Anda di halaman 1dari 121

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TOPI TAWA

BERORIENTASI HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS)


TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
PADA SISWA KELAS V DI SDN 060 INPRES
MANUMANUKANG KABUPATEN
POLEWALI MANDAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH
ANDI FADILAH SYAHRIR
105401106316

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020
2
3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Andi Fadilah Syahrir

NIM : 10540 11063 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Topi


TAWA Berorientasi Higher Order Thinking Skills
(HOTS) Terhadap Kemampuan Membaca
Pemahaman Pada Siswa Kelas V di SDN 060 Inpres
Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan Tim

Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

dibuatkan oleh siapapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2020


Yang Membuat Pernyataan

Andi Fadilah Syahrir


4

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\

SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Andi Fadilah Syahrir
NIM : 10540 11063 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Oktober 2020
Yang Membuat Perjanjian

Andi Fadilah Syahrir

Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd


NBM. 1148913
5

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

There is no limit of struggling

(Tidak ada batasan dalam perjuangan)

Man Jadda, Wajada

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil

(Pepatah Arab)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
karena hanya kepadanya kami memohon pertolongan. Skripsi ini juga saya
persembahkan kepada kedua orang tua dan keluargaku yang selalu
mendoakan dan memotivasi serta kepada semua guru, dosen dan sahabat-
sahabat yang telah banyak membantu dan menginspirasiku.
6

ABSTRAK

Andi Fadilah Syahrir. 2020. Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Topi


TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills)
Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas V SDN 060
Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi. Prodi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: Munirah, Pembimbing II: Aliem
Bahri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keefektifan penggunaan media
pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order
Thinking Skills) terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V di
SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar.
Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian eksperimen dan desain penelitian pra eksperimen dengan jenis one
group pretest dan posttest design yaitu dengan memberikan dua kali tes yaitu
pretest (sebelum perlakuan) dan posttest (setelah perlakuan). Populasi dalam
penelitian ini siswa kelas IV, V dan VI berjumlah 84 siswa. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik sampel purposive
sampling yaitu mengambil sampel sesuai kebutuhan penelitian dan sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 10 orang. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan SPSS versi 25 yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.
Berdasarkan Hasil penelitian pada tes pretest nilai rata-rata yang diperoleh
siswa yaitu 62,00 sedangkan pada posttest nilai rata-rata yang diperoleh yaitu
79,50. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji t paired sample test
diperoleh nilai t hitung > t tabel yaitu t hitung 5,653 dan t tabel 2,262 dengan
demikian dan diterima

ditolak dan diterima sehingga dapat


disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab)
berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) efektif terhadap kemampuan
membaca pemahaman pada siswa kelas V SDN 060 Inpres Manumanukang
Kabupaten Polewali Mandar efektif digunakan karena terdapat perbedaan yang
signifikan antara dan .

Kata Kunci : Media Topi TAWA HOTS, Kemampuan membaca pemahaman.


7

KATA PENGANTAR

Assalamualaaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan semesta alam.

Shalawat dan salam tetap terlantum bagi kekasih-Nya Muhammad shallahu’alaihi

wasallam, beserta keluarganya yang mulia, sahabatnya yang tercinta, dan

pengikutnya yang setia hingga akhir zaman memberikan Rahmat, Taufik, dan

Hidayahnya.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan

berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang tulus dan ikhlas

memberikan motivasi kepada penulis. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini,

dengan penuh kerendahan hati, penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan

penghargaan yang yang setinggi-tingginya kepada semua pihak atas segala

bantuan yang telah diberikan atas terselesainya skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang

tua, saudara dan sahabatku, teriring sujud terima kasihku kepada mereka orang

tuaku tercinta, Ayahanda Syahrir Asaad dan Ibunda Hj. Mawar yang tidak pernah

sedikitpun melewatkan hidupnya untuk mencurahkan pikiran, semangat, kasih

sayang dan do’anya yang tulus selama ini hingga selesainya studi (S1) penulis,

mudah-mudahan saya menjadi seperti yang ibu bapak harapkan.


8

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Ibunda

Dr. Munirah, M.Pd selaku Pembimbing I dan Ayahanda Aliem Bahri. S.Pd., M.Pd

selaku dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk mencurahkan

segenap perhatian, arahan, dorongan, dan semangat serta pandangan-pandangan

dengan penuh rasa kesabaran sehingga dapat membuka wawasan berpikir yang

sangat berarti bagi penulis sejak penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai.

Penulis juga sampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada

Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.,

Erwin Akib,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar, Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd., ketua Prodi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah ikhlas mentransfer ilmunya kepada

penulis, serta seluruh staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Usman Kaluk, S.Pd., SD.,

kepala sekolah SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar, dan

Bapak/Ibu guru SDN 060 Inpres Manumanukang atas segala bimbingan,

kerjasama, dan bantuannya selama penulis mengadakan penelitian. Tidak lupa

pula penulis mengucapkan terima kasih kepada siswa-siswi SDN 060 Inpres

Manumanukang khususnya kelas V atas kerjasama, motivasi serta semangatnya

dalam mengikuti proses pembelajaran.


9

Kepada teman-temanku Nur Rahmi Akil Saleh, Sri Rahayu Nur, Andi

Nur Isnayanti, Firdianti, Fadliah dan keluarga besar SDN 060 Inpres

Manumanukang yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama penulis

menyelesaikan skripsi ini. Teman temanku mahasiswa PGSD angkatan 2016

khususnya kelas B dan teman-teman PPL, P2K yang sudah banyak berbagi cerita,

pengalaman, ilmu, dan nasehat selama kuliah dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan

kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya

membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama

sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para

pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin

Makassar, September 2020

Penulis
10

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ...................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... …xiii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 9


A. Kajian Pustaka .......................................................................................... 9
1. Hasil Penelitian yang Releven ........................................................... 9
2. Keefektifan ........................................................................................ 13
3. Media Pembelajaan ............................................................................ 13
4. Higher Order Thinking Skills ............................................................. 26
5. Pembelajara Bahasa Indonesia SD ..................................................... 29
6. Kemampuan Membaca Pemahaman .................................................. 30
B. Kerangka Pikir ......................................................................................... 41
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 44

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ......................................................... 45


A. Rancangan Penelitian ............................................................................... 45
11

1. Jenis Penelitian ................................................................................... 45


2. Desain Penelitian ................................................................................ 45
B. Populasi dan Sampel ................................................................................ 46
C. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 48
D. Instrumen Penelitian ................................................................................. 48
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 49
F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 57


A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 57
B. Pembahasan .............................................................................................. 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 72


A. Simpulan .................................................................................................. 72
B. Saran ......................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 74


LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
12

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Tabel Populasi Penelitian .............................................................................. 47

4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Membaca Pemahaman...... 58

4.2 Analisis Statistik Deskriptif Nilai Pretest Kemampuan Membaca


Pemahaman .................................................................................................... 60
4.3 Distribusi Frekuensi Hasil posttest Kemampuan Membaca Pemahaman ......61

4.4 Analisis Statistik deskriptif nilai Posttest kemampuan membaca

pemahaman .................................................................................................... 63

4.5 Uji Normalitas ............................................................................................... 64

4.6 Uji Homogenitas ........................................................................................... 65

4.7 Uji Hipotesis ................................................................................................. 66


13

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir .........................................................................................43

3.1 Pretest dan Posttest Group Design .....................................................................46

4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Membaca

Pemahaman .........................................................................................................59

4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan Membaca

Pemahaman ..........................................................................................................62
14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin dari Sekolah

Lampiran 2 : Rencana Pelaksnaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 3 : Materi Ajar

Lampiran 4 : Instrumen Soal pada Media Pembelajaran Topi TAWA (Tanya

Jawab)

Lampiran 5 : Soal Pretest Kemampuan Membaca Pemahaman

Lampiran 6 : Kunci Jawaban Soal Pretest

Lampiran 7 : Hasil Kerja Pretest Siswa

Lampiran 8 : Soal Posttest Kemampuan Membaca Pemahaman

Lampiran 9 : Kunci Jawaban Soal Posttest

Lampiran 10 : Hasil Kerja Posttest Siswa

Lampiran 11 : Daftar Nilai Pretest Kemampuan Membaca Pemahaman siswa

Lampiran 12 : Daftar Nilai Posttest Kemampuan Membaca Pemahaman siswa

Lampiran 13 : T- tabel

Lampiran 14 : Dokumentasi
15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Permendikbud No.22 Tahun 2016 Pembelajaran

merupakan suatu bentuk kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan

pendidikan. Pendidikan adalah faktor yang sangat penting bagi kehidupan

untuk mengembangkan potensi peserta didik yaitu meningkatkan ilmu

pengetahuan dan meingkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, hal ini sejalan dengan undang-undang sistem pendidikan nasional No.20

Tahun 2003 bab II yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam pendidikan terdapat beberapa mata pelajaran yang wajib

dipelajari, salah satunya yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah

mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai

perguruan tinggi. Hal ini karena Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan

yaitu sebagai bahasa nasional dan juga menjadi bahasa Negara. Menurut

Wahyudi (2012: 6) kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara

mempunyai fungsi yaitu sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa resmi

pengantar dunia pendidikan, dan bahasa resmi didalam perhubungan tingkat


16

nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta

teknologi modern.

Pembelajaran bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam

upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar khususnya di sekolah dasar (SD).

Dalam Pembelajaran bahasa Indonesia di SD terdapat empat aspek

keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara.

Empat aspek tersebut harus mampu di kuasai oleh peserta didik dan aspek

yang paling utama yaitu pada aspek keterampilan membaca karena membaca

memegang peranaan penting dalam aktivitas komunikasi tertulis. Selain itu

menurut Farr dalam (Dalman, 2013:5) mengatakan bahwa membaca

merupakan jantung pendidikan dan dengan membaca kita dapat mengkses

informasi-informasi yang berguna untuk menambah wawasan. Untuk itu

setiap siswa diharapkan memiliki kemampuan membaca yang baik. terutama

pada kelas tinggi setiap siswa harus memiliki kemampuan membaca

pemahaman yang baik, bukan hanya sekedar membaca tetapi mampu

memahami isi bacaan yang dibaca.

Menurut Puspitasari (2015:2) kemampuan membaca pemahaman

merupakan bekal dan kunci keberhasilan siswa dalam menjalani proses

pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui

aktivitas membaca. Ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapat dari proses

belajar mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan


17

kemampuan memahami bacaan menjadi bagian penting dalam penguasaan

dan peningkatan ilmu pengetahuan siswa.

Namun Pada tahun 2018 telah terjadi permasalahan pada pendidikan di

Indonesia khususnya pada kemampuan membaca, berdasarkan hasil survey

Programme For Internasional Student Assesmet (PISA) yaitu suatu studi

yang bertaraf nasional yang didalamnya menguji soal kemampuan berpikir

tingkat tinggi kepada peserta didik dari tiga kategori yang di survey yaitu

kemampuan membaca, matematika dan sains. Hasil survey PISA yang dirilis

OECD menunjukkan siswa-siswa Indonesia memiliki kemampuan membaca,

matematika dan sains di bawah rata-rata nilai OECD. Misalnya dalam

pembelajaran bahasa Indonesia pada kemampuan membaca, Indonesia

mendapatkan skor 371, jauh dibawah rata-rata OECD dengan skor 487 dan

nilai itu sekaligus menempatkan Indonesia berada diurutan 74 dari 80 negara

yang mengikuti tes.

Berdasarkan hasil suvey PISA tersebut, menggambarkan bahwa

mayoritas peserta didik Indonesia masih memiliki kemampuan membaca

pemahaman yang rendah. Hal ini terjadi karena pada pembelajaran bahasa

Indonesia di sekolah dasar khususnya pada kelas tinggi kemampuan membaca

pemahaman cenderung diabaikan dan dianggap kurang penting.

Fenomena rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa di

Sekolah Dasar terlihat dari hasil observasi peneliti di SDN 060 Inpres

Manumanukang, dengan mewawancarai salah satu guru kelas tinggi yang ada

disekolah tersebut yaitu guru kelas 5. Melalui wawancara tersebut diperoleh


18

informasi bahwa pada hasil ulangan tengah semester siswa pada mata

pelajaran bahasa Indonesia masih banyak siswa yang belum bisa mencapai

nilai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang ditentukan yaitu 70 dan

bahkan siswa yang memperoleh nilai tuntas tidak lebih dari 50% terutama

pada materi bacaan cerpen dan soal bacaan. Siswa mengalami kesulitan

dalam memahami isi bacaan teks yang panjang yang terdiri dari beberapa

paragraf. Padahal indikator soal yang dibuat masih termasuk pada indikator

soal level rendah yaitu C1-C3 dan belum sampai ke level indikator soal

tingkat tertinggi yaitu C4-C6. Sedangkan siswa pada zaman sekarang sudah

harus mulai dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman, dimana zaman

sekarang pendidikan sudah memasuki abad 21 yang menuntut siswa untuk

memiliki tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi atau biasa disebut dengan

Higher Order Thinking Skills (HOTS) yaitu mampu menyelesaikan soal yang

masuk pada level kesulitan soal C4-C6.

Menurut Barratt dalam Fanani, A & Dian K, (2019:3) Higher order

thinking skills (HOTS) adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang

menuntut pemikiran secara kritis, kreatif, analisis terhadap imformasi dan

data dalam memecahkan permasalahan. Higher order thinking skills (HOTS)

hendaknya ditanamkan kepada peserta didik sejak dini atau pada jenjang

pendidikan sekolah dasar, namun kenyataan yang terjadi dilapangan masih

banyak sekolah di Indonesia yang belum memperdayakan pembelajaran yang

berorientasi Higher order thinking skills (HOTS) terutama pada siswa sekolah

dasar, (Sarwinda, W & Septi F, M, 2019: 84).


19

. Rendahya kemampuan membaca pemahaman siswa di SDN 060 Inpres

Manumanukang pada mata pelajaran bahasa Indonesia tersebut disebabkan

karena pola pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran yang

terkesan monoton seperti hanya meggunakan metode konvensional yang

kurang berfokus pada siswa dan kurangnya pemanfaatan media pembelajaran

yang dapat menarik minat siswa dalam belajar terutama minat siswa untuk

membaca dan memahami isi dari suatu teks bacaan. Pola pembelajaran itu

pun dirasa kurang menarik dan membosankan bagi siswa sehingga

menyebabkan rendahnya hasil belajar dan kemampuan bepikir siswa pada

pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada materi teks bacaan seperti

cerpen yang membutuhkan kemampuan membaca pemahaman siswa dan

tingkat berpikir siswa dalam menjawab soal berdasarkan isi dari suatu teks

bacaan.

Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa

masalah yang dihadapi ketika proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas

V SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar yaitu: (1)

rendahnya tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa terhadap suatu isi

teks bacaan yang panjang atau soal bacaan contohya soal bedasarkan isi

bacaan cerpen, (2) keaktifan dan minat baca siswa kelas V SDN 060 Inpres

Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar masih rendah, (3) metode yang

digunakan guru masih konvensional serta belum menggunakan media

pembelajaran apapun. Padahal media pembelajaran sangat membantu guru


20

dalam proses pembelajaran karena dengan adanya media pembelajaran akan

lebih cepat membuat siswa memahami materi yang dipelajari.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan penggunaan media

pembelajaran menarik dan berpusat pada siswa yang berorientasi Higher

Order Thinking Skills (HOTS) agar mampu membangkitkan minat belajar

siswa dalam proses pembelajaran terutama minat membaca siswa terhadap

suatu teks bacaan serta dapat melatih peserta didik agar memliki tingkat

kemampuan berpikir yang tinggi dalam menyelesaikan soal-soal bahasa

Indonesia dengan indikator soal C4-C6.

Adapun alternative yang tepat yaitu melalui penggunaan media

pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi Higher Order Thinking

Skills (HOTS). Media Pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi

Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah sebuah topi yang berisi suatu

teks bacaan cerpen beserta soal dan 2 pilihan jawaban yang mengarah pada

soal HOTS (Higher Order Thinking Skills). Media ini dapat menarik

perhatian siswa karena topi TAWA ini akan melibatkan ssiswa dalam sebuah

kegiatan yaitu semua siswa akan berlomba-lomba dengan siswa yang lain

dalam memilih jawaban dari pertanyaan yang tertera pada topi yang

didapatkan oleh masing-masing siswa melalui kegiatan membaca dengan

memahami isi dari sebuah teks bacaan beserta soal.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran

Topi TAWA Berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) terhadap


21

kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V di SDN 060

Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : Apakah penggunaan media

pembelajaran topi tawa berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)

efektif terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V di SDN

060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan media pembelajaran topi

TAWA berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) terhadap

kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V di SDN 060 Inpres

Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka usaha

perbaikan terhadap perbaikan mutu pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas

V di SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar. Secara

Rinci manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diaharpakan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi

dalam merancang pembelajaran yang berorientasi Higher Order Thinking Skills

(HOTS). Peneliti juga berharap media pembelajaran berorientasi Higher Order


22

Thinking Skills (HOTS) ini dapat dapat memberikan manfaat yang positif bagi

kualitas pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Dapat memotivasi siswa untuk aktif dan terampil berpikir tingkat

tinggi serta kritis dalam pembelajaran, khusunya pada pembelajaran

bahasa Indonesia.

2) Dapat memberikan pengalaman belajar dan membuat siswa tidak

jenuh dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

b. Bagi Guru

1) Dapat memotivasi guru dalam mengembangkan kualitas

pembelajaran menjadi lebih baik dan menarik.

2) Dapat mendorong dan meningkatkan keinginan guru dalam

menerapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk peserta

didiknya.

c. Bagi Peneliti

1) Memberikan pengalaman dalam sebuah penelitian dan memberikan

pengetahuan tentang penerapan penggunaan media pembelajaran

berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS).


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Penelitian yang Releven

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapa

penelitian yang dianggap relevan, yaitu :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Sarawinda dan Septi Fitri Meilana (2019)

dengan judul pengaruh penggunaan worksheet IPA berorientasi Higher

Order Thinking Skills (HOTS) terhadap hasil belajar kognitif siswa SD

Muhammadiyah 4 dan 5 Jakarta. Berdasarkan data hasil analisis uji-t

didapatkan untuk nilai pretes, t-hitung ≥ t-tabel yaitu 1,810 ≥ 2.035

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan untuk nilai postest,

diperoleh nilai thitung t-tabel yaitu 10,053 ≥ 2,035 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil post-

test kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dapat dilihat seperti pada

tabel dibawah ini. Berdasarkan tabel di atas menujukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan penerapan worksheet IPA berbasis HOTS

terhadap hasil belajar kognitif IPA siswa SD Kelas V Muhammadiyah 4

dan 5 Jakarta.

Keterkaitan antara penelitian yang dilakukan Sarawinda dan Septi

dengan penelitian ini adalah kesamaan berbasis Higher Order Thinking

Skills (HOTS).
24

b. Penelitian yang dilakukan oleh Yani (2018) dengan judul efektivitas

pendekatan saintifik dengan media booklet Higher Order Thinking

Skills (HOTS) terhadap hasil belajar biologi siswa sma di kabupaten

wajo. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data disimpulkan

bahwan penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan media

booklet Higher Order Thinking Skills (HOTS) efektif terhadap

pencapaian hasil belajar berdasarkan nilai ketuntasan minimal 75 dan

meningkatkan aktifitas siswa serta melatih kemampuan Higher Order

Thinking Skills (HOTS). Hasil belajar siswa yang diajar melalui

penerapan pendekatan saintifik menggunakan media booklet Higher

Order Thinking Skills (HOTS) lebih tinggi secara saignifikan dari

pada hasil belajar kognitif siswa menggunakan pembelajaran

konvensional.

Keterkaitan Penelitian yang dilakukan oleh Yani dengan

penelitian ini adalah kesamaan berorientasi Higher Order Thinking

Skills (HOTS).

c. Penelitian yang dilakukan oleh Sakti dan Wahyudi (2019) dengan

judul penerapan model vak berbasis hots untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas 1 sd. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan

bahwa model VAK dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah

kognitif dengan melihat pada siklus I pencapaian kriteria ketuntasan

minimal dengan presentase 78,57 % dan pada siklus II meningkat

sebear 86,90% dengan kriteri sangat baik. Keaktifan siswa pada siklus
25

I hanya mencapai 67,85 % atau hanya 19 siswa yang ikut berperan

aktif selama dalam pembelajaran. Namun hal tersebut meningkat

cukup signifikan ketika pada siklus II mencapai angka 89,28 % siswa

yang berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Keterkaitan Penelitian yang dilakukan oleh Sakti dan Wahyudi

dengan penelitian ini adalah kesamaan berorientasi Higher Order

Thinking Skills terhadap hasil belajar siswa.

d. Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2014) dengan judul

Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Cerita Pendek

Dengan Media Animasi Anak Kelas V Di Sd Plesungan 02

Gondangrejo Karanganyar. Pada penelitian ini terbukti bahwa

penggunaan media dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

Mengidentifikasi Unsur Cerita Pendek didukung . hal ini dibuktikan

dari data yang menyebutkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata kelas

mencapai 6,4 dengan rincian siswa yang mencapai nilai di atas KKM

6,5 sebanyak 11 siswa (68,75%), kemudian siswa yang memperoleh

nilai di bawah KKM sebanyak 5 siswa (31,25%). Dilanjutkan pada

siklus II dengan rata-rata kelas mencapai 7,65 sehingga selisih siklus I

ke siklus II adalah 1,25. Nilai rata-rata kelas yang mencapai 7,65

dengan keberhasilan tes pada siklus II (100%) mencapai KKM,

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa siklus II ini telah

meningkatkan pemahaman 39,25% menuntaskan 5 siswa. Dapat


26

dipastikan bahwa siklus II telah berhasil mencapai indikator bahwa

semua siswa harus mencapai nilai di atas KKM.

Keterakiatan penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2014)

dengan penelitian ini yaitu meneliti penggunaan media pada

kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen.

e. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015) dengan judul

peningkatan kemampuan membaca pemahaman cerita pendek melalui

penerapan strategi DRTA pada siswa kelas V SD Negeri 1

Rabbakabupaten Purbalinga. Pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan strategi DRTA juga meningkatkan kemampuan dalam

membaca pemahaman bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar

Negeri I Rabak. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan kemampuan

membaca siswa dari setiap hasil tes yang diberikan pada setiap akhir

siklus. Pelaksanaan tindakan siklus I sebanyak 8 siswa atau sebesar

72,72% dinyatakan tuntas belajar siswa dan siswa belum tuntas

sebanyak 3 siswa atau sebesar 27,27% dengan nilai rata-rata kelas

72,7. Seluruh siswa pada siklus II 18 METAFORA Volume 2 No

1Oktober 2015 dinyatakan tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas

81.

Keterakiatan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015)

dengan penelitian ini yaitu penelitian terhadap kemampuan membaca

pemahaman cerpen siswa.


27

2. Keefektifan

Keefektifan berasal dari kata efektif yang artinya mempunyai pengaruh

atau akibat. Sedangkan keefektifan berarti keberhasilan terhadap suatu

tindakan tertentu. Pada kegiatan pembelajaran suatu tindakan yang dimaksud

adalah penggunaan pendekatan, metode atau strategi oleh guru. Dengan

demikian, apabila semakin maksimal hasil yang dicapai maka semakin efektif

pula suatu kegiatan pembelajaran.

Menurut Daryanto (Annisa (2013: 5) menyatakan bahwa keefektifan

pembelajaran adalah keterkaitan antara tujuan dan hasil dari suatu

pembelajaran. Ketuntasan hasil pembelajaran menunjukkan tercapainya

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sehingga pembelajaran

dikatakan efektif. Hal senada diungkapkan oleh Daryanto (2013: 57) bahwa

efektivitas merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Tingkat

pencapaian merupakan ukuran yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran.

Pencapaian tujuan pembelajaran dapat berupa peningkatan pengetahuan,

kecakapan, dan keterampilan. Mengetahui keefektifan suatu pembelajaran

merupakan hal penting karena akan memberikan gambaran sejauh mana

pembelajaran dapat mencapai tujuan

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan bagian terpenting dari sebuah

pembelajaran yang dilakukan disekolah. Secara umum media pembelajaran

adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar.


28

Menurut Arsyad (2017: 10) media pembelajaran adalah sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam

belajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam

belajar. Sedangkan menurut Sadirman, dkk (dalam Ahmad, 2007:7)

mengatakan bahwa media berasal dari bahasa latin yang secara harfiah

berarti perantara atau penghanta dari pengirim ke penerima pesan.

Pendapat lain menurut Gerach dan P.Ely (dalam Ahmad, 2007:7)

mengartikan media pembelajaran dalam arti luas dan sempit. Media dalam

arti luas yaitu orang material atau kejadian yang dapat menciptakan

kondisi sehingga memungkinkan pelajar dapat memperoleh pengetahuan,

keterampialn atau sikap yang baru dalam dan dalam pengertian ini maka

guru, buku dan sekolah termasuk media. Sedangkan dalam arti sempit

yang dimaksud media adalah grafik, potret, gambar, alat-alat mekanik dan

elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses serta

menyampaikan imformasi visual serta verbal. Adapun menurut Oemar

malik (dalam Ahmad, 2007:7) mengemukakan bahwa media adalah alat,

metode, dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan

komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan

dan pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk memberikan rangsangan sehingga terjadi interaksi belajar

mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu, mulai dari


29

yang paling sederhana dan mudah digunakan yaitu suara guru sampai yang

merupakan peralatan serba kompleks seperti video, tape recorder dan

sebagainya.

b. Jenis- Jenis Media Pembelajaran

Jenis-jenis media pembelajarann dikategorikan oleh Seels dan

Richey dalam Arsyad (2016:31) mengatakan seperti berikut:

1) Media hasil teknologi cetak. Media hasil teknologi cetak adalah cara

untuk menghasilkan atau menyampaikan materi melalui proses

pencetakan mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi

cetak meliputi teks, grafik, foto, dan representasi fotografik. Materi

cetak dan visual merupakan pengembangan dan penggunaan

kebanyakan materi pengajaran lainnya. Teknologi ini menghasilkan

materi dalam bentuk salinan tercetak, contohnya buku teks, modul,

majalah, hand-out, dan lain-lain.

2) Media hasil teknologi audio-visual Media hasil teknologi audio-

visual menghasilkan atau menyampaikan materi dengan

menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk

menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Contohnya proyektor

film, televisi, video, dan sebagainya.

3) Media hasil teknologi berbasis komputer Media hasil teknologi

berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang

berbasis mikro-prosesor. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis


30

computer dalam pengajaran umumnya dikenal sebagai computer-

assisted instruction (pengajaran dengan bantuan komputer).

4) Media gabungan Media hasil teknologi gabungan adalah cara untuk

menghasilkan atau menyampaikan materi yang menggabungkan

beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan

beberapa teknologi ini dianggap teknik yang paling canggih.

Contohnya: teleconference.

Kemudian jenis-jenis media menurut Sudjana & Ahmad Rivai

(2019:3) sebagai berikut:

1) Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan

kelompok, field/trip).

2) Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan, alat bantu kerja

dan lembaran lepas)

3) Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta,

gambar, tranparansi, slide)

4). Media berbasis audio visual ( video, film, program slide/tape,

televisi)

5). Media berbasis komputer (pegajaran dengan bantuan komputer,

interaktif video, hypertex).

Adapun pengelompokan berbagai jenis media menurut Leshin,

Pollock dan Reigeluth dalam Arsyad (2017:38) sebagai berikut:

1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, atau diagram,

poster, kartun, komik dan lain-lain.


31

2) Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media

yang mempunyai ukran pajang dan lebar. media tiga dimesi yaitu

dalam bentuk model padat (solid model), model penampang, model

susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain.

3) Media proyeksi seperti slide, fil strips, film, pengguna OHP dan lain-

lain. Keempat, lingkungan sebagai media pengajaran.

Dari berbagai uraian mengenai jenis media pembelajaran

pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut akan

mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan

pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran

untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan

dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajaran,

akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil

pembelajaran.

c. Kriteria-kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2017:74-76) ada beberapa kriteria yang patut

diperhatikan dalam memilih media yaitu sebagai berikut :

1) Sesuai dengan tujuan yang dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu

kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor.

2) Tempat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

prinsip atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran


32

secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas

pembelajaran dan kemampuan mental siswa

3) Praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana atau

sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan.

Media yang dipilih sebaiknya dapat dipergunakan di manapun dan

kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah

dipindah kemana-mana.

4) Guru terampil menggunakannya. Apapun media itu, guru harus dapat

menggunakannya dalam proses pembelajaran.

5) Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar

belum tentu efektif untuk kelompok kecil atau perorangan.

6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf

harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.

Sedangkan menurut Arief S.Sadiman dkk dalam Utaminingrum,

(2015:21) dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran

sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: (a) ketersediaan

sumber setempat,artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada

sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri, (b) apakah

untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga, dan

fasilitasnya, (c) faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan

ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama artinya

media dapat digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada


33

disekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan, dan

(d) evektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Samad dan Maryati Z (2017:20) bahwa ada beberapa

prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh pengajar dalam memilih dan

menggunakan media pembelajaran, yaitu:

1) Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Satu

media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi

mungkin tidak ocok untuk yang lain

2) Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini berarti

bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar pengajar saja,

tetapi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses

pembelajaran

3) Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk

memudahkan belajar siswa. Kemudahan belajar siswa haruslah

dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suaru media

4) Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan

hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan

mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang

berlangsung

5) Pemilihan media hendaknya objektif didasarkan pada tujuan

pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi

6) Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan

siswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media yang


34

banyak sekaligus tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu

dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula

7) Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan

keabstrakannya. Media yang konkrit wujudnya, mungkin sukar untuk

dipaham karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula

memberikan pengertian yang tepat.

Menurut Sanjaya (2012: 226) media pembelajaran mempunyai

prinsip-prinsip yang harus diperhatikan diantarannya:

1) Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.

3) Media pembelajaran harus sesuai minat, kebutuhan dan kondisi

peserta didik.

4) Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektifitas dan

efisien.

5) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru.

Prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan

tujuan dan materi pembelajaran. Media pembelajaran dipandang sebagai

sumber belajar yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam proses

pembelajaran

d. Manfaat Media Pembelajaran

Penggunaan media dalam proses pembelajaran memiliki beberapa

manfaat, diantaranya seperti yang diungkapkan oleh Arsyad (2017:29-30)


35

mengatakan bahwa ada beberapa manfaat praktis penggunaan media

pembelajaran didalam proses belajar mengajar yaitu :

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil

belajar

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang

lebih berlangsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan

siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan

minatnya

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera ruang dan

waktu,seperti beberapa contoh dibawah ini :

a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung

di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita,

film, radio atau mode

b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera

dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, fiim, slide atau

gambar

c) Kejadian langkah yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali

dalam puluhan tahun dapat ditampilkan malalui rekaman video,

foto, slide di samping secara verbal

d) Kejadian atau percobaan yang membayangkan dapat

disimulasikan dengan media seperti komputer, film dan video


36

4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat

dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-

kunjungan ke museum atau kebun binatang.

e. Tujuan Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2011:15) fungsi utama media pembelajaran

adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim,

kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Sedangkan menurut Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011) bahwa

pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Adapun pendapat Pribadi (2017:23) tujuan pemanfaatan media,

baik untuk keperluan individu maupun kelompok, secara umum

mempunyai beberapa tujuan, yaitu ; (1) memperoleh informasi dan

pengetahuan; (2) mendukung aktivitas pembelajaran; dan (3) sarana

persuasi dan motivasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran, pada

umumnya memuat informasi dan pengetahuan, dapat digunakan sebagai

sarana untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan tertentu. Setiap

jenis media mempunyai kekhasan tersendiri untuk digunakan dalam


37

proses belajar. Media gambar berperan dapat mengurangi terjadinya

kesalahan interpretasi dalam mempelajari informasi dan pengetahuan

yang bersifat abstrak.

f. Fungsi Media Pembelajaran

Hamalik (dalam Arsyad, 2017:19) mengemukakan bahwa

pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaru-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan

motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu

siswa meningkatkan pemahaman, menyajian data dengan menarik dan

terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Levie & Lentz (dalam Arsyad; 2017: 20) mengemukakan empat

fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu

1) fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa

untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan

makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi

pelajaran.

2) fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan

siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar

atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa,

misalnya infromasi yang menyangkut masalah sosial atau ras


38

3) fungsi kognitif, media visual telihat dari temuan-temuan penelitian

yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar

memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat

infromasi atau pesan yang terkandung dalam gambar dan

4) fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil

penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk

memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca

untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya

kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk

mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima serta

memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan

secara verbal

g. Media Pembelajaran Topi Tawa

Media pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab) adalah sebuah

media pembelajaran topi yang didalamnya terdapat suatu soal teks

bacaan cerpen dan 2 pilihan jawaban dengan kategori soal berada pada

taksonomi bloom tingkat kesukaran C4-C6. Topi TAWA terdiri dari 2

jenis warna yaitu topi yang berwarna biru dan topi yang berwarna merah.

Pada setiap topi merah dan biru terdapat suatu soal teks bacaan cerpen

yang mengarah ke soal HOTS (higher Order Thinking Skills) serta

beberapa pilihan jawaban. Dalam penggunaan media pembelajaran Topi

TAWA (Tanya Jawab) setiap siswa akan mencari temannya yang

memiliki kode huruf yang sama yang ada pada topi yang didapatnya.
39

Setelah itu siswa langsung saling berhadapan kemudian menawab

pertanyaan dengan mengambil pertanyaan yang ada pada topi temannya

lalu memilih jawaban yang benar diantara kedua pilihan jawaban yang

ada di topi temannya dengan membaca dan memahami dengan baik isi

dari suatu teks bacaan dan pertanyaannya.

Kelebihan dari media pembelajaran topi tawa antara lain :

1) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan

2) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian

siswa

3) Mampu meningkatkan tingkat kemampuan siswa dalam memahami

isi dari suatu teks bacaan

4) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran

Selain mempunyai kelebihan, media pembelajaran topi tawa juga

mempunyai kelemahan. Adapun kelemahannya yaitu :

1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan

2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu

banyak bermain – main dalam proses pembelajaran

3) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai

4) Pada kelas yang jumlah muridnya banyak jika kurang bijaksana

maka akan menimbulkan keributan.


40

4. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

a. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Menurut Thomas & Thorne (dalam Nugroho, 2019:16) Higher

Order Thinking Skills (HOTS) adalah cara berpikir lebih tinggi dari pada

menghafalkan fakta, mengemukakan fakta atau menerapkan peraturan,

rumus dan prosedur. Higher Order Thinking Skills (HOTS)

mengharuskan kita melakukan sesuatu berdasarkan fakta. Membuat

keterkaitan antar fakta, mengkategorikannya, memanipulasinya,

menempatkannya pada konteks atau cara yang baru dan mampu

menerapkannya untuk mencari solusi baru terhadap sebuah permasalahan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Onosko & Newman (Nugroho, 2019:16)

bahwa Higher Order Thinking Skills (HOTS) berarti “non algoritmik”

dan didefinisikan sebagai potensi penggunaan pikiran untuk menghadapi

tantangan baru. Baru berarti aplikasi yang belum pernah dipikirkan siswa

sebelumnya.

Sedangkan menurut Nugroho (2019:17) Higher Order Thinking

Skills (HOTS) merupakan keterampilan menurut Teaching Knowledge

Test Cambridge Englis, The university Of Cambridge kognitif seperti

analisis dan evaluasi yang bisa diajarkan oleh guru kepada siswanya.

Keterampilan tersebut termasuk memikirkan sesuatu dan membuat

keputusan tentang suatu hal, menyelesaikan masalah, berpikir kreatif, dan

berpikir tentang keuntungan (hal positif) dengan kerugian (hal negatif)

dari sesuatu. Misalnya, di kelas seorang guru meminta siswa untuk


41

berdiskusi memkirkan “Bagaimana kita bisa mengubah desain bangunan

agar lebih hemat energy ?” kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti ini

melibatkan diskusi (kolaborasi) dan pembuatan keputusan secara tepat.

Lebih lanjut, menurut Brookhart (dalam Nugroho, 2019:17)

memaparkan jenis Higher Order Thinking Skills (HOTS) di dasarkan pada

tujuan pembelajaran dikelas, yaitu terdiri dari tiga kategori, antara lain :

1) HOTS sebagai transfer ( HOTS a transfer)

HOTS sebagai transfer ( HOTS a transfer) dijelaskan sebagai

keterampilan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan

yang sudah dikembangkan dalam pembelajaran pada konteks yang

baru. HOTS sebagai transfer mencakup keterampilan menganalisis

(analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating)

2) HOTS sebagai berpikir kritis ( HOTS as critical thinking)

HOTS sebagai berpikir kritis ( HOTS as critical thinking)

didefinisikan sebagai keterampilan memberikan penilaian yang bijak

dan mengkritisi sesuatu menggunakan alasan logis dan ilmiah.

3) HOTS sebagai pemecahan masalah (HOTS as problem solving)

HOTS sebagai pemecahan masalah (HOTS as problem solving)

didefinisikan sebagai keterampilan mengidentifikasi masalah dan

menyelesaikan masalah menggunakan strategi yang nonautomatic.

Dengan kemampuan ini, siswa akan mampu menyelesaikan

permasalahanmeeka sendiri dan bekerja lebih efektif.


42

Berdasarkan berbagai pendapat diatas mengenai pengertian Higher

Order Thinking Skills (HOTS), maka dapat di simpulkan bahwa Higher

Order Thinking Skills (HOTS) dalam pembelajaran menuntut kemampuan

berpikir peserta didik mencakup menganalisis, mengevaluasi, dan

mencipta. Peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

sehingga mampu menyelesaikan suatu masalah apabila peserta didik

tersebut mampu menelaah suatu permasalahan dan mampu menggunakan

pengetahuannya ke dalam situasi baru peserta didik.

a. Level Kognisi Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Higher Order Thinking Skills (HOTS) memiliki ciri khas yaitu

pada level kemampuan yang didasarkan pada teori yang dipaparkan dalam

revisi Taksonomi Bloom (dalam Nugroho, 2019:22) antara lain :

1) Level analisis

Pada level analisis memecah materi menjadi bagian-bagian

penyusunnya dan menentukan hubungannya, baiik antar bagian

maupun secara keseluruhan. Level analisis terdiri dari kemampuan

atau keterampilan membedakan, mengorganisasi, dan

menghubungkan.

2) Level evaluasi

Pada prinsipnya, level evaluasi merupakan kemampuan dalam

mengambil keputusan berdasarkan kriteria-kriteria. Level ini terdiri

dari keterampilan mengecek dan mengkritisi.


43

3) Level mencipta

Pada level mencipta siswa mengorganisasi berbagai imformasi

menggunakan cara atau strategi baru atau berbeda dari biasanya.

Siswa dilatih memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu

yang baru, koheren dan orisinal. Kemampuan berpikir kreatif dan

inovatif semakin diuji pada level mencipta.

Menurut Anderson & Krathwohl (dalam Nugroho, 2018:39)

ditegaskan bahwa kreativitas tidak hanya menunjukkan desain produk

yang unik, tetapi juga mengombinasikan berbagai symbol informasi

untuk menghasilkan produk, perspektif, strategi, arti maupun

pemahaman baru. “Baru” berarti belum ada sebelumnya.

5. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menurut Nafi’ah (2018: 34) Pembelajaran bahasa Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Bahasa

Indonesia merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

mata pelajaran.

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD terdiri empat keterampilan,

yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menurut Nafi’ah (2018: 34) Tujuan pembelajaran bahasa

Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa mampu menikmati dan


44

memamfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,

memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa. Adapun tujuan khusus pengajaran bahasa

Indonesia, antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca,

meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam

kepekaan, perasaan, memperluas wawasan kehidupan, dan meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6. Kemampuan Membaca Pemahaman

a. Pengertian Membaca Pemahaman

Menurut Somadayo (2011:10) menyatakan bahwa membaca

pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif

melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca

serta dihubungkan dengan isi bacaan.

Smith (dalam Somadayo 2011:9) menyatakan bahwa membaca

pemahaman merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pembaca

untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan

maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Membaca pemahaman

menurut Pearson dan Jhonson (dalam Somadayo 2011:10) merupakan

suatu kesatuan proses dan serangkaian proses yang mempunyai ciri

tersendiri. Membaca pemahaman juga merupakan rekontruksi pesan yang

terdapat dalam teks sehingga terjadi interaksi bahasa dan pikiran ketika

membaca.
45

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca pemahaman merupakan proses memaknai dan memahami isi

bacaan secara menyeluruh.

b. Tujuan Membaca Pemahaman

Somadayo (2011:11) mengatakan bahwa tujuan untuk membaca

pemahaman adalah untuk memahami isi bacaan. Sependapat dengan

Anderson (dalam Somadayo 2011:12) bahwa tujuan membaca pemahaman

adalah untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain

yaitu membaca untuk:

(1) Memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta,

(2) Mendapatkan ide pokok,

(3) Mendapatkan urutan organisasi kelompok,

(4) Mendapatkan kesimpulan,

(5) Mendapatkan klarifikasi, dan

(6) Membuat perbandingan atau pertentangan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

utama membaca pemahaman adalah untuk memahami isi bacaan secara

menyeluruh meliputi fakta-fakta dan ide pokok dalam teks, serta mencari

jawaban dari apa yang ingin kita ketahui dalam bacaan.

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kemampuan Membaca

Seseorang harus memiliki kemampuan pemahaman yang baik

supaya dapat memahami isi bacaan dengan baik. Menurut Feboddy (dalam

Somadayo 2011:29) mengatakan bahwa kemampuan membaca


46

pemahaman seseoarang ditentukan oleh faktor intelegensi. Menurutnya,

terdapat hubungan antara tingkat intelegensi dengan kemampuan

memahami bacaan. Berbeda dengan Yap (dalam Somadayo, 2011:29)

yang mengatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman seseorang

dipengaruhi oleh faktor kuantitas membacanya.

Menurut Ebel (dalam Somadayo 2011:28) faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa

adalah faktor : (1) siswa yang bersangkutan, (2) keluarganya, (3)

kebudayaanya, dan (4) situasi sekolah. Sependapat dengan Alexander

(dalam Somadayo 2011:28) faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman

bacaan meliputi: program pengajaran membaca, kepribadian siswa,

motivasi, kebiasaan dan lingkungan sosial ekonomi mereka. Faktor yang

mempengaruhi membaca pemahaman menurut Somadayo (2011:30-31)

adalah: (1) tingkat intelejensia, (2) kemampuan berbahasa, (3) sikap dan

minat, (4) keadaan bacaan, (5) kebiasaan membaca, (6) pengetahuan

tentang cara membaca, (7) latar belakang sosial, (8) emosi, (9)

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Berdasarkan uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan

membaca pemahaman adalah faktor intrisik dan faktor ekstrinsik pembaca.

d. Jenis-Jenis Kemampuan Membaca


47

Terdapat empat jenis membaca pemahaman menurut Somadayo

(2011:19-26) yaitu pemahaman literal, pemahaman interpretatif,

pemahaman kritis, dan pemahaman kretaif.

(1) Pemahaman Literal

Menurut Safi’i (dalam Somadayo 2011:19), pemahaman literal

merupakan pemahaman tentang apa yang dikatakan dan disebutkan oleh

penulis dalam teks bacaan, yang diperoleh dengan cara memahami arti

kata, kalimat dan paragraph dalam bacaan. Burns (dalam Somadayo

2011:20) menyatakan bahwa pemahman literal memiliki dua tipe, yaitu

tipe pemahaman dasar dan tipe pemahaman tinggi. Pemahaman literal

diperoleh melalui membaca apa yang dinyatakan secara langsung dalam

bacaan.

Menurut Somadayo (2011:21) pemahaman literal merupakan

pemahaman bacaan yang dalam pelaksanaannya tidak memerlukan

pemahaman yang tinggi. Karena pemahaman literal difokuskan pada apa

yang sudah tertulis dalam bacaan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa pemahaman literal merupakan pemahaman tentang apa

yang sudah disebutkan oleh penulis dalam tulisan, dan dalam

pelaksanaanya tidak memerlukan pemahaman tingkat tinggi. Dapat

dikatakan bahwa pemahaman literal merupakan pemahaman paling dasar

karena dalam pemahaman ini pembaca hanya mengenal dan mengingat

apa yang tertulis dalam bacaan.

(2) Pemahaman Interpretatif


48

Pemahaman Interpretatif menurut Safi’i (dalam Somadayo 2011:21)

adalah pemahaman untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh penulis

dalam bacaan. Dalam hal ini, pembaca harus berusaha memahami apa

yang dimaksudkan penulis dalam tulisannya karena penulis tidak

menyebutkan secara langsung dalam bacaan. Burns (dalam Somadayo

2011:22) membaca interpretasi merupakan proses pelacakan gagasan

secara tidak langsung, dan membaca interpretasi meliputi pembuatan

simpulan oleh pembaca. Pemahaman interpretasi berdasarkan pendapat

tersebut adalah pemahaman untuk mngetahui dan memahami maksud

penulis yang tidak disebutkan secara langsung oleh penulis di dalam

bacaan. Untuk dapat memahami maksud yang disampaikan penulis,

pembaca harus aktif berusaha memahami apa yang dimaksudkan penulis.

(3) Pemahaman Kritis

Menurut Safi’i (dalam Somadayo 2011:22), menyatakan bahwa

pemahaman kritis adalah pemahaman bacaan yang tingkatannya lebih

tinggi dari pemahaman interpretasi. Jika pada pemahaman interpretasi

pembaca hanya memahami bacaan hanya untuk memahami maksud

penulis, sedangkan dalam pemahaman kritis pembaca selain memahami

maksud penulis juga memberikan reaksi secara personal. Soedarsono

(dalam Somadayo 2011:23) berpendapat bahwa membaca kritis

merupakan proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memahami isi

bacaan, fakta-fakta, dan mampu mengiterpretasikan apa yang dibaca.


49

Dalam hal ini pembaca ingin mengetahui ide pokok, fakta, dan membuat

simpulan.

Membaca kritis menurut Somadayo (2011:23) merupakan

kemampuan membaca untuk mengolah isi bacaan secara kritis dan

menemukan keseluruhan makna baik yang tersirat maupun tersurat.

Menurut Nurhadi (dalam Somadayo 2011:24), membaca kritis merupakan

kemampuan membaca untuk mengolah isi bacaan secara kritis dan

menemukan keseluruhan makana baik makna tersirat maupun tersurat

melalui tahapan mengenal, memahami, menganalisis, menyintesis, dan

mengevaluasi. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa pemahaman kritis merupakan pemahaman yang tingkatannya lebih

tinggi dibanding pemahaman interpretasi, karena dalam pemahaman ini

pembaca harus dapat memahami keseluruhan makna yang terkandung

dalam bacaan serta meberikan reaksi terhadap bacaan.

(4) Pemahaman Kreatif

Menurut Somadayo (2011:25) membaca kreatif merupakan

tingkatan membaca paling tinggi. Dalam hal ini pembaca tidak hanya

sekedar memahami makna tersurat bacaan tetapi juga secar kreatif mampu

menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari.

Sependapat dengan Safi’i (dalam Somadayo,2011:25-26)

pemahaman kreatif merupakan tingkat pemahaman paling tinggi dalam

proses mambaca. Dalam proses pamahaman kreatif, pertama pembaca

memahami isi scara literal, kemudian memberikan reaksi melalui penilaian


50

terhadap tulisan, dan selanjutnya memanfaatkan hasil membaca untuk

mengembangkan intelektual dan emosional pembaca sehingga mampu

secara kreatif menciptakan hal yang bersifat konseptual maupun praktis.

Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan pendapat-pendapat para ahli

tersebut bahwa pemahaman kreatif merupakan tingkat pemahaman paling

tinggi tingkatannya dalam proses mambaca. Karena hasil dari membaca

dengan pemahaman kreatif selain pembaca dapat memahami dan

memaknai maksud yang ingin disampaikan penulis dalam tulisan,

pembaca dapat menerapkan hasil membaca di kehidupan sehari-hari.

e. Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Menurut Nurgiyantoro (2014:253-169) tes kemampuan membaca

adalah kemampuan untuk memahami informasi dalam wacana.

Kemampuan memahami informasi merupakan kemampuan kognitif,

sehingga tes kemampuan membaca dapat dibuat secara berjenjang mulai

dari tingkat ingatan (C1) sampai pada tingkat evaluasi (C6) sesuai dengan

taksonomi bloom.

(1) Tes Kemampuan Membaca Tingkat Ingatan

Tes kemampuan membaca tingkat ingatan hanya menuntut siswa

untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep dalam

wacana.
51

(2) Tes Kemampuan Membaca Tingkat Pemahaman

Pada tes tingkat pemahaman ini, menuntut siswa untuk memahami

isi bacaan, mencari hubungan antar hal, sebab akibat, persamaan dan

perbedaan antarhal, dan sebagainya.

(3) Tes Kemampuan Membaca Tingkat Penerapan

Tes kemampuan membaca tingkat penerapan menuntut siswa untuk

menerapkan pemahamannya pada situasi atau hal lain yang ada

kaitannya.

(4) Tes Kemampuan Membaca Tingkat Analisis

Pada tingkat tes ini, menuntut siswa untuk menganalisis informasi

dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi, dan membedakan

informasi atau pesan.

(5) Tes Kemampuan Membaca Tingkat Sintesis

Tes kemampuan membaca tingkat sintesis menuntut siswa agar

mampu menghubungkan atau menggeneralisasikan antara hal-hal,

konsep, atau maslah yang terdapat pada wacana yang dibaca.

(6) Tes Kemampuan Membaca Tingkat Evaluasi

Tes kemampuan membaca tingkat evaluasi menuntut siswa untuk

memberikan penilaian terhadap wacana yang dibaca baik

menyangkut isi atau permasalahan yang diungkapkan, maupun cara

penuturan wacana.

Tes kemampuan membaca bertujuan untuk mengukur

kemampuan siswa memahami isi dan informasi dari bacaan yang mereka
52

baca. Menurut Nurgiyantoro (2013:249-253), bacaan yang diujikan

hendaklah mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami.

Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi tingkat

kesulitan, panjang pendek, isi, dan jenis atau bentuk wacana.

(1) Tingkat Kesulitan Wacana

Tingkat kesulitan wacana ditentukan oleh kekompleksan

kosakata dan struktur. Semakin sulit dan kompleks kedua aspek

tersebut, maka wacana tersebut akan semakin sulit. Begitupun

sebaliknya

(2) Isi Wacana

Secara pedagogis, sebuah bacaan yang baik adalah bacaan yang

sesuai dengan perkembangan jiwa, minat, kebutuhan, dan menarik

perhatian siswa.

(3) Panjang Pendek Wacana

Wacana yang hendak diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang.

Dengan wacana yang pendek kita dapat membuat soal dari berbagai

hal, sehingga lebih ber-variasi. Selain itu, secara psikologis siswa

lebih senang dengan wacana pendek karena tidak membutuhkan

waktu lama untuk membacanya dan untuk me-mahaminya pun lebih

mudah.

(4) Bentuk-bentuk Wacana

Wacana yang dapat digunakan untuk tes kemampuan membaca

dapat berupa wacana berbentuk prosa, dialog, ataupun puisi.


53

Nurgiyantoro (2014:376) menyebutkan bahwa penilaian

membaca pemahaman dapat dilakukan menggunakan tes kompetensi

membaca. Tes kompetensi membaca dibagi menjadi dua yaitu tes

kompetensi membaca dengan merespon jawaban dan tes kompetesni

membaca dengan mengontruksi jawaban.

(1) Tes Kompetensi Membaca dengan Merespon Jawaban

Cara mengukur kemampuan siswa dengan tes ini yaitu dengan

cara memilih jawaban yang telah disediakan oleh pembuat soal. Soal

yang biasa digunakan adalah soal pilihan ganda. Jenis penilaian ini biasa

disebuit tes tradisional karena siswa hanya menjawab soal dengan

memilih opsi jawaban.

(2) Tes Kompetensi dengan Mengkonstruksi Jawaban.

Tes kompetensi membaca dengan cara ini tidak sekedar

meminta siswa memilih jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang

tersedia, tetapi siswa harus mengemukakan jawaban sendiri dengan

bahasa berdasarkan informasi yang diperoleh dari wacana yang diteskan.

Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami wacana tersebut, dan

mengerjakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan pendapat tersebut, tes yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah tes kompetensi membaca dengan Mengkonstruksi

Jawaban yaitu menuntut siswa menaganlisis isi teks bacaan yang

disediakan. Indikator soal sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan

oleh peneliti.
54

Menurut Farr (dalam Setiyoko 2016:14) ikhtisar rincian

memahami bacaan untuk siswa tingkat Sekolah Dasar adalah:

(1) Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana.

(2) Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-

bagiannya.

(3) Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana.

(4) Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara

eksplisit terdapat dalam wacana.

Turner (dalam Somadayo 2011:10) menyatakan bahwa seseorang

dapat dikatakan memahami bacaan dengan baik apabila pembaca dapat:

(1) Mengenal kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui

maknanya.

(2) Menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan

makna yang ada dalam bacaan.

(3) Memahami seluruh makna secara kontekstal, dan

(4) Membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman

membaca.

Menurut Somadayo (2011:11) seorang dikatakan memiliki

kemampuan yang baik apabila memiliki kemampuan:

(1) Kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan yang dipergunakan

penulis.

(2) Kemampuan menangkap makna tersurat dan makna tersirat, dan

(3) Kemampuan membuat simpulan.


55

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, indikator yang akan

digunakan oleh peneliti untuk menyusun instrumen penilaian membaca

pemahaman adalah

a. Memahami arti kata-kata dalam bacaan.

b. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkap dalam bacaan.

c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam

bacaan.

d. Membuat simpulan.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan asumsi-asumsi untuk menyusun masalah atau

variabel penelitian, penyelesaian masalah dan kriteria pembuktiannya.

Pada penelitian ini untuk mengetahui Keefektifan penggunaan media

pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi Higher Order Thinking

Skills (HOTS) terhadap kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V

di SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar, pertama-

tama dilakukan pemberian tes pada siswa yaitu pretest (tes awal) sebelum

pemberian perlakuan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran topi TAWA berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Setelah itu proses pembelajaran dilaksanakan dengan penggunaan media topi

tawa berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS). Kemudian dilanjutkan

dengan pemberian tes yaitu posttest (tes akhir) untuk mengetahui tingkat

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 5 sesudah diberikan perlakuan

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran topi


56

TAWA (Tanya Jawab) berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Setelah itu dilakukan uji tes untuk mengetahui apakah media pembelajaran topi

tawa berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) efektif atau tidak

terhadap kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut :


57

Pembelajaran Bahasa Indonesia V

Menyimak Membaca Menulis Berbicara

Kemampuan membaca
Pemahaman

Teks bacaan Cerpen

Tidak menggunakan media

Pretest

Penggunaan media topi


TAWA berorientasi HOTS

Posttest

Analisis

Hasil

Efektif Tidak efektif

Bagan 2.1 Kerangka Pikir


58

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam kalimat

pernyataan (Sugiyono, 2018: 96).

Berdasarkan kajian teoritis dan penyusunan kerangka pikir tentang

keefektifan penggunaan media pembelajaran topi tawa beririentasi Higher

Order Thinking Skills (HOTS) terhadap kemampuan membaca pemahaman

pada siswa kelas V SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali

Mandar, maka peneliti mengajukan hipotesis yaitu:

H1: Media topi tawa berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) efektif

terhadap kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V di SDN

060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar.

Ho: Media topi tawa berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) tidak

efektif terhadap kemampuan membaca pemahman pada siswa kelas V di

SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen Menurut

Sugiyono (2018:107) metode penelitian eksperimen adalah metode yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu dalam kondisi yang

terkendalikan.

Adapun tujuan metode eksperimen menurut Sutedi (2009:54) adalah

untuk menguji efektivitas dan efisiensi dari suatu pendekatan, metode, tehnik

atau media pengajaran dan pembelajaran sehingga hasilnya bisa diterapkan

jika memang baik atau tidak digunakan jika memang tidak baik dalam

pengajaran sebenarnya. Dengan demikian tujuan penelitian eksperimen

tersebut sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu

untuk mengetahui keefektifan penggunaan media pembelajaran topi TAWA

berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) terhadap kemampuan

membaca pemahaman pada siswa Kelas V di SDN 060 Inpres

Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar.

2. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra

eksperimen yaitu jenis One Group Pretest dan Posttest desagn. Desain

penelitian tersebut dapat digambarkan seperti gambar berikut:


60

Gambar 3.1. Pretest dan Posttest Group design

Pre-test Treatment Post-test

Keterangan :

: tes awal untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman

siswa sebelum perlakuan diberikan menggunakan media

pembelajaran topi tawa berorientasi Higher Order Thinking Skills

(HOTS) pada siswa kelas V

X : pemberian perlakuan dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran

menggunakan media pembelajaran topi tawa berorientasi Higher

Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa kelas V

: tes akhir untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman

siswa setelah perlakuan diberikan menggunakan media

pembelajaran topi tawa berorientasi Higher Order Thinking Skills

(HOTS) pada siswa kelas V

Jadi Penelitian ini menggunakan eksperimen dengan memberikan dua

kali tes yaitu pretest (sebelum eksperimen) dan posttest (setelah eksperimen).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018:117) pupulasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
61

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas tinggi yang

ada di SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar yaitu

kelas IV, V, dan VI yang secara keseluruhan berjumlah 84 siswa. Jumlah

secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Tabel Populasi Penelitian

Jenis Kelamin

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 IV 13 15 28

2 V 16 11 27

3 VI 14 15 29

(Sumber : Data SD 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar)

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018: 118) Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam pengambilan sampel

menggunakan tehnik purposive sampling. Tehnik purposive sampling yaitu

mengambil dan menetapkan kelas atau kelompok sesuai dengan kebutuhan

penelitian dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN 060

Inpres Manumanukang dengan jumlah siswa sebanayak 10 orang. Alasan

peneliti memilih siswa kelas V sebagai sampel dalam penelitian ini karena

rata-rata siswa di kelas tersebut masih memiliki tingkat kemampuan membaca

pemahaman yang rendah terhadap soal bacaan cerpen dan sangat perlu
62

dilakukan perbaikan. Selain itu alasan peneliti mengambil sampel sebanyak

10 orang siswa karena proses penelitian dilakukan pada saat terjadinya

pandemi COVID 19 yang dimana proses pembelajaran dilakukan secara

berkelompok dalam setiap hari jumlah siswa yang hadir dibatasi jumlahnya

dan dilakukan pembelajaran bergilir dan guru kelas V juga sudah menetapkan

10 orang siswa tersebut yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian.

C. Defenisi Operasional Variabel

1. Media topi TAWA (Tanya jawab) berorientasi Higher Order Thinking

Skills (HOTS) adalah sebuah media pembelajaran topi yang menuntut

siswa untuk mampu aktif dan mentrasformasi pengetahuan serta

pengalaman yang dimliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam

upaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi

baru.

2. Kemampuan membaca pemahaman adalah tingkat kemampuan siswa

dalam memahami isi dari suatu teks bacaan baik itu wacana dalam

bentuk cerpen maupun paragraf

D. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2018:

102). Adapun instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

“Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Topi TAWA Berorientasi

Higher Order Thinking Skills (HOTS) Terhadap kemampuan membaca

pemahaman siswa Kelas V di SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten


63

Polewali Mandar“ adalah berupa tes tulis yaitu soal essay 5 nomor

berdasarkan isi teks bacaan cerpen dan tes digunakan untuk mengetahui

gambaran tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa setelah diterapkan

media topi tawa berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS).

E. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti dalam

penelitian ini yaitu :

a. Teknik Observasi

Tehnik observasi adalah proses keterlibatan penelitian dalam situasi

sosial, kemudian dia mengungkapkan seluruh apa yang dilihat, dialami dan

dirasakan langsung oleh peneliti (Mukhtar, 2013: 109).

Tehnik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk pengumpulan

data terkait dengan proses belajar dan jumlah siswa.

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh gambar serta data yang mendukung penelitian (Sugiyono, 2018:

204). Dokumentasi dalam penelitian ini adalah gambar pada saat proses

penelitian berlangsung seperti foto pada saat pemberian soal pretest, foto saat

proses pembelajaran berlangsung menggunakan topi TAWA (Tanya Jawab)

dan foto saat pemberian soal posttest.

c. Teknik Tes

Langkah-langkah pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

teknik tes yang akan dilakukan sebagai berikut :


64

1. Tes Awal (pretest)

Tes awal dilakukan sebelum pemberian perlakuan (treatment) yang

digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca pemahaman

siswa sebelum penggunaan media pembelajaran topi tawa berorientasi

Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam pembelajaran dan tes

dilakukan dengan pemberian soal essay sebanyak 5 nomor berdasarkan isi

dari suatu teks bacaan cerpen.

2. Pemberian Perlakuan (treatment)

Dalam hal ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran

menggunakan media pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab)

berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa kelas V.

Adapun langkah-langkah treatment menggunakan media pembelajaran

Topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking

Skills) dalam pembelajaran bahasa indonesia sebagai berikut :

a. Pada setiap siswa akan dibagikan 1 media topi secara acak yang

terdiri dari topi bewarna merah dan biru. Pada setiap topi tersebut

tedapat 1 gulungan kertas yang didalamnya berisi suatu teks bacaan

cerpen beserta 5 soal yang berkaitan dengan teks bacaan tersebut

dengan tingkat kesulitan soal mengarah ke soal HOTS (Higher

Order Thinking Skills). Pada 5 soal tersebut yang ada, setiap siswa

hanya akan menjawab satu soal yaitu hanya soal yang nomornya

dilingkari pada lembar soal yang di dapat siswa.


65

b. Pada setiap topi tanya jawab yang berwarna merah dan biru akan

diberikan kode yang sama yaitu menggunakan kode hururf abjad A-

Z dan siswa akan mencari temannya yang memiliki kode huruf yang

sama yang ada pada topinya. Siswa akan saling berpasangan dalam

menjawab soal, siswa yang memakai topi biru akan tetap duduk di

tempat dan siswa yang menggunakan topi merah akan berdiri dan

mencari temannya yang memakai topi biru yang memiliki kode

huruf yang sama yang ada pada topinya.

c. Setelah menemukan temannya yang memakai topi merah selanjutnya

siswa akan duduk dan saling berhadapan dengan siswa yang

memakai topi merah tersebut.

d. Setiap siswa akan berlomba-lomba mencari jawaban yang tepat dari

2 pilihan jawaban tersebut yang ada pada masing-masing topi siswa

dengan membaca dan memahami isi teks bacaan beserta

pertanyaannya

e. Siswa yang memakai topi biru akan mengambil gulungan kertas

yang berisi suatu teks bacaan beserta pertanyaan yang ada pada topi

temannya kemudian menjawab pertanyaan tersebut dengan memilih

satu jawaban yang benar diantara 2 pilihan jawaban yang ada pada

topi temannya dan begitu pun sebaliknya yang akan dilakukan siswa

yang menggunakan topi merah.


66

f. Jawaban yang menurut siswa benar akan diambil oleh siswa dan

jawaban yang salah tulisannya akan tetap diperlihatkan atau

menghadap kedepan.

g. Setiap siswa akan berlomba-lomba mencari jawaban yang tepat dari

beberapa pilihan jawaban tersebut yang ada pada masing-masing

topi siswa dengan memahami isi teks bacaan beserta pertanyaannya

h. Setelah semua siswa telah selesai menemukan jawaban yang benar

kemudian siswa diajak secara bersama-sama untuk membahas hasil

kerja mereka dan setiap siswa diberikan kesempatan untuk

mendiskusikan dengan teman yang ada disampingnya jawaban yang

menurutnya benar dari pertanyaan yang dibahas.

3. Tes Akhir (posttest)

Setelah treatment, tindakan selanjutnya adalah posttest yaitu

memberikan tes untuk mengetahui keefektifan penggunaan media

pembelajaran topi tawa berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)

pada siswa kelas V dan tes dilakukan dengan pemberian soal essay

sebanyak 5 nomor berdasarkan isi dari suatu teks bacaan cerpen. Untuk

mengetaui apakah pemberian posttest ini berhasil atau tidak terhadap

kemampuan membaca pemahaman siswa akan dibahas pada bab 4 yaitu

hasil penelitian dan pembahasan.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2018:335) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
67

lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil tes pretest

dan posttest peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial

dengan bantuan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 25.

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Analisis Statistik Deskriptif pada penelitian terbagi menjadi dua yaitu

analisis data sebelum perlakukan (Pretest) dan analisis data sesudah

perlakuan (Posttest).

Analisis data statistik sebelum perlakuan, data yang dianalisis yaitu

data hasil pretest siswa kelas V yang diberikan berupa tes kemampuan

membaca pemahaman yaitu teks tulis bacaan beserta 5 pertanyaan terkait isi

dari teks bacaan tersebut yang akan dijawab oleh siswa yang bertujuan untuk

mengetahui kondisi awal sampel sebelum pemberian pelakuan berupa

penerapan penggunaan media pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab)

berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) terhadap kemampuan

membaca pemahaman siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia. analisis

data diolah dengan menggunakan SPSS versi 25.

Selanjutnya pada analisis statistik deskriptif sesudah perlakuan, data

yang dianalisis yaitu data hasil posttest siswa kelas 5 yang bertujuan untuk

mengetahui kondisi sampel setelah diberikan perlakuan penerapan media


68

pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order

Thinking Skills) terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa pada

pembelajaran bahasa Indonesia. Analisis data diolah dengan menggunakan

SPSS versi 25.

Adapun analisis data yang dilakukan pada pretest dan posttest adalah

mencari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, range, nilai maksimal, nilai

minimal dan sum serta nilai rata-rata persentase dengan menggunakan

aplikasi SPSS versi 25.

Setelah melakukan analisis data statistik deskriptif pada hasil tes

sebelum dan sesudah perlakuan penggunaan media pembelajaran topi TAWA

(Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) terhadap

kemampuan membaca pemahaman siswa. Selanjutnya dibandingkan hasil

pretest dan posttest siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca

pemahaman siswa sebelum dan sesudah perlakuan penggunaan media

pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order

Thinking Skills) pada pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Analisis Data Statistik Inferensial

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk

menguji normalitas data hasil pretest dan posttest dilakukan dengan

menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada SPSS versi


69

25 dengan taraf signifikan 0.05 dari data sampel sebanyak 10 orang siswa.

Adapun kriteria pengujian normalitas yaitu :

1) Jika sig > 0.05 maka data berdistribusi normal

2) Jika sig < 0.05 maka data berdistribusi tidak nomal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilkukan untuk mengetahui apakah variasi-variasi

dari jumlah sampel sama atau tidak. Taraf signifikan yang digunakan

adalah 0.05 dari data sampel sebanyak 10 orang siswa. Adapun kaidah

pengujiannya adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai sig > 0,05 maka data homogen

2) Jika nilai sig < 0,05 maka data tidak homogen

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah media

pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (higher

Order Thinkig Skills) efektif digunakan terhadap kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas V di SDN 060 Inpres Manumanukang kabupaten

Polewali Mandar. Pengujian ini dilakukan dengan Uji t Paired Sample

Test dengan menggunakan SPSS versi 25. Taraf signifikan yang digunakan

adalah 0.05. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sbagai berikut :

H1: Media topi TAWA berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)

efektif terhadap kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas

V di SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar.


70

Ho: Media topi TAWA berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)

tidak efektif terhadap kemampuan membaca pemahman pada siswa

kelas V di SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali

Mandar

Kriteria pengujian jika :

Uji t jika thitung > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa

diterima berarti penggunaan media pembelajaran topi TAWA (Tanya

Jawab) berorientasi Higher Order Thinking Skills efektif terhadap

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V di SDN 060 Inpres

Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar.

Uji t jika thitung < ttabel maka dapat disimpulkan bahwa

ditolak, berarti penggunaan media pembelajaran topi TAWA (Tanya

Jawab) berorientasi Higher Order Thinking Skills tidak efektif terhadap

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V di SDN 060 Inpres

Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN 060 Inpres

Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar, maka diperoleh data –data

yang dikumpulkan melalui pemberian instrumen tes soal essay berdasarkan

isi teks bacaan cerpen sehingga dapat diketahui hasil belajar siswa pada aspek

kemampuan membaca pemahaman berupa nilai dari siswa kelas V SDN 060

Inpres Manumanukang. Adapun hasilnya dianalisis secara kuantitaif dengan

analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial yang di olah

menggunakan SPSS versi 25.

Analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial

dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kemampuan

membaca pemahaman siswa terhadap sebuah soal teks bacaan cerpen pada

mata pelajaran bahasa Indonesia sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)

pemberian perlakuan penggunaan media pembelajaran Topi TAWA (Tanya

Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) pada siswa kelas V

di SDN 060 Inpres Manumanukang.


72

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

a. Deskripsi hasil analisis kemampuan membaca pemahaman siswa


kelas V sebelum menggunakan media pembelajaran Topi TAWA
(Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills)
pada pretest.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di SDN 060

Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar mulai tanggal 31

Agustus 2020 sampai 5 september 2020, maka diperoleh data-data yang

dikumpulkan melalui pemberian instrumen tes soal essay sebanyak 5 nomor

terkait isi teks bacaan cerpen sehingga diketahui hasil dari tingkat

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V berupa nilai. Adapun hasil

analisis data dengan menggunakan SPSS versi 25 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Membaca

Pemahaman Siswa

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 40 1 10.0 10.0 10.0
45 1 10.0 10.0 20.0
50 1 10.0 10.0 30.0
60 3 30.0 30.0 60.0
70 1 10.0 10.0 70.0
75 1 10.0 10.0 80.0
80 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Sumber : Output SPSS versi 25

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui frekuensi nilai siswa

pada pretest yaitu siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 1 siswa, nilai 45

sebanyak 1 siswa, nilai 50 sebanyak 1 siswa, 60 sebanyak 3 siswa, 70

sebanyak 1 siswa, 75 sebanyak 1 siswa dan 80 sebanyak 2 siswa, dilihat dari


73

pernyataan tersebut dapat diketahui 60,0% siswa yang memperoleh nilai

dibawah KKM (KKM 70) atau terdapat 6 siswa yang memperoleh nilai di

bawah KKM, sedangkan 40,0 % siswa yang berhasil mencapai nilai di atas

KKM atau 4 siswa yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan nilai

KKM. Pernyataan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4.1 di

bawah ini :

Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kemampuan Membaca

Pemahaman Siswa

Sumber : Output SPSS versi 25

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil pretest kemampuan membaca

pemahaman siswa yang diperoleh dari hasil nilai pretest yang diberikan

berupa teks bacaan cerpen beserta 5 soal, kemampuan membaca

pemahaman siswa masih tergolong rendah terbukti dari perolehan nilai,

jumlah siswa yang mendapat nilai rendah atau dibawah KKM lebih banyak

dibanding siswa yang mendapat nilai sama atau diatas nilai KKM.
74

Distribusi frekuensi hasil pretest kemampuan membaca pemahaman

siswa menjadi dasar untuk melakukan analisis statistik deskriptif

menggunakan SPSS versi 25. Adapaun hasil analisis statistik data pretest

yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.2 Analisis Statistik deskriptif nilai Pretest Kemampuan

Membaca Pemahaman

Statistics
Pretest
N Valid 10
Missing 0
Mean 62.00
Std. Error of Mean 4.485
Median 60.00
Std. Deviation 14.181
Variance 201.111
Range 40
Minimum 40
Maximum 80
Sum 620
Sumber : Output SPSS versi 25

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh nilai rata-rata dari hasil

pretest siswa kelas V SDN 060 Inpres manumanukang sebelum

penggunaan media pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi

HOTS (Higher Order Thinking Skills) yaitu 62,00 dengan nilai minimum

yang diperoleh siswa adalah 40, nilai maximun 80, sum 40, standar error

4.485, median 60,00, std. deviation 14. 181 dan variance 201,111.
75

b. Deskripsi hasil analisis kemampuan membaca pemahaman siswa


kelas V setelah menggunakan media pembelajaran Topi TAWA
(Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills)
pada posttest.
Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan pada kemampuan

membaca pemahaman siswa kelas V setelah diberikan perlakuan yaitu

melaksanakan proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V

menggunakan Media Pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab)

berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills). Perubahan tersebut

adalah berupa nilai dari hasil posttest yang telah diberikan kepada siswa.

Adapun hasil analisis data posttest adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan Membaca

Pemahaman Siswa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60 1 10.0 10.0 10.0
75 2 20.0 20.0 30.0
80 4 40.0 40.0 70.0
85 1 10.0 10.0 80.0
90 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Sumber : Output SPSS versi 25

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui frekuensi nilai siswa

pada posttest yaitu siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 1 siswa, nilai

75 sebanyak 2 siswa, nilai 80 sebanyak 4 siswa, 85 sebanyak 1 siswa, dan

90 sebanyak 2 siswa, dilihat dari pernyataan tersebut dapat diketahui

10,0% siswa yang mendapat nilai dibawah KKM 70 atau terdapat 1 siswa
76

yang memperoleh nilai di bawah KKM, sedangkan 90 % siswa yang

berhasil mencapai nilai di atas KKM atau 9 siswa yang mencapai nilai

lebih dari atau sama dengan nilai KKM. Pernyataan tersebut dapat

digambarkan dalam bentuk grafik seperti grafik 4.2 di bawah ini :

Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kemampuan Membaca

Pemahaman Siswa

Sumber :Output SPSS versi 25

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil posttest kemampuan

membaca pemahaman siswa yang diperoleh dari hasil nilai posttest yang

diberikan berupa teks bacaan cerpen beserta 5 soal setelah pemberian

perlakuan penggunaan media pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab)

berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills), kemampuan membaca

pemahaman siswa tergolong tinggi terbukti dari perolehan nilai, jumlah


77

siswa yang mendapat nilai rendah atau dibawah KKM lebih sedikit

dibanding siswa yang mendapat nilai sama atau diatas nilai KKM.

Distribusi frekuensi nilai hasil posttest kemampuan membaca

pemahaman siswa diatas menjadi dasar untuk melakukan analisis statistik

deskriptif menggunakan SPSS versi 25. Adapun hasil analisis statistik data

posttest yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.4 Analisis Statistik deskriptif nilai Posttest Siswa kelas V SDN

060 Inpres Manumanukang

Statistics
Posttest
N Valid 10
Missing 0
Mean 79.50
Std. Error of Mean 2.734
Median 80.00
Std. Deviation 8.644
Variance 74.722
Range 30
Minimum 60
Maximum 90
Sum 795
Sumber : Output SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh nilai rata-rata (mean) kemampuan

membaca pemahaman siswa kelas V di SDN 060 Inpres Manumanukang

Kabupaten Polewali Mandar pada posttest atau setelah melakukan proses

pembelajaran menggunakan media pembelajaran Topi TAWA (Tanya

Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) yaitu 79,50

dengan nilai minimum 60, nilai maximun 90, sum 795, standar error 2.734,

Median 80,00 std. deviation 8. 644 dan variance 74,722.


78

2. Hasil Analisis Statistik Inferensial

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang diperoleh

berdistribusi normal atau tidak. Suatu data dikatakan berdistribusi normal

apabila taraf signifikannya ≥ 0,05 dan jika data taraf signifikannya ≤ 0,05 maka

data tersebut dikatakan tidak berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas

pada data hasil pretest dan posttest dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.5
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretest Posttest
N 10 10
Normal Mean 62.00 79.50
Parametersa,b Std. Deviation 14.181 8.644
Most Extreme Absolute .156 .223
Differences Positive .156 .177
Negative -.144 -.223
Test Statistic .156 .223
c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) .200 .172c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Output SPSS versi 25

Berdasarkan pada tabel 4.5 uji normalitas menunjukkan bahwa nilai

pretest dengan sig 0,200 > 0,05, dengan demikian data dari nilai pretest

berdistribusi normal dan pada nilai posttest juga diperoleh dengan sig 0,172 >

0,05 maka dengan demikian data dari nilai posttest juga berdistribusi normal.
79

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari hasil

pretest dan posttest mempunyai nilai varian yang sama atau tidak. Dikatakan

mempunyai nilai varian yang sama (Homogen) apabila taraf signifikannya

yaitu ≥ 0,05 dan jika taraf signifikannya yaitu ≤ 0,05 maka data pretest dan

posttest tidak homogen. Adapun hasil uji homogenitas hasil pretest dan posttest

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.6
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Pretest dan Based on Mean 3.408 1 18 .081
Posttet Based on Median 2.689 1 18 .118
Based on Median 2.689 1 16.826 .120
and with
adjusted df
Based on 3.642 1 18 .072
trimmed mean
Sumber : Ouput SPSS versi 25
Bedasarkan hasil analisis pada tabel 4.6 Test of Homogeneity of

Variances diperoleh Levene Statistic = 3.408, df1 = 1, df2 = 18 dan sig 0,081 >

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian pretest dan posttest

homogen.

c. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasayarat yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas pada nilai pretest dan posttest maka selanjutnya dilakukan uji

hipotesis untuk mengetahui efektif atau tidaknya penggunaan media


80

pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order

Thinking Skills) terhadap kemampuan membaca pemahaman dengan

menggunakan uji Paired Samples test dengan bantuan output SPSS versi 25.

Ketentuan dalam menentukan hipotesis penelitian yaitu jika >

maka ditolak dan diterima tetapi sebaliknya jika < maka

diterima dan ditolak. Adapun hasil analisis datanya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 4.7
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Sig.
Std. Std. Interval of the (2-
Deviatio Error Difference tailed
Mean n Mean Lower Upper T df )
Pair 1 Pretes - 9.789 3.096 -24.503 - - 9 .000
t– 17.500 10.497 5.653
Postte
st
Sumber : Ouput SPSS versi 25
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS versi 25

pada tabel di atas diperoleh = 5,653 dan = 2,262 maka >

atau 5,653 > 2,262 sehingga dapat disimpulkan ditolak dan diterima

yang berarti penggunaan media pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab)

berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) efektif digunakan terhadap

kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SDN 060 Inpres

Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar.


81

B. Pembahasan

Pada pembahasan akan diuraikan hasil penelitian terhadap kemampuan

membaca pemahaman siswa kelas V pada pretest dan posttest. Pretest adalah tes

awal yang diberikan sebelum pemberian perlakuan penggunaan media

pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order

Thinking Skills) sedangkan posttest adalah pemberian tes akhir setelah pemberian

perlakuan penggunaan media pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab)

berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Pada penelitian ini, peneliti memberikan pretest yaitu tes tulis essay

bacaan cerpen sebanyak 5 soal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

membaca pemahaman siswa sebelum pemberian perlakuan dengan penggunaan

media topi TAWA berorientasi HOTS. Pada analisis statistik deskriptif pretest

nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 62,00 dengan frekuensi yang mendapat

nilai 40 sebanyak 1 siswa, nilai 45 sebanyak 1 siswa, nilai 50 sebanyak 1 siswa,

60 sebanyak 3 siswa, 70 sebanyak 1 siswa, 75 sebanyak 1 siswa dan 80 sebanyak

2 siswa, dilihat dari pernyataan tersebut dapat diketahui 60,0% siswa yang

mendapat nilai dibawah KKM 70 atau terdapat 6 siswa yang memperoleh nilai di

bawah KKM, sedangkan 40,0 % siswa yang berhasil mencapai nilai di atas KKM

atau 4 siswa yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM, dengan

kata lain siswa yang tidak mencapai nilai KKM lebih besar dari siswa yang

mencapai nilai KKM.

Selanjutnya, pada posttest setelah penggunaan media topi TAWA

berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills), kemampuan membaca


82

pemahaman mulai mengalami perubahan dengan nilai rata-rata yang diperoleh

siswa yaitu 79,50 dengan frekuensi yang mendapat nilai 60 sebanyak 1 siswa,

nilai 75 sebanyak 2 siswa, nilai 80 sebanyak 4 siswa, 85 sebanyak 1 siswa, dan

90 sebanyak 2 siswa, dilihat dari pernyataan tersebut dapat diketahui 10,0% siswa

yang mendapat nilai dibawah KKM 70 atau terdapat 1 siswa yang memperoleh

nilai di bawah KKM, sedangkan 90 % siswa yang berhasil mencapai nilai di atas

KKM atau 9 siswa yang mencapai nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM,

dengan kata lain siswa yang mencapai nilai KKM lebih besar dari siswa yang

tidak mencapai nilai KKM. Jadi kemampuan membaca pemahaman siswa pada

mata pelajaran bahasa Indonesia setelah menggunakan media pembelajaran Topi

TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills)

memperoleh hasil yang lebih baik dibanding sebelum penggunaan media.

Setelah dilakukan analisis statistik deskriptif, selanjutnya dilakukan

analisis statistik inferensial yang digunakan untuk melakukan uji-t Paired Sample

Test. Namun sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pretest dan postest

yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji One

Sample Kolmogorov Smirnov Test pada aplikasi SPSS versi 25 dengan taraf

signifikan yang digunakan adalah α = 0,05 untuk data siswa sebanyak 10 0rang.

Adapun hasil uji normalitas pada data pretest menunjukkan sig 0,200 > 0,05 dan

data hasil posttest menunjukkan sig 0,172 > 0,05. Dengan demikian data hasil

pretest dan posttest ini berdistribusi normal.


83

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, pengujian homogenitas dilakukan

untuk mengetahui apakah data pretest dan posttest sama atau tidak dengan

menggunakan Test of Homogenity of Variances dengan taraf signifikan yang

digunakan adalah α = 0,05 untuk data siswa sebanyak 10 0rang. Adapun hasil uji

homogenitas pada data pretest dan posttest diperoleh Levene Statistic = 3, 408,

dfl= 1, df2= 18 dan sig 0,081 > 0.05. dengan demikian data hasil pretest dan

posttest bersifat homogen atau sama.

Setelah itu dilakukan Uji hipotesis untuk mengetahui apakah penggunaan

media pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher

Order Thinking Skills) efektif digunakan terhadap kemampuan membaca

pemahaman pada siswa kelas V SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten

Polewali Mandar. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t Paired Sample Test

pada aplikasi SPSS versi 25 dengan taraf kesalahan yang digunakan adalah 0,05.

Adapun hasil uji hipotesis pada penelitian ini diperoleh = 5,653 dan

= 2.262 maka diperoleh > atau 5,653 > 2,262 sehingga dapat

disimpulkan ditolak dan diterima yang berarti penggunaan media

pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order

Thinking Skills) efektif digunakan terhadap kemampuan membaca pemahaman

pada siswa kelas V SDN 060 Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali

Mandar.

Berdasarkan pengamatan peneliti, kondisi pada saat penggunaan media topi

TAWA membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan kemampuan


84

membaca pemahaman siswa mengalami perubahan yang lebih baik karena siswa

menjadi aktif dalam membaca. Langkah-langkah dalam penggunaan media

membuat siswa antusias dalam membaca dan memahami isi bacaan yang ada

pada media tersebut. Hal ini tebukti dari pengertian dan cara penggunaan media.

Media pembelajaran Topi TAWA (Tanya jawab) berorientasi HOTS (higher

Order Thinking Skills) adalah salah satu jenis media visual yang terdiri dari 2

jenis topi yaitu topi yang berwarna biru dan topi yang berwarna merah. Pada

setiap topi merah dan biru terdapat suatu teks kutipan cerpen dan pertanyaan

yang mengarah ke soal HOTS (higher Order Thinking Skills) serta 2 pilihan

jawaban. Dalam penggunaan media pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab)

setiap siswa akan berlomba-lomba dalam mencari temannya yang memiliki kode

huruf yang sama yang ada pada topi yang didapatnya. Setelah itu siswa langsung

saling berhadapan kemudian menjawab pertanyaan dengan mengambil kertas

pertanyaan yang ada pada topi temannya lalu memilih jawaban yang benar

diantara kedua pilihan jawaban yang ada di topi temannya dengan memahami

dengan baik isi dari suatu teks kuipan cerpen beserta pertanyaannya.

Somadayo (2011:10) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan

suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan

pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi

bacaan atau dengan kata lain membaca pemahaman merupakan proses memaknai

dan memahami isi bacaan secara menyeluruh.

Berdasarkan penjelasan cara penggunaan media Topi TAWA (Tanya

Jawab) beorientasi HOTS (higher Order Thinking Skills) dan defenisi


85

kemampuan membaca pemahaman, maka media tersebut dapat meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman siswa karena media tesebut menuntut siswa

untuk membaca, siswa tidak hanya sekedar membaca tetapi siswa dituntut untuk

memahami kutipan cerpen yang ada pada media tersebut.

Hasil Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Wiramasari Sarawinda dan Septi Fitri Meilana (2019) dengan

judul pengaruh penggunaan worksheet IPA berorientasi Higher Order Thinking

Skills (HOTS) terhadap hasil belajar kognitif siswa SD Muhammadiyah 4 dan 5

Jakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Berdasarkan data

hasil analisis uji-t didapatkan untuk nilai pretest, t-hitung ≥ t-tabel yaitu 1,810 ≥

2.035 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan untuk nilai postest,

diperoleh nilai thitung t-tabel yaitu 10,053 ≥ 2,035 maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil post-test kelas kontrol dan

kelas eksperimen yang dapat dilihat seperti pada tabel dibawah ini. Berdasarkan

tabel di atas menujukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan

worksheet IPA berorientasi HOTS terhadap hasil belajar kognitif IPA siswa SD

Kelas V Muhammadiyah 4 dan 5 Jakarta.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang ini yaitu

menggunakan media berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) yaitu

media yang berisi soal-soal HOTS sedangkan perbedaannya yaitu terdapat pada

nama media dan mata pelajarannya.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V setelah pemberian

perlakuan penggunaan media pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab)

berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) memperoleh hasil yang

lebih baik dibanding sebelum pemberian perlakuan menggunakan media. Hal

ini dibuktikan dengan hasil analisis deskiptif penelitian yang menunjukkan

nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada pretest tergolong rendah yaitu 62,00

sedangkan pada hasil posttest nilai rata-rata yang diperoleh siswa tergolong

tinggi yaitu 79,50. Selain itu dibutkikan juga dengan hasil analisis inferensial

pada uji hipotesis, diperolehnya nilai = 5,635 dan 2,262, karena

> atau 5,653 > 2,262 maka ditolak dan diterima yang

berarti penggunaan media pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab)

berorientasi HOTS (higher Order Thinking Skills) efektif terhadap

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V di SDN 060 Inpres

Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini, maka

peneliti mengajukan saran sebagai berikut :

1. Kepada para pendidik khususnya para pendidik di SDN 060 Inpres

Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar agar lebih sering


87

menggunakan media pembelajaan dalam setiap kegiatan proses

pembelajaran agar dapat membangkitkan minat belajar siswa.

2. Kepada peneliti diharapkan mampu mengembangkan berbagai media

pembelajaran lainnya yang berorientasi HOTS (Higher Order Thinking

Skills) agar dapat melatih tingkat kemampuan berpikir siswa dalam proses

pembelajaran.

3. Kepada calon peneliti selanjutnya dalam bidang pendidikan agar dapat

meneliti lebih lanjut tentang penggunaan media pembelajaran topi TAWA

(Tanya Jawab) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) dalam

mengembangkan tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abdul, K, H. 2007. Media Pembelajaran. Makassar: Badan


Penerbit UNM.

Ahmad, Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah


Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Annisa, Nur, Eka. 2013. Efektivitas Open Ended Approach untuk


Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika (PTK di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun
Ajaran 2012/2013). Skripsi Studi S-1 FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Tidak Diterbitkan
(http://etd.eprints.ums.ac.id/24466/, diakses 15 Februari 2020)

Arsyad, Azhar. 2017. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Pers.

Daryanto, (2013). Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrma Widya.

Depdiknas. 2006. Permendiknas Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:


Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Fanani, A & Kusmaharti, D. 2018. Pengembangan Pembelajaran Berbasis


HOTS Higher Order Thinking Skills) di Sekolah Dasar Kelas,
(Online),V.10 (1) : 1-8,
(http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/ipd/article/view/JPD.91.10,
diakses 1 Februari 2020)

Hartono, Budiarso, Puguh. 2014. Peningkatan Kemampuan


Mengidentifikasi Unsur Cerita Pendek Dengan Media Animasi Anak
Kelas V Di Sd Plesungan 02 Gondangrejo Karanganyar.
http://eprints.ums.ac.id/28567/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.
Diakses 19 Februari 2020)
Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif. Jakarta : GP Press
Group
Nafi’ah, Siti, Anisatun. 2018. Model-Model Pembelajaran Bahasa
Indonesia di SD/MI. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
75

Nugroho, R, Arifin. 2019. Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta:


PT Gramedia.

Nurhadi. 2016. Teknik Membaca. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, B.2014. Penilaian Dalam Pengajaran dan Sastra.


Yogyakarta: BPFE.
Pribadi Kencana A. 2017. Media & Teknologi dalam Pembelajaran.
Jakarta: Kencana.

Puspitasari, Dilla. 2015. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman


Cerita Pendek Melalui Penerapan Strategi Directed Reading
Thinking Activity (DRTA) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rabba
kabupaten Purbalinga. (file:///C:/Users/Windows/Downloads/288-
569-1SM.pdf 1-SM.pdf, diakses, 16 Februari 2020)

Sakti, Rochis, Afiat, Eka & Wahyudi. 2019. Penerapan Model VAK
Berbasis HOTS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1
SD, (Online), 3 (1) : 143-156, (jurnal.umj.ac.id › index.php ›
holistika › article › download, diakses,1 Februari 2020)
Samad Muliati, Maryati Z. 2016. Media Pembelajaran.Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sarwinda Wiratamasari & Septi Meliana Fitri. 2019. Penggunaan


Worksheet IPA Berorientasi Higher Order Thinking Skills Terhadap
Hasil Belajar Kognitif Siswa SD Muhammadiyah 4 dan 5 Jakarta.,
(Online), 10.: 77-84, (file:///C:/Users/Windows/Downloads/10322-
Article%20Text-23355-1-10-20190531%20(3).pdf, diakses 1
Februari 2020).

Setiyoko .2016. Hubungan Pengaruh Ketrampilan Membaca Pemahaman


Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar Gugus Iv Kecamatan Pengasih
(https://core.ac.uk/download/pdf/78034839.pdf, di akses 31 Januari
2019)

Sudjana Nana & Ahmad Rivai. 2019. Media Pengajaran. Bandung :Sinar
Baru Algesindo.
76

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D.


Bandung: Alfabeta.

Sutedi, dedi. 2009. Penelitian Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora


Utama Press

Somadayo, S. 2011. Strategi dan Tehnik Pembelajaran Membaca.


Yagyakarta: Graha Ilmu

Utaminingrum, Septiana. 2015. Pengaruh Media Audiovisual Dalam


Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Keterampilan Menyimak
Cerita Siswa Kelas V SD Di Kecamatan Pandak Bantul Daerah
Istimewa Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:
UniversitasNegeriYogyakarta,(http://eprints.uny.ac.id/25578/1/skrip
si%20septiana%20utaminingrum.pdf, diakses 31 januari 2020)

Wahyudi. 2012. Sumbangan Pelajaran Bahasa Jawa. Ngawi. Mahardika.

Yani, Ahmad, dkk. 2018. Efektivitas pendekatan saintifik dengan media


booklet higher order thinking terhadap hasil belajar biologi siswa
SMA di kabupaten wajo. (file:///C:/Users/Windows/Downloads/387-
1200-1-SM.pdf, diakses 8 Februari 2020).
Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SDN 060 INPRES MANUMANUKANG

Kelas / Semester : 5 /1

Tema : Udara Bersih Bagi Kesehatan (Tema 2)

Sub Tema : Pentingnya Udara Bersih Bagi Pernapasan(Sub Tema


2)

Pembelajaran ke : 4

Alokasi waktu : 1 Hari

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR
Bahasa Indonesia

3.2. Mengklasifikasi informasi yang didapat dari buku ke dalam aspek: apa, di
mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana.
4.2. Menyajikan hasil klasifikasi informasi yang didapat dari buku yang
dikelompokkan dalam aspek: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan
bagaimana menggunakan kosakata baku.

C. INDIKATOR
3.2.1 Menjelaskan Informasi pada teks bacaan terkait dengan pertanyaan
apa, siapa, dimana, bagaimana, dan mengapa.
4.2.1 Menuliskan informasi pada teks bacaan terkait dengan pertanyaan apa,
siapa, dimana, bagaimana, dan mengapa.
D. TUJUAN
1. Dengan membaca teks siswa mampu menemukan informasi terkait dengan
pertanyaan apa, siapa, dimana, bagaimana, dan mengapa.
2. Dengan mencermati teks bacaan yang disajikan, siswa mampu
menuliskan berbagai informasi terkait pertanyaan apa, siapa mengapa dan
bagaimana.
3. Dengan menganalisis teks bacaan, siswa dapat membuat kalimat
pertanyaan yang sesuai dengan isi teks bacaan menggunakan kata tanya
apa, siapa mengapa dan bagaimana
E. MATERI
1. Teks bacaan cerpen

F. PENDEKATAN & METODE


Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, pengamatan, Tanya Jawab, Diskusi dan Ceramah.

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pembukaan  Guru mengucapkan salam dan 15 menit


mengajak semua siswa berdoa
menurut agama dan keyakinan
masing-masing
 Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan
memeriksa kerapian pakaian, posisi
dan tempat duduk disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran.
 Guru menyampaikan tema dan tujuan
pembelajaran yang akan dibahas
Inti  Siswa mendengarkan penjelasan guru 140 menit
mengenai materi cerpen.
 Siswa ditanya mengenai materi yang
belum dimengerti
 Guru membagi lembar kerja siswa

pada masing-masing kelompok.

 Siswa bekerjasama dengan teman

kelompoknya

 Setelah waktu selesai, guru meminta

perwakilan kelompok secara

acak mempersentasikan hasil kerja

kelompoknya.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Penutup  Guru memberikan penguatan dan 1 e


kesimpulan n
 Siswa diberikan kesempatan i
berbicara /bertanya dan menambahkan t
informasi dari siswa lainnya..
 Penugasan dirumah
 Untuk mengoptimalkan kerja sama,
siswa dapat berbagai peran dan tugas
dengan orang tuanya.
 Menyanyikan salah satu lagu
daerah untuk menumbuhkan
nasionalisme, persatuan, dan
toleransi.
 Salam dan do’a penutup di pimpin
oleh salah satu siswa.Salam dan do’a
penutup di pimpin oleh salah satu
siswa.

H. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Buku Pedoman Guru Tema 2 Kelas 5 dan Buku Siswa Tema 2 Kelas 5
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).

I. PENILAIAN
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan
memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian terhadap materi ini dapat
dilakukan sesuai kebutuhan guru

Refleksi Guru

Catatan Guru

1. Masalah :……….

2. Ide Baru :………..

3. Momen Spesial :………….

Polman, 31 Agustus 2020

Mahasiswa

Andi Fadilah Syahrir

Nim 105401106316
Mengetahui

Kepala SDN 060 Inpres Manumanukang Guru Kelas V

Usman Kaluk, S.Pd., SD Andi Asmawati Sy, S.Pd

NIP . 19621011 198306 1 001 NIP 19870719 200903 2 005


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SDN 060 INPRES MANUMANUKANG

Kelas / Semester : 5 /1

Tema : Udara Bersih Bagi Kesehatan (Tema 2)

Sub Tema : Pentingnya Udara Bersih Bagi Pernapasan(Sub Tema 2)

Pembelajaran ke : 4

Alokasi waktu : 1 Hari

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR
Bahasa Indonesia

3.2. Mengklasifikasi informasi yang didapat dari buku ke dalam aspek: apa,
di mana, siapa, mengapa, dan bagaimana.
4.2. Menyajikan hasil klasifikasi informasi yang didapat dari buku yang
dikelompokkan dalam aspek: apa, di mana, siapa, mengapa, dan
bagaimana menggunakan kosakata baku.

C. INDIKATOR
3.2.1 Menjelaskan Informasi pada teks terkait dengan pertanyaan apa, siapa,
di mana, bagaimana, dan mengapa.
4.2.1 Menuliskan informasi pada teks terkait dengan pertanyaan apa, siapa,
di mana, bagaimana, dan mengapa.
D. TUJUAN
1. Dengan membaca teks bacaan siswa mampu menemukan informasi terkait
dengan pertanyaan apa, siapa, bagaimana, dan mengapa.
2. Dengan mencermati teks bacaan yang disajikan, siswa mampu menuliskan
berbagai informasi terkait pertanyaan apa, siapa mengapa dan bagaimana.
3. Dengan menganalisis teks bacaan, siswa dapat membuat kalimat
pertanyaan yang sesuai dengan isi teks bacaan menggunakan kata tanya
apa, siapa, mengapa dan bagaimana.
E. MATERI
1. Teks bacaan cerpen
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pembukaan  Guru mengucapkan salam dan mengajak 15 menit


semua siswa berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing
 Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapian pakaian, posisi dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
 Guru menyampaikan tema dan tujuan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

pembelajaran yang akan dibahas

Inti  Siswa mendengarkan penjelasan guru 140 menit


mengenai materi yang dibahas hari ini
terkait beberapa contoh kata tanya dan
penggunaannya.
 Siswa di ajak secara bersama-sama
membaca isi teks bacaan cerpen yang
disajikan dalam buku.
 Selajutnya, siswa diajak secara bersama-
sama untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah disajikan dalam
buku dan pertanyaan dari guru terkait isi
bacaan cerpen yang telah dibaca.
 Siswa diperlihatkan 2 jenis topi yang
diberi nama topi TAWA (Tanya Jawab)
yaitu topi yang berwarna biru dan topi
yang berwarna merah.
 Siswa diminta mendengarkan penelasan
guru mengenai penggunaan media
pembelajaran topi TAWA (Tanya Jawab)
 Setiap siswa dibagikan topi TAWA
tersebut secara secara acak yaitu topi yang
berisi suatu teks bacaan beserta pertanyaan
serta beberapa pilihan jawaban.
 Setiap siswa secara berpasang-pasangan
berlomba-lomba dengan siswa lain dalam
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

memahami isi teks bacaan kemudian


mencari satu jawaban yang benar dari
beberapa pilihan jawaban berdasarkan
pertanyaan ada pada topi temannya.
 guru mengajak siswa secara bersama-sama
membahas pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat pada topi TAWA (Tanya Jawab)
 Siswa secara begantian membacakan
pertanyaan yang di dapatnya .
 Setiap siswa diberikan kesempatan untuk
mengajukan jawaban yang menurutnya
benar dari pertanyaan yang didapatkan
temannya.
Penutup  Guru memberikan penguatan dan 1 e
kesimpulan n
 Siswa diberikan kesempatan berbicara i
/bertanya dan menambahkan informasi t
dari siswa lainnya..
 Untuk mengoptimalkan kerja sama, siswa
dapat berbagai peran dan tugas dengan
orang tuanya.
 Menyanyikan salah satu lagu daerah
untuk menumbuhkan nasionalisme,
persatuan, dan toleransi.
 Salam dan do’a penutup di pimpin oleh
salah satu siswa.Salam dan do’a penutup
di pimpin oleh salah satu siswa.
G. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Buku Pedoman Guru Tema 2 Kelas 5 dan Buku Siswa Tema 2 Kelas 5
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
2. Media Pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab) berorientasi HOTS
(Higher Order Thinking Skills)
H. PENILAIAN
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan
memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian terhadap materi ini dapat
dilakukan sesuai kebutuhan guru

Refleksi Guru

Polman, 31 Agustus 2020

Mahasiswa

Andi Fadilah Syahrir

Nim 105401106316
Mengetahui

Kepala SDN 060 Inpres Manumanukang Guru Kelas V

Usman Kaluk, S.Pd., SD Andi Asmawati Sy, S.Pd

NIP . 19621011 198306 1 001 NIP 19870719 200903 2 005


Lampiran 3

Materi Ajar
Lampiran 4

Instrumen Soal pada Media Pembelajran Topi TAWA (Tanya Jawab )


berorientasi HOTS

No Teks Bacaan dan Pertanyaan Pilihan Kode Topi Kode Topi


Jawaban TAWA TAWA
Merah Biru
1 Bacalah Cerita Berikut! Kisah si Tegar E A
Tegar tidak kuasa menahan dan Ibunya.
tangisnya ketika menuturkan
kondisi keluarganya. Ia sengaja
keluar dari sekolah. Ia tidak Kehidupan
memiliki biaya untuk sekolah. Ia seorang
harus membiayai dirinya dan pengamen
sang ibu. Keinginan Tegar cilik.
sebenarnya tidak berlebihan.
Pengamen cilik yang biasa
mangkal di perempatan jalan itu
hanya ingin sekolah
Pertanyaan : Apa judul yang
sesuai dengan isi bacaan di atas
?
2 Bacalah teks bacaan berikut ! Besyukur atas B C
Alkisah , ada seorang petani nikmat yang
sederhana memiliki seekor telah ia
angsa, angsa yang dimiliki peroleh
petani bukan sekedar angsa
biasa, melainkan angsa yang
cantik dan istimewa. Bersyukur dan
Kestimewaannya adalah tetap harus
mengahsilkan telur emas. Petani rendah hati.
senang memilki angsa itu,
karena setiap pagi iya bisa
mengambil telur emas itu
dikandang. Petani menjual telur
itu ke pasar dengan harga yang
tinggi. Dalam waktu singkat
petani menjadi kaya.
Kekayaan ternyata tidak
membuat petani lebih bersyukur
dan tetap rendah hati.
Sebaliknya kekayaan
membuatnya serakah. Petani
menginginkan angsa bisa
menghasilkan telur emas lebih
banyak lagi dalam waktu
singkat. Petani tidak sabar ingin
cepat kaya raya. Ketidaksabaran
petani terhadap angsa miliknya
muncul karena angsa hanya
memberinya telur sebuah telur
setiap hari. Petani merasa tidak
akan cepat kaya raya dengan
cara begitu.
Setiap hari sepulang dari
pasar, petani menghitung
uangnya, sebuah gagasan pun
muncul di kepala petani. Petani
berpikir bahwa ia akan
mendapatkan semua telur emas
yang ada dalam diri angsa
dengan cara memotong angsa.
Betapa sedihnya petani karena
tidak menmukan telur satu pun
dan angsa istimewanya pun
mati. Hanya penyesalan yang
diarasakan petani saat ini.
Keinginan petani menjadi kaya
pun semakin jauh dari angan-
angan.
Pertanyaan: Bagaimanakah
seharusnya sikap petani atas
nikmat yang sudah dia peroleh ?
3 Bacalah kutipan cerpen Baik dan sabar C A
berikut !
Di sebuah desa di kaki bukit,
hiduplah seorang petani miskin.
Setiap hari ia bekerja di sawah. Pekerja keras
Bila suah lelah mencangkul, ia
pergi ke hutan mencari kayu
bakar. Selain untuk kebutuhan
sendiri, kayu bakar itu dijual ke
pasar. Uangnya untuk membeli
keperluan dapur, seperti garam,
ikan asin, dan gula.
Pertanyaan: Bagaimana
sifat/penokohan tokoh petani
beradasarkan kutipan cerpen
tersebut ?
4 Bacalah kutipan cerpen Menyesal D E
berikut !
Oh, Ibu....ibu ampunilah saya,
ampunilah kedurhakaan anakmu Terharu
selama ini. Ibu ampunilah
anakmu. Anak gadis itu terus
terus meratap dan menangis
memohon kepada ibunya. Akan
tetapi, semuanya telah terlambat.
Seluruh tubuh gadis itu akhirnya
berubah menjadi batu. Sekalipun
menjadi batu, namun orang
dapat meliha bahwa kedua
matanya telah menitikkan air
mata, seperti sedang menangis.
Pertanyaan : Bagaimana
perasaan yang tergambar pada
kutipan cerpen di atas ?
5 Nina tidak masuk sekolah hari Apa yang D B
karena sakit. Nina mengalami terjadi pada
flu dan badannya sangat panas. nina ?
Pertanyaan : Kalimat pertanyaan
yang tepat untuk pernyataan Mengapa Nina
diatas adalah ? tidak masuk
sekolah ?
Lampiran 5

Soal Pretest

Bacalah Bacaan Berikut !

Di suatu sekolah dasar sedang terdapat hari yang penting. Hari dimana
pemenang lomba Agustusan akan diumumkan. Saat itu para siswa kelas 2 SD
pergi keluar keras sambil berlarian mencari tempat untuk mendengarkan
pengumuman lomba. Tentunya mereka berharap menjadi pemenangnya.
Para pemenang lomba Agustusan akan mendapatkan hadiah yang menarik
yang telah disiapkan oleh panitia lomba. Begitu pula dengan Zahra, Zahra sangat
antusias dan bersemangat mendengarkan pengumuman dari guru. Mengingat
sebelumnya ia merupakan pemenang lomba dari makan kerupuk.
Zahra berdiri di barisan paling depan agar ia langsung bisa mendengar
namanya disebut sebagai pemenang lomba. Saat anak-anak sedang bersiap,
mendengarkan pemenang lomba, tiba-tiba saja Zahra terjatuh di dorong oleh Riris.
Zahra yang tidak terima langsung memarahi Riris dan menanyakan alasan Riris
mengapa mendorongnya.
Riris mengatakan bahwa ia ingin berada pada barisan paling depan, Zahra
pun tidak mau mengalah, karena ia yang telah lebih dahulu menempati barisan
depan. Merasa tak senang, akhirnya Riris pun melabuhkan tamparkan pada pipi
Zahra. Sehingga terjadi keributan.
Guru yang melihat keributan, langsung menghampiri tempat keributan dan
membawa Riris ke dalam BK untuk diberi penanganan lebih lanjut. Guru
menanyakan pada Riris bagaimana ia bisa memukul temannya sendiri, Riris
mengaku melihat tayangan di TV sehingga ia menirunya.
Akhirnya guru memberi nasihat kepada Riris dengan menceritakan suatu
kejadian yang membuat Rasulullah marah. Dimana pada saat itu, terdapat dua
orang yang sedang berkelahi, mereka saling memukul dan menggigit satu sama
lain. mengetahui hal tersebut Rasul pun menjadi marah.
Mendengar cerita tersebut, Riris menjadi menyesali perbuatan yang telah ia
lakukan pada Zahra. Setelah keluar dari ruang BK, Riris mencari dan
menghampiri Zahra. Riris meminta maaf kepada Zahra atas perbuatannya yang
menyakiti Zahra. Zahra pun memaafkan Riris. Mereka berdua pun akhirnya
berteman dan tidak lagi ada pertengkaran.
Pertanyaan
1. Apa judul yang sesuai dengan teks bacaan cerpen diatas ?
2. Siapa tokoh yang memiliki sifat keras kepala dan tidak mau mengalah dalam
bacaan cerpen diatas ?
3. Apa sikap dari tokoh Riris yang dapat di contoh berdasarkan isi bacaan
cerpen di atas ?
4. Bagaimana perasaan Zahra saat itu ketika Riris mendorongnya ?
5. Buatlah 1 kalimat pertanyaan yang sesuai dengan isi kalimat paragraf 7 pada
teks bacaan diatas !
Lampian 6

Kunci Jawaban dan Penskoran pada soal pretest

No Kunci Jawaban Skor


1 Dilarang Bertengkar 20
Dilarang memukul teman
Kisah Riris dan Zahra
Jawaban yang sesuai dengan isi bacaan
2 Riris 20

3 Karena Riris telah menyesali perbuatannya dan meminta maaf 20


kepada Zahra.
4 Sedih dan marah 20

5 Pertanyaan lainnya yang sesuai dengan isi bacaan 20


Lampiran 8

SOAL POSTTEST

Bacalah Bacaan Berikut !

Matahari memancarkan sinarnya yang amat menyengat. Terik matahari yang


panas membuat Mimit si semut rangrang bermalas-malasan. Saat itu, ia berjalan
mondarmandir ke sana dan ke mari, namun sebenarnya ia punya tujuan yang
sudah pasti. Mimit mencari makanan dengan bantuan daya ciumnya yang hebat.

Ibu Mimit berkata “Hati-hati Mimit, ada selokan yang airnya sangat deras di
sekitar sini!” Mimit tidak mendengarkan peringatan ibunya.

Upsss ....Mimit meloncat menjangkau makanan yang nampak lezat di pinggir


selokan.

“Hmmm lezat nian potongan roti ini,” gumam Mimit. Perut terasa penuh.
Langkah kaki Mimit mundur dan plung ...

Mimit terbawa arus air selokan. Ia raih akar di dinding selokan untuk
berpegangan. Upss... berhasil. Namun, kaki terbawa arus dan tak ada pijakan.
“Tolong….tolong !”teriak Mimit.

Tata, Kakak Mimit, mendengar teriakan Mimit. Ketika melihat adiknya


bergelantungan di akar dinding yang di bawahnya mengalir arus deras, Tata lari
ke rumah memanggil saudara-saudaranya untuk menolong Mimit.

“Cici, Kiki, Sasa, Rara...ayo kita bersama-sama menolong Mimit.” Bergegas


mereka menuju selokan yang arusnya sangat deras, tempat Mimit bergelantungan.
Tata mengulurkan tangannya ke arah Mimit, saudara-saudara yang lain
memegang kaki Tata menahan jangan sampai ikut terjatuh. Satu...dua...tiga....uhh
akhirnya Mimit tertolong ditarik oleh keempat kakaknya bersama-sama.

Mimit kedinginan dan menyimpan rasa penyesalan yang dalam karena tidak
memperhatikan peringatan ibunya.

Pertanyaan

1. Apa judul yang sesuai untuk bacaan cerpen diatas ?


2. Siapa tokoh dalam bacaan cerpen diatas yang memiliki sifat atau penokohan
baik dan penyayang ?
3. Apa yang dipikirkan tata ketika memanggil saudara-saudaranya untuk
menolong mimit ?
4. Apa saja sikap dari saudara-saudara Mimit yang dapat dicontoh berdasarkan
isi bacaan cerpen di atas ?
5. Buatlah 1 Kalimat pertanyaan yang sesuai dengan isi bacaan pada paragraf 4 !
Lampiran 9

Kunci Jawaban dan Penskoran pada soal pretest

No Kunci Jawaban Skor


1  Tolong menolong 20
 Bekerjasama
 Kisah mimit
 Saling menyayangi
 Jawaban lainnya yang sesuai dengan isi bacaan
2  Ibu 20
 Cici
 Kiki
 Sasa,
 Rara, dan Tata
3  Tidak dapat menyelamatkan mimit seorang diri 20
 Sulit untuk menolong mimit sendiri
 Jawaban lain yang sesuai
4  Mau bekerjasama untuk monolong saudaranya 20
 Saling menyayangi antar saudara
 Jawaban lain yang sesuai
5 Pertanyaan lainnya yang sesuai dengan isi paragraf 20
Lampiran 11

Daftar Nilai Pretest Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa

No Nama Siswa Nilai Keteragan

1 Munawir 60 Tidak Tuntas

2 Muh Ali 45 Tidak Tuntas

3 Risman 60 Tidak Tuntas

4 Ilham 40 Tidak Tuntas

5 Nana tamrin 70 Tuntas

6 Munawarah 60 Tidak Tuntas

7 Nabila 80 Tuntas

8 Alia 75 Tuntas

9 Herna 50 Tidak Tuntas

10 Rahma 80 Tuntas
Lampiran 12

Daftar Nilai Posttest Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Munawir 75 Tuntas

2 Muh Ali 60 Tidak tuntas

3 Risman 80 Tuntas

4 Ilham 75 Tuntas

5 Nana tamrin 80 Tuntas

6 Munawarah 85 Tuntas

7 Nabila 90 Tuntas

8 Alia 80 Tuntas

9 Herna 80 Tuntas

10 Rahma 90 Tuntas
Lampiran 13

T-tabel
Lampiran 14

DOKUMENTASI

Pemberian Soal Pretest

Media Pembelajaran Topi TAWA (Tanya Jawab )

Proses Pembelajaran Menggunakan Media Topi TAWA (Tanya Jawab)


Pemberian Soal Posttest
RIWAYAT HIDUP

ANDI FADILAH SAYHRIR, lahir di Baru


kabupaten Polewali Mandar pada tanggal 12 Juni 1997.
Anak ke 10 dari 11 bersaudara dari pasangan Syahrir
Asaad dan Hj.Mawar. Penulis mulai memasuki jenjang
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 046 Inpres Baru II
Kecamatan Luyo Kabupaten Polewali Mandar pada
tahun 2005 dan tamat pada tahun 2011. Kemudian pada
tahun 2011 melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 2 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar pada tanggal


2011 dan tamat pada tahun 2013, kemudian pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar
dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis melanjukan pendidikan pada
Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Muhammadiyah
Makassar. Penulis akan menyelesaikan masa perkuliahan di Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan judul Skripsi “Keefektifian Penggunaan Media
Pembelajaran Topi TAWA Berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills)
Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas V SDN 060
Inpres Manumanukang Kabupaten Polewali Mandar”. Insya Allah akan selesai
pada tahun 2020 dengan menyandang gelar sarjana Pendidikan (S.Pd).

Anda mungkin juga menyukai