Anda di halaman 1dari 146

PERSEPSI GURU TERHADAP PROSES BELAJAR DARING DI SD

INPRES TINGGIMAE KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN


GOWA

SKRIPSI

Oleh:
ZARAH FRATIWI NUR
105401126518

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2022
PERSEPSI GURU TERHADAP PROSES BELAJAR DARING DI SD
INPRES TINGGIMAE KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN
GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Melaksanakan


Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:
ZARAH FRATIWI NUR
105401126518

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
AGUSTUS 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi atas nama Zarah Fratiwi Nur, NIM 105401126518 diterima dan disahkan
oleh panitia ujian skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar Nomor: 514 Tahun 1444 H/2022 M pada tanggal 10
Muharram 1444 H 08 Agustus 2022 M, sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar pada hari Rabu tanggal 08 Agustus 2022

10 Muharram 1444 H
Makassar,
08 Agustus 2022 M
Panitia Ujian
1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (……………………)

2. Ketua : Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. (……………………)

3. Sekertaris : Dr. Baharullah, M.Pd. (……………………)

4. Penguji : 1. Dr. H. Muhammad Basri, M.Si (……………………)

2. Dr. Suardi, S.Pd., M.Pd (……………………)


3. Dr. Muhammad Nawir, M. Pd (………………........)
4. Ainun Jariah, S.Ag., M.A (……………………)

Disahkanoleh :
Dekan FKIP Unismuh Makassar

Erwin Akib, M.Pd., Ph.D.


NIDN. 0901107602
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Skripsi : Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar Daring di SD Inpres
Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

Mahasiswa yang bersangkutan :


Nama : Zarah Fratiwi Nur
NIM : 105401126518
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan
dan layak untuk diujiankan.
Makassar, Agustus 2022
Disetujui oleh,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Kaharuddin, M.Pd., Ph.D Dr. Suardi, S.Pd., M.Pd
NIDN.0907118102 NIDN.0905058603

Diketahui:
Dekan FKIP Unismuh Makassar Ketua Prodi PGSD

Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.


NIDN. 09011007602 NBM: 1148 913
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Zarah Fratiwi Nur

Nim : 105401126518

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Judul Skripsi : Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar Daring di SD Inpres


Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan
oleh siapapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2022

Yang Membuat Pernyataan

Zarah Fratiwi Nur


MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ZARAH FRATIWI NUR


Nim : 105401126518
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD)

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:


1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya yang
menyusun sendiri skripsi saya ( tidak dibuatkan oleh siapa pun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini,saya selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan ( plagiat ) dalam menyusun
skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3, maka


saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 2022

Yang Membuat Perjanjian,

Zarah Fratiwi Nur


MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka,

Kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan

(Imam Syafi’i)

Persembahan:

Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku yang selalu mendoakan aku,

yang selalu mendukung aku, juga selalu mengusahakan dan memberikan yang

terbaik untuk aku. Kepada diri sendiri, keluarga, dosen pembimbing, sahabat, dan

juga teman yang selalu menjadi support system terbaik


ABSTRAK
Zarah Fratiwi Nur. 2022. Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar Daring di SD
Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Kaharuddin dan
Pembimbing II Suardi.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu persepsi guru terhadap proses
belajar daring di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa,
masalah yang dihadapi guru saat proses belajar daring di SD Inpres Tinggimae
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, dan solusi permasalahan yang dihadapi
guru di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix method
dengan menggunakan jenis penelitian mixed method concurrent embedded.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi: observasi, wawancara,
dokumentasi dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran daring ini tidak
berjalan dengan baik karena mengalami banyak kendala dan juga belum efektif.
Masalah atau kendala yang dihadapi guru saat proses belajar daring yaitu
ketiadaan fasilitas yang menunjang seperti handphone, kuota, dan jaringan
internet. Solusi terkait permasalahan yaitu siswa datang ke sekolah mengambil
tugas atau materi pembelajaran, belajar bersama guru, mencari akses jaringan
yang baik, juga menggunakan metode pembelajaran yang tepat serta membuat
forum diskusi orang tua dan guru.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran daring ini tidak cocok digunakan pada tingkat sekolah dasar karena
pada dasarnya pembelajaran anak sekolah dasar masih berpusat kepada guru.
Pembelajaran daring membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai. Selain itu
banyak mengalami kendala sehingga pembelajaran menjadi tidak berjalan dengan
baik dan juga efektif.

Kata kunci: Persepsi guru, pembelajaran daring, Sekolah Dasar


KATA PENGANTAR


Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili di atas

segala karunia nikmat-Nya. Jiwa ini takkan berhenti bertahmid atas anugerah pada

detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu Sang

Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari deretan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang

kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan

fatamorgana yang demikian dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai

pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi

kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis

kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam

dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan

ini. Segala rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih pada kedua orang tua

Zainuddin dan Nurhayati yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan,

mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula,

penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan

motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya, kepada Kaharuddin, M.Pd.,

Ph.D dan Dr. Suardi, M.Pd, selaku pembimbing I dan II, yang telah memberikan
bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga

selesainya skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada; Prof. Dr. H.

Ambo Asse, M,Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib,

M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar, dan Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd, ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam

lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan

yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada

Kepala Sekolah, guru, staf SD Inpres Tinggimae yang telah memberikan izin dan

bantuan untuk melakukan penelitian. Demikian pula, penulis mengucapkan terima

kasih kepada rekan mahasiswa PGSD H angkatan 18 Jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar atas segala kebersamaan, dan teruntuk sahabat saya yang selalu

menyemangati.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya

bagi diri penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Makassar, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................................iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................vi
SURAT PERJANJIAN.....................................................................................vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................ix
ABSTRAK ...........................................................................................................x
KATA PENGANTAR .......................................................................................xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xvi
BAB I

PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
D. Batasan Istilah...............................................................................................6
E. Manfaat Penelitian........................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................8
A. Kajian Teori..................................................................................................8
B. Hasil Penelitian yang Relevan....................................................................21
C. Kerangka Berpikir.......................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................25
A. Jenis Penelitian............................................................................................25
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................26
C. Subjek Penelitian.........................................................................................26
D. Desain Mixed Methods...............................................................................27
E. Definisi Operasional Variabel.....................................................................28
F. Prosedur Penelitian.....................................................................................29
G. Instrumen Penelitian...................................................................................31
H. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................32
I. Teknis Analisis Data...................................................................................33
J. Teknik Validitas dan Reliabilitas Penelitian Mixed Methods...................35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................37
A. Hasil Penelitian...........................................................................................37
B. Pembahasan.................................................................................................74
BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................................84
A. Simpulan.....................................................................................................84
B. Saran............................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................85
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................90
RIWAYAT HIDUP..........................................................................................126
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir..............................................................................24
Gambar 3.1 Tahapan Mixed Methods Concurrent Embedded...............................27
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian.............................................................................30
Gambar 4.1 Hasil angket terkait persepsi guru......................................................50
Gambar 4.2 Hasil angket terkait permasalahan yang dihadapi guru......................62
Gambar 4.3 Hasil angket terkait solusi permasalahan yang dihadapi guru...........73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara.........................................................................................90
2. Hasil Wawancara...............................................................................................94
3. Pedoman Observasi..........................................................................................112
4. Lembar Dokumentasi.......................................................................................116
5. Dokumentasi....................................................................................................117
6. Instrumen Angket.............................................................................................119
7. Surat Pengantar Penelitian...............................................................................120
8. Surat Pengantar Permohonan Izin ke Kedinasan Gowa...................................121
9. Surat Izin Penelitian Kedinasan Gowa.............................................................122
10. Surat Keterangan Bebas Plagiat.....................................................................123
11. Karu Kontrol Penelitian.................................................................................124
12. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian...............................................125
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak Maret 2020, Indonesia sedang dilanda penyakit yang disebabkan oleh

virus yang bernama corona atau dikenal dengan istilah covid-19 (Ayu et al.,

2021). Kemendikbud menetapkan peraturan bahwa pendidikan di Indonesia tetap

diselenggarakan, namun dengan sistem yang berbeda yaitu Study From Home

(SFH) (Kemendikbud, 2013). Kementerian pendidikan dan kebudayaan

mendorong pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan secara daring

(Hanifah Salsabila et al., 2020).

Pada beberapa sekolah di Indonesia ada yang sudah biasa menerapkan

pembelajaran daring namun di sisi lain ada juga sekolah yang baru pertama kali

menerapkan pembelajaran secara daring (Ayu et al., 2021). Di SD Inpres

Tinggimae telah menetapkan pembelajaran daring semenjak pemerintah

mengeluarkan surat edaran. Persepsi guru terhadap proses belajar daring berbeda-

beda. Menurut informan pembelajaran daring perlu melakukan persiapan yang

matang. Persiapan yang dilakukan seperti kesiapan mental, persiapan perangkat

pembelajaran, persiapan alat yang mendukung pembelajaran yaitu handphone,

kuota data dan jaringan internet, serta persiapan materi yang akan diajarkan ke

siswa. Selain itu menurut informan pembelajaran daring ini belum efektif karena

guru tidak bisa memantau siswa dan juga siswa kurang bisa fokus dalam belajar.

Adanya keterbatasan ini menyebabkan pembelajaran daring memiliki banyak

masalah.

1
2

Permasalahan yang sering dihadapi pada sekolah-sekolah yang

menggunakan pembelajaran daring ialah siswa yang sulit memahami

pembelajaran yang diajarkan guru, fasilitas laptop, handphone yang sulit

disediakan orang tua dan pembiayaan yang besar serta kurangnya pemahaman

teknologi siswa maupun guru (Asridayanti & Sari, 2021)

Teknologi diasumsikan sebagai penerapan prinsip-prinsip keilmuan

komunikasi untuk menghasilkan suatu item material guna menghadirkan

efektifitas dan efisien proses komunikasi. Perkembangan teknologi pada era

globalisasi sangatlah meningkat, terjadinya peningkatan dalam menggunakan

teknologi ini dipengaruhi dengan berkembangnya teknologi informasi dan

komunikasi (Rohmat et al., 2021). Teknologi berperan dalam pembelajaran online

sebagai alat pembelajaran untuk membantu proses pembelajaran serta

memudahkan aktivitas pembelajaran antara guru dan siswa (Hanifah Salsabila et

al., 2020). Teknologi dapat mempermudah segala kebutuhan dalam proses belajar

mengajar (Hanifah Salsabila et al., 2020). Dengan begitu teknologi menjadi

bagian terpenting dalam membantu proses pembelajaran daring .

Pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses

belajar mengajar yang dilakukan secara online. Pembelajaran daring disebut

dengan E-learning atau online learning (Khotijah et al., 2021). Teknologi sebagai

pendukung terlaksananya pembelajaran daring pada masa pandemi ini

diantaranya adalah aplikasi zoom, google meet, whatsapp, edmodo, youtube,

google classroom dan masih banyak yang lainnya (Khotijah et al., 2021).

Meskipun sudah banyak aplikasi pendukung terlaksananya pembelajaran daring

dalam pelaksanaannya masih ada kesulitan-kesulitan yang menghambat proses


3

pembelajaran. Beberapa hambatan yang terjadi selama pembelajaran daring

antara lain, kurang kesiapan sumber daya manusia, kurangnya sarana yang

menunjang proses pembelajaran daring, khususnya dukungan teknologi dan

jaringan internet (Safitri et al., 2021).

Kondisi ini sesuai dengan yang terjadi di sekolah SD Inpres Tinggimae,

sebagian guru masih terbatasnya kemampuan teknologinya. Guru gagap dalam

menggunakan berbagai aplikasi seperti zoom dan google meet dalam proses

belajar daring. Ketidaksiapan guru dalam menghadapi perubahan teknologi

termasuk rendahnya kemampuan guru dalam menguasai teknologi (Asridayanti &

Sari, 2021). Berdasarkan wawancara dengan guru SD Inpres Tinggimae, kondisi

yang tidak ideal terkait pembelajaran daring ini karena masih ada beberapa guru

yang belum memahami dan mahir dalam penggunaan berbagai aplikasi untuk

proses pembelajaran daring. Selain itu tidak semua wali murid mengerti dalam

menggunakan android itu sendiri dan juga keterbatasan kuota internet.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara peneliti dengan guru-guru

kelas di SD Inpres Tinggimae pada tanggal 19 Januari 2022 bahwa guru di SD

Inpres Tinggimae telah menerapkan pembelajaran daring sejak mewabahnya

covid-19. Proses pembelajaran daring yang dilakukan melalui aplikasi whatsapp,

classroom, dan zoom. Namun, pada pelaksanaannya masih banyak kendala yang

dialami siswa sehingga pembelajaran tidak berlangsung maksimal. Kendala yang

dialami tersebut di antaranya: (1) jaringan yang tidak memadai, (2) kemampuan

ekonomi orang tua, (3) dukungan atau bimbingan orang tua yang masih sangat

minim, (4) siswa cenderung cepat merasa bosan/jenuh, dan (5) berdasarkan
4

pengamatan belajar dengan pendampingan orang tua di rumah, siswa lebih manja

dan cenderung lebih malas mengerjakan tugas.

Diketahui pada pelaksanaan pembelajaran daring yang sudah berlangsung

di SD Inpres Tinggimae mayoritas siswa sekolah dasar tidak memahami materi

yang sudah diberikan, sehingga perlu dijelaskan kembali oleh orang tua.

Terkadang yang belajar bukan siswa tetapi orang tuanya. Dari kendala yang

sudah disebutkan di atas memiliki beberapa alasan yang menjadi penyebab

kendala dalam pembelajaran daring muncul. Di sini peran orang tua juga

diperlukan, kebanyakan hampir seluruh orang tua dari siswa yang bekerja di pagi

harinya menyebabkan siswa tertinggal dan kurang memperhatikan sekolah.

Karena pembelajaran daring ini guru tidak bisa memperhatikan atau mengawasi

secara langsung, berbeda saat pembelajaran luring yang mendapat pengawasan

langsung dari guru. Guru juga merasa kesulitan dalam memberikan pemahaman

pembelajaran kepada siswa melalui proses daring, sering terjadi gangguan

jaringan membuat apa yang dijelaskan guru kurang jelas didengar siswa dan tidak

dipahami siswa, interaksi yang dilakukan guru kepada siswa saat proses

pembelajaran daring dirasa tidak maksimal.

Berdasarkan aspek kebutuhan sekolah, SD Inpres Tinggimae telah

memfasilitasi sekolah tersebut dengan wifi sehingga guru tidak mengalami

kendala pada saat pembelajaran online. Namun ada juga beberapa guru yang

melakukan pembelajaran online di rumah dikarenakan kondisi ekonomi orang tua

siswa berbeda-beda, ada orang tua siswa ada yang tidak memiliki handphone

maka guru menyuruh orang tua siswa datang ke sekolah untuk mengambil tugas
5

siswa dan mengumpulkan tugas siswa kemudian guru juga memberikan buku

pembelajaran langsung kepada anak-anak.

Kajian terdahulu yang membahas tentang persepsi guru terhadap proses

belajar daring ini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya

berdasarkan data terbaru: (1) (Satrianingrum & Prasetyo, 2020) mengenai

“Persepsi Guru Terhadap Proses Pembelajaran di PAUD”,(2) (Stofiana, 2021)

mengenai “Persepsi Guru Bahasa Indonesia Tentang Belajar Daring Akibat

Dampak Pandemi Covid-19 di SMP Negeri Baubau, (3) (Khotijah et al., 2021)

mengenai “Analisis Persepsi Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Daring di

Sekolah Dasar”

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

pada penelitian sebelumnya membahas tentang persepsi guru terhadap

pembelajaran khusus seperti pembelajaran Bahasa Indonesia sedangkan peneliti

membahas pembelajaran secara umum. Pada peneliti sebelumnya membahas

persepsi guru terhadap tingkatan Sekolah Menengah Pertama dan Pendidikan

Anak Usia Dini sedangkan peneliti membahas tentang tingkatan Sekolah Dasar.

Peneliti sebelumnya mengambil subjek siswa dan guru sedangkan peneliti

mengambil subjek fokus ke guru. Pada penelitian sebelumnya metode yang

digunakan kebanyakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif sedangkan peneliti

menggunakan mix-methods.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan

penelitian dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar Daring di SD

Inpres Tinggimae”. Hal ini peneliti lakukan untuk mengungkap dan mengetahui
6

pendapat dan penilaian guru terhadap pembelajaran daring yang telah digariskan

pemerintah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi guru terhadap proses belajar daring di SD Inpres

Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

2. Masalah apa yang dihadapi guru saat proses belajar daring di SD Inpres

Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?

3. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang

dihadapi guru di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten

Gowa?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memberikan gambaran terkait persepsi guru terhadap proses belajar

daring di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi guru saat proses belajar daring di

SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

3. Untuk mengetahui solusi permasalahan dari permasalahan yang dihadapi

guru di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

D. Batasan Istilah
7

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dalam penelitian maka

peneliti menentukan fokus yaitu :

1. Persepsi guru saat proses pembelajaran daring di SD Inpres Tinggimae

Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

2. Cara dalam mengatasi masalah yang dihadapi guru saat proses belajar daring

di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

3. Mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru di SD Inpres Tinggimae

Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis :

Diharapkan dapat menjadi referensi sebagai bahan rumusan kebijakan

terkait pentingnya konsep pembelajaran daring walaupun masa pandemi covid-19

telah selesai.

2. Manfaat Praktis :

a. Manfaat bagi peneliti ialah dapat menambah wawasan dan pengalaman

melalui pembelajaran daring di masa covid-19.

b. Manfaat guru diharapkan tumbuh kesadaran akan pentingnya literasi

teknologi bagi tenaga pendidik.

c. Manfaat bagi penentu kebijakan sebagai bahan referensi pentingnya

kebijakan kompetensi literasi digital untuk semua guru di semua sekolah.


8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Belajar

Kata belajar merupakan istilah yang tidak asing dalam kehidupan sehari-

hari. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya (Yenny & Jayanto, 2021). Perubahan-perubahan tersebut akan nyata

dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai

berikut: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Yenny &

Jayanto, 2021). Ada 4 macam teori mengenai teori-teori belajar, yaitu:

a. Teori Behavioristik

Gage dan Berliner menyatakan bahwa teori belajar behavioristik adalah

sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai hasil dari

pengalaman. Seseorang telah dianggap belajar apabila mampu menunjukkan

perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan

atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons

(Nahar, 2016). Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa,

sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang

diberikan oleh guru tersebut (Nahar, 2016). Teori belajar behavioristik sangat

menekankan pada hasil belajar, yaitu adanya perubahan perilaku yang dapat

9
10

diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Hasil belajar diperoleh dari proses

penguatan atas respons yang muncul terhadap lingkungan belajar, baik yang

internal maupun eksternal (Shahbana et al., 2020). Terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam penerapan teori belajar behavioristik dalam proses

pembelajaran sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan pembelajaran dalam bentuk standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) serta indikator ketercapaian.

2) Menentukan materi pelajaran yang akan diberikan.

3) Merinci materi menjadi bagian-bagian kecil dalam bentuk pokok bahasan, sub

pokok bahasan dan sebagainya.

4) Memberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan, latihan-latihan, dan

tugas-tugas dalam proses pembelajaran.

5) Adanya aktivitas memberikan hadiah dan hukuman

b. Teori Belajar Kognitivisme

Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses

belajar. Teori belajar kognitivisme dikemukakan oleh Piaget. Kognisi adalah

kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat,

menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi

menunjuk pada konsep tentang pengenalan (Abdurakhman & Rusli, 2017). Teori

kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena adanya variabel

penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitif lebih

mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak

sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar

melibatkan proses berpikir sangat kompleks (Abdurakhman & Rusli, 2017)


11

Contoh aplikasi-aplikasi teori kognitif yaitu :

1) Menentukan tujuan-tujuan instruksional.

2) Memilih materi pembelajaran.

3) Menentukan materi yang mungkin dipelajari mahasiswa secara aktif.

4) Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang

akan dipelajari mahasiswa.

5) Mempersiapkan pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas mahasiswa untuk

berdiskusi dan bertanya.

6) Mengevaluasi proses hasil belajar.

c. Teori Humanistik

Teori Humanistik dikemukakan oleh Abraham Maslow. Berdasarkan teori

belajar humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan seorang manusia.

Kegiatan belajar dianggap berhasil apabila si pelajar memahami lingkungannya

dan dirinya. Menurut Abraham Maslow, murid dalam proses belajar harus

berusaha agar secara perlahan dia mampu mencapai aktualisasi diri dengan baik.

Teori belajar humanistik ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut

pandang pelaku yang belajar, tidak dari sudut pandang pengamatan

(Abdurakhman & Rusli, 2017).

Teori humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian

manusia/individu. Humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia

sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada

kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam
12

mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka

(Abdurakhman & Rusli, 2017). Dalam pandangan humanistik, manusia

bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan

dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Contoh aplikasi-aplikasi teori humanistik dalam belajar:

1) Menentukan tujuan‐tujuan pembelajaran.

2) Menentukan materi pembelajaran,

3) Mengidentifikasi kemampuan awal (entry behavior) siswa.

4) Mengidentifikasi topik‐topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara

aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.

5) Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.

6) Membimbing siswa belajar secara aktif.

7) Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman

belajarnya.

8) Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.

9) Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep‐konsep baru ke situasi

nyata.

10) Mengevaluasi proses dan hasil belajar

d. Teori Konstruktivisme

Teori Kontruktivisme dikemukakan oleh Jean Piaget. Kontruktivisme

merupakan pendekatan belajar yang menyempurnakan dari teori belajar

behavioristik dan kognitif. Teori belajar kontruktivisme dalam pendidikan

menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Pendekatan ini

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa karena dalam teori belajar.


13

Konstruktivisme menekankan pada keterlibatan siswa dalam menghadapi

masalah-masalah yang terjadi (Masgumelar & Mustafa, 2021)

Konstruktivisme dalam aktivitas pembelajaran memiliki beberapa

karakteristik penting yaitu:

1) Belajar aktif (active learning)

2) Siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran bersifat otentik dan situasional

3) Aktivitas belajar harus menarik dan menantang

4) Siswa harus dapat mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah

dimiliki sebelumnya dengan sebuah proses yang disebut "bridging"

5) Siswa harus mampu merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari

6) Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa dalam

melakukan konstruksi pengetahuan

Guru harus dapat memberi bantuan berupa scaffolding yang diperlukan

oleh siswa dalam menempuh proses belajar. Scaffolding diartikan sebagai

dukungan yang diberikan kepada siswa selama menempuh proses pembelajaran.

Dukungan tersebut dapat berupa pemberian bimbingan dan petunjuk dalam

mempelajari konsep-konsep yang sulit dipahami. Scaffolding memberikan contoh-

contoh konsep yang diajarkan untuk memudahkan pemahaman siswa.

Implementasi konsep scaffolding dalam pendekatan Konstruktivisme bertujuan

untuk menjamin pemahaman siswa terhadap isi atau materi pembelajaran.

2. Persepsi Guru

a. Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran Daring


14

Persepsi secara psikologis sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.

Persepsi adalah sebuah tanggapan atau respon langsung yang diberikan oleh

seseorang. Persepsi merupakan fungsi otak dalam menerjemahkan stimulus atau

proses yang masuk melalui indera manusia. Persepsi pada setiap individu dapat

berbeda dan persepsi positif dan negatif akan mempengaruhi setiap tindakan

manusia secara nyata (Agustina & Susanto, 2017).

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi

para siswa dan lingkungannya. Guru adalah seorang tenaga pendidik profesional

yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan

penilaian, serta melakukan evaluasi kepada siswa (Hastuti, 2021).

Melihat penjelasan dari persepsi dan guru di atas jadi dapat disimpulkan

bahwa persepsi guru merupakan tanggapan langsung atau respon langsung dari

seorang guru yang berkaitan dengan hal-hal pendidikan. Setiap individu memiliki

persepsi masing-masing terhadap sesuatu hal yang diamati.

Persepsi guru terhadap pembelajaran daring merupakan respon atau

informasi di dalam otak guru terhadap pembelajaran daring. Pembelajaran daring

artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi

pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring merupakan

pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi melalui

platform yang telah tersedia.

b. Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring menjadi salah satu alternatif guru dalam kegiatan

pembelajaran selama masa pandemi covid-19. Pembelajaran daring merupakan

pembelajaran yang dilakukan secara online dengan bantuan koneksi internet.


15

Pembelajaran dapat dilakukan jarak jauh, tanpa bertatap muka di dalam ruangan

secara langsung, dan waktunya pun terbatas (Anisa et al., 2021). Pembelajaran

daring dapat dilakukan oleh guru maupun siswa kapan dan di mana saja.

Pembelajaran daring pada siswa membuat siswa dapat memiliki keleluasaan

waktu belajar, dapat belajar di mana pun dan kapan pun, penggunaan aplikasi

belajar dapat dilakukan oleh berbagai aplikasi, seperti classroom, video

conference, telepon atau live chat, zoom maupun melalui whatsapp group.

Pembelajaran daring merupakan sebuah inovasi untuk menjawab tantangan

mengenai model pembelajaran inovatif, namun keberhasilan suatu model

pembelajaran tergantung pada karakteristik siswa, seperti yang diungkapkan

(Sutarna et al., 2021)

Karakteristik / Ciri-Ciri Pembelajaran Daring / E-Learning (Sutarna et al.,

2021) menyebutkan karakteristik dalam pembelajaran daring antara lain:

1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen

multimedia

2) Komunikasi dilakukan secara serentak dan tidak serentak seperti video

conferencing, chat rooms, atau discussion forums.

3) Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya.

4) Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk

meningkatkan komunikasi belajar.

5) Materi ajar relatif mudah diperbaharui.

6) Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator.

7) Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal.

8) Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet.


16

c. Problematika Pembelajaran Daring

Proses pembelajaran daring di Indonesia masih belum sepenuhnya

terlaksana secara baik. Peralihan proses pembelajaran yang mulanya

dilaksanakan secara tatap muka menjadi tatap maya dan online merupakan

sebuah adaptasi baru yang mau tidak mau harus dilaksanakan bagi semua orang

yang terlibat dalam proses pendidikan. Pelaksanaan proses pembelajaran daring

secara mendadak ini mengharuskan semua guru dan siswa untuk beralih

menggunakan teknologi dan memanfaatkan jaringan internet. Hal inilah yang

dapat menjadi akar dari munculnya problematika pembelajaran daring (Juliya &

Herlambang, 2021). Adapun problematika pembelajaran daring yaitu:

1) Ketiadaan fasilitas yang menunjang.

Tidak semua siswa memiliki fasilitas yang dapat menunjang proses belajar

seperti komputer, laptop atau handphone. Jika ada fasilitas seperti handphone,

namun kebanyakan handphone tersebut merupakan milik orang tua sehingga

siswa harus bergantian untuk dapat memakainya. Hal yang menjadi masalah

adalah jika orang tua siswa sedang bekerja di waktu siswa harus melaksanakan

pembelajaran daring sehingga siswa tidak memiliki fasilitas untuk melaksanakan

proses pembelajaran. Selain itu masalah lain adalah latar belakang kondisi

perekonomian keluarga siswa yang berbeda. Siswa yang keluarganya berada pada

kondisi ekonomi menengah ke bawah sebagian besar tidak memiliki fasilitas

penunjang belajar. Siswa yang tidak memiliki perangkat android, terpaksa harus

mengerjakan tugas secara manual dan terkadang terlambat dalam mengumpulkan

tugas tersebut.
17

2) Ketiadaan kuota yang dibutuhkan dalam mengakses jaringan internet.

Kuota merupakan hal utama yang harus dimiliki siswa dalam mengakses

internet selama pembelajaran daring. Dalam menggunakan aplikasi penunjang

belajar siswa biasanya menghabiskan kuota lebih banyak dari biasanya.

Sedangkan pada siswa yang kondisi ekonomi keluarganya menengah ke bawah

menjadi sebuah permasalahan karena mereka terkadang tidak memiliki cukup

biaya dalam membeli kuota. Mengingat bahwa dampak pandemi ini tidak hanya

pada sektor pendidikan melainkan juga pada sektor bidang lainnya terutama

ekonomi di mana banyak karyawan diberhentikan dari pekerjaannya, yang

menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan penghasilan selama pandemi.

Sehingga para orang tua siswa yang terkena dampak pandemi pada pekerjaannya

menjadi kewalahan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya terutama untuk

anaknya dalam membeli kuota internet.

3) Kondisi lingkungan belajar siswa yang kurang kondusif.

Pelaksanan pembelajaran daring mengharuskan siswa untuk belajar di

rumah. Tentunya suasana belajar di rumah sangat berbeda dengan di sekolah, di

mana biasanya di sekolah guru dapat secara langsung memantau dan

mendampingi siswa selama proses pembelajaran. Berbeda dengan di rumah, di

mana siswa diharuskan melakukan belajar secara mandiri dengan tetap menjaga

kualitas belajar seperti biasanya. Meskipun dalam hal ini orang tua sangat

berperan penting dalam menggantikan posisi guru untuk mendampingi siswa

belajar, namun tidak semua orang tua siswa dapat mendampingi ketika mereka

sedang melangsungkan proses belajar karena kesibukan dalam bekerja.


18

4) Kesulitan dalam memahami konten materi yang diberikan oleh guru.

Hal ini karena sebagian besar guru hanya memberikan pembahasan materi

dalam bentuk file kemudian dikirimkan melalui aplikasi seperti whatsapp atau

google classroom dan siswa diminta untuk mempelajari materi yang telah

diberikan. Dikarenakan kemampuan siswa dalam memahami suatu materi

berbeda- beda, sehingga konten materi yang disajikan oleh guru dengan metode

tersebut merupakan hal yang sulit dipahami bagi sebagian besar siswa. Berbeda

halnya ketika guru memberikan materi secara tatap muka melalui metode ceramah

dan penjelasan secara langsung, siswa masih dapat memahami karena siswa

mendengarkan dan menyimak secara langsung konten materi yang diberikan oleh

guru.

5) Siswa bosan dan suntuk.

Durasi pembelajaran daring yang terlalu lama dapat menyebabkan siswa

merasa bosan dan tak sedikit yang mengalami keluhan fisik. Selama siswa

melaksanakan pembelajaran daring, mereka mengalami kondisi fisik di mana

kepala pusing, kesulitan istirahat, mata kelelahan dan keluhan fisik lainnya.

d. Solusi Permasalahan Daring

(Juliya & Herlambang, 2021) beberapa solusi dalam memecahkan

problematika pembelajaran daring sebagai berikut:

1) Meningkatkan kompetensi pedagogik dan kemampuan guru dalam menguasai

IT
19

Pentingnya seorang guru dalam meningkatkan kompetensinya karena guru

merupakan ujung tombak keberhasilan dalam pendidikan. Guru merupakan

sebagai pemimpin, fasilitator dan motivator bagi siswa untuk mengembangkan

potensi dan menjadikan peserta merupakan sebagai pemimpin, fasilitator dan

motivator bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan menjadikan siswa

sesuai dengan hakikat kemanusiaan. Salah satu peran guru adalah sebagai

motivator. Dengan menguasai IT guru tidak akan gagap teknologi dan tidak

mengalami syok saat mengalami kondisi seperti ini. IT sangat berperan penting

bagi pendidikan, selain itu dengan menguasai IT media pembelajaran dapat

menjadi lebih menarik sehingga siswa tidak bosan saat belajar.

2) Penggunaan metode pembelajaran yang tepat menyesuaikan dengan

pembelajaran daring

Dalam hal ini pentingnya seorang guru dalam memilih metode

pembelajaran yang tepat selama pembelajaran daring. Meskipun pembelajaran

dilaksanakan secara daring, proses pembelajaran tetap harus menjadikan siswa

sebagai objek aktif selama pembelajaran. Contoh metode yang dapat digunakan

yaitu pelaksanaan kuis saat pembelajaran dengan menggunakan berbagai aplikasi

yang menunjang seperti equiz dan lain sebagainya. Memberikan tugas yang tidak

memberatkan dan memberikan kesan menyenangkan kepada siswa seperti tugas

berbasis proyek sesuai dengan mata pelajarannya masing-masing sehingga dengan

tugas seperti itu siswa tetap dapat mengembangkan potensi selama belajar di

rumah.

3) Kolaborasi antara orang tua dan guru


20

Dalam hal ini pentingnya dalam menjaga komunikasi antara guru dan

orang tua dalam memantau proses belajar siswa. Proses kolaborasi yang dapat

dilakukan antara guru dan orang tua yaitu dengan menyampaikan pemahaman

terkait pelaksanaan pembelajaran, melakukan pendampingan kepada siswa selama

proses belajar, memotivasi siswa agar memiliki semangat dalam melaksanakan

pembelajaran daring, dan melakukan controlling terkait evaluasi hasil belajar

siswa.

4) Dampak Pembelajaran Daring

(Hastuti, 2021) Adapun beberapa dampak pembelajaran daring sebagai

berikut:

1) Bagi Siswa

Pandemi covid-19 mengharuskan siswa untuk belajar jarak jauh dan

belajar di rumah dengan bimbingan dari orang tua. Karena pandemi ini, siswa

kurang dalam mempersiapkan diri. Seperti motivasi siswa yang kurang dalam

mengikuti pembelajaran daring. Siswa yang biasanya mengikuti pembelajaran di

kelas dengan teman- teman harus dihadapkan dengan belajar di rumah sendiri

sehingga siswa merasa jenuh. Kemudian libur panjang yang yang terlalu lama

membuat siswa bosan dan jenuh, membuat mereka ingin keluar rumah.

2) Bagi Guru

Dampak yang dirasakan guru yaitu tidak semua mahir menggunakan

teknologi internet atau media sosial sebagai sarana pembelajaran, beberapa guru
21

senior belum sepenuhnya mampu menggunakan perangkat atau fasilitas untuk

penunjang kegiatan pembelajaran online dan perlu pendampingan dan pelatihan

terlebih dahulu. Dan kompetensi guru dalam menggunakan teknologi akan

mempengaruhi kualitas program belajar mengajar oleh karena itu sebelum

diadakan program belajar online para guru wajib untuk diberikan pelatihan

terlebih dahulu.

Berapa dampak yang dirasakan guru yaitu pada proses belajar mengajar

online di rumah tanpa sarana dan prasarana memadai di rumah. Fasilitas ini

sangat penting untuk kelancaran proses belajar mengajar, untuk pembelajaran

online di rumahnya seharusnya disediakan dulu fasilitasnya seperti laptop,

komputer maupun handphone yang akan memudahkan guru untuk memberikan

materi belajar mengajar secara online. Kendala selanjutnya yaitu para guru belum

ada budaya belajar jarak jauh karena selama ini sistem belajar dilaksanakan adalah

melalui tatap muka, para guru terbiasa terbiasa berada di sekolah untuk

berinteraksi dengan murid-murid, dengan adanya metode pembelajaran jarak jauh

membuat para guru perlu waktu untuk beradaptasi dan mereka menghadapi

perubahan baru yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas hasil

belajar.

3) Bagi Orang Tua

Kendala yang dihadapi orang tua yaitu penambahan biaya kuota internet

untuk anaknya. Pembelajaran yang dilakukan beberapa bulan membutuhkan kuota

besar maka pengeluaran orang tua juga akan meningkat. Selain pengeluaran biaya,

orang tua juga harus meluangkan waktu ekstra bagi anaknya. Orang tua harus
22

membimbing anaknya ketika pembelajaran daring berlangsung dan harus mampu

membagi waktu dengan kegiatan rutin sehari-hari

Biasanya guru akan ikut serta dalam pembelajaran dan mengerjakan tugas

bersama anaknya. Pembelajaran daring juga memaksa guru untuk menguasai

teknologi. Orang tua harus mampu menggunakan teknologi untuk membantu

anaknya dalam pembelajaran namun kadangkala guru kurang paham dalam

penggunaan internet sehingga pembelajaran anak terhambat akan kurang

didampingi oleh orang tua

5) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring

(Hastuti, 2021) pembelajaran daring ini tentunya ada banyak kelebihan

dan kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Waktu dan tempat lebih efektif karena siswa bisa langsung mengikuti proses

belajar dari rumah.

2) Menumbuhkan kesadaran pada siswa bahwa internet dapat digunakan untuk

hal-hal yang produktif.

3) Siswa dilatih untuk lebih menguasai teknologi informasi yang terus

berkembang

b. Kekurangan

1) Sulit untuk mengontrol mana siswa yang serius mengikuti pelajaran dan

mana yang tidak.

2) Pembelajaran lebih minim karena tidak memungkinkan adanya interaksi

langsung dengan siswa.


23

3) Ada kesulitan bagi mereka yang tinggal di lokasi yang infrastruktur

komunikasinya masih kurang baik dan tentu akan kesulitan mengakses

internet.

4) Tidak semua siswa memiliki dan mampu mengakses internet.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berbagai referensi penelitian dengan judul yang akan diteliti, maka penulis

menemukan penelitian terdahulu yang relevan diantaranya penelitian dilakukan

oleh :

1. Hasil penelitian (Satrianingrum & Prasetyo, 2020) dengan judul “ Persepsi

Guru Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran

Daring di PAUD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang memadainya

sarana dan prasarana, kurang maksimalnya penyampaian materi, beban

pembelian kuota internet, koneksi internet yang kadang menjadi lambat, gaya

belajar yang cenderung visual, serta kurang leluasanya guru dalam

mengontrol kegiatan siswa.

2. Hasil penelitian (Stofiana, 2021) dengan judul “Persepsi Guru Bahasa

Indonesia Tentang Belajar Daring Akibat Dampak Pandemi Covid-19 di

SMP Negeri 12 Baubau” Hasil penelitian (Stofiana, 2021) menunjukkan

bahwa adanya dampak negatif dan positif dengan penerapan pembelajaran

daring di sekolah.

3. Hasil penelitian (Khotijah et al., 2021) dengan judul “Analisis Persepsi Guru

dalam Pelaksanaan Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian

ini mengungkap persepsi guru SD Kyai Hasyim Surabaya menunjukkan


24

bahwa pembelajaran daring yang telah dilaksanakan berjalan baik tetapi

belum efektif apabila dilaksanakan terus menerus dikarenakan kendala yang

terus menerus berulang.

Adapun kesimpulan dari ketiga hasil penelitian terdahulu yang telah

dipaparkan di atas ialah pembelajaran daring ini belum efektif untuk dilakukan

dikarenakan pembelajaran daring ini memiliki banyak kendala seperti sarana dan

prasarana yang tidak memadai juga terdapat dampak positif dan negatif dari

pembelajaran daring .

Dari ketiga hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, penelitian

tersebut memiliki perbedaan dan persamaan yang akan dilakukan oleh peneliti.

Adapun perbedaan yaitu pada peneliti sebelumnya membahas tentang persepsi

guru terhadap tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Menengah

Pertama sedangkan peneliti membahas tingkatan Sekolah Dasar. Selain itu

penelitian terdahulu membahas tentang persepsi guru terhadap pembelajaran

secara khusus seperti pembelajaran Bahasa Indonesia sedangkan peneliti

membahas pembelajaran secara umum. Persamaan terhadap penelitian yang akan

dikaji adalah sama-sama memaparkan pembelajaran daring di masa pandemi

covid-19.

C. Kerangka Berpikir

Proses alur penelitian ini digambarkan sebagaimana pada gambar di bawah

dilaksanakan di sekolah SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten

Gowa sebagai lokasi penelitian. Sekolah tersebut tempat untuk mengumpulkan

data yang informannya adalah guru sebagai sumber data primer terkait proses
25

pembelajaran daring. Data yang akan dihasilkan dari lokasi dan informan

penelitian berupa persepsi guru dengan pembelajaran daring. Persepsi yang

dimaksud di sini adalah tanggapan atau respon terkait tentang pembelajaran

daring terkait proses pembelajaran daring di masa pandemi covid-19.


26

SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu


Kabupaten Gowa

Persepsi Guru

Proses Belajar Daring

Masalah yang dihadapi guru Masalah yang dihadapi siswa

Rendahnya kemampuan guru Ketiadaan fasilitas yang


dalam menguasai IT menunjang

Guru tidak bisa memantau Kesulitan dalam memahami


siswa materi pembelajaran

Guru menggunakan metode Siswa merasa bosan dan


pembelajaran yang tidak tepat suntuk

Solusi

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran (mixed methods)

(J. W. Creswell, 2017) (W. J. Creswell, 2013). Mixed methods yaitu memadukan

metode kuantitatif dan metode kualitatif dalam suatu studi atau program

penelitian, dan dalam suatu tinjauan kritis terhadap realitas (Agustang, 2020).

Pada hakikatnya baik metode kualitatif maupun metode kuantitatif tidak cukup

mampu menangkap suatu realitas secara komprehensif (J. W. Creswell, 2001).

Metode penelitian campuran digunakan untuk memperoleh analisis komprehensif

atas masalah penelitian (J. W. Creswell, 2017) (W. J. Creswell, 2013) melalui

beberapa fase proses penelitian. Penelitian metode campuran merupakan

pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk

kualitatif dan bentuk kuantitatif (Sugiyono, 2011). Sedangkan menurut

(Tashakkori & Teddlie, 2010). Mixed methods adalah metode yang memadukan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam tahap

pengumpulan data), dan kajian model campuran memadukan dua pendekatan

dalam semua tahapan proses penelitian. Spesifikasi penelitian yang digunakan

adalah deskriptif analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Tujuan strategi ini adalah untuk mengidentifikasikan komponen konsep (sub

konsep) melalui analisis data kuantitatif dan kemudian mengumpulkan data

27
28

kualitatif guna memperluas informasi yang tersedia (J. W. Creswell, 2017) (W. J.

Creswell, 2013).

Alasan peneliti menggunakan metode kombinasi ini adalah untuk

menemukan hasil penelitian yang lebih baik dibandingkan dengan hanya

menggunakan salah satu pendekatan saja, misalnya menggunakan pendekatan

kuantitatif saja atau pendekatan kualitatif saja. Jenis-jenis penelitian mixed

methods namun model penelitian kombinasi yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah adalah mixed methods concurrent embedded. Dalam

penelitian ini tahap pertama menggunakan metode penelitian kualitatif dan tahap

kedua menggunakan metode penelitian kuantitatif secara simultan atau bersama-

sama namun dengan bobot yang berbeda.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu

Kabupaten Gowa. Adapun waktu penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu

selama 10 Mei 2022- 19 Mei 2022. Alasan memilih lokasi tersebut karena peneliti

telah melakukan observasi awal dan sekolah tersebut ikut berpartisipasi dalam

pembelajaran daring serta ingin mengetahui bagaimana proses melakukan

pembelajaran daring di SD Inpres Tinggimae sehingga saya memutuskan untuk

memilih lokasi penelitian tersebut.

C. Subjek Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah 6 orang guru kelas yang dianggap

paham terkait permasalahan tersebut. Penentuan informan dalam penelitian ini

adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu dimana peneliti

menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang


29

sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab

permasalahan penelitian. Oleh karena itu, selain peneliti berfungsi sebagai

informan utama, peneliti juga berfungsi sebagai informan kunci. Sedangkan

responden dalam penelitian ini yaitu 14 orang guru SD Inpres Tinggimae.

D. Desain Mixed Methods

Mixed methods concurrent embedded merupakan metode penelitian yang

mengkombinasikan penggunaan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif

secara simultan atau bersama-sama tetapi bobot metodenya berbeda (Sugiyono,

2011). Desain concurrent embedded (campuran tidak berimbang) mencampur

kedua metode tersebut secara tidak seimbang. Dalam satu kegiatan penelitian

70/80/90% menggunakan metode kuantitatif dan 30/20/10 % metode kualitatif

atau sebaliknya. Metode di atas digunakan dalam waktu yang sama, tetapi

independen untuk menjawab rumusan masalah yang sejenis

Tahapan-tahapan penelitian mixed methods concurrent embedded design

adalah sebagai berikut:

Latar Pengumpulan data


KUALITATIF Observasi
belakang dan Wawancara
Kajian
rumusan Dokumentasi
teori Pengumpulan data
masalah Angket
KUANTITATIF
penelitian

Interpretasi data Analisis data


KUALITATIF dan KUALITATIF dan
kuantitatif kuantitatif

Penyajian data Pengelolahan data


Pelapora Kesimpulan KUALITATIF KUALITATIF dan
n data dan saran dan kuantitatif kuantitatif
30

Gambar 3.1 Tahapan mixed methods concurrent embedded. Diadopsi dari


(Sugiyono, 2011)
E. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional yang dipakai dalam penelitian mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat

diamati. Definisi operasional adalah pernyataan yang sangat jelas sehingga tidak

menimbulkan kesalahpahaman penafsiran karena dapat diobservasi dan

dibuktikan perilakunya (Sugiyono, 2011).

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Persepsi Guru

Persepsi secara psikologis sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.

Persepsi adalah sebuah tanggapan atau respon langsung yang diberikan oleh

seseorang. Persepsi merupakan fungsi otak dalam menerjemahkan stimulus atau

proses yang masuk melalui indera manusia. (Agustina & Susanto, 2017). Guru

adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para siswa ,

dan lingkungannya. Guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang

mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian,

serta melakukan evaluasi kepada siswa (Hastuti, 2021). Jadi, dapat disimpulkan

bahwa persepsi guru merupakan tanggapan langsung atau respon langsung dari

seorang guru, yang berkaitan dengan hal-hal pendidikan. Setiap individu memiliki

persepsi masing-masing terhadap sesuatu hal yang diamati.

Persepsi guru terhadap pembelajaran daring merupakan respon atau

informasi di dalam otak guru terhadap pembelajaran daring. Pembelajaran daring

artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan aplikasi

pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring merupakan


31

pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi melalui

platform yang telah tersedia.

2. Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring menjadi salah satu alternatif guru dalam kegiatan

pembelajaran selama masa pandemi covid-19. Pembelajaran daring merupakan

pembelajaran yang dilakukan secara online dengan bantuan koneksi internet.

Pembelajaran dapat dilakukan jarak jauh, tanpa bertatap muka di dalam ruangan

secara langsung, dan waktunya pun terbatas (Anisa et al., 2021).

3. Covid-19

Virus corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini

bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru

yang berat, hingga kematian.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yang telah dilakukan

untuk mencapai keberhasilan dalam penelitian. Dalam penelitian ini tahapan yang

akan dilakukan yaitu mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan terakhir

tahap penyelesaian dengan tahap penyusunan laporan.

Proses persiapan diawali dengan penentuan objek penelitian yang akan

dilakukan di SD Inpres Tinggimae. Setelah menentukan lokasi sekolah atau objek

penelitian, langkah selanjutnya adalah menentukan fokus penelitian. Fokus

masalah penelitian ini adalah persepsi guru terhadap proses belajar daring di SD

Inpres Tinggimae Kabupaten Gowa, masalah yang dihadapi guru saat proses

belajar daring dan solusi terkait permasalahan yang dihadapi guru. Membuat
32

instrumen penelitian yang mendukung pelaksanaan penelitian ini. Instrumen yang

digunakan adalah pedoman wawancara, observasi, lembar dokumentasi dan

angket.

Pada tahap implementasi, peneliti akan mengumpulkan data dengan

menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan penyebaran angket

terbuka. Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah menganalisis data

menggunakan model Miles dan Huberman dengan tahap awal reduksi data –

penyajian data – penarikan kesimpulan untuk mendapatkan kesimpulan dari data

tersebut. Pada tahap penyelesaian dan pembuatan laporan, peneliti membuat

laporan sesuai dengan data yang diperoleh sesuai topik dan hasil pengumpulan

data yang diperoleh.

Penentuan Objek
Menentukan fokus
Penelitian
permasalahan
(sekolah)

Pelaksanaan Penyusunan
penelitian instrumen penelitian

Penyusunan
laporan

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian


33

G. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Kualitatif.

Instrumen kualitatif dalam penelitian ini yaitu guru kelas I-6 yang

berjumlah 6 orang. Di antaranya adalah Ibu SK, Ibu K, Ibu D, Bapak AS, Ibu N

dan Bapak SUJ. Instrumen utama adalah peneliti sendiri sebagai pengamat dan

peneliti. Maka dimulai dari perencanaan, pengumpulan dan analisis data serta

penulisan laporan penelitian ini seluruhnya dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan alat bantu daftar cek pedoman observasi, pedoman wawancara,

lembar dokumentasi, kamera foto atau video dan alat perekam.wawancara yang

dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada informan. Selain itu, peneliti

menyediakan alat perekam untuk kegiatan wawancara.

a. Instrumen wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada informan.

Wawancara pada penelitian ini berupa wawancara semi struktur. Wawancara semi

struktur pelaksanaanya lebih bebas. Wawancara semi struktur digunakan untuk

memperoleh sesuatu yang lebih terbuka, di mana kegiatan wawancara ini

informan diminta pendapat, dan ide-idenya terkait dengan permasalahan. Selain

itu, peneliti menyediakan alat perekam untuk kegiatan wawancara.

b. Observasi

Observasi adalah alat yang berupa format pencatatan yang telah disediakan

oleh peneliti dalam melakukan observasi. Selain itu peneliti juga menyediakan

kamera dan juga alat pencatatan seperti buku dan pulpen.


34

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah dokumen dalam bentuk tulisan, gambar, karya-karya

monumental dari seseorang.

2. Instrumen Kuantitatif.

Instrumen Kuantitatif dalam penelitian ini yaitu semua guru SD Inpres

Tinggimae yang berjumlah 14 orang. Di antaranya yaitu Ibu N, Ibu K, Bapak E,

Ibu S, Ibu ST, Ibu RJ, Ibu H, Bapak M, Bapak AS, Ibu D, Bapak HDA, Ibu NS,

Ibu SK, dan Bapak SUJ. Adapun instrumen penelitian yang digunakan yaitu

menggunakan angket terbuka melalui google form dengan menggunakan skala

Guttman. Penelitian ini menggunakan angket melalui google form yang dikirim ke

guru SD Inpres Tinggimae. Penggunaan angket ini bertujuan untuk mendapatkan

informasi berupa persepsi guru terhadap proses belajar daring, masalah yang

dihadapi guru saat proses belajar daring dan solusi dari permasalahan yang

dihadapi guru saat proses belajar daring .

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, dokumen, dokumentasi dan angket.

a. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan-

pertanyaan terkait dengan fokus penelitian: persepsi guru terhadap proses

pembelajaran daring.

b. Observasi yaitu pengumpulan data melalui pengamatan. Observasi ini

dilakukan dengan interaksi interpersonal antara peneliti dan informan.


35

c. Dokumentasi yaitu berupa foto-foto pada saat penelitian yang berguna

mendokumentasikan peristiwa penting sebagai bukti.

d. Angket yaitu pengumpulan data melalui google form ke guru SD Inpres

Tinggimae. Penggunaan angket ini bertujuan untuk mendapatkan informasi

berupa persepsi guru terhadap proses belajar daring , masalah yang dihadapi

guru saat proses belajar daring dan solusi dari permasalahan yang dihadapi

guru saat proses belajar daring.

I. Teknis Analisis Data

1. Teknik Analisis Kualitatif

Analisis data menggunakan analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh

Miles dan Huberman (1984) (Sugiyono, 2015) yang terdiri dari tahapan reduksi

data, sajian data, dan verifikasi data.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data dilakukan dengan memilih dan menyeleksi setiap data yang

masuk dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian mengolah

dan memfokuskan semua data mentah agar lebih bermakna.

1) Melakukan studi pendahuluan SD Inpres Tinggimae Kabupaten Gowa untuk

mengetahui persepsi guru terhadap proses belajar daring .

2) Menetapkan subjek penelitian yang akan dijadikan informan.

3) Melakukan observasi terhadap persepsi guru terhadap proses belajar daring

di SD Inpres Tinggimae Kabupaten Gowa.

4) Melakukan wawancara mendalam dengan wawancara semi terstruktur untuk

mengetahui lebih lanjut persepsi guru terhadap proses belajar daring, masalah
36

yang dihadapi guru saat proses belajar daring dan solusi dari permasalahan

yang dihadapi guru saat proses belajar daring di SD Inpres Tinggimae

Kabupaten Gowa.

5) Mencatat hasil wawancara guru SD Inpres Tinggimae Kabupaten Gowa.

b. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dalam penelitian ini berupa teks naratif. Data tersebut

disusun dalam bentuk uraian singkat sehingga mudah untuk memahami fenomena

yang terjadi dan mempersiapkan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami.

c. Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan)

Kesimpulan dan verifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

membandingkan persepsi guru terhadap proses belajar daring yang diperoleh dari

observasi dan wawancara dengan guru mengenai persepsi guru terhadap proses

belajar daring di SD Inpres Tinggimae Kabupaten Gowa.

2. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data Kuantitatif yaitu pengelolaan data merupakan kegiatan

menganalisis data setelah sumber terkumpul yang terdiri dari verifikasi kuesioner,

tabulasi data kuesioner dan persentase data kuesioner Rumus menghitung

persentase, yaitu:

n
%= X 100
N
37

Di mana :

% : Persentase

n : Nilai yang diperoleh

N : Jumlah seluruh nilai

100 : Bilangan tetap

Kriteria penafsiran data untuk kepentingan penelitian ini merujuk pada

pendapat (Sugiyono, 2011) yaitu:

Persentase Kriteria
81 % - 100 % Sangat Setuju
61 % - 80 % Setuju
41 % - 60 % Netral
21 % - 40 % Tidak Setuju
0 % - 20 % Sangat Tidak Setuju

J. Teknik Validitas dan Reliabilitas Penelitian Mixed Methods

Validitas internal berkaitan dengan derajat akurasi desain penelitian

dengan hasil yang dicapai. Sedangkan validitas eksternal berkaitan dengan derajat

akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada

populasi dan sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2011).

1. Data Kualitatif.

Keabsahan/validitas data dalam penelitian ini peneliti lebih berfokus pada

uji kredibilitas. Pengujian uji kredibilitas pada penelitian kualitatif dapat

dilakukan melalui perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi,

diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck.

Keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan triangulasi


38

sumber dan triangulasi metode dengan mempertimbangkan waktu, tenaga, biaya

dan akses.

2. Data Kuantitatif.

Data yang diperoleh secara kuantitatif, dalam melakukan uji validitas. Uji

Validitas untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner untuk mengukur apa

yang hendak diukur dengan tepat.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang peneliti telah laksanakan dengan teknik

wawancara dan observasi terkait persepsi guru terhadap proses belajar daring,

masalah yang dihadapi guru saat proses belajar daring serta solusi dari

permasalahan yang dihadapi guru di SD Inpres Tinggimae, maka hasil yang

diperoleh sebagai berikut:

1. Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar Daring di SD Inpres Tinggimae

Pada penelitian ini, peneliti meneliti tentang persepsi guru terhadap proses

belajar daring di SD Inpres Tinggimae. Persepsi adalah sebuah sebuah tanggapan

atau respon langsung yang diberikan oleh seseorang. Untuk mengetahui lebih

lanjut terkait persepsi guru terhadap proses pembelajaran daring, peneliti

melakukan wawancara kepada guru di SD Inpres Tinggimae. Sejumlah enam

informan yang memberikan informasi tentang persepsi guru terhadap proses

belajar daring.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, pembelajaran daring ini

tidak berjalan dengan baik dilihat dari data angket yang menunjukkan 78,6%. Hal

tersebut diperkuat oleh dokumen jurnal hasil penelitian (Anggianita et al., 2020)

yang mengatakan bahwa pembelajaran daring tidak cocok digunakan di tingkat

sekolah dasar karena pada dasarnya pembelajaran anak sekolah dasar masih

berpusat kepada guru. Pembelajaran daring membuat tujuan pembelajaran tidak

tersampaikan sepenuhnya kepada peserta didik.

39
40

Hal tersebut sesuai yang diungkap oleh Ibu K selaku guru kelas II yang

mengatakan:

“Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena menurut saya
pembelajaran daring itu kurang maksimal karena di kelas II ini anak-anak
masih membutuhkan contoh langsung dari guru”. (Wawancara, 11 Mei
2022)
Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik sesuai dengan yang

disampaikan Ibu K yang mengatakan bahwa pembelajaran daring kurang

maksimal. Anak-anak masih membutuhkan contoh langsung dari guru seperti

menulis dan membaca. Sementara dalam pembelajaran daring peserta didik hanya

diberikan tugas tanpa ada penjelasan langsung dari guru.

Ibu SK selaku guru kelas I juga mengatakan:

“Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena kita tidak
berhadapan langsung dengan dengan siswa, siswa juga malas dalam
mengerjakan tugas terkadang orang tuanya yang kerjakan tugasnya”.
(Wawancara, 10 Mei 2022)

Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik sesuai dengan yang

disampaikan Ibu SK karena guru tidak bisa melakukan pendampingan secara

langsung. Selain itu siswa juga malas dalam mengerjakan tugas karena siswa tidak

mengerti akan tugasnya sehingga banyak dari pihak orang tua atau wali lainnya

yang mengerjakan tugas anaknya.

Sedangkan menurut Ibu N selaku guru kelas V mengatakan:

“Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena kurang


efisien dibanding dengan pertemuan langsung”(Wawancara, 18 Mei 2022)
Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik sesuai dengan yang

disampaikan Ibu N yang mengatakan bahwa pembelajaran daring ini kurang

efisien. Dengan pembelajaran jarak jauh dengan tidak tatap muka dengan peserta
41

didik langsung membuat kesulitan guru dalam menilai, guru hanya bisa

mengambil nilai dari tugas yang diberikan dan dikumpulkan peserta didik setiap

minggunya.

Guru juga mengungkap bahwa selama daring pembelajaran juga semakin

menurun. Hal tersebut disampaikan Ibu D selaku guru kelas III yang mengatakan

bahwa:

“Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena


pembelajarannya semakin menurun karena tidak sama dengan tatap muka
kalau misalnya tatap muka kita bisa menjelaskan sedetail-detailnya
sampai anak-anak bisa mengerti tapi kalau daring kita sepintas saja
begitu kita menjelaskan lewat online tidak seperti tatap muka”.
(Wawancara, 13 Mei 2022)
Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik sesuai dengan yang

disampaikan Ibu D yang mengatakan bahwa pembelajaran semakin menurun.

Pembelajaran daring membuat peserta didik cenderung tidak berperan aktif dalam

pembelajaran, sehingga pembelajaran terasa membosankan dan menurunkan

semangat dan minat belajar siswa.

Dari aspek pemberian materi, pembelajaran daring ini dirasa kurang

bermakna bagi siswa karena tujuan pembelajaran tidak dapat tersampaikan dengan

baik. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak AS selaku guru kelas

IV yang mengatakan bahwa:

“Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena pemberian


materi itu sangat susah dan terbatas. Anak-anak dijelaskan secara
langsung saja belum tentu paham apalagi hanya pembagian materi saja”
(Wawancara, 18 Mei 2022)
Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik sesuai dengan yang

disampaikan Bapak AS yang mengatakan bahwa pemberian materi itu sangat

susah dan terbatas karena ketiadaan fasilitas yang menunjang. Tidak semua siswa
42

memiliki fasilitas yang dapat menunjang proses belajar seperti komputer, laptop

atau handphone.

Hal tersebut juga sama dengan yang diungkap oleh Bapak SUJ selaku guru

kelas VI:.

“Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena anak-anak


banyak tidak paham tentang materi yang diajarkan” (Wawancara, 19 Mei
2022).
Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik sesuai dengan yang

disampaikan Bapak SUJ yang mengatakan bahwa anak-anak banyak yang tidak

paham tentang materi yang diajarkan karena kurang maksimalnya penyampaian

materi. Sistem daring menghambat pemahaman siswa terhadap suatu materi

dikarenakan saat daring guru tidak dapat memeriksa tingkat pemahaman siswa per

individunya, keterbatasan yang disebabkan oleh jarak menyebabkan antara siswa

dengan siswa, maupun antara siswa dengan guru tidak dapat saling berkomunikasi

secara bebas selama pembelajaran berlangsung.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan

baik karena tujuan pembelajaran tidak dapat tersampaikan dengan baik. Dalam

aspek pemberian materi juga sangat terbatas sehingga menyebabkan pembelajaran

menjadi tidak maksimal.

Berdasarkan hasil observasi peneliti terkait persepsi guru terhadap proses

belajar daring

Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena pembelajaran


siswa juga semakin menurun. Sebagian besar guru hanya mengirimkan
materi atau tugas melalui whatsapp atau classroom tanpa menjelaskan
materi yang harus dikuasai siswa. Siswa juga cenderung lebih malas dalam
mengerjakan tugas sehingga membuat orang tuanya yang harus
mengerjakan tugasnya (Observasi, 10 Mei 2022)
43

Pembelajaran daring yang dilaksanakan di SD Inpres Tinggimae tidak

berjalan dengan efektif. Dilihat dari hasil angket yang menunjukkan bahwa 100%

pembelajaran daring belum efektif untuk dilaksanakan. Diperkuat oleh dokumen

jurnal hasil penelitian (Astuti, 2021) yang menunjukkan bahwa tingkat keefektifan

pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 adalah 39,6%, artinya berada pada

kategori rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang tulis oleh

hamdani (2020) yang mengungkapkan bahwa tingkat efektifitas pembelajaran

sekitar 66,97 %. Hal ini perlu ditingkatkan kembali agar pembelajaran lebih

efektif guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal

tersebut sesuai dengan yang diungkap Ibu SK selaku guru kelas I:

“Pembelajaran daring ini belum efektif karena kita tidak berhadapan


langsung dengan siswa dan siswa lebih banyak dikontrol oleh orang tua
siswa karena di kelas I belum ada anak-anak yang bisa memegang
handphone. Jadi guru lebih banyak berkomunikasi dengan orang tua
dibanding siswanya” (Wawancara, 10 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan Ibu SK yang menyatakan bahwa

pembelajaran daring belum efektif karena tidak berhadapan langsung oleh siswa.

Guru tidak bisa mengontrol siswa secara daring karena keterbatasan yang

disebabkan oleh jarak menyebabkan siswa dengan guru tidak dapat saling

berkomunikasi secara bebas selama pembelajaran berlangsung. Guru tidak dapat

memeriksa tingkat pemahaman siswa per individunya. Oleh karena itu siswa lebih

banyak di kontrol oleh orang tua karena siswa belum bisa memegang handphone.

Jadi lebih banyak berkomunikasi dengan orang tua siswa dibanding siswa

mengenai pembelajarannya.
44

Sedangkan menurut Ibu K selaku guru kelas II mengungkap bahwa:

“Pembelajaran daring ini belum efektif karena kadang orang tuanya yang
kerjakan tugasnya. Kadang kita salah menilai yang dianggap pintar itu
ternyata dia tidak bisa kalau daring. (Wawancara, 11 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan Ibu K yang mengatakan bahwa

terkadang orang tua mengerjakan tugas anaknya. Orang tua siswa terlalu

memanjakan anaknya. Ini yang membuat mereka tidak tega jika melihat anaknya

kesulitan. Hal ini bukanlah hal yang baik, lama kelamaan membuat anak

bergantung dengan orang tua dan membuat anak malas untuk beraktivitas. Anak

merasa selalu memiliki orang tua yang memenuhi semua kebutuhannya. Oleh

karena itu orang tua harus berhenti untuk memanjakan anaknya dan memberikan

tantangan, motivasi dan dukungan agar anak mau bekerja.

Sependapat dengan Ibu N selaku guru kelas V yang mengatakan bahwa:

“Pembelajaran daring belum efektif karena anak-anak itu lebih aktif


orang tuanya dibanding siswanya. (Wawancara 17 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu N yang mengatakan bahwa

orang tua lebih aktif dibanding siswanya. Banyaknya tugas yang diberikan sangat

menjadi beban dan tekanan tersendiri bagi anak. Sehingga menyebabkan anak

malas untuk mengerjakan tugas sehingga orang tualah yang membantu pekerjaan

anaknya. Suasana belajar di rumah dan di sekolah sangat berbeda. Di sekolah

sangat mendukung kegiatan belajarnya. Sedangkan di rumah anak-anak lebih

malas-malasan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game.

Ibu D selaku guru kelas III juga mengatakan bahwa:


“ Pembelajaran daring ini belum efektif karena anak-anak malas dalam
mengirim tugas”. (Wawancara, 13 Mei 2022)
45

Kegiatan bersekolah yang dilakukan dari rumah ternyata meningkatkan

rasa malas anak. Sesuai dengan yang disampaikan Ibu D yang mengatakan bahwa

anak malas dalam mengerjakan dan mengirim tugas. Kurang perhatian dari orang

tua juga menyebabkan anak malas belajar. Orang tua kurang memperhatikan

pembelajaran anaknya karena kesibukan mereka dalam bekerja sehingga

menyebabkan anak malas mengerjakan tugas dan mengirimkan tugas.

Bapak AS selaku guru kelas IV mengungkap bahwa:

“Pembelajaran daring ini belum efektif karena pemberian materi sangat


susah dan terbatas”. (Wawancara, 17 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan Bapak AS yang mengatakan bahwa

pemberian materi sangat susah dan terbatas karena keterbatasan gawai dan kuota

internet sebagai fasilitas penunjang belajar daring. Fasilitas penunjang dalam

pembelajaran daring seperti handphone dan kuota internet sangat dibutuhkan

dalam melakukan pembelajaran.

Sependapat dengan Bapak SUJ selaku guru kelas VI yang mengatakan:


“Pembelajaran daring ini belum efektif karena anak-anak banyak tidak
paham tentang materi yang diajarkan walaupun sebaik-baiknya guru
dalam mengajarkan sistem daring tetap anak-anak kurang bisa fokus”.
(Wawancara, 19 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak SUJ yang mengatakan

bahwa banyak siswa yang tidak paham terkait dengan materi yang diajarkan. Hal

ini disebabkan karena adanya materi yang disampaikan terhadap pengajarnya

sangat sulit untuk dipahami, banyaknya ketidak fokusan dalam belajar membuat

hal tersebut terjadi.


46

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring ini belum efektif karena

siswa tidak memahami materi pembelajaran. Selain itu orang tua siswa juga lebih

sering mengerjakan tugas anaknya.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran daring yang dilaksanakan ini

belum efektif:

Pembelajaran daring ini belum efektif karena pemahaman siswa terhadap


suatu materi rendah. Guru tidak bisa memantau siswa dan guru tidak bisa
mengetahui tingkat pemahaman siswa disebabkan karena keterbatasan.
Terlebih lagi jika kendala sinyal dialami oleh siswa, guru tidak dapat
mengetahui satu persatu siapa-siapa saja yang mengalami kesulitan
koneksi dan belum menerima materi pembelajaran seperti yang
seharusnya. (Observasi, 10 Mei 2022)
Adapun model daring yang digunakan guru adalah menggunakan

whatsapp, google classroom, dan zoom. Model pembelajaran daring ini sangat

membantu dalam pembelajaran daring. Dilihat dari data hasil angket yang

menunjukkan 100%. Diperkuat oleh dokumen jurnal hasil penelitian

(Anugrahana, 2020a) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran daring yang

menjadi pilihan pertama, yaitu sebanyak 100% guru-guru menggunakan

whatsapp.

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkap oleh Ibu SK dan Ibu K selaku

guru kelas I dan II:

“Aplikasi yang digunakan seperti whatsapp sangat membantu karena


merupakan media dalam pembelajaran”. (Wawancara, 10 dan 11 Mei
2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu SK dan Ibu K yang mengatakan

bahwa aplikasi seperti whatsapp dan classroom sangat membantu karena

whatsapp mudah digunakan dan tidak menguras kuota terlalu banyak. Sedangkan
47

classroom mudah diakses dan praktis. Selain itu, classroom juga bisa diakses

kapan pun dan di mana pun selama jaringan internet tersedia.

Ibu D selaku guru kelas III dan Ibu N selaku guru kelas V juga

mengungkap hal yang sama:

“Whatsapp dan classroom sangat membantu dalam pembelajaran daring


karena merupakan sumber media belajar”. (Wawancara, 13 dan 17 Mei
2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu D dan Ibu N yang mengatakan

bahwa whatsapp dan classroom sangat membantu karena guru dapat mengirimkan

dokumen, foto, audio maupun video sebagai materi pembelajaran. Sedangkan

classroom membuat sistem dan proses pembelajaran jadi lebih efisien,

menghemat waktu dan tenaga serta lebih ekonomis.

Sependapat dengan Bapak AS selaku guru kelas IV dan Bapak SUJ yang

mengatakan bahwa:

“Whatsapp dan classroom sangat membantu sekali dalam pembelajaran


daring karena merupakan media komunikasi kita dengan siswa”.
(Wawancara, 18 dan 19 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak AS dan SUJ yang

mengatakan bahwa whatsapp dan classroom sangat membantu dalam

pembelajaran karena whatsapp memiliki fitur-fitur yang mudah digunakan seperti

dapat melakukan panggilan suara dan video, dapat mengirimkan pesan suara

selain itu whatsapp juga memudahkan guru dan siswa berdiskusi dan bertanya

serta berkomunikasi kapan saja dan di mana saja. Sedangkan classroom dapat

melatih kemandirian bagi siswa juga memiliki fitur yang lengkap seperti

menyimpan dokumen melalui google drive yang praktis dan aman.


48

Dapat disimpulkan bahwa whatsapp dan classroom sangat berperan

penting dalam pembelajaran daring karena merupakan media pembelajaran dan

komunikasi.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, aplikasi yang digunakan dalam

proses pembelajaran seperti whatsapp, classroom dan zoom sangat membantu

dalam pembelajaran.

Aplikasi whatsapp dan classroom sangat membantu dalam pembelajaran.


Berdasarkan hasil wawancara informan, guru lebih sering memakai
whatsapp dan juga classroom dalam pembelajaran daring. (Observasi, 10
Mei 2022)
Pembelajaran tatap muka lebih efektif dibanding pembelajaran daring.

Dilihat dari data angket yang mencapai 100%. Hal tersebut diperkuat oleh

dokumen jurnal hasil penelitian (Rizal, R M, Sanapiah, S, 2020) yang mengatakan

bahwa guru lebih memilih setuju (S) dengan angka tertinggi 42% karena guru

merasa tidak puas dengan pembelajaran online tetapi guru harus melaksanakan

pembelajaran online. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkap oleh Ibu SK

selaku guru kelas I dan Ibu K selaku guru kelas II yang mengatakan bahwa:

“Pembelajaran tatap muka lebih efektif dibanding pembelajaran daring”.


(Wawancara, 10 dan 11 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan Ibu SK dan Ibu K yang mengatakan

bahwa tatap muka lebih efektif dibanding daring karena selama pembelajaran

daring siswa susah fokus belajar sebab teralihkan dengan media sosial. Selain itu

juga membuat siswa banyak ketinggalan pelajaran. Oleh karena itu guru lebih

memilih pembelajaran tatap muka dilaksanakan.

Hal yang sama juga diungkap oleh Ibu D selaku guru kelas III dan Ibu N

selaku guru kelas V:


49

“Pembelajaran tatap muka ini lebih efektif dibandingkan pembelajaran


daring”. (Wawancara 13 dan 17 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan Ibu D dan Ibu N yang mengatakan

bahwa tatap muka lebih efektif dibanding daring karena dengan tatap muka siswa

dan guru tidak akan kesulitan mengakses sumber belajar. Selain itu tatap muka

juga membuat proses belajar lebih terkontrol. Sebab guru bisa secara langsung

mengawasi siswanya.

Bapak AS dan Bapak SUJ juga mengatakan hal yang sama:

“Tatap muka lebih efektif dibanding pembelajaran daring”. (Wawancara,


18 dan 19 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan Bapak AS dan Bapak SUJ yang

mengatakan bahwa tatap muka lebih efektif dibanding daring karena minimnya

interaksi sosial dengan guru, teman serta lingkungan, ditambah dengan tekanan

pembelajaran daring dapat menyebabkan anak stress. Dan tidak akan terjadi lagi

jika bisa kembali belajar di sekolah. Selain itu dengan melakukan pembelajaran

tatap muka juga tidak menjadi beban karena harus membeli kuota terus-terusan.

Dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran tatap muka lebih efektif

dibanding dengan pembelajaran daring karena pembelajaran daring banyak yang

tidak mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, guru lebih memilih melakukan

pembelajaran tatap muka dibanding pembelajaran daring:

Lebih memilih pembelajaran tatap muka dibanding pembelajaran daring.


Pembelajaran daring membuat guru susah untuk menjelaskan materi dan
memantau siswa tidak sama dengan pembelajaran tatap muka. (Observasi,
10 Mei 2022)
50

Pembelajaran daring yang telah dilaksanakan ini memberikan dampak positif dan

negatif. Dampak positif yang diberikan sebesar 42,9% berdasarkan data hasil

angket. Sedangkan dampak negatifnya sebesar 85,7% berdasarkan data hasil

angket. Diperkuat oleh dokumen jurnal hasil penelitian (Sutarna et al., 2021) yang

menunjukkan dampak negatif lebih menonjol dari pada dampak positif saat

menjalani pembelajaran daring. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkap Ibu K

selaku guru kelas II mengungkap bahwa:

“Pembelajaran daring ini memiliki dampak negatif, tidak memberikan


dampak positif tapi memberikan dampak negatif. Dampak negatifnya itu
kadang tugas anak-anak itu di kerjakan orang tuanya”. (Wawancara, 11
Mei 2022)
Pembelajaran daring yang dilakukan lebih memberikan dampak negatif.

dampak negatifnya yaitu anak-anak itu di kerjakan orang tuanya. Pembelajaran

daring yang dilakukan di rumah membuat siswa lebih manja dan malas-malasan.

Ibu D selaku guru kelas III mengatakan bahwa:

“Pembelajaran daring ini tidak memberikan dampak positif tapi


memberikan dampak negatif. Dampak negatifnya itu daftar hadir siswa
tidak full, tugas-tugasnya juga ada yang mengirim ada yang tidak”.
(Wawancara, 13 Mei 2022)
Pembelajaran daring yang dilakukan lebih memberikan dampak negatif.

Dampak negatifnya itu daftar hadir siswa tidak full, tugas-tugasnya juga ada yang

mengirim ada yang tidak. Kurangnya

Bapak AS selaku guru kelas IV mengatakan bahwa:

“Pembelajaran daring ini tidak memberikan dampak positif, tapi


memberikan dampak negatif. Dampak negatifnya itu tidak semua siswa
mempunyai handphone”. (Wawancara, 17 Mei 2022)
Pembelajaran daring yang dilakukan lebih memberikan dampak negatif

karena tidak semua siswa memiliki fasilitas penunjang dalam belajar seperti
51

handphone. Ketidakmampuan orang tua siswa dalam membeli handphone

membuat siswa terkadang tidak bisa mengikuti pembelajaran.

Menurut Bapak SUJ selaku guru kelas VI mengatakan bahwa:

“Pembelajaran daring ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak


positifnya itu anak-anak merasa nyaman belajar di rumah karena
lingkungan belajarnya di situ-situ saja. Sedangkan dampak negatifnya itu
anak-anak tidak bisa bersosialisasi”(Wawancara, 19 Mei 2022)
Pembelajaran daring yang dilakukan tentunya memberikan dampak positif

dan negatif. Dampak positifnya anak-anak merasa nyaman belajar di rumah

Sedangkan dampak negatifnya itu anak-anak tidak bisa bersosialisasi karena tidak

bertemu dengan teman-teman di sekolah.

Ibu SK selaku guru kelas I juga mengatakan pembelajaran daring ini

memiliki dampak positif dan negatif:

“Dampak positifnya yaitu kita lebih aktif berkomunikasi dengan orang tua
siswa. Sedangkan dampak negatifnya itu kita kurang komunikasi dengan
siswa, ada beberapa siswa yang kita kurang tau karena kurang
berhadapan langsung terus anak-anak itu malas karena kadang orang
tuanya yang kerjakan”. (Wawancara, 10 Mei 2022)
Pembelajaran daring memberikan dampak positif dan negatif. Sesuai

Dampak positifnya itu lebih aktif berkomunikasi dengan orang tua siswa dan lebih

mudah melakukan pendekatan ke orang tua siswa. Sedangkan dampak negatifnya

itu kurang komunikasi dengan siswa. Siswa banyak yang tidak bersemangat

dalam belajar karena tugas yang diberikan terlalu banyak sehingga menyebabkan

orang tua mengerjakan tugas anaknya.

Ibu N selaku guru kelas V mengungkap hal sama. Pembelajaran daring ini

memiliki dampak positif dan negatif:


52

“Dampak positifnya itu kita bisa dapat kerja dirumah. Sedangkan dampak
negatifnya itu pemberian materi kurang maksimal karena hanya
mengirimkan materi saja lewat whatsapp”. (Wawancara, 17 Mei 2022)
Pembelajaran daring memberikan dampak positif dan negatif. Dampak

positifnya itu bisa dapat kerja di rumah, tidak membuang banyak biaya dan waktu.

Sedangkan dampak negatifnya itu pemberian materi kurang maksimal karena

hanya mengirimkan materi saja lewat whatsapp sehingga menyebabkan tujuan

pembelajaran menjadi tidak tercapai.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring ini memiliki dampak

positif dan negatif. Dampaknya siswa kurang bersosialisasi, kurangnya

kedisiplinan dalam pembelajaran di rumah, fasilitas pembelajaran yang tidak

memadai, dan tidak tercapai tujuan pembelajaran pada siswa.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, pembelajaran daring ini memberikan

dampak positif dan negatif.

Pembelajaran daring ini banyak memiliki dampak positif dan dampak


negatif. Tetapi lebih banyak memberikan dampak negatif. Dari segi
pembelajaran kurang maksimal, banyak siswa yang tidak paham tentang
materi pembelajaran. Orang tua juga lebih sering mengerjakan tugasnya.
(Observasi 10 Mei 2022)

Hasil angket terkait persepsi guru terhadap pembelajaran daring


53

Hasil angket terkait persepsi guru


16
12
8
4
0
Responden

Ya Tidak

Gambar 4.1 Hasil angket terkait persepsi gu

Berdasarkan hasil angket terkait persepsi guru yang telah diisi oleh 14

guru menunjukkan bahwa 78,6% atau 11 orang dari 14 responden menjawab

pembelajaran daring tidak berjalan dengan baik. Dilihat dari hasil angket

menunjukkan bahwa 100% atau 14 orang dari 14 responden menjawab

pembelajaran daring yang dilakukan di SD Inpres Tinggimae ini belum efektif.

Meskipun belum efektif, aplikasi yang digunakan guru seperti whatsapp,

classroom, dan zoom sangat membantu karena merupakan media pembelajaran

daring. Dilihat dari hasil angket yang menunjukkan bahwa 100% atau 14 orang

dari 14 responden yang menjawab sangat membantu. Dilihat dari hasil angket

yang menunjukkan bahwa 100% atau 14 orang dari 14 responden guru lebih

memilih pembelajaran tatap muka dibandingkan dengan pembelajaran daring.

Dilihat dari hasil angket yang menunjukkan bahwa pembelajaran daring ini

memberikan dampak positif sebesar 42,9% atau 6 orang dari 14 responden dan

dampak negatif sebesar 85,7% atau 12 orang dari 14 responden.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan angket maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik dan
54

efektif. Pembelajaran daring lebih banyak memiliki dampak negatif dibandingkan

dampak positif.

2. Masalah yang Dihadapi Guru Saat Proses Pembelajaran Daring

Dalam melaksanakan pembelajaran daring, tentu memerlukan alat

pembelajaran yang mendukung seperti handphone, kuota internet, dan jaringan

internet serta persiapan materi pembelajaran. Namun pada pelaksanaannya masih

banyak kendala yang dialami siswa sehingga pembelajaran tidak berlangsung

maksimal. Dilihat dari data angket yang mencapai 100%. Diperkuat oleh

dokumen jurnal hasil penelitian (Ayu et al., 2021) yang mengatakan bahwa masih

banyak kendala/kekurangan dalam pelaksanaanya seperti, jaringan yang tidak

mendukung, dan fasilitas untuk pembelajaran daring masih terbatas. Banyaknya

kendala ini akan mengganggu dan menghambat atau mempersulit proses

pencapaian tujuan pembelajaran. .

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Hal utama

yang menjadi menunjang pelaksanaan pembelajaran daring ialah harus memiliki

fasilitas pembelajaran daring seperti handphone android. Namun ada sebagian

siswa yang tidak memiliki fasilitas.

Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Ibu SK selaku guru kelas I:

“Faktor penghambat dalam pembelajaran daring yaitu ada beberapa


siswa yang belum memiliki handphone android karenakan harus memiliki
handphone android karena memakai aplikasi. Selain itu karena keadaan
ekonomi yang tidak sama jadi biasanya kendalanya ke kuota internet ”
(Wawancara, 10 Mei 2022)
Faktor penghambat dalam pembelajaran daring yaitu harus memiliki

handphone. Sesuai dengan yang disampaikan Ibu SK yang menyatakan bahwa


55

harus memiliki handphone. Handphone menjadi faktor pendukung utama dalam

pembelajaran daring karena tanpa adanya handphone pembelajaran daring tidak

akan terlaksana.

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak AS selaku guru kelas IV:

“Faktor penghambat dalam pembelajaran itu siswa yang tidak punya


handphone karena kita susah memberikan materi atau pembelajaran ke
siswa yang tidak punya handphone. Selain itu kita juga susah
berkomunikasi” (Wawancara, 17 Mei 2022).
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak AS yang menyatakan bahwa

faktor penghambat dalam pembelajaran daring adalah siswa yang tidak

mempunyai handphone. Fasilitas ini sangat penting untuk kelancaran proses

belajar mengajar, seperti laptop, komputer maupun handphone yang akan

memudahkan guru untuk memberikan materi belajar mengajar secara daring.

Selain handphone, kuota internet juga merupakan hal penting yang harus

dimiliki siswa dalam mengakses internet selama pembelajaran daring. Dalam

menggunakan aplikasi penunjang belajar, siswa biasanya menghabiskan kuota

lebih banyak. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu K selaku guru kelas II:

“Faktor penghambat dalam pembelajaran yaitu kadang ada orang tua


yang memiliki handphone, kadang ada handphonenya tapi tidak ada lagi
kuotanya. Kadang-kadang anak-anak cuma mengabsen tapi tidak
mengirim tugas”.(Wawancara, 11 Mei 2022).
Faktor utama yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran secara

daring (online) ini adalah alat komunikasi seperti handphone yang memiliki fitur

canggih, komputer atau laptop. Oleh karena itu siswa yang tidak memiliki

handphone merupakan penghambat dalam pembelajaran daring. Selain itu kuota

dan jaringan internet yang kuat dan stabil agar penyampaian materi yang

diberikan oleh guru dapat diterima dengan baik.


56

Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu D selaku guru kelas III:

“Faktor penghambat dalam pembelajaran daring itu terutama kuota


internet karena biasanya tidak semua orang tua siswa pakai handphone
android. Selain itu orang tua atau siswa juga kadang punya handphone
tapi anak-anak sendiri yang malas mengirimkan tugas jadi tidak seperti
tatap muka karena orang tua juga di rumah punya kesibukan masing-
masing jadi anak-anak tidak terlalu di kontrol. Selain itu, kendalanya ke
kuota internet”. (Wawancara, 13 Mei 2022)
Handphone, kuota dan jaringan internet yang stabil merupakan faktor

utama dalam proses pembelajaran daring, agar tercapainya materi ajar dan tujuan

pembelajaran selama guru menjelaskan dan menyampaikan materi yang telah

disiapkan. Untuk itu siswa harus memiliki fasilitas pembelajaran yang menunjang

pembelajaran. Sesuai dengan yang disampaikan Ibu D, siswa yang tidak memiliki

fasilitas penunjang merupakan faktor penghambat dalam pembelajaran daring.

Hal tersebut juga disampaikan Ibu N selaku guru kelas V:

“Kendalanya itu terutama masalah jaringan, biasa anak-anak mengeluh


habis kuotanya”. (Wawancara, 17 Mei 2022)
Faktor pendukung dalam pembelajaran daring adalah jaringan internet.

Jaringan internet yang lemah juga menjadi salah satu faktor yang dapat

menghambat proses pembelajaran daring (online). Oleh karena itu, proses

pembelajaran daring (online) ini akan berjalan secara lancar jika kualitas jaringan

internet tersebut lancar dan stabil. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu N

yang mengatakan bahwa kendalanya itu masalah jaringan selain itu kuota internet.

Untuk itu siswa harus memiliki jaringan internet yang stabil.

Selain handphone, jaringan internet juga berpengaruh terhadap

pembelajaran daring. Jaringan internet yang lemah juga menjadi salah satu faktor
57

yang dapat menghambat proses pembelajaran daring (online). Hal tersebut sesuai

dengan yang diungkap Bapak SUJ selaku guru kelas VI mengatakan bahwa:

“Faktor penghambat dalam pembelajaran daring yaitu pada saat proses


pembelajaran seperti kita video call sama anak-anak memberikan
pembelajaran secara langsung dengan menggunakan video, ada anak-
anak yang jaringannya terputus. Jadi, rata-rata jaringan dari anak-
anak”. (Wawancara, 19 Mei 2022)
Pembelajaran daring tentunya harus memiliki sinyal atau jaringan internet

yang kuat, sehingga proses pembelajaran daring dilaksanakan dengan maksimal.

Pembelajaran daring, sepenuhnya bergantung pada akses jaringan internet. Namun

pada saat pembelajaran terkadang jaringan siswa kadang terputus sehingga

pembelajaran menjadi tidak maksimal. Jadi faktor penghambat dalam

pembelajaran daring itu masalah jaringan. Sesuai dengan yang disampaikan oleh

Bapak SUJ yang mengatakan bahwa saat proses pembelajaran berlangsung

jaringan anak-anak suka terputus.

Dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam pembelajaran daring

utamanya adalah siswa tidak memiliki perangkat atau media yang dapat

menunjang pembelajaran daring, tidak adanya akses internet dan kuota internet.

Selain itu kondisi ekonomi orang tua siswa yang berbeda-beda yang menyebabkan

orang tua sulit memenuhi kebutuhan yang diperlukan anaknya untuk menunjang

pembelajaran daring.

Berdasarkan observasi peneliti terkait kendala yang dialami siswa saat

proses belajar daring.

Faktor penghambat dalam pembelajaran daring, rata-rata adalah karena


ketiadaan fasilitas yang menunjang seperti handphone, jaringan, dan kuota
internet. Selain itu kondisi ekonomi orang tua siswa yang sulit
58

menyebabkan orang tua siswa tidak memiliki cukup biaya dalam membeli
kuota internet. (Observasi, 10 Mei 2022)
Siswa kesulitan memahami materi pembelajaran juga merupakan faktor

penghambat dalam melakukan pembelajaran daring. Dilihat dari data angket yang

menunjukkan 100% diperkuat oleh hasil penelitian (Juliya & Herlambang, 2021)

yang mengatakan bahwa siswa kesulitan dalam memahami konten materi yang

diberikan guru. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkap oleh Ibu K dan Bapak

AS selaku guru kelas II dan IV:

“Siswa sulit memahami materi pembelajaran karena guru hanya


mengirimkan materi saja lewat whatsapp atau classroom tanpa bisa
menjelaskan. Beda dengan tatap muka”. (Wawancara, 11 Mei dan 17 Mei
2022)
Sesuai yang disampaikan Ibu K dan Bapak AS yang mengatakan bahwa

siswa sulit dalam memahami materi pembelajaran merupakan faktor penghambat

dalam pembelajaran daring karena siswa kurang memahami penjelasan guru.

Guru terkadang hanya mengirimkan materi tanpa menjelaskan sedangkan

kemampuan siswa dalam memahami materi berbeda-beda. Itulah yang

menyebabkan siswa sulit memahami materi pembelajaran yang diberikan guru.

Ibu D selaku guru kelas III mengungkap hal yang sama:

“Siswa sulit memahami materi pembelajaran karena guru hanya


mengirimkan materi pembelajaran. Kalau daring kita sepintas saja begitu
menjelaskan tidak seperti dengan tatap muka”. (Wawancara, 13 Mei
2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu D yang mengatakan bahwa

siswa sulit memahami materi pembelajaran merupakan faktor penghambat dalam

pembelajaran daring karena materi yang dijelaskan guru lewat pembelajaran

daring dirasakan sulit dan tidak dipahami siswa sehingga menjadikan materi tidak
59

tuntas. Guru juga kurang dalam menjelaskan karena keterbatasan waktu dan juga

faktor jaringan yang tidak stabil.

Sedangkan Ibu SK selaku guru kelas I mengatakan bahwa:

“Siswa sulit memahami materi yang diajarkan karena kita tidak


berhadapan langsung dengan siswanya”. (Wawancara, 10 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu SK yang mengatakan bahwa

siswa sulit memahami materi pembelajaran merupakan faktor penghambat dalam

pembelajaran daring karena penyampaian materi yang tidak bisa dilakukan secara

langsung, jika siswa kurang paham dengan materi yang disampaikan kesempatan

untuk bertanya juga sangat terbatas.

Ibu N selaku guru kelas V juga mengatakan bahwa:

“Siswa sulit memahami materi yang diajarkan karena kita guru hanya
mengirimkan materi lewat whatsapp”. (Wawancara, 18 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu N yang mengatakan bahwa

siswa sulit memahami materi pembelajaran merupakan faktor penghambat dalam

pembelajaran daring karena siswa kurang fokus saat mengerjakan soal maupun

memahami materi dari guru. Selain itu karena pembelajaran dilakukan secara

online menyebabkan guru hanya bisa mengirimkan materi lewat whatsapp tanpa

bisa menjelaskan.

Bapak SUJ selaku guru kelas VI juga mengatakan:

“ Siswa sulit memahami materi pembelajaran karena jaringan siswa pada


saat pembelajaran kadang jaringannya terputus jadi anak-anak tidak
paham dengan materi yang diajarkan”. (Wawancara, 19 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak SUJ yang mengatakan

bahwa siswa sulit memahami materi pembelajaran merupakan faktor penghambat


60

dalam pembelajaran daring karena kurangnya komunikasi secara langsung dengan

siswa sehingga dalam penyampaian materi kurang maksimal. Faktor jaringan juga

sangat berpengaruh terhadap pembelajaran karena jaringan yang tidak stabil

sangat mengganggu dan membuat siswa kurang fokus dalam belajar.

Dapat disimpulkan bahwa, siswa sulit dalam memahami materi

pembelajaran karena guru hanya mengirimkan materi atau tugas melalui

whatsapp atau classroom dan siswa diminta untuk mempelajari materi yang

diberikan sedangkan kemampuan siswa dalam memahami suatu materi berbeda-

beda.

Berdasarkan hasil observasi siswa mengalami kesulitan dalam memahami

pembelajaran selama pembelajaran daring:

Siswa sulit dalam memahami materi pembelajaran karena keterbatasan


guru dalam menjelaskan materi melalui pembelajaran online. (Observasi,
10 Mei 2022)
Lingkungan belajar siswa yang kurang kondusif juga merupakan faktor

penghambat dalam melakukan pembelajaran daring. Dilihat dari data angket yang

mencapai 100%. Diperkuat oleh dokumen jurnal hasil penelitian (Anisa et al.,

2021) yang mengatakan bahwa pada aspek lingkungan belajar guru memiliki

persepsi kurang. Hal ini juga didukung oleh pendapat guru bahwa lingkungan

belajar selama pembelajaran daring lebih susah dikondisikan karena tidak bertatap

muka secara langsung, sehingga guru susah untuk memantau siswanya.

Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu SK selaku guru kelas I:

“Pembelajaran yang dilakukan di rumah membuat anak-anak malas


dalam mengerjakan tugasnya sehingga anak-anak lebih memilih bermain
daripada belajar”. (Wawancara, 10 Mei 2022)
61

Lingkungan belajar menjadi faktor eksternal yang memberikan pengaruh

bagi siswa dalam proses belajarnya. Pembelajaran yang dilakukan di rumah

membuat anak lebih malas belajar dan lebih memilih untuk bermain karena

kurang pengawasan yang diberikan oleh orang tua.

Menurut Ibu K selaku guru kelas II menyatakan bahwa:

“Pembelajaran yang dilakukan di rumah membuat orang tua siswa sulit


mengontrol anaknya karena kesibukan mereka dalam bekerja”.
(Wawancara, 11 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu K yang mengatakan bahwa

lingkungan belajar siswa juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Tidak semua

orang tua siswa bersedia dan mampu mendampingi anak belajar di rumah karena

kesibukan dalam bekerja. Itulah yang menyebabkan orang tua sulit untuk

mengontrol anaknya.

Bapak AS selaku guru kelas IV mengatakan bahwa:

“Lingkungan belajar siswa yang kurang kondusif ini sangat menghambat


sekali”. (Wawancara, 17 Mei 2022)
Lingkungan belajar siswa juga mempengaruhi hasil belajar. Sesuai dengan

yang disampaikan oleh Bapak AS yang mengatakan bahwa lingkungan belajar

siswa yang kurang kondusif juga merupakan faktor penghambat dalam melakukan

pembelajaran daring. Lingkungan belajar selama pembelajaran daring lebih susah

dikondisikan karena tidak bertatap muka secara langsung, sehingga guru susah

untuk memantau siswanya.

Sedangkan menurut Ibu D dan Ibu N selaku guru kelas III dan V:

“ Pembelajaran yang dilakukan di rumah ini membuat siswa malas dalam


mengerjakan tugasnya karena bimbingan dari orang tua sangat kurang”.
(Wawancara, 13 dan 17 Mei 2022)
62

Sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu D dan Ibu N yang mengatakan

bahwa lingkungan belajar siswa yang kurang kondusif juga merupakan faktor

penghambat dalam melakukan pembelajaran daring. Lingkungan belajar siswa

juga mempengaruhi hasil belajar. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami

pelajaran dan kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar. Banyaknya tuga dari

guru membuat siswa semakin malas untuk mengerjakan tugasnya.

Menurut Bapak SUJ selaku guru kelas VI mengatakan bahwa:

“Pembelajaran yang dilakukan di rumah ini sangat menghambat karena


selama pembelajaran daring anak-anak interaksinya kurang selain itu
kurang diperhatikan oleh orangtuanya” (Wawancara, 19 Mei 2022)
Lingkungan belajar siswa juga mempengaruhi hasil belajar. Pembelajaran

yang dilakukan di rumah membuat siswa kurang dalam berinteraksi. Tidak seperti

di sekolah siswa memiliki banyak teman. Hal tersebut juga menjadi penghambat

dalam pembelajaran daring. Bimbingan dari orang tua juga sangat minim

sehingga membuat siswa tidak memiliki motivasi dalam belajar.

Dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan belajar sangat

mempengaruhi hasil belajar siswa karena kurangnya pendampingan orang tua

selama pembelajaran daring. Selain itu tidak adanya motivasi dari orang tua yang

menyebabkan siswa tidak memiliki semangat dalam belajar”

Berdasarkan hasil observasi peneliti, kondisi lingkungan belajar siswa

sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa:

Kondisi lingkungan belajar siswa di rumah membuat anak-anak malas


dalam belajar karena orang tua kurang mendampingi anaknya pada saat
63

belajar. Orang tua juga terkadang sibuk sehingga tidak memperhatikan


pembelajaran anaknya. (Observasi, 10 Mei 2022)
Selain kondisi lingkungan yang kurang kondusif, siswa bosan dan suntuk

juga merupakan faktor penghambat saat melakukan pembelajaran daring. Dilihat

dari data angket yang menunjukkan 100%. Diperkuat oleh dokumen hasil

penelitian (Juliya & Herlambang, 2021) yang mengatakan bahwa durasi

pembelajaran daring yang terlalu lama dapat menyebabkan siswa merasa bosan

dan tak sedikit mengalami kejenuhan fisik.

Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Ibu SK dan Ibu K selaku

guru kelas I dan II:

“Siswa merasa cepat bosan karena siswa terlalu lama berhadapan


dengan handphone”. (Wawancara, 10 dan 11 Mei 2022)
Pembelajaran daring membawa dampak kepada peserta didik, dampak

yang dialami oleh peserta didik yaitu mereka merasa sangat jenuh dan bosan akan

pembelajaran. Hal tersebut tentu saja menghambat jalannya pembelajaran daring.

Penyebabnya adalah siswa terlalu lama berhadapan dengan handphone. Sesuai

dengan yang diungkap oleh Ibu SK dan K.

Sedangkan menurut Ibu D dan Ibu N selaku guru kelas III dan V

mengatakan bahwa:

“ Pembelajaran daring yang terlalu lama membuat siswa merasa bosan


karena harus bertatapan terus dengan layar handphone”. (Wawancara,
13 dan 17 Mei 2022)
Sesuai dengan yang disampaikan Ibu D dan Ibu N bahwa siswa banyak

yang mengalami kejenuhan dan kebosanan belajar secara daring. Pembelajaran

daring yang mengharuskan bertatapan dengan layar handphone menyebabkan


64

sejumlah siswa menjadi bosan, malas dan jenuh dengan pembelajaran daring dan

melampiaskan dengan banyak bermain dan menjadi candu dengan gawai.

Sedangkan menurut Bapak AS dan Bapak SUJ selaku guru kelas IV dan

VI mengatakan hal yang sama bahwa:

“Durasi pembelajaran daring yang terlalu lama menyebabkan siswa


merasa cepat bosan dan capek”. (Wawancara, 18 dan 19 Mei 2022)
Pembelajaran daring terlalu lama dapat menyebabkan siswa bosan dan

capek karena tidak dapat bertemu langsung dengan teman dan guru di sekolah

sebagai tempat belajar. Selain itu karena penyampaian materi yang setiap harinya

menggunakan cara yang sama membuat siswa malas karena pembelajaran tidak

menyenangkan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring terlalu lama dapat

menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan karena terus-terusan harus

berhadapan dengan layar handphone.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran daring yang terlalu lama

menyebabkan siswa mudah kelelahan karena harus berhadapan terus dengan layar

daring:

Durasi pembelajaran daring yang terlalu lama menyebabkan siswa


kejenuhan fisik dan kesulitan dalam beristirahat karena bertatapan terus
dengan layar daring (Observasi, 10 Mei 2022)
Hasil angket terkait masalah yang dihadapi guru
65

Hasil angket terkait masalah yang dihadapi


guru
16
12
8
4
0
Responden

Ya Tidak

Gambar 4.2 Hasil angket terkait masalah yang dihadapi guru

Berdasarkan hasil angket terkait dengan masalah yang dihadapi guru yang

diisi oleh 14 guru menunjukkan bahwa 100% atau 14 orang dari 14 responden

menjawab siswa tidak mempunyai handphone, kuota internet dan jaringan internet

merupakan faktor penghambat dalam pembelajaran daring. Dilihat dari hasil

angket menunjukkan bahwa 100% atau 14 orang dari 14 responden menjawab

siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran juga merupakan faktor

penghambat dalam pembelajaran daring. Dilihat dari hasil angket menunjukkan

bahwa 100% atau 14 orang dari 14 responden menjawab kondisi belajar siswa

yang kurang kondusif juga merupakan faktor penghambat dalam pembelajaran

daring. Dilihat dari hasil angket menunjukkan bahwa 100% atau 14 orang dari 14

responden menjawab siswa merasa lebih cepat bosan dan suntuk juga merupakan

faktor penghambat dalam pembelajaran daring.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan angket maka dapat

disimpulkan bahwa handphone, kuota internet, dan jaringan internet sangat


66

berpengaruh terhadap pembelajaran dan merupakan faktor utama penghambat

dalam proses pembelajaran daring. Hal tersebut telah dibuktikan oleh data hasil

angket yang telah diisi oleh guru SD Inpres Tinggimae. Selain itu, faktor lainnya

yaitu kondisi belajar siswa yang kurang kondusif, siswa kesulitan dalam

memahami materi pembelajaran, serta siswa merasa lebih cepat bosan dan suntuk

3. Solusi Permasalahan yang Dihadapi Guru Saat Proses Pembelajaran Daring

Solusi terkait ketiadaan fasilitas yang menunjang, guru menyuruh siswa

datang ke sekolah untuk mengambil buku pembelajaran atau materi pembelajaran.

Diperkuat hasil penelitian (Purwasih & Elshap Safitri, 2021) yang mengatakan

bahwa solusi yang diberikan sekolah atau guru adalah guru menyediakan tugas

dan materi yang sudah di print untuk diambil oleh siswa ke sekolah.

Hal tersebut diungkap oleh Ibu SK selaku guru kelas I:

“Orang tua siswa yang tidak memiliki handphone android biasanya


dalam satu minggu orang tuanya datang mengambil tugasnya. Misalnya
hari senin orang tuanya datang mengambil tugasnya terus hari sabtunya
baru dikumpul tugasnya. Jadi orang tuanya datang ke sekolah mengambil
tugasnya tapi anaknya yang mengerjakan di rumah karena anak-anak
belum bisa datang ke sekolah jadi orang tuanya saja yang kesini ambil
tugasnya”. (Wawancara, 10 Mei 2022)
Pembelajaran saat adanya wabah virus covid-19 ini adalah kebanyakan

hanya diberikan modul atau buku pelajaran yang diambil ke sekolah secara

langsung dan bergantian lalu dikerjakan sendiri dengan didampingi orang tua.

Kemudian setelah selesai dikumpulkan dan mengambil modul selanjutnya. Hal

tersebut sesuai dengan yang disampaikan Ibu SK

Sedangkan menurut Ibu K selaku guru kelas II menyatakan bahwa:


67

“Kita bagikan buku paket tapi kadang-kadang masih ada anak-anak yang
tidak mengerti tapi hanya 1-2 orang saja yang seperti itu”. (Wawancara,
11 Mei 2022)
Pada pembelajarannya saat wabah ini juga hanya diberikan modul atau

buku saja yang diambil ke sekolah lalu dikerjakan dan didampingi orang tua di

rumah masing-masing. Setelah selesai dikumpulkan lalu mengambil buku dan

tugas yang baru.

Menurut Ibu D dan Ibu N selaku guru kelas III dan V mengatakan bahwa:

“Iya itu merupakan solusinya”. (Wawancara, 13 dan 17 Mei 2022)


Pada pembelajaran daring, alat dan bahan yang disiapkan guru saat

pembelajaran daring berupa materi pembelajaran dan buku paket yang diberikan

kepada siswa sebagai media untuk belajar. Sesuai dengan yang disampaikan oleh

Ibu D dan Ibu N.

Bapak AS selaku guru kelas IV juga mengatakan hal yang sama:

“Iya itu merupakan solusinya, biasanya itu kita suruh siswa datang ke
sekolah mengambil tugas atau materi tapi tidak setiap hari. Kita suruh
datang ambil tugas untuk seminggu ke depan. Nanti minggu depannya
lagi bawa tugasnya untuk diperiksa. Begitu seterusnya”. (Wawancara, 18
Mei 2022)
Pada saat pembelajaran daring, siswa yang tidak memiliki handphone

diberikan modul pembelajaran yang di mana bisa dipelajari oleh siswa secara

mandiri. Guru membuat modul atau LKS pembelajaran yang diprintkan untuk

diambil oleh siswa ke sekolah untuk tugas satu minggu kedepan.

Bapak SUJ selaku guru kelas VI mengatakan bahwa:

“ Saya berikan buku langsung ke anak-anak, jadi saya panggil anak-anak


untuk datang ke sekolah saya berikan buku. Atau yang kedua adalah saya
berikan video rekaman pembelajaran yang akan saya ajarkan”.
(Wawancara, 19 Mei 2022)
68

Guru sebagai fasilitator harus menyiapkan bahan ajar agar siswa dapat

mengikuti pembelajaran dengan baik seperti memberikan buku langsung kepada

siswa dan menyiapkan LKS untuk diberikan kepada siswa sebagai media untuk

belajar secara mandiri. Selain itu guru juga memberikan video rekaman

pembelajaran agar semakin memudahkan siswa dalam belajar.

Dapat disimpulkan bahwa siswa yang tidak memiliki fasilitas penunjang,

guru harus menyiapkan LKS atau materi di sekolah yang bisa diambil oleh siswa

dan di pelajari di rumah.

Menurut hasil observasi terkait siswa yang tidak memiliki fasilitas

penunjang dalam pembelajaran, guru memberikan buku paket atau materi

pembelajaran untuk satu minggu kedepan.

Siswa yang tidak memiliki handphone, jaringan internet atau kuota


internet disuruh datang untuk mengambil materi pembelajaran atau tugas
yang telah disiapkan oleh guru agar tetap pembelajaran tetap bisa berjalan
dengan baik. (Observasi, 10 Mei 2022)
Selain itu siswa juga diharapkan dapat mencari tempat jaringan yang baik

agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan dapat memahami

materi yang disampaikan oleh guru.

Bagi siswa yang kesulitan dalam memahami materi pembelajaran, siswa

diminta datang belajar bersama guru. Hal tersebut merupakan solusi dilihat dari

data hasil angket yang mencapai 85,7%. Siswa diminta datang ke sekolah agar

guru dapat menjelaskan materi atau tugas yang diberikan kepada siswa agar siswa

dapat memahami pembelajaran tersebut. Diperkuat oleh dokumen jurnal hasil

penelitian (Khotijah et al., 2021) yang menyatakan bahwa apabila masih belum

ada perubahan dari siswa maka guru memanggil siswa dan orang tua untuk datang
69

ke sekolah agar diberikan penjelasan kembali serta memberikan tugas yang sama

terkait materi yang masih kurang paham. Hal tersebut sesuai dengan yang

diungkap oleh Ibu K selaku guru kelas II:

“ Anak-anak yang belum mengerti tentang materi pembelajaran kita


panggil anaknya datang ke sekolah untuk kita ajar siswanya”.
(Wawancara, 11 Mei 2022)
Siswa yang tidak paham mengenai materi pembelajaran solusinya adalah

guru melakukan bimbingan langsung kepada siswa untuk meningkatkan

pemahaman dan penugasan mengenai materi pembelajaran. Jadi guru memanggil

siswa yang bener-bener tidak paham tentang materi pembelajaran seperti

matematika untuk diajar secara langsung.

Ibu SK selaku guru kelas I juga mengatakan hal yang sama:

“Iya itu merupakan salah satu solusinya”. (Wawancara 10 Mei 2022)


Belajar bersama guru di sekolah merupakan salah satu solusinya karena

membuat siswa lebih cepat memahami materi pembelajaran yang sulit karena

guru dapat menjelaskan secara langsung kepada siswa tentang materi

pembelajaran yang siswa tidak pahami. Bimbingan secara langsung ini dilakukan

kepada siswa yang betul-betul tidak paham mengenai materi pembelajaran.

Ibu D dan Ibu N selaku guru kelas III dan V juga mengatakan hal yang sama:

“Iya itu merupakan salah satu solusinya juga”. (Wawancara, 13 dan 17


Mei 2022)
Belajar bersama guru merupakan salah satu solusi. Bimbingan ini

dilakukan karena biasanya siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran


70

yang diberikan guru seperti pembelajaran matematika. Untuk itu guru memanggil

siswa datang ke sekolah agar membuat siswa memahami materi pembelajaran.

Sedangkan menurut Bapak SUJ selaku guru kelas IV:

“Iya itu merupakan salah satu solusi. Kita panggil anak-anak yang belum
paham datang ke sekolah, kita ajar secara langsung”. (Wawancara, 19
Mei 2022)
Siswa yang kesulitan dalam memahami materi pembelajaran disuruh

datang ke sekolah untuk diberikan bimbingan langsung. Karena pembelajaran

daring yang teratas dan mengalami banyak kendala membuat siswa tidak paham

akan materi yang diajarkan. Oleh karena itu siswa yang tidak mengerti

pembelajaran siswa dipanggil ke sekolah untuk dijelaskan sampe siswa benar-

benar paham materi tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa siswa yang sulit memahami materi

pembelajaran siswa diminta datang belajar bersama guru di sekolah agar diberikan

penjelasan kembali terkait materi pembelajaran yang belum siswa mengerti.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa yang sulit memahami materi

pembelajaran diberikan bimbingan langsung oleh guru.

Siswa yang sulit memahami materi pembelajaran disuruh datang ke


sekolah untuk diberikan bimbingan terkait kesulitan dalam memahami
materi pembelajaran. (Observasi, 10 Mei 2022)
Selain belajar bersama guru, siswa belajar melalui media sosial internet

dan youtube juga merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut. Dilihat

dari data hasil angket yang mencapai 57,1%. Diperkuat oleh dokumen jurnal hasil

penelitian (Warista, 2011) menyatakan bahwa peserta didik dapat memanfaatkan

teknologi atau internet sebagai sumber belajar.


71

Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu D dan Bapak AS selaku guru kelas

II dan IV:

“Selama pembelajaran daring itu merupakan salah satu solusinya tapi


harus dengan kontrol orang tua”. (Wawancara, 13 dan 18 Mei 2022)
Siswa belajar melalui media sosial juga merupakan solusi. Sosial media

memberikan peran kepada siswa untuk mendapatkan materi pembelajaran lebih

lengkap untuk menambah wawasan seperti youtube. Platform tersebut membantu

menyediakan video dan audio untuk memperjelas materi pembelajaran.

Ibu N selaku guru kelas V dan Bapak SUJ selaku guru kelas VI juga

mengatakan hal yang sama:

“Itu merupakan salah satu solusi siswa belajar melalui internet dan
youtube selama pembelajaran daring” (Wawancara, 19 Mei 2022)
Siswa belajar melalui media sosial juga merupakan solusi di masa

pandemi karena memudahkan proses pembelajaran seperti belajar melalui

youtube. Lewat media sosial siswa bisa belajar untuk meningkatkan dan

menambah pengetahuan mereka melalui data dan informasi. Selain itu juga dapat

membuat siswa lebih mandiri.

Sedangkan menurut Ibu SK dan Ibu K selaku guru kelas I dan II

menyatakan bahwa:

“Siswa belajar melalui internet dan youtube bukan merupakan solusi karena di
kelas I dan II anak-anak belum bisa memegang handphone”. (Wawancara, 10
dan 11 Mei 2022)
Berbeda dengan yang disampaikan oleh Ibu SK dan Ibu K yang

mengatakan bahwa siswa belajar melalui internet dan youtube bukan merupakan

solusi karena siswa masih harus dikontrol sepenuhnya oleh orang tua. Selain itu

siswa juga masih belum bisa memegang handphone.


72

Dapat disimpulkan bahwa, siswa belajar melalui media sosial merupakan

salah satu solusi dari permasalahan tersebut tetapi harus dalam kontrol orang tua.

Berdasarkan hasil observasi, selama pembelajaran daring pembelajaran

melalui media sosial juga sangat membantu siswa selama pembelajaran daring.

Selama pembelajaran daring siswa belajar dibantu melalui internet dan


juga youtube. (Observasi, 10 Mei 2022)
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat juga dapat menjadi solusi

dalam permasalahan tersebut. Dilihat dari data angket yang menunjukkan 87,51%.

Diperkuat oleh dokumen hasil penelitian (Juliya & Herlambang, 2021) yang

mengatakan bahwa pentingnya seorang guru dalam memilih metode pembelajaran

yang tepat selama pembelajaran daring. Meskipun pembelajaran dilaksanakan

secara daring, proses pembelajaran tetap harus menjadikan siswa sebagai objek

aktif selama pembelajaran.

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkap oleh Ibu D dan Bapak SUJ

selaku guru kelas III dan VI yang mengatakan bahwa:

“Iya betul, dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan tersebut”
(Wawancara 13 dan 19 Mei 2022)
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat juga merupakan solusi agar

materi pembelajaran mudah diterima siswa. Sehingga dapat mendorong peserta

didik semangat untuk lebih giat dalam belajar dan membuat peserta didik merasa

tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berbeda dengan respon yang diberikan oleh Bapak AS dan Ibu N selaku

guru kelas IV dan V yang mengatakan bahwa:

“Selama pembelajaran daring tidak ada metode yang digunakan, hanya


fokus ke penugasan saja”. (Wawancara, 17 dan 18 Mei 2022)
73

Penggunaan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun agar tujuan tercapai. Namun

pada saat pembelajaran daring guru banyak tidak menggunakan metode

pembelajaran dan hanya memfokuskan ke penugasan aja.

Sama hal yang disampaikan Ibu SK dan Ibu K selaku guru kelas I dan II

yang mengatakan bahwa:

“Tidak menggunakan metode selama pembelajaran daring”. (Wawancara


10 dan 11 Mei 2022)
Penggunaan metode pembelajaran memudahkan proses dan hasil belajar

siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Akan tetapi saat

pembelajaran daring, banyak guru yang tidak menggunakan metode pembelajaran

dan hanya memfokuskan pada materi dan penugasan. Banyaknya kendala seperti

gangguan internet membuat guru tidak menggunakan metode pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru

mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran meskipun pembelajaran yang

dilakukan secara daring. Akan tetapi banyak guru yang tidak menggunakan

metode pembelajaran selama pembelajaran daring.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, selama pembelajaran daring guru

banyak tidak menggunakan metode pembelajaran.

Tidak menggunakan metode pembelajaran selama pembelajaran daring


hanya memfokuskan pada penugasan saja. (Observasi,10 Mei 2022)
Membuat forum diskusi dan melakukan kolaborasi dengan orang tua

siswa merupakan solusi dari permasalahan tersebut. Dilihat dari data hasil angket

yang mencapai 100%. Diperkuat oleh dokumen penelitian (Juliya & Herlambang,
74

2021) yang mengatakan bahwa pentingnya menjaga komunikasi antara guru dan

orang tua dalam memantau proses belajar siswa.

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkap oleh Ibu SK dan Ibu K selaku

guru kelas I dan II:

“ Kami berkomunikasi saja lewat whatsapp apa-apa kendalanya”.


(Wawancara 10 dan 11 Mei 2022)
Komunikasi antara guru dan orang tua sangat penting. Komunikasi ini

dapat dilakukan melalui grup whatsapp. Komunikasi ini dilakukan agar bisa

memberikan informasi dan memudahkan satu sama lain mengenai perkembangan

atau pembelajaran anak. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang berujung

keributan.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu D dan Bapak AS selaku guru

kelas III dan IV:

“Kami berkomunikasi dengan orang tua siswa melalui whatsapp”


(Wawancara 13 dan 17 Mei 2022)
Komunikasi sangat penting dilakukan oleh guru dan orang tua. Salah satu

bentuk komunikasi yang bisa dilakukan yaitu melalui whatsapp. melalui

komunikasi yang baik, orang tua siswa dan guru bisa bekerja sama untuk

memantau perkembangan anak. Dengan adanya kerjasama tersebut. Guru dan

orang tua siswa saling membantu mengontrol pergerakan anak baik di rumah

maupun di sekolah.

Ibu N dan Bapak SUJ selaku guru kelas V dan VI juga mengatakan hal

yang sama:

“Iya kami selalu berkomunikasi dengan orang tua di whatsapp”.


(Wawancara 18 dan 17 Mei 2022)
75

Komunikasi antara orang tua dan guru sangat penting untuk dilakukan.

Komunikasi dapat dilakukan melalui whatsapp. Apabila komunikasi berjalan baik

di antara mereka, mereka bisa memberikan dukungan satu sama lain. Selain itu

dengan komunikasi guru dan orang tua dapat membuat perkembangan anak

menjadi lebih baik.

Dapat disimpulkan bahwa sangat penting melakukan komunikasi antara

orang tua dan guru agar orang tua juga paham terkait pembelajaran anaknya agar

dapat diberikan solusi ketika anaknya mengalami masalah.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, guru melakukan kolaborasi dengan

orang tua di whatsapp siswa agar orang tua siswa juga dapat memantau

perkembangan dan proses pembelajaran anaknya

Membuat forum diskusi dengan orang tua siswa agar guru dan orang tua
tetap bisa membimbing, memberikan pengarahan dan memantau
pembelajaran anaknya. (Observasi, 10 Mei 2022)

Hasil angket terkait solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang

dihadapi guru.

Hasil angket terkait solusi permasalahan yang di


hadapi guru
16
12
8
4
0
Responden

Ya Tidak
76

Gambar 4.3 Solusi terkait permasalahan yang dihadapi guru

Berdasarkan hasil angket terkait solusi permasalahan yang diisi oleh 14

guru menunjukkan bahwa 85,7% atau 12 orang dari 14 responden memilih siswa

datang ke sekolah mengambil buku pembelajaran, guru memberikan waktu

tambahan, siswa datang ke sekolah mengumpulkan tugas  merupakan salah satu

solusi dari permasalahan tersebut. Dilihat dari hasil angket menunjukkan bahwa

85,7% atau 12 orang dari 14 responden memilih siswa disuruh datang ke sekolah

belajar bersama guru merupakan solusi dari permasalahan tersebut. Dilihat dari

hasil angket menunjukkan bahwa 57,1% atau 8 orang dari 14 responden memilih

siswa belajar melalui media sosial seperti internet dan youtube merupakan solusi

dari permasalahan tersebut. Dilihat dari hasil angket menunjukkan bahwa 57,1%

atau 8 orang dari 14 guru memilih guru menggunakan metode pembelajaran yang

tepat selama proses pembelajaran daring dapat menjadi solusi dalam

permasalahan tersebut. Dilihat dari hasil angket menunjukkan bahwa 100% atau

14 orang dari 14 responden memilih guru membuat forum diskusi orang tua dan

guru dapat menjadi solusi dalam permasalahan tersebut.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan angket dapat disimpulkan

bahwa siswa yang tidak mempunyai fasilitas pembelajaran datang ke sekolah

untuk mengambil buku pembelajaran, materi pembelajaran dan belajar bersama

guru. Siswa juga dapat belajar melalui platform lain seperti internet dan youtube.

Menggunakan metode pembelajaran yang tepat juga melakukan diskusi dengan

orang tua siswa.


77

B. Pembahasan
Setelah peneliti mendapatkan hasil penelitian dengan cara observasi dan

wawancara serta dokumentasi maka kali ini peneliti akan mengaitkan dengan

teori-teori para ahli dengan analisis pada temuan di atas. Peneliti akan membahas

temuan tersebut secara bertahap. Pertama, persepsi guru terhadap proses

pembelajaran daring. Kedua, masalah yang dihadapi guru saat proses

pembelajaran daring. Ketiga, solusi dari permasalahan yang dihadapi guru pada

saat pembelajaran daring.

1. Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar Daring di SD Inpres Tinggimae

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti,

pembelajaran daring yang dilakukan di masa pandemi ini tidak berjalan dengan

baik karena pembelajaran tidak maksimal sehingga tujuan pembelajaran tidak

dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu selama pembelajaran daring,

pembelajaran siswa juga semakin menurun. Sependapat dengan hasil penelitian

(Putria et al., 2020) yang mengatakan pembelajaran daring tidak berjalan dengan

baik terutama untuk anak usia sekolah dasar karena pembelajaran dilaksanakan

secara daring maka guru juga kurang merasa maksimal dalam memberikan materi

pembelajaran sehingga menjadikan materi tidak tuntas dan penggunaan media

pembelajaran dalam pembelajaran daring juga dirasa tidak maksimal. Hasil

penelitian (Kristina et al., 2020) juga mengungkap semangat belajar peserta didik

selama proses pembelajaran daring menurun dibandingkan ketika pembelajaran

tatap muka langsung. Diperkuat oleh dokumen jurnal hasil penelitian (Anggianita

et al., 2020) yang mengatakan bahwa pembelajaran daring tidak cocok digunakan
78

di tingkat sekolah dasar karena pada dasarnya pembelajaran anak sekolah dasar

masih berpusat kepada guru.

Pembelajaran daring yang dilaksanakan di SD Inpres Tinggimae tidak

berjalan dengan efektif karena siswa tidak memahami materi pembelajaran yang

disampaikan. Selain itu anak-anak malas dalam mengerjakan tugas, terkadang

orang tua yang mengerjakan tugasnya. Didukung oleh hasil penelitian (Khotijah et

al., 2021) yang mengatakan pembelajaran daring yaitu belum efektif karena

membuat siswa sulit memahami materi yang diajarkan guru selama pembelajaran

daring. Hasil penelitian (Fadhilaturrahmi et al., 2021) juga mengatakan

pembelajaran jarak jauh yang dilakukan belum efektif karena dengan

pembelajaran jarak jauh guru tidak bisa mengetahui sejauh mana kemampuan

peserta didik dalam belajar. Setiap tugas yang diberikan guru tidak tahu siapa

yang mengerjakan tugas tersebut. Peserta didik lebih sering malas-malasan dalam

belajar maupun mengerjakan tugas yang diberikan. Hasil penelitian (Sutarna et al.,

2021) juga mengatakan bahwa tidak jarang orang tua yang mengerjakan tugas-

tugas anaknya demi tugas anak mereka selesai. Diperkuat juga oleh dokumen

jurnal hasil penelitian (Astuti, 2021) yang menunjukkan bahwa tingkat keefektifan

pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 adalah 39,6%, artinya berada pada

kategori rendah.

Teknologi berperan sebagai media dalam melakukan interaksi antara

pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Selain itu

teknologi juga berperan dalam memfasilitasi pendidik untuk menyampaikan

materi pembelajaran sehingga pembelajaran tetap berlangsung meskipun tidak

dilakukan secara tatap muka langsung (Hanifah Salsabila et al., 2020). Adapun
79

Aplikasi daring yang digunakan guru adalah menggunakan whatsapp, google

classroom, dan zoom. Aplikasi pembelajaran daring ini sangat membantu dalam

pembelajaran daring. Diperkuat oleh dokumen jurnal hasil penelitian

(Anugrahana, 2020a) yang menunjukkan bahwa aplikasi pembelajaran daring

yang menjadi pilihan pertama yaitu whatsapp sebanyak 100%. Didukung juga

oleh hasil penelitian (Puspita et al., 2020) pembelajaran daring dilakukan oleh

guru selama covid 19 adalah dengan memanfaatkan aplikasi online seperti

whatsapp, google form, zoom, google meet dan lain-lain. Aplikasi tersebut sangat

membantu guru saat proses pembelajaran daring. Sependapat dengan hasil

penelitian (Putri & Suyadi, 2021) yang mengatakan aplikasi online dalam

memudahkan pembelajaran. Aplikasi tersebut diantaranya yaitu zoom, google

meet, whatsapp, google form, youtube, dan google classroom.

Pembelajaran tatap muka lebih efektif dibanding pembelajaran daring

karena pembelajaran daring membuat guru susah untuk menjelaskan materi dan

guru sulit memantau siswa. Hasil penelitian (Fadhilaturrahmi et al., 2021) yang

mengatakan pembelajaran jarak jauh tidaklah memuaskan untuk dilakukan karena

pembelajaran jarak jauh tidak tatap muka dengan peserta didik. Hasil penelitian

(Widyaningsih, 2020) mengatakan banyak materi yang tidak bisa tersampaikan

karena lebih cocok untuk disampaikan secara tatap muka. Hal tersebut diperkuat

oleh dokumen jurnal hasil penelitian (Rizal, R M, Sanapiah, S, 2020) yang

mengatakan bahwa guru lebih memilih setuju (S) dengan angka tertinggi 42%

karena guru merasa tidak puas dengan pembelajaran online tetapi guru harus

melaksanakan pembelajaran online. Menurut (Indraningtyas et al., 2021) peserta

didik lebih paham ketika belajar tatap muka di dalam kelas karena peserta didik
80

dan guru dapat lebih leluasa dalam berinteraksi di dalam kelas daripada belajar

secara daring .

Pembelajaran daring ini memberikan dampak positif dan negatif. Hasil

penelitian (Anggianita et al., 2020) mengatakan dampak positif pembelajaran

daring yaitu efisiensi waktu dan biaya dalam pembelajaran daring learning dapat

dilakukan di mana saja dan kapan saja. Peserta didik tidak perlu menghabiskan

waktu berjam-jam untuk belajar di kelas. Hal tersebut sesuai dengan hasil

penelitian (Stofiana, 2021) yang menyatakan adanya dampak negatif dan positif

dengan penerapan pembelajaran daring di sekolah. Namun dampak negatif dari

pembelajaran daring lebih banyak. Diperkuat oleh dokumen jurnal hasil penelitian

(Sutarna et al., 2021) yang menunjukkan dampak negatif lebih menonjol daripada

dampak positif saat menjalani pembelajaran daring. Sependapat dengan hasil

penelitian (Fadhilaturrahmi et al., 2021) yang mengatakan bahwa pembelajaran

jarak jauh tidak memiliki keunggulan melainkan pembelajaran jarak jauh

merugikan orang tua dan peserta didik.

2. Masalah yang Dihadapi Guru Saat Proses Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring ini dalam pelaksanaannya mengalami banyak kendala

yang menyebabkan pembelajaran tidak berjalan dengan maksimal. Kendalanya

adalah siswa tidak memiliki handphone, kuota dan jaringan internet. Hal tersebut

diperkuat oleh dokumen jurnal hasil penelitian (Ayu et al., 2021) yang

mengatakan kendala/kekurangan dalam pelaksanaanya seperti jaringan yang tidak

mendukung dan fasilitas untuk pembelajaran daring masih terbatas. Sejalan

dengan hasil penelitian (Anggianita et al., 2020) yang mengatakan masih


81

kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung seperti android dan kuota. Sama

yang diungkap oleh (Rigianti, 2020) kendala yang dialami guru selama

pembelajaran daring yaitu aplikasi pembelajaran, jaringan internet dan gawai.

Hasil penelitian (Putria et al., 2020) mengatakan hal yang sama kendalanya belum

semua peserta didik memiliki handphone.

Siswa kesulitan memahami materi pembelajaran juga merupakan faktor

penghambat dalam melakukan pembelajaran daring. Karena guru hanya

mengirimkan materi tanpa menjelaskan. Diperkuat juga oleh hasil penelitian

(Juliya & Herlambang, 2021) yang mengatakan bahwa siswa kesulitan dalam

memahami konten materi yang diberikan guru. Sejalan dengan hasil penelitian

(Widyaningsih, 2020) yang mengatakan siswa kesulitan dalam memahami materi

pembelajaran karena penyerapan siswa terhadap materi terbatas karena perbedaan

tingkat kecerdasan siswa. Sependapat juga dengan hasil penelitian

(Fadhilaturrahmi et al., 2021) yang mengatakan guru kesulitan dalam

menyampaikan materi kepada peserta didik karena pembelajaran tidak dilakukan

dengan tatap muka sehingga guru tidak tahu sampai mana pemahaman peserta

didik.

Lingkungan belajar siswa yang kurang kondusif juga merupakan faktor

penghambat dalam melakukan pembelajaran daring karena kurang pendampingan

orang tua selama pembelajaran daring. (Fauzi, 2020) mengatakan lingkungan

sekitar dapat memberikan pengaruh dalam pembelajaran secara daring.

(Fadhilaturrahmi et al., 2021) juga mengatakan tidak semua peserta didik akan

sukses dalam pembelajaran online. Ini dikarenakan faktor lingkungan belajar dan

karakteristik peserta didik. Sependapat dengan hasil penelitian (Hanifah Salsabila


82

et al., 2020) yang mengatakan lingkungan sosial keluarga yang kurang kondusif

menyebabkan peserta didik tidak dapat fokus untuk belajar. Diperkuat oleh jurnal

hasil penelitian (Anisa et al., 2021) yang mengatakan lingkungan belajar tidak

kondusif karena tidak semua orang tua siswa mendampingi anaknya dalam

pembelajaran daring di rumah karena orang tua juga harus bekerja, jadi terkadang

sulit memantau siswa sehingga kurang tercipta suasana belajar yang kurang

kondusif.

Siswa bosan dan suntuk juga merupakan kendala saat melakukan

pembelajaran daring. Karena durasi pembelajaran daring yang terlalu lama

menyebabkan siswa cepat bosan dan mengalami kelelahan. Diperkuat oleh

dokumen hasil penelitian (Juliya & Herlambang, 2021) yang mengatakan bahwa

durasi pembelajaran daring yang terlalu lama dapat menyebabkan siswa merasa

bosan dan tak sedikit mengalami kejenuhan fisik. (Anugrahana, 2020b) juga

mengungkap siswa banyak yang mengalami kejenuhan dan kebosanan belajar

secara daring sehingga terkadang menjawab soal secara asal- asalan. Sejumlah

siswa menjadi bosan, malas dan jenuh dengan pembelajaran daring dan

melampiaskan dengan banyak bermain dan menjadi candu dengan gawai (Arifin

& Sukati, 2020). Selain itu, (Ayu et al., 2021) mengatakan peserta didik

cenderung cepat merasa bosan/jenuh, karena tidak adanya teman sebaya yang

diajak bekerja sama dan bermain bersama di rumah.

3. Solusi Permasalahan yang Dihadapi Guru Saat Proses Pembelajaran Daring

Siswa yang tidak memiliki fasilitas yang menunjang, guru menyuruh siswa

datang ke sekolah untuk mengambil buku pembelajaran atau materi pembelajaran.


83

Diperkuat hasil penelitian (Purwasih & Elshap Safitri, 2021) yang mengatakan

bahwa solusi yang diberikan sekolah atau guru adalah guru menyediakan tugas

dan materi yang sudah di print untuk diambil oleh siswa ke sekolah. Sejalan

dengan hasil penelitian (Puspita et al., 2020) yang mengatakan guru mata

pelajaran bertugas untuk membuat modul (bahan ajar) yang sesuai dengan materi

yang akan dipelajari oleh siswa, membuat LKPD yang mudah dipahami oleh

siswa dalam mengerjakan tugas. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat mencari

tempat jaringan yang baik agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

Bagi siswa yang kesulitan dalam memahami materi pembelajaran, siswa

diminta datang belajar bersama guru. Diperkuat oleh dokumen jurnal hasil

penelitian (Khotijah et al., 2021) yang menyatakan bahwa apabila masih belum

ada perubahan dari siswa maka guru memanggil siswa dan orang tua untuk datang

ke sekolah agar diberikan penjelasan kembali serta memberikan tugas yang sama

terkait materi yang masih kurang paham. Siswa belajar melalui media sosial

internet dan youtube juga merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut

karena dapat membantu siswa belajar selama pembelajaran daring. Diperkuat oleh

dokumen jurnal hasil penelitian (Warista, 2011) menyatakan bahwa peserta didik

dapat memanfaatkan teknologi atau internet sebagai sumber belajar.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat juga dapat menjadi solusi

dalam permasalahan tersebut. Diperkuat oleh dokumen hasil penelitian (Juliya &

Herlambang, 2021) yang mengatakan bahwa pentingnya seorang guru dalam

memilih metode pembelajaran yang tepat selama pembelajaran daring. Meskipun

pembelajaran dilaksanakan secara daring, proses pembelajaran tetap harus

menjadikan siswa sebagai objek aktif selama pembelajaran. Membuat forum


84

diskusi dan melakukan kolaborasi dengan orang tua siswa merupakan solusi dari

permasalahan tersebut karena dengan melakukan diskusi dengan orang tua siswa

maka orang tua dapat paham terkait pembelajaran anak. Diperkuat oleh dokumen

penelitian (Juliya & Herlambang, 2021) yang mengatakan bahwa pentingnya

menjaga komunikasi antara guru dan orang tua dalam memantau proses belajar

siswa. (Purwanto et al., 2020) komunikasi guru dan sekolah dengan orang tua

harus terjalin dengan lancar.

Persamaan dan perbedaan hasil penelitian peneliti dan hasil penelitian

yang relevan.

1. Perbedaan penelitian (Satrianingrum & Prasetyo, 2020) membahas tentang

persepsi guru dampak covid-19 terhadap pelaksanaan pembelajaran daring di

PAUD, sedangkan peneliti membahas tentang persepsi guru terhadap proses

belajar daring di Sekolah Dasar. Persamaan terhadap penelitian yang dikaji

adalah sama-sama menguraikan pembelajaran daring di masa pandemi covid-

19.

2. Perbedaan penelitian (Stofiana, 2021) membahas tentang persepsi guru Bahasa

Indonesia tentang belajar daring akibat dampak pandemi covid-19 di SMP

Negeri 12 Baubau, sedangkan peneliti membahas tentang persepsi guru

terhadap proses belajar daring di Sekolah Dasar. Persamaan terhadap penelitian

yang dikaji adalah sama-sama menguraikan pembelajaran daring di masa

pandemi covid-19.

3. Perbedaan penelitian (Khotijah et al., 2021) membahas tentang analisis

persepsi guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring di Sekolah Dasar,

sedangkan peneliti membahas tentang persepsi guru terhadap proses belajar


85

daring di Sekolah Dasar. Persamaan terhadap penelitian yang dikaji adalah

sama-sama menguraikan pembelajaran daring.

4. Perbedaan penelitian (Anisa et al., 2021) membahas tentang persepsi guru

matematika terhadap pembelajaran dalam jaringan (daring) tingkat SMP,

sedangkan peneliti membahas tentang persepsi guru terhadap pembelajaran

secara umum di tingkat SD. Persamaan penelitian yang dikaji peneliti sama-

sama memaparkan tentang pembelajaran daring.

5. Perbedaan penelitian (Dewi et al., 2021) membahas tentang persepsi guru

terhadap pelaksanaan pembelajaran secara daring (online) di SD 003 Karimun

TA.2020/2021, sedangkan peneliti membahas tentang persepsi guru terhadap

proses belajar daring di SD Inpres Tinggimae. Persamaan penelitian yang

dikaji peneliti yaitu sama-sama memaparkan tentang pembelajaran daring.

Kebaharuan penelitian peneliti dengan penelitian yang sudah dilakukan

yaitu:

1. Terletak pada lokasi penelitiannya. Selain itu, di SD Inpres Tinggimae

sendiri belum pernah ada yang melakukan penelitian terkait dengan

pandemi covid-19.

2. Terletak pada subjek penelitiannya. Penelitian yang sudah dilakukan

kebanyakan berfokus kepada guru dan siswa. Sedangkan peneliti berfokus

kepada guru saja.

3. Terletak pada metode penelitiannya. Metode penelitian sebelumnya lebih

banyak membahas kualitatif dengan pendekatan deskriptif atau kuantitatif


86

saja. Sedangkan peneliti membahas metode penelitian kombinasi (mix-

metode)
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

persepsi guru terhadap proses belajar daring di SD Inpres Tinggimae belum

berjalan dengan baik karena mengalami banyak kendala dan juga belum efektif.

Masalah atau kendala yang dihadapi guru saat proses belajar daring yaitu

ketiadaan fasilitas yang menunjang seperti handphone, kuota, dan jaringan

internet. Solusi terkait permasalahan yaitu siswa datang ke sekolah mengambil

tugas atau materi pembelajaran, belajar bersama guru, mencari akses jaringan

yang baik, juga menggunakan metode pembelajaran yang tepat serta membuat

forum diskusi orang tua dan guru.

B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah dipaparkan, maka kiranya saran

dapat diberikan yaitu:

1. Kepala Sekolah

Pembelajaran daring ini memerlukan persiapan yang matang. Oleh karena itu

perlu kiranya diberikan pendidikan atau pelatihan terkait aplikasi-aplikasi yang

dapat digunakan dalam pembelajaran.

2. Bagi guru

IT sangat berperan penting dalam pendidikan, guru harus meningkatkan

kompetensi pedagogik dan kemampuan guru dalam menguasai IT.

87
DAFTAR PUSTAKA

Abdurakhman, O., & Rusli, R. K. (2017). Teori Belajar dan Pembelajaran.


DIDAKTIKA TAUHIDI: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(1), 1–28.
Agustang, A. (2020). Filosofi Research Dalam Upaya Pengembangan Ilmu (Vol.
2). Multi Global.
Agustina, N., & Susanto, R. (2017). Persepsi Guru Terhadap Pengembangan
Profesionalisme Melalui Pelatihan Media Pembelajaran Berbasis Edmodo.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika (SENAPATI)
Ke-8, 0362, 44–48. http://pti.undiksha.ac.id/senapati
Anggianita, S., Yusnira, & Rizal, M. S. (2020). Persepsi Guru terhadap
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar Negeri 013 Kumantan. Journal of
Education Research, 1(2), 177–182. https://doi.org/10.37985/joe.v1i2.18
Anisa, R. J., Jana, P., & Marsiyam. (2021). Persepsi Guru Matematika Terhadap
Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring). Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika Volume 10, No. 4, 2021, 2119-2128, 10(4), 2119–2128.
Anugrahana, A. (2020a). Hambatan, Solusi dan Harapan: Pembelajaran Daring
Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar. Scholaria:
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10(3), 282–289.
https://doi.org/10.24246/j.js.2020.v10.i3.p282-289
Anugrahana, A. (2020b). Hambatan , Solusi dan Harapan : Pembelajaran Daring
Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar. Scholaria:
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10(3), 282–289.
Arifin, A. S., & Sukati. (2020). Persepsi Guru Madrasah Ibtidaiyah Terhadap
Pembelajaran Daring Selama Program Belajar Dari Rumah (BDR) di Masa
Pandemi Covid-19. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 11(2), 150.
https://doi.org/10.21927/literasi.2020.11(2).150-158
Asmuni. (2020). Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19
dan Solusi Pemecahannya. Journal of Pedagogy:Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pendidikan, 7(4), 281–288.
Asridayanti, & Sari, R. (2021). Problematika Pembelajaran Daring Masa Pandemi
Covid-19. At-Tarbawi: Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Kebudayaan, 8(2),
146–151. https://doi.org/10.32505/tarbawi.v8i2.2527
Astuti, M. (2021). Analisis Efektifitas Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar
Pada Abstrak Analysis of The Effectiveness of Online Learning At
Elementary Schools During Pandemic Covid-19 Abstract. Journal of
Integrated Elementary Education, 1(1), 49–58.
Ayu, S., Rukayah, & Rachman, S. A. (2021). Persepsi Guru Kelas Terhadap
Pembelajaran Daring di SD Negeri 100 Melle. Jurnal Pendidikan &
Pembelajaran Sekolah Dasar, 1(2). https://ojs.unm.ac.id/jppsd/index
Creswell, J. W. (2001). Educational Research: Planning, Conducting, and

88
89

Evaluating Quantitative and Qualitative Research (P. A. Smith (ed.)).


Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Creswell, J. W. (2017). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. Sage publication.
Creswell, W. J. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed. Pustaka Pelajar.
Dewi, T. M., Dirneti, & Yuliandari, R. S. N. (2021). Persepsi Guru Terhadap
Pelaksanaan Pembelajaran Secara Daring ( Online ) Di SDN 003 Karimun
Ta. 2020 / 2021. Jurnal Pendidikan MINDA, 3(1), 19–31.
Fadhilaturrahmi, Ananda, R., & Yolanda, S. (2021). Persepsi Guru Sekolah Dasar
terhadap Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid 19. Jurnal
Basicedu, 5(3), 1683–1688. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.1187
Fauzi, M. (2020). Strategi Pembelajaran Masa Pandemi Covid-19. Al-Ibrah, 2(2),
121–145.
Hanifah Salsabila, U., Irna Sari, L., Haibati Lathif, K., Puji Lestari, A., &
Ayuning, A. (2020). Peran Teknologi Dalam Pembelajaran Di Masa Pandemi
Covid-19. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial Keagamaan,
17(2), 188–198. https://doi.org/10.46781/al-mutharahah.v17i2.138
Hastuti, S. (2021). Persepsi Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Daring
(Dalam Jaringan) pada Masa Social Distancing (Wabah Covid-19). 4(1), 6.
Indraningtyas, S., Dharmayanti, W., & Sastrosupadi, A. (2021). Pengaruh Model
Pembelajaran Luring dan Daring Terhadap Prestasi Belajar Siswa Metta
School. PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan, 35(2), 105–113.
Juliya, M., & Herlambang, Y. T. (2021). Analisis Problematika Pembelajaran
Daring dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Genta Mulia,
XII(1), 281–294.
Kemendikbud. (2013). Permendikbud RI Nomor 109 Tahun 2013. Permendikbud
Nomor 109 Tahun 2013, 1–8.
https://lppmp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Permen-Nomor-109-
tahun-2013-ttg-PJJ.pdf
Khotijah, S., Rahayu, D. W., Nafiah, N., & Hartatik, S. (2021). Analisis Persepsi
Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar. Edukatif:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 2834–2846.
http://dx.doi.org/10.31004/edukatif.v3i5.1003
Kristina, M., Sari, R. N., & Nagara, E. S. (2020). Model pelaksanaan
pembelajaran daring pada masa pandemi covid 19 di provinsi lampung.
JURNAL IDAARAH, IV(2), 200–209.
Masgumelar, N. K., & Mustafa, P. S. (2021). Teori Belajar Konstruktivisme dan
Implikasinya dalam Pendidikan. GHAITSA: Islamic Education Journal, 2(1),
49–57. https://siducat.org/index.php/ghaitsa/article/view/188
90

Nahar, N. I. (2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses


Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1, 64–74.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2141.1992.tb08137.x
Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Choi, C.
H., & Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19
Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns:
Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1–12.
https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/397
Purwasih, R., & Elshap Safitri, D. (2021). Belajar Bersama Covid-19:Riview
Impelentasi, Tantangan, dan Solusi Pembelajaran Daring pada Guru-Guru
SMP. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Matematika, 10(2), 940–950.
Puspita, D., Putri, E., & Tarbiyah, F. (2020). Implementasi Pembelajaran Daring
dan Luring Saat Pandemi Covid 19. EDUGAMA: Jurnal Kependidikan Dan
Sosial Keagamaan Vol.6, 6(01), 111–120.
https://doi.org/10.32923/edugama.v6i1.1326
Putri, R. D. P., & Suyadi. (2021). Problematika Pembelajaran Daring dalam
Penerapan Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5),
3912–3919. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1442
Putria, H., Maula, L. H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis Proses Pembelajaran
dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi Covid- 19 Pada Guru Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 861–870.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i4.460
Rigianti, H. A. (2020). Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar di
Kabupaten Banjarnegara. Elementary School, 7, 297–302.
Rizal, R M, Sanapiah, S, K. A. (2020). Persepsi Guru SDN 4 Teros Terhadap
Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi COVID-19. JPIn: Jurnal Pendidik
Indonesia, 3(2), 36–41.
Rohmat, D. R. S., Suryana, Y., & Respati, R. (2021). Persepsi Guru Sekolah
Dasar Terhadap Pembelajaran Online di Kecamatan Bojonggambir.
Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 1745–1756.
Safitri, R. A., Megantara, B. A., Saadah, A. M., Widyawati, I. O., Budiarto, K. D.,
& Darmadi. (2021). Analisis Problematika Pembelajaran Matematika di
Sekolah Menengah Pertama dalam Pembelajaran Daring. JPdK(Jurnal
Pendidikan Dan Konseling), 3(2), 81–84.
https://doi.org/10.31004/jpdk.v3i2.1799
Satrianingrum, A. P., & Prasetyo, I. (2020). Persepsi Guru Dampak Pandemi
Covid-19 terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Daring di PAUD. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 633.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.574
Shahbana, E. B., Kautsar farizqi, F., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori
Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi
Pendidikan, 9(1), 24–33. https://doi.org/10.37755/jsap.v9i1.249
91

Stofiana, T. (2021). Persepsi Guru Bahasa Indonesia Tentang Belajar Daring


Akibat Dampak Pandemi Covid-19 di SMP Negeri 12 Baubau. JEC (Jurnal
Edukasi Cendikia), 5(1), 44–54.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung:
Alfabeta
Sutarna, N., Acesta, A., Cahyati, N., Giwangsa, S. F., Iskandar, D., & Harmawati,
H. (2021). Dampak Pembelajaran Daring terhadap Siswa usia 5-8 tahun.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 288–297.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i1.1265
Tashakkori, A., & Teddlie, C. (2010). Sage handbook of mixed methods in social
& behavioral research.
Warista. (2011). Landasan Teori dan Teknologi Informasi Dalam Pengembangan
Teknologi Pembelajaran.
Widyaningsih, O. (2020). Penerapan Pembelajaran Online ( Dalam Jaringan ) di
Sekolah Dasar. Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(2), 50–60.
Yenny, S., & Jayanto, I. (2021). Teori Belajar & Pembelajaran. Malang: Literasi
Nusantara
LAMPIRAN

92
93

LAMPIRAN-LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Zarah Fratiwi Nur

Nim : 105401126518

Judul Penelitian : Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar Daring di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten

Gowa

Rumusan Indikator Sub Indikator Item Pertanyaan


Masalah
1.Bagaimana Pembelajaran ● Pelaksanaan proses 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran
persepsi guru daring pembelajaran daring daring ini berjalan dengan baik?
terhadap proses
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran
belajar daring
daring yang dilaksanakan ini efektif?
di SD Inpres
Tinggimae 3. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah aplikasi yang
Kecamatan digunakan seperti whatsapp, classroom, zoom dalam
Somba Opu pembelajaran daring ini sangat membantu?
Kabupaten
Gowa? 4. Menurut pendapat Bapak/Ibu lebih efektif pembelajaran
daring atau tatap muka?
94

5. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran


daring ini memberikan dampak positif?
6. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran
daring ini memberikan dampak negatif?

2.Masalah apa Kendala saat ● Ketiadaan fasilitas 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa tidak
yang dihadapi melakukan yang menunjang mempunyai komputer, handphone atau laptop
guru saat pembelajaran seperti komputer, merupakan salah satu faktor penghambat dalam proses
proses belajar daring laptop, atau pembelajaran daring ?
daring di SD handphone
Inpres
Tinggimae ● Ketiadaan jaringan 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah jaringan internet
Kecamatan internet dan kuota dan kuota internet merupakan salah satu faktor
Somba Opu internet penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
Kabupaten
Gowa? ● Kesulitan 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa kesulitan
memahami materi memahami materi pembelajaran merupakan salah satu
pembelajaran faktor penghambat dalam proses pembelajaran daring ?

● Kondisi lingkungan 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah kondisi


belajar siswa yang lingkungan belajar siswa yang tidak kondusif
kurang kondusif merupakan salah satu faktor penghambat dalam proses
belajar daring ?
● Siswa bosan dan 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa merasa
suntuk cepat bosan dan suntuk merupakan salah satu faktor
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
95

3.Bagaimana Solusi ● Datang ke sekolah 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke
solusi yang ketiadaan mengambil buku sekolah mengambil buku pembelajaran merupakan
dilakukan fasilitas yang pembelajaran salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
untuk menunjang
● Belajar bersama 2. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke
mengatasi seperti
guru di sekolah sekolah belajar bersama guru merupakan salah satu
permasalahan komputer,
solusi dari permasalahan tersebut?
yang dihadapi laptop atau
guru di SD handphone
Inpres
Tinggimae Solusi ● Mencari akses 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa mencari
Kecamatan Ketiadaan jaringan yang baik akses jaringan yang baik dan membeli kuota internet
Somba Opu jaringan dan membeli kuota merupakan salah satu solusi dari permasalahan
Kabupaten internet dan internet. tersebut?
Gowa? kuota internet

Kesulitan ● Belajar melalui 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah belajar melalui


memahami media sosial seperti media sosial seperti internet dan youtube merupakan
materi melalui internet, salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
pembelajaran youtube, dll

Solusi ● Menggunakan 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah menggunakan


penggunaan metode metode yang tepat selama proses pembelajaran daring
metode pembelajaran yang dapat menjadi solusi dalam permasalahan tersebut?
pembelajaran tepat selama proses
yang tepat pembelajaran daring
seperti pelaksanaan
96

kuis saat
pembelajaran
● Membuat forum 1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah membuat forum
diskusi orang tua diskusi orang tua dan guru dapat menjadi solusi dalam
dan guru permasalahan tersebut?
97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA

Sumber Data : Suryani Kama S.Pd

Jabatan : Guru Kelas I

Hari/Tanggal : Selasa, 10 Mei 2022


Item Pertanyaan Jawaban

1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena kita
daring ini berjalan dengan baik? tidak berhadapan langsung dengan dengan siswa, siswa juga
malas dalam mengerjakan tugas terkadang orang tuanya yang
kerjakan tugasnya
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini belum efektif karena kita tidak
daring yang dilaksanakan ini efektif? berhadapan langsung dengan siswa dan siswa lebih banyak
dikontrol oleh orang tua siswa karena di kelas I belum ada anak-
anak yang bisa memegang handphone. Jadi guru lebih banyak
berkomunikasi dengan orang tua dibanding siswanya
3. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah aplikasi yang Aplikasi yang digunakan seperti whatsapp sangat membantu
98

digunakan seperti whatsapp, classroom, zoom dalam karena merupakan media dalam pembelajaran
pembelajaran daring ini sangat membantu?
4. Menurut pendapat Bapak/Ibu lebih efektif pembelajaran Pembelajaran tatap muka lebih efektif dibanding pembelajaran
daring atau tatap muka? daring.
5. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Dampak positifnya yaitu kita lebih aktif berkomunikasi ke orang
daring ini memberikan dampak positif? tua siswa
6. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Dampak negatifnya itu kita kurang komunikasi dengan siswa,
daring ini memberikan dampak negatif? ada beberapa siswa yang kita kurang tau karena kurang
berhadapan langsung terus anak-anak itu lebih malas karena
kadang tuanya yang kerjakan tugasnya.
7. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa tidak Faktor penghambat dalam pembelajaran daring yaitu ada
mempunyai handphone atau laptop merupakan salah beberapa siswa yang belum memiliki handphone android
satu faktor penghambat dalam proses pembelajaran karenakan harus memiliki handphone android karena memakai
daring ? aplikasi. Selain itu karena keadaan ekonomi yang tidak sama
jadi biasanya kendalanya ke kuota internet.
8. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah jaringan internet Iya betul
dan kuota internet merupakan salah satu faktor
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
9. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa kesulitan Siswa sulit memahami materi yang diajarkan karena kita tidak
memahami materi pembelajaran merupakan salah satu berhadapan langsung dengan siswanya
faktor penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
99

10. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah kondisi lingkungan Iya, pembelajaran yang dilakukan di rumah membuat anak-anak
belajar siswa yang tidak kondusif merupakan salah satu malas dalam mengerjakan tugasnya sehingga anak-anak lebih
faktor penghambat dalam proses belajar daring ? memilih bermain daripada belajar
11. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa merasa cepat Iya, siswa merasa cepat bosan karena siswa terlalu lama
bosan dan suntuk merupakan salah satu faktor berhadapan dengan handphone
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
12. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya, orang tua siswa yang belum memiliki handphone android
sekolah mengambil buku pembelajaran mengumpulkan biasanya itu dalam satu minggu orang tuanya datang mengambil
tugas, dan memberikan waktu tambahan merupakan tugasnya. Misalnya hari senin orang tuanya datang mengambil
salah satu solusi dari permasalahan tersebut? tugasnya terus hari sabtunya baru dikumpul tugasnya. Jadi orang
tuanya yang datang ke sekolah mengambil tugasnya tapi
anaknya yang mengerjakan di rumah karena anak-anak belum
bisa datang ke sekolah jadi orang tuanya saja yang bawa kesini
ambil tugasnya.
13. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya merupakan salah satu solusinya
sekolah belajar bersama guru merupakan salah solusi
dari permasalahan tersebut?
14. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa mencari Iya betul
akses jaringan yang baik dan membeli kuota internet
merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
15. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah belajar melalui Tidak, karena di kelas I belum ada anak-anak yang bisa
media sosial seperti internet dan youtube merupakan memegang handphone.
salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
16. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah menggunakan Tidak menggunakan metode pembelajaran
metode pembelajaran yang tepat selama proses
100

pembelajaran daring dapat menjadi solusi dalam


permasalahan tersebut?
17. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah membuat forum Iya, Kami berkomunikasi saja lewat whatsapp apa-apa
diskusi orang tua dan guru dapat menjadi solusi dalam kendalanya
permasalahan tersebut?

HASIL WAWANCARA

Sumber Data : Kartini S.Pd

Jabatan : Guru Kelas II

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2022

Item Pertanyaan Jawaban

1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena
daring ini berjalan dengan baik? menurut saya pembelajaran daring itu kurang maksimal karena
di kelas II ini anak-anak masih membutuhkan contoh langsung
101

dari guru
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini belum efektif karena kadang orang
daring yang dilaksanakan ini efektif? tuanya yang kerjakan tugasnya. Kadang kita salah menilai yang
dianggap pintar itu ternyata dia tidak bisa kalau daring
3. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah aplikasi yang Iya, aplikasi yang digunakan seperti whatsapp sangat membantu
digunakan seperti whatsapp, classroom, zoom dalam karena merupakan media dalam pembelajaran
pembelajaran daring ini sangat membantu?
4. Menurut pendapat Bapak/Ibu lebih efektif pembelajaran Lebih efektif pembelajaran tatap muka dibanding pembelajaran
daring atau tatap muka? daring
5. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring tidak memberikan dampak positif tapi
daring ini memberikan dampak positif? memberikan dampak negatif.
6. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Dampak negatifnya itu kadang tugas anak-anak itu di kerjakan
daring ini memberikan dampak negatif? orang tuanya

7. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa tidak Iya, faktor penghambat dalam pembelajaran daring yaitu kadang
mempunyai handphone atau laptop merupakan salah ada orang tua yang memiliki handphone, kadang ada
satu faktor penghambat dalam proses pembelajaran handphonenya tapi tidak ada lagi kuotanya. Kadang-kadang
daring ? anak-anak cuma mengabsen tapi tidak mengirim tugas
8. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah jaringan internet Iya merupakan faktor penghambat
dan kuota internet merupakan salah satu faktor
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
9. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa kesulitan Iya, siswa sulit memahami materi pembelajaran karena guru
memahami materi pembelajaran merupakan salah satu hanya mengirimkan materi saja lewat whatsapp atau classroom
102

faktor penghambat dalam proses pembelajaran daring ? tanpa bisa menjelaskan. Beda dengan tatap muka

10. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah kondisi lingkungan Iya, pembelajaran yang dilakukan di rumah membuat orang tua
belajar siswa yang tidak kondusif merupakan salah satu siswa sulit mengontrol anaknya karena kesibukan mereka dalam
faktor penghambat dalam proses belajar daring ? bekerja
11. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa merasa cepat Iya, siswa merasa cepat bosan karena terlalu lama berhadapan
bosan dan suntuk merupakan salah satu faktor dengan handphone
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
12. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya, kita bagikan buku paket tapi kadang-kadang masih ada
sekolah mengambil buku pembelajaran, mengumpulkan anak-anak yang tidak mengerti tapi hanya 1-2 orang saja yang
tugas, dan memberikan waktu tambahan merupakan seperti itu
salah satu solusi dari permasalahan tersebut?

13. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya, anak-anak yang belum mengerti tentang materi
sekolah belajar bersama guru merupakan salah solusi pembelajaran kita panggil anaknya datang ke sekolah untuk kita
dari permasalahan tersebut? ajar siswanya.
14. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa mencari Iya betul
akses jaringan yang baik dan membeli kuota internet
merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
15. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah belajar melalui Tidak di kelas II anak-anak belum bisa memegang handphone
media sosial seperti internet dan youtube merupakan
salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
16. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah menggunakan Tidak menggunakan metode selama pembelajaran daring
103

metode yang tepat selama proses pembelajaran daring


dapat menjadi solusi dalam permasalahan tersebut?
17. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah membuat forum Iya, kami berkomunikasi saja lewat whatsapp
diskusi orang tua dan guru dapat menjadi solusi dalam
permasalahan tersebut?

HASIL WAWANCARA

Sumber Data : Darniati S.Pd

Jabatan : Guru Kelas III

Hari/Tanggal : Jumat, 13 Mei 2022


104

Item Pertanyaan Jawaban

1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena
daring ini berjalan dengan baik? pembelajarannya semakin menurun karena tidak sama dengan
tatap muka kalau misalnya tatap muka kita bisa menjelaskan
sedetail-detailnya sampai anak-anak bisa mengerti tapi kalau
daring kita sepintas saja begitu kita menjelaskan lewat online
tidak seperti tatap muka
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini belum efektif karena anak-anak malas
daring yang dilaksanakan ini efektif? dalam mengirim tugas
3. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah aplikasi yang Iya, whatsapp dan classroom sangat membantu dalam
digunakan seperti whatsapp, classroom, zoom dalam pembelajaran daring karena merupakan media pembelajaran
pembelajaran daring ini sangat membantu?
4. Menurut pendapat Bapak/Ibu lebih efektif pembelajaran Pembelajaran tatap muka ini lebih efektif dibandingkan
daring atau tatap muka? pembelajaran daring
5. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini tidak memberikan dampak positif tapi
daring ini memberikan dampak positif? memberikan dampak negatif
6. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Iya, dampak negatifnya itu daftar hadir siswa tidak full, tugas-
daring ini memberikan dampak negatif? tugasnya juga ada yang mengirim ada yang tidak
7. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa tidak Iya, faktor penghambat dalam pembelajaran daring terutama
mempunyai handphone atau laptop merupakan salah masalah kuota internet. Selain itu orang tua atau siswa juga
satu faktor penghambat dalam proses pembelajaran kadang punya handphone tapi anak-anak sendiri yang malas
daring ? mengirim tugas jadi tidak seperti tatap muka karena orang tua
juga di rumah punya kesibukan masing-masing jadi anak-anak
105

tidak terlalu dikontrol. Selain itu, kendalanya ke kuota internet


8. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah jaringan internet Iya
dan kuota internet merupakan salah satu faktor
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
9. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa kesulitan Iya, siswa sulit memahami materi pembelajaran karena guru
memahami materi pembelajaran merupakan salah satu hanya mengirimkan materi pembelajaran. Kalau daring kita
faktor penghambat dalam proses pembelajaran daring ? sepintas saja begitu menjelaskan tidak seperti dengan tatap muka
10. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah kondisi lingkungan Iya, pembelajaran yang dilakukan di rumah ini membuat siswa
belajar siswa yang tidak kondusif merupakan salah satu malas dalam mengerjakan tugasnya karena bimbingan dari orang
faktor penghambat dalam proses belajar daring ? tua sangat kurang
11. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa merasa cepat Iya, pembelajaran daring yang terlalu lama membuat siswa
bosan dan suntuk merupakan salah satu faktor merasa bosan karena harus bertatapan terus dengan layar
penghambat dalam proses pembelajaran daring ? handphone
12. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya itu merupakan solusinya.
sekolah mengambil buku pembelajaran, mengumpulkan
tugas, dan memberikan waktu tambahan merupakan
salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
13. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya itu merupakan salah satu solusinya juga
sekolah belajar bersama guru merupakan salah solusi
dari permasalahan tersebut?
14. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa mencari Iya betul
akses jaringan yang baik dan membeli kuota internet
merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
106

15. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah belajar melalui Iya, merupakan salah satu solusinya tapi harus dengan kontrol
media sosial seperti internet dan youtube merupakan orang tua
salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
16. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah menggunakan Iya betul, dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan
metode yang tepat selama proses pembelajaran daring tersebut
dapat menjadi solusi dalam permasalahan tersebut?
17. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah membuat forum Iya, kami berkomunikasi dengan orang tua siswa melalui
diskusi orang tua dan guru dapat menjadi solusi dalam whatsapp
permasalahan tersebut?

HASIL WAWANCARA

Sumber Data : Ardhy Saputra S.Pd

Jabatan : Guru Kelas IV

Hari/Tanggal : Selasa, 17 Mei 2022


Item Pertanyaan Jawaban
107

1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena
daring ini berjalan dengan baik? pemberian materi itu sangat susah dan terbatas. Anak-anak
dijelaskan secara langsung saja belum tentu paham apalagi
hanya pembagian materi saja
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini belum efektif karena pemberian materi
daring yang dilaksanakan ini efektif? sangat susah dan terbatas
3. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah aplikasi yang Iya, whatsapp dan classroom sangat membantu sekali dalam
digunakan seperti whatsapp, classroom, zoom dalam pembelajaran daring karena merupakan media komunikasi kita
pembelajaran daring ini sangat membantu? dengan siswa
4. Menurut pendapat Bapak/Ibu lebih efektif pembelajaran Tatap muka lebih efektif dibanding pembelajaran daring
daring atau tatap muka?
5. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Tidak memberikan dampak positif, tapi memberikan dampak
daring ini memberikan dampak positif? negatif.
6. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Dampak negatifnya itu tidak semua siswa mempunyai
daring ini memberikan dampak negatif? handphone
7. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa tidak Handphone merupakan faktor penghambat dalam pembelajaran
mempunyai handphone atau laptop merupakan salah daring karena kita susah memberikan materi atau pembelajaran
satu faktor penghambat dalam proses pembelajaran ke siswa yang tidak punya handphone. Selain itu kita juga susah
daring ? berkomunikasi
8. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah jaringan internet Iya, percuma ada handphonenya kalau tidak ada kuotanya
dan kuota internet merupakan salah satu faktor
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
108

9. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa kesulitan Iya, siswa sulit memahami materi pembelajaran karena guru
memahami materi pembelajaran merupakan salah satu hanya mengirimkan materi saja lewat whatsapp atau classroom
faktor penghambat dalam proses pembelajaran daring ? tanpa bisa menjelaskan.
10. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah kondisi lingkungan Iya, lingkungan belajar siswa yang kurang kondusif sangat
belajar siswa yang tidak kondusif merupakan salah satu menghambat sekali
faktor penghambat dalam proses belajar daring ?
11. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa merasa cepat Iya, pembelajaran daring yang terlalu lama menyebabkan siswa
bosan dan suntuk merupakan salah satu faktor merasa cepat bosan dan capek
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
12. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya, merupakan salah satu solusinya biasanya itu kita suruh
sekolah mengambil buku pembelajaran, mengumpulkan datang ke sekolah mengambil tugas atau materi tapi tidak setiap
tugas, dan memberikan waktu tambahan merupakan hari. Kita suruh datang ambil tugas kemudian ambil tugas
salah satu solusi dari permasalahan tersebut? seminggu ke depan. Nanti minggu depannya datang lagi bawa
tugasnya untuk diperiksa. Begitu seterusnya.

13. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya itu merupakan salah satu solusinya juga.
sekolah belajar bersama guru merupakan salah solusi
dari permasalahan tersebut?
14. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa mencari Iya merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut.
akses jaringan yang baik dan membeli kuota internet
merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
15. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah belajar melalui Selama pembelajaran daring itu salah satu solusinya tapi harus
media sosial seperti internet dan youtube merupakan dengan kontrol orang tua
salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
16. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah menggunakan Selama pembelajaran daring tidak ada metode yang digunakan,
109

metode yang tepat selama proses pembelajaran daring hanya fokus ke penugasan saja
dapat menjadi solusi dalam permasalahan tersebut?

17. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah membuat forum Iya kami berkomunikasi dengan orang tua siswa melalui
diskusi orang tua dan guru dapat menjadi solusi dalam whatsapp.
permasalahan tersebut?

HASIL WAWANCARA

Sumber Data : Nursyamsi S.Pd

Jabatan : Guru Kelas V


110

Hari/Tanggal : Kamis , 18 Mei 2022

Item Pertanyaan Jawaban

1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring ini tidak berjalan dengan baik karena
daring ini berjalan dengan baik? kurang efisien dibanding dengan pertemuan langsung
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Pembelajaran daring belum efektif karena anak-anak itu lebih
daring yang dilaksanakan ini efektif? aktif orang tuanya dibanding siswanya
3. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah aplikasi yang Iya, whatsapp dan classroom sangat membantu dalam
digunakan seperti whatsapp, classroom, zoom dalam pembelajaran daring karena merupakan media pembelajaran
pembelajaran daring ini sangat membantu?
4. Menurut pendapat Bapak/Ibu lebih efektif pembelajaran Pembelajaran tatap muka ini lebih efektif dibandingkan
daring atau tatap muka? pembelajaran daring
5. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Dampak positifnya yaitu kita bisa dapat kerja di rumah
daring ini memberikan dampak positif?
6. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Dampak negatifnya itu pemberian materi kurang maksimal
daring ini memberikan dampak negatif? karena hanya mengirimkan materi saja lewat whatsapp
7. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa tidak Iya faktor penghambat dalam pembelajaran daring itu terutama
mempunyai handphone atau laptop merupakan salah masalah jaringan, biasa anak-anak mengeluh habis kuotanya.
satu faktor penghambat dalam proses pembelajaran
daring ?
8. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah jaringan internet Iya merupakan faktor penghambat
dan kuota internet merupakan salah satu faktor
111

penghambat dalam proses pembelajaran daring ?


9. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa kesulitan Iya, karena kita guru hanya mengirimkan materi lewat whatsapp
memahami materi pembelajaran merupakan salah satu
faktor penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
10. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah kondisi lingkungan Iya, pembelajaran yang dilakukan di rumah ini membuat siswa
belajar siswa yang tidak kondusif merupakan salah satu malas dalam mengerjakan tugasnya karena bimbingan dari orang
faktor penghambat dalam proses belajar daring ? tua sangat kurang
11. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa merasa cepat Iya, pembelajaran daring yang terlalu lama membuat siswa
bosan dan suntuk merupakan salah satu faktor merasa bosan karena harus bertatapan terus dengan layar
penghambat dalam proses pembelajaran daring ? handphone.
12. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya, itu merupakan solusinya
sekolah mengambil buku pembelajaran, mengumpulkan
tugas, dan memberikan waktu tambahan merupakan
salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
13. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya itu juga merupakan salah satu solusinya
sekolah belajar bersama guru merupakan salah solusi
dari permasalahan tersebut?
14. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa mencari Iya
akses jaringan yang baik dan membeli kuota internet
merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
15. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah belajar melalui Iya, Itu merupakan salah satu solusi siswa belajar melalui
media sosial seperti internet dan youtube merupakan internet dan youtube selama pembelajaran daring
salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
112

16. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah menggunakan Tidak, selama pembelajaran daring tidak ada metode yang
metode yang tepat selama proses pembelajaran daring digunakan, hanya fokus ke penugasan saja
dapat menjadi solusi dalam permasalahan tersebut?
17. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah membuat forum Iya, kami selalu berkomunikasi dengan orang tua siswa di
diskusi orang tua dan guru dapat menjadi solusi dalam whatsapp
permasalahan tersebut?

HASIL WAWANCARA
113

Sumber Data : Setiawan Utama S.Pd

Jabatan : Guru Kelas VI

Hari/Tanggal : Kamis, 19 Mei 2022

Item Pertanyaan Jawaban

1. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Iya


daring ini berjalan dengan baik?
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Belum efektif karena anak-anak banyak tidak paham tentang
daring yang dilaksanakan ini efektif ? materi yang diajarkan walaupun sebaik-baiknya guru dalam
mengajarkan sistem daring tetap anak-anak kurang bisa fokus.

3. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah aplikasi yang Iya, whatsapp dan classroom sangat membantu sekali dalam
digunakan seperti whatsapp, classroom, zoom dalam pembelajaran daring karena merupakan media komunikasi kita
pembelajaran daring ini sangat membantu? dengan siswa
4. Menurut pendapat Bapak/Ibu lebih efektif pembelajaran Tatap muka lebih efektif dibanding pembelajaran daring
daring atau tatap muka?
5. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Dampak positifnya itu anak-anak merasa nyaman belajar di
daring ini memberikan dampak positif? rumah karena lingkungan belajarnya di situ-situ saja.
6. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah pembelajaran Dampak negatifnya itu anak-anak tidak bisa bersosialisasi.
daring ini memberikan dampak negatif?
114

7. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa tidak Iya, faktor penghambat dalam pembelajaran daring karena pada
mempunyai handphone atau laptop merupakan salah saat proses pembelajaran seperti kita video sama anak-anak
satu faktor penghambat dalam proses pembelajaran memberikan pembelajaran secara langsung dengan
daring ? menggunakan video, ada anak-anak yang jaringannya terputus.
Jadi, rata-rata jaringan dari anak-anak sajalah. Kita mungkin
guru alhamdulillah sekolah yang fasilitasi jadi masalahnya
berada di anak-anak sendiri
8. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah jaringan internet Iya, kadang saat pembelajaran jaringan anak-anak suka terputus
dan kuota internet merupakan salah satu faktor
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
9. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa kesulitan Iya karena jaringan siswa pada saat pembelajaran kadang
memahami materi pembelajaran merupakan salah satu jaringannya terputus jadi anak-anak tidak paham dengan materi
faktor penghambat dalam proses pembelajaran daring ? yang diajarkan
10. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah kondisi lingkungan Iya, pembelajaran yang dilakukan di rumah ini sangat
belajar siswa yang tidak kondusif merupakan salah satu menghambat karena selama pembelajaran daring anak-anak
faktor penghambat dalam proses belajar daring ? interaksinya sangat kurang karena kurang diperhatikan oleh
orangtuanya
11. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa merasa cepat Iya, durasi pembelajaran daring yang terlalu lama menyebabkan
bosan dan suntuk merupakan salah satu faktor siswa cepat bosan dan capek
penghambat dalam proses pembelajaran daring ?
12. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya, saya berikan buku langsung ke anak-anak, jadi saya panggil
sekolah mengambil buku pembelajaran, mengumpulkan anak-anak untuk datang ke sekolah saya berikan buku. Atau
tugas, dan memberikan waktu tambahan merupakan yang kedua adalah saya berikan video rekaman pembelajaran
salah satu solusi dari permasalahan tersebut? yang akan saya ajarkan.
115

13. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa datang ke Iya, itu merupakan salah satu solusi. Kita panggil anak-anak
sekolah belajar bersama guru merupakan salah solusi yang belum paham datang ke sekolah, kita ajar secara langsung
dari permasalahan tersebut?
14. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah siswa mencari Iya
akses jaringan yang baik dan membeli kuota internet
merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
15. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah belajar melalui Itu merupakan salah satu solusi siswa belajar melalui internet
media sosial seperti internet dan youtube merupakan dan youtube selama pembelajaran daring
salah satu solusi dari permasalahan tersebut?
16. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah menggunakan Iya betul
metode yang tepat selama proses pembelajaran daring
dapat menjadi solusi dalam permasalahan tersebut?
17. Menurut pendapat Bapak/Ibu apakah membuat forum Iya kami selalu berkomunikasi dengan orang siswa di whatsapp.
diskusi orang tua dan guru dapat menjadi solusi dalam
permasalahan tersebut?
116

PEDOMAN OBSERVASI

Nama : Zarah Fratiwi Nur

Nim : 105401126518

Judul Penelitian : Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar Daring di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu

Kabupaten Gowa

Rumusan Indikator Sub Indikator Item Pengamatan Y T Keterangan


Masalah
Bagaimana Pelaksanaan ● Pelaksanaan 1 Pembelajaran daring ini berjalan
persepsi guru proses proses dengan baik
terhadap proses pembelajaran pembelajaran
2 Pembelajaran daring yang
belajar daring daring daring
dilaksanakan ini efektif
di SD Inpres
Tinggimae 3 Aplikasi yang digunakan dalam
Kecamatan pembelajaran daring ini seperti
Somba Opu whatsapp, classroom, dan zoom
Kabupaten sangat membantu
Gowa?
4 Lebih efektif pembelajaran tatap
muka dibanding pembelajaran
daring
5 Pembelajaran daring ini
117

memberikan dampak positif


6 Pembelajaran daring ini
memberikan dampak negatif

Masalah apa Kendala saat ● Ketiadaan 1. Siswa tidak mempunyai handphone


yang dihadapi melakukan fasilitas yang atau laptop merupakan salah satu
guru saat proses pembelajaran menunjang faktor penghambat dalam proses
belajar daring daring seperti pembelajaran daring
di SD Inpres komputer,
Tinggimae laptop, atau
Kecamatan handphone
Somba Opu
Kabupaten
Gowa?
● Ketiadaan 1. Jaringan internet dan kuota internet
jaringan merupakan salah satu faktor
internet dan penghambat dalam proses
kuota internet pembelajaran daring

● Kesulitan 1. Siswa kesulitan memahami materi


memahami pembelajaran merupakan salah satu
materi faktor penghambat dalam proses
pembelajaran pembelajaran daring
● Kondisi 1. Kondisi lingkungan belajar siswa
118

lingkungan yang tidak kondusif merupakan


belajar siswa salah satu faktor penghambat dalam
yang kurang proses belajar daring
kondusif
● Siswa bosan 1. Siswa bosan dan suntuk
dan suntuk merupakan salah satu faktor
penghambat dalam proses
pembelajaran daring
Bagaimana Solusi ketiadaan ● Datang ke sekolah 1. Siswa datang ke sekolah
solusi yang fasilitas yang mengambil buku mengambil buku pembelajaran
dilakukan untuk menunjang pembelajaran, merupakan salah satu solusi dari
mengatasi seperti permasalahan tersebut
● Datang ke sekolah
permasalahan komputer,
belajar bersama 2. Menurut Bapak/Ibu apakah siswa
yang dihadapi laptop atau
guru datang ke sekolah belajar bersama
guru di SD handphone
guru merupakan solusi dari
Inpres
permasalahan tersebut?
Tinggimae
Kecamatan
Somba Opu
Kabupaten
Gowa?
Solusi ● Mencari akses 1. Siswa mencari akses jaringan yang
Ketiadaan jaringan yang baik baik dan membeli kuota internet
jaringan internet merupakan salah satu solusi dari
dan membeli
dan kuota permasalahan tersebut
kuota internet
internet
119

Kesulitan ● Belajar melalui 1. Belajar melalui media sosial seperti


memahami media sosial internet dan youtube merupakan
materi seperti melalui salah satu solusi dari permasalahan
pembelajaran internet, youtube, tersebut
dll

Solusi ● Menggunakan 1. Guru menggunakan metode


penggunaan metode pembelajaran yang tepat selama
metode pembelajaran yang proses pembelajaran daring dapat
pembelajaran tepat selama menjadi solusi dalam permasalahan
yang tepat proses tersebut
pembelajaran
daring seperti
pelaksanaan kuis
saat pembelajaran
Melakukan ● Membuat forum 1. Membuat forum diskusi orang tua
kolaborasi diskusi orang tua dan guru dapat menjadi solusi
antara guru dan dan guru dalam permasalahan tersebut
orang tua
120
121

LEMBAR DOKUMENTASI

Nama : Zarah Fratiwi Nur

Nim : 105401126518

Judul Penelitian : Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar Daring Di SD

Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

Dokumen Keterangan
Keadaan Sekolah

Visi Misi

Struktur Organisasi Sekolah

Peraturan
122

DOKUMENTASI

Keadaan Sekolah Struktur Organisasi Sekolah

Visi Misi Tata Tertib Sekolah


123

Wawancara Guru Kelas I Wawancara guru kelas II

Wawancara Guru Kelas III Wawancara guru kelas IV

Wawancara Guru Kelas V Wawancara Guru Kelas VI


124

INSTRUMEN ANGKET
https://forms.gle/f6VxdsAVBVCBgKnQ8
125

Surat Pengantar Penelitian


126

Surat Pengantar Permohonan Izin ke Kedinasan Gowa


127

Surat Izin Penelitian Kedinasan Gowa


128

Surat Keterangan Bebas Plagiat


129

Kartu Kontrol Penelitian


130

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


131

RIWAYAT HIDUP

Zarah Fratiwi Nur, Dilahirkan di Makassar pada tanggal 05

Mei 2000. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan

Ayahanda Zainuddin dan Ibunda Nurhayati. Penulis masuk

Sekolah Dasar pada tahun 2006 di SD Inpres Lambengi dan

tamat tahun 2012. Penulis menyelesaikan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2015 di SMPN 1 Sungguminasa dan

tamat di SMA Negeri 1 Gowa tahun 2018. Pada tahun yang sama (2018) penulis

melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar Program Strata (SI) Kependidikan. Dan

dapat menyusun skripsi dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Proses Belajar

Daring di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”.

Anda mungkin juga menyukai