anak dapat memperoleh pengetahuan dan

pengalaman. Melalui permainan, anak-anak dapat meningkatkan perkembanagan

kognitif, emosional, dan psikomotor. Bermain tidak lepas dari kegiatan yang

membutuhkan keterampilan motorik, bermanfaat bagi perkembangan fisik

seorang anak.

Bermain dan belajar dapat meningkatkanykemampuan siswa cerebral

palsy (CP) usia sekolah, secara teori perkembangan motorik meliputi motorik

halus dan kasar, permaianan motorik halus berfokus pada aktivitas yang

melibatkan penggunaan otot-otot halus pada jari-jari. Aktivitas motorik halus

sangat berguna dalam kehidapan sehari-hari anak seperti meraih, menyentuh,

mengenggam, memetik, dan lain-lain.

Cerebral palsy1merupakan salah satu bentuk cedera otak, yaitu suatu

kondisisyang mempengaruhi kontrol motorik seperti kerusakan otak atau penyakit

neoromuscular karena gangguan perkembangan atau kerusakan pada bagian otak

yang terlibat dengan pengendalian fungsi motorik (Windasari dan Hasan, 2019).

Oleh karena itu cerebral palsy mengalami kerusakan otak, sehingga dapatlah

mempengaruhi koordinasi motorik baik motorik kasaramaupun motorik halus

sebagai langkah untuk meningkatkan kemampuan koordinasi motorik subyek,

diperlukan pelatihan motorik.

1
2

Keterampilan motorik halus adalah8gerakan yang melibatkan bagian tubuh

tertentu yang dilakukan oleh otot-ototnkecil sehingga memerlukan koordinasi

yang cermatiseperti memotong, meremas, mengenggama, meraba dan gerakan

lainnya. Tujuan keterampilan motorik halus anak cerebral palsy adalah melatih9

kelenturan dan koordinasi otot jari tangan untuk melakukan aktivitas motorik.

Menurut pengamatan peneliti pada Februari 2021 seorang anak cerebral

palsy berinisial SA berusia 10 tahun duduk di kelas III berjenis8kelamin laki-laki

diketehui memiliki masalah yaitu kesulitan melakukan aktivitas terkait dengan

gerakan motorik anak, seperti memegang, menggenggam, dan lain-lain.

Peneliti juga melakukan tes penilaian motorik halus untuk melihat

kemampuan awal anak SA terhadap keterampilan motorik halus. Ketika seorang

anak diberikan tes untuk mengambil suatu benda, anak tersebut masih kesulitan

untuk mengambilnya bahkan benda yang dipegangnya pun terkadang terjatuh. Tes

yang dilakukan sebanyak 34kali pada hari yang berbeda, namun hasilnya tetap

menunjukkanmbahwa anak belum mampu melakukan tes motorik halus yang

diberikan.

Untuk memperkuat temuan diatas, wawancara dilakukan pada hari senin, 22

Februari 2021, dengan guru kelas III berinisia HW. Guru kelas menjelaskan

bahwa siswa berinisial SA memiliki keterampilan motorik halus yang sangat

rendah. Guru juga mengatakan bahwa pada saat pembelajaran anak kesulitan

dalam memegang alat tulis sehingga anak dibantu dan kesulitan hal-hal yang

berhubungan dengan motorik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan


3

disekolah , dilakukan identifikasi (assesment diagnostic) untuk memperjelas

sunyek SA.

Berdasarkan hasil assessment, ditemukan subjek SA menyandang CP

spastik quedraplegia. Fakta ini diperoleh dari hasil assessmentyaitu ketika subjek

merasakan kaku pada kedua tungkai dan berdiri, merasa kesulitan, dan ketika

subjek ingin berdiri membutuhkan bantuan mengalami kekakuan pada kedua

tangan dan kakinya, sehingga mengalami kesulitan saat ingin berdiri dan pada saat

subyek ingin berdiri memerlukan bantuan seperti berpegangan pada dinding atau

alat yang ada disekitarnya seperti berpegangan pada kursi saat ingin berdiri

begitupun dengan berjalan. Selain itu, subjek memiliki masalah dengan lengan

dan jari yang kaku. Akibat kekakuan ini, SA memiliki masalah dengan

keterampilan motorik halus.

Berdasarkan penjelasantersebut, subjek akan mengalami sesulitan dalam

keterampilan motorik halusnya jika masalah motorik halus tidak teratasi. Oleh

sebab itu, penting dilakukannypenelitian untuk memecahkan masalah, dan media

playdough dipilih untuk penelitian ini. Alasan menggunakan media playdough

adalah karena menganut prinsip-prinsip pembelajaran media tertentu. Sehingga

menyenangkan siswa.Melatih motorik halus dengan playdough cocok untuk

melatih otot-otot tangan. Selain itu, media playdough dapat berperan sebagai

latihan yang merangsang motorik halus siswa dan dapat meningkatkatkan motorik

halusnya selama berlangsungnya pendidikan dan pembelajaran sehingga siswa

dapat menikmati gerakan-gerakan yang konstruktif. Penelitian terkait yang

dilakukan oleh Andika, 2016) berdasarkan hasil penelitian tentang bermain


4

playdough meningkatkan6kemampuan motorik8halus dalam6menulis permulaan

siswa cerebral palsy terdapatyapeningkatan, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa penelitian yang dilakukan dengan menggunakan playdough dapat

meningkatkan7motorik halus anakcerebral palsy.

Berdasarkanluraianndiaatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitiang tentang ‘‘PenggunaancPlaydough Untuk Meningkatkan Kemampuan

MotorikaHalusiAnakqCerebrallPalsyyKelassIII3SLBiNegerifCampalagian

Kabupaten Polman’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkanalatar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah,‘‘Bagaimanakah-kemampuan motorik halus setelah penggunaanzmedia

playdough anak cerebral palsy kelas III SLBKNegeri Campalagian Kabupaten

Polman?’’

C. Tujuan Penelitian1

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

untukImengetahui :

1. Kemampuan5motorik halus anak cerebral palsy kelassIII SLB Negeri

Campalagian KabupatenePolman sebelumldiberikan intervensi

2. Kemampuanbmotorik halus melalui9penggunaan playdough anak cerebral

palsy kelassIII SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman selama

diberikanxintervensi.

3. Kemampuan9motorik halus anak cerebral palsy kelascIII SLB Negeri

Campalagian Kabupaten Polman setelah diberikanpintervensi.


5

4. Peningkatan5kemampuan motorik halus setelah penggunaan media playdough

berdasarkan hasiluanalisis antar kondisi sebelum diberikintervensi(1/A1), saat

diberi intervensi (B), dan setelah diberi intervensi (2/A2).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diambil pada penelitian ini, adalah :

1. Manfaat Teoritisk

Penelitian ini berguna menjadi bahan pemberitahuan bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnyauilmu Pendidikan Khusus tentang penggunaan media

playdough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anakscerebral

palsy.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi3guru, memberi referensi media pembelajaran4yang bisa digunakan

untukamelatih motorik halus0anak, yakni memakaiplaydough. Media ini

bisa meningkatkan kemampuan kekuatan otot tangan anak, juga

memberi stimulus tentang warna dan menarik minat bagi murid untuk

belajar.

b. Bagi murid, dapat meningkatkan kemampuan kekuatan otot gerak anak

terutama dibagian tangan melalui penggunaan playdough.

c. Bagi orang tua, menjadi bahan masukan mengenai cara melatih

kemampuan motorik halus bagi anak pada penggunaan media playdough.


6
7

BAB II2
TINJAUANnPUSTAKA, KERANGAKA PIKIRrDAN PERTANYAANn
PENELITIAN

A. Tinjauan PustakaA

1. Hakikat/Media Playdoughu

a. Pengertian8Media Playdough

Playdough adalah salah satu alat permainan edukatif dalam pembelajaran,

berisi standar alat permaianan yang murah, serta layak untuk fleksibilitas

merancang pola yang dapat dibentuk sesuaiadengan rencana dan imajinasi.

MenurutqJatmika (2012: 85) mengatakan ‘‘Playdough adalah adonan

mainan yang berbentuk modern dari tanah liat atau dari campuran tepung terigu.

Playdough juga merupakan salah satu media pembelajaranjyang murah dan bahan

yang digunakanytidak membahayakan bagi kesehatan.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sumartini (2012:8) bahwa:

Playdoughhadalah salah satu alatupermainan yang dapat dijadikan


sebagainmedia pembelajaran karena termasuk dalam kriteria alat
permaianan edukasi dengan biaya murah dan memiliki flexibilitas,
baik bagi guru maupun bagi anak dalam merancang pola-pola yang
hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan dayakimajinasi.

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa playdoughu

adalah media pembelajaran keterampilan yang dapat digunakan untuk

merangsang perkembangan motorik halus, yang sangatlaberguna untuk melatih

dan meningkatkan keterampilan motorik halus8anak, dan untuk perkembangan

otot anak yang bermanfaat.


8

Gambar 2.1 : Media Playdough

b. Manfaat Media Playdough

Manfaat playdough menurutiMunandar (2009:64) adalah sebagai berikut:

1. Mengekspresikan diri secarackreatif.


2. Menggali kemampuan imajinasif.
3. Meningkatkatkan koordinasirantara mata dengan tangan.
4. Meraih kesabaran.

Menurut Sisilia (2015.:29) mengemukakan bahwa:

Manfaat bermain playdough yaitu untuk melatih kemampuan motorik


halus, meningkatkan kreativitas, mengembangkan koordinasi mata
dan tangan melatih kekuatan dan ketangkasan pada tangan. Melalui
berbagai kegiatan bermain adonan, anak dilatih menggunakan jari
tangan dan pergelangan tangan, hal tersebut bisa dilihat dari gerakan
mencampur, mengaduk, meremas, menekan, memipihkan, meratakan,
menggulung,hingga memotong.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan

beberapa manfaat media playdough untuk meningkatkan motorik halus adalah

sebagai berikut:

1. Melatih kelenturan gerakan tangan dan jari tangan melalui kegiatan

meremas.

2. Melatihikoordinasi mata dan tangan melalui kegiatan membentuk, dan

memotong playdough.
9

3. Melatih kekuatan otot-otot tangan dan jari-jari yang kaku pada tangan

melalui kegitan menguleni, menekan adonan dan meratakan adonan.

4. Melatih ketepatan tangan yang kaku melalui kegiatan membuat berbagai

bentuk.

5. Melatih kehalusan gerak tangan dan jari tangan dalam kegiatan mengisi

pola dalamaadonan playdough.

c. Kelebihan dan Kekurangan MediaAPlaydough

Penggunaan media dalam suatu pembelajaran memiliki keleb ihanmserta

kekurangan, baik dari segi materi, produksi media, dan penanganan media.

Nichols(2009:2) berpendapat bahwa:

Kelebihan2media playdough tidak terlepas dari manfaat media


playdough bagi perkembangan anak terutama untuk perkembangan
motorik halusnya. Media playdough dapat membantu anak melatih
keterampilan motorik seperti memegang, mencubit, meremas,
menggulung, dan menyodok saat anak bermain playdough.

Selain4kelebihankyang dimiliki, media playdough jugaumempunyai

kekurangan 9diantaranya yaitu:

1. Tidak menggunakan pengawet sehingga tidak bisa bertahan lama.

2. Harus selalu dimasukkan kedalam9lemari pendingin.

d. Langkah-langkah Penggunaan Media Playdough dalam Pembelajaran


Motorik Halus

Langkah-langkah pelaksanaan penggunaan media playdough secaraAumum

sebagai berikut :

1. Guru1membimbing anak untuk2melakukan pamanasan otot tangan seperti

melambaikan tangan, mengepalkan dan membuka kepalan tangan, memutar

pergelanganotangan dan mengerak-gerakan jari tangan.


10

2. GuruUdan anak mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk

pembuatan3playdough.

3. Anak diberi intruksi oleh guru untuk melakukan kegiatan menempel,

melinting, menguleni, membentuk, menggunting, memotong, menekan,

menggulung, dan meremas.

4. Guru membimbing anak menggulung playdough lalu anak diberi intruksi

untuk memotong playdough dengan memakai pisaumplastik.

5. Guru menciptakan beberapa macam bentuk kemudian anak dibimbing oleh

guru untuk menirukan bentuk tersebut.

6. Anakudiberi intruksi untuk membuat bentuk huruf dari A s/d J.

2. Hakikat Motorik Halus

a. Pengertian MotorikwHalus

Ada 2 jenis gerakan motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus.

Menurut subjek penelitianhini, teori yang dipelajari adalah motorik halus.

Keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang memerlukan kemampuan

untuk mengkoordinasikan atau mengatur otot-otot kecil, yang berhubungan

dengan penyesuaian garak mata dan tangan yang efisien, tepat,dan adaptif. Contoh

kegiatan motorik halus termasuk memindahkan benda dari tangan, mencoret-

coret, menyusun balok, memotong dan menulis. Keterbatasan ini sesuai dengan

pendapat Samsudin (2008:15), yang mendefinisikan keterampilan motorik halus

yaitu sebagai kemampuan bagi anak untuk melakukan aktivitas otot kecil seperti

menulis, menggambar lain sebagainya


11

Keterampilan motorik halus pada anak meliputi kemampuan anak untuk

memperagakan berbagai macam gerakan otot yang berupa koordinasi, kelenturan,

ketangkasan tangan dan jari(Nurlaili, 2019).

Sumatri (Nurlaili, 2019) mengatakan hal yang sama :Keterampilan motorik

halus mengorganisir penggunaan sekelompok otot kecil, seperti jari tangan dan

tangan seringkali membutuhkan ketelitian untuk koordinasi mata-tangan.

Pada permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang standar Nasional

Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 10 menjelaskan bahwa motorik halus mencakup

kemampuan dan kelenturan yang menggunakan jari dan alat untuk

mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk(Nurlaili, 2019).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai motorik halus maka dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motorik halus adalah kemampuan

gerak yang mengunakan otot-otot kecil yang berhubungan dengan koordinasi

mata tangan serta kelenturan tangan dan ketangkasan tangan.

b. Fungsi Motorik Halus

Motorik2kasar dan motorik halus mempunyai beberapa fungsi yang penting.

Khususnya motorik halus mempunyai fungsi yang sangat diperlukan bagi anak

cerebral palsy dalam melaksanakan aktivitas kesehariannya. Fungsi3aktivitas

motorik dalam permainan menurut Gandasetiawan (2009:87) adalah sebagai

berikut :

a. Meningkatkan spontanitas anak.


b. Meningkatkan rasa percaya diri anak.
c. Perkembangan kognitif anak yang semakin baik .
d. Anak-anak dengan cepat belajar memutuskan apa yang penting
bagi mereka, dan dapat mengatur kata-kata mereka.
12

e. Kemampuan untuk membaca emosi orang lain, mengkriti, dan


meningkatkan ide-ide yang sangat baik.

Saputra1(2005:11) mengemukakan bahwa ada 3 fungsi pengembangan

motorik halus,yaitu :

a. Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua


tangan.
b. Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan
dengan gerakan mata.
c. Sebagai alat untuk melatih kontrol emosi.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulakan bahwa fungsi

motorik halus adalah untuk menolong anak dalam mengembangkan koordinasi

mata dengan keterampilan motorik kedua tangan dan jari-jarinya sehingga siswa

lebih mandiri.

c. Tujuan7Pengembangan8Motorik9Halus

Adapun tujuan dalam prngrmbangan keterampilan motorik halus adalah:

pertama mempraktikkan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka

fleksibilitas. Kedua, mengekspresikanadiri dan berkreasi dengan ide dan

imajinasifyang berbeda, sertaugunakan media yang berbeda untuk sebuah karya

seni.

Pendapat dari Setyaningsih dan Prasetyawati (Desmariani, 2020) tujuan

pengembangan motorik halus yaitu :

1. Kemampuan mengembangkan keterampilan motorik halus yang


melibatkan keterampilan motorik kedua tangan.
2. Kemampuan untuk menggerakan bagian tubuh yang berhubungan
dengan gerakan jari, seperti menggambar dan memanipulasi
objek.
3. Kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan mata dan tangan.
4. Mampu mengontrol emosi pada aktivitas motorik halus.
13

Tujuan pengembangan motorik halus menurut Nuraida, Nia (2012:76 )

adalah:

a. Mampu melatih otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.


b. Kemampuan untuk mengkoordinasi kecepatan tangan dengan
mata.
c. Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi.

Sumantri (Fajriani, 2019: 5) menyatakan bahwa tujuan pengembangan

motorik halus secara spesifik dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus


yang melibatkan keterampilan kedua tangan.
b. Kemampuan menggerakan bagian tubuh yang berhubungan
dengan9gerakan7jari,seperti5keinginan0untuk7menulis,
menggambar dan memanipulasi objek.
c. Kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan mata dan tangan.
Permainan menggabungkan permodelan tanah liat atau adonan
lilin,menggambar,mewarnai,menempelkan,memotong, merangkai
objek( meronce).

Berdasarkan pendapat tersebut,tujuan keterampilan motorik halus dapat

secara optimal mengembangkan keterampilan motorik halus terutama jari tangan

dan telapak tangan dengan lebih baik, sehingga anak diharapkan lebih mandiri

dalam beraktivitas sehari-hari

d. Unsur-unsur1Motorik Halus

Pembelajaran motorik pada dasarnya tidak dapat terlepas dari unsur dasar

yaitu pembelajaran motorik halus7dan kasar. Keterampilan motorik bergantung

pada pengalaman motorik mereka dan faktor-faktor mendasar yang mereka

peroleh7.
14

Menurut Suyanto (2005: 20) mengemukakan bahwa unsur-unsur yang

termasuk dalam terkandung dalam keterampilan motorik halus meliputi

ketepatan,kekuatan,kelenturan, ketepatan,dan kemahiran.

Sedangkan menurut Rudyanto (2005:97) indikator untuk mengukur tingkat

kemampuan motorik halus anak adalah koordinasi mata dan tangan, kelenturan,

ketepatan, dan kehalusan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur

dasar keterampilan motorik halus meliputi kekuatan, koordinasi,ritme, ketepatan,

dan kelenturan. Namun penelitian ini terfokus pada koordinasi mata dan tangan,

kekuatan, dan kelenturan jari tangan.

e. PrinsipfdalamaPengembangangKemampuan Motorik Halus

Prinsip perkembangan motorik halus adalah adanya suatu perubahan fisik

dan psikis yang sejalan dengan pertumbuhannya, perkembangan motorik sangat

dipengaruhi oleh nutrisi, status kesehatan, dan pengobatan yang bergerak dengan

perkembangannya.

Menurut Sujiono (2008:25) prinsip-prisip perkebangan motorik halus

meliputi:

a. Menyediakan alat dan bahan


Kurangnya persiapan alat dan bahan oleh pendidik akan
menyebabkan ketidaknyamanan dalam kegiatan pembelajaran,
maka sebelum melakuakan pembelajaran sebaiknya
mempersiapkan alat dan dokumen terlebih dahulu.
b. Memperlakukan anak secara setara
Pendidik tidak boleh membandingkan kemampuan satu anak
dengan kemampuan anak lainnya, karena setiap anak memiliki
karakteristiknya sendir yang unik.
15

c. Memperkenalkan jenis-jenis aktivitas motorik halus Pendidik


hendaknya mengenalkan beberapa aktivitas motorik halus seperti:
memotong, menggambar, mewarnai, melipat dan lain-lain.
d. Pendidik hendaknya melakukan kegiatan pembelajaran dengan
berbagai cara agar anak tidak bosan dan tetap aktif terlibat
dalam kegiatan pembelajaran.
e. Pastikan tingkat pencapaian sesuai dengan perkembangan anak.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulan bahwa prinsip dasar

perkembangan motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

perkembangan motorik dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada anak

untuk bereksplorasi sesuai dengan minatnya, tidak begitu dilarang.

3. HakikatiCerebral2Palsy

a. Pengertian Cerebralypalsy

Cerebral palsy adalah suatu kondisi kerusakan permanen dan progresif

pada jaringan otak. Postur tubuh yang terjadi pada usia (sejak lahir) dan

menganggu perkembangan otak normal dengan kelainan neorologis berupa

spastik, kelaianan basalis dan serebellum serta kelainan mental dan menunjukkan

pergerakan yang tidak normal.

Somantri (Hidayatullah, Anwar, dan wibowo, 2020:21) Cerebral palsy

adalah salah satu bentuk cedera otak traumatis yang mempengaruhi kontrol

motorik akibat kerusakan otak atau penyakit neoromuscular akibatcgangguan

perkembangan atau kerusakan organ yang berhubungan dengan kontrol fungsi

motorik.

Menurut Efendi (2006:118) Cerebral palsy adalah suatu patologi yang

menganggu aspek motorik akibat disfungsi otak.


16

Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti menyimpulkan cerebral palsy

adalah suatu kondisi yang terdapat kerusakan pada jaringan otak sehingga

mengalami kekakuanatau kelayuan pada gangguan gerak.

b. Penyebab Cerebral Palsy

Penyebab terjadinya cerebral palsy dibagi menjadi tiga yaitu sebelum

kelahiran, pada waktu kelahiran, dan sesudah kelahiran Werner (Meidina

2019:16)

1. Sebab Sebelum kelahiran

a. Infeksi yang dialami oleh ibu ketika hamil, yaitu beberapa infeksi

yang membawa pada janin terutama pada kehamilan trimester

pertama

b. Infeksi virus diantaranya infeksi Cytomega Virus, Rubella, herpes

zoster, varicella, infeksi parasif Toxoplasma gondi yang disebabkan

penyakit toksplasmosis.

c. Ketidak cocokan Rh darah antara ibu dan anak

d. Penyakit yang diderita ibu seperti diabetes atau toksemia

(keracunan kehamilan).

e. Herediter atau yang diturunkan (jarang terjadi) dan penyebab

lainnya yang belum diketahui

2. Sebab waktu kelahiraan

a. Kekurangan oksigen (O2) waktu lahir (Anoxia) yang

mengakibatkan bayi lahir biru dan lunglai dengan kerusakan otak.

b. Cidera otak waktu lahir


17

c. Faktor-faktor penyulit kelahiran dan kelahiran prematur

3. Sebab setelah kelahiran

a. Trauma secara langsung mengenai otak misalnya terjatuh

b. Infeksi yang menyerang otak seperti encephalitis dan meningitis

c. Kekurang oksigen pada waktu yang cukup lama misalnya

tenggelam atau keracunan gas.

Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti menyimpulkan penyebab

cerebral palsy disebabkan tiga hal yaitu sebab sebelum kelahiran(pranatal), sebab

waktu kelahiran (perinatal) dan sebab setelah kelahiran (postnatal).

c. Klasifikasi Cerebral Palsy

Klasifikasi cerebral palsy ada beberapa macam salah satu diantaranya dapat

dilihat sebagai berikut :

Meidina (2019: 11) mengemukakan bahwa:

1) Menurut derajat kecacatannya


a. Ringan, dengan ciri-ciri yaitu dapat berjalan tampa alat
bantu,bicara jelas, dan dapat menolong diri dengan baik.
b. Sedang, dengan ciri-ciri membutuhkan bentuan untuk latihan
berbicara, berjalan, mengurus diri, dan alat-alat khusus
seperti brace.
c. Berat, dengan ciri-ciri yang membutuhkan perawatan tetap
dalam ambulasi, berbicara, dan menolong diri.

2) Menurut jumlah anggota tubuh yanng mengalami kelainan

a. Monoplegia dengan ciri hanya 1 anggota gerak yang


mengalami kelainan.
b. Diplegia dengan ciri hanya 2 anggota gerak yang
mengalami kelainan baik anggota gerak bawah/ paraplegia
ataupun anggota gerak atas diplegia.
c. Hemiplegia dengan ciri satu sisi tubuh mengalami kelaianan
baik sisi tubuh bagian kanan maupun sisi tubuh bagian kiri.
18

d. Triplegia dengan ciri mengalami kelainan pada 3 anggota


gerak, misalnya 2 kaki 1 tangan.
e. Quadreplegia /tetraplegia dengan ciri ke 4 anggota gerak
mengalami kelainan.

3) Cerebral palsy dilihat dari gejala pergerakan otot

a. Spastik yaitu anak yang mengalami kekakuan atau


ketegangan otot yang terutama timbul jika otot-otot tersebut
akan digerakkan sertanbertambah parah jika anak gelisah,
marah, takut, terkejut atau tidak tenang sebaliknyaakan
berkurang saat anak tenang atau tidur.
b. Dyskenesia merupakan anak cerebral palsy yang mengalami
hambatan dalam kontrol tubuh dan koordinasi gerak. Jenis
dyskenesia meliputi :
i. Athetosis ciri gerakan tubuh yang tidak terkontrol
ii. Rigit gerakan yang sangat kaku, lambat dan tertahan-
tahan mirip dengan gerakan robot.
iii. Tremor memperlihatkan gejala adanya getaran-getaran
halus yang umumnya terjadi pada tangan atau jari-jari
tangan, getaran-getaran tersebut terjadi dengan
sendirinya dan tidak disadari oleh anak.
c. Ataxia gangguan keseimbangan tubuh sehingga anak sulit
untuk dapat duduk, berdiri, dan berjalan, gaya berjalan
anak ataxia seperti orang mabuk.
d. Campuran anak mengalami dua atau tiga jenis kelainan
misalnya anak menderita spastik, athetoid atau spastik dan
tremor.

Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa klasifikasi

cerebral palsy terbagi menjadi 3 yaitu berdasarkan derajat kecacatan yang ada

ringan, sedang, dan berat. Kemudian kedua itu berdasarkan jumlah anggota gerak

yang mengalami kelainan yang terbagi menjadi 4 yaitu ada monoplegia, deplegia,

hemiplegia, triplegia, dan quadreplegia. Dan klasifikasi yang ketiga cerebral

palsy yang dilihat dari gejala pergerakan otot yang terbagi benjadi 4 bagian ada

spastik, dyskenesia, ataxia, dan campuran.


19

4. Kaitan5Penggunaan6Media7Playdough8Untuk9Meningkatkan
Kemampuan 5Motorik9Halus Anak0Cerebral Palsy

Masalah yang dihadapi cerebral palsy karena mengalami hambatan

keterampilan motorikmaka berdampak banyak dalam segala hal seperti didalam

melakukan gerakan motorik halus. Meskipun demikian namun masih bisa

dioptimalkan melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh guru.

Sumiati dan Asra ( 2013) berpendapat dalam pemilihan sarana,beberapa

faktor harus dipertimbangkan,antara lain:

1. Jenis1kemampuan yang dicapai sesuai dengan tujuan.

2. Kegunaan2media pembelajaran itu sendiri.

3. Kemampuan guru dalam menggunakan salah satu media pembelajaran.

4. Fleksibilitas3(lentur) untuk pembelajaran.

5. Keefektifan suatu media pembelajaran.

Berdasarkan pendapat tersebut maka untuk melatih motorik halus anak

sangat cocok menggunaka media playdough karena anak yang akan dilatihkan ini

memiliki masalah pada motorik halusnya yang mengalami kekakuan sehingga

kesulitan dalam aktifitas yang berkaitang dengan motorik halus.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan karena permasalahan aktivitas3kemampuan

motorik halus, yaitu mengalami kesulitan dalam aktivitas motorik halus yang

dialami subjek yang berinisial SA. Jika tidak ditemukan pemecahan masalah, hal

ini akan mempengaruhi perkembangan keterampilan motoriknya. Oleh sebab itu

dalam penelitian iniedipilih treatment menggunakan playdough. Alasan


20

penggunaan5playdough adalah media ini dapat merangsang motorik halus siswa

dan berfungsi sebagai latihan untuk meningkatkan motorik halus siswa.

Masalah dalam penelitian ini adalahkesulitan dalam aktivitas motorik

seperti memegang, menggenggam dan sebagainya diberikan treatment dengan

menggunakan playdoughuntuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan

kinerja motorik halus. Oleh karena itu, dengan mengulangi latihan motorik halus

playdough bagi siswa Cerebral Palsy SA secara berulang -ulang maka kesulitan

aktivitas motorik dalam menggenggam, memegang siswa teratasi.

Target sasaran (target behavior) penelitian ini adalah untuk5meningkatkan

kemampuanamotorik halus siswa Cerebral Palsy SA yang dapat juga

meningkatkan konsentrasi dalam proses belajar mengajar. Jika latihan motorik

halus menggunakan playdough maka rendahnya motorik halus dapat meningkat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian kerangka berfikir penelitian

berikut:

Masalah
Kemampuan motorik9halus Treatment
Cerebral Palsy0masih rendah dengan latihan
menggunakan playdough

Target behavior Tercapai


Kemampuan Motorik Halus Subyek
CerebralPalsy meningkat

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikiri


21

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan8kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka pertanyaan

penelitian sebagai berikuti :

1. Bagaimanakah kemampuan motorik halus padauanak Cerebral Palsy kelas

III di SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman sebelum diberi

intervensi (beselinei1/A1)?

2. Bagaimanakahekemampuanamotorik halus anak Cerebral Palsy Kelas III

SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman saat diberi intervensi dengan

penggunaan media playdough (2intervensi/ B)?

3. Bagaimanakah kemampuan motorik halusianak Cerebral PalsycKelas III di

SLB NegeriaCampalagian KabupatenqPolman setelah5diberi8intervensi

melalui penggunaanamedia playdough (beseline 2/A2)?

4. Bagaimanakah kemampuanlmotorik halus anak cerebral palsy Kelas III SLB

Negeri Campalagian Kabupaten Polman melalui penggunaan media

playdough berdasarakan hasilkanalisisuantar kondisi sebelumodiberi

intervensi (Baseline 1/A1), saat diberi intervensi (B), dan saat setelahodiberi

intervensi (Baseline 2/A2)?


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatanxpenelitianoyangydigunakanidalamapenelitian9inikadalah

kuantitatif. Alasan penggunaan metode kuatitatif adalah untuk mengetahui

pengaruh penggunaan media playdough terhadap peningkatan kemampuan

motorik anak cerebral palsy kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten

Polman. Menurut Kasiram (2008) pendekatan kuantitatif adalah suatu proses

menemukan data dalam bentuk angka sebagai alat untuk menganalisi informasi

yangvingin diketahui.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eskperimen berupa

SSR (Single Subjek Research). SSR merupakan metode penelitian dengan subjek

tunggal atau Single Subject Research yaitu suatu metode yang bertujuan untuk

memperoleh data yang dibutuhkan dengan menghubungkan hasil ya atau tidak

hasil suatu metode. Perlakuan tertentu berulang. Hal ini sesuai dengan

pendangan(Sunanto et al., 2005)“Single Subject Research(SSR) atau penelitian

subjek tunggal, adalah metode penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada

subjek dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari perlakuan

diberikan berkali-kali tentang perilaku yang ingin diubah’’. Adapun perilaku

yang ingin diubah dalam penelitian ini disebut dengan perilaku target, khususnya

motorik halus.

22
23

B. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang bentuk apapun yang

ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentangnya

dan kemudian ditarik kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pandangan(Sunanto et al.,

2005)bahwa variabel adalah atribut atau ciri dari sesuatu yang berupa objek atau

kejadian yang dapat diamati. Berdasarkan pendapat (Yuwono, 2015) menjelaskan

bahwa (1). Variabel bebas disebut Intervensi/ Treatment/ Perlakuan/ Tindakan.

(2). Variabel terikat disebut Perilaku sasaran/ Target Behavior” Ada satu variabel

dalam penelitian, ini yaitu: kemampuan motorik halus melalui penggunaan

playdough

2. Desain penelitian

Desain penelitian subjek tunggal yang digunakan, yaitu desain penelitian

tiga fase dengan tujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh perlakuan yang

diberikan pada individu, dengan membandingkan kondisi beseline sebelum dan

sesudah intervensi. Strukturr dasar desain A-B-A dapat dilihat pada gambar

berikut :
24

Gambar tampilan desain dapat digambarkan pada grafik berikut:

Baseline (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)


Perilaku Sasaran

Sesi (waktu)

Gambar 3.1 Desain

Keterangan :

a. A-11(Baseline 1), adalah2gambaran murni (lengkap) dari kemampuan3

subjek5sebelum4diberikan5perlakuan5atau6sebelum7peneliti8mempunyai

rencana9untuk memberikan8intervensi. Dalam6baseline ini peneliti2tidak

diizinkan untuk memberikan1perlakuan2selama3mengadakan4pengamatan.

Sunanto1(2006:141) menyatakan bahwa3”baseline adalah4kondisi5dimana

pengukuran7perilaku target dibuat dalam kondisi alami sebelum intervensi

apapun”

b. B (intervensi), khususnya suatu keadaan dimana subjek diperlakuan secara

berulang, tujuannya adalah untuk melihat apakah terjadi peningkatan selama

suatu perlakuan yang diberikan.1Dalam2penelitian3ini,4intervensi yang

diberikan1pada9subjek adalah media Playdough. Intervensi7ini6dilakukan

beberapa sesi atau1selama 107sesi. Pencatatan5kemampuan motorik halus

subjek, dilakukan untuk2melihat pengaruh intervensi terhadap perlakuan

yang diberikan secara berulang dilanjutkan dengan jeda selama dua hari
25

untuk melihat apakah hasilnya mendekati atau tidak dapat dilihat bahwa

terdapat pengaruh intervensi terhadap1kemampuan2motorik3halus4anak

cerebral5palsy5kelas III SLB Negeri9Campalagian Kabupaten Polman.

c. A-2 (Baseline 2) melibatkan melihat perlakuan kondisi baseline dengan

memberi perlakuan berikut untuk menilai dampak dari intervensi yang

diberikan pada subjek untuk mempertahankan validasi atau hasil yang

mendekati. Pada1baseline223ini4peneliti5ingin3melihat seberapa baik

kemampuan1motorik halus subjek2setelah diberikan3intervensi.

Setelah1data terkumpul, data2diolah dan3dianalisis menggunakan4statistik5

deskriptif, dan2penyajian data diolah4menggunakan5grafik. (Sugiyono, 2007)

menyatakan bahwa statistik1deskriptif2adalah3penghitungan yang4digunakan

untuk8menganalisis data9dengan7cara menggambarkan atau6mendeskripsikan

data terkumpul apa adanya.

C. Defenisi OprasionalcVariabel

Berdasarkan Variabel di atas yang perlu ditentukan adalah:

1. Media Playdough adalah media pemainan terbuat dari campuran terigu

dan garam benzoate. Dengan media Playdough dapat digunakan untuk

mengembangkan keterampilan motorik halus. Selain itu kegiatan ini

bernilai edukatif yang dapat memberikan pengalaman yang

menyenangkan serta menarik bagi anak didik. Tunjuan bermain dengan

media Playdough adalah untuk melatih motorik halus Anak Cerebral

Palsy melalui kegiatan meremas, melinting, menguleni, membentuk,

menggunting, memotong, menekan, menggulung dan meremas.


26

2. Target behavior. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan otot halus

pada tangan dan jari melaui 3 unsur motorik halus yaitu kordinasi mata dan

tangan aktivitasnya ada menempel kertas sesuai pola dan membuka

menutup botol, kelenturan telapak tangan dan jari-jari aktivitas yang

dilakukan seperti menggulung kertas, merobek kertas melinting kertas,

membentuk kertas., dan unsur yang ke 3 ada kekuatan telapak dan jari

tangan misalnya mengguting kertas, meremess busa, menekan bola,

memindahkan air dari busa.

D. Subjek Penelitian

Profil7Subjek
1. Nama2Inisial : SA

2. Tempat,3tanggal lahir : Parappe, 12 September62011

3. Jenis8kelamin : Laki.-laki

4. Alamat : Dusun Parappe

5. Nama8orang tua :

a. Ayah : AR

b. ibu : NA

6. PekerjaanQorang tua

a. Ayah : Tukang bentor

b. Ibu : Wiraswasta

Data KemampuanOAnak

a. Kondisi Umum
27

Subjek seorang anak cerebral palsy yang berusia 10 tahun.SA bersekolah di

SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman orang tua subjek selalu membantu

subjek dalam aktivitas kesehariannya dirumah karena subjek belum bisa

melakukannya dengan sendiri sebab subjek mengalami kekakuan pada kedua

tangannya bahkan dalam ADL subjek juga dibantu oleh orangtuannya dan ini

menyebabkan karena motorik halus dan motorik kasar subjek yang bermasalah

terutama pada motorik halus anak mengalami kesulitan.

b. Kemampuan komunikasi

Dalam berkomunikasi SA cara pengucapan masih lambat dalam

berkomunikasi namun masih bisa dimengerti sedikit apa yang diucapkan subjek,

SA ketika berkomunikasi dengan temannya juga masih bisa dimengerti apa yang

diucapkan walaupun kurang jelas tetapi temannya bisa mengerti apa yang

diucapkan SA, orang tua subjek juga tidak terlalu kesulitan dalam berkomunikasi

dengan SA karena orangtuannya sudah mengerti apa yang diucapkan SA.

c. Kemampuan Akademik

SA tidak mengalami kesulitan dalam hal membaca dan berhitung. Namun

SA mengalami kesulitan dalam menulis karena disebabkan kekakuan yang ada

pada kedua tangan subjek sehingga kesulitan dalam memegang dan mengemgam

alat tulis.

E. TeknikPengumpulan Data

Menurut1Sugiyono3(2010:308)3teknik2pengumpulan4data6merupakan

langkah4terpenting1penelitian,1karena2tujuan4utama5dari3penelitian8adalah

memperoleh data.
28

Tes adalah “serangkaian pertanyaan/latihan atau alat1lain2yang3digunakan

untuk2mengukur4keterampilan, pengetahuan,1kemampuan3bakat2individu atau

kelompok’’7(Arikunto 2010). Tes yang1digunakan2dalam4penelitian6ini adalah

tes2perbuatan yang berupa tindakan yang diberikan pada kondisi baseline81(A1),

intervensi1dan2baseline 21(A2). Dalam penelitian3ini pengukuran kemampuan

motorik1halus sasaran2(target behavior)2dilakukan2secara2berulang dalam

jangka waktu6tertentu, yaitu1perbandingan dilakukan pada3subjek yang1sama

dengan8kondisi9(baseline). Baseline adalah7kondisi di mana target3pengukuran

motorik halus diambil secara alami3sebelum menerima2intervensi. Kondisi

intervensi1adalah2kondisi3dimana4intervensi telah3diberikan3perlakuan yang

ditargetkan yang diukur dalam kondisi8tersebut.

Dalam penelitian ini kategori yang ditunjukkan pada tabel digunakan

sebagai berikut :

Tabel33.1 Tabel Kategori4Standar8Penilaian

Interval Kategori

80 –1100 Sangat1tinggi

60 –279 2Tinggi

561– 65 Cukup8

416– 55 5Rendah

≤ 413 Sangat2rendah

(Arikunto, 2006: 19
29

Adapun1kisi-kisi2tes3kemampuan4motorik5halus anakCerebral Palsy kelas

III SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman dalam1tabel di2bawah ini:

Tabel63.2Kisi-kisi1Tes Kemampuan3Motorik2Halus

Variabel Sub2Variabel Indikator Jumlah


I
tes
1. Koordinasi 1. Menempel kertas
Antara8tangan sesuai pola
dengan0mata 2. Membuka dan
Kemampuan menutup botol 2
Motorik8halus
anak cerebral 2. Kelenturan 1. Menggulung kertas sesuai
palsy telapakdan jari-jari pola
tangan 2.Merobek kertas menjadi
bagian kecil 4
3.Melinting menggunakan
kertas
4. Membentuk kertas menjadi
bola

3.Kekuatan 1. Menggunting kertas


telapak dan jari- sesuai garis
jari tangan 2. Meremas busa berisi air 4
3. Menekan bola stres
dengan jari-jari tangan 6
4. Memindahkan air dari busa
ke mangkok
A

Kriteria Penilaian : s
huruf
a. Apabila anak mampu melakukan tindakan sesuai yang di tentukan tanpa

bantuan dan hasilnya Baik maka di beri skor 1.

b. Apabila anak tidak mampu melakukan tindakan yang telah di tentukan maka

di beri skor 0

1. Validasi8Instrumen

Suatu instrument dikatakan1valid jika2instrumen3tersebut5benar-benar


30

mengukur1aspek2atau5segi2yang5akan8diukur. Jenis validitas5instrumen dalam

penelitian6ini7adalah9validitas8isi.(Sugiyono,92012) yang menjelaskan0bahwa“

untuk9instrument0tes,ipenelitian0validitas3isi/dapat=dilakukan;,dengan

menbandingkan isi9instrumen9denganQmateri8yang5diajarkan”. Secara1teknis,

pemeriksaan8valititas0isi9dapat2dibantu8dengan9menggunakan10kisi-kisi

instrument atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi tersebut

terdapat variabel-variabel yang diteliti, indicator-indikator sebagai tolak ukur, dan

jumlah item (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah diuraikan dari indicator-

indikator tersebut. Dengan kisi-kisi instrumen maka pengujian validitas butir-butir

instrumen lebih lanjut, akan dikonsultasikan dengan ahli yang sesuai dengan

materi yang akan dibuat soal tes. Metode validasi meliputi diskusi dan

rekomendasi tertulis dan lisan. Saran validator adalah memodifikasi tes motorik

halus agar tidak menggunakan playdough.

Perangkat tersebut kemudian diperiksa oleh dua orang ahli untuk

mengetahui validitas perangkat yang diuji. Alat tes ini meliputi 10 tes tindakan

untuk menilai kemampuan siswa sebelum perlakuam/intervensdan 10 item tes

untuk menilai kemampuan siswa setelah perlakuan/intervensi.

2. Validasi Media

Desain media dalam penelitian ini disusun berdasarkan kompetesi dasar,

indikator, tujuan pembelajaran, dan hakikat media playdoughkemudian

menyususun langkah-langkah permainan playdoughsesuai dengan pengajaran

anakcerebral palsy. Kemudian desain media ini diujikan kepada satu ahli untuk

mengetahui desain media ini layak untuk digunakan.


31

F. Teknis Analisis2Data

Teknik2analisis5data7yang8digunakan0dalam3penelitian4ini5adalah6teknik

analisis9deskriptif8kuantitatif yang meliputi data0peningkatan9kemampuan

motorik5halus. Menurut9Sugiyono(2015:.207) ‘‘Teknik analisis9deskriptif

kuantitatif adalah3analisis2data8dengan8cara mendeskripsikan data1yang4telah

dikumpulkan apa adanya4tanpa6bermaksud menarik kesimpulan1yang2berlaku

pada objek penelitian”.

Beberapa faktor penting3yang3akan4dianalisis5dalam6penelitian7ini,

termasuk analisis1kondisi.

Analisis1perubahan9data0suatu5kondisi seperti kondisi8baseline6atau

intervensi.2Komponen8yang4dianalisis5meliputi:

a. Panjang9kondisi

Panjang1kondisi2menunjukkan jumlah data3dan8sesi3yang8ada dalam

suatu6kondisi atau2fase. Jumlah data2dalam4kondisi8menggambarkan jumlah

sesi3yang2dilakukan di setiap6kondisi. Data dalam kondisi0baseline

dikumpulkan sampai data2menunjukkan3arah4yang5jelas.

b. Kecenderungan2arah

Kecenderungan1arah2data dalam suatu3grafik5sangat4penting dalam

memberikan4wawasan perilaku0subjek6yang0sedang dipelajari. Diwakili oleh

garis8yang memotong semua0data8dalam6suatu7kondisi.

c. Kecenderungan1stabilitas3(trend stability)

Kecenderungan stabilitas (trend stability), yang menunujukkan seberapa

konsisten data dalam suatu kondisi. Kestabilan data dapat ditentukan dengan
32

menghitung jumlah titik data dalam rentang, kemudian dibagi dengan jumlah titik

data dan dikalikan 100%. Jika persentase stabilitasnya sebesar 85-90% maka data

dikatakan stabil, sedangkan secara eksternal dikatakan tidak stabil.

d. Jejak data

Jejak data adalah perubahan dari data satu level data ke level data lainnya

dalam suatu kondisi, perubahan dari satu level data ke level berikutnya dapat

terjadi dengan tiga cara, yaitu: ascending, descending dan horizontal.

e. Rentang

Rentang adalah jarak antara batas atas dan batas bawah. Rentang

memberikan informasi yang sama seperti pada analisis perubahan Level (level

change),

f. Perubahan Level (level change)

Perubahan level adalah jumlah perubahan antara dua data, perubahan data d

suatu kondisi adalah selisih antara data pertama dan terakhir.

Dalam penelitian ini, semua data yang terkumpul kemudian dikumpulkan,

diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk memberikan gambaran

yang ringkas dan jelas tentang suatu situasi atau peristiwa.

Menurut Sunanto,dkk(2006) analisis kondisi memiliki komponen-

komponen sebagai berikut:

a. Jumlah variabel yang diubah

Dalam analisis data antar kondisi, yang terbaik adalah variabel dependen

atau perilaku target untuk fokus pada satu perilaku. Analisis berfokus pada
33

dampak atau pengaruh intervensi terhadap pada dampak atau pengaruh intervensi

terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan kecenderungan arah

Dalam data lintas kondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antara arah

histogram kondisi baseline dan intervensi menunjukkan besarnya perubahan

perilaku target akibat intervensi yang ditimbulkan. Kemungkinan antara antara

kondisi, yaitu: (1) horizontal ke horizontal; (2) mendatar ke atas; (3) mendatar ke

kebawah; (4) menaik ke menaik; (5) menaik ke mendatar; (6) menaik ke menurun;

(7) menurun ke menaik; (8) menurun ke mendatar; (9) menurun ke menurun.

Sedangkan signifikan efek tergantung pada tujuan intevensi.

c. Perubahan kecenderungan stabilitas dan efeknya

Perubahan kecennderungan stabil, yang menunjukkan stabilitas perubahan

dalam seri data. Data dikatakan stabil jika menunjukkan arah (mendatar, menaik,

dan menurunn) secara konsisten.

d. Perubahan level data

Perubahan level data menunjukkan berapa banyak data yang telah berubah.

Tingkat perubahan data antar kondisi dinyatakan sebagai selisih antara data

terakhir kondisi pertama (baseline) dan data pertama pada kondisi berikutnya

(intervensi). Nilai selisih menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan

perilaku yang terjadi akibat intervensi.

e. Data yang tumpang tindih

Data overlap artinya terjadi data yang sama pada kedua kondisi (baseline

dengan intervensi). Data yang tumpang tindih tidak menunjukkan perubahan pada
34

kedua kondisi tersebut. Misalnya, jika data pada kondisi baseline lebih dari 90%

yang tumpang tindih pada kondisi intervensi. Jadi, kita tahu bahwa tidak mungkin

menentukan pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku.

Dalam penelitian ini, grafik yang digunakan untuk analisis data adalah

grafik garis. Menggunakan analisis dengan grafik akan memperjelas deskripsi

kinerja eksperiment.

Perhitungan dalam pengelolaan data menggunakan persentase (%).

Sunanto(Sunanto et al., 2005) menyatakan bahwa “persentase menunjukkan

banyaknya kemunculan suatu perilaku atau peristiwa dibandingkan dengan

keseluruhan peluang terjadinya peristiwa tersebut dikalikan 100%.” Alasan

menggunakan persentase adalah peneliti akan mempelajari hasil tes sebelum dan

sesudah perlakuan dengan cara menghitung skor motorik halus anak/subjek yaitu:

diambil skor kemampuan anak, yang benar dibagi skor keseluruhan dan dikalikan

100.

skor yang di peroleh


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = x 100
skor ideal maksimal
35

BAB IV
HASIL2PENELITIAN3DAN4PEMBAHASAN

A. Hasil5Penelitian

Penelitian yang sudah dilaksanakan6pada7anak Cerebral Palsy kelas8III di

SLBnNegeri9Campalagian Kab Polman yang berjumlah satu anak pada tanggal

30 Desember s/d 30 Januari 2022. Fase3baseline 1 dilakukan4sebanyak13 sesi,

fasesintervensisdilakukan6sebanyak 101sesi dantdi terakhirabaseline 2 dilakukan

sebanyak53 sesi. Penelitianginiebertujuanguntukmmengetahui apakahgterdapat

pengaruh pada penggunaan6media playdough dalam meningkatkanikemampuan

motorikuhalusianak cerebral palsy kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten

Polman.

1. Kemampuan Motorik HalusAnak Cerebral PalsyKelas III SLB Negeri


Campalagian Kabupaten PolmanPada Kondisi3Baseline81 (A1)

Pada baseline81(A1) yangUdilakukan4sebanyak83 sesi0pada1minggu

pertama tanggal 4-6 Januari92021. Analisis1dalam2kondisi3baseline61(A1)

merupakan8analisis3yang2dilakukan3untuk9melihat2perubahan1data8dalam4satu

kondisi yaitu kondis baseline 1(A1). Hal ini dilakukan untuk memastikan

kemampuan awal anak. Oleh1karena itu data9yang2diperoleh1dari2sesi pertama

sampai sesi ketiga sudah2stabil2dan1menyatakan3bahwa7kemampuan3awal yang

dimiliki1oleh SA tidak2ada1perubahan2yaitu3tetap 30. Sehingga2pemberian4tes

peniliti hentikan3pada5sesi ketiga. Adapun data hasil kemampuan motorik halus

pada4kondisi5baseline 1(A1) dapat5dilihat3pada3tabel berikut :


36

Tabel 4.1Data1Hasil baseline 1 (A1) Kemampuan2Motorik Halus

Sesi2 Skor9maksimal Skor Nilai


Baseline 1 (A1)

1 10 3 30

2 10 3 30

3 10 3 30

Untuk1melihat dengan jelas3perubahan5yang3terjadi5pada kemampuan

motorik2halus5pada kondisi Baseline 1(A1), data diatas dapat3dibuatkan3grafik.

Hal3ini4dilakukan8untuk memudahkan dalam menarik kesimpilan. Grafik

tersebut7Sebagai berikut :

Grafik 4.1 Kemampuan9Motorik Halus Melalui Bermain PlaydoughPada


Kondisi Baseline 1 (A1)

Baseline 1
100
Nilai Kemampuan motorik halus
melalui latihan bermain

80

60
playdough

40
30 30 30
20

0
1 2 3

Sesi

Komponen-komponen2yang2akan6dianalisis7pada9kondisi0baseline 1(A1)

adalah:
37

1) Panjang1kondisi2(Condition3Lenght)

Panjang1kondisi2( Condition3Lenght) adalah jumlah data yang ditampilkan

per8sesi pada kondisi6baseline 11(A1). Secara3visual7panjang,0kondisi ini dapat

dilihat1pada2tabel34.2 berikut :

Tabel 4.2Data Panjang1Kondisi2Baseline01 (A1)6Kemampuan4Motorik1Halus


Melalui Latihan Bermain Playdough

Kondisi Panjang8Kondisi

Baseline 1 (A1) 3

Panjang kondisi pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah sesi pada

kondisi baseline 1( A1) adalah 3 sesi. Kemampuan motorik halus SA pada

kondisi baseline 1 (A1) dari sesi pertama hingga sesi ketiga, identik atau konstan

dengan skor 30. Tes1dihentikan2karena3data4diperoleh5dari sesi pertama hingga

ketiga data stabil6yaitu0100% indikator stabilitas4telah ditentukan sebesar885%-

100%.

2) Estimasi1Kecenderungan2Arah

Estimasi1kecenderungan2arah3dilakukan4untuk5melihat6peningkatan

kemampuan7motorik8halus melalui latihan playdough yang digambarkan9oleh

garis1naik,2sejajar,3atau menurun dengan7metode8belah4tengah sedangkan

langkah-langkahnya6menggunakan1metode2belah3tengah4adalah5sebagai

berikut :

a) Pisahkan data5menjadi3dua7bagian6pada9kondisi9baseline41(A1).

b) Data dipecah menjadi dua bagian kemudian dibagi menjadi dua bagian.
38

c) Tentukan posisi median dari setiap belahan. Gambaran garis yang sejajar

dengan absis yang menghubungkan pertemuan antara garis masing-masing

belahan.

Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara

garis grafik dengan garis kanan dan kiri, garinya naik, mendatar atau menurun.

Kecenderungan arah pada kondisi baseline 1(A1) dapat dilihat dalam tampilan

grafik4.2 sebagai berikut :

Baseline11 (A1)
100
Kemampuan motorik halus Melalui

90
latihnan bermain playdough

80
Kecenderungan Arah

70
60
50
40 30 30 30
30
20
10
0
1 2 3
Sesi
Grafik4.2KecenderunganArahKemampuan Motorik Halus Melalui
Latihan BermainPlaydough Pada KondisiBaseline 1 (A1)

Berdasarkan1gambar 4.22estimasi3kecenderungan4arah5kemampuan anak

pada1kondisi2baseline31(A1)4diperoleh5kecenderungan6arah7mendatar8artinya

pada1kondisi7ini8tidak9mengalami0perubahan9dalam kemampuan motorik halus

melalui latihan bermain playdough, hal ini dapat dilihat pada sesi pertama sampai

pada sesi ketiga subyek SA memperoleh1nilai9303atau7kemampuan motorik

halus melalui4latihan bermain playdoughsubyek SA tetap8(=).


39

Estimasi kecenderungan arah diatas dapat dimasukkan kedalam tabel 4.3

sebagai berikut :

Tabel 4.3Data Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus melalui


Latihan Bermain Playdoughpada Kondisi Baseline 1 (A1)

Kondisi Baseline 1 (A1)

Estimasi Kecenderungan Arah


(=)

3) Kecenderungan Stabilitas Baseline 1(A1)

Untuk menentukan kecenderungan stabilitas kemampuan motorik halus

melalui latihan bermainplaydoughpada anak kondisi baseline 1(A1) digunakan

kriteria stabilitas 15% . Presentase sebesar 85%-100% dikatakan stabil sedangkan

data skor mendapatkan stabilitas dibawa itu maka dikatakan tidak stabil atau

variabel (Sunanto, 2006).

a) Menghitung Mean Level

Mean = Jumlah semua benar nilai A1


Banyaknya sesi

= 30+30+30
3
= 90
3
= 30.

b) Menghitung Kriteria Stabilitas

Nilaitertinggi x kriteria stabilitas = Rentang stabilitas

30 x0.15 = 4.5
40

c) Menghitung Batas Atas

Mean level +Setengah dari = Batas atas


rentangstabilitas
30 +2.25 = 32.25

d) Menghitung Batas Bawah

Mean level -Setengah dari rentang = Batas bawah


Stabilitas
30 -2.25 = 27.75

Untuk melihat cenderung stabil atau tidak stabilnya data pada baseline

1(A1) maka data diatas dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut :

Baseline 1 (A1)
Trend Stability Baseline 1 (A1)
Kemampuan motorik halus
Melalui latihan bermain

100
80
60
playdough

40
20
0
1 2 3
Sesi

Mean = 30 BA = 32, 25 BB = 27, 75

Grafik4.3 Kecenderungan Stabilitas pada Kondisi Baseline 1(A1)Kecenderungan


stabilitas ( Kemampuan Motorik Halus Melalui latihan
bermainPlaydough) 3/3 x100% = 100%.

Hasil perhitungan kecenderungan stabilitas Kemampuan Motorik Halus

melalui latihan bermainPlaydough anak pada kondisi baseline 1(A1) adalah

100%. Jika kecenderungan stabilitas yang diporoleh stabil, maka proses intervensi

atau pemberian perlakuan pada anak dapat dilanjutkan.


41

Berdasarkan grafik kecenderungan stabilitas atas, pada tabel 4.4 dapat

dimasukkan seperti dibawah ini :

Tabel 4.4 Kecenderungan stabilitas Kemampuan Motorik Halus melalui Latihan


Bermainplaydough pada kondisi Baseline 1(A1)

Kondisi Baseline 1 (A1)

Kecenderunganstabilitas Stabil

100%

Kecenderungan stabilitas yang terdapat pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa

Kemampuan motorik halus melalui latihan bermainplaydough pada subjek SA

pada kondisi baseline 1(A1) berada pada persentase 100% masuk pada kategori

stabil yang artinya kemampuan motorik halus melalui latihan bermain playdough

subyek dari sesi 1 ke sesi 3 tidak mengalami perubahan.

4) Kecenderungan Jejak Data

Menentukan jejak data, sama halnya dengan menentukan estimasi

kecenderungan arah di atas. Pada tabel 4.5 dapat dimasukkan seperti di bawah ini:

Tabel 4.5 Kecenderungan Jejak Data Kemampuan Motorik Halus melalui Latihan
BermainPlaydough pada Kondisi Baseline 1 (A1)

Kondisi Baseline 1 (A1)

Kecenderungan Jejak Data


(=)

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa kecenderungan jejak data dalam

kondisi baseline 1(A1) mendatar. Artinya tidak terjadi perubahan data dalam

kondisi ini, hal ini dapat dilihat pada sesi pertama sampai pada sesi ketiga nilai
42

yang diperoleh subyek SA tetap. Maknanya, pada tes kemampuan motorik halus

pada sesi pertama sampai pada sesi ketiga tetap karena subyek SA belum mampu

melakukan dengan baik meskipun datanya sudah stabil.

5) Level Stabilitas dan Rentang(Level Stability and Range)

Menentukan level stabilitas dan rentang dilakukan dengan cara yaitu

memasukkan masing-masing kondisi angka terkecil dan angka terbesar. Dapat

dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6 LevelStabilitas dan Rentang Kemampuan Motorik Halus pada Kondisi
baseline 1 (A1)

Kondisi Baseline 1 (A1)

Level stabilitas dan rentang Stabil


30-30

Berdasarkan data kemampua motorik halus pada tabel 4.6 sebagaimana

yang telah dihitung bahwa pada kondisi baseline 1(A1) pada sesi pertama sampai

sesi ketiga datanya stabil 100% dengan rentang 30 sampai dengan 30-30.

6) Perubahan Level (Level Change)

Perubahan level dilakukan dengan cara menandai data pertama dengan data

terakhir pada kondisi baseline 1(A1). Hitunglah selisih antara kedua data dan

tentukan arah menaik atau menurun dan kemudian beri tanda (+) jika naik, (-) jika

menurun, dan (=) jika tidak ada perubahan.

Perubahan level pada penelitian ini untuk melihat bagaimana data pada sesi

terakhir. Pada kondisi baseline 1(A1) pada sesi pertama hingga terakhir data yang

diperoleh sama yakni 30 atau tidak mengalami perubahan level yang artinya nilai
43

yang diperoleh anak pada kondisi baseline 1(A1) tidak berubah atau tetap. Jadi

tingkat perubahan kemampuan motorik halus subjek SA pada kondisi baseline

1(A1) adalah 30-30 = 0.

Tabel 4.7 Menentukan Perubahan Level DataKemampuan motorik halus


kondisiBaseline 1 (A1)

Kondisi Data - Data JumlahPerubahan


Pertama Terakhir level

Baseline 1 30 - 30 0
(A1)

Level perubahan data pada setiap kondisi baseline 1 (A1) dapat ditulis

seperti tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8 Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus pada kondisi
baseline 1 (A1)

Kondisi Baseline 1 (A1)

Perubahan level 30-30


(Level change) 0

2. Kemampuan Motorik Halus melalui Penggunaan Playdough pada Anak


Cerebral Palsy Kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman
Pada Kondisi Intervensi (B)

Analisis dalam kondisi Intervensi (B) merupakan analisis yang dilakukan

untuk melihat perubahan data dalam satu kondisi yaitu kondisi Intervensi

(B).Adapun data hasil kemampuan motorik halus pada kondisi Intervensi (B)

dilakukan sebanyak 10 sesi, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
44

Tabel 4.9Data hasil Intervensi (B) Kemampuan Motorik Halus

Sesi Skor Maksimal Skor Nilai

Intervensi (B)
4 10 4 40
5 10 5 50
6 10 6 60
7 10 7 70
8 10 8 80
9 10 9 90
10 10 10 100
11 10 10 100
12 10 10 100
13 10 10 100

Untuk melihat lebih jelas perubahan yang terjadi terhadap kemampuan

motorik halus pada kondisi Intervensi (B), maka data di atas dapat dibuatkan

grafik. Grafik tersebut adalah sebagai berikut:

Grafik 4.4 Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III
dalam Kondisi Intervensi

Intervensi (B)
Nilai Kemampuan motorik halus

100 100 100 100 100


Melalui Penggunaan Playdough

90 90
80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30
20
10
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sesi
45

Adapun komponen-komponen yang akan dianalisis pada kondisi Intervensi

(B) adalah sebagai berikut:

1) Panjang Kondisi(Condition Length)

Panjang Kondisi (Condition Length) adalah banyaknya data yang

menunjukkan setiap sesi dalam kondisi Intervensi (B). Secara visual panjang

kondisi dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Data panjang kondisi Intervensi (B) Kemampuan Motorik Halus

Kondisi Panjang Kondisi

Intervensi(B) 10

Panjang kondisi yang terdapat pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa

banyaknya kondisi Intervensi (B) sebanyak 10 sesi. Maknanya, kemampuan

Motorik Halus subyek SA pada kondisi Intervensi (B) dari sesi keempat sampai

sesi ketigabelas mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena diberikan

perlakuan melalui penggunaan playdough, sehingga kemampuan motorik

halussubyek SA mengalami peningkatan, dapat dilihat pada grafik di atas. Artinya

bahwa penggunaan media playdough berpengaruh baik terhadap kemampuan

motorik halusanak.

2) Estimasi Kecenderungan Arah

Estimasi kecenderungan arah dilakukan untuk melihat peningkatan

kemampuan motorik halus anak yang digambarkan oleh garis naik, sejajar, atau

turun, dengan menggunakan metode belah tengah (split-middle). Adapun langkah-

langkah menggunakan metode belah tengah adalah sebagai berikut:


46

a) Membagi data menjadi dua bagian pada kondisi Intervensi (B).

b) Data yang telah dibagi dua kemudian dibagi lagi menjadi dua bagian.

c) Menentukan posisi median dari masing-masing belahan.

Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara

garis grafik dengan garis kanan dan kiri, garisnya naik, mendatar atau menurun.

Kecenderungan arah pada kondisi Intervensi (B) dapat dilihat dalam tampilan

grafik berikut ini:

Intervensi (B)
Kemampuan Motorik Halus melalui

100 100 100 100 100


Kecenderungan Arah Peningkatan

90
80 80
Penggunaan Playdough

70
60 60
50
40 40

20

0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sesi

Grafik 4.5Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus pada Kondisi


Intervensi (B)

Berdasarkan grafik 4.5 estimasi kecenderungan arah kemampuan motorik

halus anak pada kondisi Intervensi (B) yaitu kecenderungan arahnya menaik,

artinya kemampuan motorik halusn subyek SA mengalami perubahan atau

peningkatan setelah diterapkan bermain dengan menggunakan playdough. Hal ini

terlihat jelas pada garis grafik pada sesi 4 s/d 13 yang menunjukkan adanya

peningkatan yang diperoleh oleh subjek SA dengan nilai yang berkisar 40 – 100,

nilai ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi baseline 1 (A1), hal ini
47

dikarenakan adanya pengaruh baik setelah penggunaan media playdoughsebagai

alat untuk membantu kemampuan motorik halus anak.

Estimasi kecenderungan arah di atas dimasukkan ke dalam tabel 4.11

sebagai berikut :

Tabel 4.11 Data Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus


Pada Kondisi Intervensi (B)

Kondisi Intervensi (B)


Estimasi Kecenderungan Arah
(+)

3) Kecenderungan Stabilitas Kondisi Intervensi (B)

Untuk menentukan kecenderungan stabilitas kemampuan motorik halus

anak pada kondisi Intervensi (B) digunakan kriteria stabilitas 15%. Presentase

stabilitas sebesar 85%-100% dikatakan stabil, sedangkan jika data skor

mendapatkan stabilitas di bawah itu maka dikatakan tidak stabil atau variabel

(Sunanto, 2006).

a) Menghitung Mean Level

Mean = Jumlah semua nilai benar B


Banyaknya sesi

= 40+50+60+70+80+90+100+100+100+100 = 790 = 79
10 10

b) Menghitung Kriteria Stabilitas

Nilai tertinggi X KriteriaStabilitas = Rentangstabilitas

100 X 0.15 = 15
48

c) Mengitung Batas Atas

Mean level +Setengahdarirentang = Batas atas


stabilitas
75 + 7,5 = 86.5

d) Menghitung Batas Bawah

Mean level - Setengahdarirentangstabilitas = Batas bawah

79 - 7,5 = 71,5

Untuk melihat cenderung stabil atau tidak stabilnya data pada Intervensi (B)

maka data di atas dapat dilihat pada grafik 4.6 berikut:

Intervensi
Melalui Penggunaan Playdough
Trend Stability Intervensi (B)

100 100 100 100 100


Kemampuan Motorik Halus

90 86.5 86.5 86.5 86.5 86.5 86.5


80 79 79 79 79 79 79
70 71.5 71.5 71.5 71.5 71.5 71.5
60
50
40
30
20
10
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Sesi

Nilai Mean= 79 BA = 86,5 BB = 71,5

Grafik 4.6Kecenderungan Stabilitas pada Kondisi Intervensi (B)


Kemampuan Motorik Halus

Kecenderungan stabilitas (kemampuan motorik halus) = 1/10 x 100% =10 %.

Hasil perhitungan kecenderungan stabilitas dalam kemampuan motorik

halus pada kondisi Intervensi (B) adalah 10 %, maka data yang diperoleh tidak

stabil (Variabel). Artinya, kecenderungan stabilitas yang diperoleh tidak berada


49

pada kriteria stabilitas yang telah ditetapkan yaitu apabila presentase stabilitas

sebesar 85%-100% dikatakan stabil, sedangkan di bawah itu dikatakan tidak stabil

(Variabel). Namun, data nilai kemampuan motorik halus melalui penggunaan

playdough anak mengalami tidak stabil atau variabel tetap nilai yang diperoleh

mengalami peningkatan sehingga kondisi ini dapat dilanjutkan ke baseline 2 (A2).

Berdasarkan grafik kecenderungan stabilitas di atas, pada tabel 4.12 dapat

dimasukkan seperti di bawah ini:

Tabel 4.12Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Motorik Halus pada kondisi


Intervensi (B)

Kondisi Intervensi (B)


Kecenderunganstabilitas Tidak Stabil
10 %

Kecenderungan stabilitas yang terdapat pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa

kemampuan motorik halus melalui penggunaan playdough subyek SA pada

kondisi Intervensi (B) berada pada presentase 10 % yang artinya tidak stabil

(variabel) karena hasil presentase berada di bawah kriteria stabilitas yang telah

ditentukan.

4) Kecenderungan Jejak Data

Menentukan jejak data sama halnya dengan menentukan estimasi

kecenderungan arah di atas. Dengan demikian pada tabel 4.13 dapat dimasukkan

seperti di bawah ini:


50

Tabel 4.13Kecenderungan Jejak Data Kemampuan Motorik Halus melalui


latihan bermain Playdough pada kondisi Intervensi (B)

Kondisi Intervensi (B)

Kecenderungan Jejak Data


(+)

Berdasarkan tabel 4.13, menunjukkan bahwa kecenderungan jejak data

dalam kondisi Intervensi (B) menaik. Artinya terjadi perubahan data dalam

kondisi ini (meningkat). Hal ini dapat dilihat jelas dengan perolehan nilai subyek

SA yang cenderung meningkat dari sesi ketiga sampai sesi ketiga belas dengan

perolehan nilai sebesar 40–100. Maknanya bahwa penggunan media palydough

sangat berpengaruh baik terhadap meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

5) Level Stabilitas dan Rentang(Level Stability and Range)

Menentukan level stabilitas dan rentang dilakukan dengan cara yaitu

memasukkan masing-masing kondisi angka terkecil dan angka terbesar. Dapat

dilihat pada tabel 4.14 di bawah ini:

Tabel 4.14 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Motorik Halus pada
kondisi Intervensi (B)

Kondisi Intervensi (B)

Level stabilitas dan rentang Variabel

40–100

Berdasarkan data kemampuan motorik halsu melaui penggunaan playdough

pada tabel 4.14 sebagaimana yang telah dihitung bahwa pada kondisi Intervensi

(B) pada sesi keempat sampai sesi ketiga belas datanya tidak stabil yaitu 10%, hal
51

ini dikarenakan data kemampuan motorik halus yang diperoleh subyek bervariasi

namun datanya meningkat dengan rentang 40 sampai dengan 100. Artinya terjadi

peningkatan kemampuan motorik halus subyek SA dari sesi kempat sampai sesi

ketiga belas. Dimana angka terkecil yang diperoleh yaitu 40 dan angka yang

terbesar yang terdapat pada kondisi inervensi yakni 100.

6) Perubahan Level(Level Change)

Perubahan level dilakukan dengan cara menandai data pertama (sesi 4)

dengan data terakhir (sesi 13) pada kondisi Intervensi (B). Hitunglah selisih antara

kedua data dan tentukan arah menaik atau menurun dan kemudian beri tanda (+)

jika menaik, (-) jika menurun, dan (=) jika tidak ada perubahan.

Perubahan level pada penelitian ini untuk melihat bagaimana data pada sesi

terakhir. Pada kondisi Intervensi (B) pada sesi pertama yakni 40 dan sesi terakhir

yakni 100, hal ini berarti pada kondisi Intervensi (B) terjadi perubahan level

sebanyak 60, artinya nilai kemampuan motorik halus yang diperoleh subyek SA

mengalami peningkatan atau menaik, hal ini karena adanya pengaruh baik dari

penggunaan playdough yang dapat membantu subjek SA dalam kemampuan

motorik halusnya. Pada tabel 4.15 dapat dimasukkan seperti di bawah ini:

Tabel 4.15 Menentukan Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus


Kondisi Intervensi (B)

Kondisi Data Data JumlahPerubahan


Pertama Terakhir level

Intervensi 40 100 60
(B)
52

Level perubahan data pada setiap kondisi Intervensi (B) dapat ditulis

seperti tabel 4.16 di bawah ini:

Tabel 4.16 Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus pada kondisi
Intervensi (B)

Kondisi Intervensi

Perubahan level 100-40


(Level change) 60

3. Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB Negeri
Campalagian Kabupaten Polman Melalui Penggunaan Media
Playdough pada KondisiBaseline 2 (A2)

Analisis dalam kondisi Baseline 2(A2) merupakan analisis yang dilakukan

untuk melihat perubahan data dalam satu kondisi yaitu kondisi Baseline 2 (A2).

Adapun data hasil kemampuan motorik halus melalui penggunaan playdoughpada

kondisi Baseline 2(A2) dilakukan sebanyak 3 sesi, dapat dilihat pada tabel 4.17

berikut ini:

Tabel 4.17Data hasil Baseline 2(A2) Kemampuan Motorik Halus

Sesi Skor Maksimal Skor Nilai

Baseline 2 (A2)
14 10 9 90

15 10 9 90
16 10 9 90

Untuk melihat lebih jelas perubahan yang terjadi terhadap kemampuan

motorik halus melalui peggunaan playdough pada kondisi Baseline 2(A2), maka

data di atas dapat dibuatkan grafik. Hal ini dilakukan agar dapat dengan mudah
53

menganalisis data, sehingga memudahkan dalam proses penarikan kesimpulan

Grafik tersebut adalah sebagai berikut:

Baseline 2 (A2)
Nilai Kemampuan Motorik Halus

100
Melalui Penggunaan Playdough

90 90 90 90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
14 15 16
Sesi

Grafik 4.7 Kemampuan Motorik Halus melalui Penggunaan Playdough


Anak Cerebral Palsy Kelas III pada Kondisi Baseline 2

Adapun komponen-komponen yang akan dianalisis pada kondisi Baseline

2(A2) adalah sebagai berikut:

1) Panjang Kondisi(Condition Length)

Panjang kondisi (Condition Length) adalah banyaknya data yang

menunjukkan setiap sesi dalam kondisi Baseline 2 (A2). Secara visual

panjangkondisidapatdilihat pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18 Data panjang kondisi Baseline 2 (A2) Kemampuan Motorik Halus

Kondisi Panjang Kondisi

Baseline 2 (A2) 3
54

Panjang kondisi yang terdapat pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa

banyaknya sesi pada kondisi Baseline 2 (A2) sebanyak3sesi. Maknanya,

kemampuan motorik halus subyek SA pada kondisiBaseline 2 (A2)

darisesikeempatbelassampaisesikeenambelasmeningkat.

2) EstimasiKecenderunganArah

Estimasi kecenderungan arah dilakukan untuk melihat meningkatnya

kemampuan motorik halus melalui penggunaan playdough anak yang

digambarkan oleh garis naik, sejajar, atau turun, dengan menggunakan metode

belah tengah (split-middle).Adapun langkah-langkah menggunakan metode belah

tengah adalah sebagai berikut:

a) Membagi data menjadi dua bagian pada kondisi Baseline 2(A2).

b) Data yang telah dibagi dua kemudian dibagi lagi menjadi dua bagian.

c) Menentukan posisi median dari maisng-masing belahan.

Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara

garis grafik dengan garis kanan dan kiri, garisnya naik, mendatar atau menurun.

Kecenderungan arah pada kondisi Baseline 2(A2). Dapat dilihat dalam tampilan

grafik berikut ini:


55

100

Melalui Penggunaan Playdough


90
Estimasi Kecenderungan Arah 90 90 90
Kemampuan Motorik Halus 80
70
60
50
40
30
20
10
0
14 15 16
Sesi

Grafik 4.8Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik HalusPada


KondisiBaseline 2 (A2)

Berdasarkan grafik 4.8 estimasi kecenderungan arah kemampuan motorik

halus pada kondisi Baseline 2(A2) dapat dilihat bahwa kecenderungan arahnya

mendatar, artinya pada kondisi ini kemampuan motorik halus subyek SA tidak

mengalami perubahan atau tetap (=),dapat dilihat dengan jelas pada grafik 4.8

yang arahnya cenderung mendatar dengan memperoleh nilai sekitar 90-90.

Meskipun nilai subyek SA menurun jika dibandingkan dengan kondisi

intervensi(B), namun data perolehan nilai subjek SA pada kondisi ini lebih baik

dibandingkan dengan kondisi baseline 1(A1).

Estimasi kecenderungan arah diatas dapat dimasukkan kedalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.19 Data Estimasi Kecenderungan Arah Kemampua Motorik Halus


Melalui Penggunaan Playdough Pada Kondisi Baseline 2 (A2)

Kondisi Baseline 2 (A2)

Estimasi Kecenderungan Arah


(+)
56

3) Kecenderungan Stabilitas Kondisi Baseline 2 (A2)

Untuk menentukan kecenderungan stabilitas kemampuan motorik halus

anak pada kondisi Baseline 2 (A2) digunakan kriteria stabilitas 15%. Presentase

stabilitas sebesar 85%-100% dikatakan stabil, sedangkan jika data skor

mendapatkan stabilitas di bawah itu maka dikatakan tidak stabil atau variabel

(Sunanto, 2006).

a) Menghitung Mean Level

Mean = Jumlah semua nilai benar A2


Banyaknya sesi

= 90+90+90
3

= 270
3
= 90.

b) Menghitung kriteria stabilitas

Nilai tertinggi X kriteria stabilitas = Rentang stabilitas


90 X 0.15 = 13,5

c) Menghitungbatasatas

Mean level +setengan dari rentang = Batas atas


stabilitas
90 + 6,75 = 96,75

d) Menghitung Batas Bawah

Mean level - Setengahdari = Batas bawah


Rentangstabilitas
90 - 6,75 = 83,25
57

Untuk melihat cenderung stabil atau tidak stabilnya data padaBaseline 2

(A2), maka data di atas dapat dilihat pada grafik 4.9 di bawah ini:

Baseline 2 (A2)
100
Kemampuan Motorik Halus melalui

96.75
90
90
Trend Stability Baseline 2 (A2)

90
80 83.25
Penggunaan Playdough

70
60
50
40
30
20
10
0
14 15 16
Sesi

Nilai Mean= 90 BA = 96,75 BB = 83, 25

Grafik 4.9Kecenderungan Stabilitas pada Kondisi Baseline 2 (A2)


pada Kondisi Baseline 2 (A2) Kemampuan Motorik Halus

Kecenderungan stabilitas(kemampuan motorik halus)= 3/3x 100% = 100%.

Hasil perhitungan kecenderungan stabilitas dalam kemampuan motorik

halus anak pada kondisi Baseline 2 (A2) adalah 100%. Jika kecenderungan

stabilitas yang diperoleh berada diatas kriteria stabilitas yang telah ditetapkan,

maka data yang diperoleh stabil.

Berdasarkan grafik kecenderungan stabilitas di atas, pada tabel 4.20 dapat

dimasukkan seperti di bawah ini:


58

Tabel 4.20Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Motorik Halus pada


kondisi Baseline 2 (A2)
Kondisi Baseline 2 (A2)

Kecenderunganstabilitas Stabil
100%

Kecenderungan stabilitas yang terdapat pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa

kemampuan motorik halus subyek SA pada kondisi Baseline 2 (A2) berada pada

presentase 100% yang artinya masuk pada kategori stabil.

4) Kecenderungan Jejak Data

Menentukan jejak data, sama halnya dengan menentukan estimasi

kecenderungan arah di atas. Pada tabel 4.21 dapat dimasukkan seperti di bawah

ini:

Tabel 4.21Kecenderungan Jejak Data Kemampuan Motorik Halus pada


kondisi Baseline 2 (A2)

Kondisi Baseline 2 (A2)

Kecenderungan Jejak Data


(+)

Berdasarkan tabel 4.21 menunjukkan bahwa kecenderungan jejak data

dalam kondisi Baseline 2 (A2) mendatar. Artinya terjadi perubahan data dalam

kondisi ini. Dapat dilihat dengan perolehan nilai subyek SA yang cenderung

tetap90. Maknanya yaitu subyek sudah mampu melakukan gerakan yang berkaitan

dengan motorik halusnya dengan baik, namun hasil tes pada sesi ini masih lebih

baik jika dibandingkan dengan nilai hasil tes pada Baseline 1 (A1).
59

5) Level Stabilitas dan Rentang(Level Stability and Range)

Menentukan level stabilitas dan rentang dilakukan dengan cara yaitu

memasukkan masing-masing kondisi angka terkecil dan angka terbesar. Dapat

dilihat pada tabel 4.22 di bawah ini.

Tabel 4.22Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Motorik Halus pada


Kondisi Baseline 2 (A2)

Kondisi Baseline 2 (A2)

Level stabilitas dan rentang Stabil


90-90

Berdasarkan data kemampuan motorik halus anak di atas sebagaimana yang

telah dihitung bahwa pada kondisi Baseline 2 (A2) pada sesikeempat

belassampaisesikeenambelas datanya yang stabil atau rentang 90-90.

6) Perubahan Level(Level Change)

Perubahan level dilakukan dengan cara menandai data pertama (sesi 14)

dengan data terakhir (sesi 16) pada kondisi Baseline 2 (A2). Hitunglah selisih

antara kedua data dan tentukan arah menaik atau menurun dan kemudian beri

tanda (+) jika menaik, (-) jika menurun, dan (=) jika tidak ada perubahan.

Perubahan level pada kondisi Baseline 2 (A2) sesi pertama 90 dan sesi

terakhir 90, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan level. Maknanya

kemampuan motorik halus subyek SA pada kondisi baseline2(A2) tidak

mengalami berubah atau tetap (=)pada tabel 4.23 dapat dimasukkan seperti di

bawah ini:
60

Tabel 4.23Menentukan Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus


kondisi baseline 2 (A2)

Kondisi Data - Data Jumlah Perubahan level


Terakhir Pertama

Baseline 2 (A2) 90 - 90 0

Level perubahan data setiap kondisi Baseline 2 (A2) dapat ditulis seperti

tabel 4.24 di bawah ini :

Tabel 4.24 Perubahan Level Data Kemampuan Motorik Halus pada kondisi
baseline 2 (A2)

Kondisi Baseline 2 (A2)


Perubahan level 90-90
(Level change) (0)

Kondisi Baseline 2 (A2) sesi pertama 90 dan sesi terakhir 90, hal ini

menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan level artinyanilai yang diperoleh

subyek tidak berubah atau tetap. Artinya kemampuan motorik halus subyek

meningkat dibandingkan dengan baseline 1(A1).

Jika data analisis dalam kondisi baseline 1(A1), intervensi (B) dan baseline

2(A2) kemampuan motorik halus melalui penggunaan playdough anak cerebral

palsy kelas III SLB Negeri Campalagian Kabupaten Polman digabung menjadi

satu atau dimasukkan pada format rangkuman hasilnya yang dapat dilihat sebagai

berikut :
61

Tabel 4.25Data Hasil Kemampuan Motorik HalusBaseline 1(A1), Intervensi


(B) dan Baseline 2 (A2)

Sesi Skor Maksimal Skor Nilai

Baseline 1 (A1)

1 10 3 30
2 10 3 30
3 10 3 30

Intervensi (B)

4 10 4 40
5 10 5 50
6 10 6 60
7 10 7 70
8 10 8 80
9 10 9 90
10 10 10 100
11 10 10 100
12 10 10 100
13 10 10 100
Baseline 2 (A2)
14 10 9 90
15 10 9 90
16 10 9 90
62

Baseline 1 Baseline 2
100 100 100 100 100
90 90 90 90 90
Nilai Kemampuan Motorik Halus

80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30 30 30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sesi

Baseline 1 (A1) Intervensi (B) Baseline 2 (A2)

Grafik 4.10 Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Kelas III SLB
Negeri Campalagian Kabupaten Polman pada Kondisi Baseline 1
(A1), Intervensi (B) dan Baseline 2 (A2)

100 Baseline 1 100 100 100 100


Baseline
2 (A2)
90 90 90 90 90
Nilai Kemampuan motorik Halus

80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30 30 30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sesi

Baseline 1 (A1) Intervensi (B) Baseline 2 (A2)

Grafik 4.11 Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus pada Kondisi


Baseline 1 (A1), Intervensi (B) dan Baseline 2 (A2)
63

Adapun rangkumankeenamkomponenanalisisdalamkondisidapatdilihat pada

tabel 4.26 berikutini :

Tabel 4.26 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kemampuan Motorik


Halus Kondisi Baseline 1 (A1), Intervensi (B) dan Baseline 2
(A2)

Kondisi A1 B A2

Panjang Kondisi 3 10 3

EstimasiKecenderunganArah

(=) (+) (=)

KecenderunganStabilitas Stabil Variabel Stabil

100% 10% 100%

Jejak Data

(=) (+) (=)

Level Stabilitas dan Rentang Stabil Variabel Stabil

30-30 40-100 90-90

Perubahan Level (level 30-30 100-40 90-90


change)
(0) (+60) (+0)

Penjelasan tabel rangkuman hasil analisis visual dalam kondisi adalah

sebagai berikut:

a. Panjang kondisi atau banyaknya sesi pada kondisi Baseline 1(A1) yang

dilaksanakan yaitu sebanyak 3 sesi, kondisi Intervensi (B) sebanyak 10 sesi

dan kondisi Baseline 2 (A2) sebanyak 3 sesi.


64

b. Berdasarkan garis pada tabel di atas, diketahui bahwa pada kondisi Baseline 1

(A1) kecenderungan arahnya mendatar artinya data kemampuan motorik

halus subyek SA dari sesi pertama sampai sesi keempat nilainya sama yaitu

30. Garis pada kondisi Intervensi (B) arahnya cenderung menaik artinya data

kemampuan motorik halus subyek SA dari sesi keempat sampai sesi ketiga

belas nilainya meningkat. Sedangkan, pada kondisi Baseline 2 (A2) arahnya

cenderung mendatar artinya data kemampuan motorik halus subyek SA dari

sesi keempat belas sampai sesi keenam belas nilainya 90.

c. Hasil perhitungan kecenderungan stabilitas pada kondisi Baseline 1 (A1)

yaitu 100% artinya data yang diperoleh menunjukkan kestabilan.

Kecenderungan stabilitas padakondisi Intervensi (B) yaitu 10% artinya data

yang diperoleh tidak stabil (variabel). Kecenderungan stabilitas pada kondisi

Baseline 2 (A2) yaitu 100 % hal ini berarti data stabil.

d. Penjelasan jejak data sama dengan kecenderungan arah (point b) di atas.

Kondisi baseline 1(A1), Intervensi (B) dan baseline 2 (A2) berakhir secara

meningkat.

e. Level stabilitas dan rentang data pada kondisi Baseline 1 (A1) cenderung

mendatar dengan rentang data 30-30 ,pada kondisi Intervensi (B) data

cenderung menaik dengan rentang 40-100, begitupun dengan kondisi

Baseline 2(A2) data tetap (=)secara stabil dengan rentang 90-90.

f. Penjelasan perubahan level pada kondisi Baseline 1 (A1) tidak mengalami

perubahan, data yang diperoleh tetap (=) 30. Pada kondisi Intervensi
65

(B)terjadi perubahan level yakni meningkat sebanyak (+)60. Sedangkan pada

kondisi baseline 2 (A2) tetap yakni (=) 90.

4. Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral Palsy Melalui Penggunaan


PlaydoughBerdasarkan Hasil Analisis Antar Kondisi dari Baseline 1
(A1) ke Intervensi (B) dan dari Intervensi (B) ke Baseline 2 (A2)

Untuk melakukan analisis antar kondisi pertama-tama masukkan kode

kondisi pada baris pertama. Adapun komponen-komponen analisis antar kondisi

meliputi 1)jumlah variabel; 2)perubahan kecenderungan arah dan efeknya; 3)

perubahan kecenderungan arah dan stabilitas; 4)perubahan level; dan 5)persentase

overlap.

a. Jumlah Variabel yang di Ubah

Pada data rekaan variabel yang diubah dari kondisi baseline 1 (A1) ke

kondisi Intervensi (B) adalah 1, maka dengan demikian pada format akan diisi

sebagai berikut:

Tabel 4.27 Jumlah Variabel yang Diubah dari Kondisi Baseline 1 (A1) ke
Intervensi (B)

Perbandingankondisi A1 /B B/A2

Jumlahvariable 1 1

Berdasarkan tabel 4.27 di atas, menunjukkan bahwa variabel yang ingin

diubah dalam penelitian ini adalah satu (1) yaitu kemampuan motorik halus

melalui penggunaan media palydoug anak Cerebral Palsy kelas III di SLB

Negeri Campalagian Kabupaten Polman.


66

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya(Change in Trend


Variabel and Effect)

Dalam menentukan perubahan kecenderungan arah dilakukan dengan

mengambil data kecenderungan arah pada analisis dalam kondisi di atas (naik,

tetap atau turun) setelah diberikan perlakuan. Dapat dilihat pada tabel 4.28 di

bawah ini:

Tabel 4.28Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya pada Kemampuan


Motorik Halus

Perbandingankondisi A1/B B/A2

Perubahankecenderungan
arah dan efeknya
(=)(+) (+) (=)

Positif Positif

Perubahan kondisi antara Baseline 1 (A1) dengan Intervensi (B), jika dilihat

dari perubahan kecenderungan yaitu mendatar ke menaik. Artinya kemampuan

motorik halus subyek SA meningkat setelah diterapkan bermain menggunakan

media playdough pada kondisi Intervensi (B). Sedangkan untuk kondisi Intervensi

(B) dengan Baseline 2 (A2) yaitu menaik ke mendatar, artinya kondisi semakin

membaik atau positif karena adanya pengaruh dari penggunaan playdough.

c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas(Changed in Trend Stability)

Tahap ini dilakukan untuk melihat stabilitas kemampuan motorik halus anak

dalam masing-masing kondisi baik pada kondisiBaseline 1 (A1), Intervensi (B)

dan Baseline 2 (A2).


67

Perbandingan antar kondisi Baseline 1(A1) dan Intervensi (B) bila dilihat

dari perubahan kecenderungan stabilitas (Changed in Trend Stability) yaitu stabil

ke tidak stabil (variabel) artinya data yang diperoleh dari kondisi Baseline 1(A1)

stabil sedangkan pada kondisi Intervensi (B) tidakstabil. Perbandingan kondisi

antara Intervensi (B) dengan Baseline 2 (A2) dilihat dari perubahan

kecenderungan stabilitas ke stabil artinya data yang diperoleh subyek SA setelah

dari Intervensi (B) kemampuan subyek SA kembali stabil meskipun perolehan

nilai lebih rendah dari Intervensi (B).Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.29

berikut:

Tabel 4.29Perubahan Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Motorik Halus

PerbandinganKondisi A1/B B/A2

PerubahanKecenderungan Stabil kevariabel Variabelkestabil


Stabilitas

Tabel 4.29 menunjukkan bahwa perbandingan kondisi antara kecenderungan

stabilitas pada kondisi Baseline 1 (A1) dengan kondisi Intervensi (B) hasilnya

yaitu pada kondisi Baseline 1 (A1) kecenderungan stabilitasnya adalah stabil,

kemudian pada kondisi Intervensi (B) kecenderungan stabilitasnya adalah

variabel. Selanjutnya perbandingan kondisi perubahan kecenderungan stabilitas

antara kondisi Intervensi (B) dengan kondisi Baseline 2 (A2), hasilnya yaitu pada

kondisi Intervensi (B) kecenderungan stabilitasnya adalah variabel, kemudian

pada fase kondisi Baseline 2 (A2) kecenderungan stabilitasnya adalah stabil,

artinya bahwa terjadi perubahan secara baik setelah diberikan latihan bermain

menggunakan playdough.
68

d. Perubahan Level(changed level)

Melihat perubahan level antara akhir sesi pada kondisi Baseline 1 (A1)

dengan awal sesi kondisi intervensi (B) yaitu dengan cara menentukan data poin

pada sesi pertama Intervensi (B), dan sesi terakhir baseline 1(A1). Begitupun

dengan analisis antar kondisi A2 ke B, Kemudian menghitung selisih antar

keduanya dan memberi tanda(+) bila naik, bila turun (-), dan tanda (=) bila tidak

ada perubahan.

Begitupun perubahan level antar kondisi Intervensi (B) dan baseline 2

(A2).Perubahan level tersebut disajikan dalam tabel 4.30 dibawah ini:

Tabel 4. 30 Perubahan Level Kemampuan Motorik Halus

Perbandingankondisi A1/B B/A2

Perubahan level (30-40) (100-90)


(+10) (+10)

Berdasarkan tabel 4.30 menunjukkan bahwa perubahan level dari kondisi

Baseline 1 (A1) ke kondisi Intervensi (B) naik atau membaik (+) artinya terjadi

perubahan level data sebesar +10 dari kondisi baseline 1(A1) ke Intervensi (B).

Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari pemberian perlakuan yang

diberikan pada subyek SA yaitu penggunaan media playdoughuntuk

meningkatkan kemampuan motorik halus sebagai alat bantu untuk melatih

motorik halus anak cerebral palsy. Selanjutnya pada kondisi Intevensi (B) ke

Baseline 2 (A2) yaitu turun (memburuk) artinya terjadi perubahan level secara

menurun yaitu sebesar (+10). Hal ini dikarenakan telah melewati kondisi
69

Intervensi (B) yaitu tanpa adanya perlakuanyang mengakibatkan perolehan nilai

subyek SA menurun.

e. Data tumpang tindih (Overlap)

Data yang tumpang tindih pada analisis antar kondisi adalah terjadinya data

yang sama pada kedua kondisi yaitu kondisi Baseline 1(A1) dengan intervensi

(B). Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua

kondisi yang dibandingkan, semakin banyak data yang tumpang tindih semakin

menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi tersebut, dengan

kata lain semakinkecil persentase overlap, maka semakin baik pengaruh

Intervensi (B) terhadap perilaku sasaran (target behavior). Overlap data pada

setiap kondisi ditentukan dengan cara berikut :

1) Untuk kondisi A1/B

a) Lihat kembali batas bawahBaseline 1 (A1) = 27,75dan batas atas Baseline 1

(A1) = 32,25

b) Jumlah data poin (40+50+60+70+80+90+100+100+100+100) pada kondisi

Intervensi (B) yang berada pada rentang baseline 1 (A1) = 0

c) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data poin pada

kondisiIntervensi (B) kemudian dikali 100. Maka hasil yang diperoleh

adalah (0 :10 x 100 = 0 %). Artinya semakin kecil persentase overlapmaka

semakin baik pengaruh Intervensi (B) terhadap perilaku sasaran (target

bahvior).
70

Untuk melihat data overlap pada kondisi Baseline 1 (A1) ke Intervensi (B)

dapat dilihat dalam tampilan grafik 4.12

Intervensi (B)
100
Kecenderungan Arah Peningkatan

90
Kemampuan Motorik Halus

80
70
60
50 Intervensi (B)
40 Batas Bawah
30 32.25
27.75 Batas Atas
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Grafik 4. 12 Data overlap (Percentage of Overlap) kondisi baseline


1(A1) keIntervensi (B) kemampuan motorik halus

Overlap = 0 : 10 x 100% = 0%

Berdasarkan grafik 4.12 diatas menunjukkan bahwa data tumpang tindih

adalah 0%, maknanya tidak terjadi tumpang tindih karena diketahuibahwa

pemberian Intervensi (B) berpengaruh terhadap target behavior (kemampuan

motorik halus) dengan persentase overlap sebesar 0% karena semakin kecil

persentase overlap, maka semakin baik pengaruh Intervensi (B) terhadap perilaku

sasaran (target behavior).

Pemberian Intervensi (B) yaitu penggunaan playdough sangatberpengaruh

terhadap meningkatkan kemampuan motorik halus anak cerebral palsy kelas III

SLB Negeri Campalagian Kab Polman.


71

2) Untuk kondisi B/A2

a) Lihat kembali batas bawah Intervensi (B) = 71,5 dan batas atas Intervensi

(B) = 86,5

b) Jumlah data poin (90+90+90) pada kondisi Baseline 2 (A2) yang berada

pada rentang intervensi (B) = 0

c) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data poin pada

kondisiBaseline 2 (A2) kemudian dikali 100. Maka hasil yang diperoleh

adalah (0 : 3 x 100 = 0%). Artinya semakin kecil persentase overlap, maka

semakin baik pengaruh Intervensi (B) terhadap perilaku sasaran

(kemampuan motorik halus).

100
Kecenderungan Arah Peningkatan

90 90
86.5
Kemampuan Motorik Halus

80
70 71.5
60
50
40
30
20
10
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Baseline 2 (A2) Batas Bawah Batas Atas

Grafik 4.13 Data overlap (Percentage of Overlap) kondisi Intervensi (B) ke


Baseline 2 (A2) Kemampuan Motorik Halus

Overlap = 0 : 3 x 100% = 0%
72

Berdasarkan grafik 4.13 menunjukkan bahwa, data overlap atau data

tumpang tindih adalah0%. Artinya terjadi data tumpang tindih, hal ini dikarenakan

bahwa pemberian Intervensi (B) berpengaruh terhadap target behavior

(kemampuan motorik halus) Karena semakin kecil persentase overlap, maka

semakin baik pengaruh Intervensi (B) terhadap perilaku sasaran (target behavior).

Dapat disimpulkan dari data tersebut diperoleh data yang menunjukkan

kondisi Baseline 1 (A1) ke kondisi Intervensi (B) tidak terjadi tumpang tindih

(0%) dengan demikian pemberian Intervensi (B) memberikan pengaruh terhadap

kemampuan motorik halus. Sedangkan kondisi selama diberikani Baseline 2 (A2)

terhadap intervensi tidak terjadi tumpang tindih data.

Adapun rangkuman komponen-komponen analisis antar kondisi dapatdilihat

pada tabel 4.31 berikutini :

Tabel 4.31 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Motorik


Halus

PerbandinganKondisi A1/B B/A2

Jumlahvariable 1 1

Perubahan
Kecenderunganarah (+) (=)
dan efeknya (+) (=)
Positif
Positif
PerubahanKecenderunganStabilitas
Stabil ke Variabelke
variabel stabil

Perubahan level (30-40) (100-90)


(+10) (+10)
73

PersentaseOverlap (Percentage of 0% 0%
Overlap)

Penjelasan rangkuman hasil analisis visual antar kondisi adalah sebagai

berikut:

a. Jumlah variabel yang diubah adalah satu variabel dari kondisi Baseline 1(A1)

ke Intervensi (B)

b. Perubahan kecenderungan arah antar kondisiBaseline 1(A1) dengan kondisi

Intervensi (B) mendatar ke menaik. Hal ini berarti kondisi bisa menjadi lebih

baik atau menjadi lebih positif setelah dilakukannya Intervensi (B). Pada

kondisi Intervensi (B) dengan Baseline 2 (A) kecenderungan arahnya menaik

secara stabil.

c. Perubahan kecenderungan stabilitas antar kondisiBaseline 1(A1) dengan

Intervensi (B) yakni stabil ke variabel. Sedangkan pada kondisi Intervensi (B)

ke Baseline 2 (A2) variabel ke stabil.

d. Perubahan level antara kondisi Baseline 1 (A1) dengan Intervensi (B) naik

atau membaik (+) sebanyak 10. Sedangkan antar kondisi Intervensi (B)

dengan Baseline 2 (A2) mengalami penurunan sehingga terjadi perubahan

level (-) sebanyak 0

e. Data yang tumpang tindih antar kondisi Baseline 1(A1) dengan Intervensi (B)

adalah 0%, sedangkan antar kondisi Intervensi (B) dengan Baseline 2 (A2)

0%. pemberian Intervensi (B) tetap dikatakan berpengaruh terhadap target

behavior yaitu kemampuan motorik halus, hal ini terlihat dari hasil

peningkatan pada grafik. Artinya semakin kecil persentase overlap, maka


74

semakin baik pengaruh Intervensi (B) terhadap perilaku sasaran (target

behavior).

B. Pembahasan

Cerebral palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal

dan tingkat progresif yang menunjukkan sikap dalam pergerakan, disertai kelainan

neorologis berupa kelupakan spastik. Gangguan basalis dan serebellum. Anak

cerebral palsy( Tatiana Meidina, 2019: 13) memiliki klasifikasi yang dilihat dari

gejala pergerakan otot salah satunya adalah spastik anak yang mangalami

kekakuan atau ketegangan otot yang terutama akan timbul jika otot-otot tersebut

akan digerakkan, yang secara langsung mempengaruhi keterbatasan gerakan

motorik, mobilitas, aktivitas sehari-hari(ADL) sehingga aktivitas kesehariannya

akan bergantung pada orang lain.Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas

III, ditemukan murid yang masih mengalami kesulitan dalam aktivitas

keterampilan motorik halus. Hasil tes asesmen awal yang dilakukan sebanyak 3

kali memberikan gambaran bahwa anak benar-benar masih kesulitan dalam

keterampilan motorik halus yang terlihat pada tes yang diberikan anak belum

mampu.

Upaya yang dilakukan untuk membantu anak dalam mengatasi

hambatannya, yaitu dengan memberikan alat atau media permaianan yang

mendidik inilah yang disebut dengan media edukatif. Permainan ini bisa motorik

halus anak dan kreatifitas anak. Hal ini didukung oleh pendapat Nichols (2009: 2)

yang menyatakan bahwa penggunaan playdough dapat membantu anak melatih

keterampilan fisik dengan tangan, ketika anak memanipulasi playdough dengan


75

jari-jari tangannya. Melalui penggunaan media playdough, peneliti percaya bahwa

media playdough mampu membawa pengaruh positif dalam meningkatkan

kemampuan motorik halus karena media playdough ini sangat sesuai untuk

diberikan kepada anak cerebral palsy.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SLB Negeri

Campalagian Kabupaten Polman, menunjukkan adanya peningkatan yang

signifikan pada peningkatan kemampuan motorik halus subjek cerebral palsy

setelah penggunaan media playdough. Penilitian dilakukan selama satu bulan

dengan jumlah pertemuan enam belas kali yang dibagi dalam tiga kondisi yaitu

tiga sesi untuk kondisi baseline 1(A1), sepuluh sesi untuk kondisi intervensi (B),

dan tiga sesi untuk kondisi baseline 2 (A2). Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, pemberian intervensi dapat meningkatkan hasil kemampuan

motorik halus. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan yang signifikan

pada kemampuan motorik halus sebelum dan setelah pemberian perlakuan.

Baseline 1(A1) terdiri dari tiga sesi disebabkan data yang diperoleh sudah stabil

sehingga dapat dilanjutkan ke intervensi, selain itu peneliti mengambil tiga sesi

untuk memastikan perolehan data yang akurat. Sesi pertama sampai ketiga

memiliki nilai yang sama.

Pada intervensi (B) peneliti memberi perlakuan sebanyak sepuluh sesi,

kemampuan motorik halus pada subjek SA pada kondisi Intervensi (B) dari sesi

keempat sampai sesi ketiga belas mengalami peningkatan. Hal ini karenatelah

diberikan perlakuan dengan latihan penggunaan playdough sehingga kemampuan

motorik halus SA mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan baseline


76

1(A1) skor SA mengalami peningkatan, ini dikarenakan adanya pengaruh dari

penggunaan media playdough. Sedangkan pada baseline 2(A2) nilai yang

diperoleh anak tetap. Hal ini menunjukkan bahwa secara emperis anak cerebral

palsy yang menjadi subjek dalam penelitian ini menyukai media playdough dalam

proses intervensi sehingga penggunaan media playdough dapat meningkatkan

kemampuan motorik halus pada anak cerebral palsy.


77

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, disimpulkan bahwa :

1. Kemampuan motorik halus pada anak Cerebral Palsy kelas III di SLB

Negeri Campalagian Kabupaten Polman sebelum diberi intervensi sangat

rendah bedasarkan hasil analisis (beseline 1/A1).

2. Kemampuan motorik halus anak Cerebral Palsy saat diberi intervensi

dengan penggunaan media playdough mengalami peningkatan kekategori

sangat tinggi dilihat dari hasil analisi dalam kondisi pada kondisi intervensi

(B).

3. Kemampuan motorik halus anak Cerebral Palsy Kelas III di SLB Negeri

Campalagian Kabupaten Polman setelah diberi intervensi melalui

penggunaan media playdough meningkat kekategori tinggi dilihat dari hasil

analisis dalam kondisi pada beseline 2/A2).

4. Kemampuan motorik halus anak cerebral palsy melalui penggunaan media

playdough berdasarakan hasil analisis antar kondisi sebelum diberi

intervensi (Baseline 1/A1) kemampuan motorik halus anak cerebral palsy

sangat rendah menjadi meningkat ke kategori sangat tinggi saat diberi

intervensi (B), dan saat setelah diberi intervensi (Baseline 2/A2) anak

menurun dari kategori tinggi, akan tetapi nilai yang diperoleh subjek SA

lebih tinggi dibandingkan sebelum diberikan intervensi (Baseline 1/A1).


78

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang meningkatkan meningkatkan

kemampuan motorik halus anak Cerebral palsy kelas III di SLB Negeri

Campalagian Kabupaten Polman, maka peneliti mengemukakan saran sebagai

berikut:

1. Saran bagi Para Pendidik

Dalam pembelajaran untuk Kemampuan motorik halus pada anak cerebral

palsy melalui Latihan penggunaan playdough, guru diharapkan dapat

mempelajari tata cara penggunaan media yang benar pada anak.

2. Saran bagi penelit selanjutnya

Peneliti dapat melakukan penelitian pada subjek berkebutuhan khusus lainnya

misalnya pada anak yang memiliki hambatan inteligensi, hambatan

pendengaran, hambatan penglihatan, hambatan pemusatan perhatian,

hambatan motorik, dan hambatan emosional terhadap mobilitas, dengan

melakukan latihan yang menggunaan bantuan media playdough untuk

Kemampuan motorik halus.

3. Saran bagi Orangtua/ wali

Orangtua/wali anak atau yang mendampingi anak hendaknya terus

mempelajari cara melatih motorik halus yang yang disarankan peneliti dengan

berlatih melakukan latihan menggunakan playdough. Orang tua dapat

mendampingi dan membimbing anak dalam belajar dengan melakukan

latihan menggunakan playdough. Latihan playdough ini dapat digunakan

kapan saja, di mana saja, tergantung kebutuhan anak.


79

DAFTAR3PUSTAKA

Andika, C. F. (2016). Meningkatkan8Kemampuan5Motorik1Halus..Dalam


Menulis..Permulaan..Siswa;;Cerebral Palsy4Sedang.9Jurnal Pendidikan
Khusus, 3(1), 12–23.

Desmariani,22E. (2020). Buku Ajar1Metode Perkembangan2Fisik Anak Usia


Dini. Sumatera3Barat: Pustaka Galeri Mandiri.

Jatmika,1Y. N. (2012).Ragam 9Aktivitas Untuk Play Group. Yogyakarta: Diva


Press.

Meidina, T. (2019). Mengenal Dan Memahami Anak Tuna Daksa. Bogor:


AGMA.

Mulyani & Gracinia. 2007. Kemampuan Fisik, Seni, dan Manajemen Diri.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Nurlaili. (2019). Modul Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Modul, 4.

Nichols. (2009). Manfaat Playdough Untuk Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Diaksespada http://www.kefabilita.com

Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta :


Litera.

Saputra, Y. M., & Rudyanto. (2007). Pembelajaran Kooperatif Untuk


Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian Dr Sugiyono (p. 389).

Sujiono, B. (2008). Metode Perkembangan Fisik. Jakarta : Erlangga.

Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian Dengan
Subyek Tunggal [Introduction to Single Subject Research]. 139.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Bernadeta R, Sisilia. ( 2015). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus


Tunagrahita Kategori Sedang Kelas III Melalui Bermain Playdouuh
Adonan Di SLB Damayanti. Skripsi, UNY, Yokyakarta

Sinring, A., Saman, A., Pattaufi, & Amir, R. 2016. Panduan Penulisan Skripsi,
(Proposal Skripsi, Skripsi & Karya Ilmiah).Makassar: Kampus FIP UNM.
80
81

LAMPIRAN
82

Lampiran 1

PETIKAN KURIKULUM

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami pengetahuan secara faktual 3.2Memahami teks


dengan cara mengamati (mendengar, arahan/petunjuk sederhana
melihat, membaca dan menanya) tentang kegiatan bagaimana
berdasarkan rasa ingin tahu tentang melatih kemampuan motorik
dirinya, mahkluk ciptaan Tuhan dan halus dalam bahasa indonesia.
kegiatannya
83

Lampiran 2

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Sekolah : SLB Negeri Campalagian Kab Polman

Satuan Pendidikan : SDLB

Mata Pelajaran : Pengembangan Gerak

Materi Penelitian : Kemampuan Motorik Halus

Kelas : III

Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah

1. Koordinasi 3. Menempel kertas


antara tangan sesuai pola
dengan 4. Membuka dan 2
mata menutup botol
Kemampuan

Motorik halus 2. Kelenturan 2. Menggulung kertas sesuai

anak cerebral telapakdan jari- pola


jari tangan 2.Merobek kertas menjadi
palsy
bagian kecil 4
3.Melinting menggunakan
kertas
4. Membentuk kertas menjadi
bola

m
84

3.Kekuatan 1. Menggunting kertas


telapak dan sesuai garis
jari-jari tangan 2. Meremas busa berisi
4
air

3. Menekan bola stres 6


dengan jari-jari tangan
4. Memindahkan air dari busa
ke mangkok
85

Lampiran 3

InstrumenPenelitian dan

Validasi
Validator I

LEMBAR VALIDASI LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

A. Aspek Penilaian

Judul : Penggunaan Media Playdough Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral palsy Kelas III SLB Negeri

Campalagian Kab Polman

Variabel Penelitian : Kemampuan Motorik Halus

Defenisi Konseptual Variabel : Sumantri (Nurlaili 2019:4) yang menyatakan bahwa keterampilan motorik halus adalah

pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil, seperti jari-jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan

dan koordinasi mata dan tangan.

Defenisi Oprasional Variabel : Kemampuan motorik halus adalah skor yang dicapai oleh anak melalui tes perbuatan yang

mengindikasikan (1). Kecermatan koordinasi mata dengan tangan, (2). Kelenturan telapak dan jari-jari tangan, (3). Kekuatan dan jari-

jari tangan

86
KAJIAN TEORI TENTANG MEDIA PLAYDOUGH

1. Pengertian Media Playdough

Playdough adalah salah satu alat permainan edukasi dalam pembelajaran yang termaksud kreteria alat permaianan murah dan

memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi. Sumartini

(2012:85) playdough adalah salah satu alat permainan yang dijadikan media pembelajaran karena termasuk dalam kriteria alat

permainan edukasi dengan biaya murah dan memiliki fleksibilitas, baik bagi guru maupun bagi anak dalam merancang pola-pola

yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi.

2. Langkah-langkah dalam Bermain Playdough

Langkah-langkah bermain menggunakan media playdough bagi subyek cerebral palsy sebagai berikut :

1. Peneliti dan subyek menyiapkan alat dan bahan

2. Peneliti memperkenalkan cara penggunaan media playdough pada subyek

3. Peniliti memperkenalkan pada subyek cara bermain menggunakan playdoughseperti kegiantan menempel, melinting,

menggulung, menguleni, membentuk huruf, menggunting, memotong, menekan menggunakan jari-jari tangan, menekan

menggunakan telapak tangan dan meremas playdough.

87
88

PETUNJUK PENILAIAN

Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap tingkat kesesuaian antara standar kompetensi, kompotensi dasar dan

indikator, terhadap butir soal pertanyaan dengan memberi tanda( √ ) untuk setiap pertanyaanpada kolom tingkat kesesuaian. Adapun

kriteria penilaian , yaitu :

1. Skor 1, jika KI,KD dan indikator, tidak sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.

2. Skor 2, jika KI,KD dan indikator, kurang sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.

3. Skor 3, jika KI,KD dan indikator, sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.

4. Skor 4 jika KI,KD dan indikator, sangat sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.
Kompetensi Inti Kompetensi Indikator Materi Langkah-langkah Penilaian

Dasar Pelaksanaan Validator

1 2 3 4

3.Memahami 3.2.Memahami 3.2.1Anak Meningkatkan 1.Guru


pengetahuan secara teks arahan/ mampu kemampuan membimbing anak
faktual dengan cara petunjuk mengfungsika motorik halus untuk
mengamati sederhana n motorik Melalui melakukan pemanasan
(mendengar, tentang kegiatan halusnya bermain otot-otot tangan
melihat, membaca) bagaimana dengan baik playdough seperti melambai-
dan menanya melatih dengan lambaikan tangan,
berdasarkan rasa kemampuan kegiatan mengepalkan tangan
ingin tahu tentang motorik halus 1. Menggunti dan
dirinya, makluk dalam bahasa ng mengerak-gerakan
ciptaan Tuhan dan indonesia playdough tangan
kegiatannya sesuai pola 2.Guru dan anak

89
90

2. Memotong menyiapkan alat dan


playdoughs bahan yang diperlukan
esuai pola untuk pembutan
dengan playdough
menggunak 3.Anak diberikan
an pisau intruksi oleh guru
plastik untukmeremas,meneka
3. Menempel n,menempel. melinting,
playdoug menguleni,membentuk,
dengan menggunting,memotong
sesuai pola dan menggulung
yang playdough
diberikan 4.Guru membimbing
4. Melinting anak untuk menggulung
playdough playdough
5. Menggulun 5.Setelah berbentuk
g gulungan guru memberi
playdough intruksi pada murid
6. Menguleni untuk membuat bentuk
91

playdough huruf A s/d J.


7. Membentk 6.Anakdiberikan
playdough intruksi untuk membuat
dari huruf berbagai bentuk sesuai
A s/d J dengan keinginannya.
8. Menekan
playdough
menggunak
an telapak
tangan
9. Menekan
playdough
dengan
jari-jari
tangan
10. Meremas
playdough
92

PETUNJUK PENILAIAN

Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap tingkat kesesuaian antara standar kompetensi, kompotensi dasar dan

indikator, terhadap butir soal pertanyaan dengan memberi tanda( √ ) untuk setiap pertanyaanpada kolom tingkat kesesuaian.

Adapun kriteria penilaian , yaitu :

1. Skor 1, jika KI, KD dan Indikator, tidak sesuai terhadap butir soal

2. Skor 2, jika KI, KD dan Indikator, kurang sesuai terhadap butir soal

3. Skor 3, jika KI, KD dan Indikator, cukup sesuai terhadap butir soal

4. Skor 4, jika KI, KD dan Indikator, sangat sesuai terhadap butir soal

Mohon diberi komentar pada kolom catatan yang tersedia jika terdapat butir soal yang tidak sesuai ataupun kurang sesuai

dengan KI, KD dan Indikatornya demi perbaikan butir soal tersebut.


93

Kompetensi Kompotensi Indikator Sub Indikator Butir Soal Penilaian KET


Inti Dasar Tingkat
Kesesuaian
1 2 3 4

4.Menyajikan 4.1 Mempraktekk 1.Koordinasi 1.1 Menempel 1. Anak


pengetahuan an bermain antara tangan mampu
dan mata
faktual dalam playdough menempel
bahasa yang playdough
jelas dan sesuai pola
logis. Dalam yang
karya yang diberikan
94

ekstetis, dalam 2.Kelenturan 2.1 Melinting 2. Anak


gerakan yang telapak dan 2.2 Menggulug mampu
mencerminkan jari-jari tangan 2.3 Mengilas melinting
anak sehat, 2.4 membentuk playdough
dan dalam 3. Anak
tindakan yang mampu
mencerminkan menggulung
perilaku anak playdough
beriman. 4. Anak
mampu
mengulenipl
aydough
5. Anak
3.Kekuatan 3.1Menggunting
mampu
telapak dan 3.2Memotong
membentuk
jari-jari tangan 3.3Menekan playdough
3.4meremas dengan
bentuk huruf
A s/d J
95

6. Anak
mampu
mengguntin
g playdough
sesuai pola
96

7. Anak
mampu
memotong
playdough
sesuai pola
dengan
menggunaka
n pisau
plastik
8. Anak
mampumene
kan
playdough
dengan
telapak
tangan
9. Anak
mampumene
kan
97

playdough
dengan jari-
jari tangan
10. Anak
mampu
meremas
playdough

Saran perbaikan

1. Silahkan Lanjut

2. Setelah diperbaiki
Tes Kemampuan Motorik Halus Pada Anak SLB Negeri Campalagian

No Aspek yang di nilai Kriteria

Tidak mampu Mampu

0 1

1 Murid mampu menempel

kertas sesuai pola

2 Murid mampu membuka dan

menutup botol

3 Murid mampu menggulung

kertas

4 Murid mampu merobet kertas

menjadi bagian kecil

5 Murid mampu melinting

kertas

6 Murid mampu membentuk

kertas menjadi bola

7 Murid mampu menggunting

kertas sesuai pola garis

8 Murid mampu meremas busa

berisi air

98
99

9 Murid mampu menekan bola

stres dengan jari-jari tangan

10 Murid mampu memindahkan

air dari busa ke mangkok

Keterangan:

a. Jika murid tidak mampu melakukan tindakan yang telah ditentukan

maka diberi skor 0

b. Jika murid mampu melakukan tindakan sesuai dengan yang

ditentukan maka diberi skor 1


Validator II

LEMBAR VALIDASI LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

A. Aspek Penilaian
Judul : Penggunaan Media Playdough Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Cerebral palsy Kelas III SLB Negeri

Campalagian Kab Polman

Variabel Penelitian : Kemampuan Motorik Halus

Defenisi Konseptual Variabel : Sumantri (Nurlaili 2019:4) yang menyatakan bahwa keterampilan motorik halus adalah

pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil, seperti jari-jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan

dan koordinasi mata dan tangan. Permendikbut nomor 137 tahun 2014 tentang standar Nasional Pendidikan Anak Usia dini Pasal 10

dijelaskan bahwa motorik halus mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat mengeksplorasi dan

mengepresikan diri dalam berbagai bentuk (Nurlaili, 2019).

Defenisi Oprasional Variabel : Kemampuan motorik halus adalah skor yang dicapai oleh anak melalui tes perbuatan yang

mengindikasikan (1). Kecermatan koordinasi mata dengan tangan, (2). Kelenturan telapak dan jari-jari tangan, (3). Kekuatan dan jari-

jari tangan.

100
101

KAJIAN TEORI TENTANG MEDIA PLAYDOUGH

1. Pengertian Media Playdough

Playdough adalah salah satu alat permainan edukasi dalam pembelajaran yang termaksud kreteria alat permaianan murah dan

memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi. Sumartini

(2012:85) playdough adalah salah satu alat permainan yang dijadikan media pembelajaran karena termasuk dalam kriteria alat

permainan edukasi dengan biaya murah dan memiliki fleksibilitas, baik bagi guru maupun bagi anak dalam merancang pola-pola

yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi.

2. Langkah-langkah dalam Bermain Playdough

Langkah-langkah bermain menggunakan media playdough bagi subyek cerebral palsy sebagai berikut :

1. Peneliti dan subyek menyiapkan alat dan bahan

2. Peneliti memperkenalkan cara penggunaan media playdough pada subyek

3. Peniliti memperkenalkan pada subyek cara bermain menggunakan playdough terhadap motorik halus seperti kegiantan

menempel, melinting, menggulung, mengilas, membentuk huruf, menggunting, memotong, menekan menggunakan jari-jari

tangan, menekan menggunakan telapak tangan dan meremas playdough.


102

PETUNJUK PENILAIAN

Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap tingkat kesesuaian antara standar kompetensi, kompotensi dasar dan

indikator, terhadap butir soal pertanyaan dengan memberi tanda( √ ) untuk setiap pertanyaanpada kolom tingkat kesesuaian. Adapun

kriteria penilaian , yaitu :

1. Skor 1, jika KI,KD dan indikator, tidak sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.

2. Skor 2, jika KI,KD dan indikator, kurang sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.

3. Skor 3, jika KI,KD dan indikator, sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.

4. Skor 4 jika KI,KD dan indikator, sangat sesuai terhadap langkah-langkah pembelajaran.
103

Kompetensi Inti Kompetensi Indikator Materi Langkah-langkah Penilaian

Dasar Pelaksanaan Validator

1 2 3 4

3.Memahami 3.2.Memahami 3.2.1Anak Meningkatkan 1.Guru


pengetahuan secara teks arahan/ mampu kemampuan membimbing anak
faktual dengan cara petunjuk mengfungsikan motorik halus untuk melakukan
mengamati sederhana motorik Melalui pemanasan otot-otot
(mendengar, tentang kegiatan halusnya bermain tangan
melihat, membaca) bagaimana dengan baik playdough seperti melambai-
dan menanya melatih dengan lambaikan tangan,
berdasarkan rasa kemampuan kegiatan mengepalkan tangan
ingin tahu tentang motorik halus 1. Menggu dan
dirinya, makluk dalam bahasa nting mengerak-gerakan tangan
ciptaan Tuhan dan indonesia playdou 2.Guru dan anak
kegiatannya gh menyiapkan alat dan
sesuai bahan yang diperlukan
pola untuk pembutan
104

2. Memotong playdough
playdough 3.Anak diberikan
sesuai pola intruksi oleh guru
dengan untukmeremas,,menekan
menggunak ,menempel. Melinting
an pisau Menguleni,membentuk,m
plastik emotong,menggunting
3. Menempel dan menggulung
playdoug playdough
dengan 4.Guru membimbing
sesuai pola anak untuk menggulung
yang playdough
diberikan 5.Setelah berbentuk
4. Melinting gulungan guru memberi
playdough intruksi pada murid
5. Menggulun untuk membuat bentuk
g playdough huruf A s/d J.
6. Mengulenip 6.Anak diberikan
laydough intruksi untuk membuat
105

7. Membentuk berbagai bentuk sesuai


playdough dengan keinginannya.
dari huruf A
s/d J
8. Menekan
playdough
menggunak
an telapak
tangan
9. Menekan
playdough
dengan jari-
jari tangan
10. Meremas
playdough
106

PETUNJUK PENILAIAN

Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap tingkat kesesuaian antara standar kompetensi, kompotensi dasar dan

indikator, terhadap butir soal pertanyaan dengan memberi tanda( √ ) untuk setiap pertanyaan pada kolom tingkat kesesuaian.

Adapun kriteria penilaian , yaitu :

1. Skor 1, jika KI,KD dan indikator, tidak sesuai terhadap item tes.

2. Skor 2, jika KI,KD dan indikator, kurang sesuai terhadap item tes.

3. Skor 3, jika KI,KD dan indikator, cukup sesuai terhadap item tes.

4. Skor 4 jika KI,KD dan indikator, sangat sesuai terhadap item tes.

Mohon diberi komentar pada kolom catatan yang tersedia jika terdapat butir soal yang tidak sesuai ataupun kurang sesuai

dengan KI, KD dan indikatornya demi perbaikan item tersebut.


107

Kompetensi Kompotensi Indikator Sub Indikator Item Tes Penilaian KET


Inti Dasar Tingkat
Kesesuaian
1 2 3 4

4.Menyajikan 4.2 Mempraktekk 1.Koordinasi 1.1 Menempel 1. Anak mampu


pengetahuan an bermain antara tangan menempel
dan mata
faktual dalam playdough playdough
bahasa yang sesuai pola
jelas dan yang diberikan
108

logis. Dalam 2.Kelenturan 2.1 Melinting 2. Anak mampu


karya yang telapak dan 2.2 Menggulug melinting
ekstetis, dalam jari-jari tangan 2.3 Menguleni playdough
gerakan yang 2.4 membentuk 3. Anak mampu
mencerminkan menggulung
anak sehat, playdough
dan dalam 4. Anak mampu
tindakan yang menguleni
mencerminkan playdough
perilaku anak 5. Anak mampu
beriman. membentuk
playdough
dengan bentuk
huruf A s/d J
6. Anak mampu
menggunting
playdough
sesuai pola
3.Kekuatan
7. Anak mampu
109

telapak dan memotong


playdough
jari-jari tangan
3.1Menggunting sesuai pola
3.2Memotong dengan
3.3Menekan menggunakan

3.4meremas pisau
plastik
8. Anak mampu
menekan
playdough
dengan telapak
tangan
9. Anak mampu
menekan
playdough
dengan jari-jari
tangan
10. Anak mampu
meremas
110

playdough

Saran/Perbaiakan :

1. Tambahkan lagi teori yang releval dalam defenisi konseptualnya agar dapat memperkuat defenisi yang diturunkan ke defenisi
oprasional variabelnya
2. Instrument dapat layak digunakan dalam penelitiannya
3. ....................................................................................................................................................................
4.
Lampiran 4

Format Penilaian TES

Sekolah : SLB Negeri Campalagian Kab. Polman

Satuan Pendidikan : SLB Negeri Campalagian

Mata Pelajaran : Pengembangan Gerak

Materi Penelitian :Kemampuan Motorik Halus

Kelas : III

Nama Murid : SA

1. Penilaian

Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes perbuatan

Format Pedoman Penilaian

No Kriteria

ITEM TES

0 1

1. Melakukan kegiatan menempel playdough sesuai dengan


pola
2. Melakukan kegiatan melinting playdough

3. Melakukan kegiatan menguleni playdough

4. Melakukan kegiatan membentuk playdough dengan

hurug A s/d J

111
112

5. Melakukan kegiatan menggunting playdough sesuai

dengan pola yang diberikan

6. Melakukan kegiatan memotong playdough sesuai dengan

pola

7. Melakukan kegiatan menekan playdough dengan

telapak tangan

8. Melakukan kegiatan menekan playdough dengan jari-jari

tangan

9. Melakukan kegiatan menggulung playdough

10. Melakukan kegiatan meremas playdough

Keterangan :

a. Skor 0, apabila anak kurang mampu melakukan tindakan sesuai

dengan yang telah ditentukan.

b. Skor 1, apabila anak mampu melakukan tindakan sesuai dengan yang

telah ditentukan dan hasilnya baik.


113

Lampiran 5

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI)

Satuanpendidikan : SLB Negeri Campalagian

Mata Pelajaran : Pengembangan gerak

Kelas : III

Alokasi Waktu : 1x35 Menit (10 pertemuan)

1. IdentitasSiswa

Nama : SA

Kelas : III

Usia : 10 Tahun

Jenis ABK : Tunadaksa

2. Tujuanjangkapanjang dan jangkapendek


a. TujuanJangka Panjang:
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
b. TujuanJangkaPendek:
Melalui penggunaan playdoug Kemampuan motorik halus SA dapat
meningkat
3. Indikator
1. Koordinasi antara tangan dan mata (murid dapat menempel playdough)
2. Kelenturan telapak dan jari-jari tangan ( murid dapat melintiing,
menggulung, mengilas, membentuk playdough)
3. Kekuatan telapak dan jari-jari tangan (murid dapat menggunting,
memotong, menekan, dan meremas playdough)
4. Meningkatkan kemampuan motorik halus
114

4. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
1. Guru memberi salam dan mengajak murid berdoa sebelum memulai
kegiatan belajar
2. Guru menyapasiswa dan mengkondisikan murid agar siapbelajar
3. Guru menyampaikanmateripembelajaran yang akan di ajarkan.
B. Kegiatan Inti
1. Murid mampu menempel kertas sesuai pola
2. Murid mampu membuka dan menutup botol

3. Murid mampu menggulung kertas

4. Murid mampu merobet kertas menjadi bagian kecil


5. Murid mampu melinting menggunakan kertas
6. Murid mampu membentuk kertas menjadi bola

7. Murid mampu menggunting kertas sesuai pola garis


8. Murid mampu meremas busa berisi air

9. Murid mampu menekan bola stres dengan jari-jari tangan


10. Murid mampu memindahkan air dari busa ke mangkok

C. Kegiatan Akhir
1. Guru membuat rangkuman atau simpulan pelajaran
2. Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
3. Guru memberikan pesan-pesan moral kepada murid
4. Guru mengucapkan salam dan mengakhiri pertemuan dengan berdoa
115

Format Penilaian

No Aspek yang di nilai Kriteria


Tidak Mampu
mampu
0 1
1 Murid mampu menempel kertas sesuai 

pola
2Murid mampu membuka dan menutup 

botol

3 Murid mampu menggulung kertas 

4 Murid mampu merobet kertas menjadi 

bagian kecil

5 Murid mampu melinting menggunakan 

kertas

6 Murid mampu membentuk kertas 

menjadi bola

7 Murid mampu menggunting kertas 

sesuai pola garis

8 Murid mampu meremas busa berisi air 

9 Murid mampu menekan bola stres 

dengan jari-jari tangan

10 Murid mampu memindahkan air dari 

busa ke mangkok
116

Keterangan:

a. Jika murid tidak mampu melakukan tindakan yang telah ditentukan maka
diberi skor 0.
b. Jika murid mampu melakukan tindakan sesuai dengan yang ditentukan
maka diberi skor 1.

Campalagian, 22 januari 2022


No Aspek Penilaian SKOR SKOR SKOR SKOR SKOR SKOR SKOR SKOR SKOR SKOR
Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8 Sesi 9 Sesi 10 Sesi 11 Sesi 12 Sesi 13
Kemampuan motorik 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
halus
1. Anak mampu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
melakukan
kegiatan menempel
playdough sesuai
pola
2. Anak mampu √ √ √ √ √ √ √ √
melakukan
kegiatan melinting
playdough
3. Anak mampu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
melakukan
kegiatan menguleni
playdough
4. Anak mampu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
melakukan kegiatan
membentuk
playdough dengan
huruf A s/d J

117
118

5. Anakmampu √ √ √ √ √ √ √ √ √
Melakuakan
kegiatan
menggunting
playdough sesuai
pola
6. Anak mampu √ √ √ √ √ √ √ √ √
melakukan kegiatan
memotong
playdough dengan
pisau plastik
7. Anak mampu √ √ √ √ √ √
melakukan
kegiatan menekan
playdough dengan
telapak tangan
8. Anak mampu √ √ √ √ √ √ √
melakukan
kegiatan menekan
playdough dengan
jari-jari tangan
9. Anak mampu √ √ √ √
melakukan
kegiatan
menggulung
119

playdough

10. Murid mampu √ √ √ √ √


melakukan
kegiatan meremas

0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 10 0 10 0 10 0 10
Jumlah
40 50 60 70 80 90 100 100 100 100
Lampiran 6

Data Hasil Kemampuan Motorik Halus Melalui Bermain Playdough


Baseline 1 (A1), Intervensi (B)dan Baseline 2 (A2)

Sesi Skor Maksimal Skor Nilai

Baseline1 (A1)
1 10 3 30
2 10 3 30
3 10 3 30
Intervensi (B)
4 10 4 40
5 10 5 50
6 10 6 60
7 10 7 70
8 10 8 80
9 10 9 90
10 10 10 100
11 10 10 100
12 10 10 100
13 10 10 100
Baseline 2 (A2)

14 10 9 90
15 10 9 90
16 10 9 90

120
Lampiran 7

Data Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak SA Kelas III SLB Negeri Campalagian Kab Polman

Tes No Skor Baseline 1 Intervensi (B) Baseline 2


Item maksimal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 10 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kemampuan 5 10 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Motorik Halus 6 10 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 10 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
10 10 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
Skor yang diperoleh 3 3 3 4 5 6 7 8 9 10 10 10 10 9 9 9

121
122

Nilai 30 30 30 40 50 60 70 80 90 100 100 100 100 90 90 90


Lampiran 8

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN

Kegiatan menguleni playdough kegiatan menggulung playdough

Kegiatan melinting playdough

123
124

Kegiatan membentuk playdough kegiatan menekan playdough dengan jari-jari


tangan

Kegiatan menempel playdoughKegiatan menggunting playdough


125

Kegiatan menekan playdough dengan


telapak tangan

Kegiatan meremas playdough


126

Lampiran 9

HASIL ASESMEN
127
128
129
130

Hasil Asessmen Diagnostik (Profil) Siswa CP

A. Tujuan Asesmen

Assesmen ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana


kemampuan siswadan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam
belajar.Sehingga asesmen sangat penting dilakukan dalam sebuah
pembelajaran karena dengan adanya asesmen seorang gurudapat menetukan
dan tahu bagaimana cara pembelajaran yang dilakukan kepada
siswa. Dengandilakukannya asesmen ini seorang guru dapat mengetahui
kekurangan, kelebihan dan kebutuhananak dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran dapat berhasil. Dengan adanya hasiltersebut maka guru
dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang menghubungkan
kebutuhan pelajaran siswa dengan tujuan pembelajaran baik jangka panjang
maupun jangka pendek.

B. Data Pribadi Anak

1. Data Anak
a. Nama Lengkap: SA
b. Tempat tgl Lahir : Parappe, 12-September-2011
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Putra nomor : Ke 2
2. Identitas orang tua
a. Ayah
1) Nama : AR
2) Agama : Islam
3) Pekerjaan : Mengendarai Bentor
4) Alamat : Parappe
b. Ibu
1) Nama : NI
2) Agama : Islam
3) Pekerjaan : Wiraswasta
4) Alamat : Parappe
131

C. Instrumen Diaknostik
Jastivikasi
No Koponen/ Materi Keterangan
Ya Tidak
1 Anak mengalami kelainan pada satu atau T Anak mengalami
kedua tungkai dan juga tangan Y kekakuan pada
kedua tangan dan
kaki
2 Adanya gerakan-gerakan yang tidak T Tidak ada
terkendali dan terarah yang diakibatkan gerekan-gerakan
kerusakan pada ganglia basalis atau yang tidak
bagian otak yang berfungsi untuk terkendali pada
mengatur bagian motorik anak hanya anak
kadang-kadang
kaget ketika ada
suara-suara yang
membuat anak
kaget
3 Terdapat gangguan keseimbangan yang T
diakibatkan kerusakan otot dan koordinasi
otak
4 Adanya kekakuan otot yang diakibatkan Y Terdapat
kerusakan pada ganglia basali kekakuan pada
kedua tangan
anak sehingga
anak mengalami
kesulitan dalam
menulis dan
kedua kaki anak
yang memliki
kekauan sehingga
anak kesulitan
untuk berdiri dan
berjalan jika
tidak dibantu
5 Perkembangan yang terlambat. Sejak bayi Y

cerebral palsy tidak dapat belajar duduk,

berjalan, atau mencapai tumbuh kembang

tertentu di usia yang sesuai

6 Postur atau posisi tubuh anak yang tidak T

biasa
132

Anak menyeret satu kaki atau lebih suka T

menggunakan satu lengan, yang

menunjukkan fungsi otot tidak seimbang

Anak banyak berliur atau kesulitan T Anak sudah bisa


berbicara hanya
menghisap, menelan, atau bicara saja
pengucapannya
yang lambat
Anak tidak dapat menutup muludnya T

dan selalu mengeluarkan liur (ngiler)

Monoplegia
Hemiplegia
7
Spastik Diplegia
Triplegia
Quadriplegia Y
Tremor

Ataksia

Athetosis / Distonik

Koreothetosis Diskinestik

Atonik
Campuran Y
Catatan: Berdasarkan instrumen diagnosis yang dilakukan pada anak, maka
dapat disimpulkan bahwa anak termasuk dalam kategori spastik
quadriplegia.
133

Hasil Asessmen Motorik (Profil) Siswa CP

A. Tujuan Asesmen
Assesmen ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa
dalam belajar. Sehingga asesmen sangat penting dilakukan dalam sebuah
pembelajaran karena dengan adanya asesmen seorang gurudapat menetukan
dan tahu bagaimana cara pembelajaran yang dilakukan
kepadasiswa. Dengandilakukannya asesmen ini seorang guru dapat mengetahui
kekurangan, kelebihan dan kebutuhananak dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran dapat berhasil. Dengan adanya hasiltersebut maka guru
dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang menghubungkan
kebutuhan pelajaran siswa dengan tujuan pembelajaran baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
B. Data Pribadi Anak

1. Data Anak
a. Nama Lengkap: : SM
b. Tempat tgl Lahur :Parappe, 12-September-2011
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Putra nomor :2
e. E
Jenis ABK : Tunadaksa (cerebral Palsy)

2. Identitas orang tua


a. Ayah

1) Nama Lengkap : AR

2) Agama : Islam

: Tukang bentor
3) Pekerjaan

: Dusun Parappe
4) Alamat
134

c. Ibu
1) Nama Lengkap : NI

: Islam
2) Agama

: wiraswasta
3) Pekerjaan

: Dusun Parappe
4) Alamat

b. Instrumen yang Digunakan


Tes perbuatan

1. KD 4.1 Mempraktekkan bermain playdough

1. Menempel

2. Melinting

3. Menggulung

4. Mengilas

2. Sub Indikator 5. Membentuk

6. Menggunting

7. Memotong

8. Menekan

9. Meremas

1. Melatih koordinasi antara tangan dan mata.

2. Melatih kelenturan telapak tangan dan jari-jari


3. Tujuan playdough
tangan.

3. Melatih kekuatan telapak tangan dan jari-jari


tangan
135

Tes Asesmen Motorik Halus Hasil Tes


1. Memegang benda Berdasarkan hasil asesmen anak
2. Meremas benda kesulitan dalam memegang alat,
3. Mengambil benda meremas, mengambil benda dan lain-
lain.

c. Kesimpulan Hasil Analisis Asesment

1. Kesulitan yang dihadapi anak yaitu terdapat pada motorik halusnya sehingga

anak kesulitan dalam melakukan kegiatan yang berkaintan dengan motorik

halusnya

2. Kebutuhan anak saat ini membutuhkan media untuk melatih motorik halus anak

d. Rekomendasi

Kemampuan motorik halus anak masih sangat rendah sehingga anak membutuhkan

media yang cocok untuk melatih motorik halus anak yang mengalami kekakuan

pada kedua tangannya sehingga saya merekomendasikan media playdough untuk

melatih motorik halus anak

e. Target Behavior (Hasil Pembelajaran)

Berdasarkan target behavior maka perilaku yang ingin diubah yaitu bagaimana

ketika melatih motorik halus anak dengan menggunakan media playdough apakah

terdapat perubahan
136

Lampiran 10

PERSURATAN
137
138
139
140

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISETDANTEKNOLOGI
UNIVERSITASNEGERIMAKASSAR(UNM)
FAKULTASILMUPENDIDIKAN
Jalan: Tamalate I Tidung, Makassar KP. 90222
Telepon: 884457, Fax.(0411) 884457
Laman:http://fip.unm.ac.id;E-mail:fip@unm.ac.id

22 Desember 2021
Nomor :7864/UN36.4/LT/2021
H al: PermohonanIzinMelakukanPenelitian

Yth :Bupati Polewali Mandar


Cq. Badan Kesbangpol Polewali Mandar

Di–
Polewali

Sehubungandenganpenyelesaianstudimahasiswa Program Strata Satu (S-1),


makaterlebihdahuluharusmelakukanpenelitiandalamrangkapenulisanskripsi.Unt
ukitukamimohonkiranyamahasiswatersebutdibawahini:

N am a : Musdalifa TH
NIM :1745042025
Jurusan/ Prodi : PendidikanKhusus
JudulSkripsi :PENGUNAANMEDIA PLAYDOUGH UNTUK
MENINGKATKANKEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK CEREBRAL PALSY
KELAS III SLB NEGERICAMPALAGIAN KAB POLMAN
Diberikanizinuntukmelakukanpenelitianpadalokasiatautempatyangadadalamwil
ayahLembaga/Instansi/OrganisasiyangBapak/Ibu Pimpin.

Sebagaibahanpertimbanganbersamainikamilampirkanproposalpenelitianmahasiswayang
bersangkutan.Atas kerjasamanyadiucapkanterimakasih.

TebusanWakilDekanBidanAkademik,
1. Yth.Ketua LembagaPenelitianUniversitasNegeriMakassar
2. Yangbersangkutan

3. ArsipDr.Mustafa,M.S
NIP196605251992031002
141
142
143

RIWAYAT HIDUP

Musdalifa. TH. Lahir di Kenje Kabupaten Polewali

Mandar Provensi Sulawesi Barat pada 3 April 1998,

merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari

pasangan Takrim H dan Najma. Penulis memulai

pendidikan formal pada tahun 2003 di TK Raudhatul

Athfal dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun

2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SDNegeri Inpres

Lapeo dan menyelesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama diSMP 1 Negeri

Campalagian dan tamat pada tahun 2013. Setelah itu pada tahun yang sama

peneliti melanjutkan pendidikan sekolah menengah pada Madrasah Aliyah Negeri

1 Polman dan tamat pada tahun 2016. Kemudian pada tahun 2017 penulis

melanjutkan pendidikan Strata-1 (S-1) di Perguruan Tinggi Negeri dan terdaftar

sebagai mahasiswa Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai