SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Sitti Hardiyanti Indah Nugraha
10540 9253 14
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin Telp. (0411) 866 132 Makassar 90221
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Dekan FKIP Unismuh Makassar Ketua Prodi PGSD
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin Telp. (0411) 860 132 Makassar 90221
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Mahasiswa yang bersangkutan:
Nama : Sitti Hardiyanti Indah Nugraha
NIM : 10540 9253 14
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : “Pengaruh Penerapan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar
IPA Konsep Perubahan Wujud Benda Kelas IV SD Negeri
No. 25 Panaikang Kecamatan Bissappu Kabupaten
Bantaeng.”
Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan
layak untuk diujikan.
Mengetahui,
Dekan FKIP Unismuh Makassar Ketua Prodi PGSD
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin Telp. (0411) 860 132 Makassar 90221
SURAT PERNYATAAN
Skripsi ini saya ajukan didepan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri,
bukan merupakan jiplakan dan tidak dibuat oleh siapapun. Demikian perjanjian
ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Juni 2018
Yang membuat pernyataan
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Sultan Alauddin Telp. (0411) 860 132 Makassar 90221
SURAT PERJANJIAN
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai dengan selesainya skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (Tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat dalam penyusunan skripsi
saya).
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir (1), (2), dan (3) maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1. Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
2. Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.
4. Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Allah adalah sebaik-
Persembahan
vi
ABSTRAK
Kata kunci: pendekatan kontekstual, hasil belajar murid, konsep perubahan wujud
benda.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
taufik-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi pada waktu yang tepat. Penulis
dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah
Nurlina, S.Si., M.Pd dan Ma’ruf, S.Pd., M.Pd sebagai pembimbing, atas
nasihat dan memotivasi sejak awal penelitian hingga selesainya penulisan skripsi
ini.
kegiatan perkuliahan dapat dilaksanakan dengan baik serta Erwin Akib., S.Pd.,
Tak lupa pula ucapan terimakasih kepada Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) Sulfasyah S.Pd., MA, Ph.D, dan Sitti Fitriani Saleh
telah memberikan arahan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak
dan Ibu dosen serta seluruh staf PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis sejak masuk kuliah
sampai sekarang.
viii
Serta yang saya cintai Ayahanda Syaharuddin, Ibunda Nurlindah, atas
segala doa, dukungan dan kasih sayang yang tiada henti sehingga penulis
Bantaeng, terima kasih atas kerjasamanya. Semua pihak yang tidak sempat
karena itu penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Saran
dan kritik yang membangun dari pembaca akan membantu kesempurnaan dan
Aamiin.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
x
2. Pendekatan Kontekstual ..................................................................... 10
3. Hakikat Pembelajaran IPA ................................................................. 22
4. Pembelajaran IPA di SD .................................................................... 25
5. Materi yang akan Diajarkan ............................................................... 27
6. Pengertian Belajar .............................................................................. 32
7. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 37
8. Profil Sekolah ..................................................................................... 39
B. Kerangka Pikir.......................................................................................... 39
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 41
xi
F. Instrument Penelitian................................................................................ 46
1. Tes Hasil Belajar ................................................................................ 46
2. Lembar Observasi Guru dan Siswa .................................................... 47
G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 47
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 42
2. Analisis Statistik Inferensial................................................................. 44
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ...................................................................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini berkembang dengan pesat. Hal
menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan
mandiri”.
(IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
xvi
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan
(5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dan memelihara, menjaga dan
alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7)
xvii
(TIMSS) pada tahun 2011 melaporkan bahwa kemampuan IPA peserta didik di
Indonesia berada pada peringkat ke-40 dari 42 negara. Selain itu, temuan
bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV belum optimal. Ditemukan beberapa
SD Negeri No. 25 Panaikang sesuai dengan temuan Depdiknas tahun 2007 dalam
agar siswa aktif, yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Namun,
yang ditemukan adalah siswa cenderung pasif dalam aktivitas kelompok, hanya
beberapa siswa yang terlibat aktif. Hal tersebut menyebabkan interaksi antara
siswa dengan siswa dan siswa dengan guru belum terjalin dengan baik. Guru
belum optimal menerapkan pembelajaran IPA secara inkuiri yang sesuai dengan
Standar Isi KTSP. Guru belum optimal dalam membimbing siswa untuk
xviii
dipelajari. Sarana prasarana pembelajaran masih terbatas dan penggunaannya
kurang optimal. Misalnya, ada sebuah LCD di sekolah, namun guru kelas belum
yaitu, terdapat beberapa siswa yang belum mencapai kriteria KKM (Kriteria
pelajaran IPA, data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas
SD Negeri No. 25 Panaikang masih banyak yang berada di bawah KKM. Selain itu,
klasikal. Mulyasa (2007: 254), kriteria ketuntasan belajar klasikal dicapai jika
Data hasil yang diperoleh oleh penulis rata-rata hasil belajar siswa pada
yaitu 6,50. Sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang seharusnya yakni
sebesar 7,00. Ini disebabkan karena dalam proses belajar siswa hanya menerima
materi dari guru tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat meningkat, agar siswa sekolah
xix
dasar menjadi paham dan senang dengan pelajaran IPA, sehingga nantinya
prestasi belajar belajar IPA dapat meningkat, selain itu siswa juga dapat
menyenangi pelajaran yang lainnya. Karena tanpa adanya antusias dalam sebuah
Pendidikan IPA yang tercantum dalam standar isi KTSP 2006 diarahkan
untuk inkuiri dan berbuat, namun kenyataannya masih banyak guru yang belum
siswa masih pasif. Siswa jarang dilatih untuk memecahkan masalah, sehingga
diperoleh siswa akan dapat diingat lebih lama dan akan berdampak positif pada
hasil belajar siswa. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan agar siswa
kontekstual.
xx
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan mereka. Ada beberapa aspek-aspek yang harus dimiliki murid dalam
tersebut dapat melengkapi kegiatan guru di dalam membawa anak didik kepada
Salah satu cara upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar IPA yaitu
kehidupan nyata.
kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
secara ilmiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang
xxi
memecahkan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka
siswa dengan menggunakan metode ceramah akan mudah dilupakan oleh siswa
diingat.
guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD pada mata pelajaran IPA dengan
Bantaeng”.
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Bantaeng?”.
xxii
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah,
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritas
2. Manfaat Praktis
pembelajaran inovatif.
xxiii
c. Bagi sekolah, sebagai informasi perbaikan dan peningkatan mutu
xxiv
BAB II
PENELITIAN
A. KAJIAN PUSTAKA
belajar lebih dari sekedar menghafal dan memupuk ilmu pengetahuan. Pendekatan
pelajaran dengan dunia nyata, mendorong siswa memahami hakikat, makna dan
proses mencari keseimbangan antara apa yang ia rasakan dan ia ketahui pada satu
sisi dengan apa yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru sebagai pengalaman.
bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial budaya dan
xxv
dengan teori sosiogenesis. Artinya pengetahuan dan perkembangan kognitif
dalam proses pembelajaran, oleh karenanya guru . Dengan begitu siswa akan
terbiasa mandiri dan menjadi lebih kreatif dan inovatif di dalam pembelajaran.
materi yang dipelajari, sehingga belajar lebih dari sekedar menghafal dan
2010: 193).
xxvi
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan
(Komalasari 2010: 7)
lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). Para siswa diajak
agar dapat menghubungkan sendiri antara materi yang sudah dipelajari dan
memungkinkan para siswa untuk melihat makna yang ada didalamnya, dan
xxvii
Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
dan hal yang belum pernah diketahui agar dapat dilakukan penyempurnaan
yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply). Dengan
xxviii
Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan
proses pembelajaran.
CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-
bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain,
maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-
xxix
d. Kelebihan Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning
Tahapan Indikator
masalah
xxx
Tahapan Indikator
(Kontruktivisme)
(Bertanya)
belajar)
(Pemodelan).
xxxi
Tahapan Indikator
pembelajaran (Refleksi)
hasil karya
peserta didik dapat memahami materi yang dipelajari, tetapi lebih kepada
xxxii
Menurut Nurhadi (Wisudawati & Eka Sulistyowati 2014 : 122)
berikut, yaitu:
1) Kontruktivisme
dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan
terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan
Kedua faktor itu sama pentingnya, dengan demikian pengetahuan itu tidak
bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat
dan mengonstruksinya.
2) Inkuiri
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil
xxxiii
dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian, dalam proses perencanaan
yaitu :
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
e. Membuat kesimpulan
adanya kesadaran murid akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.
masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk
xxxiv
sikap ilmiah, rasional dan logis yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar
pembentukan kreativitas.
3) Bertanya (Questioning)
dalam berfikir.
informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan
sendiri. Oleh sebab itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui
pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Kerja sama itu
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara
Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain,
antara teman, agar kelompok yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum
lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi.
xxxv
dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat
yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat, yang memiliki
5) Pemodelan (Modeling)
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Proses modeling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga
siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk
siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup
terjadinya verbalisme.
6) Refleksi
xxxvi
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi,
pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif murid yang
seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan
oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes akan tetapi juga proses belajar
melalui nyata.
belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar murid memiliki pengaruh yang
xxxvii
terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian
Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada
hasil belajar.
a. Pengertian IPA
alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu
pengetahuan yang didapatkan dengan jalan studi dan praktik, serta suatu
fakta, terutama dengan disusunya hukum umum dengan induksi dan hipotesis.
xxxviii
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri
saling terkait dan harus dipenuhi untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
IPA sebagai produk atau isi, mengandung arti bahwa di dalam IPA
xxxix
b) IPA sebagai proses
IPA sebagai proses tidak lain adalah metode ilmiah, berarti bahwa
adanya sikap tekun, teliti, terbuka, dan jujur. Terdapat sembilan aspek
yaitu: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap
kerjasama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas
diri.
xl
baru berupa teknologi. Teknologi yang ditemukan, sangat berperan bagi
tsunami.
Jika IPA mengandung keempat hal tersebut, maka dalam pendidikan IPA
pemahaman siswa terhadap IPA menjadi utuh dan dapat digunakan untuk
4. Pembelajaran IPA di SD
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa
xli
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa
SMP/MTs.
Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA pada satuan pendidikan SD/MI
benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. Selain
xlii
itu, energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana. Serta bumi dan alam semesta meliputi: tanah,
belajar IPA konsep perubahan ujud benda pada siswa kelas IV SD Negeri No.
Pendidikan (KTSP).
1. Benda padat, adalah volume atau isi dan bentuknya tetap, misalnya
Sifat perubahan wujud benda dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
xliii
Perubahan wujud yang bersifat sementara disebut perubahan fisika,
Suhu - Makin tinggi suhu suatu benda, makin cepat suatu benda
larut.
larut.
mencair.
(Sumber:https://www.materiajar.com)
xliv
Melebur besi atau baja untuk dicetak menjadi berbagai benda sesuai
kebutuhan manusia.
Melelehkan lidi las pada proses mengelas sehingga dua logam atau
minuman.
membeku.
(Sumber:https://www.materiajar.com)
xlv
Proses membuat agar agar dilakukan dengan cara menuangkan
dibekukan.
Menguap adalah perubahan wujud benda dari cari menjagi gas. Berikut
menguap.
(Sumber:https://www.materiajar.com)
xlvi
Menjemur gabah dan hasil panen dibidang pertanian lainnya
(Sumber:https://www.materiajar.com)
menjadi kabur.
xlvii
Menyublim adalah perubahan wujud dari padat menjadi gas, atau
(Sumber:https://www.materiajar.com)
6. Pengertian Belajar
Proses belajar merupakan kegiatan setiap orang yang terjadi seumur hidup
dan dapat dilakukan kapan saja, di mana saja dan dalam situasi dan kondisi.
Sehingga pada prinsipnya belajar tidak dibatasi oleh ruang, tempat dan waktu.
merupakan usaha yang di lakukan manusia untuk mencapai tujuan yang telah di
xlviii
tentukan. Proses belajar dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja, yang
kesemuanya itu mempunyai keuntungan dan mudah di amati”. Lain pula dengan
“belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi
suatu proses dan usaha sadar yang dilakukan oleh setiap individu yang
Dengan kata lain, belajar adalah proses pemberian motivasi dan situasi yang
xlix
Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.
bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia
mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif,
kepada seluruh perubahan yang terjadi pada diri peserta didik akibat proses
belajar.
Mudjiono, 2013: 3) bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
kepada hasil dari proses belajar melalui evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk
skor. Sama halnya dengan Nawawi yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat
disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
b. Jenis-jenis Belajar
l
Belajar Konsep (Concept Learning), Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning),
sesuatu karena adanya tanda atau isyarat. Misalnya berhenti berbicara katika
mendapat isyarat telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut. Belajar
adanya rangsangan dari luar. Misalnya menendang bola ketika bola di kaki,.
yang segera atau spontan seperti konsep merah putih, panas-dingin, ibu-bapak.
Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning) terjadi bila individu telah
mengetahui sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal.
Misalnya perahu itu seperti badan itik atau kereta api seperti lengkipang. Belajar
benda, suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-
menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu
pengertian atau makna yang abstrak. Misalnya manusia, binatang dan tumbuhan
adalah makluk hidup. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning) terjadi bila
kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu aturan. Misalnya, ditemukan bahwa
li
benda memuai bila dipanaskan, iklim suatau tempat dipengaruhi oleh letak
Solving Learning) terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip
untuk menjawab suatu pertanyaan. Misalnya, mengapa harga bahan bakar naik.
mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar
Faktor internal terdiri atas faktor biologis dan psikologis. Faktor biologis
dalam keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir.
Kondisi fisik normal meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua,
kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi
mental yang mantap dan stabil dapat menunjang keberhasilan belajar. Faktor
psikologis ini meliputi intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar, kemauan dan
bakat.
sekolah serta lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini
lii
keberhasilan belajar siswa mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau
pembelajaran.
dengan menerapkan nilai-nilai kepribadian siswa. Hal itu terlihat dari uji t pada
taraf signifikansi = 0,05 thitung > ttabel (1,99 >2,38). Kualitas hasil belajar siswa di
kelas eksperimen stabil dan meningkat, sedangkan hasil belajar di kelas kontrol
liii
terdapat hasil belajar baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik selama
rata-rata aspek psikomotorik pada kelas eksperimen 82,6 yang termasuk dalam
kategori sangat baik dan kelas kontrol 74 yang termasuk kategori baik.
Penelitian yang juga telah dilakukan oleh Encih Suwarsih dalam skripsinya
Hasil Belajar Fisika” dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar
perlakuan dengan pendekatan kontekstual lebih baik dengan hasil skor rata-rata
sebesar 84,44 dengan standar deviasi 10,59 dari skor ideal yang mungkin dicapai
yaitu dari 100 berada pada interval 85-100 jika dibandingkan dengan hasil belajar
siswa yang diberi perlakuan dengan model konvensional skor rata-rata sebesar
75,36 dengan standar deviasi 12,94 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu
liv
8. Profil Sekolah
No Identitas Sekolah
2. NPSN 40307520
3. NSS 101196011316
6. Kecamatan Bissappu
14. Akreditasi A
B. Kerangka Pikir
melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas IV
lv
SDN 25 Panaikang Kabupaten Bantaeng digunakan kerangka pikir sebagai
berikut:
Kegiatan Pembelajaran
Tidak Menerapkan
Menerapkan pendekatan
pendekatan Contextual
Contextual Teaching and
Teaching and Learning
Learning (CTL)
(CTL)
Posttest
Posttest
Analisis
Hasil
lvi
C. Hipotesis Tindakan
adalah “Ada atau tidak ada perbedaan hasil belajar dalam penerapan pendekatan
kontekstual pada mata pelajaran IPA konsep perubahan wujud benda kelas IV di
konvesional).
konvesional).
Keterangan:
lvii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
terkendalikan.
2. Desain Penelitian
dipilih secara random (R). Kelompok pertama dari perlakuan (X) dan
kelompok kontrol.
lviii
Kelompok Perlakuan Posttest
(R) Eksperimen X Y2
(R) Kontrol - Y2
3. Prosedur Penelitian
4. Tes yang telah dikerjakan oleh siswa diberi skor sebagai data hasil
penelitian.
1. Populasi
orang.
lix
Pengambilan siswa kelas IV SDN 25 Panaikang Kabupaten Bantaeng
Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas IV SDN 25 Panaikang, Kec. Bissappu, Kab.
Bantaeng
Jumlah Siswa
Kelas Jumlah
Laki – Laki Perempuan
IV. A 10 10 20
IV. B 9 11 20
2. Sampel
penelitian ini mengacu pada pendapat bahwa apabila subjeknya kurang dari
populasi yakni seluruh jumlah siswa yaitu 40 orang, dimana kelas IV.A
terdiri atas 10 laki-laki dan 10 perempuan dan IV.B terdiri atas 9 laki-laki dan
11 perempuan.
dimaksud, yaitu :
lx
1. Contextual Teaching and Learning (CTL ) adalah pendekatan
perangkat pembelajaran.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini terdiri dari dua
1. Variabel bebas
kontekstual.
lxi
2. Variabel terikat
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
yaitu: tes hasil belajar dan observasi langsung. Tes hasil belajar adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan soal tes. Tujuan memberikan tes hasil
belajar adalah untuk memperoleh data secara jelas dan kongret tentang proses
pembelajaran untuk siswa kelas IV di SDN No. 25 Panaikang Kec. Bissppu Kab.
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan
tersebut. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara
F. Instrumen Penelitian
lxii
2. Lembar Observasi Guru dan Siswa
mengetahui nilai yang diperoleh siswa, maka skor diubah kenilai dengan
a) Rata-rata (Mean)
∑
̅=
= x 100%
Dimana:
P = Angka persentase
lxiii
f = frekuensi yang dicari persentasenya
penelitian, dalam hal ini digunakan program SPSS for Windows 16. Sebelum uji
a. Uji Normalitas
berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas
ini, digunakan program SPSS for Windows 16. Pengujian dengan SPSS
lxiv
berdasarkan pada uji One-Sampel Kolmogorov–Smirnov. Menurut ilmu statistik,
pada taraf signifikan α = 0,05. Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka sampel
diperoleh < α, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang
stsatistik Pada taraf signifikan α = 0,05. Jika signifikansi yang diperoleh > α,
maka data berasal dari populasi yang homogen. Jika signifikansi yang diperoleh <
c. Uji Hipotesis
lxv
Pada taraf signifikan α = 0,05, Apabila α < signifikansi, maka H1diterima.
Dimana:
kontekstual.
pendekatan kontekstual
lxvi
BAB IV
A. Hasil Penelitian
telah diajar dengan pendekatan kontekstual dan kelas IV B sebagai kelas kontrol
Nilai Statistik
Postest Postest
Jumlah sampel 20 20
Nilai tertinggi 90 85
Nilai terendah 65 60
Berdasarkan tabel 4.1, terlihat bahwa nilai postest kelas eksperimen yang
wujud benda diperoleh nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65. Adapun nilai rata-
ratanya yaitu 78 dengan standar deviasi sebesar 7,1451 sedangkan pada kelas
lxvii
kontrol yang diajar dengan pembelajaran metode konvensional diperoleh nilai
tertinggi 85 dan nilai terendah 60 dengan nilai maksimum 100. Adapun nilai rata
ratanya yaitu 73 dengan nilai standar deviasi sebesar 7,1451. Jika nilai hasil
minimal yaitu 70, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut:
Tabel 4.2 kategori, frekuensi dan persentase hasil belajar siswa kelas
IV SD Negeri No. 25 Panaikang berdasarkan kriteria ketuntasan minimal
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kategori Nilai
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Berdasarkan tabel 4.2, terlihat bahwa nilai hasil belajar siswa kelas
pada pelajaran IPA materi perubahan wujud benda yaitu pada kelas eksperimen
persentase sebesar 90% dan 2 orang yang belum tuntas dengan persentase 10%.
adapun ada kelas kontrol terdapat 15 siswa yang tuntas belajar dengan persentase
sebesar 75% dan 5 orang yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
lxviii
2. Hasil Analisis Inferensial
program SPSS 16.0 For Windows dengan uji One- Sample Kolmogorov- Smirnov,
eksperimen sebesar 0,68. Berdasarkan analisis output uji normalitas pada SPSS
nilai signifikansi 0,68 > 0,05 maka data berdistribusi normal. Jadi dapat
berdistribusi normal. Selanjutnya, dari hasil analisis pada kelas kontrol diperoleh
uji normalitas pada SPSS nilai signifikansi 0,66 > 0,05 maka data berdistribusi
merupakan kelas yang berdistribusi normal. Data selengkapnya bisa dilihat pada
SPSS 16.0 For Windows dengan uji Univariate Analysis of Variance. Pada taraf
signifikan α = 0,05, diperoleh nilai signifikansi pada data postest siswa yaitu
sebesar 0,808. Nilai signifikansi yang diperoleh 0,808 > 0,05 artinya sampel
dalam penelitian ini berasal dari populasi yang homogen. Data selengkapnya bisa
lxix
c. Pengujian Hipotesis
Sample T-test pada program SPSS 16.0 For Windows pada taraf signifikansi α =
0,05. Untuk melihat perbedaan rata-rata hasil belajar IPA pada kelas IV A dan
kelas IV B dapat kita lihat pada output Independent Sample Test yaitu pada nilai
signifikansi equal variances assumed (hasil dari uji parametrik sample T-test)
dimana pada hasil di dapatkan nilai Sig. (2-tailed) 0,03. Dimana pada dasar
pengambilan keputusan di ketahui jika nilai sig. (2-tiled) < 0,05 maka terdapat
pendekatan kontekstual pada konsep perubahan wujud benda dan kelas IV B yang
B. Pembahasan
kontekstual terhadap hasil belajar IPA konsep perubahan wujud benda pada siswa
kelas IV SD Negeri No. 25 Panaikang. Hal ini dapat terlihat dari hasil analisis
Dari hasil analisis statistik deskriptif berdasarkan tabel 4.1, terlihat bahwa
nilai tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 90 dan nilai terendah 65 dengan
terendah 60 dengan rata-rata 73. Adapun nilai standar deviasinya terlihat sama
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu sebesar 7,1451. Terlihat adanya
perbedaan nilai rata-rata yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
lxx
kontrol yaitu dengan selisih 5. Adanya perbedaan hasil belajar IPA tersebut
kurang memanfaatkan media yang ada. Di mana sumber belajar utama umumnya
berasal dari buku-buku maupun dari guru sendiri.Hal ini dapat membatasi
kreativitas siswa karena pembelajaran yang monoton dengan media yang terbatas.
Akan tetapi, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu referensi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perubahan wujud benda.
mata pelajaran IPA merupakan sesuatu yang dapat menarik minat siswa untuk
keaktifan siswa dalam belajar, serta menyadarkannya tentang apa yang dipelajari.
Hal ini juga dapat membuat siswa memahami konsep bukan menghapal konsep
yang nantinya dapat membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
dalam proses pembelajaran kurang tampak, yang mana guru terlihat lebih
dominan dalam proses pembelajaran. Terlihat ketika guru meminta siswa untuk
memberikan pendapat mengenai perubahan wujud benda hanya satu atau dua
orang saja yang bersedia memberikan pendapat sementara yang lain memilih
diam. Hal ini mungkin dikarenakan hal tersebut masih bersifat abstrak bagi siswa
lxxi
atau logika berpikirnya belum sampai pada hal tersebut karena tidak ditunjang
Ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen terdapat 90% siswa
sedangkan yang belum tuntas sebanyak 2 orang dengan persentase 10%. Adapun
pada kelas kontrol jumlah siswa yang telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal
yaitu 15 orang dengan persentase 75% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 5
orang dengan persentase 25%. Hal ini menunjukkan persentase ketuntasan siswa
pelajaran IPA lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang masih menggunakan
metode konvensional.
dalam hal ini digunakan Independent Sample T-test pada program SPSS. Sebelum
uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Dari
hasil analisis diperoleh data terdistribusi normal dan homogen. Karena data yang
telah dianalisis terdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji-t
dengan menggunakan Independent Sample T-test pada program SPSS 16.0 For
Windows pada taraf signifikansi α = 0,05. Untuk melihat perbedaan rata-rata hasil
belajar IPA pada kelas IV A dan kelas IV B dapat kita lihat pada output
Independent Sample Test yaitu pada nilai signifikansi equal variances assumed
(hasil dari uji parametrik sample T-test) dimana pada hasil di dapatkan nilai Sig.
(2-tailed) 0,03. Dimana pada dasar pengambilan keputusan di ketahui jika nilai
sig. (2-tiled) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
lxxii
kelas IV A yang menerapkan pendekatan kontekstual pada konsep perubahan
yang tepat. Selain siswa dapat mengaitkan langsung dengan pengalamannya, juga
agar dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan pembelajaran tidak monoton di
baik. Hasil analisis tanggapan menunjukkan guru dan siswa tertarik terhadap
dan hasil belajar siswa. Instrumen aktivitas siswa perlu dibuat lebih spesifik
lxxiii
Hasil belajar siswa untuk tiga aspek (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
lxxiv
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa ada pengaruh penerapan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar IPA
konsep perubahan wujud benda pada siswa kelas IV SD Negeri No. 25 Panaikang
inferensial untuk menguji hipotesis penelitian, dalam hal ini digunakan rumus
Independent Sample T-test pada program SPSS. Sebelum uji hipotesis, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil analisis diperoleh
data terdistribusi normal dan homogen. Karena data yang telah dianalisis
menunjukkan bahwa signifikansi besarnya 0,033 lebih kecil dari pada α = 0,05.
B. Saran
berikut :
lxxv
2. Peneliti selanjutnya, agar mengarahkan siswa lebih baik ketika proses belajar
untuk bermain sehingga harus dikontrol dengan baik. Media yang baik harus
lxxvi
DAFTAR PUSTAKA
lxxvii
Surwasih, Enci. (2014). “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Dengan Bernuansa
Nilai Terhadap Hasil Belajar Fisika”. Fakultas Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar.
Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional.
lxxviii
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. STANDAR KOMPETENSI
6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara
B. KOMPETENSI DASAR
6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu.
C. INDIKATOR
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
E. MATERI POKOK
Sifat-sifat benda
lxxix
F. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
1. Model Pembelajaran
Konvensional
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Apersepsi
dipelajarai.
lxxx
gas.
1. Media Pembelajaran
Handbook
2. Sumber Belajar
1. Teknik Penilaian
lxxxi
2. Bentuk Instrumen Penilaian
Kelompok
1.
2.
3.
4.
5.
lxxxii
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. STANDAR KOMPETENSI
6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara
B. KOMPETENSI DASAR
menjadi cair, cair menjadi gas, gas menjadi cair, dan padat menjadi gas.
C. INDIKATOR
semula.
contohnya.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
lxxxiii
- Melalui kegiatan pembelajaran, siswa dapat mengetahui faktor yang
E. MATERI POKOK
1. Model Pembelajaran
Konvesional
2. Metode
c. Eksperimen
d. Tanya jawab
e. Diskusi
f. Penugasan
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Apersepsi
dipelajarai.
lxxxiv
2. Kegiatan Inti (45 menit)
siswa.
1. Media Pembelajaran
2. Sumber Belajar
1. Teknik Penilaian
lxxxv
c. Unjuk kerja : Mencatat
Kelompok
1.
2.
3.
4.
5.
lxxxvi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. STANDAR KOMPETENSI
6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara
B. KOMPETENSI DASAR
C. INDIKATOR
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
E. MATERI POKOK
lxxxvii
F. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
d. Model Pembelajaran
Konvensional
e. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
d. Penugasan
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Apersepsi
dipelajarai.
berbagai alat rumah tangga yang berbagai alat rumah tangga yang
dikaitkan dengan sifat bahan dan dikaitkan dengan sifat bahan dan
kegunaannya. kegunaannya.
lxxxviii
Menjawab pertanyaan siswa tentang Bertanya jawab dengan guru mengenai
berbagai alat rumah tangga yang berbagai alat rumah tangga yang
dikaitkan dengan sifat bahan dan dikaitkan dengan sifat bahan dan
kegunaannya. kegunaannya.
siswa.
1. Media Pembelajaran
2. Sumber Belajar
1. Teknik Penilaian
lxxxix
2. Penilaian sikap : Percaya diri dan disiplin
Kelompok
1.
2.
3.
4.
5.
xc
Lampiran 4
SOAL
NAMA :
KELAS :
NIS :
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar dan tepat !
4. Air jika dimasukkan ke dalam ember maka bentuknya akan menjadi seperti...
6. Kamper atau kapur barus di dalam lemari semakin lama semakin habis. Hal
7. Gelas yang berisi air dingin maka permukaan gelas tersebut terdapat titik-titik
air. Hal itu terjadi karena udara di luar gelas mengalami ....
xci
Lampiran 5
JAWABAN
2. Air/Sirup/Minyak
4. Ember
5. Membeku
6. Menyublim
7. Mengembun
9. Menguap
10. Aluminium
xcii
Lampiran 6
SOAL
NAMA :
KELAS :
NIS :
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar dan tepat !
4. Air jika dimasukkan ke dalam ember maka bentuknya akan menjadi seperti...
6. Kamper atau kapur barus di dalam lemari semakin lama semakin habis. Hal
7. Gelas yang berisi air dingin maka permukaan gelas tersebut terdapat titik-titik
air. Hal itu terjadi karena udara di luar gelas mengalami ....
xciii
Lampiran 7
xciv
Lampiran 8
Kelas/Semester : IV/Ganjil
Petunjuk : berikan penilaian anda dengan membubuhkan cek (√) pada kolom
yang sesuai !
xcv
NAMA SISWA Kategori Aktivitas Siswa
No. NIS
KELAS IV. A 1 2 3 4 5 6 7 8
Observer,
xcvi
NAMA SISWA Kategori Aktivitas Siswa
No. NIS
KELAS IV.B 1 2 3 4 5 6 7 8
Observer,
xcvii
Lampiran 9
Petunjuk pengisian:
berikut:
1. Kurang sekali
2. Kurang
3. Baik
4. Baik sekali
xcviii
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti
mengorganisir siswa kedalam
beberapa kelompok heterogen
(berdasarkan nilai dari tes
penempatan (Placement Tes),
agama, ras, dan jenis kelamin)
yang beranggotakan 4 - 5 orang.
Membagikan LKS dan
memberikan arahan serta
bimbingan bagaimana cara kerja
dari LKS.
Memberi kesempatan kepada
setiap siswa untuk menyelesaikan
LKS secara individu.
Memberikan masalah seperti yang
tercantum dalam LKS.
Membimbing siswa setiap
kelompok untuk mengembangkan
data
Membimbing setiap kelompok
untuk menambah data.
Membimbing siswa menarik
Kesimpulan
Membimbing siswa untuk
menerapkan konsep
Meminta perwakilan setiap
kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerjanya
xcix
Memberikan penghargaan kepada
siswa secara kelompok maupun
secara individu
Kegiatan Akhir
Apabila siswa telah mengerjakan
LKS, guru meminta beberapa
kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja
mereka
Meminta kelompok lain
memperhatikan dan memberikan
tanggapan serta pertanyaan kepada
yang presentasi
Memberikan bimbingan dan
umpan balik selama presentasi
untuk menemukan jawaban yang
benar.
Memberikan penghargaan kepada
kelompok yang hasil presentasinya
dinilai paling bagus
Meminta kelompok lain bertepuk
tangan.
c
Lampiran 10
DOKUMENTASI
Observasi guru
ci
Pertemuan pertama kelas eksperimen
cii
Postest kelas eksperimen
ciii
Postest kelas kontrol
Foto bersama
civ
RIWAYAT HIDUP
Tinombo pada tahun 2001 dan tamat tahun 2002. Pada tahun
2006 dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
2008 dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan
pendidikan ke SMA Negeri 1 Bissappu dan menamatkan jenjang SMA pada tahun
2014. Kemudian Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa pada
Jurusan Pendidikan Guru sekolah Dasar program strata satu (S1) Fakultas
cv