Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS KONSENTRASI SENYAWA KIMIA DALAM

SEMEN CURAH DI KABUPATEN ALOR

SKRIPSI

YAFIA LOBANG
NIM: 9112017

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TRIBUANA KALABAHI
2021
SKRIPSI

ANALISIS KONSENTRASI SENYAWA KIMIA DALAM


SEMEN CURAH DI KABUPATEN ALOR

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Pada Fakultas MIPA Program Studi KIMIA”

YAFIA LOBANG
NIM: 9112017

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TRIBUANA KALABAHI
2021

ii
iii
iv
v
RIWAYAT PENULIS

YAFIA LOBANG, Akrab dipanggil Fia lahir di

Seydon, pada tanggal 15 Januari 1995. Agama

Kristen Protestan, Kewarga negaraan Indonesia. Fia

lahir dari pasangan suami istri Bapak Menase

Lobang dan Mama Silpa Lobang Maro sebagai

anak ke 6 dari 8 bersaudara.

Pada tahun 2001 penulis masuk Sekolah Dasar Impres Kokar II dan tamat pada

tahun 2007. Melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri Kokar pada tahun

2008 dan tamat pada tahun 2010. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah

Kejuruan Negeri 1 Kalabahi pada tahun 2011 dan tamat pada tahun 2013. Pada

tahun 2016 penulis melanjutkan keperguruan Tinggi Universitas Tribuana

Kalabahi, pada tanggal 30 Juli 2021 penulis dinyatakan lulus ujian Skripsi pada

Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

vi
MOTTO

BIARKANLAH

Kehidupan ini mengalir apa ada-nya laksana Air!

TETAPLAH

Berdoa dan berusaha, Biarlah ALLAH yang menentukan

HASIL-NYA

“Allah itu bagi kita perlindungan dan kekuatan, sebagai

penolong dalam kesesakan sangat terbukti”

(MAZMUR 46 : 2)

vii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Almamater Tercinta Universitas Tribuana Kalabahi.

2. Kedua orang tua tercinta Bapak Menase Lobang dan Mama Silpa Lobang

Maro.

3. Mama Afliana Maro

4. Saudaraku tercinta kaka Frans Lobang (Almarhum), Foniasi Lobang,

Anselmus Lobang, Yunia Lobang, Sarlota Lobang dan kedua Adik tercinta

Elifelet Lobang, Asaria Thomas Lobang.

5. .Kepanaanku Eston, Juvon, Nona Yusi, Jumen, Revan, Agung dan Iam

6. Keluarga Besar Lobang dan Maro.

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

Anugerah dan Penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Skripsi dengan Judul “Analisis Konsentrasi Senyawa Kimia

Dalam Semen Curah Di Kabupaten Alor”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi KIMIA Fakultas MIPA Universitas

Tribuana Kalabahi. Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini merupakan

suatu proses yang panjang dan dapat terlaksana dengan baik berkat kerja sama

dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan rendah hati penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang tak terhingga dan dengan segala hormat kepada ;

1. Rektor Universitas Tribuana Kalabahi.

2. Ibu Erna J. Malaikosa, ST., M.Kom., selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tribuana Kalabahi.

3. Ibu Rosalina Y. Kurang, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Kimia di

Universitas Tribuana Kalabahi dan selaku penguji III.

4. Bapak Loth Botahala, S.T., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang dengan

senang hati rela meluangkan waktu, memberikan bimbingan, masukan, kritik

dan saran serta motivasi kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini

berjalan dengan baik.

5. Bapak Zakarias A. Mautuka, S.T., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II,

terima kasih atas segala bimbingan, kritik dan saran serta motivasi kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

ix
6. Ibu Martasiana Karbeka, S.Si., M.Sc., selaku penguji I, Bapak Herianus

Manimoy, S.Si., M.Si., selaku Penguji II.

7. Kedua orang tua Bapak Menase Lobang dan Mama Silpa Lobang Maro,

terima kasih atas segala didikan, cinta dan kasih sayang, motivasi, jerih payah

dan air mata yang menetes dalam setiap Doa dalam menantikan

keberhasilanku.

8. Ke 6 saudaraku tercinta (Frans Lobang (Almarhum), Foniasi Lobang,

Anselmus Lobang, Yunia Lobang, Sarlota Lobang dan kedua Adik tercinta

Elifelet Lobang, Asaria Thomas Lobang) yang selalu memberikan Doa dan

motivasi dalam menantikan keberhasilanku.

9. Keluarga Besar Lobang dan Maro serta seluruh Rumpun Keluarga terkait

yang menantikan keberhasilanku.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan, baik tentang referensi pendukung dan informasi tentang data-

data dari lapangan. Oleh Karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi

penyempurnaannya sangat diharapkan oleh penulis. Terima kasih.

Kalabahi, 30 Juli 2021

Penulis

x
ABSTRAK

YAFIA LOBANG, 9112017. Telah dilakukan Analisis Konsentrasi Senyawa


Kimia Dalam Semen Curah di Kabupaten Alor (dibimbing oleh Loth Botahala,
S.T., M.Si. dan Zakarias A. Mautuka, S.T., M.Si.). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui berapa konsentrasi senyawa kimia yang terkandung dalam semen
Portland komposit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan
Pengembangan Sains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
2021. Analisis kimia semen menggunakan X-RF (X-Ray Fluorescence). Hasil
penelitian menunjukan bahwa analisis konsentrasi senyawa kimia terhadap sampel
C1, C2 dan C3 tidak dilakukan karna hasil X-RF tidak ditemukan konsentrasi
Al2O3 yang termasuk salah satu komponen utama dalam kimia semen. Sedangkan
hasil perhitungan konsentrasi senyawa kimia pada sampel C4 adalah (CaO)3.SiO2
= 90.96%, CaO)2.SiO2 = (-3.54%), (CaO)3.Al2O3 tidak ada dalam komposisi
semen, (CaO)4.Al2O3.Fe2O3 = 10.85%.

Kata Kunci : Konsentrasi Senyawa Kimia, Semen Curah

xi
ABSTRAC
YAFIA LOBANG, 9112017. Analysis of Chemical Compound Concentrations in
Bulk Cement in Alor Regency (supervised by Loth Botahala, S.T., M.Si. and
Zakarias A. Mautuka, S.T., M.Si.) has been carried out. This study aims to
determine the concentration of chemical compounds contained in Portland
Composite Cement. This research was conducted at the Science Research and
Development Laboratory, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Hasanuddin University Makassar. This research was conducted in May 2021.
Chemical analysis of cement used X-RF (X-Ray Fluorescence). The results
showed that the analysis of the concentration of chemical compounds on samples
C1, C2 and C3 was not carried out because the X-RF results did not find the
concentration of Al2O3, which is one of the main components in cement
chemistry. While the results of the calculation of the concentration of chemical
compounds in the C4 sample are (CaO)3.SiO2 = 90.96%, CaO)2.SiO2 = (-3.54%),
(CaO)3.Al2O3 is not present in the cement composition, (CaO)4.Al2O3.Fe2O3 =
10.85%. mponents in cement chemistry. While the results of the calculation of the
concentration of chemical compounds in the C4 sample are (CaO)3.SiO2 =
90.96%, CaO)2.SiO2 = (-3.54%), (CaO)3.Al2O3 is not present in the cement
composition, (CaO)4.Al2O3.Fe2O3 = 10.85%.

Keywords : Concentration of Chemical Compounds, Bulk Cement

xii
DAFTAR ISI

HALAM SAMPUL .......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v

RIWAYAT PENULIS ..................................................................................... vi

MOTTO ........................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

ABSTRAC ....................................................................................................... xii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

2.1. Semen ....................................................................................... 4

xiii
2.2. Klasifikasi Semen ..................................................................... 8

2.3. X-Ray Fluoresence.................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 17

3.1. Waktu dan Tempat .................................................................... 17

3.2. Bahan dan Alat ......................................................................... 17

3.3. Prosedur Kerja .......................................................................... 17

3.5. Analisis Kimia .......................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 19

4.1. Karakteristik ............................................................................. 19

4.2. Analisis Kimia Semen .............................................................. 20

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 24

5.1. Kesimpulan ............................................................................ 24

5.2. Saran ....................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

LAMPIRAN ..................................................................................................... 27

xiv
DAFTAR TABEL

Hal

1. Emisi Gas CO2 Pada Proses Produksi Semen ........................................... 6

2. Syarat Kimia Semen Portland ASTM C-150-2004................................... 6

3. Konsentrasi Komponen Kimia 5 Tipe Semen Secara Umum ................... 8

4. Konsentrasi Rata-Rata Komponen Kimia Semen Dalam 5 Tipe .............. 8

5. Perbandingan Hasil Karakteristik Semen ................................................. 19

6. Perbandingan Hasil Perhitungan Konsentrasi Mineral Semen ................. 20

xv
DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Diagram Energi Jablonski....................................................................... 15

2. Rangkaian komponen X-RF (Thermo Scientivic) ................................... 16

3. Perbandingan Konsentrasi Senyawa Semen ........................................... 21

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Diagram Alir Analisis Sampel .................................................................. 28

2. Analisis X-RF Semen Curah ..................................................................... 29

3. Perhitungan Konsentrasi Senyawa Semen Curah Pada ............................ 30

Sampel C4 menggunakan persamaan (2.b) A / F < 0.64

4. Perhitungan Konsentrasi Senyawa Semen Curah Pada Sampel ............... 31

C3, C2 dan C1 menggunakan persamaan (2.b) A / F < 0.64

5. Dokumentasi Sampel Semen Curah .......................................................... 33

6. Surat Pernyataan Kesediaan Publikasih Karya Ilmiah .............................. 34

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan di era industri saat ini, kebutuhan akan pembangunan baik

perumahan, perhubungan, dan lain-lainnya berdampak pada peningkatan

kebutuhan akan bahan pendukungnya. Salah satu bahan pendukung yang tidak

bisa diabaikkan adalah kebutuhan akan semen (Botahala, 2013). Semen

merupakan bahan perekat berbentuk bubuk yang jika ditambahkan air dapat

mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan massa yang kokoh (Botahala

dan Manimoy, 2014); (Marzuki, 2009).

Untuk mengurangi dampak pemanasan global (global warming) melalui

penurunan emisi gas CO2, maka industri semen sebagai salah satu penghasil emisi

gas CO2 (sebanyak 830 kg/ton semen) telah beralih untuk memproduksi Semen

Portland Komposit dengan mengurangi penggunaan klinker (clinker) yang diganti

dengan material alternatif pada penggilingan akhir (Botahala dan Pasae, 2020);

(Priyo N. S. dan Sofyan, 2012). Semen Portland Komposit adalah hasil

pencampuran antara Semen Portland dengan satu atau lebih bubuk bahan

anorganik antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa

silikat, batu kapur (CaCO3) dengan kadar total 6-35% dari massa Semen Portland

Komposit (Anonim, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian (Marzuki, 2009), bahwa setiap penambahan

2% batu kapur sebagai aditif pada semen dapat menurunkan kualitas semen.

Menurut (Riyadi dan Amalia, 2005); (Botahala, 2013), suatu bahan dapat
diklasifikasikan sebagai pozolan apabila mempunyai komposisi kimia seperti

yang dipersyaratkan oleh ASTM C 618-78, yaitu jumlah SiO2 + Al2O3 + Fe2O3

minimal 70%. Berdasarkan hasil penelitian (Botahala, 2020), bahwa sekam padi

dapat dijadikan aditif semen portland komposit karena memiliki sifat pozolan

lebih dari 70%.

Dalam pelaksanaan pembangunan fisik menggunakan semen, masih

banyak konsumen yang tidak mengetahui kualitas dari merek semen. Hal ini jika

dibiarkan maka komsumen semen akan dirugikan dan akan berdampak pada

kualitas semen itu sendiri. Semen yang tidak begitu berkualitas akan berdampak

pada kualitas pembangunan fisik yang tidak sesuai. Berdasarkan hasil survey,

terdapat beberapa merek semen portland komposit yang beredar di Kabupaten

Alor diantaranya Semen Bosowa, Semen Tonasa, Semen Cons dan Semen Tiga

Roda. Hal ini menjadi perhatian penulis untuk menganalisis konsentrasi senyawa

kimia yang terkandung didalam semen curah dan untuk mengetahui kualitas

semen tersebut berdasarkan SNI 15-7064-2004.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah berapa konsentrasi senyawa kimia yang terkandung dalam

semen curah dari semen portland komposit?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi

senyawa kimia yang terkandung dalam semen curah dari semen portland

komposit.

2
1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tentang kualitas

semen berdasarkan karakteristik kimianya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Semen

Semen merupakan bahan perekatber bentuk bubuk dari hasil penggilingan

antara batu kapur, tanah liat, dan bahan tambahan lainnya, yang jika ditambahkan

air dapat mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan massa yang kokoh

(Botahala dkk., 2013). Semen pertama kali ditemukan dalam bentuk trapesium

yang terbuat dari campuran antara kapur merah, pasir, dan kerikil ditambah air.

Bangunan ini ditemukan di tepi sungai Danube, Yugoslavia sekitar tahun 6500

Sebelum Masehi. Selanjutnya tahun 1824, Yoseph Aspdin (Inggris) memperoleh

hak paten untuk pembuatan semen dari campuran antara batu kapur dan tanah liat

(Botahala, 2013).

Secara umum komponen utama dalam pembuatan semen adalah oksida

kapur (CaO), oksida silika (SiO2), oksida alumina (Al2O3), dan oksida besi

(Fe2O3). Selain itu semen juga mengandung oksida magnesium (MgO), oksida

alkali (Na2O dan K2O), oksida titan (TiO2), oksida fosfor (P2O5), serta gipsum

atau kalsium sulfat (CaSO4.2H2O) (Botahala & Pasae, 2020). Komponen utama

memberikan kontribusi terhadap proses pembentukan klinker dan sifat-sifat semen

yang dihasilkan. CaO dan SiO2 misalnya, memberikan pengaruh terhadap

kekuatan tekan semen. Al2O3 dan Fe2O3 dapat menurunkan temperatur peleburan

pada proses pembentukan klinker. Sebaliknya oksida-oksida lain dibatasi sampai

persentase tertentu untuk menjaga kualitas semen atau untuk menghindari

masalah dalam proses (Botahala dan Pasae, 2020).

4
Bogue memberikan suatu rumusan tentang reaksi pembentukan fasa

mineral semen dalam klinker yaitu terjadi reaksi antara komponen-komponen

utama penyusun semen (Botahala, 2020). Oksida besi (dengan notasi F) bereaksi

dengan oksida alumina (dengan notasi A) dan oksida kapur (dengan notasi C)

membentuk (CaO)4.Al2O3.Fe2O3 dengan notasi C4AF (feerite). Oksida alumina

(A) yang tersisa bereaksi dengan oksida kapur (C) membentuk (CaO)3.Al2O3

dengan notasi C3A (aluminate). Oksida kapur bereaksi dengan oksida silika

(dengan notasi S) membentuk (CaO)3.SiO2 dengan notasi C3S(alite) dan

(CaO)2.SiO2 dengan notasi C2S (belite) (Dunuweera dan Rajapakse, 2017);

(Manimoy dkk., 2021).

Perkiraan sederhana dari komposisi fasa semen Portland dapat diperoleh

dari komposisi oksida jika diasumsikan bahwa empat mineral utama semen terjadi

dalam bentuk murni (tidak ada zat pengotor). Dengan asumsi ini, semua F akan

membentuk struktur C4AF dan sisanya A akan membentuk struktur C3A. Metode

ini dinamakan stoikiometri Bogue, sesuai dengan nama kimiawan semen R.H.

Bogue (Botahala, 2013). Menurut (Botahala dan Pasae, 2020) ada dua persamaan

stoikiometri Bogue berdasarkan rasio A/F dalam semen untuk menentukan

konsentrasi keempat komponen kimia semen sebagai berikut :

Jika A / F> 0,64 maka :...................................................................................... (2.a)

C3S = (4,071 x %C) – (7,600 x %S) – (6,718 x %A) – (1,430 x%F)

– (2,852 x %S̅)

C2S = (2,867 x %S) – (0,7544 x %C3S)

C3A = (2,650 x %A) – (1,692 x %F)

5
C4AF = (3,043 x %F)

Jika A / F< 0,64 maka :......................................................................................(2.b)

C3S = (4,071 x %C) – (7,600 x %S) – (4,479 x %A) – (2,859x%F)

– (2,852 x %S̅)

C2S = (2,867 x %S) – (0,7544 x %C3S)

C3A = tidak ada dalam komposisi semen ini

C4AF = (2,100 x %A) + (1,702 x %F).

Data Cembureau 1999 dalam (Botahala, 2013) bahwa proses produksi

semen menghasilkan emisi gas CO2 sebanyak 830 kg/ton semen dengan rincian

seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Emisi gas CO2 pada proses produksi semen

Hasil Kalsinasi CaCO3 Batu Bara Operasional


Jumlah emisi (kg/ton semen) 450 280 100
Sumber : Botahala dan Pasae, 2020

Syarat mutu kimia Semen Portland Komposit berdasarkan SNI-15-

7064-2004 adalah menggunakan syarat mutu dari ASTM C-150-2004 dengan

merubah konsentrasi SO3 menjadi 4,0% (Botahala dan Pasae, 2020):

Tabel 2. Syarat kimia Semen PortlandASTM C-150-2004


TipeSemen
Konsentrasi (%)
I II III IV
CaO 63,23 63,66 63,33 63,85
Min – maks. 61,57 – 65,18 61,28 – 65,61 61,55 – 64,90 62,32 – 65,22
SiO2 20,17 20,85 20.38 20,61
Min – maks. 18,99 – 21,84 20,01 – 22,46 18,64 – 22,08 20,27– 22,82

6
LanjutanTabel 2. Syarat kimia Semen PortlandASTM C-150-2004
Tipe Semen
Konsentrasi %
I II III IV
Al2O3 5,67 4,62 4,84 3,80
Min – maks. 3,95 – 6,06 3,82 – 5,50 3,38 – 7,30 3,27 – 4,85
Fe2O3 2,66 3,32 2,86 3,87
Min – maks. 1,96 – 3,61 2,60 – 4,40 1,34 – 4,16 3,20 – 5,79
MgO 2,51 1,98 2,21 2,18
Min – maks. 0,78 – 4,50 0,61 – 4,47 0,83 – 4,29 0,82 – 4,50
SO3 4,0 4,0 4,0 2,34
Min – maks. 2,04 – 4,40 2,11 – 3,98 2,59 – 4,94 1,99 – 2,85
Loss on ignition 1,52 1,39 1,51 1,29
Min – maks. 0,74 – 2,69 0,50 – 2,67 0,70 – 2,89 0,52 – 2,27
Na2O 0,70 0,56 0,61 0,45
Min – maks. 0,16 – 1,20 0,17 – 1,20 0,11 – 1,20 0,26 – 0,63
C3S 56,9 56,5 56,2 56,7
Min – maks. 45,4 – 65,4 48,0 – 68,1 47,7 – 65,9 46,9 – 63,7
C2S 14,8 17,1 16,2 18,4
Min – maks. 6,4 – 21,3 7,6 – 25,2 8,3 – 27,1 12,5 – 26,8
C3A 8,9 6,7 7,8 3,5
Min – maks. 5,7 – 12,1 4,3 – 8,2 1,9 – 12,1 0,0 – 4,9
C4AF 8,2 10,1 8,8 11,8
Min – maks. 6,0 – 11,0 7,9 – 13,4 4,1 – 12,7 9,7 – 17,6
Blaine fineness 384 377 556 389
(m2/
Min – maks. 334 - 431 305 - 461 387 - 711 312 - 541
kg)
Sumber : Botahala dan Pasae, 2020
Berdasarkan SNI 15-7064-2004, salah satu bahan aditif yang dapat

digunakan dalam pembuatan Semen Portland Komposit adalah batu kapur, yang

juga merupakan bahan baku utama pembuatan semen sehingga bahan ini mudah

diperoleh di sekitar lokasi pabrik semen jika dibandingkan dengan bahan aditif

lain (Anonim, 2004).

7
2.2. Klasifikasi Semen

Secara umum dikenal 5 tipe semen yang telah diklasifikasikan oleh ASTM

yakni semen tipe I, semen tipe II, semen tipe III, semen tipe IV, dan semen tipe V.

Tabel 3 merupakan daftar perbandingan jenis semen Portland sebagaimana dari

BS dan ASTM, sedangkan Tabel 4 memberikan nilai rata-rata komposisi senyawa

kimia berdasarkan ASTM (Tennis dan Bhatty, 2006).

Tabel 3. Konsentrasi komponen kimia 5 tipe semen secara umum

Tipe Konsentrasi komponen kimia klinker (%)


Ciri khas semen
semen C3S C2S C3A C4AF
I 50 – 65 10 – 30 6 – 14 7 – 10 Untuk Umum
Panas hidrasi sedang,
II 45 – 65 7 – 30 2–8 10 – 12
ketahanan sulfat sedang
III 55 – 65 5 – 25 5 – 12 5 – 12 Kekuatan awal yang tinggi
IV 30 – 45 28 – 46 3–5 11 – 18 Panas hidrasi rendah
V 40 – 65 15 – 37 1–5 10 – 17 Ketahanan sulfat tinggi
Sumbur : (Botahala dan Pasae, 2020)

Tabel 4. Konsentrasi rata-rata komponen kimia semen dalam 5 tipe


Panas
Kehalusan
Konsentrasi komponen kimia (%) hidrasi
(m2/kg)
(J/g)
Semen
Loss On
C3S C2S C 3A C4AF 𝐒 Bebas C MgO
Ignition

I 59 15 12 8 2,9 0,8 2,4 1,2 350 330


II 46 29 6 12 2,8 0,6 3,0 1,0 350 250
III 60 12 12 8 3,9 1,3 2,6 1,9 450 500
IV 30 46 5 13 2,9 0,3 2,7 1,0 300 210
V 43 36 4 12 2,7 0,4 1,6 1,0 350 250
Sumbur : (Botahala dan Pasae, 2020)

Secara fisika dan kimia, tipe-tipe semen ini dibedakan terutama

berdasarkan kehalusannya dan jumlah kandungan C3A-nya. Selain itu perbedaan

8
juga terjadi pada tingkat hidrasi semen dan kemampuan menahan serangan sulfat

(reaksi sulfat dari lingkungan). Berikut penjelasan tentang tipe-tipe semen

menurut (Riyadi dan Amalia, 2005), (Tennis dan Bhatty, 2006) dan (Botahala dan

Pasae, 2020).

2.2.1. Semen Tipe I

a. Digunakan untuk keperluan konstruksi secara umum yang tidak memerlukan

persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada tipe-tipe lain.

b. Konsentrasi senyawa (CaO)3.Al2O3 atau C3A tidak melebihi 15%.

c. Cocok digunakan pada tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,0 % –

0,10 %

d. Digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat

dan lain-lain.

2.2.2. Semen Tipe II

a. Digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan ketahanan terhadap

sulfat melebihi yang dimiliki semen tipe I

b. Cocok digunakan pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara

0,10 %-0,20 %) dengan konsentrasi (CaO)3.Al2O3 atau C3A tidak melebihi

8%,

c. Digunakan pada lokasi yang panas hidrasi sedang, misalnya bangunan di

pinggir laut, bangunan di bekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk

dam-dam dan landasan jembatan.

9
d. Dengan penambahan prosentase C2S dari semen portland tipe I dan

mengurangi prosentase C3A dan C3S diperoleh semen yang mengeluarkan

panas hidrasi lebih rendah dan lebih tahan terhadap serangan sulfat.

e. Semen tipe II disebut juga “semen yang dimodifikasi” dengan menambahkan

abu terbang, yang belakangan ini diproduksi sebagai pengganti semen tipe

IV.

2.2.3. Semen Tipe III

a. Digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan

awal tinggi pada fase pemulaan setelah terjadi pengikatan, konsentrasi

(CaO)3.SiO2 atau C3S dan (CaO)3.Al2O3 satau C3A lebih tinggi.

b. Semen tipe ini dipergunakan untuk kepentingan yang sifatnya segera dan

membutuhkan perhatian khusus, misalnya pembuatan jalan beton, bangunan

tingkat tinggi, bangunan di pinggir laut, bangunan bekas tanah rawa,

bangunan dalam air (misalnya saluran irigasi dan dam-dam) yang tidak

memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.

c. Semen tipe III disebut juga “semen dengan kekuatan awal tinggi”. Jenis ini

digunakan bilamana kekuatan harus dicapai dalam waktu singkat, walaupun

harganya sedikit lebih mahal.

d. Panas hidrasi 50% lebih tinggi dari panas hidrasi semen tipe I.

2.2.4. Semen Tipe IV :

a. Semen yang penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah;

b. Konsentrasi (CaO)2.SiO2 dan (CaO)4.Al2O3.Fe2O3 relatif tinggi serta

(CaO)3.SiO2 dan (CaO)3.Al2O3 relatif rendah.

10
c. Digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan

tinggi pada fasa awal setelah terjadi pengikatan dan memerlukan panas

hidrasi yang rendah, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-

bangunan bertingkat, bangunan-bangunan dalam air.

d. Semen tipe IV ini tidak lagi diproduksi dalam jumlah besar seperti pada

waktu pembuatan hooverdam, karena diganti dengan tipe II yang disebut

“semen yang dimodifikasi” dengan menambahkan abu terbang.

2.2.5. Semen Tipe V

a. Semen yang penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat

dengan konsentrasi (CaO)3.Al2O3 sangat rendah.

b. Digunakan untuk konstruksi bangunan pada tanah/air yang mengandung

sulfat melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah

pabrik, konstrksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan

pembangkit tenaga nuklir.

c. Penambahan volume pada fase padat, jika terbentuk kalsium Sulfoaluminat

(C-S-A) dalam jumlah besar sehingga akibat reaksi-reaksi sulfat ini akan

terjadi disintegrasi.

d. Reaksi-reaksi lain yang mungkin terjadi antara lain: Ca(OH)2 dengan garam-

garam sulfat dari luar yang hasilnya adalah terbentuknya gipsum yang diikuti

dengan penambahan volume pada fasa padat. Reaksi-reaksi tersebut dikenal

sebagai serangan-serangan sulfat, yang paling aktif menyerang ialah garam-

garam MgSO4 dan Na2SO4. Serangan-serangan ini akan dipercepat apabila

disertai dengan silih bergantinya keadaan basah dan kering. Terutama di

11
daerah-daerah yang terkena pengaruh pasang surut pada bangunan-bangunan

beton di laut mengalami serangan-serangan sulfat ini.

e. Semen Portland tipe V ini tahan terhadap serangan sulfat atau dapat bereaksi

dengan garam-garam sulfat dari luar serta mengeluarkan panas. Reaksi antara

C3A dan CaO.SO3 menyebabkan terjadinya kalsium Sulfoaluminat (C-S-A) di

dalam struktur pasta yang telah terhidrasi.

f. Semen tipe V ini mengandung kurang dari 5% C3A dan sejumlah terbatas

C4AF dan Mg. Kadar C3S dibatasi sampai dengan 50% oleh karena C3S

melepaskan sejumlah banyak Ca(OH)2 selama berlangsungnya hidrasi,

sehingga akan mengurangi ketahanan semen terhadap reaksi kimia dari luar.

Selain kelima tipe semen tersebut diatas, pabrik semen juga memproduksi

semen dengan tipe khusus yang digunakan untuk konstruksi tertentu antara lain

untuk pemasangan keramik, tahan terhadap air laut, tahan terhadap minyak, tahan

terhadap api, untuk interior, dan lain-lain.

2.2.6. Semen Putih dan Semen Warna

Semen Putih adalah semen Portland dengan kadar kapur tinggi dan

komponen F dan MgO dibatasi sampai 1% untuk meminimalisir perubahan

warna. Bahan bakar yang digunakan berupa bahan bakar minyak ataupun gas

(agar tidak mengotori klinker). Pembakaran dilakukan dengan suhu yang tinggi

yakni hingga 1650°C dengan tujuan menghilangkan unsur Fe yang dapat

mempengaruhi perubahan warna.

Konsentrasi komponen kimia semen putih adalah 51% C3S, 26% C2S, 11%

C3A, 1% C4AF, 1% MgO, 2,6% S, dan 0,25% alkali. Semen putih biasanya

12
digunakan untuk pemasangan keramik. Sedangkan yang dimaksud dengan semen

warn adalah semen putih yang dicampur dengan 2%-10% zat warna sintetis.

2.2.7. Semen Supersulfat

Semen supersulfat dibuat dar campuran antara 5% semen portland, 15%

gipsum, 80% ampas bijih/arang besi. Jenis semen ini memiliki ketahanan yang

sangat baik terhadap air laut.

2.2.8. Semen Sumur Minyak

Jenis semen ini dibuat dari campuran semen portland dengan perekat

khusus seperti getah arab (gum arabic), asam borat, casein, lignin, gula, atau pun

dengan asam hidroksida organik. Gunanya untuk menyangga selubung (casing)

serta untuk menyumbat air masuk ke dalam sumur pada pengeboran sumur

minyak.

2.2.9. Semen Aluminium

Semen dengan alumina yang tinggi (high alumina cement) sesungguhnya

digunakan karena sifatnya yang tahan api, tahan sulfat, tahan asam lemah, serta

kecepatan kuat tekan yang tinggi (kuat tekan hingga 560 kg/cm2 dalam jangka

waktu hanya 24 jam). Namun setelah 24 jam, kekuatannya akan menurun,

terutama pada daerah tropis karena panas yang disertai dengan kelembaban tinggi.

Kekuatan tekannya semakin menurun sampai 140 kg/cm2, karena akibat

terurainya kembali kalsium aluminat hidrat (C-A-H) hasil hidrasi sehingga

menyebabkan bangunan menjadi keropos.

13
2.2.10. Semen Gipsum

Gipsum memiliki keuntungan terutama pengaturan waktu mengerasnya

pasta namun kurang kedap air. Semen ini biasa digunakan untuk plesteran

permukaan dinding dan interior.

2.3. X-RAY FLUORESENCE

X-RF (X-Ray Fluorescence) adalah metode analisis kimia untuk

menentukan konsentrasi berbagai macam material yang dapat berupa zat padat,

cairan, bubuk, atau bentuk yang lain. Metode ini adalah cepat, akurat dan bersifat

tidak merusak sampel dan pada umumnya hanya membutuhkan sedikit sampel

(Botahala, 2013).

Prinsip pengukuran X-RF berdasarkan terjadinya proses eksitasi elektron

pada kulit atom bagian dalam ketika atom suatu unsur tersebut dikenai sinar X.

Kekosongan elektron tersebut akan diisi oleh elektron pada kulit atom bagian luar

dengan melepaskan sinar X fluorescence dengan energi yang spesifik untuk setiap

unsur. Spektrum Sinar X fluorescence dianalisis untuk diketahui tingkat energi

yang identik dengan unsur tertentu dalam sampel (Botahala dan Pasae, 2020). Jika

molekul dikenai sinar dengan energi yang sesuai dengan perbedaan energi antara

elektron pada keadaan dasar dan elektron pada keadaan tereksitasi, maka dapat

terjadi penyerapan foto dan penataan distribusi elektron pada molekul hingga

mencapai keadaan tereksitasi. Setelah eksitasi molekul (atom-atom) dengan

penyerapan energi foton, molekul kemudian kembali ke keadaan dasar dengan

kehilangan energi dalam 2 kemungkinan yaitu dengan mentransfer panas ke

lingkungan (peralihan tanpa radiasi) atau oleh pemancaran (emisi) cahaya

14
(fluorescence atau phosphorescence). Penyerapan dan pemancaran cahaya

digambarkan dalam diagram tingkat energi (Botahala, 2013).

Gambar 1. Diagram energi Jablonski (Botahala, 2013)

Prosedur operasional analisis kimia (karakterisasi) sampel semen (C0)pada

sebuah pabrik semen dengan menggunakan X-RF terhadap rasio komponen kimia

semen sebagai berikut (Botahala, 2013).

Gambar 2. Rangkaian komponen X-RF. Sumbur : (Botahala dan Pasae, 2020)

Setelah Stabilizer dihidupkan, maka UPS dihidupkan dengan menekan

tombol “ON” kira-kira 5 detik sampai bunyi “tiit” yang menandakan UPS sudah

15
siap digunakan. Setelah itu diputar kunci X-Ray ke arah Enable dan ditunggu

sekitar 2 jam untuk pendinginan detektor. Selanjutnya komputer dihidupkan,

dibuka program uniquant dengan cara “START”–“ALL PROGRAMS”–

“UNIQUANT”. Sampel dimasukkan pada tempat sampel dan diklik “ON LINE”

pada “START UP MENU” lalu diklik “ON LINE START”. Dimasukkan nama

sampel yang akan dianalisis dan dipilih metode yang akan digunakan kemudian

diklik “GO” untuk memulai analisis. Setelah analisis maka data hasil analisis akan

tersimpan dengan sendirinya dalam file. Ditutup semua window dan diklik “JOB

MODE ” pada “ START UP MENU” kemudian diklik “GEN” dan dimasukkan

data-data keterangan sampel yang baru saja diukur, seperti massa, diameter, dan

ketebalan. Setelah itu diklik “BACK” kemudian “CALC” untuk perhitungan

dengan normalisasi. Selanjutnya diklik “SIMPLE” untuk memperoleh hasil

(Botahala, 2013).

16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Sains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin

Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2021.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen curah yang

diperoleh dari agen penjualan semen di Kabupaten Alor.

3.2.2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, dan

peralatan X-RF (Type Thermo Scientivic).

3.3. Prosedur Kerja

Dalam Penelitian ini, analisis sampel semen dilakukan terhadap semen C1,

C2, C3, dan C4 sehingga jumlah sampel adalah 4 sampel. Selanjutnya dilakukan

analisis kimia semen menggunakan X-RF (Thermo Scientivic). Setelah itu,

dilakukan perhitungan komponen kimia semen menggunakan persamaan

Stoikiometri Bogue.

17
3.4. Analisis Kimia Semen

Prosedur operasional analisis kimia (karakterisasi) sampel semen (C0)

pada sebuah pabrik semen menggunakan X-RF terhadap rasio komponen kimia

semen.

Setelah analisis sampel semen menggunakan X-RF, hasi lanalisis tersebut

digunakan untuk menghitung konsentrasi mineral semen berdasarkan persamaan

Bogue, dengan ketentuan jika hasi lanalisis perbandingan antara senyawa Al2O3

dan Fe2O3 < 0,64 maka digunakan persamaan (2.b). Sebaliknya jika hasil analisis

perbandingan antara senyawa Al2O3 dan Fe2O3 > 0,64 maka digunakan persamaan

(2.a).

18
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah konsentrasi senyawa kimia

pada sampel C1, C2 dan C3 tidak dapat dihitung karna hasil X-RF menunjukan

bahwa komponen utama kimia semen yaitu Al2O3 tidak ditemukan dalam sampel.

Sedangkan hasil perhitungan konsentrasi senyawa kimia dalam sampel C4 adalah

(CaO)3.SiO2 = 90.96%

CaO)2.SiO2 = (– 3.54%)

(CaO)3.Al2O3 = tidak ada dalam komposisi semen ini

(CaO)4.Al2O3.Fe2O3 = 10.85%.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis konsentrasi

senyawa kimia dalam semen curah di Kabupaten Alor.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004, SNI 15-7064-2004.Semen Portland Komposit. In Badan


Standarisasi Nasional IndonesiaAnonim. (2004). SNI 15-7064-2004 Semen
Portland Komposit. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.

Botahala, L. (2013). Peranan Abu Sekam Padi Terhadap Stabilitas Kualitas


Semen Portland Komposit Yang Menggunakan Aditif Batu Kapur.
Universitas Hasanuddin Makassar. Retrieved from http://
repo.untribkalabahi.ac.id/xmlui/handle/123456789/243

Botahala, L. (2020). Determination Rice Husk Amorphous Silica In Alor District


As An Additive On The Manufacture Of Composite Portland Cement.
Scientific Journal Widya Teknik, 19(2), 74–78. Retrieved from
http://jurnal.wima.ac.id/index.php/teknik/article/view/2103

Botahala, L., & Manimoy, H. (2014). Study On Chemical Component And


Compressive Strength Of Portland Composite Cement Using Limestone
Additive. Indonesia Chimica Acta, 7 (1) 19–22. Retrieved from
http://repo.untribkalabahi.ac.id/xmlui/handle/123456789/244

Botahala, L., & Pasae, Y. (2020). Kimia Semen : Suatu Kajian Literatur Ilmiah
(1st ed.). Yogyakarta: Deepublish. Retrieved from http://
repo.untribkalabahi.ac.id/xmlui/handle /123456789/265

Botahala, L., Zakir, M., & Taba, P. (2013). Peranan Abu Sekam Padi Terhadap
Kualitas Mekanis Fisis Semen Portland Komposit Yang Menggunakan Aditif
Batu Kapur. Retrieved from http://repo.untribkalabahi.ac.id/xmlui/handle/
123456789/243

Dunuweera, S. P., & Rajapakse, R. M. (2017). Cement types, composition, uses,


environmental impact and possible solutions. The 28th International
Symposium on Transport Phenomena, (September). Retrieved from
https://www.pdn.ac.lk/istp28/fullpaper/59. ISTP28_Final_Full Paper _69.pdf

Manimoy, H., Tonu Lema, Y. E., Klaping, E. D., Tang, M., & Botahala, L.
(2021). Study Of Chemical Concentration Of Main Ingredients For Making
Portland Composite Cement. Scientific Journal Widya Teknik, 20(1), 28–32.

Marzuki, I. (2009). Analisis Penambahan Additive Limestone Terhadap Kualitas


Komposisi Kimia Semen Portland Jurnal Chemica Vo. Chemica : Jurnal
Ilmiah Kimia Dan Pendidikan Kimia, 10(1), 64–70. https://doi.org/10.35580/
CHEMICA.V10I1.400

20
Priyo N.S., A., & Sofyan, A. (2012). Evaluasi Usaha Pengendalian Emisi Gas
Rumah Kaca melalui Clean Development Mechanism (Studi Kasus :PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk). Bandung. Retrieved from
https://fa.itb.ac.id/wp-content/uploads/sites/8/2012/07/15308065-Antonius-
Priyo-NS.pdf

Riyadi, M., & Amalia. (2005). Teknologi Bahan I. Retrieved from https://
docplayer.info/73047427-Teknologi-bahan-i-oleh-drs-muhtarom-riyadi-sst-
amalia-spd-sst.html

Tennis, P. D., & Bhatty, J. I. (2006). Characteristics of Portland and blended


cements: Results of a survey of manufacturers. IEEE Cement Industry
Technical Conference (Paper), 83–101. https://doi.org /10.1109/citcon.
2006.1635709

21
22
Lampiran 1. Diagram Alir Analisis Sampel

SEMEN CURAH

PERSIAPAN SAMPEL SEBANYAK 4 SAMPEL

DIHIDUPKAN MESIN X-RF

DIMASUKAN SAMPEL DALAM MESIN X-RF

HASIL IDENTIFIKASI X-RF

DIANALISIS KONSENTRASI SENYAWA


KIMIA SEMEN CURAH

HASIL ANALISIS

23
Lampiran 2. Hasil Analisis X-RF Semen Curah

Sampel Semen Curah


Uraian
I II III IV

CaO 74.7% 74.05% 70.49% 69.65%

SiO2 19.98% 19.44% 18.8% 22.7%

Al2O3 - - - 1.94%

Fe2O3 4.67% 5.37% 4.54% 3.98%

SO3 - - 5.12% -

K2O - 0.69% 0.66% 1.12%

TiO2 0.359% 0.358% 0.282% 0.311%

ZrO2 - 0.0311% 0.0301% -

SrO 0.173% - - 0.197%

Nb2O5 0.0409% 0.0248% 0.0284% 0.035%

MoO3 0.0312% 0.0178% 0.0238% 0.0238%

RuO4 0.012% 0.0054% 0.0061% 0.01%

SnO2 0.0079% 0.0057% 0.0069% 0.0097%

In2O3 0.0104% 0.0058% 0.0074% 0.0075%

Sb2O3 0.0078% 0.0061% 0.0086% 0.0071%

Rh2O3 0.0078% - - 0.0055%

24
Lampiran 2. Perhitungan Konsentrasi Senyawa Semen Curah Pada Sampel C4

menggunakan persamaan (2.b) karna A/F < 0.64 = 0.48.

C3S = (4.071 x 69.65) – (7.600 x 22.7) – (4.479 x 1.94) – (2.859x3.98)

– (2.852 x 0)

= (283.54) – (172.52) – (8.68) – (11.37) – (0)

= 90.96

C2S = (2.867 x 22.7) – (0.7544 x 90.96)

= (65.08) - (68.62)

= - 3.54 (tidak dapat diukur sehingga dinyatakan tidak ada)

C3A = Tidak Ada Dalam Komposisi Semen Ini

C4AF = (2.100 x 1.94) + (1.702 x 3.98).

= (4.074) + (6.77)

= 10.84

25
Lampiran 3. Perhitungan Konsentrasi Senyawa Semen Curah Pada Smapel C3, C2

dan C1, menggunakan persamaan (2.b) karna A/F < 0.64 = 0.48.

1. C3.

C3S = (4.071 x 70.49) – (7.600 x 18.80) – (4.479 x 0) – (2.859 x 4.54)

– (2.852 x 5.12)

= (286.96) – (142.88) – (0) – (12.97) – (14.60)

= 116.51

C2S = (2.867 x 18.80) – (0.7544 x 116.51)

= (53.89) - (87.89)

= - 34 (tidak dapat diukur sehingga dinyatakan tidak ada)

C3A = Tidak Ada Dalam Komposisi Semen Ini

C4AF = (2.100 x 0) + (1.702 x 4.54).

= (0) + (7.72)

= 7.72

2. C2

C3S = (4.071 x 75.05) – (7.600 x 19.44) – (4.479 x 0) – (2.859 x 5.37)

– (2.852 x 0)

= (301.45) – (147.74) – (0) – (15.35) – (0)

= 138.36

C2S = (2.867 x 19.98) – (0.7544 x 138.91)

= (57.28) - (104.78)

= - 48.64 (tidak dapat diukur sehingga dinyatakan tidak ada)

C3A = Tidak Ada Dalam Komposisi Semen Ini

26
C4AF = (2.100 x 0) + (1.702 x 5.37).

= (0) + (9.13)

= 9.13

3. C1

C3S = (4.071 x 70.49) – (7.600 x 18.80) – (4.479 x 0) – (2.859 x 4.54)

– (2.852 x 5.12)

= (286.96) – (142.88) – (0) – (12.97) – (14.60)

= 116.51

C2S = (2.867 x 18.80) – (0.7544 x 116.51)

= (53.89) - (87.89)

= - 34 (tidak dapat diukur sehingga dinyatakan tidak ada)

C3A = Tidak Ada Dalam Komposisi Semen Ini

C4AF = (2.100 x 0) + (1.702 x 4.54).

= (0) + (7.72)

= 7.72

27
Lampiran 4. Dokumentasi Sampel Semen Curah

Gambar Sampel C1 Gambar Sampel C2

Gambar Sampel C3 Gambar Sampel C4

28
29

Anda mungkin juga menyukai